filsafat ilmu

147
KULIAH FILSAFAT ILMU KULIAH FILSAFAT ILMU H.A. Djadja Saefullah H.A. Djadja Saefullah Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Upload: dikdik-megantara

Post on 03-Dec-2015

153 views

Category:

Documents


54 download

DESCRIPTION

Filsafat Ilmu, HA Djadja SaefullahGuru Besar Ilmu SospolUniversitas Padjadjaran

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat Ilmu

KULIAH FILSAFAT KULIAH FILSAFAT ILMUILMU

H.A. Djadja SaefullahH.A. Djadja SaefullahGuru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas PadjadjaranUniversitas Padjadjaran

Page 2: Filsafat Ilmu

Terjemahan harfiah Terjemahan harfiah

• Dari asal kata Yunani Kuno (Greek):Dari asal kata Yunani Kuno (Greek):

““philos” dan “sophia”philos” dan “sophia”

philos philos cinta, menyenangi cinta, menyenangi

sophia sophia kebenaran atau kebijaksanaan (wisdom) kebenaran atau kebijaksanaan (wisdom) Mencintai atau menyenangi akan kebenaran atau Mencintai atau menyenangi akan kebenaran atau

kebijaksanaankebijaksanaan Kebenaran ada yang bersifat mutlak dan ada yang Kebenaran ada yang bersifat mutlak dan ada yang

bersifat relatif bersifat relatif bergantung pada sumber bergantung pada sumber kebenaran itu kebenaran itu

Page 3: Filsafat Ilmu

Pengertian UmumPengertian Umum

FILSAFAT FILSAFAT Perenungan untuk menyusun Perenungan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang suatu sistem pengetahuan yang

rasional dan memadai, baik untuk rasional dan memadai, baik untuk memahami dunia memahami dunia tempat kita hidup tempat kita hidup maupun untuk maupun untuk memahami diri sendirimemahami diri sendiri

Pemikiran Secara Sistematis

Berakhir pada Tindakan

Page 4: Filsafat Ilmu

Sifat Pemikiran FilsafatSifat Pemikiran Filsafat

1.1. Menyeluruh Menyeluruh Pemikiran yang terus menerus terhadap Pemikiran yang terus menerus terhadap berbagai aspek yang mampu terjangkau berbagai aspek yang mampu terjangkau terus terus bertananya dan mencari jawaban bertananya dan mencari jawaban Complicated Complicated

2.2. Mendasar Mendasar Obyek pemikiran bukan hanya lingkungan Obyek pemikiran bukan hanya lingkungan tetapi juga diri sendiri tetapi juga diri sendiri Membongkar sampai pada akar- Membongkar sampai pada akar-akarnya akarnya RadicalRadical

3.3. Rasional Rasional Ramalan atau renungan yang bersifat rasional Ramalan atau renungan yang bersifat rasional Logical Logical

Sifat umum:Sifat umum: Kemampuan berfikir kritis yang sering tampil Kemampuan berfikir kritis yang sering tampil dalam perilaku meragukan, memepertanyakan, dan dalam perilaku meragukan, memepertanyakan, dan membongkar sampai pada akar-akarnyamembongkar sampai pada akar-akarnya

Page 5: Filsafat Ilmu

**Filsafat Merupakan Peneratas PengetahuanFilsafat Merupakan Peneratas Pengetahuan

WILL DURANT:WILL DURANT:Filsafat merupakan pasukan marinir yang Filsafat merupakan pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteriinfanteri

LOUIS KATTSOFF:LOUIS KATTSOFF:Filsafat merupakan penyiapan semua Filsafat merupakan penyiapan semua peralatan untuk membuat roti (kueh) sehingga peralatan untuk membuat roti (kueh) sehingga orang bisa membuat rotiorang bisa membuat roti

Page 6: Filsafat Ilmu

Landasan Berpikir Filsafat Ilmu

?

ONTOLOGIS Ujud hakiki dari obyek yang

diamati / dikaji / ditelaah

?

EPISTIMOLOGIS Proses memperoleh ilmu pengetahuan

?

AKSIOLOGIS Manfaat ilmu pengetahuan

Page 7: Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu adalah Filsafat Pengetahuan yang secara khusus

mengkaji hakikat Ilmu

Apakah Ilmu itu sendiri?

Page 8: Filsafat Ilmu

Pengertian Ilmu (Science)Pengertian Ilmu (Science)

• A.F. Calmers: “Science as an intelectual A.F. Calmers: “Science as an intelectual activity”activity”

• Anthony O’Hear: “Science as knowledge Anthony O’Hear: “Science as knowledge derived from the facts of experience” derived from the facts of experience” istilah lengkapnya “scientific knowledge”istilah lengkapnya “scientific knowledge”

• Fred R. Kerlinger: “In short, science is even Fred R. Kerlinger: “In short, science is even conceived to be a body of facts. Science in conceived to be a body of facts. Science in this view, is also a way of explaining this view, is also a way of explaining observed phenomena”observed phenomena”

Page 9: Filsafat Ilmu

PEMBEDAAN SCIENTIFIC PEMBEDAAN SCIENTIFIC KNOWLEDGEKNOWLEDGE

Necessary KnowledgeNecessary Knowledge Langsung dari kepercayaan dan apa adanya Langsung dari kepercayaan dan apa adanya Very nature of human reasoning Very nature of human reasoning Beliefs Beliefs Seseorang dilahirkan tidak dipertanyakan Seseorang dilahirkan tidak dipertanyakan kebenarannya dari mana kebenarannya dari mana tidak didasarkan pada tidak didasarkan pada pengalaman (experience)pengalaman (experience)

Theoretical KnowledgeTheoretical Knowledge Didasarkan pada pengalaman (experience)Didasarkan pada pengalaman (experience) Didukung evidence / bukti nyataDidukung evidence / bukti nyata Melalui formal rules Melalui formal rules Metode-metode penelitian Metode-metode penelitian

Page 10: Filsafat Ilmu

KLASIFIKASI SCIENCE (ILMU)KLASIFIKASI SCIENCE (ILMU)

RATIONALTheortical

RELIGIOUSNecessary

PARTICULAR

SCIENCE

UNIVERSAL

UNIVERSAL

PARTICULAR

Page 11: Filsafat Ilmu

PANDANGAN TERHADAP ILMUPANDANGAN TERHADAP ILMU

VALUE-FREE(BEBAS NILAI)

NOT VALUE-FREE(TIDAK BEBAS NILAI)

ILMU(ILMU PENGETAHUAN)

Page 12: Filsafat Ilmu

SUMBER KEBENARAN ILMU

MANUSIA BIASA

RASIO (OTAK) RASA (HATI)

PENGAMATAN

PENGALAMAN

PENGETAHUAN

UPAYA PENGULANG PENGAMATAN DAN PENGUJIAN

ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC KNOWLEDGE)

T U H A N

WAHYU MELALUI NABI / RASUL

Page 13: Filsafat Ilmu

Ilmu, Agama, dan FilsafatIlmu, Agama, dan Filsafat

• Ilmu yang sekarang berkembang hanya berdasarkan Ilmu yang sekarang berkembang hanya berdasarkan pemikiran manusia semata-matapemikiran manusia semata-mata

• Herman Suwardi : pemikiran sekulerHerman Suwardi : pemikiran sekuler• Yuyun S.Suriasumantri: rasionalisme, empirisme, intuisi dan Yuyun S.Suriasumantri: rasionalisme, empirisme, intuisi dan

wahyuwahyu• Kritik dar pemikir Barat sendiri “Ilmu tanpa agama buta, Kritik dar pemikir Barat sendiri “Ilmu tanpa agama buta,

agama tanpa ilmu lemah” (Einstein)agama tanpa ilmu lemah” (Einstein)• Alexander Bird: “Creation science originates with a literal Alexander Bird: “Creation science originates with a literal

reading of the Bible”reading of the Bible”• Santo Agustinus dan Thomas Aquinas: “agama dan filsafat Santo Agustinus dan Thomas Aquinas: “agama dan filsafat

dua hal yang sejalan”dua hal yang sejalan”• Iqbal: “Agama dan filsafat semestinya beriringan untuk Iqbal: “Agama dan filsafat semestinya beriringan untuk

mencapai kebenaran”mencapai kebenaran”

Page 14: Filsafat Ilmu

Hubungan Antara Ilmu dengan Agama Dalam Pandangan Barat

•Aristoteles dan Plato mempunyai pemikiran tentang filsafat pertama di atas filsafat metafisika. Mereka berpendapat bahwa fisika tidak tetap dan labil dan belum mencapai dasar terdalam Mencari derajat tertinggi dalam pengetahuan manusia yang tidak bisa diatasi lagi

• Istilah metafisika dintroduksi Andronikus tahun 70 SM dan baru tahun 3 SM diperguanakan secara umum

• Abad Pertengahan disusun hubungan Metrafisika dengan Teologi Kristiani

• Abad ke 13 mulai ada pengarang menyusun Metafisika lepas dari Teologi Kristiani

Page 15: Filsafat Ilmu

Hubungan Antara Ilmu dengan Agama Dalam Pandangan Barat

•1597 Francisco Suarez menyusun traktat secara sistimatis metafisika sebagai ilmu yang otonom tetapi masih memuat Ontologi dan Teologi

• 1623 Francis Bacon menempatkan bahan Ontologi di muka semua Ilmu Pengetahuan, termasuk masalah Ketuhanan

•1681 Du Humal memberikan nama khusus bagi Metafisika yaitu Ontologia dengan tidak memisahkan dari Teologi

• Sejak abad 18 di mana Christian Wolff membedakan Metafisika Generalis dengan Metafisika Spesialis Terjadi pemisahan ontologi dengan Teologi walaupun masih banyak yang berpendapat tidak dipisahkan

Page 16: Filsafat Ilmu

* Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Sebelum 15.000 th SM:

Manusia Belajar dari alam sekitarnya

Budaya hidup nomade

kl. 15.000 – 600 th SM:

Sudah mengenal membaca, menulis dan berhitung

Periode Mesir Kuno, Sumeria, Babilonia, Niviveh, Tiongkok, Maya, Inca

kl. 600 – 200 SM:

Periode Yunani Kuno : Manusia mempunyai kebebasan embriyo demokrasi liberal

Pemikir-pemikir Sokrates, Aristoteles, Plato, kemudian Thales, Archimedes, Aristachus, dll.

Mulai dokenal logika deduktif: silogismus

Abad Pertengahan:

Diwarnai pemikir-pemikir Arab dan Islam

Pengaruh agama dan moral

Abad Modern:

Ilmu Pengetahuan berkembang pesat hasil interaksi berbagai pengetahuan sintese

Page 17: Filsafat Ilmu

Awal Periode Yunani KunoAwal Periode Yunani Kuno• Sokrates (470-399 s.m.)Sokrates (470-399 s.m.) sebagai peletak dasar etika sebagai peletak dasar etika

filsafat Yunani filsafat Yunani moral inquiry, mulai dikenal logika moral inquiry, mulai dikenal logika deduktifdeduktif

• Plato (427-347 s.m.)Plato (427-347 s.m.) dengan pemikiran politiknya dalam dengan pemikiran politiknya dalam ‘Republik’, Degeneration of governmental forms: a ‘Republik’, Degeneration of governmental forms: a natural movement from aristricray to timecracy, to natural movement from aristricray to timecracy, to oligarchy, to democracy and finally to tyrannyoligarchy, to democracy and finally to tyranny

• Aristolteles (384-322 s.m.)Aristolteles (384-322 s.m.) yang mempunyai pemikiran yang mempunyai pemikiran bahwa negara adalah highest naural community yang bahwa negara adalah highest naural community yang dimulai dari rumah tangga, desa dan kota. Dia membagi dimulai dari rumah tangga, desa dan kota. Dia membagi ilmu pengetahuan umum dalam 8 bagian: logic, physics, ilmu pengetahuan umum dalam 8 bagian: logic, physics, biology, psychology, metaphysics, moral philosophy, biology, psychology, metaphysics, moral philosophy, political philisophyaetheticspolitical philisophyaethetics

Page 18: Filsafat Ilmu

Awal Periode Yunani Awal Periode Yunani KunoKuno• Polybius (204 – 122 SM):Polybius (204 – 122 SM):

Ia terkenal sebagai ahli sejarah besar, pemikir Ia terkenal sebagai ahli sejarah besar, pemikir tentang bentuk pemerintahan antara lain tentang bentuk pemerintahan antara lain menghubungkan antara kebijakan luar negeri menghubungkan antara kebijakan luar negeri dengan politik dalam negeri. Dia juga dengan politik dalam negeri. Dia juga mengemukakan pemikirannya tentang perubahan mengemukakan pemikirannya tentang perubahan sosial dan integritas dalam public affairssosial dan integritas dalam public affairs

• Cicero (106 – 43 SM):Cicero (106 – 43 SM):Seorang ahli hukum terkemuka yang Seorang ahli hukum terkemuka yang menghubungkan hukum dan pemerintahan seperti menghubungkan hukum dan pemerintahan seperti dalam tulisannya “The Republic and The Law”. dalam tulisannya “The Republic and The Law”. Menurut dia pemikiran tentang hukum bukan Menurut dia pemikiran tentang hukum bukan hanya bersifat kewenangan formal dan paksaan, hanya bersifat kewenangan formal dan paksaan, tetapi: “True law is right reason in agreement with tetapi: “True law is right reason in agreement with nature”nature”

Page 19: Filsafat Ilmu

SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMUDALAM PENGEMBANGAN ILMU

• Al-KindiAl-Kindi, , disamping menerjemahkan karya filsafat disamping menerjemahkan karya filsafat Yunani, kontribusinya menyekaraskan filsafat dan AgamaYunani, kontribusinya menyekaraskan filsafat dan Agama

• Tahun 1905 M Albert Einstein terkenal dengan teori Tahun 1905 M Albert Einstein terkenal dengan teori relativitas umum yang menyatakan kecepatan cahaya relativitas umum yang menyatakan kecepatan cahaya adalah konstan dan teori relativitas khusus di mana materi adalah konstan dan teori relativitas khusus di mana materi dan cahaya bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan cahaya bergerak dengan kecepatan sangat tinggi padahal 1.100 sebelumnya, pada abad ke 8 M dasar-dasar padahal 1.100 sebelumnya, pada abad ke 8 M dasar-dasar teori rfelativitas sudah dikemukakan Al-Kinditeori rfelativitas sudah dikemukakan Al-Kindi

• Al-Kindi dikenal pula sebagai geografer pertama yang Al-Kindi dikenal pula sebagai geografer pertama yang memperkenalkan percobaan ke dalam ilmu bumimemperkenalkan percobaan ke dalam ilmu bumi

• Ibnu Rusdi (Averus),Ibnu Rusdi (Averus), pemikir Muslim yang berpengaruh pemikir Muslim yang berpengaruh pada abad 12 M, mengintegrasikan antara Islam dengan pada abad 12 M, mengintegrasikan antara Islam dengan tradisi pemikiran Yunanitradisi pemikiran Yunani

Page 20: Filsafat Ilmu

SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMUDALAM PENGEMBANGAN ILMU

• Seperti diakui John J. O’Connor dan Edmund F. Robertson Seperti diakui John J. O’Connor dan Edmund F. Robertson dalam “MacTutor History of Mathematics”, dalam “MacTutor History of Mathematics”, Al-BiruniAl-Biruni disepakati para pakar sebagai Bapak Geodesi karena disepakati para pakar sebagai Bapak Geodesi karena kontribusinya dalam pengembangan Geografi dan kontribusinya dalam pengembangan Geografi dan Geodesi, di mana Al-Biruni mempelajari tehnik Geodesi, di mana Al-Biruni mempelajari tehnik pengukuran bumi dan menemukan radius bumi 6.339,6 km pengukuran bumi dan menemukan radius bumi 6.339,6 km padahal dunia Barat belum mengenalnyapadahal dunia Barat belum mengenalnya

• Al-KhawarizmiAl-Khawarizmi bersama 70 geografer Muslim lainnya bersama 70 geografer Muslim lainnya mampu membuat peta dunia pertama pada tahun 830 Mmampu membuat peta dunia pertama pada tahun 830 M

• Qutubin Asy-SyiraziQutubin Asy-Syirazi abad 13 mampu membuat peta Laut abad 13 mampu membuat peta Laut Putih / Laut Tengah yang dihadiahkan kepada Raja PersiaPutih / Laut Tengah yang dihadiahkan kepada Raja Persia

• Yaqut Ar-RuniYaqut Ar-Runi berhasi menulis 6 jilid ensiklopedi Negeri- berhasi menulis 6 jilid ensiklopedi Negeri-NegeriNegeri

Page 21: Filsafat Ilmu

SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMUDALAM PENGEMBANGAN ILMU

• Penjelajah Muslim asal Maroko, Penjelajah Muslim asal Maroko, Ibnu BatuttaIbnu Batutta, , abad 14 menemukan rute perjalanan baru di abad 14 menemukan rute perjalanan baru di mana hampir 30 tahun menjelajahi darat dan mana hampir 30 tahun menjelajahi darat dan lautan keliling dunia. Kemudian lautan keliling dunia. Kemudian Panglima Panglima Muslim Cheng Ho Muslim Cheng Ho dari Tiongkok menjelajahi dari Tiongkok menjelajahi sedikitnya 30 negara benua Asia dan Afrika dari sedikitnya 30 negara benua Asia dan Afrika dari tahun 1403 sampai tahun 1433 M tahun 1403 sampai tahun 1433 M kurang kurang lebih 87 tahun sebelum penjelajah Barat lebih 87 tahun sebelum penjelajah Barat Christoper ColumbusChristoper Columbus melakukannya bahkan melakukannya bahkan jauh lebih awal dari petualangan jauh lebih awal dari petualangan Vasco da GamaVasco da Gama dari Spanyoldari Spanyol

Page 22: Filsafat Ilmu

SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMUDALAM PENGEMBANGAN ILMU

• Sejarawan Barat, Philip K, Hitti, dalam kuliah Sejarawan Barat, Philip K, Hitti, dalam kuliah umumnya di University of Houston bulan umumnya di University of Houston bulan September tahun 2000 M, menyatakan bahwa September tahun 2000 M, menyatakan bahwa ilmuwan Muslimilmuwan Muslim Ibnu FarmasIbnu Farmas adalah perintis dan adalah perintis dan peletak dasar kedigantaraan dan manusia pertama peletak dasar kedigantaraan dan manusia pertama yang melakukan percobaan penerbangan pada yang melakukan percobaan penerbangan pada tahun 852 atau sekitar 600 tahun sebelum tahun 852 atau sekitar 600 tahun sebelum Roger Roger Bacon dan Leonardo Da VinciBacon dan Leonardo Da Vinci mencoba untuk mencoba untuk terbang. terbang.

Page 23: Filsafat Ilmu

SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMUDALAM PENGEMBANGAN ILMU

• Umar Kayyam Umar Kayyam yang lebih kesohor sebagai penyair yang lebih kesohor sebagai penyair dunia, sejatinya sebagai ilmuwan yang menguasai dunia, sejatinya sebagai ilmuwan yang menguasai matematika, astronomi dan filsafat matematika, astronomi dan filsafat Tahun 1980 Tahun 1980 astronot Uni Sovyet, Lyudmila Zhuravlyova, astronot Uni Sovyet, Lyudmila Zhuravlyova, menemukan sebuah planet kecil yang dia beri nama menemukan sebuah planet kecil yang dia beri nama Umar KhayyamUmar Khayyam

• Al-ZahrawiAl-Zahrawi sebagai ahli kedokteran yang lahir tahun sebagai ahli kedokteran yang lahir tahun 936 M diakui sebagai Bapak Ilmu Bedah modern yang 936 M diakui sebagai Bapak Ilmu Bedah modern yang dikenal Barat dengan Abulcasis dan termashur sampai dikenal Barat dengan Abulcasis dan termashur sampai abad 21 iniabad 21 ini dunia Barat baru mengembangkan Ilmu dunia Barat baru mengembangkan Ilmu Bedah pada tahun 1880Bedah pada tahun 1880

• Abad 16 M ilmuwan Muslim Abad 16 M ilmuwan Muslim Taqi Al-DinTaqi Al-Din telah telah memaparkan cara kerja mesin uap dengan menulis memaparkan cara kerja mesin uap dengan menulis sedikitnya 90 judul buku,sedikitnya 90 judul buku,

Page 24: Filsafat Ilmu

SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMUDALAM PENGEMBANGAN ILMU

• Dalam abad 9 M ilmuwan Muslim telah mempelari ilmu Dalam abad 9 M ilmuwan Muslim telah mempelari ilmu Optik jauh sebelum dunia Barat, antara lain Optik jauh sebelum dunia Barat, antara lain Ibnu Al-Ibnu Al-Haitam Haitam yang oleh orang Barat disebut yang oleh orang Barat disebut AlhazenAlhazen, y, yang ang menkaji ilmu Optik dengan kualitas riset tinggi, mengkaji menkaji ilmu Optik dengan kualitas riset tinggi, mengkaji mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana, mencetuskan matahari serta bayang-bayang dan gerhana, mencetuskan teori lensa pembesar, menjelaskan kinerja mata dengan teori lensa pembesar, menjelaskan kinerja mata dengan bagian-bagiannya secara detail, seperti konjungtiva, iris, bagian-bagiannya secara detail, seperti konjungtiva, iris, kornea, serta peranannya masing-masingkornea, serta peranannya masing-masing

• Hasil penelitian Al-Haitam antara lain dikembangkan Ibnu Hasil penelitian Al-Haitam antara lain dikembangkan Ibnu Farmas di Spanyol dengan membuat kaca mata Farmas di Spanyol dengan membuat kaca mata

Page 25: Filsafat Ilmu

SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMUDALAM PENGEMBANGAN ILMU

• Nama-nama lain diantaranya,Nama-nama lain diantaranya, Mimar SinanMimar Sinan sebagai arsitek sebagai arsitek ulung pada era kejayaan Usmani Turki abad 16 M,ulung pada era kejayaan Usmani Turki abad 16 M, Ibnu Ibnu ZuhurZuhur terkenal sebagai perintis metode bedah manusia dan terkenal sebagai perintis metode bedah manusia dan utopsi, utopsi, Al-SufiAl-Sufi yang oleh Barat dikenal dengan nama yang oleh Barat dikenal dengan nama Azophi berhasil melakukan observasi dan menjelaskan Azophi berhasil melakukan observasi dan menjelaskan bintang-bintang, posisi, jarak dan warna bintang,bintang-bintang, posisi, jarak dan warna bintang, Ibnu Al-Ibnu Al-BaitarBaitar menguasi ilmu Farmasi pada abad 9 M padahal menguasi ilmu Farmasi pada abad 9 M padahal dunia Barat baru pada abad 12 M, dunia Barat baru pada abad 12 M, Ibnu SinaIbnu Sina yang dikenal yang dikenal Barat Barat AvicenaAvicena menjelaskan sedikitnya 700 cara pembuatan menjelaskan sedikitnya 700 cara pembuatan obat dengan kegunaannya dalam kitabnya “Canon of obat dengan kegunaannya dalam kitabnya “Canon of Medicine”, dan masih banyak lagi dengan berbagai Medicine”, dan masih banyak lagi dengan berbagai bidang. bidang.

Page 26: Filsafat Ilmu

SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM SUMBANGAN PEMIKIR-PEMIKIR ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMUDALAM PENGEMBANGAN ILMU

• Bukti fisik dan historis sumbangan Islam terhadap Bukti fisik dan historis sumbangan Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, didirikannya perkembangan ilmu pengetahuan, didirikannya Universitas Universitas CodobaCodoba pada zaman kejayaan Islam di Spanyol tahun 711- pada zaman kejayaan Islam di Spanyol tahun 711-912 912 salah satu mahasiswanya Gerbert d’Aurillac yang salah satu mahasiswanya Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Sylverter IIkemudian menjadi Paus Sylverter II

• Bukti fisik lainnya di dirikannya Bukti fisik lainnya di dirikannya Universitas Al-Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko tahun 854 M, kemudian Qarawiyyin di Fez, Maroko tahun 854 M, kemudian Universitas AlAzhar di Cairo, Mesir tahun 975 MUniversitas AlAzhar di Cairo, Mesir tahun 975 M

• Satu abad berikutnya berdiri perguruan tinggi di dunia Satu abad berikutnya berdiri perguruan tinggi di dunia Barat, yaitu Barat, yaitu Universitas Bologna di Italia pada tahun 1088 Universitas Bologna di Italia pada tahun 1088 M, Universitas Paris di Francis tahun 1150 M, dan M, Universitas Paris di Francis tahun 1150 M, dan Universitas Oxford di Inggris tahun 1167 MUniversitas Oxford di Inggris tahun 1167 M

Page 27: Filsafat Ilmu

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Ilmiah pada Abad 18 dipengaruhi oleh Filsafat Positivisme

ISODORE AUGUSTE MARIE FRANCOIS XAVIER COMTE (1798-1857), tokoh Positisme dan bapak Sosiologi yang mempunyai pemikiran tentang tiga tahap kehidupan pemikiran manusia bukunya The Course of Positive Philoshopy

TAHAP TEOLOGIS - Animisme / Fetitisme -

Politeisme - Monoteisme

TAHAP METAFISIK -Kekuatan Abstrak – Pengertian

– Konsep Abstrak

TAHAP POSITIF - Realita -

Pemikiran Ilmiah

Page 28: Filsafat Ilmu

Berbicara atau PernyataanBerbicara atau Pernyataan

• Berbicara / pernyataan tentang obyek apa Berbicara / pernyataan tentang obyek apa adanya dengan tidak disertai pertimbangan adanya dengan tidak disertai pertimbangan atau olahan rasio atau olahan rasio common sensecommon sense

• Berbicara / pernyataan tentang obyek Berbicara / pernyataan tentang obyek melalui pertimbangan dan ada upaya untuk melalui pertimbangan dan ada upaya untuk melakukan klarifikasi atau pengujian melakukan klarifikasi atau pengujian intelectual activityintelectual activity

Page 29: Filsafat Ilmu

INTELECTUAL ACTIVITY

MENGAMATI

MEMBEDA-BEDAKAN / MEMILAH-MILAH

MEMILIH

MELAKUKAN PERCOBAAN

MENGEMBANGKAN

Page 30: Filsafat Ilmu

PROSES KNOWER – KNOWING - KNOWLEDGE

THE KNOWERKemampuan manusia untuk mengetahui, merasakan, dan mencapai apa yang dirasakan – Berdasarkan pada kesadaran (consciousness)

KNOWINGKegiatan berpikir atau nalar secara sadar – Apa yang dipikirkan

dengan menggunakan indera (pengalaman atau di luar indera (gaib/metafisik) – Berpikir empirikal dan berpikir transdental

KNOWLEDGEPengetahuan yang diperoleh dari nalar – Berhubungan dengan

kepercayaan dari yang diketahui melalui sense of perception, ingatan (memory) dan pengenalan obyek-obyek sebelumnya

Melalui klarifikasi dan pencaharian lebih lanjut diperoleh SCIENTIFIC KNOWLEDGE

Page 31: Filsafat Ilmu

SUBYEK OBYEKPROSES MENGAMATI

KNOWER – KNOWING- KNOWLEDGE

EMPIRIK METAFISIK

INTELECTUAL ACTIVITY

Page 32: Filsafat Ilmu

Proses Mengetahui dan Memahami Obyek

SUBYEK OBYEKMENGAMATI

?

? ??

?

?

?

?

???

?

Page 33: Filsafat Ilmu

Keterbatasan PengamatanKeterbatasan Pengamatan

1.1. Banyaknya aspek dalam dunia nyata yang Banyaknya aspek dalam dunia nyata yang tidak mungkin terjangkau semuanyatidak mungkin terjangkau semuanya

2.2. Perbedaan tempat / lingkunganPerbedaan tempat / lingkungan

3.3. Perbedaan waktu / Berlainan waktuPerbedaan waktu / Berlainan waktu

4.4. Pengetahuan subyek (pengamat) tidak samaPengetahuan subyek (pengamat) tidak sama

5.5. Sumber sikap berpikir dalam penafsiran Sumber sikap berpikir dalam penafsiran tidak sama / perbedaan referensitidak sama / perbedaan referensi

Page 34: Filsafat Ilmu

KETERBATASAN PENGAMATAN

OBYEK(YANG DIAMATI)

SUBYEK(PENGAMAT)

MENGAMATI

???

?

?

? ??

Page 35: Filsafat Ilmu

FALSIFICATIONISM

(Suatu paham atau pemikiran bahwa hasil pengamatan selalu akan bersifat fals)

Science starts with problem

?

Pengamatan pada dunia nyata

?

Kenyataannya hanya sebahagian kecil yang bisa diamati

?!

Hasilnya bersifat fals

Page 36: Filsafat Ilmu

Dasar Pemikiran Faham Falsification

Hasil Observasi tidak pernah sempurna dalam membentuk universal law

Banyak aspek yang tidak terjangkau oleh pengamatan manusia Selalu terjadi perubahan dalam dunia nyata / praktek

Teori adalah suatu hipotesis yang diajukan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu perilaku beberapa aspek dalam dunia atau alam semesta

Bisa berubah-ubah berdasarkan hasil pengamatan berikutnya

Page 37: Filsafat Ilmu

Dasar Pemikiran Faham Falsification

KESIMPULAN

COCOK TIDAK BERKEMBANG

FALSMELAHIRKAN TEORI BARU

TERUS BERKEMBANG

Page 38: Filsafat Ilmu

Karl Proper: PROPERIAN PHILOSHOPY OF SCIENCE

Scientist should imaginatively, freely and creatively propose and test theory

Proper always tends to speak in terms of explanations of phenomena in universal theories Proposing and testing universal theories is only part of the aim of science

A very good theory will be one that makes very wide-ranging claims about the world and which consequently highly falsifiable

“We cannot positively prove confirm a scientific theory”

Page 39: Filsafat Ilmu

SUMBER KEBENARAN ILMU

MANUSIA BIASA

RASIO (OTAK) RASA (HATI)

PENGAMATAN

PENGALAMAN

PENGETAHUAN

UPAYA PENGULANG PENGAMATAN DAN PENGUJIAN

ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC KNOWLEDGE)

T U H A N

WAHYU MELALUI NABI / RASUL

Page 40: Filsafat Ilmu

PEMAHAMAN TENTANG DUNIA RASA

TINGKATAN RASA

RASA BIASA

Dimiliki oleh semua manusia yang normal

RASA HATI NURANI

Muncul saat harus mengambil keputusan

RASA YANG DISUCIKAN

Pendekatan diri kepada Sang Pencipta

Mistisisme

i

Page 41: Filsafat Ilmu

D U N I A R A S AD U N I A R A S A1.1. IDEALISME IRRASIONAL IDEALISME IRRASIONAL IDELAISME NEGATIF IDELAISME NEGATIF

Memandang dunia melalui “will” berdasarkan apa adanyaMemandang dunia melalui “will” berdasarkan apa adanya

2. EXTRA SENSORY PERCEPTION 2. EXTRA SENSORY PERCEPTION PARA PSIKOLOGI PARA PSIKOLOGIPersepsi terhadap kejadian secara spontaN mulai dari yang Persepsi terhadap kejadian secara spontaN mulai dari yang sepele sampai dengan yang luar biasasepele sampai dengan yang luar biasa

3.3. ESTETIKA ESTETIKA KEINDAHAN KEINDAHANPandangan terhadap keindahan dari obyek yang diamatiPandangan terhadap keindahan dari obyek yang diamati Bersifat subyektif : pengalaman seniBersifat subyektif : pengalaman seni Bersifat obyektif : upaya memahami dan mempelajariBersifat obyektif : upaya memahami dan mempelajari

4. ETIKA DAN HUKUM 4. ETIKA DAN HUKUM FILSAFAT MORAL FILSAFAT MORAL bertalian dengan pertimbangan hati nuranibertalian dengan pertimbangan hati nurani berhubungan dengan ukuran baik-buruk, benar-salah, berhubungan dengan ukuran baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak boleh-tidak boleh, dsbboleh, dsb

Page 42: Filsafat Ilmu

P E N G E R T I A N E T I K A

ETIKA secara harfiah berasal dari bahasa Yunani Kuno : ETHOS

“Pagar pembatas ternak agar supaya tidak berkeliaran”

Dibubungkan dengankehidupan manusia diartikan sebagai “pembatasan gerak perbuatan manusia”

Menjadi kebiasaan atau watak dari sikap dan perbuatan manusia

ETIKA Ajaran mengenai sopan santun

Mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan

Yang boleh dilakukan artinya dibenarkan dan yang tidak boleh dilakukan artinya tidak dibenarkan

Bayu Suryaningrat: Etika merupakan WEDHALAKUTAMA

WEDHA Pengetahuan, Ajaran, Ilmu

LAKU Perbuatan, Budi pekerti, Tabiat, Watak, Akhlak

UTAMA Amat baik, luhur

Page 43: Filsafat Ilmu

E T I K A DAN M O R A L

Dalam pengertian umum ETIKA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perbuatan dan tingkah laku manusia - apakah benar atau salah, boleh atau tidak boleh, dan sebagainya – dengan ukuran norma,

kaidah, aturan, ketentuan

Oleh karena itu pemahaman tentang ETIKA berhubungan dengan MORAL yang berasal dari bahasa Yunani Kuno “MOS” (S) atau

“MORES” (P) yang berarti Kaidah, Norma, Aturan atau Ketentuan

ETIKA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perbuatan dan tingkah laku manusia dikaitkan dengan penilaian baik dan buruk atau benar dan salah atau boleh dan tidak boleh

ETIKA adalah ilmu pengetahuan tentang KESUSILAAN atau MORAL

Page 44: Filsafat Ilmu

FUNGSI MORAL menurut SIGMUND FREUD

Kehidupan Jiwa Manusia terdiri dari DAS ES dan DAS ICH

DAS ES

Kekuatan hidup, dorongan, nafsu atau naluri

Mempunyai prinsip “Kesenangan” dan “Kepuasan”

DAS ICH

Saya pribadi, kepribadian, yang mempunyai kesadaran dan mengetahui keadaan dalam diri dan lingkungan atau di luar diri

penjinak dan pengendali nafsu ( DAS ES)

Sebagai joki yang harus mengendalikan kuda

UBER ICH : DAS ICH YANG IDEAL

Zat tertinggi dalam diri manusia yang dalam perbuatannya mampu mengendalikan diri

Perbuatannya senantiasa bersumber pada “Norma” sebagai sumber “Etik”

Terjaganya keseimbangan DAS ES dan DAS ICH

Page 45: Filsafat Ilmu

TAHAP-TAHAP KELAKUAN MAKHLUK DI DUNIA

TAHAP ANORGANIS ( Hidup seadanya tanpa dorongan dari

dirinya)

TAHAP VEGETATIF (Hidup berdasarkan sumber atau keadaan tertentu)

TAHAP HEWANI (bergerak dan berbuat karena naluri, instink, atau nafsu, baik

karena pengalaman maupun karena latihan)

TAHAP MANUSIA (Mempunyai kesadaran, keinginan, dan pertimbangan rasional

adanya pengakuan terhadap norma)

TAHAP ABSOLUT (Setiap perbuatan dihubungkan dengan kekuasaan maha pencipta pemberi kehidupan Keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa)

Page 46: Filsafat Ilmu

ETIKA UMUM:

Mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi tindakan manusia secara umum

Dalam kehidupan masyarakat secara umum

Batasnya adalah lingkungan masyarakat yang bersangkutan

ETIKA KHUSUS:

Mempertanyakan prinsip-prinsip dasar dikaitkan dengan tanggung jawab nanusis sebagi anggota kelompok masyarakat

Etika khusus yang berlaku dalam suatu lembaga atau kegiatan

Biasanya berupa kode etik

Page 47: Filsafat Ilmu

1. A g a m a

2. Lingkungan masyarakat umum

3. Peraturan-peraturan formal

4. Lingkungan pekerjaan

5. Lingkungan ketetanggaan

6. Lingkungan keluarga

7. Hati nurani individual

PERILAKU /PERBUATAN

Page 48: Filsafat Ilmu

SUMBER ETIKA PEJABAT PUBLIKSUMBER ETIKA PEJABAT PUBLIK

IDEOLOGI NEGARA

A G A M A

PERATURAN LEMBAGA YBS

PERILAKU PEJABAT PUBLIK

UNDANG-UNDANG

UNDANG-UNDANG DASAR

PERATURAN PEMERINTAH

KETENTUAN FORMAL LAINNYA

PERINTAH ATASAN

NORMA UMUM MASYARAKAT

Page 49: Filsafat Ilmu
Page 50: Filsafat Ilmu

Pengertian…….Pengertian…….

““Etika Kehidupan Berbangsa merupakan Etika Kehidupan Berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagaitercermin dalam Pancasila sebagai acuan acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsaberbangsa””

Page 51: Filsafat Ilmu

Latar Belakang……Latar Belakang……• FAKTOR DARI DALAM:FAKTOR DARI DALAM:1.1. Lemahnya penghayatan dan pengamalan agamaLemahnya penghayatan dan pengamalan agama2.2. Sistem sentralisasi yang menumpukan kekuasaan di pusatSistem sentralisasi yang menumpukan kekuasaan di pusat3.3. Tidak berkembangnya pemhaman & penghargaan akan kebinekaan Tidak berkembangnya pemhaman & penghargaan akan kebinekaan

dan kemajemukandan kemajemukan4.4. Ketidakadilan ekonomiKetidakadilan ekonomi5.5. Kurangnya keteladanan dalam kepemimpinanKurangnya keteladanan dalam kepemimpinan6.6. Tidak berjalannya penegakkan hukumTidak berjalannya penegakkan hukum7.7. Keterbatasan kemampuan budaya lokal dalam merespon budaya luarKeterbatasan kemampuan budaya lokal dalam merespon budaya luar8.8. Meningkatnya prostitusi, media fornografi, perjudian dan peredaran Meningkatnya prostitusi, media fornografi, perjudian dan peredaran

dan pemakaian narkobadan pemakaian narkoba• FAKTOR DARI LUAR:FAKTOR DARI LUAR:1.1. Pengaruh globalisasi terhadap persainganPengaruh globalisasi terhadap persaingan2.2. Intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakanIntervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan

Page 52: Filsafat Ilmu

Etika Kehidupan Berbangsa Meliputi:Etika Kehidupan Berbangsa Meliputi:

1.1. Etika Sosial dan BudayaEtika Sosial dan Budaya

2.2. Etika Politik dan PemerintahanEtika Politik dan Pemerintahan

3.3. Etika Ekonomi dan BisnisEtika Ekonomi dan Bisnis

4.4. Etika Penegakan Hukum yang Etika Penegakan Hukum yang BerkeadilanBerkeadilan

5.5. Etika KeilmuanEtika Keilmuan

6.6. Etika LingkunganEtika Lingkungan

Page 53: Filsafat Ilmu

Etika Keilmuan…..Etika Keilmuan…..

• Untuk menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ilmu Untuk menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran menjaga harkat dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budayanilai-nilai agama dan budaya

• Diwujudkan secara pribadi ataupun kolektif dalam karsa, Diwujudkan secara pribadi ataupun kolektif dalam karsa, cipta, dan karya, yang tercermin dalam perilaku kreatif, cipta, dan karya, yang tercermin dalam perilaku kreatif, inovatif, inventif, dan komunikatif, dalam kegiatan inovatif, inventif, dan komunikatif, dalam kegiatan membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya, serta iklim membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya, serta iklim kondusif bagi pengembangangan ilmu pengetahuan dan kondusif bagi pengembangangan ilmu pengetahuan dan teknologiteknologi

• Pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai dan Pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir vdan berbuat, memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir vdan berbuat, serta menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil serta menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaikyang terbaik

Page 54: Filsafat Ilmu
Page 55: Filsafat Ilmu

INDEKS “GOOD GOVERNACE”INDEKS “GOOD GOVERNACE”INDEKS “GOOD GOVERNACE”INDEKS “GOOD GOVERNACE”

• Penelitian Booz, Allen and Hamilton (1999):Penelitian Booz, Allen and Hamilton (1999):1.1. Singapura 8.93Singapura 8.932.2. Malaysia 7.72Malaysia 7.723.3. Thailand 4.89Thailand 4.894.4. Philipina 3.47Philipina 3.475.5. Indonesia 2.88Indonesia 2.88

• Political Economic Risk Consultancy (PERC), Political Economic Risk Consultancy (PERC), 2003 2003 9.91 9.91

Page 56: Filsafat Ilmu
Page 57: Filsafat Ilmu
Page 58: Filsafat Ilmu
Page 59: Filsafat Ilmu
Page 60: Filsafat Ilmu

Suatu paham bahwa pengetahuan terjadi karena bahan pemberian panca indera dan batin yang diolah oleh “akal”

melahirkan

RASIONALISME IDEALIS RASIONALISME REALIS

Berpegang pada keyakinan bahwa pengetahuan kita

dapat melampaui pengalaman panca indera

sejati

Berpendirian bahwa pengolahan pengetahuan oleh rasio tidak terlepas dari obyek

yang diamatinya

Langeveld (1955:51): “Rasio mengolah pengalaman sambil

meresap ke dalam obyek, sedangkan obyek itu sendiri bukan hasil ciptaan sukma

manusia”

Page 61: Filsafat Ilmu

Tokoh-tokoh Rasionalisme a.l.:

Augustinus, Scotus, Avicena (Ibnu Sina) ahli pikir abad

pertengahan

Descrates (1596-1650)

Spinoza (1632-1677)

Leibniz (1646-1716

Fichte (1762-1814

Hegel (1770-1813)

Page 62: Filsafat Ilmu

1. Spekulatif terlalu mengandalkan olahan rasio dan lalai dalam pengujian yang dihubungkan dengan dunia nyata

2. A Priori masalah psikologis yang merupakan pembawaan individual (tanggapan-tanggapan pembawaan)

Descrates : “Jiwa itu pada ujudnya adalah berpikir”

Leibniz : “Jiwa tidak selamanya sadar dan dalam keadaan tertentu mempunyai rekaan-rekaan”

Page 63: Filsafat Ilmu

Suatu paham bahwa pengetahuan yang diperoleh terbatas hanya pada pengalaman

melahirkan

EMPIRISME SENSUALISME EMPIRISME KONSIENSIALISME

Yang didasarkan hanya pada pengalaman panca indera semata-

mata

Bisa melahirkan kebenaran semu

Keputusan yang diambil dari pengalaman panca indera

berdasarkan pertimbangan penuh kesadaran

Dengan pertimbangan yang matang

Page 64: Filsafat Ilmu

Tokoh-tokoh Empirisme a.l.:

Locke (1632-1704)

Berkeley (1685-1753)

Hume (1711-1776)

Termasuk “kaum positivis” seperti Comte (1798-1857)

Page 65: Filsafat Ilmu

Bantahan terhadap Pemikiran Empirisme

1. Kebenaran yang dilahirkan apakah hasil pengamatan nyata atau keputusan si pengamat sendiri

2. Pengamatan hanya menghasilkan kenyataan yang memerlukan keputusan, sedangkan situasi psikis si pengamat akan akan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil

Dengan demikian bisa terjadi sikap “a priori” sehingga keputusan antara seorang pengamat bisa berbeda dengan pengamat lainnya

Page 66: Filsafat Ilmu

Siklus Empirik A.D. de Groot:

Observasi Induksi

Pengetahuan Deduksi

Kajian/Evaluasi

Observasi dst

Page 67: Filsafat Ilmu

SIKLUS EMPIRIK A.D. de GROOT

Page 68: Filsafat Ilmu

Penggabungan Sebagai Pemikiran KANT

• Bagi kaum rasionalis “pengetahuan” terjadi oleh “keputusan analisis”, karena segala pengetahuan berasal dari penguraian pembawaan yang bersifat a priori dan tidak memerlukan pengalaman

• Sedangkan bagi kaum empiris “pengetahuan” (kecuali ilmu pasti) terjadi karena “keputusan empiris”, karena subyek baru mempunyai pengetahuan berdasarkan pada pertimbangan pengalaman keputusan sintesis

• Kant menggabungkan kedua pemikiran tersebut sebagai “penghubung” pemikiran, di mana rasio menjadi dasar penentuan keputusan dan empiris menjadi isi yang dapat membentuk kategori

• Kant juga membedakan adanya ilmu murni yang berpangkal pada pengetahuan a priori seperti misalnya ilmu pasti

Page 69: Filsafat Ilmu

MELALUI RASIO DAPAT DIRUMUSKAN

DEFINISI KOMPARASI KAUSALITAS

Apa yang dimaksud “A”

Apa yang dimaksud “B”

Apa persamaan dan perbedaan antara “A” dan “B”

Mana yang menjadi sebab dan akibat

antara “A” dan “B”

Page 70: Filsafat Ilmu

Melalui Pengalaman dapat ditentukan

1. Bentuk-bentuk pengalaman (ruang dan waktu)

2. Kategori-kategori (kesatuan, kebanyakan, kualitet, penghubung sebab-akibat, dst)

3. Kesatuannya dalam persepsi transedental

4. Perhubungan antara kategori-kategori sebagai bentuk pikiran dari isi empirik (isi-isi yang berasal dari pengalaman

Page 71: Filsafat Ilmu
Page 72: Filsafat Ilmu

PENDEKATAN INDUKTIF :

MEMBANGUN KONSEP BERDASARKAN DATA /FAKTA

PENDEKATAN DEDUKTIF :

MENJELASKAN DAN MEMPREDIKSI BERDASARKAN KONSEP ATAU TEORI

Page 73: Filsafat Ilmu

Data/Fakta diperoleh melalui observasi

INDUKSI

Konsep atau Teori

DED

UK

SI

Menjelaskan atau memprediksi kenyataan

Page 74: Filsafat Ilmu

MENYUSUN KONSEP BERDASARKAN PENDEKATAN INDUKTIF

1. Berdasarkan pengamatan yang memadai / banyak

2. Mengamati obyek dalam berbagai aspek

3. Pengamatan dilakukan dalam berbagai waktu

4. Mengamati obyek di berbagai tempat tertententu

5. Tidak terjadi perbedaan antara hasil satu pengamatan dengan pengamatan lainnya

Page 75: Filsafat Ilmu

LADDER OF ABSTRACTION

SI BEGO PEGAWAI KANTOR DINAS X DI JAKARTA KORUPSI

SEORANG PEGAWAI KANTOR DINAS X DI JAKARTA KORUPSI

PEGAWAI KANTOR DINAS X DI JAKARTA KORUPSI

PEGAWAI KANTOR DI JAKARTA KORUPSI

PEGAWAI NEGERI DI JAKARTA KORUPSI

PEGAWAI NEGERI INDONESIA KORUPSI

PEGAWAI NEGERI KORUPSI

KONSEP A: Pegawai negeri cenderung untuk korupsi

KONSEP B: Pegawai negeri mempunyai budaya korupsi

KONSEP C: Korupsi menjadi karakter pegawai negeri

Page 76: Filsafat Ilmu

PENGERETIAN KONSEP

• Konsep adalah hasil dari konseptualisasi • Konseptualisasi timbul dari persepsi indrawi persepsi

yang didasarkan pada tangkapan panca indera• Konsep berada dalam dunia pikiran (mind)• Tangkapan panca indera tidak dijamin 100 %

menggambarkan fenomena obyek yang ditangkapnya, sedangkan persepsi bergantung pada nalar orang yang bersangkutan

• Bernard S. Phillips: ways of perceiving phenomena

Page 77: Filsafat Ilmu
Page 78: Filsafat Ilmu

PENGENGERTIAN PARADIGMA

Bernard Phillips:“Paradigms are set of assumptions, implicit or explisit, about phenomena”

Econ G. Guba Paradigm Construction:1. Ontological Paradigm mempertanyakan hakekat dari

fenomena yang ingin diketahui

2. Epistemological Paradigm mempertanyakan hubungan antara subyek dengan fenomena yang ingin diketahui

3. Methodological Paradigm mempertanyakan bagaimana subyek menemukan pemecahan dari fenomena yang dihadapi

Thomas Khun:

A paradigm is made up general theoretical assumption and laws and techniques for their application that the members of particular scientific community adopt

A paradigm will always be suffently imprecise and open-ended to leave of the kind of work be done

“The Structure of Scientific Revolution”

Page 79: Filsafat Ilmu

Pengembangan Ilmu berdasarkan KHUN’S PARADIGM

(Dikembangkan oleh Thomas Kuhn dalam tulisannya “The Structure of Scientific Revolution”)

History of Science

Menyangkut perubahan berpikir / pemikiran

Page 80: Filsafat Ilmu

MEMAHAMI PERUBAHAN PEMIKIRAN

1. Perubahan-perubahan tentang teori yang dianut atau disepakati para pakar

2. Pemahaman tentang karakteristik sosiologis masyarakat ilmiah / para pakar dalam hubungannya dengan sikap perubahan

PERUBAHAN PARADIGMA

RELATIVISM

Page 81: Filsafat Ilmu

Pengertian-pengertian……..• Pre-science characterized by total disagreement and constant

debate over fundamentals It is impossible to get to detailed, esoteric work

• Normal science involves detailed attempts to articulate a paradigm with the aim of improving the match between it and nature A normal scientist must be uncritical of the paradigm in which he work

• A scientific revolution corresponds to the abandomment of one paradigm and the adoption of new one, not by individual scientist only but by the relevant scientific community as a whole A more and more individual scientists, for a variety of reasons, are converted to the new paradigm….

Ilmu pengetahuan berkembang berdasarkan observasi individual ilmuwan yang bersangkutan dan memberikan interpretasi masing-masing “Different scientists or groups of scientist may well interpret and apply the paradigm in somewhat different way”

Page 82: Filsafat Ilmu

Open-ended scheme of a science progresses

(Proses The Structure of Scientific Revolution)

Normal science

Crisis revolution

New normal science

New crisis

Pre-science

Open-ended ???

Page 83: Filsafat Ilmu

Kritik atau bantahan terhadap pemikiran Kuhn

• Progress through revolutions is Kuhn’a alternative to the cumulative progress characteristics of inductivist accounts of science “Scientific knowledge grows continuously as more numerous and more various observations are made, enabling new concepts to be ferformed, old ones to be refined, and new lawful relationship between them to be discovered”

• From Kuhn’s particular point of view, this is mistaken because it ignores the role played by paradigms in guiding observation and experiement. It is just because practised within them that the replacement of one by another must be revolutionary one

Page 84: Filsafat Ilmu

Pengembangan Ilmu berdasarkan

LAKATOS’S RESEARCH PROGRAMMES

Dikembangkan oleh Imre Laktos dalam tulisannya

Methodology of Scientific Research ProgrammesMethodology of Scientific Research Programmes

Page 85: Filsafat Ilmu

Methodology of Scientific Research Programmes

Menghasilkan Dua Pemikiran

The Negative Heuristic of Programmes

Hasil penelitian bukan untuk membantah “hard core” tetapi untuk melengkapinya

The Positive Heuristic of Programmes

Hasil penelitian bisa melengkapi, memperbaiki, membantah atau mengembangkan“hard core”

mendukung Paham Falsification

Page 86: Filsafat Ilmu

“LOGICAL ANALYSIS”

THE FOUNDATION OF KNOWLEDGE

(Louay Safi)

Page 87: Filsafat Ilmu

PEMBEDAAN SCIENTIFIC KNOWLEDGE

Necessary Knowledge Religious Langsung dari kepercayaan dan apa adanya Very nature of human reasoning Beliefs Seseorang dilahirkan tidak dipertanyakan kebenarannya dari mana tidak didasarkan pada pengalaman (experience)

Theoretical Knowledge Rational Didasarkan pada pengalaman (experience) Didukung evidence / bukti nyata Melalui formal rules Metode-metode penelitian

Page 88: Filsafat Ilmu

KLASIFIKASI SCIENCE (ILMU)

RATIONAL

RELIGIOUS

PARTICULAR

SCIENCE

UNIVERSAL

UNIVERSAL

PARTICULAR

SPESIFIK

SPESIFIK

Page 89: Filsafat Ilmu

DEGREE OF CERTAINITY OF KNOWLEDGE

(tingkat keyakinan pengetahuan)SCIENTIFIC KNOWLEDGE

Mempunyai sikap kritis

IGNORANCE sikap tidak peduli

PROBABLE KNOWLEDGE

SKEPTICISM

Page 90: Filsafat Ilmu

FUNGSI LOGIC

• A tool for sound reasoning• An essential method of reasoning• An important method of scientific research• Matta: Logic is neccesary for all because

logic is rational search for objects and meaning

• Study of logic the study of concept and the study of validation

Page 91: Filsafat Ilmu

PENGUJIAN TINGKAT KEPERCAYAAN/VALIDITY

MELALUI PENYUSUNAN PROPOSISI :• Simple Proposition

Mahasiswa memperoleh skor 90 Mahasiswa lulus

• Conditional Proposition Bila mahasiswa memperoleh skor 90 dia akan lulus Gabungan dua simple propositin

• Sufficient Conditional Proposition Gabungan banyak simple proposition Bila mahasiswa memperoleh skor 90, rajin membaca, mengikuti seminar-seminar, dan dia akan lulus

Page 92: Filsafat Ilmu

PENGUJIAN TINGKAT KEPERCAYAAN/VALIDITY

MELALUI ARGUMENTASI: PENYUSUNAN SILOGISME

Premis Mayor : Setiap manusia akan mati

Premis Minor : Sokrates adalah seorang manusia

Kesimpulan : Sokrates akan mati

Page 93: Filsafat Ilmu

PREMIS DENGAN STRUKTUR LAIN

• George Bush adalah presiden Amerika Serikat yang telah dua kali masa jabatannya

• Setiap presiden Amerika Serikat hanya direkomendasikan dua kali jabatan

• Oleh karena itu George Bush tidak bisa direkomendasikan untuk diangkat presiden Amerika Serikat

5-12-08

Page 94: Filsafat Ilmu

HERMAN SUWARDI : RODA BERPUTAR DUNIA BERGULIR

Page 95: Filsafat Ilmu

LANDASAN SAINS EMPIRIKAL

• Sains empirical adalah hasil telaahan dari external world

• Memahami external world bergantung pada knowability kemampuan untuk memahami

• Landasan untuk menguak knowability:

1. Konsep

2. Komparasi

3. Kausalitas

Page 96: Filsafat Ilmu

PEMAHAMAN KONSEP

• Konsep adalah hasil dari konseptualisasi konseptualisasi timbul dari persepsi indrawi persepsi yang didasarkan pada tangkapan panca indera

• Konsep berada dalam dunia pikiran (mind)• Tangkapan panca indera tidak dijamin 100 %

menggambarkan fenomena obyek yang ditangkapnya• Konsep dituangkan dalam bentuk “subyek–predikat” atau

“genus-species”• Manusia adalah binatang rasional binatang adalah

subyek, dan, rasional adalah predikat

Page 97: Filsafat Ilmu

PEMAHAMAN KONSEP

• Setiap konsep mempunyai nama/istilah atau pengertian• Pengertian menunjukkan subyek-predikat (sifat)

Konsep dibangun berdasarkan pengertian• Predikat mungkin lebih dari satu makin banyak predikat

dari suatu subyek makin kuat konsep yang dibangun• Lebih maju suatu ilmu lebih lebih terperinci sifat-sifat dari

konsepnya• Lebih banyak terperinci mengetahui sifat-sifat yang

melekat pada gajah lebih kuat konsep gajah yang dikemukakan

Page 98: Filsafat Ilmu

PEMAHAN KOMPARASI

• Komparasi membandingkan atau merangkaikan konsep-konsep

• Membandingkan adalah melihat persamaan dan melihat perbedaan dari dua obyek atau lebih

• Merangkaikan adalah mengurut meletakan obyek-obyek berdasarkan urutan

• Membandingkan menghasilkan analogi dan merangkaikan menghasilkan klasifikasi

• Landasan untuk membandingkan adalah subyek-predikat dengan melihat perbedaan dan kesamaannya

Page 99: Filsafat Ilmu

PERBANDINGAN / KOMPARASI ANTARA KONSEP

• Kera itu binatang lebih kecil tercakup oleh• Harimau sama galaknya dengan singa sejajar sama

dengan• Harimau itu binatang buas suatu yang khusus dari satu

kelas• Musang itu pemakan ayam suatu yang khusus dari satu

kelas dengan sifat negatif• Yang makan ayam itu musang bukan kucing yang

berpengaruh itu A bukan B• Kucing itu baik, musang itu jahat A positif dan B

negatif

Page 100: Filsafat Ilmu

PEMAHAMAN KAUSALITAS

• Kausalitas merupakan derajat paling tinggi dari dalam knowability

• Kausalitas memahami sebab akibat dari obyek yang diamati

• Apabila X maka Y• Certainity principles Sunatullah• Pemahaman terhadap sesuatu tidak berdiri sendiri ada

penyebabnya• Keterkaitan / hukum / kaidah / ketentuan sebagai pegangan

bagi manusia dalam menempuh kehidupannya di dalam dunia yang fana ini

Page 101: Filsafat Ilmu

KOMPARASIMemahami obyek lebih jauh

dengan membandingkan

KAUSALITASMemahami obyek secara

mendalam / lebih jauh

DEFINISIMemahami obyek

TINGKATAN MEMAHAMI - KNOWABILITY

Page 102: Filsafat Ilmu

PEMBEDAAN KONSEPRUDOLF CARNAP: AN INTRODUCTION TO THE

PHILOSOPHY OF SCIENCE

• Cassificatory concepts:Menempatkan obyek dalam kelas lebih panas, lebih dingin, lebih dekat, lebih cantik, lebih kecil, dls mengemukakan konsep tentang obyek dalam kelas-kelas

• Comparative concepts:Mengemukakan hubungan antara dua obyek dengan membandingkan mana yang lebih dan mana yang kurang untuk melihat persamaan atau perbedaan

• Quantitative concepts:Memberikan ukuran kongkrit secara numerik untuk memperoleh kepastian, baik terhadap classificatory concepts ataupun terhadap compatarive concepts

Page 103: Filsafat Ilmu

QUANTITATIVE CONCEPTSHubungan antara variabel / obyek:

• Symmetric relation: A seimbang / sama berat dengan B• Symmetric & transitive : A seimbang / sama berat dengan

B dan B seimbang / sama berat dengan C• Asymmetric relation: A lebih sedikit / lebih ringan dari B• Asymmetric & transitive: A lebih sedikit / lebih ringan dari

B dan B lebih sedikit / lebih ringan dari C

Harus dibuktikan melalui empirical procedure Dihitung secara statitis Ada kepastian / kongkrit Tidak relatif / ngambang

Page 104: Filsafat Ilmu
Page 105: Filsafat Ilmu

Pendapat Dilthey

Ilmu alam bersifat nomotetik:• Hubungan sebab-akibat• Orang mengobservasinya dari luar• Hasil telaahannya bersifat hukum (law)Ilmu sosial:• Bersifat hubungan pengertian (meaning)• Orang mengobservasinya dari dalam• Observer merupakan bagian yang diobservasi masuk ke

dalam• Hasilnya adalah undestanding

Page 106: Filsafat Ilmu

Pandangan Rickert• Ilmu-ilmu sosial juga bersifat nomotetik yang

mengarah kepada hukum• Perbedaan hanya pada ilmu sejarah yang hanya

melukiskan fakta-fakta yang bersifat individual ideographic

• Clifford Geertz termasuk mempunyai pandangan sejarah semacam itu:“Orang Jawa bukan miskin karena statis tetapi mereka menjadi statis karena mereka dimiskinkan (oleh Belanda / penjajah)”

Orang Baduy miskin?Negara berkembang vs negara maju siapa yang

mengukur?

Page 107: Filsafat Ilmu

Pemikiran Herman Suwardi

• Dalam ilmu sosial mendudkung pendapat Rickert bahwa ilmu sosial nomotetik tetapi menolak pandangan Geertz bahwa sejarah itu bersifat ideographic

• Bagi orang meaning adalah benar• Dengan meaning orang mempunyai choice• Orang bisa memilih mu’min atau kufur bergantung pada

meaning• Tidak sependapat dengan August Comte yang positivistik

Ruggiero: filsafat positivistik adalah…the mind reduced to the nature

• Ilmu sosial nomotetik tetapi tidak positivistik orang dipengaruhi sebab-akibat tetapi tetap mempunyai meaning

Page 108: Filsafat Ilmu

K e s i m p u l a n n y a

• Terdapat perbedaan antara ilmu sosial dan ilmu alam tetapi lebih banyak kesamaannya

• Keduanya mempunyai logika sebab-akibat• Baik ilmu sosial maupun ilmu alam bersandar

pada proposisi sebab-akibat sebagai unit terkecil dari pengetahuan

• Dalam ilmu alam orang belum menemukan substitusi yang baik terhadap proposisi-proposisi alamiah yang sudah ditemukan selama ini

Page 109: Filsafat Ilmu

Perbedaan diantara ilmu sosial dan ilmu alam

1. Konsep / variabelDalam ilmu alam (ilmu kebendaan) fenomena dapat dikonseptualisasikan dengan relatif tegas karena tegas batas-batasnya, dalam ilmu sosial (ilmu keperilakuan) konsep selalu overlapping, sulit ditentukan secara tegas

2. Pengkuran konsepDalam penguran dikenal nominal, ordinal, interval dan rasio, dalam ilmu alam ukurannya pasti, centimeter, gram, sekon (cgs)

3. Perhitungan statistikDalam ilmu sosial berlaku skala nominal, ordinal, dan interval, dalam ilmu alamiah berlaku skala rasio yang mutlak dalam ilmu alamiah berlaku parametrik dan dalam ilmu sosial digunakan non-parametik

Page 110: Filsafat Ilmu

Analisis metodolgis

• Dalam ilmu alamiah berusaha mencari sifat-sifat umum (universalitas)

pendekatannya lebih bersifat positivistik

• Dalam ilmu sosial mencari kedalaman pemahaman

meaning

interpretasi

Page 111: Filsafat Ilmu

TEORI ADAB – KARSA (Herman Suwardi)

Adab ketaatan akan ketentuan – hukum Tuhan

Karsa kekuatan

CNO FREEDOM ONLY

SUBMISSIVENESS

“NO GROWTH”

BFREEDOM IN

INSECURITY FEELING

“GROWTH”

Resah – Renggut - Rusak

DFREEDOM IN

CHAOS

“SHARE”

Pelanggaran Normatif

AFREEDOM IN

SUBMISSIVENESS

“RAFID GROWTH”

KARSA KUAT KARSA LEMAH

ADAB

TINGGI

ADAB

RENDAH

Page 112: Filsafat Ilmu
Page 113: Filsafat Ilmu

NILAI & MANFAAT ILMU PENGETAHUAN

• Manfaat bagi ilmunya sendiri pengembangan ilmu yang bersangkutan

• Manfaat bagi ilmuwan ybs menambah ilmu pengetahuan yang dimilikinya

• Manfaat dihubungkan dengan waktu memahami perubahan perilaku manusia

• Manfaat dihubungkan dengan tempat memahami nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan tertentu

• Manfaat dihubungkan dengan keimanan memahami nilai-nilai religious

• Manfaat praktis bahan pertimbangan atau rujukan bersikap dan bertindak

Page 114: Filsafat Ilmu

NILAI SEBGAI SUATU KONSEP

Clyde Kluckhohn:“ A value is a conception, explicit or implicit, distinctive an individual or characteristics of a group, of the desirable which influences the selection from available modes, means, and ends of action”“The role that values play in differentiating one culture from another, social change, and the maintenance of order and stability in social systems”

Page 115: Filsafat Ilmu

KONSEP NILAI

Robin M. Williams: • The term “values” may refer to interests,

pleasure, likes, preferences, duties, moral obligations, desires, wants, needs, aversions, and attractions

• Values, in other words, are found in the large and diverse universe of selective behavior

• Value elements are potentially important as variables to be analyzed in all major areas of investigations

Page 116: Filsafat Ilmu

PENGALAMAN

KEPENTINGAN

PENDIDIKAN

YANG MENILAI YANG DINILAI

KEIMANAN

Page 117: Filsafat Ilmu

KONSEP NILAI

Nigro & Nigro:“Nilai menyangkut komitmen emosional secara mendalam terhadap suatu pandangan tertentu mengenai obyek”

“Reaksi yang diberikan subyek (manusia) terhadap obyek (pihak lain) berupa manusia, benda, fenomena dan lain sebagainya”

Nilai membimbing tujuan yang dikehendaki dan mempengaruhi cara atau metode yang akan digunakan

Page 118: Filsafat Ilmu

KOMITMEN

NILAI INTRINSIC

NILAI INSTRUMENTAL

Page 119: Filsafat Ilmu

OBYEKTIF LOGIS

SUBYEKTIF

OBYEKTIF METAFISIK

OBYEKTIFREAKSI YANG DIBERIKAN

SUBYEK TERHADAP OBYEK BERDASARKAN PENGALAMAN ATAU KEPENTINGAN SENDIRI

REKASI YANG DIBERIKAN SUBYEK TERHADAP OBYEK

BERDASARKAN KENYATAAN MELALUI AKAL SEHAT

REAKSI YANG DIBERIKAN SUBYEK TERHADAP OBYEK

BERDASARKAN KENYATAAN YANG MELEKAT PADA OBYEK

Page 120: Filsafat Ilmu

POSITIP NEGATIP

Menguntungkan

Berarti

Berfungsi

Bermanfaat

Berharga

dls

Merugikan

Tidak berarti

Tidak berfungsi

Tidak bermanfaat

Tidak berharga

dls

BERGANTUNG PADA YANG MENILAI

Page 121: Filsafat Ilmu

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN

•Faktor Sosial-budaya•Faktor Sosial-psikologis•Faktor Sosial-ekonomis

Bahkan:•Faktor Sosial-politik

Page 122: Filsafat Ilmu

PENILAIAN TERHADAP ANAKNILAI ANAK

NILAI POSITIP

• Nilai ekonomis

• Nilai sosiologis

• Nilai psikologis

NILAI NEGATIP

• Nilai ekonomis

• Nilai sosiologis

• Nilai psikologis

NILAI KELUARGA BESAR

NILAI KELUARGA KECIL

PERILAKU KELAHIRAN

KELUARGA BERENCANA

UKURAN KELUARGA

KEBIJAKAN

Page 123: Filsafat Ilmu

CONCEPTUAL MODEL FOR THE VALUE OF CHILDREN STUDY

PSYCHOLOGICAL ANDSOCIAL ORIENTATIONDecision-mindednessModernityMedia exposureSmall-family pressChildbearing press

VALUE OF CHILDRENPositive Value:- Emotional benefits- Economic benefits and security- Self-enrichment and development- Identification with chilkdren- Family chesiveness and contnuityNegative Values:- Emotional costs- Economic costs- Restrictions or opportunity costs- Physical demands- Family costsLarge-family values:- Sibling ralationships- Sex preference- Child survivalSmall-family values:- Societal costs-- Maternal costs

FERTILITY &FAMILYPLANNINGBirth control:- Knowledge- Attitude- UseFamily Size:- Actual- Desired- Ideal

SOCIO DEMOGRAPHICFACTORSBackground- Education- Urban Experience- Wife’s employment history- Age, Sex, Age of marriageSituation:- Income- Wife’ current employment-Parity-family size

Page 124: Filsafat Ilmu

Analisis Nilai

Ethel M. Albert:“Both philosophical analysis and social science often fall into serious erroe by paying attention to a single kind of value while ignoring or understanding others”“Such an analysis must be aware of prudential values, character values, social values, cultural values, and biological survival values. In short, values enter into each of the four great systems of human actio: organism, personality, society, and culture”

Page 125: Filsafat Ilmu

ii

Page 126: Filsafat Ilmu

SCIENCE AND TECHNOLOGY (A.F.Calmers)

• The modern world: is largely governed by the concept of technical progress which sweeps all other considerations before it

• Undoubtedly the rise of modern science was accompanied by a growth in science-based technology, and the prestige of modern science derives in large part from the success of technological innovation

• A piece of technology is not just an intervention in nature. It is also an intervention in the human, social world. In this sense, there will always be an entrepreneurial dimension to engineering.

• “a society should order or encourage such things as atomic bombs or nuclear power or genetic engineering, however much individual scientists may press political authorities or commercial interests to sponsor their work

Page 127: Filsafat Ilmu

TAHAP-TAHAP PEMIKIRAN MANUSIA

TAHAP PRAKTISBERSIFAT KREATIF,

INOVATIF, REKAYASA,MANIPULATIF

TAHAP MORALADANYA TANGGUNG

JAWAB SOSIAL

TAHAP TEORIABERSIFAT DESKRIPTIF

DAN ABSTRAKTIF

Page 128: Filsafat Ilmu

FUNGSI ILMU DALAM PERUBAHAN PEMIKIRAN MANUSIA

KREATIVITAS DAN KETIDAKPUASAN

ALAM KETIGA : TATA NILAI

MEMPERHATIKAN UKURAN KEPANTASAN DAN KEBENARAN

PERAN AGAM SEBAGAI BATAS PENCARIAN KEBENARAN

ALAM KEDUA : REKAYASA / ARTIFICIAL

DIIKUTI SIKAP SERAKAH DAN DESTRUCTIVE

ALAM PERTAMA : ASLI / BELUM BERUBAHKEHIDUPAN BERDASARKAN APA ADANYA / ALAM SEKITARNYA

KETIDAKBETAHAN MANUSIA UNTUK HIDUP STATIS

MELALUI ILMU MELAKUKAN PERUBAHAN-PERUBAHAN

MELALUI ILMU MENCARI JAWABAN DARI BERBAGAI PERTANYAAN

Page 129: Filsafat Ilmu

ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGIMENDALAMI PENGERTIAN

MANUSIA DAN ALAM SEKITARNYA

PEMIKIRAN UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN

DEMI KEPENTINGAN MANUSIA

ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI

KEPERLUAN UNTUK MEMPERTAHANKAN HIDUP DENGAN MENGUBAH DAN MENINGKATKAN APA YANG TERSAJIKAN

DALAM KEHIDUPAN DAN LINGKUNGANNYA

HASIL BUDAYA MANUSIA

PENGENDALIAN ILMU PENNGETAHUAN & TEKNOLOGIMEMELIHARA KESELAMATAN, KEAMANAN, KETENTRAMAN,

KETENANGAN, DAN LELESTARIAN LINGKUNGAN

MENJAGA KESEIMBANGAN HIDUP

Page 130: Filsafat Ilmu

EFECTS AND DEVELOPMENT OF TECHNOLOGY

• The form taken by a technological system is not design but an evolutionary system. The trajectory is defined as its operations adjust to the specific social, geographic, economic and political characteristics of environment, and to overcome the technical problems posed by its growth and its competition with other technologies (Milton Mueller)

• Then to predict the direction or outcome of particular technological innovation in advance is bound to be uncertain. This cuts against both sides in many debates about technology: against who would advocate the development of a particular technology and against who would seek to control it, in so far as their positions are based on the certainty of their predictions about the effects and future development of technology.

• “……..those societies which go in most for attempt centrally to control technological development which suffer the worst pollution of their environment by technology”

Page 131: Filsafat Ilmu

KRITIK-KRITIK TERHADAP PEMIKIRAN TEKNOLOGIS

• Fenomena ‘de-humanism’ Manusia lebih mempercayai pada teknologi dari pada

pemikiran manusia• Counter culture Kritik terhadap pergeseran budaya manusia di A.S.

dimana sikap dan perilaku manusia sudah teknokratik, faceless dan inhuman

• Pendewaan teknologi:Pandangan bahwa kehidupan manusia akan bergantung

pada teknologi, siapa yang menguasai teknologi dialah yang akan menguasai kehidupan manusia

Dalam praktek memang hampir tidak kelihatan aktivitas manusia yang terlepas dari jamahan tekonologi yang akhir

Page 132: Filsafat Ilmu
Page 133: Filsafat Ilmu

SISI POSITIF DAN NEGATIPNYA

• Memperlacar & mempercepat proses

• Melakukan modifikasi• Melipatgandakan

produksi• Mengembangkan

kreativitas• Mendorong inovasi• Dls

• Merusak nilai-nilai lama

• Merusak lingkungan• Polusi• Mengelabui /

memanipulasi• Mendorong

keserakahan• Dls

Page 134: Filsafat Ilmu

Jennifer C. Greene:

1. Post-positvism (Post-empiricism)

2. Interpretivism

3. Critical Science

Page 135: Filsafat Ilmu

Post-positivism (Post-empiricism)

EMPIRICAL RESEARCHES

GENERALIZATIONS

SOCIAL SCIENCE AS SOCIAL ENGINEERING

Page 136: Filsafat Ilmu

Interpretivism

GROUNDED RESEARCHES

VALUE - BOUNDED

SOCIAL SCIENCE ASSOCIAL STORY TELLING

Page 137: Filsafat Ilmu

Critical Science

SKEPTICISM

SOCIAL SCIENCE ASPOLITICAL ENGAGEMENT

ACTION ORIENTEDKNOWLEDGE

POLITICAL ANDSOCIAL CHANGES

Page 138: Filsafat Ilmu

POST-EMPIRICISM(John K. Smith)

There are four related points about “post-empiricism”:1. No absolute foundation for knowledge Not every knowledge

claim is equally well warranted2. There is a distinction made between what people believe to be true

and what really is true Objective and truth3. Realist Realism: The view that entities exist independently of

being pereceived Substance to both distintion between “believe true” and “really true” and the definition of objectively and truth

4. The properly done study Acted appropriately in carrying out the research looking at the process and proper method of the study

For post-empiricism a judgement about the quality of research in effect a judgement about methodology

Valid studies were procedurally correct

Page 139: Filsafat Ilmu

INTERPRETIVISM

• Interpretivism denies the possibility of universal social laws and empirical generalizations

• Interpretivist research generates working hypothesis that bare connected not to priori theory but to a context-specific which may or may not informed by existing knowledge

• Interpretivist knowledge inevitably reflects the values of the inquirer

GOUNDED RESEARCH

Page 140: Filsafat Ilmu

CRITICAL SCIENCE

• The practical important of critical social science, its role and function in the world of practice

• Critical social science denies the distinction between ‘is’ and ‘ought’, between science as theory and research as practice and normative, ideologically based action

• Practical political impact• To change world not to describe it

CONTEMPORARY SCIENCE

Page 141: Filsafat Ilmu

Karakteristik Pendekatan

• Post Positivism Generalization Quantitative Approach

• Interpretivism Grounded Qualitative Approach

• Critical Science Comtemporary Social and Political System Approach Perubahan Paradigma Pemikiran

Page 142: Filsafat Ilmu

META-THEORY(UNESCO: Mario Bungo Scientific thought)

• Meta-theory is a theory about some theory or class of theories

• A meta-statement isa a statement about another statement or statements Such statement must be justified by other means or else of the theory

• No statement in the theory remain isolated: every statement is either an assumption or a conclusion. More precisely, a theory is a hypothetico-deductive system, as it can be formulated in such way that every formula in it is either an initial premise or a logical consequence of a set of initial assumption

Page 143: Filsafat Ilmu

KESIMPULAN PEMAHAMAN META-THEORY

“A theory, whether mathematical or factual, has certain formal characteristics that distinguishes it from a body of opinion. These charactersitics are studied by meta-mathematics”

Pengaruh dari cyber-learning:= Belajar jarak jauh dengan menggunakan fasilitas komunikasi elektronik tele-seminar, tele-discusion= Mempercepat proses analisis melalui program simtem informasi elektronik program-program komputer

Page 144: Filsafat Ilmu

META-LANGUAGE and META-THEORY

• Every theory contains meta-theorem• A meta-theorem adalah suatu meta-statement yang

telah dibuktikan (a provable statement) melalui penggunaan analisis matematik

• Jadi, matematik merupakan meta-language yang digunakan dalam membangun meta-theory Penggunaan matematik adalah instrument untuk mengukur keabsahan suatu teori

• Matematik adalah properti utama untuk mengukur konsistensi dan ketidakcocokan antara variabel-variabel yang diukur Diperlukan model untuk melakukan testing atau pengujian terhadap konsistensi serta memberikan interpretasi terhadap hasil pengujian tersebut.

Page 145: Filsafat Ilmu

Prof. H. A. Djadja Saefullah, Drs,MA, PhD

Guru Besar dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Page 146: Filsafat Ilmu

PERBEDAAN KARAKTERISTIKMETODE KUANTITATIF & KUALITATIF

(Lorraine Corner, 1991)

QUANTITATIVE METHOD:1. Use simple instrument

questionaire2. Anonymous the use of

sampling indicates that the personal identity of individual units in the population is no of interest

3. Numeric variables the result of counting quantitative variables is important to avoid spurious accuracy

QUALITATIVE METHOD:1.Consist of words or visual

images field notes, describing field observations, phtographs, reports of in-depth interviews, tape recording, official reports, uncoded responses, etc

2. Qualitative data are personal personal characteristics are important to interpret the significance of data

3. Data are complex and multidimensional cannot be readily reduced to clearly such as a variable

Page 147: Filsafat Ilmu

DIRECT INFORMATION

ST. INTERVIEW SCHEDULE

FIELD ASSISTANTS

U. ANALYSIS/RESPONDENT

DATA PROCESSING

QUANTITAIVE APPROACH

PARTICIPANT-OBSERVATION INTERVIEW NOTES

RESEARCHER SPEC. FIELD ASSISTANT

KEY PERSON/INFORMAN

FIELD DIARY NOTES RELATED PARTICIPANTS

QUALITATIVE APPROACH

FIELD SEMINAR

KEY PERSON/INFORMAN

OBJECT DOCUMENTS

REL. PUBLICATIONSEXPLANATION

FIELD DATA INTERPRETATIONPREVIOUS STUDIES

Saefullah, 1992KOMBINASI KUANTITATIF

DAN KUALITATIF