fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah...
TRANSCRIPT
i
FI’IL TSULASI MAZID BI HARFIN WAHIDIN
DALAM SURAH AL- BAQARAH AYAT 1-61
(KAJIAN MORFOLOGIS DAN SEMANTIS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh :
Nailul Haq Al Musaffa
NIM. 53040160017
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
IKHTIYARE DILAKONI DUNGONE DIKENCENGI
PERSEMBAHAN
Skripsi sederhana ini kupersembahkan teruntuk Abah dan Umi terhebat,
yang do’anya tak pernah terhenti mengiringi langkah penulis, teruntuk juga
para dosen yang menjadi motivator serta inspiratorku, dan secara khusus
saya persembahkan juga untuk pendamping hidup saya (kelak).
vii
ABSTRAK
Fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah Al- Baqarah.
Alqur’an merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan
disampaikan kepada umatnya secara mutawatir, yang diawali dengan surah
Al Fatihah dan diakhiri dengan surah An Nas dan untuk orang yang
membaca dinamakan ibadah. Dalam skripsi ini, peneliti memilih surah Al Baqarah sebagai obyek penelitian karena merupakan salah satu surat yang
diturunkan setelah Rasulullah SAW hijrah. Surah Al Baqarah adalah surat
ke- 2 dalam Al Qur’an. Surah ini terdiri dari 286 ayat dan tergolong surah
Madaniyah. Surah ini merupakan surah dengan jumlah ayat terbanyak
dalam Al Qur’an. Surah ini dinamai Al Baqarah yang artinya Sapi Betina
sebab di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang
diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surah ini juga dinamai
Fustatul Qur’an (Puncak Al Qur’an) karena memuat beberapa hukum yang
tidak disebutkan dalam surah lain. Dinamai juga surah Alif Lam Mim
karena ayat pertama di surah berisi tiga huruf arab yakni Alif, Lam, dan
Mim.
Dalam memahami bahasa Arab yang merupakan bahasa induk Al
Quran tidak akan lepas dari beberapa perangkat ilmu yang penting, yang
salah satunya adalah ilmu sharaf ‚ilmu yang mempelajari tentang
perubahan kata dari fi’il madli ke fi’il mudlori’ dan fi’il amar. Dalam ilmu
sharaf ada fi 'il tsulatsi mazid, yakni fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal,
lalu ditambah huruf tambahan satu, dua atau tiga huruf. Skripsi ini
mengandung dua rumusan masalah, pertama, apa saja kalimat yang
berbentuk fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah Al Baqarah
ayat 1-61 dan apa ma’na fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah
Al Baqarah ayat 1-61. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menambah
hazanah pengetahuan tentang fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam
surat Al Baqarah ayat 1-61. Adapun metode yang digunakan penulis adalah
metode kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data-data yaitu metode
dokumentasi yang berupa catatan, transkip, buku-buku atau kitab-kitab dan
lain-lain . Sumber data yang digunakan adalah Alquran dan buku-buku atau
kitab-kitab yang berhubungan dengan judul ini.
viii
Peneliti menyimpulkan bahwa di dalam surah Al Baqarah terdapat 44 data
fiil tsulasi mazid bi harfin wahidin. Dalam surat Al-Baqarah ayat 1-61
terdapat tiga wazan fiil tsulasi mazid bi harfin wahidin diantaranya wazan ، ، فؼ فاػ أفؼ . Dengan perincian sebagai berikut: wazan ada 12 yakni فؼ
dalam kata ،ي ، لذط، سثخ، تشش، ض ، صذق، وزب، ػ ى، فع ، رتخ، ج . تذي ظ
Sedangkan kata yang ikut wazan ، ada 29 diantaranya lafadz فاػ ، آ الا
فك، ضي، ا ، ا زس، افخ، ايم ، اخشج، اتصش، اصخ، افسذ، ا ، اساد، اػذ، اظ ص ، ا اخ، اظ ا
ثط، اديى، ثؤ، ا ضي، ا ، ا ؼ جى، اغشق، ا ، افسذ، ضي،ا ا ثد، اخشج، ادس Wazan . ا فاػ
hanya ada tiga yakni dalam kata ،اػذ، خادع آذى .
Kata Kunci: Shorof, Morfologis, Semantis, dan Surah Al Baqarah.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf arab ke
huruf latin yang digunakan adalah hasil keputusan Bersama Menteri Agama
RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987
atau Nomor 0543 b/u 1987, tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan
sedikit modifikasi untuk membedakan adanya kemiripan dalam penulisan.
A. Penulisan huruf :
No Huruf Arab Nama Huruf Latin
Alif Tidak dilambangkan ا 1
Ba’ B ة 2
Ta T ث 3
Sa ṡ د 4
Jim J ج 5
Ha ḥ ح 6
Kha Kh ر 7
Dal D د 8
Zal Ż ذ 9
Ra R ر 10
Za Z ز 11
Sin S ش 12
Syin Sy ش 13
x
Syad ṣ ص 14
Dad ḍ ض 15
Ta’ ṭ ط 16
Za ẓ ظ 17
ain ‘ (koma terbalik di atas)‘ ع 18
Gain G غ 19
Fa’ F ف 20
Qaf Q ق 21
Kaf K ك 22
Lam L ه 23
24 Mim M
25 Nun N
Wawu W و 26
Ha’ H ه 27
Hamzah ‘ (apostrof) ء 28
29 Ya’ Y
B. Vokal :
Fathah Ditulis ‘a’
Kasrah Ditulis ‘i’
Dlammah Ditulis ‘u’
xi
C. Vokal Panjang
+ ا Fathah+alif Ditulis ā جايح Jāhiliyyah
+ ى Fathah+alif
layyin
Ditulis ā ذسى Tansā
+ Kasrah+ya’ mati Ditulis ī دىي Ḥakīm
+ و Dlammah+wawu
mati
Ditulis ū فشض furūḍ
D. Vokal Rangkap
+ Fathah + ya’ mati Ditulis ai تيى Bainakum
+ و Fathah + wawu mati Ditulis au لي Qaul
E. Huruf Rangkap karena tasydid ) ) ditulis rangkap :
Iddah‘ عد ة Ditulis dd د
Ditulis nn ب Minna
F. Ta’ Marbuthah:
1. bila dimatikan ditulis dengan h :
Hikmah دنت
Jizyah جسيت
xii
(ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-kata bahasa Arab yang sudah
diserap ke dalam bahasa Indonesia)
2. bila hidup atau berharakat ditulis t :
اىفطر زمبة Zakāt al-fitr
الإسب ديبة Ḥayāt al-insān
G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
(‘) :
A’antum أأخ
U’iddat أعد د
شنرح ىئ La’in syakartum
H. Kata sandang alif+lam
Al-qamariyah اىقرأ Al-Qur’ān
Al-syamsiyah اىسبء Al-Samā’
I. Penulisan Kata-kata dalam rangkaian kalimat :
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
اىفروض ذو żawi al-furūd
اىست اهو Ahl al-sunnah
xiii
KATA UCAPAN TERIMA KASIH
مالرحي الرحمن الله بسم
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan berkah,
rahmat, dan taufiknya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini
tanpa adanya halangan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selalu
terlimpah curahkan kehadirat Nabi Agung Muhammad Saw., keluarganya
dan sahabat-sahabatnya.
Penulisan skripsi ini sungguh membutuhkan kesungguhan hati,
kerja keras, kesabaran, serta konsistensi guna menghasilkan penelitian yang
baik dan akurat sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang
berlaku. Skripsi ‚FIIL TSULASI MAZID BI HARFIN WAHIDIN
DALAM SURAT AL-BAQARAH AYAT 1-61 (KAJIAN
MORFOLOGIS DAN SEMANTIS)‛ dapat terselesaikan sesuai harapan
peneliti dan suatu kenikmatan yang tiada ternilai bagi peneliti karena dapat
menyelesaikan skripsi ini untuk melengkapi syarat-syarat guna
mendapatkan gelar sarjana S1 Bahasa dan Sastra Arab, sehingga pada
kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Dr.Benny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,
Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga.
3. Dr. Agus Ahmad Su’aidi, Lc., M.A., selaku Ketua Program Studi
Bahasa dan Sastra Arab, selaku dosen pembimbing saya yang paling
baik dan bijaksana. Terima kasih atas bantuannya, nasehatnya, dan
ilmunya yang selama ini dilimpahkan pada saya dengan rasa tulus
dan ikhlas.
4. Dr. Supardi, S.Ag., M.A., selaku Wakil Dekan 1 sekaligus dosen
spesialis linguistik (penelitian bahasa), terima kasih karena sudah
menjadi orang tua kedua saya di Kampus.
5. Rina Susanti, M.A., selaku Dosen Pembimbing akademik sekaligus
motivator penelitian penulis.
6. Abah dan Umi tercinta yang telah mengisi dunia saya dengan
begitu banyak kebahagiaan, tidak pernah berhenti untuk memberi
xiv
semangat dan motivasi. Terima kasih karena selalu menjaga saya
dalam do’a- do’a Abah dan Umi serta selalu membiarkan saya
mengejar impian saya apapun itu. Terimakasih Abah dan Umi,
semoga Allah memberikan kesehatan, kekuatan, umur yang panjang
dan berkah.
7. Kakakku tercinta kak Akmilatul Haq yang selalu ada disisi saya.
Saya bahkan tidak bisa menjelaskan betapa bersyukurnya saya
memiliki kakak yang terhebat dalam hidup saya.
8. Keluarga, kerabat yang selalu mendo'akan, memberi nasihat,
semangat, dukungan dan motivasi
9. Keluarga RUQ (Roudlotul Usyaqil Qur’an) Al Falah Salatiga, yang
selalu memberi semangat, motivasi, dan do'a terbaik. Terkhusus
Neng Alim, selaku pengasuh pondok RUQ yang selalu memberikan
nasihat sehingga semakin semangat mengaji dan menuntut ilmu.
10. Teman-teman seperjuangan BSA 2016. Terima kasih untuk memori
yang kita rajut setiap harinya, atas tawa setiap hari kita miliki, dan
atas solidaritas yang luar biasa. Sehingga masa kuliah selama 4
tahun ini menjadi lebih berarti. Semoga saat- saat indah itu akan
selalu menjadi kenangan yang paling indah.
11. Teman-teman KKN Dusun Mranggen Magelang, terimakasih atas
kebersamaan selama 45 hari dan kesempatan berbagi ilmu dan
pengalaman. Apa yang kita bisa, mari lakukan di masyarakat.
Semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat.
12. Dzakiyatul Fikriyah adek pondok sekaligus teman curhat, tanpa
inspirasi, dorongan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
saya, saya mungkin bukan apa- apa saat ini.
13. Emma Asyirotul Umami, Lalah Nur Kholilah, terima kasih telah
menyediakan pundak untuk menangis dan memberi bantuan saat
aku membutuhkannya. Terima kasih sudah menjadi sahabat
terbaikku.
14. Sahabat eSKa (Santri Kece) pondok Sarang yang selalu
mendo’akan, memberi semangat dan dukungan.
15. Dan tak lupa semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu terselesaikannya skrispsi ini.
16. Terima kasih juga untuk seluruh pembaca, semoga tulisan saya ini
senantiasa memberi manfaat dan berguna.
xv
Teriring do’a, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu
penulis dalam penulisan skripsi ini dibalas dengan kebaikan pula serta
dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Swt. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Karenanya, saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain (pembaca) pada
umumnya.
Salatiga,4Juli 2020
Penulis,
Nailul Haq Al
Musaffa
NIM. 53040160017
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
HALAMAN BERLOGO ...............................................................................ii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ............................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................v
ABSTRAK ....................................................................................................vi
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ...............................................viii
KATA UCAPAN TERIMAKASIH ...............................................................xii
DAFTAR ISI ................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Permasalahan ........................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat penelitian ................................................................... 5
E. Penegasan istilah ...................................................................... 6
F. Metode penelitian .................................................................... 6
G. Sistematika penulisan .............................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .................11
xvii
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 11
B.Landasan Teori ......................................................................... 13
1. Pengertian Ilmu Shorof .......................................................... 13
a. Mengenal Ilmu Shorof....................................................... 13
b. Istilah Dasar Ilmu Shorof .................................................. 14
c. Makna Dasar Setiap Bentuk Kata..................................... 16
d. Jenis Tashrif ...................................................................... 18
e. Wazan- Wazan Tashrif ...................................................... 20
2. Pengertian Semantik .............................................................. 21
3. Pengertian Fiil Tsulasi Mujarrod dan Fiil Tsulasi Mazid ..... 24
a. Fiil Tsulasi Mujarrod......................................................... 24
b .Fiil Tsulasi Mazid ............................................................. 26
BAB III DESKRIPSI FIIL TSULASI MAZID BI HARFIN WAHIDIN
DALAM AL- QUR’AN.................................................................30 30
A. Pengertian Morfologi .............................................................. 32
B. Pengertian Kata ....................................................................... 34
C. Pengertian dan Pembagian Fiil Mazid ..................................... 34
D. Makna Wazan Fiil Mazid ........................................................ 36
1. Makna Wazan Fa’-‘ala ........................................................ 36
2. Makna Wazan Af’ala ........................................................... 37
3. Makna Wazan faa’ala .......................................................... 39
BAB IV ANALISIS FI’IL TSULASI MAZID BI HARFIN WAHIDIN DALAM SURAH AL BAQARAH AYA1-61….………...41
xviii
A. Pemaparan Fiil-fiil Tsulasi Mazid bi Harfin Wahidin dalam Surah Al Baqarah ayat 1-61 ...................................... 41
B. Daftar Fiil Tsulasi Mazid bi Harfin Wahidin dalam Surah Al Baqarah ayat 1-61 ............................................................ .46
BAB V PENUTUP .............................................................................. .69
A. Kesimpulan .............................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Al Qur’an merupakan kitab yang terpenting bagi umat
manusia yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Al
Qur’an adalah panutan dan pedoman seluruh umat manusia karena
di dalamnya terdapat kandungan – kandungan makna untuk hidup
kita.
Al Qur’an sungguh telah menunjukkan kecermatan yang
mendalam, keindahan tulisannya, serta sifat menakjubkannya yang
tidak dapat diragukan lagi. Serta akan pesan moral, sikap, dan
watak yang dapat dijadikan petunjuk bagi kehidupan untuk
berbagai zaman.1
Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab ( QS 12:2 ). Hal
ini menunjukkan bahwa Al Qur’an berjalan sesuai dengan bahasa
Arab. Bahasa Arab mencakup sejumlah kosakata yang terdiri dari
tiga jenis kata, yaitu : 1) Fiil, 2) Isim, dan 3) Harf. Masing-masing
memiliki ciri khas tersendiri sehingga setiap jenis kata dapat
diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri tersebut melalui distribusi
morfologis, distribusi sintaksis, dan distribusi makna leksikal
gramatikal sesuai kata dengan konteks nya masing-masing.
Bahasa al Qur’an, sebagaimana disepakati oleh ulama’,
adalah bahasa yang mengalahkan atau mengungguli bahasa apapun.
Karena itu, bagian-bagian yang tersusun di dalamnya memiliki
makna yang mendalam.
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa tertua di dunia.
Bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan sempurna bila
dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Kesempurnaan dan
kelengkapannya itu merupakan salah satu keistimewaannya. Karena
bahasa arab mempunyai keistimewaan dibidang tata bahasa
disamping keistimewaannya yang lain, maka banyak orang
1 Abdullah Abbas Nadawi, learn The Language of The Holy Qur’an, Tim Redaksi Penerbit Mizan, Belajar Mudah Bahasa Al Qur’an (Bandung: Mizan, 1992), hlm 15
2
menganggap bahasa arab itu rumit, komplek, sukar dan lain
sebagainya, terutama kalangan pelajar dan mahasiswa. 2
Bahasa Arab banyak digunakan dalam kitab-kitab pondok
pesantren seperti nahwu, shorof, mantiq, fiqih, dan masih banyak
lagi. Tentu saja kita sebagai orang Islam harus bisa belajar bahasa
arab sehingga bisa memahami kitab-kitab nahwu, shorof, mantiq
terutama dalam Al Qur’an karena bahasa Arab yaitu bahasa Al
Qur’an.
Karena pentingnya mempelajari Al Qur’an, maka peneliti
tertarik untuk mengkaji sebuah surah dalam Al Qur’an yaitu Surah
Al Baqarah ayat 1-61 dengan fokus pada Fiil Tsulasi Mazid bi Harfin Wahidin.
Orang pertama yang menyusun Ilmu shorof ialah Imam
Mu’adz bin Muslim. Beliau adalah seorang ulama yang berasal dari
Kufah. Beliau wafat tahun 187 H. Ilmu shorof juga termasuk ilmu
tata bahasa Arab yang paling penting karena menjadi pedoman
untuk mengetahui sighat atau bentuk kalimat, tashgirnya,
nisbatnya, jamaknya baik sima’i, qiyas, syadz, i’lalnya, dan lainya.
Hubungan ilmu shorof dengan ilmu nahwu tidak dapat dipisahkan
bagaikan ibu dan bapak yaitu saling membutuhkan serta
melengkapi sebagaimana perkataan sebagian ulama :
اتا اذ اؼ ا اصشف
Artinya : Ilmu shorof adalah induk atau ibu segala ilmu
sedangkan ilmu nahwu adalah bapaknya.3
Ilmu shorof atau morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa
yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk
kata terhadap arti dan golongan kata. Proses morfologi ialah proses
pembentukan kata kata dari satuan lain yang merupakan bentuk
dasarnya. Morfologi juga merupakan cabang yang terpenting dalam
ilmu bahasa karena morfologi membahas bahasa dari bentuk
katanya. Ilmu shorof termasuk ilmu alat yang digunakan untuk
mempelajari bahasa Arab. Karena dengan ilmu ini kita dapat
2 Wiwin Dita Wahyu Triningsih, Bahasa Arab Bahasa Al Qur’an ( STAIN sorong, papua barat, imdomesia) hal. 2 3 Ahmad Warson Munawwir, shorof praktis “metode krapyak”, (jogjakarta: Putera Menara, 2015). Hlm 22
3
mengetahui perubahan bentuk sebuah kata, baik menjadi isim
maupun fi’il.
Morfologi menjadi salah satu fitur yang menandai afinitas
antara bahasa Arab dan bahasa Semitik umumnya secara lebih
transparan daripada antara bahasa Indo-Eropa selain fitur-fitur
lainna seperti triradikalisme, kehadiran konsonan tegas, hubungan
khusus antara vokal dan konsonan, konstruksi paraktik, sistem
verbal dengan awalan dan konjugasi sufiks, serta sejumlah besar
korespondensi leksikal.4
Menurut kitab Muhtashor Jiddan Matan Al Ajjurumiah,
kalimat fi’il adalah kalimat yang menunjukkan makna dengan
sendirinya dan bersamaan dengan zaman atau waktu. Ketika
kalimat tersebut menggunakan zaman yang sudah lampau maka
disebut fiil madhi seperti contoh ketika ,(Dia sudah berdiri) لا
kalimat tersebut menggunakan zaman sekarang atau yang akan
datang maka disebut fi’il mudhori’ seperti contoh Dia sedang) يم
atau akan berdiri), dan apabila kalimat tersebut menggunakan
perintah pada zaman yang akan datang maka disebut fi’il ‘amr
seperti contoh .(berdirilah) ل
Menurut ilmu shorof, fi’il tsulasi adalah fi’il yang terdiri
dari tiga huruf contoh seperti ظشب . Fi’il tsulasi sendiri terbagi
menjadi dua bagian yaitu fi’il tsulasi mujarod (sepi dari huruf
tambahan) contoh ظشب , dan fi’il tsulasi mazid (ada huruf
tambahan) contoh ظشب ا
Peniliti memilih pembahasan tentang fiil tsulasi mazid ruba’i dalam surah Al Baqarah ayat 1-61 supaya bisa mempelajari
Al Qur’an dan bisa memahami maknanya. Untuk itu dalam
penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengkaji berbagai ayat-ayat
Al Qur’an surah Al Baqarah yang di dalamnya banyak fi’il-fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin sehingga peneliti bisa lebih dalam
memahami lafadznya dan juga ma’nanya. Peneliti memberi judul
‚Fi’il Tsulasi Mazid bi Harfin Wahidin dalam Surah Al Baqarah
ayat 1-61 : Kajian Morfologi dan Semantis‛.
4 Kees Versteegh, The Arabic Language , Columbia University Press New York 1997 ,
Halaman 11
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja kalimat yang berbentuk fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah Al Baqarah ayat 1-61?
2. Bagaimana bentuk perubahan yang terjadi dari wazan tsulasi mujarrad ke wazan tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah
Al Baqarah ayat 1-61 dan apa perubahan makna yang terjadi?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui kalimat yang berbentuk fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah Al Baqarah ayat 1-61.
2. Untuk mengetahui perubahan makna yang terjadi dalam
perubahan wazan fi’il-fi’il tsulatsi ke wazan tsulasti mazid biharfin wahidin dalam surah Al Baqarah ayat 1-61.
D. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian selain mempunyai tujuan penelitian juga
diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Menambahkan data atau glosarium yang khusus terkait dengan
fi’il-fi’il tsulasti mazid biharfin wahidin dalam surah Al Baqarah ayat 1-61 beserta makna yang dikandungnya
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi bagi
para pembaca untuk meneliti dan menekuni bagaimana diksi-
diksi dalam al Qur’an disusun agar memiliki kandungan makna
tertentu.
E. Penegasan Istilah Untuk memudahkan pembahasan mengenai judul penelitian
ini, terlebih dahulu penulis akan mengemukakan arti istilah-istilah
yang terkandung dalam judul tersebut.
1. Shorof adalah ilmu yang mempelajari berbagai macam bentuk
perubahan kata, asal usul kata atau keadaannya.
5
2. Semantis yaitu ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna,
yakni mempelajari makna yang terkandung dalam suatu lafadz
kata serta kolerasi yang meliputi sebuah makna itu sendiri.
3. Morfologi (linguistik) yaitu suatu bidang ilmu linguistik yang
mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-morfem
dalam suatu bahasa.
F. Metode Penelitian Setiap penelitian tidak terlepas dari metode. Metode
penelitian adalah cara berpikir dengan menggunakan langkah-
langkah sistematis dalam penelitian. Metode penelitian harus
disesuaikan dengan objek penelitian.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di
mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 2. Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ayat ayat suci Al qur’an dalam surah Al Baqarah ayat 1-
61.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Fi’il tsulasi mazid bi harfin Wahidin dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 1-61, Mushaf
dan terjemahnya indonesia yang di terbitkan oleh Mujtami’ Al
maliki Fahad, PT. Mushaf As syarif: Madinah Munawwarah,
ukuran: 1405x21 SM, tebal 1132 halaman.
4. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sumber data kepustakaan yaitu berupa buku, jurnal skripsi dan
penelitian. Hal ini sejalan dengan perincian sebagai berikut.
a. Sumber Data Primer
6
Sumber data primer merupakan sumber utama.
Sumber data penelitian ini adalah Al Qur’an surah Al Baqarah, Mushaf dan terjemahnya indonesia yang di
terbitkan oleh Mujtami’ Al Maliki Fahad, PT. mushaf As
Syarif: Madinah Munawwarah, ukuran: 1405x21 SM, tebal
1132 halaman.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data
kedua. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu
data-data yang bersumber dari beberapa sumber selain
sumber data primer atau acuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang menjadi objek penelitian. Adapun
sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-
buku atau kitab-kitab seperti Tafsir Al Jalalain, shorof,
semantik, dan jurnal lain yang mempunyai relevansi untuk
memperkuat argumentasi dan melengkapi hasil penelitian
ini.
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian digunakan
teknik kepustakaan. Karena penelitian ini bersifat penelitian
kualitatif. Penelitian yang bersifat kualitatif, data yang
diperoleh adalah data deskriptif, berupa data tertulis atau
lisan dari sejumlah orang dan prilaku yang dapat dipahami.
Hanya saja dalam penelitian ini, data yang mungkin
diperoleh adalah data tertulis saja. Karena penelitian ini
berupa penelitian teks dengan tahapan sebagai berikut:
1) Membaca Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 1-61 .
2) Menghimpun ayat-ayat suci Al Qur’an surah Al Baqarah
ayat 1-61 yang didalamnya mengandung fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin berserta maknanya.
3) Memilih dan memilih, kemudian mengelompokkan
dalam tersebut ayat-ayat suci Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 1-61 berdasarkan jenis fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin berserta maknanya.
4) Mengolah dan menganalisis data-data tersebut fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin berserta maknanya.
7
untuk kemudian ditarik simpulan bahwa struktur fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin berserta maknanya
memiliki tujuan tertentu terhadap struktur maknanya.
d. Teknik Analisis data
Data yang telah terkumpul dan tersusun, kemudian
dikelompokkan lagi untuk menentukan ayat-ayat suci Al
Qur’an yang terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 1-61.
Untuk mengetahui fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin
dalam surah Al Baqarah ayat 1-61 ditinjau dari struktur
bahasa, maka digunakan pendekatan ilmu shorof dan
semantik, yaitu unsur fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin yang terdapat dalam ruang lingkup ilmu shorof dengan
tahapan menentukan jenis fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah Al Baqarah ayat 1-61 dan dilanjutkan
dengan menentukan tujuan terhadap struktur makna.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ditentukan agar dapat memperoleh
gambaran yang jelas dan menyuluruh. Adapun sistematikannya
adalah sebagai berikut.
Bab I, pendahuluan memuat latar belakang, perumusan
masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, tinjauan pustaka dan landasan teori bab ini berisi
tinjauan pustaka yang membahas penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini. Dan berisi landasan teori yang digunakan
oleh penulis berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari
sumber pustaka yang telah penulis baca.
Bab III, deskripsi fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam
Al-qur’an.
8
Bab IV, berisi pembahasan tentang analisis Fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin, macam-macam fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah Al Baqarah dengan kaidah shorof dan
semantik tersebut.
Bab V, merupakan bab terakhir yang memuat simpulan dan
saran, dan bagian terakhir skripsi terdapat daftar pustaka dan
lampiran-lampiran
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjuan Pustaka Penelitian ini memfokuskan perhatian pada fi’il tsulasi
mazid bi harfin wahidin yang terkandung dalam surah Al Baqarah
dari aspek uslub dan tujuan yang timbulkan terhadap maknanya.
Sekalipun sudah ada yang menulis tentang fi’il tsulasi mazid namun
yang meneliti fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin secara khusus
belum ditemukan penelitiannya dalam surah Al Baqarah. Beberapa penelitian terdahulu dalam bentuk skripsi yang
pernah ditulis, yang mendukung penelitian ini antara lain :
1. Lia Sari (Mahasiswa angkatan 2018) UIN Antasari dengan
judul penelitian ‚fi’il tsulasi mazid dengan tambahan satu huruf
dan maknanya dalam surah Ali Imron ‛. Hasil dari penelitian
ini terdapat 179 fiil tsulasi mazid tambahan satu huruf dalam
surah Ali- Imran pada 3 shigat, 99 shigat ‚’af’ala‛, 57 shighat ‚fa’ala‛, dan 23 shigat ‚faa’ala‛ dengan makna ta’diyah 103
kata kerja, makna shairuroh 4 kata kerja, makna wujudu asli al-fi’li 2 kata kerja, makna li wujudi masytaqo minhu al fi’lu 10
kata kerja, makna lil mubalaghoh 9 kata kerja, makna li taksir 12 kata kerja, makna lil mubalaghoh waataksir 5 kata kerja,
makna li nisbati al maf’ul ila ashli al fi’li 1 kata kerja, makna li wujudi maf’ul fi ashsyifah 4 kata kerja, makna li tasyaruk 6
kata kerja, makna lil muwala 11 kata kerja, makna mujjarod 5
kata kerja, makna izzalah 1 kata kerja, makna nisbatu syai’ila ashli al fi’li 1 kata kerja, makna nisbatu fail ila asli al fi’li 1
kata kerja, makna wazan faala 1 kata kerja dan makna doa 2
kata kerja.5
2. Ummu imaroh (2011) UIN Sunnan Ampel Surabaya dengan
judul penelitian Shighat al af’al al tsalasiyah al mazida fi surah al Baqarah : dirasah tahliliyah sarfiyyah. Penelitian ini
disimpulkan bahwa fi’il Tsulasi mazid yang terdapat dalam
5 Lia Sari, “fi’il tsulasi mazid dengan tambahan satu huruf dan maknanya dalam surah
Ali Imron ”, (Makassar: 2018)
10
surat al baqarah beraneka ragam yakni penulis menemukan 566
fiil tsulasi mazid yang terbagi menjadi 264 fiil tsulasi mazid
yang mengikkuti wazan dan 95 fiil tsulasi mazid yang
mengikuti wazan dan 93 fiil tsulasi mazid yang mengikuti
wazan dan 33 fiil tsulasi mazid yang mengikuti wazan dan 32
fiil tsulasi mazid yang mengukiti wazan dan 21 fiil tsulasi mazid yang mengikuti wazan dan 7 fiil tsulasi mazid yang
mengukuti wazan dan 1 fiil tsulasi mazid.6 3. Laila Nur Afuwah (2018) UIN Sunan Kalijaga penelitian ini
berjudul fawaid al fi’il al tsulasi al mazid fi surah al kahfi wa toriqo taklimihi (dirasah tahliliyah sarfiyya). Penelitian ini
terdapat 67 fiil tsulasi mazid dalam surah al kahfi, yang terdiri
dari 48 fiil dari bab fiil tsulasi mazid dengan satu huruf
tambahan, 13 fiil dari bab fiil tsulasi mazid dengan 2 huruf
tambahan dan 6 fiil dari bab fiil tsulasi mazid dengan 3 huruf
tambahan dan memiliki faedah diantaranya adalah at-ta’diyah, as-shoiruroh, wujdanusyai fi sifat, ittihadzul fi’li minal ismi, al musyarokah, ma’na faala, mutowaatu faala, al ittikhadz, at-thalab dan at-takalluf. 7
Penelitian di atas walaupun sudah memfokuskan pada satu
objek, akan tetapi hanya membahas macam-macam fi’il tsulasi mazid secara teoretis. Oleh sebab itu, maka penelitian dari aspek
fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dan tujuan makna yang
ditimbulkannya terhadap struktur makna pada morfologi dan
semantis masih terbuka dan penting untuk dilakukan.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Ilmu Shorof
a. Mengenai Ilmu Shorof Ilmu Shorof adalah salah satu cabang ilmu penting
yang harus dikuasai dalam mempelajari bahasa Arab.
Dengan ilmu ini, kita dapat mengetahui bentuk perubahan
6 Ummu Imaroh, Shighat al af’al al tsalasiyah al mazida fi surah al Baqarah : dirasah
tahliliyah sarfiyyah, (Surabaya: 2011) 7 Laila Nur Afuwah, fawaid al fi’il al tsulasi al mazid fi surah al kahfi wa toriqo taklimihi
(dirasah tahliliyah sarfiyya), (yogyakarta: 2018)
11
dari suatu kata. Contohnya untuk kata ‚melakukan‛ atau
‚berbuat‛ فؼ
- فؼ - فؼلا - يفؼ ي - فاػ فؼ - - ا فؼ لاذفؼ
‚Telah melakukan -sedang melakukan - perbuatan- orang yang melakukan- yang dilakukan- lakukanlah!- jangan kamu lakukan‛
Ilmu Shorof atau dikenal dengan tashrif secara
bahasa memiliki arti perubahan. Allah SWT berfirman :
يف (..... ذصش يخ .......) اش
‚.....dan pengisaran angin....‛ (Al-Baqarah:
164)
Tashrif di atas memiliki makna perubahan angin
dari satu kondisi ke kondisi lain dan dari satu arah ke arah
lain.
Adapun secara istilah, Ilmu Sharaf adalah ilmu
yang mempelajari bentuk dan keadaan beberapa bentuk
kata (bina’) yang meliputi jumlah huruf, harakat dan
sukunnya seperti bentuk kata fi’il madhy (kata kerja
lampau ), fi’il mudhari’ (kata kerja sekarang),
mashdar (kata benda), isim fa’il (yang melakukan
perbuatan), isim maf’ul (yang dikenai perbuatan), fi’il amr (kata perintah), fi’il nahyi (kata larangan), dan bentuk kata
yang lain.
Ilmu Sharaf adalah ilmu yang menerangkan tata
cara merubah suatu kata dari satu bentuk ke bentuk yang
lain untuk menghasilkan makna yang berbeda-beda.
Contohnya merubah kata ورة ( telah menulis ) menjadi
8.( penulis ) واذ ة dan ,( sedang menulis ) يىر ة
b. Istilah Dasar Ilmu Sharaf Sebelum kita memulai mempelajari Ilmu Sharaf,
ada baiknya kita mengenal istilah-istilah dasar yang perlu
diketahui. Antara lain
8 Abu Razin & Ummu Razin, Ilmu Shorof untuk Pemula, (Jakarta : 2017) hal.20
12
1) Wazan Wazan memiliki makna timbangan, acuan, atau
rumus. Wazan adalah suatu rumus baku, di mana setiap
kata kerja nantinya akan masuk ke salah satu dari wazan
yang ada. Perlu diketahui bahwa dalam Ilmu Sharaf ada
35 bab, di mana setiap bab memiliki wazan yang spesifik.
Misalkan bab ي -فؼ فؼ , bab - افؼ ي فؼ , bab - ا سرفؼ يسرفؼ , dan
sebagainya. Namun, beberapa di antara wazan bab-bab
ini sangat jarang dijumpai dalam kalimat Bahasa Arab,
sehingga pada buku ini penulis hanya menampilkan
wazan bab-bab yang penting dan sering digunakan oleh
orang Arab.
Wazan Ilmu Sharaf menggunakan kata fa', 'ain
dan lam dengan segala bentuknya. Semua kata فؼ
kerja Bahasa Arab pastinya akan masuk ke salah satu
dari 35 wazan bab ini.
2) Mauzun Jika wazan adalah rumusnya, maka mauzun adalah
kata yang dibandingkan dan disandingkan dengan wazan.
Misalnya ورة adalah mauzun dari wazan يىر ة dan فؼ
adalah mauzun dari wazan يفؼ
3) Tashrif Tashrif adalah perubahan kata dari bentuk asal
(kata kerja) menjadi bentuk-bentuk yang lain. Ilmu
Sharaf juga sering disebut dengan Ilmu Tashrif, karena
inti Ilmu Sharaf adalah mempelajari tashrif. Secara
umum, suatu kata kerja berubah menjadi jenis perubahan
kata sebagai berikut:
a) Fi’il Madhy (kata kerja lampau)
b) Fi’il Mudhari’ (kata kerja sekarang)
c) Mashdar (kata benda, kata dasar)
d) Isim Faa'il (subjek, pelaku)
e) Isim Maf'ul (objek)
f) Fi’il Amr (kata kerja perintah)
g) Fi’il Nahyi (kata kerja larangan)
h) Isim Zaman (kata penunjuk waktu)
13
i) Isim Makan (kata penunjuk tempat)
j) Isim Alat (nama alat).9
c. Makna Dasar Setiap Bentuk Kata Setiap bentuk kata memiliki makna dasar
tersendiri. Bentuk kata fi’il madhy, fi’il mudhari’ dan
yang lain dari setiap bab meskipun ada yang berbeda
baris dan penyusunnya, namun memiliki kesamaan
makna dasar. Artinya, makna dasar ini berlaku untuk
setiap wazan, baik dari kelompok tsulatsi, ruba'iy, dan
lainnya.
Secara umum, makna dari fi’il madhy, Mudhari’ sampai fi’il nahyi terwakili oleh makna berikut:
1) Fi’il Madhy (telah melakukan)
2) Fi’il Mudhari’ (sedang melakukan)
3) Mashdar (kata benda)
4) Isim Faa'il (pelaku - yang melakukan)
5) Isim Maf'ul (objek - yang dikenai perbuatan)
6) Fi’il Amr (lakukanlah!)
7) Fi’il Nahyi (Jangan kamu lakukan!)
Untuk lebih mudah memahami makna dasar dari
fi’il madhy, Mudhari’, mashdar sampai fi’il nahyi, perhatikanlah tashrif untuk kata berikut: ورة – ظش 10
اى فؼ الأش فؼ اس
فؼي
اس
فاػ
فؼ صذس
عاسع
فؼ
اض
ظ ش ظ ش لاذ س ا ظا ش ا اظ ظاشا ظشا ظش ي
Jangan
melihat!
Lihatlah
!
Yang
dilihat
Yang
melihat
Penglihatan Sedang
melihat
Telah
melihat
ب ا ور ة لاذىر ة ىر راتحا واذ ة ورة يىر ة و
9 Ibid., hal.21. 10 Ibid., hal.22.
14
Jangan
kamu ulis!
Tulislah
!
Yang
ditulis
Penulis Tulisan Sedang
menulis
Telah
menulis
Perhatikanlah Tabel di atas. Kita bisa mengetahui
bahwa makna untuk setiap bentuk kata di atas meskipun
dari dua contoh kata yang berbeda tetapi memiliki makna
dasar yang sama untuk bentuk kata yang sama.
d. Jenis Tashrif Di dalam Ilmu Sharaf, tashrif ada dua jenis:
1. Tashrif Ishtilahy 2. Tashrif Lughawi
Tashrif lughawi adalah perubahan kata yang
didasarkan pada perubahan jumlah dan jenis pelakunya,
sedangkan tashrif ishthilahy adalah perubahan kata yang
didasarkan pada perbedaan bentuk katanya.
Perubahan bentuk dari bentuk asli (fi’il madhy) ke
bentuk mashdar, isim fa’il hingga fi’il amr adalah yang
dimaksud dengan tashrif ishthilahy. Untuk lebih
memahami tashrif ishthilahy. Perhatikanlah contoh
tashrif ishthilahy untuk kata ‛menulis‛ ورة :
راتحا - يىر ة - ورة ب - واذ ة - و ىر لاذىر ة أور ة -
"telah menulis (dia laki-laki) – sedang menulis (dia laki-laki) – tulisan – penulis – yang ditulis – tulislah! – jangan kau tulis!"
Adapun tashrif lughawi adalah perubahan suatu
bentuk kata ke jenis-jenis yang berbeda berdasarkan
jumlah (mufrod, mutsanna, jamak) dan jenis (mudzakkar, muannats) pelakunya. Setiap bentuk kata (fi’il madhy hingga fi’il amr) memiliki tashrif lughawi tersendiri.
Contohnya, tashrif lughawi untuk ‛penulis‛ واذ ة
ditunjukkan oleh tabel berikut:11
11 Ibid., hal.23.
15
Arti Tashrif Lughowi
Penulis laki-laki (tunggal)
Penulis laki-laki (ganda)
Penulis laki-laki (jamak)
واذ ة
وا واذ ثا ذ ثي
\ واذ ث واذ ث ي
Penulis perempuan (tungga
Penulis perempuan (ganda)
Penulis perempuan (jamak)
واذ ثح
\ واذ ثرا واذ ثري
واذ ثاخ
Begitupun dengan fi’il madhy, fi’il mudhori’, dan
lainnya juga memiliki tashrif lughowi yang didasarkan
pada perubahan jenis dan pelakunya.12
e. Wazan-Wazan Tashrif Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan
bahwa tashrif memiliki 35 wazan (bab). Dari 35 bab ini
yang berlaku umum hanya 22 wazan bab; 6 wazan untuk
kelompok tsulatsy mujarrad; 12 wazan untuk tsulatsy mazid, 1 wazan untuk ruba’iy mujarrad dan 3 wazan untuk ruba’iy mazid. 13 wazan sisanya memilik rumus
yang sangat rumit dan jarang sekali ditemukan
penggunaannya dalam kalimat sehari-hari. Kedua puluh
dua wazan yang umum digunakan ini terbagi menjadi
empat kelompok:
1) Kelompok Tsulatsy Mujarrad
Contohnya ,(telah mulia) وش (telah mengetahui)ػ
2) Kelompok Tsulatsy Mazid Contohnya ,(telah memuliakan) اوش telah) ػ
mengajarkan)
3) Kelompok Ruba'iy Mujarrad Contohnya دخشج (telah menggelincirkan)
4) Kelompok Ruba'iy Mazid
Contohnya ذذخشج (telah menggelincirkan)
Keterangan:
12 Ibid., hal.24.
16
● Kata tsulatsy merujuk pada kelompok kata kerja
yang tersusun dari tiga huruf asli.
● Kata ruba'iy merujuk pada kelompok kata kerja yang
tersusun dari empat huruf asli.
● Kata mujarrad merujuk pada kelompok kata kerja
tanpa adanya huruf tambahan apapun selain huruf
aslinya.
● Kata mazid merujuk pada kelompok kata kerja yang
memiliki huruf tambahan selain huruf aslinya.
Dari keempat kelompok kata kerja yang
disebutkan, kelompok tsulatsy mujarrad dan tsulatsy mazid adalah yang paling banyak digunakan dalam
Bahasa Arab.13
2. Pengertian Semantik Kata semantik, sebenarnya merupakan istilah teknis
yang mengacu pada studi tentang makna.14 Makna yang
dimaksud di sini adalah makna bahasa, baik dalam bentuk
morfem, kata, atau kalimat. Morfem boleh saja memiliki makna,
misalnya reaktualisasi, yang maknanya perbuatan
mengaktualisasikan kembali.15 Coseriu dan Geckeler
Mengatakan bahwa istilah semantik mulai populer tahun 50-an
yang diperkenalkan oleh sarjana perancis yang bernama M.
Breal pada tahun 1883.16
Kata semantik berasal dari bahasa yunani sema (noun)
yang berarti tanda atau lambang. Dalam bahasa Yunani, ada
beberapa kata yang menjadi dasar kata semantik yaitu
semantikos (memaknai), semainein (mengartikan), dan sema (tanda). Sema juga berarti kuburan yang mempunyai tanda yang
menerangkan siapa yang dikubur disana.17 Dari kata sema,
semantik dapat dipahami sebagai tanda yang memiliki acuan
13 Ibid., hal.25 14 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), 3. 15 Ibid.....25 16 Ibid......3 17 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 981.
17
tertentu dan menerangkan tentang asal dimana kata itu
disebutkan pertama kali. Hal ini senada dengan yang
disampaikan oleh Pateda yang menyetarakan kata semantics
dalam bahasa Inggris dengan kata semantique dalam bahasa
Prancis yang mana kedua kata tersebut lebih banyak
menjelaskan dengan kesejarahan kata. Dalam bahasa Arab,
semantik diterjemahkan dengan ilmu al-Dilalah atau Dilalat al-Alfaz. Secara terminologis semantik ialah bagian dari struktur
bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau sistem
penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada
umumnya.18
Adapun secara istilah semantik adalah ilmu yang
menyelidiki tentang makna, baik berkenaan dengan hubungan
antar kata-kata dan lambang-lambang dengan gagasan atau
benda yang diwakilinya, maupun berkenaan dengan pelacakan
atas riwayat makna-makna itu beserta perubahan-perubahan
yang terjadi atasnya atau disebut juga semiologi.19 Semantik
juga berarti studi tentang hubungan antara simbol bahasa (kata,
ekspresi, frase) dan objek atau konsep yang terkandung di
dalamnya, semantik menghubungkan antara simbol dengan
maknanya.20
Semantik lebih dikenal sebagai bagian dari struktur ilmu
kebahasaan (linguistik) yang membicarakan tentang makna
sebuah ungkapan atau kata dalam sebuah bahasa.21 Bahasa
sendiri menurut Plato adalah pernyataan pikiran seseorang
dengan perantara onomate dan rhemata yang merupakan
cerminan dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
Dalam pengertian ini, bahasa terkait dengan kondisi sekitar
pemakainya sehingga makna dari sebuah kata (ucapan) terkait
erat dengan orang yang mengucapkan dalam konteks diketahui
18 Ahmad Fawaid, “Semantik al-Qur’an : Pendekatan Teori Dilalat al-Faz terhadap Kata Zalal dalam al-Qur’an”, Jurnal Muttawattir, Vol.2 ( Surabaya: 2013), 73 19 Save M.Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: LPKN, 2006), 1016. 20 Ray Prytherch, Harrod’s Librarions Glossaary ( England: Gower,1995), 579. 21 Harimukti Kridalaksana, Kamus Linguistik ( Jakarta: Gramedia,1993), 19.
18
latar belakang sang penutur ketika dia mengucapkan kata
tersebut agar bisa dibedakan dengan pemakai yang lain.22
Slamet Muljana menyatakan bahwa yang dimaksud
semantik adalah penelitian makna kata dalam bahasa tertentu
menurut sistem penggolongan.
Semantik dapat menampilkan sesuatu yang abstrak, dan
apa yang ditampilkan oleh semantik sekadar membayangkan
kehidupan mental pemakai bahasa. Semantik dalam
hubungannya dengan sejarah, melibatkan sejarah pemakai
bahasa (masyarakat bahasa). Bahasa berubah, berkembang tidak
luput dari suatu hal yang mempengaruhinya.23
3. Pengertian Fiil Tsulasi Mujarrod dan Fiil Tsulasi Mazid
a) Fiil Tsulasi Mujarrod Ialah kalimat yang fiil madzinya terdiri dari tiga huruf
dan bebas dari huruf tambahan. Contoh : ظشب , صش
Adapun fiil tsulatsi mujarrod itu seluruhnya ada 6 bab.
Dan diantara tiap-tiap bab dapat dibedakan dengan harokat
‘ain Fi’il yang ada pada fi’il madzi dan fi’il mudhori’ sebagaimana keterangan pada nadzom berikut ini :24
فرخ وسش فرخ ظ وسش فرذرا فرخ ظ ظ وششذا
فرخ ظ ‘Ain fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan
dibaca dhommah pada fi’il mudhori’, wazannya
adalah -فؼ يفؼ (bab satu).
وسش فرخ ‘Ain fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan
dibaca kasroh pada fi’il mudhori’, wazannya adalah
-فؼ يفؼ (bab dua).
Ain fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan فرذرا
pada fi’il mudhori’, wazannya adalah -فؼ يفؼ (bab
tiga).
فرخ وسش ‘Ain fi’il dibaca kasroh pada fi’il madzi dan
dibaca fathah pada fi’il mudhori’, wazannya adalah
-فؼ يفؼ (bab empat).
22 J.D.Parera, Teori Semantik ( Jakarta : Erlangga, 1990), 27. 23 Ibid.....,14 24 H.M.Abd.Manaf Hamid, Istilahi Lughowi (Nganjuk Jatim : 1998), hal 24.
19
ظ ظ ‘Ain fi’il dibaca dhommah pada fi’il madzi dan fi’il mudhori’, wazannya adalah -فؼ يفؼ (bab
lima).
شذاس و Ain fi’il dibaca kasroh pada fi’il madzi dan
pada fi’il mudhori’, wazannya adalah -فؼ يفؼ (bab
enam).
Fi’il tsulasi mujarrod didahulukan dari pada fi’il tsulasi mazid karena dipandang dari segi keasalannya, maksudnya
fi’il tsulasi mujarrod menjadi asal dari pada fi’il tsulasi mazid, sudah barang tentu asal lebih didahulukan dari pada
cabangan.
Fi’il tsulasi mujarrod apabila dilihat dari segi jenis
harokatnya ‘ain fi’il yang ada pada fi’il madzi dan fi’il mudhori’ maka berjumlah sembilan bab yaitu:25
– فؼ يفؼ
– فؼ يفؼ
- فؼ يفؼ
– فؼ يفؼ
– فؼ يفؼ
– فؼ يفؼ
– فؼ يفؼ
– فؼ يفؼ
- فؼ يفؼ
Namun yang terpakai hanya ada 6 (enam) bab, sedang
yang tiga bab tidak terpakai yaitu :
- فؼ يفؼ - فؼ يفؼ - فؼ يفؼ
Bab - فؼ يفؼ tidak terpakai karena sehubungan dengan
wazan -فؼ يفؼ itu dikhususkan untuk menunjukkan makna
watak (sifat pembawaan), maka orang arab tidak mau
memberi harokat ‘ain fi’il pada fi’il mudhori’nya dengan
harokat yang berlainan dengan harokat ‘ain fi’il pada fi’il madzinya karena sengaja untuk isyaroh atas makna watak
tersebut. Demikian juga wazan -فؼ يفؼ tidak terpakai karena
25 Ibid, hal.25.
20
dalam wazan ini terdapat kumpulnya dua perkara berat yang
berlawanan yaitu dhommah dan kasroh.
b) Fi’il Tsulasi Mazid Ialah kalimah yang fi’il madzinya memuat lebih dari tiga
huruf dengan perincian yang tiga berupa huruf asal dan yang
lain berupa huruf tambahan, contoh : غ ا جر
Secara garis besarnya fi’il tsulasi mazid terbagi menjadi
tiga macam:
1. ruba’i 2. khumasi 3. sudasi26 Fi’il Tsulasi Mazid Ruba’i ialah kalimah yang fi’il
madzinya terdiri dari empat huruf, yang tiga berupa huruf
asal dan yang satu berupa huruf tambahan. Sedangkan huruf
tambahan disini adakalanya berupa huruf yang sejenis
dengan ‘ain fi’il ( tasydid), hal ini terdapat pada bab ي ذفؼ
yang berwazan atau berupa alif yang ada diantara fa’ dan فؼ
‘ain fi’il, hal ini terdapat pada bab فاػح yang berwazankan
dan adakalanya berupa hamzah qotho’ yang ada di فاػ
permulaan, hal ini terdapat pada bab فؼاي ا yang berwazankan
افؼ
Fiil Tsulasi Mazid Khumasi adalah fi’il tsulasi (kata
yang huruf asalnya ada 3) yang pada bentuk madhinya
ditambah 2 huruf tambahan sehingga hurufnya menjadi 5
huruf dan disebut khumasi. Yang termasuk fi’il tsulasi mazid khumasi ini ada 5
bentuk wazan : 1. Fi’il yang berwazan فؼ ا
Huruf tambahannya adalah alif dan nun di awal fi’il madzi. 2. Fi’il yang berwazan ا فث ؼ
Huruf tambahannya adalah alif di awal dan ta’ antara
fa’ dan ‘ain fi’il madzi. 3. Fi’il yang berwazan ا فؼ
26 Ibid, hal.59.
21
Huruf tambahannya adalah ta’ di awal dan huruf sejenis
lam fi’il madzi. 4. Fi’il yang berwazan ثفؼ
Huruf tambahannya adalah ta’ di awal dan alif setelah
fa’ fi’il madzi. 5. Fi’il yang berwazan ثفاػ
Huruf tambahannya adalah ta’ di awal dan alif setelah
fa’ fi’il madzi. Fi’il Tsulasi Mazid Sudasi adalah fi’il tsulasi (kata yang
huruf asalnya ada 3) yang pada bentuk madhinya ditambah
3 huruf tambahan sehingga hurufnya menjadi 6 huruf dan
disebut sudasi.27
Yang termasuk fi’il tsulasi mazid sulasi ini ada 4 wazan
dan ditambah 2 wazan yang termasuk mulhaq ruba’i mazid.
1. Fi’il yang berwazan ا سثفؼ
Huruf tambahannya adalah alif, sin dan ta’ di awal fi’il madzi.
2. Fi’il yang berwazan ا فؼ ػ
Huruf tambahannya adalah alif di awal, sejenis ‘ain dan
wawu antara dua ‘ain pada fi’il madhi 3. Fi’il yang berwazan ي ا فؼ
Huruf tambahannya adalah alif di awal dan dua wawu setelah ‘ain pada fi’il madhi.
4. Fi’il yang berwazan ا فؼاي
Huruf tambahannya adalah alif di awal, alif setelah ‘ain
dan sejenis lam pada fi’il madhi.
5. Fi’il yang berwazan ا فؼ
Huruf tambahannya adalah alif di awal, nun setelah
‘ain, dan sejenis lam pada fi’il madhi.
27 Ibid, hal.60.
22
6. Fi’il yang berwazan ى ا فؼ
Huruf tambahannya adalah alif di awal, nun setelah
‘ain, dan ya’ pada fi’il madhi.28
BAB III
28 Ibid, hal 61.
23
DESKRIPSI FIIL TSULASI MAZID BI HARFIN WAHIDIN DALAM
AL-QUR’AN
Secara Bahasa, Al Qur’an diambil dari kata: لشأج -يمشأ -لشأ-
yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna لشأؤ
anjuran kepada umat Islam untuk membaca Alquran. Alquran juga
bentuk mashdar dari امشأج yang berarti menghimpun dan
mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran
menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib
sehingga tersusun rapi dan benar.29 Oleh karena itu Alquran harus
dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat
hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan tujuan apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan
Alquran baik secara teks, lisan ataupun budaya.
Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti
bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah
yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal
tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi
Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.30
Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan
menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih.
Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar dari kata qara’a,
qira’atan, qur’anan.
Al Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah
kepada nabi Muhammad SAW yang diawali surat Al Fatihah dan di
akhiri surat An Nas. Al Qur’an merupakan mukjizat. Tidak ada satu
orang pun di dunia ini yang mampu menandingi Al Qur’an baik dari
segi bahasanya maupun isinya. Menurut Ali Ash Shabuni, Al-
Qur’an adalah kalam Allah SWT yang mengandung mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara
malaikat Jibril. Dari sini kita dapat melihat bahwa Al Qur’an
merupakan mukjizat yang paling istemewa dibandingkan dengan
29 Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm.17 30 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hlm.3
24
mukjizat lain yang dimiliki oleh nabi Muhammad SAW. Karena
sampai saat ini mukjizat ini masih eksis dan masih terus dibaca
khususnya oleh umat Islam di seluruh dunia.
Al-qur’an mendorong kemajuan umat manusia baik dalam
hal teknologi, sumber daya manusia dan juga akhlak. Al-qur’an
sangat mengapresiasi orang yang melakukan penelitian dan orang
yang berfikir. Al-qur’an menyebut dua tipe manusia ini dengan
sebutan ulul albab. Di dalam Al-qur’an hingga ditulis sebanyak
enam belas kali. Allah berfirman dalam surat shad ayat 29 :
أالاثاب يرزوشا يذتشااياذ ثاسن ايه اضا ورة
Yang artinya: ‚Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran‛.
Tanda orang yang berpikir adalah orang yang selalu
melakukan penelitian dan selalu mencari kebenaran. Tidak mudah
terpengaruh dengan pendapat orang lain sebelum mendapat
pengetahuan yang komperhensif dan menyeluruh merupakan tanda
ulul albab.31
Dari pentingnya Al-Qur’an untuk dikaji dan diteliti, maka
peneliti perlu memberi batasan mengenai penelitian ini. Peneliti
tidak akan membahas seluruh al-Qur’an akan tetapi hanya
mengambil satu ayat dari al-Qur’an saja yakni surat al-Baqarah.
Sedangkan yang akan diteliti adalah kata bentukan fi’il mazid
dalam surat al-Baqarah.
A. Pengertian Morfologi Secara etimologi morfologi berasal dari kata morf yang
berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara
harfiah artinya ‘ilmu mengenai bentuk’. Dalam kajian linguistik
berarti ‘ilmu yang mempelajari tentang pembentukan sebuah
kata’.32
31 H.P Akhmad Yasin, Modul Pendidikan Islam. (2002. Semarang: Diponegoron Wilian). 32 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Sastra), (2015, Jakarta: Rineka Cipta). Hlm.3
25
Menurut pendapat di atas, Morfologi adalah ilmu yang
mempajari sebuah kata. Akan tetapi menurut Janet ilmu morfologi
tidak terlepas dari ilmu fonologis walaupun diantara dua kajian ilmu
ini mempunyai perbedaan; jika fonologi mempelajari tentang suara
sedangkan morfologi mengkaji struktur kata. 33 Adapun kajian
morfologi bahasa Arab dibahas dalam ilmu Sharf. Menurut Abdul
Mu’in yang dinukil dari Al-Galayin Sharf adalah ilmu yang
mempelajari tentang asal-usul sebuah kata dan dengan ilmu ini
dapat diketahui bentuk-bentuk dari kata-kata bahasa arab dan
keadaannya, yang bukan I’rab dan bukan bina’ yaitu ilmu yang
membahas tentang berbagai kata dari sisi tasrif, i’lal, idhgam, dan
penggantian huruf.34
Jika dilihat dari beberapa pengertian tentang morfologi
maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pengertian morfologi
menunjukkan perubahan sebuah kata sebelum disusun dalam suatu
kalimat, maksudnya adalah menyiapkan kata yang sesuai untuk
dirangkaikan dalam suatu kalimat tertentu. Sedangkan yang kedua
adalah morfologi adalah ilmu yang dipakai untuk meninjau sebuah
proses terjadinya sebuah kata, atau istilah ini disebut dengan proses
morfologis.
Menurut Samsuri proses morfologis adalah cara
pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu
dengan yang lain. Dari pengertian ini dapat kita lihat ‘kata’ adalah
bentuk minimal yang bebas, maksud dari bebas adalah bentuk itu
dapat diucapkan tersendiri, dapat didahului dan diikuti oleh jeda
potensial. Dengan begitu dapat kita amati bahwa bentuk terkecil
sebuah bahasa adalah morfem dan yang terbesar adalah kata.35
33 Abdullah Hasan, Emeritus, Morfologi siri Pengajaran Bahasa Melayu, (2006, Selangor: PTS Profesional) hlm.1 34 Abdul Mu’in, Analisis Kontrasif Bahasa Arab Dan Bahasa Indonesia, (2004, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru), hlm.88 35 Samsuri, Analisis Bahasa memahami Bahasa secara ilmiah, (1987, Jak arta: Erlangga). Hlm.190
26
B. Pengertian Kata Menurut Rini Damayanti, kata adalah kumpulan beberapa
huruf yang memiliki makna tertentu.36 Sedangkan menurut kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI), kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu
perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.37
C. Pengertian Dan Pembagian Fi’il mazid Untuk mendapatkan pengertian fi’il mazid secara
komperhensif kita bisa melihat pendapat Imaduddin. Menurutnya,
fi’il mazid adalah fi’il yang huruf aslinya mendapatkan tambahan.
Dalam pembagiannya, fi’il mazid terbagi menjadi dua yakni, tsulasi mazid dan ruba’i mazid.38
1. Fi’il Tsulasi Mazid yang bertambah satu huruf ( تذشف ضيذ ثلز ) 39
Adapun fi’il tsulasi mazid yang bertambah satu huruf ini
terbagi menjadi tiga bab:
– أوش ا إ وشا – ي ىش ا – أفؼ إ فؼالا - ي فؼ
- فش يذاا - ي فش ذفش - فؼ يلا - ي فؼ ذفؼ
- لاذ ماذحا - ي ماذ - فاػ فاػحا - ي فاػ
2. Fi’il Tsulasi Mazid yang bertambah dua huruf ( ( تذشفي ضيذ ثلز
Fi’il tsulasi mazid yang bertambah dua huruf (خاسى) ini
terdiri atas lima bab yaitu :
a. ىسش ش -إ ىس ا -ي ساسا ى إ فؼ – إ فؼ ف ؼالاا – ي إ
b. غ غ – إ جر اػاا - يجر إ جر – إ فرؼ إ فر ؼالاا - يفرؼ
c. ش إ د ش - ا -ذذ شاسا إ د – إ فؼ للاا - يفؼ إ فؼ
d. – ذى ا – يرى ا ذى - ذفؼ ذفؼ لا - يرفؼ
e. ذثاػ ذاا – يرثاػذ - ذثاػذ – ذفاػ ذفاػ لا - يرفاػ
3. Fi’il Tsulasi Mazid yang bertambah tiga huruf ( ( تثلثح ضيذ ثلز
36 Rini Damayanti dan Tri Indriyanti, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (2015, Jakarta: Victory Inti Cipta). Hlm.75 37 https://kbbi.web.id/kata. Diakses tanggal 23 juni 2020 jam 14.03. 38 Imaduddin Sukanto & Akhmad Munawari, Tata Bahasa Arab Sistematis, (2008, Yogyakarta: Nurma Media Idea) hlm.26 39 Ma’sum Ali, Al Amtsilati Al Tashrifiyah (1997, Kediri: Maktabah Alawiyah) hlm.8
27
Fi’il Tsulasi Mazid yang bertambah tiga huruf ( تثلثح ضيذ ثلز
: terdiri atas empat bab (ادشف
a. ج – إ سرخشج ا – يسرخش إ سر خشجا – إ سرفؼ إ سر فؼالاا - يسرفؼ
b. شة ة يؼ – إ ػش ش يشاا - ش إ ػش ػ – إفؼ ػ يلا - يفؼ إ فؼ
c. ر ر - إ ج اراا – ذج ي إ ج ي – إ فؼ الاا - يفؼ إ فؼ
d. اس اس – إ د ا - يذ يشاسا يللاا - يفؼاي – إ فؼاي إ د إ فؼ
D. Makna Wazan Fi’il Mazid Ketika kita membandingkan morfologi bahasa arab dan
bahasa Indonesia, maka kita temukan bahwa keduanya memiliki
kesamaan, yaitu ada kata yang mendapat imbuhan, dan imbuhan ini
bisa merubah arti kata tersebut. Akan tetapi dalam penelitian ini,
peneliti hanya menjelaskan makna wazan pada fi’il tsulasi mazid
saja yang hanya ada di dalam surat Al-Baqarah ayat 1-61.
1. Makna Wazan fa’-‘ala ( ف عو) a) رؼذيح )memuta’addikan fi’il lazim(
Contoh: ح ا صيذ فش شا ػ
‚Zaid menggembirakan ‘Amar‛. (bentuk asal fi’il lazim FAROHA = gembira)
b) )ارىثيش ػى ذلاح menunjukkan memperbanyak(
Contoh :
صيذ لطغ ذث ا
‚Zaid memotong-motong tali‛
(menjadikannya banyak potongan. Bentuk asal fi’il
QOTHO’A = memotong 1 potongan)
c) افؼ اص اى افؼي سثح (menisbatkan maf’ul (objek) pada
bentuk asal fi’il) Contoh:
شا صيذ وفش ػ
‚Zaid mengkafirkan ‘Amar‛
(menisbatkannya pada bentuk asal fi’il KAFARO=kafir)
28
d) )افؼي افؼ اص سة membuang bentuk asal fi’il dari
objeknya (maf’ulnya)
Contoh:
صيذ لشش ا اش
‚zaid menguliti buah delima‛ (yakni membuang kulitnya,
bentuk asal fi’il QOSYIRO=berkulit)
e) الإس افؼ لإذخاد (menjadikan fi’il dari isim)
Contoh:
خي م ا
‚Kaum itu berkemah‛
(yakni, mereka mendirikan dan tinggal di kemah, asal
bentuknya kalimah isim yaitu KHIYAAM=kemah)
2. Makna wazan Af’ala أفؼ (tambahan hamzah qotho’ awal
kalimah) a. رؼذيح (memuta’addikan fi’il lazim),
contoh:
د صيذاا أوش
aku menghormati zaid.
b. اشيء فى ذخي (masuk pada sesuatu),
contoh:
سى ساف ش أ ا
Musafir itu/seorang yg dalam perjalanan itu sudah masuk
sore.
c. اىا مصذ (hendak ke suatu tempat), contoh:
صيذا أدجض
Zaid hendak ke Hijaz.
صيذا أػشق
Zaid hendak ke Iraq
d. افاػ فى افؼ أشرك ا جد (untuk menunjukkan adanya
suatu barang pada Fa’il, yg mana fi’ilnya dimusytaq dari
nama barang tersebut, Contoh:
اشجش أسق
Pohon itu telah berdaun
e. ثاغح (mempersangat/melebihkan), contoh:
د ا أشغ شا ػ
29
Aku sangat menyibukkan Amar.
f. صفح فى اشيء جذا (merasakan adanya sesuatu di dalam
suatu sifat), contoh:
صيذا أػظد
aku mendapati zaid seorang yg agung.
صيذا أدذخ
aku mendapati zaid seorang yg terpuji.
g. صيشسج (menjadi), contoh:
اثذ ألفش
Negeri itu menjadi gersang.
h. رؼشيط (menampakkan/memajang), contoh:
اثب صيذ تاعأ
Zaid memajang baju untuk dijual.
i. سة (menanggalkan), contoh:
اشيط أشفى
orang sakit itu telah hilang kesembuhannya
j. ذيح (tiba masanya), contoh:
اضسع أدصذ
tanaman itu sudah waktunya panen
3. Makna wazan (tambahan alif setelah fa’ fi’il) فاػ
a. اثي تي شاسوح (persekutuan/ interaksi antara dua orang),
Contoh:
ا صيذ ظاسب شا ػ
Zaid saling pukul pada Amar
(yakni salah satunya melakukan pekerjaan yang
dilakukan oleh yang lainnya, sehingga masing- masing
dari kedua orang menjadi subjek dan objek)
b. رىثيش (bermakna wazan fa’ala untuk memperbanyak),
Contoh:
الل ظاػف
Allah melipat gandakan
(yakni, satu arti dengan ظاػف ‚melipatkan‛)
c. رؼذيح (bermakna wazan af‛ala untuk memuta’addikan
fiil lazim), Contoh:
الل ػافان
Semoga Allah menyembuhkan kamu
30
(yakni, se arti dengan ػافان ‚menyembuhkan/
menyehatkan kamu‛)
d. ؼى جشد فؼ bermakna fa’ala (fiil mujarrod), Contoh: صيذ سافش
Zaid bepergian
الل لاذ
Semoga Allah membinasakannya
ف يه الل تاسن
Semoga Allah memberkahimu
BAB IV
ANALISIS FI’IL TSULASI MAZID BI HARFIN WAHIDIN
A. Pemaparan Fiil-fiil Tsulasi Mazid bi Harfin Wahidin dalam Surah Al Baqarah ayat 1-61
31
Fi’il Tsulasi mazid bi harfin Wahidin adalah Fi’il tsulasi (
jenis kata akar 3 huruf ) yang ditambah dengan satu huruf
memepunyai tiga wazan:
1. Bab At-taf’il (ي و ببة (اىخف ع
2. Bab Al-Mufa’alah ف بع ي ت ببة) ( اى
3. Bab Al-If’al ( ف ع به ب بة (الا 40
J,b
1. Bab Pertama a) Fi’il tsulasi mujarrad dipindah pada wazan ( ف عو) dengan
menambahkan tadh’if (huruf dobel) pada ‘ain fi’ilnya berfungsi untuk menunjukkan makna:
b) Ta’diyah yaitu butuhnya fi’il (pekerjaan) pada maf’ul (obyek). Seperti: ح ي د ف ر را ز ع (Zaid membahagiakan Umar),
karena bentuk mujarradnya adalah lazim.
c) Menunjukkan makna banyak, seperti: ي د ق طع ب و ز اى ذ (Zaid
memotong-motong tali), yakni menjadi banyak potongan.
d) Memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti ي م فر د ز
را yakni memposisikan ,(Zaid mengkafirkan Umar) ع
kekafiran padanya.
e) Mencabut/ merusak asal pekerjaan dari objek, seperti ي د ق شر ز
ب yakni membuang dari ,(Zaid mengupas kulit delima) اىر
delima.
f) Pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau
benda), seperti: ي خ اى ق و (orang-orang membuat tenda),
yakni mendirikan tenda.41 \
2. Bab Kedua Fi’il tsulasi mujarrad dipindah pada wazan ( ف بع و) dengan
menambahkan alif setelah fa’ fi’il berfungsi untuk
menunjukkan makna:
40 As Syaikh M. Ma’shum, Tarjamah At-Tashrif Al-Ishtilahy: jombang, hlm.35 41 Ibid hlm.36
32
a) Musyarokah bainatsnain, yaitu persekutuan/ gabungan
diantara dua orang/ sesuatu. Musyarokah ialah maksud dari
satu pekerjaan yang dikerjakan oleh dua subjek sehingga
kedua-duanya menjadi fa’il (subjek) sekaligus maf’ul
(objek), seperti: بر ي د ض را ز ع (Zaid dan Umar saling pukul).
b) Bermakna ( ف عو) yang menunjukkan makna banyak, seperti:
بع ف الل ض dengan menggunakan lafal عف الل ض (semoga Allah
melipatkan pahalanya).
c) Bermakna ( ا ف ع و ) yang menunjukkan makna ta’diyah, seperti
لل ا ع بف بك dengan menggunakan makna lafal ف بك الل ا ع (semoga
Allah menyehatkanmu)
d) Bermakna ( ف ع و) yang mujarrad, seperti: ي د س بف ر ز (Zaid
bepergian), الل ق بح ي ه (semoga Allah memeranginya), ك ب الل بر
42.(semoga Allah memberkahimu) ف ي ل
3. Bab Ketiga Fi’il tsulasi dipindah pada wazan ( ا ف ع و ) dengan
menambahkan hamzah qatha’ pada permulaan kata berfungsi
untuk menunjukkan makna :
a) Ta’diyah, seperti: ج ر ي د ا م .(saya memuliakan Zaid) از
b) Masuk/melebur dalam sesuatu/ tempat, seperti: س ي س بف ر ا اى
yakni, (si musafir masuk pada waktu sore).
c) Bermakna menuju pada sesuatu/tempat, seperti:
س ج ي د ا د ق ز ا ع ر و و ر ع (yakni, Zaid pergi menuju Hijaz dan
Umar menuju Irak).
d) Menunjukkan adanya sesuatu yang menjadi pengambilan
fi’il dalam diri fa’il, seperti: ر اىطي خ ا ث (yakni, pohon pisang
itu berbuah) ق ر ر ا و اىشج (yakni, pohon itu bedaun).
e) Makna mubalaghoh (sangat), seperti: را غ ي ج ا ش ع (yakni, saya
membuatnya sangat sibuk).
f) Menemukan sesuatu berada dalam suatu sifat, seperti: ر اػظ
(yakni, mendapatinya dalam keadaan mulia), dan ذذ اد
(yakni, saya mendapatinya dalam keadaan terpuji).
g) Bermakna shairurah (menjadi) seperti ثذ الفش ا (yakni, negeri
itu menjadi fakir).
42 Ibid him.39-40
33
h) Bermakna menawarkan/ menyediakan, seperti: ب اتاع اث
(yakni, dia menawarkan/ menyediakan baju untuk dijual).
i) Bermakna salb (hilang/ sirna), seperti: يط ا اشفى ش (yakni, si
sakit hilang sembuhnya).
j) Bermakna hainuunah (sudah tiba waktunya), seperti: ادصذ
سع 43.(yakni, sudah tiba waktunya memanen tanaman) اض
43 Ibid hlm.43-44
34
35
B. Macam-Macam Fi’il Tsulasi Mazid Bi Harfin Wahidin Dalam
Surah Al-Baqarah
No Kalimat
Fiil
Tsulasi
Mazid
Kalimat
Fiil
Tsulasi
Mujarrod
Ayat
ke
Arti /keterangan
1. ي ؤ .Yang artinya mengamankan 3 ا
Kata آ adalah fi’il mazid dari kata -آ ي ؤ yang
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan Wazan .افؼ آ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
2. ي ي م .Yang artinya mendirikan 3 لا
Kata الا adalah fi’il mazid dari kata -لا yang يم
mendapat tambahan huruf
hamzah qotho’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan Wazan افؼ ألا
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
3. م ف Yang artinya berikan. Kata 3 فك ي
فك adalah fi’il mazid dari kata ا
ف ك -فك ي yang mendapat
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya
yang mengikuti wazan .افؼ
Wazan فك mempunyai fungsi أ
li ta’diyah yakni berfungsi
36
untuk memuta’adikan fi’il lazim.
ضي .4 Yang artinya diturunkan. Kata 4 ضي ا
ي ض mabni majhul dari lafadz أ
ضي ضي kata ,أ adalah fi’il اmazid dari kata ي -ضي ض ي yang
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan ضي Wazan .افؼ ا
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
5. ل ي ل 4 Yang artinya yakin. Kata ايم
adalah fi’il mazid dari kata
ل - ل ي yang mendapat
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya
yang mengikuti wazan .افؼ
Wazan ل mempunyai أ
fungsi li ta’diyah yakni
berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
6. س ز Yang artinya peringatan. Kata 6 زس ذ
زس adalah fi’il mazid dari kata أ
ز س -زس ي yang mendapat
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya yang
mengikuti wazan Wazan .افؼ
زس mempunyai fungsi li أta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
7. ػ ي خاد Yang artinya menipu. Kata 9 خذع
37
adalah fi’il mazid dari خادع
kata yang mendapat يخذع -خذع
tambahan huruf alif setelah
fa’ fi’il yang mengikuti wazan mempunyai خادع Kata .فاػ
wazan li ta’diyah yakni
berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il.
ذ .8 Yang artinya kerusakan. Kata 11 فسذ ذ فس
adalah fi’il mazid dari أفسذ
kata يفس ذ -فسذ yang mendapat
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya yang
mengikuti wazan Kata .افؼ فسذ ا
mempunyai wazan li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
9. ش Yang artinya melihat. Kata 17 تصش ي ثص
adalah fi’il mazid dari اتصش
kata ش -تص ش يثص yang mendapat
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya yang
mengikuti wazan Wazan .افؼ
mempunyai fungsi li اتصش ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
10. اظ Yang artinya gelap. Kata 22 ظ اظ
adalah fi’il mazid dari kata -ظ
yang mendapat tambahan يظ
huruf hamzah qatha’ pada
awal katanya yang mengikuti
wazan Wazan .افؼ اظ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
38
memuta’adikan fi’il lazim.
Yang artinya keluar. Kata 22 خشج اخشج .11
adalah fi’il mazid dari اخشج
kata ج -خشج يخش yang
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan اخشج Wazan .افؼ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
ا .12 Yang artinya wahyukan. Kata 23 ضي ض
ي merupakan fi’il mazid dari ض
kata ي -ضي ض ي yang artinya
wahyu kemudian kata ini
mendapat tambahan tasydid pada ‘ain fi’ilnya menjadi ي ض
yang berubah menjadi
wahyukan yang mengikuti
wazan ي wazan .فؼ ض
mempunyai makna fungsi li ta’diyah.
ذخ .13 Yang artinya disediakan. Kata 24 ػذ ا ػ
adalah fi’il mazid dari kata اػذ
yang mendapat يؼ ذ -ػذ
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya
yang mengikuti wazan .افؼ
Wazan اػذ mempunyai fungsi
li ta’diyah yakni berfungsi
untuk memuta’adikan fi’il lazim.
ش .14 .Yang artinya sampaikanlah 25 تشش تش
39
Kata تشش merupakan fi’il mazid dari kata يثش ش -تشش yang
artinya sampaikan kemudian
kata ini mendapat tambahan
tasydid pada ‘ain fi’ilnya
menjadi ش -تشش ي ثش yang
berubah menjadi
sampaikanlah yang mengikuti
wazan تشش Wazan .فؼ
mempunyai fungsi li ta’diyah.
.Yang artinya menjadikan 26 ساد اساد .15
Kata اساد adalah fi’il mazid dari kata د -ساد يش yang
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan اساد Wazan .افؼ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
16. ص ي ص 27 Yang artinya menghubungkan.
Kata ص ا adalah fi’il mazid dari kata ص - يص yang
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan Wazan .افؼ ص ا
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
17. ي ع .Yang artinya menyesatkan 26 ظ
Kata أظ adalah fi’il mazid dari kata -ظ yang يع
mendapat tambahan huruf
40
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan Wazan .افؼ اظ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
18. ير ى اخ ي 28 Yang artinya mematikan.
Kata اخ ا adalah fi’il mazid dari kata اخ خ - ي yang
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan اخ Wazan .افؼ آ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
19. .Yang artinya menghidupkan 28 ديى ي ذي يى
Kata اديى adalah fi’il mazid dari kata ي -دي yang يذ
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan آديى Wazan .افؼ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
Yang artinya bertasbih. Kata 30 سثخ سث خ .20
merupakan fi’il mazid dari سثخ
kata يسث خ -سثخ yang artinya
bertasbih kemudian kata ini
mendapat tambahan tasydid pada ‘ain fi’ilnya menjadi سث خ
yang berubah menjadi
bertasbih yang mengikuti
41
wazan سثخ Wazan .فؼ
mempunyai fungsi li ta’diyah.
ط .21 .Yang artinya mensucikan 30 لذ ط مذ
Kata لذط merupakan fi’il mazid dari kata يمذ ط -لذ ط yang
artinya suci kemudian kata ini
mendapat tambahan tasydid pada ‘ain fi’ilnya menjadi لذط
yang berubah menjadi
mensucikan yang mengikuti
wazan ط لذ Wazan .فؼ
mempunyai fungsi ػى ذلاح
yang berfungsi untuk ارىثيش
menunjukkan memperbanyak.
22. ػ .Yang artinya mengajarkan 32 ػ
Kata merupakan fi’il ػmazid dari kata -ػ يؼ yang
artinya mengajar kemudian
kata ini mendapat tambahan
tasydid pada ‘ain fi’ilnya
menjadi yang berubah ػ
menjadi mengajarkan yang
mengikuti wazan Wazan .فؼ
mempunyai fungsi li ػta’diyah
42
23. ثؤ Yang artinya 33 ثا ا
memberitahukan. Kata ثؤ ا
adalah fi’il mazid dari kata
ثؤ -ثا yang mendapat ي
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya
yang mengikuti wazan .افؼ
Kata ثؤ mempunyai fungsi li أta’diyah yakni berfungsi
untuk memuta’adikan fi’il lazim.
24. اا ث ط ثط 36 Yang artinya menurunkan.
Kata ثط ا adalah fi’il mazid dari kata ث ط -ثط yang ي
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan ثط Wazan .افؼ أ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
ا .25 .Yang artinya mendustakan 39 وزب وزت
Kata merupakan fi’il وزب mazid dari kata ب -وزب يىز
yang artinya dusta kemudian
kata ini mendapat tambahan
tasydid pada ‘ain fi’ilnya
43
menjadi ب -ب وز ي ىز yang
berubah menjadi mendustakan
yang mengikuti wazan .فؼ
Wazan وزب mempunyai
fungsi li ta’diyah
د .26 ؼ ا Yang artinya anugerah. Kata 40 ؼ
ؼ adalah fi’il mazid dari kata ا
-ؼ ؼ yang mendapat ي
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya
yang mengikuti wazan .افؼ
Wazan ؼ mempunyai fungsi أ
li ta’diyah yakni berfungsi
untuk memuta’adikan fi’il lazim.
د .27 ض .Yang artinya menurunkan 41 ضي ا
Kata ضي adalah fi’il mazid اdari kata ي -ضي ض ي yang
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan ضي Wazan .افؼ ا
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
لاا .28 صذ .Yang artinya membenarkan 41 صذق
Kata merupakan fi’il صذق mazid dari kata يصذ ق -صذق
yang artinya benar kemudian
kata ini mendapat tambahan
tasydid pada ‘ain fi’ilnya
menjadi ق -صذق yang ي صذ
berubah menjadi
membenarkan yang mengikuti
44
wazan Wazan.فؼ صذق
mempunyai makna fungsi li ta’diyah
29. ر ى فع .Yang artinya melebihkan 47 فع
Kata merupakan fi’il فعmazid dari kata -فع يفع
yang artinya lebih kemudian
kata ini mendapat tambahan
tasydid pada ‘ain fi’ilnya
menjadi -فع yang ي فع
berubah menjadi melebihkan
yang mengikuti wazan .فؼ
Wazan mempunyai fungsiفع
li ta’diyah.
30. ياو .Yang artinya menyelamatkan 49 جا ج
Kata ى merupakan fi’il جmazid dari kata -جا ج yang ي
artinya selamat kemudian kata
ini mendapat tambahan
tasydid pada ‘ain fi’ilnya
menjadi ى ى -ج ج ي yang
berubah menjadi
menyelamatkan yang
mengikuti wazan Wazan فؼ
ى mempunyai fungsi li جta’diyah
31. .Yang artinya menyembelih 49 رتخ ي ز ت ذ
Kata merupakan fi’il رتخ mazid dari kata yang يزتخ -رتخ
artinya sembelih kemudian
kata ini mendapat tambahan
tasydid pada ‘ain fi’ilnya
menjadi ي زت خ -رتخ yang berubah
menjadi menyembelih yang
45
mengikuti wazan Wazan .فؼ
mempunyai fungsi li رتخ taktsir
.Yang artinya menggelamkan 50 غشق اغشلآ .32
Kata adalah fi’il mazid اغشق dari kata ق yang يغشق -غش
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan أغشق Wazan .افؼ
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
33. جياو .Yang artinya menyelamatkan 50 جا ا
Kata جى adalah fi’il mazid اdari kata -جا ج yang ي
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan جى Wazan .افؼ ا
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
اػذا .34 ػذ 51 Yang artinya saling berjanji.
Kata اػذ adalah fi’il mazid dari kata ػذ ذ - yang يؼ
mendapat tambahan huruf alif
setelah fa’ fi’il yang
mengikuti wazan Wazan .فاػ
اػذ mempunyai fungsi شاسوح
اثي تي yakni berfungsi untuk
perseketuan / berinteraksi
antara dua orang.
46
اآذي .35 .Yang artinya memberikan 53 آذى
Kata آذى adalah fi’il mazid dari
kata yang mendapat ير ى -اذى
tambahan huruf alif setelah
fa’ fi’il yang mengikuti wazan
mempunyai آذى Kata .فاػ
wazan li ta’diyah yakni
berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
ا .36 ظ Yang artinya menaungi. Kata 57 ظ
merupakan fi’il mazid dari ظ
kata -ظ yang artinya يظ
naungi kemudian kata ini
mendapat tambahan tasydid pada ‘ain fi’ilnya menjadi
-ظ يظ yang berubah menjadi
menaungi yang mengikuti
wazan Wazan .فؼ ظ
mempunyai fungsi li ta’diyah
ا .37 ض .Yang artinya menurunkan 57 ضي ا
Kata ضي adalah fi’il mazid اdari kata ي -ضي ض ي yang
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan ضي Wazan .افؼ ا
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
38. ي ذس ا .Yang artinya berbuat baik 58 ادس
Kata adalah fi’il mazid ادسdari kata -دس yang يذس
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
47
katanya yang mengikuti
wazan Wazan .افؼ ادس
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
Yang artinya mengganti. Kata 59 تذي تذي .39
merupakan fi’il mazid dari تذي
kata yang artinya يثذ ي -تذي
ganti kemudian kata ini
mendapat tambahan tasydid pada ‘ain fi’ilnya menjadi تذي-
ي yang berubah menjadiي ثذ
mengganti menaungi yang
mengikuti wazan Wazan.فؼ
mempunyai fungsi li تذي ta’diyah
40. ي ذ فس Yang artinya merusak. Kata 60 فسذ
adalah fi’il mazid dari أفسذ
kata يفس ذ -فسذ yang mendapat
tambahan huruf hamzah qatha’ pada awal katanya
yang mengikuti wazan افؼ .
wazan افسذ mempunyai fungsi
li ta’diyah yakni berfungsi
untuk memuta’adikan fi’il lazim.
ج .41 .Yang artinya mengeluarkan 61 خشج ي خش
Kata adalah fi’il mazid أخشج dari kata ج -خشج yang يخش
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan اخشج Wazan .افؼ
mempunyai fungsi li ta’diyah
48
yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.
ث د .42 .Yang artinya menumbuhkan 61 ثد ذ
Kata ثد adalah fi’il mazid اdari kata ث د -ثد yang ي
mendapat tambahan huruf
hamzah qatha’ pada awal
katanya yang mengikuti
wazan ثد Wazan .افؼ ا
mempunyai fungsi li ta’diyah yakni berfungsi untuk
memuta’adikan fi’il lazim.44
44 As Syaikh M. Ma’shum, Al Amtsilati At Tashrifiyah : jombang, hlm. 12-20
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam Al-Qur’an
juz 1 surat Al-Baqarah, fiil tsulasi mazid bi harfin wahidin itu
terlalu banyak. Maka penulis mengambil mulai dari ayat 1-61
penulis menemukan 44 data fiil tsulasi mazid bi harfin wahidin. Dalam surat Al-Baqarah ayat 1-61 terdapat tiga wazan fiil tsulasi mazid bi harfin wahidin diantaranya wazan ، ، فؼ فاػ
Dengan perincian sebagai berikut: wazan .أفؼ ada 12 yakni فؼ
dalam kata ،ي ، لذط، سثخ، تشش، ض ، صذق، وزب، ػ ى، فع ، رتخ، ج ظ
Sedangkan kata yang ikut wazan . تذي ada 29 diantaranya فاػ
lafadz ، ، آ فك، الا ضي، ا ، ا زس، افخ، ايم اخشج، اتصش، اصخ، افسذ، ا
، ، اساد، اػذ، اظ ص ، ا اخ، اظ ثط، اديى، ا ثؤ، ا ضي، ا ، ا ؼ جى، اغشق، ا ا
ضي، ، افسذ، ا ثد، اخشج، ادس Wazan . ا hanya ada tiga yakni فاػ
dalam kata ،اػذ، خادع آذى .
2. Ada tiga bentuk perubahan yaitu penambahan hamzah di awal
kalimat, penambahan alif setelah fa’ fi’il, dan penambahan
syiddah di ‘ain fi’il. Makna-makna fi’il tsulasi mazid bi harfin wahidin dalam surah Al Baqarah ayat 1-61 adalah Makna
wazan fa’-‘ala ( ( ,)memuta’addikan fi’il lazim( رؼذيح :yaitu (فؼ
ارىثيش ػى ذلاح menunjukkan memperbanyak(, سثح ػى ذلاح
افؼ اص اى فؼيا (menisbatkan maf’ul (objek) pada bentuk asal
fi’il), ‚ افؼي افؼ اص سة (membuang bentuk asal fi’il dari
objeknya (maf’ulnya), الإس افؼ لإذخاد (menjadikan fi’il dari
isim). Makna wazan Af’ala أفؼ (tambahan hamzah qotho’. Mencabut/ merusak asal pekerjaan dari objek, seperti صيذ لشش
ا yakni membuang dari ,(Zaid mengupas kulit delima) اش
delima. Pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau
benda), seperti: خي م ا (orang-orang membuat tenda), yakni
mendirikan tenda.45 اىا مصذ (hendak ke suatu tempat), جد
افاػ فى افؼ أشرك ا (untuk menunjukkan adanya suatu
barang pada fa’il, yg mana fi’ilnya dimusytaq dari nama barang
tersebut), ثاغح (mempersangat/melebihkan), فى اشيء جذا
45 Ibid hlm.36
50
صيشسج ,(merasakan adanya sesuatu di dalam suatu sifat) صفح
(menjadi), رؼشيط (menampakkan/memajang), سة
(menanggalkan), ذيح (tiba masanya). Makna wazan فاػ
(tambahan alif setelah fa’ fi’il) yaitu: اثي تي شاسوح
(persekutuan/ interaksi antara dua orang), رىثيش (bermakna
wazan fa’ala untuk memperbanyak), رؼذيح (bermakna wazan
af‛ala untuk memuta’addikan fiil lazim), ؼى جشد فؼ
bermakna fa’ala (fiil mujarrod).
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan
beberapa saran kepada pembaca, linguis, dan pembelajar bahasa
Arab agar mampu memahami dan meningkatkan kemampuan
berbahasa khususnya dalam hal penguasaan kaidah bahasa Arab
yang berhubungan dengan fiil tsulasi mazid bi harfin wahidin, yaitu:
1. Bagi pembelajar/ mahasiswa bahasa Arab, hendaknya dapat
meningkatkan kemauan, kemampuan, serta wawasan berpikir
tentang bahasa Arab agar mudah dalam menghadapi hal-hal
yang berhubungan dengan linguistik Arab terutama tentang fiil
tsulasi mazid bi harfin wahidin.
2. Bagi linguis, hendaknya dapat mengembangkan penelitian awal
ini karena banyak hal yang perlu digali lebih dalam lagi.
3. Bagi pembaca skripsi ini, hendaknya dapat lebih kritis
menghadapi fenomena kebahasaan serta lebih giat dalam
melakukan penelitian-penelitian tentang kebahasaan/linguistik.
51
DAFTAR PUSTAKA
Afuwah, Laila Nur. 2018. Fawaid Al Fiil Al tsulasi Al Mazid Fi Surah Al Kahfi Wa Toriqo Taklimihi (Dirasah Tahliliyah Shorfiyyah). Yogyakarta.
Alawi, M. Al-Maliki Al-Hasani. Qowaidul Asasiyah fi ulumil Qur’an. Haiah as-shofwah
Ali, M. Ash-Shabuni. At-Tibyan fi ulumil Qur’an. Jakarta: Dinamika
Berkah utama.
Ali, Ma’shum. 1997. Al Amtsilati Al Tashrifiyah. Kediri: Maktabah
Alawiyah.
Aminudin. 2005. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tnggi Umum. Bogor: Ghalia Indonesia.
Anshori. 2013. Ulumul Quran. Jakarta: Rajawali Press.
Asriantira. 2214. ‚analisis Sharaf Tentang Uslub Fi’il stulasi Mazid dengan dua Huruf Dalam Al-Qur’an surah Al-Imron‛. Skripsi thesis,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim Riau.
Bagus, Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Sastra). Jakarta: Rineka Cipta. Hasan, Abdullah & Emeritus. 2006.
Morfologi siri Pengajaran Bahasa Melayu. Selangor: PTS
Profesional
Damayanti Rini dan Tri Indriyanti. 2015. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Victory Inti Cipta.
Fatirawahidah. 2016. Sistematika Ayat Dan Surat Al-Qur’an. Kendari.
52
Fawaid, Ahmad. 2213. ‚Semantik al-Qur’an : Pendekatan Teori Dilalat al-Faz terhadap Kata Zalal dalam al-Qur’an‛. Surabaya.
Hamid, H.M.Abd.Manaf. 1998. Istilahi Lughowi. Nganjuk Jatim.
https://kbbi.web.id/kata. Diakses tanggal 23 juni 2020 jam 14.03.
Imaroh, Ummu. 2011. Shighot Al Af’al Al tsalasiyah Al mazida Fi Surah Al Baqarah: Dirasah Tahliliyah Sarfiyyah. Surabaya.
J.D.Parera. 1990. Teori Semantik. Jakarta : Erlangga.
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya.
Kridalaksana, Harimukti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
M. Ma’shum, As Syaikh. Tarjamah At-Tashrif Al-Ishtilahy: jombang.
Mushaf Al Qur’an dan Terjemah Bhs.Indonesia. jakarta. 1992
M.Dagun, Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta.
Ma’shum As syaikh Muhammad. Al amstilatut Tashrifiyah. Jombang.
Mu’in, Abdul. 2004. Analisis Kontrasif Bahasa Arab Dan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru
Nadawi, Abdullah Abbas, 1992, Learn The Language of The Holy Qur’an, Tim Redaksi Penerbit Mizan, Belajar Mudah Bahasa Al Qur’an Bandung: Mizan
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka.
Prytherch, Ray. 1995. Harrod’s Librarions Glossaary. England: Gower.
Razin, Abu & Ummu Razin. 2017. Ilmu Shorof untuk Pemula. Jakarta.
Rojih, Abdur. At-tatbiq As-Shorfy. Beirut: Darun Nutkhofatul ‘arobiyah.
53
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa memahami Bahasa secara ilmiah. Jakarta:
Erlangga.
Sari, Lia. 2018. Fiil Tsulasi Mazid dengan tambahan satu huruf dan maknanya dalam Surah Ali Imron. Makassar.
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-qur’an. Bandung: Mizan.
Shihab, M. Quraisy. Sejarah dan ulumul Qur’an. 2001. Jakarta : Pustaka
Firdaus
Sukanto, Imaduddin & Akhmad Munawari. 2008. Tata Bahasa Arab Sistematis. Yogyakarta: Nurma Media Idea
Warson, Ahmad Munawwir. shorof praktis ‚metode krapyak‛, 2015.
Yogyakarta: Putera Menara.
Yasin, H.P Akhmad. 2002. Modul Pendidikan Islam. Semarang:
Diponegoron Wilian
53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Nailul Haq Al Musaffa
TTL : Demak, 29 Oktober 1998
Alamat : Ds. Kauman Rt 01/Rw 03, Kec. Wedung, Kab.
Demak, Jawa tengah
Domisili : Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah
Salatiga.
B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal :
a. MI Tarbiyatul Athfal Wedung Demak (2004-2010)
b. MTS NU Banat Kudus (2010-2013)
c. MA Al- Anwar Sarang (2013-2016)
d. S1 Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas
Ushuluddin, Adab dan Humaniora, IAIN Salatiga (2016-2020)