efektivitas pengurangan kebisingan oleh tanaman di smk
TRANSCRIPT
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 1
Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di Smk Smti Padang
Fitri Susanti
Environtment Engineering, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang
Email: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengurangan kebisingan oleh
tanaman di SMK SMTI Padang. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur tingkat kebisingan
berdasarkan volume kendaraan lalu lintas dan mengukur volume kerimbunan daun. Tingkat
kebisingan selama pengukuran adalah 55,6 s.d. 92,8 dBA, melampaui baku mutu kebisignan
kawasan pendidikan, 55 dBA berdasarkan Kepmen-LH No. 48 Tahun 1996. Total volume
kerimbunan daun di SMK SMTI Padang sebesar 2355m3 dengan jenis tanaman Glodokan Tiang
(Polyalthia longifolia) bisa mereduksi kebisingan sebesar 6,64 – 8,52 dBA. Efektivitas tanaman
Glodokan Tiang sebagai peredam kebisingan tergolong cukup rendah sebesar 8,08 – 10,00 %. Hal
ini disebabkan karena tanaman pada area ini tidak di tanam secara rapat. SMK SMTI Padang perlu
mempertimbangkan penempatan ruangan yang bersifat privat dan publik untuk mengurangi dampak
dari kebisingan yang disebabkan oleh aktivitas kendaraan lalu lintas.
Kata Kunci: sekolah, kebisingan, efektivitas, tanaman
Abstract: The pupose of the research was to find out the effectiveness of reducing noise through
plants at SMK SMTI Padang. The research was doing by measuring the degree of noise based on
the number of traffic vehicle and the volume of voltage leaf. The level of noise was 55,6 to 12,8
dBa, which exceeded the standard of normal noise at the school, 55 dBa based on Kepmen-LH no
48 year 1996. The totality of the leaf voltage volume at SMK SMTI Padang was 2355 m3 with
species of plant glodokan tiang (Polyalthia longifolia) it was can reduced torpidity about 6,64-8,52
dBa. The effectiveness of glodokan tang plants as defice to reduce torpidity can be classified low
enough it is about 8,08-10%. It was because by the plants in that area in wide apart plant system at
SMK SMTI Padang needed to considered room position in particularly for instance private and
public to reduce the effect of torpidity which was caused by the activity of the vehicle street .
Kata Kunci: school, torpidity, effectiveness, plant
PENDAHULUAN
Sekolah yang terdapat dipinggir jalan utama, akan memiliki masalah terhadap kebisingan yang
ditimbulkan oleh aktivitas jalan tersebut. Hal ini dapat mengganggu fungsi sekolah sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Ketidaknyamanan
dapat terjadi di lingkungan sekolah salah satunya adalah kebisingan yang terjadi ketika jam
pelajaran tengah berlangsung. Kebisingan yang terjadi dapat mempengaruhi siswa untuk
berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Sekolah Menengah Kejuruan SMTI Padang adalah
sebuah lembaga pendidikan yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda 2 Padang, yakni jalan dengan
klasifikasi arteri sekunder (PERDA Kota Padang No.4 tahun 2012). Lokasi yang demikian
memiliki pengaruh yang positif dan negatif terhadap sekolah. Pengaruh positif dari kondisi ini
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 2
membuat pencapaian ke lokasi sekolah sangat mudah dijangkau, terlebih lagi dengan cukup
banyaknya angkutan umum yang melintas tepat di depan sekolah. Sedangkan pengaruh negatif
terhadap sekolah yaitu kebisingan yang terjadi pada saat jam pelajaran sekolah. . Salah satu upaya
untuk mengurangi kebisingan lalu lintas jalan raya yang telah dilakukan di SMK SMTI Padang
yaitu dengan menggunakan penghalang tanaman. Namun upaya ini belum maksimal karena belum
banyaknya jumlah tanaman. Menurut Fitriyati (2005) tanaman mampu menyerap dan menghalangi
bising sehingga membuat lingkungan lebih nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas jalan raya terhadap SMK SMTI
Padang dan mengetahui besar efektivitas penghalang tanaman yang ada terhadap pengurangan
kebisingan yang terdapat di SMK SMTI Padang dengan menghitung volume kerimbunan daunnya.
METODOLOGI
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data yang diperlukan dalam
analisis penelitian diambil dan diolah menggunakan microsoft excel. Untuk mendapatkan data,
maka diperlukan alat Sound Level Meter agar dapat menghitung nilai intensitas kebisingan rata-
ratanya per 10 menit.
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahapan. Tahap pertama ialah menentukan area atau lokasi yang
akan dijadikan titik sampling. Tahap kedua pengukuran kebisingan itu sendiri dengan menggunakan
sound level meter. Tahap ketiga ialah tahap terakhir yang merupakan kombinasi dari tahap-tahap
sebelumnya, dimana hasil pengukuran yang diperoleh dikompilasi untuk mendapatkan nilai
intensitas kebisingan untuk tujuan dari penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2019 selama lima hari mewakili hari pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar (PBM) efektif. Penelitian dilakukan pada bagian depan SMK SMTI Padang
dimana kebisingan tersebut berasal dari aktifitas lalu lintas jalan raya di SMK SMTI Padang dan di
dalam lokasi SMK SMTI Padang sebagai penerima kebisingan yaitu pada area yang memakai
penghalang tanaman dan tanpa penghalang tanaman. Waktu pengukuran di lakukan pada jam
efektif Proses Belajar Mengajar (PBM) yaitu dari pukul 07.00-16.30 WIB pada hari Senin s.d
Jumat. Pengukuran dilakukan selama sepuluh menit dengan waktu ukur 5 lima detik dan
pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, pagi (06.00-09.00), siang (09.00-14.00), dan (14.00-
17.00).
Data Pengukuran Intensitas Kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan di SMK SMTI Padang menggunakan alat sound level meter
(SLM) yang di lakukan pada jam efektif Proses Belajar Mengajar (PBM) yaitu dari pukul 07.00-
17.00 WIB pada hari Senin s.d Jumat. Pengukuran dilakukan di empat titik yaitu pada area dengan
adanya penghalang tanaman dan pada area tanpa adanya penghalang tanaman. Data kebisingan
dibaca setiap 5 detik selama 10 menit berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga data yang
dihasilkan sebanyak 120 data untuk satu titik pengukuran. Pengukuran kebisingan dilakukan
berdasarkan Kepmen-LH No. 48 tahun 1996 dan SNI 7231- 2009. Setelah hasil pengukuran
dilakukan data kebisingan yang di dapat di hitung mengunakan rumus yang telah di tentukan dan di
bandingkan dengan baku mutu yang di tetapkan. Untuk lebih jelasnya, berikut contoh perhitungan
tingkat kebisingan (L1) pada titik satu pada Tabel 1.
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 3
Tabel 1. Data Pengukuran Kebisingan Titik Satu Hari Senin, 15 Juli 2019 Pukul 08.00 WIB Nilai
Pengukuran Kebisingan (dB)
Menit
Ke-
Detik Ke-
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’
1 88.6 85.3 87.0 77.4 73.4 78.8 74.4 78.2 86.2 80.1 88.8 87.4
2 85.8 82.4 70.6 72.2 89.0 83.5 86.8 78.9 85.9 79.9 77.7 86.9
3 83.8 80.3 82.0 80.5 88.9 82.7 81.9 70.6 68.0 79.5 84.5 79.9
4 82.5 80.6 86.6 82.0 84.6 81.9 78.1 87.5 84.8 86.1 80.3 79.1
5 81.1 73.2 71.8 86.9 87.5 88.1 87.9 88.7 85.2 82.4 85.7 84.9
6 80.5 86.8 82.1 78.5 78.5 88.1 84.4 84.2 82.4 72.9 88.9 86.5
7 71.4 89.1 82.5 79.5 70.3 87.5 86.1 86.8 81.4 74.3 75.6 69.4
8 71.7 67.6 74.4 76.2 76.3 73.9 70.1 69.2 68.5 73.4 70.2 74.3
9 70.5 68.3 69.6 76.0 77.2 76.4 75.3 70.3 67.3 67.9 68.1 69.3
10 70.3 70.5 72.4 69.2 67.9 67.3 70.4 70.8 78.4 79.0 80.4 81.1
Berdasarkan tabel di atas di dapatkan tingkat kebisingan maximum yaitu : 89,1 dB dan minimum
67,3 dB. Berdasarkan nilai minimum dan maximum yang dilihat pada tabel, maka ditentukan nilai r
(range max-min), k (jumlah kelas) dan i (interval kelas) untuk menentukan distribusi frekuensi.
Nilai r
r = Max – Min (1)
= 89,1 – 67,3
= 21,8
Nilai k
k = 1 + 3,3 Log n (2)
= 1 + 3,3 Log 120
= 7,86
Nilai i
i = (3)
= 21,8/7,86
= 2,8
Data distribusi frekuensi dibuat berdasarkan hasil perhitungan di atas. Kemudian ditentukan
distribusi frekuensi berdasarkan interval bising, nilai tengah, dan frekuensi dari interval bising
tersebut. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 4
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
NO Interval Bising Nilai Tengah Frekuensi
1 67.3 - 70.1 68,7 15
2 70.1 - 72.9 71,5 15
3 72.9 - 75.7 74,3 11
4 75.7 - 78.5 77,1 10
5 78.5 - 81.3 79,9 19
6 81.3 - 84.1 82,7 14
7 84.1 - 86.9 85,5 19
8 86.9 - 89.7 88,3 17
dari data distribusi ferkuensi di atas kemudian di lakukan perhitungan nilai Leq menggunakan (Pers
1).
Nilai Leq
(4)
Keterangan:
N = jumlah sampel
∑ = Total frekuensi
Leq = 10 Log [ × (15 × 10 0,1 × 68,7
) + (15 × 10 0,1 × 71,5
) + ( 11 × 10 0,1 × 74,3
)
+ ( 10 × 10 0,1 × 77,1
) + ( 19 × (10 0,1 × 79,9
) + ( 14 × 10 0,1 × 82,7
)
+ ( 19 × 10 0,1 × 85,5
) + ( 17 × 10 0,1 × 88,3
)] dB
= 82,98 dB
Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui nilai Leq untuk L1 pada titik satu adalah sebesar 82.98
dB. Menggunakan rumus Leq yang sama juga digunakan dalam menentukan nilai bising tiap jam
dan tiap titik lainnya. Sehingga diperoleh hasil kebisingan tiap jam pada titik satu sebagai berikut
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Leq Titik Satu Selama 12 Jam
Waktu Pengukuran Leq dB
08.00 wib 82.98
12.00 wib 71.66
16.00 wib 74.15
Setelah didapatkan hasil perhitungan Leq setiap titik dan jamnya, maka dilakukan perhitungan
berikutnya untuk mendapatkan nilai LS (waktu pengukuran selama siang hari atau selama 11 jam).
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 5
Nilai Ls
LS
= 10 log 1/11 {(T1×100,1×L1
) +, …, +( T3×100,1×L4
)} dB (A) (5)
= 10 log 1/11 {(3×100,1×82,98
) + (5×100,1×71,66
) + (3×100,1×74,15
)}
= 83,13 dB
Dari perhitungan di atas didapatkan nilai LS sebesar 83,13 dB untuk titik satu. Dengan cara yang
sama juga di lakukan pada titik dan jam pengukuran data lainnya sehingga di dapatkan nilai LS
selama siang. Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan data kebisingan terhadap aktifitas
kendaraan selama 11 jam, maka didapatkan data rata-rata tingkat kebisingan di 4 (empat) titik area
SMK SMTI Padang selama lima hari, untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel di bawah dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Ls Selama Lima Hari
Titik
Pengukuran
Tingkat Kebisingan (dB)
Senin Selasa Rabu, Kamis, Jumat,
Titik 1 83,13 90,71 83,92 82,76 82,13
Titik 2 75,70 82,42 75,40 75,09 75,49
Titik 3 85,11 79,75 80,21 81,85 81,69
Titik 4 80,27 75,51 75,34 77,59 78,19
Berikut kurva hasil pengukuran tingkat kebisingan (Gambar 1)
Gambar 1. Kurva Tingkat Kebisingan
Analisis Efektifitas Tanaman terhadap Kebisingan
Tanaman yang terdapat di SMK SMTI Padang yaitu tanaman Glodokan Tiang (Polyalthia
longifolia). Persentase kerimbunan daun tanaman tersebut sebesar 75%, dengan kanopi berbentuk
konus. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2.
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 6
Gambar 2. Pohon Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Leq, maka dilakukan perhitungan untuk menentukan efektivitas
pengurangan kebisingan oleh tanaman di SMK SMTI Padang. Data tingkat kebisingan yang
diperoleh digunakan untuk menentukan nilai reduksi kebisingan dengan menggunakan rumus
berikut : (Widagdo, 1998)
NRV = KDV - KBV (6)
Efektivitas reduksi dengan rumus :
Efektivitas reduksi = (7)
Keterangan :
NRV = Nilai reduksi kebisingan pada area bervegetasi (dB)
KDV = Tingkat kebisingan di titik pengamatan area depan vegetasi (dB)
KBV = Tingkat kebisingan di titik pengamatan area belakang vegetasi (dB)
Berikut hasil volume kerimbunan daun dan reduksi kebisingannya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Perhitungan Volume Kerimbunan Daun dan Reduksi Kebisingan
Waktu
Penelitian
Volume
Kerimbunan
Daun (m3)
Reduksi
Kebisingan
Tanaman
(dBA)
Efektivitas
Reduksi
Kebisingan
dengan
Tanaman
(%)
Reduksi
Kebisingan
Tanpa
Tanaman
(dBA)
Efektivitas
Reduksi
Kebisingan
Tanpa
Tanaman
(%)
Senin
2355
7,43 8,94 4,84 5,69
Selasa 8,30 9,15 4,24 5,32
Rabu 8,52 10,15 4,87 6,07
Kamis 7,67 9,27 4,26 5,20
Jumat 6,64 8,08 3,50 4,28
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 7
Berikut kurva hasil reduksi kebisingan dengan adanya penghalang tanaman dan tidak adanya
penghalang tanaman.
Gambar 3. Kurva Reduksi Kebisingan
Dari kurva di atas dapat di lihat bahwa reduksi kebisingan pada area dengan penghalang tanaman
lebih tinggi dibandingkan dengan area tanpa penghalang tanaman.
Gambar 4. Kurva Efektivitas
Berdasarkan perhitungan volume kerimbunan tanaman sebesar 2355m3 total efektifitas penurunan
pada area dengan penghalang tanaman sebesar 8,08 – 10,15 %. Sedangkan untuk area tanpa
penghalang tanaman total efektifitass penurunan sebesar 4,28 – 6,07 %.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yang dilandaskan pada hasil penelitian dan analisis data,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan data kebisingan di atas, dapat disimpulkan
bahwa rata-rata tingkat kebisingan di SMK SMTI Padang berkisar antara 55,6 s.d. 92,8 dBA
dan berada di atas Nilai Ambang Baku (NAB) yang ditetapkan Kepmen-LH No. 48 Tahun 1996
yaitu sebesar 55 dB untuk kawasan pendidikan
2. Untuk reduksi kebisingan :
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 8
a. Pada area tanpa penghalang tanaman berkisar antara 3,50 – 4,87 dBA.
b. Untuk area dengan penghalang tanaman dengan berdasarkan perhitungan volume
kerimbunan, pohon glodokan tiang di SMK SMTI Padang mempunyai kerimbunan sebesar
2355 m3, dan bisa mereduksi kebisingan sebesar 6,64 – 8,52 dBA
3. Untuk persentase efektivitas reduksi kebisingan :
a. Pada area tanpa penghalang tanaman berkisar antara 4,28 – 6,07%. Persentase aktivitas
reduksi kebisingan pada area ini tergolong rendah karena hanya di pengaruhi oleh jarak dari
sumber bising tanpa adanya penghalang.
b. Pada area dengan penghalang tanaman berkisar antara 8,08 – 10,15%. Persentase aktivitas
reduksi kebisingan pada area ini juga tergolong rendah karena tanaman pada area ini tidak di
tanam secara rapat.
4. Pada kawasan pendidikan yang berdekatan dengan aktivitas kendaraan lalu lintas perlu
mempertimbangkan penempatan ruangan yang bersifat privat dan publik. Dengan adanya
keterbatasan lahan di SMK SMTI Padang, maka penempatan ruangan sebaiknya perlu
diperhatikan. Untuk ruang privat seperti ruang kelas, perpustakaan, atau tempat ibadah yang
membutuhkan ketenangan sebaiknya tidak berdekatan dengan jalan raya. Untuk ruangan yang
bersifat publik seperti ruang guru , ruang adiminstrsi dapat ditempatkan berdekatan dengan jalan
raya.
Saran
1. Sebaiknya SMK SMTI Padang menambah jumlah pohon yang ada dan melakukan penanaman
pohon dengan berbagai kombinasi tanaman seperti pohon yang memiliki kerimbunan daun yang
cukup tinggi contohnya pohon akasia (acacia mangium) dengan tanaman penutup tanah dan
perdu seperti Bambu Pringgodani (Bambu SP) sehingga menjadikan vegetasi sebagai efek
penghalang menjadi lebih optimum.
2. Untuk SMK SMTI Padang yang memiliki lahan terbatas sebaiknya dilakukan penempatan
ruangan dengan baik seperti untuk ruang perpustakaan, ruang kelas, dan tempat ibadah yang
membutuhkan ketenangan sebaiknya tidak berdekatan dengan jalan raya. Sedangkan untuk
ruangan yang bersifat publik seperti ruang guru dan ruang administrasi dapat ditempatkan
berdekatan dengan jalan raya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Badan Standarisasi Nasional (2009). SNI 7231:2009 Metode Pengukuran Kebisingan di
Tempat Kerja. Jakarta.
[2] Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Mitigasi Dampak Kebisingan Akibat Lalu Lintas
Jalan. Pedoman Konstruksi dan Bangunan. Jakarta.
[3] Direktur Jenderal, P2M dan PLP. (1993). Pelatihan Petugas Pengawas Tingkat
Kebisingan Model III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
[4] Groothoff, B. (1996). Noise and Vibration-Their Effect and Control. Quensland.
[5] Kryter, K. D., (1996). Handbook of Hearing and The Effect of Noise. New York Academi
Press: USA.
[6] Mediastika, Echristina E (2004). Akustika Bangunan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
[7] Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1978). Kebisingan yang Berhubungan dengan
Kesehatan, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
718/Menkes/Per/XI/1978, Jakarta.
Fitri Susanti: Efektivitas Pengurangan Kebisingan oleh Tanaman di SMK SMTI
Padang, 15 September 2019
Environtment Engineering Department, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Page | 9
[8] Menteri Negara Lingkungan Hidup (1996). Baku Tingkat Kebisingan, Surat Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-48/MENLH/1996/25 November 1996,
Jakarta.
[9] Menteri Pekerjaan Umum (2006). Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, Surat
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29, Jakarta.
[10] Peraturan Daerah Kota Padang, No. 4 (2012). tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Padang Tahun 2010-2030. Juni 2012. Padang.
[11] Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 (2011). nilai ambang batas
faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja, Nomor PER.13/MEN/X/2011. [12] Prabu. (2009). Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
[13] Riko Ervil, dkk. 2015. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND Padang.
STTIND : Padang.
[14] Sasongko, D.P., Hadiyarto A. (2000). Kebisingan Lingkungan. Universitas Diponegoro.
Semarang.
[15] Suma’mur. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Sagung
Seto. Jakarta.
[16] Suroto W. (2010). Dampak Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Permukiman Kota
(Kasus Kota Surakarta). Journal of Rural and Development. Vol 1. 1.
[17] Syaiful dan Zainal Abidin (2017). Pengaruh Volume Lalu Lintas Terhadap Kebisingan
yang Ditimbulkan Kendaraan Bermotor. Prosiding Simposium II. e-ISBN: 978-979-587-
734-9. 229.
[18] Undang-Undang Republik Indonesia, No. 2 (1989) tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Penjelasannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
[19] WHO. (1980). Environmental Healt Criteria 12 (Noise). World Health Organization.
Geneva.
[20] WHO. (1999). Guideliner For Community Noise. World Health Organization. Geneva.
[21] Widagdo, S (1998). Studi Reduksi Kebisingan Menggunakan Vegetasi dan Kualitas
Visual Lanskap Jalan Tol Jagorawi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Jawa Barat.
[22] Wiyadi, M.S. (1987). Pemeliharaan Pendengaran di Industri. Cermin Dunia Kedokteran
No. 47, Mei, pp. 28-31.