error! bookmark not - opinium.social · penduduk dunia terkoneksi internet. pertumbuhan pesat...

24

Upload: phamphuc

Post on 06-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUKU PUTIH - 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 1

Paradoks Informasi ............................................................................................................. 2

Reputasi dan Kredibilitas: Mengapa Keduanya Krusial? ................................................ 7

Parameter Manfaat .......................................................................................................... 8

Menghadapi Penyimpangan Informasi .......................................................................... 11

Mengapa perlu identifikasi yang presisi? ................................................................... 11

Langkah Jangka Panjang ................................................................................................... 16

Fitur Opinium...................................................................................................................... 18

Lampiran: The Power of Academics and Expertise in OpiniumError! Bookmark not

defined.

Why? ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

How? ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

BUKU PUTIH - 2

Paradoks Informasi

We are Social, dalam The 2018 Global Digital Report1, mencatat lebih dari separuh

penduduk dunia terkoneksi internet. Pertumbuhan pesat khususnya dari wilayah Afrika

dan Asia Tenggara. Akses internet didukung dengan piranti telepon seluler yang kian

mudah didapatkan. Dalam survey yang sama, Indonesia menempati sepuluh besar Negara

yang meyakini bahwa teknologi informasi mampu memberikan lebih banyak manfaat

dibandingkan pertimbangan risiko penggunaanya. Ukuran optimisme masyarakat

terhadap teknologi informasi tersebut memberi sinyal pertumbuhan kompleksitas

komunikasi digital Indonesia di masa depan.

Dunia digital pada 2018

Diketahui hampir sembilan jam perhari digunakan secara aktif oleh rata-rata

masyarakat Indonesia untuk terkoneksi internet1. Dari beragam kegunaan internet yang

ditawarkan, akses ke media sosial masih mendominasi penggunanya. Pengguna internet

secara otomatis adalah pelaku media sosial, sebab setiap yang terkoneksi internet hampir

dipastikan juga mengakses media sosial. Bagi kami, media sosial adalah tempat terpadat

pembaruan informasi. Sebuah titik temu bagi seluruh pengguna internet dari berbagai

1 We are Social (2018) – The Global Digital Report

BUKU PUTIH - 3

latar belakang. Akses media sosial tersebut sebagian besar dilakukan melalui smartphone

yang kini dimiliki oleh dua pertiga masyarakat seluruh dunia. Pengguna smartphone di

Indonesia sendiri menghabiskan sekurang-kurangnya tiga jam setiap hari hanya untuk

mengakses media sosial1. Bisa dibayangkan betapa banyak data atau informasi tersebar

melalui interaksi di dalamnya.

Kami beranggapan bahwa keberlimpahan informasi dari sisi kuantitas seringkali

tidak diimbangi dengan kualitasnya. Masyarakat secara umum menjadikan search engine

sebagai rujukan pertama untuk mencari informasi. Namun yang perlu diperhatikan

kembali adalah apakah hasil dari mesin pencari tersebut berkualitas dan bisa

dipertanggungjawabkan? Konten berisi misinformasi, disinformasi, maupun pemberitaan

dengan tendensi dan kecenderungan politis menjadi epidemi informasi baru. Laju

pertukaran informasi yang sangat cepat dan sempitnya waktu menelusuri serta

memvalidasi sumber informasi, menjadikan epidemi informasi seolah tak terbendung.

Oleh karenanya Opinium menempatkan penyimpangan informasi atau information

disorder menjadi hal yang krusial diperbaiki bersama dalam lingkup komunitas.

Pada awal 2017, Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) melakukan survey2

mengenai Wabah Hoaks Nasional. Tingkat pendidikan responden yang terlibat dalam

survey tersebut sebagian besar yang berpendidikan tinggi (Diploma – S3) adalah 72.7% dan

berpendidikan menengah sampai dasar adalah sebesar 27.3%. Dari sebaran tingkat

pendidikan responden yang demikian, diketahui bahwa belum ada persepsi yang sama

dan mendasar mengenai definisi Hoaks. Ketidak-samaan persepsi ini membuat rancu

ketika informasi yang sama dideskripsikan berbeda, sehingga perlakuannya juga berbeda,

khususnya ketika memutuskan apakah akan menyebarkannya atau tidak.

2 Mastel (2017) – Survey Tentang Wabah Hoax Nasional 2017

BUKU PUTIH - 4

Ketidaksamaan persepsi dalam mendefinisikan Hoaks dari sisi konsumen informasi

Hal lain yang menarik perhatian kami adalah lebih dari setengah penyebar berita

mengetahui informasi tersebut ternyata hoaks setelah ada koreksi atau klarifikasi, baik di

media sosial ataupun di media massa. Sayangnya, koreksi dan klarifikasi atas informasi

hoaks hanya mengurangi sangat sedikit laju persebaran informasi yang sudah berjalan,

dan tidak semua yang menyebarkan berita palsu kemudian ikut menyebarkan

koreksi/klarifikasinya.

Dalam konteks lain, penyimpangan informasi menjadi awal tumbuhnya kebencian

dan perundungan atas satu orang atau golongan tertentu. Indonesia bahkan sempat

menjadi sorotan media internasional dalam kasus penyebaran disinformasi masif yang

dikomando oleh jaringan terstruktur. Gaduh Pemilihan Gubernur Jakarta 2017 menjadi

contoh kasus konflik horizontal yang dipicu oleh persebaran disinformasi terkait ras dan

agama3.

The Guardian4 mendapati fakta bahwa satu orang influencer media sosial untuk

Pilkada Jakarta bisa dibayar sampai dengan dua puluh juta sekali tweet. Selain itu,

produsen disinformasi tersebut tidak bertujuan untuk membela salah satu pihak, namun

kepada semua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Dari tiga pilihan calon

gubernur, semua menghadapi negative campaign dari akun-akun fiktif dan paparan berita

3 BBC News (2017) - How Fake News and Hoaxes Have Tried to Derail Jakarta's Election 4 The Guardian News (2018) - 'I felt disgusted': Inside Indonesia's Fake Twitter Account

Factories

BUKU PUTIH - 5

negatif yang belum tentu semuanya benar. Ini menunjukkan bahwa kampanye negatif dan

bahkan kampanye hitam dilakukan penyebarnya untuk mengambil keuntungan secara

pribadi dan tidak terkait pandangan politik yang dimiliki. Dampak epidemi informasi ini

tentu tidak hanya mempengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih figur politik,

namun sangat memungkinkan untuk timbul kecurigaan dan kebencian kepada kelompok

masyarakat tertentu. Yang disayangkan adalah apabila ternyata kebencian itu bersumber

dari rumor dan belum terkonfirmasi kebenarannya.

Perkembangan pesat akses informasi melalui media sosial ataupun website tanpa

terkurasi membuat setiap pengguna lebih rentan menemui disinformasi, karena terpapar

secara langsung dengan hanya sedikit waktu dan kesempatan yang ada untuk melakukan

swa-verifikasi terhadapnya. Semakin banyaknya informasi beredar membuat pengguna

internet lebih butuh bantuan untuk mengukur kualitas sebuah berita.

Evaluasi konten berita perlu dilakukan oleh beberapa individu dengan reputasi yang

baik dan melalui pembobotan kredibilitas yang jelas. Sehingga pencari berita punya

pertimbangan lain melalui proses mandiri sesuai sudut pandangnya. Keterlibatan

komunitas pengguna secara aktif secara langsung akan memberikan beragamnya posisi

pandang, sudut pandang, jarak pandang. Keragaman ini pada gilirannya memperkaya

pengetahuan seseorang, sehingga bisa menekan bias kognitif yang sangat mungkin

terjadi pada masa dimana ruang gema (echo chamber), gelembung persepsi (perception

bubble) dan menggumpalnya polarisasi semakin menjadi-jadi.

Oleh sebab itu, Opinium mempercayai bahwa Reputasi dan Kredibilitas setiap

individu virtual adalah dua hal primer yang menjadi pembeda otentik antara satu

pengguna dengan pengguna lain. Keduanya berperan penting sebagai faktor penentu

kualitas pengguna dalam menyikapi sebuah konten. Dalam hal ini setiap individu perlu

membangun kredibilitas dan reputasi identitas virtualnya. Sehingga akan terlihat

ekspertasi atau keahlian seseorang terhadap suatu bidang bahasan, juga seberapa baik

keterlibatannya dalam lingkungan digital.

Kami juga memahami bahwa kebutuhan akan informasi berkualitas adalah hak

setiap orang. Pada praktiknya, pencarian informasi melalui internet memerlukan daya

literasi digital yang mumpuni. Mengapa ini penting? Sebab penguasaan literasi digital

BUKU PUTIH - 6

adalah kunci agar semua dapat memanfaatkan internet secara optimal. Terminologi

literasi digital kami definisikan sebagai kemampuan seseorang dalam berkomunikasi

melalui perangkat digital, mencari informasi, dan memilahnya dalam rangka menerapkan

ke lingkup diri di kehidupan sosial.

Media sosial memungkinkan pengguna memuat apapun yang diposting, baik itu

informasi penting maupun yang hanya semata-mata diunggah tanpa tujuan khusus.

Potensi konten yang diterbitkan pengguna beserta ragam respon interaksinya memiliki

bahasan tidak terbatas. Dengan demikian, internet melalui aktivitas media sosialnya

menyuguhkan kemungkinan transfer pengetahuan dari atau kepada siapapun. Inilah yang

menjadi salah satu landasan mengapa kami mengembangkan Opinium.

Melalui Opinium, kami mempertemukan seluruh pengguna yang ingin berbagi opini

dari beragam perspektif, memperkenalkan wilayah Sinau Bareng lintas kalangan yang

nyaman dan ramah bagi setiap orang. Sehingga semua dapat terpacu membagikan ilmu

pengetahuan untuk kebermanfaatan bersama yang lebih besar lagi. Sebagai platform

berbasis komunitas, Opinium menjadi tempat di mana seluruh pengguna dapat

membangun iklim interaksi informasi berkualitas di dalamnya. Hal terpenting selanjutnya

adalah partisipasi aktif seluruh kalangan, khususnya akademisi dan para ahli di berbagai

bidang untuk bersama-sama menyalakan lentera pengetahuan yang sudah selayaknya

terus kita jaga untuk menerangi peradaban.

BUKU PUTIH - 7

Reputasi dan Kredibilitas: Mengapa Keduanya Krusial?

Saat ini kita semua sedang berada pada era reputasi; di mana Informasi hanya akan

memiliki nilai bila teruji melalui kurasi atau direspon oleh orang lain. Mengutip Gloria

Origgi, “We are experiencing a fundamental paradigm shift in our relationship to knowledge.

From the ‘information age’, we are moving towards the ‘reputation age’, in which information

will have value only if it is already filtered, evaluated and commented upon by others.” 5

Tantangan masa depan rasanya tidak akan cukup dipersiapkan apabila hanya

menyediakan timbunan informasi di ranah digital, namun juga yang terpenting yakni

bagaimana mengawal bentuk interaksi yang terkandung di dalamnya.

Melalui Opinium, kami melihat adanya potensi pertemuan berbagai individu virtual

dari segala latar belakang. Dalam silang interaksi diperlukan kemampuan komunikasi

virtual yang mumpuni, baik tekstual per-kata, maupun konteks antar kalimat sebelum

akhirnya berupa sebuah opini yang premium. Kemampuan tersebut pada awalnya

mungkin dimiliki oleh sebagian pengguna, namun Opinium memungkinkan siapa saja

untuk meningkatkan kemampuan literasi digitalnya.

Salah satu tantangan yang kini dihadapi dalam diskusi forum online adalah para

expert without expertise. Kelompok ini mulai banyak muncul di media sosial dengan ragam

analisa namun bisa jadi tidak benar-benar terlibat secara aktif pada bidang yang

dibicarakan. Tidak banyak expert yang teruji keilmuannya mau ‘memunculkan’ diri sesuai

dengan bidang keahliannya di ruang non-formal. Juga tidak banyak ekspertise yang

diapresiasi baik karena tidak punya latar belakang keilmuan di ranah formal. Untuk

memberi alternatif opini, pengguna lain mungkin sulit mendapatkan patron sebenarnya

atau seseorang yang bisa dijadikan rujukan bahasan pengetahuan tertentu.

Pemberian pembobotan penilaian yang tidak seimbang akan terjadi apabila

seseorang ahli dinilai oleh komunitas yang tidak memahami tingkat keahlian yang dimiliki.

5 Gloria Origgi (2017) – Dalam aeon.co: Say Goodbye to The Information Age, It’s all About

Reputation Now

BUKU PUTIH - 8

Mekanisme media sosial saat ini masih belum cukup untuk memberikan alternatif

penilaian kredibilitas yang dikhususkan di konten informasi itu sendiri.

Parameter Manfaat

Melalui Sinau Bareng, Opinium menempatkan semua pengguna untuk mempunyai

kesempatan yang sama dalam sebuah ruang tukar opini. Di saat yang sama setiap aktifitas

dan interaksi pengguna akan membangun kualitas reputasi dan kredibilitas masing-

masing. Keduanya akan dibangun secara ter-spesialisasi melalui partisipasi atau respons

yang diberikan. Semakin banyak informasi serta opini terbaiknya dibagikan pada bidang

kajian tertentu, maka semakin tinggi pula parameter reputasi yang diperoleh di bidang itu

juga. Pembobotan reputasi secara personal akan lebih terbangun bukan hanya dari

identitas formal, namun diakumulasi melalui konten-konten yang mendapat apresiasi

positif dari pengguna lain. Atau dengan kata lain, reputasi seseorang akan terbangun

selaras dengan parameter manfaat yang dirasakan oleh pengguna lain.

Secara umum, keahlian seseorang memang biasa terkait erat dengan profesi atau

gelar akademik yang dimiliki. Namun dalam lingkup komunikasi yang dimediasi oleh

teknologi informasi, reputasi seseorang akan sangat dipengaruhi bagaimana identitas

virtual ditampilkan. Siapapun bebas memasang gelar akademik dan sebagainya. Namun

label-label ahli yang dimiliki tentu tidak cukup memberikan dukungan kredibilitas

apabila pernyataan-pernyataan seseorang justru tidak dirasakan manfaatnya di

orang banyak. Perlu diingat juga bahwa tidak semua bidang keahlian memiliki gelar

formal akademis. Juga tidak semua ahli ingin orang lain mengaitkan opininya dengan gelar

formal yang dimiliki.

Boleh jadi seorang Master di bidang Hubungan Internasional paham betul tentang

Olahraga Tenis, hanya karena ia sangat menyukai dan menjadi seorang atlet tenis. Atau

seorang pedagang buah di pasar yang ternyata memiliki lebih banyak informasi

bagaimana tren perilaku konsumen dan kondisi pasar, karena secara langsung

mengamatinya bertahun-tahun. Ekspertasi seseorang diasosiasikan kepada seberapa

sering dia bersinggungan dengan suatu bidang tertentu. Dan orang-orang

BUKU PUTIH - 9

berpengalaman tersebut memiliki intensitas pengetahuan spesifik yang mungkin belum

dikaji di ruang-ruang formal. Opinium mengakomodasi siapa saja berpartisipasi dalam

memperkaya informasi hingga dirasakan manfaatnya oleh komunitas, dengan cara lebih

menempatkan porsi penilaian kepada apresiasi konten informasi tersebut. Dan penilaian

seorang ahli atau pengguna dengan parameter manfaat positif yang tinggi pada suatu

bidang akan punya pengaruh berbeda dibandingkan yang lain. Dengan demikian, bobot

penilaian atas keahlian seseorang akan lebih tepat porsinya karena sesuai tingkatan

pengetahuan dan/atau kebermanfaatan yang dirasakan dalam suatu bidang kajian

tertentu.

Reputasi diorientasikan ke beberapa hal, baik sumber berita, penyampai berita,

maupun media yang memuat berita. Selain nama, foto profil, latar belakang pendidikan,

tautan ke web pribadi, dan semacamnya, reputasi individu atau organisasi tercermin dari

bagaimana pengguna lain membangun citra atas identitasnya; yakni dengan memberikan

apresiasi respons atau feedback terkait apa saja yang diunggah. Hal ini secara langsung

akan menjadi rekam jejak digital seseorang, komunitas, atau organisasi, yang secara

terbuka dan memungkinkan deep profiling oleh pengguna lain.

Melalui Opinium, bobot penilaian keahlian pengguna diakumulasi dari bagaimana

pihak lain merespon atau berpendapat atas opini yang disampaikan. Partisipasi dalam

komunitas online tentu tidak bisa dilepaskan dari keinginan untuk membangun identitas

yang baik oleh tiap pengguna. Sebab akuisisi informasi akan lebih efisien apabila

identitas sumber informasi memiliki reputasi yang baik6. Oleh karena itu, Opinium

membantu memfasilitasi kurasi informasi dengan memunculkan patron atau rujukan

bidang kajian yang dinilai tinggi parameter manfaatnya. Dengan kata lain, menghadirkan

identitas virtual yang konsisten bisa memotivasi banyak pengguna lain untuk lebih

berkontribusi pengetahuan, baik melalui pertukaran opini maupun diskusi pada bidang

kajian apa saja. Di Opinium, indikator reputasi seseorang di bidang tertentu tersaji dalam

grafis yang membantu setiap pengguna mengevaluasi kredibilitas sebuah informasi.

6 Meng, Ma (2005). “IT Design For Sustaining Online Community: An Identity Based Approach”

-

BUKU PUTIH - 10

Penilaian langsung yang bersifat akumulatif tersebut diharapkan membuat

pengguna terlebih dahulu memikirkan setiap opininya sebelum dipost ke Opinium. Ini

sejalan dengan semangat perbaikan literasi digital, di mana sebuah konten ditayangkan

dengan kualitas terbaiknya setelah melalui berbagai pertimbangan menyeluruh.

Seperti yang kita ketahui, informasi pada dasarnya adalah sesuatu yang dicari untuk

mengurangi ketidak-pastian akan suatu hal. Namun keberlimpahan infromasi justru

mengakibatkan kebingungan karena tidak semuanya berkualitas. Tingkat keterpercayaan

atau kredibilitas menjadi inti nilai informasi7; apakah layak mendapatkan perhatian, perlu

dipercaya, atau tidak dan menjadi sampah informasi saja. Urgensi penyaringan informasi

dalam era keberlimpahan informasi kenyataannya tidak mudah dilakukan secara otomatis

melalui kodifikasi kecerdasan artifisial. Keterlibatan manusia sebagai organic user sangat

dibutuhkan dan lebih akurat untuk memilah manakah konten informasi yang dinilai

berkualitas tersebut.

Opinium membuka kesempatan seluas-luasnya bagi pengguna untuk memberikan

kebermanfaatan di ruang virtual. Hal tersebut sekaligus landasan filosofis dan semangat

kami mengamalkan anjuran untuk “..berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan” 8

Hal tersebut menjadi basis awal bagi kami untuk memperkenalkan Sinau Bareng dalam

Opinium. Sesuai istilahnya, Sinau Bareng mengakomodasi setiap pengguna untuk

memulai sinau (proses belajar) yang dimulai dengan mengajukan pertanyaan apapun

kepada pengguna Opinium untuk didiskusikan secara bareng (bersama).

7 Wathen, Nadine C. dan Burkell, Jacqueline. (2002) - “Believe It Or Not: Factors Influencing

Credibility on The Web” Journal of The American Society for Information Science and Technology. 8 Al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 148.

BUKU PUTIH - 11

Menghadapi Penyimpangan Informasi

Kebebasan mengekspresikan diri di dunia maya adalah kebutuhan semua orang.

Sebagaimana di dunia nyata, berekspresi secara online juga memliki celah

penyalahgunaan. Tantangan menghadapi kebebasan mengekspresikan diri di dunia maya

tersebut tidak lain adalah concern kita bersama yakni: penyimpangan informasi.

Risiko kesalahan informasi yang tersebar luas tidak bisa diremehkan begitu saja.

Pengguna internet mungkin tidak mengetahui kapan pastinya kerugian disinformasi

dirasakan oleh pihak lain. Namun skala dampak yang ditimbulkan bisa jauh lebih besar dari

yang dibayangkan. Informasi yang dengan sengaja disebar untuk manipulasi berpotensi

memicu konflik horizontal, menimbulkan ancaman terhadap proses demokrasi,

pembunuhan karakter, mengganggu kepercayaan publik terhadap media informasi, dan

mengurangi kenyamanan pengguna-pengguna lain dalam berbagi informasi di dunia

maya. Banyak orang yang mungkin mengurungkan niat membagikan informasi

bermanfaat karena khawatir adanya penyalahgunaan oleh pihak tertentu.

Sirkulasi infomasi yang salah dapat digulirkan oleh berbagai lapisan pengguna

internet, khususnya di media sosial. Penyebutan sebuah berita atau konten sebagai Fake

News, Hoaks, atau Berita Palsu tidak cukup memberi patokan identifikasi seberapa

buruknya kualitas sebuah informasi.

Mengapa perlu identifikasi yang presisi?

Tidak semua berita hoaks terdiri dari komponen-komponen yang seluruhnya salah.

Sehingga klarifikasi perlu dilakukan melalui langkah-langkah bertahap, apakah perlu

diluruskan per-kalimat, perbaikan konteks bahasan, atau sekadar diabaikan.

Spektrum dampak berita palsu merentang dari low-risk seperti kesalahan yang tidak

disengaja terpublish oleh reporternya, hingga bentuk high-risk misalnya propaganda dan

BUKU PUTIH - 12

perusakan citra seseorang atau kelompok tertentu dengan disengaja9. Penggunaan istilah

‘informasi salah’ atau ‘berita palsu’ tidak adekuat mengatribusi bentuk disinformasi resiko

tinggi/high-risk. Hal ini dikarenakan bisa saja sebagian isinya sebuah kebenaran, namun

didesain sedemikian rupa sehingga merujuk kepada bangunan informasi yang sengaja

dikemukakan dengan maksud negatif.

Meskipun Hoaks saat ini disepakati banyak orang sebagai sebuah penyakit informasi

yang meresahkan, nyatanya tidak mudah membingkai kata Hoaks tersebut dalam sebuah

definisi. Ketika Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)10 meresmikannya sebagai sebuah

kosa kata baru, survey Mastel di awal 20172 justru menunjukkan belum terdapatnya

kesepahaman mengenai pengertian kata Hoaks secara definitif di tengah masyarakat.

Karena label “Fakta” atau “Hoaks” saja tidak cukup presisi dalam memberikan

standar kelayakan sebuah informasi, maka Opinium memfasilitasi hingga delapan label

evaluasi kualitas informasi yang diujikan. Memahami jenis dan kategorisasi informasi

menjadi langkah penting. Semua bisa belajar mengidentifikasi bentuk informasi seperti

apakah yang layak diapresiasi; sekaligus secara bertahap memaknai dan membawanya

pada konteks yang tepat. Secara gradual dan bertahap, diharapkan pengertian yang

spesifik mengenai penyimpangan informasi tersebut ini akan lebih dikenal dalam

masyarakat.

Claire Wardle dalam artikel yang dimuat First Draft11 merumuskan 7 jenis

penyimpangan informasi, yakni:

• Satire/Parody: Satir atau parodi adalah informasi yang disengaja sebagai sebuah

lelucon, tanpa didasari maksud untuk meneglabui, menimbulkan bahaya, atau

menyerang sebuah pihak, melainkan semata-mata sebagai sebuah lelucon. Pada

umumnya, satir atau parodi ini muncul pada April Fool.

9 European Commission (2018) - A Multi-Dimensional Approach to Disinformation, Report of

the independent High level Group on Fake News and Online Disinformation. 10 Hoaks didefinisikan sebagai Berita Bohong oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sejak tahun

2017. 11 First Draft (2018) - Fake News. It’s Complicated.

BUKU PUTIH - 13

• Misleading Content: Kekeliruan informasi ini timbul sebagai bentuk penyalahgunaan

informasi yang dimaksudkan untuk framing sebuah isu atau pihak tertentu.

Informasi di dalamnya bisa informasi salah maupun informasi benar, namun

disampaikan dengan narasi untuk menyudutkan pihak tertentu atau mengarahkan

konsumen informasi pada isu tertentu.

• Imposter Content: Apabila sebuah informasi dengan konten dan sumber yang jelas

dijiplak dan ditiru, diunggah sebagai informasi baru dengan menghilangkan

sumbernya.

• Fabricated Content: Sebuah informasi yang 100% baru baik dari sisi konten dan

sumbernya, yang sengaja dibuat untuk memanipulasi dan mempengaruhi opini

publik, bahkan disengaja untuk membahayakan suatu pihak atau golongan.

• False Connection: Apabila sebuah informasi tidak berhubungan sama sekali diantara

elemen penyusun informasi tersebut; seperti judul informasi, bentuk visual/meme,

caption, dan konten ataupun keterhubungan antar berita di dalam informasi

tersebut.

• False Context: Ketika sebuah informasi disampaikan tanpa narasi sebagaimana

ketika informasi tersebut dibuat, atau dinarasikan dengan konteks yang berbeda

dari kenyataannya.

• Manipulated Content: Ketika sebuah informasi disampaikan dengan konten yang

sudah dimanipulasi atau disunting dengan tujuan mengelabui atau menipu.

BUKU PUTIH - 14

Tujuh bentuk umum penyimpangan informasi yang biasa dijumpai di dunia maya

Pengguna bisa menguji kualitas sebuah konten informasi pada komunitas, apakah

merupakan Fakta, atau termasuk satu di antara tujuh kategori kesalahan informasi di atas.

Melalui Opinium, konten informasi yang diragukan kebenarannya diuji bersama dengan

pembobotan penilaian sesuai dengan konsep reputasi dan kredibilitas. Semua berhak

menilai apakah sebuah informasi berkualitas atau tidak. Namun bukan hanya sekadar

melabeli saja, akan tetapi memberi sumbangsih perbaikan atas kesalahan informasi yang

ditampilkan melalui kolom respons. Pengguna melakukan kurasi informasi sebaik-baiknya

terhadap sebuah peristiwa, pernyataan, rilis, artikel, ataupun berita hingga mendekati

kebenarannya secara kontekstual.

Kami sepakat bahwa penyimpangan informasi adalah permasalahan kompleks.

Tidak mudah bagi pengguna internet untuk menghindarinya secara keseluruhan. Akan

tetapi menekan dampak buruknya sangat mungkin dilakukan bersama. Kami juga

memahami bahwa kecepatan dan daya jangkau klarifikasi kesalahan informasi tidak lebih

cepat dari persebarannya12. Untuk itu Opinium menyediakan ruang bagi pencari fakta

12 Vosoughi, et all (2018) - The Spread of True and False News Online, Journal Science.

BUKU PUTIH - 15

untuk berkontribusi seoptimal mungkin bagi kejernihan konten informasi yang masih

dalam perdebatan.

Fitur Cek-Fakta di Opinium membebaskan semua pengguna secara independen

mengungkapkan data-data terbaiknya untuk klarifikasi konten yang diujikan. Partisipasi

aktif dari berbagai lapisan pengguna, terutama para penguji fakta dari kalangan praktisi

dan akademik, akan membangun ekosistem digital baru. Di mana konsumen informasi

lebih tanggap dan memiliki resiliensi13 kuat terhadap disinformasi. Opinium menempatkan

diri sebagai platform yang mendukung penuh masyarakat yang cerdas literasi digital.

Yakni menekan epidemi penyakit informasi dengan melibatkan semua pihak dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis, khususnya terhadap konten-konten yang

beredar di internet.

13 Topik Resiliensi Disinformasi diteliti untuk menilai kerentanan (vulnerability) dan kesiapan

(preparedness) sebuah negara dalam menghadapi paparan disinformasi. Studi terkini dilakukan oleh Foreign Policy Council “Ukrainian Prism”dan beberapa lembaga terkait bertajuk Disinformation Resilience in

Central and Eastern Europe (2018).

BUKU PUTIH - 16

Langkah Jangka Panjang

Membangun ruang virtual yang inklusif dan benar-benar merangkul semua pihak

dari berbagai latar belakang adalah komitmen awal kami. Reputasi dan kredibilitas masing-

masing individu, komunitas, lembaga, maupun instansi yang terlibat di dalamnya

merupakan aset yang ingin kami tumbuhkan bersama. Melalui Opinium, kami merasa

semua bisa bergerak bersama menuju perubahan positif melalui diskusi bermanfaat,

kesempatan pertukaran opini yang setara, interaksi hangat antar pengguna, juga sebagai

rujukan terintegrasi bagi siapapun yang berperan melakukan perbaikan penyimpangan

informasi. Tentu ini membutuhkan langkah demi langkah menuju kolaborasi erat yang

terlampau lambat bila hanya kami lakukan sendiri.

Permasalahan epidemi informasi dalam masyarakat telah menjadi wake up call bagi

banyak komunitas serta institusi untuk mengkampanyekan kembali pentingnya

kemampuan literasi digital. Seruan tersebut seringkali membentur tembok pertanyaan

dari konsumen informasi: “Bagaimana cara melakukannya?”

Opinium akan menjadi simulator diskusi dalam komunitas di mana masyarakat luas

bisa mengamati bagaimana interaksi dilakukan secara setara dan fokus pada konten;

menawarkan sebuah forum diskusi yang menghargai keterlibatan setiap individu dalam

memberi kontibusi positif dalam komunitas. Seiring waktu ini diharapkan akan menjadi

habit baru dalam komunikasi virtual, sehingga masyarakat akhirnya bijak menerima dan

mencerna sebuah informasi. Peningkatan kemampuan literasi digital ini akan efektif dan

akseleratif jika komunitas dan institusi yang concern dalam hal yang sama juga aktif di

dalamnya. Sehingga masyarakat umum dapat mengamati bagaimana sebaiknya pengujian

terhadap sebuah informasi yang tepat dan efektif dilakukan.

Sebagai laboratorium interaksi informasi dunia maya, Opinium mengawali langkah

di mana setiap pengguna virtual memiliki nilai kredibilitas dan reputasi yang bertitik-berat

pada kebermanfaatan interaksi yang dilakukan. Siapapun orang, komunitas, instansi,

lembaga, akan lebih baik apabila aktif berperan dan dinilai positif dampaknya ke

lingkungan virtual maupun dunia nyata. Tidak semua orang memiliki komponen identitas

BUKU PUTIH - 17

yang nyaris tanpa cela di dunia nyata; sehingga hal tersebut kadang membuatnya

diragukan sebelum memulai langkah partisipasi di bidang tertentu.

Opinium membuka ruang pembuktian pada siapa saja untuk siap membangun

identitas yang dikehendaki. Ini merupakan tantangan sekaligus kesempatan untuk mampu

melibatkan diri tanpa terikat pada nama besar, pekerjaan, latar belakang pendidikan, dan

jabatan formal saja. Kami membayangkan Opinium sebagai ruang unik di tengah media

sosial yang kian mengerucut stigma terhadap siapa dan bukan apa yang disampaikan.

Selanjutnya, kami memahami bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus

dilakukan. Hingga kini kami masih bekerja keras untuk memperbaiki kualitas Opinium

secara internal, sebab pengawalan ekosistem internet yang sehat memerlukan nafas

panjang. Terutama terkait bagaimana desain respons yang semakin presisi terhadap

penanggulangan misinformasi dan disinformasi. Keduanya di masa depan mungkin

berevolusi bentuknya seiring perkembangan fasilitas komunikasi manusia yang termediasi

teknologi. Oleh karenanya, Opinium kini tengah mengusahakan improvisasi seoptimal

mungkin baik dari pegembangan sumber daya manusia dan pembangunan fitur applikasi

hingga mampu melampaui ekspektasi pengguna.

Dengan kualitas applikasi yang prima, kami optimis mendorong semua pihak untuk

bersama-sama belajar jauh lebih banyak melalui penggunaan Opinium sebagai media

sosial. Baik dalam penggalian ilmu pengetahuan, maupun memahami bagaimana bersikap

dalam perbedaan opini, dan saling mengusahakan internet sebagai ruang publik yang

nyaman bagi semua orang.

BUKU PUTIH - 18

Fitur Opinium

BUKU PUTIH - 19

Akses cepat untuk berpindah fitur dan menjelajahi Opinium, terdapat pada dasar layer

yang memudahkan pengguna.

BUKU PUTIH - 20

Fitur Sinau Bareng membuka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, yang bisa

dijawab oleh pengguna lain dengan memanfaatkan fitur Answer (Jawab). Jawaban ini juga

dimungkinkan untuk didiskusikan bersama dengan memanfaatkan fitur Reply

(Tanggapan) yang tersedia pada jawaban. Jika pengguna mendapatkan manfaat pada

jawaban dan tanggapan yang ada, berikan apresiasi melalui Sidenote Positif. Dan

sebaliknya, jika pengguna menemukan jawaban atau tanggapan yang tidak pada

tempatnya, berikan Sidenote Negatif. Demi iklim diskusi yang menyehatkan.

BUKU PUTIH - 21

Fitur Fact Check (Cek Fakta) membuka kesempatan untuk mengunggah informasi yang

akan diperiksa kebenarannya. Informasi bisa berasal dari sumber apa saja, baik melalui url

atau tautan internet maupun dari aplikasi pengirim pesan. Disediakan 8 kategori jenis

informasi, yakni 1 untuk informasi yang bersifat Fakta dan 7 untuk penyimpangan

informasi yang ditemukan di dalamnya. Jika pengguna mendapatkan manfaat pada

jawaban dan tanggapan yang ada, berikan apresiasi melalui Sidenote Positif. Dan

sebaliknya, jika pengguna menemukan jawaban atau tanggapan yang tidak pada

tempatnya, berikan Sidenote Negatif. Demi kurasi informasi yang bertanggung jawab.

BUKU PUTIH - 22

Opinium memungkinkan pengguna berinteraksi dengan bebas di dalamnya. Namun

demikian, Opinium turut bertanggung jawab agar interaksi di dalamnya juga terbangun

diatas landasan nilai sosial, seperti apresiasi, catatan, evaluasi ataupun koreksi. Apresiasi

selayaknya diberikan ketika pengguna mendapatkan manfaat dari sebuah jawaban

dan/atau tanggapan. Apresiasi bisa diberikan melalui fitur Sidenote Positif. Demikian

sebaliknya, catatan atau sebuah evaluasi bisa diberikan ketika pengguna menemukan

jawaban dan/atau tanggapan yang tidak pada tempatnya; iklan dan spam adalah salah

satu contohnya. Catatan bisa diberikan melalui fitur Sidenote Negatif.

BUKU PUTIH - 23

Seluruh aktifitas pengguna di dalam Opinium, sejak dari menjawab dan menanggapi

informasi hingga apresiasi dari Sidenote Positif ataupun catatan dari Sidenote Negatif

diagregasi dalam Opinium. Agregasi ini membangun reputasi dan kredibilitas pengguna

sendiri, sebagai pengakuan dari komunitas. Reputasi yang ditampilkan dalam bentuk

grafis beserta jejak kontribusinya di Opinium bisa ditemukan pada bagian Profil.