Download - Praktek Pengelasan

Transcript
Page 1: Praktek Pengelasan

Kata pengantar

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang karena berkat limpahan Rahmat dan

Karunia-Nya saya dapat menyusun Laporan Praktek Pengelasan ini dengan baik dan tepat waktu.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Pengelasan yang menyangkut

dengan mata kuliah Praktek Pengelasan. kami mengharapkan semoga nantinya laporan ini dapat

berguna bagi ketuntasan nilai saya dalam mata kuliah Praktek Pengelasan,serta saya juga

berharap semoga laporan ini bermanfaat unutk semua pembaca dan dapat dimengerti .

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh

karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat

membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan

makalah selanjutnya.

Jakarta, November 2013

Penulis

Page 2: Praktek Pengelasan

Abstrak

Pengelasan merupakan cara yang umum digunakan untuk menyambung logam secara permanen,

dimana input panas diberikan pada logam hingga mencair dan menyambungnya dalam suatu

sambungan yang permanen

Page 3: Praktek Pengelasan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai proses

pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi bangunan

baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi

manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan karena memiliki

beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik pengelasan

menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya.

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan kalor

dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Menyatunya dua logam ini juga disebabkan oleh ikatan

dan gaya tarik menarik antar atom nya.

Pada waktu sekarang ini Teknik Las Terak di pergunakan secara luas dalam

penyambungan barang-barang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Di

dalam dunia industri, banyak sekali macam pengelasan yang sering digunakan salah satunya

adalah proses pengelasan busur listrik dengan menggunakan bahan fluks sebagai elektroda.

Dalam las elektroda terbungkus bahan fluks memegang peranan penting karena bahan fluks

berfungsi sebagai sumber terak, pengatur penggunaan, sebagai sumber unsur paduan, dan

pemantap busur. Selain bahan fluks, las elektroda terbungkus juga menggunakan listrik arus

AC (bolak-balik) dan Arus DC (arus searah), tetapi yang sering dipakai yaitu listrik arus AC

(Bolak-Balik). Sedangkan arus DC (Arus Searah) hanya digunakan untuk pelat-pelat yang

amat tipis.

Penggunaan teknik las tersebut secara luas dalam penyambungan batang pada

konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya pengunaan teknologi ini

disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik

penyambungan ini menjadi lebih ringan dan proses pembuatannya juga lebih sederhana,

sehingga biaya keseluruhannya menjadi lebih murah.

Salah satunya yang lazim digunakan dalam pengelasan yaitu mempergunakan SMAW

(shielded metal arc welding), las busur nyala listrik terlindung, adalah pengelasan dengan

Page 4: Praktek Pengelasan

mempergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis las ini yang

paling lazim dipakai di mana-mana untuk hampir semua keperluan pengelasan.

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari Praktek Pengelasan ini adalah:

1. Mengetahui dasar teori SMAW (Shielded Metal Arc Welding

2. Mengetahui macam-macam posisi dalam pengelasan

3. Mengetahui cara pemotongan pelat

4. Mengetahui Las Titik dan Las Flat

5. Melatih keterampilan las busur,dan mampu mengerjakan penyambungan plat besi/baja.

I.3 Permasalahan

1. Apa pengertian dari las SMAW dan bagaimana langkah langkahnya ?

2. Bagaimana posisi posisi dalam pengelasan ?

3. Bagaimana cara memotong plat dan persiapan dalam pengelasan ?

4. Bagaimana cara Las Titik dan Las Flat ?

Page 5: Praktek Pengelasan

BAB II

DASAR TEORI

II.1 SMAW (Shielded Metal Arc Welding

SMAW adalah salah satu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik berbentuk

busur arus dan elektroda berselaput. Dalam proses pengelasan SMAW ini terjadi gas

penyelimut ketika elektroda terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak

diperlukan tekanan/pressure gas inert untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat

menyebabkan korosi atau gelembung-gelembung didalam hasil las-lasan. Proses pengelasan

terjadi karena arus listrik yang mengalir diantara elektroda dan bahan las membentuk panas

sehingga dapat mencapai 3000 °C, sehingga membuat elektroda dan bahan yang akan dilas

mencair.

Berdasarkan jenis arusnya, pengelasan ini dapat dibagi menjadi arus AC dan DC, dimana

arus DC dibedakan atas Straight polarity - polaritas langsung dan Reverse polarity -

polaritas terbalik. Sedang mesin lasnya terbagi atas dua jenis yaitu constant current - arus

tetap dan constant voltage - tegangan tetap, dimana pada setiap pengelasan busur arus listrik

jika terjadi busur yang membesar akan menurunkan arus dan menaikkan tegangan serta pada

busur yang memendek akan meningkatkan arus dan menurunkan tegangan.

Mesin listrik dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu mesin las AC dan mesin las DC. Mesin

las AC biasanya berupa trafo las, sedangkan mesin las DC selain trafo yang dilengkapi

dengan rectifier atau diode ( pengubah arus bolak balik menjadi arus searah ) biasanya

menggunakan motor penggerak baik mesin disel atau motor bensin dan motor listrik. Mesin

las AC yang menggunakan transformator atau trafo las. Saat ini banyak digunakan mesin las

DC karena DC mempunyai beberapa kelebihan dari pada mesin las AC, seperti misalnya

busur stabil, polaritas dapat diatur.

Page 6: Praktek Pengelasan

Elektrode Las, sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan flux, yang

berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari kontaminasi udara

sekelilingnya. Selain itu fluk berguna juga untuk membentuk terak las yang juga berfungsi

melindungi cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan elektrode ini merupakan campuran

kimia yang komposisisnya sesuai dengan kebutuhan pengelasan.

Pemilihan elektroda berdasarkan :

a. Material (base metal) composition

b. Posisi pengelasan

c. Bentuk desain sambungan

d. Arus las, AC atau DC polaritas EP / EN

e. Persyaratan penetrasi, Heat Input

f. Biaya operasional, deposition rate

g. Juru las (welder qualification) untuk spesial proses

Menurut AWS (American Welding Society) elektrode diklasifikasikan dengan huruf E

dan diikuti empat atau lima digit sebagai berikut E xxxx (x) . Dua digit yang pertama atau

tiga digit menunjukan kuat tarik hasil las tiga digit menunjukan kuat tarik lebih dari 100.000

psi sedangkan dua digit menunjukan kuat tarik hasil lasan kurang dari 100.000 psi.

Sebagai contoh elektrode E 6013 mempunyai kuat tarik 60.000 psi (42 Kg/mm2 ).

Sedangkan angka digit ketiga atau keempat bagi yang kuat tariknya lebih besar 100.000 psi

( 70 Kg/mm2 ) digit selanjutnya menujukan posisi pengelasan, apabila angkanya 1 berarti

untuk segala posisi.pengelasan, angka 2 berarti las datar atau horizontal dan angka 3

menunjukan untuk pengelasan datar saja. Digit yang terakhir menunjukan jenis dari

campuran kimia dari lapisan elektrode.

Page 7: Praktek Pengelasan

Beberapa keuntungan SMAW :

a) Peralatan yang digunakan tidak rumit, tidak mahal, dan mudah dipindahkan

b) Elektrodenya telah terdapat flux

c) Sensitivitasnya terhadap gangguan pengelasan berupa angin cukup baik

d) Dapat dipakai untuk berbagai posisi pengelasan

II.2 Posisi Pengelasan

Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini adalah

menyesuaikan posisi pengelasan. Penempatannya apakah posisi

• 1F, 2F, 3F, 4F, 5F, 6F

• 1G, 2G, 3G, 4G plate

• 1G, 2G, 5G, 6G, 6GR (pipa)

contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut :

Keterangan pengelasan pada pelat:

1G & 1F

Untuk pengelasan posisi 1G dan 1F, kemiringan elektroda 10o sampai 20o

terhadap garis vertikal kearah jalan elektroda (arah pengelasan).

Page 8: Praktek Pengelasan

Untuk pengelasan 1F, benda kerja dimiringkan 45o sehingga bagian yang akan

dilas membentuk ”V”.

2G & 2F

Pada posisi 2G kedudukan benda dibuat tegak dan arah pengelasan mengikuti

garis horisontal. Posisi elektroda dimiringkan kira-kira 5o sampai 10o kebawah, untuk

menahan lelehan logam cair, dan 20o kearah lintasan las (sudut jalan elektroda 70o).

Sedangkan untuk 2F, posisi benda kerja tegak lurus. Kemiringan elektroda 45o

terhadap garis vertikal dan 10o sampai 20o terhadap garis vertikal kearah jalan

elektroda.

3G & 4F

Dalam mengelas vertical (3G & 3F), cairan logam cenderung mengalir kebawah.

Kecenderungan penetesan dapat diperkecil dengan memiringkan elektroda 10o

sampai 15o kebawah.

4G & 4F

Posisi pengelasan diatas kepala (4G & 4F), bila benda kerja berada pada daerah

sudut 45o terhadap garis vertikal, dan juru las berada dibawahnya.

Pengelasan posisi diatas kepala (4G & 4F) , sudut jalan elektroda berkisar antara

70o sampai 85o tegak lurus terhadap benda kerja.

Untuk 4F, posisi benda kerja membentuk “T” kemiringan elektroda terhadap

garis vertikal sebesar 45o.

Posisi pengelasan pada pipa:

Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa

diputar dan pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas

material.

Page 9: Praktek Pengelasan

Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa

Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas

diawali dari bagian bawah terus melingkan berhenti di

pipa bagian atas pada sisi sebelahnya.

Posisi pengelasan di samping adalah posisi 6G.

pemasangan pipa dimiringkan 45 derajat terhadap sumbu

horizontal. pengelasan dilakukan dari pipa bagian bawah

terus melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas.

dilanjutkan dengan pengelasan sebaliknya diawali dari

bawah dan terus melingkar berhenti di bagian atas.

II.3 Pemotongan Pelat

Hacksaw adalah gergaji khusus pemotong logam, bisa juga dipakai untuk

memotong plastik atau pipa keras. Mata gergajinya halus dan jarak mata gergajinya pun

rapat. Bahannya terbuat dari besi baja dan carbon steel. Jika mata gergaji telah tumpul,

tidak dapat dikikir dan harus

diganti.

Page 10: Praktek Pengelasan

Yang perlu diperhatikan sebelum menggergaji adalah bilah gergaji harus ditegangkan

di bingkainya dengan gigi gergaji mengarah kearah pemotongan dan harus kuat menahan

tekanan akibat penggergajian,jika tidak,pemotongan akan menyimpang .

Cara pemakaian gergaji tangan :

1. Pastikan pitch telah sesuai dan arah gergaji ke depan

2. Atur tegangan bilah secukupnya

3. Tandai dan ukur benda kerja yang akan dipotong

4. Gunakan tekanan tangan pada saat mengayun ke depan dan lepaskan tekanan saat

ayunan ke belakang (50 ayunan/menit)

5. Kurangi tekanan dan kecepatan ayunan saat benda kerja hampir putus

II.4 Starting Welding SMAW

Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan

disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah

elektroda).

Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan singkat ujung

elektroda dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak

yang pendek.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya

sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam

induk.

b. Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk

memanaskan logam induk.

c. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis

tengah penampang tadi.

Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan

maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda

dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru

kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.

Page 11: Praktek Pengelasan

Pemadaman busur sebaiknya tidak dilakukan ditengah-tengah kawah las tetapi agak

berputar sedikit

II.5 Las Titik

Las titik adalah pengelasan memakai metode resistansi listrik dimana pelat lembaran

dijepit dengan dua elektroda. Ketika arus dialirkan maka terjadi sambungan las pada posisi

jepitan. Siklus pengelasan titik dimulai ketika elektroda menekan pelat dimana arus belum

dialirkan. Waktu proses ini disebut waktutekan. Setelah itu arus dialirkan ke elektroda

sehingga timbul panas pada pelat di posisi elektroda sehingga terbentuk sambungan las.

Waktu proses ini disebut waktu las. Setelah itu arus dihentikan namun tekanan tetap ada dan

proses ini disebut waktu tenggang. Kemudian logam dibiarkan mendingin sampai

sambungan menjadi kuat dan tekanan di hilangkan dan pelat siap dipindahkan untuk

selanjutnya proses pengelasan dimulai lagi untuk titik yang baru.

Mesin Las Titik secara umum hampir sama dengan mesin las listrik. Mesin Las Titik

berfungsi sebagai penyambung tetapi tdak menggunakan elektroda dan digunakan untuk

menitik pada plat-plat/body mobil.

Jenis sambungan dengan las titik digunakan untuk mencapai efesiensi kerja yang tinggi

pada penyambungan 2 jenis logam, pada konstruksi dengan bentuk yang rumit dan pada

konstruksi dengan plat tipis.

Page 12: Praktek Pengelasan

II.6 LAS FLAT

Posisi pengelasan ini adalah posisi yang paling banyak dilakukan seorang operator las

pada dunia kerja. Untuk melakukan pekerjaan las datar perlu diperhatikan

kedudukan/posisi elektroda terhadap base material.

Yang dimaksud posisi datar adalah dimana material/pelat kerja berada dibawah tangan

operator, edangkan elektroda lurus kebawah pada las-lasan . Posisi ini adalah posisi yang

paling ideal dari pekerjaan pengelasan shingga faktor kesulitan lebih kecil dibandingkan

dengan posisi yang lain.

Page 13: Praktek Pengelasan

BAB III

PERALATAN DAN CARA KERJA

III.1 Perlatan dan Bahan

1. Perlatan yang digunakan

A. Peralatan Keselamatan

a. Wearpack

b. Sarung tangan

c. Kaca mata/Helm las listrik

d. Sepatu kulit

e. Masker

B. Peralatan Las

a. Mesin Las SMAW,dalam hal ini terdapat:

Kabel tenaga

Trafo las (generator)

Kabel massa

Kabel elektroda

Pemegang elektroda

Penjepit massa

b. Meja las

c. Palu terak

d. Sikat besi

C. Bahan

a. Plat besi (2 buah dengan panjang masing-masing 20cm)

b. Elektroda

Page 14: Praktek Pengelasan

III.2 Cara Kerja

1. P ra k t i k Pembua t an Las A lu r Lu rus pad a P l a t Bes i

a . Gunakan s e lu ruh pe ra l a t an ke se l ema tan .

b. Mem per s i apka n a l a t da n baha n yang d ibu tuhkan , pa sang s e lu ruh

komponen yang t e rdapa t d i mes in l a s

c. Siapkan plat besi dengan ukuran panjang 20 cm

d. Jepitkan penjepit massa ke ujung plat, dan jepitkan elektroda di bagian

penjepit elektoda.

e. Menyalakan mesin las listrik dengan kekuatan ampere 60-70 A.

f. Me l akukan u j i coba l a s pada ben da l a i n , aga r memudahkan

da l am  penyalaan elektroda.

g. M e n a r u h   b e n d a   k e r j a   p a d a   t e m p a t   d u d u k a n   u n t u k

d i l a k u k a n  pengelasan

h. Lakukan proses pengelasan pembuatan alur lurus dibagian tengah plat.

i. Hilangkan terak yang menutupi hasil pengelasan dengan mengetokkan palu terak

kebagian yg dilas.

j. Diamkan plat beberapa saat untuk proses pendinginan

k. Bersihkan tempat kerja seperti semula.

2. Praktik Penyambungan 2 buah Plat Besi dengan Las Listrik

a. Gunaka seluruh perlatan keselamatan

b. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan,pasnag seluruh komponen yang

terdapat dimesin las.

c. Siapkan 2 buah plat besi dengan ukuran panjang masing-masing 20 cm.

d. Jepitkan penjepit massa ke ujung plat dan jepitkan ujung elektroda ke penjepit

elektroda.

e. Menyalakan mesin las listrik dengan kekuatan ampere 60-70 A

f. Melakukan uji coba las pada benda lain, agar memudahkan dalam penyalaan

elektroda.

g. Menaruh benda kerja pada tempat dudukan untuk dilakukan pengelasan.

Page 15: Praktek Pengelasan

h. Memberi las titik pada kedua ujung persinggungan benda kerja untuk memudahkan

dalam proses penyambungan, dengan toleransi jarak antar benda kerja kira-kira 1 –

2 mm, sehingga mencegah pemuaian benda kerja serta benda kerja lebih menyatu

secara maksimal

i. Melakukan penyambungan benda kerja dengan alur lurus diantara dua buah benda

kerja.

j. Hilangkan terak yang menutupi hasil pengelasan dengan mengetokkan palu terak

kebagian yg dilas.

k. Diamkan plat beberapa saat untuk proses pendinginan

l. Bersihkan tempat kerja seperti semula.

III.3 Hambatan Saat Praktek

Beberapa hambatan yang dialami:

1. Waktu yang terbatas dalam praktik pengelasan dikarenakan bergantian kloter.

2. Masih belum terbiasa dengan peralatan yang ada, seperti masih sedikit rumit

memegang sesuatu dikarenakan menggunakan sarung tangan yang cukup besar,tangan

yang masih gemetar ketika proses pengelasan

3. Perlu banyak belajar dan terbiasa dengan proses pengelasan, baik posisi pengelasan,

jenis alur yang digunakan untuk menghasilkan hasil las yang baik dan benar.

Page 16: Praktek Pengelasan

BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang talah dilaksanakan dapat saya simpulkan bahwa :1.  Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan dalam jangka waktu

yang tidak singkat.2.  Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan hasil lasan. Jika

terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk cairan elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu lambat akan menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar dan kuat, hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). Oleh karena itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.

3.  Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan ujung elektroda tidak stabil saat digunakan untuk mengelas. Seperti tangan kita gemetar. Tetapi jika elektroda sudah setengah dalam mengelas ini relatif cukup stabil.

4.   Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil lasan. Jika terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja dan jika terlalu jauh lelehan elektroda tidak akan menumpuk dan jika sangat jauh elektroda akan mati

5. Mengubah setelan ampere pada mesin las listrik, dapat mempengaruhi hasil dari pengelasan pada benda kerja. Semakin tinggi ampere nya, penyalaan las semakin mudah. Akan tetapi hal tersebut dapat menyebabkan benda kerja menjadi berlubang atau meleleh, terutama pada benda kerja yang tipis. Semakin rendah amperenya, maka penyalaan lasagak sulit, hasilnya juga kurang baik. Intinya yaitu perlu adanya penyesuaian setelan ampere mesin las sebelum melakukan pengelasan antara jenis benda kerja dengan ukuran elektroda yang akan digunakan


Top Related