Transcript
Page 1: Thalassemia Alfa Minor

Thalassemia Alfa Minor

Michelle linardi

102012021

[email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Thalassemia adalah suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara autosom

berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin kurang

atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik, dimana terjadi

kerusakan sel darah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritosit menjadi pendek (kurang

dari 120 hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari

gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb.

Akibatnya penderita thalasemia juga akan mengalami gejala anemia diantaranya

pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang,

selain gejala lain yang memang spesifik untuk thalasemia.

Di dalam kasus, sepasang suami istri yang datang untuk berkonseling karena mereka

berdua mempunyai talasemia alfa minor. Dalam kasus ini sang istri telah mengalami 2 kali

keguguran,yang pertama pada usia 12 minggu, kehamilan kedua melahirkan bayi dengan hidrops

fetalis pada usia gestasi 27 minggu dan meninggal beberapa menit setelah dilahirkan.

1

Page 2: Thalassemia Alfa Minor

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-

anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).

Berikut adalah beberapa hal yang perlu ditanyakan untuk membantu diagnosis dari suatu

penyakit:1

Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah:

a) Identitas pasien

b) Keluhan utama pasien : hamil 2 kali, tetapi pasien kehamilan yang pertama mengalami

keguguran pada usia 12 minggu sedangkan yang kedua melahirkan bayi dengan hydrops fetalis

pada gestasi 27 minggu dan meninggal beberapa menit setelah dilahirkan.

c) Riwayat penyakit sekarang yaitu menanyakan yang berhubungan dengan keluhan utama seperti :

Apakah pasangan suami istri mengalami kelainan berupa kelainan darah turunan atau penyakit

herediter lainnya?

Apakah sudah mencoba konseling kepada dokter terkait seperti dokter kandungan dan dokter

genetika klinik?

d) Riwayat kehamilan :

Kehamilan pada usia berapa untuk pertama dan kedua?

Apakah ada gangguan kesehatan pada saat kehamilan?

Apakah ibu sering memeriksa kehamilannya kepada dokter? Bagaimana hasil yang sering

diperoleh?

Apakah sedang mengkonsumsi obat-obatan?

e) Riwayat penyakit dahulu :

apakah pasien pernah atau sedang mengalami suatu penyakit berat?

f) Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan penyakit yang sedang atau pernah dialami oleh keluarga atau kerabat dekat

yang dapat memungkinkan pasien tersebut mengalami hal yang sama dalam penyakit genetik dan

tanyakan keadaan mereka. Seperti keterkaitan kasus ini yaitu talasemia. Tanyakan kepada

orangtuanya apakah kedua orangtua anak tersebut mempunyai genetik talasemia atau memang

penderita talasemia?

2

Page 3: Thalassemia Alfa Minor

Penting hal nya memikirkan atau membuat sebuah pohon keluarga untuk lebih

memastikan penurunan yang akan diterima apabila kelak pasangan suami istri tersebut akan

memiliki keturunan. Dengan pohon keluarga ini kita dapat memprediksikan thalasemia

diturunkan dengan prediksi perbandingan.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital seperti

suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan. Pada thalasemia biasanya terlihat

pucat, bentuk muka mongoloid (facies Cooley), dapat ditemukan ikterus,gangguan pertumbuhan,

splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar. Tapi itu semua tergantung

dari klasifikasi variasi thalasemia itu sendiri, karena setiap klasifikasi bisa memiliki gejala yang

berbeda. Pemeriksaan fisik pada thalasemia alfa minor sebenarnya sulit karna sama halnya

dengan seseorang yang seperti sedang menderita anemia.2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien ada beberapa hal yaitu skrining talasemia

dengan pemeriksaan hemoglobin elektroforesa dan pemeriksaan DNA kalau perlu pada pasangan

suami istri ini. Dan bisa juga skrining dini pada anak dalam kandungan untuk mengetahui dan

menindak lanjuti apabila ada kelainan pada anak dalam kandungan. Dan juga harus diperiksa

kadar feritin, serum besi dan TIBC untuk deteksi kemungkinan penyakit lain yang menyertai

pasien selama kehamilan yang memperburuk diagnosa penyakit sebelumnya. 2

Skrining pada pasangan suami istri ini dengan hemoglobin elektorforesa yang merupakan

pemeriksaan pada hemoglobin pasien untuk mengidentifikasi lebih dari 150 jenis hemoglobin

normal dan abnormal. Banyak jenis hemoglobin yang abnormal tidak menyebabkan penyakit

yang berbahaya dan hemoglobin yang abnormal ini dapat dideteksi melalui elektroforesis.

Prosedur pemeriksaan adalah dengan mengambil darah vena 7 sampai 10 ml dan masukan ke

dalam tabung dan di periksa di laboratorium, dan pada pasien tidak perlu adanya pembatasan

makan dan cairan. Pada pasien dewasa dengan talasemia alfa ataupun beta maka pada

elektroforesa hemoglobin kita dapat mengetahui rantai globin mana yang mengalami

3

Page 4: Thalassemia Alfa Minor

abnormalitas dan menjadi dasar diagnosa. Sedangkan pada pemeriksaan DNA merupakan

pemeriksaan yang lebih pasti dalam skrining ataupun menegakkan diagnosa suatu penyakit.

Pemeriksaan DNA dilakukan apabila pada pemeriksaan hemoglobin elektroforesa kita masih

meragukan atau curiga mengarah pada diagnosa yang lainnya.2

Tabel 1: Hasil Pemeriksaan Hb Elektroforesis pada Thalassemia α.2

Genotip Jumlah gen α Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis

Saat Lahir > 6 bulan

αα/αα 4 Normal N N

-α/αα 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N

--/αα atau

–α/-α

2 Trait thal-α 2-10% Hb Barts N

--/-α 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Bart Hb H

--/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -

Selanjutnya akan dibahas mengenai pemeriksaan serum besi, TIBC ( Kapasitas Ikatan Besi

Total dan serum feritin yang saling berkaitan. Dimana pemeriksaan serum besi berhubungan

dengan transferin plasma yang bertanggung jawab terhadap transportasi zat besi ke sumsum

tulang untuk sintesa hemoglobin. Nilai besi serum meningkat bila ada destruksi sel-sel darah

merah yang berlebihan dan nilai menurun pada anemia akibat kekurangan besi. Biasanya serum

besi dan TIBC ditentukan bersamaan karena saling berkaitan satu sama lain. Kadar normal besi

serum pada dewasa 50-150 ug/dL, neonatus 100-200ug/dL dan bayi 6 bulan – 2 tahun 40-100

ug/dL. Dan kadar TIBC pada dewasa 250-450 ug/dL, neonatus 60-175 ug/dL, bayi 100-400

ug/dL, 6 bulan-2tahun 100-200 ug/dL dan anak lebih dari 2 tahun mempunyai kadar yang sama

dengan dewasa. Sedangkan serum feritin seperti yang telah diketahui secara luas, jumlah kecil

feritin serum dalam serum manusia menggambarkan simpanan besi tubuh, dimana tes ini sering

digunakan sebagai tes untuk mengetahui defisiensi atau kelebihan besi di dalam tubuh manusia.

Pemeriksaan serum besi, kadar feritin dan TIBC untuk mengkonfirmasi anemia disebabkan oleh

defisiensi besi atau karena sebab lain, karena pada talasemia mempunyai nilai indeks eritrosit

(MCV dan MCH) yang rendah, serupa pada anemia defisiensi besi sehingga dibutuhkan

pemeriksaan konfirmasi lebih lanjut.2

4

Page 5: Thalassemia Alfa Minor

Pada pemeriksaan hapus darah tepi ini darah akan diperiksa dengan mikroskop untuk

melihat jumlah dan bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Selain itu dapat

juga dievaluasi bentuk darah, kepucatan darah, dan maturasi darah. Pada penderirita talasemia

didapatkan gambaran morfologi eritrosit mikrositik hipokrom, sel target, anisositositberat dengan

makroovalosit , mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howel-Jolly,

poikilositosit dan sel target. 2

Pembahasan

Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan heme dan globin. Heme terdiri dari zat besi

sedangkan globin suatu protein yang terdiri dari polipeptida. Hemoglobin manusia normal pada

orang dewasa terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta yaitu HbA (97%) sebagian lagi HbA2

(2,5%) dan sisanya HbF (0,5%). Sintesa globin ini telah dimulai pada awal kehidupan masa

embrio dalam kandungan sampai dengan 8 minggu kehamilan dan hingga akhir kehamilan.

Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah hati, limpa dan sumsum tulang. Karena

rantai globin merupakan suatu protein maka sintesisnya dikendalikan oleh gen tertentu. Ada 2

kelompok gen yang bertanggung jawab dalam proses pengaturannya yaitu kluster gen globin alfa

yang terletak pada lengan pendek autosom 16 dan kluster globin beta yang terletak pada lengan

pendek autosom 11.

Diagnosis kerja

Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino

yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa

oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin

terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa dan globin beta. Protein globin

tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda.  Apabila satu atau lebih gen

yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan

produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan

menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan

menyebabkan penyakit beta-thalassemia.3

5

Page 6: Thalassemia Alfa Minor

Thalasemia alpha terjadi karena adanya penurunan secara sintesis dari rantai alpha

globulin. Akibat adanya kekurangan sintesis rantai alfa, maka dapat menyebabkan timbulnya

banyak rantai beta dan gama yang tidak dapat berpasangan dengan rantai alpha. Dengan adanya

hal tersbut, maka akan menyebabkan pula terbentuknya tetramer dari rantai beta(HbH) dan juga

tetramer dari rantai gama(Hb barts), dengan begitu maka diketahui thalasemia alpha memiliki

beberapa jenis, yaitu :3

a) Delesi pada empat rantai alpha

Delesi pada empat rantai alpha ini sering dikenal juga dengan sebutan Hydrops fetalis.

Dalam delesi pada empat rantai tersebut biasanya sel darah merahnya banyak terkandung Hb

Barts. Gejala dari delesi ini berupa timbulnya ikterus, pembesaran limfa, dan jika pada orang

hamil, maka janinnya akan sangat anemis dan dapat mati dalam usia kandungan 36-40 bulan.

Biasanya pada bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya,

jika delesi ini diuji secara elektroforesis, maka akan diketahui kadar Hb nya sebesar 80-90%Hb

Barts, dan diketahui juga tidak adanya HbA ataupun HbF.

b) Delesi pada tiga rantai alpha

Delesi berikut ini dapat dikenali sebagai HbH Disease yang biasanya disertai dengan

adanya anemia hipokromik mikrositer dengan banyak terbentuknya HbH, dengan behitu maka

HbH akan mengalami presipitasi dalam sel darah merah(eritrosit), sehingga akan mengakibatkan

penghancuran sel darah merah dengan mudah. ini dapat terdekteksi setelah kelahiran dengan

adanya anemia berat dan juga adanya pembesaran pada limfa. Fenotipe HbH disease berupa

talasemia intermedia yang ditandai dengan anemia hemoltik sedang-berat namun dengan

inefektivitas eritropoiesis yang lebih ringan.

c) Delesi pada dua rantai alpha

Delesi berikut ini diketahui dengan adanya anemia Hipokromik mikrositer yang ringan,

yaitu dengan terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH, delesi ini ditandai dengan

adanya anemia ringan bahkan ada juga yang tidak terdapat gejala anemianya.

d) Delesi pada rantai satu alpha

6

Page 7: Thalassemia Alfa Minor

Delesi ini dapat disebut juga sebagai Silent Carrier, karena adanya tiga lokus globin yang

masih bisa menjalankan fungsinya dengan normal, delesi tersebut kelainan globulinnya sangat

minimal dan hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium secara molekuler.

Penderita tipe ini merupakan pembawa sifat yang fenotipnya tidak memberikan gejala dan tanda.

Kelainan ini ditemukan pada 15-20% populasi keturunan afrika. 3

Etiologi

Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino

yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa

oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin

terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa dan globin beta. Protein globin

tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda.  Apabila satu atau lebih gen

yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan

produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan

menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan

menyebabkan penyakit beta-thalassemia.3

Epidemiologi

Angka kejadian thalassemia α cukup tinggi di Asia Tengara dan Cina Selatan, di Hongkong

berkisar 3%-5%, sedangkan di Thailand adalah 20%-30%. Frekuensi pembawa sifat thalassemia

α di tiga daerah di Indonesia (Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan) 2,6%-11%. Di klinik

genetik, Lembaga Eijkman, Jakarta didapatkan 32% kasus thalassemia α dari 99 kasus

thalassemia yang diteliti. Latar belakang etnis yang terbesar adalah etnis Cina (69%) dan sisanya

etnis Jawa (31%).3

Patogenesis

Pada talasemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali produksi rantai globin satu

atau lebih rantai globin. Penurunan secara bermakna kecepatan sintesis salah satu jenis rantai

globin menyebabkan sintesis rantai globin yang tidak seimbang. Bila pada keadaan normal rantai

7

Page 8: Thalassemia Alfa Minor

globin yang disintesis seimbang antara rantai alfa dan rantai beta, maka pada talasemia beta

dimana tidak disintesis sama sekali rantai globin beta maka rantai globin alfa yang berlebihan,

begitu juga sebaliknya pada talasemia alfa dimana rantai globin alfa tidak diproduksi sama sekali

maka rantai globin beta yang diproduksi secara berlebihan.4

Pada talasemia alfa umumnya patofisiologinya sama dengan yang dijumpai pada talasemia

beta kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi atau mutasi rantai globin alfa. Hilangnya

gen globin tunggal tidak berdampak pada fenotip. Sedangkan talasemia 2a alfa homozigot (-a/-a)

atau talasemia 1a heterozigot (aa/--) memberi fenotip seperti talasemia beta carrier. Kehilangan 3

dari 4 gen globin alfa memberikan fenotip tingkat penyakit berat menengah (moderat), yang

dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan talasemia alfa0 homozigot (--/--) tidak dapat bertahan

hidup, disebut sebagai Hb-Bart’s hydrops syndrome. Kelainan dasar talasemia alfa sama dengan

talasemia beta, yakni ketidak seimbangan sintesis rantai globin. 4

Diagram Silsilah Keluarga

Di dalam mendiagnosa suatu penyakit yang diduga diturunkan secara turun temurun di

dalam keluarga, perlu dikonfirmasi kembali diagnosa yang telah disusun dengan membuat

diagram silsilah keluarga untuk memastikan bahwa penyakit yang diderita pasien memang sudah

ada atau diturunkan dari generasi sebelum pasien sehingga gejala klinis dapat muncul pada

pasien karena penyakit tersebut memang diturunkan dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu,

untuk mempelajari pola pewarisan sifat terutama kelainan dan penyakit bawaan sering kali

dilakukan dengan cara analisis peta silsilah (pedigree). Peta silsilah ini diharapkan mampu

memberikan gambaran dan jawaban yang memuaskan terhadap sejumlah persoalan yang

diakibatkan oleh kelainan atau penyakit menurun.5

Pedigree selalu menggunakan simbol silsilah keluarga, seperti:5

1. = (kotak tanpa arsiran), simbol untuk laki-laki normal

2. = (kotak dengan arsiran penuh),simbol untuk laki-laki yang menderita kelainan atau

penyakit tertentu.

3. = (kotak dengan arsiran tidak penuh),simbol untuk laki-laki normal carier untuk penyakit

tertentu.

8

Page 9: Thalassemia Alfa Minor

3. = (lingkaran tanpa arsiran) , simbol untuk perempuan normal

4. = (lingkaran dengan arsiran tidak penuh), simbol untuk perempuan normal carier untuk

penyakit atau kelainan tertentu

5. = (lingkaran dengan arsiran penuh) , simbol untuk perempuan dengan kelainan atau

penyakit tertentu.

Berikut contoh dari pewarisan gen autosomal resesif yang disusun secara diagram pedigree.

Perhatikan peta silsilah berikut ini:5

Gambar 1. Diagram Pedigree Autosomal Resesif

Berikut akan dijabarkan mengenai kemungkinan yang terjadi pada pasangan suami istri

penderita talasemia minor yang ingin mempunyai keturunan melalui pewarisan menurut hukum

Mendell yaitu:5

P : Thth >< Thth

G : Th Th

th th

F1 :

9

L / P Th th

Th ThTh Thth

Th Thth Thth

Page 10: Thalassemia Alfa Minor

Rasio genotip:

Thalasemia Mayor (ThTh) : 25%

Thalasemia Minor (Thth) : 50%

Normal (thth) : 25%

Dari pewarisan penyakit thalassemia yang merupakan autosomal resesif melalui pewarisan

Mendell, maka diperoleh anak dengan kelainan fenotip talasemia mayor atau yang letal adalah

25% atau seperempat dari seluruh keturunan pasien. Setengah atau 50% anaknya akan

diturunkan sifatnya menjadi carrier atau talasemia trait dan hanya 25% atau seperempat anaknya

yang akan normal tanpa kelainan turunan autosomal resesif.5

Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari penyakit thalassemia disebabkan oleh kekurangan oksigen di dalam

aliran darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup membuat sel-sel darah merah dan

hemoglobin.Temuan klinis tergantung pada nomor dari delesi gen α –globin yaitu delesi pada

empat rantai alpha ( hydrops fetalis ), delesi pada tiga rantai alpha ( HbH disease ), delesi pada

dua rantai alpha serta delesi pada satu rantai alpha atau yang disebut dengan silent carrier.

a) Silent Carrier

Pada keadaan ini tidak akan timbul gejala sama sekali pada penderita atau hanya terjadi

sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom). Pembawa sifat

thalassaemia alpha jenis ringan artinya mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak

menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya ada sedikit perubahan pada gambaran sel

darah merahnya. Gambaran sel darah merahnya hampir sulit dibedakan dengan orang normal,

kecuali  ukuran sel darah merahnya (MCV) sedikit lebih kecil dan jumlah hemoglobin per sel

darah merah (MCH) yang sedikit lebih rendah dari ukuran normal. Pembawa sifat thalassaemia

alpha jenis ini hanya mempunyai 3 globin alpha karena hilangnya 1 gen globin alpha. Pembawa

10

Page 11: Thalassemia Alfa Minor

sifat ini tidak akan mengalami kesehatan yang berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau

mental yang sarna dengan orang yang tidak mempunyai kelainan ini.6

b) Alpha Thalassemia Trait

Penderita hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang

tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari ukuran normal (mikrositer). Pembawa sifat

thalassaemia alpha jenis berat artinya mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak

menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya ada perubahan pada gambaran sel darah

merah yang sangat jelas yaitu ukuran sel darah merahnya (MCV) lebih kecil dari ukuran normal

dan jumlah hemoglobin per sel darah merah (MCH) lebih rendah dari jumlah normal. Pembawa

sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 2 gen globin alpha yang berfungsi. Kedua

gen globin alpha ini terletak pada satu belah kromosom dan yang sebelahnya tidak mempunyai

gen globin alpha sama sekali atau pada setiap belah kromosom hanya ada 1 gen globin alpha.

Pembawa sifat jenis ini tidak mengalami masalah kesehatan yang berarti, dapat melakukan

aktivitas fisik atau mental yang sama dengan orang yang tidak mempunyai kelainan ini, tetapi

dapat mengalami anemia ringan pada saat hamil atau saat menderita infeksi berat. 6

c) HbH Disease

Gambaran klinis penderta dapat bervariasi dari tidak menunjukkan adanya gejala sama

sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali). Ditandai

dengan hanya 1 gen globin yang berfungsi. Penderita ini dilahirkan dari pasangan yang salah

satunya pembawa sifat thalassaemia alpha berat sedangkan yang lainnya pembawa sifat

thalassaemia alpha ringan. Pada anak yang lebih besar penyakit HbH ditandai dengan anemia

sedang kadar (kadar Hb antara 8 sid 10 g/dl), sel darah merahnya kecil dan pucat serta ditemukan

adanya HbH. HbH dibentuk dari 4 rantai globin beta dan tidak berfungsi seperti Hb yang normal.

Kadar Hb pada penderita HbH relatif stabil, tetapi kadar Hb dapat turun dengan drastis pada saat

menderita infeksi virus, dan terekspos atau mengkonsumsi obat-obat, zat kimia atau makanan

yang bersifat oksidan seperti obat jenis sulfa, "benzene" (terdapat dalam bensin, batubara, bahan

kimia untuk pembuatan plastik). Walaupun jarang, dapat terjadi anemia berat, batu empedu,

tukak pada kulit, dan pembesaran limpa yang hebat sampai memerlukan pengangkatan limpa. 6

11

Page 12: Thalassemia Alfa Minor

d) Alpha Thalassemia Major

Merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini

tidak ada rantai globin yang dibentuk (sama sekali tidak mempunyai gen globin alpha) sehingga

tidak ada HbA atau HbE yang diproduksi. Biasanya fetus (janin) yang menderita alpha

thalassemia major mengalami anemia pada awal kehamilan, kemudian membengkak karena

kelebihan cairan (hydrops fetalis), lalu terjadi pembesaran hati dan limpa. Fetus (janin) yang

menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah

dilahirkan. Penderita ini dilahirkan dari pasangan yang keduanya pembawa sifat thalassaemia

alpha jenis berat. Pada keadaan ini terjadi kematian janin karena janin mengalami kekurangan

oksigen berat. Ibu dari janin ini dapat mengalami penyakit yang berat.6

Diagnosis banding

1. Inkompabilitas Rhesus

Inkompabilitas rhesus terjadi ketika tidak terbentuknya antigen D pada sel darah ibu dan

keberadaan antigen D pada sel darah merah fetus bisa menyebabkan autosensitifitas.

Pemeriksaan yang paling mendasar adalah pemeriksaan darah ABO dan Rh serta mungkin

dilakukan USG untuk melihat adana hydrops fetalis.6

2. Infeksi pada kehamilan

Infeksi adalah umum selama kehamilan yang memiliki efek besar pada kehamilan dan

memerlukan vaksinasi dengan titer ang cukup sehingga bisa terhindar dari infeksi ini. Biasanya

dikenal dengan infeksi TORCH, yaitu toxoplasmosis, other infections, rubella ,

cytomegalovirus , herpes simpleks virus. Bisa terjadi selama kelahiran atau menembus sawar

plasenta. 6

Penatalaksanaan

Penatalaksaan talasemia ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:3

a) Transfusi darah teratur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan Hb diatas 10 gr/dL tiap

saat. Hal ini biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Darah segar yang telah disaring

untuk memisahkan leukosit, menghasilkan eritrosit dengan ketahanan yang terbaik dan reaksi

12

Page 13: Thalassemia Alfa Minor

paling sedikit. Pasien harus diperiksa genotipnya pada permulaan program transfusi untuk

mengantisipasi bila timbul antibody terhadap eritrosit yang ditransfusikan

b) Asam folat diberikan secara teratur (5 mg/hari) jika asupan diet buruk

c) Terapi kelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin dapat diberikan

melalui kantung infus terpisah sebanyak 1-2 gr untuk tiap unit darah yang ditransfusikan dan

melalui infuse subkutan 20-40 mg/kg dalam 8-12 jam, 5-7 hari seminggu.

d) Vitamin C 200 mg perhari meningkatkan ekskresi besi yang disebabkan oleh desferioksamin

e) Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah

merah.

Resiko apabila gagal dalam diagnosis, maka selain munculnya komplikasi yang lebih

serius pada pasien tersebut, apabila pasien sedang merencanakan kehamilannya maka dapat

terjadi keguguran dalam kandungan atau janin lahir mati karena hydrops fetalis yang berat.3

Pencegahan

Penapisan (skrining) pembawa sifat thalassemia

Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara prospektif

berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi diberbagai

wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat melalui penelusuran

keluarga penderita thalassemia (family study). Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan

nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan  yang baik

untuk thalassemia seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak

selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang berkembang, karena

pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan antara

usaha program pencegahan di negara berkembang dengan negara maju. Program pencegahan

retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di negara berkembang daripada program prospektif.7

Konsultasi genetik (genetic counseling)

Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi

belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang

keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.indikasi untuk konseling genetic berupa

13

Page 14: Thalassemia Alfa Minor

wanita yang berusia 34 tahun atau lebih dan pria berusia 55 tahun lebih, mempunyai riwayat

keguguran berulang (2 kali berturut-turut), pernah melahirkan janin mati (stillbirth) , mengalami

infertilitas/kemandulan, pernah melahirkan anak yang cacat fisik ataupun mental. 7

Diagnosis prenatal.

Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil

sampel darah dari villi khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis DNA.7

Komplikasi

Penyebab komplikasi pada thalasemia merupakan multifaktoral. Patofisiologi komplikasi

yang terjadi berawal dari hematopoesis ekstramedular yang tidak efektif dan efek samping dari

penatalaksanaan yang dilakukan seperti kelebihan besi akibat transfusi, infeksi akibat transfusi

dan chelasi. Kelebihan besi yang terjadi pada pasien dengan thalasemia dapat menyebabkan

disfungsinya kelenjar endokrin seperti tiroid, paratiroid, pituitari, gonad, dan pankreas. Hal ini

akan menyebabkan hipotiroidisme, perubahan metabolisme besi, pertumbuhan yang terhambat,

pubertas terlambat dan diabetes. Secara klinis gangguan ini tidak langsung terlihat pada awalnya

sehingga dibutuhkan evaluasi lebih lanjut. Gagal jantung dan aritmia merupakan penyebab utama

kematian pada anak-anak dengan thalasemia. Hal ini terjadi karena adanya deposit besi yang

berlebih pada miokardium sehingga terjadi disfungsi sistolik. Osteopenia dan osteoporosis

merupakan penyebab morbiditas mayor pada pasien thalasemia yang menua. Penyakit tulang

pada pasien thalasemia terutama berkaitan dengan ekspansi eritroid dan bukan akibat kelebihan

besi atau abnormalitas metabolisme vitamin D. Penjagaan kadar Hb yang normal berefek

terhadap supresi eritropoesis dan cenderung mengembalikan abnormalitas tulang, tetapi

osteoporosis umum terjadi bahkan pada pasien yang menerima transfuse secara regular. Lebih

dari 700 pasien dengan sindrom thalasemia melaporkan keseluruhan prevalensi fraktur sebesar

12,1% dengan rentang 2,5% pada pasien usia muda hingga 23% pada pasien dengan usia lebih

dari 20 tahun. Abnormalitas pada radiologi mungkin dapat ditemukan dalam 6 bulan pertama

kehidupan tetapi tidak biasanya ditandai sampai usia 1 tahun. Gambaran radiologi tulang panjang

menunjukkan penipisan korteks dan medular yang melebar sehingga tulang menjadi rapuh dan

cenderung terjadi fraktur patologis. Pada tulang tengkorak juga terjadi pelebaran ruang diploik

14

Page 15: Thalassemia Alfa Minor

dan susunan trabekula dalam baris vertikal yang memberikan gambaran hair on end pada

radiografi.1

Prognosis

Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti

dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan bahkan

asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.4

Kesimpulan  

Talasemia merupakan kelainan autosomal resesif , dalam kasus kedua orang tua menderita

talasemia trait maka kemungkinan 25 % anak normal, 50% anak carrier, dan 25 % anak

talasemia mayor. Oleh karena itu diperlukanya skrining thalasemia serta konseling genetik dan

diagnosis prenalatal menjadi penting apalagi bagi pasangan yang ingin memiliki anak dengan

risiko thalasemia yang besar. Dengan adanya penanganan yang tepat diharapkan hasilnya adalah

anak normal tanpa kelainan herediter (25%) atau paling buruk dengan talasemia minor (50%)

dan menghindari jangan sampai terjadi talasemia mayor yang bersifat letal pada saat kehamilan.

Daftar pustaka

15

Page 16: Thalassemia Alfa Minor

1. Hoffbrand AV, Moss PAH. Kapita selekta hematologi.Edisi ke-11.Jakarta: EGC;2011.h.22-35.

2. Kee JL. Buku saku pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC;2007.h.116-7.

3. Atmakusuma D, Setyaningsih I. Dasar-dasar talasemia : salah satu jenis hemogglobinopati dalam

buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta : Interna Publishing; 2009.h.1379-86.

4. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. Edisi ke-2. Jakarta : EGC;2008.h.173-5.

5. Ratna Akbari Ganie. Thalassemia: permasalahan dan penanganannya. 2005. Diunduh dari

www.repository.usu.ic.id, 12 September 2015.

6. Behrman, Kliegman, Arvin N. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi ke-15. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2000. h.400-5.

7. Hasan R, Alatas H . Sistem Hematologi. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.h.431-6.

16


Top Related