Transcript
Page 1: Program pengayaan dan remedial

DRAF - 1

PEMBELAJARAN REMEDIAL DAN PENGAYAAN

Oleh: Mutiara O. Panjaitan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN

TAHUN 2011

Page 2: Program pengayaan dan remedial

PEMBELAJARAN REMEDIAL DAN PENGAYAAN

Pengarah:

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Penanggung Jawab Kegiatan:

Dr. Herry Widyastono

Koordinator Kegiatan:

Drs. Budi Santoso

Penulis Naskah dan Pengembang Gagasan:

Dra. Mutiara Oktaviana Panjaitan, M.Pd.

Page 3: Program pengayaan dan remedial

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………….....……………………………………….

B. Kebijakan ............................................................................

C. Tujuan …………………………………………………………………..

D. Sasaran …………………………………………………………………

BAB II. PEMBELAJARAN TUNTAS

A. Konsep Belajar Tuntas.....……………………………………………......

B. Kriteria Ketuntasan Belajar.…………………………………………......

C. Pencapaian Ketuntasan Belajar .................................................

BAB III. PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN

A. Pembelajaran Remedial.......................................................

B. Pembelajaran Pengayaan.....................................................

BAB VI PENUTUP …………………………………………………………………..

Page 4: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai upaya pembaharuan dan penyempurnaan secara menyeluruh sistem

pendidikan di Indonesia terus menerus dilakukan oleh Pemerintah Indonesia agar

bangsa ini dapat bersaing di era global sekarang ini. Dalam rangka penyempurnaan

sistem pendidikan tersebut, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian

Pendidikan Nasional, terus menerus melakukan penyempurnaan kurikulum nasional

untuk semua jenjang. Upaya penyempurnaan kurikulum ini merupakan respon atas

berbagai kritik dan tanggapan terhadap sistem persekolahan di Indonesia, konsep

dan implementasi kurikulum sebelumnya yang dianggap memiliki kelemahan, baik

dari segi substansi, pendekatan maupun pengelolaan kurikulum. Praktik proses

pendidikan di Indonesia selama ini belum melaksanakan proses pembelajaran yang

mengharuskan peserta didik menguasai materi pelajaran atau kompetensi secara

tuntas, sehingga banyak peserta didik yang dinyatakan tamat dari sekolah namun

tidak menguasai materi pelajaran.

Perubahan kurikulum ini mengiringi pergeseran paradigma (paradigm shift)

dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input-oriented education)

ke pendekatan pendidikan berorientasi hasil atau standard (outcome-based

education). Paradigma yang mempertanyakan “apa yang harus diajarkan”

(kurikulum) bergeser ke pertanyaan “apa yang harus dikuasai anak” (standar

kompetensi). Kurikulum yang semula memberikan penekanan pada materi beralih

ke kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan proses pembelajaran dalam

rangka mencapai kompetensi yang ditargetkan.

Page 5: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 2

Dalam hal kompetensi, standar diperlukan sebagai acuan minimal yang harus

dipenuhi oleh seorang lulusan sehingga setiap calon lulusan dinilai apakah yang

bersangkutan telah memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan atau belum.

Dengan diterapkannya standar kompetensi sebagai acuan dalam proses pendidikan

diharapkan semua komponen yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan di semua

tingkatan, termasuk peserta didik itu sendiri, akan mengarahkan segala upayanya

pada pencapaian standar dimaksud.

Dengan pendekatan pendidikan berorientasi hasil atau standard ini,

diharapkan guru memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus dikuasai anak

disetiap jenjang, serta pada saat yang sama guru memiliki kebebasan yang luas

untuk merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang dipandang efektif

untuk mencapai standar yang ditetapkan. Dengan demikian penyelenggaraan

proses pembelajaran berorientasi pada penguasaan kompetensi sasaran oleh

peserta didik sesuai dengan konteks lingkungannya, sehingga guru didorong untuk

menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning), bukan pada

pencapaian „target kurikulum‟ semata. Penerapan pembelajaran tuntas ini

diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007

Tanggal 11 Juni 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan dimana Kriteria

Ketuntasan Belajar menjadi ukuran pencapaian kompetensi. Dengan kata lain,

diterapkannya standar kompetensi membawa implikasi pada orientasi dan strategi

penilaian di kelas oleh guru yang lebih menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

tuntas. Penerapan pembelajaran tuntas membawa implikasi penyelenggaraan

pembelajaran remedial dan kegiatan pengayaan bagi peserta didik di satuan

pendidikan.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19,

Page 6: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 3

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa

penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan

(sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan

kurikulum nasional. Kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan disebut

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan mengacu

pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang memuat kompetensi bahan kajian

dan kompetensi mata pelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pemerintah, dalam hal ini, Departemen

Pendidikan Nasional hanya menentukan standar-standar minimal yang harus

dipenuhi oleh satuan pendidikan. Standar minimal itu, di antaranya berupa Standar

Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian dan Standar

Pengelolaan. Pengembangan lebih jauh terhadap standar-standar tersebut

diserahkan pada daerah/satuan pendidikan masing-masing sesuai peraturan yang

berlaku. Bagaimana standar-standar tersebut diterjemahkan menjadi kurikulum,

diserahkan kepada satuan pendidikan bersangkutan. Sesuai Surat Edaran Menteri

Pendidikan Nasional No. 33 tahun 2007 tentang Sosialisasi KTSP, maka masing-

masing provinsi maupun kab/kota harus memiliki Tim Pengembang Kurikulum yang

bertugas melakukan sosialisasi dan pelatihan sesuai dengan tingkatan masing-

masing, sehingga daerah/satuan pendidikan terbantu dalam mengembangkan

kurikulum sekolah.

Dalam implementasi kebijakan tersebut , hasil pengalaman penulis dalam

melakukan bantuan professional Tim Pengembang Kurikulum (TPK) provinsi dan

kabupaten/kota pada tahun 2008, 2009, dan 2010 di beberapa provinsi

menunjukkan bahwa belum semua satuan pendidikan memahami prinsip-prinsip

belajar tuntas dan pembelajaran remedial serta kegiatan pengayaan. Ketika

Page 7: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 4

dilakukan diskusi dengan TPK, sebagian dari mereka memahami pembelajaran

remedial sebagai pengulangan tes yang diselenggarakan setelah kegiatan tatap

muka. Artinya, anak yang mendapat nilai jelek pada waktu ulangan harus mengikuti

tes kembali setelah waktu tatap muka selesai. Ada guru yang memberikan soal yang

sama atau mirip dengan soal ulangan sebelumnya. Kondisi lainnya, kemampuan

guru sangat beragam dalam merancang kegiatan pembelajaan dan penilaian baik di

tingkat provinsi maupun kebupaten/kota. Miskonsepsi tentang pembelajaran

remedial dan Keragaman kemampuan tersebut tentunya akan berdampak pada

keragaman kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran sehingga akan

berdampak pula terhadap capaian belajar peserta didik.

Atas dasar permasalahan tersebut di atas dipandang perlu menyusun suatu

naskah tentang pembelajaran remedial dan pengayaan dalam penilaian kelas guna

membangun pemahaman pendidik, tenaga kependidikan, dan pihak-pihak yang

terkait tentang makna pembelajaran tuntas dan pembelajaran remedial serta

pengayaan yang berorientasi pada standar kompetensi sesuai dengan Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Naskah ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau acuan

bagi praktisi pendidikan dalam memahami pembelajaran tuntas dan dalam

merancang pembelajaran remedial dan pengayaan.

B. KEBIJAKAN

Penyusunan naskah ini didasarkan pada butir-butir kebijakan nasional dalam

bidang pendidikan yang terdapat dalam dokumen sebagai berikut

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Bab V Pasal 12, Ayat 1 (f) yang menyatakan bahwa

setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak menyelesaikan

Page 8: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 5

program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan

tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

2. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007

Tanggal 11 Juni 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, bagian:

A.10 (hal. 2), yang menyatakan bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM)

adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan

pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok

mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai

batas ambang kompetensi.

B. 8 (hal. 2), yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip

beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan.

D. 12 (hal. 4), yang menyatakan bahwa hasil ulangan harian diinformasikan

kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta

didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedi.

F. 1 (hal. 6), yang menyatakan bahwa menentukan KKM setiap mata

pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik

mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan

pendidik.

C. TUJUAN

Penyusunan naskah ini bertujuan untuk:

1. Memberikan wawasan tentang konsep pembelajaran tuntas, pembelajaran

remedial dan pengayaan yang perlu dilaksanakan oleh pendidik.

2. Memberikan rambu-rambu menetapkan kriteria ketuntasan belajar

Page 9: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 6

3. Memberikan rambu-rambu pencapaian ketuntasan belajar.

4. Memberikan rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan

D. SASARAN

Model Penilain kelas ini diperuntukkan bagi pihak-pihak berikut:

1. Para guru di sekolah untuk melaksanakan program remedial dan pengayaan di

kelas masing-masing

2. Kepala sekolah untuk merancang program remedial dan pengayaan di sekolah

3. Pengawas untuk merancang program supervisi pendidikan di sekolah

4. Para penentu kebijakan di daerah untuk membuat kebijakan dalam

melaksanakan pembelajaran remedial dan pengayaan yang seharusnya dilakukan

di sekolah.

Page 10: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 7

BAB II

PEMBELAJARAN TUNTAS

A. Konsep Pembelajaran Tuntas

Pembelajaran tuntas bukanlah metode baru pengajaran. Konsep

pembelajaran tuntas sudah diperkenalkan di sekolah-sekolah Amerika di tahun

1920-an melalui karya Washburne. Hal ini didasarkan pada konsep bahwa semua

peserta didik dapat belajar dan menguasai kompetensi yang ditetapkan apabila

diberikan kondisi yang sesuai dengan situasi mereka. Peserta didik tidak

diperkenankan mengerjakan tugas berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan tugas

awal dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.

Dalam pelaksanaannya, semua peserta didik memulai pelajarannya dari topik

atau unit yang sama, pada waktu yang sama dan dengan perlakuan awal yang sama

pula. Peserta didik harus mencapai tingkat penguasaan materi yang ditetapkan pada

suatu unit sebelum mereka diizinkan untuk maju ke unit berikutnya. Peserta didik

yang tidak dapat menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya mendapat

pelajaran tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan kelompoknya.

Peserta didik yang telah menguasai seluruh materi pada topik yang sama mendapat

pengayaan sehingga mereka pun nantinya memulai mempelajari unit baru dengan

topik yang baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Mastery_learning:2008). Dalam konteks kurikulum

berbasis kompetensi, pembelajaran tuntas mempersyaratkan peserta didik

menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran yang ada pada lampiran Standar Isi.

Pembelajaran tuntas mengacu pada gagasan bahwa mengajar harus

mengatur pembelajaran melalui langkah-langkah yang berurutan. Agar dapat pindah

Page 11: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 8

ke langkah berikutnya, peserta didik harus menguasai langkah yang menjadi

prasyarat. Pembelajaran tuntas melibatkan peserta didik dalam metode instruksional

ganda, pembelajaran bertahap dan berbagai tipe keterampilan berpikir

(http://edutechwiki.unige.ch/en/Mastery_learning).

Dalam konteks pembelajaran tuntas, peserta didik harus mencapai tingkat

penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan bagi materi atau unit yang menjadi

prasyarat (prerequisite) sebelum mereka diizinkan untuk mempelajari materi atau

unit berikutnya. Peserta didik diberikan umpan balik yang spesifik mengenai

perkembangan belajar mereka secara berkala selama periode proses belajar

mengajar. Umpan balik ini akan membantu peserta didik mengidentifikasi apa yang

telah berhasil mereka pelajari dengan baik dan apa yang belum. Hal-hal yang belum

berhasil dipelajari oleh peserta didik dengan baik perlu diberi alokasi waktu lebih

banyak agar peserta didik mampu mencapai tingkat penguasaan yang ditetapkan.

Menurut Carrol, setiap peserta didik mampu mempelajari materi pelajaran

dengan kecepatan dan cara yang disesuaikan dengan karakteristiknya, “Jika peserta

didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata

pelajaran dan diajarkan sesuai dengan karakteristik mereka, maka sebagian besar

dari mereka akan mencapai ketuntasan” . Guru harus mempertimbangkan antara

waktu yang diperlukan peserta didik berdasarkan karakteristiknya dengan waktu

yang tersedia (Carrol: 1963). Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama

untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika kompetensi awal mereka

terdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan metode dan materi yang

berurutan, mulai dari tingkat kompetensi awal mereka (J. Block: 1971; B. Bloom:

1971).

Bloom juga berpendapat bahwa siswa tidak harus diberikan lebih banyak

waktu untuk tugas-tugas sekolah agar mencapai tingkat penguasaan. Meskipun

Page 12: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 9

pada tahap awal pelajaran peserta didik membutuhkan waktu lebih banyak untuk

mencapai tingkat penguasaan, pada materi lanjutan waktu yang di butuhkan untuk

mencapai tingkat penguasaan akan lebih sedikit, karena pemahaman mendasar

sudah diperoleh dengan baik pada tahap-tahap awal (Bloom:1971) .

Menurut Gagne, suatu materi dikatakan tuntas dipelajari apabila 90% peserta

didik berhasil menguasai 90% tujuan pelajaran. Robinson (1992) yang dikutip oleh

Davis dan Sorrel (1995) menyatakan bahwa peserta didik dengan nilai "A" dan "B" yang

dapat dinyatakan sudah menguasai materi atau kompetensi karena hanya kedua

kategori nilai itulah yang secara umum dapat diterima sebagai standar ketuntasan.

Proses Belajar mengajar tradisional berpegang pada alokasi waktu secara konstan

yang memungkinkan peserta didik menguasai suatu kompetensi dengan tingkat

penguasaan yang bervariasi, sedangkan proses pembelajaran tuntas atau pengajaran

yang sistematis menetapkan tingkat penguasaan kompetensi secara konstan dengan

memberikan waktu belajar yang bervariasi.

Metode pembelajaran tuntas membagi materi pelajaran menjadi unit-unit

kompetensi dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan ekspektasi

tertentu. Secara individual atau dalam kelompok-kelompok kecil, peserta didik

mempelajari setiap unit kompetensi yang telah diurut secara hierarhis. Peserta didik

harus menunjukkan penguasaannya terhadap unit kompetensi yang dipelajari ketika

dilakukan penilaian, biasanya menguasai 80% kompetensi yang bersangkutan,

sebelum melanjutkan mempelajari materi atau unit kompetensi baru. Siswa yang

tidak mencapai tingkat penguasaan harus mendapat remediasi dengan diberi waktu

tambahan untuk mencapai tingkat penguasaan yang telah ditetapkan. Peserta

tersebut melanjutkan siklus belajar dan penilaian sampai tingkat penguasaan yang

ditetapkan dicapai (Davis & Sorrel:1995).

Page 13: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 10

Anak yang mendapat kesulitan belajar perlu diberi perlakuan hal-hal berikut: 1)

diberi tambahan waktu untuk belajar, 2) disampaikan dengan media atau materi

berbeda, 3) dilakukan diagnosis untuk mengetahui pengetahuan atau keterampilan

prasyarat apa yang harus dimiliki peserta didik agar bisa mencapai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan (Gagne). Implementasi pembelajaran tuntas lebih

efektif menggunakan pendekatan tutorial dgn sesion kelompok kecil, tutorial orang

perorang, pembelajarn terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran

berbasis komputer (kindsvatter, 1996)

Secara empirik, jika seorang peserta didik berada pada kondisi yang tepat

mendapat perlakuan belajar yang sesuai dan diberi waktu yang cukup untuk

menyelesaikan tugas-tugasnya maka dia akan berhasil mencapai tingkat penguasaan

kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan hasil studi di beberapa negara termasuk

di Amerika, 90% siswa dapat mencapai target belajar secara normal (Huitt,W,:

http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/instruct/mastery.html,1996). Hasil penelitian

Chrisnajanti menunjukkan bahwa belajar tuntas memberikan pengaruh yang berarti

terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata hasil belajar

peserta didik sesudah remedial lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar sebelum

remedial. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa belajar tuntas dapat menolong

peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran

khusus (Chrisnajanti: 2002).

Hasil penelitian-penelitian di atas menegaskan betapa pentingnya sekolah

dikondisikan agar dapat memberi perlakuan belajar dan menyediakan waktu belajar

yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Berdasarkan analisis teori di atas

ditegaskan pula bahwa tingkat kebutuhan perlakuan dan waktu belajar sangat

bergantung pada potensi siswa sehingga sekolah yang efektif memberi perlakuan

Page 14: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 11

belajar tidak sama untuk seluruh siswa karena harus disesuaikan dengan tingkat

kebutuhan pelayanan.

Berdasarkan uraian teori dan konsep sebelumnya di atas dapat dinyatakan

bahwa Pembelajaran tuntas dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Pembelajaran dan penilaian dilakukan dengan tujuan diagnostik

2. Pembelajaran lebih secara individual

3. Lebih efektif menggunakan pendekatan tutorial secara individual

4. Bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

5. Menggunakan metode bervariasi

6. Pembelajaran ditujukan untuk kelas dan kelompok

7. Alokasi waktu belajar disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik

8. Menggunakan pendekatan penilaian acuan kriteria

9. Pembelajaran terprogram

10. Menggunakan buku kerja

11. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang

mengalami kesulitan

12. Fokus pada peserta didik dan “yang akan dikerjakannya”

Penerapan pembelajaran tuntas di satuan pendidikan tentunya berimplikasi

pada kurikulum, pengajaran, dan penilaian (On Purpose Associates,

http://www.funderstanding.com/v2/educators/mastery-learning).

Kurikulum: Pembelajaran tuntas tidak difokuskan pada konten, tetapi pada

proses menguasai kompetensi. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan

ruang lingkup kecil-kecil dan diorganisasikan secara berurutan.

Pengajaran: Dalam lingkungan pembelajaran tuntas guru banyak

menggunakan teknik mengajar bervariasi untuk kelompok-kelompok peserta

didik (a variety of group-based instructional techniques). Guru juga perlu

Page 15: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 12

memberikan masukan yang spesifik melalui penilaian diagnostik dan penilaian

formatif secara berkala, sehingga perkembangan belajar peserta didik dapat

ditelusuri.

Penilaian: Guru mengevaluasi peserta didik dengan menggunakan

pendekatan acuan kriteria, bukan acuan norma. Dengan unit-unit kompetensi

yang kecil yang diurutkan sesuai tahapan hasil belajar, pembelajaran tuntas

mampu memberikan masukan yang banyak bagi perkembangan belajar anak.

The Chicago Board of Education telah mengembangkan suatu model

pembelajaran tuntas yang sistematis yang disebut dengan Chicago Mastery Learning

Reading Program (CMLR). Model ini sudah digunakan di banyak sekolah di Amerika

dan sukses. Ada beberapa hal yang bisa ditarik manfaatnya dari kesuksesan model

ini, yakni (Davis & Sorrel:1995) :

1) Pembelajaran tuntas memungkinkan memberikan pelayanan yang efektif

bagi peserta didik dengan kemampuan yang sangat bervariasi,

2) Pembelajaran tuntas mengurangi perbedaan kemampuan akademis antara

peserta didik yang lambat dengan yang cepat tanpa memperlambat peserta

didik yang cepa,

3) keterampilan dan pengetahuan terinternalisasi dan bisa digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Di samping memperoleh penguasaan secara

akademis, sikap dan rasa percaya diri peserta didik menjadi berkembang

B. Kriteria Ketuntasan Belajar

1. Pengertian

Seorang peserta didik diperbolehkan mempelajari kompetensi lanjutan apabila

ia sudah menguasai kompetensi yang menjadi prasyarat. Carrol berpendapat peserta

Page 16: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 13

didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik. Yang

menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik sudah

menguasai kompetensi yang menjadi prasyarat atau tidak?

Seorang peserta didik dinyatakan sudah menguasai suatu kompetensi apabila,

melalui suatu proses penilaian, ia mampu mendemonstrasikan penguasaannya

sebesar 80% (Davis & Sorrel (1995) atau 90% (Gagne) dari kompetensi yang

diharapkan. Angka 80% atau 90% adalah patokan atau kriteria suatu kompetensi

dinyatakan sudah dikuasai. Jadi, kriteria ketuntasan belajar adalah patokan atau

kriteria untuk menyatakan bahwa suatu kompetensi sudah dikuasai anak atau belum.

Kriteria ketuntasan belajar ini populer dengan sebutan kriteria ketuntasan minimum

(KKM).

Berdasarkan uraian tentang konsep pembelajaran tuntas di atas, pembelajaran

tuntas membagi materi atau kompetensi menjadi unit-unit kecil yang diurutkan

sesuai tahapan hasil belajar. Dengan begitu dapat diketahui dengan jelas mana

kompetensi yang sudah dikuasai atau yang belum. Dengan pemahaman ini, dalam

konteks pengembangan KTSP, kriteria ketuntasan belajar sebaiknya ada pada tataran

indikator pencapaian kompetensi dasar, karena indikator sebenarnya merupakan

kompetensi dasar yang diurai menjadi kompetensi yang lebih kecil.

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu

kompetensi dasar (KD) berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk

masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria

ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata

peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan

pembelajaran (BSNP: 2006, 10). Boleh saja satuan pendidikan menetapkan KKM

setiap indikator lebih kecil dari 60% sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, tetapi

Page 17: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 14

Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus

menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Peningkatan KKM ini diharapkan

dilakukan setiap tahun, karena sehingga peserta didik siap menghadapi ujian pada

akhir jenjang. Di samping itu, kualitas sekolah akan dinilai oleh pihak luar secara

berkala, misalnya melalui ujian nasional. Hasil penilaian ini akan menunjukkan

peringkat suatu sekolah dibandingkan dengan sekolah lain (benchmarking). Melalui

pemeringkatan ini diharapkan sekolah terpacu untuk meningkatkan kualitasnya,

dalam hal ini meningkatkan kriteria ketuntasan belajar semakin mendekati 100%

untuk masing-masing indikator.

Penetapan kriteria ketuntasan belajar lebih diperuntukkan bagi guru untuk

mengontrol perkembangan belajar peserta didiknya, sehingga guru mengetahui

dengan jelas kompetensi apa yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai anak.

Dengan mengacu pada kriteria yang ditetapkan guru bisa segera mengetahui

kelemahan dan keberhasilan masing-masing peserta didik.

2. Penentuan Kriteria Ketuntasan Belajar

Penentuan kriteria ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator dalam

suatu KD dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi sekolah, yakni: tingkat

kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan

sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Yang dimaksudkan

dengan Kemampuan peserta didik adalah kemampuan awal peserta didik sebelum

proses pembelajaran dimulai pada awal setiap semester. Suatu kompetensi dianggap

kompleks bila waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya dan mengajarkannya

banyak; semakin kompleks suatu kompetensi semakin banyak waktu yang

dibutuhkan untuk mempelajari dan mengajarkan kompetensi tersebut. Sumber daya

Page 18: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 15

pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran, seperti ketersediaan sarana dan

prasarana, kemampuan guru terkait dengan substansi atau metode mengajar.

Penentuan KKM setiap indikator dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1)

dengan cara memberikan poin pada setiap kriteria yang ditetapkan, 2) dengan

memberikan pertimbangan professional judgment pada setiap kriteria untuk

menetapkan nilai. Berikut contoh penetapan KKM untuk masing-masing cara

a. Dengan cara memberikan poin pada setiap kriteria yang ditetapkan, misalnya

seperti berikut.

Kompleksitas kompetensi : - Tinggi = 1

- Sedang = 2

- Rendah = 3

Sumber daya pendukung : - Tinggi = 3

- Sedang = 2

- Rendah = 1

kemampuan akademis : - Tinggi = 3

- Sedang = 2

- Rendah = 1

Jika kondisi indikator 1 (pada tabel di bawah) : kompleksitas rendah, daya

Dukung tinggi dan tingkat kemampuan akademis siswa sedang, maka kriteria

ketuntasan belajar menjadi :

(3 + 3 + 2) x 100 = 88.89 %

9

Page 19: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 16

KD dan Indikator Kondisi sekolah Kriteria

ketuntasan

belajar (%) Komplek

sitas

Daya

dukung

Kemampuan

akademis

Menganalisis atmosfer dan

dampaknya terhadap

kehidupan di muka bumi

1. Mengidentifikasi ciri-

ciri lapisan atmosfer

dan pemanfaatannya

2. ...

3

3

2

88.89 %

b. Dengan cara memberikan pertimbangan professional judgment pada setiap

kriteria untuk menetapkan nilai, misalnya seperti berikut.

Kompleksitas kompetensi : - Tinggi

- Sedang

- Rendah

Sumber daya pendukung : - Tinggi

- Sedang

- Rendah

kemampuan akademis : - Tinggi

- Sedang

- Rendah

Page 20: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 17

Contoh:

Jika suatu indikator dengan kondisi seperti berikut : kompleksitas rendah, daya

dukung tinggi dan kemampuan akademis peserta didik sedang, maka dapat

dikatakan hanya satu komponen yang memengaruhi pencapaian ketuntasan

maksimal (100 %) yaitu kemampuan akademis peserta didik. Jadi guru dapat

menetapkan kriteria ketuntasan antara 90 – 80 %.

C. Pencapaian Ketuntasan Belajar

Pada uraian sebelumnya dikatakan bahwa kriteria ketuntasan belajar setiap

indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% – 100%. Kriteria

ideal untuk masing-masing indikator adalah 75 %. Namun, pada awalnya, sekolah

dapat menetapkan kriteria ketuntasan belajar apakah 50%, 60% atau 70%.

Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan

akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta

ketersediaan sarana dan prasarana. Sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimana

guru tahu bahwa peserta didiknya sudah menguasai suatu kompetensi secara tuntas

atau tidak? Bagi peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar apa

yang harus dilakukan? Sebaliknya, bagi peserta didik yang sudah mencapai kriteria

ketuntasan belajar sementara teman-temannya belum mencapai, apa yang harus

dilakukan?

Seorang peserta didik diketahui sudah menguasai suatu kompetensi secara

tuntas atau tidak dilihat dari nilai yang diperoleh terkait dengan kompetensi

bersangkutan. Apabila nilai peserta didik untuk setiap indikator sama atau lebih

besar dari kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan, dapat dikatakan

bahwa peserta didik itu telah menuntaskan indikator itu. Apabila semua indikator

telah tuntas, dapat dikatakan peserta didik telah menguasai KD bersangkutan.

Page 21: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 18

Dengan demikian, peserta didik dapat diinterpretasikan telah menguasai SK dan

mata pelajaran. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas lebih dari

50%, peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti remedial

untuk indikator yang belum tuntas. Sebaliknya, apabila nilai indikator dari suatu KD

lebih kecil dari kriteria ketuntasan, dapat dikatakan peserta didik itu belum

menuntaskan indikator itu. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang belum

tuntas sama atau lebih dari 50%, peserta didik belum dapat mempelajari KD

berikutnya.

Berikut contoh penghitungan nilai kompetensi dasar dan ketuntasan belajar pada

suatu mata pelajaran.

Kompetensi Dasar Indikator Kriteria

Ketuntasan

Nilai

peserta

didik

Ketunta

san

Menganalisis

dinamika dan

kecenderungan

perubahan litosfer

dan pedosfer

serta dampaknya

terhadap

kehidupan

dimuka bumi

1. Menganalisis keterkaitan

teori tektonik lempeng

terhadap persebaran gunung

api, gempa bumi dan

pembentukan relief muka

bumi

2. Mengidentifikasi ciri bentang

lahan sebagai akibat proses

pengikisan dan

pengendapan

3. Mengidentifikasi degradasi

lahan dan dampaknya

terhadap kehidupan

60%

60%

50%

60

59

59

Tuntas

Tidak

Tuntas

Tuntas

Page 22: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 19

Kompetensi Dasar Indikator Kriteria

Ketuntasan

Nilai

peserta

didik

Ketunta

san

Menganalisis

atmosfer dan

dampaknya

terhadap

kehidupan di

muka bumi

1. Mengidentifikasi ciri-ciri

lapisan atmosfer dan

pemanfaatannya

2. Menganalisis unsur-unsur

cuaca dan iklim (penyinaran,

suhu, angin, kelembaban,

awan, curah hujan)

3. Mengklasifikasikan berbagai

tipe iklim

60%

70%

60%

61

80

90

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai indikator pada kompetensi

dasar 1 cenderung 60. Jadi nilai kompetensi dasar 1 adalah 60 atau 6. Nilai indikator

pada kompetensi dasar ke 2 bervariasi, sehingga dihitung nilai rata-rata indikator.

Jadi nilai kompetensi dasar ke 2 :

7,7 atau 773

908061

Pada kompetensi dasar 1, indikator ke- 2 belum tuntas. Jadi peserta didik perlu

mengikuti remedial untuk indikator tersebut.

Apabila kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan untuk setiap indikator

dirasakan kurang praktis, kriteria ketuntasan belajar bisa ditetapkan untuk setiap

kompetensi dasar dengan cara penghitungan sama seperti untuk indikator yang

diuraikan di atas.

Page 23: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 20

Untuk memantau pencapaian ketuntasan belajar peserta didik, nilai setiap

indikator pada masing-masing kompetensi dasar dapat dimasukkan pada format

kemajuan belajar berikut. Selanjutnya nilai masing-masing KD dapat dimasukkan

dalam Rekap Nilai untuk penghitungan nilai pada rapor.

FORMAT PENILAIAN BERKELANJUTAN

KELAS : ……………………………………….

MATA PELAJARAN : ……………………………………….

No NAMA NIS L/P

Standar Kompetensi

Kode …………….

Kompetensi Dasar …………………………

INDIKATOR

1 2 3 4 5

KK: 75% KK:70% KK: 75% KK: 85% KK: 90%

N NP N NP N NP N NP N NP

1

2

Dst.

Keterangan:

KK = Kriteria Ketuntasan Belajar

N = Nilai

NP = Nilai Perbaikan

Catatan guru :

Page 24: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 21

BAB III

PEMBELAJARAN REMEDIAL DAN PENGAYAAN

Kriteria ketuntasan belajar dapat digunakan untuk mengetahui apakah seorang

peserta didik sudah menguasai kompetensi yang bersangkutan atau tidak. Penetapan

kriteria ketuntasan belajar tentunya disesuaikan dengan kondisi masing-masing satuan

pendidikan. Ketuntasan belajar peserta didik dapat diketahui dari hasil penilaian kelas.

Bagi peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar harus mengikuti

perbaikan atau pembelajaran remedial, sedangkam bagi peserta didik yang mencapai

kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan dapat mengikuti kegiatan

atau pembelajaran pengayaan.

A. Pembelajaran Remedial

1. Pengertian Remedial

Setiap anak dengan kemampuan kognitif normal berpotensi mencapai

kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan, asalkan kepadanya diberikan

waktu dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Akan tetapi

sistem pendidikan di Indonesia terikat dengan waktu di mana sejumlah materi atau

kompetensi mata pelajaran harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu, seperti

dalam satu catur wulan atau satu tahun. Oleh karena itu peserta didik yang belum

mencapai kriteria ketuntasan belajar dalam waktu yang telah ditetapkan perlu

dibantu dengan pengajaran remedial agar mereka dapat mencapai kriteria

ketuntasan yang ditetapkan.

Guru harus percaya bahwa setiap peserta didik dalam kelasnya mampu

mencapai kriteria ketuntasan setiap kompetensi, bila peserta didik mendapat

bantuan yang tepat. Misalnya, memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajar

Page 25: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 22

peserta didik pada waktu yang tepat sehingga kesulitan dan kegagalan tidak

menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak frustasi dalam mencapai

kompetensi yang harus dikuasainya.

Remedial dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar jam efektif,

dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru lain yang memiliki

kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui kekurangan peserta didik.

Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan

belajar. Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi kesempatan

untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab

pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas

mengumpulkan data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara peserta

didik dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam efektif. Remedial

hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.

2. Pembelajaran Remedial

Pada hakekatnya semua peserta didik dengan kemampuan kognitif normal

dapat menguasai kompetensi yang ditentukan, hanya waktu pencapaiannya yang

berbeda antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lain dalam robongan

belajar yang sama. Oleh karena itu, bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat

penguasaan kompetensi dalam waktu yang berlaku umum perlu diberikan program

perbaikan atau disebut dengan pembelajaran remedial.

Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang diberikan kepada peserta

didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar pada kompetensi tertentu,

menggunakan metode yang bervariasi dan diakhiri dengan penilaian ulang untuk

mengetahui apakah peserta didik sudah mencapai tingkat ketuntasan atau belum.

Page 26: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 23

Pembelajaran remedial bertujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dan mencapai kriteria ketuntasan belajar.

Seorang peserta didik diketahui membutuhkan pembelajaran remedial atau

tidak dari hasil ulangan harian yang dilaksanakan sejak awal tahun pelajaran. Apabila

nilai ulangan harian peserta didik lebih kecil dari kriteria ketuntasan belajar maka

peserta didik tersebut perlu mengikuti program remedial. Oleh karena itu, ulangan

harian perlu dilakukan setelah selesai satu atau dua kompetensi dasar (KD), sehingga

seorang guru dengan cepat mengetahui peserta didiknya yang perlu mendapat

bimbingan lebih intensif.

Fungsi pengajaran remedial (Chrisnajanti: 2002):

a) Korektif,

Fungsi ini memungkinkan terjadinya perbaikan hasil belajar peserta didik dan

juga perbaikan segi-segi kepribadian peserta didik.

b) Pemahaman

Fungsi ini memungkinkan peserta didik memahami keberhasilan dan

kelemahannya serta memungkinkan guru menyesuaikan strategi pembelajaran

sesuai dengan kondisi peserta didik.

c) Penyesuaian

Fungsi ini memungkinkan peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungannya

dan memungkinkan guru menyesuaikan strategi pembelajaran dengan

kemampuannya

d) Pengayaan

Fungsi ini memungkinkan peserta didik menguasai materi lebih banyak dan

mendalam serta memungkinkan guru mengembangkan berbagai metode yg

sesuai dengan karakteristik peserta didik

e) Akseleratif

Page 27: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 24

Fungsi ini memungkinkan peserta didik mempercepat proses pembelajarannya

dalam menguasai materi yang disajikan

f) Terapeutik

Fungsi ini memungkinkan terjadinya perbaikan segi-segi kepribadian yg

menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

Berikut beberapa pendekatan pengajaran yang dapat diterapkan dalam

pengajaran remedial, yaitu (Chrisnajanti: 2002):

a. Pendekatan kuratif :

pendekatan yang dilakukan setelah guru mengetahui ada siswa yang gagal

mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat tiga strategi yang dapat dikembangkan

guru melalui pendekatan ini, yaitu: 1)strategi pengulangan, 2) pengayaan dan

pengukuhan, dan 3) percepatan.

b. Pendekatan preventif:

pendekatan yang dilakukan kepada siswa yang sejak awal proses pembelajaran

sudah diduga akan mengalami kesulitan belajar. Stategi yang dapat dilakukan

melalui pendekatan ini,yaitu: 1) kelompok homogen, 2) individual, dan 3) kelas

khusus.

c. Pendekatan yang bersifat pengembangan:

pendekatan yang didasarkan pada pemikiran bahwa kesulitan siswa harus

diketahui guru sedini mungkin agar dapat diberikan bantuan untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien mungkin.

Pembelajar remedial dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas dengan

berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:

Page 28: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 25

1. Menyelenggarakan pembelajaran ulang dengan metode dan media yang

berbeda dari yang awal dan bervariasi

2. Peserta didik belajar mandiri atau pemberian bimbingan secara khusus

3. Guru memberikan tugas/latihan bagi peserta didik secara individual atau

kelompok kecil

4. Peserta didik belajar dalam kelompok kecil dengan bimbingan alumni atau

tutor sebaya

Semua cara di atas harus diakhiri dengan penilaian untuk mengetahui apakah

peserta didik bersangkutan sudah mengalami kemajuan belajar.

B. Pembelajaran Pengayaan

1. Pengertian Pengayaan

Pembelajaran atau kegiatan Pengayaan merupakan kegiatan penguatan pada

kompetensi tertentu bagi peserta didik yang sudah mencapai kriteria minimal

ketuntasan belajar untuk kompetensi bersangkutan, sementara peserta didik lainnya

dalam kelas yang sama belum mencapai. Peserta didik yang telah mencapai

kompetensi lebih cepat dari peserta didik lain dapat mengembangkan dan

memperdalam kecakapannya secara optimal melalui pembelajaran pengayaan.

Pembelajaran pengayaan memberi kesempatan bagi peserta didik yang

memiliki kelebihan sehingga mereka dapat mengembangkan bakat dan minat serta

mengoptimslkan kecakapannya. Tidak semua peserta didik bisa mendapatkannya

pada kompetensi yang sama. Bagi peserta didik yang secara konsisten selalu

mencapai kompetensi lebih cepat, dapat diberikan program akselerasi.

Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar jam efektif.

Bagi peserta didik yang secara konsisten selalu mencapai kompetensi lebih cepat,

Page 29: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 26

dapat diberikan program akselerasi. Sebagai bagian integral dari kegiatan

pembelajaran, kegiatan pengayaan ini tidak lepas dari kegiatan penilaian. Penilaian

hasil pemb pengayaan tidak sama dengan kegiatan pembeajaran biasa tetapi harus

dihargai sebagai nilai lebih dari peserta didik lainnya yang ikut remedial.

Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan lebih

cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang mencapai

ketuntasan belajar ketika sebagian besar peserta didik yang lain belum. Peserta didik

yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat mengembangkan

potensi secara optimal. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi

tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk

memperkaya kompetensi yang telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan

dapat menambah nilai npeserta didik pada mata pelajaran bersangkutan.

2. Pembelajaran Pengayaan

Pembelajaran/kegiatan pengayaan dapat dilaksanakan dalam bentuk seperti berikut

1. belajar kelompok (sekelompok pesertsa didik yang memiliki minat tertentu

diberikan pelajaran bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil

menunggu teman-temannya yang sedang mengikuti pembelajaran remedial)

2. belajar mandiri (secara mandiri peserta didik belajar tentang sesuatau yang

diminati)

3. Pemadatan kurikulum (pemberian pelajaran hanya untuk kompetensi materi

yang belum diketahui peserta didik)

4. Memberikan tugas membaca secara mandiri

5. Menugaskan sebagai tutor sebaya

Page 30: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 27

BAB IV

PENUTUP

Sesuai dengan perundang-undangan yan berlaku, setiap peserta didik berhak

mendapatkan layanan sesuai dengan karakteristik mereka, sehingga satuan pendidikan

perlu merancang program yang sesuai dengan karakteristik individu peserta didik.

Pembelajaran tuntas berperan penting mendorong peserta didik menguasai

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditargetkan untuk dicapai dan juga

memberi kesempatan bagi semua peserta didik untuk mengembangkan

kemampuannya sesuai potensi dan minatnya. Namun banyak faktor yang dapat

menghambat pencapaian tersebut, karena itu peserta didik yang mengalami kesulitan

dalam menguasai kompetensi perlu diberikan pembelajaran perbaikan atau disebut juga

dengan pembelajaran remedial. Program remedial dapat mendorong peserta didik ya

ng mengalami kesulitan belajar untuk mencapai ketuntasan belajar. Karena itu, satuan

pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran remedial bagi peserta

didiknya agar mereka mencapai ketuntasan belajar. Sebaliknya, bagi peserta didik yang

mampu menguasai kompetensi lebih cepat dari teman-temannya perlu diakomodasi

dengan memberikan pembelajaran atau kegiatan pengayaan yang dapat

mengembangkan potensi peserta didik tersebut secara optimal. Karena itu satuan

pendidikan perlu menyediakan program atau kegiatan pengayaan bagi peserta didik

yang cepat tersebut, sehingga potensi mereka dapat tersalurkan dengan baik.

Page 31: Program pengayaan dan remedial

Program Remedial Page 28

DAFTAR PUSTAKA

Block, J. (1971). Mastery learning: Theory and practice. New York: Holt, Rinehart, &

Winston

Bloom, B. (1971). Mastery learning. New York: Holt, Rinehart, & Winston

Chrisnajanti, Wiwik. 2002). Pengaruh Program Remedial terhadap Ketuntasan Belajar

Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur nomor 1 tahun 1, edisi Maret

Carroll, J. (1963). A model for school learning. Teachers College Record, 64, 723-733.

Davis, Denese and Jackie Sorrell, (1995, December). Mastery learning in public

schools. Educational Psychology Interactive. Paper prepared for PSY 702:

Conditions of Learning. Valdosta, GA: Valdosta State University. from

http://teach.valdosta.edu/whuitt/files/mastlear.html

Gagne, et al. Principles of instructional design

Hayat, Bahrul. Makalah berjudul Penilaian Kelas (Classroom Assessment) Dalam

Penerapan Standar Kompetensi.


Top Related