Transcript
Page 1: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

By Aun Falestien Faletehan

2009

Page 2: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Bayangkan ...

Page 3: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Keluarga ini telah lama hidup bersama. Masing-masing anggota keluarga saling menyayangi danmenjaga satu sama lain

Page 4: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)
Page 5: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Suatu ketika ...Ketika masing-masing sudah duduk untuk bersiap memakan hidangan yang sudah disediakan ibunda tercinta!

Anak-anak merasa ada yang aneh dari tingkah lakukedua orang tuanya.“Ada peristiwa yang mungkin tidak kita harapkandi pagi hari ini,” terka salah satu anak.

Page 6: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Ayah dan Ibu saling menatap dengan mata sendu

Seolah-olah memendam sesuatu yang buruk tetapi enggan mengutarakan di hadapan putra-putri tercintanya

Page 7: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

“Ayah dan Ibu baru saja menghitung-hitung kondisi keuangan rumah tangga kita,” ujar Ibu sambil melihat ke bawah di arah piring sarapan paginya; untuk menghindari kontak mata dengan anak-anaknya.

Page 8: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)
Page 9: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Ibu mulai memaksa diri untuk melihat sekeliling meja makan, dan mulai berbicara lagi;

“Pada intinya, Ayah dan Ibu sudah tidak sangguplagi untuk membelikan makanan dan pakaian buatkalian berempat,” lanjut Ibu secara diplomatis.

Page 10: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Sejenak kemudian, Ibu menunjuk dua anak yang duduk didepannya; seraya berkata:

Page 11: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

“Hal ini tidak ada kaitannya dengan pilihkasih atau lebih sayang pada dua saudaramuyang lain,” sahut sang Ayah yang akhirnyamembuka suara untuk membantu retorikasang Ibu.

Page 12: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Namun ...Ayah melanjutkan sambil memaksakan diri untuktersenyum, “Kita telah mempersiapkan segalanya. Paman dan bibimu akan datang kemari untuk mengasuhkalian.

Page 13: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)
Page 14: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Dua anak yang masih tinggal di rumah itu disambutoleh sebuah meja makan dan empat buah kursiduduk.

Dua kursi yang lain telah dipindahkan. Semuamemori fisik dan kenangan tentang kedua anakyang telah diasuh paman dan bibi itu telahdilenyapkan begitu saja.

Page 15: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Dimensi emosional tentang kenangan terhadap duaanak yang lain telah diabaikan.

Page 16: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Ayah dan Ibu mulai menekankan kepada dua anakyang tersisa, mereka yang bisa bertahan, bahwakeduanya patut untuk diberi pujian;

“Kalian berdua telah diijinkan untuk tetaptinggal sebagai bagian dari keluarga ini”

Page 17: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

“Untuk menunjukkan kebanggaan kami, kalian akan diharapkan untuk bekerja lebih keras darisebelumnya.”

“Ini semua untuk kejayaan keluarga kita”

Page 18: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Sang Ayah menjelaskan bahwa, “Beban kerja keluargakita tetap sama meskipun dua saudara kalian telahpergi.”

“Justru ...Kalianlah yang sekarang mengerjakan tugas yang dahulu dilakukan dua saudaramu.”

Page 19: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

“Kondisi ini akan semakin mempererat kita semuasebagai keluarga yang solid,” tutur sang Ibu.

Page 20: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

“Oke ...Makanlah sarapan kalian. Lagi pula, makananini juga membutuhkan biaya,” ketus sang Ayah untuk mengakhiri pembicaraan.

Page 21: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Diadaptasi dari David Doer (1993), “Metaphor of the surviving children” dalam Laura P. Hartman (2002), Perspectives in business ethics, New York: McGraw-Hill Irwin, pp. 389-390

Page 22: Metafora Downsizing (Pengurangan Jumlah Pegawai)

Renungan

1) Apa yang dirasakan dua anak yang pergi dari rumah? “Mungkin marah, terluka, takut, sedih, dan merasabersalah.

2) Apa yang dirasakan dua anak yang tersisa? “Mungkin perasaannya hampir sama dengan merekayang pergi, atau justru lebih parah dari sisi psikologis.”

3) Apa yang dirasakan oleh Ayah dan Ibu? “Mungkin hampir sama juga dengan keempat anaknya”

4) Apakah kedua anak yang tersisa bisa bekerja secaralebih baik? “Dalam beberapa kasus, tidak ada yang bisa menjaminkalau tingkat produktivitas kerja akan semakin naik.”


Top Related