faiqotul hikmah-fitk

84
i UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh FAIQOTUL HIKMAH NIM: 109011000086 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H

Upload: abu-countur-sagitarius

Post on 13-Jul-2016

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata kuliah

TRANSCRIPT

i

UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN

KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII

SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

Oleh

FAIQOTUL HIKMAH

NIM: 109011000086

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1436 H

ii

UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN

KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII

SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

Oleh:

FAIQOTUL HIKMAH

NIM: 109011000086

Dosen Pembimbing:

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1436 H

iii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Faiqotul Hikmah

Nim : 109011000086

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Angkatan Tahun : 2009/2010

Alamat :Desa Bulungan Rt 06 Rw 03 Kec. Tayu Kab. Pati,

Jawa Tengah, 59155

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan

Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII

SMP Nusantara Plus Ciputat adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan

dosen:

Nama : Yudhi Munadi, M.Ag

NIP : 19701203 199803 1 003

Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 28 Maret 2015

Menyatakan,

FAIQOTUL HIKMAH

iv

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa

pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus

Ciputat disusun oleh Faiqotul Hikmah, NIM. 109011000086 Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 28 Maret 2015

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

v

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa

pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus

Ciputat disusun oleh Faiqotul Hikmah, Nomor Induk Mahasiswa 109011000086,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian

Munasaqah pada tanggal 07 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) dalam bidang

Pendidikan Agama Islam.

vi

ABSTRAK

Faiqotul Hikmah (NIM: 109011000086). Upaya Guru PAI dalam

Mengembangkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat.

Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembimbing: Yudhi Munadi, M.Ag.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Guru PAI dalam

mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas siswa.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2015 sampai bulan Maret 2015 di

SMP Nusantara Plus.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan teknik

pengumpulan data melalui observasi langsung pada proses pembelajaran PAI,

wawancara dengan Guru PAI, Kepala Sekolah dan beberapa siswa-siswi serta

dokumentasi-dokumentasi. Adapun untuk menulis data digunakan metode deskriptif

kualitatif, yakni uraiannya dijelaskan pada kejadian-kejadian yang tampak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru membuat rencana

pembelajaran berupa silabus, RPP dan menggunakan metode, strategi serta media

yang relevan guna mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI.

Kreativitas siswa dapat berkembang dalam pembelajaran PAI dengan cara

menggunakan metode, strategi serta media yang relevan dengan materi yang

diajarkan.

Kata Kunci : Upaya Guru PAI dan Pengembangan Kreativitas Siswa

vii

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang

menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar

dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam senantiasa

menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan

pengikut sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi yang berjudul Upaya Guru PAI dalam

Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa dan

kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi

ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah, Lc, MA., Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Yudhi Munadi, M.Ag., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam

membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan,

petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya.

ix

6. Cecep Setiawan, MA., Kepala sekolah SMP Nusantara Plus yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang

beliau pimpin.

7. Seluruh dewan guru SMP Nusantara Plus khususnya guru Pendidikan Agama

Islam Asep Edy Sudrajat, S.Pd, Drs. Syaefudin, dan Amir Hamzah, SHI yang

telah besedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai penulis.

8. Siswa-siswi kelas VIII SMP Nusantara Plus yang telah bersedia sebagai subyek

dalam Penelitian.

9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan dalam

meminjam buku.

10. Kedua orang tua tercinta H. Chozin Husain dan Hj. Mugiati Daiman, yang selalu

penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materiil,

yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayang serta memberikan semangat

yang bertubi-tubi. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang

mereka berikan kepada penulis.

11. Pengasuh Pesantren Darus-sunnah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA,. dan

Hj. Ulfah Uswatun Hasanah yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan doa

kepada penulis.

12. Keluarga besarku Sri Wahyuni dan Nur Rofiq, Anis Rasyidah dan Abdul

Khaliq, Rif’an Zainuddin dan Nuriyatul Khamsah, Zainal Muttaqin dan Alvi

Alvavi Maknuna, Nur Istiqomah dan Abdul Kholiq, yang telah banyak

memberikan dorongan, kasih sayang, semangat dan bantuan baik secara moril

maupun materiil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

13. Keponakan-keponakan tersayang Evi Mauidlatus Salihah, Muhammad Agus

Jauhari, Nurul Jauzak, Muhammad Kafa Billah, Muhammad Arjun Naja, Atika

Ajibah dan Uzma.

14. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009,

kelas PAI-C dan Fiqih-C. Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan, bantuan

x

dan motivasi. Tiada hal yang terindah kecuali mengenang masa kita berjuang

bersama di kampus tercinta.

15. Sahabat-sahabat seperjuangan di Pesantren Ilmu Hadits Darus Sunnah khususnya

angkatan ke-12 (AntaBena). Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan,

bantuan dan motivasi.

16. Sahabat-sahabat terbaikku Reni Kurniawati, Nurul Hasanah dan Izza Farhatin

Ilmi. Terimakasih atas doa, dukungan, bantuan yang selama ini yang kalian

berikan.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazakumullah Ahsanal

Jazaa” semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.

Penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif dari

pembaca demi memperbaiki karya tulis ini, semoga dapat membawa manfaat bagi

para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Jakarta, 28 Maret 2015

Penulis

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................. v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ..................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Guru Agama Islam ....................................................................... 9

1. Pengertian Guru Agama Agama Islam ............................... 9

a. Pengertian Guru Agama Agama Islam ........................... 9

b. Persyaratan Guru Agama Agama Islam .......................... 10

c. Tugas Guru Agama Agama Islam .................................. 12

d. Fungsi Guru Agama Agama Islam ................................. 16

e. Peranan Guru Agama Agama Islam ............................... 17

f. Kode Etik Guru Agama Agama Islam ............................ 17

xii

2. Kreativitas Belajar .................................................................. 19

a. Definisi Kreativitas Belajar .............................................. 19

b. Ciri-ciri Kreativitas Belajar .............................................. 21

c. Indikator Kreativitas Belajar ............................................. 22

d. Fase Berkreativitas Belajar .............................................. 22

e. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas .............. 25

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP ............................. 28

a. Tujuan Pendidikan Agama islam di SMP ................................ 28

b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP .... 28

4. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ...................................................................... 31

B. Metode Penelitian ........................................................................ 32

C. Sumber Data ................................................................................ 34

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................. 35

E. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 37

F. Teknik Analisis Data............................................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Nusantara Plus ...................................... 40

1. Sejarah Singkat SMP Nusantara Plus ................................... 40

2. Visi, Misi, Kurikulum dan Alokasi Jam Belajar ................... 41

3. Sarana dan Prasarana ............................................................ 42

5. Data Guru SMP dan Siswa SMP Nusantara Plus ................. 44

B. Deskripsi Data ............................................................................ 48

1. Data dan Sumber Data ......................................................... 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 49

1. Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa 50

a. Perencanaan ...................................................................... 50

xiii

b. Pelaksanaan ........................................................................ 51

d. Evaluasi ................................................................... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 59

B. Saran ............................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61

LAMPIRAN .................................................................................................... 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

perkembangan dan perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa

dan Negara. Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah

berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun,

termasuk masyarakat Indonesia sedikit banyaknya telah menikmati buah karya

ilmu pengetahuan dan teknologi .1

Perkembangan teknologi dan informasi pada saat ini tidak dipungkiri

merupakan buah dari berpikir manusia. Manusia yang diberi akal, budi, dan karsa

menciptakan perubahan-perubahan terhadap pengetahuan yang ada dan

mengimplementasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Namun kenyataannya tidak semua orang memanfaatkan atau menggunakan

bahkan tidak mengetahui kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki. Jadi hanya

orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dan professional

yang dapat mengembangkan proses pemikiran kreatifnya untuk menghasilkan

1 Yeni Rachmawati, Srategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010), Cet. I, h. 2.

2

sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak seperti perkembangan teknologi dan

informasi yang dapat memecahkan permasalahan yang ada. Hal ini sesuai firman

Allah dalam surah ar-Ra’d ayat 11:

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar Ra’d: 11)

Jadi kemampuan berpikir kreatif manusia juga didorong keinginan untuk

hidup yang lebih baik dan sejahtera di tengah kondisi lingkungan yang semakin

terbatas. Sumber daya alam yang semakin berkurang, jumlah penduduk yang

semakin bertambah dan kompleksitas masalah sosial merupakan tantangan untuk

lebih kreatif menyiasatinya.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi akan terus

berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Manusialah yang

membuat majunya sebuah peradaban. Dengan potensi yang diberikan Tuhan,

manusia terus mengembangkan diri dan membangun peradabannya. Melalui ilmu

pengetahuan manusia dapat memperbaiki kekurangannya dan menciptakan hal-hal

yang baru yang berdaya guna dalam kehidupan masyarakat. Tanpa dibarengi

dengan rasa keingintahuan yang tinggi, keinginan utuk selalu maju dan

meningkatkan diri, jiwa pencari pengetahuan yang besar serta ide original yang

tiba-tiba muncul yang semata-mata pemberian dari Tuhan, manusia tidak akan

mencapai perkembangan sepesat ini. 2

Dalam proses hidup, manusia selalu berpikir dan senantiasa belajar pada

berbagai hal meski sekecil apapun. Dari proses berpikir dan belajar tersebut,

manusia berusaha memunculkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang muncul dalam

pikiran itu dapat berupa konsep, ide, maupun kreativitas. Oleh karena itu, di

2 Ibid., h. 4.

3

dalam pikiran manusia, terdapat proses menerima pesan atau memori, kemudian

proses pengolahan yang nantinya mampu menghasilkan berbagai konsep maupun

gagasan cemerlang.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil

yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun

orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar

belajar itu mendapatkan hasil baik.3

Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara

bersamaan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas

yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni terjadinya

perubahan pada anak didik. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar meliputi:

1. Perubahan intensional dalam arti perubahan yang terjadi karena intensitas

pengalaman, praktik, atau latihan yang dilakukan secara sengaja atau dengan

kata lain perubahan yang terjadi dalam perkembangan kepribadian seseorang

bukan terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasil belajar.

2. Perubahan yang terjadi bersifat kontinyu dan fungsional, yaitu suatu proses

yang selalu berkembang sesuai pembelajaran yang didapat.

3. Perubahan belajar menuju arah positif, dalam arti sesuai dengan yang

diharapkan (normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of succes) baik

dipandang dari segi siswa, guru, maupun lingkungan sosial.

4. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh makna tertentu bagi

siswa – setidaknya sampai batas waktu tertentu, baik demi alasan

3 Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2001), Cet. I, h.

27.

4

penyesuaian diri maupun dalam rangka mempertahankan kelangsungan

hidupnya.4

Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan

produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena

mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong

dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill

(keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge

(pengetahuan).

Sebagaimana dalam pasal Bab II pasal 3 UU Rl no. 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.5

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan perkembangan

dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada

bagaimana bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber

daya manusia dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang

diberikan kepada masyarakat terutama peserta didik. Pendidikan “merupakan

suatu upaya untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan kegiatan belajar yang

berlangsung secara terus menerus. Dalam arti sederhana pendidikan sering

diartikan sebagai usaha manusia membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-

nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.”6

4 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. I, h.

123. 5 Alisuf Subri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h.

94-95.

6 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2008, h.1.

5

Kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang

universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun di dunia ini terdapat masyarakat,

dan di sana pula terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu

gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedan filsafat

dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat

menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem

pendidikan tersebut.7

“Pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian

sebagai khalifah Allah swt atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan

yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman

kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepadanya”.8

Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan.

Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi

pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif ,kelak mereka bukan

saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya,tetapi juga dapat meningkatkan

kualitas kehidupan bangsa dan negara.

Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan

disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta

dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.

Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem

pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif –

produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya

masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas

dan bakat anak.

7 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Rosdakarya,

2007), h. 35. 8 Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory: Qur’anic Outlook, (Mekkah: Umm

al-Qura University, 1982), h. 119.

6

Dari latar belakang tersebut peneliti mengadakan penelitian tentang

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Nusantara Plus dengan

judul “ Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus

Ciputat”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah adalah:

1. Seorang guru harus paham tentang upaya dalam mengembangkan

kreativitas siswa

2. Guru belum dapat mengembangkan keterampilannya dalam proses belajar

mengajar

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian perlu dibatasi dengan jelas sehingga dapat

mengarahkan perhatian secara seksama pada masalah tersebut. Agar dapat dikaji

dan dijawab secara mendalam, maka dalam penelitian ini peneliti membatasai

masalah pada: Upaya Guru PAI dalam mengembangkan kreativtas siswa pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII SMP Nusantara Plus.

D. Perumusan Masalah

Dari masalah-masalah yang telah dibatasi pada penjabaran di atas maka

dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana upaya guru

dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di sekolah?”

7

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa

dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini sangat diharapkan

dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkaitan, adapun manfaat yang

diharapkan diantaranya adalah:

1. Ditinjau dari segi teoritis

Secara umum penelitian ini memberikan manfaat dalam dunia pendidikan

dalam meningkatkan sumber daya manusia, kepribadian serta dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang berbeda dan menyenangkan,

sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap pelajaran didapatnya dan

motivasi yang baik dalam mengikuti pembelajaran PAI.

2. Ditinjau dari segi praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai masukan:

a. Bagi penulis

Penulis memperoleh pengalaman secara langsung dalam upaya

menggembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

b. Bagi guru

Guru memperoleh alternatif dan variasi metode pembelajaran baru yang

bisa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guna untuk meningkatkan

kreativitas, motivasi, kualitas dan kuantitas siswa.

c. Bagi siswa

Siswa memperoleh suasana baru dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar di kelas, sehingga siswa lebih giat dan semangat dalam

memahami materi yang mereka pelajari.

d. Bagi sekolah

8

Bagi sekolah dapat menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam

menerapkan metode yang dapat menggembangkan kreativitas siswa dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas terutama pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Guru Agama Islam

a. Pengertian Guru Agama Islam

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat

tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bias juga di masjid,

di surau/musala, di rumah dan sebagainya.1

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.

Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat

tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat

mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.

Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak

guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Tapi lebih berat lagi

mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas

1 Syaiful bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010), Cet. III, h.31.

10

dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus guru

berikan pun tidak hanya secara kelompok (klasikal), tetapi juga secara

individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan

sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan

sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang

yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina

anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar

sekolah.

Guru adalah profesi yang memiliki kedudukan yang terhormat di

hadapan masyarakat yang memberikan ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia

maupun ilmu akhirat bagi peserta didik di masa yang akan datang, sehingga

betapa mulianya kedudukan para guru dalam islam yang tercermin dari

firman Allah SWT dalam surat Al Mujadalah ayat 11:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadilah: 11).

Profesi sebagai guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia dalam

pandangan Islam. Hal ini wajar mengingat guru merupakan orang yang

bertanggung jawab terhadap masa depan peserta didik.

b. Persyaratan Guru Agama Islam

Dengan kemuliaannya, guru rela megabdikan diri di desa terpencil

sekalipun. Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha membimbing

11

dan membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan

bangsanya di kemudian hari.

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang

dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian dari seluruh

hidup dan kehidupannya mengabdi kepada Negara dan bangsa guna

mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan

bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan

Negara.

Menjadi guru menurut Prof. Zakiah Daradjat tidak sembarangan,

tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan:

1) Takwa kepada Allah SWT

Guru, sesuai dengan tujuan ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin

mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak

bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya,

sebagaimana Rasulullah saw. menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana

seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak

didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka

agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.2

2) Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa

pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu

yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.

Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik meningkat,

sedang jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk

sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam

keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin

baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

2 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 41.

12

3) Sehat Jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka

yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular,

umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu,

guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan

“mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat

terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara

keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat

kerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya

merugikan anak didik.

4) Berkelakuan Baik

Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru

harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara

tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi

anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru

berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin

dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam ilmu

pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti

dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad saw. Diantara akhlak

mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil

terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa,

gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain,

bekerjasama dengan masyarakat.3

Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa

persyaratan, yakni berijazah, professional, sehat jasmani dan rohani, takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggung

jawab, dan berjiwa nasional.

3 Ibid.

13

c. Tugas guru Agama Islam

Guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak

sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat berbagai

kompetensi keguruan, dan melaksanakan fungsinya sebagai guru.

1. Kompetensi Guru

Pada mulanya kompetensi ini diperoleh dari “preservice training”

yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan professional guru dan

dibina melalui “in service training”. Pada dasarnya guru harus memiliki tiga

kompetensi, yaitu: kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan

kompetensi dalam cara-cara mengajar.

a. Kompetensi Kepribadian

Setiap guru memiliki kepribadiaannya sendiri-sendiri yang unik.

Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi

keguruan. Jadi pribadi keguruan itu pin “unik” pula, dan perlu

diperkembangkan secara terus menerus agar guru itu terampil dalam:

1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau

murid yang diajarkannya.

2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar-mengajar

sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah) terhadap

murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran

serta perbuatan murid dan guru.

3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung

jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.4

b. Kompetensi penguasaan atau bahan pengajaran

Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi (takhasus) atas ilmu

atau kecakapan/ pengetahuan yang diajarkan.

4 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2001), Cet. II, h.263.

14

Penguasaan yang meliputi bahan bidang studi sesuai dengan

kurikulum dan bahan pendalaman aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini

amat perlu dibina karena selalu dibutuhkannya dalam:

1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus

diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan informasi-

informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang

bersangkutan.

2) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu

sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk

mempelajari pelajaran yang diterimanya.

c. Kompetensi dalam cara-cara mengajar

Kompetensi dalam cara-cara mengajar atau keterampilan mengajar

sesuatu bahan pengajaran sangat diperlukan guru. Khususnya keterampilan

dalam:

1) Merencanakan atau menyusun setiap progam satuan pelajaran,

demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan

untuk satu satuan waktu (catur wulan/semester atau tahun ajaran)

2) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu

atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang diperlukannya.

3) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar

sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.

Ketiga aspek kompetensi tersebut di atas harus berkembang secara

selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Dengan demikian itu

dapat diharapkan dari padanya untuk mengerahkan segala kemampuan dan

keterampilannya dalam mengajar secara professional dan efektif.5

Menurut Rostiyah yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa

guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

a) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,

kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

5 Ibid., h. 264.

15

b) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan

dasar Negara kita Pancasila.

c) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang-

Undang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun

1983.

d) Sebagai perantara dalam belajar.

Di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara/medium, anak

harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian, sehingga timbul

perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku, dan sikap.

e) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah

kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak

menurut sekehendaknya.

f) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam

masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di

sekolah di bawah pengawasan guru.

g) Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata

tertib bisa berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.

h) Guru sebagai administrator dan manajer.

Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan

tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, raport, daftar gaji

dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan di

sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan

rasa kekeluargaan.

i) Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.

Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan

baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu

profesi.

j) Guru sebagai perencana kurikulum

16

Guru menghadapi anak-anak setiap hari, gurulah yang paling tahu

kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan

kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.

k) Guru sebagai pemimpin (guidance worker)

Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak

situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan soal, membetuk

keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada problem.

l) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya dalam

ekstrakulikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya.6

Dengan meneliti poin-poin tersebut, tahulah bahwa tugas guru tidak

ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat

menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya

secara proporsional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi profesi-

profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan

kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.

d. Fungsi Guru Agama Islam

Pekerjaan jabatan guru agama sangatlah luas, yaitu untuk membina

seuruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid

sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan

kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam

kelas saja. Dengan kata lain, tugas guru atau fungsi guru dalam membina

murid tidak terbatas pada interaksi belajar-mengajar saja.

Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi

sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar

6 Djamarah,op. cit., h.39.

17

(fungsi intruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan setiap tingkah lakunya

dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung

fungsi mendidik.

Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti yang dilukiskan di atas,

maka fungsi atau tugas guru itu meliputi, pertama, tugas pengajaran atau

guru sebagai pengajaran, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru

sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas administrasi

atau guru sebagai “pemimpin” (manajer kelas). 7

Ketiga tugas itu dilaksanakan sejalan secara seimbang dan serasi.

Tidak boleh ada satu pun yang terabaikan, karena semuanya fungsional dan

saling kait-berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu

keseluruhan yang tidak terpisahkan.

e. Peranan Guru Agama Islam

Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau

siapa saja yang telah menerjunkan diri sebagai guru. Semua peranan yang

diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:

1) Korektor

2) Inspirator

3) Informator

4) Organisator

5) Motivator

6) Inisiator

7) Fasilitator

8) Pembimbing

9) Demonstrator

10) Pengelola kelas

11) Mediator

12) Supervisor

7 Daradjat, op. cit., h. 265.

18

13) Evaluator. 8

f. Kode Etik Guru Agama Islam

Kalau istilah “kode etik” itu dikaji, maka terdiri dari dua kata, yakni

“kode” dan “etik”. Perkataan “etik” berasal dari bahasa Yunani, ”ethos”

yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu

menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari

kelompok manusia”. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem

nilai-nilai yang disebut “kode”, sehingga terjelmalah apa yang disebut

“kode etik”. Atau secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik. Etika

artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan

dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, “kode etik guru” diartikan sebagai

“aturan tata susila keguruan”.

Berbicara mengenai “Kode Etik Guru Indonesia” berarti kita

membicarakan guru di Negara kita. Berikut akan dikemukakan kode etik

guru Indonesia sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal 21-

25 November 1973 di Jakarta, terdiri dari Sembilan item, yaitu:

1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk

manusia pembangunan yang ber-pancasila.

2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum

sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.

3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi

tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk

penyalahgunaan.

4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara

hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan

anak didik.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar

sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan

pendidikan

8 Djamarah,op. cit., h. 48.

19

6) Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan

meningkatkan mutu profesinya.

7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik

berdasarkan lingkunan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.

8) Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan

meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana

pengabdiannya.

9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan.9

Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai

barometer dari semua sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi

kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2. Kreativitas Belajar

a. Definisi Kreativitas Belajar

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia Kreativitas dapat diartikan

sebagai daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu. 10

. Berikut ini

akan dikemukakan beberapa definisi kreativitas, sebagai berikut:

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan

sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu sebelumnya tidak dikenal oleh

pembuatnya maupun orang lain. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif

yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh

dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan

bermanfaat.11

Menurut James J. Gallagher yang dikutip oleh Yeni Rachmawati dan Euis

Kurniawati mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by wich an

9 Djamarah,op. cit., h. 50.

10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,

2008), h. 835. 11

Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam

Perspektif Psikologi Islam, (Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), Cet. I, h. 33.

20

individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and

products, in fashion that is novel to im or her” (kreativitas merupakan suatu

proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau

mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada

dirinya).12

Lebih lanjut Supriadi mengutarakan sebgaimana dikutip oleh Yeni

Rachmawati dan Euis Kurniawati bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang

untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata

yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan

bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang yang

mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh

suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap

perkembangan.13

Menurut Abdul Rahman Shaleh kreativitas adalah “suatu kemampuan

untuk memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut memecahkan

ide yang asli atau menghasilakan suatu yang adaptis (fungsi kegunaan) yang

secara penuh berkembang. Kreativitas dan kecerdasan seseorang tergantung pada

kemampuan mental yang berbeda-beda”. 14

Menurut J.P. Guilford yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh disebut

berfikir divergen, yaitu aktivitas mental yang asli, murni dan baru, yang berbeda

dari pola piker sehari-hari dan menghasilkan lebih dari satu pemecahan

persoalan.15

Menurut Utami Munandar “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat

kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada”. 16

Kreativitas ini hanyalah suatu kemampuan yang tersusun dan tidak

sederhana, serta terdiri dari faktor-faktor yang dapat menambah kemampuan

untuk berkreasi. Seperti, kemampuan untuk memperbarui kembali dan

12

Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-

kanak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. III, h. 13. 13

Ibid. 14

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2004), Cet.III, h.271. 15

Ibid. 16

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi

para Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), Cet.III, h.47.

21

menciptakan hubungan yang baru atas sesuatu yang telah diketahui dan

disepakati, kemampuan untuk cepat tanggap terhadap segala prinsip yang baru,

kemampuan untuk bersikap fleksibel dan berekspresi secara bebas, dan

kemampuan untuk tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang

melingkupi seseorang. 17

Berdasarkan beberapa definisi kreativitas yang dikemukakan di atas, maka

kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melihat bermacam-

macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dengan melahirkan

sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya

baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga lebih efisien,

efektif dan produktif.

b. Ciri-ciri Kreativitas Belajar

Adapun ciri-ciri dari kreativitas enurut Fuad Nashori dan Rachmy Diana

Mucharam itu adalah :

1) Kelancaran berfikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk

menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara

cepat.

2) Keluwesan ((flesibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah

ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat

melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari

alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan

bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.

3) Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan

gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,

gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

4) Keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan

unik (unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.18

17

Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2005), h.30-31. 18

Nashori, op. Cit. h. 43-44.

22

Sedangkan menurut Munandar, ciri kreativitas meliputi aptitude dan

nonaptitude.

c. Indikator Kreativitas Belajar

1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.

3) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.

5) Mempunyai/menghargai rasa keindahan.

6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak

mudah terpengaruh orang lain.

7) Memiliki rasa humor tinggi.

8) Mempunyai daya imajinasi yang kuat.

9) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang

berbeda dari orang lain (orisinil)

10) Dapat bekerja sendiri.

11) Senang mencoba hal-hal baru.

12) Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan

elaborasi). 19

d. Fase Kreativitas dalam Belajar

Wallas yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam Buku

Landasan Psikologi Proses Pendidikan, mengemukakan ada empat tahap

perbuatan atau kegiatan kreatif:

1) Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan

pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat

hubungan antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada, tetapi belum

sampai menemukan sesuatu, baru menjajaki kemungkinan-kemungkinan.

19

Hamzah B. Uno, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009), Cet.I, h.21.

23

2) Tahap pematangan atau incubation, merupakan tahap menjelaskan,

membatasi, membandingkan masalah. Dengan proses inkubasi atau

pematangan ini diharapkan ada pemisahan mana hal-hal yang benar-benar

penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak.

3) Tahap pemahaman atau illumination, merupakan tahap mencari dan

menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk

dianalisis dan disintesisikan, kemudian merumuskan beberapa keputusan.

4) Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan

membuktikan hipotesis, apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak. 20

Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui proses belajar

diskaveri/inkuiri dan belajar bermakna, dan tidak dapat dilakukan hanya dengan

kegiatan belajar bersifat ekspositori. Karena inti dari kreativitas adalah

pengembangan kemampuan berpikir divergen dan bukan berpikir konvergen.

Berpikir devergen adalah proses berpikir melihat suatu masalah dari berbagai

sudut pandangan atau menguraikan sesuatu masalah atas beberapa kemungkinan

pemecahan. Untuk mengembangkan kemampuan demikian guru perlu

mencipatakan situasi belajar-mengajar yang banyak memberi kesempatan kepada

siswa untuk memecahkan masalah, melakukan beberapa percobaan,

mengembangkan gagasan atau konsep-konsep siswa sendiri. Situasi demikian

menuntut pula sikap yang telah demokratis, terbuka, bersahabat, percaya kepada

siswa.

Kreativitas itu penting dalam pendidikan karena mengemukakan empat

alasan yaitu:

Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan

perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.

Seorang ahli, Maslow (1968), yang menyelidiki sistem kebutuhan manusia

menekankan bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang

berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental, yang

20

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.III, h.105.

24

bebas dari hambatan-hambatan, dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini

berarti ia berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan

kemampuannya dan dengan demikian memperkaya hidupnya.

Kedua, kreativtas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat

bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga

memberikan kepuasan kepada individu.

Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan

kualitas hidupnya. 21

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa apabila seseorang

ingin membangun kreativitas harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani.

Jika jasmani seseorang itu sehat ia dapat mewujudkan ide atau gagasan yang

dihasilkan.

Dalam upaya mengembangkan kreativitas dan menjaga usaha agar

pengembangan itu berjalan lancar. Maka, perlu diperhatikan komponen-

komponen untuk membangun kreativitas dan cara mengembangkan kreativitas.

1) Komponen-Komponen Membangun Kreativitas

a) Kreativitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani.

b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang antara

jasmani dan rohani.

c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berpikir dan bekerja.

d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan tutur kata

yang diucapakan seseorang.

2) Cara-cara Mengembangkan Kreativitas

a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan untuk

berpikir.

b) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak

langsung membawa atau menghasilkan produk akhir, justru dapat

menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja.22

21

Munandar., op. cit. h. 46 22

Samuel MP, Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta: PT Gunung Agung), h.161.

25

e. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang mendapat

rangsangan (dengan melihat, menengar, dan bergerak) akan lebih berpeluang lebih

cerdas dibanding dengan sebaliknya. Salah satu bentuk rangsangan yang sangat

penting adalah kasih saying (touch). Dengan kasih sayang anak akan memiliki

kemampuan untuk menyatukan berbagai pengalaman emosional dan mengolahnya

dengan baik. Kreativitas sangat terkait dengan kebebasan pribadi. Hal itu artinya,

seorang anak harus memiliki rasa aman dan kepercayaan diri yang tinggi, sebelum

berkreasi. Sedangkan pondasi untuk membangun rasa aman dan kepercayaan

dirinya adalah dengan kasih sayang. 23

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas

yaitu:

Pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif

maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological Athmospere).

Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak

untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan

untuk pengembangan kreativitasnya. Perangsangan mental dan lingkungan

kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simulant otak kiri dan

kanan.

Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas, artinya ketika

kita ingin anak menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula

dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada anak.

Keempat, peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.

23

Rachmawati, op. cit. h.27.

26

1) Rangsangan Mental

Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan

mental yang mendukung. Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu

memberikan berbagai alternative pada setiap stimulan yang muncul. Pada aspek

kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi

pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain

sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (psychological athmosphere)

distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang dan penerimaan.

Menerima anak dengan segala kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak

berani mencoba, berinisiatif, dan berbuat sesuatu secara spontan. Sikap ini sangat

diperlukan dalam pengembangan kreativitas.

2) Iklim dan Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam

menumbuh kembangkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan

menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide

cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan

kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

3) Peran Guru

Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang

peranan lebih dari sekedar pengajar, melainkan pendidik dalam arti yang

sesungguhnya. Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi peluang „untuk

munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru

yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai

pendekatan dalam proses kegiatan belajar dan membimbing siswanya. Ia juga

figur yang senang melakukan kreatif dalam hidupnya. 24

24

Rachmawati, op. cit., h. 30.

27

4) Peran Orang Tua

Sangatlah penting bahwa orang tua atau pendidik menyadari ciri-ciri anak

didik mana yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif.

Biasanya pendidik atau orang tua kurang menyadari dampak dari sikap mereka

terhadap perkembangan kepribadian anak. Beberapa contoh sikap pendidik yang

kurang menunjang kreativitas anak adalah:

a) Sikap terlalu khawatir atau takut-takut, sehingga anak terlalu dibatasi dalam

kegiatan-kegiatannya.

b) Sikap terlalu mengawasi anak.

c) Sikap yang menekankan kepada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan.

d) Sikap menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu

mempertimbangkan alasan-alasan anak.

e) Sikap yang menganggap berkhayal itu tidak baik, tidak berguna karena hanya

membuang-buang waktu.

f) Sikap mengkritik perilaku atau pekerjaan anak.

g) Sikap yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha atau

karya anak.25

Oleh sebab itu banyak sekali hal-hal yang harus diketahui oleh seorang

pendidik baik orang tua maupun para guru di sekolah untuk mengembangkan

kreativitas seorang anak. Sehingga tidak adanya pola pikir yang monoton, tidak

berkembang untuk berpikir maju atau tidak dapat memunculkan suatu ide baru.

Oleh karena itu harus lebih cermat bagi para guru dan orang tua dalam memahami

karakteristik seorang anak.

25

Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruru, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka

Populer Obor, 2003), h.116.

28

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2012 Tentang Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa: “Pendidikan Agama

Islam adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat

menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran

agama Islam dan atau menjadi ahli ilmu agama Islam dalam mengamalkan ajaran

agama Islam.”26

a. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

1) Tujuan

Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk:

a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT.

b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak

mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,

produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga

keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya

agama dalam komunitas sekolah.27

26

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2012 Tentang Pendidikan

Agama Islam, h. 2.

27 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006,

Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, (http://bsnp-

indonesia.org/id/?page_id=63/).

29

2) Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai

berikut.

a) Al-Qur‟an dan Hadits

b) Aqidah

c) Akhlak

d) Fiqih

e) Tarikh dan Kebudayaan Islam

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan

keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia

dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan

manusia dengan alam sekitarnya.28

4. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilatar belakangi oleh penelitian-penelitian yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Sumitri Jurusan Kependidikan Islam dan

Supervisi Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah yang berjudul “Supervisi Kurikulum Dalam

Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri

2 Ciputat”, menunjukkan bahwa usaha Kepala Sekolah untuk meningkatkan

kreativitas belajar siswa dengan melaksanakan supervisi terhadap kurilkulum.

Supervisi kurikulum yang dilaksanakan Kepala Sekolah menunjukkan pada

kategori baik dan tingkat kreativitas siswa SMA Negeri 2 Ciputat

menunjukkan kategori cukup.29

b. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianah Mahasiswi Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang yang

28

Ibid. 29

Sumber diambil dari Perpustakaan Utama Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

30

berjudul “Upaya Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Siswa Pada Proses

Pembelajaran di MINU Malang”, menunjukkan bahwa kondisi objektif

Madrasah dapat ikut berperan serta dalam pengembangan kreativitas siswa. 30

c. Penelitian yang dilakukan oleh Nyai Srimulyati Mahasiswi Jurusan

Kependidikan Islam Progam Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berjudul “Upaya

Peningkatan Daya Kreativitas Siswa Melalui Metode Pemberian Tugas Pada

Mata Pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mubarok Joglo Jakarta Barat,

menunjukkan bahwa terdapat rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus 1

sebesar 61.5, sedangkan pada siklus 2 sebesar 71.5. rata-rata presentase

aktivitas siswa pada siklus 1 adalah 55%, sedangkan pada siklus 2 adalah

80%.

30

http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=00140056, diakses pada 25-03-2015,

Pukul 08.30 Wib.

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMP Nusantara Plus Jl. Tarumanegara

Dalan No.1 Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi

Banten. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran

2014-2015 dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 - Maret

2015.

2. Waktu Penelitian

NO

KEGIATAN

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penyerahan

skripsi

-

-

2. Menyerahkan bab

I, II, III

-

-

3. Revisi bab I, II,

III

-

4. Pengajuan surat

izin penelitian ke

sekolah

-

5. Melakukan

Penelitian di

- -

32

sekolah

6. Pengolahan data

dan penyusunan

skripsi

-

-

B. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan

pendekatan kualitatif, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan tentang

suatu variabel, gejala, atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis tertentu.1

Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J moleong

menyatakan bahwa “metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati”.2

Kemudian lebih lanjut Moleong menyatakan bahwa “penelitian kualitatif

berakar pada akar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat

penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara

induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari

dasar, bersifat deskriptif”.3

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode

deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah

yang ada berdasarkan data-data. Disamping itu juga menyajikan data,

menganalisis dan menginterprestasi, serta bersifat koperatif dan korelatif.4

Menurut E. Kristi Poerwandari menyatakan bahwa “dalam kualitatif

sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu”.5

1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.234.

2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004, h. 4. 3 Moleong, op. cit., h.27.

4 Cholid Narkubo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002, h. 44.

5 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dan Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3ES,

1998), Cet.III, h.102.

33

Dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan informasi atau gambaran terkait

guru PAI dan upayanya dalam mengembangkan kreativitas siswa.

Adapun penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada buku pedoman

penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2014.

1. Tahap Pra Lapangan

Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan sebelum memasuki tahap lapangan

adalah:

a. Menyusun rencana penelitian

Rencana penelitian disusun berdasarkan BAB 1 yang telah ditulis yaitu

Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Kelas VIII

SMP Nusantara Plus Ciputat. Adapun fokus penelitiannya yaitu ingin

mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan

kreativitas siswanya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Memilih lapangan penelitian

Lokasi yang penulis pilih adalah SMP Nusantara Plus Ciputat, karena

lokasinya mudah terjangkau .

c. Mengurus perizinan

Sebelum peneliti melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus

Ciputat, terlebih dahulu meminta izin surat observasi dan penelitian di

Akademik lantai 2 yang mana setelah itu ditanda tangani oleh Ketua

jurusan, kemudian memberikan surat permohonan izin untuk

melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat dan diserahkan

kepada Kepala Sekolah.

2. Tahap Lapangan

Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan pada saat memasuki tahap lapangan

adalah:

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

34

Peneliti memulai dengan mengamati situasi dan kondisi seputar SMP

Nusantara Plus Ciputat dan menyesuaikan diri dengan berperilaku sesuai

dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan dan adat istiadat serta

prosedur melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat.

b. Memasuki lapangan

Ketika peneliti berada di lapangan, peneliti berupaya menjalin keakraban

dan sikap saling percaya kepada warga SMP Nusantara Plus agar tidak

ada informasi yang disembunyikan lagi apabila tersebut dapat tercipta,

maka diharapkan informasi yang diperoleh akurat.

c. Mengumpulkan data

d. Peneliti terlebih dahulu mencari tahu informasi seputar pembelajaran PAI

di kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat. Peneliti mengumpulkan data

dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi

dengan alat bantu handphone untuk mengambil rekaman suara saat

wawancara dan gambar kegiatan.

C. Sumber Data

Perlu diingat bahwa dalam penelitian, pemilihan sampel bukan saja

diterapkan pada manusia sebagai responden, melainkan juga pada latar (setting),

kejadian dan proses. 6

Dalam penelitian kualitatif, jenis sampling yang digunakan adalah

purposeful sampling atau criterion-based selection yakni jurus agar manusia,

latar, dan kejadian tertentu (unik, khusus, tersendiri, aneh, nyleneh) betul-betul

diupayakan terpilih (tersertakan) untuk memberikan informasi penting yang tidak

mungkin diperoleh dengan melalui jurus lain.7

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Guru PAI untuk mendapatkan data dan informasi mengenai proses

pembelajaran di kelas dalam upaya pengembangan kreativitas siswa pada

mata pelajaran PAI.

6 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2011), Cet. XI, h.102. 7 Alwasilah, op. cit. , h. 103.

35

2. Kepala Sekolah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai keadaan

Guru PAI dan mengenai sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dalam

upaya pengembangan kreativitas siswa.

3. Siswa siswi SMP Nusantara Plus untuk mendapatkan data dan informasi

mengenai bagaimana cara mengajar guru di kelas.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Observasi (Pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati

dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yan diselidiki. Pengamatan akan

menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila:

a. Mengabdi kepada tujuan penelitian

b. Direncanakan secara sistematik

c. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum.

d. Dapat dicek validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.

Petunjuk untuk mengadakan pengamatan yang baik agar memperoleh data

yang representif :

a. Memiliki pengetahuan apa yang akan diobservasi ini dimaksudkan untuk

menentukan terlebih dahulu apa-apa yang harus diobservasi.

b. Menyelidiki tujuan penelitian (baik umum maupun khusus). Kejelasan tujuan

penelitian akan menuntun mempermudah apa yang harus diobservasi.

c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi penelitian harus memilih

cara mana yang dipandang paling efektif dan efisien., apakah Anecdotal, chek

list, rating scale atau yang lain.

d. Membatasi macam tingkat kategori secara tegas.

e. Berlaku sangat cermat dan sangat kritis. Penelitian tidak boleh gegabah,

tergesa-gesa atau serampangan agar apa yang dicatat dalam observasi adalah

benar-benar data yang dibutuhkan.8

8 Narkubo, op. cit., h. 71.

36

Aktivitas yang dilakukan adalah peneliti mengamati komponen-komponen

sekolah terlebih dahulu baik gedung, tenaga pendidik, peserta didik, fasilitas-

fasilitas dan hal-hal lain yang terkait dengan penelitian. Kemudian peneliti

membuat catatan dan mencari informasi kepada warga sekolah yang akan

ditindaklanjuti saat penelitian berlangsung.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.9

Hubungan antara peneliti dengan pemberi informasi (responden) bukan

hubungan antara atasan dengan bawahan atau hubungan antara para ahli dengan

sebaliknya, melainkan peneliti dating adalah meminta dengan memohon

kesediaannya dalam memberikan informasi.

Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam

(indepth information) karena beberapa hal, antara lain:

a. Peneliti dapat menjelaskan atau mem-parafrase pertanyaan yang tidak

dimengerti responden.

b. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow-up questions).

c. Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan.

d. Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa

mendatang.10

Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan

wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara

terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih

sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat

mana data yang dianggap penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan

9 Moleong, op. cit. h. 186.

10 Alwasilah, op. cit. h. 110.

37

satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan

pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali

kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan

kepastian.

3. Analisis Dokumen

Metode dokumentasi yaitu suatu metode penelitian yang mencari data

mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat

dan sebagainya.

Dalam literatur paradigma kualitatif ada dibedakan istiah documents dari

records (bukti catatan). Records segala catatan tertulis yang disiapkan seseorang

atau lembaga untuk pembuktian sebuah peristiwa atau menyajikan perhitungan,

sedangkan dokumen adalah barang yang tertulis atau terfilmkan selain records

yang tidak disiapkan khusus atas permintaan peneliti. 11

E. Pengecekan Keabsahan Data

Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data

dan informasi yang dikumpulkan. 12

Dalam hal ini ada beberapa cara yang dilakukan, diantaranya adalah:

1. Ketekunan Pengamatan

Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, dan

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.13

Dalam hal ini, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah setiap data

yang diperoleh secara rinci dan teliti, sehingga bisa focus pada suatu titik

permasalahan.

11

Alwasilah, op. cit. h. 111. 12

Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung: Trsito, 1988),

h.126. 13

Moleong, op. cit., h. 177.

38

2. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan adalah lamanya keikutsertaan peneliti pada

latar penelitian, dengan perpanjangan pengamatan ini diharapkan agar hubunan

peneliti dengan narasumber akrab, tidak ada jarak lagi, terbuka dan saling

mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan.14

Dalam rangka memperoleh hubungan keakraban ini, peneliti ikut serta

dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penelitian ini. Keikutsertaan peneliti

terhadap pengamatan ini mulai dari tanggal 13 Februari 2015 sampai dengan 14

Maret 2015.

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.

Dalam bahasa sehari-hari triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek

yaitu pengecekan data menggunakan beragam sumber, tehnik dan waktu.

Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari satu sumber untuk memastikan

apakah datanya benar atau tidak. Beragam tehnik berarti penggunaan berbagai

cara secara berdampingan untuk memastikan apakah datanya memang benar. Cara

yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. 15

4. Pemeriksaan Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil

yang dipeoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dalam

hal ini peneliti melakukan diskusi dengan Sofi Rofiqoh, Reni Anggraeni, dan

Khalida Zia Razak.

14

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

1998), h. 369.

15 Nusa putera, Penelitaian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks Permata

Puri Media, 2011), h.189.

39

F. Teknik Analisis data

Analisis data merupakan mencari dan menata secara sistematis catatan

hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti

tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan.

Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskriptif analitik,

yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan statistika, namun

data tersebut dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan sesuai kenyataan

realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai

situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus

sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya

juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan

mudah diikuti maknanya.

Adapun langkah-langkah analisis yang peneliti lakkukan adalah:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokukan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang cukup jelas.

2. Kategorisasi / pengkodingan

Koding dimaksudkan utuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi

data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran

tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan

menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.16

Peneliti melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai

berikut. Pertama, data pendukung dan data utama ditranskipkan. Kemudian,

transkip yang diperoleh dari hasil wawancara diseleksi dan diserahkan

menggunakan kategorisasi dan pengkodingan agar mempermudah proses

pengklasifikasian. Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan dan dianalisa

dan memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.

16

Poerwandari, op. cit., h. 89.

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Nusantara Plus

1. Sejarah Singkat SMP Nusantara Plus

Yayasan Aldiana Nusantara atau yang lebih sering dikenal YAN adalah

sebuah yayasan yang di dalamnya didirikan sekolah-sekolah tempat proses belajar

mengajar. YAN terletak di Jl. Tarumanegara Dalan No.1 Pisangan Kecamatan

Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Luas areal tanah SMP

Nusantara Plus ±5.000 m², dengan status kepemilikan hak milik. Awalnya YAN

hanya mendirikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yaitu pada tahun 2002.

Melihat banyaknya minat siswa yang bersekolah di SMK dan banyak

mengeluarkan lulusan yang baik dan berkompeten, maka direktur YAN bapak

Alimuddin Al-Murtala tertarik untuk mendirikan SMP Nusantara. Setelah

mendiskusikan dengan semua pengurus yayasan dan para guru, akhirnya

didirikanlah SMP Nusantara. Alasan didirikannya SMP ini adalah agar

mempermudah siswa/i untuk masuk ke SMK Nusantara, selain itu juga bapak Ali

memanfaatkan peluang yang ada dengan melihat banyakanya minat orang tua

untuk menyekolahkan anaknya ke Nusantara.

SMP Nusantara secara resmi beroprasi sejak tahun 2006, dengan kepala

sekolah bapak Alimuddin Al-Murtala yaitu direktur YAN sendiri. Angkatan

pertama ada 212 siswa yang masuk yang terdiri dari 5 lokal kelas. Kemudian pada

tahun kedua (2007) SMP Nusantara mulai menerima sedikit siswa yakni 160

41

siswa yang terdiri dari 4 lokal kelas. Dikarenakan banyak lokal yang dipakai SMK

sehingga jika ditambah SMP maka tidak mencukupi untuk 5 kelas, sampai

sekarang hanya 4 kelas dari masing-masing angkatan.

Adapun kebijakan dan strategi SMP Nusantara Plus yaitu selain

mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama juga mampu menawarkan program

kelas khusus bagi siswa yang berminat dalam kedua bidang tersebut. Bagi mereka

yang mau mendalami ilmu agama SMP Nusantara Plus menyediakan waktu

khusus begitu juga kelas exact.

2. Visi, Misi, Kurikulum dan Alokasi Jam Belajar

Visi dari SMP Nusantara Plus adalah menciptakan lulusan yang santun

dalam berbahasa, ramah dalam bergaul, maju dalam IPTEK dan berakhlak mulia.

Misi SMP Nusantara Plus adalah sebagai berikut:

a. Mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama yang bermoral dan religius.

b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis dan praktis

dalam kerangka profesionalitas.

c. Mengedepankan pendidikan agama dalam menciptakan lulusan yang

berakhlak mulia.

d. Mendidik lulusan yang berpengalaman dan dapat dipertanggung jawabkan

guna kepentingan universal.

e. Setiap alumni dibekali sikap mental dan mampu bersaing dalam memasuki

dunia pendidikan yang unggul.

Kurikulum yang dipakai SMP Nusntara Plus yaitu dengan memadukan

Kurikulum Depdiknas dan Kurikulum Depag, serta muatan lokal yang ditekankan

pada basic science, bahasa dan akhlakul karimah, menyatu menjadi kurikulum

SMP Nusantara Plus yang berbasis kompetensi dan melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang teoritis dan praktis. Hal yang unik dan berbeda dari sekolah

lain adalah SMP Nusantara Plus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

42

(PAI) memacu pada kurikulum Depag yaitu ada mata pelajaran Fiqih, Akidah

Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Al-Qur’an Hadits.

Sedangkan untuk alokasi jam belajar di SMP Nusantara Plus dibagi

menjadi dua waktu yakni ada jam pagi dan jam siang. Jam pagi untuk kelas VIII

dan IX, sedangkan jam siang untuk kelas VII. Alokasi waktu untuk pelajaran

agama kelas siang (kelas VII) dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran hanya 30

menit, sedangkan untuk kelas pagi 1 jam pelajaran 35 menit.

3. Sarana dan Prasarana

Sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, SMP Nusantara Plus

memiliki sarana dan prasarana:

Sarana dan Prasarana SMP Nusantara Plus

No. Jenis Ruangan /

Bangunan Jml.

Ukuran

P x L

Kondisi Ruangan Ket.

B CB TB

A. RUANG BELAJAR

1 Ruang Teori / Kelas 8 6 x 7 √ - -

2 Ruang Perpustakaan 1 8 x 9 √ - -

3 Ruang Lab. Bahasa 1 6 x 7 √ - -

4 Ruang Lab. IPA 1 6 x 7 √ - -

5 Ruang Lab. Komputer 1 6 x 7 √ - -

6 Ruang Kesenian 1 6 x 7 √ - -

7 Ruang Serbaguna /

Aula 2 12 x 14 √ - -

8 Ruang Multimedia 1 6 x 7 √ - -

B. RUANG KANTOR

1 Ruang Kepala

Sekolah 1 4 x 4 √ - -

2 Ruang Wakil Kepsek 2 2 x 2 √ - -

3 Ruang Guru 1 6 x 7 √ - -

43

4 Ruang Tata Usaha 1 2 x 3 √ - -

5 Ruang Komite

Sekolah 1 4 x 3 √ - -

C. RUANG PENUNJANG

1 Ruang Gudang 1 7 x 2 √ - -

2 Ruang BP / BK 1 2 x 2 √ - -

3 Ruang UKS 1 3 x 7 √ - -

4 Ruang OSIS 1 2 x 7 √ - -

5 Ruang Ibadah /

Masjid 1 18 x 21 √ - -

6 Ruang WC Guru 1 2 x 3 √ - -

7 Ruang WC Siswa 12 2 x 2 √ - -

8 Ruang Koperasi 1 4 x 3 √ - -

9 Ruang Kantin 1 12 x 14 √ - -

10 Pos Jaga / Satpam 2 2 x 2 √ - -

D. SARANA PENUNJANG

1 Lapangan Olahraga 1 20 x 22 √ - -

2 Lapangan Upacara 1 22 x 24 √ - -

3 Tempat Parkir 2 5 x 22 √ - -

4 Kendaraan

Operasional 1 √ - - APV

44

4. Data Guru SMP Nusantara Plus

Untuk mengetahui data tenaga pengajar SMP Nusantara Plus disajikan

sebagaimana tabel dibawah ini:

Data Jumlah Guru dan Statusnya

No. Mata Pelajaran Jumlah

Guru

Status Guru

PNS GTT Bantu Honor

1 Pendidikan Agama

a. Qur’an Hadits 3 - 3 - -

b. Aqidah Akhlah 3 - 3 - -

c. Fiqih 2 - 2 - -

d. Sejarah Kebudayaan

Islam 1 - 1 - -

e. BTQ 3 - 3 - -

2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 - 2 - -

3 Matematika 2 - 2 - -

4 Bahasa Indonesia 3 - 3 - -

5 Bahasa Inggris 3 - 3 - -

6 Ilmu Pengetahuan Alam 3 - 3 - -

7 Ilmu Pengetahuan Sosial 6 - 6 - -

8 Penjaskes 2 - 2 - -

9 Pend. Seni Budaya 2 - 2 - -

45

10 Tek. Info. Dan Komunikasi 2 - 2 - -

11 BK 1 - 1 - -

12 Budi Pekerti 3 - 3 - -

T o t a l 41 41

5. Jumlah Siswa SMP Nusantara Plus Tahun Pelajaran 2014/2015

Untuk mengetahui jumlah siswa dan siswi SMP Nusantara Plus Tahun

Pelajaran 2014/2015 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Jumlah Siswa SMP Nusantara Plus Tahun Pelajaran 2012/2013

Rombel/Kelas L P Jumlah

VII-1 20 16 36

VII-2 22 16 38

VII-3 19 16 35

VII-4 24 14 38

Jumlah 85 62 147

VIII-1 18 22 40

VIII-2 20 18 38

VIII-3 17 19 36

VIII-4 20 18 38

Jumlah 75 77 152

IX-1 21 17 38

IX-2 20 18 38

IX-3 20 20 40

46

IX-4 18 19 37

Jumlah 79 74 153

Jumlah Total 239 213 452

Daftar Pimpinan, Guru & Staf

SMP Nusantara Plus

Tahun Pelajaran 2014-2015

No.

Urut Nama Jabatan

1 Cecep Setiawan, MA Kepala Sekolah

2 Ika Surpiati N, S.P Kurikulum

3 Gazalba, MM.Pd Kesiswaan

4 Herman el-Chariem, S.Pd Pemb. OSIS

5 Drs. Syaefudin Pemb. ROHIS

6 Drs. Suhadi Kord. BK

7 Drs.H. Faisal Bakar, SE Guru

8 Sulaiman, S.Psi Guru

9 Nuraini Nasution, S,Pd Guru

10 Ir. Titik Puji Lestari Guru

11 Jamaluddin, S.Ag Guru

12 Fadhila, S.Pd Guru

13 Fitriani, M.Pd Guru

47

14 Sudarno, S.Pd Guru

15 Amir Hamzah, SHI Guru

16 Siswandi, SE Guru

17 Rita Zahara, S.P Guru

18 Asep Edy Sudrajat, S.Pd Guru

19 Nur Azizah, S.Pd Guru

20 Erni Yusnita, S.Pd Guru

21 Yunitasari L. S.Pd Guru

22 Muhibbah, S.Pd Guru

23 Tarmudji, S.Pd Guru

24 Ani Nurhayati, S.Pd Guru

25 Nur Chasanah, S.Pd Guru

26 Rina Guswati, S.Pd Guru

27 Khusnul Ummah, S.Pd Guru

28 Hari Hardian, A.Md K.a. Tata Usaha

29 A' Dilah Kasir

30 Farhan Fauzan Tata Usaha

48

B. Deskripsi Data

Data dalam peneltian kualitatif dipahami sebagai data yang tidak bisa diukur

atau dinilai dengan angka secara langsung.1 Data dalam penelitian kualitatif

bukanlah berbentuk berdasarkan tabel angka-angka atau hasil pengukuran atau

penelitian secara langsung yang mana dianalisis secara statistik. Data kualitatif

adalah data yang berupa informasi kenyataan yang terjadi di lapangan. Sedangkan

menurut Lexy J. Moleong menyebutkan bahwa, sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan data tertulis, foto,

rekaman, dan statistik adalah data tambahan.2

1. Data Utama

Data utama berupa kata-kata yang diperoleh melalui wawancara dan data

yang berupa tindakan diperoleh melalui observasi. Pertama wawancara dilakukan

dengan berbagai pihak yang terkait, diantaranya Guru Pendidikan Agama Islam,

siswa, dan Kepala Sekolah. Dalam memilih dan memanfaatkan informan adalah

orang-orang yang tahu tentang situasi dan kondisi daerah penelitian, jujur,

terbuka, dan mau memberikan informasi yang benar. Kedua, observasi atau

pengamatan secara langsung.

2. Data Tambahan

Data tambahan yakni berupa sumber tertulis dan dokumentasi. Sumber

tertulis itu berupa data-data yang diperoleh dari SMP Nusantara Plus, seperti

progam tahunan, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SMP

Nusantara Plus, data profil sekolah, keadaan siswa, sarana dan prasarana yang ada

di SMP Nusantara Plus. Sedangkan dokumentasi seperti foto-foto, untuk

1 A. Chaedar al-Wasilah, Pokoknya Penelitan Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2011),

h.105. 2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1988), h.110.

49

penunjang data-data yang diperoleh dari SMP Nusantara Plus supaya diterima

keabsahannya.

3. Gambaran Subjek

No Nama Jenis Kelamin Jabatan

1. Asep Edi Sudrajat L Guru Fikih

2. Syaefuddin L Guru Al-Qur’an Hadits

3. Amir Hamzah L Guru SKI

4. Cecep Setiawan L Kepala Sekolah

5. Zahwa Iskandar P Siswi kelas VIII

6. Nabila Wahda P Siswi kelas VIII

7. Kemal Azhari L Siswa kelas VIII

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan

guru dituntut untuk mengembangkan proses kreativitas tersebut. Adapun ciri-ciri

anak yang kreatif adalah kelancaran berfikir (fluency of thinking) yaitu

kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran

seseorang secara cepat, keluwesan (flesibility) yaitu kemampuan untuk

memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang

bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda,

mencari alternative atau arah yang berbeda-beda,dan mampu menggunakan

bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran, elaborasi (elaboration) yaitu

kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci

detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih

menarik, keaslian (originality) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan

unik (unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

50

Adapun upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa pada Mata

Pelajaran PAI dapat dideskripsikan sebagai berikut

1. Perencanaan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam proses pembelajaran

sangatlah diperlukan, guna mengontrol hal-hal apa saja yang ingin dicapai dan

dilaksanakan pada proses pembelajaran tersebut. Dalam pembuatan RPP guru

juga mempertimbangkan dari segi kemampuan dan karakteristik siswa guna

mencapai tujuan yang diinginkan.

Proses pembelajaran harus direncanakan agar pembelajaran berlangsung

dengan baik serta dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Perencanaan pembelajaran memuat perkiraan mengenai kegiatan apa yang

dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran dan mempertimbangkan

kemampuan dan kondisi lingkungan belajar. Sedikitnya ada dua hal yang perlu

diperhatikan dalam perencanaan yaitu isi pesan yang akan disampaikan dan

berhubungan dengan siswa.

Pada perencanaan pembelajaran, terdapat unsur-unsur yang harus ada

dalam perencanaan pembelajaran yaitu menentukan tujuan yang hendak dicapai,

mengembangkan bahan pelajaran, merumuskan kegiatan pembelajaran, dan

merencanakan penilaian. Kegiatan berkreativitas dapat diintegrasikan kedalam

unsur-unsur perencanaan tersebut.

Guru telah menjabarkan semua perencanaan dalam silabus dan RPP.

Dalam penyusunan silabus guru berpedoman pada buku guru, komponen yang

terdapat pada silabus telah disajikan secara utuh antara lain: identifikasi, standar

kompetensi, indikator materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi

waktu, serta sumber bahan dan media. Penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru dikembangkan dalam silabus.

Sebelum pembelajaran dimulai harus membuat RPP supaya target

pembelajaran tercapai terutama memperhatikan output siswa, latar belakang siswa

dalam belajar agama, terutama saya identifikasi mana siswa yang di rumahnya

praktek keagamaannya terlaksana atau tidak dengan menanyakan masing-masing

51

ketika pembelajaran itu dicantumkan dalam rencana pembelajaran dan yang pasti

mengklasifikasi siswa dalam pemahaman dan praktek keagamaan.3

RPP itu adalah sebagai kewajiban pokok yang harus dilakukan oleh guru

sebelum mengajar, karena RPP itu di dalamnya berisi tentang materi yang akan

diajarkan pada saat guru masuk ke kelas atau ruangannya dimana tempat dia

mengajar.4

Pada saat menjelang Tahun Ajaran Baru, ketentuan yang ada di SMP

Nusantara Plus setiap guru bidang study, diwajibkan membuat RPP, silabus,

tentang materi / bidang study yang diajarkan dan itu sudah menjadi kebiasaan dari

tahun ke tahun.5

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah proses yang memberikan keputusan bahwa

proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana serta

prasarana yang diperlukan sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai

tujuan yang diinginkan. Guru hendaknya memperhatikan tahapan kegiatan

pembelajaran meliputi membuka pelajaran, penyampaian materi, dan menutup

pelajaran. Bahwa pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu pre test

(membuka pelajaran), pembentukan kompetensi (menyampaikan materi pelajaran,

post test (menutup pelajaran).

Pada awal pembelajaran PAI, kegiatan pembelajaran yang dirumuskan

terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup, yang mana pada

kegiatan awal meliputi pengkondisian kelas, kesiapan belajar siswa, kegaiatan

berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas atau yang piket, pengecekan kehadiran

siswa, dan penyampaian tujuan pembelajaran. Kemudian pada kegiatan inti

meliputi semua pencapaian tujuan pembelajaran menggunakan strategi-strategi

pembelajaran yang telah dirancang, yaitu strategi pembelajaran yang aktif, kreatif,

dan menyenangkan. Kemudian pada kegiatan penutup meliputi penyimpulan

pembelajaran, pemberian evaluasi, dan tindak lanjut.

3 Hasil wawancara guru Fikih, (Jum’at, 20 Februari 2015)

4 Hasil wawancara Kepala Sekolah, (Sabtu, 07 Maret 2015)

5 Hasil wawancara dengan guru al-Qur’an Hadits, (Rabu, 25 Februari 2015)

52

Menurut hasil observasi dan wawancara upaya guru dalam

mengembangkan kreativitas siswa sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat

dilihat dari proses kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam. Dapat dilihat

dari kreativitas siswa dan dari segi metode dan media yang digunakan dalam

pembelajaran pendidikan Agama Islam.

Media yang digunakan adalah penampilan video dan gambar

menggunakan power point, serta menggunakan metode diskusi, tanya jawab,

problem solving, sosio drama dan penugasan. Penggunaan strategi-strategi

pembelajaran tersebut mampu mengaktifkan siswa, dan jika dilaksanakan secara

optimal dapat mengembangkan kreativitas siswa dan keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah.

Hal ini membuktikan bahwa guru telah memahami bagaimana upaya

membuat pembelajaran aktif, berpusat pada siswa dan dapat mengembangkan

kreativitas siswa. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI yaitu metode

diskusi dan problem solving. Ini supaya memicu anak-anak atau siswa untuk

berinteraksi, sharing idea dalam topik pembahasan karena informasi diharuskan

menyebar bukan hanya dari sumber dari guru melainkan siswapun bisa menjadi

sumber informasi dan metode lain seperti problem solving otomatis ada

permasalahan dan siswa bisa berbagi solusi dari permasalahan yang muncul pada

sesi tanya jawab dalam hal metode diskusi atau tanya jawab.6

Dalam proses belajar mengajar, salah satu faktor yang sangat mendukung

keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah kemampuan guru

dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Guru dituntut untuk

menguasai bermacam-macam metode pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik materi dan siswa. Hal ini sangat relevan dengan tugas seorang guru

dalam mengenali perbedaan individual siswanya. Dalam memilih metode, kadar

kreativitas siswa harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan

menggunakan metode, dengan cara inilah kreativitas siswa bisa berkembang.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, pada saat pembelajaran Fikih

dengan materi sadaqah, hibah dan hadiah. Guru menggunakan metode diskusi,

6 Hasil wawancara guru Fikih, (Jum’at, 20 Februari 2015)

53

guru membentuk seluruh siswa menjadi 8 kelompok yang mana setiap kelompok

terdiri dari 4-5 siswa. Setelah pembagian kelompok, siswa diarahakan oleh guru

untuk bersama anggotanya masing-masing dan guru mengarahakan siswanya

untuk membuat kelompok untuk mendiskusikan topik pembahasan.

Setelah kelompok telah terbagi, kemudian guru meminta siswa membaca

baik-baik petunjuk melakukan diskusi. Dalam kelompok, secara bersama-sama

siswa dituntun untuk mendiskusikan sebanyak mungkin gagasan penyelesaian

terhadap masalah yang diajukan. Setelah semua jawaban didiskusikan antar

anggota kelompok, siswa dituntut untuk merencanakan penyelesaian masalah

yang tepat. Guru mengajak siswa saling memberi gagasan dan saling menghargai

gagasan anggota kelompoknya. Menurut hasil pengamatan penulis, metode ini ada

kelebihan dan kekurangaanya. Kelebihannya ada metode diskusi ini membuat

pikiran siswa lebih berkembang dan berkreativitas, dalam metode ini siswa sama

sekali tidak dibatasi dalam mengungkapkan gagasan dan pikirannya sehingga

siswa mampu untuk menghasilkan ide dan ini termasuk ciri-ciri kraetivitas.

Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah kalau metode tanpa ada arahan atau

rangsangan dari guru itu sendiri tidak akan terjadi diskusi yang bermutu, jadi

disinilah upaya guru untuk memberikan rangsangan dan megarahkan agar terjadi

diskusi yang bisa membuat kreativitas siswa berkembang.

Metode yang bisa memicu siswa menjadi interaktif dalam hal menanya

dan menjawab permasalahan yang muncul di kelas adalah metode diskusi, karena

metode tersebut siswa bisa bertanya permasalahan yang dia hadapi dan siswa lain

bisa memberikan solusi atau jawaban dari pertanyaan yang muncul di kelas.7

Setelah setiap mendiskusikan beberapa penyelesaian masalah, guru

memberi kesempatan semua kelompok untuk mendemonstrasikan hasil

diskusinya. Di sini terlihat banyak siswa yang antusias ingin membacakan hasil

pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan secara kelompok tadi. Guru

memberi kesempatan setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusi mereka,

7 Wawancara dengan guru Fikih

54

kemudian dilanjutkan membahas hasil gagasan mereka. Selanjutnya guru

mengajak siswa saling menghargai antar kelompok.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil

pembelajaran, guru melakukan tanya jawab kepada siswa dan mengajak semua

siswa terlibat untuk menyimpulkan hasil pembelajaran. Para siswa antusias untuk

mengemukakan gagasannya terhadap kesimpulan dari pembelajaran yang

diajarkan.

Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran, guru berusaha membuat

suasana pembelajaran yang mendukung kebebasan psikologi anak, walaupun

belum sepenuhnya dilakukan. Jika kebebasan anak dibatasi, anak menjadi kurang

tertantang untuk terus menerus mengeksplorasi rasa ingin tahunya, enggan

mencoba suatu hal sehingga tidak memacu perkembangan kreativitasnya.

Guru bersikap terbuka terhadap gagasan siswa melalui kegiatan tanya

jawab, guru terbuka terhadap pendapat dan jawaban yang diutarakan oleh siswa,

guru tidak membatasi minat siswa untuk memberi gagasan mereka, pembatasan

minat akan mematikan pemikiran kreatif siswa. Guru mempersilahkan semua

siswa yang ingin memberi pendapat baik itu ketika menjawab pertanyaan ketika

diskusi dan menyimpulkan materi.

Guru menciptakan suasana saling menghargai dan saling menerima antar

siswa yang lain, antar kelompok satu dengan kelompok yang lain, guru

mengarahkan dan membimbing siswa untuk saling menghargai pendapat teman

ketika berdiskusi dan ketika kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya.8

Guru juga menghargai gagasan siswa, ketika guru memberi penguatan dan

bersikap positif terhadap siswa yang menjawab pertanyaan. Karena sifat saling

menghargai merupakan salah satu ciri afektif anak yang kreatif.

Berdasarkan hasil wawancara, guru mengatakan ; Setiap siswa mendapat

bagian kelompok diskusi dan kelompok diskusi mempunyai peran masing-masing

8 Hasil Observasi

55

ada moderator, panelis, pembaca dan setiap peserta harus mengemukakan

pendapat atau menjawab pertanyaan yang berkembang pada sesi tanya jawab di

diskusi dan sudah pasti siswa yang membaca pada topik pembahasan itu akan

menguasai dan kreativ dalam menjawab tidak hanya tekstual tapi secara

kontekstual.9

Dalam menyampaikan materi pembelajaran saya menggunakan pre test,

materi dan post test. Pada saat menjelang akhir pembelajaran disitu kita gunakan

kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat.10

Setelah memberikan penjelasan siswa diberi kesempatan untuk

menanyakan materi yang belum dipahami agar lebih paham atau terkadang

masalah yang lain terkait dengan materi yang diajarkan.11

Observasi selanjutnya pada pelajaran al-Qur’an Hadits pada pelajaran kali

ini yang digunakan adalah metode menghafal dengan materi surah-surah pendek

pilihan dan kepedulian sosial (al-Kautsar dan al-Ma’un), setelah guru menjelaskan

materi kegiatan selanjutnya yaitu menghafal, siswa disuruh memilih hafalan surat

al-Kautsar atau al-Ma’un. Pada metode menghafal ini ada siswa yang hafalannya

lancar ada juga yang masih terbata-bata. Dalam metode ini upaya guru dalam

mengembangkan kreativitas siswa cukup berhasil walaupun ada beberapa siswa

hafalannya yang masih terbata-bata.

Observasi selanjutnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,

pada pembelajaran kali ini guru menampilkan materi dan gambar melalui power

point, dalam penampilan power point ini dapat membantu mempermudah siswa

dalam mengingat yang telah dipelajari pada mata pelajaran ini.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Guru PAI dalam proses

pembelajarannya sudah berpusat pada siswa dan ada upaya guru untuk

9 Hasil wawancara guru fikih

10 Hasil wawancara guru al-Qur’an hadits

11 Hasil wawancara guru Sejarah Kebudayaan Islam

56

mengembangkan kreativitas siswa dengan tidak membatasi siswa dalam

mengeksplorasikan kemampuannya.

3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas pasti terdapat hambatan dan

dukungan dalam pelaksanaanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Kepala SMP Nusantara Plus

faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran di kelas adalah dengan

adanya sarana dan sumber belajar yang lengkap.

Menurut kami mengenai sarana prasarana cukup memadai contohnya

sarana untuk ibadah seperti masjid untuk praktek ibadah dan ada juga sarana dan

prasarana yang lain yang mendukung terhadap kegiatan proses belajar mengajar di

SMP.12

Dan dari hasil observasi yang peneliti lakukan mengenai sarana dan

prasarana yang tersedia di SMP Nusantara Plus sudah cukup baik dan lengkap.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sarana dan prasarana

yang tesedia sudah memadai dan dapat mendukung pengembangan kreativitas

siswa dalam pembelajaran di kelas.

Kemudian faktor pendukung lainnya adalah profesionalisme dan semangat

guru dalam membimbing, mengarahkan, membina dan mengontrol siswa, hal ini

didasarkan dengan hasil wawancara dengan Kepala sekolah:

Guru yang profesional itu adalah guru yang mempunyai dedikasi yang

tinggi terhadap kegiatan belajar dan mengajar dan juga mendidik para peserta

didik, kategorinya adalah dia tepat waktu ketika masuk ke kelas, sudah siap

memberikan materi kepada siswa, kemudian mampu memberikan materi yang

baik untuk peningkatan mutu pendidikan yang ada di kelasnya/di sekolahnya.13

12

Wawancara dengan Kepala Sekolah 13

Wawancara dengan Kepala Sekolah

57

Sedangkan faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran di kelas

diantaranya adalah sebagian siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran di

kelasa, hal ini didasarakan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru

PAI:

Permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajan pertama adalah

siswanya yang kurang bersemangat untuk mengikuti pola kinerja guru seperi

disuruh menghafal hafalan juz amma terkait mata pelajaran al-qur’an hadits,

permasalahan kedua banyak siswa yang belum memahami betul masalah ibadah

seperti puasa, salat, puasa dll, dan permasalahan ke tiga adalah banyak karakter

siswa yang masih jauh dari harapan orang tua seperti bagaimana cara

menghormati orang tua dan lain sebagainya. 14

Permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran PAI pertama yang

kita sampaikan kadang tidak sampai kepada anak karena beberapa hal, alasan satu

siswa yang saya hadapai usianya antara 12-15 tahun sehingga kondisi siswa di

luar sekolah baik di rumah atau di lingkungan tidak sejalan dengan misi dan visi

dari guru yang ada di sekolah, mereka ketika berada di keluarga atau di

lingkungan mereka tidak menganggap kalau pelajaran yang didapat di sekolah itu

harus ditindak lanjuti dalam kehidupan sehari-hari, alasan kedua anak-anak lebih

cenderung menghadapai hal-hal yang berkaitan dengan fenomena sekarang

terjadi, ketiga anak-anak lebih suka dengan IT (lebih banyak menggunakan HP)

dari pada belajar, yang keempat pengawasan dari orang tua yang kuran sehingga

ketika guru memberikan tugas atau PR tidak mendapatkan hasil yang maksimal,

pengaruh lingkungan yang sangat kuat sehingga anak mengabaikan kegiatan

belajar di sekolah. 15

Dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung kegiatan pembelajaran di

kelas adalah sarana dan prasarana yang cukup memadai dan profesionalisme guru

yang membina, membimbing dan mengontrol siswa, sedangkan faktor

penghambat kegiatan pembelajaran di kelas yaitu masih kurangnya perhatian dan

14

Wawancara dengan kepala sekolah 15

Wawancara dengan guru al-Qur’an Hadits

58

antusias siswa dalam memahami pembelajaran PAI di kelas dan kurangnya

pengawasan dari orang tua.

4. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam pembelajaran merupakan tugas pokok kinerja guru

dalam mengajar. Penilaian atau evaluasi adalah proses memperoleh informasi

untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan secara

continue.

Berdasarkan hasil wawancara, dalam tahap evaluasi ini guru mengevaluai

siswa dengan melihat aktivitas siswa, prestasi siswa, kehadiran siswa, dan

antusiasnya dalam mengikuti pembelajaran PAI.

59

BAB V

PENUTUP

Upaya-upaya yang dilakukan Guru PAI dalam mengembangkan

kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI tergolong sudah baik dalam hal

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan berupa RPP yang dibuat oleh guru sudah baik,

karena indikator-indikator dan semua aspek yang ada di dalam RPP sudah

terlaksana menurut rencana yang diinginkan.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan guru terlihat sudah baik dalam mengupayakan

pengembangan kreativitas siswa, ini terlihat dari pemilihan metode maupun

media pembelajaran disesuaikan dengan materi ajar, pembelajaran berpusat

pada siswa dan guru berusaha tidak membatasi kegiatan dan kemampuan

siswa saat pembelajaran PAI.

60

3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi pada pembelajaran PAI sudah berjalan dengan

baik, karena pada tahap ini guru lebih menekankan pada kehadiran siswa,

prestasi siswa dan antusiasnya dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada pihak sekolah terkait

dengan penelitian yang telah dilakukan ini diantaranya:

1. Seorang guru hendaknya selalu berusaha agar dalam kegiatan belajar-

mengajar metode, dan media yang digunakan bisa mengembangkan

kreativitas siswa.

2. Pihak sekolah hendaknya meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana,

karena tidak dapat dipungkiri bahwa sarana dan prasarana salah satu hal yang

dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

61

DAFTAR PUSTAKA

Al-Khalili, Amal Abdussalam, Mengembangkan Kreativitas Anak, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2005.

Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2011.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat

Press, 2002.

Azhari, Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Bandung: PT Mizan

Publika, 2004.

Daradjat, Zakiah Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2001.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif, Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2010.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008.

Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk

Bagi para Guru dan Orang Tua, Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 1999.

Narkubo, Cholid dan Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi

Aksara, 2004.

Nashori Fuad & Mucharam Rachmy Diana, Mengembangkan Kreativitas dalam

Perspektif Psikologi Islam, Jogjakarta: Menara Kudus, 2002.

62

Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif dan Penelitian Psikologi, Jakarta:

LP3ES, 1998.

Putera, Nusa, Penelitaian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, Jakarta: PT. Indeks

Permata Puri Media, 2011.

Purwanto, M. Ngalim , Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung :

Rosdakarya, 2007.

Rachmawati, Yeni, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman

Kanak-kanak, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Uin Jakarta Press, 2005.

Sanjaya , Wina, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006.

Satiadarma, P.Monty dan Waruru, E. Fidelis, Mendidik Kecerdasan, Jakarta:

Pustaka Populer Obor, 2003.

Shaleh, Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004.

Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , Dan R&&D, Bandung:

Alfabeta, 2012.

Uno, B. Hamzah, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009.

Nama

N]M

Judul Skripsi

BAB I

BAB II

LEMBAR UJI RET'ERENSI

: Faiqotul Hikmah

:10901 1000086

: Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan

Pada l\[ata Pelajaran Pendidikan Agama

SMP Nusantara Plus.

Kreativitas Siswa

Islam Kelas VIII

No Refcrensi Paraf

I Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar

Interpratama Offset, 2006), Cet. V, hlm. 112-113. I2. Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan,

(Bandung: Teraju, 2004), Cet. I, hlm. 123. ,.+\,_ Alisuf Subri, Pengantar llmu Pendidikan. (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), Cet. I, hlm. 94-95. )lL4. M. Ngalim Purwanto, llmu Pendidikan Teoritis dsn

Praktis, (Bar:.dung : Rosdakarya, 2007), h. 35.

-/- ll5. Armai Ariefl Pengantar llmu dan Metodologi Pendidikan

Islam, (Jakafia: Ciputat Press, 2002),h. 19

Syaiful Bahri Djamarah, Gunt dan Anak Didik dalaminteralrsi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), CetKe-3, h.31 .

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran AgamaIslam, (Jakafia:. PT Bumi Aksara,2001), Cet Ke-2,h.263.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamtts BahasaIndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 529, 1109.

Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam,

Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif PsikologiIslam, (JogSakwta: Menara Kudus,2002), Cet. I, h. 33.

10. Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitaspada Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2010), Cet. III, h. 13.

-/

1l_ Abdul Rahman Shaleh, Psikoloi Suatu Pengantar dalamPerspehif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2004), Cet.lll,h.271.

12. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan KreativitasAnak Sekolah Penuntun Bagi para Gtuu dan Orang Tua,(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), Cet.lll,h.4'7.

13. Amal Abdussalam Al-Khalili, MengembangkanKreatiyitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005),h.30-31. .-{}

14. Hamzah B.Uno, Mengelola Kecerdasan DalanrPembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet.l,h.21.

I

I'*

15. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi ProsesPendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),Cet.lll, h.105.

16. Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruru, MendidikKecerdasan,(Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), h.1 16.

17. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia'Nomor 3

tahun 2012 Tentang Pendidikan Agarna Islam, h. 2.

18. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar IsiPendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, BAB VIIStandar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)Mata Pelajaran PAI Madrasah Tsanawiyah

BAB III

Cholid Narkubo dan Abu Achmadi, MetodologiPenelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. VI, h.1, 44.

Nana Syaodih Sulanadinata, Metode PenelitianPendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.60.

Nusa putera, Penelitaian Kualitatif, Proses dan Aplikasi,

(Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media, 2011), h.189.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif danR&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.240.E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif danPenelitian Psikologi, (Jakarta: LP3ES, 1998), Cet ke-l,h.102.

A. Chaedar Alwasilah, Pokohtya Kualitatd Dasar-DasarMerancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, (Jakarta:

PT Dunia Pustaka Jaya,201l), Cet ke-l l, h.102.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet ke-29, h. 4,186.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, PedomanPenulisan Skripsi.

BAB IV

Wawancara dengan guru Fikih Asep Edi Sudrajat, S.Pd(Jum'at, 20 Februari 2015)

Wawancara dengan guru Al-Qur'an hadits Drs. Syaefudin(Rabu, 25 Februari 2015(

Wawancara dengan guru SKI Amir Hamzah, SHI(Jum'at, 06 Maret 2015)

Wawancara dengan Kepala Sekolah Cecep Setiawan, MA(Sabtu, 07 Maret 2015)

Wawancara dengan siswa./i kelas VIII

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

NrP. 19701203 199803 l 003

SEKOIAH MENENGAH PERTAIIASMP NUSANTARA PI.US

Alamat : Jl. Tarumanegara Dalam No. 1 Ciputat - Tangerang Selatan i5419Telp. 021 - 747 07 222, Fax. 021 - Z4Z 10 821

No. 080/YAN/SMP - M/SK.P/IIV2015

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah Menengah pertama ( SMp ) Nusantara plus,Dengan ini menerangkan bahwa yang bemama dibawah ini :

Nama

NIM

Fakultas

Faiqotul Hikmah

109011000086

trmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islem

UIN Syarif Eidayatullah Jakarta

Judul Skripsi Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa padaMata Pelajeran PAI Kelas VIII SMP Nusantara plus.

Telah melaksanakan penelitian di SMP Nusantara plus selama satu bulan, terhitung tanggal 13Febuari Vd l4 Maret 2015.

Demikian surat keterangan ini kami sampaikarl agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ciputat, 30 Maret 201 5

Kepala Sekolah,

6f"*At9

ffi

UIN JAKARTAFITKA. h. H. J@da t\to 95 CbuLt 15412 tuo@sh

FORM (FR}

SUMT BIMBINGAN SKRIPSI

NomorHal

: Un.0 l/F. I /KM.0 I .3 lg+dlt2} I 4: Bimbingan Skripsi

Jakarta" 23-01:2ot 4

Kepada Yth.Yudhi Munadi, M.AgPembimbing SkripsiFakuhas llmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.

Assalamu'oloikum wr.wb.

, ..D."rgln ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjji pembimbing UII(mater eknis) penulisan skJipsi mahasiswa:

Nama

NIM

: Faiqotul Hikmah

: 10901 1000086

Jurusan : pendidikan Agama Islam

Semester : X (Sepuluh)

Judul Skripsi : Upaya Guru pAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa padaMata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMp Nusantara plus.

Judul.tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 22_0l_2014*str3k:i/?utl!ry terlampir. Saudara dapat

"i"f"i"t", pJ-iJri ."a"*fonal pada judultersebut. Apabila perubalan substansid ai*ggrp polu,';oho"-ftmiimUing menghubungiJurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharaokan. selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berir.rtnya anfu s*ai;dil;*.Atas perhatian dar kerja sama Saudara, kami ucapkan tertna kasih.

Was s ala mu' al aikum wr. w b.

Tembusan:l. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.

a.n. Dekan

Khon, M.Ag

,-. DEPARTEMEN AGAMA

,.:,, UTNJAKARTA. ,-i-- ! FITKLlt!!l t,)i i't**" r" u

"*",1s412 tn lo**l

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FRiAKD,o82

Tgl. Terbit : 5 Januari2009No. Revisi: : 0O

Hal 111

SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI

Nomor : Un.0l/F. l/KM.01.3/.938t/2015Lamp. : Outline/ProposalHal : Permohonan Izin Observasi

Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP Nusantara PlusdiTempat

A s sol a mu' aloi kum wr.w b.

Dengan hormat kami sampaikan bahw4

Nama

NIMJurusan

Semester

Judul Skipsi

Tembusan:l. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan

J akarta, 12 Februari 20 I 5

Faiqotul Hikmah109011000086

Pendidikan Agama Islam (PAI)XI (Sebelas)

:Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Nusantara Plus.

adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang menlusun skripsi, dan akan mengadakan observasidi instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudarq kami ucapkan terima kasih.

Was s o I antu' a I ai kum w r.w b.

DEPARTEMEN AGAMAUIN JAKARTAFITK$ n, H. Juanda No e5 qpdat 1a'412 hdotle,'i.

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082

Tgl. Terbit : 5 Januari 2009No. Revisi: : 00

Hal 111

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.UKM.o1.3/.s*5/201 5

Lamp. : O utl ine /P roposalHal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth.

Kepala Sekolah SMP Nusantara Plus

Jakafia, 12 Februari 2015

Assalamu'alaikum wr.w b.

Dengan hormat kami sampaikan bahrv4

Faiqotul Hikmah109011000086

Pendidikan Agama Islam (PAI)XI (Sebetas)

:Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Nusantara Plus.adalah benar mahasiswa./i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jaka*a yangsedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalantu'alai kum w r.w b.

diTempat

Nama

NIMJurusan

Semester

Judul Skipsi

Tembusan:l. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan

Suasana Pembelajaran di Kelas