Transcript

BAB II

PERKEMBANGAN PRAKELAHIRAN, KELAHIRAN, DAN

PASCA KELAHIRAN

Periode prakelahiran adalah periode yang pertama dilalui oleh setiap

individu dan yang paling singkat dari periode sebelumnya. Periode ini mulai pada

saat pembuahan dan berakhir pada saat kelahiran yang berlangsung antara 270

sampai 280 hari atau 9 bulan. Pembuahan terjadi ketika satu sel sperma tunggal

dari laki- laki bergabung dengan satu ovum (sel telur) di dalam saluran indung

telur ke dalam kandungan perempuan dalam proses yang disebut ”pembuahan”

(fertilization). Sel telur yang dibuahi disebut ”zigot” (zygote). Pada saat zigot

mengakhiri perjalanannya yang 3 hingga 4 hari melalui saluran indung telur ke

dalam kandungan dan mencapai kandungan, sel telur pecah menjadi sekitar 12

hingga 16 sel.

2.1 Perkembangan Prakelahiran

a. Perode Germinal

Periode awal atau germinal (germinal period) ialah periode

perkembangan prakelahiran yang berlangsung pada 2 minggu pertama setelah

pembuahan. Ini meliputi penciptaan zigot, dilanjutkan dengan pemecahan sel, dan

melekatnya zigot ke dinding kandungan. Sekitar seminggu setelah pembuahan,

zigot terdiri dari 100 hingga 150 sel. Pemisahan sel telah dimulai ketika lapisan

dalam dan lapisan luar organisme terbentuk. Blastocyst ialah lapisan dalam sel

yang berkembang selama periode germinal. Sel- sel ini kemudian berkembang

menjadi embrio. Trophoblast ialah lapisan luar sel yang berkembang selama

periode germinal. Sel- sel ini kemudian menyediakan gizi dan dukungan bagi

embrio. Implantation, yakni melekatnya zigot ke dinding kandungan, berlangsung

kira- kira 10 hari setelah pembuahan.

1

b. Periode Embrionis

Periode embrionis (embryonic period) ialah periode perkembangan

prakelahiran yang terjadi dari 2 hingga 8 minggu setelah pembuahan. Selama

periode embrionis, angka pemisahan sel meningkat, sistem dukungan bagi sel

terbentuk, dan organ- organ mulai tampak. Ketika zigot mendekati didnding

peranakan, sel- selnya membentuk tiga lapisan. Endoderm embrio ialah lapisan

dalam sel, yang akan berkembang menjadi sistem pencernaan dan pernafasan.

Lapisan luar sel pecah menjadi dua bagian. Ectoderm ialah lapisan paling luar,

yang akan menjadi sistem syaraf, penerima sensor (telinga, hidung, mata, dll).

Mesoderm ialah lapisan tengah, yang akan menjadi sistem peredaran, tulang, otot,

sistem pembuangan kotoran badan, dan sistem reproduksi. Setiap bagian tubuh

pada akhirnya berkembang dari ketiga lapisan ini. Endoderm utamanya

menghasilkan bagian dalam tubuh, mesoderm utamanya menghasilkan bagian-

bagian yang mengelilingi wilayah dalam tubuh, dan ectoderm utamanya

menghasilkan bagian- bagian permukaan.

Ketika ketiga lapisan embrio terbentuk, sistem dukungan kehidupan bagi

embrio matang dan berkembang dengan cepat. Sistem dukungan kehidupan ini

meliputi ari-ari, tali pusar, dan amnion. Ari- ari (placenta) ialah suatu sistem

dukungan kehidupan yang terdiri dari sekelompok jaringan/ lapisan yang

berbentuk disk atau piring yang di dalamnya pembuluh darah dari ibu dan anak

mengait tetapi tidak menyatu. Tali pusar (umbilical cord) ialah suatu sistem

dukungan kehidupan, yang mengandung dua pembuluh nadi dan satu pembuluh

vena, yang menghubungkan bayi dengan ari- ari. Molekul yang sangat kecil-

udara, air, garam, makanan, dari darah ibu, dan karbon dioksida serta kotoran

pencernaan dari darah embrio- berpindah dari ibu kepada bayi dan dari bayi

kepada ibu.

Molekul- molekul besar tidak dapat berpindah melalui dinding ari- ari ini

meliputi sel darah merah dan zat- zat berbahaya seperti bakteri, kotoran ibu, dan

hormon. Amnion, yakni suatu keranjang atau amplop yang berisi cairan bening

yang di dalamnya embrio yang sedang berkembang mengapung. Seperti ari- ari

dan tali pusar, amnion berkembang dari telur yang dibuahi, bukan dari tubuh ibu

2

sendiri. Pada kira- kira usia 16 minggu, ginjal janin mulai mereproduksi air

kencing. Air kencing janin ini merupakan simber utama cairan amniotis hingga

trismester ketiga, ketika beberapa cairan dikeluarkan dari paru- paru oleh janin

yang sedang bertumbuh. Walaupun isi cairan amniotis meningkat 10 kali lipat dari

usia ke-12 hingga ke- 40 minggu kehamilan, cairan amniotis ini juga dipindahkan

dalam berbagai cara. Sebagian ditelan oleh janin, dan sebagian lagi diserap

melalui tali pusar dan selaput yang menutup ari- ari. Cairan amniotis penting

dalam menyediakan suatu lingkungan dan suhu kelembabannya terkendali, serta

untuk melindungi bayi dari guncangan.

Pada minggu ketiga, saluran syaraf yang pada akhirnya menjadi susunan

tulang belakang terbentuk. Pada usia kira- kira 21 hari, mata mulai kelihatan, dan

pada usia 24 hari sel untuk jantung mulai berpisah. Selama minggu keempat,

penampakan pertama sistem saluran kencing alat kemaluan (urogenital) kelihatan,

dan kuncup lengan serta kaki muncul. Empat kamar/ bilik jantung berbentuk, dan

pembuluh darah naik ke permukaan. Dari minggu kelima hingga kedelapan,

lengan dan kaki selanjutnya berpisah; pada saat ini, wajah mulai berbentuk tetapi

masih belum begitu dapat dikenal. Bidang usus berkembang dan struktur wajah

mulai tersusun. Pada usia 8 minggu, organisme yang sedang berkembang itu

beratnya kira- kira sepertigapuluh ons dan panjangnya baru 1 inci. Organogenesis

adalah proses pembentukan organ yang berlangsung selam dua bulan pertama

perkembangan prakelahiran.

c. Periode Fetal

Periode fetal (fetal period) ialah periode perkembangan prakelahiran yang

mulai 2 bulan setelah pembuahan dan pada umumnya berlangsung selama 7

bulan. Tiga bulan setelah pembuahan, panjang janin kira- kira 3 inci dan beratnya

kira- kira 1 ons. Janin semakin aktif, menggerakkan tangan dan kakinya,

membuka dan menutup mulutnya, dan menggerakkan kepalanya. Wajah, dahi,

kelopak mata, hidung, dan dagu dapat dibedakan, demikian pula dengan lengan

atas, lengan bagian bawah, tangan, dan tungkai serta alat kemaluan dapat

diidentifikasi sebagai laki- laki atau perempuan. Pada akhir bulan keempat janin

3

telah bertumbuh hingga 5 ½ inci panjangnya dan beratnya sekitar 4 ons. Pada saat

ini, suatu percepatan pertumbuhan terjadi pada tubuh bagian bawah. Refleks

prakelahiran semakin kuat; gerakan- gerakan lengan dan kaki dapat dirasakan

untuk pertama kali oleh ibunya.

Pada akhir bulan kelima, panjang janin kira- kira 10 hingga 12 inci dan

beratnya ½ hingga 1 pon. Struktur kulit sudah terbentuk – kuku jari kaki dan kuku

jari tangan, misalnya. Janin semakin aktif, yang memperlihatkan keinginan akan

suatu posisi tertentu di dalam kandungan. Pada akhir bulan keenam, panjang janin

kira- kira 14 inci dan beratnya naik setengah hingga satu pon lagi. Mata dan

kelopak mata benar- benar terbentuk, dan suatu lapisan rambut halus menutup

kepala. Refleks menggenggam muncul, dan pernafasan yang belum beraturan

terjadi. Pada akhir bulan ketujuh, panjang janin 14 hingga 17 inci dan naik

beberapa pon lagi hingga beratnya sekarang 2½ hingga 3 pon. Selama bulan

kedelapan dan kesembilan, janin bertumbuh lebih panjang dan naik lebih berat

lagi – kira- kira 4 pon. Ketika lahir, rata- rata bayi Amerika beratnya 7 hingga 7½

pon dan tingginya sekitar 20 inci. Pada dua bulan terakhir, lapisan atau jaringan

lemak berkembang dan fungsi berbagai sistem organ – jantung dan ginjal,

misalnya berjalan.

2.1.1 Keguguran dan Aborsi

Keguguran atau aborsi spontan, terjadi ketika kehamilan terakhir sebelum

organisme yang sedang berkembang itu cukup matang untuk bertahan hidup di

luar kandungan. Embrio berpisah dari dinding peranakan dan dipaksa keluar oleh

peranakan. Sekitar 15 hingga 20 persen dari semua kehamilan berakhir dengan

suatu aborsi spontan, kebanyakan pada dua hingga tiga bulan pertama. Banyak

aborsi spontan terjadi tanpa sepengetahuan ibu, dan kebanyakan adalah embrio

atau janin yang tidak berkembang secara normal. Keabnormalan sistem

reproduksi dan infeksi yang disebabkan oleh virus bakteri cenderung

menyebabkan aborsi spontan. Dalam beberapa kasus, trauma berat juga menjadi

penyebabnya.

4

Mengakhiri kehamilan secara sengaja adalah suatu permasalahan yang

kompleks, secara medis, secara psikologis, secara sosial, dan secara hukum

(Schaff, 1992). Pada tahun 1989, satu panel tinjauan penelitian yang ditunjuk oleh

Asosiasi Psikologi Amerika (American Psychological Association) menguji lebih

dari 100 investigasi tentang dampak psikologis aborsi. Kesimpulannya adalah

kehamilan yang tidak diinginkan sangat menegangkan bagi kebanyakan

perempuan. Akan tetapi, adalah lazim bagi perempuan untuk melaporkan

perasaan tenang dan perasaan bersalah setelah aborsi. Perasaan ini biasanya

sedang dan cenderung berkurang terus secara cepat tanpa mempengaruhi atau

merugikan kemampuan perempuan untuk menjalani hidupnya.

Aborsi lebih menegangkan bagi perempuan yang memiliki masa lalu

sosial yang buruk dan yang tidak diberi dukungan oleh keluarga atau teman-

teman. Berdasarkan laporan Asosiasi Psikologi Amerika, hanya sebagian kecil

persentase perempuan yang masuk ke dalam kategori yang beresiko tinggi ini.

Kalau suatu aborsi dilakukan, sebaiknya melibatkan tidak hanya perawatan

kesehatan yang baik tetapi perawatan bagi kebutuhan psikologis perempuan juga.

2.1.2 Faktor- Faktor yang Membahayakan Perkembangan Prakelahiran

Walaupun janin hidup dalam lingkungan yang nyaman dan terlindung,

berbagai faktor dapat mengancam perkembangan maupun kelangsungan

hidupnya. Beribu- ribu bayi dilahirkan dengan cacat tubuh atau keterbelakangan

mental sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam tubuh seorang ibu yang

sedang hamil.

Ilmu yang mempelajari cacat bawaan (cacat kongenital) disebut teratology

dan agen penyebab kecatatan itu disebut teratogen (dari perkataan Yunani ”tera”

yang berarti monster). Sangat banyak teratogen yang ada, dan setiap bayi

terancam oleh sekurang- kurangnya beberapa teratogen, sehingga sulitlah untuk

menetapkan teratogen mana yang dapat menyebabkan suatu kecacatan tertentu.

Walaupun demikian, para ilmuan sudah dapat mengidentifikasikan beberapa

teratogen yang membahayakan janin dan masa perkembangan mana yang paling

rentan terhadap suatu teratogen. Kerusakan struktural (anatomis) pada tubuh janin

5

sangat besar kemungkinannya pada kehamilan muda, sedangkan hambatan

perkembangan dan gangguan fungsional lebih besar kemungkinannya pada usia

kehamilan yang lanjut. Para ahli sudah dapat menetapkan bahwa kerusakan otak

umumnya terjadi pada hari ke 15 sampai hari ke 25, kerusakan mata pada hari ke

24 sampai hari ke 40, kerusakan jantung pada hari ke 20 sampai ke 40, an

kerusakan tungkai pada hari ke 24 sampai ke 36.

Berikutnya adalah beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan janin, yang dapat dikelompokkan menjadi faktor

umum dan faktor spesifik.

a. Faktor Umum

Usia Ibu

Bila usia ibu dianggap sebagai faktor yang mungkin membahayakan bagi

janin dan bayi, dua periode waktu yang amat penting untuk diperhatikan ialah

masa remaja dan pada usia 30-an ke atas. Bayi yang dilahirkan oleh remaja

sering premature. Angka kematian bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja dua

kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

berusia 20-an tahun. Walaupun gambaran semacam itu kemungkinan

mencerminkan ketidakmatangan sistem reproduksi ibu, hal itu juga dapat

disebabkan oleh gizi yang buruk, kurangnya perawatan prakelahiran, dan

rendahnya status sosial ekonomi.

Sindrom Down, suatu bentuk keterbelakangan mental, terkait dengan usia

ibu. Bayi yang mangalami Sindrom Down jarang dilahirkan oleh ibu yang

berusia di bawah 30 tahun, tetapi resiko bertambah setelah ibu mencapai usia

30 tahun. Pada usia 40 tahun, kemungkinannya sedikit di atas 1 dari 100 bayi

dan, pada usia 50 tahun, hampir 1 dari 10 bayi. Resiko juga bertambah besar

sebelum berusia 18 tahun. Perempuan juga mengalami lebih banyak kesulitan

untuk hamil setelah berusia 30 tahun (Toth, 1991). Dalam suatu investigasi,

para klien klinik kelahiran Prancis semuanya mempunyai suami mandul

(Schwartz & Mayaux, 1982). Untuk meningkatkan kesempatan mereka

memiliki anak, mereka diberi inseminasi buatan sekali sebulan selama

setahun. Masing-masing perempuan memiliki 12 kesempatan untuk hamil.

6

Tujuh puluh lima persen perempuan berusia 20-an tahun hamil, 62 persen

perempuan berusia 31- 35 tahun hamil, dan hanya 54 persen perempuan

berusia di atas 35 tahun hamil.

Keadaan Gizi Ibu Hamil

Ibu adalah satu- satunya sumber gizi bagi anak yang dikandungnya,

sehingga nilai gizi makanan ibu sangatlah penting. Makanan ibu harus cukup

jumlah dan mutunya, mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan

vitamin dalam komposisi yang tepat. Dari penelitian- penelitian terbukti

bahwa kekurangan gizi yang diderita ibu hamil, besar korelasinya dengan

prematuritas, berat tubuh bayi yang rendah, lahir mati, keterlambatan

pertumbuhan dan gangguan fungsi mental (Knobloch & Pasamanick, 1991).

Kekurangan gizi pada tiga bulan pertama kehamilan sangat merugikan, begitu

pula pada waktu pertumbuhan bayi yang sangat pesat pada trisemester terakhir

(Lester, 1975). Bagi wanita yang mengalami kehamilan kembar tentu saja hal

ini makin penting (Dubois, 1991). Bagaimana sesungguhnya pengaruh dari

gizi ibu yang buruk itu belumlah jelas benar, mungkin saja karena kebutuhan

bayi akan bahan gizi yang dibutuhkannya untuk tumbuh tidak terpenuhi,

namun mungkin juga karena daya tahan ibu yang rendah terhadap penyakit-

penyakit maupun komplikasinya.

Keadaan Emosional

Thomson dab Grusec (1970) menemukan bahwa binatang percobaan yang

hamil dan menderita kecemasan dan stress akan melahirkan keturunan yang

mengalami kelainan dalam perilaku seperti bersifat sangat emosional.

Ketakutan, kecemasan dan emosi lain yang mendalam dapat menyebabkan

terjadinya perubahan psikologis antara lain, meningkatnya pernapasan dan

sekresi oleh kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan

terhadap ketakutan menghambat aliran darah ke daerah kandungan dan dapat

membuat janin kekurangan udara. Keadaan emosional ibu juga dapat

mempengaruhi proses kelahiran. Ibu yang sangat bingung secara emosional

7

mungkin mengalami kontraksi yang tidak teratur dan tugas yang lebih sulit,

yang dapat menyebabkan ketidakteraturan dalam pemasokan udara kepada

bayi atau cenderung menghasilkan ketidakteraturan setelah kelahiran. Bayi

yang lahir melalui proses kelahiran yang cukup lama juga menyesuaikan diri

lebih lambat dengan dunia mereka dan lebih mudah marah. Bayi yang lebih

cemas, menangis lebih banyak sebelum di beri makan dan lebih aktif daripada

bayi yang dilahirkan oleh ibu- ibu yang kurang cemas (Ottinger & Simmons,

1964).

Faktor Rh

Faktor Rh adalah suatu protein yang diwariskan yang ditemukan pada 85

persen manusia. Kesulitan akan timbul bila seorang suami mempunyai faktor

Rh (Rh positif) sedangkan istrinya tidak (Rh negatif). Jika darah janin yang

Rh positif berhubungan dengan darah ibu di plasenta, maka protein Rh akan

menyebabkan sistem kekebalan ibu membuat antibodi untuk memusnahkan

protein asing itu. Antibodi ini akan memusnahkan sel darah merah janin, suatu

keadaan yang disebut eritroblastosis, yang berakhir dengan kematian janin.

Dampak yang demikian ini umumnya belum tampak pada kehamilan pertama

karena kita tahu bahwa darah janin tidak berhubungan langsung dengan darah

ibu di plasenta. Namun, pada waktu persalinan di mana plasenta robek dan

lepas dari dinding rahim yang mengalami luka- luka, maka darah ibu akan

terkena Rh protein itu sehingga si ibu akan memproduksi antibodinya. Pada

kehamilan berikutnya, janin akan mengalami dampak dari antibodi yang dapat

menembus plasenta itu. Keadaan ini sekarang sudah dapat diobati.

b. Faktor Khusus

Penyakit

Penyakit atau infeksi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengakibatkan

kelainan. Penyakit dan infeksi dapat pula menyebabkan kerusakan selama

proses kelahiran itu sendiri. Rubella ialah suatu penyakit ibu yang dapat

merusak perkembangan prakelahiran. Penyakit rubella dapat menyebabkan

8

keguguran, prematuritas, tuli, dan buta. Cacat pada jantung, hati, dan

pankreas, serta keterbelakangan mental. Rubella sangat berbahaya dalam

trismester pertama kehamikan, di mana kemungkinan kecacatan 50 persen,

sedangkan dalam trismester kedua dan ketiga ia dianggap tidak berbahaya.

Sifilis (penyakit yang tertular melalui hubungan kelamin) lebih berbahaya

dalam perkembangan prakelahiran -4 bulan atau lebih setelah pembuahan.

Selain mempengaruhi organogenesis, seperti yang terjadi pada campak

rubella, sifilis merusak organ setelah organ terbentuk. Kerusakan meliputi

luka mata, yang dapat menyebabkan kebutaan, dan luka kulit. Ketika sifilis

muncul pada saat kelahiran, masalah- masalah lain yang melibatkan sistem

syaraf pusat dan sistem pencernaan dapat terjadi.

Infeksi lain yang menerima perhatian yang cukup luas ialah herpes alat

kemaluan (genital herpes). Bayi yang baru lahir terkena virus ini ketika

mereka keluar melalui saluran kelahiran dari seorang ibu yang terkena herpes

alat kemaluan. Kira- kira sepertiga bayi yang dilahirkan melalui saluran

kelahiran yang terinfeksi, mati; yang seperempat lagi mengalami kerusakan

otak. Jika perempuan hamil mendektesi suatu kasus herpes alat kemaluan yang

aktif menjelang saatnya melahirkan, operasi cesar dapat dilakukan untuk

mencegah virus menginfeksi bayi yang baru lahir (Byer & Shainberg, 1991).

Pentingnya kesehatan perempuan bagi kesehatan keturunan mereka

dengan sangat jelas tampak ketika ibu yang menderita sindrom kehilangan

kekebalan tubuh (acquired immune deficiency syndrome, AIDS). AIDS adalah

penyebab utama kematian peringkat kedelapan di kalangan anak- anak dari

usia 1 hingga 4 tahun pada tahun 1989. Mayoritas ibu yang menularkan HIV

kepada keturunannya terinfeksi melalui penggunaan obat- obatan yang

disuntikan ke dalam pembuluh darah atau hubungan heteroseksual dengan

para pengguna obat- obatan suntik.

Ada tiga cara seorang ibu yang menderita AIDS dapat menginfeksi

anaknya:

1. Selama hamil, melalui ari- ari.

2. Selama melahirkan, melalui kontak dengan darah atau cairan ibu.

9

3. Setelah melahirkan (postpartum), melalui air susu.

Kurang lebih sepertiga bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV pada

akhirnya akan terinfeksi virus HIV itu sendiri (Caldwell & Rogers, 1991).

Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi AIDS dapat:

1. Terinfeksi dan simptomatis (memperlihatkan gejala atau simptom AIDS).

2. Terinfeksi tetapi unsimptomatis (tidak memperlihatkan gejala atau

simptom AIDS)

3. Tidak terinfeksi sama sekali.

Suatu penyakit non- infeksi yang sangat berbahaya bagi kehamilan ialah

dibetes mellitus (sakit gula, kencing manis). Di samping kemungkinan

mewarisi penyakit ini, sang janin juga dihadapkan kepada lingkungan rahim

yang tidak sehat. Jika si ibu tidak diobati, maka kemungkinan kematian janin

atau lahir mati 50 persen. Lagi pula, anak yang lahir sering kali

memperlihatkan kelainan berupa berat tubuh berlebihan, pankkreas membesar,

muka sembab, kesukaran bernafas, dan gangguan metabolik seperti kadar gula

darah yang rendah.

Obat- obatan

Sebaiknya orang sedang hamil tidak memakan obat apapun, kecuali

apabila betul- betul diperlukan dan diberikan dan dipantau oleh seorang ahli.

Berikut akan dipaparkan beberapa obat yang dapat mengganggu pertumbuhan

dan perkembangan janin.

a. Thalidomide

Obat ini dulunya dianggap tidak berbahaya dan dipakai sebagai obat tidur

dan anti mual. Namun mulai tahun 1959, muncullah laporan- laporan

mengenai bayi- bayi yang lahir cacat karena ibu- ibu mereka memakan

thalidomine sewaktu hamil, terutama sewaktu hamil muda (Jensen, Bensen

& Bobak, 1981). Ternyata, waktu ibu memakan obat ini, artinya pada hari

kehamilan keberapa, akan menyebabkan cacat atau gangguan

pertumbuhan organ tertentu pula; contohnya, ibu yang memakan obat ini

pada hari kehamilan ke- 34-38, akan melahirkan bayi yang tidak

10

mempunyai telinga. Kecacatan yang ditimbulkannya adalah tidak tumbuh

atau tidak lengkapnya anggota tubuh terutama lengan, tungkai dan jari.

Obat ini akhirnya dilarang.

b. Alkohol

Alkohol yang diminum ibu hamil dapat memembus plasenta dan

menyebabkan kerusakan susunan syaraf janin (West, 1986). Ibu peminun

alkohol besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi dengan suatu

bentuk kecacatan yang disebut Fetal Alcohol Syndrome. Anak- anak

dengan sindroma ini akan menunjukkan hambatan pertumbuhan yang

menetap, mikrosefali dan sel otak yang abnormal; cacat bentuk pada mata,

telinga dan wajah; gangguan persendian, cacat jantung, keterbelakangan

mental dan kesukaran memusatkan perhatian. Ibu hamil yang minum

alkohol setiap hari walaupun dalam jumlah kecil, besar kemungkinannya

akan melahirkan anak yang pada usia 4 tahun akan memiliki tingkat

inteligensi yang rendah dan kemampuan motorik yang buruk (Barr,

Streisguth, Darby & Sampson, 1990; Streisguth et al, 1989)

c. Narkotika

Pemakaian narkotika akan menyebabkan prematuritas, berat badan bayi

rendah atau kematian janin. Janin yang dilahirkan akan menunjukkan

gejala withdrawal 4 sampai 24 jam setelah lahir. Mereka akan gelisah dan

menangis dengan nada tinggi, mengalami tremor, tidak dapat tidur,

hiperaktif, sulit bernafas, rakus, mencret, dan muntah- muntah. Keadaan

ini dapat berlangsung sampai 8 minggu (Davis & Templer, 1988).

Walaupun dampak jangka panjang belum jelas, dapat diperkirakan bahwa

bayi- bayi dari ibu alkoholik akan mengalami kesulitan dalam pengasuhan,

kelekatan (attachment) dengan ibu kurang sehingga besar kemungkinan

mengalami gagguan perkembangan perilaku (Rodning, Beckwith &

Howard, 1980)

d. Rokok

Penelitian Simpson (1957) menunjukkan bahwa ibu perokok lebih besar

kemungkinannya untuk melahirkan bayi prematur. Penelitian selanjutnya

11

membuktikan bahwa merokok itu berkaitan erat dengan prematuritas, dan

berat badan bayi yang rendah. Belum jelas benar dampak jangka

panjangnya walaupun ada yang melaporkan gangguan pada kemampuan

kognitif seperti kemampuan bicara (Fried & Watkinson, 1990).

e. Ganja

Bayi akan lebih sukar tidur (Scherr et al. 1989). Juga kemungkinan

mengalami kesulitan dalam kemampuan berbahasa dan kemmpuan

memori (Fried & Watkinson, 1990).

f. Kafein

Kafein dapat menembus plasenta. Bayi yang dilahirkan kemungkinan

berat badannya rendah dan kemungkinan lebih besar untuk menderita

kecacatan (Buelke- Sam, 1986). Kemungkinan lain bayi akan menderita

kelemahan otot (Hronsky & Emory, 1987).

g. Aspirin

Wanita hamil sering memakan aspirin sebagai obat sakit kepala. Aspirin

dapat menyebabkan pendarahan intrakranial pada bayi (Stuart et al, 1987).

Dampak jangka panjangnya adalah tingkat intelegensi yang rendah dan

kekurangmampuan untuk memusatkan perhatian dan kekurangan dalam

kemampuan motorik ( Barr et al, 1990; Streisguth et al, 1987)

Ancaman Lingkungan

Salah satu akibat dari industrialisai adalah manusia makin terpapar kepada

toksin- toksin yang terdapat dalam makanan, air, dan udara. Sering kali kadar

toksin itu rendah sehingga tidak membahayakan orang dewasa, tetapi tetap

berbahaya bagi janin atau bayi. Contohnya, ibu- ibu hamil di Jepang yang

memakan ikan yang telah tercemar dengan air raksa limbah industri,

melahirkan bayi dengan cerebral palsy atau penyakit Miyamata. Begitu pula

berbagai pestisida dan bahan kimia dapat merugikan janin.

Sinar X juga dapat menyebabkan leukemia, mikrosefali, katarak,

keguguran, kekerdilan, dan kematian janin. Dosis sinar X yang biasa dipakai

dalam dunia kedokteran masih berada dalam batas- batas aman. Namun

12

sebaiknya wanita hamil hendaknya sesedikit mungkin mengalami penyinaran.

Begitu pula sinar lain seperti yang dipancarkan dari mikrowave, perlu

diwaspadai.

Beberapa jenis pekerjaan juga cukup berbahaya bagi wanita hamil. Wanita

pekerja di pabrik alat listrik atau logam lebih besar kemungkinannya untuk

melahirkan bayi prematur atau rendah berat badannya (Sanjose, Roman, &

Beral, 1991). Bekerja terlalu berat juga mempunyai dampak buruk kepada

kehamilan.

Pengaruh Ayah

Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa jantan yang diberi

narkotika, alkohol dan kafein akan menghasilkan keturunan yang cacat. Begitu

pula halnya dengan toksin. Isteri dari personil kamar operasi yang selalu

menghirup gas- gas anesthesia lebih besar kemungkinannya untuk mengalami

keguguran dan keturunan mereka lebih banyak yang menderita cacat (Kolata,

1978). Bahan- bahan yang merusak ini mungkin disalurkan oleh ayah melalui

sperma dan sperma pun mungkin megalami kerusakan.

Pengaruh buruk dari faktor lingkungan yang berbahaya bagi janin ini, cara

kerja dan sifatnya sangat kompleks, sehingga sukar untuk menentukan secara

tepat, aman atau tidaknya sesuatu subtansi. Sikap yang patut diambil adalah

selama kehamilan menghindar sebanyak mungkin dari kontak dengan bahan-

bahan yang dapat membahayakan janin.

2.2 Kelahiran

Kelahiran atau persalinan adalah suatu proses yang sulit baik bagi ibu

maupun bagi bayi yang dapat berlangsung selama 4-24 jam. Kelahiran dapat

dikatakan sebagai suatu awal tetapi dapat juga dikatakan sebagai berakhirnya

suatu proses panjang, suatu klimaks dari seluruh kejadian yang dimulai sejak saat

fertilisaai sampai 9 bulan kemudian yaitu selama janin tumbuh dalam rahim ibu.

Persalinan terjadi setelah masa kehamilan lebih kyrang 280 hari. Proses kelahiran

13

ditandai dengan adanya kontraksi rahim yang teratur yang berlangsung antara 15-

25 detik setiap kontraksi.

2.2.1 Tahap Kelahiran

a. Tahap Pertama

Tahap ini adalah tahap yang terlama yaitu antara 12- 24 jam, khususnya

bagi kelahiran pertama. Tahap ini dimulai dengan kontraksi rahim yang mula-

mula frekuensinya jarang dan lemah, tetapi makin mendekati saat kelahiran

frekuensinya makin bertambah cepat dan makin kuat. Kontraksi rahim ini

bertujuan untuk mendorong bayi ke arah saluran peranakan. Bersamaan dengan

itu terjadi dua proses penting yang lain. Serfiks yaitu mulut rahim yang biasanya

tebal dan menutup rapat saat ini mulai membuka. Pada tahap pertama ini serfiks

harus mulai membuka seperti layaknya sebuah lensa pada kamera (disebut

pelebaran) dan juga merata. Serfiks harus terbuka merata (kurang lebih 10 cm

pada kebanyakan wanita) sebelum bayi lahir. Umumnya, pada akhir dari tahap

pertama ini, serfiks membuka sebesar 7-8 cm.

Untuk mengurangi rasa sakit yang terjadi akibat kontraksi rahim dapat

digunakan program Lamaze (Lamaze, 1970 dalam kail, R.V & Nelson, R.W.,

1993). Program ini mengajarkan beberapa teknik yang dapat membantu calon ibu

agar lebih tenang dan santai selama proses melahirkan. Caranya adalah

pengaturan pernafasan si calon ibu yang dilakukan dengan dukungan suaminya.

Sebelum sampai pada tahap kedua, terdapat suatu masa transisi (yang

biasanya sangat singkat) yaitu terjadinya pembukaan 2-3 cm yang terakhir.

Periode ini kurang menyenangkan bagi calon ibu karena kontraksi rahim sangat

bertubi- tubi dan sangat kuat. Untuk mendorong bayi keluar, calon ibu perlu

mengedan. Bila bidan atau dokter melihat bahwa serfiks telah sepenuhnya

terbuka, maka calon ibu disuruh mengedan lebih kuat lagi, dan tahap kedua

dimulai.

b. Tahap Kedua

Tahap ini sering disebut sebagai kelahiran, yaitu saat keluarnya bayi dari

saluran peranakan. Tahap kedua kelahiran mulai ketika kepala bayi mulai

14

bergerak melalui leher rahim da saluran peranakan. Tahap ini berakhir ketika bayi

benar- benar keluar dari tubuh ibu. Tahap ini berlangsung kira- kira 1 ½ jam. Pada

setiap kontraksi, ibu mengalami kesakitan untuk mendorong bayi keluar dari

tubuhnya. Pada waktu kepala bayi keluar dari tubuh ibu, kontraksi terjadi hampir

setiap menit dan berlangsung kira- kira selama satu menit.

c. Tahap Ketiga

Setelah kelahiran ialah tahap ketiga; pada waktu inilah ari- ari, tali pusar,

dan selaput lain dilepaskan dan dibuang. Tahap akhir ini adalah tahap yang paling

pendek dari tiga tahap kelahiran, yang berlangsung hanya beberapa menit.

2.2.2 Metode Persalinan

a. Persalinan secara Alamiah dan Dipersiapkan

Calon ibu dipersiapkan untuk melahirkan secara alamiah. Untuk

mengurangi rasa takut, calon ibu diberi pengetahuan tentang faal alat

reproduksi dan proses persalinan serta dilatih mengatur pernafasan, relaksasi

dan kebugaran jasmani.

b. Persalinan dengan Pembiusan

Calon ibu dibius secara total atau sebagian dengan analgesik (penghilang

rasa sakit). Beberapa penelitian membuktikan bahwa cara ini membawa akibat

pada perkembangan anak. Anak yang dilahirkan dengan metode ini

perkembangannya lebih lambat ketimbang anak yang lahir secara alamiah.

Karena itu, penggunaan metode ini perlu pertimbangan yang matang agar

tidak merugikan anak.

c. Persalinan Bedah Cesar

Pembedahan cesar (cesarean Section) ialah pemindahan bayi dari

peranakan atau rahim melalui pembedahan. Pembedahan cesar bisanya

dilaksanakan jika bayi berada dalam posisi sungsang, jika bayi terletak

melintang di dalam peranakan, jika kepala bayi terlalu besaruntuk melewati

pinggul ibu, jika bayi mengalami komplikasi, atau vagina ibu mengalami

pendarahan. Melahirkan melalui pembedahan cesar lebih aman bagi bayi,

tetapi bagi sang ibu operasi ini beresiko lebih tinggi tingkat infeksinya, lebih

15

lama tinggal di rumah sakit, lebih mahal biayanya, dan stres yang menyertai

pembedahan adalah konsekuensi dari cara melahirkan melalui pembedahan

cesar.

2.2.3 Komplikasi Melahirkan

Biasanya persalinan adalah suatu proses alamiah dan bayi yang dilahirkan

umumnya sehat. Namun berbagai hal seperti posisi janin dalam rahim, proses dan

saat kelahiran yang kurang tepat, atau penggunaan obat- obatan dapat

menyebabkan bayi mengalami komplikasi dan bahkan cacat seumur hidup.

a. Sungsang

Posisi terbalik atau sungsang (breech position) ialah posisi bayi di dalam

peranakan yang menyebabkan bokong merupakan bagian pertama yang muncul

dari lubang kemaluan. Secara normal, kepala bayi muncul terlebih dahulu melalui

lubang kemaluan, tetapi 1 dari setiap 25 orang bayi, kepala tidak muncul terlebih

dahulu. Kepala bayi sungsang masih di dalam peranakan ketika sisa tubuhnya di

luar, yang dapat menyebabkan masalah pernafasan. Beberapa bayi sungsang tidak

dapat dikeluarkan melalui leher rahim dan harus dilahirkan melalui pembedahan

cesar.

b. Anoxia

Komplikasi lain adalah anoxia, yaitu kekurangan oksigen dalam waktu

yang cukup lama. Penyebabnya beraneka ragam. Misalnya karena lendir di

saluran pernafasan yang berlebihan setelah kelahiran, atau karena dampak dari

pembiusan yang digunakan saat persalinan. Anoxia juga dapat terjadi sebagai

akibat tali pusar yang terpelintir atau terjepit saat persalinan, atau sudah terpotong

sebelum kepala bayi sepenuhnya berada di luar dan bayi belum dapat menghirup

udara. Semua itu terjadi pada persalinan di mana keluar terlebih dahulu. Pada bayi

sungsang bahaya ini lebih besar lagi kerena ada perbedaan waktu yang cukup

lama antara keluarnya bagian tubuh (misalnya bokong) dengan kepala yang

muncul belakangan. Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen ini tergantung

pada berat dan lamanya anoxia yang dialami, kematangan dan kesehatan janin,

dan banyaknya obat bius yang ditemukan dalam darah bayi. Anoxia terutama

16

menyebabkan kerusakan pada otak karena susunan syaraf sangat peka terhadap

kekurangan oksigen, dan kekurang oksigen yang berat dapat menyebabkan

keterbelakangan mental dan ceberal palsy (kerusakan otak yang mengakibatkan

kelainan gerak).

c. Prematuritas

Prematuritas atau bayi yang lahir lebih cepat tiga minggu atau lebih dari

waktu kelahiran normal dan mempunyai berat badan di bawah 2500 gram. Semua

bayi yang lahir di bawah 2500 gram dikategorikan sebagai bayi prematur.

Sebetulnya ada dua macam prematuritas. Yang pertama adalah bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram namun saat kelahirannya dekat dengan

perkiraan. Sedangkan yang kedua adalah bayi yang lahir lebih cepat dari waktu

yang diperkirakan dan berat tubuhnya dibawah 2500 gram. Bayi- bayi prematur

ini memperlihatkan perkembangan fisik yang kurang matang, seperti pentil buah

dadanya belum kelihatan, dan jika ia laki- laki, testisnya belum turun ke dalam

skrotum. Refleks- refleksnya belum sempurna. Namun kekurangan- kekuranga ini

dapat diatasi jika bayi memperoleh perawatan yang baik di rumah sakit dan ia

dimasukkan ke dalam inkubator.

Prematuritas dapat terjadi karena berbagai hal. Antara lain karena ibu

terlalu sering hamil. Kembar dua atau kembar tiga juga banyak mengalami

prematuritas. Selain itu juga karena calon ibu kekurangan gizi atau karena

plasenta dan tali pusat tidak berfungsi secara wajar sehingga janin kekurangan

makanan. Infeksi yang dialami selama masa pranatal atau kelainan genetik dapat

pula menjadi penyebab prematuritas. Konsekuensi bayi yang mengalami

prematuritas yaitu lebih sering mengalami masalah kesehatan dibandingkan

dengan bayi yang sempurna waktu kelairannya. Kelangsungan hidup bayi

prematur diragukan karena kebanyakan dari mereka tidak mampu mengatasi

infeksi. Pilek sedikit saja dapat menyebabkan sakit berat. Dan bayi yang beratnya

hanya 1,5 Kg biasanya meninggal dunia setelah lahir.

Drillen, 1964 (dalam Berger, 1983:98) menyatakan bahwa kebanyakan

anak prematur mengalami kesulitan belajar bila dibandingkan dengan anak yang

lahir purna waktu. Namun penelitian akhir- akhir ini memperlihatkan bahwa anak

17

prematur mempunyai kemampuan yang sama dengan anak yang tidak prematur

yang berasal dari kelas sosial sama dan seusia kecuali jika mereka mengalami

kerusakan otak. Anak prematur akan berkembang sama baiknya dengan anak-

anak lain jika keluarga mengasuh mereka dengan baik dan memberikan

pendidikan yang baik pula.

2.3 Pascakelahiran

2.3.1 Hakikat Periode Pascakelahiran

Periode pascakelahiran ( postpartal period) juga disebut ”postpartum

period” ialah periode setelah kelahiran bayi atau persalinan. Ini adalah masa di

mana si ibu menyesuaikan diri, baik fisik maupun psikologis, dengan proses

pengasuhan anak. Periode ini berlangsung kira-kira selama 6 minggu atau hingga

tubuh menyelesaikan penyesuaian dirinya dan kembali ke keadaan yang mirip

dengan sebelum kehamilan.

Periode pascakelahiran sebagai ”trisemester ke-empat.” Walaupun rentang

waktu peride pascakelahiran tidak perlu mencakup 3 bulan. Metode persalinan

dan keadaan sekeliling persalinan mempengaruhi kecepatan tubuh perempuan

menyesuaikan diri kembali selama periode pascakelahiran. Periode

pascakelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri,

yaitu:

Bayi harus diurus

Ibu harus pulih kembali dari persalinan anak

Ibu harus belajar bagaimana merawat bayi

Ibu perlu belajar merasa puas/bahagia terhadap dirinya sendiri

sebagaiseorang ibu

Ayah perlu belajar bagaimana mengurus istrinya yang sedang dalam

proses pemulihan

Ayah perlu belajar bagaimana merasa puas terhadap dirinya sendiri

sebagai seorang ayah.

18

2.3.2 Penyesuaian fisik

Tubuh perempuan melakukan berbagai penyesuaian fisik pada hari-hari

dan minggu-minggu pertama setelah kelahiran anak. Involusi (involution) ialah

proses kembalinya peranakan ke ukurannya sebelum kehamilan 5 atau 6 minggu

setelah kelahiran.Setelah kelahiran, berat peranakan 2 hingga 3 pon.pada akhir 5

atau 6 minggu, berat peranakan 2 hingga 3½ ons dan ini telah kembali ke

ukurannya sebelum kehamilan. Sehingga, merawat bayi menolong

mengkontraksikan peranakan pada tingkat yang cepat.

Ketika ari-ari dilahirkan, tingkat estrogen dan progesterone menurun cepat

dan tetap rendah hingga indung telur mulai memproduksi hormon lagi.

Perempuan kemungkinan akan mulai haid lagi dalam 4 hingga 8 minggu kalau ia

tidak menyusui. Kalau ia menyusui, ia mungkin tidak haid selama beberapa bulan,

walaupun pembuahan dapat terjadi selama waktu ini. Beberapa periode haid

pertama menyusul persalinan dapat lebih berat dari biasanya, tetapi akan segera

normal kembali.

Apabila perempuan terlibat secara teratur dalam olahraga pengkondisian

selama kehamilan, olahraga akan menolongnya memulihkan kontur tubuh dan

kekuatannya selama periode pascamelahirkan.

2.3.3 Penyesuaian Emosional dan Psikologis

Naik-turunnya emosi lazim bagi ibu pada periode pascamelahirkan.Naik-

turunnya emosi ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor:

Perubahan hormon

Kelelahan

Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang

baru lahir, atau

Waktu dan tuntutan yang ekstensif yang terlibat dalam perawatan bayi

yang baru lahir.

Bagi beberapa perempuan, naik-turunnya emosi hilang dalam beberapa

minggu setelah persalinan dan merupakan aspek kecil dari keibuan mereka. Bagi

ibu-ibu yang lain, naik-turunnya emosi ini dapat berakhir lebih lama dan dapat

menghasilkan perasaan cemas, depresi, dan kesulitan mengatasi stres.Berikut ini

19

beberapa tanda yang dapat menunjukkan kebutuhan akan konseling profesional

tentang penyesuaian pascamelahirkan:

Kecemasan yang berlebihan

Depresi

Perubahan selera makan yang luar biasa

Serangan tangis (gampang menangis)

Tidak dapat tidur

Penyesuaian lain bagi ibu dan bagi ayah ialah waktu dan pikiran yang

dihabiskan untuk menjadi orangtua yang berkompeten bagi si bayi. Perhatian

khusus dalam relasi orangtua-bayi ialah ikatan (bonding), yakni terjadinya kontak

yang erat, khususnya fisik, anatara orangtua dan bayi yang baru lahir dalam

periode setelah kelahiran. Orangtua dan bayi perlu membentuk suatu kedekatan

emosional yang memberi landasan bagi perkembangan yang optimal pada tahun-

tahun ke depan.

Bayi-bayi yang lahir sebelum waktunya dipisahkan dari ibu mereka lebih

lama daripada bayi yang lahir tepat pada waktunya.Sehingga, hal ini semakin

mempersulit mereka dalam membangun ikatan. Sebenarnya, bentuk ekstrim

hipotesis ikatan-bahwa bayi yang baru lahir harus memiliki kontak yang dekat

dengan ibu pada hari-hari pertama kehidupan untuk berkembang secara optimal-

adalah tidak benar.Namun demikian, kelemahan penelitian ikatan ibu-bayi

seharusnya tidak mencegah ibu-ibu agar tetap termotivasi dan berinteraksi dengan

bayi mereka pada periode pascamelahirkan, karena kontak semacam itu

memberikan kepuasan bagi banyak ibu.

Bayi baru juga mengubah relasi ibu dan relasi ayah dengan satu sama lain.

Dalam beberapa hal, orangtua baru harus mempertimbangkan komitmen yang

mana yang mereka pikir paling penting, dan mana yang harus dikurangi waktunya

atau dibatalkan. Bantuan dari saudara, teman-teman, dan pengasuh bayi dapat

menolong orangtua baru mengisi waktu mereka dengan beberapa kegiatan yang

pernah mereka nikmati sebelumnya.

Suatu persoalan khusus bagi banyak ibu baru ialah apakah mereka harus

tinggal di rumah dengan bayi atau kembali bekerja. Beberapa ibu ingin kembali

20

bekerja secepat mungkin setelah bayi lahir atau sampai bayi berumur beberapa

bulan dan ada juga ibu-ibu yang lain ingin tinggal di rumah selama setahun

ataupun tidak bekerja lagi setelah melahirkan.

2.3.4 Kekuatan Sentuhan dan Pijitan Dalam Perkembangan

Belakangan ini muncul suatu trend yang

mengetengahkan pentingnya peran sentuhan dan pijitan dalam dalam

meningkatkan pertumbuhan, kesehatan, dan kesejahteraan bayi dan anak-anak. Isu

ini khususnya dirangsang oleh sejumlah investigasi penelitian oleh Tiffany

Field.Dalam suatu investigasi, 40 orang bayi yang lahir sebelum waktunya yang

baru saja menjalani unit perawatan intensif dan ditempatkan di suatu perawatan

transisisonal. Duapuluh orang bayi yang lahir sebelum waktunya diberi stimulasi

khusus dengan pijitan dan olahraga selama 3 periode yang masing-masing 15

menit pada permulaan 3 jam berturut-turut setiap pagi selama 10 hari. Misalnya

masing-masing bayi ditengkurapkan dan diusap dengan lembut. Pijitan dimulai

dari kepala dan leher dan pindah ke bawah ke kaki. Pijitan juga bergerak dari bahu

turun ke tangan. Bayi kemudian diguling-guling. Masing-masing lengan dan kaki

dilenturkan dan direntangkan. Selanjutnya, pijitan diulang-ulang.

Bayi-bayi yang lahir sebelum waktunya yang dipijat dan dilatih itu

memperoleh 47 persen kenaikan berat dibandingkan dengan sesama bayi yang

lahir sebelum waktunya yang tidak dipijat dilatih, walaupun kedua kelompok

memiliki jumlah makanan yang sama per hari dan rata-rata formula konsumsi

yang sama. Peningkatan kegiatan bayi yang dipijat dan dilatih tampaknya

meningkatkan berat bayi. Bayi yang dipijat lebih aktif dan waspada, dan mereka

”berprestasi” lebih baik pada tes perkembangan. Masa tinggal mereka di rumah

sakit juga kira-kira 6 hari lebih pendek dibandingkan dengan kelompok bayi yang

tidak dipijat dan dilatih. Hal ini tentu saja menghemat kira-kira 3000 dollar per

bayi yang lahir sebelum waktunya.

21

2.4 Bayi yang Baru Lahir

Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai panjang 50 centimeter

dan berat badan ±3 kilogram. Kulitnya halus, kepalanya relatif besar, hidung

pesek, dahi lebar dan rahangnya agak mundur. Bentuk umum ini dengan cepat

berubah sesuai dengan ciri-ciri pribadi.

Bayi yang baru lahir kesannya kurang menarik karena mereka belum

mampu berbuat macam-macam kecuali tidur, makan, dan menangis. Sebenarnya

tidak demikian, karena jika kita perhatikan dengan seksama dan apabila kita

mampu menilai, maka kita akan menemukan berbagai hal yang menarik.

2.4.1 Refleks

Bayi yang baru lahir memiliki hampir 100 macam refleks. Beberapa

diantaranya berkaitan langsung dengan fungsi-fungsi vital, seperti bernapas,

mengerdipkan mata, bersin, menghisap, menelan. Refleksi yang primitif seperti

refleks Moro, refleks Babinski, dan refleks menggenggam tampaknya tidak

mempunyai tujuan yang jelas dan diperkirakan sebagai sisa-sisa evolusi manusia.

Pemunculan, kekuatan serta saat menghilangnya refleks-refleks primitif ini dapat

dijadikan tanda mulai berfungsinya sistem persyarafan.

2.4.2 Kapasitas Penginderaan dan kapasitas belajar

Memang sulit menentukan kualitas kemampuan penginderaan awal yang

dimiliki oleh bayi yang baru lahir karena mereka tidak dapat menuturkan kepada

kita apa yang mereka alami. Namun dari berbagai riset ditemukan bahwa semua

indera bayi yang baru lahir telah berfungsi dalam taraf tertentu. Segera setelah

lahir, si bayi dapat melihat, mendengar, mencium, mendengar, mengecap, dan

merasakan perabaan. Bayi yang baru lahir juga dapat belajar, yaitu merubah

perilakunya berdasarkan pengalaman.

2.4.3 Tingkat kesadaran

Perilaku bayi yang baru lahir diberi klasifikasi yang didasarkan kepada tingkat

kesadarannya. Tingkat-tingkat itu adalah; tidur, mengantuk, bangun tetapi diam

22

saja, bangun bergerak aktif, dan menangis. Keadaan itu sangat tergantung kepada

variasi biologis, seperti rasa lapar dan siklus tidur-bangun. Lama berlangsungnya

tiap-tiap tingkat kesadarn itu, berbeda bagi setiap bayi dan akan berubah dengan

perjalanan usia. Salah satu karakteristik yang menonjol pada bayi yang baru lahir

adalah masa tidur yang panjang yang terdiri dari serangkaian masa tidur yang

pendek. Pola ini secara perlahan-lahan akan berubah. Sebagai contoh, seorang

bayi yang baru lahir, tidur sepanjang 17 jam sehari, sedangkan seorang anak

berusia 3-5 tahun tidur selama 11 jam sehari. Dalam perkembangannya, frekuensi

tidur bayi akan berkurang sedangkan setiap kali tidurnya lebih lama, dengan

waktu tidur yang paling lama adalah pada malam hari, suatu hal yang sangat

melegakan bagi orangtuanya. Dengan berkurangnya tidur, maka masa bangun

dimana ia sadar dan awas akan bertambah panjang. Dalam keadaan bangun ini, ia

dapat diam (tak aktif), dan dapat pula aktif bergerak. Keadaan bangun dan diam

tetapi awas itu dipandang sebagai suatu hal yang amat penting bagi

perkembangan, karena dalam keadaan inilah ia sengaja mengamati lingkungan

dan dari sini belajar mengenal dunia luar. Keadaan sadar dan aktif akan makin

berkaitan dengan lingkungan sosial. Dengan cara inilah bayi akan menempuh

urutan perkembangan yang sangat kompleks itu.

2.4.4 Ikatan antara orangtua dan anak

Seorang bayi yang baru lahir, lebih tergantung kepada hubungannya dengan

orangtua daripada ketergantungan kepada faktor-faktor lain. Hubungan ini

berawal dari pandangan pertama saat bayi baru lahir dan hubungan pada jam-jam

serta hari-hari selanjutnya. Ikatan ini dikenal sebagai ”bonding” antara orang tua

dengan anak. Ikatan terjadi bukan hanya antara ibu dengan anak, tetapi akan

terjadi pula yang disebut ”keterpikatan (engrossment)” pada ayah. Keterpikatan

adalah suatu perasaan terpesona yang muncul pada diri seorang ayah tatkala ia

pertama kali melihat dan memegang bayinya yang baru lahir; dan pesona itu

sendiri mengherankan baginya yang dapat menjadi awal ikatan antara ayah

dengan anak. Keterpikatan ini terutama terjadi bila ayah ikut mendampingi ibu

pada saat persalinan.

23

Sesungguhnya, ikatan antara orangtua dan anak tidak akan terjadi secara

otomatis, ini dibentuk dan diusahakan kemunculannya. Ada beberapa faktor yang

dapat membantu membentuk ikatan tersebut. Pertama-tama adalah penampilan

bayi itu sendiri. Bayi yang baru lahir dengan kepala yang agak besar

debandingkan tubuhnya, matanya yang bulat, pipinya yang gemuk, tubuhnya yang

kecil, akan menimbulkan perasaan mesra pada diri ibu serta menimbulkan

dorongan untuk memelihara dan mengasuhnya. Memang penampilan adalah

faktor yang penting sekali yang dapat menerangkan mengapa timbul keinginan

orangtua mengasuh dan memelihara bayinya.

Hubungan awal yang terbentuk anatara orangtua dengan anak dapat

menimbulkan ikatan yang kuat antara mereka yang dalam tahap selanjutnya akan

menumbuhkan suatu ”attachment” atau kelekatan. Kelekatan adalah suatu

hubungan antara dua individu melalui suatu ikatan perasaan yang sangat kuat

dimana mereka berusaha berbuat agar ikatan itu tetap berkesinambungan.

Indikator kelekatan adalah adanya upaya mempertahankan kontak dan kedekatan,

munculnya protes bila berpisah, munculnya was-was bila berjauhan. Misalnya

kelekatan yang terjadi pada masa bayi. Bayi biasanya selalu ingin dekat dan

melakukan kontak fisik dengan ibunya. Ketiadaan kontak fisik akan menimbulkan

kegelisahan pada diri bayi.

24

BAB III

PERKEMBANGAN MASA BAYI

Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode

kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap

dan pola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama

setelah periode bayi baru lahir.

3.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Fisik Bayi

a. Refleks

Bayi memiliki beberapa refleks dasar yang secara genetis merupakan

mekanisme pertahanan hidupnya. Sifat refleks ini adalah otomatis dan berada di

luar kendali bayi yang baru lahir. Refleks menghisap(sucking reflex) terjadi ketika

bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut

mereka. Refleks mencari (rooting reflex) terjadi ketika pipi bayi diusap/dibelai,

sebagai respon, bayi itu akan memalingkan kepalanya ke arah benda yang

menyentuhnya. Refleks moro (reflex moro) adalah suatu respon tiba-tiba pada

bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkannya.

Ketika dikagetkan, bayi akan melengkungkan punggungnya, melemparkan

kepalanya ke belakang, dan merentangkan lengan dan kakinya. Semua refleksi ini

akan menghilang pada usia 3 hingga 4 bulan. Menghisap adalah refleks yang

sangat penting bagi bayi. Refleks ini merupakan rute bayi menuju pengenalan

akan makanan. Tetapi banyak orang tua yang benar-benar khawatir ketika

kegiatan menghisap ibu jari pada anak-anak mereka terus berlangsung hingga ke

tahun-tahun prasekolah dan sekolah dasar. Perbedaan-perbedaan individual pada

susunan biologis anak-anak adalah salah satu hal yang menyebabkan

keberlangsungan perilaku menghisap.

25

Refleks Stimulasi Respons Bayi Pola

perkembangan

Mengejapkan

mata

Sorotan cahaya

dan tiupan

Menutup kedua

mata

Permanen

Babinski Telapak kaki

diusap

Menyebarkan jari

kaki, memutar-

mutarkan kaki

Menghilang

setelah 9 bulan

hingga setahun

Memegang Telapak kaki

diusap

Menggenggam

dengan kuat

Melemah setelah

3 bulan,

menghilang

setelah setahun

Moro

(mengejutkan)

Stimulasi tiba-

tiba, seperti

mendengar suara

nyaring atau

diturunkan

Kaget,

melengkungkan

punggung,

melempar kepala

ke belakang,

merentangkan

lengan dan kaki

kemudian

menutupkannya

dengan cepat ke

pusat tubuh

Menghilan setelah

3 hingga 4 bulan

Mencari Leher atau pinggir

mulut diusap

Membalikkan

kepala, membuka

mulut, mulai

menghisap

Menghilan setelah

3 hingga 4 bulan

Melangkah Bayi diangkat dan

kaki diturunkan

untuk menyentuh

permukaan

Menggerakkan

kaki seolah-olah

berjalan

Menghilan setelah

3 hingga 4 bulan

Mengisap Benda menyentuh Mengisap secara Menghilan setelah

26

mulut otomatis 3 hingga 4 bulan

Berenang Bayi menaruh

wajah ke bawah

di dalam air

Membuat gerakan-

gerakan berenang

yang terkoordinasi

Menghilan setelah

6 hingga 7 bulan

Leher ditopang Bayi

ditelentangkan

Menggepalkan

tinju kedua tangan

dan biasanya

membalikkan

kepala ke kanan

Menghilan setelah

2 bulan

b. Urutan Cephaloucaudal dan Proximodistal

Pola cephaloucaudal (cephalocaudal pattern) ialah urutan pertumbuhan di

mana pertumbuhan terbesar selalu dimulai dari atas-kepala-dilanjutkan dengan

pertumbuhan fisik mencakup yang lebih besar, berat, serta perkembangan organ

tubuh lainnya secara berangsur-angsur dari atas kebawah (ke leher, bahu, batang

tubuh tengah, dan lain-lain).

Pola proximodistal (proximodistal pattern) ialah urutan pertumbuhan dimana

pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak menuju kaki dan

tangan.

c. Tinggi dan Berat

Pada waktu lahir, seorang bayi rata-rata mempunyai berat badan 3000 gram

dan panjang badan 50 cm. Dalam beberapa hari pertama kehidupannya,

kebanyakan bayi yang baru lahir kehilangan 5 hingga 7 persen berat tubuh mereka

sebelum mereka belajar menyesuaikan diri dengan kegiatan makan yang terjadi

setelah kelahiran. Segera setelah bayi menyesuikan diri dengan cara menghisap,

menelan, dan mencerna, mereka tunbuh dengan cepat dan memperoleh berat kira-

kira 5 hingga 6 ons per minggu selama bulan pertama. Bayi tumbuh kira-kira i

inci per bulan selama tahun pertama.

d. Keterampilan Motorik Kasar dan Halus

27

Keterampilan motorik kasar meliputi kegiatan otot-otot besar seperti

menggerakkan lengan dan berjalan. Para pakar perkembangan anak yakin bahwa

kegiatan motorik selama dua tahun adalah vital bagi perkembangan kompetensi

anak dan bahwa hanya diperlukan sedikit pembatasan, untuk tujuan keselamatan,

atas “petualangan” motorik mereka.

Keterampilan motorik halus meliputi gerakan-gerakan menyesuikan secara

lebih halus, seperti ketangkasan jari. Perkembangan perilaku seperti meraih dan

menggenggam semakin baik selam dua tahun pertam kehidupan. Pada mulanya,

bayi hanya memperlihatkan gerakan bahu dan siku yang kasar, tetapi kemudian

memperlihatkan gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan, dan koordinasi

ibu jari dan jari telunjuk tangan.

e. Otak

Bermula dari makhluk bersal satu, pada saat lahir seorang bayi sudah

mempunyai otak dan sistem syaraf yang terdiri kira-kira 100 trilyun sel syaraf.

Akan tetapi keterkaitan sel-sel syaraf ini masih lemah . Pada saat lahir. Otak bayi

hanya 25 persen berat otak dewasa, dan pada tahun kedua kira-kira sudah 75

persen berat otak orang dewasa.

f. Keadaan Bayi

1. Tidur nyenyak. Bayi tidur diam dengan mata tertutup, pernapasannya teratur,

tidak bersuara, dan tidak merespon rangsangan dari luar.

2. Tidur teratur. Bayi bergerak-gerak sedikit,

pernapasan mungkin berbunyi, ritme napas teratur ke tidak teratur.

3. Tidur gelisah. Bayi tampak melakukan beberapa gerakan, matanya tertutup

kelopak matanya mungkin berkedip-kedi, bernapas tidak teratur, dan

mengeluarkan suara mengeluh.

4. Mengantuk. Separuh mata bayi terbuka, ada sedikit gerakan, dan lebih banyak

bersuara.

5. Aktivitas waspada. Ini yang paling sering dilihat orang tua yang menganggap

bayi tersebut sudah bangun. Mata terbuka, ia melakukan gerakan bebas, agak

28

rewel, kulitnya agak memerah, dan pernapasannya tidak teratur ketika sedang

tegang.

6. Waspada dan terfokus. Sering terlihat pada anak-anak yang sudah agak

tua.Mata bayi terbuka lebar, dan ada kegiatan motorik yang terarah

7. Terfokus Secara kaku. Bayi dalam keadaan terjaga tetapi tidak bereaksi pada

rangsangan jutuan.

Suatu percobaan khusus tentang tidur bayi ialah sindrom kematian bayi, yakni

suatu kondisi yang terjadi ketika seorang bayi berhenti bernafas, biasanya saat

malam hari. Dan secara tiba-tiba meninggal tanpa sebab yang jelas. Bayi-bayi

yang meninggal oleh kondisi ini memperlihatkan kerapuhan biologis sbelumnya

dalam perkembangan mereka, yang meliputi peristiwa kelahiran prematur,

rendahnya berat lahir, rendahnya skali apgar, dan masalah-masalah pernapasan.

g. Gizi

Kalori dan nilai gizi yang cukup dberikan dengan penuh kasih sayang. Dari

lahir hingga usia setahun, bayi bertambah panjangnya 50 persen. Pakar gizi

mengajurkan bahwa bayi perlu mengkonsumsi 50 kaloriper hari untuk setiap

setengah kilo berat mereka. ASI atau alternatif lainnya, merupakan sumber gizi

dan energi bayi selama 4 hingga 6 bulan pertama.

Memberi ASI berarti memberi susu yang bersih dan dapat dicerna serta

menolong mengimunisasi bayi yang baru lahir dari penyakit. Bayi yang

mengkonsumsi ASI memperoleh berat yang lebih cepat daripada bayi yang

mendapatkan kebutuhan gizinya dari makanan botol. Selain itu, keuntungan

memberi ASI ialah bahwa bayi memperoleh perlindungan dari beberapa infeksi

pencernaan dan alergi makanan, dan kemungkinan mengurangi osteoporosis dan

kanker payudara bagi ibu-ibu.

Marasmus ialah terbuangnya jarinagn penting pada bayi pada tahun pertama

bayi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan kalori yang parah. Bayi

menjadi kekurangan berat badan dan ototnya berhenti tumbuh. Penyebab utama

marasmus ialah kekurangan ASI (karena terlalu cepat disapih) dan gizi yang

kurang memadai seperti formula susu sapi yang tidak cocok dan tidak bersih.

29

Perbandingan bayi yang makan ASI dan makan makanan botol di negara-

negara Afganistan, Haiti, Ghana, dan Chile menunjukkan bahwa angka kematian

jauh lebih besar di kalangan bayi yang makan makanana botol dibanding dengan

bayi yang makan ASI, denagn tingkat kematian bayi yang makan makanan botol

kadang-kadang lima kali lebih tinggi dari pada bayi yang makan ASI.

3.2 Perkembangan Persepsi

a. Sensasi dan Persepsi

Sensasi terjadi ketika sekumpulan informasi “mengadakan kontak” dengan

penerina sensor-mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit. Sensasi pendengaran

terjadi ketika gelombang udara yang bergetar dikumpulkan oleh telinga bagian

luar dan ditransmisikan melalui tulang telinga bagian dalam ke saraf pendengaran.

Sensasi penglihatan terjadi ketika cahaya lampu mengadakan kontak dengan

kedua mata dan difokuskan di dalam retina.

Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diindrakan atau dirasakan.

Informasi tentang peristiwa-peristiwa tertentu yang mengadakan kontak dengan

telinga diinterpretasikan sebagai suara musik, misalnya. Sementara peristiwa

lainnya yang ditransmisikan ke dalam retina diiterpretasikan sebagai suatu warna,

pola, atau bentuk khusus.

b. Persepsi Visual

Penglihatan bayi yang baru lahir

Dari eksperimen yang dilakukan oleh Frantz terhadap bayi di dalam kamar

tembus pandang di dapat bahwa bayi lebih senang melihat pola daripada

warna atau kecerahan. Misalnya mereka lebih senang melihat wajah, potongan

benda yang dicetak, atau mata sapi jantan lebih lama daripada piringan

berwarna merah, kuning, atau putih. Penglihatan bayi yang baru lahir

diperkirakan 20/200 hingga 20/600 pada bagan Snellen Ini sekitar 10 hingga

30 kali lebih rendah daripada penglihatan orang dewasa normal(20/20). Akan

tetapi, pada usia 6 bulan, penglihatan menjadi 21/100 atau lebih baik.

30

Persepsi Bayi Terhadap Wajah

Pada usia 3 ½ minggu, bayi tertarik kepada mata, mungkin karena bersinar

dan bentuknya sederhana yaitu bulat. Pada usia1 sampai 2 bulan, ia mulai

mengenal garis besar wajah. Diatas 2 bulan, ia mulai memperhatikan unsur-

unsur wajah; ia sudah dapat membedakan mata dari bagian-bagian lain dan

mulai memperhatikan mulut dan gerakan-gerakan mulut akan menarik

perhatiannya. Pada usia 5 bulan, ia sudah mulai mengenal raut wajah,

perubahan-perubahan air muka, bentuk kepala yang lonjong, pola tiga

dimensionalnya dan kaitan antara unsur-unsur wajah. Pada usia 6 bulan, bayi

sudah dapat membedakan wajah antara yang dikenal dengan yang tidak

dikenalnya, dan tentu saja sudah mengenal wajah ibunya.

3.3 Perkembangan Sensori

a. Pendengaran

Segera setelah kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu

sensor mereka agak lebih tinggi di bandingkan dengan ambang pintu sensor orang

dewasa (Trehub, dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu rangsangan harus lebih

nyaring untuk didengarkan oleh bayi yang baru lahir.

b. Sentuhan dan Rasa Sakit

Bayi-bayi yang baru lahir ternyata memberi respon terhadap sentuhan.

Sentuhan ke pipi menghasilkan gelengan kepala, sedangkan sentuhan ke bibir

menghasilkan gerakan menghisap. Suatu kemampuan yang sangat penting yang

berkembang pada masa bayi ialah kemampuan menghubungkan informasi atas

penglihatan dengan informasi yang mereka terima atas sentuhan.

Para ahli beranggapan bahwa bayi yang baru lahir belum dapat merasakan

nyeri. Kebiasaan menyunat bayi berusia 3 hari yang lazim dilakukan di Amerika

Serikat, menunjukkan bahwa bayi-bayi yang sedang disunat itu akan menangis

keras-keras dan tampak gelisah.

c. Penciuman

31

Penelitian Lipsitt, Engen, dan Kaye (1963) menunjukkan bahwa bayi akan

gelisah , menggerak-gerakkan tangan dan kakinya serta berubah pernafasannya

apabila didekatkan kepada asafesida, suatu zat yang sangat busuk baunya. Ini

mambuktikan bahwa mereka sudah dapat mencium bau. Bayi berusia 2 sampai 7

hari sudah dapat mencuim dan mengenal bau payudara ibu dan bau ASI, namun

mereka baru dapat mengidentifikasikan bau ibunya setelah berusia beberapa

minggu (MacFarlane, 1975)

d. Pengecapan

Sensitivitas atau kepekaan terhadap rasa dapat muncul sebelum kelahiran. Jika

cairan amnion dari janin yang cukup waktu diberi sakharin (pemanis), maka janin

akan makin sering menelan (Windle, 1940). Dalam penelitian lain, bayi-bayi yang

baru lahir memperlihatkan suatu ekspresi seperti senyum setelah diberi suatu

larutan manis. Sebaliknya, mereka mengerutkan lidah mereka setelah diberi suatu

larutan asam (Steiner, 1979). Dan dalam satu studi, bayi-bayi berusia 1 hingga 3

hari menangis lebih sedikit ketika mereka diberi larutan sukrosa melalui suatu dot

(Smith, Fillion, & Blass, 1990)

e. Perabaan

Indra perabaan bayi sudah bekerja sejak lahir. Seorang bayi akan

menggerakkan kepalanya apabila pipinya disentuh, dan ia akan melakukan

gerakan mengisap jika bibirnya disentuh. Suatu hal yang penting adalah

kemampuan untuk mengaitkan informasi pelihatan dengan informasi perabaan;

hal ini sudah tampak pada bayi berumur 6 bulan (Acredolo & Hake, 1982)

3.4 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif bayi sangat menantang untuk diteliti karena

banyak yang meragukan apakah bayi sudah dapat berpikir atau belum. Penelitian

dibidang ini dalam beberapa dekade teakhir memperlihatkan bahwa bayi yang

32

normal dan sehat, kompeten secara intelektual. Mereka dapat belajar secara aktif

menanggapi dan mengubah lingkungannya.

3.4.1 Teori Piaget tentang Perkembangan Bayi

a. Tahap perkembangan sensoris-motorik

Tahap sensoris-mortorik Piaget berlangsung dari kelahiran higga kira-kira usia

2 tahun, sama dengan periode masa bayi. Salama masa ini, perkembangan mental

ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk

mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan—gerakan

dan tindakan-tindakan fisik.

Pada permulaan tahap sensoris-motorik, bayi memiliki lebih dari sekedar

refleks yang digunakannya untuk bekerja. Anak berusia 2 tahun memiliki pola-

pola sensoris-motorik dan kompleks dan mulai berkomunikasi dengan suatu

sistem simbol yang primitif. Tidak seperti tahap-tahap lain, tahap sensoris-

motorik dibagi lagi kedalam enam tahap, yang masing-masing meliputi

perubahan-perubahan kualitatif tahapan organisasi sensoris-motorik. Dari

subtahap ke subtahap, skema yang terbentuk akan berubah. Perubahan inilah yang

menjadi inti tahapan piaget.keenam subtahap perkembangan sensori-motorik

adalah (1) Refleks sederhana; (2) kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler

primer; (3) reaksi sirkuler sekunder; (4) koordinasi reaksi sirkuler sekunder; (5)

reaksi sirkuler tersier, pencarian, dan keingintahuan; serta (6) internalisasi skema.

Refleks sederhana (simple reflex) ialah subtahap sensoris-mtorik pertama

piaget, yang terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran. Pada

subtahapini, alat dasar koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui perilaku

refleksif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki bayi sejak

kelahiran.

Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (First habits

and primary circular reaction) ialah subtahap sensoris-motorik kedua

piaget, yang berkembang antara usia 1 dan 4 bulan. Pada subtahap ini bayi

belajar mengkordinasikan sensasi dan tipe skema atau struktur, yaitu

kebiasaan-kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler primer. Misalnya, seorang

33

bayi pada subtahap 1 akan mengisap bila secara oral dirangsang oleh suatu

botol atau bila secara visual diperlihatkan botol, tetapi seorang bayi pada

subtahap 2 dapat melatih skema isapan bahkan bila tidak ada botol yang

muncul.

Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu

skema yang didasarkan pada usaha bayi untuk mereproduksi suatu

peristiwa yang menarik atau menyenangkan yang pada mulanya terjadi

secara kebetulan. Dalam suatu contoh Piaget yang populer, seorang anak

secara kebetulan mengisap jarinya ketika jarinya ditempatkan didekat

mulutnya; kemudian, ia mencari jarinya untuk diisap lagi, tetapi jari ”tidak

bekerja sama” dalam pencarian karena bayi tidak dapat

mengkoordinasikan tindakan vasual dan tindakan manual.

Reaksi sirkuler sekunder (secondary circular reaction) ialah subtahap

sensoris-motorik ketiga Piaget, yang berkembang antara usia 4 dan 8

bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin berorientasi atau berfokus pada

benda di dunia, yang bergerak di dalam keasyikan dengan diri sendiri

dalam interaksi sensoris-motorik. Misalnya, kesempatan menggoyangkan

suatu mainan bayi yang berbunyi kertak-kertak dapat menakjubkan bayi,

dan bayi akan mengulangi tindakan ini dalam rangka mengalami

ketakjuban.

Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination of secondary

circular reaction) ialah subtahap sensoris-motorik keempat Piaget, yang

berkembang antara usia 8 dan 12 bulan. Pasda subtahap ini, beberapa

perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi koordinasi skema

dan kesengajaan. Bayi dapat mengkombinasikan dan mengkombinasikan

ulang skema yang talah dipelajari sebelumnya dengan cara yang

terkoordinasi. Bayi dapat melihat pada suatu benda dan meggenggamnya

secara serentak.

Reaksi sirkuler tersier, pencarian, dan

keingintahuan (tertiary circular reaction, novelty, and curiosity) ialah

subtahap sensoris-motorik kelima Piaget, yang berkembang antara usia 12

34

dan 1 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin tergugah minatnya oleh

berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyaknya hal yang

dapat mereka lakukan pada benda-benda itu.

Internalisasi skema (internalization of schemes) ialah

subtahap sensoris-motorik keenam Piaget, yang berkembang antara usia

18 dan 24 bulan. Pada subtahap ini, fungsi mental bayi berubah dari suatu

taraf sensoris-motorik murni menjadi suatu taraf simbolis, dan bayi mulai

mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.

b. Ketetapan benda

Ketetapan benda (object permanence) ialah istilah Piaget bagi salah satu

pencapaian yang paling penting pada seorang bayi yaitu pemahaman bahwa

benda-benda dan peristiwa-peristiwa masih tetap ada dan terus berlangsung

walaupun benda-benda dan peristiwa-peristiwa itu tidak dapat didengar, dilihat

atau disentuh secara langsung. Misalnya, ketika seorang bayi melihat reaksi suatu

benda atau peristiwa yang menarik perhatian dijauhkan dari bayi. Kalau bayi tidak

memperlihatkan reaksi, itu dianggap mereka yakin benda itu tidak ada lagi.

Sebaliknya, kalau bayi terheran-heran atas hilangnya benda itu dan mencari benda

itu, hal ini berarti mereka yakin benda itu tetap ada.

3.4.2 Habituasi

Habituasi adalah suatu proses pembiasaan. Biasa mendengar suara, biasa

melihat suatu benda atau rngsangan lain, bahkan sedemikian biasanya sehingga

kita kehilangan minat terhadap rangsangan tersebut lalu mengurangi tanggapan

kita. Karena habituasi menyangkut perubahan perilaku yang didasarkan kepada

pengalaman, maka bentuk belajar semacam ini adalah bentuk belajar yang

sederhana. Contohnya, apabila bayi yang baru lahir pada waktu sedang menyusu

mendengar bunyi suara tertentu (bunyi bel misalnya), ia akan kaget lalu berhenti

menyusu sampai suara itu hilang. Namun jika hal ini diulang-ulang, lama

kelamaan ia akan terbiasa dan tetap menyusu walaupun mendengar suara bel itu.

35

Suara bel tidak lagi mengagetkan dan menyebabkan bayi menghentikan

kegiatannya.

Kapasitas untuk habituasi meningkat pada 10 minggu pertama di awal

kehidupan. Karena habituasi dikaitkan dengan perkembangan yang normal, maka

ada atau tidak adanya habituasi serta saat kemunculannya dapat dijadikan ukuran

perkembangan bayi saat itu maupun perkembangannya di masa yang akan datang.

3.4.3 Perkembangan Konseptual

Imitasi

Kemampuan imitasi atau menirukan perilaku orang lain pada bayi telah

muncul sejak lahir. Berbagai percobaan telah membuktikan hal tersebut.

Misalnya, bayi berusia 12-21 hari dapat menirukan cibiran orang dewasa. Atau

bayi berusia 12 minggu dapat menirukan suara orang dewasa tertentu atau gerakan

tangan orang dewasa pada waktu ia berusia 6 bulan bahkan menirukan garak-gerik

muka orang dewasa (menjulurkan lidah) pada 72 jam pertama kehidupan

Imitasi yang ditunda (deffered imitation) ialah imitasi yang terjadi setelah

suatu penundaan waktu berjam-jam atau behari-hari. Misalnya, bayi berusia 9

bulan dapat meniru tindakan-tindakan yang mereka lihat dilakukan 24 jam

sebelumnya.

3.4.4 Perkembangan Bahasa

Seperti layaknya anak-anak, remaja, dan manusia dewasa, bayi telah dapat

berkomunikasi sejak ia baru lahir. walaupun bahasanya belum serupa dengan

bahasa kita. Namun, bahasa bayi, atau yang sering juga disebut baby talk,

umumnya dapat dimengerti dengan mudah selama orangtua mau meluangkan

waktu untuk mempelajarinya.

a. Kemampuan Bicara Pralinguistik

Sebelum bayi mampu mengeluarkan kata-kata pertamanya, ia telah mampu

mengeluarkan suara-suara yang berbentuk tangisan, mendengkut, meraban,

36

meniru bunyi secara tak sengaja, dan sengaja meniru bunyi. Suara-suara itu

disebut kemampuam pralinguistik.

Menangis merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi bagi bayi yang

baru lahir. Bagi orangasing, tangisan bayi terdengarnya sama saja. Tidak demikian

halnya bagi ibu si bayi. Ia dapat membedakan mana tangisan karena lapar,

tangisan karena sakit atau tangisan sekedar manja saja.

Setelah 6 minggu bayi akan mendekut bila ia senang. Dan pada usia usia 6

bulan ia mulai meraban ,mengulang-ulang bunyi suara sederhana yang

didengarnya.pada usia 9-10 bulan, anak akan meniru berbagai bunyi walaupun

tanpa mengerti artinya.

b. Kemampuan bicara linguistik

Pada umumnya anak mulai berbicara pada usia satu tahun. Kata-kata pertama

anak merupakan pertanda dimulainya kemampuan bicara linguistik, yaitu

penggunaan bahasa ujaran untuk menyampaikan pengertian. Tetapi kata-kata itu

masih sangat sederhana dan satu kata itu sendiri masih mempunyai beberapa arti

jika anak mengatakan “bu-bu”, dapat saja berarti “ibu, saya haus”, tetapi dapat

pula digunakan untuk menyatakan “ibu, kaki saya gatal”. Jadi, satu kata dapat

memiliki arti yang berbeda tergantung kepada pikiran anak saat itu. Berbicara

semacam ini disebut holofrase karena mengekspresikan pemikiran yang lengkap

dengan menggunakan satu kata.

Dengan bertambahnya usia, kemampuan bahasa makin meningkat dan kalimat

tidak hanya terdiri dari dua kata saja .

3.4.5 Intelegensi dan Tes Intelegensi pada Bayi

Setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Perbedaan individual dalam perkembangan kognitif

anak pada umumnya diteliti dengan menggunakan skala perkembangan atau

dengan tes intelegensi.

Skala perkembangan atau tes intelegensi yang digunakan untuk bayi lebih

banyak bersifat non-verbal. Skala perkembangan bayi misalnya, lebih banyak

37

menekankan pada asesmen perkembangan persepsi motorik anak dan mengukur

interaksi sosial anak.

Kontributor pertama yang paling penting bagi pelaksanaan tes

perkembangan bayi ialah Arnold Gesell (1934). Versi tes Gesell yang sekarang

digunakan ini memiliki empat kategori perilaku: motorik, bahasa, daya adaptif,

dan interaksi personal-sosial. Development quotient (DQ) ialah skor

perkembangan keseluruhan yang meliputi subskor pada bidang motorik, bahasa

dan daya adapatif, dan interaksi personal-sosial dalam pengukuran bayi Gesell.

Skala perkembangan bayi Bayley (Bayley Scales of Infant Development),

yang dikembangkan oleh Nancy Bayley (1969), digunakan secara luas dalam

pengukuran perkembangan bayi. Versi terbaru memiliki tiga komponen: skala

mental, skala motorik, dan profil perilaku bayi. Tidak seperti Gesell, yang

skalanya dimotivasi oleh alasan klinis, Bayley ingin mengembangkan skala yang

dapat memperlihatkan perilaku bayi dan meramalkan perkembangan kemudian.

3.5 Perkembangan Emosi dan Sosial

Perkembangan emosi dan sosial merupakan dasar perkembangan dan

kepribadiaan anak kelak. Emosi, yang kehadirannya jauh lebih awal dari

kemampuan berbahasa maupun kemampuan kognitif anak merupakan alat untuk

berkomunikasi pada masa bayi ini. Hubungan emosional yang dibentuk oleh bayi

selama masa ini dengan orang-orang yang dekat dengannyalah yanga akan

mempengaruhi cara ia berinteraksi dengan orang lain dimasa yang akan datang.

Pengalaman sosial pada masa dini adalah pengalaman terpenting, dan masa bayi

adalah periode yang peka untuk perkembangan kepribadian.

Perkembangan emosi dan sosial bayi meliputi emosi bayi, tempramen,

kelekatan (attachment) dan perkembangan sosial anak.

3.5.1 Emosi Bayi

Beberapa saat setelah kelahiran, bayi dapat menunjukan minat, sedih,

muak dan tersenyum. Dibawah ini akan diperlihatkan sekilas pintas

perkembangan emosi bayi sejak lahir hingga usia 1 tahun.

38

0-1 bulan

Bayi relatif tidak responsif, jarang bereaksi terhadap rangsangan luar.

Namun pada usia ini bayi sudah dapat menangis . karena menangis adalah

mekanisme yang paling penting yang dikembangkan oleh bayi yang baru

lahir untuk berkomunikasi dengan dunianya. Hal ini benar karena tangisan

pertama bayi membuktikan adanya adanya udara dalam paru-paru bayi.

Tangisan juga dapat membantu dokter atau peneliti untuk meneliti sesuatu

tentang sistem syaraf pusat. Bayi memiliki tiga tipe tangisan, yaitu :

Tangisan Dasar (basic cry), yaitu suatu pola berirama yang biasanya

terdiri dari satu tangisan yang diikuti oleh diam sesaat diteruskan oleh

satu siulan kecil pendek dengan nada agak lebih tinggi dibandingkan

dengan tangisan utama lalu diakhiri dengan istirahat singkat lain

sebelum tangisan berikutnya. (hal yang mendorong adalah karena rasa

lapar).

Tangisan Kemarahan (anger cry), yaitu suatu variasi dari tangisan

dasar. Akan tetapi didalam tangisan kemarahan lebih banya udara

dikeluarkan. Tangisan kemarahan “mendapatkan namanya” dari ibu-

ibu yang menyimpulkan kegusaran dan kemarahan dari tangisan itu.

Tngisan Kesakitan (pain cry), yang dirangsang oleh rangsangan yang

intensitasnya tinggi. Lalu dalam arti ada suatu kemunculan tangisan

keras yang tiba-tiba tanpa rintihan/erangan pendahuluan dan suatu

tangisan awal yang panjang yang diikuti oleh suatu upya menarik nafas

cukup lama.

Kebanyakan orang tua dan orang dewasa pada umumnya dapat

menentukan apakah bayi memperlihatkan kemarahan atau kesakitan.

Namun apakah tangisan bayi harus diberi perhatian atau bayi harus

dibujuk atau apakah ini akan memanjakan bayi?

John Watson (1928) berpendapat bahwa orang tua menghabiskan terlalu

banyak waktunya untuk merespon bayi yang sedang menangis. Ia

mengatakan, sebagai konsekuensinya orang tua sebenarnya memberi

hadiah pada bayinya yang sedang menangis dan meningkatkan terjadinya

39

tangisan. Karena itu munculah kontroversi atas isu apakah orang tua

seharusnya merespon tangisan bayi. Akan tetapi, banyak ahli

perkembangan semakin gencar mengajukan pendapat bahwa bayi tidak

boleh dimanjakan pada tahun pertama kehidupanya dan mereka

berpendapat bahwa orangtua harus segera menenangkan bayi yang sedang

menangis daripada tidak diberi respon sama sekali. Dengan demikian bayi

akan cenderung mengenbangkan suatu rasa percaya dan secure

attachmentdengan pengasuhnya pada tahun pertama kehidupan bayi.

1-3 bulan

Bayi terbuka terhadap rangsangn. Mereka mulai memperlihatkan minat

dan rasa ingin tahu dan suka tersenyum terhadap orang lain. Senyuman

adalah perilaku afektif komunikatif bayi yang juga penting.

Ada dua tipe senyuman pada bayi, yaitu :

Senyuman refleksif (reflexsive smile) tidak terjadi sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar. Senyuman ini tampak selama bulan

pertama setelah kelahiran, biasanya selam terjadinyav pola tidur yang

tidak teraturdan bukan ketika bayi sedang dalam keadaan terjaga.

Senyuman sosial (social smile) terjadi sebagai respon terhadap suatu

rangsangan dari luar yaitu pada awal perkembangan, khususnya

sebagai respon terhadap wajah yang ia lihat.

3-6 bulan

Bayi dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi, dan dapat kecewa bila

hal tersebut tidak terlaksana. Kekecewaan diungkapkan dalam bentuk

kemarahan atau kewaspadaan. Mereka sering tersenyum, mendekut, dan

tertawa. Saat ini adalah saat membangun hubungan sosial dan hubungan

timbale balik antara bayi dan pengasuhnya.

7-9 bulan

Bayi mulai main “permainan sosial” dan mencoba memperoleh tanggapan

dari orang lain. Mereka “berbicara”, menyentuh dan membujuk bayi lain

agar mau menanggapinya. Mereka dapat mengekspresikan berbagai

40

macam emosi, memperlihatkan kegembiraan, rasa takut, rasa marah dan

keheranan.

9-12 bulan

Bayi sangat asyik bersama pengasuh utamanya, mulai takut terhadap orang

asing, dan berlaku lunak terhadap situasi baru. Pada usia 1 tahun mereka

dapat lebih jelas mengomunikasikan emosi mereka, memperlihatkan

suasana hati, dan gradasi perasaanya.

3.5.2 Tempramen

Jika kita perhatikan, setiap bayi itu berbeda. Ada yang penggembira, ada

yang mudah sedih, ada yang tidak terlalu tanggap terhadap rangsangan emosi dan

sebagainya.

Dalam beberapa hal lingkungan memang sangat berpengaruh terhadap

pembentukan emosi anak. Namun, kebanyakan bayi sudah sejak dini

memperlihatkan gambaran emosi atau sifat-sifat yang menetapsampai ia dewasa

kelak, hal mana mengisyaratkan adanya suatu komponen biologis dalam

kepribadian anak. Bayi dengan usia dibawah b minggu sudah dapat

memperlihatkan perbedaan emosi masing-masing individu yang kelak akan

membentuk bagian terpenting dari kepribadiaan mereka.

Ciri-ciri reaksi emosi yang berlainan itu berakar dari perbedaan

tempramen yang dimilik setiap individu, yaitu gaya atau cara seseorang mendekati

atau bereaksi terhadap orang lain atau terhadap berbagai situasi. Jadi tempramen

adalah tentang bagaimananya suatu perilaku. Dengan perkataan lain bukan

mengenai apa yang dilakukan oleh seseorang atau mengapa orang melakukan

tindakan itu melainkan bagaimana tindakan itu dilaksanakan.

Thomas, Chess dan Birch (A. Thomas, Chess & Birch. 1984) menyatakan

bahwa ada 9 komponen dalam tempramen :

1. Tingkat aktivitas

2. Ritmisitas atau keteraturan

3. Pendekatan atau penarikan diri

4. Adaptabilitas

41

5. Ambang kemauan mendengarkan

6. Intensitas reaksi

7. Kualitas suasana hati

8. Kemudahan mengalihkan perhatian

9. Rentang perhatian dan persistensi

Dengan pola tempramen tersebut kebanyakan anak dapat digolongkan

kedalam tiga kategori, yaitu :

Anak yang mudah, yaitu anak-anak yang memiliki tempramen

yang menyenangka, mempunyai ritme biologis yang teratur, dan

mempunyai kesiapan untuk menerima pengalaman baru. Ciri-cirinya :

1) Tanggapannya baik terhadap pengalaman baru dan

perubahan

2) Cepat mengikuti aturan jadwal tidur dan makan

3) Tersenyum pada orang asing

4) Gampang makan makanan yang baru dikenal

5) Dapat menerima frustasi tanpa banyak rewel.

Anak yang sulit, yaitu anak yang bertempramen

mudah marah, ritme biologisnya tidak teratur, dan tegang menghadapi

situasi baru. Ciri-cirinya:

1) Jadwal makan dan tidur tidak teratur

2) Lambat menerima makanan yang baru dikenal

3) Curiga terhadap orang asing

4) Sering kali menangis keras dan juga tertawa keras

Anak yang lambat untuk memulai, anak yang

tempramennya sedang-sedang saja, yang ragu-ragu untuk menerima

pengalaman baru. Ciri-cirinya :

1) Tanggapanya lambat terhadap pengalaman baru dan

perubahan

2) Tidur dan makan lebih teratur dari anak yang sulit tetapi

kurnag teratur dari anak yang mudah.

42

3) Dapat menyukai rangsangan-rangsangan baru secara

bertahap.

3.5.3 Kelekatan ( Attachment)

Perkembangan sosial anak dengan adanya hubungan antara anak dengan

anggota keluarga (terutama keluarga). Dan didalam sistem keluarga inilah

pengalaman yang terpenting dirasakan oleh anak yaitu terjadinya proses

kelekatan. Dan kelekatan itu lebih bersifat kelekatan secara emosional.

John Bowlby menjelaskan bahwa kelekatan emosional adalah istilah yang

digunakan untuk menerangkan adanya ikatan afeksional yang kuat yang mengikat

seseorang dengan orang yang dekat dengannya. Kelekatan emosional antara ibu

dan anak sebenarnya sudah mulai dibentuk oleh ibu atau ayah sesaat setelah

kelahiran. Dari hasil penelitian, waktu yang tepat itu adalah 6-12 jam setelah

kelahiran karena masa itu adalah periode sensitif untuk terbentuknya ikatan

emosional. Ikatan terjadi karena adanya kontak fisik secara langsung.

3.5.4 Perkembangan Sosial

Walaupun keluarga adalah pusat lingkungan sosial bayi tetapi bayi tetap

berminat pada orang-orang diluar lingkungan keluarganya.

Perkembangan sosial yang juga merupakan dasar pembentukan

kepribadian telah dimulai sejak awal kehidupan. Bahwa mereka dapat

mengadakan hubungan sosial terlihat dari reaksi anak terhadap suara atau tangisan

bayi lain.

Minat bayi pada bayi lain berubah-ubah tergantung pada prioritas

perkembangannya. Pada bulan-bulan pertam kehidupannya bayi sangat berminat

pada bayi lain dan berespon terhadap mereka seperti responnya terhadap ibunya

sendiri; melihat; tersenyum dan mendekut. Pada usia 6 bulan sampai 1 tahun ia

makin sering tersenyum, suka menyentuh dan meraban. Apalagi jika mereka tidak

terganggu dengan hadirnya orang dewasa atau mainan. Pada usia lebih kurang 1

tahun ketika tugas perkembangan mereka yang utama adalah belajar berjalan,

maka perhatian mereka lebih banyak kepada mainan ketimbang anak lain.

43

Sama halnya dengan tempramen ternyata terdapat perbedaan individual

dalam perkembangan sosial anak yang telah dimulai sejak dini. Anak yang secara

konsisten selalu didekati oleh anak lain adalah anak yang tidak terlampau asertif

tetapi selalu membalas perhatian yang diberikan anak lain.

Perkembangan sosial harus diikuti dengan kontrol diri dan kemapuan

untuk mengatur diri sendiri.

44

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Pertumbuhan manusia merupakan satu proses yang berlaku terus-

menerus. Pertumbuhan dan perkembangan manusia berlaku dengan pesat di dalam

rahim. Sperma daripada air mani bapaknya bercantum dengan telur atau ovum

daripada ibu lalu membentuk zigot dan seterusnya berkembang sebagai embrio

dan janin.

Banyak sekali yang mempengaruhi perkembangan bayi terutama pada

masa prenatal atau masa sebelum kelahiran.

Perkembangan bayi tidak hanya sampai pada proses kelahiran, tetapi juga meliputi

perkembangan-perkembangan lain seperti perkembangan fisik, kognitif,

intelegensi, bahasa, motorik dan sosial emosi.

Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode

kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap

dan pola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama

setelah periode bayi baru lahir.

45


Top Related