Download - Pencemaran sampah.pdf
PENCEMARAN TANAH DAN AIR AKIBAT SAMPAH
DI KAWASAN SEMANGGI II-CIPUTAT
OLEH:
IKA HUMAEROH
NIM: 1111016200016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGEETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
Ika Humaeroh
1
PENCEMARAN TANAH DAN AIR AKIBAT SAMPAH
DI KAWASAN SEMANGGI II- CIPUTAT
A. Pendahuluan
Ciputat merupakan daerah yang cukup padat penduduk, tepatnya di kawasan
Semanggi II. Karena bukan hanya penduduk lokal yang menempati wilayah tersebut,
melainkan banyak pula penduduk non-lokal yang tinggal di kawasan ini seperti
mahasiswa/i, maupun karyawan/wati . Kepadatan penduduk ini memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan. Semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula
kebutuhan dari tiap orangnya. Sehingga akan semakin banyak pula sampah yang
dihasilkan dari setiap kegiatan yang dilakukan.
Sampah merupakan masalah lingkungan hidup yang sampai saat ini belum
dapat ditangani secara baik, terutama pada Negara-negara sedang berkembang seperti
Indonesia. Kemampuan dalam pengelolaan sampah itu sendiri tidak seimbang dengan
produksinya, sehingga menumpuk dimana-mana. Sampah yang tidak terurus dengan
baik akan menyebabkan menurunnya kesehatan dan nilai estetika lingkungan.
B. Deskripsi Lingkungan Tercemar
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan pola
penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika dan kimia, dan
jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung manusia, atau idak
langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam
apresiasi dan rekreasi di alam bebas.1
Pencemaran lingkungan terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi
dengan penanganan limbah dan sampah yang dihasilkan oleh proses produksi
tersebut. Masalah lingkungan merupakan masalah yang sangat komplek dan timbul
sebagai akibat dari kepraktisan dalam berproduksi dengan menggunakan berbagai
teknologi dan akibat sampingan dari kemajuan teknologi tersebut yang tidak
1 Tresna Sastrawijaya, M.Sc, Pencemaran Lingkungan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm 57.
Ika Humaeroh
2
terkendalikan, seperti sampah dan limbah yang dihasilkan sebelum, selama dan
sesudah proses produksi.
Sampah dan sanitasi lingkungan merupakan suatu masalah besar dalam
kehidupan masyarakat di samping permasalahan lainnya, seperti kemiskinan,
permukiman penduduk yang buruk dan semrawut, kebatasan penyediaan air serta
berbagai ancaman dari berbagai jenis penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan dan
sanitas lingkungan yang buruk. Di kota-kota besar dewasa ini banyak terdapat
penimbunan sampah karena pengumpulan, pengangkutan, pembuangan dan
pemusnahan sampah yang belum memadai.2
1. Pencemaran Tanah
Tanah merupakan sumberdaya alam yang mengandung benda organik dan
anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Sebagai faktor produksi
pertanian tanah mengandung hara dan air, yang perlu ditambah untuk pengganti yang
habis dipakai.
Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini. Pertama ialah
pencemaran secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk secara
berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak
dapat dicernakan seperti plastik.
Pencemaran dapat juga melalui air. Air yang mengandung bahan pencemar
(polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang
hidup di dalam atau di permukaan tanah.
Pencemaran dapat juga melalui udara. Udara yang tercemar akan menurunkan
hujan yang mengandung bahan pencemar, akibatnya tanah akan tercemar juga.3
Jenis dan jumlah zat organik yang ada di dalam tanah sangat tergantung dari
suhu, oksigen, dan zat organik di sekitarnya. Di daerah tropis, di mana temperature
cukup tinggi, proses penghancuran zat organik dapat berjalan lebih cepat dan apabila
garam-garam hasil penguraian ini dapat mudah mengalir/masuk ke lapisan yang lebih
dalam, maka tanah di daerah tersebut menjadi cepat tidak subur. Jenis tanah serta
kandungannya juga menentukan kapasitas pertukaran ion, yang menjadi penting
2 Ir. Yul H. Bahar, Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah (Jakarta: PT Waca Utama Pramesti, 1986), hlm 4. 3 Sastrawijaya, Loc. Cit, hlm 66-67.
dalam proses terjadinya pencemaran tanah, terutama pencemaran zat kimia dan
logam-logam.4
Di daerah Ciputat khususnya Semanggi II, banyak sampah padat yang
menumpuk dan dibiarkan begitu saja. Apalagi daerah tersebut adalah daerah umum
yang sering dilalui. Jika melewati daerah tersebut, akan tercium bau tak sedap yang
sangat menyengat di hidung dan lalat-lalat yang hinggap di atas tumpukan sampah
menyebabkan ketidaknyamanan bagi siapapun yang melewati daerah tercemar
sampah tersebut. Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan oleh
makhluk pengurai dalam waktu lama akan mencemarkan tanah. Yang dimasukkan ke
dalam sampah ialah bahan yang tidak dipakai lagi (refuse), karena telah diambil
bagian utamanya dengan pengolahan, menjadi bagian yang tidak disukai dan secara
ekonomi tidak ada harganya.
Gambar di atas merupakan kondisi tanah tercemar oleh sampah di kawasan Semanggi
II-Ciputat.
4 Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), hlm 139.
Ika Humaeroh
4
2. Pencemaran Air
Beberapa faktor fisik yang ikut menentukan kualitas air adalah keruhan
(turbiditas), warna, ketransparan, suhu, kecepatan aliran, volume aliran, sifat dasar
kolam, dan sifat bagi kolam (Sungai). Untuk kolam (danau) faktor penting lainnya
ialah perbandingan laju pemasukan dan pengaliran keluar, profil kedalaman, ciri dasar
kolam dan tepi kolam.5
Di dalam perairan selalu didapat kehidupan. Benda hidup ini berpengaruh
timbal balik terhadap kualitas air. Organisme pengurai aerobik umumnya terdiri dari
mikroorganisme seperti bakteria yang selalu kerja dalam air menguraikan senyawa-
senyawa organik menjadi karbondioksida dan air. Bakteri lain mengubah amoniak
dan nitrit menjadi nitrat. Proses-proses itu memerlukan oksigen, semuanya merupakan
komponen daur biogeokimia dan esensial untuk fungsi ekosistem air.
Jika jumlah bahan organik dalam air hanya sedikit, maka bakteri aerob mudah
memecahkannya tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam air. Oksigen yang
dipakai akan segera dipakai dengan cara-cara alamiah secepat bakteri
menggunakannya. Tetapi jika jumlah bahan organik itu banyak, maka bakteri
pengurai ini akan berlipat ganda karena banyak makanan. Ini biasanya menyebabkan
kekurangan oksigen.
Manusia terus-menerus membuang sampah organik ke dalam air sehingga
menimbulkan kondisi anaerobik. Limbah yang kurang mendapat perlakuan yang
berasal dari pabrik-pabrik kertas, bubur kayu, kulit, dan sebagainya merupakan
contoh yang terus ada. Kondisi anaerobik ini menyebabkan akan berkurangnya
oksigen dalam air.6
Pada kenyataannya, bukan hanya pabrik-pabrik saja yang membuang
sampahnya kedalam perairan, melainkan banyak pula penduduk Indonesia khususnya
warga di Semanggi II-Ciputat yang membiarkan sampah menumpuk di lingkungan
perairan. Sesekali terlihat beberapa orang memancing di kolam yang tercemar
tersebut. Padahal kolam tersebut terlihat tak sehat, dikarenakan warna airnya yang
tidak jernih dan mengeluarkan bau yang kurang sedap. Sehingga ikan yang ada di
dalam kolam tersebut dapat tercemar juga, dan warga yang memakan ikannya akan
terserang penyakit yang dibawa oleh ikan. Lingkungan perairan tersebut sangat dekat 5 Sastrawijaya, Loc. Cit, hlm 99. 6 Ibid, hlm 101.
dengan rumah-rumah penduduk, jika dibiarkan begitu saja besar kemungkinan
berbagai macam penyakit akan menyerang. Di bawah ini adalah kondisi kolam di
kawasan Semanggi II-Ciputat:
Ika Humaeroh
6
C. Analisis Kimiawi terhadap Lingkungan Tercemar
1. Zat Pencemar
Secara umum sumber sampah dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu
sampah berasal dari kegiatan rumah tangga (domestic refuse), dari kegiatan
perdagangan (commercial refuse) dan dari kegiatan perindustrian (industrial refuse).
Domestic refuse biasanya merupakan sisa makanan, bahan dan peralatan yang
sudah tidak terpakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan, bahan
pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kalang dan lain-lain.
Commercial refuse adalah sampah yang berasal dari tempat-tempat
perdagangan seperti pasaar, supermarket, pusat pertokoan, warung dan tempat jual
beli lainnya. Biasanya sampah yang berasal dari kegiatan perdagangan ini terdiri dari
berbagai jenis, seperti bahan dagangan yang rusak, kertas, plastik dan daun
pembungkus, bagian komoditi yang tidak dapat dimanfaatkan, peralatan yang rusak
dan lain-lain.
Industrial refuse merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri,
jumlah dan jenisnya sangat tergantung pada jenis dan jumlah bahan yang diolah oleh
perusahaan perindustrian tersebut. Suatu perindustrian biasanya membuang limbah
dan sampahnya di sekitar perusahaan tersebut, sehingga sering mencemari lingkungan
lingkungan di sekelilingnya.
Sampah yang mencemari kawasan Semanggi II berasal dari peralatan rumah
tangga (Domestic refuse). Sampah-sampah tersebut berupa bungkus plastik bekas,
sisa-sisa makanan, maupun peralatan rumah tangga yang sudah tidak terpakai lagi.
Beberapa jenis sampah sulit untuk diuraikan kembali.
Disamping sampah yang bersumber dari kegiatan di atas, masih ada sampah
jenis lain yaitu sampah yang berasal dari jalanan (street sweeping), dari bangkai
binatang yang mati (dead animal), pembersihan dan pembangunan suatu tempat,
sampah dari tempat produksi pertanian dan lain-lain.7
Berdasarkan jenisnya, sampah dapat pula diklasifikasi atas beberapa
kelompok, antara lain:8
7 Yul H. Bahar, Op. Cit, hlm 5. 8 Ibid, hlm 6-7.
Ika Humaeroh
7
1. Garbage yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan,
atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan
sebagai makanan oleh organisme lainnya. Sampah jenis ini biasanya
bersumber dari domestic refuse atau industri pengolahan makanan.
2. Rubbish yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk tetapi
mudah terbakar, seperti kayu, bahan plastik, kain, bahan sintetik. Kedua
adalah sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar,
seperti metal, kaca, keramik, dan tulang hewan.
3. Ashes dan Cinder yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal dari
kegiatan pembakaran.
4. Dead animal yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat berupa
bangkai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar (Wild
animal).
5. Street sweeping yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang
jalan, seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun kayu
dan lain-lain.
6. Industrial waste merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri,
sampah jenis ini biasanya lebih homogeny bila dibandingkan dengan
sampah jenis lainnya.
2. Reaksi Pencemaran yang Terjadi
Sekarang masyarakat pada umumnya sudah mengeluh, karena sampah yang
menggunung di mana-mana. Sampah sebagai hasil sampingan kegiatan manusia telah
menimbulkan permasalahan yang sangat komplek, baik pada masyarakat desa,
terlebih pada masyarakat perkotaan.
Sampah adalah buangan berupa bahan padat merupakan polutan umum yang
menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit,
menurunkan nilai sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan
berbagai akibat negatif lainnya.
Reaksi yang terjadi akibat pencemaran sampah terhadap lingkungan ini
berpengaruh pada:9
9 Ibid, hlm 7-8.
Ika Humaeroh
8
a. Nilai Estetika
Sampah yang menumpuk dan dibiarkan pada tempat-tempat terbuka (open
dump), menyebabkan rendahnya nilai estetika di sekitar tempat-tempat
tersebut. Hal ini disebabkan oleh penampakan fisik yang tidak enak dilihat,
bau busuk yang tidak enak, dan berkembangnya berbagai organisme. Bila
datang angin akan menyebabkan sampah beterbangan sehingga
mengganggu kenyamanan pemukiman penduduk di sekitar tempat
tersebut. Kotoran dan sampah yang tidak terurus dan menumpuk di
sembarangan tempat menyebabkan kesehatan, kenyamanan lingkungan
menjadi rendah, karena air, udara, tempat pemukiman dan tempat bekerja
menjadi tidak enak dan tidak layak lagi.
b. Polusi Udara dan Air
Dengan pembakaran sampah secara terbuka dan tidak dikendalikan di
samping menghasilkan residu dan penghancuran sampah, juga
menimbulkan emisi pada atmosfir dengan peningkatan komponen-
komponen polutan di udara, seperti gas karbondioksida (CO2),
karbonmonoksida (CO), nitrogenmonoksida (NO), gas-gas sulfur, amoniak
dan partikel-partikel kecil di udara. Polutan udara ini akan menyebabkan
penyakit pernafasan, penyakit kulit dan lain-lain.
Air yang ada pada sampah umumnya mengandung bahan kimia, bakteri
dan kotoran lainnya yang dapat merembes ke dalam tanah dan akhirnya
mencemarkan sumber air penduduk, seperti sumur, mata air. Tempat
penimbunan sampah yang berada dekat sungai, kanal, saluran air dapat
mencemari air, baik oleh rembesan air dari sampah maupun oleh sampah
itu sendiri.
c. Sumber Penyakit
Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan lingkungan kehidupan
yang baik bagi perkembangan tikus, nyamuk, lalat, insekta, dan mikroba.
Organisme ini dapat menimbulkan dan menyebarkan berbagai jenis
penyakit kepada penduduk di sekitar tempat penimbunan dan
penampungan sampah. Penyakit ini bukan hanya menyerang manusia,
Ika Humaeroh
9
tetapi dapat pula menyerang ternak di sekitar tempat tersebut yang
akhirnya secara tidak langsung menyerang juga pada manusia.
Transfer penyakit dari tempat-tempat penimbunan sampah ada yang secara
langsung menimbulkan penyakit (melalui kontak langsung) dan ada pula
yang tidak langsung, yaitu melalui udara, air minum dan makanan.
Biasanya peyakit yang dibawa berasal dari bakteri pathogen, virus serta
faekal hewan dan manusia. Penyakit yang ditimbulkan antara lain: tpus,
pes, disentri amoeba bakteri, diare, kolera, tripanosomasis (African
sleeping sicknes), malaria dan lain-lain.
d. Penyumbatan Saluran Air
Kebiasaan buruk bagi sebagian besar orang adalah membuang sampah ke
sungai, got, atau saluran air lainnya. Hal ini di samping menimbulkan
polusi pada air, juga menyebabkan pendangkalan dan penyumbatan
saluran ar, sehingga bila hujan dating saluran air itu akan mampat dan
menimbulkan banjir. Sampah yang menumpuk di sembarang tempat dapat
pula menimbulakan penyumbatan saluran air bila terbawa oleh arus air
pada saat hujan.
D. Solusi Alternatif
1. Teknik Pembuangan Sampah
Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai
pada tempat pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah mengurangi sumber
sampah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas dengan:10
Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat
menjadi sampah
Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku
Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah,
misalnya pembungkus plastic diganti dnegan pembungkus kertas.
2. Penanganan Sampah
Penanganan sampah ialah mencegah timbulnya pencemaran. Misalnya dengan
10 Soemirat Slamet, Op.Cit, hlm 157.
Ika Humaeroh
10
cara: 11
Penimbunan (dumping) dengan maksud untuk menutupi rawa, jurang,
lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut. Cara ini murah tetapi masih
menimbulkan bau, kotor, penyakit, dan pencemaran.
Pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill) dengan mengisi tanah
bengkok dan kemudian menutupnya dengan tanah.
Pencacahan (grinding). Limbah organik dimasukkan ke dalam alat
penggiling sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan ke selokan, hanyut ke
tempat pengolahan lebih lanjut.
Pengomposan (composting), yakni pengolahan limbah untuk memperoleh
kompos untuk menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu
menguraikan limbah organik menjadi anorganik pada suhu dan
kelembaban udara yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme itu
(bakteri, jamur).
Pembakaran (incineration) dengan hasil gas dan residu
Pirolisis yakni mengolah limbah dengan proses dekomposisi senyawa
kimia pada suhu tinggi dengan pembakaran tidak sempurna atau suatu
proses peruraian kimia isomerasi, deoksigenisasi, denitrogenisasi.
Misalnya menjadi cairan, gas, dan padatan dari limbah selulosa.
11 Sastrawijaya, Op. Cit, hlm 74-75.
Ika Humaeroh
11
DAFTAR PUSTAKA
H. Bahar , Yul. 1986. Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: PT
Waca Utama Pramesti.
Sastrawijaya, Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soemirat Slamet, Juli. 2007. Kesehatan Lingkungan . Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.