folio agama kvlc sem 1

28
SIFAT MALU DALAM ISLAM KOLEJ VOKASIONAL LEBUH CATOR 30450 IPOH TAJUK: SIFAT MALU DALAM ISLAM NAMA PELAJAR : MOHAMAD ANWAR BIN SAMSUARI

Upload: anwar-samsuari

Post on 03-Jan-2016

312 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sdsadsadsadsssssssssaaaa

TRANSCRIPT

SIFAT MALU DALAM ISLAM

KOLEJ VOKASIONAL LEBUH CATOR 30450 IPOH

TAJUK:

SIFAT MALU DALAM ISLAM

NAMA PELAJAR : MOHAMAD ANWAR BIN SAMSUARI

NO I/C : 971128-08-5691

KOS : TEKNOLOGI PEMBINAAN

NAMA PENSYARAH :PUAN RAHAYU BT AHMAD

SIFAT MALU DALAM ISLAM

INDEKS

NO TAJUK MUKA SURAT

1. 1.0 PENGHARGAAN 1

2. 2.0 PENGENALAN TAJUK 2-3

3.

3.0 SIFAT MALU DALAM ISLAM

3.1 Malu adalah Ciri Khas Keutamaan Manusia

3.2 Jenis-Jenis Malu

3.3 Keutamaan-Keutamaan Sifat Malu

3.4 Perkara-Perkara yang Dapat Meningkatkan Rasa Malu

3.5 Perkara-Perkara yang Tidak Termasuk Malu

3.6 Orang Yang Tidak Punya Rasa Malu

3.7 kesimpulan

4-5

6-7

8-10

11

12-13

14-15

16-18

4. 4.0 RUJUKAN 19

SIFAT MALU DALAM ISLAM

PENGHARGAAN

Segala puja dan puji hanyalah milik Allah Azza wa Jalla Semata. Shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu

'Alaihi Wassalam beserta ahlul baitnya, para shahabatnya, Khulafaur Rasidin, para

Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in serta para pengikut setia Beliau SAW hingga akhir

zaman.Alhamdulillah hirrabbil’alamin, saya merafakkan sepenuh kesyukuran kehadrat

ilahi dengan limpah dan kurniaNYA, dapat saya menyelesaikan tugasan folio ini dengan

penuh jayanya. Saya menjulang sepenuh penghargaan kepada, Puan Rahayu bt

Ahmad Pensyarah Matapelajaran Pendidikan Islam, di atas kesudian beliau memberi

tugasan ini kepada saya. Beliau juga banyak membantu saya sepanjang proses

pembentukan tugasan ini berlaku. saya juga mengucapkan ribuan teima kasih kepada

rakan saya iaitu Muhammad Aliff Nazmi bin Muhd Asshazali yang banyak membantu

saya secara langsung atau tidak langsung sepanjang proses merealisasikan tugasan ini

berjalan. Akhir sekali, saya ingin mengucapkan juga jutaan terima kasih kepada

keluarga saya terutamanya ibu dan ayah saya iaitu Samsuari bin Hashim dan Fauziah

binti Ibrahim kerana memberikan dorongan kepada saya untuk menyiapkan tugasan ini.

Pelbagai ilmu yang dapat saya rungkai sepanjang saya menyiapkan tugasan ini.

Sebelum saya mengundur diri terimalah serangkap mutiara kata dari saya sebagai

renung-renungan dan selamat beramal.

"Kesusahan tidak semuanya seksaan dan yang paling pahit itu bukan semuanya

racun, Tetapi adakalanya lebih berguna daripada kesenangan yang terus-

menerus”

SIFAT MALU DALAM ISLAM

PENGENALAN SIFAT MALU DALAM ISLAM

Raghib al Asfahani rahimahullah, dalam Kitab Fat-hul Baari, I/102 berkata: "Malu adalah

menahan diri agar tidak mengerjakan sesuatu yang tercela dan menahan hawa

nafsunya sehingga tidak menjadi seperti binatang". Manakala Ibnu 'Utsaimin rah.a.

dalam Syarh Arba'iin an Nawawi, hal 313 berkata; "Malu adalah suatu ungkapan

tentang sebuah reaksi yang terjadi pada diri seseorang ketika terjadi perbuatan buruk,

yang membuatnya tercoreng, lalu ia merasa risih (takut diketahui orang) lalu timbullah

rasa malu".

Menurut bahasa malu beerti perubahan, kehancuran perasaan atau duka cita yang

terjadi pada jiwa manusia karana takut di cela. Adapun asal kata al-hayaa u (malu)

berasal dari kata al-hayaatu (hidup), juga berasal dari kata al-hayaa (air

hujan).Sedangkan menurut istilah adalah akhlaq yang sesuai dengan sunnah yang

membangkitkan fikiran untuk meninggalkan perkara yang buruk sehingga akan

menjauhkan manusia dari kemaksiatan dan menghilangkan kemalasan untuk

menjalankan hak Allah.

Dari Shahabat Abu Mas’ud r.a. dia berkata, Nabi Muhammad S.W.T pernah bersabda :

"Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui manusia (secara turun

temurun) dari kalimat kenabian terdahulu adalah, "Jika engkau tidak memiliki rasa malu

berbuatlah sesukamu".

(Shahih Bukhari no.2044-6129)

SIFAT MALU DALAM ISLAM

HIKMAH HADITS:

1. Lafadz Hadits ("Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui manusia

(secara turun temurun) dari kalimat kenabian terdahulu) memiliki makna bahwa:

warisan-warisan berupa ucapan dari ummat-ummat terdahulu ada yang masih bertahan

hingga sekarang.

2. Lafadz ("Jika engkau tidak memiliki rasa malu berbuatlah sesukamu") memiliki

beberapa makna yang di jelaskan oleh para ulama, diantaranya:

2.1Secara dhohir lafadz hadits ini adalah Fiil Amr (berbentuk perintah).

Maksudnya; "Jika seseorang meninggalkan sifat malu-nya, seakan-akan ia di

perintahkan untuk mengerjakan semua larangan".

2.2 Lafadz hadits ini juga bermakna ancaman.Artinya; Lakukan apa saja yang

engkau iginkan, kerana sesungguhnya Allah S.W.T akan membalas semua

perbuatanmu". (Lihat Kitab Fat-hul Baari oleh Ibnu Hajar (VI/523) & Kitab al-

Minhaaj fii Syu'abil Liman oleh al-Hulaimi (III/232).

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa malu membatasi antara seorang hamba

dengan semua larangan atau kemaksiatan. Maka dengan kuatnya rasa malu makin

lemahlah kecenderungan seseorang untuk terjerumus dalam kemaksiatan. Sebaliknya

dengan lemahnya rasa malu makin kuatlah keinginan seseorang untuk melakukan

kemaksiatan.

SIFAT MALU DALAM ISLAM

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Malu adalah Ciri Khas Keutamaan Manusia

Ketahuilah, Allah S.W.T memberikan sifat malu agar manusia menahan diri dari

keinginan-keinginannya sehingga tidak berprilaku seperti binatang. Ingatlah ketika

Adam dan Hawa memakan buah yang terlarang lalu nampaklah aurat keduanya.

“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya.

tatkala keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-

auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian

Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari

pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh

yang nyata bagi kamu berdua?"

(Qs. Al-A’raaf : 22)

Dari ayat di atas menunjukkan bahawa secara fitrah manusia merasa malu jika tidak

berpakaian. Dan tidaklah manusia itu mempamerkan auratnya tanpa pakaian kecuali

fitrahnya telah rusak. Sedangkan rosaknya fitrah adalah akibat gangguan iblis dan

tentaranya.

Adapun orang yang berupaya menelanjangi badan dari pakaian, melucuti jiwa dari

pakaian ketakwaan dan menghilangkan sifat malu kepada Allah dan manusia, mereka

itulah yang menginginkan manusia lepas dari fitrahnya dan sifat-sifat kemanusiaannya.

Padahal dengan fitrah dan sifat kemusiaannya itulah ia di sebut sebagai manusia.

Sesungguhnya telanjang adalah sifat asli dari haiwan, manusia tidak punya

SIFAT MALU DALAM ISLAM

kecenderungan kepadanya, jika sampai ada tentulah akan terjerumus dalam Lumpur

kehaiwanan.

Anehnya, para pembantu syaitan yang hidup di tengah-tengah kaum muslimin

memberikan nama-nama kepada para muslimah di rumah, di jalan, di sekolah atau di

mana saja yang mengenakan hijab, kerudung atau baju yang tebal, nama samaran

yang menyakitkan (fanatik, ortodok dan lainnya). Padahal wanita muslimah tidak

mengenakannya kecuali untuk menjaga kemuliaannya, menjaga auratnya dan agar

tumbuh darinya seluruh fitrah islami yang murni, serta agar jelas perbezaan dirinya

dengan mereka yang telanjang seperti haiwan.

Perhatikanlah, impak yang di timbulkan dari tempat-tempat membeli belah, para

designer pakaian dan salon-salon terhadap kaum muslimah zaman sekarang, mereka

melancarkan tipu daya dengan berbagai corak dan rupa, sebagaiman firman Allah

Ta’ala,

“… dan akan aku (syaitan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar

mereka mengubahnya…” (Qs. An-Nisa’ : 119)

Ajakan tipu daya tersebut dituruti saja oleh para wanita yang terbiasa berbusana

‘telanjang’. Ketaatan seperti itu menghinakan pelakunya dan sekaligus membuat orang

tertawa dan menangis. Merekalah wanita-wanita yang terbius, terpedaya oleh tipu daya

syaitan bertopengkan manusia. Bahkan boleh jadi haiwan yang hina sekalipun ikut

memburuk-burukkantingkah laku mereka yang mengikuti tren.Mereka tidak menyadari

bahawa mereka hanyalah digunakan sebagai propaganda objek bisnes, apabila sudah

tidak berguna lagi maka dicampakkan.

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Jenis-Jenis Malu

Terdapat banyak jenis-jenis malu, diantaranya :

Malu kepada Allah

Ketahuilah sesungguhnya celaan Allah itu diatas seluruh celaan. Dan pujian Allah

subhanahu wata’ala itu diatas segala pujian. Orang yang tercela adalah orang yang

dicela oleh Allah. Orang-orang yang terpuji adalah orang-orang yang dipuji oleh Allah.

Maka haruslah lebih malu kepada Allah dari pada yang lain.

Malu kepada Allah adalah jalan untuk menegakkan segala bentuk Ketaatan dan

menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Kerana jika seorang hamba takut di cela Allah,

tentunya ia tidak akan menolak ketaatan dan tidak pula mendekati kemaksiatan. Oleh

kerana itulah malu merupakan sebagian dari iman.

Nabi sallawahu’alaihi wassallam bersabda, “Iman itu memiliki tujuh puluh cabang lebih,

yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallah (tiadatuhan selain Allah), dan yang

paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu termasuk

salah satu cabang iman.”

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Malu kepada Manusia

Termasuk jenis malu adalah malunya sebagian manusia kepda sebagian yang lain.

Sebagaimana malunya seorang anak kepada orangtuanya, isteri kepada suaminya,

orang bodoh kepada orang pandai, serta malunya seorang gadis untuk terang-terangan

menyatakan ingin menikah.

“Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, bahwasannya ia berkata, ‘wahai Rasulullah

Shollallahu'alaihi Wa Sallam, sesungguhnya gadis itu malu. Maka Rasulullah

Shollallahu'alaihi Wa Sallam bersabda, ‘Persetujuannya diketahui dari diamnya’”.

Malunya seseorang terhadap dirinya

Dan ini salah satu bentuk malu yang di rasakan oleh jiwa yang terhormat, tinggi dan

mulia, sehingga ia tidak puas dengan kekurangan , kerendahan dan kehinaan. Kerana

itu engkau akan menjumpai seseorang yang merasa malu kepada dirinya sendiri,

seolah-olah di dalam raganya terdapat dua jiwa, yang satu merasa malu kepada yang

lain.Malu inilah yang paling sempurna kerana jika pada dirinya sendiri saja sudah

demikian malu, apalagi terhadap orang lain.

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Keutamaan-Keutamaan Sifat Malu

Allah mencintai sifat malu

“Sesungguhnya Allah adalah Maha Pemalu dan Maha Menutupi. Dia mencintai rasa

malu dan ketertutupan.”

Hadits Shahih riwayat Abu Dawud (4012), an-Nasa-I (I/200), Ahmad (IV/224) dari Ya’la

bin Umayyah radhiallahu’anhu.

Sifat Malu adalah akhlak Islam

“Sesungguhnya setiap agama itu berakhlak, Sedangkan akhlak agama islam

adalah malu.”

Hadits Hasan riwayat Ibnu Majah (4181), al-Khara-ithi dalam Makaarimul Akhlaaq (49),

ath-Thabrani dalam al-Mu’jamush Shaghiir (I/13-14) hadits dari Anas.

Termasuk bagian dari iman

Dari Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhu, bahwasannya Rasulullah Shollallahu’alaihi Wa

Sallam melewati seorang laki-laki dari sahabat Anshar sedang menasehati temannya

tetang rasa malu. Lalu Rasulullah Shollallahu’alaihi Wa Sallam bersabda, “Biarkan ia,

sesungguhnya malu merupakan bagian dari iman”

HR. Bukhari (Fathul Baari X/521), Muslim Syahr an-Nawawi II/6-7)

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Sifat malu mendatangkan kebaikan,

“Malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan”

HR. Bukhari (Fathul Baari I/74)

Sifat malu menghantarkan ke surga

“Malu itu bagian dari iman. Dan iman tempatnya di surga, sedangkan ucapan keji

termasuk bagian dari tabiat kasar, tabiat kasar itu tempatnya di neraka.”

Hadits Shahih riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Hibban 1929, al-Hakim I/52, Ahmad II/501 dari

banyak jalan.

Sifat Malu adalah penghias semua amalan

Dari shahabat Anas bin Malik r.a., ia berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam

bersabda:

"Tidak ada (unsur) malu pada sesuatu, kecuali ia akan menghiasinya".

(Shahih Sunan Tirmidzi No.1974)

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Meneladani salah satu akhlak Nabi S.A.W

Dari shahabat Abu Sa'id al-Khudri r.a., ia berkata, "Rasulullah Shalallahu Alaihi

Wassalam adalah seorang yang sangat pemalu".

(Shahih Muslim No.2149/Adabul Mufrod No.467))

Mewarisi akhlak Malaikat & Shahabat Nabi S.A.W

Dari ummul Mukminin 'Aisyah r.a., dia berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam

bersabda: "...Sungguh aku malu terhadap orang yang malaikat merasa malu terhadap

orang itu" (maksudnya shahabat Utsman bin Affan)

(Shahih Muslim No.1637)

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Perkara-Perkara yang Dapat Meningkatkan Rasa Malu

Muraqabatullaah (merasa terus diawasi Allah)

Bila bila masa sahaja seorang hamba itu merasa Allah sedang melihat kepadanya dan

berada dekat dengannya, ia akan mendapatkan ilmu ini (muraqabatullaah) kerana

rasa malunya kepada Allah.

Mensyukuri nikmat Allah,

Sifat malu akan muncul dengan memikirkan nikmat Allah yang tidak terbatas, pada

hakikatnya orang yang berakal akan merasa malu untuk menggunakan nikmat Allah

untuk berbuat maksiat kepadanya.

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Perkara-Perkara yang Tidak Termasuk Malu

Tidak berkata atau tidak terang-terangan dalam kebenaran

Allah berfirman,

“… dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar …

” (Qs. Al-Ahzaab [33]: 53)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari (I/52) berkata, “Dan tidak boleh

dikatakan bahwa bisa jadi malu itu menjadi penghalang untuk berkata yang benar, atau

mengerjakan kebaikan kerana malu yang seperti itu bukan malu yang syar’i (sesuai

syariat)”

Imam an-Nawawi rahimahullah, dalam Syahr Shahih Muslim (II/5), “Terjadi masalah

pada sebagian orang yaitu orang yang pemalu kadang-kadang merasa malu untuk

memberitahukan kebaikan kepada orang yang ia hormati. Akhirnya ia meninggalkan

amar ma’ruf nahi munkar. Terkadang sifat malunya membuat ia melalaikan sebagian

apa yang menjadi haknya dan hal-hal lain yang biasa terjadi dalam kebiasaan sehari-

hari.”

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Malu dalam mencari ilmu

Dalam QS An-Nahl [16]: 43; Allah Azza wa Jalla berfirman:

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri

wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai

pengetahuan*828 jika kamu tidak mengetahui" {828: Ya'ni: orang-orang yang

mempunyai pengetahuan tentang nabi dan kitab-kitab.)

‘Aisyah berkata r.a.,

“Sebaik-baik wanita adalah para wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka

mendalami ilmu agama”

Imam Mujahid rahimahullah berkata, “Tidak akan bisa mencari ilmu (dengan benar)

orang yang malu mencarinya dan orang-orang yang sombong.”

SIFAT MALU DALAM ISLAM

ORANG YANG TIDAK PUNYA RASA MALU

Orang yang melakukan "al-Mujaharoh" (Membeberkan Aib sendiri)

Dari Shahabat Abu Hurairah r.a., dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Shalallahu

Alaihi Wassalam bersabda: "Semua umatku akan diampuni dosanya kecuali orang yang

berbuat dosa secara terang-terangan". (Shahih Bukhari no:2037-6069)

Meminta-minta

Diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Minta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya dengannya,

kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal atau perkara

yang sangat perlu”

[Shahîh. At-Tirmidzi (no. 681), Abu Dawud (no. 1639), an-Nasâ`i (V/100) dan dalam as-

Sunanul-Kubra (no. 2392), Ahmad (V/10, 19), Ibnu Hibbân (no. 3377 –at-Ta’lîqâtul

Hisân), ath-Thabrâni dalam al-Mu’jamul Kabîr (VII/182-183, no. 6766-6772), dan Abu

Nu’aim dalam Hilyatul-Auliyâ` (VII/418, no. 11076)

Meminta minta itu merupakan cakaran,yang mencakar wajahnya denganya yang

membawa maksud memalukan diri sendiri dengan meminta minta

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Menunda membayar hutang sedangkan ia mampu

“Orang yang menunda kewajiban, halal kehormatan dan pantas mendapatkan

hukuman”

(HR. Abu Daud no. 3628, An Nasa-i no. 4689, Ibnu Majah no. 2427, hasan).

Penundaan oleh orang yang mampu membayar hutang menghalalkan dia dipermalukan

dan dihukum.

SIFAT MALU DALAM ISLAM

KESIMPULAN

Manusia akan hidup dalam kebaikan selama rasa malu masih terpelihara, sebagaimana

dahan akan tetap segar selama masih terbungkus kulitnya. Secara kodrat, kaum wanita

sangat beruntung, dianugerahi fitrah penciptaannya dengan rasa malu yang lebih

dominan dibandingkan dengan pria. Namun, ironisnya, kini banyak sekali wanita yang

justru merasa malu mempunyai sifat malu dan berusaha mencampakkan jauh-jauh sifat

mulia dan terpuji itu. Sehingga, terlalu banyak kita jumpai saat ini kaum wanita yang

lebih tidak tahu malu daripada laki-laki.

Lunturnya sifat malu dalam masyarakat merupakan salah satu parameter degradasi

iman. Sebab, rasa malu akan segera menyingkir dengan sendirinya tatkala iman sudah

terkikis. Sebagaimana sabda Rasululloh Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya:

“Malu dan iman saling berpasangan (sesuatu yang kembar). Bila salah satunya hilang,

maka yang lain turut hilang.”

(HR: Hakim dalam kitab Al-Mustadrak, ia berkata hadits ini shahih dengan syarat

Bukhari Muslim dan Dzahabi menyepakatinya)

Malu merupakan penghalang seseorang untuk melakukan perbuatan dosa. Hasrat

seseorang untuk berbuat dosa berbanding terbalik dengan rasa malu yang dimilikinya.

Abu Hatim berkata: “Bila manusia terbiasa malu, maka pada dirinya terdapat faktor-

faktor yang mendorong pada kebaikan. Sebaliknya orang yang tidak tahu malu dan

terbiasa berbicara kotor maka pada dirinya tidak akan ada faktor-faktor yang

mendorong pada kebaikan, yang ada hanya kejahatan.”

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Muhammad Ibnu Abdullah Al-Baghdadi melantunkan syair sebagai berikut:

“Bila cahaya wajah berkurang,

maka berkurang pula rasa malunya

Tidak ada keindahan pada wajah,

Bila cahayanya berkurang

Rasa malumu peliharalah selalu,

Sesungguhnya sesuatu yang menandakan kemuliaan seseorang,

Adalah rasa malunya.”

Al-Qurthubi rahimahulloh berkata: “Al-Musthafa (Nabi Muhammad) Shallallahu ‘alaihi

wa Sallam adalah orang yang pemalu. Beliau menyuruh (umatnya) agar mempunyai

sifat malu". Namun satu hal yang perlu diketahui bahwa malu tidak dapat merintangi

kebenaran yang beliau katakan atau menghalangi urusan agama yang beliau jadikan

pegangan sesuai dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,

SIFAT MALU DALAM ISLAM

“Dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar” (QS: Al-Ahzab [33]: 53)”.

Sifat yang mulia ini selayaknyalah kita pupuk dengan baik dan kita jaga agar tidak

musnah dari diri kita. Berbahagialah kita, jika kita terlahir sebagai sebagai seorang yang

pemalu, yang berati kita telah mempunyai sifat dasar yang baik. Rasululloh Shallallahu

‘alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada Asyaj dari bani Anshar, yang artinya: “Pada

dirimu ada dua sifat yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala sukai.” Maka ia bertanya,

“Apakah itu, wahai Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam?” Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa Sallam menjawab; “Sabar dan malu”. Asyaj bertanya lagi, “Apakah kedua sifat

itu sudah ada sejak dulu atau baru ada?”. Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam

menjawab, “Sejak dulu.” Asyaj berkata, “Puji syukur kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala

yang telah memberiku dua sifat yang Allah sukai “ (HR: Ibnu Abi ‘Ashim).

Jika memang kita rasakan sifat itu kurang pada diri kita, maka tidak perlu khawatir

kerana sifat itu dapat ditumbuhkan. Dengan meningkatkan iman, ma’rifatulloh, dan

pendekatan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sehingga dalam diri kita timbul

kesadaran bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengawasi, mengetahui

segala sesuatu yang kita kerjakan dan yang kita simpan dalam hati maka akan

tumbuhlah malu imani yang mampu mencegah seseorang berdosa kerana takut pada

Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam.

(Sumber Rujukan: Al-Qur’an, Fathul Bari, Hadits Bukhori dan Muslim dan berbagai

sumber lainnya)

SIFAT MALU DALAM ISLAM

Rujukan

1. http://hadithhadithsahih.blogspot.com/

2. http://ebook.mw.lt/jowo2/txtmalu.txt

3. http://hariswanindra.blogspot.com/2010/07/milikilah-sifat-malu.html

4. Rendah martabat jika hilang rasa malu, Berita Harian Online, 19 march 2013,

05:27:50 AM, Oleh Syed Abi Ghufran Syed Ahmad Al-Idrus

http://w1.bharian.com.my/bharian/articles/Rendahmartabatjikahilangrasamalu/

Article/artikel