Transcript
Page 1: Macam-macam Gaya Belajar

MACAM-MACAM GAYA BELAJAR

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

yang Dibina oleh Dr. Endang Suarsini,M.Ked.

Oleh Kelompok 6 :

1. Yesi ( )

2. Ahmad Habibul Wahid (100341400718)

3. Asti Sevita (100341404375)

4. Efi Kurniasari (100341400701)

5. Irma Dwi Jayanti (100341400712)

6. Meisa Nisrina (100341400706)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

April, 2012

Page 2: Macam-macam Gaya Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan

sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena

itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia

yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara - negara

lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam

peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu

pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal

maupun informal. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu

pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang

mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan

bangsa di berbagai bidang.

Setiap manusia sejak lahir pasti mengalami suatu perubahan.

Perubahan dapat terjadi akibat adanya proses belajar. Belajar merupakan

suatu proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Pada umumnya salah

satu tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar

dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya

sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia

mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Belajar terjadi

bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi

yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.

Belajar dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan,

ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses

pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan,

ketrampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka

kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari ketrampilan atau

pengetahuan di atasnya itu. Dalam proses pembelajaran terdapat macam –

macam gaya belajar. Macam – macam gaya belajar dapat digolongkan

menjadi Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual atau SAVI. Seorang

Page 3: Macam-macam Gaya Belajar

guru, sangat penting untuk mempelajari gaya – gaya belajar ini, untuk

memperlancar kegiatan belajar – mengajar. Oleh karena itu, perlu

mengangkat materi mengenai macam - macam gaya belajar dalam

makalah ini.

B. Rumusan Malasah

Berikut ini adalah rumusan masalah pada makalah ini:

1. Bagaimanakah karakteristik anak yang memiliki gaya belajar

Somatis?

2. Bagaimanakah karakteristik anak yang memiliki gaya belajar

Auditori?

3. Bagaimanakah karakteristik anak yang memiliki gaya belajar Visual?

4. Bagaimanakah karakteristik anak yang memiliki gaya belajar

Intelektual?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:

5. Untuk mengetahui karakteristik anak yang memiliki gaya belajar

Somatis.

6. Untuk mengetahui karakteristik anak yang memiliki gaya belajar

Auditori.

7. Untuk mengetahui karakteristik anak yang memiliki gaya belajar

Visual.

8. Untuk mengetahui karakteristik anak yang memiliki gaya belajar

Intelektual.

Page 4: Macam-macam Gaya Belajar

BAB II

KAJIAN TEORI

Gaya belajar seorang anak didik dikaitkan dengan persepsi dan indranya.

Cara melihat, mendengarkan, memperhatikan, menyimak, melakukan dan

meniru gerakan tubuh selama belajar berpengaruh terhadap peningkatan

kompetensi. Indra anak didik yang terlatih dengan baik akan mempercepat daya

tangkap dan mengaktifkan memori jangka panjang. Gaya belajar menurut Dave

Meier dalam bukunya The Accelerated Learning dikenal dengan sebutan

pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI adalah salah satu pendekatan yang

mengintegrasikan unsur somatis, auditori, visual dan intelektual dalam

pembelajaran. Pendekatan SAVI ini dapat diterapkan dalam pembelajaran

faroidh (Anonim1, 2009)

Pendekatan SAVI

SAVI singkatan dari Somatis, Auditori, Visual dan Intektual. Teori

yang mendukung pendekatan SAVI adalah Accelerated Learning. Pendekatan

SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang

paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan

segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu

lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.

Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis,

kreatif dan hidup. Para pembelajar sukses, boleh jadi belajar dalam berbagai

cara yang berbeda tetapi satu hal yang sama-sama mereka miliki adalah

pendekatan aktif terhadap pembelajaran. Mereka tidak pernah duduk dengan

pasif mendengarkan atau membaca (Anonim1, 2009).

Menurut Meier (2002:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI

adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan Aktifitas

Intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada

pembelajaran (Anonim1, 2009)

Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatis, Auditori, Visual

dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:

Page 5: Macam-macam Gaya Belajar

1) Somatis

Somatis berasal dari bahasa Yunani yaitu somatis yang berarti tubuh –

soma (seperti dalam psikosomatis). Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat

diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Jadi, belajar somatis berarti

belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan

menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Hal ini dapat diambil

kesimpulan bahwa pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang

memanfaatkan dan melibatkan tubuh. Menurut Meier (2005:92) pembelajaran

somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera

peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan

pembelajaran berlangsung). De Porter dkk. (2000: 85) juga menyatakan

bahwa belajar somatis mengakses segala jenis gerak dan emosi, diciptakan

maupun diingat (Munir, 2007)

Pada dasarnya komponen somatis ini memberikan kebebasan anak didik

untuk bergerak saat menerima pelajaran, merangsang pikiran dan tubuh di dalam

kelas dalam menciptakan suasana belajar anak didik aktif secara fisik. anak

didik dapat menciptakan gambar atau menjalankan pelatihan belajar aktif,

misalnya dengan simulasi, permainan belajar dan yang lainnya (Meier,2005:95)

(Munir, 2007).

Menurut De Porter dkk. (2000: 85), anak didik yang belajar secara

somatis sering:

a. Banyak bergerak.

b. Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi

secara fisik.

c. Mengingat sambil berjalan.

Adapun aktivitas yang sesuai dengan gaya belajar somatis dalam

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur

2. Membuat suatu kegiatan untuk membuktikan atau mengkostruksi rumus

Page 6: Macam-macam Gaya Belajar

3. Memperagakan suatu proses atau seperangkat konsep

4. Memperagakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin

tahu pada anak didik.

5. Menjalankan pelatihan belajar aktif (Anonim1, 2009).

“Somatic is learning by moving and doing”. Model belajar somatis,

biasanya anak lebih suka bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain,

dan praktik (doing) secara langsung. Strategi pembelajaran yang baik bagi anak

somatis adalah demonstrasi, role-playing, games, atau strategi-strategi

pembelajaran yang menekankan anak bekerja secara aktif dengan seluruh

tubuhnya. (Arifin: 2011)

Somatis di sini dinamakan dengan ’’Learning by moving doing’’ (Belajar

dengan belajar dan bergerak). Jadi cara belajar somatis adalah pola pembelajaran

yang menekankan pada aspek gerakan tubuh dalam belajar untuk merangsang

pikiran tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang membuat orang bangkit dari

tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua

pembelajaran memerlukan aktifitas belajar fisik, tetapi dengan berganti-ganti

menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, akan membantu

pembelajaran pada setiap peserta didik. Jadi antara tubuh dan otak (pikiran)

adalah satu dan harus saling menggiring, karena tersebar diseluruh tubuh dan

terbukti tubuh tidak akan bergerak jika pikiran tidak beranjak (Arifin: 2011).

2) Auditori

Belajar Auditorial adalah sebuah gaya belajar seseorang yang lebih efektif

dengan cara mendengarkan informasi yang disampaikan secara lisan. Seperti

dalam pidato, ceramah maupun pembicaraan lain. Pelajar Auditorial sering

menggunakan kata-kata atau ujaran seperti “kedengarannya bagus” atau “ding

dong” ketika menemukan sebuah penyelesaian. Mereka (pelajar Auditorial) akan

lebih fokus pada apa yang ia dengar atau apa yang orang bicarakan (Anonim,

2008).

Page 7: Macam-macam Gaya Belajar

3) Visual

Gaya Belajar Visual   (Visual Learners)   menitikberatkan pada ketajaman

penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu

agar mereka paham gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau

melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.

Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai

gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu

(informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau

memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap

warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah

artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara

langsung,kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran

secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

1. Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu  :

2. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar

3. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi

4. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat

teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak

5. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan

orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.

6. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan

7. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan

8. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa

terganggu

4) Intelektual

Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan

manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan,

makna, rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut. Intelektual adalah bagian

diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.

Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan

manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf

Page 8: Macam-macam Gaya Belajar

baru dan belajar. Intelektual menghubungan pengalaman mental, fisik,

emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri

(Roebyarto, 2008).

Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar

menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan

menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.

“Intelektual” adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan

masalah, dan membangun makna. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk

mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,

dan pemahaman menjadi kearifan. Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih

jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:

1. Memecahkan masalah

2. Menganalisis pengalaman

3. Mengerjakan perencanaan strategis

4. Memilih gagasan kreatif

5. Mencari dan menyaring informasi

6. Merumuskan pertanyaan

7. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan

8. Menciptakan makna pribadi

9. Meramalkan implikasi suatu gagasan (Roebyarto, 2008)

Page 9: Macam-macam Gaya Belajar

BAB III

PEMBAHASAN

Pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang

menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki

anak didik. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam

pembelajaran di kelas adalah dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatic,

Auditory, Visualization, Intelectualy). Somatic adalah gerakan tubuh, yang

berarti bahwa belajar harus dengan mengalami dan melakukan. Auditory adalah

pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses

pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,

argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi. Visualization adalah

penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui

mengamatai, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media

pembelajaran dan alat peraga. Intelektual adalah berpikir, yang berarti bahwa

kemampuan berpikir harus dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan

masalah, mengkontruksi, dan menerapkan. (Herdian, 2009).

Perbedaan anak didik dalam menerima informasi terbaik mempunyai cara

yang berbeda. Mereka juga memiliki proses dan menggunakan informasi terbaik

dengan cara  yang berbeda pula. Cara memproses dan menggunakan disebut

beberapa kecerdasan atau bakat. Cara menerima informasi disebut gaya belajar.

Beberapa gaya yang berbeda ini merupakanperbedaan anak didik bagaimana

menerima informasi terbaik dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat

mengakibatkan masalah serius di sekolah dan belajar rumah. Jika anak didik

menerima informasi terbaik visual sedangkan guru atau orang tua memberikan

sebagian besar informasi secara lisan, anak didik adalah pada kerugian besar.

Anak didik dapat menjadi korban tidak efektif pengajaran-pengajaran yang

hanya bergantung pada salah satu cara untuk menyajikan informasi. Berikut

adalah daftar sederhana empat besar gaya belajar:

1. Somatis

Beberapa anak didik, biasanya setidaknya 35%, belajar paling

efektif saat bergerak (kinestetik) atau hal-hal penanganan (sentuhan).

Page 10: Macam-macam Gaya Belajar

Tindakan dan keterlibatan tubuh ini membantu mereka untuk memahami

suatu materi. Belajar somatis dapat disebut sebagai balajar dengan

menggunakan indra peraba, kinestetis, praktis, dan melibatkan fisik serta

menggunakan dan menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Dalam

pelaksanaan kegiatan belajar pada saat ini otak merupakan organ tubuh

yang paling dominan. Pembelajaran yang dilakukan seperti merupakan

kegiatan yang sangat keliru.  Anak-anak yang bersifat somatis tidak akan

mampu untuk duduk tenang.

Mereka harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat otak dan

pikiran mereka tetap hidup. Anak-anak seperti ini disebut sebagai

“Hiperaktif“. Pada sejumlah anak, sifat hiperaktif itu normal dan sehat.

Namun yang dijumpai pada anak-anak hiperaktif adalah penderitaan,

dimana sekolah mereka tidak mampu dan tidak tahu cara memperlakukan

mereka. Aktivitas anak-anak yang hiperaktif cenderung dianggap

mengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam ketertiban proses

pembelajaran. Dalam satu penelitian disebutkan bahwa “jika tubuhmu

tidak bergerak, maka otakmu tidak beranjak“. Jadi menghalangi gaya

belajar anak somatis dengan menggunakan tubuh sama halnya dengan

menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Mungkin dalam beberapa kasus,

sistem pendidikan dapat membuat cacat belajar anak, dan bukan

menggangu jalannya pembelajaran.

Istilah somatis sama artinya dengan kinestetik. “belajar somatis

berarti belajar dengan indera peraba, kinestetik, praktis melibatkan fisik

dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar”. Dalam

lingkup belajar somatis tidak menghendaki anak didik hanya duduk di

kursi sambil menuggu sajian materi dari guru melainkan dengan belajar

somatis anak didik terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran. Belajar

somatis ini sesuai untuk anak didik yang memiliki gaya belajar kinestetik.

DePorter mengemukakan bahwa pelajar kinestetik suka belajar

melalui gerakan dan sentuhan. Oleh karena itu, seorang guru dituntut

untuk menerapkan pembelajaran kinestetik yaitu dengan cara mengajak

anak didik bergerak aktif ketika belajar sehingga suasana kelas menjadi

Page 11: Macam-macam Gaya Belajar

lebih hidup dan menyenangkan. DePorter mengemukakan hal-hal yang

perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran kinestetik antara lain : 

1) Menggunakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa

ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci

2) Menciptakan simulasi konsp agar anak didik mengalaminya

3) Jika bekerja dengan anak didik perseorangan, maka perlu diberikan

bimbingan paralel dengan duduk di sebelah mereka

4) Mencoba berbicara dengan setiap anak didik secara pribadi setiap

hari sekalipun hanya salam kepada anak didik saat meeka masuk

atau saat mereka ke luar kelas

5) Memperagakan konsep sambil memberikan kesempatan anak didik

untuk mempelajari langkah demi langkah

6) Menceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar anda

kepada anak didik, dan dorong mereka untuk melakukan hal yang

sama.

Selain itu, Meier menegaskan bahwa orang dapat bergerak ketika

mereka:

1) membuat model dalam suatu proses atau prosedur

2) secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu proses

atau sistem

3) memeragakan suatu proses, system atau seperangkat konsep

4) mendapatkan pengalaman baru lalu membicarakannya dan

merefleksikannya

5) melengkapi suau proyek yang memerluka kegiatan fisik.

6) menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan

lain-lain)

7) melakukan tinjauan lapangan dan membicarakan tentang apa yang

dipelajari

Page 12: Macam-macam Gaya Belajar

8) mewancarai orang-orang di luar kelas

9) dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh

kelas.

Berdasarkan uraian di atas, inti belajar somatis adalah belajar yang

membuat anak didik melakukan aktivitas fisik dalam pembelajaran.

Makin banyak anak didik melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran,

maka makin dalam anak didik menguasai materi tersebut. Banyak hal

yang dapat dilakukan untuk membuat anak didik aktif dalam

pembelajaran. Misalnya, dengan membimbing anak didik untuk

melakukan simulasi, bermain peran, permainan belajar dan lain-lain

sehingga suasana kelas menjadi hidup dan menyenangkan.

Dalam suatu pembelajaran misalnya Matematika, guru harus bisa

membimbing anak didik untuk mengaktifkan kegiatan fisik. Misalnya

anak didik membuat suatu model bangun ruang. anak didik bisa mencari

atau membuat sendiri modelbangun ruang yang diperintahkan oleh guru.

Misalnya anak didik membuat bangun ruang dari kertas karton atau

menggunakan benda yang ada di sekitarnya yang bentuknya seperti

bangun ruang yang diinginkan. Hal ini bertujuan agar anak didik tidak

hanya menerima penjelasan dari guru tentang bangun ruang. Setelah

membuat model bangun ruang tersebut anak didik diarahkan untuk

mengidentifikasi bangun ruang tersebut, kemudian anak didik bisa

menunjukkan model bangun ruang tersebut kepada guru atau teman-

temannya. Dalam proses identifikasi inilah anak didik akan

berupaya menemukan suatu hal yang baru yang belum pernah dialaminya.

Guru harus memberikan ruang kepada anak didik untuk mengeksplorasi

pengetahuan mereka sendiri dalam menemukan sesuatu yang baru.

2. Auditori

Siswa yang memiliki tipe belajar auditori mengandalkan kesuksesan

belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka guru

sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya.

Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat

Page 13: Macam-macam Gaya Belajar

dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru

katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui

tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal

auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang

minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini

biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras

dan mendengarkan kaset (Syukur, 2004).

Pembelajar tipe ini suka belajar atau bekerja dengan suara dan

musik. Memiliki sensitifitas dalam nada dan ritme. Biasanya bisa

bernyanyi, memainkan alat musik, atau mengenali suara dari berbagai

instrumen. Musik tertentu memiliki pengaruh kuat ke emosinya (De

Porter, 2002).

Untuk pembelajar dengan gaya belajar auditori gunakan banyak

suara, irama dan musik. Bacakan materi menggunakan suara yang keras,

membuat sesi tanya jawab, berdiskusi, sambil mendengarkan musik

ataupun bekerja secara kelompok. Gunakan mnemonic (jembatan keledai)

dengan ritme menarik atau single lagu untuk menghafalkan sesuatu. Perlu

pemanfaatan konten yang menggunakan suara dalam asosiasi dan

visualisasi. Misalnya suara binatang ketika belajar mengenai biologi,

suara mesin ketika belajar kecepatan di fisika, dll (De Porter, 2002).

Relatif kecil jumlah anak didik, 19% atau lebih. Anak dengan gaya

belajar ini lebih suka mendengarkan atau mendiskusikan/berbicara sebagai

cara untuk menerima informasi. Sayangnya, ada ruang kelas di mana

sebagian besar informasi disajikan dengan kata yang diucapkan bahkan

meskipun itu tidak bentuk presentasi yang paling efektif untuk mayoritas

anak didik.

Menurut De Porter (2002), gaya belajar Auditori (Auditory Learners)

mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan

mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar

menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau

pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa

mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang

Page 14: Macam-macam Gaya Belajar

memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap

melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi

dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis

ataupun membaca.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui gaya

belajar ini. Cara Pertama, adalah dengan menggunakan observasi secara

mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode

belajar mengajar di kelas. Digunakan metode ceramah secara umum,

mencatat siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir.

kemudian memperhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama

dalam mendengar. Mengklasifikasikan mereka sementara dalam golongan

orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan.

Dari sini bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa dengan

model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.

Cara kedua, adalah dengan memberikan tugas kepada siswa untuk

melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian

yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya

terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan

model rumah ini, pertama adalah melakukan praktek langsung dengan

mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-

potongan yang ada; kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah

secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan ketiga adalah petunjuk

tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah

tersebut dari awal hingga akhir.

Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar

rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar

tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara keseluruhan.

Pembelajar auditori cenderung membaca petunjuk tertulis mengenai

langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak

terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik

akan langsung mempraktekkan dengan mencoba-coba menyatukan satu

bagian dengan bagian yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar

Page 15: Macam-macam Gaya Belajar

ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan terhadap cara kerja

siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya

mengajar siswa secara lebih mendetail.

Cara ketiga, merupakan cara yang lebih komprehensif yaitu dengan

melakukan survey atau tes gaya belajar. Namun demikian, alat survey

ataupun tes ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau psikolog

tertentu sehingga jika kita ingin melakukan tes tersebut harus membayar

dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal.

Namun demikian, karena menggunakan metodologi yang sudah cukup

teruji, biasanya survey atau tes psikologi semacam ini mempunyai akurasi

yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera mengetahui

gaya belajar siswa.

Dari ketiga cara mengetahui gaya belajar siswa di atas tergantung

kita untuk menggunakan cara yang mana. Cara pertama dan kedua

membutuhkan usaha yang keras dari kita dalam memetakan dan

mengklasifikasikan gaya mengajar siswa yang terdapat dalam satu kelas.

Namun demikian, kedua cara ini tidak membutuhkan biaya yang mahal.

Untuk lebih akurat, memang cara ketiga bisa diambil, namun

konsekuensinya tentu saja perlu mengeluarkan biaya untuk survey ataupun

tes gaya belajar (Zainudin, 2011).

Untuk siswa auditorial, belajar melalui mendengarkan kuliah, contoh

dan cerita serta mengulang informasi adalah cara yang mereka sukai. Para

auditorial mungkin lebih memilih merekam suara mereka daripada

mencatat. Itu karena mereka suka mendengarkan informasi berulang-

ulang. Mereka mungkin meminta guru untuk mengulang materi yang

diberikan, mereka tentu saja menyimak, tetapi mereka suka

mendengarkannya lagi.

Pelajar auditorial lebih suka menyelesaikan tugas atau pekerjaan

rumah sambil mendengarkan musik, sementara siswa lainnya akan merasa

terganggu dengan hal itu. Di luar negeri bahkan menyediakan sound

system di ruang kelasnya sebagai pembantu konsentrasi pembelajaran.

Para guru dapat membuat materi dan hapalan menjadi sebuah lagu dengan

Page 16: Macam-macam Gaya Belajar

melodi yang sudah dikenal baik. Misal ubahlah lirik lagu “balonku”

menjadi nama-nama Propinsi atau yang lainnya (Anonim, 2008).

Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu :

Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau

materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas

Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/lagu di televisi/

radio

Cenderung banyak bicara

Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik

karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja

dibacanya

Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/ menulis

Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain

Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya,

seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok

kelas, dll

Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri

Penampilan rapi

Mudah terganggu oleh keributan

Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

dari pada yang dilihat

Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika

membaca

Biasanya ia pembicara yang fasih

Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

visual

Berbicara dalam irama yang terpola

Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna

suara

Page 17: Macam-macam Gaya Belajar

Karakteristik Pelajar Auditorial:

Baik dalam bercerita

Biasanya bawel

Menyelesaikan masalah dengan argumentasi

Memiliki banyak perbendaharaan celotehan, seperti “dengerin dong”,

“iya, aku dengar”

Menggerakkan bibir atau berbicara dengan dirinya sendiri ketika

fokus menyelesaikan tugas.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas

maupun di dalam keluarga.

Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan

dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

Bergabunglah dengan kelompok belajar untuk membantu

mempelahari bahan bahan pelajaran.

Ketika belajar sendiri, ucapkan informasi informasinya dengan suara

yang cukup di dengar

Gunakan alat perekam informasi yang penting , setelah itu lalu

dengarkan kembali untuk mengulang pemahamannya.

3. Visual

Setiap orang ditakdirkan berbeda, tak terkecuali dalam bagaimana

seseorang belajar. Setiap individu memiliki gaya belajar yang berlainan.

Bagi seorang guru, sangat penting mengetahui gaya belajar siswanya

sehingga cara mengajarnya dapat mencapai hasil yang lebih maksimal

dengan menyesuaikan gaya belajar siswa-nya.

Seringkali guru salah menilai jika ada siswa yang tidak bisa duduk

diam dan tenang. Seringkali malah siswa tersebut dianggap nakal. Bisa

saja siswa bertingkah seperti itu karena guru memberikan cara pengajaran

Page 18: Macam-macam Gaya Belajar

yang tidak sesuai dengan gaya belajar siswa tersebut sehingga dia susah

memahami pelajaran dan menjadi bosan.

Menurut penelitian, ada banyak kategori gaya belajar siswa. Namun,

gaya belajar yang banyak dibicarakan dan akan sedikit dibahas disini ada

tiga yaitu; visual/spatial, auditori/aural dan kinestetik/physical.

Pembelajar gaya visual, lebih suka menggunakan foto, membuat

gambar, bermain warna, dan peta untuk menyampaikan informasi dan

berkomunikasi dengan orang lain. Dia suka membaca, suka menulis, suka

mencoret-coret kertas, lebih menyukai membaca cerita dibandingkan

mendengar cerita, cepat dalam melakukan penjumlahan atau perkalian,

pintar dalam mengeja kata, dan sering mencatat segala yang diperintahkan.

Pembelajar tipe ini dapat dengan mudah memvisualisasikan benda,

rencana dan hasil pikiran mata. Juga memiliki kemampuan yang baik

tentang tata ruang sehingga mudah memahami peta. Untuk mengajar

pembelajar visual, digunakan foto, gambar, warna dan media visual

lainnya untuk membantu belajar. Memakai alat tulis (spidol, kapur dll)

minimal empat warna. Banyak menggunakan “kata visual” dalam

ungkapan. Contohnya: lihat, gambar, perspektif, visual, dan peta.

Menggunakan peta pikiran (mind map) untuk memberikan

penjelasan atau membuat catatan. Menggunakan diagram sistem

membantu memvisualisasikan hubungan antara bagian-bagian dari sistem.

Memakai teknik bercerita  tertentu dapat membantu pembelajar tipe ini

untuk menghafal materi yang tidak mudah untuk “dilihat”(

http://edukasiana.com/?p=32_).

Beberapa profesi yang sebagian besar menggunakan gaya visual

adalah seni visual, arsitektur, fotografi, video atau film, desain,

perencanaan (khususnya yang strategis), dan navigasi.

4. Intelektual

Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang

digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan

hubungan, makna, rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut.

Page 19: Macam-macam Gaya Belajar

Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan

masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam

pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan

pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar. Intelektual

menghubungan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh

untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Belajar dengan gaya

belajar intelektual lebih memperhatikan aspek berfikir menghubungkan

suatu masalah dan penyebabnya bahkan membuat hipotesis atas suatu

penelitian. Gaya belajar intelektual mengutamakan pula kemampuan

pemahaman anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.

Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar

menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan

menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman

tersebut. “Intelektual” adalah bagian diri yang merenung, mencipta,

memecahkan masalah, dan membangun makna. Itulah sarana yang

digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,

pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.

Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak

pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:

1. Memecahkan masalah

2. Menganalisis pengalaman

3. Mengerjakan perencanaan strategis

4. Memilih gagasan kreatif

5. Mencari dan menyaring informasi

6. Merumuskan pertanyaan

7. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan

8. Menciptakan makna pribadi

9. Meramalkan implikasi suatu gagasan (Roebyarto, 2008).

Di atas merupakan cara untuk terlatih dalam gaya belajar

intelektual. Memecahkan masalah, biasanya diberikan melalui kegiatan

diskusi maupun tanya jawab, menganalisis masalah dapat diberikan

melalui diskusi atau ketika membuat laporan praktikum. Mengerjakan

Page 20: Macam-macam Gaya Belajar

perencanaan strategis biasa dilatih melalui pembuatan proyek, memilih

gagasan alternatif dapat ditunjukkan ketika diskusi,Tanya jawab atau

bahkan ketika ujian dengan soal essay. Mencari dan menyaring informasi

dapat ditunjukkan dengan guru memberikan post test. Merumuskan

pertanyaan dapat ditunjukkan melalui diskusi maupun Tanya

jawab,menerapkan gagasan baru pada pekerjaan dapat ditunjukkan melalui

kegiatan praktikum maupun proyek. Menciptakan makna pribadi dan

meramalkan implikasi suatu gagasan dapat ditumbuhakan dengan

pembuatan proyek atau praktikum. Gaya belajar ini tidak lepas dalam

pembelajaran guru terhadap anak didiknya karena gaya belajar ini penting

untuk dapat meningkatkan cara berpikir anak didik agar dapat berpikir

kritis atas sesuatu yang ada dan memiliki pemahaman terhadap materi

yang disampaikan guru.

Page 21: Macam-macam Gaya Belajar

BAB IV

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dari makalah ini sebagai berikut:

1. Anak yang memiliki tipe gaya belajar Somatis yakni anak yang memiliki

karakteristik lebih nyaman belajar dengan melakukan suatu tindakan dalam

bentuk apapun.

2. Anak yang memiliki tipe gaya belajar Auditori akan lebih mudah menerima

pelajaran dan lebih nyaman belajar dalam bentuk mendengarkan.

3. Anak dengan gaya belajar Visual akan lebih mudah mengerti yang sedang

dipelajarinya jika dinyatakan dalam bentuk yang bias dilihatnya.

4. Anak dengan gaya belajar Intelektual akan lebih mampu menganalisis suatu

masalah dan menyelesaikan masalah tersebut dengan berpikir.

Page 22: Macam-macam Gaya Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Siswa dengan Gaya Belajar Auditorial. (Online),

(http://sdn3bojonglopang.wordpress.com/2008/09/03/siswa-dengan-gaya-

belajar-auditorial-bagaimana-menghadapinya/), diakses tanggal 13 April

2012

Anonim1.2009. Penerapan Model Pembelajaran Nht dengan Pendekatan Savi

dalam Meningkatkan Hasil Belajar anak didik. (Online),

(http://abstrak.digilib.upi.edu/Direktori/skripsi/fpmipa/pend._ilmu_komput

er/0608670_penerapan_model_pembelajaran_nht

%28numbered_head_together

%29_dengan_pendekatan_savi_dalam_meningkatkan_hasil_belajar_tik_

anak didik/bab_ii.pdf), diakses 14 April 2012

Arifin, Zainal. 2011. Dave Meier. (Online),

(http://derizzain.multiply.com/journal/item/87?&show_interstitial=1&u=

%2Fjournal%2Fitem), diakses 4 April 2012

De Porter, Bobbi dan Hernachi, Mike. 2002. Quantum Learning. Bandung:

Kaifa

Herdian. 2009. Model Pembelajaran SAVI. (Online),

(http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-savi/),

diakses 4 April 2012

Macam-Macam Gaya Belajar; Posted by' Admin on December 20, 2011

(http://belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar/)

Munir. 2007. Gaya Belajar Anak Styles Of Learning. (Online),

(http://munirmisbahul.blogspot.com/2007/11/gaya belajar anak styles of

learning.html), diakses tanggal 14 April 2012

Roebyarto. 2008. Pendekatan SAVI,(Online),

(http://roebyarto.multiply.com/journal/item/21?&show_interstitial=1&u=

%2Fjournal%2Fitem), diakses 16 April 2012.

Syukur, Fatah dan Drs, M.Ag. 2004. Teknologi Pendidikan. Semarang: RaSAIL

Page 23: Macam-macam Gaya Belajar

Zainudin, Akbar . 2011. Mengetahui Gaya Belajar Anak. (Online), diakses

tanggal 13 April 2012 (http://www.gayabelajar.net/mengetahui-gaya-

belajar-anak.html),


Top Related