Transcript
Page 1: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN PADA TAFSIR AL-

MISHBÂH KARYA M. QURAISH SHIHAB: STUDI KASUS SURAH AN-NISÂ

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

oleh:

DARTI NURMAESAROH

NIM: 1111024000029

Jurusan Tarjamah

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1437H / 2015M

Page 2: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

i

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 30 November 2015

Darti Nurmaesaroh

NIM: 1111024000029

Page 3: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

ii

Page 4: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

iii

Page 5: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

iv

ABSTRAK

DARTI NURMAESAROH

“Makna Konotatif dalam Terjemahan al-Quran pada Tafsir al-Mishbâh karya M.

Quraish Shihab: Studi Kasus Surat an-Nisâ” tahun 2010.

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis berapa jumlah ayat pada surat an-Nisâ

dalam Tafsir al-Mishbâh yang mengandung makna konotatif dan bagaimana

terjemahan tersebut memaknani makna konotatif. Di samping itu, peneliti akan

melihat kategori-kategori konotasi yang terdapat pada terjemahan ayat terpilih.

Untuk memecahkan masalah di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan

metode analisis kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Dengan kata lain, penelitian kualitatif dilakukan dengan cara

mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, yaitu

berupa teks-teks atau kata-kata, bukan dengan angka-angka. Sumber data yang

digunakan adalah Terjemahan al-Quran yang diambil dari Tafsir al-Mishbâh

volume 2 karya M. Quraish Shihab.

Dari 170 terjemahan ayat, peneliti menemukan 12 terjemahan ayat yang

menandung makna konotatif. Kemudian terjemahan ayat terpilih dianalisis sesuai

dengan teori makna konotatif.

Setelah diteliti, peneliti menemukan beberapa konotasi yang sama pada beberapa

terjemahan ayat. Hasil analisis menjawab, bahwa makna konotatif yang terdapat

dalam terjemahan surat an-Nisâ dalam Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish

Shihab didominasi oleh konotasi yang bersifat negatif.

Page 6: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Awt, sang

Maha Pengasih lagi Penyayang, karena berkat Kemurahan-Nya saya diberi

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Di samping Kemurahan yang

diberikan Allah Swt, berkat kasih cinta orang-orang di sekitar saya pula skripsi ini

dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam tercurah kepada kekasih Allah, junjungan umat

manusia seluruh alam Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan

semoga kita semua mendapat syafaatnya di hari pengadilan nanti. Dengan segala

kerendahan hati, tak lupa saya haturkan beribu terima kasih kepada sejumlah

nama yang turut serta mensukseskan dan memberi kemudahan bagi saya dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

Dalam kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada

seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah khususnya kepada: Prof. Dr.

Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas adab dan Humaniora dan Dosen

Seminar Proposal saya. Kepada Dr. Syarif Hidayatullah, M. Hum, selaku Ketua

Prodi Tarjamah dan Ibu Rizqi Handatyani M.A selaku sekretaris jurusan yang

mana telah meberikan kemudahan dalam segala urusan administrasi. Juga kepada

semua dosen tarjamah UIN Jakarta yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu

mereka yang sangat berguna kepada saya selama perkuliahan. Semoga Allah

membalas amal kebaikan mereka semua. Amin.

Page 7: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

vi

Pertama saya haturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda

Karlina Helmanita, M. Ag, yang tak kenal lelah membimbing saya dalam segala

proses penelitian skripsi ini hingga selesai. Betapa arahan, petunjuk, dan

bimbingan beliau amat sangat memberikan pelajaran berharga yang tak ternilai

harganya untuk saya.

Terima kasih berbalut cinta yang tak terhingga saya haturkan kepada

kedua orangtua tercinta, Abah Dudung dan Mamah Mumun, yang tak kenal lelah

memberikan dorongan, dukungan, motivasi baik materil dan imateril. Yang mana

karena merekalah saya dapat menjangkau dunia dengan ilmu pengetahuan.

Kepada kedua adik, Dadan dan Iki, yang terus mendoakan saya agar dimudahkan

dalam skripsi ini. Kepada penyejuk hati, Sahrial, yang tak kenal lelah membantu,

menghibur, dan sabar menyemangati saya dalam proses menyelesaikan penelitian

ini. Kepada sahabat-sahabat terbaik, Syawaliah dan Annisa, yang selalu ada dalam

suka dan duka, saling memberi masukan dan pendapat. Juga sahabat-sahabat

Tarjamah 2011 yang selama empat tahun berbagi canda dan tawa hingga perjalan

menuju toga terasa sangat berwarna.

Semoga skripsi yang sederhana ini membawa manfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan., terutama kajian penerjemahan. Semoga karya yang sederhana

ini menjadi awal dari produktivitas pribadi saya di masa-masa mendatang. Amin.

Page 8: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

vii

Dengan rendah hati, saya minta maaf dan terimakasih jika saya banyak

salah, keliru, atau tidak pada tempatnya dalam bersikap serta membawakan diri

selama ini.

Ciputat, 30 November 2105

Darti Nurmaesaroh

Page 9: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Pernyataan………..................……………………………………………..……..i

Halaman Pengesahan……………………....……………………………………ii

Abstrak ………………………………………………………………………….iii

Kata Pengantar …………………………………………………………………iv

Daftar Isi……………………………………………………………...…………vii

Pedoman Transliterasi ........................................................................................ ix

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….……….1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ……………………….…………..2

C. Tujuan Penelitian …………………………………………….………….3

D. Manfaat Penelitian ………………………………………….…………..3

E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………….………4

F. Landasan Teori …………………………………………………………4

G. Metodologi penelitian

1. Metode Penelitian…………………………………….…………..6

2. Sumber Data……………………………………………………...6

3. Teknik Pengumpulan Data………………………………………6

4. Analisis Data………………………………………………….…..7

H. Sistematika Penulisan ……………………………………………….…..7

BAB II: KERANGKA TEORI

A. Teori Penerjemahan …………………………………….……………….8

1. Definisi Penerjemahan ……………………………………….……...8

Page 10: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

ix

2. Macam-macam Penerjemahan ……………………………….……9

B. Makna Konotatif …………………………………………….…...….....15

1. Pengertian Makna Konotatif …………………………………......15

2. Perbedaan Denotatif dan Konotatif ……………………..…….….16

BAB III: M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL-MISHBÂH

A. Biografi M. Quraish Shihab …………………….……………......……24

1. Riwayat Hidup ……………………….……………………………..24

2. Karir…………………………………………………………………25

3. Karya-karya ……………………….………………………………..27

B. Tafsir al-Mishbah M. Quraish Shihab

1. Gambaran Teks Penerjemahan al-Quran dalam Tafsir al-

Mishbâh …………………………………………………………….31

2. Karakter Penerjemahan al-Quran dalam Tafsir al-Mishbâh …33

BAB IV: ANALISIS MAKNA KONOTATIF PADA TERJEMAHAN AL-

QURAN DALAM TAFSIR AL-MISHBÂH

A. Temuan ………………………………………………………………..34

B. Analisis …………………………………………………………………43

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………..51

B. Saran ……………………………………………………………………52

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Konsonan

No. HURUF

ARAB HURUF

LATIN

No. HURUF

ARAB

HURUF

LATIN

ا .1Tidak

dilambangkan 16.

طth

zh ظ .b 17 ب .2

.t 18 ت .3 ع

g غ .ts 19 ث .4

f ف .j 20 ج .5

q ق .h 21 ح .6

k ك .kh 22 خ .7

l ل .d 23 د 8

m م .dz 24 ذ .9

n ن .R 25 ر .10

w و .z 26 ز .11

h هـ .S 27 س .12

` ء .sy 28 ش .13

y ي .sh 29 ص .14

dl ض .15

Page 12: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

xi

Vokal

1. Vokal Tunggal

No. TANDA HURUF

LATIN

No. TANDA

HURUF

LATIN

1. ____

a 3. _____ u

2. ------ I

2. Vokal Rangkap

NO. TANDA DAN

HURUF NAMA

GABUNGAN

HURUF NAMA

fathah dan yâ` ai a dan i ..... ي .1

fathah dan wâu au a dan u ........و .2

Maddah

No.

HURUF

DAN

HARAKAT

TANDA No

.

HURUF DAN

HARAKAT TANDA

1. ......ا

â 3. و...... û

2. .....ي

î

Page 13: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

1

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Kata merupakan unsur terpenting dalam kalimat, setiap kata mempunyai

makna atau arti.1 Makna segala informasi yang berkaitan erat dengan sebuah

ujaran, maka dari itu makna menjadi objek utama dalam semantik. Jika kata

dalam suatu kalimat tidak digunakan secara tepat maka maksud dan makna

kalimat itu akan terganggu dan pesan yang akan disampaikan tidak akan sampai.

Dalam ilmu semantik terdapat dua macam makna, yaitu makna denotatif dan

makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang awal, makna yang wajar,

makna yang sesuai dengan kenyataanya. Sedangkan makna konotatif adalah

makna wajar yang memperoleh perasaan tertentu, emosi tertentu, dan rangsangan

tertentu pula yang bervariasi dan tidak terduga.2 Makna konotatif adalah makna

yang tidak mudah dipahami, sedangkan dalam pemahaman lain diterangkan

bahwa makna denotatif adalah makna asli yang dimiliki oleh sebuah leksem.

Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif

tersebut yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang.3

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti salah satu makna yang telah

dibahas di atas, yaitu makna konotatif. Seperti yang telah dipaparkan di atas

bahwa makna konotatif adalah makna yang memiliki rasa. Adapun nilai rasa yang

dimaksud adalah rangsangan yang mempengaruhi panca indera, perasaan, sikap,

dan penilaian. Rangsangan dapat bersifat individu atau kolektif serta berdasarkan

1 J. S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, (Jakarta: T.pn., 1995), h. 50.

2 J.D Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga 2004), h. 97-98.

3 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), h. 292.

Page 14: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

2

pengalaman. Makna konotasi mengandung nilai rasa positif, negatif, dan terkang

netral. Berikut merupakan tiga contoh yang mengandung seluruh nilai konotasi.

1) Ibu guru sedang menasihati anak yang bebal

2) Para Ulama berkumpul di masjid Agung

3) Artis yang bernama Saikoji berbadan gemuk

Pada ketiga contoh di atas, kata “bebal”, “agung”, dan “gemuk” mempunyai

makna denotatif dan konotatifnya masing-masing. Kata bebal berarti bodoh yang

berlebihan. Orang yang mengatakan kata tersebut kepada lawan bicaranya

mengandung perasaan menghina dan merendahkan. Maka kata “bebal” tersebut

mengandung makna konotatif negatif. Kata “agung” pada contoh kalimat yang

kedua tidak hanya mempunyai makna “besar” namun mengandung makna lain

yaitu “mulia” atau sesuatu yang dihormati.” Maka, kata agung di atas

mengandung makna konotasi positif. Dalam contoh yang ketiga, kata gemuk

mengandung makna konotasi netral jika disandingkan dengan kata “gembrot”

yang memiliki nilai rasa yang negatif, kata “besar” memiliki nilai rasa yang

positif. Ketiga kalimat di atas merupakan contoh kalimat konotatif dalam bahasa

Indonesia.

Dari contoh di atas, peneliti akan meneliti makna konotatif pada terjemahan

surat Annisa dalam Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk dapat menemukan masalah yang lebih mendalam, peneliti membatasi

objek penelitiannya dengan meneliti makna konotatif dalam terjemahan surat

Annisa yang diambil dari Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab.

Page 15: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

3

2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

a) Ayat-ayat apa saja yang mengandung makna konotatif dalam terjemahan

surat an-Nisa pada Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab?

b) Bagaimana kecenderungan makna konotatif dalam terjemahan al-Quran

surat an-Nisa pada Tafsir al-Mishbâh karya M. Qurais Shihab?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah ditemukan di atas, peneliti memiliki tujuan

umum dalam penelitian ini, di antaranya:

a) Untuk mengetahui jumlah ayat yang mengandung makna konotatif dalam

surat Annisa pada Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab.

b) Untuk mengetahui kecenderungan makna konotatif pada terjemahan surat

Annisa dalam Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis konotasi

yang terdapat dalam surat Annisa pada buku Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish

Shihab. Di samping itu, secara praktis penilitian ini juga diharapkan dapat

memberikan manfaat dan kontribusi keilmuan pada mahasiswa Tarjamah. Selain

itu, setelah dilakukan penelitian ini peneliti berharap para penerjemah dapat lebih

memahami dan memperhatikan makna konotatif dalam bahasa sasaran.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh peneliti temukan, penelitian yang membahas makna konotatif yang

pernah dilakukan adalah; pertama, Zainab, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

meneliti tentang “Analisis Makna Konotatif dan Denotatif yang tidak tepat

Page 16: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

4

maupun yang tepat (studi kasus Terjemahan Kitab Subulussalam Jilid III Bab

Pernikahan oleh Drs. Abubakar Muhammad)” tahun 2010. Perebedaan yang

terdapat pada penelitian ini adalah objek yang digunakan sebagai bahan

penelitian. Penelitian yang digunakan oleh Zainab adalah objek yang mengandung

istilah hukum sedangkan objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

terjemahan ayat-ayat al-Quran.

Kedua, penelitian konotatif juga pernah dilakukan oleh Imam Arifin,

Mahasiswa Tarjamah UIN Jakarta yang meneliti tentang “ Makna Konotasi Kata

Ambilan Bahasa Arab dalam Buku Mafahim Hizbut Tahrir Indonesia” tahun

2014. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini adalah objek yang digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Imam Arifin menggunakan objek “kata ambilan”

sedangkan objek yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah terjemahan

al-Quran.

F. Landasan Teori

1. Teori Penerjemahan

Menurut Catford yang dikutip oleh Suryawinata dan Sugeng,

“penerjemahan merupakan penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa

dengan materi tekstual dalam suatu bahasa dengan materi tekstual yang padan

dalam bahasa lain (Translation is the replecment of textual material in one

language by equivalent textual material in other language).4 Perlu

diperhatikan bahwa materi yang dimaksud Catford tidak harus sesuatu yang

tertulis. Jadi penerjemahan bisa berupa lisan maupun tulisan.

4 Suryawinata & Sugeng, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis

Menerjemahkan (Yoyakarta: Kanisius, 2003), h. 12.

Page 17: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

5

Terdapat banyak macam-macam penerjemahan, diantaranya adalah

penerjemahan komunikatif dan penerjemahan semantik. Penerjemahan

komunikatif adalah dimana seorang penerjemah harus memproduksi makna

kontekstual yang sedemikian rupa ketika menerjemahkan dengan

menggunakan metode ini. Aspek kebahasaan dan aspek langsung dapat

dimengerti oleh pembaca. Metode ini mengharuskan penerjemah mengerti

prinsip-prinsip komunikasi.5 Pendekatan penerjemahan komunikatif

berhubungan erat dengan pendekatan semantik.

2. Teori Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan makna yang bukan makna aslinya.

Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai

nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki rasa maka

dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi bisa juga disebut berkonotasi

netral. Konotasi bersifat merangsang dan menggugah pancaindra, perasaan,

sikap, penilaian, dan keyakinan dan keperluan tertentu rangsangan-

rangsangan tersebut dapat bersifat individual dan kolektif. Makna konotasi

umumnya tidak dikaitkan dengan kata, sedangkan kosakata tidak hanya

terdiri atas kata, tetapi juga terdiri atas beberapa kata, seperti kambing hitam.

Makna kambing hitam bukan merupakan gabungan makna kambing dan

makna hitam, melainkan memiliki makna tersendiri, yaitu “orang yang

dipersalahkan”. Karena mempunyai makna yang tidak dapat ditelusuri dari

5 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia,

(Tangerang: Dikara, 2010), h. 34

Page 18: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

6

makna setiap kata pembetuknya, kambing hitam dikatakan pula mempunyai

makna idiomatis dan berkonotasi negatif.6

G. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Dengan kata lain,

penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang

terkait dengan masalah yang akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-

kata, bukan dengan angka-angka.8

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data dari terjemahan

surat an-Nisa dalam Tafsir al-Mishbâh volume 2 karya M. Quraish Shihab.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a) Membaca terjemahan al-Quran surat an-Nisa dalam Tafsir al-

Mishbâh secara heuristik

b) Memilih terjemahan ayat-ayat al-Quran surat an-Nisa dalam

Tafsir al-Mishbâh yang mengandung makna konotatif

4. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan cara menganalisis makna denotaif pada

terjemahan ayat-ayat terpilih. Setelah itu peneliti menganalisis makna

6 Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik), (Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 116. 7 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta, Arruz Media, 2011), h. 30.

8 Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Grafindo, 2013), h. 79.

Page 19: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

7

konotatif. Lalu, peneliti mengkategorikan setiap hasil analisis kepada

pembagian sifat makna konotatif yaitu konotasi positif, konotasi negatif, dan

konotasi netral. Dalam proses analisis ini, peneliti menguraikan unsur-unsur

pembentukkan satuan bahasa, setelah itu dibedakan dan dikelompokkan

sesuai dengan objek yang menjadi masalah penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Guna mendapat pemahaman yang komprehensif dalam penelitian ini, peneliti

perlu merumuskan sistematika penelitian sebagai berikut:

Bab I pendahuluan, mencakup: latar belakang masalah, pembatasan rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

metodologi penelitian, sistematika penelitian.

Bab II kerangka teori, mencakup: definisi dan macam-macam penerjemahan,

definisi makna konotatif juga perbedaan makna konotatif dan denotatif.

Bab III tinjauan umum atas teks sasaran mencakup: tinjauan umum terhadap

Tafsir al-Mishbah, biografi peneliti.

Bab IV analisis makna konotasi pada surat Annisa dalam Tafsir al-Mishbâh

karya M. Quraish shihab.

Ba V penutup, mencakup kesimpulan dan rekomendasi.

Page 20: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

8

BAB II

Kerangka Teori

A. Teori Penerjemahan

1. Definisi Penerjemahan

Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam

bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya

sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut

maknanya dan kedua menyangkut gayanya (translating consists in

reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the

source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of

style).9 Definisi tersebut diungkapkan Eugene A. Nida dan Charles R. Taber

yang dikutip oleh A Widya Marta dalam bukunya The Theory and Practice of

Translation. secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan

sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Peran penerjemah sangatlah sentral dalam kegiatan penerjemahan. Sebab,

ia berperan sebagai mediator yang menjadi jembatan penghubung antara

penulis teks sumber dan pembaca teks target. Jembatan penghubung inilah

yang menghadirkan pemikiran penulis teks sumber ke dalam teks target

dalam bingkai kesepadanan. Secara teoritis, sesungguhnya mengungkapkan

pemikiran orang lain dari bahasa sumber ke dalam bahasa target itu lebih sulit

daripada mengungkapkan pemikiran sendiri. Kesulitan ini timbul karena

penerjemah mengemban tanggung jawab besar.10

9 A Widya Marta, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 11.

10 M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 25.

Page 21: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

9

2. Macam-Macam Penerjemahan

Seorang penerjemah mempunyai teknik tersendiri ketika menerjemahkan

suatu teks sumber. Terdapat banyak macam metode yang dikembangkan oleh

para ahli. Berikut salah satunya, yaitu metode yang diungkapkan oleh dinilai

paling lengkap dan memadai. Newmark membagi metode ini menjadi delapan

bagian, di antaranya:

a) Penerjemahan Kata demi Kata

Saat menerjemahkan menggunakan metode ini, penerjemah akan

meletakkan teks sasaran sesuai dengan versi teks sumber. Kata-kata dalam

teks sumber diterjemahkan di luar konteks. Hal ini biasanya digunakan untuk

prapenerjemahan (analisis dan tahap pengalihan) untuk teks sumber yang

sulit dipahami. Contoh:

تاب في الفصل ك

“Di dalam kelas ada sebuah buku”

b) Penerjemahan Harfiah

Menerjemahkan dengan menggunakan metode ini, seorang

penerjemah dituntut untuk mencari padanan konstruksi gramatikal teks

sumber yang terdapat dalam teks sasaran. Penerjemahan kata-kata teks

sumber masih dilakukan terpisah. Metode ini biasanya digunakan pada tahap

awal (pengalihan). Contoh:

جاء سجل هي سجل الثش و اإلحساى إلي يىغياكشتا لوساعذج ضحايا الزلزال

“Datang seorang laki-laki baik ke Yogyakarta untuk membantu korban-

korban gocangan”

Page 22: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

10

c) Penerjemahan Setia

Saat penerjemah menggunakan metode ini, ia harus memproduksi

makna kontekstual, tetapi masih bisa dibatasi oleh struktur gramatikalnya.

Contoh:

كثيش الشهاد هى

“Dia (laki-laki) dermawan karena banyak abunya.”

d) Penerjemahan Semantik

Seorang penerjemah diharuskan memiliki keluwesan saat

menerjemahkan dengan metode ini. Ia harus mempertimbangkan unsur

estetika teks sumber dengan mengkompromikan makna selama masih dalam

batas wajar.

سأيت را الىجهيي في الوطثخ

“Aku melihat si muka dua di dapur”

e) Penerjemahan Adaptasi

Ketika menerjemahkan menggunakan metode ini, seorang penerjemah

cenderung tidak terlalu memperhatikan keteralihan struktur teks sasaran.

Yang diperhatikan hanyalah, apakah terjemahannya dapat dipahami dengan

baik oleh si penutur teks sasaran. Contoh:

تعيذا حيث لا تخطى قذم عاشت

ذ الي اتيع تأعلي الهشع

“Dia hidup jauh dari jangkauan

Di atas gemercik air yang terdengar jauh”

Page 23: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

11

f) Penerjemahan Bebas

Penerjemah biasanya cenderung mengutamakan isi dan mengorbankan

bentuk teks sumber. Tak jarang bentuk retorik (seperti alur) atau bentuk

kalimatnya benar-benar berubah. Dalam metode ini, terjadi perubahan drastis

antara struktur luar teks sumber dan teks sasaran.11

Contoh:

اس أجوعيي في أى الوال أصل عظين هي أصىل الفساد لحياج ال

“Harta sumber malapetaka”

g) Penerjemahan Idiomatik

Saat menerjemahkan dengan menggunakan metode ini, penerjemah

dituntut untuk memproduksi pesan dalam teks sumber. Metode ini

mengharuskan untuk sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan

idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Contoh:

و ها اللزج إال تعذ التعة

“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian”

h) Penerjemahan Komunikatif

Seorang penerjemah harus memproduksi makna kontekstual yang

sedemikian rupa ketika menerjemahkan dengan menggunakan metode ini.

Aspek kebahasaan dan aspek langsung dapat dimengerti oleh pembaca.

Metode ini mengharuskan penerjemah mengerti prinsip-prinsip komunikasi.12

هي هضغحتطىس هي طفح ثن هي علقح ثن

“Kita tumbuh dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio”

12 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-

Indonesia, (Tangerang: Dikara, 2010), h. 34.

Page 24: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

12

Lain halnya dengan ungkapan Bathgate mengenai beberapa model

penerjemahan yang dikutip oleh Widyamarta, ia membagi model terjemahan

sebagai berikut:

a) Penerjemahan Hermeneutik

Penerjemahan hermeneutik digunakan dalam fase tuning “penjagaan”

menurut tabel proses penerjemahan Bathgate. Hermeneutik adalah teori atau

ilmu penafsiran lambang atau nas, misalnya lambang atau naskah yang

terdapat dalam kitab suci.

b) Penerjemahan Situasional

Situasi sangat menentukan untuk memahami makna suatu ujaran.

Seperti ujaran, “Hei, hebat benar khotbahnya!” dapat merupakan pujian atau

makian, tergantung dari situasinya.

c) Penerjemahan Stilistik

Selain menjaga situasi dan motif ujaran untuk dapat menangkap

dengan tepat ujaran itu, kita pada tahap pertama perlu juga menjajahi stijl-

nya, gaya ungkap bahasa (gaya bahasa).

d) Penerjemahan Kata demi Kata

Dalam fase penguraian (analisis) terdapat tiga model: kata demi kata,

sintaktik, transformarsial. Menurut Larson dan Smalley, penerjemahan kata

demi kata disebut juga glossing atau interlinear translation. Analisis

(penguraian) berarti mengupas dan mengulas. Menganalisis bahasa sumber

yang akan kita terjemahkan perlu agar kita kemudian dapat merakit bahan-

bahan menjadi produk dalam bahasa sasaran.13

13

A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 20-24.

Page 25: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

13

e) Penerjemahan Sintaktik

Kita dapat menerjemahkan sebuah kalimat sederhana secara langsung

dengan tidak merefleksikan hubungan antara bagian-bagiannya., tetapi

menghadapi kalimat panjang dan rumit, tak boleh tidak perlu merenungkan

hubungan bagian-bagiannya, jika tidak maka hasil penerjemahan tidak akan

menjadi sempurna.

f) Penerjemahan Transformasial

Penerjemah tidak akan pernah luput dari keharusan menyusun kalimat

yang panjang dalam bahasa sasaran. Kalimat dalam bahasa sumber sendiri

juga tidak jarang ditemukan kalimat yang panjang. Oleh karena itu,

penerjemahan tranformasial memberikan andil dalam hal ini. Kalimat yang

rumit dalam bahasa sumber dipecah-dipecah atau dipenggal-penggal menjadi

kernel senteces “kalimat –kalimat inti, menjadi kalimat-kalimat tunggal yang

pendek-pendek: dari kalimat-kalimat tunggal yang pendek; tiap kalimat

tunggal hanya ada satu subjek, satu predikat, satu objek.

g) Penerjemahan Interlingua

Setelah teks dalam bahasa sumber yang akan kita terjemahkan kita

uraikan, kita harus memahami betul-betul makna tiap kata dan hubungan

gagasan-gagasan antara satuan-satuan dalam frase atau klausa, antara satuan-

satuan dalam kalimat, dan seterusnya.14

h) Penerjemahan Semantik

Penerjemah perlu sadar pula akan sistem perlambangan dalam

berkomunikasi di dunia ini. Bahasa juga merupakan salah satu sistem

14

A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 25-27.

Page 26: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

14

perlambangan; bahasa adalah suatu sistem komunikasi dengan bunyi, yaitu

menggunakan lambang-lambang bunyi yang memiliki arti-arti sembarangan

berdasarkan kesepakatan. Suatu kata melambangkan (artinya, menunjuk,

kepada atau wakil dari) gagasan dalam benak orang atau barang dan

peristiwadi dunia luar. Penerjemah perlu memahami hubungan antara

lambang, gagasan, dan barang di luar.

i) Penerjemahan Nomenklatif

Dalam mengumpulkan batu bata untuk membangun terjemahannya

pada fase retructuring, penerjemah tentu saja harus menemukan juga istilah-

istilah yang tepat, khususnya bila ia hendak menerjemahkan suatu bidang

cabang ilmu. Terjemahan tentang psikologi perkembangan atau fisika atom,

misalnya, harus menggunakan istilah-istilah dari ilmu itu.

j) Penerjemahan Generatif

Model generatif mengungkapkan mengungkapkan kenyataan bahwa

proses penerjemahan melibatkan banyak keputusan, dan keputusan yang satu

mempengaruhi keputusan-keputusan berikut yang diambil.

k) Penerjemahan Integral

Model ini mucul dari kebutuhan akan strategi penerjemahan yang

menyeluruh untuk menjamin terjaganya konsistensi dan keindahan dalam

produk fase perakitan ini. Model ini diperlukan bila hendak menerjemahkan

teks yang canggih seperti sajak atau puisi.15

Dalam penelitian ini, sumber data yang didapat menggunakan metode

penerjemahan semantik dan komunikatif. Metode penerjemahan semantik terlihat

15

A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 28- 33.

Page 27: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

15

karena hasil terjemahan menjadi luwes dan fleksibel. Ia mempertimbangkan unsur

estetika Tsu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas wajar.16

Sedangkan penerjemahan komunikatif adalah metode penerjemahan dimana

penerjemah berorientasi pada bahasa sasaran. Sesuai dengan namanya, metode ini

memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi yang mengupayakan reproduksi

makna kontekstual teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran.17

Penerjemahan semantik dan komunikatif sangat mirip dan seringkali tumpang sua,

sehingga perbedaan nyata antara keduanya hanyalah terdapat pada penekanan

saja. Penerjemahan semantik terfokus pada pencarian padanan pada tataran kata

denagn tetap terikat pada budaya bahasa sumber. Penerjemahan tipe ini berusaha

mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber yang sedekat mungkin dengan

struktur sintaksis dan semantik bahasa sasaran.18

Metode tersebut digunakan

karena melihat aspek isi yang akan tersampaikan kepada pembaca karena metode

ini lebih terkonsentrasi dalam pengalihan pesan. Hal ini dilakukan untuk

mempertimbangkan tingkat kematangan berbahasa dan tingkat pengetahuan

pembaca teks yang diterjemahkan.

16

Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer,

(Tangerang: UIN Press, 2014), h. 60. 17

Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Tangerang:

Lembaga Penelitian UIN, 2008), h. 88-89. 18

M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008), cet ke- 3, h. 44-45.

Page 28: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

16

B. Makna Konotatif

1. Pengertian Makna Konotatif

Makna konotasi merupakan responsi-responsi emosional yang timbul

dalam kebanyakan kata-kata leksikal pada kebanyakan para pemakainya.19

Dalam kata lain, makna konotatif adalah makna yang bukan makna aslinya.

Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai

nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki rasa maka

dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi bisa juga disebut berkonotasi

netral.

Rasa positif atau negatif nilai sebuah kata terjadi akibat penggunaan

referen kata tersebut menjadi sebuah lambang. Dalam pengertian yang lebih

sempit, seperti yang dikutip oleh Makyun Subuki dari Richards dan Schmidt

istilah referensi didefinisikan sebagai hubungan antara kata atau frasa objek

spesifik tertentu. Misalnya hubungan antara frasa mobil pak Harun dengan

“Mobil pak Harun di dunia nyata”.20

Jika digunakan sebagai lambang sesuatu

yang positif maka nilai rasanya akan positif, dan jika lambang tersebut

digunakan untuk sesuatu hal yang negatif maka ia akan memiliki nilai rasa

yang negatif. Salah satu contohnya adalah, jika kita melihat, bagi masyarakat

Amerika maupun bagi masyarakat internasional pada umumnya kata-kata

berbau politik seperti komunis, teroris, fasis, ekstrimis, diktator, subversif,

mempunyai makna konotasi “sesuatu yang perlu dijauhi atau dikecam”

sedangkan kata-kata kebebasan, keadilan, hak-hak asasi, perdamaian,

19

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1985), h.

56. 20

Makyun Subuki, Semantik (Pengantar Memahami Makna Bahasa), (Tangerang,

TransPustaka, 2011), h. 27.

Page 29: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

17

kesejahteraan, patriotik bermakna konotasi “sesuatu yang didambakan dan

harus diperjuangkan serta dipertahankan”.21

Konotasi bersifat merangsang dan menggugah pancaindra, perasaan,

sikap, penilaian, dan keyakinan dan keperluan tertentu rangsangan-

rangsangan tersebut dapat bersifat individual dan kolektif. Makna konotasi

umumnya tidak dikaitkan dengan kata, sedangkan kosakata tidak hanya

terdiri atas kata, tetapi juga terdiri atas beberapa kata, seperti kambing hitam.

Makna kambing hitam bukan merupakan gabungan makna kambing dan

makna hitam, melainkan memiliki makna tersendiri, yaitu “orang yang

dipersalahkan”. Karena mempunyai makna yang tidak dapat ditelusuri dari

makna setiap kata pembetuknya, kambing hitam dikatakan pula mempunyai

makna idiomatis dan berkonotasi negatif.22

Arah rangsangan dapat mengarah

ke arah positif maupun negatif. Klasifikasi rangsangan ini bersifat tumpang

tindih dan bergantian berdasarkan pengalaman dan asosiasi yang muncul dan

hidup pada individu dan masyarakat pemakai bahasa dan pemanfaat makna.

Jadi, tidak ada suatu konotasi yang baku dan tetap. Ada makna konotasi yang

pada suatu saat bersifat negatif dan pada saat yang lain bersifat positif.23

2. Perbedaan Konotatif dan Denotatif

Denotasi merupakan makna yang bersifat umum, tradisional, dan

presedensial,24

maka dari itu denotasi atau sistem tanda primer sering

digunakan untuk berkomunikasi, berpikir, dan menginterpretasikan segala hal

termasuk bahasa itu sendiri. Sedangkan sistem tanda sekunder atau konotasi

21

J. D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta, Erlangga, 2004), cet. ke-II, h. 98. 22

Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik), (Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 116. 23

J. D. Parera, Teori Semantik, cet. ke-II, h. 99. 24

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, h. 56.

Page 30: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

18

sering dimanfaatkan oleh para sastrawan untuk merumuskan pemikirannya

dalam bentuk tanda bahasa secara artistik. Maka dari itu, karya sastra

terutama puisi lebih banyak memiliki taraf konotasi.

Makna denotasi (denotasional, konseptual, kognitif) pada dasarnya

sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi

penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut

penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya.

Dengan kata lain, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi

faktual objektif. Karena itu, makna denotatif sering disebut sebagai makna

yang sebenarnya.25

Menurut Barthes yang dikutip oleh Paramita, dalam

Mithologiesnya secara tegas membedakan antara makna denotatif atau sistem

tataran pemaknaan pertama dan sistem tataran pemaknaan kedua yang

dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya, dan sistem kedua ini

Barthes menyebutnya dengan konotatif. Pada peta Barthes dapat digambarkan

bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda (signifier) dan petanda (signified),

akan tetapi saat bersamaan tanda denotatif adalah juga penanda konotatif.

Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi

merupakan tingkat kedua. Pada tingkat pertama (Language) Barthes

memperkenalkan signifier (1) dan signified (2) yang gabungan keduanya

menghasilkan sign (3) kembali menjadi Signifier (1) dan digabungkan dengan

25

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta, Rineka Cipta, 2009) h.

65-66.

Page 31: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

19

signified (2) dan menjadi sign (3). Sign yang ada di tingkatan kedua inilah

yang berupa myth (mitos) disebut juga dengan metalanguage.26

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa makna denotatif adalah

makna yang digunakan untuk mendeskripsikan makna defisional, literal,

gamblang atau common sense dari sebuah tanda. Makna konotatif mengacu

pada asosiasi-asosiasi budaya sosial dan personal berupa ideologis,

emosional, dll.27

Dalam penciptaan sastra, para sastrawan pertama kali diikat oleh

arti bahasa lalu diolah menjadi sebuah karya sastra sehingga makna yang

disampaikan tidak lagi sesuai dengan kata aslinya. Makna sastra seringkali

disebut dengan significance (meaning of meaning) dalam bahasa Inggris.

Sedangkan arti bahasa disebut dengan meaning. Untuk memeberikan

kemudahan dalam mendefinisikan meaning, kita perlu memperhatikan

pendapat Busman yang dikitip oleh Makyun, bahwa untuk menentukan

definisi dari arti (meaning) dapat digunakan empat macam batasan, yaitu: (1)

aspek material dari ekspresi linguistik, baik secara fonetis maupun secara

grafis; (2) aspek kognitif yang terlibat ketika memproduksi konsep abstrak

atau ketika menyadari muatan perseptif; (3) objek, ciri, dan keadaan di dunia

nyata yang dirujuk melalui ekspresi linguistik; dan (4) penutur (speaker) dan

konteks spesifik dari situasi ketika ungkapan linguistik tersebut digunakan.28

Dalam bahasa lain, makna karya sastra ditentukan oleh konvensi tambahan

26

Paramita Nadia, Semiotika dalam Desain Komunikasi, artikel diakses pada 6 April

2015 dari

http://www.academia.edu/4049657/Semiotika_dalam_Desain_Komunikasi_Visual_roland_bartes. 27

Paramita Nadia, Semiotika dalam Desain Komunikasi, artikel diakses pada 6 April

2015 dari

http://www.academia.edu/4049657/Semiotika_dalam_Desain_Komunikasi_Visual_roland_bartes. 28

Makyun Subuki, Semantik (Pengantar Memahami Makna Bahasa), h. 24.

Page 32: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

20

(konotasi) atau semiotika tingkat kedua, meskipun tidak lepas sama sekali

dari arti bahasanya.

Dalam tindak komunikasi bahasa, peran yang terlibat di dalamnya

hanya tiga: komunikator, komuniken, dan komunike. Karya sastra juga

merupakan salah satu tindak komunikasi yang melibatkan bermacam-macam

komponen. Menurut pendekatan semiotik, dalam tindak komunikasi sastra,

banyak komponen yang terlibat di dalamnya. Di antaranya terdapat delapan

komponen: pencipta, karya sastra, pembaca, kenyataan atau semesta, sistem

bahasa, konvensi sastra, variasi bentuk karya sastra dan nilai keindahan.29

Dalam berbahasa kita tidak bisa melepas makna konotasi. Kalaulah

konotasi dan gaya bahasa itu dihilangkan, maka musnahlah puisi dan

berbagai macam karya sastra. Berikut adalah kata-kata Chairil Anwar yang

mempunyai kadar konotatif yang tinggi. Puisi di bawah ini begitu manis,

padat arti yang tersembunyi, di dalamnya penuh nada-nada kegaiban dan

pesona. Kita dapat melihat setiap baris sajak tidak bisa ditekuni maksudnya,

kita dapat menyelami maknanya tanpa melihat tautan baris lain. Makna kata

dan ungkapan merupakan persoalan konteks.

Penerimaan

Kalau kau mau kuterima kembali

Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi

Bak kembang sari sudah terbagi

29

Sukron Kamil, Najib Mahfudz Sastra (Islam dan Politik), h. 108-109.

Page 33: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

21

Jangan tunduk! Tendang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali

Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi30

Dalam catatan lain, Chairil Anwar sadar mengatakan dirinya

sendiri sebagai “Aku ini binatang jalang”, telah merangsang pancaindra

dengan kata jalang. Rangsangan tersebut dapat kita uji dengan kata-kata

sinonim yang lain seperti berikut:

Aku ini binatang jalang

Aku ini binatang buas

Aku ini binatang liar

Konotasi jalang, buas, dan liar berbeda-beda kadarnya bagi setiap

pembaca maupun pendengar, tetapi terasa kurang enak dan menakutkan.31

Dijelaskan pula oleh Piliang bahwa makna denotasi adalah pertandaan

yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, dengan kata lain

tanda dan rujukan yang realistis, yang menghasilkan makna yang eksplisit,

langsung dan pasti.32

Makna denotasi (denotaive meaning) adalah makna

yang sesungguhnya atau makna pada apa yang ada. Denotasi merupakan

tanda yang penandaannya mempunyai tingkat konvensi atau kesepakan yang

tinggi. Dalam catatan lain, makna denotasi merupakan makna kosakata yang

dikuasai seseorang yang merupakan bagian utama memori semantis yang

30

A. Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 162-

163. 31

J. D. Parera, Teori Semantik, cet. ke-II, h. 99-100. 32

Chris Barker, Cultural Studies (Teori dan Praktik), (Jogjakarta, Kreasi Wacana, 2009)

h. 94-95.

Page 34: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

22

tersimpan dalam otak kita.33

Denotasi-denotasi tersebut biasanya merupakan

hasil penggunaan atau pemakaian kata-kata selama berabad-abad; semua itu

akhirnya termuat dalam kamus dan berubah dengan cara yang sangat

lambat.34

Sedangkan konotasi adalah tingkat penandaan yang menjelaskan

hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya terdapat makna

yang tidak sesuai dengan apa yang tampak, tidak langsung, dan tidak pasti.

Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang tidak mudah

dipahami.35

Ia menciptakan makna lapis kedua yang terbentuk ketika penanda

dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, yang mencakup perasaan, emosi,

keyakinan. Misalnya, tanda “boneka” mempunyai konotasi “cinta dan kasih

sayang”. Makna lapis kedua dapat dihasilkan oleh konotasi yang bersifat

tersembunyi dan implisit, maka hal yang demikian disebut dengan makna

konotatif (conotative meaning).

Makna konotasi juga merupakan responsi-responsi emosional yang

seringkali bersifat perorangan yang timbul dalam kebanyakan kata-kata

leksikal pada kebanyakan para pemakainya. Justri itu konotasilah yang

memisahkan, bukan denotasi, seperti

Langsing dari kurus

Gagah dari gemuk

Kasar dari agresif

Agresif dari tegas

33

Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik), (Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 115. 34

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, h. 56. 35

Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 292.

Page 35: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

23

Setiap kata di atas pada prisipnya mengandung denotasi atau makna

pusat yang sama, tetapi jelas kata-kata tersebut menimbulkan responsi-

responsi yang berbeda karena konotasi-konotasi yang terkandung di

dalamnya. Namun demikian konotasi-konotasi tersebut masih dapat dikatakan

bersifat kolektif. Kebanyakan orang akan menyetujui bahwa “langsing”

misalnya, merupakan hal yang disenangi, sedangkan “kurus” membayangkan

kerempeng akibat kurang urus.36

Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai

“Mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran

bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.37

Maka

dari itu, konotasi yang mantap akan berkembang menjadi sebuah mitos yaitu

makna yang tersembunyi dan secara sadar disepakati oleh sebuah komunitas.

Mitos yang mantap akan berkembang menjadi sebuah ideologi, yaitu sesuatu

yang mendasari pemikiran sebuah komunitas sehingga secara tidak sadar

ideologi tersebut mempengaruhi pandangan mereka.

Pada tingkat denotasi bahasa melahirkan konvensi sosial yang bersifat

eksplisit yaitu kode-kode yang makna tandanya naik ke permukaan

berdasarkan relasi penanda dan petandanya. Sebaliknya, kode-kode yang

makna tandanya bersifat implisit dilahirkan oleh konotasi. Dengan kata lain,

kode tersebut memiliki muatan makna yang tersembunyi. Menurut Barthes,

makna tersembunyi adalah kawasan dari ideologi atau mitologi. Selain itu,

Barthes menunjukkan, ketika kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-

36

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, h. 56. 37

Paramita Nadia, Semiotika dalam Desain Komunikasi, artikel diakses pada 6 April 2015

dari

http://www.academia.edu/4049657/Semiotika_dalam_Desain_Komunikasi_Visual_roland_bartes.

Page 36: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

24

teks, maka ideologipun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang

merembes masuk ke dalam teks bentuk penanda-penanda penting, seperti

tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain.38

Bahasa sebagai sarana komunikasi bermakna tidak dapat

melaksanakan fungsinya secara lengkap tanpa adanya makna konotasi.

Karena bahasa dapat dikatakan hidup dan berkembang jika bahasa tersebut

memiliki makna denotasi dan konotasi serta komunikasi antar sesama

manusia akan terasa lebih hidup. Berbahasa tanpa memanfaatkan konotasi

akan terasa hambar, kecuali ilmu pengetahuan dan teknologi.39

Dalam buku

Mansoer Pateda, Harimurti berpendapat bahwa, “Aspek makna sebuah atau

sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau

ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).” Dengan

kata lain, makna konotatif merupakan makna leksikal, yaitu makna yang

ditentukan oleh stilistis fungsional dan nuansa ekspresi pengungkapan

bahasa.40

Dengan demikian, perbedaan makna konotatif dan denotatif

didasarkan pada ada atau tidak adanya “nilai rasa” pada sebuah kata. Setiap

kata, terutama yang disebut kata penuh, mempunyai makna denotatif, tetapi

tidak setiap kata mempunyai makna konotatif.

38

Paramita Nadia, Semiotika dalam Desain Komunikasi, artikel diakses pada 6 April 2015

dari

http://www.academia.edu/4049657/Semiotika_dalam_Desain_Komunikasi_Visual_roland_bartes. 39

J. D. Parera, Teori Semantik, cet. ke-II, h. 97. 40

Zaenal Arifin, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta, Akademia Pressindo, t.t). h. 25-

27.

Page 37: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

25

Bab III

A. Biografi M. Quraish Shihab

a. Riwayat Hidup

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang (Sulawesi

Selatan) pada 16 Februari 1944. Ia berasal dari keturunan Arab yang

terpelajar. Ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan

guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah

seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di

kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Ia mengahbiskan masa pendidikan

dasarnya di Makasssar (dulu Ujung Pandang) setelah itu melanjutkan

pendidikan menengahnya di Malang dan menyandang gelar “santri” di

Pondok Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyyah.

Berkat ketekunan dalam menyelami studi Islam dan kemampuan

bahasa Arab yang dimilikinya, ia serta adiknya (Alwi Shihab) disekolahkan

di Al Azhar Cairo. Mereka dikirim ke Kairo pada tahun 1958, saat itu usianya

menginjak 14 tahun. Mereka diterima di kelas dua I‟dadiyah Al Azhar

(setingkat SMP/Tsanawiyah di Tanah Air). Ia meraih gelar Lc (S-1) pada

tahun 1967 jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar.

Setelah itu, cendekiawan ini melanjutkan pendidikannya di fakultas yang

sama dan meraih gelar MA pada tahun 1969 untuk spesialis bidang tafsir al-

Quran dengan tesisnya yang berjudul “al-I‟jaz at-Tasryri‟i Al-Qur‟an Al-

Karim (Kemukjizatan Al-Qur‟an Al-Karim dari Segi Hukum)”. Pada tahun

Page 38: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

26

1980, ia melanjutkan pendidikannya di universitas yang sama. Dalam kurun

waktu dua tahun, ia berhasil menyandang gelar doktor dalam bidang ilmu-

ilmu al-Quran dengan disertasinya yang berjudul Nazhm Al-Durar li Al-

Biqa‟iy, Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan Analisa terhadap Keotentikan

Kitab Nazm ad-Durar Karya al-Biqa‟i)”, saat itu ia berhasil meraih gelar

doktornya dengan predikat Summa Cum Laude dengan penghargaan tingkat I

(Mumtaz ma‟a martabat al-asyraf al-„ula).41

Quraish Shihab menikah dengan Fatmawaty Assegaf pada 2 Februari

1975 di Solo. Mereka dikaruniai lima orang anak, Najelaa, Najwa, Nasywa,

Ahmad dan Nahla. Najelaa menikah dengan Ahmad Fikri Assegaf dan

memiliki tiga anak, Fathi, Nishrin dan Nihlah. Putri kedua, Najwa Shihab

menikah dengan Ibrahim Syarief Assegaf dan memiliki dua orang anak, Izzat

dan almarhumah Namiya. Putri ke tiga Nasywa, menikah dengan Muhammad

Riza Alaydrus, dan memiliki dua orang putri, Naziha dan Nuha. Ahmad

Shihab, satu-satunya anak laki-laki dari Quraish Shihab, menikah dengan

Sidah Al Hadad.42

b. Karir

Ketika kembali ke Makassar, setelah menyelesaikan pendidikan S-

2nya, Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang

Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin. Selain itu, Ia juga

41

Sriwulandari, “Biografi M. Quraish Shihab” diakses pada 5 Mei 2015 dari

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1-2006-sriwulanda-1727-

1101004_-3.pdf. 42

Muchlis M. Hanafi, “Profil M. Quraish Shihab” diakses pada 5 Mei 2015 dari

http://Quraishshihab.com/profile/.

Page 39: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

27

diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam lingkungan kampus seperti

Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian Timur,

maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia

Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang, Ia juga

sempat melakukan beberapa penelitian; antara lain, penelitian dengan tema

“Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan

“Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978).

Pada tahun 1984, setelah menyelesaikan program doktornya di

universitas yang sama, Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin

dan Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di

luar kampus, Ia juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara

lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota

Lajnah Pentashbih Al Qur‟an Departemen Agama (sejak 1989); Anggota

Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989). Quraish Shihab juga

banyak terlibat dalam beberapa organisasi profesional; antara lain: Pengurus

Perhimpunan Ilmu-Ilmu Syari`ah; Pengurus Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan

Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Saat ini, Quraish Shihab aktif

menulis artikel, buku dan karya-karyanya diterbitkan oleh Penerbit Lentera

Hati. Salah satu karanya yang terkenal adalah Tafsir al-Mishbah, yaitu tafsir

lengkap yang terdiri dari 15 volume dan telah diterbitkan sejak 2003.

Aktivitas lainnya yang ia lakukan adalah sebagai Dewan Redaksi Studia

Islamika: Indonesian journal for Islamic Studies, Ulumul Qur „an, Mimbar

Ulama, dan Refleksi jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Di sela-sela segala

Page 40: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

28

kesibukannya itu, ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam

maupun luar negeri.

Selain sebagai penulis, sehari-hari Quraish Shihab memimpin Pusat

Studi al-Qur‟an, lembaga non profit yang bertujuan untuk membumikan al-

Qur‟an kepada masyarakat yang pluralistik dan menciptakan kader mufasir

(ahli tafsir) al-Qur‟an yang profesional.43

c. Karya-Karya

Sebagai seorang Guru Besar pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan sebagai ahli Tafsir al-Qur'an yang amat

disegani, M. Quraish Shihab telah menghasilkan karya-karya ilmiah.

Berdasarkan pada latar belakang keilmuan yang kokoh yang beliau tempuh

melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuan menyampaikan

pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas, rasional

dan kecenderungan pemikiran yang moderat, beliau hadir sebagai

penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat.

Beberapa karya yang telah dihasilkannya antara lain:

a. Tafsir Mawdhû’î (Tematik)

Tafsir al-Qur‟an yang disusun berdasarkan tema-tema tertentu.

Berikut karya-karya M. Quraish Shihab yang merupakan tafsir tematik atau

menggunakan pendekatan tafsir tematik:

43

Muchlis M. Hanafi, “Profil M. Quraish Shihab” diakses pada 5 Mei 2015 dari

http://Quraishshihab.com/profile/.

Page 41: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

29

i. Wawasan al-Qur‟an (Mizan, 1996).

ii. Secercah Cahaya Ilahi (Mizan, 2000).

iii. Menyingkap Tabir Ilahi: al-Asmâ‟ al-Husnâ dalam Perspektif al-

Qur‟an (Lentera Hati, 1998).

iv. Yang Tersembunyi: Jin, Malaikat, Iblis, Setan (Lentera Hati, 1999).

v. Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah, Pandangan Ulama Masa Lalu

dan Cendekiawan Kontemporer (Lentera Hati, 2004).

vi. Perempuan [Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mut'ah sampai

Nikah Sunnah, Dari Bias Lama sampai Bias Baru] (Lentera Hati,

2004).

vii. Pengantin al-Qur‟an (Lentera Hati, 2007).

b. Tafsir Tahlîlî

Tafsir al-Qur‟an yang disusun berdasarkan urutan ayat ataupun surah

dalam mushaf al-Qur‟an dan mencakup berbagai masalah yang berkenaan

dengannya. Karya M. Quraish Shihab yang termasuk dalam kategori ini

sebagai berikut:

i. Mahkota Tuntunan Ilahi: Tafsir Surah al-Fâtihah (Untagma, 1988).

ii.Tafsir al-Qur‟an al-Karim: Tafsir atas Surah-surah Pendek

Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Pustaka Hidayah, 1997).

iii.Tafsir al-Mishbah (Lentera Hati, 2000).

iv. Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga, dan Ayat-Ayat

Tahlil (Lentera Hati, 2001).

Page 42: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

30

v. Menjemput Maut: Bekal Perjalanan Menuju Allah swt. (Lentera Hati,

2002).

c. Tafsir Ijmali (Global)

Sebuah penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur‟an dengan cara

mengemukakan makna ayat secara garis besar, dengan mengikuti urutan

surah-surah dalam al-Qur‟an sebagaimana metode Tahlîlî. Karya M. Quraish

Shihab yang menjelaskan intisari kandungan ayat-ayat al-Qur‟an ini yaitu,

Al-Lubâb: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah al-Qur‟an (Lentera

Hati, 2012).

d. Terjemah al-Qur’an.

Berawal dari ketidakpuasan M. Quraish Shihab terhadap terjemahan

al-Qur‟an yang banyak beredar selama ini, karya ini lahir. Banyak ulama

menegaskan bahwa al-Qur‟an tidak dapat diterjemahkan dalam arti

dialihbahasakan, karena tak ada bahasa di dunia yang cukup kaya untuk

merangkum seluruh makna yang dikandungnya. Oleh karenanya, karya beliau

ini diberi judul, Al-Qur‟an dan Maknanya (Lentera Hati, 2010).

e. Maqâlât Tafsîriyyah (Artikel-artikel Tafsir):

i. Membumikan al-Qur‟an (Mizan, 1992).

ii. Lentera Hati (Mizan, 1994).

iii. Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur‟an dan Dinamika Kehidupan

Masyarakat (Lentera Hati, 2006).

iv. Membumikan al-Qur‟an Jilid 2 (Lentera Hati, 2011).

Page 43: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

31

f. Ulumul Qur’an dan Metodologi Tafsir

i. Tafsir al-Manar: Keistimewaan dan Kelemahannya* (IAIN Alauddin,

1984).

ii. Studi Kritis Tafsir Al-Manar, Karya Muhammad Abduh dan M.

Rasyid Ridha (*diterbitkan kembali oleh Pustaka Hidayah Bandung,

1994).

iii. Rasionalitas al-Qur‟an: Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (*diterbitkan

kembali oleh Lentera Hati, 2005).

iv. Filsafat Hukum Islam (Departemen Agama, 1987).

v. Mukjizat al-Qur‟an (Mizan, 1996).

vi. Kaidah Tafsir (Lentera Hati, 2013).

g. Tsaqâfah Islâmiyah (Wawasan Keislaman)

i. Haji Bersama M. Quraish Shihab (Mizan, 1998).

ii. Dia Di Mana-Mana (Lentera Hati, 2004).

iii. Wawasan al-Qur‟an tentang Zikir dan Doa (Lentera Hati, 2006).

iv. Logika Agama: Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal dalam

Islam (Lentera Hati, 2005).

v. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kajian atas

Konsep Ajaran dan Pemikiran (Lentera Hati, 2007).

vi. Yang Ringan Jenaka (Lentera Hati, 2007).

vii. Yang Sarat dan yang Bijak (Lentera Hati, 2007).

viii. M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut

Anda Ketahui (Lentera Hati, 2008).

Page 44: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

32

ix. Ayat-Ayat Fitna: Sekelumit Keadaban Islam di Tengah

Purbasangka (Lentera Hati dan Pusat Studi al-Qur‟an, 2008).

x. Berbisnis dengan Allah (Lentera Hati, 2008).

xi. Doa Harian bersama M. Quraish Shihab (Lentera Hati, 2009).

xii. M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan yang Patut

Anda Ketahui (Lentera Hati, 2010).

xiii. Membaca Sirah Nabi Muhammad saw. dalam Sorotan al-Qur‟an

dan Hadits-Hadits Shahih (Lentera Hati, 2011).

xiv. Doa Asmaul Husna: Doa yang Disukai Allah (Lentera Hati, 2011).

xv. Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab (Lentera Hati, 2012).

xvi. Kematian adalah Nikmat (Lentera Hati, 2013).

xvii. M. Quraish Shihab Menjawab pertanyaan Anak tentang Islam

(Lentera Hati, 2014).

xviii. Birrul Walidain (Lentera Hati, 2014).44

B. Tafsir al-Mishbâh M. Quraish Shihab

1. Gambaran Teks Penerjemahan Tafsir al-Mishbâh

Buku tafsir ini dinamai Al-Mishbâh: pesan dan keserasian al-Quran.

Terdapat dua hal yang mendasari penamaan karya tersebut, pertama, di dalam

kata pengantar sedikit dijelaskan bahwa nama al-Mishbâh berasal dari bahasa

Arab yang berarti: lampu, pelita, lentera, dan benda-benda sejenisnya yang

memberi penerangan bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Dengan

44

Muchlis M. Hanafi, “Karya-Karya M. Quraish Shihab” diakses pada 5 Mei 2015 dari

http://Quraishshihab.com/work/.

Page 45: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

33

demikian, mengacu pada hal tersebut beliau mengharapkan bahwa buku ini

dapat dapat memberikan petunjuk dan pedoman hidup bagi mereka yang

terkendala bahasa.45

Kedua, didasarkan pada kegiatan awal mula beliau

menulis di jakarta, Quraish diminta untuk menjadi pengasuh dari rubrik

“Pelita Hati” pada harian Pelita, pada tahun 1980-an. Tampaknya uraian-

uraian yang disajikan menarik banyak pihak, karena memberikan nuansa

yang sejuk, tidak bersifat menggurui dan menghakimi. Pada tahun 1994,

kumpulan dari tulisannya itu diterbitkan oleh penerbit Mizan dengan judul

Lentera Hati, yang ternyata menjadi best seller dan mengalami cetak ulang

beberapa kali. Kumpulan dari rubrik Pelita Hati diterbitkan dengan judul

Lentera hati, yang mana sebagian besar isi buku tersebut banyak diadopsi

dalam penulisan Tafsir al-Misbah. Sebagaimana hasil analisis bahwa judul

dari kumpulan tulisannya adalah Lentera Hati yang mana Lentera mempunyai

padanan dengan pelita yaitu sama-sama memberikan penerangan. Dan dalam

bahasa Arab, lentera, pelita, lampu dipadankan dengan kata mishbah.46

Setiap karya terdapat motifasi yang melatar belakangi para

penulisnya, tak terkecuali Tafsir al-Mishbah. Terdapat dua hal yang

melatarbelakangi penulis, mengapa buku ini harus ditulis, pertama, penulis

merasa mempunyai tanggung jawab moral sebagai ulama yang wajib

memberikan penerangan kepada umatnya sesuai dengan bidang yang ia

geluti. Rasa tanggung jawab tersebut muncul ketika menyadari bahwa al-

Quran harus dipahami maknanya. Mengenai hal tersebut, beliau

45

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbâh (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran),

(Tangerang: Lentera Hati, 2000), vol. I, h. 176-177. 46

Asep Badru Takim, Takhrij Hadis-Hadis Kitab Tafsir al-Mishbâh, (Tangerang, T.pn.

2010), h. 24.

Page 46: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

34

mengungkapkan bahwa, “Adalah kewajiban para ulama untuk

memperkenalkan al-Quran dan menyuguhkan pesan-pesan yang terkandung

di dalamnya sesuai dengan harapan dan kebutuhan.”47

Kedua, tidak sedikit

umat Islam yang mempunyai keterkaitan yang luar biasa terhadap makna-

makna al-Quran, tetapi banyak ditemukan kendala, seperti waktu, ilmu-ilmu

pendukung, dan kelangkaan buku-buku rujukan. Motifasi M. Quraish Shihab

dalam menulis dan menyusun Tafsir al-Mishbâh ini nampaknya sejalan

dengan apa yang diungkapkan dengan Ibnu Katsir dalam muqaddimah

tafsirnya, “Adalah menjadi kewajiban para ulama untuk mengungkapkan

maksud dari kalam ilahi, menafsirkannya, mempelajarinya, dan

mengajarkannya.”48

2. Karakter Penerjemahan Tafsir Al-Mishbâh

Penerjemah ayat-ayat al-Quran dalam Tafsir al-Misbâh ditulis dengan

menggunakan metode penerjemahan komunikatif yang mana penerjemahan

teks tersebut berorientasi pada bahasa sasaran. Sesuai dengan namanya,

Newmark mengungkapkan bahwa metode penerjemahan ini memperhatikan

prinsip-prinsip komunikatif yang mengupayakan reproduksi makna

kontekstual teks bahasa sumber sedemikian rupa ke dalam teks sasaran, baik

aspek kebahasaan maupun aspek isinya yang langsung dimengerti oleh

pembaca dan pesan dalam bahasa sasarannya pun langsung dapat diterima.49

Mengacu pada prinsip komunikatif, terjemahan yang dihasilkan dengan

47

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992), h. 12. 48

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Kairo: Mathba‟ah al-Istiqomah, 1958), jilid 1, h. 3. 49

Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 88-89.

Page 47: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

35

metode ini terlihat bersifat lebih sosial, lebih berkonsentrasi dalam pengalihan

pesan dari teks sumber, lebih sederhana, lebih jelas untuk dipahami, lebih

singkat dan alami dalam menyampaikan pesan yang terkandung dalam teks

sumber. Metode ini dilakukan untuk mengantisipasi dan mempertimbangkan

tingkat kematangan berbahasa pembaca dan pesan yang disampaikan.

Page 48: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

36

Bab IV

Analisis Makna Konotatif pada Terjemahan al-Quran Surat an-Nisa dalam

Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab

A. Temuan

Dari sumber data yang telah diteliti, peneliti menemukan 12 terjemahan ayat

al-Quran dalam surat an-Nisa pada Tafsir al-Mishbâh yang mengandung makna

konotatif. Selanjutnya, peneliti akan menganalisis dan mengkategorikan masing-

masing temuan ke dalam tiga macam konotasi, yaitu: konotasi positif, konotasi

netral, dan konotasi negatif yang selanjutnya akan dibahas pada sub bab B pada

bab ini.

1. Konotasi Positif

“Apakah engkau tidak melihat orang-orang yang memuji diri mereka

bersih? Sebenarnya Allah memuji dan membersihkan siapa yang

dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” (Q.S An-Nisa:

49).50

50

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 469.

Page 49: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

37

2. Konotasi Netral

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim harta mereka, jangan kamu

menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta

mereka bersama harta kamu. Sesungguhnya itu adalah dosa yang besar.”

(Q.S An-Nisa: 02).51

“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka mencapai pernikahan. Maka

jika kamu telah mengetahui adanya pada mereka kecerdasan, maka

51

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 336.

Page 50: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

38

serahkanlah kepada mereka harta-harta mereka. Dan janganlah kamu

memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan tergesa-gesa

sebelum mereka dewasa. Barang siapa yang mampu, maka hendaklah ia

menhan diri dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah ia memakan

harta itu menurut yang patut. Lalu apabila kamu menyerahkan harta

mereka kepada mereka, maka hendaklah kamu mempersaksikan atas

mereka. Dan cukuplah Allah menjadi pengawas.” (Q.S: An-Nisa: 06).52

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara

zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perut mereka dan mereka

akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (Q.S An-Nisa:

10).”53

52

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 349. 53

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 357.

Page 51: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

39

“Dan para wanita yang mendatangi perbuatan yang sangat keji dari

wanita-wanita kamu, maka hendaklah kamu mempersaksikan atas mereka

empat orang saksi lelaki di antara kamu. Lalu apabila mereka telah

memberi persaksian, maka tahanlah mereka dalam rumah sampai maut

menyempurnakan ajal mereka, atau sampai Allah memberi buat mereka

jalan (penyelesaian).” (Q.S An-Nisa: 15).54

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat

sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengetahui apa yang

kamu ucapkan, dan tidak juga dalam keadaan junub terkecuali sekedar

berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam

perjalanan atau salah seorang di antara kamu kembali dari tempat yang

54

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 372.

Page 52: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

40

rendah atau kamu telah menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapati

air, maka bertayamumlah dengan sha‟id yang baik (suci); maka sapulah

wajah kamu dan tangan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi

Maha Pengampun.” (Q.S An-Nisa: 43).55

3. Konotasi Negatif

“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya

pasangannya; Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang

banyak dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

nama-Nya kamu saling meminta dan (pelihara pula) hubungan

silaturrahim. Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kamu.” (Q.S An-

Nisa: 01).56

55

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 449. 56

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 329.

Page 53: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

41

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang

yang kafir berperang di jalan thagut, maka perangilah wali-wali setan itu,

karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (Q.S An-Nisa: 76).57

“Barang siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dia

melemparkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya

dia telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Q.S An-Nisa:

112).58

57

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 511. 58

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 581.

Page 54: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

42

“Maka disebabkan pelanggaran mereka perjanjian pelanggaran mereka

itu, dan karena kekafiran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan

pembunuhan mereka terhadap nabi-nabi tanpa haq dan ucapan mereka:

“Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati

mereka karena kekafiran mereka, karena itu mereka tidak beriman kecuali

sebagian kecil dari mereka.” (Q.S An-Nisa: 155).59

“Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka

karena hendak mengambil kembali sebagian apa yang telah kamu berikan

kepadanya, kecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan

bergaullah dengan mereka secara ma‟ruf atau patut. Selanjutnya bila kamu

tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak

59

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 646.

Page 55: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

43

menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang

banyak.” (Q.S An-Nisa: 19).60

“Dan wanita-wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu

miliki. Itu sebagian ketetapan Allah atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu

untuk memelihara kesucian, bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang

telah kamu nikmati di antara mereka, berikanlah kepada mereka

imbalannya sebgai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu

terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah

menentukan kewajiban itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Bijaksana.” (Q.S An-Nisa: 24).61

60

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 380. 61

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 39

Page 56: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

44

B. Analisis

1. Konotasi Positif

“Apakah engkau tidak melihat orang-orang yang memuji diri mereka

bersih? Sebenarnya Allah memuji dan membersihkan siapa yang

dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” (Q.S An-Nisa:

49).62

Kata yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 49 berasal dari kata

يزكى –زكى yang secara leksikal berarti membersihkan.63

Secara denotatif

membersihkan berarti membuat sesuatu menjadi bersih dengan cara

menyapu, menggosok, mencuci, dan sebagainya. Selain itu, membersihkan

juga dapat diartikan sebagai melenyapkan, membinasakan, dan

memulihkan.64

Dalam arti lain, kata “membersihkan” seharusnya

disandingkan dengan kata benda atau sebuah tempat.

Secara konotatif, kata “membersihkan” dalam konteks terjemahan surat an-

Nisa ayat 49 pada Tafsir al-Mishbâh bermakna “melenyapkan”. Kata

“membersihkan” tersebut mengandung konotasi positif karena, sesuai

dengan yang dijelaskan dalam Tafsir al-Mishbah dalam potongan

terjemahan ayat “Allah memuji dan „membersihkan‟ siapa yang

62

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 469. 63

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 577. 64

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 181.

Page 57: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

45

dikehendaki-Nya” bermakna Allah akan melenyapkan aib-aib hamba yang

dikehendaki-Nya.

2. Konotasi Netral

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim harta mereka, jangan kamu

menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta

mereka bersama harta kamu. Sesungguhnya itu adalah dosa yang besar.”

(Q.S An-Nisa: 02).65

Kata dalam surat an-Nisa ayat 02 berasal dari kata يأكل - آكل

yang secara leksikal bermakna “makan”.66

Secara denotatif, kata “makan”

merupakan kata kerja yang berarti memasukkan makanan ke dalam mulut,

mengunyah lalu menelannya.67

Secara konotatif, kata “makan” dalam

konteks terjemahan surat an-Nisa ayat 02 pada Tafsir al-Mishbâh

bermakna “menggunakan”. Kata “makan” tersebut mengandung konotasi

netral karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang biasa saja dan tidak

berimbuh kepada hal yang positif maupun negatif.

65

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 336. 66

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 67

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 860.

Page 58: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

46

“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka mencapai pernikahan. Maka

jika kamu telah mengetahui adanya pada mereka kecerdasan, maka

serahkanlah kepada mereka harta-harta mereka. Dan janganlah kamu

memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan tergesa-gesa

sebelum mereka dewasa. Barang siapa yang mampu, maka hendaklah ia

menhan diri dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah ia memakan

harta itu menurut yang patut. Lalu apabila kamu menyerahkan harta

mereka kepada mereka, maka hendaklah kamu mempersaksikan atas

mereka. Dan cukuplah Allah menjadi pengawas.” (Q.S: An-Nisa: 06).68

68

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 349.

Page 59: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

47

Kata yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 06 berasal dari

kata يأكل - آكل yang secara leksikal bermakna “makan”.69

Secara

denotatif, kata “makan” merupakan kata kerja yang berarti memasukkan

makanan ke dalam mulut, mengunyah lalu menelannya.70

Secara konotatif,

kata “makan” dalam konteks terjemahan surat an-Nisa ayat 02 pada Tafsir

al-Mishbâh bermakna “menggunakan”. Kata “makan” tersebut

mengandung konotasi netral karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang

biasa saja dan tidak berimbuh kepada hal yang positif maupun negatif.

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara

zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perut mereka dan mereka

akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (Q.S An-Nisa:

10).”71

Kata yang terdapat dalam terjemahan surat an-Nisa ayat 10

berasal dari kata آكل - يأكل yang secara leksikal bermakna “makan”.

69

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 32. 70

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 860. 71

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 357.

Page 60: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

48

Secara denotatif kata makan merupakan kata kerja yang berarti

memasukkan makanan ke dalam mulut, mengunyah lalu menelannya.72

Secara konotatif, kata “makan” dalam konteks terjemahan surat an-Nisa

ayat 02 pada Tafsir al-Mishbâh bermakna “menggunakan”. Kata “makan”

tersebut mengandung konotasi netral karena kata tersebut memiliki nilai

rasa yang biasa saja dan tidak berimbuh kepada hal yang positif maupun

negatif.

“Dan para wanita yang mendatangi perbuatan yang sangat keji dari

wanita-wanita kamu, maka hendaklah kamu mempersaksikan atas mereka

empat orang saksi lelaki di antara kamu. Lalu apabila mereka telah

memberi persaksian, maka tahanlah mereka dalam rumah sampai maut

menyempurnakan ajal mereka, atau sampai Allah memberi buat mereka

jalan (penyelesaian).” (Q.S An-Nisa: 15).73

72

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 860. 73

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 372.

Page 61: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

49

Kata نساء secara leksikal berarti wanita datau perempuan. Dalam

terjemahan surat an-Nisa ayat 15 pada Tafsir al-Mishbâh, kata نساء

dimaknakan sebagai wanita. Secara denotatif, kata wanita bermakna

perempuan dewasa.74

Wanita dan perempuan mempunyai denotasi yang

sama. Namun pada kenyataannya kedua kata tersebut mempunyai konotasi

yang berbeda. Kata wanita memiliki konotasi yang tinggi (positif) karena

wanita pada umumnya selalu dipandang mempunyai pendidikan lebih

tinggi, modern, dsb. Sedangkan perempuan mempunyai konotasi lebih

rendah (negatif) karena selalu dipandang kurang berpendidikan, tidak

modern, dsb.

Selain kata wanita, dalam terjemahan surat an-Nisa ayat 15 terdapat

kata ىيتوف yang secara leksikal berarti “menyempurnakan”.75

Secara

denotatif, kata “menyempurnakan” bermakna menjadikan sesuatu menjadi

sempurna.76

Selain kata wanita, dalam terjemahan surat an-Nisa ayat 15

terdapat kata يتوفى yang secara leksikal berarti “menyempurnakan”.77

Secara denotatif, kata “menyempurnakan” bermakna menjadikan sesuatu

menjadi sempurna.78

Secara konotatif, kata “menyempurnakan” Dalam

konteks terjemahan surat an-Nisa ayat 15 pada Tafsir al-Mishbâh

bermakna “mencabut”. Kata “menyempurnakan” tersebut mengandung

74

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 1556. 75

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 1572. 76

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 1265. 77

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 1572. 78

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 1265.

Page 62: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

50

konotasi netral karena memiliki nilai rasa yang biasa saja dan tidak

berimbuh kepada sesuatu yang positif maupun negatif.

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat

sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengetahui apa yang

kamu ucapkan, dan tidak juga dalam keadaan junub terkecuali sekedar

berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam

perjalanan atau salah seorang di antara kamu kembali dari tempat yang

rendah atau kamu telah menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapati

air, maka bertayamumlah dengan sha‟id yang baik (suci); maka sapulah

Page 63: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

51

wajah kamu dan tangan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi

Maha Pengampun.” (Q.S An-Nisa: 43).79

Kata dalam terjemahan surat an-Nisa ayat 43 berasal dari

kata يقرب-قرب yang secara leksikal berarti mendekati.80

Secara denotasi,

mendekati berarti menghampiri, mau berdekatan, hampir sampai pada

sesuatu, hampir serupa dengan sesuatu.81

Secara konotatif, kata

“mendekati” dalam konteks terjemahan surat an-Nisa ayat 43 bermakna

“mendirikan”. Kata “mendekati” mengandung konotassi netral karena kata

tersebut tidak memiliki nilai rasa positif atau negatif.

3. Konotasi Negatif

“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya

pasangannya; Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang

79

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 449. 80

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 1102. 81

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 307.

Page 64: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

52

banyak dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

nama-Nya kamu saling meminta dan (pelihara pula) hubungan

silaturrahim. Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kamu.” (Q.S An-

Nisa: 01).82

Kata pada terjemahan al-Quran surat an-Nisa ayat 01, secara

leksikal berarti menyebarluaskan.83

Namun, dalam penerjemahan al-Quran

pada Tafsir al-Mishbah, kata dimaknakan sebagai

memperkembangbiakkan. Secara denotatif, kata memperkembangbiakkan

biasanya digunakan untuk tanaman atau binatang ternak dan sebagainya.84

Secara konotatif, kata “memperkembangbiakkan” dalam konteks

terjemahan surat an-Nisa ayat 01 pada Tafsir al-Mishbah bermakna

“memperbanyak”. Kata “memperkembangbiak” tersebut mengandung

konotasi negatif karena kata “memperkembangbiakkan” hanya digunakan

untuk tumbuhan dan hewan, bukan untuk manusia.

82

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 329. 83

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, (Yogyakarta:Penerbit Pustaka Progressif,

1984), h. 56. 84

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Gramedia, 2008), h. 662.

Page 65: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

53

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang

yang kafir berperang di jalan thagut, maka perangilah wali-wali setan itu,

karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (Q.S An-Nisa: 76).85

Kata yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 76 merupakan

kata jamak taktsir yang berasal dari kata ولي berarti wali atau teman.86

Secara denotatif, kata wali berarti seseorang yang menjamin sebuah

urusan seperti pengasuhan anak, pernikahan, atau diserahi sesuatu untuk

dijaga.87

Secara konotatif, kata “wali-wali” dalam konteks terjemahan

surat an-Nisa ayat 76 pada Tafsir al-Mishbâh bermakna teman. Kata

“wali-wali” tersebut mengandung konotasi negatif karena disandingkan

dengan kata “setan” yang berarti orang-orang kafir.

“Barang siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dia

melemparkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya

dia telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Q.S An-Nisa:

112).88

85

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 511. 86

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 1582. 87

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 1555. 88

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 581.

Page 66: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

54

Kata dalam surat an-Nisa ayat 112 secara leksikal berarti

memikul.89

Secara denotatif, memikul berarti membawa sesuatu dengan

cara menggantungkan tali pada bahu.90

Secara konotatif, kata “memikul”

dalam konteks terjemahan surat an-Nisa ayat 112 pada Tafsir al-Mishbâh

bermakna menanggung. Kata “memikul” tersebut mengandung konotasi

negatif karena ia disandingkan dengan kata “kebohongan” yang artinya

“menanggung kebohongan yang sangat berat.”

“Maka disebabkan pelanggaran mereka perjanjian pelanggaran mereka

itu, dan karena kekafiran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan

pembunuhan mereka terhadap nabi-nabi tanpa haq dan ucapan mereka:

“Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati

mereka karena kekafiran mereka, karena itu mereka tidak beriman kecuali

sebagian kecil dari mereka.” (Q.S An-Nisa: 155).91

89

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 297. 90

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 1073. 91

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 646.

Page 67: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

55

Kata dalam surat an-Nisa ayat 155 secara leksikal bermakna

menutup. Namun, pada terjemahan al-Quran dalam Tafsir al-Mishbah,

kata dimaknakan sebagai mengunci. Secara denotatif, mengunci

berarti menyudahi atau mengatupkan sesuatu seperti lemari, bibir, pidato,

dll.92

Secara konotatif, kata “mengunci” bermakna “menutup”. Kata

“mengunci” tersebut megandung konotasi negatif, karena sesuai dengan

yang dijelaskan dalam Tafsir al-Mishbâh kata yang terdapat dalam

potongan terjemhan “Allah „mengunci‟ mati hati mereka” berarti Allah

benar-benar telah menutuphati mereka dari hidayah dan kebaikan.

92

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 757.

Page 68: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

56

“Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka

karena hendak mengambil kembali sebagian apa yang telah kamu berikan

kepadanya, kecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan

bergaullah dengan mereka secara ma‟ruf atau patut. Selanjutnya bila kamu

tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak

menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang

banyak.” (Q.S An-Nisa: 19).93

Kata yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 19 berasal dari kata

.yang secara leksikal berarti mewariskan ورث94

Namun, dalam terjemahan

al-Quran pada Tafsir al-Mishbâh penerjemah menerjemahkan kata

menjadi kata mempusakai. Secara denotatif, mempusakai berarti memberi

pusaka atau memberi harta benda peninggalan (warisan) dari orang yang

meninggal kepada orang yang hidup.95

Secara konotatif, kata

“mempusakai” bermakna “mewarisi”. Kata “mempusakai” tersebut

mengandung konotasi negatif karena kata mempusakai seharusnya

digunakan untuk benda bukan untuk manusia.

93

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 380. 94

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, h. 1150. 95

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 1120.

Page 69: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

57

“Dan wanita-wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu

miliki. Itu sebagian ketetapan Allah atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu

untuk memelihara kesucian, bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang

telah kamu nikmati di antara mereka, berikanlah kepada mereka

imbalannya sebgai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu

terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah

menentukan kewajiban itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Bijaksana.” (Q.S An-Nisa: 24).96

Kata yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 24 berasal dari ستمتعتمإ

kata إستمتع dan secara leksikal berarti menikmati. Dalam terjemahan ayat

96

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, h. 39

Page 70: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

58

24 pada surat an-Nisa kata menikmati disandingkan dengan kata istri yang

disajikan dalam bentuk kalimat pasif yaitu istri-istri yang telah kamu

nikmati. Secara denotatif, menikmati berarti merasai (sesuatu yang nikmat

atau lezat) seperti makanan dan minuman.97

Secara konotatif, kata

“nikmati” dalam konteks terjemahan surat an-Nisa ayat 24 bermakna

“menyetubuhi”. Kata “nikmati” tersebut mengandung konotasi negatif

karena kata tersebut tidak pantas digunakan dan disandingkan dengan kata

isrti.

97

Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h. 962.

Page 71: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

59

Bab V

Penutup

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa ayat-ayat yang mengandung makna

konotasi ditemukan sebanyak 12 ayat, yaitu:

Dalam ayat 49 pada kata يزكى dari kata membersihkan ke melenyapkan. Dalam

ayat 02 dan 06 pada kata تأكلوا dari makan ke menggunakan. Dalam ayat 10 pada

kata ونيأكل dari makan ke menggunakan. Dalam ayat 15 pada kata نساء (wanita) dan

kata يتوفى dari menyempurnakan ke mencabut. Dalam ayat 01 pada kata بج dari

memperkembangbiakkan ke melahirkan. Dalam ayat 76 pada kata أولياء “wali”.

Dalam ayat 112 pada kata إحتمل dari kata memikul ke menanggung. Dalam ayat

155 pada kata طبع dari mengunci ke menutup. Dalam ayat 19 pada kata ترث dari

mempusakai ke mewarisi. Dalam ayat 24 pada kata إستمتعتم dari menikmati ke

menyetubuhi. Dalam ayat 43 pada kata تقرب dari mendekati ke mendirikan.

Makna konotatif yang terdapat dalam terjemahan al-Quran surat an-Nisa

pada Tafsir al-Mishbâh cenderung memiliki konotasi negatif karena dari data

yang diteliti sebanyak 12 temuan, 6 terjemahan ayat di antaranya mengandung

konotasi negatif, 5 terjemahan ayat mengandung konotasi netral dan 1 terjemahan

ayat mengandung konotasi positif.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat

beberapa hal yang belum sempurna. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat

menjadi pedoman yang bermanfaat bagi seluruh pembaca. Peneliti menghimbau

Page 72: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

60

kepada pembaca bahwa kandungan isi Tafsir al-Mishbâh Karya M. Quraish

Shihab sangat penting untuk dikonsumsi di kehidupan sehari-hari. Masih banyak

makna konotasi yang terdapat dalam surat-surat lainnya yang perlu diteliti karena

peneliti membatasi objek penelitiannya dengan menggunakan surat an-Nisa.

Rekomendasi tersebut dilontarkan guna menjadi tolak ukur dan acuan bagi

peneliti selanjutnya.

Page 73: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

61

Daftar Pustaka

Alfarisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011.

Alwasilah, A. Chaedar. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa, 1993.

Arifin, Zaenal. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademia Pressindo, t.t.

Badudu, J. S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: T.pn., 1995.

Barker, Chris. Cultural Studies (Teori dan Praktik). Jogjakarta: Kreasi Wacana,

2009.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta,

2009.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Hanafi, Muchlis M. “Karya-Karya M. Quraish Shihab” diakses pada 5 Mei 2015

dari http://Quraishshihab.com/work/.

Hanafi, Muchlis M. “Profil M. Quraish Shihab” diakses pada 5 Mei 2015 dari

http://Quraishshihab.com/profile/.

Hidayatullah, Moch. Syarif. Metode Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia.

Tangerang: Dikara, 2010.

Hidayatullah, Moch. Syarif. Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia

Kontemporer. Tangerang: UIN Press, 2014.

Kamil, Sukron. Najib Mahfudz Sastra (Islam dan Politik). Jakarta: Dian Rakyat,

2013.

Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir. Kairo: Mathba‟ah al-Istiqomah, 1958.

Page 74: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

62

Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik). Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Mahsun. Metodologi Penelitian Bahas. Jakarta: Grafindo, 2013.

Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Arruz Media, 2011.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progressif,

1997.

Nababan, M Rudolf. Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008.

Nadia, Paramita. Semiotika dalam Desain Komunikasi, artikel diakses pada 6

April 2015 dari

http://www.academia.edu/4049657/Semiotika_dalam_Desain_Komunikasi

_Visual_roland_barthes.

Parera, J. D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004.

Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.

Tangerang: Lembaga Penelitian UIN, 2008.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Quran. Bandung: Mizan, 1992.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbâh (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran).

Tangerang: Lentera Hati, 2000.

Sriwulandari, “Biografi M. Quraish Shihab” diakses pada 5 Mei 2015 dari

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1-2006-

sriwulanda-1727-1101004_-3.pdf.

Subuki, Makyun. Semantik (Pengantar Memahami Makna Bahasa). Tangerang:

TransPustaka, 2011.

Page 75: MAKNA KONOTATIF DALAM TERJEMAHAN AL-QURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29930/3/DARTI... · untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra ... berkat kasih

63

Suryawinata & Sugeng. Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis

Menerjemahkan. Yoyakarta: Kanisius, 2003.

Takim, Asep Badru. Takhrij Hadis-Hadis Kitab Tafsir al-Mishbah. Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa, 1985.

Tim Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia, 2008.

Widyamarta, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989.


Top Related