SIFAT BASYARIYAH NABI MUHAMMAD SAW
DALAM TAFSĪR AL-QUR’ĀN AL-AẒĪM IBNU KATSIR DAN
IMPLPIKASINYA TERHADAP KONTEKS SUNNAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran IslamUniversitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh GelarSarjana Theologi Islam (S.Th.I)
OLEH:MUHAMMAD SOBIRIN
NIM. 10530044
PROGRAM STUDIILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA2015
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Tak perlu menoleh Ke belakang
Jika hanya untuk Sebuah penyesalan”
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepadaKedua orangtua ku yang telah memberikan segala cinta dan
kasih sayangnya terhadapku.Juga kepada teman-teman ku yang selama ini telah menemaniperjalananan panjang selama di Yogyakarta yang semoga akan
selalu terkenang.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari No: 158/1987
dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan tunggal
HurufArab
Nama Huruf Latin Keterangan
ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ب bā‘ B Be
ت tā‘ T Te
ث sā‘ Ṡ es titik di atas
ج jῑm J Je
ح ḥā‘ Ḥ ha titik di bawah
خ khā‘ Kh ka dan ha
د Dāl D De
ذ Zāl Ż zet titik di atas
ر rā‘ R Er
ز Zai Z zet
س sῑn S Es
ش syῑn Sy es dan ye
ص ṣād Ṣ es (dengan titik di bawah)
ض ḍād Ḍ de (dengan titik di bawah)
viii
ط ṭā‘ Ṭ te (dengan titik di bawah)
ظ ẓā‘ Ẓ zet (dengan titik di bawah)
ع ‘ain ‘ koma terbalik di atas
غ Gain G Ge
ف fā‘ F Ef
ق Qāf Q Qi
ك Kāf K Ka
ل Lām L El
م mῑm M Em
ن Nūn N En
و Wāwu W We
ه Hā H Ha
ء Hamzah ’ Apostrof
ي yā‘ Y Ye
B. Konsonan rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap, contoh:
متعقدین ditulis muta‘aqqadῑn
عدة ditulis ‘iddah
C. Ta’ marbūṭah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h,
ix
ھبة ditulis hibah
جزیة ditulis jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki
lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t, contoh:
هللانعمة ditulis ni’matullah
الفطرزكاة ditulis zakātul-fiṭri
D. Vokal pendek
◌ (fatḥah) ditulis a contoh ضرب ditulis daraba
◌ (kasrah) ditulis i contoh فھم ditulis fahima
◌ (dammah) ditulis u contoh كتب ditulis kutiba
E. Vokal panjang
1. Fatḥah+alif ditulis ā (garis diatas)
جاھلیة ditulis jāhiliyyah
2. Fatḥah+alif maqṣūr, ditulis ā (garis diatas)
یسعى ditulis yas’ā
3. Kasrah+yā’ mati, ditulis ῑ (garis diatas)
مجید ditulis majῑd
4. Dhammah+wāwu mati, ditulis ū (garis diatas)
فروض ditulis furūd
x
F. Vokal-vokal rangkap
1. Fatḥah dan yā’ mati ditulis ai, contoh:
بینكم ditulis bainakum
2. Fatḥah dan wāwu mati ditulis au, contoh:
قول ditulis qaul
G. Vokal-vokal yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof (‘)
اانتم ditulis a’antum
اعدت ditulis u’iddat
شكرتملئن ditulis la’in syakartum
H. Kata sandang Alif dan Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah contoh:
القران ditulis Al-Qur’ān
القیاس ditulis Al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf Syamsiyyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
الشمس ditulis Asy-Syams
السماء ditulis As-Samā’
I. Huruf besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
J. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
1. Dapat ditulis menurut penulisannya.
الفروضذوى ditulis Żawi al-furūd
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut, contoh:
السنةأھل ditulis Ahl as-Sunnah
xi
KATA PENGANTAR
Rasa syukur sedalam-dalamnya terhadap Allah SWT yang memberikan
nikmat dan kasih sayangnya berupa petunjuk dan pertolongan dalam setiap tempat
dan waktu, dalam setiap proses dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tanpa
adanya pertolongan dan petunjuk dari-Nya, karya ini tidak akan pernah
terselesaikan dan hadir di tengah pembaca sekalian.
Shalawat dan salam semoga terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad
yang begitu gigih dalam menyampaikan kalam Ilahi, sehingga umat di seluruh
Dunia kini mengakui tentang agama dan ketauhidan beliau, yakni agama Islam..
Karya ini merupakan suatu hasil dari perjalanan panjang yang penulis
lalui dalam pencarian ilmu di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Tentunya,
karya ini tidaklah lahir dengan tiba-tiba tanpa adanya suatu proses dan peristiwa
yang mengiringi. Banyak hal telah dirasakan bahkan hal tersebut terkadang
terkesan menjadi suatu hambatan bagi penulis sampai pada moment tertentu
pernah penulis merasa gelisah dan putus asa, namun terselesaikannya karya ini
menjadi bukti bahwa penulis mampu bangkit dan percaya bahwa setiap proses
yang sulit akan menghasilkan sesuatu yang manis.
xii
Dengan terleselesainya karya ilmiah ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan moral dan
materi, juga teruntuk seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan dalam hal apapun.
2. Prof. Akh. Minhaji, M.Ag, P.hd. selaku Rektor UIN Sunan
Kalijaga.
3. Dr. Alim ruswantoro, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam.
4. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
5. Afdawaiza M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir juga sebagai Pembimbing Akademik penulis.
6. Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag. sebagai pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan inspirasi selama masa bimbingan
dengan kata-kata mutiara yang menjadi ciri khas beliau.
7. Segenap dosen dan staff karyawan Fak. Ushuluddin dan Pemikiran
Islam yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan dalam
terselesainya penelitian ini.
8. KH. Munir Syafa’at dan Ibu Hj. Barokah Nawawi, selaku Pimpinan
Pon-Pes. Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien yang telah membimbing
xiii
xiv
ABSTRAK
Sifat basyriyah Nabi SAW merupakan hal yang lumrah jika dilihat darisegi biologis dan keadaan sosial, oleh karena itu terdapat konsekuensi Nabi SAWsebagai manusia biasa yang juga disebut jibillatul basyariyah yang berarti segalasesuatu yang berasal dari Nabi SAW yang sifatnya berasal dari pribadi beliausebagai manusia biasa. Sehingga sisi basyariyah ini dapat digolongkan menjadishifatiyah (yang berbentuk karakter atau kepribadian), amaliyah ( yang berupaperbuatan), jasadiyah ( yang berbentuk fisik) dan sikap atau ekspresi Nabi SAWketika mengalami suatu kejadian.
Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara langsung maupundengan asbāb al-nuzūl nya menyinggung tentang kebasyariahan Nabi SAW.Sehingga sebagai salah satu mufassir, Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya yakniTafsῑr Al-Qur’ān Al-Aẓῑm menafsirkan beberapa ayat yang memiliki makna sisibasyariyah Nabi SAW. Yakni dalam Surat Al-Imrān ayat 144, beliau menafsirkanbahwa sebagai manusia biasa Nabi SAW juga tidak bisa luput dari kematian.Surat ‘Abasa ayat 1-10, yang memberi gambaran bahwa meskipun Nabi SAWmemiliki derajat yang sangat tinggi, tetapi beliau pernah memasang wajah masamkepada Umi Maktum yang hendak bertanya kepadanya. Kemudian dalam surat Al-Furqān ayat 20, Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Nabi SAW sebagaimana orang-orang Arab pada umumnya yakni bermata pencaharian dan melakukan niaga dipasar. Surat Al-Anfāl ayat 5-8, menggambarkan bahwa Nabi SAW selaku manusiabiasa ia bisa diserang secara fisik ketika berperang.
Selain ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan mengenai sisi basyariyahNabi SAW, juga terdapat hadis-hadis serupa yang menunjukkan bahwa NabiSAW pernah mengalami kejadian seperti orang-orang Arab pada umumnya.Yakni dalam hadis riwayat Tirmidzi yang menunjukan bahwa Nabi SAWmenangis ketika putranya Ibrahim wafat. Sehingga beliau berjalan denganbersandar pada Abdurrahman bin ‘Auf karena kesedihan itu. Juga menurutriwayat Imam Nasa’i yang menjelaskan bahwa Nabi SAW pernah sakit hinggajatuh pinsan.
Pada dasarnya sisi basyariyah ini dikategorikan ke dalam sunnah, karenamerupakan sesuatu yang datang dari Nabi baik dari perkataan dan perbuatanya.Hanya saja penulis membaginya ke dalam sunnah yang sifatnya tasyri’iyyah dannon-tasyri’iyyah. Karena meskipun disebut sebagai sunnah tetapi Nabi SAW jugatidak akan terlepas dari konsekuensi kemanusiaanya yang termasuk ke dalam sifatjaiz Rasulullah, tetapi ini tidak akan mempengaruhi derajat kenabian RasulullahSAW.
Kata Kunci : Sifat Basyariyah Nabi Muhammad SAW
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN........................................................................... ii
NOTA DINAS ........................................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI........................................................................ iv
MOTTO ...................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. xi
ABSTRAK ............................................................................................... xiv
DAFTAR ISI ........................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 6
D. Telaah Pustaka ......................................................................... 6
E. Kerangka Teori ....................................................................... 9
F. Metode Penelitian ................................................................... 11
1. Jenis Penelitian.................................................................. 12
2. Sifat Penelitian ................................................................. 12
3. Sumber Data .................................................................... 13
a. Data Primer ................................................................. 13
b. Data Sekunder ............................................................ 13
xvi
G. Sistematika Pembahasan ....................................................... 14
BAB II. BIOGRAFI IBNU KATSIR DAN SISTEMATIKA TAFSĪR
AL-QUR’ĀN AL-AẒĪM ......................................................... 16
A. Biografi Ibnu Katsir .................................................................... 16
B. Pendidikdan Ibnu Katsir ............................................................. 18
C. Karya-Karya Ibnu Katsir ........................................................... 21
D. Karakteristik Tafsir Ibnu Katsir .................................................. 24
BAB III. KONSEP SIFAT BASYARIYAH NABI MUHAMMAD ... 38
A. Shifatiyah............................................................................. 43
B. Amaliyah ............................................................................ 45
C. Jasadiyah ............................................................................. 46
D. Sikap ................................................................................... 47
BAB IV. SIFAT BASYARIYAH NABI MUHAMMAD SAW DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP KONTEKS KEKINIAN.. 51
A. Ayat-Ayat Sifat Basyariyah Nabi Muhammad SAW ..... 51
B. Sifat Basyariyah Nabi Muhammad Dalam Tafsir
Al-Qur’ận Al-Aẓῑm Ibnu Katsir........................................ 55
C. Relevansi Sifat Basyariyah Nabi Muhammad Dalam
Konteks Kekinian dan implikasinya Terhadap Sunnah ... 86
BAB V. PENUTUP ................................................................................. 91
A. Kesimpulan.......................................................................... 91
B. Saran ................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 93
xvii
LAMPIRAN ............................................................................................. 96
CURICCULUM VITAE ......................................................................... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah al-Nủr yang diturunkan kepada Nabi SAW. Sebagai
undang-undang yang adil dan syariat yang kekal, sebagai pelita bersinar terang
dan petunjuk yang nyata. Di dalamnya termuat tentang berita masa lampau dan
umat masa mendatang dan di dalamnya terdapat hukum-hukum yang mengatur
kehidupan.1
Dalam upaya memahami al-Qur’an, tidak hanya memahami kosakatanya
secara harfiyah. Lebih jauh dari itu seseorang harus memahami aspek-aspek
dalam memahami al-Qur’an yang diyakini sebagai firman Allah, merupakan
petunjuk mengenai apa yang dikehendaki-Nya. Upaya memahami maksud firman
Allah sesuai dengan kemampuan manusia itulah yang disebut tafsir.2
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa al-Qur’an adalah sekumpulan ayat-ayat
yang pada hakikatnya adalah simbol yang tampak, namun simbol tersebut tidak
dapat dipisahkan dari sesuatu yang lain yang tidak tersurat, sebagaimana
dikenalkan konsep tafsir dan ta’wil.3Maka dari itu interpretasi, baik tafsir maupun
ta’wil Al-Qur’an, bagi umat Islam merupakan tugas yang tak kenal henti.
1Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i, terj. Suryan. A. Jamrah ( Jakarta : LSIK, 1996).hlm 1.
2Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an. terj. Muzakir A.S (Bogor: PustakaLitera Antar Nusa, 2009, hlm 1.
3M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam KehidupanBermasyarakat (Bandung: Mizan, 2007), hlm 22.
1
2
Penafsiran merupakan upaya dan ikhtiar memahami pesan ilahi. Namun demikian,
sehebat apa pun manusia, mereka hanya bisa sampai pada derajat pemahaman
relatif dan tidak bisa mencapai derajat absolut. 4
Di samping itu, pesan Tuhan yang terekam dalam Al-Quran ternyata juga
tidak dipahami sama dari waktu ke waktu. Pesan tersebut senantiasa dipahami
selaras dengan realitas dan kondisi sosial yang berjalan seiring perubahan zaman.
Dengan kata lain, wahyu Tuhan dipahami secara variatif, selaras kebutuhan umat
Islam sebagai konsumennya. Pemahaman yang beragam ini, pada gilirannya,
menempatkan interpretasi sebagai disiplin keilmuwan yang tidak pernah kering,
bahkan senantiasa hidup bersamaan dengan perkembangan teori pengetahuan para
pengimannya.5
Dari rangkaian Nabi dan Rasul yang disebut dalam al-Qur’an, Nabi
Muhammad adalah Nabi dan Rasul terakhir. Sesudah beliau tidak ada lagi Nabi.6
Pengertian ini bersumber dari sebuah ayat al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 40:
ل ر و ر أ ن ٱ و ٱ ن و ٱ ء
4M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, hlm 22.
5M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra terbesar, ed. Dzulmanni (Yogyakarta: ElSaq, 2005), hlm1.
6M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-KonsepKunci (Jaksel: Paramadina, 2002), hlm 309.
3
“ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antarakamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.”
Peran Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul di kalangan umat Islam
memang sudah jelas, tidak ada yang menyangsikannya. Dalam peran ini, apa yang
dilakukan dan diucapkan serta ditetapkan beliau sudah tentu mengandung hukum
yang mengikat. Karena sifatnya mengikat, tentu ia tidak bisa diabaikan oleh umat.
Selain sebagai seorang Rasul, Nabi Muhammad juga beperan sebagai kepala
Negara atau pemimpin masyarakat, hakim dan juga sebagai manusia biasa.7
Adapun jikalau bukan sebagai Rasul, niscaya beliau adalah manusia luhur yang
setingkat dengan Rasul. Andaikata padanya Tuhan tidak berfirman “ Hai Rasul!
Sampaikanlah apa yang diwahyukan kepadamu,” maka pastilah ia dapatkan
perintah dari dirinya sendiri. Kira- kira peritah itu berbunyi “Hai manusia!
Sampaikanlah apa yang bergetar dalam batinmu!”. Perintah itu timbul karena
kedewasaan dan keagungan manusia Muhammad telah melampaui batas zat.8
Selain sebagai seorang Rasul yang mengemban tugas risalah, Nabi
Muhammad tetaplah seorang manusia biasa sebagaimana yang lainya. Beliau
memiliki kebutuhan jasmani dan rohani seperti makan, minum, tidur, menikah
dan sebagainya, seperti firman Allah dalam surat Al- Furqan ayat 7:
7Tarmizi M. Jakfar, Otoritas Sunnah Non-Tasyri’iyah Menurut Yusuf al-Qaradhawi,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm 5.
8Khalid Muhammad Khalid, Nabi Muhammad Juga Manusia ed. Fadjriah Nurdiarsih danFadly Kurniawan ( Jakarta : Mushaf, 2008), hlm Xii
4
ا ا و ل ل ٱ م ٱ اق و ٱ ل إ أ ن ا ۥ
“Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar
malaikat itu memberikan peringatan bersama- sama dengan dia?”
Selain itu Rasul juga juga memiliki keinginan dan selera dan memiliki
kebiasaan dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu segala yang datang dari
Nabi dalam konteks tersebut merupakan konsekwensi dari sifat kemanusiaannya
(jibillatuh al-basyariyah).9
Dalam berbagai kasus yang terjadi belakangan ini terdapat beberapa
kelompok yang sangat mengagung-kan sunnah. Mereka menganggap bahwa
sunnah merupakan hal mutlak yang harus diikuti dan bahkan ada yang lebih
ekstrim sampai mewajibkan hal-hal yang sifatnya sunnah. Dengan demikian sudut
pandang yang mereka gunakan ialah dalil yang menjelaskan tentang sunnah
tersebut dan menafikan tentang keberadaan dan hakikat biologis dan sosiologis
dari seorang Nabi Muhammad SAW.
Sifat basyariyah Nabi juga merupakan salah satu dari sifat bagi rasul,
yakni sifat jaiz. Jāiz bagi rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-‘ardul
basyariyah, artinya rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti
rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya.
Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk lainnya.
9Tarmizi M. Jakfar, Otoritas Sunnah Non-Tasyri’iyah, hlm 11.
5
Selain mengenai sisi basyariyah Nabi Muhammad, penulis juga
mengungkapkannya dalam Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm karya Ibnu Katsir. Alasan
penulis menggunakan kitab Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm sebagai acuan
penafsirannya ialah bahwa seorang Ibnu Katsir merupakan salah satu ‘ulama besar
yang mempunyai kontribusi khususnya pada bidang tafsir, yakni dengan salah
satu karyanya yaitu Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm.
Dalam salah satu karya Ibnu Katsir yakni Al-Fuṣủl Fī Sīrah Ar-Rasul
Shallallấhu ‘Alaihi wa Sallam, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia oleh Abu Umar Al-Maidani, Ibnu Katsir mengungkapkan sejarah
kehidupan Nabi Muhammad dari kecil hingga wafatnya. Dalam kitab ini juga
beliau sedikit banyak menjelaskan tentang kebasyariyahan seorang Muhammad,
seperti sewaktu kecil ia adalah penggembala kambing, berdagang mengikuti
pamanya dan beliau juga menikah dan berketurunan. Maka dari sinilah penulis
mencoba menghadirkan penafsiran Ibnu Katsir dalam konteks sifat basyariyahnya
Nabi Muhammad.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dipetakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja sifat basyariyah Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimanakah penafsiran ayat-ayat basyariyah dalam tafsir Ibnu Katsir?
3. Bagaimana relevansinya dalam konteks kekinian serta implikasinya
terhadap konteks sunnah?
6
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengetahui konsep sifat basyariyah Nabi dalam al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui sifat Nabi dalam kaitanya sebagai sebagai manusia
biasa.
3. Untuk mengetahui tentang relevansi ke-Basyariyahan Nabi Muhammad
dalam kontek saat ini.
Kegunaan Penelitian:
1. Sebagai ajang perluasan wawasan tentang kajian ayat- ayat al-Qur’an
khususnya yang berkaitan dengan sifat basyariyah Nabi.
2. Sebagai bentuk sumbangsih pemikiran dalam wilayah akademik
khususnya ayat- ayat al-Qur’an tentang sifat basyariyah Nabi, khususnya
dalam wilayah penafsiran al-Qur’an.
D. Telaah Pustaka
Kajian mengenai tema sifat basyariyah Nabi sejatinya bukanlah hal yang
baru dalam wilayah akademik. Telah banyak literatur-literatur selama pencarian
berupa buku- buku maupun skripsi yang membahas tentang sifat basyariyah ini.
Namun dari keseluruhan literatur-literatur yang penulis temukan belum
ditemukanya literatur yang secara spesifik membahas tentang sifat basyariyah
Nabi dari perpspektif al-Qur’an maupun penafsirannya, dan lebih banyak condong
pembahasannya ditinjau dari segi hadis-hadis dan kehidupan sosial.
7
Dalam buku Otoritas Sunnah non-Tasyri’iyah menurut Yusuf al-
Qaradhawi, Tirmidzi M. Jakfar menjelaskan bahwa selain sebagai seorang Rasul
yang mengemban tugas risalah, Nabi Muhammad tetaplah seorang manusia biasa
sebagaimana yang lainnya. Beliau memiliki kebutuhan jasmani dan rohani,
memiliki keinginan dan selera dan memliki kebiasaan dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, segala yang datang dari Nabi dalam konteks tersebut
merupakan konskwensi dari sifat kemanusiaannya (jibillatuh al-basyariyah) dan
tidak ada keterkaitan dengan risalah. Dengan kata lain, sebagian perbuatan,
perkatan, dan sifat Nabi sama sekali tidak berkaitan dengan penetapan hukum
syari’at.10
Dalam buku yang berjudul History Of The Arabs karya Philip k. Hitti,
sedikit disinggung mengenai perjuangan Nabi sebagai Rasul karena mendapat
perintah dari Allah SWT dan dipicu oleh tugas baru yang harus dilaksanakan,
sehingga ia menemui dan berbaur dengan masyarakat untuk mengajar, berdakwah
dan menyampaikan risalah barunya. Mereka menertawakan dan memakinya. Pada
tahap itulah ia berperan sebagai nadzir, pemberi peringatan dan sekaligus Nabi,
yang berusaha melaksanakan misinya dengan memberikan gambaran yang jelas
dan memukau tentang nikmat surga dan siksa neraka.11 Dalam buku ini pula
digambarkan kehidupan Nabi mulai dari proses berdagang, menikah dan
berperang dan sebagai pemimpin yang kesemuanya itu merupakan bagian dari
perilaku basyariyah Nabi.
10Tarmizi M. Jakfar, Otoritas Sunnah Non-Tasyri’iyah, hlm 11.11Philipp K. Hitti, History Of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi, ( Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002), hlm 142.
8
Dalam sebuah penelitian skripsi yang ditulis oleh Edy Rahman berjudul
“Hadis-Hadis Tentang Sifat Nabi SAW Dalam Simtu Al-Durār Fi Akhbār Maulid
Khairil Al- Basyār”, dalam tulisan yang mengupas tentang biografi kehidupan
Nabi, yang menggambarkan secara detil sosok Nabi. Bahwa beliau adalah seorang
yang jujur dan bisa dipercaya (amanah), tabligh, bijaksana dan cerdas. Beliau baik
budi pekertinya, tampan rupanya, tubuhnya atletis dan selalu terawat bersih.
Beliau lemah lembut namun ksatria, ramah tapi serius.12
Begitu pula dalam buku karya Muhammad Abdul Aziz al-Khuli yang
berjudul Karakteristik Nabi Perilaku Nabi Dalam Menjalani Hidup. Disebutkan
bahwa Nabi adalah seorang yang toleran. Toleran ketika menjual dan membeli
dan juga toleran dalam menagih dan membayar hutang.13
Dijelaskan dalam buku karya Abbas Mahmud Aqqad yang berjudul
Keagungan Muhammad SAW. bahwa Nabi Muhammad sebagai seorang kawan
atau sahabat, perlakuan demikian iulah yang digunakan beliau dalam
kedudukannya sebagai pemimpin. Beliau adalah kawan utama bagi bawahannya
dan beliau tidak angkuh atau sombong meskipun kekuasaan ada ditangannya.14
12Edy Rahman, “Hadis- Hadis Tentang Sifat Nabi Dalam Simtu al-Durar Fi Akhbar maulidKhairil al-Basyar”, Skripsi Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis, 2008. hlm 4-5.
13Muhammad Abdul Aziz al-Khuli, Adab Nabi SAW. Perilaku Nabi dalam MenjalaniKehidupan, terj.M. Fathul Khoiri (Yogyakarta : Hikam pustaka, 2010). hlm 59-60.
14Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan Muhammad SAW, terj. Abdul Kadir Mahdany (Solo:CV.Pustaka Mantiq, 1993). Hlm 144.
9
Dalam buku Teladan Abadi Nabi Muhammad SAW disebutkan bahwa para
Imam Ahlulbait as. tidak meriwayatkan satu hadis yang menunjukkan bahwa
Rasulullah adalah seorang penggembala domba di masa kecilnya. Memang benar
ada riwayat dari Imam As-Shadiq yang menjelaskan bahwa para Nabi umumnya
adalah penggembala domba.15
Sebuah buku karya Muhammad Jamil Zainu, dijelaskan dalam sebuah
hadis tentang aroma tubuh Rasulullah, tidurnya Rasulullah, bacaan dan solatnya
Rasulullah, puasa serta bicara Nabi.16
Dari berbagai literatur yang telah ditinjau, sejauh ini sudah banyak yang
menulis tentang sifat-sifat Rasulullah baik secara kepribadian diri maupun sosial.
Akan tetapi dari sekian banyak buku yang membahas mengenai sifat Rasulullah
belum ditemukan yang secara spesifik meninjau dari perspektif ayat Al-Qur’an.
Tetapi lebih condong diambil dari sudut hadisnya saja, sehingga penulis berusaha
memberikan suatu karya yang mungkin akan mendukung pengetahuan akademik
mengenai sifat basyariyah Nabi dari perspektif al-Qur’an.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran-gambaran atau
batasan-batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian ini.
Kerangka ini diperlukan sebagai pegangan pokok secara umum dalam penelitian.
15The Ahl-ul Bayt World Assembly, Teladan Abadi Nabi Muhammad SAW, terj.Muhammad Alcaff (Jakarta: AL-Huda,2009), hlm 90.
16Muhammad Jamil Zainu, Teladan Muhammad Itu Rasulullah: Akhlak Nabawiyah danSifat- Sifat Keutamaannya, terj.Zeid Husein al-Hamid (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), hlm 15.
10
Meminjam istilah Amin Abdullah ke mana arah penelitian berakhir. Lebih pokok
lagi, karena menentukan unit-unit analisis akademis dan hubungan antar kategori-
kategori yang ditemukan dalam penelitian. Karena alasan ini pula, dalam
penulisan skripsi, kerangka teori sangatlah penting.17
Sesuai dengan persoalan yang diteliti yaitu mengenai sifat basyariyah Nabi
Muhammad dalam al-Qur’an, dalam sudut pandang Yusuf al-Qaradhawi dalam
buku Otoritas Sunnah Non Tasyri’iyah beliau membagi sunnah menjadi dua
macam. Pertama, sunnah yang berkaitan dengan hukum agama. Kedua, sunnah
yang berkaitan dengan hukum Sunnah tentang urusan dunia. Pembagian ini
terlihat dalam definisi sunnah, bahwa sunnah adalah apa saja yang berasal dari
Nabi SAW. Selain dari al-Qur’an, baik perkataan, perbuatan atau pengakuan yang
pantas menjadi dalil hukum syara’.
Dalam hal ini mengenai perilaku basyariyah Nabi itu adalah termasuk ke
dalam sunnah. Maka peneliti mencoba mencari sunnah-sunnah yang tercantum
dalam al-Qur’an dan juga penafsiran dalam tafsir Ibnu Katsir.
Menurut sudut pandang Abbas Mutawalli Hammadah dalam
pendahuluanya dalam buku Sunnah Nabi Kedudukanya Menurut Al-Qur’an
dijelaskan bahwa kajiannya merupakan kajian yang objektif mengenai kedudukan
sunnah sebagai dalil, karena memandang sunnah sebagai hukum kedua dan
17Tarmizi M. Jakfar, Otoritas Sunnah Non-Tasyri’iyah, hlm 19.
11
selanjutnya akan menyusul penjelasan mengenai sumber hukum yang pertama,
yang dianggap sumber dari segala sumber, yaitu al-Qur’an al-Karim. 18
Peneliti dalam hal ini mencoba mencari akar-akar sunnah yang terdapat al-
Qur’an dan menurut penafsiran tafsir Ibnu Katsir seperti yang disebutkan di atas
bahwa al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber kemudian dikuatkan dengan
hadis sebagai dalilnya.
Menurut Syuhudi Ismail dalam menentukan posisi sunnah yang sifatnya
tasyri’iyyah dan non-tasyri’iyah, beliau merumuskan posisi Nabi. Yakni Nabi
Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam dan Nabi diutus
untuk semua umat manusia. Akan tetapi kenyataanya adalah bahwa Nabi
Muhammad hidup dalam batasan ruang dan waktu tertentu. Dengan demikian
hadis Nabi yang merupakan sumber otoritatif ajaran islam juga berwatak universal
di satu sisi dan di sisi lain berwatak temporal dan lokal.19
F. Metode Penelitian
Peneliti berusaha memberikan suatu kontribusi keilmuan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukannya suatu metode yang
sesuai dengan objek yang dikaji. Karena metode ini berfungsi sebagai cara
mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang memuaskan serta sesuai
dengan tujuan. Di samping itu metode ini juga befungsi sebagai cara bertindak
18Abbas Mawalli Hammadah, Sunnah Nabi Kedudukanya Menurut AL-Qur’an terj.Abdussalam (Bandung: Gema Risalah Press, 1977). Hlm 15.
19Musahadi, “Evolusi Konsep Sunnah”, Tesis Mahasiswa IAIN Walisongo, 1991, hlm. 144.
12
agar suatu penelitian dapat berjalan lebih fokus dan efektif untuk bisa mencapai
hasil yang maksimal.20
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian skripsi ini adalah library research, yaitu penelitian yang
menitikberatkan pada literatur dan dokumen dengan cara menganalisis muatan
yang terkait dengan penelitian baik dari sumber data primer maupun sekunder.21
Dalam penelitian ini penulis lebih dulu mengumpulkan buku maupun
dokumen yang ada relevansinya dengan tema yang aka dibahas. Kemudian ayat-
ayat yang berkaitan dengan tema tersebut dijelaskan secara rinci dan tuntas serta
didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, baik argumen itu berasal dari al- Qur’an, hadis maupun pemikiran
rasional.22
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik. Yaitu dengan menggunakan
metode dalam pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat serta
mengklarifikasikan secara objektif data yang dikaji sekaligus menginterpretasikan
dan menganalisis data. Dalam hal ini penulis menginterpretasikan mengenai sifat
20Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair, Metolodi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:Kanisius, 1992), hlm. 10.
21Sutirsno Hadi, Metodologi Research ( Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hlm 3.22Nasirudin Baidan, Metologi Penafsiran al-Qur’an ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998),
hlm 151.
13
basyariyah Nabi dalam al-Qur’an kemudian mengklarifikasikan secara objektif,
serta menganalisis kata- kata yang berkaitan dengan sifat basyariyah dalam al-
Qur’an tersebut.
3. Sumber Data
Jenis peelitian ini adalah library reseach, penulis menggunakan teknik
dokumentasi dengan melakukan pelacakan dari literatur- literatur yang berkaitan
dengan materi pembahasan. Pengumpukan data dibagi menjadi dua sumber.
a. Data Primer
Sumber data primer penelitian ini adalah ayat-ayat al-Qur’an dan kitab
tafsir Ibnu Katsir dan terjemahnya. Dalam menumpulkan data-data primer
penulis menempuh dua langkah sesuai dengan rumusan masalah yang
dijawab. Pertama mencari ayat-ayat al-Quran yang mengandung makna
mengenai sifat basyariyah Nabi Muhammad. Kemudian langkah kedua
mendeskripsikan penafsiran terhadap ayat- ayat tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang penulis gunakan ialah berupa hadis-hadis Nabi
maupun sahabat dan tabi’in dan karya intelektual lainya yang berkaitan dngan
tema pembahasan, baik berupa artikel maupun data lepas. Data sekunder ini
sifatnya sebagai penjelas dari data primer.
14
Penelitian ini merupakan penelitian penafsiran terhadap sifat basyariyah
Nabi SAW. Metode yang digunakan ialah penafisran tematik yang digagas
oleh al-Farmawy dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan masalah
2. Mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang ditetapkan
3. Menyusun ayat-ayat secara kronologis disertai asbab al-Nuzul nya.
4. Mengetahui munasabah ayat-ayat tersebut pada masing- masing suratnya.
5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sistematis dan sempurna.
6. Melengkapi pembahasan dengan hadis- hadis yang sesuai dengan temanya.
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan cara
menghimpun ayat-ayatnya yang searti dengan mengkompromikan antara
yang umum dan yang khusus, mutlaq dan muqayyad atau yang tampaknya
bertentangan, sehingga semuanya dapat bertemu dalam satu muara tanpa
adanya perbedaan kontradiksi.23
G. Sistematika Pembahasan
Agar memperoleh hasil yang utuh, maka dalam penyusunan ini penulis
menggunakan sistematisasi bab per bab sebagai berikut:
Bab pertama, yaitu berisi pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka,
23Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i., hlm 45-46.
15
kerangka teori dan metode penelitian yang telah ditetapkan serta gambaran umum
isi.
Bab kedua, membahas biografi singkat Ibnu Katsir dan gambaran umum
kitab tafsir Ibnu Katsir.
Bab ketiga, berisi tentang jawaban pada rumusan masalah pertama yaitu,
mengenai definisi sifat basyariyah Nabi SAW. dan pembagiannya secara umum.
Bab keempat, menjawab dari rumusan masalah kedua dan ketiga, yaitu
berisi tentang ayat- ayat apa saja yang memiliki makna sifat basyariyah dan
penafsiran dari ayat- ayat yang memiliki makna sifat basyariyah dalam tafsir Ibnu
katsir. Kemudian menghimpunnya secara runtut menurut kronologi turunya ayat
tersebut serta memperhatikan asbab al-Nuzulnya. Dalam bagian akhirnya akan
dijelaskan mengenai relevansi sifat basyariyah Nabi Muhammad dalam konteks
kekinian.
Bab kelima, berisikan penutup yang memuat kesimpulan, saran dan kata
penutup.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian mengenai sifat basyariyah Nabi Muhammad SAW, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa sisi basyariyah Nabi Muhammad SAW
(jibillatul basyariyah) terbagi menjadi empat macam yakni shifatiyah, amaliyah,
jasadiyah dan sikap.
Di dalam penafsiran Ibnu Katsir mengenai ayat-ayat yang mengandung
sisi basyariyah Nabi Muhammad SAW, beliau menafsirkan surat Al-Imrān ayat
144, yang menandakan bahwa selaku manusia biasa Nabi SAW juga akan
mengalami kematian seperti manusia pada umumnya. Surat ‘Abasa ayat 1-10.
Kumpulan ayat ini memberikan gambaran sisi basyariyah Nabi SAW dalam suatu
keadaan beliau memasang wajah masam kepada Abdullah Ibnu Ummi Maktum
yang ingin bertanya dan menyela-nyela saat beliau sedang menemui para pemuka
Quraisy. Kemudian dalam surat Al-Furqān ayat 20, ayat ini menjelaskan bahwa
Nabi SAW juga beraktifitas dan bermata pencaharian sebagaimana orang-orang
Arab pada umumnya, yakni makan, berniaga di pasar, dan mencari nafkah untuk
keluarga. Begitu Pula dalam surat Al-Anfāl ayat 5-8 yang menunjukan beliau
adalah manusia biasa yang bisa diserang secara fisik di saat berperang.
Kontekstualisasi sifat basyariyah Nabi SAW, penulis membaginya
menjadi dua yakni sifat basyariyah tasyri’iyah dan non-tasyri’iyah. Sisi
basyariyah tasyri’iyah misalnya ialah mengenai penggunaan siwak yang
bermakna tentang kebersihan rongga mulut. Sedangkan yang bersifat non-
tasyri’iyah seperti mengenai eksperimen pertanian maupun pengobatan yang
bersifat anjuran.
91
92
B. Saran
Dari pembahasan pada tulisan ini dan di akhiri dengan kesimpulan pada
akhirnya, penulis mengutarakan beberapa saran dalam ranah teoritis dan dalam
ranah praktis. Dalam ranah teoritis penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini
masih terdapat banyak kekurangan dalam segala aspek muatanya, untuk itu
pengkajian lanjut untuk mengembangkan kajian ini sangat diperlukan terutama
dalam pembahasan sisi basyariyah yang lebih rinci dan menggunakan penafsiran
ulama baik klasik maupun kontemporer. Hal ini untuk menanggapi isu-isu
problematika yang merupakan produk dinamika zaman yang akan terus
berkembang.
Secara praktis, tulisan ini dengan beragam kekuranganya, penulis sarankan
agar hal-hal yang bersifat positif dan dinilai memiliki manfaat dapat digunakan
oleh semua pihak sebagai pertimbangan dalam praktek kehidupanya. Dan semoga
bisa menilai secara objektif terhadap hal-hal baru yang datang baik segi ideologi
maupun praktek dalam menghadapi perkembangan sunnah seperti pada masa ini.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Baqi, Fu’ad. Mu’jām al-Mufahrās li al-Fāz al-Qur’ān (Pdf). Kairo: Daral-Kitab al-Misriyah. 1364.
al-Asykar, Umar Sulaiman. Rasul dan Risalah. terj. Munif F. Ridwan. PressGroup. 2008.
Almaliky, M. Alwy. Insān Kamῑl. terj. Hasan Baharun. Surabaya: Pelita
Bahasa.
Armstrong, Karen. Muhammad: Prophet For Our Time. terj. Yulianto LiputoBandung: Mizan. 2013.
Bahreisy, H. Salim dan H. Said Bahreisy. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsirjilid 1-8. Surabaya: PT.Bina Ilmu. 1993.
Baidan, Nashiruddin. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: PustakaPelajar. 1998.
Bakker, Anton dan Ahmad Charis Zubair. Metolodi Penelitian Filsafat.Yogyakarta: Kanisius. 1992.
Bakran Adz-Dzakiy, Hamdani. Psikologi Kenabian. Yogyakarta: Fajar MediaPress. 2012.
Departemen Agama RI. Ensiklopedi Islam di Indonesia. jilid III. Jakarta: CV.Anda Utama. 1993.
Depdikbud RI. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1989.
al-Farmawi, Abd al-Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i. Suatu Pengantar. terj.Suryan A. Jamrah. Cet. II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996.
--------- Metode Tafsir Maudu’i, Suatu Pengantar. terj. Suryan A. Jamrah.Jakarta: LSIK. 1994.
Faizin Maswan, Nur. Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu katsir. Yogyakarta: Menarakudus. 2002.
Hadi, Sutirsno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. 1994.
93
94
Hawwa, Sa’id. Ar-Rasūl Shalallāhu ‘Alaihi Wasallām. terj. Kathur Suhardi.Solo: CV. Pustaka Mantiq. 1993.
Ismail, M. Syuhudi. Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual. Jakarta:Bulan Bintang. 1994.
Jabbar, Umar Abdul. Khulasah Nūr al-Yaqῑn. Juz I. Surabaya: MaktabahSalim bin Nubhan. Tt.
al-Khuli, Muhammad Abdul Aziz. Adab Nabi SAW. Perilaku Nabi dalamMenjalani Kehidupan. terj. M. Fathul Khoiri. Yogyakarta : Hikampustaka. 2010.
K. Hitti, Philipp. History Of The Arabs. terj. R. Cecep Lukman Yasin dan DediSlamet Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2002.
K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan. Dkk. Asbabun Nuzul: Latar BelakangHistoris Turunya Ayat-ayat Al-Qur’an . Bandung: CV. PenerbitDiponegoro. 2000.
Kholis Setiawan, M. Nur. Al-Qur’an Kitab Sastra terbesar. ed. Dzulmanni.Yogyakarta: El Saq. 2005.
M. Echols, John dan Hasan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:Gramedia. 1988.
M. Jakfar, Tarmizi. Otoritas Sunnah Non-Tasyri’iyah Menurut Yusuf al-Qaradhawi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.
Mahmud Aqqod, Abbas. Keagungan Muhammad SAW. terj. AbdulkadirMahdamy. Solo: CV. Pustaka Mantiq. 1993.
Mawalli Hammadah, Abbas. Sunnah Nabi Kedudukanya Menurut AL-Qur’anterj. Abdussalam. Bandung: Gema Risalah Press. 1977.
Muh Sadzili, Aris. “Konsep Israf Dalam Tafsir Al-qur’an al-Adzim KaryaIbnu Katsir“. Skripsi Mahasiswa Ushuluddin. Jurusan Tafsir hadis.2005.
Muhammad Khalid, Khalid. Nabi Muhammad Juga Manusia ed. FadjriahNurdiarsih dan Fadly Kurniawan. Jakarta: Mushaf. 2008.
Mutmainnah, Isnaini Nurul, “Penafsiran La’ibun dan lahwun dalam al-Qur’anmenurut Tafsir Al-Qur’an Al-Azim karya Ibnu katsir dan Tafsir FiZilal Al-Qur’an karya Sayyid Qutb”. Skripsi Mahasiswa UshuluddinJurusan Tafsir Hadis. 2008.
95
al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an. terj. Muzakir A.S.Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa. 2009.
ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir IbnuKatsir. terj. Syihabbuddin. Jakarta: Gema Insani Press,. 1999.
Raharjo, M. Dawam. Ensiklopedi al-Qur’an Tafsir Sosial BerdasarkanKonsep-Konsep Kunci. Jaksel: Paramadina. 2002.
Rahman, Edy. “Hadis- Hadis Tentang Sifat Nabi Dalam Simtu al-Durar FiAkhbar maulid Khairil al-Basyar”. Skripsi Fakultas UshuluddinJurusan Tafsir Hadis. 2008.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. 1997.
------- Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam KehidupanBermasyarakat. Bandung: Mizan. 2007.
Sholikhah, Siti Aminatus ”Hadis-Hadis Tentang Memanjangkan Pakaian DanJenggot (Studi Ma’anil Hadis)”. Skripsi Mahasiswa Jurusan TafsirHadis. 2008.
Syalabi, Mahmud. Kepribadian Rasulullah. terj. Abdulkadir Mahdamy. Solo:CV. Pustaka Mantiq. 1996.
The Ahl-ul Bayt World Assembly. Teladan Abadi Nabi Muhammad SAW. terj.Muhammad Alcaff. Jakarta: AL-Huda. 2009.
Yusuf, Muhammad. dkk. Studi Kitab Tafsir. Yogyakarta: Teras. 2004.
al-Zahabi, Muhammad Husain. al-Tafsῑr wa al-Mufassirūn. Beirut: Dar al-
Fikr.
al-Zarqani, Muhammad ‘Abd al-‘Azim. Manahil al-‘Irfān Fi Ulūm al-Qur’ān.Beirut: Dar al-Fikr. 1988.
Zainu, Muhammad Jamil. Teladan Muhammad Itu Rasulullah: AkhlakNabawiyah dan Sifat- Sifat Keutamaannya. terj. Zeid Husein al-Hamid. Surabaya: Risalah Gusti. 1995.
Zaki Khursyid, Ibrahim. Da’irah al-Ma’rifah al-Islamiyah. Juz I. Beirut: Daral-fikr. t.t.
96
LAMPIRAN
A. Ayat-ayat yang mengandung makna sifat basyariah Nabi SAW.
1. QS. Al-Imrān, 3:144.
و ل ر إ ٱ ت أو أ ٱ و أ ٱ
ي و ٱ ٱ
2. QS. Al-Imrān, 3:128
ٱ أو ب ء أو ن
3. QS. ‘Abasa, 80:1-10.
و ءه ٱ أن ۥ ر وى ٱ أو ٱ ۥ أ
ى و ءك وأ و
4. QS. Al-Furqān, 25:20.
و أر ن ٱ إ م إ ٱ ن اقو ون ٱ و
ن ر و
97
5. QS. Al-Anfāl, 8:5-8.
ر أ ن ٱن ٱ ن إ
ت ون ٱ ذ و ى ٱ إ ٱ ذات دون أن و ٱ و ن أن ٱ
ٱ ۦ دا و ٱ ٱ و ٱ ه و ن ٱ
6. QS. An-Nūr, 24:27-29.
یا أیھا الذین آمنوا ال تدخلوا بیوتا غیر بیوتكم حتى تستأنسوا (27)وتسلموا على أھلھا ذلكم خیر لكم لعلكم تذكرون
فیھا أحدا فال تدخلوھا حتى یؤذن لكم وإن قیل لكم فإن لم تجدوا بما تعملون علیم (28)ارجعوا فارجعوا ھو أزكى لكم وا
لیس علیكم جناح أن تدخلوا بیوتا غیر مسكونة فیھا متاع لكم وا(29)یعلم ما تبدون وما تكتمون
7. QS. An-Nahl, 16:127.
وٱ ك إ و و ن وون
8. QS. An-Nahl, 16:81-82.
بیوتااألنعام جلود من لكم وجعل سكنابیوتكم من لكم جعل واوأوبارھاأصوافھاومن إقامتكم ویوم ظعنكم یوم تستخفونھا
(80)وأشعارھا أثاثا ومتاعا إلى حین
98
ا خلق ظالال وجعل جعل لكم مم لكم من الجبال أكنانا وجعل والكم سرابیل تقیكم الحر وسرابیل تقیكم بأسكم كذلك یتم نعمتھ
(81)علیكم لعلكم تسلمون
(82)فإن تولوا فإنما علیك البالغ المبین
9. QS. Al-Isra’, 17:93.
أو ف أو ز ن ء ٱ وؤه ل ۥ ن ر
ر إ