Download - Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
Laboratorium Teknik Material I
Modul B Uji Keras
Oleh:
Nama : Dika Anindyajati
NIM : 13708031
Kelompok : 5
Anggota (NIM) : Legino Natanael G P (13708001)
Yulian Praticno (13708013)
R Laksito Hedi D N (13708019)
Irzal Riznika (13708047)
Aulia Rahman (13708054)
Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2010
Nama Asisten (NIM) : Andi Lim (23701001)
Tanggal Penyerahan : 24 Oktober 2010
Laboratorium Metalurgi
Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2010
BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian ini
kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material.
Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah tertentu saja,
nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material. Dengan
melakukan pengujian kekerasan, material dapat dengan mudah digolongkan
sebagai material getas atau ulet.
Uji keras juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk mengetahui
pengatuh perlakuan panas dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang
telah mengalami hot working, cold working dan heat treatment, dapat diketahui
gambaran perubahan kekuatannya dengan mengukur kekerasan permukaan suatu
material. Oleh sebab itu dengan uji keras kita dapat dengan mudah melakukan
quality control terhadap material.
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui macam-macam metode pengujian keras serta aplikasinya.
2. Mengetahui prosedur dan standar pengujian keras.
3. Mengetahui sifat mekanik serta perubahan yang terjadi akibat proses
pemanasan.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian
kekerasan.
5. Mampu menghitung besaran sifat mekanik material.
2
BAB II : Teori Dasar
Secara umum definisi kekerasan material adalah ketahanan material untuk
dideformasi, dan untuk logam, deformasi yang dimaksud adalah deformasi plastis.
Ada 3 cara umum pengukuran kekerasan material tergantung bagaimana uji
tersebut dilakukan, yaitu kekerasan goresan, kekerasan indentasi, dan pantulan
alias kekerasan dinamis. Untuk logam, engineer umumnya memakai cara
kekerasan indentasi.
Kekerasan gores umumnya dipakai oleh para mineralogist. Skala yang digunakan
dalam cara penggoresan adalah skala Mohs. Skala paling rendah atau paling
lembut adalah talc dengan nilai skala Mohs 1. Dan yang paling keras adalah intan
dengan skala Mohs 10.
Kekerasan pantulan (rebound) caranya adalah dengan menjatuhkan indentor pada
permukaan material yang akan diuji, kemudian dengan menghitung ketinggian
pantulan akan didapatkan energi impak yang merepresentasikan kekerasan suatu
material.
Beberapa metode pengujian kekerasan yang umum dilakukan:
a. Uji Kekerasan Brinell
Uji kekerasan Brinell dilakukan dengan memberikan pembebanan statis
dengan indentor berbahan bola baja dengan diameter 10 mm dan beban
3000 kg (untuk material keras), 1500 kg (untuk material intermediate) atau
500 kg (untuk material lunak). Beban diberikan kepada spesimen selama
30 detik kemudian diameter jejak penekanan diukur dengan mikroskop
yang kemudian akan dimasukan dalam perhitungan harga kekerasan
Brinell (Brinell Hardness Number = BHN). Hal tersebut merupakan
ketentuan pengujian standar yang sesuai dengan ASTM E 10.
3
b. Uji Kekerasan Vickers
Uji kekerasan Vickers dilakukan dengan indentor intan berbentuk
piramida persegi. Sudut yang dibentuk dari bidang yang berseberangan
adalah 136o, sudut ini dipilih karena walaupun bentuk bukan bola tapi
dengan besar sudut 136o bisa didapatkan hasil seperti indentor bola.
Karena bentuk indentornya yang unik, maka uji ini juga sering disebut
sebagai uji kekerasan piramida intan. Diamond Hardness Number (DHN)
ataupun Vickers Hardness Number (VHN) didefinisikan sebagai beban
dibagi dengan luas penampang pembebanan. Luas penampang dihitung
dengan diagonal jejak pembebanan.
Uji kekerasan Vickers diterima oleh masyarakat luas dikarenakan
memberikan skala yang kontinu untuk berapapun beban yang diberikan,
dari material logam yang sangat lunak yang memiliki VHN 5, sampai
material logam yang sangat keras yang memiliki VHN 1500. Pada metode
Brinell dan Rockwell biasanya akan diperlukan mengganti indentor atau
beban pada saat tertentu. Sedangkan pada metode Vickers tidak diperlukan
penggantian indentor dan VHN tidak tergantung pada besar beban. Beban
standar yang digunakan adalah 1-120 kg, tergantung pada kekerasan
material logam yang akan diuji. Walaupun rentang skala kekerasan yang
sangat besar namun uji kekerasan metode Vickers tidak digunakan secara
rutin dan umum di industri dikarenakan dibutuhkannya persiapan awal
spesimen yang hati-hati dan adanya kemungkinan error pada pengukuran
panjang diagonal.
c. Uji Kekerasan Rockwell
Uji kekerasan Rockwell merupakan metode yang sangat umum digunakan.
Hal ini dikarenakan kecepatan memperoleh hasil dan bebas dari error
4
manusia, kemampuan untuk membedakan perbedaan kekerasan pada baja
yang sudah diperkeras, dan memiliki indentasi yang kecil sehingga bagian
yang diberikan perlakuan panas tidak rusak. Ada 2 macam beban yang
digunakan dalam pengujian kekerasan Rockwell, yaitu beban minor
sebesar 10 kg dan beban mayor yang besarnya bervariasi.
Rockwell Beban (kg) Indentor
A 60 Intan
B 100 1/16" bola besi
C 150 Intan
D 100 Intan
E 100 1/8" bola besi
F 60 1/16" bola besi
G 150 1/16" bola besi
H 60 1/8" bola besi
K 150 1/8" bola besi
d. Uji Kekerasan Mikro
Pengujian kekerasan pada daerah gradien permukaan baja terkarburasi,
kekerasan pada struktur mikro tertentu akan sulit dilakukan dengan
pengujian kekerasan indentasi yang ada. Maka dikembangkan metode
pengujian kekerasan mikro dengan indentor Knoop.
Indentor Knoop berbentuk piramida intan tapi dengan perbandingan antara
diameternya 7:1.
5
Beban yang dipakai dalam uji kekerasan mikro ini sangatlah kecil. Selain
itu diperlukan persiapan spesimen seperti membersihkan permukaan uji
dengan metode pemolesan metalografi.
6
BAB III : Data Percobaan
a. Metode Brinell
Jenis mesin :
Tanggal pengujian : 15 Maret 2010
Standar pengujian : ASTM E 10
Penguji : Pak Jai
Ass Pengawas : Panji Prasetyo
No Bahan F (N) D (mm) d (mm) BHN
1 Baja karbon tinggi 187,5 2,5 X=3, Y=21 500,53
2 Baja karbon rendah 187,5 2,5 X=6, Y=18,5 136,82
BHN = 2 P
πD (D−√ D2−d2)
b. Metode Rockwell
Jenis mesin :
Tanggal pengujian : 15 Maret 2010
Standar pengujian : ASTM E 18
Penguji : Pak Jai
Ass Pengawas : Panji Prasetyo
No Bahan Beban (Kg) Indentor Kekerasan Rockwell
1 Aluminium 100 1/8 inch HRE 53
HRE 57,5
7
HRE 56,5
c. Metode Vickers
Jenis mesin :
Tanggal pengujian : 15 Maret 2010
Standar pengujian : ASTM E 92
Penguji : Pak Jai
Ass Pengawas : Panji Prasetyo
N
oBahan F (N) D (mm)
VHN
1Baja karbon
tinggi1200 X=2, Y=41,5
694,47
2Baja karbon
rendah1200 X=6, Y=16,5
138,81
VHN = 1,854 × F
d2
8
BAB IV : Analisis Data
Pada pengujian keras yang dilakukan di praktikum ini dilakukan pengujian
kekerasan pada beberapa spesimen. Yaitu pada baja karbon rendah, baja karbon
tinggi, dan aluminium.
Untuk menguji kekerasan pada aluminium hanya bisa dilakukan dengan metode
Rockwell. Hal ini dikarenakan pada permukaan aluminium terdapat pengotor
yang sulit dibersihkan dengan cara gerinda dengan amplas (grinding process),
maka untuk mengukur kekerasan aluminium dilakukan dengan metode Rockwell
yang memiliki beban minor 10 kg untuk merusak lapisan pengotor yang ada pada
permukaan aluminium tersebut lalu diberikan beban mayor dengan indentor
Rockwell E, bola baja berdiameter 1/8 inch dan dengan beban mayor 100 kgf.
Setelah dilakukan pengujian maka nilai kekerasan aluminium langsung dapat
diketahui. Yaitu HRE 55,66. Dan harga kekerasan aluminium menurut literatur
adalah HRE 46-101.
Untuk menguji baja karbon sebelumnya dilakukan proses gerinda pada kedua
spesimen tersebut. Hal ini dilakukan agar pengotor pada permukaan uji dibuang,
sehingga pada saat dilakukan pengujian permukaan yang ditekan adalah
permukaan yang kita inginkan, bukanlah kekerasan dari pengotor. Setelah
permukaan bersih, kering, dan rata, maka pengujian siap dilakukan. Setelah kedua
spesimen tersebut sudah diuji kekerasannya dengan metode Brinell dan Vickers
maka jejak indentasi yang terbentuk harus dilihat menggunakan mikroskop dan
dihitung agar mendapatkan harga kekerasannya. Untuk baja karbon tinggi
didapatkan BHN 500,53 dan VHN 694,47. Baja karbon rendah didapatkan BHN
136,82 dan VHN 138,81. Sedangkan pada literatur kekerasan baja karbon rendah
BHN 135-500. Harga kekerasan Brinell dan Vickers sangat tergantung pada
pengujinya. Karena setelah dilakukan indentasi spesimen tersebut harus dilihat
dibawah mikroskop untuk melihat jejak indentasinya dan mengukur panjang
diameter ataupun diagonalnya. Hal ini merupakan pekerjaan yang memungkinkan
9
terjadinya banyak kesalahan dari manusia dalam melihat dan menghitung hasil
akhirnya.
10
BAB V : Kesimpulan
1. Pengujian keras ada 3 macam
a. Pengujian keras penggoresan dengan skala Mohs
b. Pengujian keras indentasi
- Metode Brinell
- Metode Rockwell
- Metode Vickers
- Metode Knoop
c. Pengujian keras rebound
2. Prosedur dan standar pengujian keras
Pengujian kekerasan sudah terstandar dengan ASTM. Untuk metode
Brinell dengan ASTM E 10, metode Vickers dengan ASTM E 92, metode
Rockwell dengan ASTM E 18. Tapi secara umum ada prosedur yang harus
dilakukan:
1. Memastikan bahwa indentornya bersih dan terpasang secara tepat
2. Permukaan uji harus bersih, kering, halus, dan terbebas dari oksida
3. Permukaan uji harus rata dan tegak lurus dengan indentornya
4. Pengujian pada permukaan silindris akan memberikan hasil yang tidak
maksimal, maka diperlukan koreksi.
5. Ketebalan dari spesimen setidaknya harus 10x dari kedalaman
indentasi agar harga kekerasannya akurat.
6. Jarak antar indentasi pada satu spesimen minimal 3-5x dari
diameter/diagonal jejak indentasi.
7. Kecepatan dari aplikasi dalam penekanan harus terstandar.
3. Pengaruh temperatur terhadap kekerasan material
Temperatur sangat berpengaruh terhadap nilai kekerasan suatu material.
Jika dipanaskan maka kekerasan suatu material akan turun.
11
4. Kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian kekerasan
Metode Brinell
Kekurangan:
- Persiapan spesimen yang susah
- Tidak bisa untuk spesimen yang sangat kecil dikarenakan diameter
indentor yang cukup besar
- Pengolahan data rentan terhadap kesalahan pengukuran diameter
Kelebihan
- Bisa mendapatkan harga kekerasan material secara umum karena
indentornya yang besar
- Tidak perlu ganti indentor
Metode Rockwell
Kekurangan:
- Harus mengganti indentor untuk skala Rockwell yang berbeda
- Harus mengetahui perkiraan kekuatan material
Kelebihan:
- Tidak diperlukan pengolahan data karena harga kekerasan
Rockwell langsung diberikan dari alat uji
- Persiapan spesimen mudah, karena adanya beban minor yang akan
menghilangkan pengotor di permukaan uji.
Metode Vickers
Kekurangan:
- Persiapan spesimen susah
- Pengolahan data yang rentan terhadap kesalah pengukuran
diagonal
Kelebihan:
- Dapat digunakan untuk daerah uji yang kecil
- Tidak diperlukan penggantian indentor
12
- Rentang Skala harga kekerasan sangat besar
5. Besaran sifat mekanik material
- Harga kekerasan Brinell
Baja karbon rendah : 136,82 BHN
Baja karbon tinggi : 500,52 BHN
- Harga kekerasan Vickers
Baja karbon rendah : 138, 81 VHN
Baja karbon tinggi : 694,47 VHN
- Harga kekerasan Rockwell
Aluminium : 55,66 HRE
13
BAB VI : Daftar Pustaka
Callister, William D. Materials Science and Engineering: An Introduction. 7th ed.
John Wiley&Sons, Inc. 2007.
Dieter, George E. Mechanical Metallurgy. 2nd ed. McGraw-Hill Books Inc. 1986.
http://www.metal-mart.com/guides/hardness_aluminum.aspx
14
BAB VII : Lampiran
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1. Variasi indentor dan beban mayor pada metode Rockwell
Rockwell Beban (kg) Indentor
A 60 Intan
B 100 1/16" bola besi
C 150 Intan
D 100 Intan
E 100 1/8" bola besi
F 60 1/16" bola besi
G 150 1/16" bola besi
H 60 1/8" bola besi
K 150 1/8" bola besi
Variasi ini memungkinkan kita untuk mengkombinasikan antara indentor
dan beban yang berbeda sehingga kita mampu untuk mengukur kekerasan
untuk hampir semua material logam dan paduannya. Misalnya saja bola
besi digunakan untuk mengukur kekerasan secara umum, tapi indentor
Brale (intan) lebih cocok untuk mengukur kekerasan pada daerah kecil
tertentu.
15
2. Penurunan rumus harga kekerasan Vickers
16
3. Temperatur akan berpengaruh pada kekerasan material, ini dinyatakan
dalam hubungan :
Karena pada peningkatan temperatur akan merubah kondisi butir-butir
pada material. Pada proses pemanasan akan terjadi rekristalisasi, grain
growth, dan pelepasan tegangan internal. Sehingga butir-butir akan
berbentuk equiaksial yang memiliki sifat lebih lunak.
4. Mengapa harga kekerasan berbanding lurus dengan harga kekuatan
tariknya?
17
Karena pada kekerasan yang menjadi perhatian adalah respon material saat
deformasi plastis, sama seperti kekuatan tarik. Hubungannya dirumuskan
dengan UTS = 3,4 x BHN.
Tugas tambahan
1. Alasan pengujian kekerasan Meyer jarang digunakan
Meyer berbeda dengan uji lain, perhitungan luas yang digunakan bukanlah
luas permukaan daerah yang terindentasi, tapi proyeksinya saja,
kedalaman indentasi tidak diperhitungkan. Dan pada pengujian kekerasan
logam yang diberikan pekerjaan dingin kekerasan Meyer konstan dan
tidak tergantung pada beban yang diberikan.
2. Pengujian kekerasan pada material dengan permukaan silindris
Pengujian ini memang akan sulit mendapatkan hasil yang maksimal
dikarenakan permukaan yang tidak rata. Oleh karena itu pengujian dengan
spesimen silindris akan dilakukan koreksi dengan tabel yang disediakan
pada tabel 5 dan 6 ASTM E 92 untuk metode Vickers dan tabel 11dan 12
ASTM E 18 untuk metode Rockwell.
18
19