fermentasi asam sitrat
TRANSCRIPT
PEMBUATAN ASAM SITRAT
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BIOPROSES
Disusun Oleh:
Kelompok I
Amer Purnama Jaya (101424001)
Amy Siti Fatimah (101424002)
Anjar Purnamasari (101424003)
Annisa Feriani (101424004)
Kelas : IA-TKPB
Tanggal Praktikum : 1 Juni 2011
Tanggal Penyerahan Laporan : 22 Juni 2011
Dosen Pembimbing : Mukhtar Gozali, M.Sc
TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak terdapat di alam dan penyebarannya cukup luas, baik dalam tumbuhan maupun hewan. Pada buah jeruk terdapat kandungan asam sitrat sekitar 6-8%. Selain itu asam sitrat juga ditemukan pada buah pir, nanas, arbei, dan ceri. Pada hewan terdapat dalam darah, air seni, dan berbagai cairan tubuh lainya.
Produksi asam sitrat seluruh dunia terutama dimanfaatkan untuk industri makanan dan minuman sekitar 70%, industri farmasi 12%, dan isaya 18% untuk berbagai industri lainnya.
Pada industri makanan dan minuman mempergunakan asam sitrat untuk berbagai keperluan karena kelarutan asam sitrat yang relatif tinggi, tidak beracun, dan menghasilkan rasa asam yang disukai. Asam sitrat sering digunakan sebagai pegawet, pencegah rusaknya warna dan aroma, menjaga turbiditas, penghambat terjadinya oksidasi dan masih banyak lagi.
Tujuan
1. Memahami proses produksi asam sitrat.2. Memahami komposisi media fermentasi dan kondisi operasi yang tepat untuk
produksi asam sitrat.3. Memahami metoda pemisahan dan pemurnian asam sitrat.
Ruang Lingkup Percobaan
Adapun praktikum yang kami lakukan dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2011 yang berlokasi di laboratorium Bioproses dan Mikrobiologi gedung TK A Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Asam Sitrat
Asam sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen (kelahiran Iran) yang hidup pada abad ke-8, Jabir Ibn Hayyan. Pada zaman pertengahan, para ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal tersebut tercatat dalam ensiklopedia Speculum Majus (Cermin Agung) dari abad ke-13 yang dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais. Asam sitrat pertama kali diisolasi pada tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele, yang mengkristalkannya dari sari buah lemon. Pembuatan asam sitrat skala industri dimulai pada tahun 1860, terutama mengandalkan produksi jeruk dari Italia.
Pada tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium dapat membentuk asam sitrat dari gula. Namun demikian, pembuatan asam sitrat dengan mikroba secara industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I mengacaukan ekspor jeruk dari Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan Amerika, James Currie menemukan bahwa galur tertentu kapang Aspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat secara efisien, dan perusahaan kimia Pfizer memulai produksi asam sitrat skala industri dengan cara tersebut dua tahun kemudian.
2.1.1 Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
2.1.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Sitrat
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai
pengawet dan penghilang kesadahan air (lihat keterangan tentang kegunaan di bawah).
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.
Sifat-sifat Umum
Nama Asam sitrat
Rumus kimia C6H8O7, atau:
CH2(COOH)•COH(COOH)•CH2(COOH)
Bobot rumus 192,13. Nama lain asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat
Sifat perubahan fase
Titik lebur 426 K (153 °C) Temperatur penguraian termal 448 K (175 °C)
Sifat asam-basa
pKa1 3,15 pKa2 4,77 pKa3 6,40
Sifat padatan
ΔfH0 -1543,8 kJ/mol S0 252,1 J/(mol·K), Cp 226,5 J/(mol·K), Densitas 1,665 ×103
kg/m3
Keamanan
Efek akut Menimbulkan iritasi kulit dan mata. Efek kronik Tidak ada.
Informasi lebih lanjut
Sifat-sifat NIST WebBook MSDS Hazardous Chemical Database
Satuan SI digunakan jika mungkin. Kecuali dinyatakan lain, digunakan kondisi
standar.
2.1.3 Pembuatan Asam Sitrat
Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan, biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat. Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah dengan ekstraksi menggunakan larutan hidrokarbon senyawa basa organik trilaurilamina yang diikuti dengan re-ekstraksi dari larutan organik tersebut dengan air.
2.1.4 Kegunaan Asam Sitrat
Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode asam sitrat sebagai zat aditif makanan (E number ) adalah E330. Garam sitrat dengan berbagai jenis logam digunakan untuk menyediakan logam tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen makanan. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga dan obat-obatan.
Kemampuan asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat.
Asam sitrat digunakan di dalam industri bioteknologi dan obat-obatan untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian tinggi sebagai ganti asam nitrat, karena asam nitrat dapat menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk keperluan tersebut, sementara asam sitrat tidak.
Asam sitrat dapat pula ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya gelembung-gelembung lemak. Dalam resep makanan, asam sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk.
2.1.5 Keamanan Asam Sitrat
Asam sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan nasional dan internasional utama. Senyawa ini secara alami terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan kelebihan asam sitrat dengan mudah dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh.
Paparan terhadap asam sitrat kering ataupun larutan asam sitrat pekat dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata. Pengenaan alat protektif (seperti sarung tangan atau kaca mata pelindung) perlu dilakukan saat menangani bahan-bahan tersebut.
2.1.6 Sikus asam sitrat
Siklus asam sitrat (bahasa Inggris: citric acid cycle, tricarboxylic acid cycle, TCA cycle, Krebs cycle, Szent-Györgyi-Krebs cycle) adalah sederetan jenjang reaksi metabolisme pernafasan selular yang terpacu enzim yang terjadi setelah proses glikolisis, dan bersama-sama merupakan pusat dari sekitar 500 reaksi metabolisme yang terjadi di dalam sel. Lintasan katabolisme akan menuju pada lintasan ini dengan
membawa molekul kecil untuk diiris guna menghasilkan energi, sedangkan lintasan anabolisme merupakan lintasan yang bercabang keluar dari lintasan ini dengan penyediaan substrat senyawa karbon untuk keperluan biosintesis. “Metabolom dan jenjang reaksi pada siklus ini merupakan hasil karya Albert Szent-Györgyi and Hans Krebs”.
Pada sel eukariota, siklus asam sitrat terjadi pada mitokondria, sedangkan pada organisme aerob, siklus ini merupakan bagian dari lintasan metabolisme yang berperan dalam konversi kimiawi terhadap karbohidrat, lemak dan protein - menjadi karbon dioksida, air, dalam rangka menghasilkan suatu bentuk energi yang dapat digunakan. Reaksi lain pada lintasan katabolisme yang sama, antara lain glikolisis, oksidasi asam piruvat dan fosforilasi oksidatif.
Produk dari siklus asam sitrat adalah prekursor bagi berbagai jenis senyawa organik. Asam sitrat merupakan prekursor dari kolesterol dan asam lemak, asam ketoglutarat-alfa merupakan prekursor dari asam glutamat, purina dan beberapa asam amino, suksinil-KoA merupakan prekursor dari heme dan klorofil, asam oksaloasetat merupakan prekursor dari asam aspartat, purina, pirimidina dan beberapa asam amino.
Proses Pembentukan Asam Sitrat
Siklus asam sitrat dimulai dengan satu molekul asetil-KoA bereaksi dengan satu molekul H2O, melepaskan gugus koenzim-A, dan mendonorkan dua atom karbon yang tersisa dalam bentuk gugus asetil kepada asam oksaloasetat yang memiliki molekul dengan empat atom karbon, hingga menghasilkan asam sitrat dengan enam atom karbon.
No Substrat Produk Enzim Reaksi Keterangan1 Oksaloasetat
+ Asetil-KoAAsam sitrat+ CoA-SH+ H+
Sitrat sintase Hidrolisis Setelah enzim sitrat sintase melepaskan satu ion H+ dari molekul CH3
gugus asetil dari asetil-KoA, molekul CH2
- pada gugus asetil tersebut akan bereaksi dengan asam oksaloasetat membentuk metabolit S-sitril-KoA. Reaksi hidrolisis yang terjadi selanjutnya pada gugus koenzim-A akan mendorong reaksi hingga
menghasilkan tiga jenis produk.
2 Asam sitratcis-Asonitat+ H2O
Asonitase
DehidrasiReaksi isomerisasi terjadi dengan dua tahap, enzim asonitase akan melepaskan gugus air dari asam sitrat membentuk metabolit cis-Asonitat, kemudian terjadi penambahan kembali molekul air dengan pergeseran lokasi gugus hidroksil dan menghasilkan isomer asam sitrat.
3cis-Asonitat+ H2O
Isositrat Hidrasi
4Isositrat+ NAD+
Oksalosuksinat+ NADH + H +
Isositrat dehidrogenase
OksidasiEnzim isositrat dehidrogenase bersama dengan koenzim NAD+
akan mengubah gugus karboksil menjadi gugus karbonil, membentuk senyawa intermediat yang disebut oksalosuksinat. Eksitasi oleh ion H+ akan menyebabkan oksalosuksinat melepaskan gugus COO- yang tidak stabil dan membentuk senyawa CO2.
5 OksalosuksinatKetoglutarat-α+ CO2
Dekarboksilasi
6 Ketoglutarat-α+ NAD+
+ CoA-SH
Suksinil-KoA+ NADH + H+
+ CO2
Ketoglutarat-α dehidrogenase
Dekarboksilasi Kompleks dehidrogenase ketoglutarat-alfa mirip kompleks piruvat dehidrogenase yang menjadi enzim pada transformasi asam piruvat menjadi asetil-KoA.
Bersama dengan koenzim NAD+
akan mempercepat oksidasi yang membentuk koenzim baru, disebut suksinil-KoA, yang memiliki ikatan tioester antara koenzim-A dengan gugus suksinil.
7Suksinil-KoA+ GDP + Pi
+ H2O
Suksinat+ CoA-SH+ GTP
Suksinil-KoA sintetase
fosforilasi substrat
Senyawa Pi akan menggantikan gugus CoA pada suksinat, kemudian didonorkan ke GDP untuk membentuk GTP. Pada bakteri dan tumbuhan, gugus Pi akan didonorkan ke ADP guna menghasilkan ATP.
8Suksinat+ FAD
Fumarat+ FADH2
Suksinat dehidrogenase
Oksidasi
Koenzim FAD akan menarik dua atom hidrogen dari suksinat. Reaksi ini tidak terjadi di dalam matriks mitokondria, tetapi terjadi pada antarmuka antara matriks mitokondria dan rantai transpor elektron yang disebut suksinat dehidrogenase yang melintang pada membran mitokondria bagian dalam, enzim ini sering juga disebut "kompleks II".
9 Fumarat Malat Fumarase Hidrasi Reaksi
+ H2O
penambahan molekul air pada fumarat akan menjadi gugus hidroksil pada senyawa baru.
10Malat+ NAD+
Oksaloasetat+ NADH + H+
Malat dehidrogenase
Oksidasi
Reaksi oksidasi yang terakhir akan mengubah gugus hidroksil menjadi karbonil dan menghasilkan senyawa pertama siklus sitrat, yaitu asam oksaloasetat.
2.2 Aspergillus Niger
Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen,
mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini
biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya
berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi
hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat,
cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan
bertambahnya umur.
2.2.1 Habitat Aspergillus Niger
A. niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C, dengan suhu minimum
6-8 °C, dan suhu maksimum 45-47 °C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya
fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna dasar
berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap
sampai hitam.
2.2.2 Metabolisme Aspergilus Niger
Dalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga
fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak
menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan. A. niger dapat tumbuh
dengan cepat, oleh karena itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam
produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase,
pektinase, amiloglukosidase, dan selulase.
Selain itu, A. niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa
fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat
untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan.
A. niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan
yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa
dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah
dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra
seluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-glaktosidase. Bahan organik dari
substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul,
pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel.
Aspergillus niger Mikrograf dari A. niger yang ditumbuhkan pada medium Sabouraud agar dengan perbesaran 100x
Klasifikasi ilmiah Domain: Eukaryota
Kerajaan: Fungi
Filum: Ascomycota
Upafilum: Pezizomycotina
Kelas: Eurotiomycetes
Ordo: Eurotiales
Famili: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Spesies: A. nigerNama binomial Aspergillus niger van Tieghem 1867
2.3 Fermentasi
2.3.1 Sejarah Fermentasi
Ahli Kimia Perancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist pertama ketika
di tahun 1857 mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia mendefinisikan fermentasi
sebagai "respirasi (pernafasan) tanpa udara".
Pasteur melakukan penelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya
berpendapat bahwa fermentasi alkohol tidak terjadi tanpa adanya organisasi,
pertumbuhan dan multiplikasi sel-sel secara simultan..... Jika ditanya, bagaimana
proses kimia hingga mengakibatkan dekomposisi dari gula tersebut... Saya benar-
benar tidak tahu".
Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun 1907,
berhasil menjelaskan bahwa fermentasi sebenarnya diakibatkan oleh sekeresi dari
ragi yang ia sebut sebagai zymase.
Penelitian yang dilakukan ilmuan Carlsberg (sebuah perusahaan bir) di
Denmark semakin meningkatkan pengetahuan tentang ragi dan brewing (cara
pembuatan bir). Ilmuan Carlsberg tersebut dianggap sebagai pendorong dari
berkembangnya biologi molekular.
2.3.2 Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen
lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi
dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan
etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik
dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron
eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam
laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan
dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.
2.3.3 Reaksi Pada Proses Fermentasi
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang
digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang
merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi
makanan.
Persamaan Reaksi Kimia
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida +
Energi (ATP)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang
terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari
tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan
bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
2.3.4 Sumber Energi Pada Proses Fermentasi Anerobik
Fermentasi diperkirakan menjadi cara untuk menghasilkan energi pada
organisme purba sebelum oksigen berada pada konsentrasi tinggi di atmosfer seperti
saat ini, sehingga fermentasi merupakan bentuk purba dari produksi energi sel.
Produk fermentasi mengandung energi kimia yang tidak teroksidasi penuh
tetapi tidak dapat mengalami metabolisme lebih jauh tanpa oksigen atau akseptor
elektron lainnya (yang lebih highly-oxidized) sehingga cenderung dianggap produk
sampah (buangan). Konsekwensinya adalah bahwa produksi ATP dari fermentasi
menjadi kurang effisien dibandingkan oxidative phosphorylation, di mana pirufat
teroksidasi penuh menjadi karbon dioksida. Fermentasi menghasilkan dua molekul
ATP per molekul glukosa bila dibandingkan dengan 36 ATP yang dihasilkan
respirasi aerobik.
"Glikolisis aerobik" adalah metode yang dilakukan oleh sel otot untuk
memproduksi energi intensitas rendah selama periode di mana oksigen berlimpah.
Pada keadaan rendah oksigen, makhluk bertulang belakang (vertebrata)
menggunakan "glikolisis anaerobik" yang lebih cepat tetapi kurang effisisen untuk
menghasilkan ATP. Kecepatan menghasilkan ATP-nya 100 kali lebih cepat daripada
oxidative phosphorylation. Walaupun fermentasi sangat membantu dalam waktu
pendek dan intensitas tinggi untuk bekerja, ia tidak dapat bertahan dalam jangka
waktu lama pada organisme aerobik yang kompleks. Sebagai contoh, pada manusia,
fermentasi asam laktat hanya mampu menyediakan energi selama 30 detik hingga 2
menit.
Tahap akhir dari fermentasi adalah konversi piruvat ke produk fermentasi
akhir. Tahap ini tidak menghasilkan energi tetapi sangat penting bagi sel anaerobik
karena tahap ini meregenerasi nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+), yang
diperlukan untuk glikolisis. Ia diperlukan untuk fungsi sel normal karena glikolisis
merupakan satu-satunya sumber ATP dalam kondisi anaerobik.
2.3.5 Aplikasi Proses Fermentasi
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau
peuyeum) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses
fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari
makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada makanan yang sering
dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt, dan tahu.
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
No Alat Bahan1 Reaktor bervolume 1 Lt 1 set Sukrosa 9,4 gr2 Batang pengaduk 1 buah KH2PO4 0,098 gr
Siapkan media produksi dan larutkan dalam 500 mL air
Media tersebut dibagi menjadi 2
Media aktivasi 50 mL Media produksi 450 mL
3 Pebakar piritus 1 buah MgSO4.7H2O 0,7 gr4 Shaker inkubator 1 buah (NH4)2CO3 1,4 gr5 Vaccum filter 1 buah FeCl3 1 mL6 Kertas sarig HCl untuk pH 2,67 Erlenmeyer Biakan Aspergillus niger 1 tabung 8 Centrifuge Bahan Untuk Pemisahan Dan
Pemurnian9 Oven Ca(OH)2
10 Penukar ion H2SO4
11 Gelas kimia dan erlenmeyer 500 mL Karbon aktif12 Panci dan kompor gas13 Selang 1 meter14 Pipet tetes dan pipet volume 10 mL15 pH meter digital/universal16 Autoclaf
3.2 Cara Kerja
a. Pembuatan Media Aktivasi
Media aktivasi500 mL
Timbang 1,5 Kg sukrosa dan larutkan dalam 6500 mL
Fermentor7 Liter
b. Pembuatan Media Produksi dan Fermentasi
BAB IV
DATA PENGAMATAN
3.1 Indeks Bias Asam Sitrat Terhadap pH dan Waktu Fermentasi
Tabel Indeks Bias terhadap pH dan Waktu
No pH Waktu (jam)
1 - 7 02 1,358 4,8 243 1,358 4,8 484 1,362 4,4 725 1,364 4,2 966 1,373 3,7 1207 1,362 2 1448 1,362 2 168
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.60
1
2
3
4
5
6
7
8
f(x) = − 2.40768593676431 x + 6.98336451884935R² = 0.510059506778369
Kurva pH Terhadap Indeks Bias
Series2Linear (Series2)
Indeks Bias
pH
0 20 40 60 80 100 120 140 160 1800
1
2
3
4
5
6
7
8
2
f(x) = − 0.0260416666666667 x + 6.3R² = 0.888324873096447
Kurva pH Terhadap Waktu Fer-mentasi
Series2Linear (Series2)
Waktu (Jam)
pH
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, percobaan yang kami lakukan adalah fermentasi asam sitrat. Pembuatan asam sitrat dapat dilakukan dengan berbagai macam metode fermentasi. Metode yang kami gunakan dalam pembuatan asam sitrat ini adalah metode fermentasi rendaman dengan proses fermentasi aerobik. Pada fermentasi aerobik, fermentasi berlangsung dengan bantuan oksigen. Oksigen dibutuhkan karena bakteri yang digunakan membutuhkan oksigen untuk dapat berkembang biak. Pada fermentasi asam sitrat, jamur yang digunakan adalah Aspergillus Niger.
Pada pembuatannya, diperlukan media aktivasi dan produksi dengan komposisi sebagai berikut:
Bahan Jumlah (gr) Sukrosa KH2PO4 MgSO4.7H2O
99,40,0980,7
(NH4)2CO3
FeCl3
HCl
1,401 mg/l
Media tersebut mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan jamur untuk pertubuhan. Kemudian jamur atau biakan dimasukkan ke dalam media aktivasi. Ketika memasukkan jamur ke dalam media aktivasi harus dilakukan secara aseptis agar tidak ada mikroorganisme lain yang ikut masuk. Sedangkan media pertumbuhan harus diatur dulu PHnya menjadi 2,6 agar tidak terkontaminasi dan tidak terbentuk asam oksalat dan glukonat. Pengaturan pH dilakukan dengan penambahan HCl. Media aktivasi berisi biakan atau inokulum kemudian diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu, masukkan inokulum ke dalam media pertumbuhan dalam keadaan aseptis.
Pada prinsipnya, pembuatan asam sitrat ini adalah mengubah sukrosa menjadi asam sitrat melalui proses fermentasi dengan bantuan jamur Aspergillus niger. Sukrosa yang digunakan untuk fermentasi asam sitrat ini adalah sejumlah 1,5 kg kemudian dilarutkan dalam air sebanyak 7 liter. Setelah itu, sukrosa yang telah larut dan media berisi inokulum dimasukkan ke dalam fermentor secara aseptis.
Kemudian kami melakukan sampling setiap 24 jam sekali. Hal ini dilakukan agar produksi asam sitrat yang dihasilkan lebih maksimal. Pada saat sampling, kami mengukur nilai indeks bias dan pHnya. Alat yang kami gunakan untuk mengukur indek bias adalah refraktometer sedangkan untuk mengukur pH adalah pH meter. Namun pH meter yang kami gunakan error sehingga pengukurannya kurang tepat. Oleh karena itu, kami menggunakan indikator universal untuk mengukur pH. Adapun nilai indeks bias dan pH yang diperoleh adalah:
No Indeks Bias pH Waktu (jam)1 - 7 02 1,358 4,8 243 1,358 4,8 484 1,362 4,4 725 1,364 4,2 966 1,373 3,7 1207 1,362 2 1448 1,362 2 168
Kemudian dari data tersebut, dibuat kurva pH terhadap indeks bias dan pH terhadap waktu. Adapun produk asam sitrat setelah fermentai berlangsung selama 7 hari memiliki pH 2 dan indeks bias 1,362.
BAB VI
KESIMPULAN
Adapun dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
Asam sitrat dapat diproduksi melalui proses fermentasi sukrosa dengan bantuan jamur Apergillus niger.
Fermentasi asam sitrat dilakukan dalam sebuah fermentor dalam kondisi aerobik.
Fermentasi asam sitrat berlangsung selama 7 hari dengan konversi sekitar 60%
Asam sitrat yang diperoleh memiliki pH sebesar 2 dan indeks bias 1,362.
DAFTAR PUSTAKA
Manfaati, Rintis. 2011. “Pembuatan Asam Sitrat”. Politeknik Negeri Bandung.
www.wikipedia.org/wiki/fermentasi
www.wikipedia.org/wiki/Apergillusniger
www.wikipedia.org/wiki/asamsitrat