fraksinasi daun jamu biji

32
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI ( Psidium guajava) Disusun oleh : 1. Anggela Merici (132210101001) 2. Vabella Eka (132210101003) 3. Herlina Ekawati (132210101005) 4. Putri Sakinah (132210101007) 5. Nurul Shalika (132210101011) 6. Elsa Dwi H (132210101013) 7. Linda Hadi L.S (132210101015) 8. Lutvia Zahrotul W (132210101017) 9. Adisty Nurwildani (132210101019) 10. Ghaasiyah Larasati (132210101021) 11. Dini Octafiani (132210101023) 12. Wahyu Agustina (132210101025) 13. Putri Efina T.R (122210101027) 14. Edwin Tanjaya (132210101029) KELOMPOK A1 BAGIAN BIOLOGI FARMASI

Upload: linda-queenly-grace-fhalied

Post on 30-Jan-2016

561 views

Category:

Documents


74 download

DESCRIPTION

fraksinasi serta uji klt

TRANSCRIPT

Page 1: Fraksinasi daun jamu biji

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM EKSTRAK DAUN JAMBU

BIJI ( Psidium guajava)

Disusun oleh :

1. Anggela Merici (132210101001)

2. Vabella Eka (132210101003)

3. Herlina Ekawati (132210101005)

4. Putri Sakinah (132210101007)

5. Nurul Shalika (132210101011)

6. Elsa Dwi H (132210101013)

7. Linda Hadi L.S (132210101015)

8. Lutvia Zahrotul W (132210101017)

9. Adisty Nurwildani (132210101019)

10. Ghaasiyah Larasati (132210101021)

11. Dini Octafiani (132210101023)

12. Wahyu Agustina (132210101025)

13. Putri Efina T.R (122210101027)

14. Edwin Tanjaya (132210101029)

KELOMPOK A1

BAGIAN BIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Fraksinasi daun jamu biji

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan alam terutama tumbuh – tumbuhan memiliki manfaat yang sangat banyak

bagi manusia. Selain untuk bahan pangan, tumbuh – tumbuhan juga dapat dimanfaatkan

sebagai obat – obatan. Tumbuhan memproduksi metabolit sekunder yang sebenarnya

tidak penting bagi pertumbuhan tanaman. Metabolit sekunder diproduksi sebagai bentuk

pertahanan diri bagi tanaman. Metabolit sekunder itulah yang dimanfaatkan manusia

sebagai bahan obat – obatan.

Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan perlu

dilakukannya screening terlebih dahulu dengan menggunakan uji fitokimia. Sedangkan,

untuk mengisolasi senyawa aktif perlu dilakukan ekstraksi yang akan menghasilkan

ekstrak tanaman. Untuk mengekstrak suatu senyawa aktif perlu digunakan pelarut yang

spesifik dan sesuai dengan senyawa aktif yang dibutuhkan. Terdapat tiga jenis pelarut,

yaitu pelarut polar, pelarut semi polar, dan pelarut non polar. Pelarut polar yang biasa

digunakan adalah metanol dan air, pelarut semi polar yang biasa digunakan adalah etil

asetat, sedangkan pelarut non polar yang biasa digunakan adalah n-heksan.

Senyawa kimia di alam umumnya terdapat dalam bentuk campuran, oleh sebab itu

diperlukan pemisahan, fraksinasi adalah proses pemisahan suatu zat dari campuran

beberapa zat, pemisahan dilakukan dengan tehnik yang bermacam macam seperti

kromatografi (KKt, KLT, KCKT, KCV, KK, KGC) dan ekstraksi cair-cair. terkadang

digunakan kombinasi keduanya, seringkali dilakukan secara berulang-ulang agar didapat

fraksi zat yang lebih banyak.

Metode fraksinasi/pemisahan umumnya:

1. Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan dua cairan

pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga senyawa tertentu terpisahkan menurut

kesesuaian sifat dengan cairan pelarut (prinsip solve dissolve like).

2. Kromatografi

Kromatografi adalah teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan

perbedaan migrasi komponen – komponen dari fase diam oleh fase gerak. Pemisahan

ini dilakukan berdasarkan sifat fisika – kimia dari molekul, seperti :

Page 3: Fraksinasi daun jamu biji

Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan).

Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus

(adsorbs/penjerapan).

Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap

(keatsirian).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan fraksinasi dari

ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dengan kromatografi kolom.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana proses pemisahan komponen – komponen senyawa kimia pada ekstrak

daun Psidium guajava?

Berapa nilai Rf yang diperoleh dari pemisahan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?

Berapa fraksi yang dihasilkan dari pemisahan KLT?

Page 4: Fraksinasi daun jamu biji

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam praktikum ini digunakan metode Fraksinasi atau proses pemisahan. Proses

pemisahan bisa menggunakan prinsip ekstraksi cair-cair atau dengan kromatografi kolom.

Digunakan eluen yang dialirkan melewati kolom secara terus menerus sampai diperoleh fraksi

yang diinginkan.

Adapun tipe fraksinasi yang digunakan tergantung dari jenis sampel dan tujuan dari

separasi.Untuk metode separasi pada campuran yang tidak terlalu kompleks, yaitu dengan

kolom dan eluen yang digunakan dibuat sesuai dengan banyaknya fraksi-fraksi yang

diinginkan. Misalnya eluen yang digunakan sebanyak 100 ml, maka didapatkan fraksi ± 20 x

5 ml. seandainya kita menggunakan eluen dalam jumlah besar, sementara dari fraksi yang kita

inginkan jumlahnya kecil maka dibutuhkan waktu yang lama untuk menganalisa. Karena

jumlah fraksi yang didapatkan cukup banyak pada beberapa fraksi yang dihasilkan apabila

konsentrasi komponen yang diinginkan rendah maka dimungkinkan terjadinya negatif palsu

pada masing-masing fraksi. Jika proses pemisahan yang dilakukan tidak se4mpurna, maka

konsentrasi dari komponen yang diinginkan tidak terlalu besar. Jadi, untuk mengatasinya bisa

menggunakan analisa dengan komputer dan fraksinasi menggunakan eluen yang sesuai.Bisa

juga menggunakan metode HPLC yang dilengkapi dengan UV sehingga kita bisa

mengidentifikasi dan mengisolasi komponen dan hasil yang didapat dalam bentuk

kromatogram.

Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan golongan

utama kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang lainnya. Fraksinasi

merupakan prosedur pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan kepolaran

tergantung dari jenis senyawa yang terkandung dalam tumbuhan.

Dalam metode fraksinasi pengetahuan mengenai sifat senyawa yang terdapat dalam

ekstrak akan sangat mempengaruhi proses fraksinasi. Oleh karena itu, jika digunakan air

sebagai pengekstraksi maka senyawa yang terekstraksi akan bersifat polar, termasuk senyawa

yang bermuatan listrik. Jika digunakan pelarut non polar misalnya heksan, maka senyawa

yang terekstraksi bersifat non polar dalam ekstrak. Pada prakteknya dalam melakukan

fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi

kolom.

Page 5: Fraksinasi daun jamu biji

Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair

untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut

dengan densitas yang berbeda yang tak tercampur.

Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa organiklipofilik

seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun etilasetat. Kebanyakan pelarut

organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen.

Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada

bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk

memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang

bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut non

polar.

Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola, mempunyai

penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium

terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong

pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa

berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.

Untuk mendapatkan isolat murni dari ekstrak suatu tumbuhan, perlu dilakukan

pemisahan dan pemurnian karena ekstrak mengandung berbagai komponen. Pemisahan atau

separasi adalah suatu langkah operasional untuk memisahkan komponen yang dituju dengan

komponen lainnya. Ada beberapa metode separasi dan yang cukup banyak digunakan adalah

kromatografi.

Kromatografi merupakan suatu bentuk pemisahan fisik campuran komponen dalam

suatu sampel (ekstrak) berdasarkan perbedaan migrasi komponen-komponen tersebut dari fase

diam oleh pengaruh fase gerak. Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan

menggunakan kromatografi yang sering digunakan di laboratorium fitokimia meliputi:

1. Kromatografi Kertas

Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan dan

keatsirian senyawa yang akan dipisah. Kromatografi Kertas, atau biasa disingkat KKt, dapat

digunakan untuk kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air, yakni karbohidrat, asam

amino, basa asam nukleat, asam organik, dan senyawa fenolat. Satu keuntungan utama KKt

ialah kemudahan dan kesederhanaannya pada prosesi pemisahan, yaitu hanya pada lembaran

kertas saring yang berlaku sebagai medium pemisahan dan juga sebagai penyangga.

Keuntungan lain adalah keterulangan bilangan Rf yang besar pada kertas sehingga

pengukuran Rf merupakan parameter berharga dalam memaparkan senyawa tumbuhan baru.

Page 6: Fraksinasi daun jamu biji

Bilangan Rf adalah jarak yang ditempuh senyawa pada kromatografi, nisbi terhadap

garis depan. Bilangan Rf diperoleh dengan mengukur jarak antara titik awal dan pusat bercak

yang dihasilkan senyawa, lalu jarak ini dibagi dengan jarak antara titik awal dan garis depan.

Bilangan ini selalu berupa pecahan dan terletak antara 0,01 – 0,99.

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Preparatif

KLT secara umum merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang

larut dalam lipid, yaitu lipid, steroid, karetenoid, kuinon sederhana, dan klorofil. Bila KLT

dibandingkan dengan KKt, kelebihan KLT ialah keserbagunaan, kecepatan, dan kepekaannya.

Keserbagunaan KLT disebabkan oleh kenyataan bahwa di samping selulosa, sejumlah

penyerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada pelat kaca atau penyangga lain.

Kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penyerap yang lebih padat bila

disaputkan pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita menelaah senyawa labil. Akhirnya,

kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga dapat memisahkan bahan yang jumlahnya lebih

sedikit dari ukuran μg.

Kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputan pelat kaca dengan penyerap. Kerja

ini kemudian agak diringankan dengan adanya penyaput otomatis. Jenis KLT yang paling

baru ialah KLT yang menggunakan pelat bersaputkan mikropartikel silica yang halus yang

biasa digunakan untuk kolom KCKT. Kromatografi yang demikian disebut Kromatografi

Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) dan biasanya menghasilkan pemisahan yang lebih

efisien dan lebih cepat dari pada pemisahan pada lapisan silica yang biasa. KLT preparatif

dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1mm) sebagai pengganti lapisan

penyerap yang tipis (0,10 – 0,25 mm). Tahapan pemisahan KLT preparatif sama dengan

tahapan pada KKt.

3. Kromatografi Gas (KG)

KG dinyatakan dengan volume retensi Rv, yaitu volume gas pembawa yang diperlukan

untuk mengeluasi suatu komponen dari kolom, atau dinyatakan dengan waktu retensi Rt, yaitu

waktu yang diperlukan untuk mengelusi komponen dari kolom. Kedua parameter ini hampir

selalu dinyatakan nisbi terhadap senyawa baku (sebagai RRv atau RRt) yang dapat

ditambahkan ke dalam ekstrak cuplikan atau dapat berupa pelarut yang digunakan untuk

melarutkan cuplikan. Perubahan utama dalam KG adalah sifat fase diam dalam kolom dan

suhu kerja. Keduanya diubah-ubah menurut kepolaran dan keastirian senyawa yang

dipisahkan. Banyak golongan senyawa dibuat turunannya secara rutin (terutama menjadi eter

trimetilsilil).

Page 7: Fraksinasi daun jamu biji

Radas yang diperlukan untuk KG sangat canggih dan mahal dibandingkan radas untuk

KLT atau KKt. Namun pada prinsipnya, KG tidaklah lebih rumit dari prosedur kromatografi

yang lain.

Radas KG mempunyai empat bagian utama berikut:

a. Kolom

Berupa pipa kecil yang panjang (misalnya 3 m x 1 mm), biasanya terbentuk dari logam

yang berbentuk kumparan untuk menghemat ruang. Kolom ini dikemas dengan fase diam

(misalnya silikon 5 – 15%) yang melekat pada serbuk lembam. Kemasan tersebut bukanlah

suatu keharusan karena dapat pula digunakan cara lain seperti kolom silika terbuka. Di sini

fase diam dilapisi film pada permukaan kolom bagian dalam (kapiler KG).

b. Pemanas

Disediaan untuk memanaskan kolom secara meningkat, mulai dari 50 – 350o C dengan

laju baku. Bila perlu suhu dapat dipertahankan pada batas tertinggi. Suhu di tempat masuk

kolom dikendalikan terpisah sehingga cuplikan dapat diuapkan dengan cepat ketika

diteruskan ke kolom. Cuplikan yang dilarutkan dalam eter atau heksana disuntikkan jarum

semprit ke dalam gerbang masuk melalui septum karet.

c. Aliran Gas

Terdiri atas gas pembawa yang lembam seperti Nitrogen dan Argon. Pemisahan

senyawa dalam kolom bergantung pada pengaliran gas ini melalui kolom dengan laju aliran

yang terkendali.

d. Gawai Pendeteksi

Diperlukan untuk mengukur senyawa ketika sebuah senyawa dialirkan melalui kolom.

Sering pendeteksian didasarkan pada pengionan nyala atau tangkap-elektron. Cara pertama

memerlukan tambahan gas Hidrogen dalam campuran gas dan akan terbakar habis dalam

pendeteksi yang sebenarnya. Gawai pendeteksi dihubungkan dengan perekam potensiometri

yang memberikan hasil pemisahan berupa serangkaian puncak yang berbeda-beda

kekuatannya.

Hasil KG dapat dinyatakan dengan volume retensi Rv, yaitu volume gas pembawa yang

diperlukan untuk mengelusi suatu komponen dari kolom, atau dinyatakan dengan waktu

retensi Rt, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengelusi komponen dari kolom. Kedua

parameter ini hampir selalu dinyatakan nisbi terhadap senyawa baku (sebagai RRv atau RRt)

yang dapat ditambahkan ke dalam ekstrak cuplikan atau dapat berupa pelarut yang digunakan

untuk melarutkan cuplikan. Perubah utama dalam KG adalah fase diam dalam kolom dan

suhu kerja. Kedua-duanya diubah-ubah menurut kepolaran dan keatsirian senyawa yang

Page 8: Fraksinasi daun jamu biji

dipisahkan. Banyak golongan senyawa dibuat turunannya secara rutin (terutama menjadi eter

trimetilsilil) sebelum dikromatografi gas karena dengan demikian memungkinkan pemisahan

pada suhu yang lebih rendah.

Alat KG dapat disusun sedemikian rupa sehingga komponen yang dipisahkan dapat

dianalisis dengan cara spektrometri atau dengan cara lain. Yang paling sering dilakukan

adalah menghubungkan KG dengan spektrometer massa (SM). Radas gabungan KG-SM ini

telah muncul pada tahun-tahun belakangan ini sebagai cara terpenting dari semua cara analisis

fitokimia

4. KCKT Preparatif

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) digunakan terutama untuk golongan

senyawa tak atsiri, macam terpenoid tinggi, segala jenis senyawa fenol, alkaloid, lipid, dan

gula. KCKT berhasil paling baik untuk senyawa yang dapat terdeteksi di daerah spektrum UV

atau spektrum sinar tampak. Sebagian besar pemisahan dengan KCKT modern menggunakan

kolom siap pakai dan berbagai jenis kolom ini disediakan oleh pabrik. Namun, kebanyakan

pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan kolom partikel silika mikropori untuk

semyawa non polar atau kolom balik untuk senyawa polar. Satu hal praktis terakhir yang patut

disebutkan adalah pelarut harus ultramurni. Prinsip pemisahan KCKT preparatif sama dengan

KCKT analitik, yang membedakan hanyalah pada penggunaan kolom yang lebih besar dan

injektor lebih banyak.

KCKT dapat disamakan dengan KG dalam hal kepekaan dan kemampuannya

menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif dengan sekali kerja saja. Perbedaannya ialah fase

diam yang terikat pada polimer berpori terdapat dalam kolom baja tahan karat yang bergaris

tengah kecil, dan fase gerak cair mengalir akibat tekanan yang besar. Alat KCKT lebih mahal

dari pada KG, terutama karena diperlukan sistem pompa yang cocok, serta semua sambungan

harus disekrup agar menahan tekanan. Fase geraknya adalah campuaran pelarut yang dapat

bercampur. Campuran ini dapat tetap susunannya (pemisahan isokratik) atau dapat diubah

perbandingannya secara sinambung dengan menambahkan ruang pencampur kepada susunan

alat (elusi landaran). Senyawa dipantau ketika keluar dari kolom dengan menggunakan

pendeteksi, biasanya dengan mengukur spektrum serapan UV. Dapat ditambahkan pemadu

(integrator) untuk mengolah data yang dihasilkan dengan mikroprosesor.

Perbedaan utama antara KCKT dan KG ialah bahwa cara pertama biasanya dilakukan

pada suhu kamar sehingga senyawa tidak mendapat perlakuan yag memungkinkan terjadinya

tata susun ulang termal selama pemisahan. Namun, mungkin saja pengendalian suhu kolom

KCKT menguntungkan pada pemisahan kritis sehingga mungkin diperlukan selubung yang

Page 9: Fraksinasi daun jamu biji

dikendalikan dengan termostat. Kolom, yang biasanya dikemas dengan partikel bulat kecil

yang terbuat dari silika yang berlapiskan atau berkaitan dengan fase diam, terutama peka

terhadap cemaran. Dengan demikian ekstrak tumbuhan perlu dimurnikan dan disaring

sebelum disuntikkan ke dalam pangkal kolom.

5. Kromatografi Kolom Konvensional

Beberapa langkah atau tahap untuk melakukan kromatografi kolom adalah sebagai

berikut:

a. Fase diam yang telah diaktifkan dalam keadaan kering atau telah dicampur sejumlah

cairan, dimampatkan dalam tabung kaca berdiameter tertentu yang bagian bawahnya punya

lubang pengalir.

b. Maksimal 1% ekstrak dari jumlah fase diam dilarutkan pada sedikit pelarut,

dikeringkan dengan fase diam dan diletakkan bagian atas kolom. Selanjutnya, aliri dengan

pelarut pengembang terpilih dengan atau tanpa tekanan udara. Tiap komponen campuran akan

bergerak turun dengan kecepatan khas sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.

c. Selama proses pengaliran, kran pengalir dialirkan dengan kecepatan alir tertentu.

d. Pelarut pengembang yang keluar ditampung, lalu dianalisis dengan KLT.

Tampungan yang Rf-nya sama dikumpulkan.

Page 10: Fraksinasi daun jamu biji

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ekstrak daun jambu biji atau

Psidii Folium dari Psidium guajava. Taksonomi tumbuhan jambu biji yaitu :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa kelat

Makroskopis : Daun: tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun

0,5cm sampai 1cm, helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang,

panjang 5 – 13 cm, lebar 3 – 6 cm, pinggir daun rata agak mengubang ke atas, permukaan atas

agak licin, warna hijau kelabu. Serbuk : warna hijau keabu-abuan. Fragmen pengenal adalah

banyak terdapat rambut penutup yang terlepas, hablur kalsium oksalat, stomata tipe

anomositik, mesofil dengan kelenjar lisigen. Mengandung tanin 5% .

Kandungan zat kimia : Daun jambu biji mengandung tanin, eugenol (minyak atsiri), minyak

lemak, damar, zat samak, triterpenoid dan asam afel. Buahnnya mengandung asam amino

Page 11: Fraksinasi daun jamu biji

(triptofan, lisin), kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C

(Muhlisah, 2007).

Kuersetin (suatu aglikon) adalah salah satu zat aktif kelas flavanoid yang secara biologis

amat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka quersetin memiliki

aktivitas antioksidan 4,7. Flavanoid merupakan sekelompok besar antioksidan bernama

polifenol yang terdiri atas antosianin, biflavon, katekin, flavanon, flavon dan flavonol.

Kuersetin termasuk ke dalam kelompok flavonol.

Kuersetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar, kuersetin dan glikosidanya

berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari flavonoid. Kuersetin dipercaya dapat melindungi

tubuh dari beberapa jenis penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses

peroksidasi lemak. Kuersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari

Low Density Lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion

logam transisi.

Ketika flavonol kuersetin bereaksi dengan radikal bebas, kuersetin mendonorkan

protonnnya dan menjadi senyawa radikal, tetapi elektron tidak berpasangan yang dihasilkan

didelokalisasi oleh resonansi. Hal ini membuat senyawa kuersetin radikal memiliki energi

yang sangat rendah untuk menjadi radikal yang reaktif.

Struktur Kuersetin

Tiga gugus dari keursetin yang membantu dalam kestabilan dan bertindak sebagai

antioksidan ketika bereaksi dengan radikal bebas yaitu:

1. Gugus O-dihidroksil pada cincin B

Page 12: Fraksinasi daun jamu biji

2. Gugus 4-oxo dalam konjugasi dengan alkena 2,3

3. Gugus 3- dan 5-hidrosil

Gugus fungsi tersebut dapat mendonorkan electron pada cincin yang akan meningkatkan

jumlah resonansi dari struktur benzene senyawa kuersetin.

Page 13: Fraksinasi daun jamu biji

BAB III

METODE PENELITIAN

2.1 ALAT DAN BAHAN

Kolom kromatogrfi

10 buah vial 25 ml

Labu alas bulat

Erlenmeyer

Beaker glass

Pipet tetes

Pinset

Kapas

Batang pengaduk

Cawan porselen

Soxhlet

Penotol mikro

Timbangan

Tissue

Gelas ukur

Statif

2.2 CARA KERJA

A. Preparasi ekstrak

Dihidrolisis selama 30 menit pada suhu 70 oC.

Dimasukkan ke dalam labu alas bulat, jangan lupa ditambah dengan batu didih.

Menimbang sampel 0,3 g ditambah 25 ml methanol dan 0,7 ml HCl 57%.

Page 14: Fraksinasi daun jamu biji

B. Pembuatan eluen 80 ml untuk fraksinasi

C. Fraksinasi dengan kromatografi kolom

Menutup Erlenmeyer dengan aluminium foil, kemudian dikocok pelan.

Mengambil asam formiat 6,8 ml kemudian masukkan dalam Erlenmeyer yang berisi campuran kloroform dan aseton.

Mengambil aseton 13,2 ml kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer yang berisi kloroform.

Mengambil kloroform 60 ml kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer.

Sebelumnya kolom kromatografi disumbat dengan kapas dibagian bawahnya.

Dikocok hingga merata dan dimasukkan ke dalam kolom kromatografi.

Silica gel sebanyak 30 g dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambah eluen ± 2 cm diatas permukaan silica gel.

Keringkan dengan serbuk silica gel.

Dipekatkan diatas water bath dengan cawan porselen.

Page 15: Fraksinasi daun jamu biji

Kemudian ditotolkan pada lempeng KLT, dieluasi dan dilihat pada sinar UV 254nm.

Apabila menghasilkan noda yang sama vial-vial tersebut digabung.

Kemudian vial diuapkan hingga volumenya tinggal setengah (± 10 menit), kemudian didinginkan.

Membuka kran dan diatur penetesannya (1 tetes/detik), ditampung dalam 10 buah vial yang telah diberi nomor , masing-masing vial sebanyak 15 ml.

Ekstrak yang sudah dikeringkan dengan silica gel dimasukkan kedalam kolom dengan hati-hati, kemudian ditambah dengan eluen lagi.

Ditunggu selama ± 30 menit untuk memampatkan dan melihat kolom retak atau tidak.

Kolom dialiri dengan eluen sampai ± 2 cm di atas permukaan silica gel.

Page 16: Fraksinasi daun jamu biji

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Panjang lempeng = 12 cm

Jarak noda (vial 1-5) = 7,5 cm

Jarak noda (vial 6-9) = 1 cm

Vial No- Rf

1 0,94

2 0,94

3 0,94

4 0,94

5 0,94

6 0,125

7 0,125

8 0,125

9 0,125

10 -

Page 17: Fraksinasi daun jamu biji

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini ditujukan untuk melakukan fraksinasi ekstrak daun jambu biji

dengan menggunakan kromatografi kolom. Dipilih bagian daun sebagai ekstrak dikarenakan

daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam

malat (Depkes, 1989). Sebelum melakukan fraksinasi, ada bebrapa hal yang harus dilakukan

yakni preparasi sampel dan pemilihan eluen. Selama preparasi, sampel ditambahkan metanol

dan HCL 57%. Metanol digunakan sebagai pelarut pengekstrasi sedangkan penambahan HCL

digunakan dalam proses hidrolisis, yakni untuk memotong ikatan glikosida pada ekstrak daun

jambu biji sehingga akan didapat quersetin yang terkandung di dalamnya. Dimana quersetin

merupakan senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon.Menurut Seshadri dan

Vasishta dalam Depkes (1989) telah diteliti bahwa ekstrak etanol dari daun jambu biji

mengandung quersetin, 3-arabinosapiranosida, guayaverin dan leukosin dengan kadar

quersetin sampai 0,02% yang berkhasiat mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada

manusia.

Selain memilih fase diam, pemilihan eluen juga merupakan faktor yang berpengaruh

besar. Eluen dipilih apabila ekstrak yang ditotolkan menghasilkan noda yang terpisah dengan

baik dan memiliki nilai Rf yang sama dengan noda standar. Selain itu, dalam pengujian

menggunakan KLT sebaiknya menggunakan eluen yang selalu baru sehingga nilai Rf

senyawa terpisah akan selalu tetap.

Tahap selanjutnya adalah fraksinasi dengan kromatografi kolom. Pada praktikum kali

ini digunakan kolom lambat, hal tersebut dikarenakan peralatan untuk kolom cepat tidak

tersedia pada laboratorium. Dalam pengerjaan percobaan fraksinasi, terdapat dua cara

pengerjaan yakni cara basah dan cara kering. Kedua cara tersebut dibedakan berdasarkan ada

tidaknya silika gel di dalam ekstrak. Pada cara basah, tidak ada penambahan silika gel setelah

dilakukan penguapan diatas cawan sehingga dapat langsung dimasukkan ke dalam kolom,

sedangkan pada cara kering ditambahkan silika gel hingga berbentuk seperti granul. Cara

fraksinasi yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah cara basah. Dalam menuang eluen

tidak boleh ada gelembung di dalam kolom agar kolom tidak pecah. Selain itu bagian bawah

yang telah disumbat juga tidak boleh bocor agar silika tidak jatuh. Pengaliran eluen pertama

kali dapat dibuang karena eluen tersebut belum membawa zat aktif ekstrak. Untuk selanjutnya

diatur penetesannya, yakni satu tetes/detik. Tetesan ini kemudian ditampung di dalam vial

Page 18: Fraksinasi daun jamu biji

yang sudah diberi nomor sebanyak 15 mL dalam 10 vial. Setelah itu, vial-vial tersebut

disimpan di dalam lemari asam selama ±1 minggu.

Setelah penyimpanan di dalam lemari asam, vial diuapkan/ dipekatkan di dalam water

bath hingga volumenya menjadi setengahnya atau bahkan seperempatnya. Tujuannya adalah

agar mempermudah dalam penotolan pada lempeng KLT. Penotolan dilakukan sebanyak 2

kali yang artinya sebanyak 4μl. Dari hasil uji dengan KLT diperoleh 4 noda. Noda 1 dan 2

diberikan oleh vial nomor 1 dan 2, noda 3 dan 4 dihasilkan oleh vial nomor 3 dan 4,

sedangkan untuk vial nomor 5, 6,7,8,9 dan 10 noda tak tampak. Sehingga dari ada tidaknya

noda sampel ekstrak daun jambu biji terbagi menjadi tiga fraksi.

Page 19: Fraksinasi daun jamu biji

BAB V

PENUTUP

Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penambahan HCL dalam preparasi sampel bertujuan untuk proses hidrolisis, yaitu

untuk memotong ikatan glikosida pada ekstrak daun jambu biji sehingga akan didapat

quersetin yang terkandung di dalamnya.

2. Eluen dipilih apabila ekstrak yang ditotolkan menghasilkan noda yang terpisah dengan

baik dan memiliki nilai Rf yang sama dengan noda standar.

3. Pada saat penuangan eluen tidak di perbolehkan adanya gelembung di dalam kolom

hal ini bertujuan agar kolom tidak pecah. Selain itu bagian bawah yang telah disumbat

juga tidak boleh bocor agar silika tidak jatuh.

4. Dari hasil uji dengan KLT diperoleh 9 noda dengan nilai Rf mulai dari 0,125-0,94

Nilai Rf 0,125 diberikan oleh vial nomor 6-9. Sedangkan untuk vial nomor 1-5

memberikan nilai Rf sebesar 0,94. Namun pada vial nomor 10 tidak menunjukkan

adanya noda.

Page 20: Fraksinasi daun jamu biji

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Materia Medika Indonesia Jilid 1.Jakarta: Depkes RI

Ansel, C.Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta : UI

Press

Arifin, A. S. 1986. Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Penerbit Karunia

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun: Cara Modern Menganalis Tumbuhan.

Bandung. ITB

Muhlisah, Fauziah. 2007. Tanaman Obat Keluarga (Toga). Jakarta : Niaga Swadaya. Hal 26-

28

Sirait, Midran .1980 .Materia Medika Indonesia Jilid I .Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Voigh, Rudolf. 1994 .Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi kelima. Yokyakarta : UGM

Press

Page 21: Fraksinasi daun jamu biji

LAMPIRAN

1. PREPARASI EKSTRAK

Dihidrolisis selama 30 menit Hasil dari hidrolisis ekstrak

Dipanaskan dicawan porselin

sampai kental Dituang dalam cawan porselin

Page 22: Fraksinasi daun jamu biji

2. PEMILIHAN ELUEN UNTUK FRAKSINASI

3. FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM

- Menyiapkan pemisahan dengan kromatografi kolom

Ditunggu +- 30 menit

Pembuatan Silica Gel + Eluen(a) Memasukan (a) ke kolom

Bag bawah diberi kapas

Eluen =

Kloroform : aseton : asam formiat

150 : 33 : 17

Page 23: Fraksinasi daun jamu biji

- Pembuatan ekstrak kering

Ekstrak hasil hidrolisis ditambah

Silica gel sampai terbentuk granul

- Sistem Kromatografi kolom dasar

Page 24: Fraksinasi daun jamu biji

- Uji Kromatografi Lapis Tipis