Download - Update Bab II Tinjauan Pustaka Proposal
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es
dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Gambar 2.2. Hyetograph dengan Alternating Block Method
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman
1
sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak
secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
a. Evaporasi / transpirasi – Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di
tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam
bentuk hujan, salju, es.
b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah – Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air
dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal
atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki
kembali sistem air permukaan.
c. Air Permukaan – Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat
dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama
lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan
disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi
dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah
2
Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang
berubah adalah wujud dan tempatnya.
2.1.2 Definisi Drainase
Drainase adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk
mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu.
Sedangkan drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan
pengkajian pada kawasan perkotaan erat kaitannya dengan kondisi Lingkungan
Fisik dan Lingkungan Sosial Budaya yang ada di kawasan kota tersebut.
Drainase perkotaan merupakan sistim pengeringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan. (Anonim, 1997)
Drainase menjadi tema yang mendesak untuk dibicarakan karena
memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian air. Sistem Drainase berarti
sistem pengatusan atau pengeringan kawasan atas air hujan yang menggenang.
Membahas ”air” berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di permukaan
tanah atau air di bawah tanah. Berdasar siklus air, air hujan turun ke bumi
kemudian meresap di dalam tanah. Air yang meresap ke dalam tanah ini
akan mengalir menuju hilir. Sedangkan air hujan yang tidak dapat meresap ke
dalam tanah, melimpas, menjadi genangan di permukaan atau mengalir ke
sungai. Air sungai mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini
akan terus berulang hingga air dari penguapan laut turun kembali sebagai hujan.
Meningkatnya perubahan lahan akan meningkatkan volume air
permukaan limpasan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap keoptimalan
fungsi sistem drainase kota. Kondisi eksisting menunjukkan pada saat turun
hujan telah terjadi titik-titik genangan air atau berarti telah terjadi
3
ketidakoptimalan fungsi sistem drainase kota. Mendasarkan alasan tersebut maka
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model pengembangan kapasitas
sistem drainase kota yang mampu menyesuaikan dengan meningkatnya
volume air permukaan limpasan.
2.1.3 Klasifikasi Drainase
2.1.3.1 Menurut sejarah terbentuknya
a. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu atau beton,
gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak
karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti
sungai. (Anonim, 1997)
b. Drainase Buatan (Arficial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu
atau beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya. (Anonim,1997)
2.1.3.2 Menurut Letak Bangunan
a. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa
open channel flow.(Anonim,1997)
b. Drainase Bawah Permukaan Tanah (SubsurfaceDrainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-
4
alasan tertentu. Alasan itu antara lain : tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan
tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
(Anonim, 1997)
2.1.3.3 Menurut Fungsi
a. Single purpose
Saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air
hujan saja atau jenis air baungan yang lain seperti limbah domestik, air limbah
industri dan lain-lain. (Anonim, 1997)
b. Multi purpose
Saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik
secara bercampur maupun bergantian. (Anonim, 1997)
2.1.3.4 Menurut Konstruksi
a. Saluran terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah
yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang
tidak membahayakan kesehatan atau menganggu lingkungan. (Anonim, 1997)
b. Saluran tertutup
Saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran air kotor (air
yang mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
tengah kota. (Anonim, 1997)
5
2.1.4 Pola Jaringan Drainase
a. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi
daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah kota.
(Anonim, 1997)
b. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek- pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.(Anonim,
1997)
c. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.
(Anonim, 1997)
d. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
(Anonim, 1997)
e. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala
arah. (Anonim, 1997)
f. Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya,
dan cocok untuk daerah dengan topografi datar. (Anonim, 1997)
6
2.1.5 Prinsip Dasar Aliran
Aliran air dalam saluran dapat berupa aliran saluran muka air bebas dan
aliran dalam pipa. Aliran pada saluran muka air bebas mempunyai muka air
bebas yang mempunyai tekanan permukaan sama dengan tekanan atmosfer,
sedang aliran dalam pipa tidak mempunyai tekanan atmosfer langsung akan
tetapi tekanan hidrolik. (Budi Santosa,1988).
2.1.6 Klasifikasi Aliran
Berdasar fungsi waktu, aliran dapat dibedakan menjadi
a. Aliran permanen (steady flow) apabila kedalaman aliran tidak berubah atau
konstan sepanjang waktu tertentu.
b. Aliran tidak permanen (unsteady flow) apabila kedalaman aliran berubah
sepanjang waktu tertentu.
Berdasar fungsi ruang, aliran dapat dibedakan menjadi :
a. Aliran seragam (uniform flow) apabila kedalaman aliran pada setiap tampang
saluran adalah sama.
b.Aliran tidak seragam (varied flow) apabila kedalaman aliran
berubahsepanjang saluran. Aliran ini dapat berupa ”gradually varied
flow” atau ”rapidly varied flow”. Aliran dapat dikatakan sebagai “rapidly varied
flow” apabila kedalaman air berubah secara cepat pada jarak yang relative
pendek.
2.2 Dasar teori
2.2.1 Pengertian Curah Hujan (Presipitasi)
Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang
mengkondensasi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala bentuknya dalam
7
rangkaian siklus hidrologi.
Bentuk presipitasi yang ada di bumi ini berupa :
a. Uap air yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berbentuk
padat disebut salju (snow).
b. Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau tumbuh-
tumbuhan dan kondensasi dalam tanah.
c. Kabut, pada saat terjadi kabut partikel-partikel air diendapkan diatas
permukaan tanah dan tumbu-tumbuhan.
Salah satu bentuk presipitasi yang terpenting di Indonesia adalah hujan, maka
pembahasan mengenai presipitasi ini selanjutnya hanya dibatasi pada hujan saja.
Jika kita membicarakan data hujan terdapat lima buah unsur yang harus ditinjau
yaitu :
1. Intensitas ( i ), adalah laju curah hujan : tinggi air per satuan waktu, misalnya
mm/menit, mm/jam, mm/hari.
2. Lama waktu atau durasi ( t ), adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit
atau jam.
3. Tinggi hujan ( d ), adalah banyaknya atau jumlah curah hujan yang dinyatakan
dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.
4. Frekuensi (T ), adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan, biasanya dinyatakan
dengan waktu ulang T, misalnya sekali dalam T tahun.
5. Luas ( A ), adalah luas geografis curah hujan, dalam km².
Kejadian hujan dapat dipisahkan menjadi dua grup, yaitu hujan aktual dan
hujan rencana. Hujan aktual adalah rangkaian data pengukuran di stasiun
hujan selama periode tertentu. Hujan rencana adalah hyetograf hujan yang
8
mempunyai karakteristik terpilih. Hujan rencana mempunyai karakteristik yang
secara umum sama dengan karakteristik hujan yang terjadi pada masa lalu,
sehingga menggambarkan karakteristik umum kejadian hujan yang diharapkan
terjadi pada masa mendatang. Curah hujan harian adalah hujan yang terjadi
dan tercatat pada stasiun pengamatan curah hujan setiap hari (selama 24
jam). Data curah hujan harian biasanya dipakai untuk simulasi kebutuhan air
tanaman, simulasi operasi waduk. Curah hujan harian maksimum adalah curah
hujan harian tertinggi dalam tahun pengamatan pada suatu stasiun tertentu.
Data ini biasanya dipergunakan untuk perancangan bangunan hidrolik sungai
seperti bendung, bendungan, tanggul, pengaman sungai dan drainase. Curah
hujan bulanan adalah jumlah curah hujan harian dalam satu bulan pengamatan
pada suatu stasiun curah hujan tertentu. Data ini biasanya dipergunakan untuk
simulasi kebutuhan air dan menentukan pola tanam. Curah hujan tahunan
adalah jumlah curah hujan bulanan dalam satu tahun pengamatan pada suatu
stasiun curah hujan tertentu. Curah hujan maksimum harian rata-rata DAS
diperoleh melalui cara :
a) Tentukan hujan maksimum harian pada tahun tertentu di salah satu pos hujan.
b) Cari besarnya curah hujan pada tanggal-bulan-tahun yang sama untuk pos
hujan yang lain.
c) Hitung hujan DAS dengan salah satu cara yang dipilih.
d) Tentukan hujan maksimum harian (seperti langkah pertama) pada tahun yang
sama untuk pos hujan yang lain.
e) Ulangi langkah 2 dan 3 untuk setiap tahun.
9
Dari hasil rata-rata yang diperoleh (sesuai dengan jumlah pos hujan) dipilih yang
tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap tahun merupakan hujan
maksimum harian DAS untuk tahun yang bersangkutan.
2.2.2 Distribusi Hujan
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan distribusi
frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan
dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut (Suripin,
2004). Setiap data hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan menggunakan
parameter statistik data yang bersangkutan (Sri Harto, 1993).
Ilmu statistik mengenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis
data meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness
(kecondongan atau kemencengan). parameter-parameter statistik untuk
menentukan distribusi yang tepat digunakan. Parameter-parameter tersebut
meliputi:
a) Rata-rata ( X ) = 1n∑i−1
n
X i ......................................................(2.1)
b) Simpangan baku (S) = √∑i−1
n
( X i−X )2
n−1
...........................................(2.2)
c) Koefisien variasi (Cv) = SX
.............................................................(2.3)
d) Koefisien skewness (Cs) = n∑
i−1
n
( X i−X )3
(n−1 ) (n−2 ) . S3
.........................................(2.4)
e) Koefisien ketajaman (Ck) = n2∑ ( X i−X )4
(n−1 ) (n−2 ) (n−3 ) . S4 ...............................(2.5)
10
dengan :
n = banyaknya data atau jumlah kejadian,
Xi = nilai varian ke-i
X = hujan rata-rata varian
2.2.3 Analisis Frekuensi
Analisis frekuensi bertujuan untuk mencari hubungan antara besarnya
kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi
probabilitas kontinyu. Ada beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu (teoritis)
yang sering digunakan dalam analisis frekuensi untuk hidrologi yaitu, distribusi
Normal, Log Normal, Gumbel, Pearson, dan log Pearson. Untuk memlilih jenis
sebaran, ada beberapa macam distribusi yang sering dipakai yaitu :
a. Distribusi Normal
Persamaan yang dipakai dalam distribusi normal adalah:
p =1T
........................................................................................................(2.6)
w = [ ln( 1
p2 )]12 , (0≤ p ≤ 0.5 ) ......................................................................(2.7)
KT = z = w −2.515517+0.802853 w+0.010328 w2
1+1.432788 w+0.189269 w2+0.001308 w3 ............................(2.8)
dengan:
T = kala ulang,
p = probabilitas,
KT = factor frekuensi.
11
Sifat-sifat distribusi normal adalah nilai koefisien kemelencengan (skewness)
sama dengan nol (Cs≈0) dan nilaikoefisien kurtosis mendekati tiga (Ck≈3). Selain
itu terdapat sifat-sifat distrubusi frekuensi kumulatif berikut ini:
P(x−s) = 15,87 % ........................................................................................(2.9)
P ( x ) = 50 % ..................................................................................................(2.10)
P(x+s) = 84,14 % .........................................................................................(2.11)
b. Distribusi Log Normal
Distribusi log normal digunakan apabila nilai-nilai dari variable random
tidak mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi
normal. Sifat-sifat distribusi log normal adalah sebagai berikut:
Koefisien kemelencengan : Cs = C v3 + 3Cv .............................................(2.12)
Koefisien kurtosis : Ck = Cv8+6Cv
6+15Cv4+16Cv
2+3..................(2.13)
Persamaan yang dipakai dalam Log Normal adalah :
Rata-rata , y i = 1n∑i−1
n
y i ..................................................................................(2.14)
Simpangan baku, Sy = √ 1n−1∑i=1
n
( y i− y )2 ......................................................(2.15)
z = y− yS y
..................................................................................................(2.16)
y = z Sy + y ..............................................................................................(2.17)
yT = y + KT . Sy ............................................................................................(2.18)
p = arc ln y ................................................................................................(2.19)
dengan :
y = ln p,
y = nilai rerata dari y,
12
Sy = standar deviasi,
z = probabilitas.
c. Distribusi Gumbel
Persamaan yang dipakai dalam distribusi gumbel adalah:
x = 1n∑i−1
n
X i....................................................................................................(2.20)
Sx = √∑i−1
n
( X i−X )2
n−1
..........................................................................................(2.21)
p = x−ln ln
TT−1
+ yn
Sn
Sx ..............................................................................(2.22)
dengan:
KT = faktor frekuensi,
T = kala ulang.
Distribusi gumbel mempunyai sifat:
Koefisien kemelencengan : Cs = 1,14
Koefisien kurtosis : Ck = 5,4
d. Distribusi Log Pearson III
Distribusi log Pearson III digunakan apabila parameter statistic tidak sesuai
dengan model distribusi yang lain. Persamaan yang dipakai adalah:
Rata-rata ,
log X=∑ log X
n ........................................................................(2.23)
Simpangan baku, S log X=√∑ ( log X−log X )2
(n−1 ) ..................................(2.24)
13
Koefesien kemencengan,
Cs=n∑ ( log X−log X )3
(n−1 ) (n−2 ) ( S log X )3 ...............................(2.25)
Logaritma debit, log X=log X+G S log X .....................................(2.26)
dengan:
Log x = nilai logaritmik dari x,
Log x = nilai rata-rata logaritma dari x,
G = Variabel standar yang besarnya bergantung koefesien kemencengan
(Cs)
Dimana nilai G dapat dilihat pada tabel 2.1 distribusi Log-Person III dibawah ini :
14
1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.5 5 10 20 25 50 100 200 1000
99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1
3.0 -0.667 -0.665 -0.660 -0.636 -0.4760 -0.396 -0.1240 0.420 1.180 2.0950 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.5 -0.799 -0.790 -0.771 -0.711 -0.4770 -0.360 -0.0673 0.518 1.250 2.0933 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.2 -0.905 -0.882 -0.844 -0.752 -0.4707 -0.330 -0.0287 0.574 1.284 2.0807 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.0 -0.990 -0.949 -0.895 -0.777 -0.4637 -0.307 -0.0017 0.609 1.302 2.0662 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.8 -1.087 -1.020 -0.945 -0.799 -0.4543 -0.282 0.0263 0.643 1.318 2.0472 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.6 -1.197 -1.093 -0.994 -0.817 -0.4417 -0.254 0.0557 0.675 1.329 2.0240 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.4 -1.318 -1.168 -1.041 -0.832 -0.4273 -0.225 0.0850 0.705 1.337 1.9962 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.2 -1.449 -1.243 -1.086 -0.844 -0.4113 -0.195 0.1140 0.732 1.340 1.9625 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.0 -1.588 -1.317 -1.128 -0.852 -0.3933 -0.164 0.1433 0.758 1.340 1.9258 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.9 -1.660 -1.353 -1.147 -0.854 -0.3833 -0.148 0.1577 0.769 1.339 1.9048 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.8 -1.733 -1.388 -1.116 -0.856 -0.3733 -0.132 0.1720 0.780 1.336 1.8877 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.7 -1.806 -1.423 -1.183 -0.857 -0.3630 -0.116 0.1860 0.790 1.333 1.8613 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.6 -1.880 -1.458 -1.200 -0.857 -0.3517 -0.099 0.2007 0.800 1.328 1.8372 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.5 -1.955 -1.491 -1.216 -0.856 -0.3407 -0.083 0.2140 0.808 1.323 1.8122 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.4 -2.029 -1.524 -1.231 -0.855 -0.3290 -0.066 0.2280 0.816 1.317 1.7862 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.3 -2.104 -1.555 -1.245 -0.853 -0.3177 -0.050 0.2413 0.824 1.309 1.7590 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.2 -2.178 -1.586 -1.258 -0.850 -0.3053 -0.033 0.2547 0.830 1.301 1.7318 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.1 -2.252 -1.616 -1.270 -0.846 -0.2933 -0.017 0.2673 0.836 1.292 1.7028 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.0 -2.326 -1.645 -1.282 -0.842 -0.2807 0.000 0.2807 0.842 1.282 1.6728 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.1 -2.400 -1.673 -1.292 -0.836 -0.2673 0.017 0.2900 0.836 1.270 1.6417 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.2 -2.472 -1.700 -1.301 -0.830 -0.2547 0.033 0.3053 0.850 1.258 1.6097 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.3 -2.544 -1.726 -1.309 -0.824 -0.2413 0.050 0.3177 0.853 1.245 1.5767 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.4 -2.615 -1.750 -1.317 -0.816 -0.2280 0.066 0.3290 0.855 1.231 1.5435 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.5 -2.686 -1.774 -1.323 -0.808 -0.2140 0.083 0.3407 0.856 1.216 1.5085 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.6 -2.755 -1.797 -1.328 -0.800 -0.2007 0.099 0.3517 0.857 1.200 1.4733 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.7 -2.824 -1.819 -1.333 -0.790 -0.1860 0.116 0.3630 0.857 1.183 1.4372 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.8 -2.891 -1.839 -1.336 -0.780 -0.1720 0.132 0.3733 0.856 1.166 1.4010 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.9 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 -0.1577 0.148 0.3833 0.854 1.147 1.3637 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.0 -3.022 -1.877 -1.340 -0.758 -0.1433 0.164 0.3933 0.852 1.128 1.3263 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.2 -3.149 -1.910 -1.340 -0.732 -0.1140 0.195 0.4113 0.844 1.086 1.2493 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.4 -3.271 -1.938 -1.337 -0.705 -0.0850 0.225 0.4273 0.832 1.041 1.1718 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.6 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.0557 0.254 0.4417 0.817 0.994 1.0957 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.8 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.0263 0.282 0.4543 0.799 0.945 1.0200 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.0 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.0047 0.307 0.4637 0.777 0.895 0.9483 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.2 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.0287 0.330 0.4707 0.752 0.844 0.8807 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.5 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.0673 0.360 0.4770 0.711 0.771 0.7893 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.0 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.1240 0.396 0.4760 0.636 0.660 0.6650 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
KoefisienPeriode Ulang (Tahun)
CsPeluang (%)
Sumber : BambangTriatmojo,20082.2.4 Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan data dengan garis teoritis
pada kertas probabilitas. Nilai ∆ kritis (∆cr, Smirnov Kolmogorov Test) tergantung
dari jumlah data (n) dan derajat kegagalan (α) bisa dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Nilai D Kritis untuk Uji Smirnov – Kolmogrov
NLevel of Significance (a)
20 15 10 5 11 0.9 0.925 0.95 0.975 0.9952 0.684 0.726 0.776 0.842 0.9293 0.565 0.597 0.642 0.708 0.8294 0.494 0.525 0.564 0.624 0.7345 0.446 0.474 0.51 0.563 0.6696 0.41 0.436 0.47 0.521 0.6187 0.381 0.405 0.438 0.486 0.5778 0.358 0.381 0.411 0.4457 0.5439 0.339 0.36 0.388 0.432 0.51410 0.322 0.342 0.368 0.409 0.48611 0.307 0.326 0.352 0.391 0.46812 0.295 0.313 0.338 0.375 0.4513 0.284 0.302 0.325 0.361 0.43314 0.274 0.292 0.314 0.349 0.418
15
1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.5 5 10 20 25 50 100 200 1000
99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1
3.0 -0.667 -0.665 -0.660 -0.636 -0.4760 -0.396 -0.1240 0.420 1.180 2.0950 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.5 -0.799 -0.790 -0.771 -0.711 -0.4770 -0.360 -0.0673 0.518 1.250 2.0933 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.2 -0.905 -0.882 -0.844 -0.752 -0.4707 -0.330 -0.0287 0.574 1.284 2.0807 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.0 -0.990 -0.949 -0.895 -0.777 -0.4637 -0.307 -0.0017 0.609 1.302 2.0662 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.8 -1.087 -1.020 -0.945 -0.799 -0.4543 -0.282 0.0263 0.643 1.318 2.0472 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.6 -1.197 -1.093 -0.994 -0.817 -0.4417 -0.254 0.0557 0.675 1.329 2.0240 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.4 -1.318 -1.168 -1.041 -0.832 -0.4273 -0.225 0.0850 0.705 1.337 1.9962 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.2 -1.449 -1.243 -1.086 -0.844 -0.4113 -0.195 0.1140 0.732 1.340 1.9625 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.0 -1.588 -1.317 -1.128 -0.852 -0.3933 -0.164 0.1433 0.758 1.340 1.9258 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.9 -1.660 -1.353 -1.147 -0.854 -0.3833 -0.148 0.1577 0.769 1.339 1.9048 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.8 -1.733 -1.388 -1.116 -0.856 -0.3733 -0.132 0.1720 0.780 1.336 1.8877 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.7 -1.806 -1.423 -1.183 -0.857 -0.3630 -0.116 0.1860 0.790 1.333 1.8613 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.6 -1.880 -1.458 -1.200 -0.857 -0.3517 -0.099 0.2007 0.800 1.328 1.8372 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.5 -1.955 -1.491 -1.216 -0.856 -0.3407 -0.083 0.2140 0.808 1.323 1.8122 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.4 -2.029 -1.524 -1.231 -0.855 -0.3290 -0.066 0.2280 0.816 1.317 1.7862 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.3 -2.104 -1.555 -1.245 -0.853 -0.3177 -0.050 0.2413 0.824 1.309 1.7590 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.2 -2.178 -1.586 -1.258 -0.850 -0.3053 -0.033 0.2547 0.830 1.301 1.7318 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.1 -2.252 -1.616 -1.270 -0.846 -0.2933 -0.017 0.2673 0.836 1.292 1.7028 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.0 -2.326 -1.645 -1.282 -0.842 -0.2807 0.000 0.2807 0.842 1.282 1.6728 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.1 -2.400 -1.673 -1.292 -0.836 -0.2673 0.017 0.2900 0.836 1.270 1.6417 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.2 -2.472 -1.700 -1.301 -0.830 -0.2547 0.033 0.3053 0.850 1.258 1.6097 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.3 -2.544 -1.726 -1.309 -0.824 -0.2413 0.050 0.3177 0.853 1.245 1.5767 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.4 -2.615 -1.750 -1.317 -0.816 -0.2280 0.066 0.3290 0.855 1.231 1.5435 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.5 -2.686 -1.774 -1.323 -0.808 -0.2140 0.083 0.3407 0.856 1.216 1.5085 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.6 -2.755 -1.797 -1.328 -0.800 -0.2007 0.099 0.3517 0.857 1.200 1.4733 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.7 -2.824 -1.819 -1.333 -0.790 -0.1860 0.116 0.3630 0.857 1.183 1.4372 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.8 -2.891 -1.839 -1.336 -0.780 -0.1720 0.132 0.3733 0.856 1.166 1.4010 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.9 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 -0.1577 0.148 0.3833 0.854 1.147 1.3637 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.0 -3.022 -1.877 -1.340 -0.758 -0.1433 0.164 0.3933 0.852 1.128 1.3263 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.2 -3.149 -1.910 -1.340 -0.732 -0.1140 0.195 0.4113 0.844 1.086 1.2493 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.4 -3.271 -1.938 -1.337 -0.705 -0.0850 0.225 0.4273 0.832 1.041 1.1718 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.6 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.0557 0.254 0.4417 0.817 0.994 1.0957 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.8 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.0263 0.282 0.4543 0.799 0.945 1.0200 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.0 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.0047 0.307 0.4637 0.777 0.895 0.9483 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.2 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.0287 0.330 0.4707 0.752 0.844 0.8807 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.5 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.0673 0.360 0.4770 0.711 0.771 0.7893 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.0 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.1240 0.396 0.4760 0.636 0.660 0.6650 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
KoefisienPeriode Ulang (Tahun)
CsPeluang (%)
15 0.266 0.283 0.304 0.338 0.40416 0.258 0.274 0.295 0.328 0.39117 0.25 0.266 0.286 0.318 0.3818 0.244 0.259 0.278 0.309 0.3719 0.237 0.252 0.272 0.301 0.36120 0.231 0.246 0.264 0.294 0.35225 0.21 0.24 0.27 0.32
N > 501.07 1.14 1.22 1.36 1.63N0,5 N0,5 N0,5 N0,5 N0,5
Sumber : Soewarno 1995
2.2.5 Debit Banjir Rancangan
Banjir adalah terjadinya luapan air dari alur sungai. Banjir terjadi karena
volume air yang mengalir di sungai persatuan waktu melebihi kapasitas
pengaliran alur sungai, sehingga menimbulkan luapan. Debit banjir adalah
besarnya aliran sungai yang diukur dalam satuan (m3/detik) pada waktu banjir.
Banjir ada dua peristiwa : pertama peristiwa banjir atau genangan yang terjadi
pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi
karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir tidak mampu dialirkan
oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas alur sungai yang ada.
Peristiwa banjir tidak menjadi permasalahan bila tidak mengganggu aktivitas atau
kepentingan manusia dan permasalahan timbul setelah manusia melakukan
kegiatan pada daerah dataran banjir. Maka perlu adanya pengaturan daerah
dataran banjir (flood plain management) untuk mengurangi kerugian akibat
banjir.Debit banjir rencana adalah debit maksimum dari suatu sungai yang
16
besarnya didasarkan kala ulang atau periode tertentu, misalnya 10 tahunan, 25
tahunan, 50 tahunan.
2.2.6 Debit Banjir Rasional
Metode ini dapat menggambarkan hubungan antara debit limpasan dengan
besar curah hujan. Dengan demikian maka laju pengaliran maksimum terjadi jika
lama waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi daerah alirannya. Metode
Rasional adalah suatu metode empiris dalam hidrologi. Rumus matematis metode
ini adalah ;
Qmaks=0 , 2778 xCxIxA ……………………...............……............... (2.27)
dengan :
0,2778 = faktor proporsional bila A dalam km²
Q = debit (m³/detik)
C = angka pengaliran tidak berdimensi
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas daerah ( km2)
2.2.7 Intensitas Hujan Maksimum
Untuk Menghitung distribusi hujan jam-jaman diasumsikan bahwa periode
hujan di Seduduk putih yang turun dalam sehari adalah selama 6 jam. Sebelum
menghitung distribusi hujan satuan terlebih dahulu dihitung distribusi hujan
periode ke-t (Rt) dengan rumus mononobe :
17
Rt=Ro24 ( 24
t )2/3.....................................................................................................
(2.28)
Dengan:
Rt : Distribusi hujan jam ke –t
T : periode hujan dalam sehari
Ro : Hujan satuan mm (=1mm)
tc : jam Hujan ke-n (n=1,2,3,4,5)
Diasumsikan hujan di seduduk putih dalam sehari selama 6 jam jadi t=periode ke
1 sampai periode ke-6
Kemudian dihitung distribusi hujan satuan dengan rumus :
Hujan ke (t)= t.Rt –(t-1) R(T-1) .........................................................................(2.29)
dengan;
T : jam hujan ke –n
Rt : Dsitribusi hujan jam ke-n
2.2.8 Alternating Block Method (ABM)
Alternating Block Metode (ABM) adalah cara sederhana untuk membuat
hyetograph rencana dari kurva IDF (Chow,dkk.,1988). Hyetograph yang
dihasilkan oleh metode ini adalah hujan yang terjadi dalam n rangkaian interval
waktu yang berurutan dengan durasi ∆t selama waktu Td = n ∆t. Untuk periode
ulang tertentu, intensitas hujan diperoleh dari kurva IDF pada setiap durasi waktu
∆t, 2∆t, 3∆t…. Kedalaman hujan diperoleh dari perkalian antara intensitas hujan
18
dan durasi waktu tersebut. Perbedaan antara nilai kedalaman hujan yang berurutan
merupakan pertambahan hujan dalam interval waktu ∆t. Pertambahan hujan
tersebut diurutkan kembali ke dalam rangkaian waktu dengan intensitas hujan
maksimum berada pada tengah-tengah durasi hujan Td dan blok-blok sisanya
disusun dalam urutan menurun secara bolak-balik pada kanan dan kiri dari blok
tengah. Dengan demikian telah terbentuk hyetograph rencana, seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.2. Hyetograph dengan Alternating Block Method
2.2.9 Kecepatan Rata-rata (u) Empiris
Apabila kecepatan aliran dalam saluran terlalu besar maka akan terjadi
pengikisan terhadap dinding saluran dan apabila kecepatan aliran dalam saluran
drainase terlalu kecil makan akan terjadi pengendapan dari butiran atau partikel
lumpur yang terbawa air.
Mengenai kecepatan aliran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
menurut Manning, yaitu :
V = 1n
R2/3 . I1/2 ......................................................................................(2.30)
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
19
n = koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidrologis (m)
I = kemiringan dasar saluran
Tabel 2.3 Koefisien Kekasaran Manning
Type Saluran
Kondisi
Baik
Sekali
Baik Cukup Buruk
Saluran Buatan:1. Saluran tanah, lurus beraturan2. Saluran tanah, yang dibuat dengan
Excavator3. Saluran pada dinding batuan, lurus
teratur4. Saluran pada dinding batuan, tidak
lurus, tidak beraturan5. Saluran batuan, yang diledakan
ada tumbuh-tumbuhan6. Dasar saluran dari tanah, sisi
saluran berbatuan7. Saluran lengkung dengan
kecepatan aliran rendah
Saluran Alam :1. Bersih lurus tidak berpasir, tidak
berlubang2. Bersih lurus, tidak berpasir, tidak
berlubang tetapi ada timbunan atau kerikil
3. Melengkung bersih, berlubang dan berdinding pasir
4. Melengkung bersih berlubang dan berdinding pasir, dangkal dan tidak teratur
5. Melengkung bersih, berlubang dan berdinding pasir, berbatu dan ada tumbuh-tumbuhan
6. Melengkung bersih, berlubang dan
0,0170,023
0,020
0.035
0,025
0,028
0,020
0,025
0,030
0,033
0,040
0,035
0,0200,028
0,030
0,040
0,030
0,030
0,025
0,028
0,033
0,035
0,045
0,040
0,050
0,0230,030
0,033
0,045
0,035
0,033
0,028
0,030
0,035
0,040
0,050
0,045
0,055
0,0250,040
0,035
0,045
0,040
0,035
0,030
0,033
0,040
0,045
0,055
0,050
0,060
20
berdinding pasir, dangkal tidak teratur dan sebagian berbatu
Saluran Buatan, Beton atau Pasangan Batu Kali :
1. Saluran pasangan batu kali tanpa penyelesaian
2. Saluran pasangan batu kali dengan penyelesaian
3. Saluran dari beton4. Saluran dari beton halus dan rata5. Saluran beton pracetak dengan
acuan baja6. Saluran beton pracetak dengan
acuan kayu
0,045
0,025
0,0170,0140,010
0,013
0,015
0,030
0,020
0,0160,011
0,014
0,016
0,033
0,025
0,0190,012
0,014
0,016
0,035
0,030
0,0210,013
0,015
0,018
Sumber : SNI 3-3423-1994
2.2.10 Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara tinggi aliran dan tinggi
hujan untuk jangka waktu cukup panjang. Faktor utama yang mempengaruhi
koefisien adalah laju infiltrasi tanah, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah,
dan intensitas hujan. Selain itu juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah, air
tanah, derajad kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi. Nilai
koefesien C merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang dapat dhitung
dengan persamaan berikut :
C =∑i=1
n
Ci . Ai
∑i=1
n
Ai......................................................................................(2.31)
21
Untuk besarnya nilai koefisien aliran permukaan dapat dilihat pada tabel 2.7
sebagai berikut:
Tabel 2.4 Harga Koefisien Pengaliran (C)
Type Daerah Pengaliran Kondisi C
1. Rerumputan Tanah Pasir Datar 2%
Tanah Pasir Rata-rata 2%-7%
Tanah Pasir Curam 7%
Tanah Gemuk Datar 2%
Tanah Gemuk Rata-rata 2%-7%
Tanah Gemuk Curam 2%
0,05-0,10
0,05-0,15
0,15-0,20
0,13-0,17
0,18-0,22
0,25-0,35
2. Bisnis Daerah Kota Lama
Daerah Pinggiran
0,75-0,95
0,50-0,70
3. Perumahan Daerah Single Family
Multi Unit Terpisah
Multi Unit Tertutup
Sub Urban
Daerah Rumah Apartement
0,30-0,50
0,40-0,60
0,60-0,75
0,25-0,40
0,20-0,70
4. Industri Daaerah Ringan
Daerah Berat
0,60-0,80
0,60-0,90
5. Pertanaman dan Hiburan 0,10-0,25
6. Tempat Bermain 0,20-0,35
7. Halaman Kereta Api 0,10-0,30
8. Daerah yang tidak dikerjakan
0,10-0,30
9. Jalan Beraspal
Beton
Kayu
0,70-0,95
0,80-0,95
0,70-0,95
10. Untuk berjalan dan naik kuda
0,75-0,85
11. Atap 0,75-0,95
Sumber : Imam Subarkah.Ir.1978.Hidrologi
22
2.2.11 Jagaan (Freeboard)
Jagaan pada saluran adalah jarak vertikal dari permukaan saluran atau
perlengkapan saluran tertinggi terhadap permukaan air di dalam saluran. Jarak ini
harus cukup untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air yang melimpah
ke tepi.
Belum ada peraturan yang dapat diterima untuk menentukan besarnnya jagaan,
karena gerakan gelombang atau kenaikan muka air di saluran dapat di akibatkan
oleh berbagai hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.
Besarnya jagaan yang umum dipakai dalam perancangan menurut Ven Te Chow
(Open Channel Hydrauluscs) berkisar antara 5% sampai 30% kedalaman aliran
atau dapat juga dipakai berdasarkan tabel berikut :
Tabel 2.5 Tinggi Jagaan Berdasarkan Debit
Q (m3/det) f (m)
¿ 0,75
0,75 – 1,50
1,50 – 8,50
¿ 8,50
0,45
0,60
0,75
0,90
Sumber : K. G Rangga Ratu, 1986, Aliran melalui saluran terbuka2.2.12 Desain Saluran Drainase
Analisa hidrolika dan hasil analisa data curah hujan merupakan dasar
dalam mendimensi saluran drainase. Prinsip yang digunakan adalah kapasitas
debit harus lebih besar dari debit limpasan yang melewati saluran tersebut.
23
Sedangkan tipe saluran dipilih berdasarkan kemudahan pemeliharaan dan
pelaksanaannya dengan tidak mengenyampingkan kekuatan teknisinya serta aspek
ekonominya.
Pada bangunan drainase yang digunakan adalah penampang persegi
sebagai berikut (Hadi, Y, 1986, Hidrolika) :
f
h
bGambar 2.3 Penampang Persegi
Rumus yang digunakan untuk penampang ekonomis saluran persegi (Hadi,
Y, 1986, Hidrolika) yaitu :
A = b . y = 2y.y = 2y2 ..........................................................................(2.32)
P = b + 2y = 2y + 2y = 4y ....................................................................(2.33)
V = 1n
R2/3 . I1/2 ....................................................................................(2.34)
Q = V. A................................................................................................
(2.35)
Dimana :
A = luas penampang basah saluran (m2)
P = keliling basah (m)
24
R = jari-jari hidrologis (m)
b = lebar dasar saluran (m)
h = kedalaman air (m)
f = jagaan (m)
V = kecepatan aliran (m/det)
Q = debit saluran (m3/det)
n = koefisien kekasaran manning
I = kemiringan dasar saluran.
2.3 Pengenalan EPA SWMM
EPA SWMM dibuat oleh National Risk Management Research
Laboratory Office of Research and Development U.S. Environmental Protection
Agency.
EPA SWMM adalah sebuah sistim software yang didesain untuk membuat
model simulasi hujan-runoff dinamik. Software ini mampu mensimulasikan
pengaruh hujan-runoff dari suatu wilayah pada sistim drainasenya untuk jangka
pendek maupun panjang sekaligus memiliki fasilitas alternative untuk
mengantisipasi masalah banjir. EPA SWMM yang digunakan adalah EPA
SWMM versi 5.1.
25
2.3.1 Obyek pada program EPA SWMM 5.1
2.3.1.1 Rain Gage
SWMM menggunakan obyek rain gage untuk menampilkan input data ke
sistem.
Rain gage menyuplai data presipitasi untuk satu atau lebih
subcatchment area pada studi wilayah. (Manual EPA SWMM)
2.3.1.2 Subcatchment
Subcatchment adalah unit hidrologi dari tanah dimana topografi dan
elemen sistem drainase menujukan permukaan runoff pada satu titik pelepasan.
Subcatchment dapat dibagi ke dalam pervious dan impervious subarea. (Manual
EPA SWMM).
Infiltrasi air hujan dari pervious area dalam daerah tangkapan dapat digambarkan
dengan tiga model berbeda :
a. Horton infiltration
b. Green-Ampt infiltration
c. SCS Curve Number infiltration
2.3.1.3 Junction
Junction dapat menampilkan pertemuan dari saluran permukaan alami,
lubang got dari sistim pembuangan, atau pipa penghubung. (Manual EPA
SWMM)
2.3.1.4 Outfall
Outfall adalah titik terminal dari sistim drainase biasanya ditetapkan
akhir dari batas hilir. (Manual EPA SWMM).
26
2.3.1.5 Flow Divider
Flow Divider adalah sistim drainase dimana inflow dialihkan pada conduit
tertentu. Sebuah flow divider dapat memiliki tidak lebih dari dua conduit pada
satu sistemnya. (Manual EPA SWMM) Pengalihan aliran dapat dihitung dengan
rumus :
Qdiv=Cw ( fHw)1.5…………………………………………..(2.36)
Dimana :
Qdiv = aliran yang dialihkan
Cw = koefesien weir
Hw = tinggi weir
Untuk f dihitung dari rumus :
f = Qin−QminQmax−Qmin
……………………………………………………………….
(2.37)
Dimana :
Qin = inflow yang menuju devider
Cw = aliran dimana pengalihan dimulai
2.3.1.6 Storage Units
Storage Units adalah penyediaan volume tampungan. Fasilitas tampungan dapat
sekecil kolam atau sebesar danau. Volumetrik dari unit tampungan dibuat dari
fungsi atau tabel dari area permukaan dan tinggi. (Manual EPA SWMM).
SWMM menggunakan rumus Manning untuk menyatakan hubungan
antara debit (Q), luas penampang (A), jari-jari hidraulis (R), dan kemiringan
27
(S).
Q=n1.49 AR2 /3 √S………………………………………..………………(2.38)
dengan n = koefesien manning
Tabel 2.11 Bentuk potongan melintang yang tersedia untuk conduit
28
Sumber : Manual EPA SWMM
2.3.1.7 Pumps
Pumps digunakan untuk menaikkan air atau meninggikan elevasi air. Hidup dan
mati pompa dapat diatur secara dinamik sepanjang pengaturan kontrol yang telah
ditetapkan oleh pengguna. (Manual EPA SWMM)
2.3.1.8 Flow Regulators
Flow Regulators adalah struktur atau sarana yang digunakan untuk mengontrol
atau mengalihkan aliran (Manual EPA SWMM). Sistim ini biasanya
digunakan untuk :
1. mengontrol pelepasan dari fasilitas tampunga
2. mencegah kelebihan air yang tidak diharapkan
3. mengalihkan aliran ke interseptor
Macam flow regulator dalam SWMM :
a. Orifices
Orifices digunakan sebagai outlet dan struktur pengalihan dalam sistim drainase.
Biasanya terdapat di lubang got, fasilitas tampungan atau pintu kontrol.Aliran
29
pada orifices dihitung dengan rumus :
Q = CA √2gh…………………………………………………….(2.39)
dimana :
Q = debit orifices
C = koefisien
A = luas penampang orifices
g = percepatan gravitasi
b. Weir
Weirs mirip seperti orifices, terdapat di lubang got sepanjang sisi saluran
atau unit tampungan. Weirs dapat digunakan sebagai unit tampungan outlet.
Tabel 2.12 Tipe weir yang tersedia.
30
Sumber : Manual EPA SWMM
c. Outlets
Outlets adalah sarana pengendali aliran dimana biasanya digunakan.
31