firanda memfitnah ulama ahlus sunnah

16
Firanda memfitnah ulama ahlus sunnah Gelar “kadzdzab” (gemar berdusta) yang disematkan oleh salah seorang ulama besar di Madinah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim Al-Bukhari Hafizhahullah kepada seorang pelajar di Madinah yang bernama Firanda Andirja memang merupakan gelar yang layak disandangnya. Mengapa tidak, Firanda seakan tiada henti menghembuskan fitnahnya dengan menyebarkan berbagai kedustaan dikalangan salafiyyin dengan menyebarkan berita-berita palsu yang kandungannya adalah upaya merendahkan kedudukan para ulama dan Da’i Ahlus sunnah ditengah umatnya. Belum lama kita mendengarkan “haditsul ifk” Firanda yang menyebarkan fitnah dusta dengan mengatasnamakan Asy-Syaikh Rabi’ bahwa Beliau meninggalkan kota Madinah dan menetap di Makkah karena diusir dari Madinah. “Subahanaka hadza buhtaanun ‘azhim”, betapa lancangnya anda berdusta atas nama seorang yang disebut oleh Imam Al-Albani sebagai “pembawa bendera al-jarhu wat-ta’dil” dizaman ini. Mungkin dia berkata: bukan saya yang mengatakan itu, tapi saya hanya menukil. Kami katakan: Anda terkena ucapan anda sendiri, bukankah anda sendiri menyebutkan dalam “buku fitnah” anda yang berjudul “lerai pertikaian sudahi permusuhan” sebagai berikut: “Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya, al-Adab al-Mufrad (no.324), demikian juga Ibnu Abid Dun-ya dalam kitabnya, ash-shamt (no.260), dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih al-Adab (no.247), dari ‘Ali, ia berkata: ٌ اءَ وَ سِ مْ ثِ ال يِ ف اَ هِ لْ بَ حِ بُ ّ دُ مَ يْ يِ الدَ وِ رْ وُ ّ ز ل اَ ةَ مِ لَ كُ لِ - اَ ق ل ا“Pengucap perkataan dusta adalah sama dosanya dengan orang yang memanjangkan tali perkataan tersebut.” Makna ucapan ‘Ali “yang memanjangkan tali perkataan tersebut”, yaitu menyebarkannya.” (Dinukil dari buku fitnah Firanda, hal:26) Tak lama setelah itu, ia kembali berulah di kota Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam, dengan menyebarkan berita palsu berikutnya bahwa Asy-Syaikh Abdullah

Upload: een-nimatul-marah

Post on 25-Jul-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

Firanda memfitnah ulama ahlus sunnah

Gelar “kadzdzab” (gemar berdusta) yang disematkan oleh salah seorang ulama besar di Madinah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim Al-Bukhari Hafizhahullah kepada seorang pelajar di Madinah yang bernama Firanda Andirja memang merupakan gelar yang layak disandangnya. Mengapa tidak, Firanda seakan tiada henti menghembuskan fitnahnya dengan menyebarkan berbagai kedustaan dikalangan salafiyyin dengan menyebarkan berita-berita palsu yang kandungannya adalah upaya merendahkan kedudukan para ulama dan Da’i Ahlus sunnah ditengah umatnya.

 

Belum lama kita mendengarkan “haditsul ifk” Firanda yang menyebarkan fitnah dusta dengan mengatasnamakan Asy-Syaikh Rabi’ bahwa Beliau meninggalkan kota Madinah dan menetap di Makkah karena diusir dari Madinah. “Subahanaka hadza buhtaanun ‘azhim”, betapa lancangnya anda berdusta atas nama seorang yang disebut oleh Imam Al-Albani sebagai “pembawa bendera al-jarhu wat-ta’dil” dizaman ini.

Mungkin dia berkata: bukan saya yang mengatakan itu, tapi saya hanya menukil.

Kami katakan: Anda terkena ucapan anda sendiri, bukankah anda sendiri menyebutkan dalam “buku fitnah” anda yang berjudul “lerai pertikaian sudahi permusuhan” sebagai berikut:

“Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya, al-Adab al-Mufrad (no.324), demikian juga Ibnu Abid Dun-ya dalam kitabnya, ash-shamt (no.260), dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih al-Adab (no.247), dari ‘Ali, ia berkata:

اء� و� ا ف�ي اإل�ثم� س� بل�ه� د� ب�ح� الذ�ي ي�م� ور� و� ة� الز� ائ�ل� ك�ل�م� الق�

“Pengucap perkataan dusta adalah sama dosanya dengan orang yang memanjangkan tali perkataan tersebut.”

Makna ucapan ‘Ali “yang memanjangkan tali perkataan tersebut”, yaitu menyebarkannya.”

(Dinukil dari buku fitnah Firanda, hal:26)

Tak lama setelah itu, ia kembali berulah di kota Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam, dengan menyebarkan berita palsu berikutnya bahwa Asy-Syaikh Abdullah Al-Bukhari –Hafizhahullah Ta’ala- menjelekkan Syaikh Abdurrazzaq Al-Abbad –Hafizhahullah-, yang menyebabkan Syaikh Abdullah Al-Bukhari marah besar kepadanya dan tidak memaafkannya hingga dia datang kerumah Beliau. Menurut berita dari Syaikh Al-Bukhari bahwa dia telah datang untuk meminta maaf,namun gelar “pendusta” tersebut masih saja Beliau sematkan kepada hamba Allah yang satu ini, dan gelar itu memang pantas disematkan kepadanya. Selamat berbahagia dengan gelar ini wahai Firanda dari salah seorang ulama besar Madinah Nabawiyyah.

Anehnya, Firanda menyebutkan dalam buku fitnahnya (hal:32), ia berkata:

Page 2: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

“Ada sebagian orang yang tidak bisa mengendalikan lisannya.Tidak peduli dengan apa yang diucapkannya.Tidak peduli siapapun yang sedang ia ghibah, yang ia bicarakan, yang ia rendahkan, yang ia jatuhkan harga dirinya.”

(Buku fitnah Firanda:32)

Benar apa yang anda katakan, terlebih lagi kalau yang sedang dibicarakan itu seorang ulama senior yang dikenal sebagai pembela sunnah Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, dan pembela manhaj salafi, semisal Syaikh Rabi’ Hafizhahullah Ta’ala.Al-Hafizh Ibnu Asakir rahimahullah berkata:

اعلم يا أخي وفقنا الله وإياك لمرضاته وجعلنا ممن يخشاه ويتقيه حق تقاته وع=ادة الل=ه في هت=ك أس=تار منتقص=يهم معلوم==ةالعلماء مسمومة أن لحوم

وأن من أطلق لسانه في العلماء ب==الثلب باله الل==ه قب==ل موت==ه بم==وت القلبفليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم

“Ketahuilah wahai saudaraku –semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada kami dan kalian untuk menggapai ridha-Nya dan menjadikan kami dan kalian termasuk orang- orang yang takut kepada-Nya dan bertakwa kepada-Nya- bahwa sesungguhnya daging para ulama itu beracun, dan kebiasaan Allah ‘azza wajalla, dalam membongkar kedok orang- orang yang merendahkannya adalah hal yang telah dimaklumi, dan barangsiapa yang melontarkan ucapannya dengan menjelekkan para ulama, maka Allah ‘azza wajalla, menghukumnya sebelum dia mati dengan kematian hatinya, hendaknya berhati- hati orang- orang yang menyelisihi perintahnya akan tertimpa fitnah atau tertimpa azab yang pedih.”

Berkata Abdullah bin Mubarak rahimahullah:

من استخف بالعلماء ذهبت آخرته ومن استخف باألمراء ذهبت دنياه ومن استخف باإلخوانذهبت مروءته

“Barangsiapa yang merendahkan para ulama maka hilang akhiratnya, dan siapa yang merendahkan penguasa maka hilang dunianya, dan siapa yang merendahkan saudaranya maka hilang harga dirinya.”

Berkata Ahmad bin Adzro’I rahimahullah:

الوقيعة في أهل العلم ال سيما أكابرهم من كبائر الذنوب

“Mecela para ulama terkhusus yang senior dikalangan mereka termasuk dosa besar.”

Berkata Malik bin Dinar:

كفى بالمرء شرا أال يكون صالحا وهو يقع في الصالحين

“Cukuplah kejahatan bagi seseorang yang menunjukkan dia bukan orang saleh tatkala dia merendahkan orang- orang saleh.”

Syaikh Abdul Aziz Sadhan –hafizhahullah- berkata:

“Berhati-hatilah dari sifat lancang dengan lisan dan telunjuknya terhadap lembaran hidup para ulama, dan berusaha memperburuk citra mereka atau menyebarkan berbagai tuduhan atas mereka.Sebab hal itu

Page 3: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

akan membuka pintu kejahatan yang lebar, yang dapat menyeretnya kepada kerusakan dan membuat kerusakan baik secara hakiki maupun secara maknawi, bukan hanya menimpa yang mengucapkannya saja, namun menyebabkan rusaknya seluruh masyarakat.Untuk menjelaskan bahayanya perkara ini dikatakan bahwa: sesungguhnya merendahkan para ulama dan meremehkan mereka, lebih besar dosa dan kejahatannya dibanding merendahkan selain mereka. Sebab merendahkan para ulama bukan hanya sekedar merendahkan pribadinya saja, namun mengarah kepada sikap merendahkan apa yang mereka bawa berupa ilmu, dan apa yang mereka miliki dari agama dan akhlaq.Oleh karenanya, dikhawatirkan atas orang yang merendahkan para ulama akan ditimpa hukuman yang disegerakan, disebabkan buruknya perbuatan dan kejahatannya.”

(Manzilatul ulama,Syaikh As-Sadhan,hal:33)

Lalu beliau menyebutkan salah satu bentuk merendahkan para ulama:

“mengotori lisannya dengan meng-ghibah mereka atau tidak membela kehormatan mereka tatkala dighibahi, dan musibah yang terbesar adalah tatkala seseorang merasa nikmat dengan merusak kehormatan mereka baik dengan ucapan, pendengaran atau menunjukkan tanda menerima. Perbuatan ini menunjukkan keburukan hati dan kejelekan maksud, bagaimana mungkin dia menghalalkan dirinya untuk melakukan perbuatan yang kotor itu. Meng-ghibah seorang muslim adalah haram berdasarkan nash al-Qur’an

ا Wضك�م ب�ع و�ال� ي�غت�ب ب�عض�

“Dan jangan sebagian kalian mengghibah sebagian lainnya.”

(QS.Al-Hujurat:12)

Sebab seorang muslim yang tidak berilmu memiliki kemuliaan dengan sebab islam, lalu bagaimana dengan seorang alim yang kedudukannya jauh lebih mulia dibanding yang lain, dengan kemuliaan ilmunya dan besar manfaatnya?.”

(Manzilatul ulama:55)

Namun ternyata kebiasaan berdusta Firanda tidak juga berhenti, dan gelar yang telah dilekatkan kepadanya tidak membuatnya jera dan bertaubat kepada Allah ‘azza wajalla, bahkan masih saja terus menyebarkan fitnah dan dusta

Siapa yang menyembunyikan fatwa?

Dalam buku fitnah karya Firanda –hadanallahu wa iyyahu-, dia mengutip terjemahan nasehat Syaikh Bin Baaz –rahimahullah-  sebagai berikut:

“…..Kelima : kebanyakan perkataan yang dilontarkan (baik berupa tuduhan maupun celaan) sama sekali tidak benar, namun hanya merupakan persangkaan-persangkaan keliru yang dihiasi oleh syaitan kepada para pengucapnya.

Page 4: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

 

Syaitan memperdaya mereka dengan hal ini. Allah berfirman:

وا س==� Zم� و�ال� ت�ج�س�ث ا م�ن� الظZن\ إ�نZ ب�عض� الظZن\ إ Wير وا ك�ث==� ت�ن�ب==� ن�وا اج ا الZذ�ين� آم� �ي�ه� ي�ا أا Wضك�م ب�ع و�ال� ي�غت�ب ب�عض�

“Hai orang- orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain danjanganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS.Al-Hujuraat:12)

Seorang mukmin hendaknya membawa perkataan saudaranya sesama muslim kepada makna yang paling baik.Sebagian salaf berkata,

Wال م� ح ير� م� ا ف�ي الخ� د� ل�ه� �نت� ت�ج� أ وءW و� يك� س� ت م�ن أ�خ� ج� ر� ة_ خ� ال� ت�ظ�نZنZ ب�ك�ل�م�

“Janganlah sekali-kali engkau menyangka dengan prasangka yang buruk terhadap sebuah kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu, padahal kalimat tersebut masih bisa engkau bawa kepada (makna) yang baik.”

(Buku fitnah Firanda,hal:67)

Apa yang disebutkan Syaikh Bin Baaz rahimahullah ini memang perlu kita renungkan lalu kita amalkan, dan saya berharap kita bisa mengamalkannya,Allahumma yassir. Namun ketika saya membaca makalah yang ditulis Firanda yang dengan entengnya melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan tuduhan “fatwa telah disembunyikan” ????....

Begitu mudahnya dia melemparkan tuduhan tanpa mendahulukan sikap husnuz zhan yang disebutkan dalam buku fitnahnya, saya tidak mengerti apa yang menyebabkan Firanda menyelisihi kaedahnya sendiri. Atau mungkin sikap husnuz zhan hanya diterapkan kepada orang- orang yang turut serta mengambil sumbangan dari ihya At-Turats tanpa perlu merasa khawatir akan pengaruh yang mereka bawa?, adapun yang memberi peringatan dari bahayanya pengaruh mereka yang selalu menimbulkan perpecahan dimana-mana, tidak perlu menerapkan sikap husnuz zhan kepada mereka, sehingga dengan mudahnya melemparkan tuduhan “menyembunyikan fatwa masyayikh”. Subhanallah, apa tidak ada kemungkinan lain yang lebih baik untuk membawa kepada persangkaan yang lebih sehat…..?

و�ى ب� ل�لتZق ر� و� أ�ق وم_ ع�ل�ى أ�الZ ت�عد�ل�وا اعد�ل�وا ه� ن�آن� ق� نZك�م ش� ر�م� و�ال� ي�ج

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”

(QS.Al-Maidah:8)

 

Fatwa disembunyikan, kenapa takut?

Walhamdulillah, tak ada fatwa yang perlu untuk disembunyikan, dan juga mengapa harus disembunyikan?. Berkenaan dengan fatwa Syaikh Ubaid hafizhahullah dalam salah satu kunjungan ke rumah Beliau, yang akhirnya saya dituduh oleh Firanda menyembunyikan fatwa yang telah ditanyakan

Page 5: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

kepada Beliau tentang Ihya At-Turats. Saya memang belum sempat mentranskrip lalu menerjemahkan fatwa Beliau selama ini, seperti halnya fatwa- fatwa para masyayikh lainnya yang masih tersimpan dalam komputer saya, juga belum sempat saya transkrip dan terjemahkan, dalam keadaan sangat ingin fatwa ini segera disebarkan. Hal ini disebabkan karena kesibukan mengajar, menulis artikel lain, dan yang lainnya. Sebagai contoh, fatwa Syaikh Khalid Azh-Zhufairi hafizhahullah yang membantah berita dusta yang disebarkan orang- orang yang membenci Syaikh Rabi’ hafizhahullah bahwa Beliau diusir dari Madinah, Syaikh Khalid hafizhahullah telah membantahnya dalam beberapa poin, dan bantahan ini sudah ada beberapa tahun lalu sejak awal kedatangan beliau ke Indonesia, dan saya berkeinginan untuk mentranskripnya, namun hingga kini belum sempat saya melakukannya, bukan karena kesengajaan ingin menyembunyikan fatwa.

Demikian pula fatwa Syaikh Abdullah Bukhari hafizhahullah yang menjelaskan tentang kedustaan Firanda, juga masih tersimpan filenya pada kami, padahal rekaman itu sudah lama, namun belum sempat kami transkrip dan menerjemahkannya untuk dikonsumsi oleh ahlus sunnah agar mengetahui siapa Firanda sebenarnya, bukan karena kami sengaja menyembunyikan fatwa, namun kesempatanlah yang belum kami miliki untuk melakukannya. Semoga dalam kesempatan lain kami akan menampilkan transkripnya, berikut file suara Beliau hafizhahullah, agar kemudian Firanda tidak lagi melemparkan tuduhan kepada kami bahwa “fatwa telah disembunyikan”…, semoga ini menjadi hadiah yang bermanfaat bagi al-akh Firanda.

 

Ini fatwa Syaikh Ubaid Hafizhahullah

Berikut ini fatwa Syaikh Ubaid hafizhahullah yang dengannya saya dituduh menyembunyikannya:

السؤال: م==ا نص==يحتكم لبعض اإلخ=وة ال==ذين يغ==ترون بحرك==ات جمعي==ة إحي==اء التراث حيث إن بعضهم يزعمون بأن إحي=اء ال=تراث اآلن ق=د تغ=يرت وص=ارت

سلفية؟

جواب الشيخ عبيد حفظه الله تعالى:

هذه العبارة عبارة التغير ووصف تغير من بدعة وهواء إلى سنة هذه العب==ارة يدندن بها اإلخوان المس==لمون وقص==ده ت==رخيص أه==ل الض==الل وال==دعوة إلى

قبولهم وقبول ما يصدرونه

وجمعي==ة إحي==اء ال==تراث ق==د تكلمت عليه==ا كث==يرا في مج==الس متع==ددة في السعودية وفي الك==ويت فهي علي م==ا ه==و علي==ه ال تتغ==ير,ف==إذا عملت إحي==اء التراث الكويتية تغيرت والرؤوس فيها وأهل الح==ل والعق==د فيه==ا إلى رج==ال سلفيين يوجهونها إلى نشر السنة المحضة الخالية من الشوب شوب البدع==ة فنحن مع==ه وإذا دع==وني إلى االنض==مام إلى أعم==الهم وق==درت على ذل==ك م==ا

ترددت

بقي هل يؤخذ العون من هذه الجمعيات والجمعيات المنحرفة سواء في ذلكجمعية إحاء التراث أو غيرها هذا له حالتان:

الحالة األولى: حال الطلب صاحب الحاجة يذهب إلى هذه الجمعية ويم==د ي==ده إليها )كلمة غير واضحة( فه==ذا األولى عدم==ه ألن ك==ل ص==احب مب==دأ منح==رف

Page 6: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

يغتنم حاجة الطرف اآلخر وال ينفك من==ه ذو الحاج==ة من ف==رض م==ا يري==د ه==ذاالمنحرف ولو بعد حين

الحال==ة الثاني==ة: أن تت==برع ه==ذه الجماع==ة المنحرف==ة تبرع==ا مطلق==ا غ==ير مشروط ,تتبرع بما ينف=ع أه=ل اإلس=الم بقط=ر أو في أقط=ار كبن=اء مس=اجد ومدارس ودفع أموال لحاجات هذه المدارس وهذه المس==اجد وي==دعون األم==ر ألهل البلد أو أهل قطر وال يملون عليهم أي شيء تبرع مطلق .فهذا ال بأس

به إن شاء الله تعالى ودليل هذا قوله صلى الله عليه وسلم:

)إن الله ليؤيد هذا الدين بالرجل الفاجر((

حتى لو أن كافرا عرض على أهل القرية سواء كان هذا الكافر حاكما أو غير الحاكم .بناء مسجد في قريته فقط البناء فنحن نقبله منه وال مانع أن نقول شكرا أحسنت ,ولكن ال نقول جزاك الله خيرا أحسن الله إليك أثاب==ك الل==ه ال, ألن هذا الدعاء من خصائص أهل اإلسالم ولكن نقول شكرا أحسنت .هذا ه==و ب==ارك الل==ه في==ك بالنس==بة للع==ون ال==ذي ي==أتي إلى أه==ل الس==نة من جماع==ات

منحرفة

Pertanyaan :

Apa nasehat Engkau kepada sebagian ikhwan yang terpedaya dengan gerakan ihya At-Turats dimana sebagian mereka menyangka bahwa Ihya At-Turats sekarang ini telah berubah dan menjadi salafiyah?

 

Beliau –hafizhahullah- menjawab :

Ungkapan ini yaitu ungkapan “berubah” dan menyifati sesuatu “berubah” dari bid’ah menuju sunnah.Ungkapan ini seringkali didengungkan oleh ikhwanul muslimin yang bertujuan untuk memberi kelonggaran kepada orang-orang sesat dan mengajak mereka untuk menerimanya dan menerima apa yang berasal dari mereka. Organisasi Ihya At-Turats telah sering aku jelaskan diberbagai majelis baik di Arab Saudi maupun di Kuwait, dan Masih tetap seperti dulu dan tidak ada perubahan. Apabila kegiatan-kegiatan Ihya At-Turats al-Kuwaitiyah telah berubah,para pemimpinnya , ahlul halli wal’aqd-nya juga telah berubah menjadi orang-orang yang bermanhaj salafy yang mengarahkan Ihya At-Turats untuk menyebarkan sunnah semata yang bersih dari noda bid’ah maka kami akan bersamanya. Jika mereka mengajak aku untuk bergabung dalam kegiatan-kegiatan mereka dan aku mampu melakukan hal itu maka aku tidak akan ragu (untuk bergabung).

Kemudian: apakah boleh diambil bantuan dari organisasi ini dan organisasi-organisasi yang menyimpang apakah itu organisasi ihya At-Turats atau yang lainnya,ini ada dua keadaan:

Pertama: keadaan meminta, orang yang memiliki kebutuhan mendatangi organisasi ini dan menjulurkan tangannya kepadanya, (kata kurang jelas…..) maka lebih utama tidak melakukannya, sebab setiap orang yang memiliki penyimpangan memanfaatkan kebutuhan yang dikehendaki pihak lain, dan yang butuh tidak dapat berlepas darinya tatkala diharuskannya dia melakukan apa yang diinginkan oleh orang yang menyimpang ini meskipun dimasa yang akan datang.

Keadaan kedua:

Page 7: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

Jama’ah yang menyimpang ini memberi sumbangan secara mutlak tanpa syarat, menyumbang dengan sesuatu yang memberi manfaat bagi kaum muslimin disebuah kampung atau beberapa kampung, seperti membangun masjid, sekolah,memberi harta untuk kebutuhan sekolah-sekolah ini dan masjid-masjid,dan menyerahkan segala urusan kepada penduduk negeri tersebut atau penduduk kampung tersebut, dan mereka tidak mendikte mereka sedikitpun, namun sumbangan secara mutlak. Maka ini tidak mengapa insya Allah Ta’ala. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam :

)إن الله ليؤيد هذا الدين بالرجل الفاحر((

“Sesungguhnya Allah azza wajalla, menguatkan agama ini melalui seorang yang fajir”

Bahkan meskipun orang kafir yang menawarkan kepada penduduk kampung, sama saja apakah kafir ini penguasa atau bukan, untuk membangun masjid di kampungnya,sekedar membangun masjid. Maka kita terima darinya,dan tidak mengapa untuk kita katakan kepadanya: terima kasih,engkau telah berbuat baik. Namun kita tidak mengucapkan “semoga Allah membalasmu kebaikan”, “semoga Allah berbuat baik kepadamu”, “semoga Allah memberimu pahala”, sebab do’a ini termasuk kekhususan kaum muslimin .Namun kita katakan : terima kasih engkau telah berbuat baik. Barakallahu fiik . Ini berkenaan tentang bantuan yang datang kepada ahlus sunnah dari jama’ah-jama’ah yang menyimpang.

(Pertemuan dirumah Syaikh Ubaid Al-Jabiri Hafizhahullah,rekamannya ada pada kami).

 

Dalam fatwa Syaikh Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah Ta’ala ini, ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan:

Pertama :

Dalam hal meminta dana kepada organisasi yang menyimpang, baik ihya At-Turats ataupun yang lainnya sebaiknya tidak dilakukan, sebab hal itu akan memberi pengaruh kepada orang yang menerima dana tersebut, cepat atau lambat. Karena kebiasaan mereka yang selalu memanfaatkan orang-orang yang butuh kepada hartanya.

Kedua :

Mereka memberi sumbangan tanpa syarat secara mutlak, tanpa didikte sedikitpun, maka hal ini tidak mengapa, bahkan dari orang kafir sekalipun.

Cobalah anda perhatikan, fatwa Syaikh ini dengan jelas merinci permasalahan mengambil dana dari yayasan menyimpang, bahwa tidak mengapa mengambil dana dari mereka jika tanpa disertai syarat apapun, baik syarat idaari (administrasi) atau yang lainnya. Tapi Firanda sebagai “perwakilan yang tidak resmi” berusaha menjadi jubir (juru bicara) Syaikh Ubaid yang menafsirkan fatwa Beliau.Dia mengatakan:

“Persyaratan yang dimaksud bukanlah persyaratan membuat laporan kerja atau yang sifatnya idaari (administrasi) akan tetapi persyaratan yang bisa merusak manhaj seseorang, seperti syarat untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran yang menyimpang.”

 

Lihatlah penafsiran Firanda terhadap ucapan Syaikh Ubaid, lalu perhatikan pula fatwa Beliau diatas, jauh panggang dari api, atau sebagian mengistilahkannya “kurang nyambung”.

Page 8: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

Saya benar- benar merasa heran dengan tuduhan Firanda kepada saya bahwa saya sengaja menyembunyikan fatwa Beliau ini, padahal apa yang Beliau sebutkan ini sama sekali tidak bertentangan dengan apa yang telah kami jelaskan dalam buku “menjalin ukhuwwah diatas minhaj ukhuwwah”. Perhatikan apa yang saya sebutkan dalam “menjalin ukhuwwah,hal:32- 33:

“Pada saat kaum muslimin berusaha mengenal dakwah salafiyyah secara murni dan konsekwen serta senantiasa berpijak diatas al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan pemahaman yang benar dari salafus shalih dengan bimbingan para ulama ahlus sunnah wal jama’ah, mereka dikejutkan dengan sepak terjang organisasi ihya At-Turats al-Kuwaiti ini di bumi Indonesia. Mengandalkan dananya, mereka menyalurkan kepada beberapa organisasi, yayasan atau pondok pesantren untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti membangun masjid, menanggung anak yatim, menggaji para du’at (guru) dan semisalnya.

Kalau permasalahnnya berhenti sampai di sini, tentu hal itu tidak dipersoalkan oleh para ulama yang memberi peringatan dari bahaya organisasi tersebut. Ternyata tidak demikian, penyaluran dana itu diikuti dengan kegiatan yang justru menjadi pemicu terbesar semakin terpecahnya Ahlus sunnah di negeri ini.” Selesai penukilan.

Jadi permasalahannya bukan sekedar pemberian sumbangan, akan tetapi pengaruh Ihya At-Turats yang tidak hanya menyerahkan sumbangan semata, namun dampak dari sumbangan mereka untuk melakukan intervensi terhadap dakwah salafiyah di berbagai negeri, termasuk Indonesia.

Coba anda perhatikan fatwa Syaikh Muqbil rahimahullah yang juga dinukil Firanda berikut ini:

جاءني أناس من الكويت منهم األخ عبدالله السبت وق==الوا: نحن ال نس==تطيع أن نساعدك إال إذا كنت مرتبطWا بمؤسسة حكومية؟ فقلت لهم: ونحن ال نبيع دعوتنا ألحد، فإن شئتم أن تساعدوا الدعوة بدون شرط وال قي==د فعلتم، وإن

كان هناك شروط فيغنينا الله عز وجل عن مساعدتكم.

“Beberapa orang dari Kuwait datang menemuiku, diantaranya Al-Akh Abdullah As-Sabt, dan mereka berkata: Kami tidak mampu untuk membantumu kecuali jika engkau terkait dengan yayasan negeri?. Maka aku berkata kepada mereka : "Dan kami tidak menjual dakwah kami kepada seorangpun, jika kalian berkehendak untuk membantu dakwah tanpa syarat dan tanpa ikatan maka silahkan lakukan, dan jika ada persayaratan maka Allah akan mencukupkan kami dari membutuhkan bantuan kalian", selesai penukilan.

perhatikan yang beliau sebutkan, tatkala Abdullah As-Sabt yang enggan memberi sumbangan karena mensyaratkan agar ma’had beliau dibawah naungan yayasan negeri, yang ini juga bagian dari idaari (administrasi), bukan syarat agar mereka menyebarkan pemikiran menyimpang dan menyesatkan., namun Syaikhuna Al-Wadi’I rahimahullah menolak mentah- mentah permintaan mereka. Tapi anehnya, Firanda tidak mengomentari fatwa Syaikh Muqbil rahimahullah ini seperti halnya dia mengomentari fatwa Syaikh Ubaid hafizhahullah. Apa yang disembunyikan?

Ihya At-Turats tatkala memberi sumbangan, tentu tidak serta merta memberi syarat untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran sesat mereka, itu tidak akan mereka lakukan. Namun ada proses, camkan penjelasan dari Syaikh ubaid:” dan yang butuh tidak dapat berlepas darinya tatkala diharuskannya dia melakukan apa yang diinginkan oleh orang yang menyimpang ini meskipun dimasa yang akan datang.”

Hal ini sejalan dengan apa yang disebutkan Imam Al-Barbahari rahimahullah:

Page 9: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

أذنابهم ويخرجون التراب في وأبدانهم رؤوسهم يدفنون العقارب مثل البدع أصحاب مثليريدون ما بلغوا تمكنوا فإذا الناس بين مختفون هم البدع أهل وكذلك لدغوا تمكنوا فإذا

“Perumpamaan ahli bid’ah seperti kalajengking, mereka menyembunyikan kepala dan badannya ke dalam tanah dan mengeluarkan ekornya, jika mereka punya kesempatan maka merekapun segera menyengatnya. Demikian pula ahli bid’ah, mereka bersembunyi ditengah manusia, jika mereka punya kesempatan, maka mereka menyampaikan apa yang mereka inginkan.”

(Thabaqaat al-hanaabilah:2/44)

Perhatikan pula nasehat dari Imam Al-jarh wat-ta’dil Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali Hafizhahullah berikut ini:

أحذ\ر إخ==واني الس==لفيين من مكاي==د الجمعي==ات السياس==ة ال==تي تلبس لب==اس الس=لفية، وله=ا اتجاه=ات ومن=اهج مض=ادة للس=لفية ومنهجه=ا ، تتص=يZد ه=ذه

الم==الي والمعن==وي تحت س==تار دعم الجمعيات أهل المطامع الدنيوية بال==دعم الم==دعومون إلى الس==لفية، فاليش==عر العقالءالنبه==اء إال وق==د تح==ول أولئ==ك

الش=ديدة معاول ته=دم ال=دعوة الس=لفية ومناص=بة أهلهاالع=داء والخص=ومات الدعوة. الظالمة والسعي في إسقاط علماء وأعالم هذه

كما فعلت وتفع==ل ) جمعي==ة إحي==اء ال==تراث السياس==ية الكويتي==ةوفروعها في والبح===رين، حيث ض===ربوا ال===دعوة الس===لفية في اليمن، ومص===ر، اإلم===ارات

والسودان، والهند، وباكستان،وبنجالدش، فال يقبل دعمها ط==امعون إال رأيت االنشقاقات والصراعات والفتن بين عمالئها والسلفيين الثابتين على الح==ق الذين أدركوا مكاي==د ه==ذه الجمعي==ات وخططه==ا السياس==ية الم==اكرة ولمس==وا بأيديهم ، ورأوا بأبصارهم وبصائرهم النهايات المؤلمة المخزي==ة لمن يم==دون أي==ديهم الخائن==ة الذليل==ةإلى ه==ذه الجمعي==ات وأمواله==ا ، ال==تي تجم==ع باس==م الفقراء والمساكين والمنكوبين، ثم تكر\س هذه األم==وال إلى أولئ==ك الخون==ة الذين باعوا دينهم فأصبحوا لعباW وأبواقاW لهذه الجمعيات، وإن شئت فس==م\هم

جنوداW مجندين لحرب السلفية وأهلها في كل البلدان . اه=

من نصيحته حفظه الله لألخوة السلفيين بالعراق

ه=11/4/1430بتاريخ

“Aku peringatkan saudara- saudaraku salafiyyin dari makar organisasi-organisasi ini, politik yang mengenakan pakaian salafiyah, yang memiliki tujuan dan manhaj yang bertentangan dengan salafiyah dan manhajnya, dimana organisasi ini berusaha menjerat orang- orang yang cinta dunia dengan bantuan harta dibawah slogan “membantu salafiyah”. Lalu orang-orang yang berakal dan bijak tidak merasa hingga orang-orang yang diberi bantuan inipun berubah menuju penyimpangan yang meruntuhkan dakwah salafiyah dan menanamkan permusuhan dan pertengkaran sengit yang disertai kezaliman dan usaha untuk menjatuhkan para ulama dan tokoh-tokoh dakwah ini. Sebagaimana yang telah dan sedang dilakukan oleh organisasi politik Ihya At-Turats al-kuwaitiyah dan cabang- cabangnya di Emirat dan Bahrain, dimana mereka memukul dakwah salafiyah di Yaman, Mesir, Sudan, India, Pakistan, dan Bangladesh. Tidaklah orang- orang yang tamak menerima bantuannya melainkan engkau melihat perpecahan, pergolakan, berbagai fitnah akan timbul antara peneriman sumbangannya dengan salafiyyin yang kokoh diatas al-haq yang memahami makar oraganisasi ini dan berbagai trik-trik politik yang penuh dengan tipu daya. Mereka (salafiyyin) menyentuh dengan tangan-tangan mereka, melihat dengan mata dan ilmu mereka akhir yang menyakitkan dan menghinakan bagi mereka yang menjulurkan tangan-

Page 10: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

tangan khianat dan rendah mereka kepada organisasi ini dan hartanya yang dikumpulkan atas nama orang-orang fakir miskin, dan yang ditimpa musibah. Lalu kemudian harta-harta ini diserahkan kepada para pengkhianat itu yang telah menjual agamanya lalu mereka menjadi bahan permainan dan corong bagi organisasi ini. Jika engkau ingin, maka sebut saja mereka sebagai tentara yang dipersenjatai untuk memerangi dakwah salafiyah dan pemeluknya disetiap negeri.”

(Nasehat Beliau kepada ikhwan salafiyin di Iraq,tanggal 11-4-1430 H).

Kalaulah pengaruh “fulus” Ihya At-Turats yang menimpa Firanda dan yang bersamanya hanya sekedar merendahkan kedudukan Syaikh Robi’ Hafizhahullah, itu sudah cukup menunjukkan kesesatannya. Tapi ternyata pengaruhnya tidak berhenti sampai disini………

Semoga Allah memberi kemudahan kepada saya untuk menambah tulisan ini dalam kesempatan lain, insya Allah Ta’ala.

Adapun menyembunyikan fatwa jihad oleh seorang ustadz, saya sendiri tidak memahami maksud Firanda, fatwa yang mana dan siapa ustadz yang menyembunyikan fatwa itu?. Saya sudah bertanya kepada beberapa ustadz, tapi tidak satupun yang mengetahui hal ini. Fatwa yang mana dan ustadz siapa? Fa’tuu burhaanakum in kuntum shadiqiin.

( Bersambung insya Allah dengan judul…….. SAYA MENOLAK BERDIALOG )

 

Ditulis oleh:

Abu Karimah Askari bin Jamal

Waduh, Ternyata Firanda Seorang Pendusta……

Tentang kedustaan Firanda, telah kami jelaskan sebelumnya bahwa yang menghukumi dustanya Firanda bukanlah seorang ustadz yang berasal dari Indonesia,  namun seorang Syaikh dari kota Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang masyhur yang sangat dikenal kiprahnya dalam dakwah salafiyah, yaitu Syaikh: Abdullah Bin Abdurrahim Al-Bukhari Hafizhahullah Ta’ala. Beliau benar- benar mengetahui akhlak Firanda yang sangat buruk ini, sebab beliau yang menghadapinya secara langsung tentang fitnah keji yang dia sebarkan olehnya. Berikut ini fatwa Beliau:

 

.....عندكم فتنة وعندنا ما فيه فتنة أيض==ا عن==دنا فتن==ة نحن أيض==ا وفتن أك==ثر من التي عندكم إذا نبغى نمشي وراء كل واحد من ه==ؤالء كلم==ا تف==وه واح==د من هؤالء المجرمون ما أكثرهم ال كثرهم الله ما ندرس الناس وال نؤل==ف وال

نكتب وال نعلم وال ننشر دينا

Page 11: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

من أفجرهم االن وأخبثهم وأك==ذبهم اآلن ه==ذا الخ==بيث ال==ذي يس==مى فيرن==دا األندونيسي هذا الخبيث, أيوى الك==ذاب ه==ذا األش==ر يمش==ي في المدين==ة عن==د بعض الطلبة وبين الناس يشوش وأن الشيخ عبد الله لم يبق أحدا يتكلم في الجميع ويتكلم في كذا ويتكلم في الشيخ العباد وابنه وما أدري من, ألنه لما جاؤوني هنا ومن معه من أتباع علي مص==ري وتكلمت عليهم وعلى س==فههم هذا السفيه األرعن علي مصري وموقفه العام الماضي الذي كان ولمت هذا فيرندا على كتابه عن إحياء ال==تراث وخبث إحي==اء ال==تراث وبينت لهم من هي

إحياء التراث

قالوا والله يا شيخ ما ندري ما ندري أيش جزاك الله خيرا قد بينت قلت: ه==ا اآلن بينت ماذا ستفعل اآلن؟ طبعا هذا الرجل خرج من عندي وخالص ما ه==و

عارف كيف

يفعل يتصرف , بدأ يشيع هذا الكذب وهذا الفجور والخبث, بل إخوان=ه ال=ذين كانوا معه منهم نور إحسان ومن معه ق==الوا: ي==ا ش==يخ م==ا فهمن==ا ه==ذا الكالم منك وأنت تعلم أن هذا الرج==ل خ==بيث ك==ذاب ف==اجر يفج==ر في الك==ذب كم==ان فنحن بارك الله فيك كل يوم نحن عندنا فتة وكل يوم عن==دنا طالب فتن==ة ل==و

أننا ننشغل بهؤالء ما دعونا الناس وما درسنا وما علمنا يا أخي اتركوه....

)شريط مفرغ(

Terjemahan :

“Ditempat kalian terjadi fitnah, apakah ditempat kami tidak terjadi fitnah? Kami juga mengalami fitnah,

bahkan fitnah yang lebih banyak dibanding kalian, kalau kita terus berjalan dibelakang setiap mereka,

yakni setiap orang dari mereka para pelaku kejahatan berbicara, dan jumlah mereka sungguh banyak –

semoga Allah tidak menambah lagi jumlah mereka menyebabkan kita tidak lagi mengajar manusia, tidak

lagi membuat karya ilmiah, tidak lagi menulis, tidak lagi mengajar dan menyebarkan agama.

termasuk orang yang paling fajir diantara mereka (ahli fitnah). paling buruk dan pendusta sekarang ini

adalah si jahat yang dikenal dengan nama Firanda yang berasal dari Indonesia. Si jahat dan pendusta

besar ini berjalan di kota Madinah mendatangi sebagian para pelajar dan sebagian orang, dan membuat

kisruh bahwa Syaikh Abdullah (al-Bukhari) tidak menyisakan satupun, semuanya dikritik, dia

mengkritisi si fulan, mengkritisi Syaikh al-Abbad dan anaknya dan saya tidak tahu siapa lagi, sebab ketika

mereka datang kepadaku, dia bersama yang lain dari pengikutnya Ali Musri dan aku membicarakan

mereka dan kebodohan mereka, si bodoh yang ngawur Ali Musri dan sikap dia pada tahun yang lalu. Dan

aku mencela Firanda atas bukunya yang berbicara tentang Ihya At-Turats, Aku jelaskan kebobrokan Ihya

At-Turats dan memaparkan kepada mereka siapa itu Ihya At-Turats. mereka berkata: Demi Allah wahai

Syekh, kami benar-benar tidak tahu, jazakallah khaer engkau telah menjelaskannya. Maka saya

berkata : nah, sekarang aku telah menjelaskan, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Tentunya

Page 12: Firanda Memfitnah Ulama Ahlus Sunnah

orang ini (maksudnya Firanda,pen) dia keluar dari kediamanku dalam keadaan dia tidak tahu apa yang

akan dia lakukan dan perbuat setelah menyebarkan kedustaan, kefajiran dan kejahatan ini. Bahkan

teman-temannya yang ketika itu bersamanya, diantara mereka Nur Ihsan dan yang bersamanya, mereka

berkata: wahai syaikh, kami tidak memahami ucapanmu ini dengan pemahaman itu, dan engkau telah

mengetahui bahwa orang ini (maksud mereka Firanda,pen) jahat dan pendusta,fajir, bahkan kelewat

batas dalam berdusta pula. Maka kita semoga Allah memberkatimu- setiap hari kami menghadapi fitnah,

dan setiap hari kami menghadapi para pencari fitnah. Kalau sekiranya kita menyibukkan diri dengan

mereka, kita tidak akan mendakwahi manusia, tidak mengajar lagi, ya akhi, tinggalkan mereka…