Transcript

DAFTAR ISI....................................................................................................................................iKATA PENGANTAR.iiBAB IPENDAHULUAN11.1Latar Belakang12.1Rumusan Masalah11.2Tujuan11.3Manfaat2BAB IITINJAUAN PUSTAKA32.2Pengertian DAS32.3Pengelolaan DAS32.4Prinsip Pengelolaan DAS3BAB IIIMETODOLOGI53.1DAS Ciliwung53.2Bagian Hulu DAS Ciliwung63.2.1Kondisi Fisik Wilayah Ciliwung Bagian Hulu63.2.2Topografi dan Bentuk Wilayah63.2.3Penggunaan Lahan73.2.4Geologi dan Geomorfologi83.3Bagian Tengah DAS Ciliwung83.3.1Kondisi Fisik Wilayah Ciliwung Bagian Tengah83.3.2Topografi dan bentuk wilayah93.3.3Penggunaan Lahan93.3.4Geologi dan Geomorfologi93.4Bagian Hilir DAS Ciliwung103.4.1Kondisi Fisik Wilayah Ciliwung Bagian Hilir103.4.2Topografi dan bentuk wilayah103.4.3Penggunaan Lahan103.4.4Geologi dan Geomorfologi113.5Keadaan DAS Ciliwung Masa Lampau113.6Keadaan DAS Ciliwung sekarang113.7Pengelolaan DAS113.7.1Teknologi Pengelolaan DAS13BAB IVPENUTUP4.1Kesimpulan15KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul "DAS Ciliwung dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini ditulis sebagai syarat untuk tugas Perancangan dan Manajemen DAS yang di ampu oleh dosen Ibu Dr. Liliya Dewi Susanawati,ST,MT. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu dan teman-teman yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tugasmakalahini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua teman-teman yang memerlukannya, dan bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 21 Oktober 2014

Penulis

i

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangDaerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit yang menampung air hujan dan mengalirkannya melalui saluran air, dan kemudian berkumpul menuju suatu muara sungai, danau atau waduk, dan laut. Dari namanya, DAS menggambarkan bahwa sungai atau air merupakan faktor yang sangat penting dalam pengelolaan DAS karena air menunjang kehidupan berbagai makhluk hidup di dalamnya. Masalah pada DAS yang utama berhubungan dengan jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) air. Air sungai menjadi berkurang (kekeringan) atau menjadi terlalu banyak (banjir) menggambarkan jumlah air. Air sungai yang bersih menjadi keruh karena erosi dan hanyutnya zat beracun dari daerah perindustrian atau pertanian menggambarkan mutu air.Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai macam penggunaan lahan, misalnya hutan, lahan pertanian, pedesaan, perindustrian dan jalan. Dengan demikian DAS mempunyai berbagai fungsi sehingga perlu dikelola. Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, petani dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di dalam suatu DAS. DAS Ciliwung merupakan salah satu DAS yang berada di Pulau Jawa yang memiliki fungsi sangat vital bagi kehidupan. DAS Ciliwung memiliki berbagai aktivitas produk barang dan jasa yang diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan mahluk hidup yang ada di atasnya. Dalam perkembangannya, diantara berbagai aktivitas pada DAS Ciliwung terjadi adanya tolak angsur (trade off) sesuai dengan interaksi antar pelaku di dalam DAS Ciliwung. Dalam suatu periode waktu manfaat ekonomi dari berbagai aktivitas menjadi penting bagi masyarakat, namun pada saat yang berbeda manfaat ekologis menjadi sangat penting dan melebihi kepentingannya dari pada manfaat sosial maupun ekonomi. DAS Ciliwung merupakan wilayah yang telah berkembang dengan berbagai manfaat seperti penggunaan lahan hutan, pertanian, pedesaan, perindustrian dan jalan baik pada daerah hulu, tengah maupun hilir sejak tahun 1980-an. Dari manfaat tersebut membuat kualitas dan kuantitas sumber daya alami DAS Ciliwung mengalami degradasi sehingga diperlukan suatu pengelolaan secara terpadu karena DAS sangat penting untuk menunjang kehidupan berbagai mahluk hidup.

Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari latar belakang DAS Ciliwung :Bagaimana bentuk DAS Ciliwung?Seperti apakah bagian Hulu DAS Ciliwung?Seperti apakah bagian Tengah DAS Ciliwung?Seperti apakah bagian Hilir DAS Ciliwung?Bagaimanakah DAS Ciliwung pada masa lampau?Bagaimanakah DAS Ciliwung pada masa sekarang?Bagaimana pengelolaan DAS Ciliwung?

TujuanAdapun tujuan dari rumusan masalah DAS Ciliwung adalah :1. Mengetahui bentuk DAS Ciliwung.1. Mengetahui bagaimana bagian Hulu DAS Ciliwung.1. Mengetahui bagaimana bagian Tengah DAS Ciliwung.1. Mengetahui bagaimana bagian Hilir DAS Ciliwung.1. Mengetahui DAS Ciliwung pada masa lampau.1. Mengetahui DAS Ciliwung pada masa sekarang.1. Mengetahui cara pengelolaan DAS Ciliwung.

ManfaatManfaat dari makalah ini adalah dapat memberi pengetahuan mengenai perencanaan dan manajemen DAS bagi mahasiswa/i dan khalayak umum khususnya DAS Ciliwung.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Pengertian DASDaerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi (pungung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkanya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Dalam memberikan pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) hingga saat ini masih belum disepakati dalam satu definisi baku namun pada umumnya mengacu pada batasan sistem. Mengacu pada difinisi tersebut, diskusi Pengelolaan DAS di Bogor tahun 1978 (Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi, 1978) memberikan batasan DAS sebagai: satu wilayah daratan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui satu sungai utama.Bila didasarkan pada fungsi sungai yang menerima air dan mengalirkannya, maka Seyhan (1977) dan Manan (1978) (Dalam Hadi Purnomo, 1990) mendefinisikan DAS sebagai berikut: DAS sebagai wilayah daratan yang dibatasi oleh pemisahan topografis, berfungsi untuk menampung, menyimpan dan selanjutnya mengalirkan seluruh air hujan yang jatuh diatasnya menuju ke sistem sungai terdekat, dan pada akhirnya bermuara ke waduk, danau dan ke laut.

Pengelolaan DASDalam Keputusan Menteri Kehutanan Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Nomor : 52/Kpts-II/2001, DAS didefinisikan sebagai: Suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utamanya (single outlet). Satu DAS dipisahkan dari wilayah lain disekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah dan topografi, seperti punggung perbukitan dan pegunungan. Memperhatikan DAS tidak hanya sebagai satuan tata air dan satuan ekosistem, tepat juga sebagai tempat berinteraksinya manusia maka Easter dan Hufschmidt (1985) mendefinisikan sebagai: Suatu kawasan yang dibatasi oleh suatu topografi yang mana mendrainasikan air melalui sistem aliran sungai. DAS sebagai unit hidrologis dan sebagai unit sosioekonomik dan sosiopolitik untuk merencanakan dan mengiplementasikan aktivias pengelolaan sumberdaya alam.

Prinsip Pengelolaan DASPrinsip pengelolaan DAS yang benar diharapkan tercapainya kondisi hidrologis yang optimal, meningkatnya produktifitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat. Beberapa prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah :DAS sebagai suatu kesatuan ekosistem dari hulu sampai hilir, satu perencanaan dan satu pengelolaan.Multipihak, koordinatif, menyeluruh dan berkelanjutan.Adaptif dan sesuai dengan karakteristik DAS.Pembagian beban biaya dan manfaat antar multipihak secara adil.Akuntabel.

BAB IIIMETODOLOGIDAS CiliwungDAS Ciliwungmeliputi areal 370,8 km2, panjang sungai utamanya 124,1 km menurut toposekuensnya dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: hulu, tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun pengamatan arus sungai di Bendung Katulampa Bogor, Ratujaya Depok, dan Pintu Air Manggarai Jakarta Selatan. Aliran Sungai Ciliwung di bagian hilir mulai dari Pintu Air Manggarai sampai ke Laut Jawa terhubung dengan Banjir Kanal Barat (BKB). DAS Ciliwung di sebelah Barat berbatasan dengan DAS Krukut dan Grogol yang terhubung dengan Banjir Kanal Barat (BKB). Di sebelah Timur berbatasan dengan DAS Cipinang, Sunter, Buaran-Jatikramat, dan Cakung yang terhubung dengan Banjir Kanal Timur (BKT). Berdasarkan batas administrasi, wilayah DAS Ciliwung melingkupi Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta. Bentuk DAS Ciliwung mulai dari hulu sampai daerah Katulampa mempunyai bentuk dendritik. Bentuk ini mencirikan bahwa antara kenaikan aliran dengan penurunan aliran ketika terjadi banjir mempunyai durasi yang seimbang. Sedangkan kearah hilir berbentuk paralel (memanjang) dan makin sempit. Dengan bentuk seperti ini peranan daerah hulu semakin penting, kontribusi aliran permukaan dari daerah ini cukup besar. Jika kondisi fisik khususnya perubahan penggunaan lahan berubah maka akan mengakibatkan perubahan yang nyata terhadap karakteristik aliran sungai. Total luas DAS Ciliwung adalah 370,8 km2 dengan panjang sungai utamanya 124,1 km dari hulu sampai ke hilir. Secara keseluruhan, total panjang aliran di DAS Ciliwung adalah 1.076,1 Km dengan kerapatan jaringan aliran permukaannya adalah 2,9 Km/Km2. Secara keseluruhan, DAS Ciliwung terbagi menjadi 18 Sub DAS seperti yang disajikan pada gambar berikut:

Bagian Hulu DAS CiliwungKondisi Fisik Wilayah Ciliwung Bagian HuluPenentuan batas Wilayah Ciliwung Bagian Hulu didasarkan pada bentang alam dan administrasi seperti dijelaskan pada uraian berikut: Luas DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah 14.876 Ha terbagi kedalam 4 (empat) Sub DAS yaitu :1. Sub DAS Ciesek seluas 2.452,78 Ha2. Sub DAS Hulu Ciliwung seluas 4.593,03 Ha3. Sub DAS Cibogo Cisarua seluas 4.110,34 Ha4. Sub DAS Ciseuseupan Cisukabirus seluas 3.719,85 Ha

Tabel 1.1 Bagian Hulu DAS Ciliwung

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa DAS Ciliwung Bagian Hulu mempunyai curah hujan rata-rata sebesar 2929 4956 mm/tahun. Perbedaan bulan basah dan kering sangat menyolok yaitu 10,9 Bulan basah per tahun dan hanya 0,6 Bulan kering per tahun. Tipe iklim DAS Ciliwung Bagian Hulu menurut system klasifikasi Smith dan Ferguson ( 1951) yang didasarkan pada besarnya curah hujan, yaitu Bulan Basah (> 200 mm ) dan Bulan Kering (< 100 mm ) adalah termasuk kedalam Type A.

Topografi dan Bentuk WilayahBerdasarkan bentuk topografinya, wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu bervariasi antara bentuk datar, landai, agak curam, curam sampai dengan sangat curam. Pembagian wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu berdasarkan topografi dan bentuk wilayah diklasifikasikan kedalam bentuk kelas lereng seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.2 Bagian Hulu DAS Ciliwung

Dengan melihat bahwa wilayah dengan kelerengan diatas 15 % dan 40 % (40,12%) sangat menyebar luas dan mendominasi wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, maka kondisi tersebut mempunyai potensi erosi yang sangat besar sehingga dalam perlakuannya perlu memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah, baik vegetatif maupn teknik sipil.

Penggunaan LahanBerdasarkan data dan informasi yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa: Penutupan lahan terbesar pada areal DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah berupa hutan seluas 5.075,49 Ha atau sekitar 34,13 % dari keseluruhan luas wilayah DAS. Bentuk penutupan lahan lainnya di wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu berdasarkan hasil penafsiran dan survei lapangan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.3 Bagian Hulu DAS Ciliwung

Pada wilayah hutan lindung, penyebaran vegetasinya tidak merata, sehingga terdapat daerah gundul yang perlu segera direhabilitasi. Sekitar 30 % kawasan Hutan di DAS Ciliwung Bagian Hulu merupakan Hutan Produksi yang didominasi oleh jenis Pinus. Yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Selain hal tersebut dapat dijelaskan bahwa perubahan fungsi lahan yang terjadi terutama pada lahan budidaya pertanian dan budidaya non pertanian (berupa permukiman pedesaan) dengan hak kepemilikan perseorangan yang kemudian beralih fungsi menjadi lahan budidaya non pertanian berupa permukiman perkotaan atau lahan untuk pariwisata.

Geologi dan GeomorfologiJenis-jenis tanah yang ada di wilayah Sub DAS Ciliwung Bagian Hulu meliputi jenis komplek Aluvial Kelabu, Andosol Coklat dan Regosol Coklat, Andosol Coklat, Latosol Coklat, Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat. Hal ini didasarkan atas Peta Tanah Tinjau untuk Kabupaten Bogor dan Kota Bogor skala 1 : 250.000 dari Pusat Penelitian Tanah Bogor. Dari jenis-jenis tanah diatas, jenis tanah yang tersebar luas di DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat sebesar 32,89 % dari total luas areal DAS Ciliwung Bagian Hulu. Jenis tanah Latosol dan asosiasinya memiliki sifat tanah yang baik yaitu tekstur liat berdebu hingga lempung berliat, struktur granular dan remah, kedalaman efektif umumnya > 90 dan agak tahan terhadap erosi serta sifat kimia tanah pada dasarnya tergolong baik dengan PH tanah agak netral serta kandungan bahan organik biasanya rendah atau sedang.DAS Ciliwung Bagian Hulu dibangun oleh formasi geologi vulkanik yaitu komplek utama Gunung Salak dan komplek Gunung Pangrango. Deskripsi Litologi Kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah tufa glas lhitnik kristal, tufa fumice dan batu pasiran tufa, sedangkan kondisi fisiografi daerah kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu merupakan daerah pegunungan dan berbukit. Elevasi umumnya diatas 150 m dpl dan terdiri atas daerah lungur volkan tua dan muda. Bahan induk tanah yang terdapat di DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah berupa tufa volkanik dan derivatifnya merupakan bahan dasar pembentuk tanah jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan adalah jenis tanah yang dominan. Adanya pencampuran bahan vulkanik tua dan yang lebih muda memungkinkan terbentuknya jenis-jenis tanah lain yang berasosiasi dengan Latosol antara lain adalah tanah Andosol dan Regosol.Berdasarkan keadaan geomorfologinya, DAS Ciliwung Bagian Hulu didominasi oleh dataran vulkanik tua dengan bentuk wilayah bergunung seluas 3767,76 Ha dan sebagian kecil merupakan alluvial sungai seluas 255,33 Ha.

Bagian Tengah DAS CiliwungKondisi Fisik Wilayah Ciliwung Bagian TengahWilayah DAS Ciliwung Bagian Tengah meliputi :1. Kota Depok2. Sebagian Kota Bogor3. Sebagian Kab. BogorKabupaten Bogor bagian Utara dan Kota Depok yang berbatasan dengan DKI Jakarta berada pada zona yang mempunyai curah hujan < 2.500 mm/tahun. Wilayah Bogor bagian Utara ini memiliki curah hujan rata-rata 197,3 mm/bulan, dengan curah hujan maksimum 449,0 pada bulan Nopember dan curah hujan minimum 32,0 pada bulan Juli . Selain hal tersebut juga dapat dijelaskan bahwa Kota Bogor merupakan dataran tinggi dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 260C dengan kelembaban udara 70 % dan suhu udara terndah adalah 210C serta suhu udara tertinggi 300C. Banyaknya curah hujan setiap tahunnya rata-rata 3.500 mm sampai 4.000 mm dan curah hujan terbesar adalah pada bulan April.Wilayah Depok termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim Munson.Musim kemarau berada antara bulan April s/d September dan musim hujan antara bulan Oktober s/d Maret. Kondisi iklim di daerah Depok relatif sama, yang ditandai oleh perbedaan curah hujan yang cukup kecil. Berdasarkan data pemeriksaan hujan tahun 1998 di Stasiun Depok, Pancoran Mas, banyaknya curah hujan antara 1 591 mm, dan banyaknya hari hujan antara 10 s/d 23 hari ,yang terjadi pada bulan Oktober dan Desember. Curah hujan rata-rata sekitar 327 mm.Berdasarkan data Klimatologi Kabupaten Bogor Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga, Stasiun Pemeriksaan Pondok Betung, Tahun 1998, keadaan klimatologi Kota Depok diuraikan sebagai berikut :1. Temperatur rata-rata : 24,3 C 33 C2. Kelembaban udara rata-rata : 82 %3. Penguapan rata-rata : 3,9 mm/th.4. Kecepatan angin rata-rata : 3,3 knot5. Penyinaran matahari rata-rata : 49,8 %Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan BPS Kab. Bogor curah hujan antara tahun 1991 s/d tahun 2000 diketahui rata-rata curah hujan selama setahun sebesar 3.201,8 mm dengan jumlah hari hujan 149,5 hari. Bulan basah terjadi pada bulan Januari sebesar 347,2 mm dan Nopember sebesar 367,15 mm lama hari hujan 15,85 hari, sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni s/d September.Arah mata angin banyak dipengaruhi oleh angin Muson Timur pada bulan Mei sampai bulan Oktober, sedangkan bulan Nopember sampai dengan April dipengaruhi oleh angin Muson Barat.

Topografi dan bentuk wilayahKemiringan lereng Kabupaten Bogor bagian Utara mulai dari dari 0 3 % dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut antara 15 100 m, sedangkan untuk Kota Bogor merupakan wilayah yang bergelombang dengan perbedaan ketinggian cukup besar. Ketinggian kurang dari 200 m dari permukaan laut meliputi 2 % dari laus wilayah, ketinggian 200 260 m dari permukaan laut meliputi 72 % dari luas wilayah dan ketinggian 260 300 m dari permukaan laut meliputi 21 % serta ketinggian diatas 300 m meliputi 5 % dari luas wilayah Kota Bogor. Kemiringan lereng Kota Bogor antara 3 5 %.Untuk Kota Depok secara topografi dikatagorikan datar dan dengan ketinggian berkisar antara + 70 m 90 m dari permukaan laut. Keadaan topografinya sangat menguntungkan bagi pembangunan kota karena adanya sungai-sungai yang mengalir ke arah Utara kota, sehingga Kota Depok dapat terhindar dari bahaya banjir. Kota Depok berada pada kemiringan lereng antara 0 15 %.

Penggunaan LahanJika dilihat dari sebaran penggunaan lahan yang ada di Kota Depok dapat dikenali kawasan perumahan terkonsentrasi di bagian Utara yang berdekatan dengan Jakarta yaitu Kecamatan Limo, Beji dan Sukmajaya. Kemudian dibagian Tengah diapit oleh jalan Margonda Raya, Sungai Ciliwung dan Jalan Tole Iskandar. Untuk penggunaan pertanian tersebar di Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas bagian Selatan dan sebagian Kecamatan Cimanggis. Penggunaan lahan yang cenderung intensif seperti industri yang tersebar dijalan Raya Bogor (Kec. Cimanggis), perdagangan dan jasa, pendidikan dan perkantoran, yang tersebar disepanjang jalan Raya Margonda dan jalan Akses UI. Berdasarkan sumber data dari Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Depok, penggunaan lahan di Kota Depok yang termasuk dalam DAS Ciliwung Bagian Tengah.

Geologi dan Geomorfologi Secara umum sebagian besar wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor berada pada geomorfologi satuan daerah pedataran kipas alluvial. Satuan ini terutama dibentuk oleh lempung tufcan, pasir dan kerikil. Aliran sungainya berpola sejajar dengan lembah sungai utama. Sedangkan wilayah Kota Depok berada pada satuan pedataran alluvium sungai. Daerah ini merupakan ujung dan bagian tengah dari kipas alluvial Bogor yang terbentuk dari produk gunung api dengan relief permukaan sedang dan halus. Pola pengaliran sungai menunjukkan pola meander. Satuan ini terbentang dari barat ke timur dan terletak pada elevasi kurang dari 100 m di atas permukaan laut dan relatif datar, namun kemiringan lereng pada lembah sungai lebih terjal. Sungai-sungai yang mengalir berpola dendrtik dengan lembah sungai berbentuk huruf U. Batuan penyusunnya terdiri dari endapan sedimen berupa Tufa Greksi, lempung lanauan dan batu pasir tufcan.Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia Skala 1 : 250.000, oleh Direktorat. Geologi dan Tata Lingkungan 1986, wilayah Sungai Ciliwung Bagian Tengah berada pada Kelompok terdapatnya Air Tanah dan Produktivitas Akuifier. Menurut potongan melintang dapat diketahui bahwa :1. Pada kedalaman 0 250 m, akuifer dengan aliran melalui antar butir, merupakan akuifer dengan produktivitas sedang dan sebarannya luas. Debit air tanah < 5ltr/detik.2. Pada kedalaman > 250 m, akuifer ( bercelah atau bersarang ) produktif kecil, daerah air tanah langka dan merupakan akuifer dengan produktivitas kecil serta setempat. Debit air tanah < 1 Ltr/ detik.

Bagian Hilir DAS CiliwungKondisi Fisik Wilayah Ciliwung Bagian Hilir Di daerah hilir yang umumnya berada di Jakarta dan Tangerang batas antara musim kemarau dan musim penghujan tampak jelas. Musim penghujan mulai jatuh pada bulan Desember dan berakhir pada bulan Maret. Secara umum hujan di bagian hilir ini paling kering dibandingkan dengan hujan di bagian tengah dan hulu DAS.

Topografi dan bentuk wilayahBagian hilir sampai stasiun pengamatan Kebon Baru/Manggarai mencakup areal seluas 82 km2 merupakan dataran rendah bertopografi landai dengan elevasi antara 0 m sampai 100 mdpl. Bagian hilir didominasi area dengan kemiringan lereng 0-2 %, dengan arus sungai yang tenang. Bagian lebih hilir dari Manggarai dicirikan oleh jaringan drainase, yang sudah dilengkapi dengan Kanal Barat sebagai penangkal banjir.

Penggunaan LahanPenggunaan lahan di bagian hilir didominasi oleh lahan hunian (build up areas), jaringan jalan, badan sungai dan saluran drainase lainnya, sedikit lahan hijau dalam bentuk taman. Kondisi penggunaan lahan, dalam hal ini tingkat penutupan lahan (land cover)-merupakan indikator penting dalam mengenali kondisi keseluruhan DAS. Hal ini berkaitan dengan terpeliharanya daerah resapan air, pengurangan aliran permukaan serta pengendalian erosi saat musim penghujan dan mencegah kekeringan saat musim kemarau.

Geologi dan GeomorfologiBagian hilir yang merupakan dataran aluvial yang sudah jenuh airnya, maka terjadilah banjir di beberapa tempat di bagian hilir.

Keadaan DAS Ciliwung Masa Lampau

(Suwano, 2002)Permukaan air Sungai Ciliwung di tahun 1900 lebih bersih dari pada Sungai Ciliwung tahun 2000-an, permukaan Ciliwung berhiaskan sampah-sampah anorganik yang susah diuraikan. Kondisi bantaran Sungai Ciliwung kini juga memprihatinkan. Di tahun 1900-an, bantaran sungai bahkan di jadikan daerah penghijauan. Sedangkan di tahun 2000-an bantaran sungai bahkan tidak dapat terlihat karena banyaknya pemukiman kumuh yang didirikan sekitar bantaran sungai.

Keadaan DAS Ciliwung sekarang

(Suwano,2002)Sebagai salah satu sungai berpengaruh di DKI Jakarta, Sungai Ciliwung mempunyai sejarah panjang. Terbentang dari hulu yang terletak di daerah Bogor yang meliputi kawasan Gunung Gede, Gunung Pangrango dan Cisarua hingga kawasan hilir di pantai utara Jakarta, Sungai Ciliwung mempunyai panjang 120 Km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) 387 Km2. Dahulu, Sungai Ciliwung menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat Jakarta dan menjadi habitat berbagai jenis ikan. Akan tetapi, saat ini banyak masalah menghinggapi Ciliwung. Seperti yang sudah diketahui, sejak bermekarannya berbagaipembangunanrumah,perkantoran, serta kawasan bisnis lainnyakawasan bisnis lainnya, Sungai Ciliwung dipandang sebelah mata. Sampah, serta limbah dari berbagai tempat dibuang di Sungai Ciliwung. Masalahbertambah besar ketika sampah-sampah yang ada menyumbat aliran air, mengakibatkan sungai berbau, kotor, dan yang menjadi momok warga Jakarta yaitu terjadinya banjir.

Pengelolaan DASDalam mengelola sumberdaya suatu DAS perlu diketahui apa yang menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi:a. Kuantitas (jumlah) air1. Banjir dan kekeringanMenurunnya tinggi muka air tanahTingginya fluktuasi debit puncak dengan debit dasar.b. Kualitas air1. Tingginya erosi dan sedimentasi di sungaiTercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahayaTercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi)Masalah ini perlu dipahami sebelum dilakukan tindakan pengelolaan DAS. Sebagai contoh, apabila masalah utama DAS adalah kurangnya debit air sungai untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA), maka penanaman pohon secara intensif tidak akan mampu meningkatkan hasil air. Seperti telah diterangkan terdahulu, pohon-pohonan mengkonsumsi air lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian semusim dan tajuk pohon-pohonan mengintersepsi sebagian air hujan dan menguapkannya kembali ke udara sebelum mencapai permukaan tanah.Apabila masalah utama suatu DAS adalah kerawanan terhadap banjir maka teknik yang dapat ditempuh adalah dengan mengusahakan agar air lebih banyak meresap ke dalam tanah di hulu dan di bagian tengah DAS. Usaha ini dapat ditempuh dengan menanam pohon dan/atau dengan tindakan konservasi sipil teknis seperti pembuatan sumur resapan, rorak dan sebagainya.Apabila yang menjadi masalah DAS adalah tingginya sedimentasi di sungai maka pilihan teknik konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki fungsi filter dari DAS. Peningkatan fungsi filter dapat ditempuh dengan penanaman rumput, belukar, dan pohon pohonan atau dengan membuat bangunan jebakan sedimen (sediment trap). Apabila menggunakan metode vegetatif, maka penempatan tanaman di dalam suatu DAS menjadi penting. Penanaman tanaman permanen pada luasan sekitar 10% saja dari luas DAS, mungkin sudah sangat efektif dalam mengurangi sedimentasi ke sungai asalkan tanaman tersebut ditanam pada tempat yang benar-benar menjadi masalah, misalnya pada zone riparian (zone penyangga di kiri kanan sungai). Apabila suatu DAS dihutankan kembali maka pengaruhnya terhadap tata air DAS akan memakan waktu puluhan tahun. Pencegahan penebangan hutan jauh lebih penting dari pada membiarkan penebangan hutan dan menanami kembali lahan gundul dengan pohonpohonan. Lagipula apabila penanaman pohon dipilih sebagai metode pengatur tata air DAS, penanamannya harus mencakup sebagian besar wilayah DAS tersebut. Jika hanya 20- 30% dari wilayah DAS ditanami, pengaruhnya terhadap tata air mungkin tidak nyata.Penyebaran tanaman kayu-kayuan secara merata dalam suatu DAS tidak terlalu memberikan arti dalam menurunkan sedimentasi. Tabel 1.4 memberikan ringkasan masalah DAS dan alternatif teknologi yang dapat dipilih untuk mengatasinya.

Tabel 1.4 Masalah DAS dan alternatif teknik mengatasinyaSumber: Fahmudin Agus dan Widianto (2004). Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering . Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Hal 26-28.Teknologi Pengelolaan DASPermasalahan pokok yang mungkin dijumpai di dalam DAS adalah erosi dan degradasi lahan, kekeringan dan banjir, penurunan kualitas air sungai, dan pendangkalan sungai, danau atau waduk. Pemilihan teknologi untuk pengelolaan DAS tergantung pada sifat DAS yang mencakup tanah, iklim, sungai, bukit dan masyarakat yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu tidak ada resep umum yang bisa diberikan dalam memecahkan permasalahan DAS.Pertimbangan pemilihan teknologi itu adalah tercapainya sasaran konservasi lahan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ada di dalamnya. Berikut ini disampaikan prinsip-prinsip tindakan yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan DAS sehingga masyarakat dapat memilih teknologi yang sesuai:1. Penggunaan lahan harus disesuaikan dengan sifat dan kemampuan lahan bersangkutan. Tanah yang berlereng curam, misalnya lebih curam dari 40%, tidak aman bila digunakan secara intensif untuk tanaman semusim. Penuntun praktis kriteria kesesuaian lahandiberikan di dalam buku Djaenuddin et al. (2003). Di dalam buku tersebut diuraikan tanaman apa yang cocok ditanam pada lahan tertentu.Memaksimalkan penutupan tanah dengan menggunakan tanaman penutup, karena dengan banyaknya tajuk dan seresah tanaman, akan semakin terlindung permukaan tanah dari terpaan air hujan dan makin terbentuk jaringan penyaring erosi.Mempertahankan sebanyak mungkin air hujan pada tempat di mana air tersebut jatuh, sehingga mengurangi aliran permukaan.Mengalirkan kelebihan air permukaan dengan kecepatan yang aman ke kolam-kolam penampung untuk digunakan kemudian.Menghindari terbentuknya parit (gully) dan menghambatnya (menyumbat) dengan sumbat parit (gully plug) pada interval yang sesuai untuk mengendalikan erosi dan pengisian kembali air tanahMemaksimalkan produktivitas lahan per satuan luas, per satuan waktu, dan per satuan volume air.Meningkatkan intensitas pertanaman dengan tanaman sela dan menata pola pergiliran tanaman.Menstabilkan sumber penghasilan dan mengurangi resiko kegagalan selama terjadinya penyimpangan iklim (terlalu sedikit atau terlalu banyak hujan).Meningkatkan/memperbaiki infrastruktur yang dapat membantu kelancaran distribusi, pemasaran, dan penyimpanan hasil pertanian.Untuk daerah beriklim kering, kegiatan terutama ditujukan untuk meningkatkan penyimpanan air tanah melalui peningkatan kapasitas infiltrasi dan simpanan air di permukaan tanah melalui pembuatan sumur, rorak atau embung penampung air.Sisa tanaman perlu dikembalikan ke permukaan tanah baik secara langsung misalnya dalam bentuk mulsa atau dalam bentuk kompos.Tindakan konservasi tanah harus disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi setempat (misalnya status pemilikan tanah, tenaga kerja, penghasilan rumah tangga). Tindakan konservasi yang mudah diterima petani adalah tindakan yang memberi keuntungan jangka pendek dalam bentuk peningkatan hasil panen dan peningkatan pendapatan, terutama untuk petani yang status penguasaan lahannya tidak tetap.Kegiatan konservasi yang akan diterapkan seharusnya dipilih oleh petani dengan fasilitasi penyuluh. Petani paling berhak mengambil keputusan untuk kegiatan yang akan dilakukan pada lahan mereka.Jangan melakukan tindakan konservasi kalau belum dimengerti apa masalah yang akan dipecahkan dan apa manfaat tindakan tersebut.

BAB IVPENUTUP

Kesimpulan1. Daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi (pungung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkanya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik2. Pengelolaan DAS adalahpengelolaan sumberdaya alam dan buatan yang ada di dalam DAS secara rasionaldengan tujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimum dalam waktu yang tidakterbatas dengan resiko kerusakan seminimal mungkin.3. Pengelolaan DAS bertujuan untuk:a. Mengkonservasi tanah pada lahan pertanian.b. Memanen/menyimpan kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau.c. Memacu usahatani berkelanjutan dan menstabilkan hasil panen melalui perbaikan pengelolaan sistem pertanian.d. Memperbaiki keseimbangan ekologi (hubungan tata air hulu dengan hilir, kualitas air, kualitas dan kemampuan lahan, dan keanekaragaman hayati).4. Beberapa manfaat pengolahan DAS antara lain :a. Keterpaduan dalam proses perencanaan, yang mencakup keterpaduan dalam penyusunan dan penetapan rencana kegiatan di daerah aliran sungai.b. Keterpaduan dalam program pelaksanaan, yang meliputi keterpaduan penyusunan program-program kegiatan di daerah aliran sungai, termasuk memadukan waktu pelaksanaan, lokasi dan pendanaan serta mekanismenya.c. Keterpaduan program-program kegiatan pemerintah pusat dan daerah yang berkaitan dengan daerah aliran sungai, sejalan dengan adanya perundangan otonomi daerah.d. Keterpaduan dalam pengendalian pelaksanaan program kegiatan yang meliputi proses evaluasi dan monitoring.e. Keterpaduan dalam pengendalian dan penanggulangan erosi, banjir dan kekeringan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta. BPDAS Citarum-Ciliwung. 2003. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DASCiliwung. Kerjasama antara BPDAS Citarum-Ciliwung DepartemenKehutanan dengan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Fahmudin Agus dan Widianto.2004. Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering . Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Hal 26-28. Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciliwung-Ciujung. 1986. Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciliwung Hulu. Pemda TK. II. Bogor, Bogor. Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Suwano, Joko.2002. PengembanganKebijakanPengelolaanBerkelanjutan DAS Ciliwunghulukabupatenbogor. Bogor Regency :Bogor WaryonoTarsoebn. 2008. KomponenLingkunganKonsepdanPeranSistemInformasidalampengolahan Das. Geografi FMIPA-UI: Jakarta


Top Related