ejaan bahasa indonesia
DESCRIPTION
ejaan bahasa indonesiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa
Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara
kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Dari sudut pandang linguistika, bahasa Indonesia adalah suatu varian
bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari
abad ke-19, namun mengalami perkembangan akibat penggunaanya
sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan di awal abad ke-20. Hingga
saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun saat ini dipahami oleh lebih dari 90% warga Indonesia,
bahasa Indonesia tidak menduduki posisi sebagai bahasa ibu bagi
mayoritas penduduknya. Sebagian besar warga Indonesia berbahasa
daerah sebagai bahasa ibu. Penutur bahasa Indonesia kerap kali
menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/ atau mencampuradukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Namun demikian,
bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di surat
kabar, media elektronika, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan
berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa
bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui sejarah Ejaan Bahasa Indonesia.
2) Untuk mengetahui perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia.
3) Untuk mengetahui jenis dan fungsi pada Ejaan Bahasa Indonesia.
4) Untuk mengetahui penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia dalam
kalimat.
1
1.3 Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah Ejaan Bahasa Indonesia ?
2) Bagaimana perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia ?
3) Apa saja jenis dan fungsi pada Ejaan Bahasa Indonesia ?
4) Bagaimana peggunaan Ejaan Bahasa Indonesia dalam kalimat ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan
dengan mulai berlakunya konstitusi.
Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu
(sebagai bahassa Melayu Kuno) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari
empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatera bagian selatan.
Pada saat itu bahasa Melayu yang digunakan bertaburan kata-kata pinjaman dari
bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan di kepulauan ini (Nusantara).,
para pedagangnya membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan
bahasa Melayu, walaupun secara kurang sempurna. Hal ini melahirkan berbagai
varian lokal dan temporal, yang secara umum, oleh para peneliti dinamakan
bahasa Melayu Pasar. Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa
Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad
ke-10 menunjukan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa.
Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, tahun
900 Masehi juga menunujukan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi
bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut
sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas dikalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenajung Malaya. Bentuk bahasa ini
lebih halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.
3
Pada akhir abad ke-19 pemerintahan kolonial Hindia-Belanda melihat
bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi
kalangan pegawai pribumi. Promosi bahasa Melayu dilakukan di sekolah-sekolah
dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Pada periode
ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari
bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya
Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa
tersendiri yang bersumber dari cara bicara yang paling elegan dari Negara-negara
lain, sehingga bahasa Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di
seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh
Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901,
Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada
tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
2.2 Perkembangan
2.2.1 Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.
Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896.
Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen
itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan itu :
1). Huruf ї untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan
karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mula ї
dan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam
Soeraba їa.
2). Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang,dsb.
3) Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
4
4) Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dsb.
2.2.2 Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 maret 1947 mengantikan
ejaan sebelumnya.Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan
Soewandi.ciri-ciri ejaan ini yaitu :
1) huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru,itu,umur,dsb
2) bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata
tak,pak,rakjat,dsb.
3) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2,ber-
jalan2,ke-barat2-an
4) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya.
2.2.3 Ejaan Melindo
Konsep ejaan ini dikenal pada tahun 1959. Karena perkembangan
politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.
2.3 Konsep
2.3.1 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). EYD adalah aturan-aturan untuk berbahasa dengan baik
yang benar. Ejaan Yang Disempurnakan atau yang lebih dkenal dengan singkatan
EYD adalah ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanggal
16 agustus 1972. Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah
rangkain aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa Indonesia
resmi.
5
2.3.2 Jenis dan Fungsi
1) Pemakaian huruf
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri
atas huruf yang berikut.
Jenis HurufNama
Huruf
Jenis HurufNama
HurufKecil Kapita
l
Kecil Kapita
l
abcdefghijklmnopqr
ABCDEFGHIJKLMNOPQR
[a][be][ce][de][e][ef][ge][ha][i][je][ka][él][ém][én][o][pé][ki][ér]
stuvwxyz
STUVWXYZ
[és][té][u][fe][we][éks][ye][zat]
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf DiftongContoh Pemakaian Dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
Ai ain syaitan Pandai
Au aula saudara Harimau
Oi - boikot Amboi
6
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf FenomContoh
Di Awal Di Tengah Di Akhir
Ae
i
o
u
/a//e//é/
/i//y//o/
/u//w/
akarelang-enakibu-orangomelupahaula
lagiderabemomewahtibabaidurisorebotakgulasaudara
gilaordesate-tadigulaibemo-aludanau
Huruf (e) digunakan untuk melambangkan fonem /e/
dan /é/; huruf (i) untuk melambangkan fonem /i/ dan /y
; dan huruf (u) digunakan untuk melambangkan fonem
/u/ dan /w/.
Karena fonem /y/ dilambangkan dengan huruf (i) dan
fonem /w/ dilambangkan juga dengan huruf (u), maka
rangkaian vocal ai dan au pada kata-kata seperti ramai
dan pulau sering disebut dengan istilah vokal rangkap
atau diftong.
Huruf Konsonan
Huruf KonsonanContoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
B bahasa sebut AdabC cakap kaca -D dua ada AbadF fakir kafir MaafG guna tiga Balig
7
H hari saham TuahJ jalan manja mikrajK kami paksa Sesak
- rakyat BapakL lekas alas KesalM maka kami DiamN nama anak DaunP pasang apa SiapQ Quran Furqan -R raih bara PutarS sampai asli LemasT tali mata RapatV varia lava -W wanita hawa -X xenon - -Y yakin payung -Z zeni lazim Juz
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf
yang melambangkan konsonan, yaitu kh, gn, ny, dan sy.
Gabungan Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
Kh khusus akhir TarikhNg ngilu bangun SenangNy nyata hanyut -Sy syarat isyarat Arasy
2) Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut
:
o Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan,
pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf
vokal itu.
Misalnya : ma-in
8
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan
sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara
kedua huruf itu.
Misalnya : au-la bukan a-u-la
o Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk
gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf huruf
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya : ba-pak, ke-nyang
o Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf
konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya : man-di, makh-luk
o Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau
lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan
yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya : in-strumen, ul-tra
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan
yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang
biasanya ditulis serangkai kata dasarnya, dapat dipenggal
pada pergantian baris.
Misalnya :
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah
satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain,
pemenggalan kata dapat dilakukan
(1) di antara unsur-unsur itu atau
(2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c,
dan 1d di atas.
Misalnya : bio-grafi, bi-o-gra-fi
3) Pemakaian Huruf Kapital
9
Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia mengantuk.
Sebagai huruf pertama kata pada petikan langsung.
Misalnya :
Adik bertanya,”Kapan kita pulang?”
Sebagai huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama,
kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya.
Misalnya :
Islam, Injil, Allah
Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan gelar
kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan, yagn diikuti
dengan nama orang.
Misalnya :
Imam Syafi’I, Sultan Hemengkubuwono IX
Tetapi jika tidak diikuti nama orang, huruf kapital tidak
dipakai.
Misalnya :
Mempelajari riwayat nabi-nabi
Sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang
diikuti nama orang.
Misalnya :
Gubernur Suprapto, Profesor Doktor Ali Wardana
Tetapi jika tidak diikuti nama orang, huruf kapital tidak
dipakai.
Misalnya :
Siapa nama gubernur itu ?
Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya :
Harmoko, Samsul
10
Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa,
nama suku, atau nama bahasa.
Misalnya :
Bangsa Indonesia, orang Bali, bahasa Arab
Tetapi jika tidak menunjukkan nama, maka huruf kapital
tidak dipakai.
Misalnya :
Naskah ini akan diinggeriskan
Sebagai huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari,
nama hari raya, dan nama peristiwa sejarah.
Misalnya :
Bulan Oktober, tahun Hijriah, hari Rabu, hari Natal
Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam
geografi.
Misalnya :
Jakarta, Irian Jaya, Gunung Semeru
Tetapi jika tidak merupakan nama, maka huruf kapital tidak
dipakai.
Misalnya :
Kami akan mendaki gunung.
Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama lembaga
atau badan pemerintahan, ketatnegaraan, dan nama dokumen
resmi, termasuk juga singkatannya.
Misalnya :
Dewan Perwakilan Rakyat, Undang-Undang Dasar
Tetapi jika tidak diikuti nama, maka huruf kapital tidak
dipakai.
Misalnya :
Menurut undang-undang yang berlaku.
Sebagai huruf pertama kata-kata yang menjadi nama buku,
nama majalah, nama surat kabar, dan judul karangan,
11
kecuali partikel seperti (di, ke, dan dari) yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya :
Harian Sinar Harapan, Pergi ke Pulau Sempu.
Sebagai huruf pertama istilah kekrabatan (seperti bapakk,
ibu, kakak, saudara) yang dipakai sebagai kata ganti atau
kata sapaan.
Misalnya :
Tanya ibu kepada ayah,”Kapan Bapak akan
berangkat?”
Tetapi jika istilah kekerabatan itu tidak dipakai sebagai kata
ganti atau kata sapaan, maka huruf kapital tidak digunakan.
Misalnya :
Dia mempunyai dua saudara.
Dalam singkatan kata yang menyatakan unsur nama gelar,
nama pangkat, dan istilah sapaan.
Misalnya :
Ir., Kol., S.H.,
4) Penggunaan Huruf Miring
Menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat kabar,
yang dikutip dalam karangan.
Contoh :
Buku Kaidah Bahsa Indonesia karangan Slametmulyana.
Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau
kelompok kata.
Contoh :
Ny. Indira Gandhi bukan terbunuh melainkan dibunuh.
Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali
yang sudah disesuaikan ejaannya.
Contoh :
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1) Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia diawalai dari perkembangan Bahasa Melayu.
Pada awalnya, Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini
diketahui dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatera
bagian selatan. Pada saat itu bahasa Melayu yang digunakan bertaburan kata-kata
pinjaman dari bahasa Sanskerta. Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di
Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari
abad ke-10 menunjukan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa.
Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, tahun
900 Masehi juga menunujukan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya. Pada
abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa
Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai
bahasa Melayu Tinggi. Pada akhir abad ke-19 pemerintahan kolonial Hindia-
Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu
administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah
“bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa
Melayu Riau-Johor.
2) Ejaan van Ophuijsen : Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901.
Ejaan Republik : Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 maret 1947 mengantikan ejaan sebelumnya.Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi.
Ejaan Melindo :Konsep ejaan ini dikenal pada tahun 1959. Karena perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.
14
3) Penggunaan Huruf : huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf konsonan
gabungan, huruf diftong.
Pemenggalan Kata : agar kita dapat menulis sebuah tulisan ilmiah dengan baik
dan benar, dan dapat menggunakan kata dengan baik dan benar
Penggunaan Huruf Kapital :
Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Sebagai huruf pertama kata pada petikan langsung
Sebagai huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama,
kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya.
Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan gelar
kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan, yagn diikuti
dengan nama orang.
Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa,
nama suku, atau nama bahasa.
Sebagai huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari,
nama hari raya, dan nama peristiwa sejarah.
Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam
geografi.
Sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang
diikuti nama orang.
Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama lembaga
atau badan pemerintahan, ketatnegaraan, dan nama dokumen
resmi, termasuk juga singkatannya.
Sebagai huruf pertama kata-kata yang menjadi nama buku,
nama majalah, nama surat kabar, dan judul karangan,
kecuali partikel seperti (di, ke, dan dari) yang tidak terletak
pada posisi awal.
Sebagai huruf pertama istilah kekrabatan (seperti bapakk,
ibu, kakak, saudara) yang dipakai sebagai kata ganti atau
kata sapaan.
15
Dalam singkatan kata yang menyatakan unsur nama gelar,
nama pangkat, dan istilah sapaan.
Penggunaan Huruf Miring :
Menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat
kabar, yang dikutip dalam karangan.
Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
atau kelompok kata.
Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali
yang sudah disesuaikan ejaannya.
4) Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia dalam kalimat dapat kita perhatikan pada
penulisan karya-karya ilmiah, maupun surat kabar, media elektronika,
perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdullah, 1988, TATA BAHASA PRAKTIS BAHASA INDONESIA, Bharatara
KA.
Mansurudin, Susilo, 20120, Mozaik Bahasa Indonesia Materi Bahasa Ajar
Bernuansa “Ulul Albab”, UIN-MALIKI PRESS.
1