evaluasi proses program pembinaan kemandirian...

173
EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN GIATJA BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh: AZKA NISAILKAMILAH S NIM. 11160541000078 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN

GIATJA BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP)

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Disusun Oleh:

AZKA NISAILKAMILAH S

NIM. 11160541000078

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020

Page 2: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN

GIATJA BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP)

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

Azka Nisailkamilah Sofyan

NIM. 11160541000078

Di bawah bimbingan

Dr. Arief Subhan, MA

NIP . 196601101993031004

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020

Page 3: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “EVALUASI PROSES PROGRAM

PEMBINAAN KEMANDIRIAN GIATJA BAGI WARGA

BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP) DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA” Disusun oleh

Azka Nisailkamilah Sofyan, NIM 11160541000078 telah diujikan

dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 28 Juli 2020.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana sosial (S.Sos) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial

Jakarta, 28 Juli 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Penguji Sekretaris Penguji

Ahmad Zaky, M.Si Hj. Nunung Khoiriyah, MA

NIP. 19771272007101001 NIP. 1973007252007012018

Anggota

Penguji I Penguji II

Nurkhayati Nurbus, M.Si M. Kholis Hamdy, S.Sos,MIntDev

NIP. 197409081998032002 NUPN. 9920113235

Pembimbing

Dr. Arief Subhan, MA

NIP. 196601101993031004

Page 4: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Azka Nisailkamilah Sofyan

NIM : 11160541000078

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN

KEMANDIRIAN GIATJA BAGI WARGA BINAAN

PEMASYARAKATAN (WBP) DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA adalah benar

merupakan karya saya sendiri untuk memperoleh gelar srata 1

(S1) dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya.

Jika terdapat kutipan, saya sudah mencantumkan sumbernya

sesuai dengan peraturan penulisan skripsi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jika suatu hari terbukti bahwa ini plagiat

karya orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi.

Ciputat, 6 Juli 2020

Azka Nisailkamilah Sofyan

NIM. 11160541000078

Page 5: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

i

ABSTRAK

Azka Nisailkamilah Sofyan, Evaluasi Proses Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA Bagi Warga binaan

pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba

Pembinaan narapidana yang tidak membuat jera para

pelakunya mengakibatkan banyak dari mereka yang mengulangi

tindak kejahatan yang telah dilakukan setelah mereka bebas dari

penjara lalu kembali menjalani pidana. Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba sebagai UPT yang mempunyai tujuan

membentuk warga binaan pemasyarakatan untuk memperbaiki

diri dan dapat diterima kembali di masyarakat. Untuk itu

terbentuknya program pembinaan kemandirian GIATJA

mempunyai tujuan untuk dapat memberikan skill kepada warga

binaan pemasyarakatan dan mempersiapkan mereka untuk terjun

kembali ke masyarakat serta meningkatkan keberfungsian

sosialnya setelah keluar dari Lapas.

Secara garis besar tujuan penelitian ini membahas tentang

proses evaluasi proses Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan jenis penelitian deskriptif, dan pengumpulan data dengan

menggunakan tekhnik observasi, dokumentasi dan wawancara

dengan jumlah enam informan. Teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori evaluasi proses. Evaluasi proses

dilakukan berdasarkan empat kriteria yang terdiri dari standar

praktik terbaik, kebijakan, tujuan proses, dan kepuasan klien.

Dapat diketahui hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa standar operasional prosedur dan proses pemberian

layanan yang diberikan sudah sesuai dengan ketetapan lembaga.

Sasaran layanan dan sumber daya manusia yang bekerja pada saat

ini juga telah sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Tujuan dari

program tersebut belum sepenuhnya terlaksana, tetapi petugas

akan tetap meningkatkan kualitas pelayanan. Sejauh ini petugas

telah cepat, tanggap dalam melayani, mempunyai kepedulian

yang baik. Serta fasilitas yang tersedia sudah cukup memadai.

Kata Kunci: Evaluasi Proses, Pembinaan, Warga binaan

pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba

Page 6: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟aalamiin, puji syukur kehadirat

Allah SWT atas Rahmat-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan pembuatan skripsi ini dengan judul Evaluasi

Proses Program Pembinaan Kemandirian GIATJA Bagi

Warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba. Tentunya penulisan

skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Strata Satu

Sarjana Sosial (S. Sos).

Karya dari sebuah perjalanan bangku kuliah ini saya

persembahkan untuk orang-orang terpenting dalam hidup saya.

Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya suatu proses

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait yang

telah membantu penulis, pihak-pihak tersebut adalah:

1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag. BSW,

MSW sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr.

Sihabuddin Noor, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum. Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA

sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekertaris Program

Page 7: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

iii

Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktunya dengan sabar dan

berbaik hati mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ditengah-tengah kesibukannya.

4. Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang sudah

memberikan ilmunya selama penulis menjalani masa

kuliah di kampus tercinta ini.

5. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba serta

Program pembinaan kemandirian GIATJA yang telah

mengizinkan untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Danil, S.H selaku pembimbing lembaga, Bapak

Dudi Ilham, S.H selaku Kepala Sub Seksi Bimbingan

Kerja & Pengelolaan Hasil Kerja dan Bapak Harun

Arrasyd, A,Md selaku Staff Bimbingan Kerja &

Pengelolaan Hasil Kerja terimakasih atas bantuannya

selama ini.

7. Terimakasih kepada orang tua tercinta Mamah Reni

Muplihah, S.Ag dan Papah Deden Sofyan yang selalu

memberi dukungan dalam hal apapun serta tak lupa adik-

adik penulis Azhar Milattarobbi Sofyan dan Azkiya

Raihani Sofyan sebagai motivasi penulis untuk cepat

mengerjakan skripsi ini.

8. Tak lupa kepada Paman dan Bibi tersayang Bapak H Veri

Muhlis Ariefuzzaman dan Ibu Dr. Siti Napsiyah

Ariefuzzaman, S.Ag. BSW, MSW yang telah menjadi

Page 8: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

iv

motivator terbesar dalam hidup penulis, selalu

memberikan ilmunya dan memberikan semangat tepat

waktu kepada Penulis.

9. Barisan seperjuangan geng koskita 8 serangkai selama

perkuliahan yaitu Fajri Zakiyah, Vira Nabilla, Aulia

Rahmah, Aisyah Novaliawati, Uswatun Hasanah, Shofura

Karimah dan Desy Rahmalia yang selalu menemani

maupun suka ataupun duka.

10. Nur Annisa Sunardi yang setia mendengar curhat dan

memberikan saran-saran terbaik kepada peneliti sejak

masa SMA.

11. Teman tim “lemah” yang terdiri dari Fajri Zakiyah, Aulia

Rahmah, Syaiful Bahri, Indra Wahyu Perdana, Nur Ilham,

Ahmad Fauzan, dan Muhamad Khadafi yang senantiasa

mewarnai hari-hari dikala peneliti menjalani masa kuliah.

12. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan 2016, HMJ

Kesejahteraan Sosial 2016, HMI KOMFAKDA, dan

DEMA Fidikom 2019.

13. Kepada Annisa Mutiara, Ghassani Nadhila, Khariza

Aulia, Rhayfa, Daffa, Faris, Getar, Fadhli teman-teman

semasa SMA yang tidak akan dilupakan.

14. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam

membuat skripsi dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Page 9: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

v

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki

banyak kekurangan. Semoga bantuan yang telah diberikan

mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin ya Rabbal alamin.

Page 10: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................... x

DAFTAR TABEL ...................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ..................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ................................................................ 8

C. Perumusan Masalah ................................................................. 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9

E. Review Kajian Terdahulu ...................................................... 10

F. Metode Penelitian ................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ............................................................ 19

BAB II KAJIAN TEORI .......................................................... 21

1. Evaluasi Program ................................................................... 21

a. Pengertian Evaluasi Program ................................... 21

b. Tujuan Evaluasi Program ......................................... 22

c. Manfaat Evaluasi ...................................................... 23

d. Desain Evaluasi ........................................................ 24

Page 11: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

vii

e. Model Evaluasi ......................................................... 25

2. Konsep Pembinaan ................................................................. 32

A. Pengertian Pembinaan ....................................................... 32

B. Metode Pembinaan ................................................................. 34

C. Tujuan Pembinaan .................................................................. 35

D. Prinsip Pembinaan .................................................................. 36

3. Konsep Kemandirian ............................................................. 38

A. Pengertian Kemandirian ........................................... 38

B. Aspek-aspek Kemandirian ....................................... 38

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian.... 39

4. Konsep Pekerjaan Sosial Koreksional ................................. 41

1) Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional ................. 41

2) Fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional ....................... 41

3) Tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional ...................... 42

4) Peran Pekerjaan Sosial Koreksional ......................... 43

5. Lembaga Pemasyarakatan dan Warga binaan

pemasyarakatan ...................................................................... 44

a. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ...................... 44

b. Pengertian Warga binaan pemasyarakatan ............... 46

c. Hak-hak Warga binaan pemasyarakatan .................. 47

6. Landasan Hukum .................................................................... 49

Page 12: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

viii

7. Kerangka Berpikir .................................................................. 51

BAB III GAMBARAN UMUM ................................................ 52

A. Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba ................................................................. 52

B. Visi, Misi, Komitmen Pelayanan dan Motto ...................... 54

C. Tugas dan Fungsi .................................................................... 55

D. Sarana dan Prasarana ............................................................. 59

E. Struktur Organisasi................................................................. 60

F. Sumber Daya ........................................................................... 61

G. Kegiatan Harian Warga binaan pemasyarakatan ............... 62

H. Jumlah Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba ................................................................................... 64

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENEMUAN

PENELITIAN ............................................................ 66

A. Evaluasi Proses Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA ................................................................................... 66

1. Standar Praktik Terbaik (Best Standar Practice) ..... 66

2. Kebijakan ................................................................. 74

3. Tujuan Proses ........................................................... 79

4. Kepuasan Klien ........................................................ 81

B. Pekerjaan Sosial Koreksional dalam proses kegiatan

pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan .............. 93

Page 13: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

ix

BAB V PEMBAHASAN ........................................................... 95

A. Evaluasi Proses Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA ................................................................................... 97

1. Standar Praktik Terbaik (Best standard practice) ........ 97

2. Kebijakan ............................................................................... 101

3. Tujuan Proses ........................................................................ 103

4. Kepuasan Klien ..................................................................... 105

B. Pekerjaan Sosial Koreksional dalam proses kegiatan

pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan ............ 108

C. Prespektif Islam tentang berbuat kebaikan dan kejahatan110

BAB VI PENUTUP ................................................................. 112

A. Kesimpulan ........................................................................... 112

B. Saran ....................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 118

LAMPIRAN ............................................................................. 122

Page 14: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gedung Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

..................................................................................................... 53

Gambar 2. Golongan Berdasarkan Pangkat ................................ 61

Gambar 3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ................. 62

Gambar 4. Standar Pelaksanaan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA ................................................................. 70

Gambar 5. Gedung Balai Kegiatan Kerja ................................... 84

Gambar 6. Ruangan KASI dan KASUBSI ................................. 85

Gambar 7. Tempat Keterampilan Sendal .................................... 85

Gambar 8. Mesin Press ............................................................... 86

Gambar 9. Etalase Pameran ........................................................ 86

Gambar 10. Ruang Cukur rambut ............................................... 87

Gambar 11. Area Keterampilan Limbah Koran .......................... 88

Gambar 12. Area Keterampilan Aksesoris................................. 88

Gambar 13. Area Keterampilan Payet ........................................ 88

Gambar 14. Area Keterampilan Sablon ...................................... 89

Gambar 15. Area Keterampilan Konveksi .................................. 89

Page 15: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Subjek dan Informan Penelitian .................................... 18

Tabel 2. Jumlah Pejabat Struktural ............................................. 61

Tabel 3. Jadwal Kegiatan Harian WBP Lapas Salemba ............. 63

Tabel 4. Jumlah Narapidana Berdasarkan Perkara ..................... 64

Tabel 5. Jumlah Narapidana Berdasarkan Negara ...................... 65

Tabel 6. Jumlah Narapidana Berdasarkan Agama ...................... 65

Tabel 7. Sumber Daya Manusia Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA ................................................................. 77

Tabel 8. Hasil Evaluasi Proses Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA ..................................................................................... 115

Page 16: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Salemba ................................................................................ 60

Page 17: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan

satu sama lain, di dalam pergaulan hidup manusia tersebut sering

kali terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang menjadi

permasalahan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia sangat beragam salah

satunya yaitu pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, korupsi,

terorisme, hingga penyalahgunaan narkoba dan permasalahan

lainnya yang sampai saat ini belum bisa di atasi. Kondisi tersebut

tentunya sangat meresahkan karena hal tersebut bertentangan

dengan norma yang berada dalam masyarakat. Tingkah laku yang

sangat ditentang oleh masyarakat, atau bertentangan dengan norma

maupun disiplin, hidup rukun, dan hukum formal merupakan

patologi sosial sesuai yang dikemukakan oleh Kartini Kartono

dalam (Burlian 2016, 11)

Aturan-aturan yang telah dibentuk dalam sebuah masyarakat

maupun kelompok sosial, akan ditegakan dengan usaha penuh oleh

masyarakat tersebut, bahkan bersifat memaksa. Aturan sosial

sifatnya membatasi sikap, dan tindakan manusia, sehingga aturan

tersebut dapat melarang maupun membolehkan (Soetomo 2010,

93). Dalam hal tersebut aturan-aturan yang sudah terbentuk dalam

masyarakat berfungsi untuk menjadi pedoman dalam tingkah laku

individu dan kelompok dalam melakukan interaksi dalam

kehidupan bermasyarakat.

Page 18: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

2

Di samping itu negara Indonesia merupakan negara hukum.

Semua yang diperbuat oleh manusia apabila hal tersebut

melampaui batas akan diatur oleh hukum. Hal ini terdapat dalam

Undang-Undang Dasar 1945 BAB 1 tentang Bentuk dan

Kedaulatan Pasal 1 butir ke (3) yang menyatakan “Negara Indonesia

adalah Negara Hukum.”, maka dari itu sistem hukum di Indonesia

mengatur seseorang untuk tidak berbuat kesalahan yang dapat

merugikan diri sendiri atau orang banyak. Kesalahan yang dibuat

oleh seseorang dapat dikenakan hukuman sesuai pasal tuduhan

yang diperbuat oleh tersangka.

Fungsi dari hukuman untuk membuat seseorang tersebut jera

dan tidak melakukan perbuatannya kembali, namun di jaman

sekarang terbukti banyak orang-orang yang telah mendapatkan

hukuman tetapi masih sering kali melakukan kesalahannya

kembali. Sudah seharusnya kita sebagai masyarakat yang taat

kepada aturan hukum tidak melakukan kejahatan yang merugikan

diri sendiri, sebagaimana telah diingatkan oleh Allah SWT.,

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

Artinya : “Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan

sepuluh kali lipat amalannya. Dan barang siapa berbuat

kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka

sedikitpun tidak dirugikan (dizalimi)” Q.S. Al-An’am : 160

(Kemenag 2020).

Page 19: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

3

Dalam penjelasan ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah

SWT senantiasa memperingatkan umatnya untuk selalu berbuat

baik karena berbuat kebaikan akan mendapatkan balasan dari

amalannya, dan apabila seseorang melakukan kejahatan maka

Allah memperingatkan kelak ia akan mendapatkan balasan yang

seimbang dengan kejahatan yang ia perbuat baik di dunia maupun

diakhirat.

Maka dari itu, apabila seseorang telah dijatuhi hukuman

kurungan penjara maka orang tersebut telah melakukan

penyimpangan sosial yang membuat seseorang tersebut dikatakan

sebagai narapidana. Narapidana adalah seseorang yang melanggar

hukum tertulis yang membuat dirinya harus menjalani masa pidana.

Dampak dari pidana tersebut adalah hilangnya kemerdekaan,

seperti kebebasan untuk bergerak, kehilangan hak pribadi,

kehilangan mendapatkan kebaikan dan bantuan, serta kehilangan

kesempatan untuk berhubungan seksual. Narapidana adalah warga

binaan pemasyarakatan yang meliputi narapidana dewasa, anak

didik pemasyarakatan serta klien pemasyarakatan hal ini sesuai

dengan UU Pemasyarakatan. (Pujileksono, Sosiologi Penjara 2017,

27).

Konsep pemenjaraan di Indonesia sudah berganti menjadi

sistem pemasyarakatan, hal ini dituangkan dalam Undang-undang

Nomor 12 tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan. Istilah

pemasyarakatan adalah pengganti istilah pemenjaraan di Indonesia.

Pemasyarakatan di Indonesia sepadan dengan istilah after case

service di Inggris. Istilah yang dimaksud yaitu upaya persiapan dan

pengawasan narapidana yang sudah keluar dari lapas ke dalam

Page 20: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

4

masyarakat. Pemasyarakatan bersifat mengayomi masyarakat dari

kejahatan dan mengayomi narapidana dengan memberi bekal hidup

untuk kembali ke dalam masyarakat. (Pujileksono, Sosiologi

Penjara 2017, 36). Titik berat dari proses pemasyarakatan adalah

pergesaran antara pemberian hukuman ke pemberian pembinaan.

Sesuai dengan tujuan sistem pemasyarakatan yang tertuang dalam

Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan pasal

2 BAB 1 ketentuan umum yaitu tujuan pemasyarakatan adalah

“Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka

membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia

seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak

mengulangi tindakan pidana sehingga dapat kembali diterima di

masyarakat, dan dapat berperan kembali sebagai anggota

masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab” (BPHN 2020).

Di dalam lembaga pemasyarakatan seorang narapidana dibina

agar dikerahkan ketika selesai menjalani masa tahanannya dan

bergabung kembali ke masyarakat, ia dapat menjadi anggota

masyarakat kembali dengan lebih baik dan tidak mengulangi

kesalahannya. Karena fungsi utama dari lembaga pemasyarakatan

itu sendiri adalah menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakaran

WBP agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat,

sehingga dapat menjadi masyarakat yang mendapatkan kembali

keberfungsian sosialnya. Lembaga pemasyarakatan yang ada di

Indonesia jumlahnya sudah cukup banyak, lembaga

pemasyarakatan ini berada di bawah Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan yang dinaungi oleh Kementrian Hukum dan Hak

Asasi Manusia (Kemenkumham) saat ini jumlahnya ada 522 Unit

Pelaksana Teknis (UPT) dengan total jumlah narapidana maupun

Page 21: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

5

tahanan yang berada di dalamnya sebanyak 265,963 orang tersebar

diseluruh provinsi di Indonesia (Ditjenpas 2019).

Salah satu Lembaga Pemasyarakatan yang ada di Ibu Kota

DKI Jakarta yang akan menjadi tempat penelitian ini adalah

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba. Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba adalah Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan di bidang

Pemasyarakatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia DKI Jakarta. Lapas salemba beroperasional

pada tanggal 15 Februari 2008 dengan kapasitas hanya 224 orang

narapidana, berdirinya Lapas Salemba yaitu berawal dari

pemekaran Rutan Salemba menjadi Rutan Kelas 1 Jakarta Pusat

dan Lapas Kelas IIA Salemba (User, Sejarah Pemasyarakatan

2017).

Namun pada kenyataannya, sistem pembinaan narapidana di

Indonesia yang dirasa tidak efektif dan belum membuat jera para

pelakunya. Beberapa diantara narapidana yang telah sudah

menjalani masa hukumannya setelah mereka keluar dari penjara

justru mereka mengulangi kesalahannya dan masuk kembali ke

dalam penjara. Sedangkan sistem pemasyarakatan itu sendiri

berpegang teguh bahwa pemasyarakatan harus memasyarakatkan

kembali narapidana menjadi warga negara Indonesia yang

seharusnya, maka keberhasilan pemasyarakatan untuk membina

narapidana bergantung pada program-program yang berjalan di

dalam Lembaga pemasyarakatan itu sendiri.

Page 22: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

6

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba mempunyai

program kemandirian dan pembinaan kepribadian, hal tersebut

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga binaan

pemasyarakatan pasal 2 ayat 1 bahwa program pembinaan dan

pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbing

kepribadian dan kemandirian (BPHN 2020). Pada penelitian ini,

peneliti membahas tentang program pembinaan kemandirian di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba. Dalam pembinaan

kemandirian tersebut terdapat program yang dikenal sebagai

GIATJA (Kegiatan Kerja), dalam program tersebut terdapat

kegiatan-kegiatan keterampilan yang mengasah skill narapidana

seperti keterampilan limbah koran, keterampilan aksesoris,

keterampilan payet, keterampilan sablon, keterampilan konveksi,

keterampilan sendal dan keterampilan cukur rambut.

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini mempunyai dua

tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan

jangka panjang dari diadakannya program tersebut yaitu

mengembalikan warga binaan pemasyarakatan untuk dapat kembali

ke masyarakat, diterima secara baik dan tentunya dapat bermanfaat

bagi masyarakat setelah mengikuti kegiatan tersebut selama mereka

berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba,

sedangkan tujuan jangka pendek dari program tersebut diharapkan

dapat memberikan mereka bakat atau skill untuk membantu mereka

bekerja. Sedangkan sasaran dari Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA ini adalah semua warga binaan pemasyarakatan yang

menjalani masa pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Page 23: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

7

Salemba, karena mengikuti salah satu program yang ada di Lapas

adalah salah satu syarat warga binaan pemasyarakatan agar

mendapatkan remisi, asimilasi dan pembebasan bersyarat.

Dari penjelasan di atas, peneliti menganggap bahwa perlu

diadakannya evaluasi terkait Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA yang sudah dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba. Evaluasi yang akan dibahas yaitu evaluasi dari

proses pelaksanaan program. Evaluasi tersebut bertujuan untuk

menentukan apakah layanan atau intervensi telah mencapai tujuan

yang ditetapkan.

Menurut Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield

sebagaimana dimaksud oleh Dr. Wirawan mendefinisikan teori

evaluasi program mempunyai 6 ciri, yaitu : pertalian menyeluruh,

konsep-konsep inti, hipotesis-hipotesis teruji mengenai bagaimana

prosedur-prosedur evaluasi menghasilkan keluaran yang

diharapkan, prosedur-prosedur yang dapat diterapkan, persyaratan-

persyaratan etikal, dan kerangka umum untuk mengarahkan praktik

evaluasi program dan melaksanakan penelitian mengenai evaluasi

program.. Evaluasi program dapat dikelompokan menjadi evaluasi

proses (proses evaluation), evaluasi manfaat (outcome evaluation),

dan evaluasi akibat (impact evaluation). Evaluasi proses juga

menilai mengenai strategi pelaksanaan program (Dr. Wirawan

2012, 17).

Model evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan

Gilbert, yaitu evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil

(Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi

Komunitas 2001). Penelitian ini hanya membahas evaluasi proses

Page 24: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

8

yang digunakan untuk mengnalisa proses berdasarkan kriteria yang

relevan yaiti standar praktik terbaik best practice standard),

kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan klien. Alasan

peneliti mengambil penelitian di lembaga ini karena Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba karena lembaga tersebut

merupakan tempat peneliti menjalani praktikum 1.

Berdasarkan pemaparan yang sudah dijelaskan di atas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Evaluasi Proses Pembinaan Kemandirian GIATJA Bagi Warga

binaan pemasyarakatan WBP di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Salemba”

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dari uraian latar belakang yang telah

peneliti jelaskan, maka peneliti akan membatasi objek permasalahan

yang akan diteliti yaitu pada evaluasi proses pembinaan kemandirian

GIATJA di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

C. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian, yaitu :

1. Bagaimana evaluasi proses pembinaan kemandirian GIATJA di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba?

2. Bagaimana hasil evaluasi proses pembinaan kemandirian GIATJA

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba?

Page 25: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba

b. Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Akademik

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan serta dijadikan

informasi bagi pembaca nya.

2. Penelitian ini dijadikan sebagai sarana melatih

kemampuan keterampilan penulis dalam pembuatan

hasil karya ilmiah.

3. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi

literasi dalam bidang ilmu kesejahteraan sosial tentang

rehabilitasi sosial narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan.

b. Manfaat Praktik

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu

Lembaga Pemasyarakatan dalam memberikan hasil

evaluasi program yang tepat.

2. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan jawaban

yang sesuai dengan yang diteliti.

Page 26: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

10

3. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu para

praktisi yang berprofesi di bidang koreksional agar

dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

E. Review Kajian Terdahulu

Review kajian terdahulu adalah acuan yang digunakan untuk

membantu dan mengetahui perbedaan penelitian ini dengan penelitian

lainnya yang sejenis, berikut adalah skripsi dan jurnal yang

mempunyai fokus yang tidak berbeda jauh dengan fokus penelitian

yang penulis ambil, diantaranya:

1. Putri Anisa Yuliani , judul “Program Pembinaan Kemandirian

di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Kelas II B Jakarta”

Skripsi strata 1 Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas tentang peran

Program Pembinaan Kemandirian di Lembaga Pemasyarakatan

tertutup sebagai proses reintegrasi ke dalam masyarakat. Skripsi

ini juga mencari hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Program

Pembinaan Kemandirian tersebut. Yang menjadi perbedaan

antara skripsi ini dengan penulis adalah dari segi pembahasan

yang mana dalam penelitian ini penulis membahas tentang

evaluasi proses Program Pembinaan KemandirianPIETRdi

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba. Dan yang menjadi

persamaan adalah sama-sama membahas tentang progam

pembinaan kemandirian.

Page 27: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

11

2. Eka Rista Harimurti, judul “Evaluasi Pelaksanaan Program

Pendidikan Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Lapas Klas IIA Salemba Dalam Rangka Hak Pemenuhan

Hak Anak Didik Pemasyarakatan” UNES Journal of Social

and Economics Research Volume 3, Issue 2, December 2018,

STKIP Kusuma Negara. Jurnal ini membahas tentang efektifitas

dari pelaksanaan program pendidikan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba yang di tinjau dari segi konteks, input, proses dan

produk dari pendidikan kesetaraan kejar paket B agar tetap

dijadikan sebagai dasar untuk tetap dapat melanjutkan program

pendidikan tersebut dalam rangka pemenuhan hak Anak Didik

Pemasyarakatan (Andikpas). Perbedaan antara jurnal ini dengan

penulis adalah dari segi pembahasan karena jurnal ini membahas

tentang evaluasi dari program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) sedangkan peneliti membahas tentang evaluasi dari

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA. Sedangkan yang

menjadi persamaan adalah jurnal ini membahas tentang evaluasi

proses salah satu program yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba.

3. Ilmawati Hasanah, judul “Program Rehabilitasi Sosial Bagi

Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Cipinang

Jakarta: Prespektif Pekerjaan Sosial Koreksional”, skripsi

strata 1 Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Skripsi ini membahas tentang pola rehabilitasi sosial bagi

narapidana melalui program pembinaan yang terbagi dua yaitu

Page 28: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

12

pembinaan kemandirian dan pembinaan kepribadian yang ada di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Cipinang, penelitian ini juga

membahas metode dan pendampingan yang digunakan dalam

program tersebut. Yang menjadi perbedaan antara skripsi ini

dengan penulis adalah dari segi pembahasan bahwa penulis

membahas segi evaluasi dari Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba. Sedangkan yang menjadi persamaan adalah sama-sama

membahas tentang program pembinaan.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian

kualitatif, pendekatan kualitatif adalah metode yang digunakan

untuk meneliti objek yang alamiah. Peneliti adalah sebagai kunci

karena tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan cara

trianggulasi atau gabungan dari alat pengambilan data. Analisis

data dalam pendekatan kualitatif bersifat induktif.

Metodologi kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5)

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata dari lisan orang lain. Menurut

mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara utuh (Basowi dan Suwandi 2009, 21)

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa yang sedang

Page 29: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

13

berlangsung. Penelitian deskriptif menggunakan wawancara,

foto, dokumen pribadi, maupun dokomen resmi sebagai alat

untuk memperoleh data. Berdasarkan penjelasan penelitian

deskriptif tersebut tujuan peneliti adalah ingin mengetahui

bagaimana proses pembinaan kemandirian bagi warga binaan

pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba.

3. Sumber Data

Berikut adalah acuan dua jenis sumber data yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder yang akan digunakan dalam

penelitian ini:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui proses

penelitian langsung yang dilakukan oleh peneliti di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba. Data

primer ini diperoleh melalui observasi dan wawancara

kepada informan secara detail seperti Kepala Subseksi

program kemandirian GIATJA, staff dan petugas, warga

binaan pemasyarakatan yang mengikuti program tersebut

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

b. Data Sekunder

Data sekunder biasanya diperoleh peneliti dari sumber

yang sudah ada seperti website Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba, dokumen, PDF data program, dan

sistem data base pemasyarakatan.

Page 30: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

14

4. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian

yang berlokasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba yang beralamat di Jalan Percetakan Negara No.

88 A Rawa Sari, Cempaka Putih. Jakarta Pusat.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian atau kegiatannya kurang lebih selama

6 bulan terhitung mulai bulan desember 2019 hingga bulan

mei 2020.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik observasi, teknik wawanca, dan dokumentasi.

a. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data

berdasarkan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke

tempat yang ingin diteliti atau diselidiki. (Arikunto 2006).

Pengertian observasi menurut beberapa ahli, Syaodih

N (tp, 2006: 220) mengatakan bahwa observasi adalah suatu

teknik mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung, sedangkan

menurut Margono (tp, 2005: 158) mengatakan bahwa

observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Dalam teknik ini peneliti akan melakukan pengamatan

mengenai subjek dan objek terkait program pembinaan

kemandirian terutama warga binaan pemasyarakatan yang

mengikuti kegiatan program pembinaan kemandirian.

Page 31: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

15

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data

langsung melalui percakapan atau Tanya jawab. Wawancara

dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin

mengeksplorasi informasi secara jelas dari informan.

Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi

komunikasi atau percakapan antara pewawancara

(interviewer) dan terwawancara (interviewee) dengan maksud

menghimpun informasi dari interviewee.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan

wawancara dengan pedoman wawancara yang sudah

ditentukan yaitu kepada beberapa informan yang terkait

dengan pelaksanaan program pembinaan kemandirian seperti

kepala sub seksi program, staff dan warga binaan

pemasyarakatan yang mengikuti program pembinaan

kemandirian.

c. Studi Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi adalah mencari data yang

diperoleh berupa transkrip, catatan, surat kabar, buku,

majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto,

2002). Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti adalah pengambilan informasi dari dokumen-

dokumen yang berasal dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat

ditafsirkan. Menyusun data berarti dapat menggolongkannya

Page 32: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

16

dalam pola atau tema. Menfsirkan data artinya memberikan

makna terhadap analisis, menjelaskan arti, pola serta mencari

hubungan dengan berbagai konsep. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(Bungin 2003):

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data adalah analisis pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara

dan studi dokumentasi.

2. Reduski Data (Data Reduction)

Reduksi data dilakukan pada saat pengumpulan data

dimulai dengan membuat ringkasan, menelusur tema,

mengkode, membuat gugus-gugus, menulis memo dan

sebagainya tujuannya untuk menyisihkan data/informasi

yang tidak relevan.

3. Display Data

Pada display data yaitu pendeskripsian sekumpulan

informasi tersusun yang memberikan kemungkinan untuk

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian

data kualitatif disajikan dalam bentuk naratif.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution

Drawing and Verification)

Verifikasi dan penegasan kesimpulan merupakan

kegiatan akhir dari analisis data. Dalam pengertian ini

analisis data kualitatif yaitu merupakan upaya berlanjut,

berulang dan terus-menerus. Selanjutnya data yang telah

di analisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-

Page 33: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

17

kata untuk mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan

lalu diambil initisarinya saja.

Berdasarkan uraian di atas, setiap tahap dalam proses

tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data

dengan menelaah seluruh data yang ada.

7. Pedoman Penulisan Skripsi

Pedoman penulisan dalam penelitian ini sesuai dengan

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507

Tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmuah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan pada

lpm.uinjkt.ac.id.

8. Teknik Pemilihan Informan

Peneliti menggunakan metode penelitian Purpose Sampling,

metode ini digunakan untuk mementukan informan yang dipilih

dengan mempertimbangkan informan apakah sudah sesuai

dengan topik penelitian, bahwa informan tersebut mampu

memberikan informasi sesuai dengan pengalaman maupun

pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA. Sedangkan teknik yang

digunakan dalam memilih informan dalam penelitian ini yaitu

teknik non probability sampling dimana pengambilan sampel

tidak secara acak dan mengutamakan informan dengan ciri-ciri

dan kriteria tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka

peneliti sudah menentukan kriteria dalam penentuan informan

yaitu petugas program pembinaan kemandirian GIATJA yang

telah bekerja dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun dan warga

binaan pemasyarakatan yang dipilih oleh pamong lembaga,

warga binaan tersebut adalah warga binaan pemasyarakatan yang

Page 34: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

18

telah mengikuti program pembinaan kemandirian kurang lebih 1

tahun dan sudah mengikuti 3 kegiatan keterampilan.

Tabel 1. Subjek dan Informan Penelitian

No Informan Informasi yang

Diperoleh

Jumlah

1. Pamong Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

IIA Salemba

Memperoleh data dan

profil Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba

1 orang

2. KASUBSI Bimbingan

Kerja (BIMKER) dan

Pengelolaan Hasil

Kerja (PHK)

Memperoleh

informasi terperinci

mengenai evaluasi

proses program

pembinaan

kemandirian

1 orang

3. Staff Kegiatan Kerja

(SARKER)

Memperoleh

informasi terperinci

mengenai proses

pemberian layanan

1 orang

4. Staff Bimbingan

Kerja (BIMKER) dan

Pengelolaan Hasil

Kerja (PHK)

Memperoleh

informasi terperinci

mengenai proses

pemberian layanan

1 orang

5. Warga binaan

pemasyarakatan

Memperoleh

informasi mengenai

proses pemberian

layanan

3 orang

Page 35: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

19

9. Teknik Keabsahan Data

Dalam (Moleong 2004, 330-331) Patton mendefinisikan

teknik trianggulasi sumber merupakan sebuah cara untuk

membandingkan dan mengecek ulang kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu serta alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif. Berdasarkan penjelasan tersebut

dalam teknik trianggulasi sumber, peneliti akan

membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara

dengan cara membandingkan pandangan serta pendapat dari

berbagai prespektif seseorang kemudian hasilnya dibandingkan

dengan hasil wawancara dengan dokumentasi yang telah

dilakukan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi disajikan ke dalam 6 (enam) BAB, sesuai

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507

Tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, dengan gaya penulisan

menggunakan Chicago 1: Bidang Ilmu Sosial (author-datesystem).

Berikut sistematika penulisan dalam skripsi ini:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini terdiri dari Latar

Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan kajian Terdahulu, Metode

Penelitian (terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik pemilihan subjek dan informan, teknik

pengelolaan dan analisis data, teknik keabsahan data) dan Sistematika

Penulisan.

Page 36: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

20

BAB II KAJIAN PUSTAKA, bab ini berisi tentang

Landasan Teori yang akan digunakan dan mendukung penelitian

mengenai teori evaluasi proses, teori pembinaan, dan teori perubahan

perilaku bagi warga binaan pemasyarakatan WBP di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, Kajian Pustaka, dan Kerangka

Berfikir.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA, bab ini berisi

tentang gambaran lembaga meliputi Sejarah Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, Visi dan Misi Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, Tugas dan Fungsi Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, Program dan Struktur Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, bab ini

berisi tentang uraian penyajian data dan temuan penelitian mengenai

hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu evaluasi proses

pembinaan kemandirian melalui program GIATJA bagi warga binaan

pemasyarakataa di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

BAB V PEMBAHASAN, bab ini berisi tentang analisis

evaluasi proses program yang dijalankan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan.

BAB VI PENUTUP, bab ini terdiri dari Kesimpulan, dan

Saran, dengan mengemukakan kesimpulan hasil penelitian pada tiap-

tiap bab sebelumnya, dan memberikan saran kepada peneliti atau

lembaga atau profesi lain.

Page 37: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

21

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Evaluasi Program

a. Pengertian Evaluasi Program

Menurut bahasa kata evaluasi secara etimologi

adalah penaksiran, penilaian, atau penentuan nilai,

sedangkan secara istilah evaluasi merupakan suatu

proses kegiatan yang sudah direncanakan dengan

menggunakan beberapa instrument dan hasilnya akan

dijadikan tolak ukur keberhasilan. Sedangkan

pengertian program secara umum yang dikutup dari

(Arikunto dan Jabar 2009) program merupakan satu

kesatuan unit dalam kegiatan maka program

merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan

yang dilakukan secara berkesinambungan bukan

hanya satu kali.

Evaluasi juga dapat dikatakan dalam (Arikunto dan

Jabar 2009, 1) menurut Suchman (1961) sebagai

sebuah proses yang nantinya akan menentukan hasil

yang telah dicapai dari kegiatan yang telah

direncanakan untuk mencapai tujuan Definisi lainnya

dikemukakan oleh Worthen dan Sanders (1973)

bahwa evaluasi yaitu sebuah kegiatan mencari sesuatu

yang berharga, dalam pencarian hal tersebut meliputi

pencarian informasi yang bermanfaat dalam menilai

Page 38: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

22

keberadaan suatu program, prosedur, produksi, dan

strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang

ditentukan.

Definisi evaluasi program yang ditulis oleh Ralph

Tyler dalam (Tayibnapis 2008, 3) yaitu sebuah proses

untuk menentukan apakah tujuan dari program dapat

dicapai atau dapat di realisasikan. Adapun menurut

Cronbach (1963) dan Sttuffebeam (1971) mereka

mengemukakan bahwa evaluasi program sebuah cara

untuk mendapatkan informasi yang nantinya hasil dari

informasi tersebut akan disampaikan kepada

pengambil keputusan. (Arikunto dan Jabar 2009, 5)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa evaluasi program adalah

suatu proses kegiatan pengumpulan data dan penilaian

terhadap suatu program tertentu yang bertujuan untuk

mengetahui keberhasilan program, apakah program

tesebut sudah sesuai rencana dan apakah sudah sesuai

dengan harapan.

b. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Stufflebeam dan Srinkfield (2007) dalam

(Wirawan 2011, 39) mengemukakan bahwa Suchman

mendukung pendapat Bigman mengenai tujuan evaluasi

ada enam yaitu:

1. Mengukur apakah obektif program sudah

terpenuhi atau belum.

Page 39: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

23

2. Mengukur kesuksesan dan kegagalan program.

3. Mengukur prinsip yang dipakai untuk membuat

kesuksesan program

4. Mengukur dan meningkatkan efektivitas dari

proses eksperimen dengan menggunakan

teknik-teknik tertentu.

5. Meletakkan dasar penelitian berikutnya

mengenai alasan-alasan sukses relatif teknik-

teknik alternatif.

6. Untuk mendefinisikan kembali alat-alat yang

dipakai untuk mendapatkan objektif dan

subtujuan-subtujuan dalam kaitan temuan

penelitian.

c. Manfaat Evaluasi

Melakukan evaluasi terhadap suatu program

tentunya terdapat manfaat yang akan didapat setelah

kegiatan selesai. Berdasarkan buku (Arikunto dan

Jabar 2009, 22) manfaat yang didapatkan adalah :

1. Menghentikan program, ketika program yang

dirasakan tidak ada manfaat oleh penerimanya

dan tidak terlaksana sesuai harapan maka

program tersebut dapat dihentikan.

2. Merevisi program, ketika setelah program

telah dijalani ada beberapa hal yang tidak

sesuai harapan dan tujuan.

Page 40: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

24

3. Melanjutkan program, ketika program yang

dijalankan sudah menunjukan bahwa

program tersebut telah sesuai harapan dan

memberikan hasil yang bermanfaat.

4. Menyebarluaskan program yaitu ketika

program yang telah dijalankan dapat

mengulangi program tersebut dengan lain

tempat dan lain waktu karena program

tersebut berhasil dijalani dengan baik.

d. Desain Evaluasi

Menurut Scriven (1967) dalam (Tayibnapis 2008,

36) yang pertama-tama membedakan evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif. Definisi dari kedua jenis

evaluasi tersebut adalah:

a. Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang

digunakan untuk memberikan informasi

kepada pemimpin atau pihak terkait yang

bertujuan untuk memperbaiki program yang

tidak sesuai harapan. Evaluasi ini juga

dilaksanakan selama program tersebut masih

berjalan.

b. Evaluasi sumatif, yaitu evaluasi ini digunakan

untuk memberikan informasi terkait manfaat

dan kegunaan program kepada klien atau

penerima manfaat. Sedangkan evaluasi ini

dilaksanakan setelah program telah selesai.

Page 41: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

25

e. Model Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi tentunya terdapat

beberapa model yang akan digunakan dalam

penelitian ini. Model evaluasi yang digunakan oleh

penelitian ini adalah model evaluasi yang

dikemukakan oleh Pietrzak. Dalam (I. R. Adi,

Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan

Intervensi Komunitas 2001, 128) Pietrzak, Ramler,

Ranner, Fort dan Gilbert (1990) menjelaskan terdapat

tiga tipe evaluasi yaitu evaluasi input, evaluasi proses

dan evaluasi hasil.

a. Evaluasi Input

Dalam pelaksanaan evaluasi input dalam

suatu program terdapat tiga unsur yang meliputi

evaluasi input yaitu klien, staf dan program.

Menurut Pietrzak dan kawan-kawan

menjelaskan bahwa dalam klien terdapat

karakteristik seperti demografi klien, anggota

keluarga. Dalam unsur staf terdapat

karakteristik demografi staf itu sendiri dari

pengalaman dan pendidikan. Dan unsur dari

program meliputi aspek waktu pelayanan dan

sumber rujukan yang tersedia.

Terdapat empat kriteri dalam evaluasi

input yaitu kriteria yang pertama adalah tujuan

dan objektif, kriteria yang kedua adalah

Page 42: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

26

penilaian terhadap kebutuhan komunitas,

kriteria yang ketiga adalah standar dari suatu

praktek, dan kriteria terakhir adalah biaya dari

pelayanan tersebut.

b. Evaluasi Proses

Evaluasi proses menurut Pietrzak dan

kawan-kawan merupakan suatu kegiatan yang

mempunyai fokus pada aktivitasnya dengan cara

melibatkan interaksi antara klien atau penerima

manfaat dengan petugas atau staf dari

pencapaian program tersebut. Evaluasi ini juga

dinilai dengan diawali analisis dari sistem

pemberian layanan dalam program tersebut.

Empat komponen penilaian dalam

pemberian layanan tersebut adalah standar

praktik terbaik (best standar practice),

kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan

klien.

c. Evaluasi Hasil

Pietrzak dan kawan-kawan menjelaskan

bahwa dalam evaluasi hasil keberhasilan dalam

suatu program dilihat dari hasil program

tersebut dan diarahkan pada keseluruhan

dampak dari suatu program yang diterima oleh

klien atau oenerima pelayanan dalam suatu

Page 43: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

27

perencanaan. Dalam evaluasi hasil ada dua

tingkat yaitu individu dan kelompok.

Dari pemahaman pada ketiga model evaluasi

diatas, peneliti akan melakukan evaluasi terhadap

yang sedang dijalankan di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba yaitu Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA, namun pada penelitian kali ini,

peneliti hanya akan menggunakan dan fokus

membahas model evaluasi proses saja. Hal ini

bertujuan untuk membatasi masalah penelitian ini agar

tidak terlalu meluas.

Seperti yang telah dijelaskan oleh peneliti,

evaluasi proses mempunyai empat indikator dalam

menilai kriteria evaluasi proses. Kriteria tersebut

yaitu:

a. Standar Praktek Terbaik (Best Standard

Practice)

Standar praktek terbaik yang lebih

dikenal dengan Standar Operating Procedure

yaitu suatu prosedur yang menjadi acuan

pelaksanaan program serta mengatur

berjalannya suatu program dalam dalam suatu

organisasi. Prosedur tersebut digunakan untuk

memastikan langkah, keputusan dan tindakan

Page 44: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

28

dalam pelaksanaan program dapat berjalan

secara efektif, konsiste, sistematif dan sesuai

standar yang telah ditetapkan.

Standar praktik terbaik menekankan

kriterianya pada proses berfikir yang kreatif,

hal ini mempunyai tujuan agar perbaikan yang

akan dilakukan tidak hanya untuk mengulang

namun perbaikan tersebut digunakan untuk

meningkatkan kualitas produk dan jasa, dan

dapat melakukan perubahan manajemen

organisasi suatu perusahaan atau lembaga

dapat tetap maju dan berkembang (Kusnoto

2001, 2)

Dari pemahaman di atas, peneliti dapat

meyimpulkan bahwa standar praktik terbaik

merupakan sebuah aturan yang digunakan

sebagai acuan bagi para petugas atau klien

dalam suatu lembaga atau organisasi yang

dibuat. Acuan tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pekerjaan agar dapat

dilakukan dengan semestinya.

Maka dari itu peneliti membahas dua

jenis standar yang digunakan sesuai dengan

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA,

yaitu:

1) Standar Operasional Prosedur (SOP)

yang digunakan oleh petugas

Page 45: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

29

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba dalam melaksanakan

Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA yaitu meliputi waktu

pelaksanaan, tempat pelaksanaan, tata

cara pengerjaan kegiatan dan petugas-

petugas yang berperan dalam

melaksanakan program tersebut.

2) Standar proses pemberian layanan

yang diberikan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

kepada warga binaan pemasyarakatan

yang mengikuti Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA.

b. Kebijakan

Kebijakan atau Policy adalah sebuah

alat ukur kegiatan baik yang menyangkut

kegiatan baik itu menyangkut pemerintah

maupun tata pemerintahan yang menyentuh

kebijakan publik. Pada hakikatnya kebijakan

merupakan sebuah pilihan pada tindakan

yang dapat mengatur mengelolaan dan

pendistribusian keuangan, sumber daya alam

dan manusia demi kepentingan sebuah rakyat

(Suharto 2013, 3).

Page 46: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

30

Pada indikator kebijakan, peneliti

membahas dua jenis kebijakan Lembaga

pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, yang

pertama yaitu klien atau warga binaan

pemasyarakatan yang mengikuti Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA, jenis

kebijakan yang kedua yaitu sumber daya

manusia yaitu petugas-petugas yang terlibat

dalam program tersebut.

c. Tujuan Proses (Process Goal)

Dalam Jurnal Manajemen Pendidikan,

menurut Katz & Kahn (1978) mengemukakan

tujuan dalam sebuah organisasi merupakan

suatu rencana atau kerangka kerja yang terdiri

dari perilaku maupun tindakan yang sesuai

dengan arahan pemimpin dalam sebuah lembaga

(Subariono 2012, 53). Tujuan tersebut dibuat

harus fleksibel, sistematis dan jelas

perumusannya, serta dapat dirancang atas tujuan

jangka pendek, menengan, dan tujuan jangka

panjang dari sebuah program (Fattah 2016, 49).

d. Kepuasan Klien

Kepuasan klien merupakan suatu respon

atau sikap yang ditunjukan oleh klien atau

Page 47: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

31

penerima manfaat. Tanggapan tersebut bisa

berupa tanggapan positif maupun tanggapan

negatif dari suatu barang atau jasa yang telah

mereka gunakan.

Kepuasan yang dirasakan oleh klien

diukur dengan besar harapan klien itu sendiri

terhadap pelayanan yang telah diberikan.

Kepuasan klien tersebut seperti perasaan senang

dan perasaan kecewa yang dirasakan mereka

setelah menilai kesan dari suatu produk yang

disediakan. (Sangadji dan Sopiah 2013, 181)

Dalam Jurnal Mirai management menurut

Parasuraman (1998) (Hasnih, Gunawan dan

Hasmin 2016) terdapat lima dimensi pada

indikator kepuasan klien yang digunakan untuk

menilai kualitas pelayanan:

a. Ketanggapan (Responsiveness) adalah

usaha lembaga atau organisasi untuk

memberikan pelayanan yang sepat, tepat

dan jelas.

b. Bukti fisik (Tangible), adalah usaha

sebuah lembaga atau organisasi untuk

memperlihatkan keberhasilan melalui

pembangunan sarana dan prasarana yang

memadai kepada pihak luar.

c. Jaminan (Assurance), adalah usaha

sebuah lembaga atau organisasi untuk

Page 48: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

32

menumbuhkan rasa percaya klien atau

penerima manfaat dengan komunikasi,

kredibilitas, keamanan, kompetensi dan

sopan santun dari pada petugas.

d. Kehandalan (Reability), adalah usaha

sebuah lembaga atau organisasi untuk

memberikan pelayanan kepada klien atau

penerima manfaat secarra terpercaya dan

akurat.

e. Empati (Empathy), adalah usaha sebuah

lembaga atau organisasi untuk yaitu upaya

sebuah lembaga dalam memahami segala

keinginan pelanggan atau penerima

manfaat secara tulus dan bersifat

individual.

Dalam indikator kepuasan klien yang

sudah dijelaskan peneliti hanya menggunakan

tiga dari lima indikator yaitu ketanggapan, bukti

fisik dan empati karena tiga dimensi tersebut

sudah mencakup kepuasan pada program

penelitian ini.

2. Konsep Pembinaan

A. Pengertian Pembinaan

Menurut (Mangunhardjana 1989, 12) pembinaan

adalah suatu proses belajar mempelajari hal-hal baru

Page 49: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

33

yang belum dimiliki dan melepaskan hal-hal yang

sudah dimiliki. Tujuan dari proses tersebut untuk

membantu seseorang agar dapat membetulkan dan

mengembangkan pengetahuan,kecakapan yang sudah

ada serta mampu mendapatkan pengetahuan dan

kecakapan baru untuk menjadikan hidup mereka lebih

efektif.

Sedangkan dalam (Hukumonline 1999) Peraturan

Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 BAB 1 Pasal 1

menyebutkan pembinaan adalah kegiatan untuk

meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional,

kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak

Didik Pemasyarakatan.

Dengan demikian pembinaan ialah segala usaha dan

upaya yang dilakukan untuk memberikan dan

meningkatkan skill, pengetahuan, sikap. Sehingga

mereka yang mendapatkan pembinaan dapat memahami

apa yang telah diberikan daei kegiatan tersebut. Cara-

cara yang dimiliki oleh pembinaan sendiri yaitu seperti

memberikan pengarahan, bimbingan, dorongan, dan

kontrol untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(Rustanto 2015)

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pembinaan adalah suatu proses atau kegiatan

untuk membantu seseorang mengembangkan hal-hal

yang sudah ada dan mempelajari hal-hal baru dalam

Page 50: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

34

kehidupannya, seperti meningkatkan kualitas

ketakwaan, intelektual, sikap, dan perilaku agar

seseorang mampu mencapai tujuan dan hasil yang lebih

baik lagi.

B. Metode Pembinaan

Metode pembinaan merupakan cara dalam

penyampaian materi pembinaan untuk narapidana agar

diterima dengan efektif dan efisien dalam perubahan

pola pikir, bertindak dan bertingkah laku, terdapat dua

metode pembinaan berdasarkan kebutuhan

narapidana, yaitu :

1) Pendekatan dari atas (Top Down Approach)

Metode ini, materi pembinaan berasal dari

pembina, atau paket pembinaan yang sudah

disediakan dari atas. Pada pendekatan ini, narapidana

tidak ikut menentukan jenis pembinaan yang akan

dijalaninya tetapi langsung menerima pembinaan

dari para pembina. Pembinaan yang diberikan ada

dua jenis yaitu pembinaan umum seperti pendekatan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan

berbangsa dan bernegara yang dapat digunakan

setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan.

Pembinaan khusus seperti pembinaan keterampilan.

Pembinaan atas adalah metode pembinaan yang

harus mengedepankan situasi, dalam arti pembina

Page 51: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

35

harus mampu mengubah situasi dalam sebuah

pembinaan menjadi suatu situasi yang disepakati dan

disukai oleh para peserta sehingga dapat

menghilangkan kendala yang terdapat dalam

kegiatan. Narapidana yang mengikuti pembinaan

iniakan terikat, dan keterikatan tersebut sangat

berguna karena secara penuh dan semangat yang

sama ikut berperan dalam upaya pembinaan tersebut.

2) Pendekatan dari bawah (Bottom Up Approach)

Dalam metode pendekatan dari bawah,

narapidana yang harus memperhatikan kebutuhan

pembinaan atau kebutuhan belajar narapidana itu

sendiri. Tidak semua narapidana mempunyai

kebutuhan, minat dan semangat yang sama, hal

tersebut bergantung dari pribadi narapidana sendiri,

dan fasilitas pembinaan yang dimiliki Lembaga

Pemasyarakatan. Metode ini membawa konsekuensi

tinggi bagi para pembina, karena pembina harus

mampu menyediakan sarana dan prasarana demi

terciptanya tujuan pembinaan. Jika fasilitas terbatas

dan tidak memadai maka pembinaan tidak akan

berjalan dengan baik.

C. Tujuan Pembinaan

Dalam (Pujileksono 2017, 32) Dr. Saharjo S.H

mengemukakan gagasan perubahan tujuan pembinaan

Page 52: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

36

dari sistem kepenjaraan ke sistem pemasyarakatan.

Pemasyarakatan tersebut mengandung makna, bahwa

tidak hanya masyarakat yang harus diayomi terhadap

kejahatan, melainkan orang-orang yang berbuat jahat

tersebut juga harus diayomi dan diberikan bekal hidup

sehingga akan menjadi orang yang berfaedah dalam

masyarakat. Berawal dari pidato Saharjo, istilah

rumah pemasyarakatan diganti dengan sebutan

lembaga pemasyarakatan sehingga secara berangsur-

angsur diganti dengan sistem pemasyarakatan. Tujuan

membina narapidana dan anak didik adalah agar

mereka tidak melanggar hukum lagi, menjadi peserta

aktif dan kreatif dalam usaha pembangunan, dan

memperoleh hidup yang lebih baik.

D. Prinsip Pembinaan

Latar belakang gagasan dari pemasyarakatan yang

dimunculkan pada Konferensi Lembang memiliki

sepuluh prinsip. Prinsip-prinsip bimbingan dan

pembinaan tersebut adalah:

1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan

memberikan kepadanya bekal hidup sebagai

warga yang baik dan berguna bagi masyarakat.

2. Penjatuhan pidana adalah bukan tindakan balas

dendam dari negara.

3. Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dengan

menyiksa melainkan dengan bimbingan.

Page 53: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

37

4. Negara tidak berhak membuat seseorang

narapidana lebih buruk atau lebih jahat dari

pada sebelum ia masuk lembaga.

5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak

narapidana harus dikenalkan kepada

masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari

masyarakat.

6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana

tidak boleh bersifat mengisi waktu atau hanya

diperuntukan bagi kepentingan lembaga atau

negara saja, pekerjaan yang diberikan harus

ditunjukan untuk pembangunan negara.

7. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan azas

pancasila.

8. Tiap orang adalah manusia dan harus

diperlakukan sebagai manusia meskipun ia

telah tersesat tidak boleh ditunjukan kepada

narapidana bahwa itu penjahat.

9. Narapidana hanya dijatuhi pidana hilang

kemerdekaan.

10. Sarana fisik bangunan lembaga dewasa ini

merupakan salah satu hambatan pelaksanaan

sistem pemasyarakatan. (Pujileksono,

Sosiologi Penjara 2017, 33)

Page 54: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

38

3. Konsep Kemandirian

A. Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah kata yang mendapatkan

awalan ke- dan akhiran -an yang berasal dari kata diri

yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau

kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata diri,

pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat terlepas

mengenai perkembangan diri itu sendiri, karena diri

adalah inti dari kemandirian. Proses perkembangan

kemandirian menyangkut unsur-unsur normatif. Ini

mengartikan bahwa perkembangan kemandirian

merupakan suatu proses yang terarah karena hakikat

eksistensi manusia sejalan dengan perkembangan

kemandirian, arah perkembangan itu harus sejalan dan

berlandaskan pada tujuan hidup manusia. (Ali dan

Asrori 2004, 112)

Dari pemaparan di atas, Peneliti dapat

menyimpulkan bahwa kemandirian tidak bisa terlepas

dari proses perkembangan diri seseorang dimana saat

individu tersebut dapat menjalani kehidupannya tanpa

bergantung kepada orang lain dan mampu menentukan

keputusan terbaik menurut kebutuhannya.

B. Aspek-aspek Kemandirian

Dalam (Fatimah 2006, 143) Havighurst

mengemukakan empat aspek kemandirian, berikut

aspek-aspek tersebut adalah :

Page 55: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

39

1) Aspek Emosi, yaitu kemampuan seseorang

dalam mengontrol emosi serta tidak

bergantung kepada orang tua, dapat

membuat keputusan sendiri, dan

menyelesaikannya sendiri tanpa bergantung

pada siapapun.

2) Aspek Ekonomi, yaitu kemampuan

seseorang dalam mengatur keuangan atau

ekonomi dalam dirinya, tidak bergantung

pada orang lain, dan dapat memiliki

penghasilan sendiri.

3) Aspek Intelektual, yaitu kemampuan

seseorang dalam mengatasi permasalahan,

mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi

dan mampu mengurus diri sendiri dalam

kehidupan sehari-hari.

4) Aspek Sosial, yaitu kemampuan seseorang

dalam berinteraksi dengan orang lain,

mampu bersosialiasai dengan

lingkungannya, dan tidak begantung kepada

orang lain.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian

Kemandirian yang melekat pada seseorang semata-

mata bukanlah pembawaan diri yang sudah ada sejak

lahir. Perkembangan kemandirian dipengaruhi oleh

Page 56: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

40

faktor-faktor yang berpengaruh pada diri seseorang.

Beberapa faktor-faktor tersebut diantaranya, yaitu:

1. Gen atau keturunan orang tua. Sifat

kemandirian orang tua sering kali diturunkan

keanaknya, namun faktor keturunan ini masih

diperdebatkan karena sesungguhnya bukan

sifat kemandirian orang tua yang menurun

pada anaknya, melainkan sifat orang tua

menurun berdasarkan cara orang tua mendidik

anaknya.

2. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh

anaknya tentunya akan mempengaruhi

perkembangan kemandirian anak. Orang tua

yang dapat menciptakan interaksi yang baik

dalam keluarga dapat mendorong kelancaran

perkembangan anak.

3. Sistem pendidikan sekolah. Proses pendidikan

disekolah harus mengembangkan

demokratisasi agar tidak menghambat

perkembangan kemandirian remaja. Proses

pendidikan yang terlalu menekankan

pemberian sanksi dan hukuman dapat

menghambat kemandiran remaja, namun jika

proses pendidikan lebih menghargai potensi

anak seperti memberikan reward dan

menciptakan kompetisi yang positif tentunya

akan memperlancar kemandirian remaja.

Page 57: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

41

4. Sistem kehidupan di masyarakat. Jika

masyarakat kurang menghargai potensi remaja

dalam kegiatan yang produktif dapat

menghambat kelancaran kemandirian remaja,

namun masyarakat menghargai potensi remaja

dalam berbentuk kegiatan akan membantu

perkembangan kemandirian remaja (Ali dan

Asrori 2004, 118-119).

4. Konsep Pekerjaan Sosial Koreksional

1) Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional

Konsep pekerjaan sosial koreksional adalah sebuah

konsep yang menjelaskan area pekerjaan sosial dalam

setting lembaga pemasyarakatan Pekerjaan sosial

koreksional adalah pelayanan profesional yang merujuk

pada setting koreksional yang meliputi Lembaga

Pemasyarakatan, rumah tahanan, balai pemasyarakatan,

narkotika, dan setting lain dalam sistem peradilan

pidana yang mempunyai tujuan untuk membantu

pemecahan masalah klien serta dapat meningkatkan

keberfungsian sosialnya (Rustanto 2015).

2) Fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional

Dalam melaksanakan peranan sebagai pekerja

sosial koreksional, maka fungsi dari pekerjaan

tersebut meliputi pelayanan dalam bidang koreksional.

Page 58: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

42

Dalam (Dorang dan Satriawan 2010) menjelaskan

tentang fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional yaitu

antara lain membantu narapidana memperkuat

motivasinya, memberikan kesempatan kepada

narapidana untuk menyalurkan perasaannya dan

memberikan informasi, membantu pelanggar hukum

untuk membuat keputusan-keputusan, membantu

narapidana merumuskan situasi yang dialaminya,

memberikan bantuan dalam hal merubah lingkungan

keluarga dan lingkungan dekat, membantu pelanggar

hukum mengorganisasi kembali pola-pola berikutnya

dan memfasilitasi rujukan.

Maksud dan tujuan dari fungsi di atas adalah

untuk membantu klien yang membutuhkan

pertolongan, seperti narapidana yang oleh berbagai

alasan tidak mampu menghilangkan tekanan dari

masyarakat. Sebagaimana hakikat dari profesi

pekerjaan sosial sebagai sebuah seni dan memiliki

nilai, maka memberikan memberikan perubahan ke

arah yang lebih baik adalah hakikat dari profesi

pekerjaan sosial itu sendiri.

3) Tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional

Tujuan pekerjaan sosial dibidang koreksional yang

dijelaskan dalam (Dorang dan Satriawan 2010) lebih

spesifik mengarah pada tindakan sebagai berikut:

Page 59: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

43

a. Membantu narapidana agar dapat menyesuaikan diri

dengan kehidupan Lembaga Pemasyarakatan.

b. Membantu klien memahami diri mereka sendiri

(narapidana), relasi dengan orang lain dan apakah

harapan mereka sebagai anggota masyarakat dalam

kehidupan mereka.

c. Membantu narapidana melakukan perubahan sikap

dan tingkah laku agar sesuai dengan nilai dan norma

masyarakat.

d. Membantu narapidana melakukan penyesuaian diri

yang baik dalam masyarakat.

e. Membantu narapidana memperbaiki relasi sosial

dengan orang lain (keluarga, isteri/suami, tetangga

dan lingkungan sosial.

4) Peran Pekerjaan Sosial Koreksional

Menurut (Rustanto 2015) menjelaskan bahwa

tugas dan peran pekerja sosial dalam bidang

koreksional adalah mendefinisikan perubahan nilai

agar apa yang mereka lakukan selaras dengan nilai-

nilai yang ada dalam masyarakat. Peran penting dalam

pekerjaan sosial koreksional yaitu:

a. Pendidik, yaitu dalam peran ini pekerja sosial

dapat mendidik narapidana untuk memperkuat

konsep diri, proses belajar dan sosialisasi.

b. Konselor, yaitu pekerja sosial dapat memberikan

kesempatan pada narapidana untuk menyalurkan

Page 60: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

44

perasaan, mengorganisasi keputusan serta

mengambil keputusan dan mengembangkan pola

prilaku positif narapidana.

c. Penghubung atau broker, yaitu pekerja sosial

dapat menghubungkan antara narapidana dan

keluarga, sekolah, lingkungan sosialnya

sehingga terjadi hubungan yang kondusif.

d. Pembela, yaitu pekerja sosial dapat membela

kepentingan dan hak narapidana dalam

menyelesaikan konflik yang terjadi serta

perlindungan terhadap anak.

5. Lembaga Pemasyarakatan dan Warga binaan

pemasyarakatan

a. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan,

dijelaskan bahwa Lembaga Pemasyarakatan yang

selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk

melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak

Didik Pemasyarakatan.

Sedangkan butir lain menjelaskan bahwa sistem

pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah

dan batas serta cara pembinaan Warga binaan

pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang

dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang

dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas

Page 61: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

45

Warga binaan pemasyarakatan agar menyadari

kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai

warga yang baik dan bertanggung jawab (HAM

2014).

Menurut Pasal 3 UUD No.12 Th.1995 tentang

pemasyarakatan dituliskan bahwa tujuan Lembaga

Pemasyarakatan yaitu:

1. Membentuk Warga binaan pemasyarakatan

agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari

kesalahan, memperbaiki diri dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat

diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan dan dapat hidup secara wajar

sebagai warga negara yang baik dan

bertanggung jawab.

2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi

tahanan yang ditahan di Rumah Tahanan

Negaea dan Cabang Rumah Tahanan Negara

dalam rangka memperlancar proses

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

sidang pengadilan.

Page 62: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

46

3. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi

tahanan/pihak nerperkara serta keselamatan

dan keamanan benda-benda yang disita untuk

keperluan barang bukti pada tingkat

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

sidang pengadilan serta benda-benda yang

dinyatakan dirampas untuk negara

berdasarkan putusan pengadilan.

b. Pengertian Warga binaan pemasyarakatan

Warga binaan pemasyarakatan atau yang

sering disebut WBP istilah lain dari sebutan

narapidana. Narapidana adalah orang yang sedang

menjalani pidana penjara. Menurut Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana

yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di

Lembaga Pemasyarakatan.

Selain sebutan sebagai narapidana, dalam UU

Pemasyarakatan telah disebutkan bahwa Warga

binaan pemasyarakatan WBP meliputi narapidana

itu sendiri, anak didik pemasyarakatan, dan klien

pemasyarakatan. Anak didik pemasyarakatan

adalah :

a. Anak pidana yaitu anak yang

berdasarkan putusan pengadilan

menjalani pidana di Lembaga

Page 63: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

47

Pemasyarakatan Anak paling lama

sampai beumur 18 tahun.

b. Anak Negara yaitu anak yang

berdasarkan putusan pengadilan

diserahkan pada negara untuk dididik

dan ditempatkan di LP Anak paling lama

sampai umur 18 tahun.

c. Anak Sipil yaitu anak yang atas

permintaan orang tua atau walinya

memperoleh penetapan pengadilan untuk

dididik di LP Anak paling lama sampai

berumur 18 tahun (HAM 2014).

Sedangkan Klien Pemasyarakatan adalah

seseorang yang sedang berada dalam bimbingan

Bapas (Balai Pemasyarakatan). Berdasarkan

pemaparan di atas, Peneliti mengambil

kesimpulan bahwa Warga binaan pemasyarakatan

atau yang disebut WBP adalah narapidana yang

sedang menjalani masa pidana dan menjalani

masa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.

(Pujileksono, Sosiologi Penjara 2017, 128).

c. Hak-hak Warga binaan pemasyarakatan

Seorang narapidana yang sedang menjalani

pidana bukan berarti narapidana atau Warga binaan

pemasyarakatan tersebut kehilangan semua hak-

hak sebagai manusia atau bahkan mereka tidak

Page 64: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

48

mendapatkan hak sama sekali di dalam Lembaga

Pemasyarakatan. Sistem Pemasyarakatan telah

mengatur hak dan kewajiban narapidana yaitu

dalam suatu sistem pemidanaan baru yang

menggantikan sistem ke-LP-an.

Hak-hak narapidana diatur dalam Pasal 14 UU

Pemasyarakatan, yaitu hak-hak narapidana secara

garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu (1) Hak

umum, yang dapat secara langsung diberikan

narapidana tanpa syarat-suarat tertentu yang

bersifat khusus dan (2) Hak khusus, yang hanya

diberikan kepada narapidana di LP yang telah

memenuhi persyaratan tertentu yang bersifat

khusus yakni persyaratan substantif dan

administratif.

Hak-hak yang bersifat umum tersebut adalah:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau

kepercayaan.

2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani

maupun jasmani.

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan

yang layak.

5. Dapat menyampaikan keluhan.

6. Mendapatkan bacaan dan mengikuti siaran

media masa yang tidak dilarang.

Page 65: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

49

7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan

yang dilakukan.

8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat

hukum, atau orang tertentu lainnya.

9. Mendapatkan pengurangan masa pidana

(remisi).

10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk

cuti mengunjungi keluarga.

11. Mendapatkan pembebasan bersyarat.

12. Mendapatkan cuti menjelang bebas dan

13. Mendapatkan hak lain sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku menurut PP

No. 32 tahun 1999 tentang Syarat-syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga binaan

pemasyarakatan (Pujileksono, Sosiologi Penjara

2017, 139-140)

6. Landasan Hukum

1. Undang undang Pemasyarakatan nomor 12 tahun 1995

tentang pemasyarakatan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2006 atas Perubahan PP Nomor 32 Tahun 1999 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan.

Page 66: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

50

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun

1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan

Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan.

6. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-

05.OT.01.01 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia

7. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-Pk.04.10

Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan

8. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pengangkatan Dan

Pemberhentian Pemuka Dan Tamping Pada Lembaga

Pemasyarakatan.

9. Surat Keputusan Menteri Kehakiman R.I. Nomor M.02-

PK.04.10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan

Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas.

10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI M.

HH-16. KP.05.02 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Pegawai

Pemasyarakatan.

11. Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.02-

PR.07.03 Tahun 2007 tanggal 23 Pebruari 2007 tentang

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Salemba.

Page 67: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

51

7. Kerangka Berpikir

Lembaga

Pemasyarakatan

Warga binaan

pemasyarakatan

Pembinaan Kemandirian

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

Salemba

Evaluasi

Proses

Standar Praktik Terbaik

- Standar Operasional Prosedur

- Standar Proses Pemberian Layanan

Kebijakan

- Warga binaan pemasyarakatan

- Sumber Daya Manusia

Tujuan Proses

- Hasil pemberian layanan

Kepuasan Klien

- Ketanggapan (responsiveness)

- Bukti Fisik (tangible)

- Kepedulian (empathy)

Page 68: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

52

BAB III

GAMBARAN UMUM

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SALEMBA

Bab ini menjelaskan gambaran umum dari Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba yang dimulai dari sejarah singkat bangunan lapas, visi

misi hingga rangkaian kegiatan yang ada di dalam Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

A. Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba

Lembaga Pemasyarakatan termasuk dalam salah satu dari Unit

Pelaksana Teknis (UPT). Lapas ini dibentuk berdasarkan keputusan

surat keputusan mentri Hukum dan HAM RI nomor: M.02-PR.07.03

Tahun 2007 tanggal 23 Februari 2007 tentang Pembentukan Unit

Pelaksana Teknis Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba ,

Cibinong, Pasir Putih Nusa Kambangan. Pada tahun 2007, sejarah

historis berdirinya bangunan lapas ini adalah pemekaran dari UPT

Pemasyarakatan Rutan kelas I Salemba yang dibagi menjadi dua

satuan kerja di lingkungan Kementrian Hukum HAM RI DKI Jakarta,

kedua satuan kerja tersebut adalah Rutan Kelas I Jakarta Pusat dan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

Pada tahun 1945, sebelum kemerdekaan Indonesia bangunan ini

digunakan sebagai tempat para tahanan yang melakukan Pelanggaran

Hukum Kolonial Belanda, setelah itu ditahun selanjutnya setelah

kemerdekaan Indonesia bangunan ini beralih fungsi menjadi

penampungan tahanan politik, tahanan sipil dan pelaku kejahatan

ekonomi. Ketika peristiwa G30 S/PKI sebagian tahanan dipindahkan

ke Lapas Glodok dan Lapas Cipinang. Kemudian sejak tahun 1960

Page 69: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

53

sampai 1980 bangunan ini dijadikan sebagai Rumah Tahanan Militer

dibawah pimpinan Irehab Laksusda Jaya.

Pada tanggal 4 Februari 1980, pengelolaan Lapas Salemba

diserahkan dari Irehab Laksusda Jaya kepada Departemen

Kehakiman RI melalui Kakanwil Ditjen Pemasyarakatan IV jakarta

Raya dn Kalbar berdasarkan SP Pangkopkamtib tanggan 9 Januari

1980, Sprint-12/KepKam/I/1980 dan Surat Pemerintah Pelaksana No.

Sprint -4-5/KAHDA/I/1980 tanggal 23 Januari 1980. Setelah itu

berdasarkan Keputusan Mentri Kehakiman RI Nomor:

M.04.UM.01.06 Tahun 1983, Lapas Salemba berubah status menjadi

Rumah Tahanan Negara kelas I Jakarta Pusat.

Namun pada tahun 2007, pemekaran terjadi lagi dikarenakan

kelebihan kapasitas di Rutan Salemba, maka kembali lagi dibagi

menjadi 2 UPT yaitu Rutan Kelas I Jakarta Pusat dan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

Gambar 1. Gedung Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba

(Sumber: Profil Lapas Salemba 2019)

Page 70: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

54

B. Visi, Misi, Komitmen Pelayanan dan Motto

a. Visi

“Menjadikan Lapas terpercaya dalam memberikan

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap Warga binaan

pemasyarakatan”

b. Misi

1. Mewujudkan system perlakuan humanis yang

memberikan rasa aman, nyaman dan berkeadilan

2. Melaksanakan pembinaan. perawatan, dan

pembimbingan untuk mengembalikan narapidana

menjadi warga negara yang aktif dan produktif di

tengah-tengah masyarakat.

3. Membangun karakter dan mengembalikan sikap

ketaqwaan, sopan santun, dan kejujuran pada diri

narapidana.

4. Memberikan pelayanan, perlindungan, dam

pemenuhan terhadap hak-hak warga binaan

pemasyarakatan dan keluarganya atau masyarakat

yang berkunjung ke Lapas.

c. Komitmen Pelayanan

1. Non Diskriminasi

2. Melayani Dengan Senyum

3. Transparan

4. Kritik dan Saran Untuk Perbaikan

5. Adil dan,

6. Peduli

Page 71: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

55

d. Motto

“Tiada Hari Tanpa Berbuat Kebaikan”

C. Tugas dan Fungsi

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba adalah unit

pelaksana teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan di

bidang pemasyarakatan yang berada dibawah kepala Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan HAM DKI Jakarta yang mempunyai fungsi

dan tugas melaksanakan Pemasyarakatan/Anak didik.

Adapun tugas dan fungsi kerja di Lapas Salemba yaitu:

1. Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan

tata usaha dan rumah tangga Lapas untuk menyelenggarakan

tugas tersebut, Sub bagian tata usaha mempunyai fungsi :

a. Melakukan urusan kepegawaian

b. Melakukan urusan surat-menyurat, perlengkapan dan rumah

tangga.

Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari:

a. Urusan Kepegawaian dan Keuangan, yaitu mempunyai tugas

melakukan urusan kepegawaian dan keuangan

b. Urusan Umum, yaitu mempunyai tugas melakukan urusan

surat-menyurat perlengkapan dan rumah tangga.

2. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik

Seksi ini mempunyai tugas memberikan bimbingan

pemasyarakatan narapidana/anak didik untuk menyelenggarakan

tugas tersebut. Seksi ini mempunyai fungsi:

Page 72: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

56

a. Melakukan registrasi dan membuat statistik, dokumentasi

sidik jari serta memberikan bimbingan pemasyarakatan bagi

narapidana/anak didik.

b. Mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi

narapidana/anak didik .

c. Memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan fasilitas sarana

kerja dan mengelola hasil kerja.

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak didik terdiri dari:

a. Sub Seksi Registrasi dan Bimbingan kemasyarakatan,

yaitu mempunyai fungsi melakukan pencatatan, membuat

statistik, dokumentasi sidik jari serta memberikan

bimbingan dan penyuluhan rohani, memberrikan latihan

oleh raga, peningkatan pengetahuan, asimilasi, cuti dan

penglepasan narapidana/anak didik.

b. Sub Seksi Perawatan Narapidana/Anak Didik, yaitu

mempunyai tugas mengurus kesehatan dan memberikan

perawatan bagi narapidana/anak didik.

3. Seksi Kegiatan Kerja

Seksi Kegiatan Kerja terdiri dari:

a. Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja,

yaitu mempunyai tugas memberikan petunjuk dan bimbingan

latihan kerja bagi narapidana/anak didik serta mengelola hasil

kerja.

b. Sub Seksi Sarana Kerja, yaitu mempunyai tugas

mempersiapkan fasilitas sarana kerja.

4. Seksi Administrasi dan Tata Tertib

Seksi ini mempunyai tugas mengatur jadwal tugas,

penggunaaan pelengkapan dan pembagian tugas pengamanan,

Page 73: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

57

menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan

yang bertugas serta menyusun laporan berkala dibidang

keamanan dan menegakkan tata tertib. Fungsi dari seksi ini

adalah:

a. Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan

pembagian tugas pengamanan.

b. Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan

pengamanan yang menegakkan tata tertib.

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib terdiri dari:

a. Sub Seksi Keamanan, yaitu mempunyai tugas mengatur

jadwal tugas

b. Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib, yaitu mempunyai

tugas menerima laporan harian dan berita acara dari

satuan pengamanan yang bertugas, serta mempersiapkan

laporan berkala dibidang keamanan dan menegakkan tata

tertib.

5. Kesatuan Pengamanan Lapas

Kesatuan pengamanan Lapas mempunyai tugas menjaga

keamanan dan ketertiban Lapas. Untuk menyelenggarakan

tugas tersebut Kesatuan Pengamanan Lapas mempunyai

fungsi:

a. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap

Narapidana/Anak Didik.

b. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban.

c. Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan

pengeluaran narapidana/anak didik.

d. Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan.

Page 74: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

58

e. Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan

pengamanan.

Kesatuan Pengamanan Lapas dipimpin oleh seorang

Kepala dan membawahkan petugas pengamanan Lapas.

Kepala Satuan Pengamanan Lapas berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Lapas.

Page 75: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

59

D. Sarana dan Prasarana

Secara fisik dan fasilitatif, gedung Lapas Kelas IIA Salemba telah

mempunyai fasilitas sejak selesainya proyek pembangunan fisik

tahun 2011 hingga sekarang dengan fasilitas yang telah berfungsi

sebagai berikut :

1. Gedung Kantor Utama;

2. Gedung Kantor II Ruang Kesatuan Pengamanan dan

Administrasi Keamanan;

3. Gedung Kantor III ruang Pembinaan dan Poliklinik Lapas;

4. Gedung Dapur, gedung beras dan Instalasi Gardu Listrik;

5. Gedung IV Ruang Bengkel Latihan Kerja dan Produksi

Narapidana;

6. Masjid Ar Ryyan;

7. Gereja;

8. Vihara;

9. Blok Hunian Type 7 Pav Ahmad Arief berkapasitas 224

orang;

10. Blok Hunian Type 5 Pav Saroso berkapasitas 124 orang;

11. Blok Hunian Type 7 Pav Baharudin Soerjobrotoberkapasitas

224 orang;

12. Area Lapangan Olahraga dan Ruang Interaktif;

13. Tembok Keliling Lapas sepanjang 800 meter;

14. Pos Pengawasan sebanyak 4 Pos.

Page 76: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

60

E. Struktur Organisasi

Bagan 1Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Salemba

(Sumber : PDF Profil Lapas Salemba 2019)

Page 77: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

61

F. Sumber Daya

a. Pejabat Stuktural

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Lapas

Salemba didukung oleh 210 Pegawai dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel 2. Jumlah Pejabat Struktural

(

S

u

m

b

e

r

:

P

D

F

Profil Lapas Salemba 2019)

b. Golongan

Gambar 2. Golongan Berdasarkan Pangkat

(Sumber : PDF Profil Lapas Salemba 2019)

Jabatan Jumlah Pegawai

Total L P

Eselon III 0 - 0

Eselon IV 5 - 5

Eselon V 8 - 8

JFT 6 7 1

3

JFU 1

6

2

2

2

184

Total 210

Page 78: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

62

c. Pendidikan

Gambar 3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan

(Sumber : PDF Profil Lapas Salemba 2019)

Jumlah pegawai yang bekerja di Lapas Salemba terdiri dari

pegawai negeri yang didominasi paling banyak oleh lulusan

SMA/SMK, sarjana strata S1, S2, dan diploma.

G. Kegiatan Harian Warga binaan pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba mempunyai

jadwal kegiatan Warga binaan pemasyarakatan yang mengatur

kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh narapidana mulai dari

bangun saat pagi hari hingga narapidana istirahat pada malam hari.

Berikut jadwal kegiatan Warga binaan pemasyarakatan

Page 79: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

63

Tabel 3. Jadwal Kegiatan Harian WBP Lapas Salemba

No Kegiatan Waktu

Keterangan Pagi Sore

1 Sholat Subuh dan

bersih-bersih kamar 05.00

-

06.30

Di kamar

masing-masing

2 Apel WBP oleh petugas

pengamanan 06.30

-

07.00

12.30

-

13.00

Apel dilaksanakan

di dalam kamar

3 Pembukaan kamar dan

makan pagi 07.00

-

07.30

Petugas keamanan

4 Olahraga pagi dan sore 07.15

-

09.00

15.30

-

16.45

Olahraga senam

dan lari pagi

5

Kegiatan pembinaan

kepribadian

kemandirian

09.00

-

11.30

13.00

-

15.30

Kerohanian,

intelektual,

olahraga,

kepramukaan, seni

dan kegiatan kerja

6 Layanan kesehatan 09.00

-

11.00

Poliklinik dalam

Lapas

7 Layanan Kunjungan 09.00-12.00

13.00-15.30

Ruang kunjungan

8 Makan siang, sholat dzuhur

dan penguncian kamar

11.30

.12.3

0

Sholat Dzuhur

berjamaah di masjid

9 Pembukaan kamar

13.00

-

13.15

Petugas

pengamanan

10 Makan sore dan bersih-

bersih blok

16.45

-

17.15

Di kamar

masing-masing

Page 80: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

64

11 Penguncian kamar dan apel

ulang WBP

17.15

-

18.30

Petugas keamanan

12

Apel malam WBP

oleh petugas

pengamanan

18.30

-

05.00

Kegiatan setelah

pengunciam kamar

dilaksanakan di

kamar masing-

masing

(Sumber : Jadwal kegiatan harian WBP 2020)

H. Jumlah Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba

Tabel 4. Jumlah Narapidana Berdasarkan Perkara

Perkara Jumlah Narapidana

Narkoba 1267

Korupsi 5

Human Trafficking 2

Money Laundry 6

Illegal Logging 0

Kejahatan Kamneg/HAM 0

Trans Nasional 0

Terrorisme 2

Kriminal Umum 546

Lain-lain 1

Total 1829

(Sumber : Sistem Data Base Lapas Salemba 2020)

Page 81: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

65

Tabel 5. Jumlah Narapidana Berdasarkan Negara

Negara Tahanan Narapidana Jumlah

Indonesia 11 1810 1821

Jepang 0 1 1

Malaysia 1 2 3

Iran 0 0 0

Ukraina 0 3 3

Nigeria 0 1 1

Total 12 1817 1829

(Sumber : Sistem Data Base Lapas Salemba 2020)

Tabel 6. Jumlah Narapidana Berdasarkan Agama

Agama Jumlah

Islam 1680

Katholik 30

Protestan 94

Budha 25

Hindu 0

Total 1829

(Sumber : Sistem Data Base Lapas Salemba 2020)

Page 82: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

66

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN

Pada bab analisis data dan penemuan penelitian ini peneliti

memperoleh dengan cara observasi, wawancara dan studi

dokumentasi mengenai evaluasi proses Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA yang dilaksanakan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

A. Evaluasi Proses Program Pembinaan Kemandirian GIATJA

Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat tiga jenis

evaluasi menurut Pietrzak dkk, yaitu evaluasi input, proses, dan

hasil akan tetapi peneliti membatasi penelitian ini hanya pada

evaluasi proses. Dalam evaluasi proses yang telah dijelaskan di

bab sebelumnya, terdapat empat kriteria yang digunakan yaitu

standar praktik terbaik, kebijakan, tujuan proses dan kepuasan

klien. Berikut adalah hasil temuan dari keempat kriteria di atas.

1. Standar Praktik Terbaik (Best Standar Practice)

Standar praktik terbaik adalah suatu aturan atau proseduur

yang mengatur suatu program sesuai standar yang telah dibuat

dalam sebuah lembaga atau organisasi. Prosedur ini dibuat untuk

membuat program yang berjalan dapat dilakukan secara efektif

dan konsekuen. Berikut ini adalah Standar Proses yang akan

dibahas yaitu:

a. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah acuan yang

digunakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba,

SOP tersebut berisi mulai tentang waktu pelaksanaan, tempat

Page 83: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

67

pelaksanaan Program Pembinaan Kemandirian GIATJA, tata

cara pelaksanaan Program Pembinaan Kemandirian GIATJA

dan petugas-petugas yang terlibat dalam program tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan,

peneliti mengobservasi dengan cara mengikuti kegiatan

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA dari pagi hingga

sore, selama beberapa hari. Sewaktu peneliti menjalani

praktikum 1, peneliti pernah mengikuti kegiatan keterampilan

limbah koran dan kegiatan keterampilan sablon. Hasil

penemuan yang ditemukan adalah Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA ini dilaksanakan pada setiap hari senin

sampai jumat dari jam 08.30 s/d 11.30 kemudian warga

binaan pemasyarakatan kembali ke Blok untuk apel siang dan

beristirahat, kemudian dilanjutkan kembali jam 13.00 s/d

16.00. Tempat pelaksanaan program tersebut berada di

gedung BLK (Balai Latihan Kerja) yang terletak di dalam

Lapas, terkecuali untuk Pertanian ada di kebun yang berada

dibelakang Lapas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dudi selaku

Kepala Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil

Kerja mengenai tentang tata cara pelaksanaan program

sebagai berikut:

“Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini

mengacu pada peraturan pemerintah no. 31 tahun

1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga

binaan permasyarakatan. Kalau SOP khusus

program ini itu sudah pasti ada. Kegiatan ini

melibatkan pemerintah karena dibiayain sama

anggaran negara tergantung fokus pertahun

kegiatan nya apa, anggarannya masing-masing

ada, setelah dapat anggaran nanti harus bekerja

Page 84: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

68

sama dengan beberapa organisasi ada pemerintah

seperti Pemda untuk mengadakan pelatihan setelah

itu narapidana bisa praktek di lapangan, ada juga

non pemerintah ada namanya organisasi Second

Change yang fokus di pembinaan narapidana jadi

alat-alat banyak yang diberikan sama mereka dan

masih banyak lagi. Yaa.. selama lapas ini belum

dikategorikan lapas maksimum program ini akan

terus berjalan, tapi gak tahu kalau sudah ada

pembagian.. gimana kita dari atasnya aja.”

Hal tersebut juga sama dengan pernyataan dari Bapak

Harun selaku Staff Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil

Kerja sebagai berikut :

“Udah pasti kita itu disini melibatkan pemerintah

dan kerja sama dengan pihak luar sih mba.. kaya

alat yang dipakai di program ini dapat dari hasil

kerjasama, seperti kita kerja sama dengan

yayasan-yayasan yang konsen tentang pembinaan

narapidana. Ada yayasan namanya second

change nah tahun ini itu dia bantu donasi mesin

sendal, ada beberapa mesin yang dia bantu, alat-

alat itu dikasih cuma-cuma untuk membantu lapas

salemba, program ini kan selalu diadakan yaa

jadi setiap tahun biasanya kita melakukan MOU

sama pihak luar”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dilihat

bahwa Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini

dilakukan dengan melibatkan banyak pihak. Pihak-pihak

tersebut merupakan organisasi pemerintah seperti

pemerintah daerah maupun organisasi atau yayasan non

pemerintah seperti yayasan Second Change untuk

mengadakan pelatihan yang dibutuhkan oleh narapidana.

Warga Binaan Masyarakat yang akan mengikuti program

kemandirian ini adalah Warga binaan pemasyarakatan yang

Page 85: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

69

sudah menghabiskan 1/3 dari masa penjatuhan pidana

masing-masing, dan program ini akan terus berjalan selama

Lapas salemba belum dikategorikan sebagai Lapas dengan

maksimum security karena diselenggarakannya Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA ini mengacu pada

Peraturan Pemerintah no. 31 tahun 1999 yang mewajibkan

seluruh Lapas untuk melakukan pembinaan kemandirian.

Hal tersebut sesuai dengan observasi yang dilakukan

oleh peneliti, yaitu peneliti melihat bahwa saat pelaksanaan

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA tersebut

beberapa kali ada Pemda Pertanian yang datang langsung

untuk memberikan pelatihan terkait penanaman tanaman

hidroponik yang terletak kebun belakang Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

Page 86: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

70

Gambar 4. Standar Pelaksanaan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA

Page 87: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

71

(Sumber : Data PDF SOP)

Gambar di atas adalah standar operasional Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA yang dibuat oleh Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba. Gambar tersebut

menjelaskan bahwa terdapat beberapa aktor yang terlibat dalam

program tersebut yaitu Kepala Lapas, Kepala Seksi Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA, KaSubsi BIMKER & PHK,

KaSubsi SARKER, Staf BIMKER & PHK, Staf SARKER, dan

KaSubsi SARKER.

Berkut pendapat Bapak Dudi terkait pelaksanaan SOP

tersebut:

” Sejauh ini terlaksana sih, eee.. kalaupun belum ada

yang terlaksana mungkin itu karena ada perubahan nih

misalnya kaya ada covid harus melakukan pembinaan

kemandirian secara daring yaa itu belum bisa

dilaksanakan, kalau sesuai normalnya sih selama ini

jalan aja sih.”

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa,

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini tidak hanya

dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

saja namun melibatkan pihak luar Lapas seperti pemerintah dan

lembaga atau yayasan non pemerintah. Dalam pelaksanaan

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA tersebut petugas

merasa sudah melaksanakan sesuai dengan SOP yang telah

dibuat namun jika ada perubahan situasi seperti adanya wabah

COVID 19 yang menyebabkan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA ini tertunda untuk sementara waktu

Page 88: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

72

mengakibatkkan SOP yang telah dibuat tersebut tidak dapat

dilaksanakan seperti biasanya.

b. Standar Proses Pemberian Layanan

Proses pemberian layanan yang akan peneliti bahas

adalah pelayanan apa saja yang diberikan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba kepada para warga

binaan pemasyarakatan dalam pelaksanaan Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA ini.

Bapak Dudi Kepala Sub Seksi Bimbingan Kerja dan

Pengelolaan Hasil Kerja berpendapat mengenai pelayanan

yang telah diberikan yaitu sebagai berikut :

“yang pasti sih kalau pelayanan yang kita berikan

sebagai petugas secara umum harus sesuai ya

dengan hak-hak narapidana. Tapi kalau

pelayanan utama untuk program kemandirian ini

itu adalah pelatihan untuk mereka sebelum

mereka dipekerjakan. Eee.. biasanya sih kita

bekerja sama dengan pemda untuk mengadakan

pelatihan, sistemnya dalam satu tahun ada 4

angkatan, satu angkatannya itu bisa menjalani

pelatihan sampai 30 hari, diadakan di dalam

lapas nanti orang pemdanya yang datang. Nama

pelatihannya itu MTU atau mobile training unit,

dalam 30 hari itu beda-beda, tergantung

silabusnya.. seminggu teori, nanti kemudian

praktek, baru nanti mereka langsung membuat

dan ada hasilnya”

Bapak Harun juga memberikan tanggapannya

terhadap pelayanan yang telah diberikan yaitu :

”Pelayanan yang kita berikan kepada mereka saat

ikut program ini yaitu ada pelatihan-pelatihan,

Page 89: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

73

bahkan jadwalnya padat sekali, karena kita

didukung oleh pemda dan kerjasama dengan

pihak ketiga, pelatihan itu jadwalnya fleksibel,

biasanya setahun ada empat kali pelatihan, baru

setelah pelatihan kerja. Pelatihannya biasanya

diadakan disini, mereka datang langsung.. kalau

diluar lapas keluar biaya besar dan agak ribet

juga mba.”

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti,

peneliti melihat bahwa beberapa kali pelatih tersebut datang

langsung untuk memberikan ilmu nya dalam kegiatan

keterampilan, pelatih tersebut datang dan langsung

mengadakan kelas pelatihan di Gedung BLK.

Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak Budi :

“Pelatihannya itu langsung kami adakan di

gedung BLK ya mba, jadi pelatihnya yang datang

langsung kesini. Kalau pelatihan sudah selesai

dilaksanakan, biasanya tuh banyak warga binaan

pemasyarakatan yang kadang masih belum ngerti,

jadi kadang mereka biasanya ngeluh ke kami

untuk diadakan lagi pelatihannya atau mau

diikutkan pelatihan yang akan datang, biasanya

petugas membolehkan. Yaa, itu juga masuk ke

pelayanan yang kami berikan mba, kita harus

tahu kebutuhan mereka biar mereka juga nyaman

ngejalaninnya”

Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah

dilakukan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pelayanan utama yang diberikan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba yaitu warga binaan

pemasyarakatan dibekali pengetahuan dengan mengikuti

pelatihan sesuai dengan kegiatan keterampilan yang mereka

ikuti. Sebelum mengadakan pelatihan, Lembaga

Page 90: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

74

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba bekerja sama dengan

pihak luar untuk memberikan pelatihan-pelatihan yang

dibutuhkan. Pelatihan tersebut dilaksanakan empat kali dalam

setahun dalam jangka waktu selama satu bulan dengan cara

mendatangi pelatih langsung ke Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba.

2. Kebijakan

Kebijakan merupakan sebuah keputusan yang dapat mengatur

pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, keuangan,

dan manusia demi kepentingan yang menyangkut publik seperti

rakyat, penduduk atau warga negara. Kebijakan yang akan

dibahas peneliti adalah kebijakan yang digunakan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba dalam memilih Warga binaan

pemasyarakatan WBP yang akan mengikuti Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA dan sumber daya manusia yang ada di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

a. Warga Binaan Pemasyarakaran WBP

Warga binaan pemasyarakatan WBP yang dapat

mengikuti Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini

adalah semua warga binaan pemasyarakatan yang berada

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999

tentang pembimbingan dan pembinaan warga binaan

pemasyarakatan bahwa kegiatan program pembinaan dan

pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan

pembimbing kepribadian dan kemandirian. Hal tersebut

disebutkan dalam pasal 2 ayat 1.

Page 91: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

75

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dudi

selaku Kepala Sub Seksi Bimbingan Kerja dan

Pengelolaan Hasil Kerja terkait dengan kebijakan

Lembaga dalam pemilihan warga binaan

pemasyarakatan untuk mengikuti program adalah sebagai

berikut:

“Untuk pekerja perekrutan warga binaan

pemasyarakatan ini kita ada SOP nya mba,

biasanya diawal ditelusuri dulu nih melalui data

base sistem pemasyarakatan, itu memuat tentang

identitas narapidana, latar belakang, dan tingkat

kejahatannya apa aja.. Setelah narapidana itu

masuk ke lapas nanti ada yang namanya sistem

Mapenaling atau masa pengenalan lingkungan.

Sistem ini nanti mereka dikumpulkan disatu tempat

kurang lebih 2 minggu, nah selama itu petugas

melakukan wawancara dan asessmen secara

manual menanyakan minat dan bakat, setelah

ketemu baru kita pekejakan di pembinaan

kemandirian. Misalnya dia latanr belakangnya bisa

jahit, kalau gak bisa tapi mau jahit juga bisa kita

ikutkan. Dan semua narapidana wajib mengikuti

salah satu kegiatan pembinaan yang ada di lapas

karena itu syarat mereka untuk bebas nanti.

Sistemnya itu nanti gantian ya, karena blk nya kan

gak cukup nanti kita pekerjakan yang mau bebas

dulu, misalnya dia mau bebas 2021 tapi belum

sama sekali ikut kegiatan ya dia duluan yang kita

tarik ke kegiatan ini.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Budi selaku

Staff Sarana Kerja sebagai berikut :

“Disini semua bisa ikut program ini, asalkan

mereka punya kemauan, intinya mereka mau kerja

sihh.. nanti ada masa mapenaling yaa kaya ospek

gitu lah kurang lebih pengenalan

lingkunganbiasanya setelah masa mapenaling

selesai nanti ada pendaftaran siapapun yaa semua

Page 92: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

76

bisa, kecuali kegiatan asimilasi yang lokasi

kegiatannya diluar jadi ada syarat-syaratnya..”

Dari penjelasan wawancara di atas, peneliti dapat

melihat bahwa tahapan pemilihan warga binaan

pemasyarakatan yang akan mengikuti Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA ini harus mengikuti

proses MAPENALING atau masa pengenalan lingkungan

dimana dalam proses tersebut petugas akan melakukan

assesment dan menanyakan minat dan bakat yang mereka

miliki, yang nantinya warga binaan pemasyarakatan dapat

memilih ingin mengikuti Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA jenis keterampilan yang sesuai

dengan minat dan bakat masing-masing.

Namun setelah mereka mengikuti proses assesmen

tersebut mereka tidak bisa langsung mengikuti kegiatan

yang ada di lapas, mereka bisa mengikuti kegiatan atau

program yang ada di lapas jika sudah menjalani setengah

masa tahanan atau melewati sepertiga dari masa tahanan

masing-masing.

b. Sumber Daya Manusia

Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak Danil:

“semua petugas disini udah pasti mereka PNS

ya mba.. ada yang dari institut ilmu

pemasyarakatan, ada juga pegawai umum

yang berasal dari tes masuk cpns lulusan

sekolah menengah atas nanti biasanya kalau

sudah disini mereka melanjutkan kuliah

masing-masing ada yang ambil ekonomi,

Page 93: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

77

akuntasi, ehhh rata-rata sih kuliah hukum

juga”

Bapak Dudi juga mengatakan hal yang serupa terkait

perekrutan petugas di Lapas Salemba sebagai berikut:

“yaa disini semua petugas yaa sudsh PNS,

kalau yang dari umum lulusan SMA itu

statusnya menjadi cpns nanti ada yang

namanya pelatihan semapta atau

setemaptaan, ehh tapi disini rata-rata banyak

yang dari poltekip juga jadi sudah pasti

sesuai dalam bidangnya”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang

telah peneliti lakukan, para petugas yang bekerja di

lembaga Pemasyarakatan Kelas II Salemba untuk

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA berasal dari

latar belakang berbagai bidang keilmuan. Semua petugas

yang bekerja di Lapas Salemba untuk Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA atau pun untuk

program lainnya merupakan pegawai negri sipil, hal

tersebut dikarenakan Lapas Salemba adalah lembaga

pemasyarakatan milik negara atau pemerintahan.

Tabel 7. Sumber Daya Manusia Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA

No Nama Jabatan Pendidikan

Terakhir

1. Efendi Johan,

A.Md.I.P, S.H

Kepala

Seksi

GIATJA

Strata 1 hukum

Page 94: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

78

2. Dudi Ilham, S.H Kepala Sub

Seksi

Bimbingan

Kerja &

Pengelolaan

Hasil Kerja

Stata 1 hukum

3. Eko Adi P, M.H Kepala Sub

Seksi Sarana

Kerja

Magister Hukum

4. Harun Arrasyd,

A,Md.

Staff

Bimbingan

Kerja &

Pengelolaan

Hasil Kerja

Diploma 3

pendidikan

5. Dudi S Staff Sarana

Kerja

Sekolah Menengah

Atas

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa petugas yang

berkerja dalam Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA ini berasal dari latar belakang bidang ilmu yang

berbeda-beda. Berdasarkan wawancara dan tabel di atas,

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa petugas berasal

dari latar belakang bidang ilmu yang berbeda dikarenakan

petugas Lapas Salemba adalah pegawai negri sipil yang

berasal dari lulusan POLTEKIP (Politeknik Ilmu

Pemayarakatan) dan pegawai umum berasal yang berasal

dari seleksi tes CPNS lulusan sekolah menengah atas, dan

sebagian besar melanjutkan pendidikannya ke jenjang

perguruan tinggi setelah bekerja di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

Page 95: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

79

Namun meskipun berasal dari latar belakang bidang

ilmu yang berbeda, mereka sudah mengikuti pelatihan-

pelatihan seperti pelatihan semapta. Selain pelatihan yang

sudah diikuti, petugas-petugas tersebut juga memiliki

pengalaman kerja yang baik. Sejauh ini para petugas

sudabh bekerja sesuai dengan standar operasional

prosedur dan berusaha memberikan pelayanan yang

terbaik kepada warga binaan pemasyarakatan hal ini

terlihat dari kepedulian dan kedekatan antara petugas

dengan warga binaan pemasyarakatan. Petugas juga

berusaha memenuhi kebutuhan warga binaan

pemasyarakatan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan

yang dibutuhka dalam proses berjalannya Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA.

3. Tujuan Proses

Tujuan adalah hal yang akan di capai dalam sebuah organisasi

atau lembaga. Tujuan yang akan peneliti bahas dalam indikator

evaluasi proses sesuai yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

yaitu tujuan yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba dalam mengadakan program pembinaan kemandiran

yang nantinya akan diterima oleh warga binaan pemasyarakatan.

Tujuan dari program pembinaan kemandiran yaitu membina

warga binaan pemasyarakatan dengan memberikan kemampuan

berupa bakat atau skill untuk mempersiapkan mereka terjun

kembali ke masyarakat ketika sudah bebas dari Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba. Hal itu dijelaskan oleh

Bapak Dudi selaku Kepala Sub Seksi Bimbingan Kerja dan

Page 96: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

80

Pengelolaan Hasil Kerja terkait tujuan dari program tersebut

sebagai berikut:

”Sesuai dengan struktur organisasi di lembaga

pemasyarakatan ini adalah tempa pembinaan

narapidana, jadi semua yang masuk ke sini itu harus di

bina. Nah program ini adalah salah satu fasilitas

pembinaan nya, pembinaan kemandirian ini bertujuan

untuk memberi bekal skill dan pengalaman untuk mereka

bebas nanti, serta memberikan persiapan narapidana

terjun kembali ke masyarakat. Ketika mereka keluar nanti

nih misalnya jadi mereka punya skill, bisa sablon dan

nanti keahlian itu bisa buat bekal mereka nanti buat

usaha atau kerja ditempat penyablonan gitu sih mba.

Kalau untuk tercapai engga nya itu tergantung sama diri

masing-masing dari narapidana nya mba, kita sudah

fasilitasi tinggal gimana mereka nya aja yang mau atau

engga dibina, sejauh ini sih ada beberapa narapidana

yang sukses lagi diluar, ada juga yang balik lagi kesini..”

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh

Bapak Harun sebagai berikut:

”Menurut saya sih tujuannya sudah tercapai, karena

tujuan dari program inikan meningkatkan

keberfungsiansosial mereka setelah keluar dari lapas,

yaa program pelatihan yang mereka dapatkan rata-rata

semuanya bersertifikat dan itu bisa dibawa ke dunia kerja

setelah mereka keluar dari lapas, saya pernah masih

kontakan sama narapidana yang udah keluar dari sini,

ada kok dari mereka yang ngelanjutin usaha dari

pengalamannya disini”

Dari hasil wawancara di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tujuan dari Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA adalah meningkatkan keberfungsian

sosial warga binaan pemasyarakatan dengan memanfaatkan ilmu

atau skill yang telah diberikan oleh Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA setelah mereka bebas dari Lapas Salemba.

Page 97: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

81

Tujuan program tersebut belum sepenuhnya tercapai karena

masih ada beberapa warga binaan pemasyarakatan yang sudah

keluar namun kembali lagi ke Lapas Salemba dengan kasus

kejahatan yang sama maupun berbeda.

Namun Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

tetap berusaha memberikan pelayanan sebaik mungkin agar

tujuan dari Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini benar-

benar dapat dirasakan oleh semua warga binaan pemasyarakatan.

4. Kepuasan Klien

Dalam point ke empat kriteria evaluasi proses, peneliti

menilai tingkat kepuasan klien berdasarkan tiga tingkatan yang

sudah dibahas pada bab sebelumnya yaitu ketanggapan

(responsiveness), bukti fisik (tangible), dan kepedulian

(empathy).

a. Ketanggapan (responsiveness)

Ketanggapan yang dimaksud dalam tingkatan ini ialah

kemampuan para petugas dalam memberikan pelayanan

dan menangani kebutuhan warga binaan pemasyarakatan

dengan cepat dan tanggap dalam proses pembinaan. Sikap

ketanggapan petugas ini sangat dibutuhkan oleh warga

binaan pemasyarakatan, karena dengan sikap tanggap dan

cepat yang diberikan para petugas akan membantu proses

berjalannnya program tersebut dan memberikan hasil

maksimal yang diterima oleh warga binaan

pemasyarakatan.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti

dengan Warga binaan pemasyarakatan khususnya untuk

Page 98: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

82

mereka yang telah mengikuti Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA lebih dari satu tahun, petugas telah

menunjukan kemampuan cepat dan tanggap. Hal ini

ditunjukan BB, sebagai berikut:

“Respon mereka kalau kita butuh sesuatu ya

cukup cepat, kita sih kalau butuh hmm misalnya

pelatihan ini atau itu yang kurang mereka

langsung bilang „oh ya sudah kita adai‟ gitu sih

mba, mereka juga denger keluh kesah kita, setiap

hari kan kita juga dipantau sama mereka jadi

kalau ada kendala apa-apa yaa langsung kita

kasih tahu ke petugas”

Respon tersebut senada dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh NN, bahwa:

“Kalau untuk itu menurut saya yaa sudah

tanggap, ketika kami para warga binaan

pemasyarakatan membutuhkan sesuatu untuk

kegiatan ini keterampilan sendal eee contohnya

seperti saat bahan-bahan untuk membuat sendal

itu habis mungkin akan diproses oleh petugas dan

tidak lama kemudian langsung distok lagi, jadi

kita bisa langsung produksi lagi. Setiap hari

petugas ngecek mba bahan yang kurang apa, ada

juga data-data nya jadi ke kontrol banget”

Sikap cepat dan tanggap petugas juga dirasakan oleh

IB salah satu warga binaan pemasyarakatan yang sudah

hampir mengikuti semua jenis kegiatan dari mulai sablon,

cutting stiker, hingga kerajinan sendal. Berikut

penjelasannya :

”Yaa cepat, tanggap selama ini, itu memang tidak

bisa dipungkiri. selama ini sudah lebih dari cukup

lah ya melayani kita disini, saya melihat petugas

Page 99: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

83

disini juga punya masing-masing tugas sesuai

fungsinya, ketika ada permasalahan yang

berhubungan dengan kendala dilapangan akan

diserahkan sesuai kebutuhan kalau tentang

penyediaan barang yaa akan dilarikan ke staf

sarana kerja”

Hasil dari observasi peneliti saat menjalani

praktikum satu, peneliti melihat adanya ketanggapan

petugas terhadap warga binaan pemasyarakatan, petugas

juga mengenal baik para warga binaan pemasyarakatan

khususnya warga binaan pemasyarakatan program

pembinaan kemandirian GIATJA.

Melalui hasil observasi dan wawancara informan di

atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam melayani

warga binaan pemasyarakatan ketanggapan yang

diberikan sudah cukup. Selain cepat mereka juga

berusaha untuk tanggap dalam memenuhi kebutuhan

warga binaan pemasyarakatan saat menjalani Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA seperti memberikan

pelatihan yang belum dilaksanakan dan melihat

kebutuhan saat dilapangan seperti kurangnya bahan-

bahan yang dibutuhkan agar warga binaan

pemasyarakatan tetap bisa memproduksi barang tersebut

dan kegiatan tetap berjalan dengan baik.

b. Bukti Fisik (tangible)

Bukti fisik adalah berupa fasilitas fisik yang dapat

dirasakan secara langsung oleh warga binaan

pemasyarakatan yang ada di Lapas. Bukti fisik tersebut

Page 100: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

84

dapat merupakan hal yang akan mempengaruhi puas atau

tidaknya warga binaan pemasyarakatan dengan fasilitas

yang sudah disediakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, peneliti

mengunjungi beberapa bukti fisik yang ditemukan, yaitu

fasilitas-fasilitas yang dapat dimanfaatkan warga binaan

pemasyarakatan untuk mengikuti Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA, seperti bangunan khusus yang

berada di dalam lapas salemba yang digunakan untuk

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA.

Gambar 5. Gedung Balai Kegiatan Kerja

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar di atas merupakan salah satu fasilitas yang

ada di dalam Lapas Salemba, bangunan ini terdiri dari

dua lantai. Lantai satu terdiri dari ruang kantor Kasi dan

Kasubsie, tempat pembuatan kerajinan sendal, dan ada

Etalase tempat untuk menyimpan barang-barang pameran

hasil karya warga binaan pemasyarakatan serta terdapat

ruangan cukur rambut.

Page 101: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

85

Gambar 6. Ruangan KASI dan KASUBSI

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 6 merupakan ruang kantor Kepala Seksi

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA serta ruang

kantor Kepala Sub Seksi Sarana Kerja (SARKER) dan

Kepala Sub Seksi Bimbingan Kerja (BIMKER).

Gambar 7. Tempat Keterampilan Sendal

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Page 102: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

86

Gambar 8. Mesin Press

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 7 merupakan area pembuatan sendal,

sedangkan dalam gambar 8 terdapat dua buah mesin press

yang digunakan sebagai alat pencetak sendal.

Gambar 9. Etalase Pameran

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar di atas merupakan tempat

penyimpanan hasil karya keterampilan Warga binaan

pemasyarakatan, biasanya hasil-hasil dari keterampilan

Page 103: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

87

tersebut akan dipamerkan ketika ada acara-acara yang

diselenggarakan di dalam Lapas Salemba.

Gambar 10. Ruang Cukur rambut

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 10 merupakan ruangan Cukur rambut, ruang

tersebut tidak begitu luas, terdapat dua buah kursi, cermin

dan alat-alat untuk mencukur rambut. Bersadarkan

wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan IA,

berikut penjelasannya:

“Disini enak mba, gedungnya udah paten emang

buat program ini, jadi kalau udah waktunya

kegiatan mulai kami langsung ke tempat masing-

masing, istilahnya sih ke kantor kita di dalam

lapas hahaha. Sejauh ini sih puas ya sama

fasilitasnya ruangannya juga nyaman untuk kita

kerja”

Selain ruangan lantai satu yang terdapat banyak karya-

karya hasil yang membuat nyaman para warga binaan

pemasyarakatan, peneliti juga melakukan observasi ke

lantai dua gedung tersebut, di lantai dua gedung adalah

tempat beberapa kegiatan dilaksanakan, seperti

Page 104: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

88

keterampilan limbah koran, keterampilan aksesoris,

keterampilan payet, keterampilan sablon dan

keterampilan konveksi.

Gambar 11. Area Keterampilan Limbah Koran

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 12. Area Keterampilan Aksesoris

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 13. Area Keterampilan Payet

Page 105: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

89

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 14. Area Keterampilan Sablon

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 15. Area Keterampilan Konveksi

Page 106: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

90

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berikut adalah pernyataan dari informan BP terkait

fasilitas ruangan lantai dua ini sebagai berikut:

“Kalau menurut saya cukup puas, selain rapi

karena sudah disekat-sekat, ruangannya pun

banyak fentilasi jadi tidak sumpek. Tetapi

sayang kurang besar aja mba, jadi semua

kegiatan nunpuk disitu, itukan satu ruangan

besar dipakai bersama kadang untuk naro

barang baru gak ada tempat lagi”

Hal ini senada dengan pernyataan dari NR sebagai

berikut:

“Seharusnya ditambah lagi mba ruangannya,

karena di lantai dua itu terlalu sempit. Karena

banyak macam keterampilannya jadi barang-

barangnya banyak. Makin kesini kan alat

makin canggih jadi yang saya lihat kekurangan

tempat nantinya”

Dari penjelasan hasil wawancara informan di atas

dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang diberikan Lapas

Salemba untuk melaksanakan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA ini cukup memuaskan namun

warga binaan pemasyarakatan merasa ruangan itu kurang

besar karena kegiatannya yang banyak serta digabung

menjadi satu diruangan tersebut serta warga binaan

pemasyarakatan meminta agar dilakukan penambahan

ruangan untuk program ini.

Page 107: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

91

c. Empati (Empathy)

Kepedulian yang akan dibahas oleh peneliti yaitu

kepedulian petugas untuk mampu membina hubungan,

seperti pemberian perhatian, pemberian dukungan, dan

petugas mampu mengetahui apa-apa saja kebutuhan

warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA.

Kepedulian tersebut tentunya sangat penting untuk

membantu keberhasilan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA ini, karena dengan menjalin

hubungan yang baik antara petugas Lapas Salemba dan

warga binaan pemasyarakatan kemudian akan

menumbuhkan semangat, rasa keseriusan, membuat

warga binaan pemasyarakatan tidak malas-malasan saat

mengikuti program tersebut, sehingga tujuan dari

diadakannya program tersebut dapat tercapai secara

maksimal.

Salah satu warga binaan pemasyarakatan berinisial

BP bercerita mengenai kepedulian yang diberikan petugas

sebagai berikut:

”Kami dengan petugas di GIATJA ini sudah

sangat dekat mba, petugas ini sudah saya anggap

orang tua sendiri malah mba, jadi kita bisa

sharing apa masalah nya, petugas sering ingetin

kita kalau ada yang dibutuhkan untuk kasih tahu

mereka, kita suka sharing dan omongin keluh

kesah kita misalnya masalah pembuatan sendal,

apa yang kurang dan dibutuhkan dan kira-kira

pelatihan apa lagi yang diperlukan nantinya

petugas yang sampaikan kebutuhan kita ke pak

kasi, sampai ke kalapas, katanya warga binaan

Page 108: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

92

pemasyarakatan disini agar dapat inspirasi dan

bisa buat model yang baru, kan keuntungannya

juga buat kita mba”

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa petugas

berusaha untuk melibatkan warga binaan pemasyarakatan

dalam program tersebut dengan cara menampung keluh

kesah warga binaan pemasyarakatan dan hal-hal yang

dibutuhkan kemudian nantinya akan dilakukan pelatihan

sesuai kebutuhan.

Sikap kepedulian petugas juga disampaikan oleh IA,

bahwa:

“Yang saya rasakan sih kalau peduli ya sangat

peduli, karena petugas selalu ada tiap hari,

mantau kita juga jadi kita dekat sama mereka,

kalau kita sakit atau butuh sesuatu yaa kita kasih

tau petugas selama ini , kita suka bercanda juga,

dibercandain. Kadang malah baper bareng,

ketawa-ketawa, cerita-cerita tentang keluarga,

pokoknya peduli deh, kadang juga denger keluh

kesah dan saling kasih dukungan, walaupun kita

disini mau gak mau harus ngejalanin hukuman,

tapi seenganya kita ga diperlakukan buruk disini,

jadi kita semangat dan enjoy nyaman jalaninnya

mba”

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan

dapat disimpulkan bahwa warga binaan pemasyarakatan

merasa puas dengan kepedulian yang diberikan oleh

petugas, selain itu warga binaan pemasyarakatan juga

merasa mempunyai kedekatan yang baik dengan petugas.

Terlihat dari pernyataan IA bahwa ia merasakan

Page 109: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

93

kenyamanan dan semangat untuk menjalani masa

hukuman di Lapas dengan mengisi waktu yaitu mengikuti

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini.

B. Pekerjaan Sosial Koreksional dalam proses kegiatan

pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan

Peran pekerjaan sosial koreksional dalam pemberian

pembinaan merupakan proses dari pemasyarakatan, dalam

proses pemasyarakatan tersebut peran pekerjaan sosial sangat

dibutuhkan untuk membantu narapidana agar dapat

menyesuaikan diri dengan kehidupan Lembaga

Pemasyarakatan dan membantu mereka memahami diri apa

kebutuhan mereka sesuai dengan program pembinaan yang

telah disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan.

Sebelum warga binaan pemasyarakatan mengikuti proses

pembianaan kemandirian, mereka akan mengikuti masa

pengenalan lingkungan lalu dalam proses tersebut narapidana

akan melakukan assesment yang dilakukan oleh petugas. Hal

tersebut disampaikan oleh Bapak Dudi:

”Setelah narapidana itu masuk ke lapas nanti ada

yang namanya sistem Mapenaling atau masa

pengenalan lingkungan. Sistem ini nanti mereka

dikumpulkan disatu tempat kurang lebih 2 minggu, nah

selama itu petugas melakukan wawancara dan

asessmen secara manual menanyakan minat dan bakat,

setelah ketemu baru kita pekejakan di pembinaan

kemandirian. Misalnya dia latanr belakangnya bisa

Page 110: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

94

jahit, kalau gak bisa tapi mau jahit juga bisa kita

ikutkan”

Proses kegiatan pembinaan yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba belum dibantu dengan

adanya peran pekerja sosial koreksional didalamnya. Dalam

hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti ketika

peneliti menjalani praktikum 1, lembaga pemasyarakatan kelas

II A salemba memang belum mempunyai pekerja sosial

koreksional, dalam menangani permasalahan warga binaan

pemasyarakatan hal tersebut dilaksanakan oleh petugas

langsung, petugas yang menangani meliputi petugas

pembimbing dari masing-masing program pembinaan maupun

petugas keamanan lapas. Sebagaimana mestinya proses

assesment untuk mengetahui minat dan bakat warga binaan

pemasyarakatan dalam pemilihan kegiatan pembinaan hal

tersebut dapat dilakukan oleh pekerja sosial koreksional untuk

mendapatkan hasil yang mendalam mengenai kebutuhan

warga binaan pemasyarakatan tersebut.

Page 111: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

95

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitian

yang telah dilakukan, kemudian hasil tersebut akan dikaitkan dengan

latar belakang dan teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Pada bab 2 peneliti telah menjelaskan terkait 3 model evaluasi,

menurut Pietrzak dkk model evaluasi tersebut yang pertama adalah

evaluasi input yaitu evaluasi yang mempunyai tiga unsur yang

memfokuskan dalam melaksanakan suatu program yaitu klien, staf

dan program. Selanjutnya yaitu evaluasi proses yang memfokuskan

pada aktivitas program dengan cara melibatkan interaksi langsung

antara klien dengan staf dari pencapaian tujuan suatu program,

penilaian evaluasi proses dilakukan berdasarkan 4 kriteria yaitu

standar pratik terbaik, kebijakan, tujuan proses dan kepuasan klien.

Model yang ketiga yaitu evaluasi hasil yang memfokuskan pada

evaluasi keseluruhan dampak dari suatu program.

Peneliti telah menejelaskan pada bab sebelumnya, bahwa

peneliti hanya akan membatasi penelitian pada evaluasi proses

terhadap Program Pembinaan Kemandirian GIATJA yang

dijalankan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

Program tersebut ditujukan kepada warga binaan pemasyarakatan

yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, semua

warga binaan pemasyarakartan wajib mengikuti salah satu program

atau kegiatan yang diadakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Salemba berdasarkan latar belakang yang dimiliki atau kemauan

dari masing-masing warga binaan pemasyarakatan. Program maupun

Page 112: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

96

kegiatan yang harus diikuti adalah syarat agar mereka bisa

mendapatkan remisi, asimilasi, dan PB (pembebasan bersyarat).

Dalam menjalankan program ini Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Salemba tidak berjalan sendiri, namun Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba bekerja sama dengan pihak

ketiga dari luar lembaga, pihak-pihak tersebut adalah yayasan atau

lembaga dibawah pemerintahan maupun non pemerintah. Seperti

program ini bekerja sama dengan Pemda atau kementrian untuk

mengadakan pelatihan-pelatihan, dan juga bekerja sama dengan

yayasan-yayasan non pemerintahan salah satunya yaitu organisasi

Second Change yang bergerak dibidang pembinaan narapidana.

Melihat permasalahan yang sering terjadi, banyaknya

narapidana yang melakukan kejahatan kembali setelah mereka

keluar dari Lapas lalu kembali masuk ke dalam Lapas, hal tersebut

dikarenakan mereka tidak jera dan kurang mendapatkan pembinaan

serta wawasan saat mereka berada di dalam Lapas, maka dari itu

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini adalah salah satu

fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh narapidana. Hal ini sesuai

dengan tujuan dari pembinaan itu sendiri adalah agar mereka tidak

melanggar hukum lagi, menjadi peserta aktif dan kreatif dalam

usaha pembangunan, dan memperoleh hidup yang lebih baik.

Secara garis besar Program Pembinaan Kemandirian GIATJA

ini bertujuan untuk membina warga binaan pemasyarakatan dengan

cara memberikan bekal kepada warga binaan pemasyarakatan

berupa bakat dan skill yang nantinya bekal tersebut dapat digunakan

warga binaan pemasyarakatan untuk mempersiapkan mereka

Page 113: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

97

kembali terjun ke masyarakat dengan memanfaatkan bekal yang

telah mereka miliki.

Pada bab 2 telah dijelaskan dalam prinsip-prinsip pembinaan

yaitu bahwa orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan

kepadanya bekal hidup sebagai warga yang baik dan berguna bagi

masyarakat dan rasa taubat tidaklah dapat dicapai dengan menyiksa

melainkan dengan sebuah bimbingan. Sedangkan metode pembinaan

yang digunakan oleh Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini

adalah metode Pendekatan dari bawah (Bottom Up Approach).

Dalam pelaksanaan metode ini narapidana harus tahu apa minat dan

bakat yang mereka miliki agar mampu memilih kegiatan pembinaan

yang harus diikuti, metode pembinaan ini juga bergantung pada

fasilitas yang dimiliki oleh Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri.

A. Evaluasi Proses Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA

Evaluasi proses digunakan untuk menilai atau melihat

sejauh mana program tersebut telah terlaksana dan melihat

proses pelaksanaan program yang melibatkan interaksi langsung

antara warga binaan pemasyarakatan dengan petugas. Evaluasi

proses diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan

program (Adi 2001, 128-130)

Penilaian evaluasi proses dilakukan berdasarkan empat

kriteria yaitu standar praktik terbaik, kebijakan lembaga, tujuan

proses dan kepuasan klien. Pembahasan empat kriteria tersebut

sebagai berikut:

1. Standar Praktik Terbaik (Best standard practice)

Page 114: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

98

Standar praktik terbaik yaitu merupakan suatu tata cara

atau prosedur yang mengatur pelaksanaan program dalam

suatu organisasi. Prosedur operasional ini digunakan untuk

memastikan setiap langkah dan keputusan maupun tindakan

berjalan efektif, konsisten, sesuai standar, dan sistematis

(Tambunan 2008, 3)

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa peneliti

menggunakan dua jenis standar yang akan dibahas yaitu

sebagai berikut:

a. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pada bab 2 telah dijelaskan bahwa, indikator SOP

yang dibahas pada penelitian ini adalah waktu

pelaksanaan, tempat pelaksanaan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA, tata cara pelaksanaan Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA dan petugas-petugas

yang terlibat dalam program tersebut.

Melihat hasil penelitian berdasarkan wawancara dan

observasi yang telah dilakukan yaitu waktu pelaksanaan

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini dilakukan

setiap hari sampai jumat dari jam 08.30 s/d 16.00. Tempat

pelaksanaan program berada di gedung BLK (Balai

Latihan Kerja), tata cara pelaksanaan program

kemandirian ini bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu

yayasan atau organisasi pemerintah maupun non

pemerintah yang bertujuan untuk bekerja sama

mengadakan pelatihan-pelatihan keterampilan untuk

warga binaan pemasyarakatan dan mendapatkan alat-alat

keterampilan, salah satunya yaitu Pemerintah Daerah Ibu

Page 115: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

99

Kota Jakarta dan yaysasan Second Change yang bergerak

dibidang pembinaan narapidana.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba juga

mempunyai SOP kegiatan harian yang harus dijalani

petugas. Petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan

program tersebut adalah Staf Bimbingan kerja dan

Pengelolan Hasil Kerja, Staf Sarana Kerja, Kepala Sub

Seksi Bimbingan kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja,

Kepala Sub Seksi Sarana Kerja, Kepala Seksi GIATJA,

dan Kepala Lapas. Melihat hasil wawancara yang telah

dilakukan, proses berjalannya Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA sejauh ini sudah sesuai dengan

SOP yang sudah dibuat. Namun jika ada perubahan

situasi seperti adanya wabah covid 19 ini mengakibatkan

pelaksanaan SOP tersebut tertunda.

b. Standar Proses pemberian layanan

Standar proses pemberian layanan yang dimaksud

oleh peneliti adalah pelayanan yang diberikan oleh

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba kepada

warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti

pelaksanaan Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA. Pada proses pelaksanaan Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA pelayanan yang diberikan

kepada warga binaan pemasyarakatan yaitu pelatihan

berupa bekal ilmu keterampilan sesuai kegiatan yang

diikuti oleh masing-masing warga binaan

pemasyarakatan.

Page 116: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

100

Sebelum warga binaan pemasyarakatan mengikuti

kegiatan keterampilan, mereka akan dibekali pelatihan

yang diadakan selama satu bulan penuh. Pelatihan yang

diberikan disebut MTU atau mobile training unit,

dengan cara pemberi pelatihan datang langsung ke

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba,

dikarenakan narapidana atau warga binaan

pemasyarakatan masih sulit dan akan membutuhkan

biaya yang sangat besar apabila menjalani pelatihan

diluar lapas. Pelatihan keterampilan tersebut diberikan

oleh pemda setempat, maupun dinas yang telah bekerja

sama dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba.

Pelatihan MTU diadakan dalam satu tahun terdiri

dari empat empat angkatan. Dalam satu angakatan

biasanya menjalani pelatihan sampai 30 hari dengan

waktu yang tentatif. Dalam waktu pelatihan tersebut

biasanya ada silabus perminggu yang dijadikan sebagai

acuan pemberian keterampilan, seperti minggu pertama

diajarkan teori-teori yang berkaitan, minggu

selanjutnya disusul dengan praktik lapangan.

Pelatihan keterampilan tersebut diberikan oleh

pemerintah daerah setempat, maupun dinas yang telah

bekerja sama dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Salemba. Namun menurut penjelasan dari bapak

Budi pelatihan keterampilan tersebut bisa diikuti

beberapa kali oleh warga binaan pemasyarakatan yang

terkadang belum memahami ajaran keterampilan yang

Page 117: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

101

diberikan, biasanya mereka meminta untuk

dijadwalkan mengikuti kegiatan keterampilan yang

akan datang.

2. Kebijakan

Kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kebijakan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

dalam memilih warga binaan pemasyarakatan dan sumber

daya manusia yang bekerja dalam proses pelaksanaan

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA

a. Warga binaan pemasyarakatan WBP

Pada latar belakang telah dijelaskan bahwa

mengikuti program atau kegiatan yang ada di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

merupakan syarat warga binaan pemasyarakatan

untuk mendapatkan pemberian remisi, asimilasi,

pembebasan bersyarat (PB). Oleh karena itu Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA dapat diikuti oleh

semua warga binaan pemasyarakatan yang menjalani

masa pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan

pemerintah No.31 tahun 1999.

Dalam hasil temuan yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya yaitu tahapan pemilihan warga

binaan pemasyarakatan yang mengikuti Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA yaitu dimulai dari

assesment minat dan bakat yang dilakukan petugas

saat proses MAPENALING, warga binaan

Page 118: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

102

pemasyarakatan yang mempunyai latar belakang

bakat sesuai kegiatan program kemandirian GIATJA

maupun yang tidak memiliki latar belakang

keterampilan tetapi mempunyai kemauan maka

mereka akan diikutkan program ini setelah mereka

menjalani 1/3 dari masa tahanan dari masing-masing

warga binaan pemasyarakatan secara bergantian

disesuaikan dengan kapasitas gedung balai latihan

kerja (BLK). Hal tersebut menunjukan bahwa semua

warga binaan pemasyarakan dapat mengikuti program

ini sudah relevan dengan kriteria pemilihan warga

binaan pemasyarakatan.

b. Sumber daya manusia

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya,

petugas yang bekerja di Lembaga Pemasyarakatan

berasal dari berbagai macam bidang pendidikan

yang berbeda-beda namun petugas yang bekerja di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

adalah pegawai negeri sipil yang berasal dari

lulusan POLTEKIP (Politeknik ilmu

pemasyarakatan) dan pegawai umum berasal dari

seleksi tes CPNS lulusan sekolah menengah atas,

walaupun mereka lulusan sekolah menengah atas

mereka telah mengikuti pelatihan-pelatihan seperti

pelatihan semapta.

Jika dilihat dari penjelasan tersebut, petugas

yang bekerja sudah cukup relevan, dan telah sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sesuai dengan

Page 119: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

103

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

RI Pasal 1 ayat 2 tahun 2011 tentang kode etik

pegawai pemasyarakatan yaitu Pegawai

Pemasyarakatan adalah Pegawai Negeri Sipil di

lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia yang menjalankan tugas dan fungsi di

bidang pemasyarakatan. Selain itu petugas yang

menangani Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA ini sebagian besar dirasa sudah mempunyai

pengalaman kerja yang baik dan sudah bekerja di

dalam Lapas di atas 3 tahun. Sejauh ini petugas juga

sudah memberikan pelayanan yang terbaik kepada

warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA.

3. Tujuan Proses

Sebuah tujuan diartikan sebagai rencana penulisan

atau kerangka kerja yang akan dicapai dalam sebuah

organisasi. Pada latar belakang yang telah dijelaskan,

terdapat tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang

dimiliki Program Pembinaan Kemandirian GIATJA.

Tujuan jangka panjang dari diadakannya program

tersebut yaitu mengembalikan warga binaan

pemasyarakatan untuk dapat kembali ke masyarakat,

diterima secara baik dan tentunya dapat bermanfaat bagi

masyarakat setelah mengikuti kegiatan tersebut selama

mereka berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Salemba, sedangkan tujuan jangka pendek dari

Page 120: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

104

program tersebut diharapkan dapat memberikan mereka

bakat atau skill untuk membantu mereka bekerja.

Pada hasil temuan dalam bab 4 peneliti telah

menjelaskan, bahwa tujuan dari Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA tersebut adalah meningkatkan

keberfungsian sosial warga binaan pemasyarakatan

dengan memanfaatkan ilmu atau skill yang telah

diberikan oleh Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA setelah mereka bebas dari Lapas. Melihat hasil

observasi dan wawancara yang sudah dilakukan peneliti,

bahwa tujuan dari jangka panjang program tersebut

belum sepenuhnya tercapai karena masih ada beberapa

warga binaan pemasyarakatan yang sudah bebas namun

kembali lagi masuk ke dalam lapas dengan kasus

kejahatan yang sama maupun berbeda. Sedangkan tujuan

dari jangka pendek program tersebut sudah tercapai

dilihat dari hasil-hasil karya yang dibuat, warga binaan

pemasyarakatan tersebut sudah dapat menjalankan

program dengan mendapatkan skill keterampilan yang

baik. Namun walaupun tujuan dari program ini belum

seluruhnya tercapai, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba tetap berusaha memberikan pelayanan sebaik

mungkin agar tujuan dari Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA ini dapat dirasakan oleh semua

warga binaan pemasyarakatan.

Page 121: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

105

4. Kepuasan Klien

Kepuasan klien disebut juga sebagai sebuh tanggapan

atau sikap secara keseluruhan yang ditunjukan oleh klien

terhadap pelayanan yang telah diberikan. Tanggapan

tersebut berupa tanggapan postif maupun negatif atas

suatu barang atau jasa yang telah mereka gunakan.

(Mowen 2002, 89)

Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 bahwa

terdapat lima dimensi pada indikator kepuasa klien

menurut (Hasnih, Gunawan dan Hasmin 2016) dalam

Jurnal Mirai management. Namun peneliti membatasi

hanya akan menggunakan 3 dimensi dalam pengukuran

kepuasan klien yaitu ketanggapan (responsiveness), bukti

fisik (tangible), dan empati (emphaty).

a. Ketanggapan (responsiveness)

Ketanggapan yang dimaksud dalam dimensi

ini adalah kemampuan para petugas Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba dalam

memberikan pelayanan secara cepat dan tanggap

dalam proses pembinaan kemandirian. Seperti

yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya hasil

wawancara yang dijelaskan oleh beberapa

informan.

Berdasarkan pendapat informan BB mengakui

bahwa petugas sudah berikap cepat dalam

melayani hal tersebut dibuktikan dengan respon

petugas saat warga binaan pemasyarakatan

meminta untuk mengikuti pelatihan apabila

Page 122: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

106

belum memahami pelatihan sebelumnya serta

petugas dirasa cukup melihat kebutuhan saat

dilapangan seperti kurangnya bahan-bahan yang

dibutuhkan agar warga binaan pemasyarakatan

tetap bisa memproduksi barang tersebut dan

kegiatan tetap berjalan dengan baik..

Pendapat lain juga disampaikan oleh informan

NN dan IB bahwa petugas cukup tanggap dalam

melayani warga binaan pemasyarakatan karena

semua petugas yang bekerja dalam program

pembinaan kemandirian sudah mempunyai fungsi

dan tugasnya masing-masing, jadi apabila ada

keluhan yang dikeluarkan oleh warga binaan

pemasyarakatan, keluhan tersebut dapat

disampaikan kepada petugas sesuai dengan jenis

keluhan tersebut.

b. Bukti fisik (tangible)

Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 yaitu

bukti fisik dalam dimensi kepuasan klien ini

adalah berupa fasilitas fisik yang dapat dirasakan

secara langsung oleh warga binaan

pemasyarakatan. Fasilitas-fasilitas tersebut

berupa gedung balai latihan kerja (BLK) yang

terdiri dari dua lantai. Dalam lantai satu gedung

tersebut terdapat ruang kepala seksi, ruang kepala

subseksi bimbingan kerja dan pengelolaan hasil

kerja (PHK), dan ruang kepala subseksi sarana

kerja. Dalam bagian sudut ruangan tersebut

Page 123: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

107

terdapat area pembuatan keterampilan sendal

yang cukup memadai dan lemari tempat pameran

hasil karya. Di bagian luar lantai satu gedung

tersebut terdapat satu ruangan kecil yang

digunakan untuk kegiatan keterampilan cukur

rambut. Sedangkan dalam lantai dua terdapat

area-area tempat kerja dari kegiatan keterampilan

seperti area keterampilan limbah koran, area

keterampilan aksesoris, area keterampilan payet,

area keterampilan sablon, area keterampilan

konveksi.

Pada penjelasan di atas mengenai bukti fisik

yang ditemukan oleh peneliti berdasarkan hasil

observasi dan wawancara, peneliti melihat untuk

fasilitas fisik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Salemba untuk menjalankan Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA ini dirasa

cukup memuaskan dan mempunyai kondisi yang

baik. Namun warga binaan pemasyarakatan

merasa ruangan kurang besar karena kegiatannya

yang banyak, warga binaan pemasyarakatan

meminta agar dilakukan penambahan ruangan

untuk program ini.

c. Empati (Empathy)

Sesuai penjelasan terkait kepedulian yang

telah dijelaskan peneliti pada bab 2, kepedulian

yang akan dibahas oleh peneliti yaitu kepedulian

petugas untuk mampu membina hubungan baik

Page 124: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

108

dan mampu mengetahui kebutuhan warga binaan

pemasyarakatan.

Hasil dari wawancara yang telah dilakukan

oleh peneliti pada bab sebelumnya menunjukan

bahwa warga binaan pemasyarakatan cukup

merasa puas dengan kepedulian yang diberikan

oleh petugas. Hal ini dibuktikan dengan

kedekatan yang baik antara petugas dengan warga

binaan pemasyarakatan, mereka merasa kedekatan

tersebut membuat mereka lebih nyaman dan

semangat untuk menjalani masa pidana dengan

mengikuti Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA.

B. Pekerjaan Sosial Koreksional dalam proses kegiatan

pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan

Seperti yang telah di jabarkan di dalam bab IV bahwa

fungsi pekerja sosial koreksional dalam proses pemberian

pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan sangat penting.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Lembaga

Pemasyarakatan belum melibatkan pekerja sosial koreksional

dalam hal tersebut, pelayanan terhadap narapidana dalam hal

penyelesaian masalah hingga assesment kebutuhan minat dan

bakat dilakukan oleh petugas pembimbing kegiatan program

pembinaan maupun petugas keamanan yang bertugas.

Page 125: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

109

Peneliti mengaitkan dengan teori di bab II tentang fungsi

dan tujuan pekerjaan sosial dalam setting lembaga

pemasyarakatan, bahwa fungsi dari pekerjaan sosial koreksional

salah satunya adalah membantu narapidana memperkuat

motivasi, memberikan kesempatan kepada narapidana untuk

menyalurkan perasaannya dan memberikan informasi,

membantu narapidana untuk membuat keputusan-keputusan,

dan merumuskan situasi yang sedang dialaminya. Maksud dan

fungsi tersebut adalah membantu yang membutuhkan

pertolongan dengan memberikan perubahan ke arah yang lebih

baik merupakan hakikat dari profesi pekerjaan sosial itu sendiri.

Selain itu pekerja sosial koreksional mempunyai tujuan antara

lain yaitu membantu narapidana agar dapat menyesuaikan diri

dengan kehidupan Lembaga Pemasyarakatan, membantu klien

memahami diri mereka sendiri (narapidana), relasi dengan orang

lain dan apakah harapan mereka sebagai anggota masyarakat

dan membantu narapidana melakukan perubahan sikap dan

tingkah laku agar sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.

Hal tersebut relevan dengan proses kegiatan pemberian

pembinaan kemandirian, dimana sebelum mengikuti kegiatan

tersebut warga binaan pemasyarakatan harus melalui proses

assesment yang dilakukan oleh petugas untuk mengetahui

kebutuhan mereka, hal ini dapat dilakukan oleh pekerja sosial

koreksional sebagaimana salah satu fungsinya yaitu membantu

narapidana membuat keputusan serta merumuskan situasi yang

sedang dialami. Sedangkan dalam proses kegiatannya, warga

binaan pemasyarakatan tetap membutuhkan pelayanan pekerja

sosial koreksional dalam membantu mereka melakukan

Page 126: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

110

penyesuaian diri dari kebiasaan di luar Lapas dengan kegiatan-

kegiatan pembinaan, membantu memahami diri mereka dan

situasi apa yang sedang mereka alami, serta membantu

menghadapi permasalahan yang timbul selama proses kegiatan

berlangsung, contohnya permasalahan dengan narapidana

lainnya maupun permasalahan pribadi yang meliputi keluarga

dan lain-lainnya. Peran pekerjaan sosial koreksional dalam

proses pemberian pembinaan di lembaga pemasyarakatan akan

membantu pelaksanaan kegiatan program pembinaan

kemandirian berjalan lebih efektif dan hasil yang diharapkan

dari tujuan program tersebut dapat terlaksana secara maksimal.

C. Prespektif Islam tentang berbuat kebaikan dan kejahatan

Seperti tertera pada Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 160 yang

berbunyi:

“Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh

kali lipat amalannya. Dan barang siapa berbuat kejahatan

dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun

tidak dirugikan (dizalimi)” (Q.S. Al-An’am : 160)

Menurut arti ayat Al-Quran Surat Al-An’am ayat 160 kita

dapat simpulkan sebagai mana Allah SWT telah menjelaskan

bahwa siapa yang berbuat baik, maka Allah akan memberikan

pahala balasannya dengan sepuluh kali lipat amalnya. Barang

Page 127: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

111

siapa yang berbuat kejahatan hanya akan dibalas setimpal

dengan kejahatannya, sebab Allah SWT maha adil dan tidak

akan sedikitpun merugikan manusia.

Dalam prespektif ini kita dapat ambil pelajaran pada diri

sendiri bahwa sebagai umat Islam sudah seharusnya sebagai

manusia tidak berbuat kejahatan yang merugikan diri sendiri

maupun orang banyak karena Allah SWT telah menuliskan

balasan yang setimpal dengan kejahatan yang dilakukan. Lalu

ikmat apalagi yang dapat kita dustakan sebagaimana telah

tertulis bahwa Allah SWT akan memberikan pahala sepuluh kali

lipat apabila berbuat kebaikan.

Namun kenyaataanya masih banyak kejahatan yang terus

bertambah, seperti data yang tertulis dalam bab III bahwa

mayoritas warga binaan pemasyarakatan yang berada di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba berasal dari

agama Islam, peneliti melihat hal tersebut didukung dengan

jumlah penduduk di Indonesia mayoritas adalah pemeluk agama

Islam, maka dari itu jumlah narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan juga didominasi oleh agama Islam. Untuk itu

sebagai umat Islam sudah seharusnya kita mengamalkan ajaran

yang telah dijelaskan pada kitab Al-Quran.

Page 128: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

112

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab ini, peneliti menjelaskan kesimpulan dari hasil

evaluasi proses Program Pembinaan Kemandirian GIATJA Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, berikut adalah kesimpulan dari

penelitian dibawah ini

1. Evaluasi Proses Program Pembinaan Kemandirian GIATJA

Standar Praktik Terbaik (Best Standard Practice)

dalam Evaluasi proses Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA dibahi menjadi dua jenis yaitu standar operasional

prosedur dan standar proses pemberian layanan. Dalam standar

operasional prosedur Program Pembinaan Kemandirian GIATJA

dilaksanakan setiap senin hingga jumat dari jam 08.30 s/d 16.00,

diadakan di gedung Balai Latihan Kerja (BLK) dengan

melibatkan pihak ketiga untuk bekerja sama mengadakan

pelatihan dan pengadaan alat. Sedangkan dalam standar proses

pemberian layanan yang diberikan oleh Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA yaitu dengan mengadakan pelatihan yang

bekerja sama dengan pihak luar sebanyak 4 kali dalam setahun

selama sebulan penuh untuk mengasah skill yang diberikan.

Kebijakan yang dibahas yaitu kebijakan terhadap

pemilihan warga binaan pemasyarakatan dan sumber daya

manusia. Program Pembinaan Kemandirian GIATJA ini

ditujukan dan dapat diikuti oleh semua warga binaan

pemasyarakatan yang sedang menjalani masa pidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba. Sedangkan sumber daya

Page 129: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

113

manusia yang bertugas pada Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA ini adalah petugas pemasyarakatan yang meliputi

pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Hukum dan

HAM.

Tujuan proses dalam pembahasan penelitian ini adalah

tujuan program pembinaan kemandian GIATJA yaitu

memberikan skill dan pengetahuan saat menjalani masa pidana

dan mempersiapkan warga binaan pemasyarakatan untuk terjun

kembali ke masyarakat serta meningkatkan keberfungsian sosial

warga binaan pemasyarakatan dengan memanfaatkan ilmu atau

skill yang telah diberikan oleh Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA setelah mereka bebas dari Lapas.

Kepuasan Klien yang dibahas dalam penelitian ini

adalah ketanggapan (responsiveness) yaitu kemampuan para

petugas dalam memberikan pelayanan secara cepat dan tanggap.

Selanjutnya yaitu bukti fisik (tangible) adalah fasilitas fisik yang

dapat dirasakan secara langsung. Indikator terakhir adalah empati

(empathy) yaitu kemampuan petugas membina hubungan dengan

memberikan perhatian dan dukungan kepada warga binaan

pemasyarakatan.

2. Hasil Evaluasi Proses Program Pembinaan Kemandirian

Sejauh ini pelaksanaan Program Pembinaan Kemandirian

GIATJA sudah sesuai dengan SOP yang telah dibuat namun jika

ada perubahan situasi terkadang pelaksanaan SOP dapat tertunda.

Sedangkan dalam standar proses pemberian layanan yang

diberikan oleh Program Pembinaan Kemandirian GIATJA

selama ini telah sesuai dengan prosedur yang telah dibuat.

Page 130: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

114

Kebijakan Program Pembinaan Kemandirian GIATJA

dalam pemilihan warga binaan pemasyarakatan dengan sistem

bergantian setelah menjalani 1/3 dari masa pidana masing-

masing warga binaan pemasyarakatan dan melalui assesment

petugas sesuai latar belakang dan minat masing-masing warga

binaan pemasyarakatan pada saat masa pengenalan lingkungan

dan sumber daya manusia yang bekerja pada Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA telah relevan dengan kriteria

yang ditentukan. Hal tersebut telah sesuai kebijakan yang telah

ditetapkan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba.

Tujuan dari program tersebut, belum sepenuhnya

tercapai, yaitu dapat memberikan skill kepada warga binaan

pemasyarakatan, akan tetapi masih ada saja narapidana residivis

yang mengulangi kejahatan setelah mereka keluar dari lapas dan

kembali menjalani pidana di Lapas.

Beberapa informan mengatakan bahwa para petugas telah

bersikap cepat dan tanggap jika ada masalah atau kebutuhan

yang harus dipenuhi oleh warga binaan pemasyarakatan. Dalam

menjalani Program Pembinaan Kemandirian GIATJA warga

binaan pemasyarakatan merasakan fasilitas fisik cukup

memuaskan dan mempunyai kondisi yang baik. Namun warga

binaan pemasyarakatan meminta agar dilakukan penambahan

ruangan untuk program ini karena ruangan terasa terlalu sempit

dengan jenis keterampilan yang banyak.

Para petugas berusaha untuk menjalin hubungan sebaik

mungkin dan telah membangun kepedulian yang sudah dirasakan

oleh warga binaan pemasyarakatan, mereka menyatakan bahwa

Page 131: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

115

petugas dapat menjadi teman curhat, kedekatan antaranya juga

dapat membangun semangat.

Tabel 8. Hasil Evaluasi Proses Program Pembinaan

Kemandirian GIATJA

No. Kriteria Hasil Evaluasi Proses

1. Standar Praktik Terbaik

- Standar Operasional

Prosedur

- Standar Proses

Pemberian Layanan

Sesuai

Sesuai

2. Kebijakan

- Pemilihan Warga

Binaan

Pemasyarakatan

- Sumber Daya

Manusia (Petugas)

Sesuai

Sesuai

3. Tujuan Proses Belum sesuai

4. Kepuasan Klien

- Ketanggapan

- Bukti Fisik

- Kepedulian

Sesuai

Belum Sesuai

Sesuai

Page 132: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

116

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian

mengenai Program Pembinaan Kemandirian GIATJA Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba, peneliti merasa bahwa perlu untuk

memberikan saran-saran kepada beberapa pihak terkait yaitu:

1. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

a. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba harus tetap

mempertahankan tujuan yang ingin dicapai dengan

meningkatkan fasilitas dan menambah ruangan, dikarenakan

jumlah warga binaan pemasyarakatan yang overload, gedung

balai kegiatan kerja hanya cukup mengisi sampai 50-100 orang

saja, hal itu menyebabkan butuh waktu yang lama untuk

pergantian warga binaan pemasyarakatan.

b. Meningkatkan produksi keterampilan yang sudah ada dengan

penambahan alat-alat baru yang lebih canggih. Serta dapat

memproduksi keterampilan tersebut ke luar lembaga

pemasyarakatan, agar produk-produk hasil karya warga binaan

pemasyarakatan dapat ditemukan di pasaran.

c. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba harus mempunyai

pekerja sosial koreksional untuk melakukan pendampingan bagi

warga binaan pemasyarakatan, karena peneliti melihat perlunya

pekerja sosial dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan

yang dimiliki warga binaan pemasyarakatan.

2. Petugas Pemasyarakatan

a. Untuk petugas pemasyarakatan yang bertugas pada Program

Pembinaan Kemandirian GIATJA yaitu harus meningkatkan

pelayanan yang diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan,

karena keberhasilan dari program tersebut didukung oleh

Page 133: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

117

pelayanan petugas yang baik dan lebih mengetahui kebutuhan

dari masing-masing warga binaan pemasyarakatan.

b. Dapat membangkitkan semangat warga binaan pemasyarakatan

dengan memberikan dukungan secara verbal, peneliti melihat

masih banyak warga binaan pemasyarakatan yang bermalas-

malasan saat mengikuti program tersebut. Serta dapat menjalin

hubungan lebih dekat lagi dengan warga binaan pemasyarakatan.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih

mendalam terkait program pembinaan kemandirian ditinjau dari

evaluasi hasil program tersebut dan dapat mewawancara

informan yang lebih banyak lagi agar dapat menghasilkan

penelitian yang lebih baik lagi.

Page 134: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

118

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan

Masyarakat, dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ali, Mohammad, and Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto. 2006. Prosbasfedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suahrsimi, and Cepi Safaruddin Abdul Jabar. 2009. Evaluasi

Program Pendidikan Pedoman Praktis Bagi Mahasiswa dan

Praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Basowi, and Suwandi. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Burlian, Paisol. 2016. Patologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Djohani, Rianingsih. 1996. Buku Acuan Penerapan PRA: Berbuat

Bersama Berperan Setara. Bandung: Studio Driya Media.

Dorang, Luhpuri, and Satriawan. 2010. Modul Diklat Pekerjaan Sosial

Koreksional.

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan : Perkembangan

Peserta Didik. Bandung: CV Pustaka Setia.

Fattah, Nanang. 2016. manajemen Stratejik Berbasis Nilai. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Harsono, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta:

Djambatan.

Page 135: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

119

Hasnih, Gunawan, and Hasmin. 2016. "Pengaruh Lima Dimensi

Kualitas Pelayanan Publik Terhadap Tingkat Kepuasan

Masyarakat Di Kelurahan Ompo Kecamatan Lalabata

Kabupaten Soppeng." Makassar 2,1.

Kusnoto, Hendro. 2001. Praktek Manajemen Terbaik di Dunia. Bogor:

IN MEDIA.

Mangunhardjana, A. 1989. Pembinaan Arti dan Metodenya. Jakarta:

Kanisius.

Mayo, M. 1998. Community Work. London: McMillan.

Mowen, John. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.

Neuman. 2003. "Peranan dan Fungsi Teori." Peranan dan Fungsi

Teori.

Panjaitan, Petrus Irwan. 1995. Lembaga Pemasyarakatan Dalam

Prespektif Sistem Peradilan Pidana. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Pujileksono, Sugeng. 2017. Sosiologi Penjara. Malang: Intrans

Publishing.

Ralf, Dahrendrof. 1959. Teori-teori Sosial. London: Unknown.

Sangadji, Etta Mamang, and Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen.

Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Soetomo. 2010. Masalah sosial dan upaya pencegahannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugeng, Pujileksono, dan Mira Wuryantari. 2017. Implementasi Teori,

Teknik dan Prinsip Pekerja Sosial. Jatim: Instrans Publishing.

Suharto, Edi. 2013. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik.

Bandung: Alfabeta.

Tambunan, M Rudi. 2008. Tekhnik Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Maiestas Persada.

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen

Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Page 136: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

120

Wirawan. 2011. Evaluasi : Model, Teori, Standar, Aplikasi, dan

Profesi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Zahrotun, Fadhilah, Natris. 2006. Psikologi Perkembangan. 6.

Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik.

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

JURNAL

Apriyani, Dwi Aliyyah, and Sunarti. 2017. "Jurnal Administrasi Bisnis.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen (

Survei pada Konsumen The Little A Coffee Shop Sidoarjo)." 2

51:3.

Astuti, Sri. n.d. "Jurnal Pendidikan Vokasi. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kemandirian Untuk Berwirausaha Pada Siswa

SMK."

Rustanto, Bambang. 2015. "Pekerjaan Sosial Koreksional." Jurnal

Artikel sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Subariono. 2012. "Jurnal Manajemen Pendidikan. Penetapan Tujuan

dan keadilan Organisasi Serta Dampaknya terhadap Efektivitas

Sekolah : Sebuah Kajian Eksprorasi." 1 53.

WEBSITE

Ditjenpas. 2019. Sistem Data Base Pemasyarakatan. Diakses 18

November, 2019. http://smslap.ditjenpas.go.id.

HAM, Referensi. 2014. UU Nomor 12 tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan. Diakses 29 Januari, 2020.

https://referensi.elsam.or.id/2014/10/uu-nomor-12-tahun-1995-

tentang-pemasyarakatan/.

Hukumonline. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999.

Mei. Diakses Januari 29, 2020.

https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/20658/nprt/542/

peraturan-pemerintah-nomor-31-tahun-1999#.

Page 137: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

121

User, Super. 2017. "Sejarah Pemasyarakatan."

lapassalemba.kemenkumham.go.id. Agustus 18.Diakses 15

Agustus. https:/lapassalemba.kemenkumham.go.id/sejarah-

pemasyarakatan.

Page 138: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

122

LAMPIRAN

Page 139: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

123

Lampiran 1

Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal

Page 140: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

124

Lampiran 2

Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Page 141: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

125

Lampiran 3

Surat Izin Penelitian Skripsi

Page 142: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

126

Lampiran 4

Surat Izin Penelitian untuk

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba

Page 143: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

127

PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM PEMBINAAN

KEMANDIRIAN UNTUK KASUBSI BIMKER & PHK

Data Informan

Hari/Tanggal :

Waktu :

Nama :

Jabatan :

Evaluasi Proses

Standar Praktek Terbaik

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan prasarana

serta peralatan yang tersedia untuk melaksanakan program

pembinaan kemandirian?

2. Apakah ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

mengatur berjalannya program? SOP tersebut ditentukan

oleh siapa?

3. Apakah pelaksanaan program pembinaan kemandirian

sudah sesuai dengan Standar Operasional yang telah diatur?

Kebijakan Lembaga

4. Bagaimana sistem perekrutan warga binaan pemasyarakatan

yang dibutuhkan untuk program pembinaan kemandirian?

5. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh

Lapas Salemba terhadap program pembinaan kemandirian?

6. Apakah petugas atau sumber daya manusia yang dibutuhkan

untuk memberikan layanan sudah cukup?

Tujuan Proses

7. Apakah tujuan dari pemberian pelayanan pada program

Page 144: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

128

pembinaan kemandirian telah tercapai?

8. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam mencapai tujuan

program?

9. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam mencapai tujuan

program?

10. Apakah ada keluhan yang datang dari warga binaan

pemasyarakatan terakit pelayanan program?

Page 145: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

129

PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM PEMBINAAN

KEMANDIRIAN UNTUK STAFF SARKER, BIMKER & PKH

Data Informan

Hari/Tanggal :

Waktu :

Nama :

Jabatan :

Evaluasi Proses

Standar Praktek Terbaik

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan prasarana

serta peralatan yang tersedia untuk melaksanakan program

pembinaan kemandirian?

2. Apakah ada Standar Operasional Prosedur yang mengatur

berjalannya program?

3. Apakah pelaksanaan program pembinaan kemandirian

sudah sesuai dengan Standar Operasional yang telah diatur?

Kebijakan Lembaga

4. Bagaimana sistem perekrutan warga binaan pemasyarakatan

yang dibutuhkan untuk program pembinaan kemandirian?

5. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh

Lapas Salemba terhadap program pembinaan kemandirian?

6. Apakah petugas atau sumber daya manusia yang dibutuhkan

untuk memberikan layanan sudah cukup?

Tujuan Proses

7. Apakah tujuan dari pemberian pelayanan pada program

Page 146: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

130

pembinaan kemandirian telah tercapai?

8. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam mencapai tujuan

program tersebut?

9. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam mencapai tujuan

program tersebut?

10. Apakah ada keluhan yang datang dari warga binaan

pemasyarakatan terakit pelayanan program tersebut?

11. Bagaimana cara petugas untuk cepat tanggap dalam

menghadapi permasalahan yang timbul dari warga binaan

pemasyarakatan?

12. Bagaimana cara meningkatkan dan mempertahankan

kepuasan warga binaan pemasyarakat terhadap program

tersebut?

Page 147: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

131

PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM PEMBINAAN

KEMANDIRIAN UNTUK STAFF SARKER, BIMKER & PKH

Data Informan

Hari/Tanggal :

Waktu :

Nama :

Jabatan :

Evaluasi Proses

Standar Praktek Terbaik

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan prasarana

serta peralatan yang tersedia untuk melaksanakan program

pembinaan kemandirian?

2. Apakah ada Standar Operasional Prosedur yang mengatur

berjalannya program?

3. Apakah pelaksanaan program pembinaan kemandirian

sudah sesuai dengan Standar Operasional yang telah diatur?

Kebijakan Lembaga

4. Bagaimana sistem perekrutan warga binaan pemasyarakatan

yang dibutuhkan untuk program pembinaan kemandirian?

5. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh

Lapas Salemba terhadap program pembinaan kemandirian?

6. Apakah petugas atau sumber daya manusia yang dibutuhkan

untuk memberikan layanan sudah cukup?

Tujuan Proses

Page 148: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

132

7. Apakah tujuan dari pemberian pelayanan pada program

pembinaan kemandirian telah tercapai?

8. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam mencapai tujuan

program tersebut?

9. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam mencapai tujuan

program tersebut?

10. Apakah ada keluhan yang datang dari warga binaan

pemasyarakatan terakit pelayanan program tersebut?

11. Bagaimana cara petugas untuk cepat tanggap dalam

menghadapi permasalahan yang timbul dari warga binaan

pemasyarakatan?

12. Bagaimana cara meningkatkan dan mempertahankan

kepuasan warga binaan pemasyarakat terhadap program

tersebut?

Page 149: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

133

PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM PEMBINAAN

KEMANDIRIAN UNTUK WARGA BINAAN

PEMASYARAKATAN

Data Informan

Hari/Tanggal :

Waktu :

Nama Inisial :

Jenis Program Kemandirian :

Evaluasi Proses

Kepuasan Klien

1. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelayanan yang telah

diberikan?

2. Apakah petugas telah bekerja dengan baik?

3. Apakah petugas telah bersikap cepat dan tanggap dalam

melayani?

4. Apakah anda merasakan kepedulian petugas terhadap Anda?

5. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti proses program

pembinaan kemandirian?

6. Apakah anda dapat merasakan tujuan dari program tersebut?

7. Apakah harapan anda untuk program pembinaan

kemandirian yang diberikan oleh Lapas Salemba?

Page 150: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

134

Transkip Wawancara KASUBSI

Hari/Tanggal : Kamis, 4 Juni 2020

Waktu : 08.50 WIB

Nama : Dudi Ilham

Jabatan : Kasubsi Bimbingan Kerja dan PHK

1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai sarana dan prasarana

serta peralatan yang tersedia untuk melaksanakan program

pembinaan kemandirian?

Untuk sarana dan prasarana menurut saya sudah baik, seperti alat-alat

itu datangnya kita siapin sendiri ada, ada juga alat yang dapat dari

hasil kerjasama, seperti kita kerja sama dengan yayasan-yayasan yang

konsen tentang pembinaan narapidana. Ada yayasan namanya second

change nah tahun ini itu dia bantu donasi mesin sendal, ada beberapa

mesin yang dia bantu, alat-alat itu dikasih cuma-cuma untuk

membantu lapas salemba. Jadi menurut saya sarana dan prasarana sih

sudah mumpuni karena kalau rusak juga nanti ada perbaikan,

pokonya cukup lengkap. Kalau untuk tempat dari bangunan blk untuk

program ini sih kurang besar ya, tapi untuk sekarang jumlah warga

binaan di angka kurang lebih 1000-an masih memadai, kalau

warganya lebih dari itu kita juga butuh tempat yang lebih besar.

2. Apakah ada Standar Operasional (SOP) yang mengatur

berjalannya program? Siapa yang menetapkan SOP tersebut?

Program pembinaan kemandirian ini mengacu pada peraturan

pemerintan no. 31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan

Page 151: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

135

warga binaan permasyarakatan itu artinya setiap lembaga

pemasyarakatan wabib melaksanakan program ini. Kalau SOP khusus

program ini itu sudah pasti ada, kalau SOP itu sih dari lapasnya

sendiri yang menetapkan ya karena menyesuaikan dengan kondisi

yang ada, kurang lebih sih SOP program pembinaan di setiap lapas

itu sama, urutannya mungkin agak beda tapi garis besarnya sama.

3. Apakah pelaksanaan program pembinaan kemandirian sudah

sesuai dengan Standar Operasional yang telah diatur?

Sejauh ini terlaksana sih, eee.. kalaupun belum ada yang terlaksana

mungkin itu karena ada perubahan nih misalnya kaya ada covid harus

melakukan pembinaan kemandirian secara daring yaa itu belum bisa

dilaksanakan, kalau sesuai normalnya sih selama ini jalan aja sih.

4. Bagaimana sistem perekrutan warga binaan pemasyarakatan

yang dibutuhkan untuk program pembinaan kemandirian?

Untuk pekerja perekrutan WBP ini kita ada SOP nya mba, biasanya

diawal ditelusuri dulu nih melalui data base sistem pemasyarakatan,

itu memuat tentang identitas narapidana, latar belakang, dan tingkat

kejahatannya apa aja.. Setelah narapidana itu masuk ke lapas nanti

ada yang namanya sistem Mapenaling atau masa pengenalan

lingkungan. Sistem ini nanti mereka dikumpulkan disatu tempat

kurang lebih 2 minggu, nah selama itu petugas melakukan

wawancara dan asessmen secara manual menanyakan minat dan

bakat, setelah ketemu baru kita pekejakan di pembinaan kemandirian.

Misalnya dia latanr belakangnya bisa jahit, kalau gak bisa tapi mau

jahit juga bisa kita ikutkan. Dan semua narapidana wajib mengikuti

salah satu kegiatan pembinaan yang ada di lapas karena itu syarat

Page 152: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

136

mereka untuk bebas nanti. Sistemnya itu nanti gantian ya, karena blk

nya kan gak cukup nanti kita pekerjakan yang mau bebas dulu,

misalnya dia mau bebas 2021 tapi belum sama sekali ikut kegiatan ya

dia duluan yang kita tarik ke kegiatan ini.

5. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh Lapas

Salemba terhadap program pembinaan kemandirian?

Yang pasti sih kalau pelayanan yang kita berikan sebagai petugas

secara umum harus sesuai ya dengan hak-hak narapidana. Tapi kalau

pelayanan utama untuk program kemandirian ini itu adalah pelatihan

untuk mereka sebelum mereka dipekerjakan. Eee.. biasanya sih kita

bekerja sama dengan pemda untuk mengadakan pelatihan, sistemnya

dalam satu tahun ada 4 angkatan, satu angkatannya itu bisa menjalani

pelatihan sampai 30 hari, diadakan di dalam lapas nanti orang

pemdanya yang datang. Nama pelatihannya itu MTU atau mobile

training unit, dalam 30 hari itu beda-beda, seminggu teori, nanti

kemudian praktek, baru nanti mereka langsung membuat dan ada

hasilnya.

6. Apakah petugas atau sumber daya manusia yang dibutuhkan

untuk memberikan layanan sudah cukup?

Selama ini sih petugas di dalam lapas jumlahnya sudah mumpuni, di

dalam lapas ini kan petugas-petugasnya buka orang-orang baru,

mereka sudah lama bekerja, melayani dan memberikan pelayanan

sudah biasa, jadi kalau untuk sumber daya manusia ya sudah cukup.

Page 153: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

137

7. Apakah tujuan dari pemberian pelayanan pada program

pembinaan kemandirian telah tercapai?

Sesuai dengan struktur organisasi di lembaga pemasyarakatan ini

adalah tempa pembinaan narapidana, jadi semua yang masuk ke sini

itu harus di bina. Nah program ini adalah salah satu fasilitas

pembinaan nya, pembinaan kemandirian ini beryujuan untuk

memberi bekal skill dan pengalaman untuk mereka bebas nanti, serta

memberikan persiapan narapidana terjun kembali ke masyarakat.

Ketika mereka keluar nanti nih misalnya jadi mereka punya skill, bisa

sablon dan nanti keahlian itu bisa buat bekal mereka nanti buat usaha

atau kerja ditempat penyablonan, gitu sih mba. Kalau untuk tercapai

engga nya itu tergantung sama diri masing-masing dari narapida nya

mba, kita sudah fasilitasi tinggal gimana mereka nya aja yang mau

atau engga dibina, sejauh ini sih ada beberapa narapidana yang sukses

lagi diluar, ada juga yang balik lagi kesini..

8. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam mencapai tujuan

program?

Faktor pendukung menurut saya eeeh dari lapas nya sudah berbuat

yang terbaik dari mulai fasilitas sudah bagus, alat nya juga, itu faktor

pendukung nya sih..

9. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam mencapai tujuan

program?

Faktor penghambatnya ya itu lagi-lagi narapidananya ya mba, dari

diri mereka masih banyak yang kurang serius ngejalaninnya, masih

malas buat ikutin program-program yang sudah difasilitasi dilapas,

mungkin karena kebawa kebiasaan diluar, mereka kebanyakan sudah

Page 154: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

138

ada di zona nyaman nya, mereka yang biasanya kerja enak atau kerja

maaf ya jual narkoba aja, eh disini harus kerja buat sendal, sablon ya

jadi suka malas. Kebanyakan dari mereka mikirnya ikut program ini

buat ngisi waktu luang aja, jadi kadang belum ketemu tuh antara

tujuan organisasi ini dan tujuan narapidana nya.

10. Apakah ada keluhan yang datang dari warga binaan

pemasyarakatan terakit pelayanan program?

Kalau keluhan ya ada.. misalnya terkait pelatihan eee pak

pelatihannya kurang lama atau kadang pak pelatihannya belum ngerti

nih gitu sih..

11. Bagaimana cara petugas untuk cepat tanggap dalam menghadapi

permasalahan yang timbul dari warga binaan pemasyarakatan?

Saya rasa yaa itu tadi sih mba, kalau ada keluhan dari mereka

misalnya terkait pelatihan ya kita beusaha semaksimal mungkin untuk

memenuhi kebutuhan yang mereka butuhkan.

Page 155: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

139

Transkip Wawancara Untuk Staff Bimbingan Kerja dan PHK

Hari/Tanggal : Kamis, 27 Februari 2020

Waktu : 09.55 WIB

Nama : Harun Arrasyd

Jabatan : Staff Bimker & PHK

1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai sarana dan prasarana

serta peralatan yang tersedia untuk melaksanakan program

pembinaan kemandirian?

Kurang lah.. sekarang jamannya tekhnologi serba cepat, apalagi kita

ini lapas industri, sedangkan pekerjaan disini 90% konvensional, jadi

padat karya kategorinya industri berarti yaa sudah masining, menurut

saya kurang apdet barang-barangnya kurang mengikuti teknologi.

Misal kaya mesin cutting mesin press kita masih pake mesin manual,

sedangkan diluar sudah pakai masining.

2. Apakah ada Standar Operasional (SOP) yang mengatur

berjalannya program? Siapa yang menetapkan SOP tersebut?

Di program ini tentu ada SOP nya. SOP nya itu macam-macam dari

mulai SOP perekrutan, yang kedua ada sop kegiatan, contoh kegiatan

pembuatan sendal itu ada SOP nya, ada juga K3 nya. Tapi kalau

secara umum kita juga punya, yang berbeda itu untuk SOP perekrutan

kegiatan asimilasi misalnya kegiatan itu lokasinya berada diluar, itu

pasti SOP nya berbeda. SOP itu kita yang mengajukan barulah di acc

oleh UPT kita.

Page 156: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

140

3. Apakah pelaksanaan program pembinaan kemandirian sudah

sesuai dengan Standar Operasional yang telah diatur?

Kalau dari kategori prekrutan itu sudah sesuai cuman mungkin yang

agak kurang itu dibidang kategori K3 nya. Contohnya untuk

pekerjaan-pekerjaan yang berat seperti las, gerinda, kita belum punya

peralatan yang memadai sesuai dengan SOP kalau las kita belum

punya masker khususnya kaya masker kodok tuh..

4. Bagaimana sistem perekrutan warga binaan pemasyarakatan

yang dibutuhkan untuk program pembinaan kemandirian?

Kalau saya jelasin secara verbal, wbp dipindahkan ke salemba

menjalani nama masa mapenaling, nah mapenaling itu standartnya

kurang lebih 1 bulan, dalam 1 bulan itu masing-masing seksi

memperkenalkan dan memperesentasikan kegiatannya, dan kita pun

ada jadwalnya presentasi kegiatan apa yg ada di blk, dan itu kita

menyebut yang namanya mencari minat dan bakat, nah setelah selesai

masa perkenalan, bagi yang mau bisa mendaftar kesini. Untuk

kegiatan di dalam lapas tidak ada syarat, yang poertama kita

tekantkan mau, walaupun mereka tidak punya dasar apa-apa tapi

kalau mereka mau ya boleh, tapi kalau untuk kegiatan asimilasi diluar

itu ada syaratnya, syaratnya minimal dia sudah menjalani setengah

masa pidananya, dan menjalani poengurusan, yang paling utama dia

harus latar belakang kriminal, tapi tidak semua kriminal kecuali

teroris dan yang sangat tidak boleh adalah kasus narkoba. Biasanya

perekrutan itu setiap ada mutasi dari masa mapenaling. Tapi

kebanyakan dari mereka kalau mereka belum punya dasar biasanya

dia malu untuk daftar program ini.

Page 157: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

141

5. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh Lapas

Salemba terhadap program pembinaan kemandirian?

Pelayanan yang kita berikan kepada mereka saat ikut program ini

yaitu ada pelatihan-pelatihan, bahkan jadwalnya padat sekali, karena

kita didukung oleh pemda dan kerjasama dengan pihak ketiga,

pelatihan itu jadwalnya fleksibel, biasanya setahun ada empat kali

pelatihan, baru setelah pelatihan kerja. Pelatihannya biasanya

diadakan disini, mereka datang langsung.. kalau diluar lapas keluar

biaya besar dan agak ribet juga mba

6. Apakah petugas atau sumber daya manusia yang dibutuhkan

untuk memberikan layanan sudah cukup?

Kalau untuk sumber daya petugasnya sih sudah cukup, menurut saya

yang kurang hanyalah sarana dan prasarananya.

7. Apakah tujuan dari pemberian pelayanan pada program

pembinaan kemandirian telah tercapai?

Menurut saya sih tujuannya tercapai, karena tujuan dari program

inikan meningkatkan keberfungsiansosial mereka setelah keluar dari

lapas, yaa program pelatihan yang mereka dapatkan rata-rata

semuanya bersertifikat dan itu bisa dibawa ke dunia kerja setelah

mereka keluar dari lapas, saya pernah masih kontakan sama

narapidana yang udah keluar dari sini, ada kok dari mereka yang

ngelanjutin usaha dari pengalamannya disini

Page 158: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

142

8. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam mencapai tujuan

program?

Faktor-faktor pendukung salah satunya yaa jalinan kerjasama antar

lembaga.. terutama lembaga-lemnaga swasta dan pemda setempat. Itu

sangat mendukung sekali.. apalagi mereka kasih support ke kita untuk

menjankan kegiatan ini.

9. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam mencapai tujuan

program?

Kalau faktor penghambat yang saya amati tingkat kemauan dari wbp

masih sangat rendah, kalau di jakarta ini kan kalau kita petain 80%

berlatar belakang narkoba dan 20 % kriminal, yaa itu sih jadi agak

susah ikut kegiatan ini.

10. Apakah ada keluhan yang datang dari warga binaan

pemasyarakatan terakit pelayanan program?

Alhamdulillah sih kalau keluhan-keluhan tidak banyak, karena yaa

tujuan mereka disini itu itu nomor satu untuk menghabiskan waktu,

jadi biasanya kalau ada keluhan mereka berpikir sendiri solusinya

mesti bagaimana.

11. Bagaimana cara petugas untuk cepat tanggap dalam menghadapi

permasalahan yang timbul dari warga binaan pemasyarakatan?

Disini sih semua sudah ada bagiannya masing-masing, jadi kira-kira

kalau ada permasalahan misalnya itu masih bisa kita hadapi ya kita

langsung selesaikan, tapi kalau sudah berat seperti perkelahian kita

langsung serahkan ke petugas keamanan.

Page 159: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

143

12. Bagaimana cara meningkatkan dan mempertahankan kepuasan

warga binaan pemasyarakat terhadap program tersebut?

Salah satunya sih cara saya yaitu saya buat disini seperti keluarga,

awal kenal ke mereka saya tekankan jangan melihat seragam, saya

support mereka jangan loyo harus selalu semangat, saya tekankan ke

mindset mereka.. terlebih ini adalah kegiatan promosi saya kasih tau

ke mereka kalau mereka mendapat premi atau upah jadi yang

membuat mereka semangat lagi menjalani kegiatan ini..

Page 160: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

144

Transkip Wawancara Untuk Staff Sarana Kerja

Hari/Tanggal : Kamis, 27 Februari 2020

Waktu : 09.55 WIB

Nama : Budi S

Jabatan : Staff Sarana Kerja

1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai sarana dan prasarana

serta peralatan yang tersedia untuk melaksanakan program

pembinaan kemandirian?

Yaa menurut saya sih sarana dan prasarananya sih cukup gak cukup..

tergantung anggaran juga disini kadang susah anggaran untuk

nambah alat, alatnya juga banyak yg rusak..

2. Apakah ada Standar Operasional (SOP) yang mengatur

berjalannya program? Siapa yang menetapkan SOP tersebut?

Ada SOP disemua bagian.. SOP disini lengkap banget sih, kalau yang

menetapkan SOP pasti dari atasan..

3. Apakah pelaksanaan program pembinaan kemandirian sudah

sesuai dengan Standar Operasional yang telah diatur?

Sebenernya sudah banyak yang sesuai SOP sih.. paling ada sedikit

kadang yang belum, seperti peralatannya..

4. Bagaimana sistem perekrutan warga binaan pemasyarakatan

yang dibutuhkan untuk program pembinaan kemandirian?

Page 161: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

145

Disini semua bisa ikut program ini, asalkan mereka punya kemauan,

intinya mereka mau kerja sihh.. nanti ada masa mapenaling yaa kaya

ospek gitu lah kurang lebih pengenalan lingkunganbiasanya setelah

masa mapenaling selesai nanti ada pendaftaran siapapun yaa semua

bisa, kecuali kegiatan asimilasi yang lokasi kegiatannya diluar jadi

ada syarat-syaratnya..

5. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh Lapas

Salemba terhadap program pembinaan kemandirian?

Disini ada pelatihan-pelatihan yang kita kasih setelah mereka masuk

program ini.. pelatihan nya banyak sihh.. kaya kemarin ada kerjasama

sama pemda.. setiap produksi ada pelatihannya..

6. Apakah petugas atau sumber daya manusia yang dibutuhkan

untuk memberikan layanan sudah cukup?

Kalau menurut saya sih kurang petugasnya.. tapi selama ini kita

masih bisa saling backup..

7. Apakah tujuan dari pemberian pelayanan pada program

pembinaan kemandirian telah tercapai?

Sejauh ini sih sepenglihatan saya sudah tercapai.. tujuan itu tercapai

atau tidaknya tergantung dari wbp itu sendiri, kita sudah

memfasilitasi tinggal mereka yang bisa atau tidak memanfaatkannya..

8. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam mencapai tujuan

program?

Page 162: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

146

Faktor nya yaa menurut saya dari warganya sih.. kalau mereka mau

dan punya bakat bisa menunjang keberhasilan program ini.

9. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam mencapai tujuan

program?

Faktor penghambatnya juga itu, banyak warga binaannya yang malas-

malasan dan minder kalau ikut program ini.

10. Apakah ada keluhan yang datang dari warga binaan

pemasyarakatan terakit pelayanan program?

Kalau keluhan sih paling terkait barang, atau fasilitas.. tapi gak

banyak..

11. Bagaimana cara petugas untuk cepat tanggap dalam menghadapi

permasalahan yang timbul dari warga binaan pemasyarakatan?

Ya paling kalau mereka butuh sesuatu kita bantu apa yang kurang,

apa yang gak bisa jadi mereka kita benar-benar perhatiin

kebutuhannya

Page 163: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

147

Transkip Wawancara Untuk Warga binaan pemasyarakatan

Hari/Tanggal : Rabu, 6 Mei 2020

Waktu : 11.12 WIB

Nama Inisial : I A

Jenis Program Kemandirian : Design Grafis

1. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelayanan yang telah

diberikan?

Menurut saya sih ya sangat baik ya neng.. membimbing sekali, sudah

cukup puas sih sama pelayanannya.

2. Apakah petugas telah bekerja dengan baik?

Sudah, menurut saya mereka bekerja disini dengan baik dan benar

kok

3. Apakah petugas telah bersikap cepat dan tanggap dalam

melayani?

Yaa cepat, tanggap selama ini, itu memang tidak bisa dipungkiri.

selama ini sudah lebih dari cukup lah ya melayani kita disini, saya

melihat petugas disini juga punya masing-masing tugas sesuai

fungsinya, ketika ada permasalahan yang berhubungan dengan

kendala dilapangan akan diserahkan sesuai kebutuhan kalau tentang

penyediaan barang yaa akan dilarikan ke staf sarana kerja

4. Apakah anda merasakan kepedulian petugas terhadap Anda?

Page 164: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

148

Yang saya rasakan sih kalau peduli ya sangat peduli, karena petugas

selalu ada tiap hari, mantau kita juga jadi kita dekat sama mereka,

kalau kita sakit atau butuh sesuatu yaa kita kasih tau petugas selama

ini , kita suka bercanda juga, dibercandain. Kadang malah baper

bareng, ketawa-ketawa, cerita-cerita tentang keluarga, pokoknya

peduli deh, kadang juga denger keluh kesah dan saling kasih

dukungan, walaupun kita disini mau gak mau harus ngejalanin

hukuman, tapi seenganya kita gak diperlakukan buruk disini

5. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti proses program

pembinaan kemandirian?

Kalau perasaannya ya senang sih, sedang bercampur rindu jadi

kangen suasana kerja diluar, perbedaannya yaa disini kan di sel.

Karna saya ikut kegiatan ini murni keinginan sendiri melanjutkan

dulu pekerjaan saya diluar sebagai animator.

6. Apakah anda dapat merasakan perubahan setelah mengikuti

program tersebut?

Kalau perubahan itu saya merasakan punya skill juga semakin tinggi

dalam arti kata underpressure karena kan disini juga sama kaya diluar

bekerja dibawah tekanan harus bekerja cepat dan kualitas juga tetep

kita jaga. Banyak tambahan pengetahuan juga sih mba, kalau diluar

saya gak kerja sablon, disini jadi bisa nyablon, yang nantinya kalau

saya keluar pengennya sih bikin percetakan

7. Apakah harapan anda untuk program pembinaan kemandirian

yang diberikan oleh Lapas Salemba?

Page 165: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

149

Harapannya kedepannya mungkin fasilitasnya ditambahin, mungkin

sudah cukup tapi ada beberapa yang kurang seperti alat kan makin

kesininya makin maju dan harus di upgrade.

Page 166: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

150

Transkip Wawancara Untuk Warga binaan pemasyarakatan

Hari/Tanggal : Rabu, 6 Mei 2020

Waktu : 11.12 WIB

Nama Inisial : B P

Jenis Program Kemandirian : Keterampilan Sablon

1. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelayanan yang telah

diberikan?

Oh kalau menurut saya untuk pelayanan dari petugas sangat baik dan

yaa selama saya berada di lapas sih puas ya belum pernah kecewa sih

mba

2. Apakah petugas telah bekerja dengan baik?

Baik mba, disini kan kita bekerja bareng-barenng petugas bekerja,

kami juga sebagai warga binaan tentunya ngejalanin kegiatan ini kan

bentuk dari bekerja kami di dalam jadi kami sih menanamkan harus

sama-sama bekerja sama dengan baik

3. Apakah petugas telah bersikap cepat dan tanggap dalam

melayani?

Respon mereka kalaukita butuh sesuatu ya cukup cepat, kita sih kalau

butuh mmm misalnya pelatihan ini atau itu yang kurang mereka

langsung bilang “oh ya sudah kita adai” gitu sih mba

Page 167: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

151

4. Apakah anda merasakan kepedulian petugas terhadap Anda?

Kami dengan petugas di GIATJA ini sudah sangat dekat mba, petugas

ini sudah saya anggap orang tua sendiri malah mba, jadi kita bisa

sharing apa masalah nya, petugas sering ingetin kita kalau ada yang

dibutuhkan untuk kasih tahu mereka, kita suka sharing dan omongin

keluh kesah kita misalnya masalah pembuatan sendal, apa yang

kurang dan dibutuhkan dan kira-kira pelatihan apa lagi yang

diperlukan nantinya petugas yang sampaikan kebutuhan kita ke pak

kasi, sampai ke kalapas, katanya WBP disini agar dapat inspirasi dan

bisa buat model yang baru, kan keuntungannya juga buat kita mba

5. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti proses program

pembinaan kemandirian?

Perasaannya seneng karna dapet ilmu mba, diajarin kedisiplinan gitu,

banyak lah. Jadi kita disini otak itu ga buntu, belajar sambil bekerja,

wawasan dan ilmu juga nambah terus, jadi seneng mba enjoy aja

sambil mengisi waktu daripada gak ada kegiatan.

6. Apakah anda dapat merasakan tujuan dari program tersebut?

Wah ngerasain kalau itu, banyak mba contohnya dapat ilmu baru.

Kalau kita di luar cuma tau sekedar basic nya aja misalnya saya tuh

cuma tau design kan basicnya aja nih ya kan nah disini diadain

pelatihan terus jadi ya wawasan saya bertambah, seperti cutting stiker

alhamdulillah ilmu yang saya dapat ini udah lumayan banyak.

Insyaallah ya itu buat bekal diluar nanti pas saya udah keluar dari sini

mba

Page 168: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

152

7. Apakah harapan anda untuk program pembinaan kemandirian

yang diberikan oleh Lapas Salemba?

Yaa sama sih sekarang sih untuk kegiatan kerja terus maju aja, dan

lebih banyak memproduksi bibit harus ditambah, misalnya sekarang

cuma bisa produksi sendal hotel nanti bisa produksi sepatu, bisa lagi

ditingkatkan produksi yang lainnya, asal ada kemauan dari WBP nya.

Page 169: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

153

Transkip Wawancara Untuk Warga binaan pemasyarakatan

Hari/Tanggal : Rabu, 6 Mei 2020

Waktu : 11.12 WIB

Nama Inisial : N R

Jenis Program Kemandirian : Kerajinan Sendal

1. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelayanan yang telah

diberikan?

Sangat puas banget buat saya, kalau tentang pelayanan. Mungkin

bukan di kegiatan ini aja, di kegiatan lainnya yaa bisa dipastikan

dalam melayani kami disini.

2. Apakah petugas telah bekerja dengan baik?

Oh iya mba sangat baik sih, mereka bekerja gak pilih-pilih ke

semuanya baik.

3. Apakah petugas telah bersikap cepat dan tanggap dalam

melayani?

Kalau untuk itu menurut saya yaa sudah tanggap, ketika kami para

WBP membutuhkan sesuatu untuk kegiatan ini contohnya seperti saat

bahan-bahan untuk membuat sendal itu habis mungkin akan diproses

oleh petugas dan tidak lama kemudian langsung distok lagi, jadi kita

bisa langsung produksi lagi.

Page 170: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

154

4. Apakah anda merasakan kepedulian petugas terhadap Anda?

Peduli banget mba, kita disini biasa cerita-cerita malah ga sebatas

antara petugas dengan WBP aja tapi bisa dijadikan lebih dari teman,

karna kita disini ikut kegiatan ini kan juga sudah lama mba jadi sudah

akrab gitu

5. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti proses program

pembinaan kemandirian?

Seneng mba bisa dapet pengalaman baru dan dapet banyak teman

juga, jadi saya gak cepat bosen selama di lapas

6. Apakah anda dapat merasakan tujuan dari program tersebut?

Ada sih yang saya rasain, saya bisa dapet ilmu buat nanti saya bebas

itu aja yang saya rasain, karena sebelum masuk lapas saya belum bisa

membuat kerajinan sendal

7. Apakah harapan anda untuk program pembinaan kemandirian

yang diberikan oleh Lapas Salemba?

Harapan saya sih banyak ya mba, salah satunya saya mau kalau saya

sudah keluar nanti semoga program ini jadi lebih baik ditambah

fasilitasnya, dan relasi kerjasamanya juga semakij banyak.

Page 171: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

155

Catatan Penelitian Observasi

Hari dan Tanggal : Jum’at, 27 Desember 2019

Waktu : 09.25 WIB

Tempat : Perpustakaan Lapas Salemba

Hasil Observasi

Hari ini pertama kalinya saya datang ke lapas setelah

melakukan praktikum 1. Seperti biasanya saya sudah mengatur janji

dengan Bapak Danil selaku pembimbing lembaga. Hari itu saya berada

di perpustakaan tempat warga binaan pemasyarakatan berkegiatan

belajar mengajar. Tujuan hari ini saya datang ke Lapas yaitu untuk

memberikan surat izin penelitian dari Kanwil Kemenkumham yang

sebelumnya sudah saya urus terlebih dahulu. Saya berbincang-bincang

dengan Bapak Danil mengenai judul penelitian saya, dan program

pembinaan kemandirian yang akan saya teliti. Kemudian saya mengatur

jadwal selanjutnya untuk langsung diperkenalkan kepada bagian

pengurusan program pembinaan kemandirian tersebut.

Page 172: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

156

Catatan Penelitian Observasi

Hari dan Tanggal : Kamis, 9 Januari 2020

Waktu : 10.15 WIB

Tempat : Gedung Balai Latihan Kerja

Hasil Observasi

Observasi pada kali ini peneliti memfokuskan pada observasi

berjalannya kegiatan serta sarana dan prasarana yang digunakan oleh

Program Pembinaan Kemandirian GIATJA. Hari ini saya telah

berkenalan dengan Kepala Subsi dan Kepala Subseksi yaitu Bapak

Effendi dan Bapak Dudi, perkenalan ini bertujuan untuk menjelaskan

tujuan peneliti menentukan program tersebut menjadi program

penelitian.

Hasil observasi yang saya dapatkan adalah kali ini saya diajak

berkeliling untuk melihat ruangan lantai satu dari Gedung Balai Latihan

Kerja atau yang sering disebut BLK. Gedung tersebut terdiri dari dua

lantai, di depan ruangan lantai satu terdapat ruangan kecil yang

digunakan untuk kegiatan keterampilan cukur rambut, ruangan itu

dilengkapi dengan kursi, cermin dan alat-alat untuk mencukur rambut.

Lalu ketika masuk ruangan lantai satu, sebelah kanan terdapat etalase

pameran hasil karya WBP, etalase tersebut berisikan kramik, sendal,

mug, dan kerajinan koran. Sedangkan di sebelah kiri ruangan tersebut

terdapat tempat keterampilan sendal yang dilengkapi alat-alat dan

bahan-bahan pembuatan sendal. Di dalam ruangan lantai satu juga

terdapat dua ruangan kecil yaitu kantor Kepala Seksi, kantor Kepala Sub

Seksi Sarana Keja dan Pengelolaan Hasil Kerja serta kantor Kepala Sub

Seksi Bimbingan Kerja. Secara keseluruhan tempat tersebut rapi dan

bersih.

Page 173: EVALUASI PROSES PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51975/1/AZKA... · DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA . SKRIPSI . Diajukan

157

Catatan Penelitian Observasi

Hari dan Tanggal : Jum’at, 17 Januari 2020

Waktu : 09.45 WIB

Tempat : Gedung Balai Latihan Kerja

Hasil Observasi

Observasi kali ini peneliti memfokuskan pada observasi

gedung lantai dua Balai Latihan Kerja, sebelumnya peneliti sudah

mengobservasi lantai satu dari gedung tersebut. Pada ruangan lantai dua

diisi oleh gabungan beberapa kegiatan keterampilan yang tidak disekat,

dari mulai sisi kiri ruangan tersebut terdapat area keterampilan sablon

yang dilengkapi alat-alat, lalu sebelahnya area keterampilan konveksi

dilengkapi dengan masin-masin jahit dan bahan-bahan, area

keterampilan aksesoris terdapat etalase tempat penyimpanan barang-

barang pembuatan keset dan aksesoris lainnya, terakhir area

keterampilan limbah koran yang terdiri dari satu meja besar dan etalase

tempat penyimpanan bahan limbah koran dan beberapa pajangan hasil

karya. Secara keseluruhan ruang lantai dua tersebut cukup besar, namun

karena beberapa keterampilan didominasi di lantai dua, jika warga

binaan pemasyarakatan yang mengikuti program tersebut berjumlah

banyak akan terasa panas dan sempit. Ruangan tersebut dilengkapi

dengan ventilasi besar.