Transcript
Page 1: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

B A B II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Siklus Hidrologi

Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari

atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi,

evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses

siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,

kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es

dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

Gambar 2.2. Hyetograph dengan Alternating Block Method

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi

kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman

1

Page 2: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak

secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

a. Evaporasi / transpirasi – Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di

tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan

kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan

menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam

bentuk hujan, salju, es.

b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah – Air bergerak ke dalam tanah melalui

celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air

dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal

atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki

kembali sistem air permukaan.

c. Air Permukaan – Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran

utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,

maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat

dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama

lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan

disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,

waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir

membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi

dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah

2

Page 3: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang

berubah adalah wujud dan tempatnya.

2.1.2 Definisi Drainase

Drainase adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk

mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu.

Sedangkan drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan

pengkajian pada kawasan perkotaan erat kaitannya dengan kondisi Lingkungan

Fisik dan Lingkungan Sosial Budaya yang ada di kawasan kota tersebut.

Drainase perkotaan merupakan sistim pengeringan dan pengaliran air dari

wilayah perkotaan. (Anonim, 1997)

Drainase menjadi tema yang mendesak untuk dibicarakan karena

memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian air. Sistem Drainase berarti

sistem pengatusan atau pengeringan kawasan atas air hujan yang menggenang.

Membahas ”air” berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di permukaan

tanah atau air di bawah tanah. Berdasar siklus air, air hujan turun ke bumi

kemudian meresap di dalam tanah. Air yang meresap ke dalam tanah ini

akan mengalir menuju hilir. Sedangkan air hujan yang tidak dapat meresap ke

dalam tanah, melimpas, menjadi genangan di permukaan atau mengalir ke

sungai. Air sungai mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini

akan terus berulang hingga air dari penguapan laut turun kembali sebagai hujan.

Meningkatnya perubahan lahan akan meningkatkan volume air

permukaan limpasan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap keoptimalan

fungsi sistem drainase kota. Kondisi eksisting menunjukkan pada saat turun

hujan telah terjadi titik-titik genangan air atau berarti telah terjadi

3

Page 4: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

ketidakoptimalan fungsi sistem drainase kota. Mendasarkan alasan tersebut maka

penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model pengembangan kapasitas

sistem drainase kota yang mampu menyesuaikan dengan meningkatnya

volume air permukaan limpasan.

2.1.3 Klasifikasi Drainase

2.1.3.1 Menurut sejarah terbentuknya

a. Drainase Alamiah (Natural Drainage)

Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-

bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu atau beton,

gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak

karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti

sungai. (Anonim, 1997)

b. Drainase Buatan (Arficial Drainage)

Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga

memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu

atau beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya. (Anonim,1997)

2.1.3.2 Menurut Letak Bangunan

a. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage)

Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi

mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa

open channel flow.(Anonim,1997)

b. Drainase Bawah Permukaan Tanah (SubsurfaceDrainage)

Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan

melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-

4

Page 5: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

alasan tertentu. Alasan itu antara lain : tuntutan artistik, tuntutan fungsi

permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan

tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

(Anonim, 1997)

2.1.3.3 Menurut Fungsi

a. Single purpose

Saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air

hujan saja atau jenis air baungan yang lain seperti limbah domestik, air limbah

industri dan lain-lain. (Anonim, 1997)

b. Multi purpose

Saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik

secara bercampur maupun bergantian. (Anonim, 1997)

2.1.3.4 Menurut Konstruksi

a. Saluran terbuka

Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah

yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang

tidak membahayakan kesehatan atau menganggu lingkungan. (Anonim, 1997)

b. Saluran tertutup

Saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran air kotor (air

yang mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di

tengah kota. (Anonim, 1997)

5

Page 6: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

2.1.4 Pola Jaringan Drainase

a. Siku

Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi

daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah kota.

(Anonim, 1997)

b. Paralel

Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran

cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek- pendek, apabila terjadi

perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.(Anonim,

1997)

c. Grid Iron

Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga

saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.

(Anonim, 1997)

d. Alamiah

Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.

(Anonim, 1997)

e. Radial

Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala

arah. (Anonim, 1997)

f. Jaring-jaring

Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya,

dan cocok untuk daerah dengan topografi datar. (Anonim, 1997)

6

Page 7: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

2.1.5 Prinsip Dasar Aliran

Aliran air dalam saluran dapat berupa aliran saluran muka air bebas dan

aliran dalam pipa. Aliran pada saluran muka air bebas mempunyai muka air

bebas yang mempunyai tekanan permukaan sama dengan tekanan atmosfer,

sedang aliran dalam pipa tidak mempunyai tekanan atmosfer langsung akan

tetapi tekanan hidrolik. (Budi Santosa,1988).

2.1.6 Klasifikasi Aliran

Berdasar fungsi waktu, aliran dapat dibedakan menjadi

a. Aliran permanen (steady flow) apabila kedalaman aliran tidak berubah atau

konstan sepanjang waktu tertentu.

b. Aliran tidak permanen (unsteady flow) apabila kedalaman aliran berubah

sepanjang waktu tertentu.

Berdasar fungsi ruang, aliran dapat dibedakan menjadi :

a. Aliran seragam (uniform flow) apabila kedalaman aliran pada setiap tampang

saluran adalah sama.

b.Aliran tidak seragam (varied flow) apabila kedalaman aliran

berubahsepanjang saluran. Aliran ini dapat berupa ”gradually varied

flow” atau ”rapidly varied flow”. Aliran dapat dikatakan sebagai “rapidly varied

flow” apabila kedalaman air berubah secara cepat pada jarak yang relative

pendek.

2.2 Dasar teori

2.2.1 Pengertian Curah Hujan (Presipitasi)

Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang

mengkondensasi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala bentuknya dalam

7

Page 8: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

rangkaian siklus hidrologi.

Bentuk presipitasi yang ada di bumi ini berupa :

a. Uap air yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berbentuk

padat disebut salju (snow).

b. Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau tumbuh-

tumbuhan dan kondensasi dalam tanah.

c. Kabut, pada saat terjadi kabut partikel-partikel air diendapkan diatas

permukaan tanah dan tumbu-tumbuhan.

Salah satu bentuk presipitasi yang terpenting di Indonesia adalah hujan, maka

pembahasan mengenai presipitasi ini selanjutnya hanya dibatasi pada hujan saja.

Jika kita membicarakan data hujan terdapat lima buah unsur yang harus ditinjau

yaitu :

1. Intensitas ( i ), adalah laju curah hujan : tinggi air per satuan waktu, misalnya

mm/menit, mm/jam, mm/hari.

2. Lama waktu atau durasi ( t ), adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit

atau jam.

3. Tinggi hujan ( d ), adalah banyaknya atau jumlah curah hujan yang dinyatakan

dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.

4. Frekuensi (T ), adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan, biasanya dinyatakan

dengan waktu ulang T, misalnya sekali dalam T tahun.

5. Luas ( A ), adalah luas geografis curah hujan, dalam km².

Kejadian hujan dapat dipisahkan menjadi dua grup, yaitu hujan aktual dan

hujan rencana. Hujan aktual adalah rangkaian data pengukuran di stasiun

hujan selama periode tertentu. Hujan rencana adalah hyetograf hujan yang

8

Page 9: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

mempunyai karakteristik terpilih. Hujan rencana mempunyai karakteristik yang

secara umum sama dengan karakteristik hujan yang terjadi pada masa lalu,

sehingga menggambarkan karakteristik umum kejadian hujan yang diharapkan

terjadi pada masa mendatang. Curah hujan harian adalah hujan yang terjadi

dan tercatat pada stasiun pengamatan curah hujan setiap hari (selama 24

jam). Data curah hujan harian biasanya dipakai untuk simulasi kebutuhan air

tanaman, simulasi operasi waduk. Curah hujan harian maksimum adalah curah

hujan harian tertinggi dalam tahun pengamatan pada suatu stasiun tertentu.

Data ini biasanya dipergunakan untuk perancangan bangunan hidrolik sungai

seperti bendung, bendungan, tanggul, pengaman sungai dan drainase. Curah

hujan bulanan adalah jumlah curah hujan harian dalam satu bulan pengamatan

pada suatu stasiun curah hujan tertentu. Data ini biasanya dipergunakan untuk

simulasi kebutuhan air dan menentukan pola tanam. Curah hujan tahunan

adalah jumlah curah hujan bulanan dalam satu tahun pengamatan pada suatu

stasiun curah hujan tertentu. Curah hujan maksimum harian rata-rata DAS

diperoleh melalui cara :

a) Tentukan hujan maksimum harian pada tahun tertentu di salah satu pos hujan.

b) Cari besarnya curah hujan pada tanggal-bulan-tahun yang sama untuk pos

hujan yang lain.

c) Hitung hujan DAS dengan salah satu cara yang dipilih.

d) Tentukan hujan maksimum harian (seperti langkah pertama) pada tahun yang

sama untuk pos hujan yang lain.

e) Ulangi langkah 2 dan 3 untuk setiap tahun.

9

Page 10: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Dari hasil rata-rata yang diperoleh (sesuai dengan jumlah pos hujan) dipilih yang

tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap tahun merupakan hujan

maksimum harian DAS untuk tahun yang bersangkutan.

2.2.2 Distribusi Hujan

Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan distribusi

frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan

dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut (Suripin,

2004). Setiap data hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan menggunakan

parameter statistik data yang bersangkutan (Sri Harto, 1993).

Ilmu statistik mengenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis

data meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness

(kecondongan atau kemencengan). parameter-parameter statistik untuk

menentukan distribusi yang tepat digunakan. Parameter-parameter tersebut

meliputi:

a) Rata-rata ( X ) = 1n∑i−1

n

X i ......................................................(2.1)

b) Simpangan baku (S) = √∑i−1

n

( X i−X )2

n−1

...........................................(2.2)

c) Koefisien variasi (Cv) = SX

.............................................................(2.3)

d) Koefisien skewness (Cs) = n∑

i−1

n

( X i−X )3

(n−1 ) (n−2 ) . S3

.........................................(2.4)

e) Koefisien ketajaman (Ck) = n2∑ ( X i−X )4

(n−1 ) (n−2 ) (n−3 ) . S4 ...............................(2.5)

10

Page 11: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

dengan :

n = banyaknya data atau jumlah kejadian,

Xi = nilai varian ke-i

X = hujan rata-rata varian

2.2.3 Analisis Frekuensi

Analisis frekuensi bertujuan untuk mencari hubungan antara besarnya

kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi

probabilitas kontinyu. Ada beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu (teoritis)

yang sering digunakan dalam analisis frekuensi untuk hidrologi yaitu, distribusi

Normal, Log Normal, Gumbel, Pearson, dan log Pearson. Untuk memlilih jenis

sebaran, ada beberapa macam distribusi yang sering dipakai yaitu :

a. Distribusi Normal

Persamaan yang dipakai dalam distribusi normal adalah:

p =1T

........................................................................................................(2.6)

w = [ ln( 1

p2 )]12 , (0≤ p ≤ 0.5 ) ......................................................................(2.7)

KT = z = w −2.515517+0.802853 w+0.010328 w2

1+1.432788 w+0.189269 w2+0.001308 w3 ............................(2.8)

dengan:

T = kala ulang,

p = probabilitas,

KT = factor frekuensi.

11

Page 12: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Sifat-sifat distribusi normal adalah nilai koefisien kemelencengan (skewness)

sama dengan nol (Cs≈0) dan nilaikoefisien kurtosis mendekati tiga (Ck≈3). Selain

itu terdapat sifat-sifat distrubusi frekuensi kumulatif berikut ini:

P(x−s) = 15,87 % ........................................................................................(2.9)

P ( x ) = 50 % ..................................................................................................(2.10)

P(x+s) = 84,14 % .........................................................................................(2.11)

b. Distribusi Log Normal

Distribusi log normal digunakan apabila nilai-nilai dari variable random

tidak mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi

normal. Sifat-sifat distribusi log normal adalah sebagai berikut:

Koefisien kemelencengan : Cs = C v3 + 3Cv .............................................(2.12)

Koefisien kurtosis : Ck = Cv8+6Cv

6+15Cv4+16Cv

2+3..................(2.13)

Persamaan yang dipakai dalam Log Normal adalah :

Rata-rata , y i = 1n∑i−1

n

y i ..................................................................................(2.14)

Simpangan baku, Sy = √ 1n−1∑i=1

n

( y i− y )2 ......................................................(2.15)

z = y− yS y

..................................................................................................(2.16)

y = z Sy + y ..............................................................................................(2.17)

yT = y + KT . Sy ............................................................................................(2.18)

p = arc ln y ................................................................................................(2.19)

dengan :

y = ln p,

y = nilai rerata dari y,

12

Page 13: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Sy = standar deviasi,

z = probabilitas.

c. Distribusi Gumbel

Persamaan yang dipakai dalam distribusi gumbel adalah:

x = 1n∑i−1

n

X i....................................................................................................(2.20)

Sx = √∑i−1

n

( X i−X )2

n−1

..........................................................................................(2.21)

p = x−ln ln

TT−1

+ yn

Sn

Sx ..............................................................................(2.22)

dengan:

KT = faktor frekuensi,

T = kala ulang.

Distribusi gumbel mempunyai sifat:

Koefisien kemelencengan : Cs = 1,14

Koefisien kurtosis : Ck = 5,4

d. Distribusi Log Pearson III

Distribusi log Pearson III digunakan apabila parameter statistic tidak sesuai

dengan model distribusi yang lain. Persamaan yang dipakai adalah:

Rata-rata ,

log X=∑ log X

n ........................................................................(2.23)

Simpangan baku, S log X=√∑ ( log X−log X )2

(n−1 ) ..................................(2.24)

13

Page 14: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Koefesien kemencengan,

Cs=n∑ ( log X−log X )3

(n−1 ) (n−2 ) ( S log X )3 ...............................(2.25)

Logaritma debit, log X=log X+G S log X .....................................(2.26)

dengan:

Log x = nilai logaritmik dari x,

Log x = nilai rata-rata logaritma dari x,

G = Variabel standar yang besarnya bergantung koefesien kemencengan

(Cs)

Dimana nilai G dapat dilihat pada tabel 2.1 distribusi Log-Person III dibawah ini :

14

1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.5 5 10 20 25 50 100 200 1000

99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1

3.0 -0.667 -0.665 -0.660 -0.636 -0.4760 -0.396 -0.1240 0.420 1.180 2.0950 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250

2.5 -0.799 -0.790 -0.771 -0.711 -0.4770 -0.360 -0.0673 0.518 1.250 2.0933 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600

2.2 -0.905 -0.882 -0.844 -0.752 -0.4707 -0.330 -0.0287 0.574 1.284 2.0807 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200

2.0 -0.990 -0.949 -0.895 -0.777 -0.4637 -0.307 -0.0017 0.609 1.302 2.0662 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910

1.8 -1.087 -1.020 -0.945 -0.799 -0.4543 -0.282 0.0263 0.643 1.318 2.0472 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660

1.6 -1.197 -1.093 -0.994 -0.817 -0.4417 -0.254 0.0557 0.675 1.329 2.0240 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390

1.4 -1.318 -1.168 -1.041 -0.832 -0.4273 -0.225 0.0850 0.705 1.337 1.9962 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110

1.2 -1.449 -1.243 -1.086 -0.844 -0.4113 -0.195 0.1140 0.732 1.340 1.9625 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820

1.0 -1.588 -1.317 -1.128 -0.852 -0.3933 -0.164 0.1433 0.758 1.340 1.9258 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540

0.9 -1.660 -1.353 -1.147 -0.854 -0.3833 -0.148 0.1577 0.769 1.339 1.9048 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395

0.8 -1.733 -1.388 -1.116 -0.856 -0.3733 -0.132 0.1720 0.780 1.336 1.8877 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250

0.7 -1.806 -1.423 -1.183 -0.857 -0.3630 -0.116 0.1860 0.790 1.333 1.8613 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105

0.6 -1.880 -1.458 -1.200 -0.857 -0.3517 -0.099 0.2007 0.800 1.328 1.8372 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960

0.5 -1.955 -1.491 -1.216 -0.856 -0.3407 -0.083 0.2140 0.808 1.323 1.8122 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815

0.4 -2.029 -1.524 -1.231 -0.855 -0.3290 -0.066 0.2280 0.816 1.317 1.7862 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670

0.3 -2.104 -1.555 -1.245 -0.853 -0.3177 -0.050 0.2413 0.824 1.309 1.7590 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525

0.2 -2.178 -1.586 -1.258 -0.850 -0.3053 -0.033 0.2547 0.830 1.301 1.7318 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380

0.1 -2.252 -1.616 -1.270 -0.846 -0.2933 -0.017 0.2673 0.836 1.292 1.7028 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235

0.0 -2.326 -1.645 -1.282 -0.842 -0.2807 0.000 0.2807 0.842 1.282 1.6728 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090

-0.1 -2.400 -1.673 -1.292 -0.836 -0.2673 0.017 0.2900 0.836 1.270 1.6417 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950

-0.2 -2.472 -1.700 -1.301 -0.830 -0.2547 0.033 0.3053 0.850 1.258 1.6097 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810

-0.3 -2.544 -1.726 -1.309 -0.824 -0.2413 0.050 0.3177 0.853 1.245 1.5767 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675

-0.4 -2.615 -1.750 -1.317 -0.816 -0.2280 0.066 0.3290 0.855 1.231 1.5435 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540

-0.5 -2.686 -1.774 -1.323 -0.808 -0.2140 0.083 0.3407 0.856 1.216 1.5085 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400

-0.6 -2.755 -1.797 -1.328 -0.800 -0.2007 0.099 0.3517 0.857 1.200 1.4733 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275

-0.7 -2.824 -1.819 -1.333 -0.790 -0.1860 0.116 0.3630 0.857 1.183 1.4372 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150

-0.8 -2.891 -1.839 -1.336 -0.780 -0.1720 0.132 0.3733 0.856 1.166 1.4010 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035

-0.9 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 -0.1577 0.148 0.3833 0.854 1.147 1.3637 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910

-1.0 -3.022 -1.877 -1.340 -0.758 -0.1433 0.164 0.3933 0.852 1.128 1.3263 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800

-1.2 -3.149 -1.910 -1.340 -0.732 -0.1140 0.195 0.4113 0.844 1.086 1.2493 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625

-1.4 -3.271 -1.938 -1.337 -0.705 -0.0850 0.225 0.4273 0.832 1.041 1.1718 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465

-1.6 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.0557 0.254 0.4417 0.817 0.994 1.0957 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280

-1.8 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.0263 0.282 0.4543 0.799 0.945 1.0200 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130

-2.0 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.0047 0.307 0.4637 0.777 0.895 0.9483 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000

-2.2 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.0287 0.330 0.4707 0.752 0.844 0.8807 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910

-2.5 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.0673 0.360 0.4770 0.711 0.771 0.7893 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802

-3.0 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.1240 0.396 0.4760 0.636 0.660 0.6650 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668

KoefisienPeriode Ulang (Tahun)

CsPeluang (%)

Page 15: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Sumber : BambangTriatmojo,20082.2.4 Uji Smirnov-Kolmogorov

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan data dengan garis teoritis

pada kertas probabilitas. Nilai ∆ kritis (∆cr, Smirnov Kolmogorov Test) tergantung

dari jumlah data (n) dan derajat kegagalan (α) bisa dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Nilai D Kritis untuk Uji Smirnov – Kolmogrov

NLevel of Significance (a)

20 15 10 5 11 0.9 0.925 0.95 0.975 0.9952 0.684 0.726 0.776 0.842 0.9293 0.565 0.597 0.642 0.708 0.8294 0.494 0.525 0.564 0.624 0.7345 0.446 0.474 0.51 0.563 0.6696 0.41 0.436 0.47 0.521 0.6187 0.381 0.405 0.438 0.486 0.5778 0.358 0.381 0.411 0.4457 0.5439 0.339 0.36 0.388 0.432 0.51410 0.322 0.342 0.368 0.409 0.48611 0.307 0.326 0.352 0.391 0.46812 0.295 0.313 0.338 0.375 0.4513 0.284 0.302 0.325 0.361 0.43314 0.274 0.292 0.314 0.349 0.418

15

1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.5 5 10 20 25 50 100 200 1000

99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1

3.0 -0.667 -0.665 -0.660 -0.636 -0.4760 -0.396 -0.1240 0.420 1.180 2.0950 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250

2.5 -0.799 -0.790 -0.771 -0.711 -0.4770 -0.360 -0.0673 0.518 1.250 2.0933 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600

2.2 -0.905 -0.882 -0.844 -0.752 -0.4707 -0.330 -0.0287 0.574 1.284 2.0807 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200

2.0 -0.990 -0.949 -0.895 -0.777 -0.4637 -0.307 -0.0017 0.609 1.302 2.0662 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910

1.8 -1.087 -1.020 -0.945 -0.799 -0.4543 -0.282 0.0263 0.643 1.318 2.0472 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660

1.6 -1.197 -1.093 -0.994 -0.817 -0.4417 -0.254 0.0557 0.675 1.329 2.0240 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390

1.4 -1.318 -1.168 -1.041 -0.832 -0.4273 -0.225 0.0850 0.705 1.337 1.9962 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110

1.2 -1.449 -1.243 -1.086 -0.844 -0.4113 -0.195 0.1140 0.732 1.340 1.9625 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820

1.0 -1.588 -1.317 -1.128 -0.852 -0.3933 -0.164 0.1433 0.758 1.340 1.9258 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540

0.9 -1.660 -1.353 -1.147 -0.854 -0.3833 -0.148 0.1577 0.769 1.339 1.9048 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395

0.8 -1.733 -1.388 -1.116 -0.856 -0.3733 -0.132 0.1720 0.780 1.336 1.8877 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250

0.7 -1.806 -1.423 -1.183 -0.857 -0.3630 -0.116 0.1860 0.790 1.333 1.8613 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105

0.6 -1.880 -1.458 -1.200 -0.857 -0.3517 -0.099 0.2007 0.800 1.328 1.8372 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960

0.5 -1.955 -1.491 -1.216 -0.856 -0.3407 -0.083 0.2140 0.808 1.323 1.8122 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815

0.4 -2.029 -1.524 -1.231 -0.855 -0.3290 -0.066 0.2280 0.816 1.317 1.7862 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670

0.3 -2.104 -1.555 -1.245 -0.853 -0.3177 -0.050 0.2413 0.824 1.309 1.7590 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525

0.2 -2.178 -1.586 -1.258 -0.850 -0.3053 -0.033 0.2547 0.830 1.301 1.7318 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380

0.1 -2.252 -1.616 -1.270 -0.846 -0.2933 -0.017 0.2673 0.836 1.292 1.7028 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235

0.0 -2.326 -1.645 -1.282 -0.842 -0.2807 0.000 0.2807 0.842 1.282 1.6728 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090

-0.1 -2.400 -1.673 -1.292 -0.836 -0.2673 0.017 0.2900 0.836 1.270 1.6417 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950

-0.2 -2.472 -1.700 -1.301 -0.830 -0.2547 0.033 0.3053 0.850 1.258 1.6097 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810

-0.3 -2.544 -1.726 -1.309 -0.824 -0.2413 0.050 0.3177 0.853 1.245 1.5767 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675

-0.4 -2.615 -1.750 -1.317 -0.816 -0.2280 0.066 0.3290 0.855 1.231 1.5435 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540

-0.5 -2.686 -1.774 -1.323 -0.808 -0.2140 0.083 0.3407 0.856 1.216 1.5085 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400

-0.6 -2.755 -1.797 -1.328 -0.800 -0.2007 0.099 0.3517 0.857 1.200 1.4733 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275

-0.7 -2.824 -1.819 -1.333 -0.790 -0.1860 0.116 0.3630 0.857 1.183 1.4372 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150

-0.8 -2.891 -1.839 -1.336 -0.780 -0.1720 0.132 0.3733 0.856 1.166 1.4010 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035

-0.9 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 -0.1577 0.148 0.3833 0.854 1.147 1.3637 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910

-1.0 -3.022 -1.877 -1.340 -0.758 -0.1433 0.164 0.3933 0.852 1.128 1.3263 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800

-1.2 -3.149 -1.910 -1.340 -0.732 -0.1140 0.195 0.4113 0.844 1.086 1.2493 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625

-1.4 -3.271 -1.938 -1.337 -0.705 -0.0850 0.225 0.4273 0.832 1.041 1.1718 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465

-1.6 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.0557 0.254 0.4417 0.817 0.994 1.0957 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280

-1.8 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.0263 0.282 0.4543 0.799 0.945 1.0200 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130

-2.0 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.0047 0.307 0.4637 0.777 0.895 0.9483 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000

-2.2 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.0287 0.330 0.4707 0.752 0.844 0.8807 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910

-2.5 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.0673 0.360 0.4770 0.711 0.771 0.7893 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802

-3.0 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.1240 0.396 0.4760 0.636 0.660 0.6650 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668

KoefisienPeriode Ulang (Tahun)

CsPeluang (%)

Page 16: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

15 0.266 0.283 0.304 0.338 0.40416 0.258 0.274 0.295 0.328 0.39117 0.25 0.266 0.286 0.318 0.3818 0.244 0.259 0.278 0.309 0.3719 0.237 0.252 0.272 0.301 0.36120 0.231 0.246 0.264 0.294 0.35225 0.21   0.24 0.27 0.32

N > 501.07 1.14 1.22 1.36 1.63N0,5 N0,5 N0,5 N0,5 N0,5

Sumber : Soewarno 1995

2.2.5 Debit Banjir Rancangan

Banjir adalah terjadinya luapan air dari alur sungai. Banjir terjadi karena

volume air yang mengalir di sungai persatuan waktu melebihi kapasitas

pengaliran alur sungai, sehingga menimbulkan luapan. Debit banjir adalah

besarnya aliran sungai yang diukur dalam satuan (m3/detik) pada waktu banjir.

Banjir ada dua peristiwa : pertama peristiwa banjir atau genangan yang terjadi

pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi

karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir tidak mampu dialirkan

oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas alur sungai yang ada.

Peristiwa banjir tidak menjadi permasalahan bila tidak mengganggu aktivitas atau

kepentingan manusia dan permasalahan timbul setelah manusia melakukan

kegiatan pada daerah dataran banjir. Maka perlu adanya pengaturan daerah

dataran banjir (flood plain management) untuk mengurangi kerugian akibat

banjir.Debit banjir rencana adalah debit maksimum dari suatu sungai yang

16

Page 17: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

besarnya didasarkan kala ulang atau periode tertentu, misalnya 10 tahunan, 25

tahunan, 50 tahunan.

2.2.6 Debit Banjir Rasional

Metode ini dapat menggambarkan hubungan antara debit limpasan dengan

besar curah hujan. Dengan demikian maka laju pengaliran maksimum terjadi jika

lama waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi daerah alirannya. Metode

Rasional adalah suatu metode empiris dalam hidrologi. Rumus matematis metode

ini adalah ;

Qmaks=0 , 2778 xCxIxA ……………………...............……............... (2.27)

dengan :

0,2778 = faktor proporsional bila A dalam km²

Q = debit (m³/detik)

C = angka pengaliran tidak berdimensi

I = intensitas hujan (mm/jam)

A = luas daerah ( km2)

2.2.7 Intensitas Hujan Maksimum

Untuk Menghitung distribusi hujan jam-jaman diasumsikan bahwa periode

hujan di Seduduk putih yang turun dalam sehari adalah selama 6 jam. Sebelum

menghitung distribusi hujan satuan terlebih dahulu dihitung distribusi hujan

periode ke-t (Rt) dengan rumus mononobe :

17

Page 18: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Rt=Ro24 ( 24

t )2/3.....................................................................................................

(2.28)

Dengan:

Rt : Distribusi hujan jam ke –t

T : periode hujan dalam sehari

Ro : Hujan satuan mm (=1mm)

tc : jam Hujan ke-n (n=1,2,3,4,5)

Diasumsikan hujan di seduduk putih dalam sehari selama 6 jam jadi t=periode ke

1 sampai periode ke-6

Kemudian dihitung distribusi hujan satuan dengan rumus :

Hujan ke (t)= t.Rt –(t-1) R(T-1) .........................................................................(2.29)

dengan;

T : jam hujan ke –n

Rt : Dsitribusi hujan jam ke-n

2.2.8 Alternating Block Method (ABM)

Alternating Block Metode (ABM) adalah cara sederhana untuk membuat

hyetograph rencana dari kurva IDF (Chow,dkk.,1988). Hyetograph yang

dihasilkan oleh metode ini adalah hujan yang terjadi dalam n rangkaian interval

waktu yang berurutan dengan durasi ∆t selama waktu Td = n ∆t. Untuk periode

ulang tertentu, intensitas hujan diperoleh dari kurva IDF pada setiap durasi waktu

∆t, 2∆t, 3∆t…. Kedalaman hujan diperoleh dari perkalian antara intensitas hujan

18

Page 19: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

dan durasi waktu tersebut. Perbedaan antara nilai kedalaman hujan yang berurutan

merupakan pertambahan hujan dalam interval waktu ∆t. Pertambahan hujan

tersebut diurutkan kembali ke dalam rangkaian waktu dengan intensitas hujan

maksimum berada pada tengah-tengah durasi hujan Td dan blok-blok sisanya

disusun dalam urutan menurun secara bolak-balik pada kanan dan kiri dari blok

tengah. Dengan demikian telah terbentuk hyetograph rencana, seperti ditunjukkan

dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.2. Hyetograph dengan Alternating Block Method

2.2.9 Kecepatan Rata-rata (u) Empiris

Apabila kecepatan aliran dalam saluran terlalu besar maka akan terjadi

pengikisan terhadap dinding saluran dan apabila kecepatan aliran dalam saluran

drainase terlalu kecil makan akan terjadi pengendapan dari butiran atau partikel

lumpur yang terbawa air.

Mengenai kecepatan aliran dapat dihitung dengan menggunakan rumus

menurut Manning, yaitu :

V = 1n

R2/3 . I1/2 ......................................................................................(2.30)

Dimana :

V = kecepatan aliran (m/det)

19

Page 20: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

n = koefisien kekasaran Manning

R = jari-jari hidrologis (m)

I = kemiringan dasar saluran

Tabel 2.3 Koefisien Kekasaran Manning

Type Saluran

Kondisi

Baik

Sekali

Baik Cukup Buruk

Saluran Buatan:1. Saluran tanah, lurus beraturan2. Saluran tanah, yang dibuat dengan

Excavator3. Saluran pada dinding batuan, lurus

teratur4. Saluran pada dinding batuan, tidak

lurus, tidak beraturan5. Saluran batuan, yang diledakan

ada tumbuh-tumbuhan6. Dasar saluran dari tanah, sisi

saluran berbatuan7. Saluran lengkung dengan

kecepatan aliran rendah

Saluran Alam :1. Bersih lurus tidak berpasir, tidak

berlubang2. Bersih lurus, tidak berpasir, tidak

berlubang tetapi ada timbunan atau kerikil

3. Melengkung bersih, berlubang dan berdinding pasir

4. Melengkung bersih berlubang dan berdinding pasir, dangkal dan tidak teratur

5. Melengkung bersih, berlubang dan berdinding pasir, berbatu dan ada tumbuh-tumbuhan

6. Melengkung bersih, berlubang dan

0,0170,023

0,020

0.035

0,025

0,028

0,020

0,025

0,030

0,033

0,040

0,035

0,0200,028

0,030

0,040

0,030

0,030

0,025

0,028

0,033

0,035

0,045

0,040

0,050

0,0230,030

0,033

0,045

0,035

0,033

0,028

0,030

0,035

0,040

0,050

0,045

0,055

0,0250,040

0,035

0,045

0,040

0,035

0,030

0,033

0,040

0,045

0,055

0,050

0,060

20

Page 21: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

berdinding pasir, dangkal tidak teratur dan sebagian berbatu

Saluran Buatan, Beton atau Pasangan Batu Kali :

1. Saluran pasangan batu kali tanpa penyelesaian

2. Saluran pasangan batu kali dengan penyelesaian

3. Saluran dari beton4. Saluran dari beton halus dan rata5. Saluran beton pracetak dengan

acuan baja6. Saluran beton pracetak dengan

acuan kayu

0,045

0,025

0,0170,0140,010

0,013

0,015

0,030

0,020

0,0160,011

0,014

0,016

0,033

0,025

0,0190,012

0,014

0,016

0,035

0,030

0,0210,013

0,015

0,018

Sumber : SNI 3-3423-1994

2.2.10 Koefisien Pengaliran (C)

Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara tinggi aliran dan tinggi

hujan untuk jangka waktu cukup panjang. Faktor utama yang mempengaruhi

koefisien adalah laju infiltrasi tanah, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah,

dan intensitas hujan. Selain itu juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah, air

tanah, derajad kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi. Nilai

koefesien C merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang dapat dhitung

dengan persamaan berikut :

C =∑i=1

n

Ci . Ai

∑i=1

n

Ai......................................................................................(2.31)

21

Page 22: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Untuk besarnya nilai koefisien aliran permukaan dapat dilihat pada tabel 2.7

sebagai berikut:

Tabel 2.4 Harga Koefisien Pengaliran (C)

Type Daerah Pengaliran Kondisi C

1. Rerumputan Tanah Pasir Datar 2%

Tanah Pasir Rata-rata 2%-7%

Tanah Pasir Curam 7%

Tanah Gemuk Datar 2%

Tanah Gemuk Rata-rata 2%-7%

Tanah Gemuk Curam 2%

0,05-0,10

0,05-0,15

0,15-0,20

0,13-0,17

0,18-0,22

0,25-0,35

2. Bisnis Daerah Kota Lama

Daerah Pinggiran

0,75-0,95

0,50-0,70

3. Perumahan Daerah Single Family

Multi Unit Terpisah

Multi Unit Tertutup

Sub Urban

Daerah Rumah Apartement

0,30-0,50

0,40-0,60

0,60-0,75

0,25-0,40

0,20-0,70

4. Industri Daaerah Ringan

Daerah Berat

0,60-0,80

0,60-0,90

5. Pertanaman dan Hiburan 0,10-0,25

6. Tempat Bermain 0,20-0,35

7. Halaman Kereta Api 0,10-0,30

8. Daerah yang tidak dikerjakan

0,10-0,30

9. Jalan Beraspal

Beton

Kayu

0,70-0,95

0,80-0,95

0,70-0,95

10. Untuk berjalan dan naik kuda

0,75-0,85

11. Atap 0,75-0,95

Sumber : Imam Subarkah.Ir.1978.Hidrologi

22

Page 23: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

2.2.11 Jagaan (Freeboard)

Jagaan pada saluran adalah jarak vertikal dari permukaan saluran atau

perlengkapan saluran tertinggi terhadap permukaan air di dalam saluran. Jarak ini

harus cukup untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air yang melimpah

ke tepi.

Belum ada peraturan yang dapat diterima untuk menentukan besarnnya jagaan,

karena gerakan gelombang atau kenaikan muka air di saluran dapat di akibatkan

oleh berbagai hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.

Besarnya jagaan yang umum dipakai dalam perancangan menurut Ven Te Chow

(Open Channel Hydrauluscs) berkisar antara 5% sampai 30% kedalaman aliran

atau dapat juga dipakai berdasarkan tabel berikut :

Tabel 2.5 Tinggi Jagaan Berdasarkan Debit

Q (m3/det) f (m)

¿ 0,75

0,75 – 1,50

1,50 – 8,50

¿ 8,50

0,45

0,60

0,75

0,90

Sumber : K. G Rangga Ratu, 1986, Aliran melalui saluran terbuka2.2.12 Desain Saluran Drainase

Analisa hidrolika dan hasil analisa data curah hujan merupakan dasar

dalam mendimensi saluran drainase. Prinsip yang digunakan adalah kapasitas

debit harus lebih besar dari debit limpasan yang melewati saluran tersebut.

23

Page 24: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Sedangkan tipe saluran dipilih berdasarkan kemudahan pemeliharaan dan

pelaksanaannya dengan tidak mengenyampingkan kekuatan teknisinya serta aspek

ekonominya.

Pada bangunan drainase yang digunakan adalah penampang persegi

sebagai berikut (Hadi, Y, 1986, Hidrolika) :

f

h

bGambar 2.3 Penampang Persegi

Rumus yang digunakan untuk penampang ekonomis saluran persegi (Hadi,

Y, 1986, Hidrolika) yaitu :

A = b . y = 2y.y = 2y2 ..........................................................................(2.32)

P = b + 2y = 2y + 2y = 4y ....................................................................(2.33)

V = 1n

R2/3 . I1/2 ....................................................................................(2.34)

Q = V. A................................................................................................

(2.35)

Dimana :

A = luas penampang basah saluran (m2)

P = keliling basah (m)

24

Page 25: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

R = jari-jari hidrologis (m)

b = lebar dasar saluran (m)

h = kedalaman air (m)

f = jagaan (m)

V = kecepatan aliran (m/det)

Q = debit saluran (m3/det)

n = koefisien kekasaran manning

I = kemiringan dasar saluran.

2.3 Pengenalan EPA SWMM

EPA SWMM dibuat oleh National Risk Management Research

Laboratory Office of Research and Development U.S. Environmental Protection

Agency.

EPA SWMM adalah sebuah sistim software yang didesain untuk membuat

model simulasi hujan-runoff dinamik. Software ini mampu mensimulasikan

pengaruh hujan-runoff dari suatu wilayah pada sistim drainasenya untuk jangka

pendek maupun panjang sekaligus memiliki fasilitas alternative untuk

mengantisipasi masalah banjir. EPA SWMM yang digunakan adalah EPA

SWMM versi 5.1.

25

Page 26: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

2.3.1 Obyek pada program EPA SWMM 5.1

2.3.1.1 Rain Gage

SWMM menggunakan obyek rain gage untuk menampilkan input data ke

sistem.

Rain gage menyuplai data presipitasi untuk satu atau lebih

subcatchment area pada studi wilayah. (Manual EPA SWMM)

2.3.1.2 Subcatchment

Subcatchment adalah unit hidrologi dari tanah dimana topografi dan

elemen sistem drainase menujukan permukaan runoff pada satu titik pelepasan.

Subcatchment dapat dibagi ke dalam pervious dan impervious subarea. (Manual

EPA SWMM).

Infiltrasi air hujan dari pervious area dalam daerah tangkapan dapat digambarkan

dengan tiga model berbeda :

a. Horton infiltration

b. Green-Ampt infiltration

c. SCS Curve Number infiltration

2.3.1.3 Junction

Junction dapat menampilkan pertemuan dari saluran permukaan alami,

lubang got dari sistim pembuangan, atau pipa penghubung. (Manual EPA

SWMM)

2.3.1.4 Outfall

Outfall adalah titik terminal dari sistim drainase biasanya ditetapkan

akhir dari batas hilir. (Manual EPA SWMM).

26

Page 27: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

2.3.1.5 Flow Divider

Flow Divider adalah sistim drainase dimana inflow dialihkan pada conduit

tertentu. Sebuah flow divider dapat memiliki tidak lebih dari dua conduit pada

satu sistemnya. (Manual EPA SWMM) Pengalihan aliran dapat dihitung dengan

rumus :

Qdiv=Cw ( fHw)1.5…………………………………………..(2.36)

Dimana :

Qdiv = aliran yang dialihkan

Cw = koefesien weir

Hw = tinggi weir

Untuk f dihitung dari rumus :

f = Qin−QminQmax−Qmin

……………………………………………………………….

(2.37)

Dimana :

Qin = inflow yang menuju devider

Cw = aliran dimana pengalihan dimulai

2.3.1.6 Storage Units

Storage Units adalah penyediaan volume tampungan. Fasilitas tampungan dapat

sekecil kolam atau sebesar danau. Volumetrik dari unit tampungan dibuat dari

fungsi atau tabel dari area permukaan dan tinggi. (Manual EPA SWMM).

SWMM menggunakan rumus Manning untuk menyatakan hubungan

antara debit (Q), luas penampang (A), jari-jari hidraulis (R), dan kemiringan

27

Page 28: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

(S).

Q=n1.49 AR2 /3 √S………………………………………..………………(2.38)

dengan n = koefesien manning

Tabel 2.11 Bentuk potongan melintang yang tersedia untuk conduit

28

Page 29: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Sumber : Manual EPA SWMM

2.3.1.7 Pumps

Pumps digunakan untuk menaikkan air atau meninggikan elevasi air. Hidup dan

mati pompa dapat diatur secara dinamik sepanjang pengaturan kontrol yang telah

ditetapkan oleh pengguna. (Manual EPA SWMM)

2.3.1.8 Flow Regulators

Flow Regulators adalah struktur atau sarana yang digunakan untuk mengontrol

atau mengalihkan aliran (Manual EPA SWMM). Sistim ini biasanya

digunakan untuk :

1. mengontrol pelepasan dari fasilitas tampunga

2. mencegah kelebihan air yang tidak diharapkan

3. mengalihkan aliran ke interseptor

Macam flow regulator dalam SWMM :

a. Orifices

Orifices digunakan sebagai outlet dan struktur pengalihan dalam sistim drainase.

Biasanya terdapat di lubang got, fasilitas tampungan atau pintu kontrol.Aliran

29

Page 30: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

pada orifices dihitung dengan rumus :

Q = CA √2gh…………………………………………………….(2.39)

dimana :

Q = debit orifices

C = koefisien

A = luas penampang orifices

g = percepatan gravitasi

b. Weir

Weirs mirip seperti orifices, terdapat di lubang got sepanjang sisi saluran

atau unit tampungan. Weirs dapat digunakan sebagai unit tampungan outlet.

Tabel 2.12 Tipe weir yang tersedia.

30

Page 31: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Sumber : Manual EPA SWMM

c. Outlets

Outlets adalah sarana pengendali aliran dimana biasanya digunakan.

31

Page 32: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal
Page 33: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal
Page 34: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal
Page 35: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal
Page 36: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal
Page 37: Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal

Top Related