Transcript
Page 1: Yusdeka   lailatul qadar

Aneka Artikel Keislaman

Lailatul Qadar

Dikompilasi oleh FIW

Page 2: Yusdeka   lailatul qadar

2

Kata Pengantar

Tulisan inim merupakanm kumpulan dari beberapa artikel bertopik Lailatul Qadar, yang

bersumber dari internet. Tujuannya adalah untukm memudahkan pemahaman kami tentang

topik tersebut, khususnya pada Ramadhan 2014. Tulisan-tulisan tersebut ditulis oleh

berbagai penulis, di antaranya Ustadz Yusdeka, penulis produktif dari milis “Dzikrullah”

(https://groups.yahoo.com/group/dzikrullah) dan blog “Sikap Murid Dalam Berketuhanan

Sedang Belajar Mendekat Kepada Dzat Yang Maha Dekat” (yusdeka.wordpress.com).

Setelah pengkompilasian ini tercapai kami berpendapat alangkah sayangnya jika tulisan yang

sudah dikompilasi tersebut hanya untuk kami konsumsi sendiri. Untuk itu, dalam format

PDF, kami menaruhnya di internet. Semoga dengan demikian semakin banyak pihak yang

dapat turut menikmati, dan harapan kami, dapat menjadi bekal dan pahala yang terus

mengalir, bagi keselamatan di Akhirat kelak.

(FIW)

Page 3: Yusdeka   lailatul qadar

3

Daftar Isi

Artikel 1 : Lailatul Qadar dan Cara Mendapatkannya .............................................................. 4

Artikel 2 : Lailatul Qadar Malam Pencerahan Agung ............................................................. 10

Artikel 3 : Senin Pagi, 5 Aguatus 2013, Yang Mengherankan ................................................ 15

Artikel 4 : Rahasia Menjemput Malam Penuh Kemuliaan dan Rahmat ................................. 17

Artikel 5 : Lailatul Qadar ? Urusanmu Apa? .......................................................................... 19

Artikel 6 : Kajian Ilmiah Lailatul Qadar Menjadi Malam 1000 Bulan ...................................... 23

Artikel 7 : Bumi tanpa Radiasi Partikel .................................................................................. 28

Page 4: Yusdeka   lailatul qadar

4

Artikel 1 :

Lailatul Qadar dan Cara Mendapatkannya1

A. Pembahasan

Mendengarkan ceramah buka puasa bersama dari salah seorang pakar Al Qur’an

ternama di Indonesia dan adanya pertanyaan seorang teman mengenai hakikat

sebenarnya dari Lailatul Qadar membuat saya ingin untuk membahas topik ini kembali.

Pakar Al Qur’an yang mengarang buku tafsir terkenal ini berkata bahwa Lailatul Qadar

adalah malam di dalam bulan Ramadhan dimana Allah memberikan keistimewaan

kepada seluruh manusia yang antara lain terlihat dari tanda-tanda fisik dan kedamaian

pada alam semesta seperti yang disebutkan dalam lirik lagu Bimbo yang berjudul Lailatul

Qadar. Menurutnya malam ini dapat dilihat dari teori relativitas dimana meskipun

waktunya sangat singkat namun memiliki nilai yang luar biasa, bahkan lebih baik dari

1000 bulan atau 83 tahun. Ciri-ciri manusia yang mendapatkan Lailatul Qadar adalah

kedamaian di dalam hatinya.

Lailatul Qadar dijelaskannya dengan sangat rumit sehingga jika saya orang awam, maka

boro-boro hendak mendapatkan Lailatul Qadar, memahami maknanya saja sudah

teramat sulit. Padahal tujuan Allah menurunkan Al Qur’an adalah tidak membuat

manusia menjadi susah, sebagaimana disebutkan dalam :

Thaahaa (20 : 2)

“Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.”

Marilah kita membahas mengenai apa makna dan hakikat dari Lailatul Qadar ini dengan

membuka :

Al Qadr ( 97 : 1-2)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan

tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?”

Al Qur’an diturunkan pada waktu malam bukan berarti Al Qur’an diturunkan ketika

malam hari.

Malam di sini adalah perumpamaan kegelapan manusia yang belum mendapatkan

cahaya Allah melalui wahyu-Nya,

. . . sebagaimana disebutkan dalam :

1 https://groups.yahoo.com/neo/groups/dzikrullah/conversations/messages/3522

Page 5: Yusdeka   lailatul qadar

5

Ibrahim (14 : 1)

“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu

mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin

Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”

Al Qur’an yang diturunkan kepada manusia yang dalam kondisi gelap. Pada titik Lailatul

Qadar itulah kita mulai mendapatkan cahaya Allah dengan mulai memahami al Qur’an,

sebagaimana disebutkan dalam :

Asy Syuura (42 : 52)

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami.

Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula

mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami

tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan

sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

1. Jadi, kesimpulan pertama,

. . . malam Lailatul Qadar bukan berarti terjadi pada malam hari, namun dapat

terjadi kapan saja ketika seseorang yang sedang dalam kondisi gelap gulita

(perumpamaannya sebagai malam) mulai diberikan hidayah dari Allah melalui

al Qur’an.

Lailatul Qadar dapat terjadi kapan saja selama seseorang manusia tersebut

memenuhi persyaratan sebagai manusia yang paling bertakwa. Disebutkan sebagai

malam kemuliaan, karena terdapat tiga macam kemuliaan pada titik gelap tersebut.

a. Kemuliaan Pertama

Kemuliaan pertama adalah pada malam tersebut, seseorang yang memenuhi

persyaratan mendapatkan hidayah dari Allah adalah seseorang yang mulia yaitu

yang paling bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam :

Al Hujuraat (49 : 13)

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Page 6: Yusdeka   lailatul qadar

6

b. Kemuliaan yang Kedua

Kemudian manusia yang mulia ini dipertemukan oleh kemuliaan yang kedua

yaitu Al Qur’an yang mulia, sebagaimana disebutkan dalam :

Al Waaqi’ah (56 : 77)

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.”

c. Kemuliaan yang Ketiga

Di dalam memberikan hidayah dalam bentuk kepahaman Al Qur’an ini, Allah

mengutus kemuliaan yang ketiga yaitu utusan-Nya yang mulia yang bernama

Malaikat Jibril, sebagaimana disebutkan dalam :

At Takwir (81 : 19)

“. . . sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh)

utusan yang mulia (Jibril).”

2. Jadi, kesimpulan kedua,

. . . malam Lailatul Qadar tidak berlaku untuk semua manusia, tetapi berlaku

hanya kepada manusia yang paling bertakwa, di mana pada malam tersebut

Allah mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan Al Qur’an kepadanya.

3. Adapun kesimpulan ketiga, malaikat Jibril mendatangi manusia yang bertakwa

sehingga konsep bahwa malaikat Jibril hanya mendatangi para Nabi dan sudah

menjadi pensiunan setelah Nabi Muhammad wafat perlu dipertanyakan.

Al Qadr (97 : 3)

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”

Makna dari bulan bukanlah berarti bulan kalender. Bulan dimaksudkan sebagai

bercahaya sebagai lawan dari matahari yang bersinar, sebagaimana disebutkan

dalam :

Yunus (10 : 5)

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-

Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu

mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang

demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)

kepada orang-orang yang mengetahui.”

Page 7: Yusdeka   lailatul qadar

7

Bulan adalah perumpamaan dari Al Qur’an sebagai wujud dari cahaya Allah,

sebagaimana disebutkan dalam :

Asy Syuura (42 : 52)

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah

Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak

pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya,

yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba

Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang

lurus.”

Seribu bulan adalah perumpamaan dan bukan berarti seribu dibagi dengan dua

belas atau delapan puluh tiga tahun. Kesalahan pemaknaan ini mengakibatkan

adanya konsep bahwa kalau pada hari itu kita shalat, hitungannya seperti shalat

selama 83 tahun.

Jika satu bulan purnama sudah menerangi malam yang gelap, maka :

. . . seribu bulan adalah perumpamaan Al Qur’an yang merupakan cahaya Allah

yang terang benderang,

. . . sebagaimana disebutkan dalam :

An Nisaa’ (4 : 174)

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari

Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu

cahaya yang terang benderang (Al Qur’an).”

4. Jadi, kesimpulan keempat, seribu bulan bukanlah bermakna seribu bulan kalender

atau 83 tahun, tetapi bermakna :

Al Qur’an yang memberikan cahaya hidayah yang terang benderang kepada

manusia yang dalam keadaan gelap gulita.

AL Qadr (97 : 4)

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya

untuk mengatur segala urusan.”

Ketika dikatakan malaikat dan ruhu fiha (Jibril) turun, jangan dibayangkan bahwa

malaikat dan Jibril seperti bidadara atau bidadari yang turun dari kahyangan.

Page 8: Yusdeka   lailatul qadar

8

Makna dari turunnya malaikat dan ruhu fiha adalah turun untuk menjelaskan

mengenai cahaya hidayah Allah melalui al Qur’an. Malaikat dan ruhu fiha (Jibril)

bukanlah turun ke bumi dari kahyangan, tetapi turun ke qalbu atau jiwa

manusia untuk menguraikan (Jabarul) segala sesuatu yang belum dipahaminya

untuk menjadi paham,

. . . sebagaimana disebutkan dalam :

Asy Syu’araa’ (26 : 192-194)

“Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,

dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu agar kamu menjadi

salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.”

5. Jadi, kesimpulan kelima :

. . . malaikat dan Jibril tidak turun ke bumi tetapi ke dalam jiwa atau qalbu

manusia untuk menjadi utusan dalam memberikan hidayah dari Allah dalam

bentuk kepahaman yang mendalam akan petunjuk Allah dalam al Qur’an.

Melalui kesimpulan ini, maka konsep bahwa terdapat ciri-ciri alam semesta

sebagaimana yang digambarkan oleh pakar Al Qur’an tersebut dan lagu Bimbo

adalah suatu konsepsi yang kurang tepat.

Al Qadr (97 : 5)

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”

Ketika dikatakan bahwa malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar, pakar

Al Qur’an tersebut mengatakan bahwa fajar adalah bagian dari siklus hidup manusia

yang dimulai sejak fajar hingga maghrib.

Hakikat yang sesungguhnya dari fajar adalah batas antara gelap dan terang.

Ketika manusia yang mulia dipertemukan Allah dengan Al Qur’an yang mulia

melalui utusan Allah yang mulia (Jibril), maka manusia tersebut mulai

menghadapi masa dari gelap menuju terang di mana berangsur-angsur

hidupnya akan menjadi terang benderang karena dibimbing dan dilindungi oleh

Allah melalui para malaikat dan Jibril,

. . . sebagaimana disebutkan dalam :

Al Baqarah (2 : 257)

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari

kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,

Page 9: Yusdeka   lailatul qadar

9

pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya

kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya.”

B. Kesimpulan

1. Malam Lailatul Qadar adalah perumpamaan kegelapan manusia yang belum

mendapatkan cahaya Allah melalui wahyu-Nya.

2. Malam Lailatul Qadar bukan berarti terjadi pada malam hari, namun dapat terjadi

kapan saja ketika seseorang yang sedang dalam kondisi gelap gulita

(perumpamaannya sebagai malam) mulai diberikan hidayah dari Allah melalui al

Qur’an.

3. Malam Lailatul Qadar tidak berlaku untuk semua manusia, tetapi berlaku hanya

kepada manusia yang paling bertakwa, di mana pada malam tersebut Allah

mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan Al Qur’an kepadanya.

4. Seribu bulan adalah perumpamaan Al Qur’an yang merupakan cahaya Allah yang

terang benderang. Seribu bulan bukanlah bermakna seribu bulan kalender atau 83

tahun, tetapi bermakna Al Qur’an yang memberikan cahaya hidayah yang terang

benderang kepada manusia yang dalam keadaan gelap gulita.

5. Makna dari turunnya malaikat dan ruhu fiha adalah turun untuk menjelaskan

mengenai cahaya hidayah Allah melalui al Qur’an. Malaikat dan ruhu fiha (Jibril)

bukanlah turun ke bumi dari kahyangan, tetapi turun ke qalbu atau jiwa manusia

untuk menguraikan (Jabarul) segala sesuatu yang belum dipahaminya untuk

menjadi paham.

6. Hakikat yang sesungguhnya dari fajar adalah batas antara gelap dan terang. Ketika

manusia yang mulia dipertemukan Allah dengan Al Qur’an yang mulia melalui

utusan Allah yang mulia (Jibril), maka manusia tersebut mulai menghadapi masa

dari gelap menuju terang di mana berangsur-angsur hidupnya akan menjadi terang

benderang karena dibimbing dan dilindungi oleh Allah melalui para malaikat dan

Jibril.

Page 10: Yusdeka   lailatul qadar

10

Artikel 2 :

Lailatul Qadar Malam Pencerahan Agung2

A. Pembahasan

Saat itu, kami di Cibubur sedang mengadakan acara rutin "enam bulanan", yaitu

lanjutan "pelatihan ihsan" yang telah diadakan enam bulan yang lalu yang juga diadakan

di Cibubur. Kali ini pelatihan diadakan pada tanggal 14-16 November 2003 yang baru

lalu. Kisah ini langsung saya bawa kepada acara malam terakhir (malam minggu) 15

November Mid Night. Artinya sudah masuk ke tanggal 16 November jam 00:00,

bertepatan dengan malam ke 21 Ramadhan saat mana kami mengadakan acara "tafakur

dan tadabur alam" di lapangan terbuka bumi perkemahan Cibubur.

Ketika itulah muncul "pengertian-pengertian baru" kepada kami, sekitar 20 orang,

termasuk pembimbing kami H. Slamet Utomo dan Ust. Abu Sangkan. Pengertian yang

boleh dikatakan sangat gamblang dan jelas. Sedangkan 80 orang sahabat saya yang lain

sudah duluan kembali ke penginapan yang berlokasi masih di sana juga. Ya..., tinggal

kami sekitar 20 orang yang melanjutkan ketahap "pendakian rohani" berikutnya di

lapangan terbuka. Mudah-mudahan secuil pengalaman ini bisa memberikan tambahan

pengetahuan buat kita semua.

Seperti biasa kami hanya melakukan usaha "positioning" sebagai seorang "hamba

menghadap dan memandang Tuhan". Saat itu dengan "kesadarannya",

. . . sang hamba mencoba berusaha :

• mengembalikan penglihatannya, pendengarannya, tahunya, hidupnya kembali

kepada Yang Punya Sesungguhnya,

• mengembalikan melihat kepada Sang Maha Melihat,

• mengembalikan mendengar kepada Sang Maha Mendengar,

• mengembalikan hidup kepada Sang Maha Hidup,

• mengembalikan tahu kepada Sang Maha Tahu, Maha . . . Segalanya.

Artinya kami, sang hamba ini, berusaha menuju ke titik keNOLan. Walaupun sebenarnya

tanpa dikembalikanpun tetap saja Dia yang punya. Hanya kita saja yang begitu sombong,

berani-beraninya mengaku bahwa melihat itu, mendengar itu, tahu itu, hidup itu milik

kita. Betapa sombongnya kita ini memang.

Biasanya usaha positioning ini sangat sulit kami lakukan, terutama bagi saya sendiri.

Sungguh sulit. Akan tetapi di tengah malam itu suasana berubah begitu drastis.

2 http://groups.yahoo.com/neo/groups/dzikrullah/conversations/messages/403

Page 11: Yusdeka   lailatul qadar

11

Malam itu saya dan semua rekan-rekan saya di atas, masuk ke SUASANA

KESENYAPAN ABADI. Kesenyapan yang "tak ada awal dan tak ada akhirnya". Di

sana tidak ada apa-apa. Suasana yang ada adalah DIAM dan KESENDIRIAN ABADI.

Kekosongan ABADI.

Dari dulu, sekarang, dan yang akan datang, ya suasananya begitu itu, tidak berubah.

• Suatu "pengertian (yang bukan-kata-kata, bukan huruf, bukan gambar)" datang

menyusup ke kalbu kami : "JANGAN KAU USIK KETENANGAN INI".

• Lalu untuk beberapa saat kami tidak sanggup "ke luar" dari KESENYAPAN itu, sampai

kira-kira jam 01:15.

Setelah itu kami baru bisa bergerak kembali. Saya "rasanya" seperti baru saja keluar dari

sebuah kepompong Maha Luas dengan nuansa PENCERAHAN YANG SANGAT AGUNG.

Setelah itu, kami berjalan kembali ke penginapan di tepi Danau Cibubur. Sambil lewat,

saya memperhatikan alam sekeliling saya. Pepohonan dan dedaunan tidak bergerak

sedikitpun. Di langit terlihat tidak ada awan akan tetapi juga tidak hitam kelam. Langit

seperti dilapisi oleh selaput putih yang tipis merata. Kerlipan bintang sangat sayup-

sayup nyaris tak kelihatan. Tidak ada suara jangkrik atau burung malam yang terdengar

bertingkah, padahal pada hari-hari biasa kami latihan di Cibubur, suara-suara itu ada.

Saya perhatikan bulan hanya separo, tetapi anehnya terlihat seperti double. Sepintas

saya mengarahkan pandangan saya ke permukaan air danau Cibubur. Saya terpesona.

Dalam temaram lampu-lampu hias di pinggirnya, permukaan danau itu kelihatan bening

dan diam seperti kaca. Permukaan danau terlihat tidak ada riak sedikitpun. Dan saya

sempat memberitahu suasana "danau kaca" ini kepada sahabat saya Ust. Abu Sangkan,

beliau mengangguk mengiyakan.

Sesampai di penginapan, untuk beberapa saat saya duduk di teras depan berduaan

dengan Pak Haji Slamet Utomo. Mata saya kembali memandang pepohonan dan

tanaman perdu di sekitar saya, tidak ada gerakan pepohonan maupun udara di sekitar

itu.

Suasananya SENYAP, DIAM, tapi anehnya TIDAK mencekam sedikitpun. Malah yang

datang adalah sebuah keharuan yang menggumpal.

Saya ingin berkata-kata dengan Pak Haji Slamet Utomo, tetapi yang muncul justru

setetes dua tetes cairan bening di sudut mata saya.

Kemudian saya mencoba memperhatikan "fikiran dan dada" saya. Lho..., kok rasanya

kedua-duanya juga ikut-ikutan meluas. Di situ ada rasa damai dan tenteram yang belum

pernah saya rasakan sebelum-sebelumnya. Setengah berbisik saya bertanya kepada Pak

Haji Slamet Utomo: "Pak Haji, mungkinkah ini malam Lailatul Qadar...?". Beliau

membuka mata dan berguman: "Mmm..., ooo iyaaaa..., sekarang khan malam ke 21

Page 12: Yusdeka   lailatul qadar

12

Ramadhan...?". Jawaban singkat beliau ini sudah cukuplah bagi saya. Saya tidak butuh

penjelasan lain lagi. Dan saya lalu beranjak menelpon istri saya di Cilegon agar dia

segera shalat barang dua rakaat lalu berdoa untuk kami semuanya.

Sementara itu suasana SENYAP ini terus menjadi pegamatan saya, suasana damai,

tenang dan tenteram ini terus "menemani" saya dari jam ke jam. Saat shalat subuhpun,

suasana itu ada. Pagi harinya suasana aman, damai, diam, senyap itu juga masih terasa

pekat. Cahaya matahari juga begitu TEDUH. Matahari seperti malu-malu untuk mengusik

kesenyapan itu dengan cahayanya yang biasanya membakar langit pagi hari dengan

garang.

Selesai acara penutupan, sekitar jam 10.00 pagi, kami kembali ke rumah masing-masing.

Ada yang kembali ke Jogya, Semarang, Banyuwangi, Bandung, Tuban, dsb. Walaupun

begitu sepanjang hari itu saya terus mengamati perilaku alam di sekitar saya. Suasana

yang sama dengan semalam itu tetap saja belum berubah. Tetap diam dan adem.

KESENYAPAN itu masih nyata. Sekitar jam 17:00 sore saya coba hubungi beberapa

sahabat saya, dan menceritakan suasana yang tetap senyap tak berubah ini. Jawaban

mereka cuma singkat "Ya... nggak mau di usik, mari kita ikut diam...".

Tanpa saya sadari ada perubahan yang sangat berarti dalam "rasa ingat saya". Saya kok

merasa :

. . . bisa lebih cepat berada dalam suasana SENYAP dan DIAM itu dalam shalat

maupun dalam dzikir saya.

Bahkan ketika melihat alampun suasana itu muncul dalam waktu tidak terlalu lama,

malah dengan kepekatan yang semakin meningkat. Walaupun saat itu alamnya masih

berputar, tumbuhannya masih bergoyang, anginnya masih berhembus perlahan, dan

manusia-manusia masih bergerak secara dinamis, akan tetapi semua "dinamika gerak"

itu nyata-nyata BERSANDAR kepada "suasana senyap dan diam" itu. Suasana yang tidak

bisa dibahasakan. Saya belum tahu bagaimana akhir dari suasana ini. “Ya Allah...,

semoga suasana ini tidak pernah berakhir.... Ya Allah..., semoga suasana itu semakin

pekat dan pekat..., semoga.”

Lalu ungkapan-ungkapan dan pengertian-pengertian berikut muncul dengan benderang

kepada saya : Andaikan malam itu adalah malam Lailatul Qadar, maka suasana malam

kebahagian itu dari DULU-DULU juga sudah ada. Dan akan TETAP ADA sampai kapanpun.

Suasana itu tetap ada SETIAP SAAT, yang akhirnya bermuara pada satu kata waktu saja,

yaitu SEKARANG. SAAT INI. Artinya adalah, jika segala sesuatu sudah tiada (FANA), maka

tiada lagi waktu. Tiada lagi waktu yang lalu. Tiada lagi waktu yang akan datang. Semua

waktu berkumpul menjadi SEKARANG. Yang ada adalah SAAT INI. Wal 'ashri..., demi

waktu (universal) ini, demi saat (univesal) ini...

Page 13: Yusdeka   lailatul qadar

13

Sungguh Allah sangat penyayang kepada kita. Dia menyediakan waktu-waktu istimewa

bagi kita, manusia ini, untuk mendapatkan suasana itu. Suasana Agung saat turunnya Al

Qur'an untuk alam semesta ini. Waktu-waktu "yang dimudahkan" bagi manusia dalam

upaya mencapai suasana agung itu disediakan Allah pada 10 hari terakhir bulan

Ramadhan. Walau sebenarnya waktu itu hanyalah waktu dalam dimensi manusia saja.

Sedangkan pada hakekatnya waktu itu adalah SAAT INI.

Sekarang terserah kepada sang manusianya saja. Apakah sang manusia itu :

• Mau mendapatkan REALITAS Lailatul Qadar yang sangat dahsyat itu, atau

• Hanya sekedar berpuas diri untuk mendapatkan PAHALA keagungannya saja.

Tanda-tanda real yang mungkin dapat dipakai sebagai patokan apakah kita

mendapatkan malam itu atau tidak adalah :

"Adakah perubahan yang nyata yang muncul dalam hati kita, dalam tindakan kita,

dalam fikiran kita setelah pencerahan agung itu, sebuah perubahan yang boleh jadi

sangat drastis yang jauh lebih baik dan bermakna dibandingkan dengan kondisi atau

suasana sebelum pencerahan agung itu datang ?"

Kalau ada perubahan itu, maka marilah kita sama-sama bersyukur kepada-Nya. Akan

tetapi kalau perubahan itu belum ada, maka marilah kita TETAP sama-sama

menggantungkan kembali harapan kita kepada Allah agar di hari-hari mendatang kita

bisa mendapatkannya, mendapatkan MALAM PENCERAHAN AGUNG.

Semoga saja banyak manusia lain yang berhasil mendapatkan realitas Pencerahan

Agung itu dimana-mana. Kalaupun realitas itu belum muncul, maka mudah-mudahan

"pahala 1000 bulan" saja juga sudah sangat berarti banyak bagi kita. Tinggal nanti kita

berusaha lagi untuk mencari sang Lailatul Qadar ini di bulan Ramadhan di lain waktu.

Atau barangkali, siapa tahu realitas itu masih bisa kita dapatkan lagi di malam-malam

terakhir Ramadhan ini. Khan uraian di atas hanya sebuah EXPERIENCE saja dari seorang

DEKA, tak lebih dan tak kurang. Pengalaman rohani ini bisa saja benar, akan tetapi juga

sekaligus bisa salah. Yang pasti :

MISTERI KEAGUNGAN Lailatul Qadar ini hanya dan hanya Allah saja yang tahu. Kita

manusia ini hanya mereka-reka dan mengira-ngira saja, tak lebih, tak kurang.

Tapi paling tidak saya masih punya sedikit harapan dalam memaknainya. Bahwa:

"Insyaallah, setidaknya saya ingin bersyukur ketika saya diberi-Nya kesempatan untuk

menikmati pencapaian saya yang masih sangat sederhana ini dalam merayakan hari

kemenangan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, di tahun 2003 ini". Harapan sayapun masih

belum pupus untuk bisa mencapai realitas "kembali ke kefitrahan". Sebuah posisi hakiki

Page 14: Yusdeka   lailatul qadar

14

manusia yang berharap kedamaian dan kebahagiaan dalam suasana kepatuhan seorang

hamba.

B. Kesimpulan

1. Cobalah mengisi malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan

dengan melakukan positioning yaitu :

a. mengembalikan penglihatannya, pendengarannya, tahunya, hidupnya kembali

kepada Yang Punya Sesungguhnya,

b. mengembalikan melihat kepada Sang Maha Melihat,

c. mengembalikan mendengar kepada Sang Maha Mendengar,

d. mengembalikan hidup kepada Sang Maha Hidup,

e. mengembalikan tahu kepada Sang Maha Tahu, Maha . . . Segalanya.

2. Mendapatkan Lailatul Qadar ditandai dengan masuknya kita ke SUASANA

KESENYAPAN ABADI. Kesenyapan yang "tak ada awal dan tak ada akhirnya". Di sana

tidak ada apa-apa. Suasana yang ada adalah DIAM dan KESENDIRIAN ABADI.

Kekosongan ABADI. Suasananya SENYAP, DIAM, tapi anehnya TIDAK mencekam

sedikitpun.

3. Setelah melalui malam tersebut, maka evaluasi diri kita : Adakah perubahan yang

nyata yang muncul dalam hati kita, dalam tindakan kita, dalam fikiran kita setelah

pencerahan agung itu, sebuah perubahan yang boleh jadi sangat drastis yang jauh

lebih baik dan bermakna dibandingkan dengan kondisi atau suasana sebelum

pencerahan agung itu datang ?

Page 15: Yusdeka   lailatul qadar

15

Artikel 3 :

Senin Pagi, 5 Aguatus 2013, Yang Mengherankan3

A. Pembahasan

1. Yusdeka

Momentum jiwa pagi ini begitu indah dan kuat. Setelah tadi malam “mengambil alih

tanggung jawab”, lalu diganti Allah dengan :

• Sebuah gelombang kejut seperti gelombang kejut supersonik yang membawa

kepada rasa menerima “kemarahan” Allah atas segala perbuatan manusia yang

saat ini memang sudah sangat keterlaluan. “Fabiayyiala irabbikuma

tukadzdzibaan.”

• Lalu kemudian dengan gelombang kejut yang sangat lembut, diberi pula

kesempatan untuk mencicipi Kasih dan Sayang Allah yang meliputi seluruh

ciptaan-Nya. Sungguh Dia menjaga Alam semesta ini dengan Daya Kasih-

Sayangnya, Ar Rahman Ar Rahim. Daya yang sangat “delicate”, seperti sedang

menjaga balon gelembung sabun kehidupan yang sangat tipis dan terus

membesar. Daya itu sangat tipis, begitu halusnya, lembut, tidak menyolok mata,

mudah sekali tersinggung dan pecah. Lalu dalam lautan kasih sayang-Nya hanya

bisa berurai airmata. “Ya Allah…, Ya Rahman…, Ya Rahim…”

“Alhamdulilllaaah”, diberitahu-Nya bahwa Dengan Daya Ar Rahman Ar Rahim, Kasih

dan Sayang, yang sangat “delicate” itulah Dia menjaga hati hamba-hamba-Nya yang

beriman kepada-Nya.

2. Mas S

“Subhanallah”, entah mengapa. Mulai ada yang memberitakan dan menyaksikan

Lailatul Qadar semalam. Sebagaimana persaksian saya. Semakin menguatkan

persaksian. Semoga berkah dan rahmat Allah yang turun mampu ditangkap receiver

hati, sehingga ada seribu buah hati yang bersinar indah layaknya purnama akan

muncul. Setidaknya saya telah melihat beberapa purnama sekarang. Maha suci

Allah.

3. Deka

Dari adik saya “Y” yang iktikaf di Pondok Uzlah Bandung:

“Ketundukan Alam semakin terasa. Allah sedang mengajarkan pada semua yang

dapat menangkap turunnya para malaikat ke bumi, akan sangat mudah di

3 https://yusdeka.wordpress.com/2013/08/06/senin-pagi-5-aguatus-2013-yang-mengherankan/

Page 16: Yusdeka   lailatul qadar

16

tangkap oleh yang berhasil tarekat puasanya, bahkan tak bisa menghindar.”

“Perobahan dayanya terasa jam 23.30 malam. Sangat kentara :

• Alam mendadak menebarkan ketundukan.

• Semua terasa melambat.

• Suara aliran air melunak.

• Tak terhindari lagi, saat shalat badan bergetar hebat tak terhindari.

• Saat melihat ke luar ada bintang sebesar bohlam di ufuk timur.

• Langit terang bertabur bintang tanpa awan.

• Pohon menebarkan daya ketundukan.

• Tenang damai temaram sangat tunduk sekali serasa alam seperti bersujud.

• Saat berdoa bersama di plaza Pondok Uzlah, awan bergerak perlahan

membentuk kipas raksasa di langit, dan sirna lagi setelah doa selama 1,5

jam.

• Dan meteorpun tampak bersinar melewati atmosfir saat doa selesai.

“Allahuakbar, Allahuakbar.” Acara shalat malam bersama selama 1,5 jam pun terasa

sangat berbeda, begitu cepat waktu terasa, hingga tidak bisa tidur lagi sampai saat

ini. “Ya Allaah, Subhanallaah, Allahu Akbar, Ya Allah.”

4. Mas S

Sebuah persaksian. Dan sungguh, saya mampu mengenali ruh yang menuliskan ini,

begitu saya kenal, meskipun belum pernah bertemu, belum sempat komunikasi,

namun saya mampu membaca lambang simbol, dibalik tulisan, mampu mengenal

kelembutan ketulusan, dan banyak rasa yang pernah sy bicarakan, menggunakan

bahasa yang sangat dikenal. Salam saya untuknya. Saya menjadi saksi sebagaimana

yang diungkapkan.

5. Mas B, Jogja

Ya Allah, meski tidak ikut diberi kesempatan membaca alam. Namun hari ini tetap

saja Allah turunkan berlimpah kebaikan yang terus mengalir.

Page 17: Yusdeka   lailatul qadar

17

Artikel 4 :

Rahasia Menjemput Malam Penuh Kemuliaan dan Rahmat4

A. Pembahasan

Malam Penuh Kemulian dan Rahmat ini,

. . . hanya diperkenankan bagi yang mempunyai tugas dari Tuhan akibat ia telah

bersepakat dalam hidupnya untuk Allah. Yaitu menjadi wali-Nya, menjadi perantara

Kalam-Nya. Ya, menjadi.

Apa saja yang sudah kalian sepakati bersama Allah. Malaikat turun membawa pesan

bagi yang berhak dalam tugasnya. Ia tidak mungkin melepaskan amanah yang dibawa-

nya dari Tuhannya.

Ia akan mencari hamba-hamba Allah yang terpilih, yang ingin meneruskan

perjuangan Nabi-Nya.

Malaikat sebagai utusan yang amanah,

TIDAK akan memberikan pesan-pesan dari Tuhannya kepada orang-orang yang

HANYA punya tujuan MENCARI URUSAN PRIBADI atau DUNIAWI.

Maka puasamu akan menjadi sarana memudahkan ruhanimu untuk menangkap Malam

Penuh Kemuliaan dan Ramat tersebut. Jangan kalian sia-siakan dudukmu yang TIDAK

mempunyai Tujuan. Kalau kalian paham, maka segeralah berjalan, temui sang utusan

untuk menanyakan,

“Pesan Apa yang telah dibawanya dari Tuhanku.”

Kalian harus berusaha mampu menemuinya, yaitu redamlah PENGIKAT HAWA NAFSU

ini, agar kalian secepat kilat pergi meninggalkan alam ini.

“Laula syayathina yahumuna ‘ala qulubi bani adam, lanadharuu ‘ala malakutissama,

Kalaulah syaitan-syaitan itu tidak berkerumun di hati Bani Adam, niscaya mereka dapat

memandang ke alam ghaib, alam malakut”, (HR Ahmad dari Abu Hurairah R.a)

B. Kesimpulan

1. Untuk dapat menjemput Malam Penuh Kemuliaan dan Rahmat, maka kita harus

menjadi menjadi wali-Nya, menjadi perantara Kalam-Nya dalamk meneruskan

4 https://yusdeka.wordpress.com/2011/08/29/rahasia-menjemput-malam-penuh-kemuliaan-dan-

rahmat%e2%80%a6/

Page 18: Yusdeka   lailatul qadar

18

perjuangan Nabi-Nya.

2. Kalau kita hanya punya tujuan mencari urusan pribadi atau duniawi saja, jangan

harap kita akan mendapatkan malam istimewa tersebut.

Page 19: Yusdeka   lailatul qadar

19

Artikel 5 :

Lailatul Qadar ? Urusanmu Apa?5

A. Pembahasan

Bahkan beberapa kali saya berkunjung ke beberapa masjid, begitu lewat jam 00:00

tengah malam, ada jamaah yang kemudian menggelar pengajian kitab kuning tertentu

sampai jam 02:00 dinihari. Ada pula yang :

• asyik shalat,

• membaca Al Qur’an,

• berdzikir dengan semangat 45, atau

• hanya sekedar duduk diam tafakur.

Kelihatan sekali kita umat islam ini punya sebuah impian yang pekat agar, terutama

pada waktu-waktu 10 malam terakhir Ramadhan, bisa mendapatkan malam Lailatul

Qadar selagi kita sibuk beribadah seperti itu.

Allah mengatakan di dalam Al Qur’an bahwa pada malam Lailatul Qadar itu, Malaikat

dan Ar RUH (yang biasa diterjemahkan sebagai JIBRIL), dengan izin Allah, turun ke bumi

membawa AMR atau perintah-perintah dari Allah.

Amr yang dibawa oleh para Malaikat itu

akan memberikan manfaat (pahala) kepada orang-orang

yang mendapatkan AMR Allah itu selama 1000 bulan ke depan atau sekitar 83

tahunan.

Sekarang muncul beberapa pertanyaan yang sangat menggelitik, bahwa :

• ADA URUSAN APA Malaikat dan Ar RUH itu turun dan sempat-sempatnya

membawa AMR Allah itu kepada kita ?

• Apakah kita punya URUSAN dengan Allah, sehingga Allahpun punya URUSAN

dengan kita, yang menyebabkan Allah mengutus Malaikat dan AR RUH untuk

menjawab urusan kita itu ?

Selama ini mungkin :

. . . banyak diantara kita yang ujug-ujug melakukan I’tikaf pada 10 malam terakhir

Ramadhan tanpa membawa urusan apa-apa dengan Allah :

• Kita datang dengan tangan hampa.

5 https://yusdeka.wordpress.com/2013/07/22/lailatul-qadar-urusanmu-apa/

Page 20: Yusdeka   lailatul qadar

20

• Kita hanya ingin mendapatkan pahala 1000 bulan dari amalan yang kita lakukan

pada malam itu.

Dan semuanya itu adalah untuk diri kita dan keluarga kita sendiri.

Sampai akhir Ramadhan pun kita tidak tahu apakah kita

berhasil mendapatkan malam 1000 bulan itu atau tidak.

Walaupun pada suatu pagi di 10 malam terakhir itu kita mendengar cerita-cerita bahwa

pagi itu sangat tenang, lembut dan cahaya matahari temaram, yang katanya itu adalah

tanda-tanda telah terjadi malam 1000 bulan pada malamnya, namun :

. . . kita tetap tidak pasti, apakah kita telah berhasil mendapatkan malam itu ketika

kita beribadah saat itu.

Begitu pula, kalau kita lihat apakah bekas-bekas kita telah mendapatkan malam 1000

bulan itu sudah mulai terjadi pada diri kita, juga kita tidak bisa membedakannya dengan

apa-apa yang kita lakukan dan dapatkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Nyaris sama

saja.

Jadi sebagai alternatif cara bertindak saja,

. . . marilah kita mulai mencoba untuk mendatangi Allah di 10 malam terakhir

Ramadhan ini dengan membawa URUSAN untuk membantu Allah memperjuangkan

agama-Nya. Islam.

Kita hanya datang dengan menyatakan kesiapan kita secara tulus dan teguh. Bawalah

urusan itu kepada Allah, sehingga Allahpun kemudian mempunyai urusan dengan kita.

Ketika Allah sudah punya urusan pula dengan kita, maka urusan Allah kepada kita itu

pastilah dalam bentuk pemberian segala fasilitas yang dengannya kita bisa menjalankan

urusan kita dengan sempurna untuk memperjuangkan agama Allah.

Kita panggil Allah, kita seru Allah dengan suara lembut, tidak dengan suara keras, dan

tidak pula dengan suara lemah. Panggillah Dia dengan suara pertengahan. Tidak usah

emosi. “Ya Allah…, Ya Rahman”, atau panggillah Dia dengan Nama-Nama-Nya Yang

Indah yang lainnya. Lalu sampaikan pula urusan kita untuk bersedia membantu agama-

Nya kepada-Nya.

Sampai kemudian turun RIQQAH sebagai jawaban Allah

terhadap seruan-seruan kita itu.

Page 21: Yusdeka   lailatul qadar

21

Sebab kalau Allah ada di dekat kita dan menjawab seruan-seruan kita, maka akan terasa

sekali dekat-Nya dan jawaban-Nya. Ada tanda-tanda yang dikirim atau diturunkan-Nya

ke dalam dada kita sebagai pertanda bahwa Dia sedang dekat dengan kita dan

menjawab seruan-seruan kita. Tanda-tanda itu adalah berupa Rahmat yang diturunkan-

Nya kedalam dada kita. Ada RIQQAH yang terasa bergetar lembut mengalir masuk ke

dalam dada kita. Getaran RIQQAH itu seperti membasuh segala rasa yang ada selama ini

di dalam dada kita. Kadar rasanya jauh lebih dahsyat daripada rasa tetang yang

dihasilkan oleh proses sekresi hormonal sebagai hasil dari olah pikiran yang kita lakukan.

Ketika Riqqah ini turun, dada kita seperti dicelup. Ke dalam dada kita turun getaran yang

sangat halus sehingga dada kita itu diisi dengan cita rasa kelezatan, kelembutan,

kepekaan, kehalusan, keindahan.

• Adakalanya dada kita itu dipenuhi dengan citra ketipisan dan kerapuhan, sehingga

mudah pecah dan berderai ketika bersentuhan dengan pepujian kita kepada Allah.

• Adakalanya muncul citra rasa keanggunan, kehalusan, kerapian, keramahan yang

membalut hati kita.

Saat itu kita sulit untuk tidur karena seluruh tubuh kita dialiri rasa segar yang amat

sangat. Rasa yang sulit untuk dibayangkan dan diterangkan, karena itu hanya bisa

dirasakan sendiri. Adakalanya juga muncul rasa seperti kita sedang dipenuhi atau

tenggelam (ISTIGRAQ) dalam cahaya keagungan Allah.

Pada malam-malam itu, tunggulah, diamlah, dengan penuh harap (Roja’) para Malaikat

yang akan menyampaikan urusan Allah itu kepada kita. Tentang jawaban atas urusan

kita dengan Allah yang telah kita sampaikan kepada Allah sebelumnya. Ketika malam itu,

malam 1000 bulan, insyaallah akan ada serah terima antara kita dengan para malaikat

tentang segala urusan yang Allah titipkan kepada mereka untuk disampaikan kepada

kita. Sebagai bekal kita untuk menjalankan urusan kita yang manfaatnya akan terus ada

untuk 1000 bulan ke depan. Itu semua terjadi karena Allah telah punya urusan dengan

kita. Mari kita berlomba-lomba membuat urusan dengan Allah.

Sekecil apapun urusan yang kita bersedia untuk memikulnya, asal urusan itu adalah

untuk membela agama Allah, Islam, insyaallah malaikat akan turun menyampaikan

urusan Allah untuk mengujudkan tugas kita itu di salah satu malam pada 10 malam

terakhir Ramadhan bulan ini.

Insyaallah masih ada waktu…

Wahai Allah nya Muhammad SAW.

Wahai Allah nya Ibrahim AS

Wahai Allah nya Musa dan Harun. AS.

Wahai Allah nya Isa AS

Page 22: Yusdeka   lailatul qadar

22

Wahai Allah nya para Nabi dan Rasul.

Wahai Allah nya para hamba-hamba Allah yang Shalih.

Hamba bersedia untuk menjadi Wali-Mu, Ya Allah…

Ya Allah…, Ya Rahman…

Ya Allah…, ya Rahman…

Ya Allah…, ya Rahman…

B. Kesimpulan

1. Untuk bisa mendapatkan Lailatul Qadar, seyogyanya kita mendatangi Allah di 10

malam terakhir Ramadhan ini dengan membawa URUSAN untuk membantu Allah

memperjuangkan agama-Nya. Islam.

2. Sebagai jawaban-Nya, maka Allah akan menurunkan RIQQAH sebagai jawaban Allah

terhadap seruan-seruan kita itu.

Page 23: Yusdeka   lailatul qadar

23

Artikel 6 :

Kajian Ilmiah Lailatul Qadar Menjadi Malam 1000 Bulan6

Catatan : Artikel ini bukan merupakan buah karya Yusdeka, tapi diikutkan di sini karena

cukup menarik.

A. Pembahasan

1. Mengapa Ramadhan?

Dalam Islam kita mengenal adanya 4 bulan suci, yaitu : Dzulka’idah, Dzulhijjah,

Muharram dan Rajab. Ramadhan yang berarti panas pun tidak termasuk sebagai

bulan suci. Mengapa Ramadhan dipilih untuk puasa sebulan penuh?

Dalam ilmu astronomi, radiasi matahari memiliki siklus 11 tahunan. Tahun 2007

sendiri merupakan akhir dari siklus ke 23 sejak pengamatan pertama pada abad 18.

6 http://miftah19.wordpress.com/2010/08/26/kajian-ilmiah-lailatul-qadar-menjadi-malam-1000-bulan/

Page 24: Yusdeka   lailatul qadar

24

Bumi dilindungi magnestosphere, sehingga dampak badai radiasi bukan terjadi pada

sisi bumi yang menghadap matahari (siang hari).

Saat badai radiasi matahari datang, dampaknya terasa pada bagian bumi yang

membelakangi matahari (malam hari).

Radiasi di malam hari mempengaruhi tingkat getaran otak.

Radiasi dan gravitasi bulan purnama meningkatkan

permukaan air laut dan kehidupan makhluk laut di

malam hari. Juga menarik air dalam membran otak

dan lebih menggetarkan sel-sel otak. Getaran sel otak

menggambarkan tingkat kesadaran dan aktivitas

otak.

Umat muslim dianjurkan puasa sunnah 3 hari

Page 25: Yusdeka   lailatul qadar

25

“Shaumul biidh” pada saat terang bulan setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan-bulan

Hijriyah dan menghidupkan malam-malamnya.

Tingkat radiasi bervariasi 0-100,000 dan di skala S1-S5 oleh NOAA.

Berdasarkan pengamatan, radiasi sebesar 1000 MeV particles s-1 ster-1 cm-2 terjadi

10 kali dalam satu siklus 11 tahunan, atau terjadi setiap 13 bulan sekali. Radiasi

sebesar 1000 MeV particles s-1 ster-1 cm-2 ini digolongkan dalam skala S3, dan

mulai berbahaya bagi manusia sebesar 1 chest x-ray.

Radiasi dengan siklus 11,7 bulan (1 tahun hijriyah) adalah sebesar 800 MeV particles

s-1 ster-1 cm-2.

Mengarah pada hipotesa malam Lailatul Qadar Malam kemuliaan itu lebih baik dari

seribu bulan (QS Al Qadr 97:3)

Page 26: Yusdeka   lailatul qadar

26

2. Building Block

a. Siklus satu tahunan (hijriyah) bernilai 1000 x bulan purnama

b. Malam yang nilainya 1000 bulan purnama adalah Lailatul Qadr

c. Lailatul Qadr terjadi di bulan Ramadhan

d. Jadi siklus badai matahari yang berulang setiap satu tahunan (hijriyah) terjadi

setiap bulan Ramadhan

3. Itulah Sebabnya

a. Sejarah para nabi menunjukkan bahwa mereka senang merenungkan hakekat

kehidupan, bertapa, pada setiap bulan Ramadhan.

b. Secara umum wahyu-wahyu tentang ajaran agama yang membutuhkan tingkat

pemahaman yang tinggi, banyak yang diturunkan di malam-malam bulan

Ramadhan.

c. Penataan ayat-ayat Al Quran ke dalam surat-surat seperti yang tersaji saat ini,

dilakukan Nabi Muhammad pada malam-malam bulan Ramadhan.

d. Umat muslim diajak untuk menghidupkan malam-malam di bulan Ramadhan

e. Lebih utama adalah i’tiqaf di masjid pada 10 malam terakhir, pada malam-

malam sebelum dan setelah Lailatul Qadr

4. Energi Ekstra untuk Pembelajaran di Bulan Ramadhan

a. Untuk bisa mengaji malam Ramadhan dibutuhkan energi ekstra.

b. Kenyataannya puasa siang hari bukanlah menyebabkan tubuh kekurangan /

kehabisan energi.

c. Justru puasa menghemat energi tubuh 10% karena tidak digunakan untuk

mencerna makanan.

d. Energi yang dihemat ini sangat membantu pemahaman pelajaran di malam

hari.

Page 27: Yusdeka   lailatul qadar

27

5. Three in One di bulan Ramadhan

a. Efektif memahami Al Quran di malam hari.

b. Detoksifikasi dan manajemen energi di siang hari.

c. Kembali fitrah setelah berpuasa 28 hari berturut-turut.

6. Manfaatkan Malam-Malam Ramadhan

a. Untuk dapat dengan mudah memahami makna kehidupan secara komprehensif

dan benar, manfaatkan keenceran otak di kesunyian malam Lailatul Qadr.

b. Untuk mendapat pemahaman lebih luas, malam-malam di sekitar Lailatul Qadr

juga oke (10 malam terakhir Ramadhan)

c. Lebih oke lagi kalau dimulai malam pertama Ramadhan, mumpung siangnya

berpuasa.

d. Hasil renungan malam ini harus dapat kita implementasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

e. Nikmat hidup akan diperoleh jika kita berkontribusi positif kepada kehidupan

dunia dengan berserah diri kepadaNya.

f. Nikmat kehidupan akhirat akan diperoleh bila kita mampu selalu menikmati

dan mensyukuri kehidupan dunia.

B. Kesimpulan

Manfaatkan keenceran otak di kesunyian malam-malam di sekitar Lailatul Qadr juga oke

(10 malam terakhir Ramadhan), yang sebaiknya dimulai malam pertama Ramadhan.

Page 28: Yusdeka   lailatul qadar

28

Artikel 7 :

Bumi tanpa Radiasi Partikel7

Catatan : Artikel ini bukan merupakan buah karya Yusdeka, tapi diikutkan di sini karena

cukup menarik.

A. Pembahasan

Ada salah satu cabang Fisika yang khusus membidangi masalah radiasi partikel

kecepatan tinggi, yaitu Fisika Kuantum. Dalam bidang ini, Rasulullah juga

menyumbangkan teorinya, yaitu dalam pernyataannya “Malam Lailatur Qadar adalah

malam dengan tingkat suhu yang rendah, tidak ada jatuhan meteor yang memasuki

atmosfer bumi, dan matahari keluar tanpa radiasi cahaya (partikel)”.

Dalam pernyataan ini, Rasulullah sebenarnya menyinggung tentang ciri-ciri datangnya

malam Lailatul Qadar yang memang bagi umat muslim merupakan malam yang sangat

istimewa. Satu malam lebih baik dari 1000 bulan, seperti itu kira-kira yang tercantum

dalam kitab suci Al-Qur’an. Namun selain itu. Rasulullah juga memberi isyarat tentang

keadaan bumi pada waktu itu yang bebas dari radiasi. Dan memang benar dan telah

terbukti secara ilmiah berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilansir oleh lembaga

luar angkasa Amerika Serikat, NASA, bahwa pada hari-hari biasa, bumi dihujani sekitar

20 ribu meteor masuk menembus ke atmosfer dan milyaran partikel kecepatan tinggi

7 http://pustakafisika.wordpress.com/2012/09/05/ternyata-rasulullah-muhammad-saw-seorang-fisikawan/

Page 29: Yusdeka   lailatul qadar

29

yang menumbuk bumi. Tetapi, ada suatu waktu (malam Lailatul Qadar), dimana bumi

mengalami masa tenang dari hujan meteor dan radiasi partikel.

Sungguh dahsyat, Rasulullah Muhammad SAW. selain sebagai seorang Nabi/Rasul

penyebar ajaran Allah SWT, beliau juga adalah seorang ilmuwan yang memiliki

kecerdasan yang luar biasa. Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang, beliau sudah

terlebih dahulu berteori tentang hal-hal yang saat ini melalui serangkaian penelitian

ilmiah telah dibuktikan kebenarannya. Di saat para ilmuwan masih sibuk memikirkan

dan mewujudkan usaha perjalanan menembus batas luar angkasa dan lintas dimensi,

Rasulullah Muhammad SAW telah lebih dulu melakukannya (Isra’ Mi’raj). Sudah saatnya

nama beliau diberi tempat dalam deretan ilmuwan penemu teori-teori Fisika. Dengan

bersandar pada beberapa bukti ilmiah yang sudah ada, penulis dengan sangat yakin

memberikan pengakuan bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang Fisikawan.

B. Kesimpulan

Ada suatu waktu (malam Lailatul Qadar), dimana bumi mengalami masa tenang dari

hujan meteor dan radiasi partikel.


Top Related