Download - Varisella Fix

Transcript

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ahmad

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 11 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Thehok, Jambi

Status Pernikahan : Belum menikah

MRS : 4 Oktober 2011

II. Anamnesa

Keluhan Utama :

Timbul bintil-bintil kemerahan dan gatal di badan, wajah, tangan dan kaki

sejak ± 4 hari.

Keluhan Tambahan :

o Gelembung-gelembung berisi cairan dan gatal di badan, wajah,

tangan dan kaki sejak ± 3 hari.

o Keropeng merah kehitaman di wajah sejak ± 3 hari.

o Demam sejak ± 5 hari.

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Kisaran 5 hari yang lalu, timbul bintil kemerahan di leher dan diikuti

demam, nafsu makan berkurang, lemas, rasa tidak enak di tenggorokkan

dan nyeri kepala. Kemudian pasien dibawa berobat ke dokter praktek dan

diberi 2 jenis obat (parasetamol dan antibiotik). 1 hari kemudian bintil-

bintil kemerahan menyebar ke seluruh badan dan gatal. Bintil-bintil

kemerahan makin bertambah banyak, menyebar ke wajah, tangan dan

kaki, dan lama-kelamaan seperti gelembung berisi cairan, yang dirasakan

1

semakin gatal, yang menyebabkan pasien sering menggaruk-garuk

sehingga beberapa dari gelembung tersebut pecah sehingga berbentuk

keropeng merah kehitaman yang terdapat di wajah dan tangan.

Pasien membenarkan jika ada beberapa teman sekelasnya yang menderita

sakit yang sama seperti pasien. Pasien menyangkal adanya nyeri tulang

dan sendi, menggigil (-), batuk (-), pilek (-) dan muntah-muntah (-) selama

demam berlangsung. Menurut ibu pasien, suhu tubuh pasien saat diukur

tidak terlalu tinggi yaitu berkisar 37,5-380C, tetapi demam sepanjang hari

yang dirasakan sampai dengan sekarang, dan suhu tubuh tidak pernah

normal selama 5 hari terakhir ini.

Riwayat Penyakit Dahulu :

o Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

o Riwayat imunisasi lengkap

Riwayat Penyakit Keluarga :

o Tidak ada keluarga yang sedang menderita sakit yang sama seperti

kondisi pasien sekarang.

III. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Vital sign :

TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit RR : 22 x/menit T: 38,0 0C

Kepala : ruam lihat status lokalisata

- normocephal

- mata : konjungtiva anemis -/-, SI : -/-, reflek cahaya +/+

- hidung : dbn

- telinga : dbn

- mulut : dbn

Leher : ruam lihat status lokalisata

2

- pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks : ruam lihat status lokalisata

- simetris kanan-kiri

- cor : BJ I/II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)

- pulmo : vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : ruam lihat status lokalisata

- soepel, bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : ruam lihat status lokalisata

- akral hangat, edema (-), motorik 5/5

Ekstremitas Inferior : ruam lihat status lokalisata

- akral hangat, edema (-), motorik 5/5

Genitalia : tidak diperiksa

Status Dermatologis

Regio Thorakoabdominalis Anterior

- tampak papul eritema, multipel, millier

universalis dengan batas eritematous

- vesikel nonhemoragik, multipel,

millier dengan batas eritematous

Regio Thorakoabdominalis Posterior

- papul eritema, multipel, millier

universalis dengan batas eritematous

- vesikel nonhemoragik, multipel,

millier dengan batas eritematous

3

Regio Zygomatikum

- papul eritema, multipel, millier universalis dengan batas

eritematous

- vesikel nonhemoragik, soliter, millier dengan batas

eritematous

- krusta hiperpigmentasi, soliter, millier

Regio Brachii et antebrachii dektra sinistra

- papul eritema, multipel, millier

universalis dengan batas eritematous

- vesikel nonhemoragik, multipel, millier

dengan batas eritematous

Regio Femoralis Dextra Sinistra

- papul eritema, multipel, millier

universalis dengan batas eritematous

- vesikel nonhemoragik, multipel,

millier dengan batas eritematous

4

IV. Differential Diagnosis

Varicella Zoster (chicken pox)

Variola (small pox)

Impetigo vesikobulosa

V. Diagnosa Kerja : Varicella Zoster (chicken pox)

VI. Terapi :

Umum :

- mencegah garukan

- makan makanan bergizi dan minum air putih 6-8 gelas/hari

Khusus :

o Sistemik :

- antiviral acyclovir tab 800mg 4x 1 selama 5 hari

- analgetik antipiretik paracetamol tab 250 mg 3x1 selama

5 hari

- imunostimulan imulan syrup 3x1 hari 1 sdt

o Topikal

- antipruritik lotion Calamine dioleskan pada lesi,

1-3x/hari

VII. Prognosa :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanam : bonam

VIII. Pemeriksaan Anjuran :

Pemeriksaan Histologi

Percobaan Tzanck

5

Cara : membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan Giemsa, bahan

diambil dari kerokan dasar vesikel.

Interpretasi : didapatkan sel datia berinti banyak.

BAB II

TEORI

2.1 Definisi Varisela

Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh

Varicella Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai

dengan adanya vesikel-vesikel.1

2.2 Epidemiologi

Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin

dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim

peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela

dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita

yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah.2,3

Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-

9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit

setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan,

percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara

transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa

inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum

lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari.1,2,3,5

2.3 Patogenesis

Setelah VZV masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita

berkontak dengan lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer.

Infeksi mula-mula terjadi pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian

menyebar dan terjadi viremia primer. Pada Viremia primer ini virus menyebar

6

melalui peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan berkumpul dalam

monosit/makrofag, disana virus bereplikasi, pada kebanyakan kasus virus dapat

mengatasi pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder.

Pada viremia sekunder virus berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian

virus menyebar ke kulit dan mukosa dan bereplikasi di epidermis memberi

gambaran sesuai dengan lesi varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin infeksi dari

kaliper endotel pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel

kulit dan glandula sebasea, saat ini timbul demam dan malaise.1,2,3

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal,

stadium erupsi.

1. Stadium Prodormal

timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan

demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala

anoreksia, dan malaise.2,3

2. Stadium erupsi

1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit “ dew drops on rose

petals” tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan

terdapat badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang

tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya

bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai

50-500 buah.

7

Makula kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan

krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung

dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas dalam perjalanan

penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu

yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan

sel dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum,

sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.

Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak umbilicated,

menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat seperti tetesan

air mata/embun “tear drops”. Cairan dalam vesikel kecil mula-mula jernih,

kemudian vesikel berubah menjadi besar dan keruh akibat sebukan sel

radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi absorpsi

dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan

akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung

pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan

dangkal berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-

angsur hilang.

Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea,

saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung

membentuk krusta, vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang

terbuka, kemudian sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi

pada jaringan epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka

penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan jaringan

parut, walaupun lesi hyper-hipopigmentasi mungkin menetap sampai

beberapa bulan.

Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan

demam yang berlanjut dengan suhu badan yang tinggi (39-40,50C)

mungkin akan terbentuk jaringan parut.1,2,3

Lesi vesikuler dengan batas kemerahan

(eritematous)

8

Ruam pada akhir penyakit dimana-

dijumpai banyak krusta

2.5 Penegakan Diagnosis

Diagnosis penyakit vesikobulosa berdasarkan pada riwayat keluhan,

pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain diperlukan dalam menentukan

diagnosis antaralain seperti onset lesi (akut atau kronis), lamanya waktu

kemunculan lesi, kejadian berdasarkan siklus, daerah lain yang terkena seperti

pada kulit, mata, organ genitalia.

Penampakan klinis dapat memberikan kriteria untuk menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan yang lain yang dapat dilakukan untuk membantu diagnois yaitu

dengan pemeriksaan sitologis cairan vesikuler dengan menggunakan metode

Tzanck (menggerok dasar lesi) yang diwarnai Giemsa akan menunjukkan sel

deltia/raksasa berinti banyak.1,2,3,4,5

2.6 Komplikasi Varisela

Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat terjadi

diantaranya adalah:

Infeksi sekunder dengan bakteri

Infeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus. Stafilokokus

dapat muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas furunkel,

abses, scarlet fever, atau sepsis.2,4.

Varisela Pneumonia

Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis,

dan kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas,

takipneu, Ronki basah, sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa hari

setelah timbulnya ruam.

Reye sindrom

letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan

sensoris menandakan terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye

sindrom terutama terjadi pada pasien yang menggunakan salisilat,

9

sehingga pada varisela penggunaan varisela harus dihindari. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT, SGPT serta

amonia.2,3,4

Ensefalitis

Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1

pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar,

biasanya timbul pada hari 3-8 setelah timbulnya ruam. Maguire (1985)

melaporkan 1 kasus pada anak berusia 3 tahun dengan komplikasi

ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu makan menurun,

hiperaktif, iritabel dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul, gerakan

korea atetoid lengan dan tungkai. Penderita meninggal setelah 35 hari

perawatan.1.

2.7 Tatalaksana

Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio

calamine dapat diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal

diberikan antihistamin.2,3,4 Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan.4

Penggunaan salisilat sebaiknya dihindari karena berhubungan dengan komplikasi

Sindroma Reye. Karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada

pembuluh darah, maka pada varisela fulminan saat vesikel baru timbul, sebaiknya

dapat diberikan obat anti virus.

Kuku sebaiknya dipotong dan dibersihkan agar tidak terjadi infeksi sekunder

saat anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Jika terjadi infeksi sekunder,

antibiotik dapat diberikan.

Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk mengobati

varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari setelah

timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat

timbulnya lesi varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir telah

menunjukaan efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan

asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. VZ terlihat kurang

suseptibel dengan pengobatan asiklovir.

10

Pemberian asiklovir tidak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12

tahun. Dosis asiklovir, dosis dewasa 800 mg 5x/hari tiap 4 jam selama 7 hari,

pada anak >6 tahun 800 mg 4x/hari selama 5 hari, < 6tahun 200-400 mg 4x/hari

selama 5 hari.2,3,4,6 Dosis parenteral ini terutama diberikan pada anak

immunokompromis yang terkena herpes zoster. Asiklovir oral dengan dosis 80

mg/BB/hari dibagi dalam 4 dosis, terbaik digunakan 1-2 hari sebelum timbulnya

ruam kulit. Asiklovir oral umumnya digunakan untuk anak-anak dengan status

imun yang baik. Selain itu Valacylovir 500 mg setiap 8 jam dan Famciclovir 1

gr/hr dalam 3 dosis termasuk golongan antiviral yang lebih baik absorpsinya.6

2.8 Prognosis

Prognosis bonam.1,2,3,4 Prognosis sangat bergantung pada penatalaksanaan

pertama dan fasilitas perawatan yang tersedia, maka mortalitas sangat bervariasi

antara 1-50%. Jaringan parut yang timbul dapat diperbaiki dengan tindakan

dermabrasi atau pemberian collagen impalant.

11

BAB III

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini, pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan timbul

bintil-bintil kemerahan dan gatal di badan, wajah, tangan dan kaki sejak ± 4 hari.

Bintil kemerahan sudah timbul ±1 hari sebelumnya, tetapi hanya timbul satu di

bawah leher, pasien mengeluhkan nafsu makan berkurang, lemas, rasa tidak enak

di tenggorokkan dan nyeri kepala serta demam. Bintil-bintil kemerahan makin

bertambah banyak, menyebar ke wajah, tangan dan kaki, dan lama-kelamaan

seperti gelembung berisi cairan, yang dirasakan semakin gatal, yang menyebabkan

pasien sering menggaruk-garuk sehingga beberapa dari gelembung tersebut pecah

sehingga berbentuk keropeng merah kehitaman yang terdapat di wajah dan

tangan.

Pasien membenarkan jika ada beberapa teman sekelasnya yang menderita

sakit yang sama seperti pasien. Pasien menyangkal adanya nyeri tulang dan sendi,

menggigil (-), batuk (-), pilek (-) dan muntah-muntah (-) selama demam

berlangsung. Menurut ibu pasien, suhu tubuh pasien saat diukur tidak terlalu

tinggi yaitu berkisar 37,5-380C, tetapi demam sepanjang hari yang dirasakan

sampai dengan sekarang, dan suhu tubuh tidak pernah normal selama 5 hari

terakhir ini.

Dari anamnesis diatas, onset timbulnya penyakit bersifat akut yaitu sejak ± 5

hari yang diikuti dengan timbulnya ruam pada kulit yaitu papul eritem dan

vesikel-vesikel serta krusta hiperpigmentasi, dan pasien mengeluh demam yang

merupakan salah satu manifestasi klinis yang timbul sebagai bentuk kompensasi

sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme

atau virus. Mikroorganisme atau virus masuk ke dalam tubuh manusia yang

12

akhirnya menimbulkan infeksi dapat melalui beberapa cara antara lain kontak

langsung dengan mikroorganisme, atau secara droplet melalui saluran pernapasan.

Manifestasi klinis dan ruam pada kulit yang diderita pasien pada laporan

kasus ini sama seperti manifestasi klinis dan ruam kulit yang diderita pada pasien

varicela zoster yang digambarkan dalam beberapa jurnal ilmiah salah satunya

pada jurnal yang ditulis oleh Linchenstein yang berjudul Pediatric Chicken Pox or

Varicella tahun 2002 dan M P Metha yang berjudul Varicella tahun 2005.

Definisi dari varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular,

disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan

mukosa, dan ditandai dengan adanya vesikel-vesikel.1 Manifestasi Klinis varisela

terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal, stadium erupsi. Stadium

prodormal, timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan

merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, nyeri kepala

anoreksia, dan malaise.2,3 Stadium erupsi, 1-2 hari kemudian timbul ruam-ruam

kulit “ dew drops on rose petals” tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan

secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas.

Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan ludah, terjadi

kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara transplasental. Masa

inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum

lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari.2,3,4 Penularan

VZV pada pasien dalam laporan kasus ini, diduga melalui kontak dengan lesi,

dimana pasien membenarkan jika ada beberapa teman sekelasnya yang menderita

sakit yang sama seperti pasien.

Ruam kulit pasien dalam laporan kasus ini, juga hampir menyerupai ruam

kulit pada variola (small pox), tetapi gambaran klinis variola seperti demam yang

tinggi, nyeri tulang dan sendi serta keadaan umum yang buruk tidak dijumpai

pada pasien dalam laporan kasus ini. Selain variola, vesikel juga dapat dijumpai

pada impetigo vesikobulosa. Pada impetigo vesikobulosa, selain vesikel juga

ditemukan bula pada daerah predeleksinya, sedangkan pada kasus ini pada badan,

wajah, tangan dan kaki dijumpai papul eritem dan vesikel.

Terapi varicela bersifat simptomatik, dengan antipiretik dan analgesik, untuk

menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedativa.2 Lokal diberikan bedak

13

ditambah dengan antigatal (mentol, kamfora) untuk mencegah pecahnya vesikel.

Jika terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik berupa salap atau oral.

Hindari menggaruk untuk mencegah luka. Pada anak, kuku mestinya dipangkas

atau bisa juga dengan menggunakan sarung tangan saat tidur untuk mengurangi

garukan. Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk

mengobati varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari

setelah timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan

menghambat timbulnya lesi varisela.

Pasien pada laporan kasus ini, mendapatkan terapi umum dan khusus. Terapi

khusus berupa pengobatan secara sistemik dengan pemberian antiviral (acyclovir

tab 800mg 4x 1 selama 5 hari), analgetik antipiretik (paracetamol tab 250 mg 3x1

selama 5 hari) dan imunostimulan (imulan syrup 3x1 hari 1 sdt). Sedangkan

pengobatan topikal dengan pemberian lotion calamine sebagai antipruritic,

antiseptik (mencegah timbulnya infeksi akibat garukan).

Prognosis bonam pada pasien ini, jika penatalaksanaan adekuat dan efektif

serta tersedianya fasilitas perawatan, sehingga jaringan parut yang timbul dapat

dicegah dan dikurangi.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuswadji. Penyakit Kulit Akibat Infeksi Virus. Editor : Djuanda Adhi

Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Balai Penerbit FK

UI.2006. Hal 106-109.

2. Lichenstein R. Pediatric Chicken Pox or Varicella. 2002. (diakses 10

Oktober 2011) (online). Diunduh dari : http://www.emedicine.com.

3. Metha P.M. Varicella, Dept of Pediatrics, Division of Infectious Disease

Lousiana State University and New Orleand Hospital. 2005. (diakses 10

Oktober 2011) (online). Diunduh dari : http://www.emedicine.com.

4. Fisher, R.G and Edward K.N. Varicella Zoster, Pediatric In Renew. 19:62-

67. 2005. (diakses 10 Oktober 2011) (online).

Diunduh dari : http://www.freeonlinejorurnalcom.

5. Siregar R.S. Saripati Penyakit Kulit, Atlas Berwarna. EGC. 2000

6. Wilmana Freddy. Antivirus dan Interferon. Editor : Ganiswarna G.

Sulistia. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-4. Balai Penerbit FK

UI.2003. Hal 616-621.

15


Top Related