Download - PPT Githa 2

Transcript
  • * FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

    SITI DHANIA BUGITA HAERISA(010.06.0009)

  • *BRONKOPNEUMONIA

  • *IDENTIFIKASINama: An. AYUmur: 1,8 tahunJenis kelamin: perempuan Berat badan: 10 kgTinggi badan: -Agama: islamBangsa: WNIAlamat: SekarbelaMRS: 17 januari 2015

    ANAMNESA(Alloanamnesa dengan ibu penderita, januari 2015)Keluhan utama: sesak nafasKeluhan penyerta: demam naik turun, batuk

  • *

  • *

  • Keadaan UmumKesadaran: compos mentisNadi: 118 x/menitPernapasan: 45 x/menitSuhu: 38,3 0CBerat badan: 10 kgTinggi badan: -Lingkar kepala: -Anemis: tidak adaSianosis: tidak adaIkterus: tidak adaTurgor: baikEdema: tidak ada

    *

  • *

  • *

  • *

  • *

    TanggalKeterangan17 januari 2015Perawatan hari 1BB = 10 kgS/ sesak (+) sejak 1 hari yang lalu, batuk (+), pilek (+), BAB (+) dbn, BAK (+) dbn, Demam (+) naik turun, kejang (-), O/ TTV: HR = 118 x/menit RR = 45 x/menit T = 38,30CKepala: NormosepaliMata: CA -/-, SI -/-, sekret (-)Hidung: pernafasan cuping hidung (+)Leher : pembesaran KGB (-)Thorax: simetris +/+, retraksi (+)Pulmo: Ves +/+, Rh +/+, Wh -/-Cor : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen : distensi (-), BU (+) normalEktremitas : Akral hangat (+), edema (-)A/ BronkopneumoniaP/ O2 intranasal 2 liter/menit IVFD D5 NS 10 tetes/menit Sanmol Syr 3 x 1 cth Ampicillin 4 x 500 mg (IV) Gentamicin 2 x 75 mg (IV) Nebu Farbiven ampul + NaCl 2 cc setiap 8 jam Diet Makanan Lunak + PASI Cek lab. DL dan Rontgen Thorax

  • *

    18 januari 2015Perawatan hari 2BB = 10 kgS/ demam (-), makan (-), PASI (+), BAB (+), BAK (+), Sesak (+), Batuk (+) berdahak, Muntah (-), O/ TTV: HR= 120 x/menit RR = 70 x/menit T = 36,50CKepala: NormosepaliMata: CA -/-, SI -/-, sekret (-)Hidung: pernafasan cuping hidung (+)Leher : pembesaran KGB (-)Thorax: simetris +/+, retraksi (+)Pulmo: Ves +/+, Rh +/+, Wh -/-Cor : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen : distensi (-), BU (+) normalEktremitas : Akral hangat (+), edema (-)A/ BronkopneumoniaP/ O2 intranasal 2 liter/menit IVFD D5 NS 10 tetes/menit Ampicillin 4 x 500 mg (IV) Gentamicin 2 x 75 mg (IV) Nebu Farbiven ampul + NaCl 2 cc setiap 8 jam Diet Makanan Lunak + PASI

  • *

    19 januari 2015 Perawatan hari 3BB=10 kgS/ demam (-), batuk (+), pilek (-), BAB (-), BAK (+), sesak (+), makan (+), minum/PASI (+)O/ TTV: HR= 119 x/menit RR = 40 x/menit T = 36,50CKepala: NormosepaliMata: CA -/-, SI -/-, sekret (-)Hidung: pernafasan cuping hidung (-)Leher : pembesaran KGB (-)Thorax: simetris +/+, retraksi (+)Pulmo: Ves +/+, Rh +/+, Wh -/-Cor : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen : distensi (-), BU (+) normalEktremitas : Akral hangat (+), edema (-)A/ BronkopneumoniaP/ O2 intranasal 2 liter/menit IVFD D5 NS 10 tetes/menit Ampicillin 4 x 500 mg (IV) Gentamicin 2 x 75 mg (IV) Nebu Farbiven ampul + NaCl 2 cc /24 jam Diet Makanan Lunak + PASI on demand

  • *

    20 januari 2015Perawatan hari 4BB = 10 kgS/ Demam (-), Sesak (-), batuk (+) sudah jarang, pilek (-), BAB (+), BAK (+), makan (+), minum/PASI (+)O/ TTV: HR= 120 x/menit RR = 30 x/menit T = 36,50CKepala: NormosepaliMata: CA -/-, SI -/-, sekret (-)Hidung: pernafasan cuping hidung (-)Leher : pembesaran KGB (-)Thorax: simetris +/+, retraksi (-)Pulmo: Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-Cor : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen : distensi (-), BU (+) normalEktremitas : Akral hangat (+), edema (-)A/ BronkopneumoniaP/ O2 Aff IVFD D5 NS 10 tetes/menit Ampicillin 4 x 500 mg (IV) Gentamicin 2 x 75 mg (IV) Nebu Farbiven Stop Diet Makanan Lunak + PASI on demand

  • Definisi Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkusataubronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution)(Bennete, 2013).

    *

  • Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun(Bradley et.al., 2011). Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotik secara empiris (IDAI, 2010

    *

  • *(Kanji and Devlin, 2008)

    UsiaEtiologi yang seringEtiologi yang jarangLahir 20 hariBakteriBakteriE ColliBakteri AnaerobStreptococcus grup BStreptococcus grup CListeria monocytogenesHaemophillus influenzaStreptococcus pneumoniaeVirusCMVHMV3 minggu 3 bulanBakteriBakteriClamydia trachomatisBordetella pertusisStreptococcus pneumoniaeHaemophillus influenza tipe BVirusMoraxella catharalisAdenovirusStaphylococcus aureusInfluenzaVirusParainfluenza 1,2,3CMV

  • *(Kanji and Devlin, 2008)

    4 bulan 5 tahunBakteriBakteriClamydia pneumoniaeHaemophillus influenza tipe BMycoplasma pneumoniaMoraxella catharalisStreptococcus pneumoniaStaphylococcus aureusVirusNisseria meningitidesAdenovirusVirusRinovirusVarisela ZosterInfluenzaParainfluenza5 tahun remajaBakteriBakteriClamydia pneumoniaeHaemophillus influenzaMycoplasma pneumoniaLegionella spStreptococcus pneumoniaStaphylococcus aureusVirusAdenovirusEpstein-BarrRinovirusVarisela ZosterInfluenzaParainfluenza

  • Pneumoniakhususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif(Bennete, 2013).

    *

  • *Klasifikasi

  • 1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada.2. Badan Panas3. Ronkhi basahhalus-sedang nyaring (crackles)4. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3neutrofil yang predominan)

    *

  • Pneumonia ringan- amoxicillin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari. Diwilayah resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikkan sampai 80-90 mg/kgBB.- kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB sulfametoksazol 20 mg/kgBB) dibagi dalam 2 dosis sehari selama 5 hariPneumonia berat- kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam- seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam- ampisilin 50 mg/kgBB i.m sehari 4 kali, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari sekali- benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari sekali- pemberian antibiotik diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpa komplikasi, sampai saat ini tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi antibiotik optimal.

    *

  • Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :- ampicillin + amioglikosid- amoksisillin + asam klavulanat- amoksisillin + aminoglikosid- sefalosporin generasi ke-3Bayi dan anak usia prasekolah (2 bulan-5 tahun)- beta laktam amoksisillin- amoksisillin-amoksisillin klavulanat- golongan sefalosporin- kotrimoksazol- makrolid (eritromisin)Anak usia sekolah (> 5 tahun)- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun

    *

  • pemberian oksigen lembab 2-4 liter/menit sampai sesak nafas hilag atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torrpemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal 0,5 x 0,3 x defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah setiap 4-6 jam. Bila analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal bikarbonat 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg).obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan menghamburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung.Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empysema, abses paru yang menyebabkan antibiotik tidak efektif) (IDAI, 2005).

    *

  • Otitis media akut (OMA): terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paruEfusi pleuraEmfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleuraMeningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otakAbses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

    *

  • Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi (Behrman, 2000).

    *

  • Seorang anak perempuan berusia 1,8 tahun berat 10 kg datang dengan keluhan sesak nafas. Dari anamnesa didapatkan adanya riwayat batuk dan pilek disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan tidak disertai kejang sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit keadaan penderita semakin berat. Sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktivitas, posisi, dan cuaca. Dari anamnesis, didapatkan gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis bronkopneumonia yaitu didapatkan adanya sesak nafas yang timbul setelah adanya batuk dan pilek yang disertai demam.

    *

  • Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi 118 x/menit, pernafasan 45 x/menit, suhu 38,30C. Pada pemeriksaan khusus didapatkan nafas cuping hidung, pada isnpeksi thorax terlihat adanya retraksi pada epigastrik, pada palpasi didapatkan stermfremitus meningkat pada kedua lapang paru, pada perkusi didapatkan suara sonor pada kedua lapang paru, pada auskultasi vesikuler menguat di kedua lapang paru dan didapatkan rhonki dan wheezing tidak ada. Oleh karena itu, kesan yang menonjol pada pasien adalah terdapat peningkatan usaha pernapasan yang merupakan salah satu ciri khas pada bronkopneumonia

    *

  • *

  • Behrman, Richard E, dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I. Jakarta: EGC. Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. Bradley J.S., et all. 2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America.Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630Guyton, Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 2. Jakarta: EGCKapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. 2000. Jakarta: Media Aesculapius FKUIPedoman Diagnosis dan Terapi Kesehatan Anak. 2005. Bandung: UNPADPerhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2005. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Bandung: PDPIIkatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid I. Jakarta: IDAIPrice SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGCSoeparman, Waspadji S. 1999. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

    *

  • TERIMA KASIH*

    Efektivitas fosfomisin pada pasien kraniotomi pasca cedera otak (studi analisis prospektif observasional kohort pasien IRD RSUD Dr. Soetomo)Latar belakang proposal tesis ini, sebagai berikut:- Cedera otak di RSUD Dr. Soetomo merupakan masalah serius, hal ini dilihat dari angka mortalitas yg msh tinggiTingginya angka mortalitas tersebut berkaitan dg terbentuknya hematoma intrakranial, namun hal itu dapat dicegah dg kraniotomiKomplikasi yang plg sering dari kraniotomi adalah ILO. Kraniotomi termasuk operasi bersih dg angka kejadian ILO 0,8-5%, namun angka mortalitas akibat ILO tergolong tinggi hingga 40%. Operasi pada kondisi darurat dapat meningkatkan risiko ILO. Hasil meta analisis menunjukkan bahwa antibiotika profilaksis dapat menurunkan kejadian ILO sebesar 0,3-3%. Oleh karena itu, antibiotika profilaksis sangat penting peranannya. Latar belakang proposal tesis ini, sebagai berikut:- Cedera otak di RSUD Dr. Soetomo merupakan masalah serius, hal ini dilihat dari angka mortalitas yg msh tinggiTingginya angka mortalitas tersebut berkaitan dg terbentuknya hematoma intrakranial, namun hal itu dapat dicegah dg kraniotomiKomplikasi yang plg sering dari kraniotomi adalah ILO. Kraniotomi termasuk operasi bersih dg angka kejadian ILO 0,8-5%, namun angka mortalitas akibat ILO tergolong tinggi hingga 40%. Operasi pada kondisi darurat dapat meningkatkan risiko ILO. Hasil meta analisis menunjukkan bahwa antibiotika profilaksis dapat menurunkan kejadian ILO sebesar 0,3-3%. Oleh karena itu, antibiotika profilaksis sangat penting peranannya. Latar belakang proposal tesis ini, sebagai berikut:- Cedera otak di RSUD Dr. Soetomo merupakan masalah serius, hal ini dilihat dari angka mortalitas yg msh tinggiTingginya angka mortalitas tersebut berkaitan dg terbentuknya hematoma intrakranial, namun hal itu dapat dicegah dg kraniotomiKomplikasi yang plg sering dari kraniotomi adalah ILO. Kraniotomi termasuk operasi bersih dg angka kejadian ILO 0,8-5%, namun angka mortalitas akibat ILO tergolong tinggi hingga 40%. Operasi pada kondisi darurat dapat meningkatkan risiko ILO. Hasil meta analisis menunjukkan bahwa antibiotika profilaksis dapat menurunkan kejadian ILO sebesar 0,3-3%. Oleh karena itu, antibiotika profilaksis sangat penting peranannya. Bila dibandingkan dengan plasebo, antibiotika profilaksis baik kombinasi seperti sefazolin + gentamisin, maupun tidak seperti vankomisin dapat menurunkan kejadian ILO secara signifikanPemberian beberapa AB profilaksis yg berbeda tidak menyebabkan perbedaan kejadian ILO yg signifikan. Ini terlihat dari penelitian yg membandingkan efektifitas seftizoksim dg kombinasi vankomisin+gentamisin, maupun sefotaksim dg kombinasi trimetoprim+sulfametoksazol. Di RSUD dr Soetomo, fosfomisin digunakan sebagai profilaksis kraniotomi pd pasien pasca CO. Namun efektivitasnya belum diketahui, oleh karena itu peneliti berniat melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Pemberian beberapa AB profilaksis yg berbeda tidak menyebabkan perbedaan kejadian ILO yg signifikan. Ini terlihat dari penelitian yg membandingkan efektifitas seftizoksim dg kombinasi vankomisin+gentamisin, maupun sefotaksim dg kombinasi trimetoprim+sulfametoksazol. Di RSUD dr Soetomo, fosfomisin digunakan sebagai profilaksis kraniotomi pd pasien pasca CO. Namun efektivitasnya belum diketahui, oleh karena itu peneliti berniat melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Perlu diketahui bhw cedera otak diklasifikasikan berdasarkan skor GCS menjadi COB, COS, COR Kraniotomi bertujuan untuk evakuasi hematoma dilakukan dg indikasi tertentu,diantaranya pasien dg GCS 6-8 dg hematoma di daerah frontal/temporal yg menyebabkan pergeseran midline 5 mmLuka operasi akan mengalami 4 fase dalam proses penyembuhannya. Fase homeostasis yang terjadi dalam hitungan detik hingga jamFase inflamasi yang terjadi dalam hitungan jam hingga hariFase perbaikan/repair yang terjadi dalam hitungan hari hingga mingguFase remodelling yang terjadi dalam hitungan minggu hingga bulan

    Luka operasi akan mengalami 4 fase dalam proses penyembuhannya. Fase homeostasis yang terjadi dalam hitungan detik hingga jamFase inflamasi yang terjadi dalam hitungan jam hingga hariFase perbaikan/repair yang terjadi dalam hitungan hari hingga mingguFase remodelling yang terjadi dalam hitungan minggu hingga bulan

    Luka operasi akan mengalami 4 fase dalam proses penyembuhannya. Fase homeostasis yang terjadi dalam hitungan detik hingga jamFase inflamasi yang terjadi dalam hitungan jam hingga hariFase perbaikan/repair yang terjadi dalam hitungan hari hingga mingguFase remodelling yang terjadi dalam hitungan minggu hingga bulan

    Infeksi luka operasi diklasifikasikan menjadi 3 berkaitan dg jaringan/organ yg terlibat, yaitu: ILO superfisial, ILO deep, dan ILO organBerdasarkan waktu terjadinya, faktor risiko ILO dibedakan menjadi preoperatif, intraoperatif, postoperatif. Sedangkan bila berdasarkan penyebabnya, faktor risiko ILO dibedakan menjadi faktor pasien dan faktor operasi. AB profilaksis sendiri termasuk faktor risiko operasi pada saat preoperatifMenurut National reseach council, kraniotomi digolongkan ke dalam operasi bersih dengan % ILO tanpa pemberian AB profilaksis sebesar 5%. Pada operasi bersih sebenarnya tidak diperlukan AB profilaksis, namun karena kraniotomi termasuk prosedur dg risiko tinggi, maka pemberiannya tetap direkomendasikanMenurut National reseach council, kraniotomi digolongkan ke dalam operasi bersih dengan % ILO tanpa pemberian AB profilaksis sebesar 5%. Pada operasi bersih sebenarnya tidak diperlukan AB profilaksis, namun karena kraniotomi termasuk prosedur dg risiko tinggi, maka pemberiannya tetap direkomendasikanKarena kemungkinan patogen penyebab ILO pada kraniotomi adalah S. Aureus dan S. Epidermidis, maka AB profilaksis yg direkomendasikan dg tingkat IA adalah sefazolin atau sefotaksim, dan sebagai alternatifnya dpt digunakan trimetoprim-sulfametoksazolSelain AB profilaksis efektif thd kemungkinan patogen ILO, AB profilaksis jg hrs mempunyai kemampuan penetrasi ke dalam tempat kerja. Dalam hal ini yg dimaksud adalah CSF. Dari tabel dapat diketahui pada kondisi tanpa/sedikit inflamasi fosfomisin mempunyai kemampuan penetrasi ke dalam CSF yg tergolong tinggi, yaitu hingga 27%Fosfomisin bersifat bakterisidal dan mempunyai kemampuan memodifikasi produksi PBPs. Aktivitas thd S. Aureus bersifat time dependent. Dari peta kuman dan pola sensitivitas antibiotika RSUD Dr. Soetomo periode Januari-Juni 2010, diketahui bhw sensitivitas fosfomisin thd S. Aureus tergolong tinggi 89,5%. Fosfomisin jg mempunyai PAE yg nilanya tgt konsentrasi pemberiannya. Kelebihan lainnya, fosfomisin jg mempunyai efek imunomodulator. Mengenai toksisitas fosfomisin, secara umum dpt ditoleransiFosfomisin jg mempunyai PAE yg nilanya tgt konsentrasi pemberiannya. Kelebihan lainnya, fosfomisin jg mempunyai efek imunomodulator. Mengenai toksisitas fosfomisin, secara umum dpt ditoleransiFosfomisin jg mempunyai PAE yg nilanya tgt konsentrasi pemberiannya. Kelebihan lainnya, fosfomisin jg mempunyai efek imunomodulator. Mengenai toksisitas fosfomisin, secara umum dpt ditoleransiMengenai metode penelitian,karena penelitian ini menjelaskan data primer yg diperoleh dengan mengikuti perkembangan kondisi pasien maka rancangan penelitian ini adalah studi analisis prospektif observasional kohort. Populasi penelitian adalah... Dg sampel penelitian adalah...kriteria inklusi dan eksklusi spt yg telah sy smpaikan sblmnyaYg msuk dlm kriteria drop out yang pertama yaitu...Besar sample diperoleh dg rumus estimasi proporsi dg data nominal yaitu sebesar 97 pasienSampel akan diambil scr acak dg pertimbangan tertentuSelanjutnya akan dilakukan analisis mengenai efektivitas fosfomisin berdasarkan prosentase kejadian ILO terkait dg derajat keparahan CO, faktor risiko ILO, durasi pemberian fosfomisin, dan waktu diagnosis ILO ditegakkan. Selain itu juga dilakukan analisis tentang hasil identifikasi mikrobiologiDalam penelitian ini, baik ILO superfisial, deep, maupun organ didefinisikan sebagai infeksi yg tjd selama 30 hari setelah operasi dan diagnosis ILO dilakukan oleh dokter bedah atau dokter yg merawat.yg membedakan adalah jaringan/organ yg terlibat serta parameternya. Untuk ILO superfisial,hanya melibatkan tempat insisi di lapisan kulit dan jaringan subcutan dg parameter klinis, mikrobiologis, atau kombinasi klinis dan mikrobiologis. Dalam penelitian ini, baik ILO superfisial, deep, maupun organ didefinisikan sebagai infeksi yg tjd selama 30 hari setelah operasi dan diagnosis ILO dilakukan oleh dokter bedah atau dokter yg merawat.yg membedakan adalah jaringan/organ yg terlibat serta parameternya. Untuk ILO superfisial,hanya melibatkan tempat insisi di lapisan kulit dan jaringan subcutan dg parameter klinis, mikrobiologis, atau kombinasi klinis dan mikrobiologis. Sedangkan untuk ILO deep melibatkan tempat insisi di Galea aponeurotica, Loose connective tissue, dan pericranium dg parameter klinis, klinis dan mikrobiologis, atau radiologis


Top Related