Download - laporan praktek

Transcript

65

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBahan-bahan berbahaya merupakan bahan-bahan yang selama pembuatannya, pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan penggunannya mungkin menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang mungkin menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan, dan bahaya-bahaya lain dalam jumlah yang meungkinkan gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau menyebabkan kerusakan kepada barang-barang atau harta kekayaan. (Sumamur, 1997)Sedangkan bahan-bahan beracun merupakan bahan kimia yang dalam jumlah yang relatife kecil berbahaya bagi kesehatan bahkan juga jiwa manusia. Bahan-bahan demikian dipergunakan, diolah dan dipakai dalam serta dihasilkan oleh pekerjaan. Keselamatan kerjanya sangat penting. Bahan beracun mungkin terdapat dalam bentuk padat, cairan, gas, uap, kabut, awan dan asap. Keracunan terjadi sebagai akibat penghirupan melalui pernafasan, pencernaan melalui makan dan minum, dan peresapan melalui kulit. Organ-organ yang dikenai tergantung dari jenis racun, jalan masuk kedalam tubuh, sifat kimiawi bahan-bahan dan faktor-faktor tenaga kerjanya. Selain itu, suatu bahan mungkin memiliki bahaya yang jamak sehingga mungkin akan tergolong lebih dari satu. Misalkan benzene mungkin mengakibatkan intoksikasi jika uapnya dihirup dan pada waktu yang bersamaan cairan tersebut akan menjadi sebab kebakaran dan uapnya mengakibatkan peledakan. Maka mungkin saja benzene sewaktu-waktu dikelompokkan sebagai bahan toksik atau sebagai cairan yang mudah terbakar. (Sumamur, 1997)Saat ini seperti kita ketahui bersama bahwa dunia telah memiliki jutaan jenis bahan kimia dan selalu bertambah setiap harinya. Banyaknya jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar di dunia saat ini tentu memiliki risiko bahaya yang memerlukan penanganan dan perlakuan khusus oleh penggunanya. Keberadaan Material safety Data Sheet (MSDS) di dunia tidak terlepas dari adanya unsur resiko dan kebahayaan dari bahan kimia yang digunakan baik terhadap manusia maupun bagi lingkungan sekitarnya. Banyaknya jenis bahan kimia yang juga memiliki jenis dan sifat bahaya yang berbeda-beda telah membuat dunia secara Internasional dan regional memandatkan untuk selalu menyediakan lembaran Material safety Data Sheet (MSDS) sebelum suatu bahan kimia diperjual-belikan. Hal ini menjadi esensial sifatnya karena Material safety Data Sheet (MSDS) adalah sumber informasi yang menjadi bahan untuk Komunikasi Bahaya baik oleh Perusahaan atau oleh konsumen / end user yang akan mempergunakan bahan tersebut. MSDS berisikan informasi penting dari unsur / senyawaaan / campuran bahan kimia yang digunakan.Format MSDS, beserta penandaan atau labelling-nya dikenal dengan nama Global Harmonized System (GHS), merupakan suatu pendekatan umum dan logis yang terharmonisasi secara global untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan bahaya bahan kimia serta mengkomunikasikan informasi tersebut pada label dan Lembar Data Keselamatan Bahan/LDKB (Material Safety Data Sheet). Penerapan GHS dalam sektor industri kimia akan mempermudah jalur perdagangan internasional dan menghilangkan berbagai kesulitan yang terjadi saat ini. Sementara dalam skala nasional, Indonesia memerlukan perubahan terkait dengan Format MSDS beserta klasifikasi dan simbol didalamnya. Perubahan ini tentunya memerlukan kerja sama antar Departemen seperti Depnakertrans, Deperindag, DepLH, DepKes, dll. Perubahan terutama dalam hal peraturan yang terkait dengan adopsi MSDS di Indonesia memerlukan pembahasan antar Departemen dimana diperlukan penyamaan visi dan misi dalam membantu target implementasi GHS secara menyeluruh pada tahun 2008.Informasi yang disediakan oleh MSDS akan digunakan untuk mengembangkan perlindungan yang sesuai bagi pekerja atau konsumen dan tindakan yang diperlukan untuk melindungi lingkungan hidup. Seringkali kita jumpai kejadian penggunaan bahan kimia tanpa disertai pengetahuan mengenai bahan tersebut, akibatnya adalah banyak terjadi kasus-kasus merugikan yang disebabkan kecerobohan semacam ini.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran penyediaan dan penggunaan MSDS pada bahan berbahaya dan beracun akibat kerja di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3.2. Tujuan KhususTujuan khusus dalam praktik kesehatan masyarakat untuk:a. Mengidentifikasi masalah penyediaan dan pengguanaan MSDS di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3.b. Menentukkan prioritas masalah dalam penyediaan dan penggunaan MSDS di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3.c. Mengetahui penyebab masalah dalam penyediaan dan pengguanaan MSDS di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3.d. Memberikan alternative pemecahan masalah penyediaan dan penggunaan MSDS di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3.

C. Manfaat Praktik Kesehatan Masyarakat1. Bagi PT. Caprifarmindo Lab.a. Memberikan masukan atau saran mengenai permasalahan yang masih ada dalam penyediaan dan penggunaan MSDS di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3.b. Dapat terjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara PT. Caprifarmindo Lab. Dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.2. Bagi program studi kesehatan masyrakatc. Sebagai sarana untuk membina kerjasama dengan PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3.a. Sebagai tempat untuk menambah ilmu serta wawasan bagi mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.

3. Bagi mahasiswaa. Menambah wawasan dan proses pembelajaran, serta dapat membandingkan teori dengan kenyataan sebenarnya atau dalam pengaplikasiannya.b. Membantu mahasiswa untuk mengetahui, mengenali, memahami, mengerti cara penyediaan dan pengguanaan MSDS

D. Waktu praktik kesehatan masyarakatKegiatan praktik kesehatan masyarakat dilaksanakan selama 20 hari, mulai tanggal 19 Januari sampai dengan 19 Februari 2015 dan berlangsung selama 5 minggu. Waktu hari kerja yaitu dari hari senin sampai dengan jumat.

E. Ruang lingkup praktik kesehatan masyarakatRuang lingkup praktik kesehatan masyarakat disini hanya membatasi mulai dari; mengidentifikasi, mengenali, memahami, cara pengenalan serta mengetahui penyediaan dan penggunaan MSDS di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Berbahaya dan BeracunBahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya, pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan penggunannya mungkin menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang mungkin menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan, dan bahaya-bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau menyebabkan kerusakan kepada barang-barang atau harta kekayaan (Sumamur, 1997).Sedangkan bahan-bahan beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif kecil berbahaya bagi kesehatan bahkan juga jiwa manusia. Bahan beracun mungkin terdapat dalam bentuk padat, cairan, gas, uap, kabut, awan dan asap. Keracunan terjadi sebagai akibat penghirupan melalui pernafasan, pencernaan melalui makanan dan minum, dan peresapan melalui kulit (Sumamur, 1997).Bahan kimia merupakan semua materi dalam bentuk cairan, padat atau gas, berupa unsur atau senyawa dalam bentuk tunggal atau campuran dan mempunyai sifat khusus. Bahaya merupakan kapasitas yang melekat dari suatu bahan atau campuran yang menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan, keselamatan, dan keamanan lingkungan. Pernyataan bahaya dimaksudkan untuk tiap kategori dan kelas bahaya yang menguraikan sifat dasar bahaya suatu bahan kimia dan jika perlu termasuk tingkat bahayanya. Sedangkan dalam pernyataan kehati-hatian berisi suatu frasa yang menguraikan tindakan yang dianjurkan untuk dilakukan dalam rangka mengurangi atau mencegah timbulnya resiko.Peraturan Pemerintah No. 74 Th. 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pengertian B3 (Pasal1)Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 74 Th. 2001).Pasal 5 Ayat 1, B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. mudah meledak (explosive)2. pengoksidasi (oxidizing)3. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)4. sangat mudah menyala (highly flammable)5. mudah menyala (flammable)6. amat sangat beracun (extremely toxic)7. sangat beracun (highly toxic)8. beracun (moderately toxic)9. berbahaya (harmful)10. korosif (corrosive)11. bersifat iritasi (irritant)12. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)13. karsinogenik (carcinogenic14. teratogenik (teratogenic)15. mutagenik (mutagenicBerdasarkan karakteristik B3 diatas, maka dikatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 Pasal 15 Ayat 1: Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan/LDKB (Material Safety Data Sheet).

B. Material Safety Data Sheet (MSDS)/LDKBLembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet/MSDS) yang selanjutnya disingkat LDKB merupakan lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan darurat dan informasi lain yang diperlukan (Peraturan Menteri Perindustrian RI No.87 Tahun 2009).Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep 187 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja pasal 2 menjelaskan bahwa, pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, produksi dan mengangkut, bahan kimia berbahaya ditempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep 187 Tahun 1999).Pengendalian bahan kima berbahaya yang dimaksud meliputi:1. Penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label2. Penunjukan petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerjapada bahan kimia dan ahli K3 kimiaLembar Data Keselamatan Bahan dan label tersebut diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan (Kepmen Tenaga Kerja RI No.187 Pasal 6).

C. Fungsi MSDS Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep 187 Tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya dengan penyediaan MSDS di tempat kerja, maka dijelaskan fungsi dari MSDS, yaitu:1. Mengetahui potensi bahan kima2. Menerapkan teknolgi pengendalian dalam melindungi pekerja 3. Mengembangkan rencana pengelolaan bahan kimia di tempat kerja4. Merencanakan pelatihan pada pekerja yang langsung kontak dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)Dalam dunia kerja, baik laboraturium maupun lapangan, komponen bahan kimia berada dalam:1. Bahan baku2. Bahan produk utama3. Bahan produk samping4. Bahan untuk analisis 5. Bahan buanganDengan adanya komponen B3 dalam bahan-bahan yang demikian tersebutkan diatas maka perlu adanya penggunaan dan penerapan lembar MSDS kepada, antara lain:1. Produsen bahan2. Pihak pengangkut bahan3. Penyimpan dan supplier bahan4. Pengguna bahan (industri, laboraturium dan institusi akademik)5. Pengolahan bahan buanganSelain itu, penulisan label dan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)/MSDS sebagaimana dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI No.87 Tahun2010, wajib menggunakan Bahasa Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia dapat disertai dengan Bahasa Internasional yang digunakan sebagai Bahasa resmi dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (Peraturan Menteri Perindustrian RI No.87 pasal 10 Tahun 2009).Pembuatan LDKB pada setiap bahan kimia dan melakukan kaji ulang label sekurang-kurangnya setiap 2 tahun sekali sesuai dengan kebutuhan (Peraturan Menteri Perindustrian RI No.87).

D. Rincian isi Material Safety Data Sheet/LDKBRincian isi yang berada dalam MSDS, yaitu:1. Informasi umum, berisi:a. Tanggal pembuatanb. Alamat produsen atau supplierc. Nomor seri (chemical abtract serial number)d. Nama kimiae. Nama perdagangan dan sinonimf. Nama kimia lainnyag. Rumus struktur dan rumus kimiah. Tanda bahaya bahan kimia2. Informasi komponen berbahaya, berisi:a. Batas paparan tiap komponenb. Komposisi c. Persen berat3. Informasi data sifat fisik, berisi:a. titik didihb. tekanan uapc. titik beku atau titik lelehd. kerapatan cairan atau uape. persen penguapanf. kelarutang. penampakan fisik dan bau.4. Informasi tentang data kemudahan terbakar dan meledak, berisi tentang:a. Titik yang nyalab. Batas kemampuan terbakarc. Batas temperature terendah yang menimbulkan ledakand. Batas temperature tertinggi yang menimbulkan ledakane. Media atau bahan kimia yang harus digunakan untuk pemadamanf. Prosedur khusus untuk pemadam.5. Informasi data reaktivitas, berisi tentang:a. Stabilitas bahanb. Pengaturan lokasi penempatan bahanc. Produk dekomposisi yang berbahayad. Produk polimersial yang berbahaya6. Informasi tentang bahaya kesehatan, berisi tentang:a. efek terkena paparan yang berlebihanb. prosedur pertolongan darurat dan pertolongan pertama akibat kecelakaanc. kontak pada matad. kontak pada kulite. terhirup pada pernafasan7. Informasi prosedur pengumpulan, pengelolaan dan pengolahan limbah, yang berisi:a. Langkah-langkah yang harus diambil untuk pengumpulan limbahb. Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di lapanganc. Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di laboraturiumd. Metode pemusnahan limbah bahan kimia8. Informasi perlindungan bahan kimia, berisi tentang:a. Perlindungan respiratoryb. Ventilasic. Sarung tangan pelindungd. Pelindung matae. Pralatan pelindung lainnyaf. Pengawasan perlindungan9. Informasi penanganan awal khusus, berisi tentang:a. Penanganan khusus dalam penggunaan dan penyimpananb. Penanganan awal lainnya10. Informasi data transportasi, berisi tentang:a. Nama dan jenis transoprtasib. Tanda kelas bahaya bahanc. Tanda labeld. Tanda merke. Prosedur darurat akibat kecelakaanf. Prosedur penangan awal yang harus dilakukan selama transportasi.Berdasarkan Kepmenaker RI No.Kep 187 format MSDS adalah sebagai berikut:1. Identitas Perusahaan2. Komposisi Bahan 3. Identifikasi Bahaya 4. Tindakan P3K5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran6. Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan Tumpahan7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan8. Pengendalian Pemaparan dan APD9. Sifat Fisika dan Kimia10. Stabilitas dan Reaktifitas Bahan11. Informasi Toksikologi12. Informasi Ekologi13. Pembuangan Limbah14. Informasi Untuk Pengangkutan Bahan15. Informasi Perundang-undangan16. Informasi Lain

E. MSDS dan Implementasi berdasarkan GHSImplementasi GHS di Indonesia akan berdampak bagi perubahan klasifikasi bahaya, format MSDS beserta simbol bahaya / piktogram yang digunakan dimana Indonesia akan menggunakan format MSDS GHS dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan Simbol Bahaya berdasarkan adopsi GHS. Sistem klasifikasi bahan kimia dalam MSDS juga akan menggunakan standar adopsi GHS.System Harmonisasi Global tentang klasifikasi dan pelabelan bahan kimia (Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals/GHS) merupakan suatu pendekatan umum dan logis yang terharmonisasi secara global untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan bahaya bahan kimia serta mengkomunikasikan informasi tersebut pada label dan Lembar Data Keselamatan Bahan/LDKB (Material Safety Data Sheet). Namun sebelum simbol bahaya, MSDS dan label dikeluarkan, penentuan klasifikasi bahaya adalah hal pertama yang harus dilakukan yang akhirnya akan menentukan kriteria bahaya yang sesuai dan simbol yang cocok untuk digunakan.

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Format MSDS Menakertrans dan Format GHSNo

Format KepmenakerFormat KepmenakerRI No.Kep 187 Tahun 1999Format GHS

1Identitas PerusahaanIdentitas Perusahaan

2Komposisi Bahan *Identifikasi Bahaya *

3Identifikasi Bahaya *Komposisi Bahan *

4Tindakan P3KTindakan P3K

5Tindakan Penanggulangan KebakaranTindakan Penanggulangan Kebakaran

6Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan TumpahanTindakan Penanggulangan Kebocoran dan Tumpahan

7Penyimpanan dan Penanganan BahanPenyimpanan dan Penanganan Bahan

8Pengendalian Pemaparan dan APDPengendalian Pemaparan dan APD

9Sifat Fisika dan KimiaSifat Fisika dan Kimia

10Stabilitas dan Reaktifitas BahanStabilitas dan Reaktifitas Bahan

11Informasi ToksikologiInformasi Toksikologi

12Informasi EkologiInformasi Ekologi

No

Format KepmenakerFormat KepmenakerRI No.Kep 187 Tahun 1999Format GHS

13Pembuangan LimbahPembuangan Limbah

14Informasi Untuk Pengangkutan BahanInformasi Untuk Pengangkutan Bahan

15Informasi Perundang-undanganInformasi Perundang-undangan

16Informasi Lain Informasi Lain

Setiap keterangan mengenai bahan kimia dalam MSDS yang berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain disebut dengan label. Sedangkan bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus bahan kimia baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan bahan kimia disebut dengan kemasan. Syarat dalam label:1. Mudah terbaca2. Jelas terlihat3. Tidak mudah rusak4. Tidak mudah lepas dari kemasannya5. Tidak mudah luntur karena pengaruh sinar, udara atau lainnyaSetiap bahan kimia di laboratorium ataupun industri harus mempunyai label dan informasi yang cukup untuk penggunaannya yang aman.

Gambar 2.1 Contoh Label Pada Wadah Bahan KimiaSumber: Label Bahan Berbahaya dan Beracun. http://www.aifi.or.idSuatu komposisi grafis yang terdiri dari suatu symbol bahaya dan elemen-elemen grafis lainnya seperti bingkai, pola latar belakang atau warna yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi spesifik tentang suatu bahaya dijelaskan dalam Piktogram Bahaya (Peraturan Menteri Perindustrian RI No.87 Tahun 2009).

F. Implementasi MSDSPenjelasan implementasi MSDS dijabarkan sebagai berikut:1. Identitas Bahan dan PerusahaanBerisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari bahan. Juga berisi nama perusahaan / supplier pembuat / penyalur bahan kimia terkait, alamat perusahaan lengkap, nomor telepon beserta nomor telepon darurat / emergensi yang dapat dihubungi pada saat terjadi kecelakaan menyangkut bahan kimia terkait. 2. Identifikasi BahayaInformasi mengenai Bahaya dari bahan kimia dan menempatkan informasi komposisi bahan setelahnya dikarenakan pekerja dan perusahaan lebih membutuhkan informasi bahaya dibandingkan dengan informasi kandungan / komposisi bahan. Sections 2 juga berisikan klasifikasi bahaya dari zat atau campuran bahan kimia. Selain itu informasi bahaya ini menyertakan penampilan label / simbol bahaya termasuk pernyataan kehati-hatian dari bahan tersebut. 3. Komposisi BahanKomposisi dari bahan kimia menyertakan nama, CAS number, sinonim, impurities dan konsentrasi bahan dalam campuran, zat aditif penstabil bahan kimia beserta identifikasi unik lainnya harus dimasukkan dan ditempatkan pada MSDS.4. Tindakan P3KPenjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus dimasukkan di sections ini, hal ini termasuk efek / gejala apa yang biasanya terjadi pada saat terjadi kecelakaan, apakah gejalanya akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai tindakan medis apa yang harus segera dilakukan dan perawatan yang dibutuhkan untuk menolong korban kecelakaan.5. Tindakan Penanggulangan KebakaranKebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan tindakan khusus dalam penanganannya. Informasi mengenai jenis media pemadam yang cocok untuk memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang ditimbulkan oleh terbakarnya bahan kimia tersebut, dan alat pelindung diri apa yang harus dikenakan oleh petugas pemadam dan peringatan mengenai bahaya yang mungkin terjadi kemudian.6. Tindakan Mengatasi Kebocoran dan TumpahanInformasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri dan prosedur tanggap darurat terkait dengan terjadinya tumpahan dan kebocoran bahan kimia. Peringatan bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari tumpahan dan kebocoran tersebut juga disertakan. Metode dan bahan yang digunakan untuk menampung serta membersihkan tumpahan dan kebocoran harus dijelaskan pada sections ini. Jarak evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan kedalam sections ini.

7. Penyimpanan dan Penanganan BahanBerisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang aman dan sesuai dengan petunjuk peraturan. Informasi mengenai kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta petunjuk inkompatabilitas / ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan harus dimasukkan dalam sections ini. Petunjuk inkompatabailitas bisa mengacu kepada Tabel Chemical Reactivity Sheet.8. Pengendalian Pemaparan dan Alat Pelindung DiriPemaparan bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan memerlukan pengendalian khusus dalam hal ini parameter apa saja yang harus dikendalikan harus dimasukkan kedalam sections 8 dari MSDS. Pengendalian engineering yang cocok untuk meminimalisasi pemaparan juga harus disertakan. Tindakan perlindungan terhadap individu juga harus dimasukkan yang antara lain berisikan petunjuk Alat Pelindung Diri yang sesuai dan yang paling cocok digunakan untuk mengontrol dan meminimalisasi resiko terhadap bahaya pemaparan. Sementara untuk Nilai Ambang Batas (NAB), saat ini masih dibicarakan mengenai NAB Global berdasarkan GHS, namun negara masih boleh memasukkan standar NAB berdasarkan standar yang ada pada negara masing-masing.9. Sifat Fisika dan KimiaInformasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat esensial sifatnya dan dibutuhkan untuk mengontrol penanganan dan penyimpanan bahan kimia terkait, yang antara lain berisikan:a) Penampakanb) Bauc) Titik Leleh / Bekud) pHe) Titik Nyalaf) Laju Penguapang) Flamabilitas (padatan, gas)h) Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakani) Tekanan Uapj) Densitas Relatifk) Viskositasl) Dll10. Stabilitas dan Reaktifitas BahanMSDS harus berisikan informasi mengenai reaktifitas dan stabilitas dari bahan. Hal ini termasuk kemungkinan terjadinya reaksi berbahaya yang tidak diinginkan beserta kondisi yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Petunjuk mengenai bahan apa saja yang tidak cocok / inkompatibel untuk ditempatkan secara bersamaan dengan bahan tersebut harus dijelaskan dan dimasukkan dalam sections ini. Bahaya dekomposisi dari produk / bahan juga harus dimasukkan sebagai sumber informasi esensial tambahan.11. Informasi ToksikologiMenyediakan semua data menegenai bahaya kesehatan dalam hal ini antara lain:a. Rute Kontak Masuk yang mungkin terjadib. Gejala menyangkut bahaya fisika, kimiawi dan karakteristik racun.c. Efek kronis, efek tertunda dan efek yang langsung terjadi dari pemaparan jangka pendek atau panjang.d. Nilai toksisitas (LD, LC), Iritasi, dlle. Dan data-data informasi lain yang mendukungJika data untuk bahaya dimaksud tsb tidak terdapat, sebaiknya dituliskan di SDS dengan pernyataan bahwa data yang dimaksud tidak terdapat.

12. Informasi EkologiBerisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi / Lingkungan Hidup seperti Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah, dan informasi efek samping lainnya.13. Pembuangan LimbahLimbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar. MSDS GHS mewajibkan tersedianya informasi yang cukup mengenai metoda pengolahan limbah beserta tata caranya.14. Informasi Untuk Pengangkutan BahanAntara lain berisikan UN Number, Nama pengiriman bahan yang sesuai peraturan UN, Kelas Bahaya Transportasi beserta Label dan Simbol yang diperlukan, Grup Kemasan, Bahaya Lingkungan Hidup, Petunjuk peringatan khusus bagi pengguna.15. Informasi Perundang-undanganSections ini antara lain berisikan peraturan perundangan yang terkait yang tidak disediakan pada sections lain dari MSDS. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Lingkungan Hidup spesifik untuk bahan kimia yang masih dipertanyakan.

16. Informasi Lain Yang DiperlukanBerisikan anatara lain: a) Tanggal pembuatan MSDSb) Indikasi perubahan yang dilakukan dari MSDS sebelumnyac) Legenda atau Akronim / Singkatan yang digunakan di dalam MSDSd) Referensi literatur dan sumber yang diambil untuk membuat MSDSGHS juga mengembangkan simbol untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait, simbol tersebut berbentuk lingkaran berwarna dasar biru dengan gambar APD yang sesuai untuk mengurangi resiko terhadap bahaya pemaparan bahan kimia. Implementasi GHS yang akan mempengaruhi MSDS selain hal diatas adalah penerapan bahasa lokal baik untuk MSDS maupun Label / Penandaan. Penerapan GHS akan mewajibkan setiap MSDS dan Label terdapat dalam 2 bahasa yaitu bahasa lokal dan bahasa Internasional / Inggris. Penerapan ini sangat penting karena tujuan GHS adalah untuk melindungi umat manusia dan lingkungan hidup dari bahaya bahan kimia, sehingga penting untuk memandatkan seluruh sistem agar terdapat dalam bahasa lokal, hal ini agar memudahkan dalam hal mengerti dan memahami isi dan kandungan dari MSDS dan Label yang terdapat pada bahan kimia. Oleh karena itu, penterjemahan guide GHS atau yang kita kenal dengan nama Purple Book sangatlah penting karena GHS Purple Book akan menjadi acuan dalam penentuan klasifikasi bahaya beserta kategorinya, pembuatan MSDS, Label, dll. Diharapkan agar pemerintahan dapat segera merampungkan penterjemahan Purple Book ke GHS ke dalam bahasa Indonesia secara penuh dan mensosialisasikannya kepada pihak terkait. Oleh karena itu, sebaiknya hasil terjemahan purple book GHS dapat tersedia di berbagai situs pemerintahan seperti Depnaker, Badan POM, dll untuk di download oleh pengguna lokal selain juga disosialisasikan dalam bentuk hard cover.

Gambar 2.2 Contoh Piktogram Bahaya Berdasarkan GHSSumber: Peraturan Menteri Perindustrian RI No.87 Tahun 2009

G. Tanda dan Bahaya pada MSDS/LDKBPada MSDS/LDKB tanda bahaya dikelompokkan menjadi 4 hal yakni:

Gambar 2.3 Tanda dan Bahaya Pada MSDS

Berdasarkan gambar 2.4 diatas, bentuk belah ketupat yang dibagi empat, dengan warna masing-masing kotak berbeda. Untuk menujukkan derajad bahaya maka digunakan angka:a. Setiap kotak diberi warna: biru (bahaya terhadap kesehatan), merah (fbahaya terhadap kebakaran), kuning (bahaya terhadap reaktivitas), dan putih (bahaya khsusus)b. Angka dan notasi yang terdapat pada masing-masing kotak adalah:1) Bahaya terhadap kesehatan:a) 0 = minimal, artinya tidak terdapat bahaya toksisitasb) 1 = ringan, artinya mempunyai karakter dapat menyebabkan iritasi, tetapi hanya berakibat minor bahkan tanpa perawatan, dan/atau tidak berbahaya bila digunakan secara hati-hati dan bertanggung jawabc) 2 = moderat, artinya artinya mempunyai karakter yang dapat menyebabkan bahaya bila paparan berlanjut, dan mungkin menyebabkan luka atau kerusakan kecuali dilakukan pengobatand) 3 = serius, artinya mempunyai karakter yang dapat menyebabkan luka atau kerusakan pada paparan yang singkat walau dilakukan pengobatan, dan/atau diketahui mempunyai efek karsinogen, mutagen atau teratogen pada binatange) 4 = ekstrim, merupakan bahan yang sangat toksik, yang dapat menyebabkan kematian atau kerusakan dalam paparan yang sangat singkat, dan dilakukan pengobatan2). Bahaya terhadap timbulnya kebakaran:a) 0 = minimal, artinya tidak terbakar, tidak menyebabkan flash point, tidak terbakar di udara bila terpapar pada 815,5oC selama 5 menit.b) 1 = ringan, artinya baru dapat terbakar bila dipanaskan terlebih dahulu, dan/atau akan terbakar di udara terbuka bila terpapar pada 815,5oC selama 5 menit, dan/atau mempunyai flash point di bawah 93,4oCc) 2 = moderat, artinya bahan tidak mudah terbakar yang mempunyai karakter dapat terbakar bila terpapar panas terlebih dahulu, atau perlu terpapar pada temperatur tinggi agar kebakaran terjadi, dan/atau bahan padat yang menghasilkan uap mudah terbakar, dan/atau mempunyai flash point di atas 37,8oC tetapi lebih kecil dari 93,4oCd) 3 = serius, artinya bahan mudah terbakar yang mempunyai karakter menghasilkan uap yang mudah terbakar dalam kondisi biasa, dan/atau dapat membentuk ledakan yang terbakar dengan cepat di udara, dan/atau siap terbakar dengan sendirinya akibat kandungan oksigen di dalamnya, dan/atau mempunyai flash point di atas 22,8oC, tetapi di bawah 37,8oCe) 4 = ekstrim, merupakan bahan yang mudah terbakar dengan flash point di bawah 22,8oC

3). Bahaya terhadap adanya air (reaktif terhadap air):a) 0 = minimal, artinya bahan yang stabil, dan tidak reaktif terhadap air.b) 1 = ringan, artinya bahan yang stabil yang menjadi tidak stabil bila terpapar pada temperatur tekanan tinggi.c) 2 = moderat, artinya bahan yang tidak stabil dan akan cepat berubah tetapi tidak menimbulkan ledakan, dan/atau bahan yang akan berobah kompisisi kimianya dengan melepaskan enersi yang dikandungnya pada temperatur dan tekanan normal, dan/atau akan bereaksi dengan keras bila terdapat air, dan/atau akan menghasilkan ledakan bila bercampur dengan air.d) 3 = serius, artinya bahan yang dapat meledak namun membutuhkan penyulut yang kuat agar eterjadi, atau dapat menyimpan pan as sebelum terjadi kebakaran, dan/atau bahan yang sensitive terhadap panas, atau terhadap kejutan mekanis pada temperatur tin gi, dan/atau bahan yang bereaksi dengan sendirinya dengan air tanpa membutuhkan panas terlebih dahulu.e) 4 = ekstrim, bahan yang dapat meledak dan terdekomposisi secara keras pada temperatur dan tekanan normal, dan atau bahan yang dapat menghasilkan reaksi eksotermis dengan sendirinya bila berkontak dengan bahan tanpa atau adanya biasa biasa, dan/atau bahan yang sensitive terhadap perubahan kejutan mekanis atau panas pada temperatur dan tekanan normal.4). Bahaya spesial, yaitu:a) Reaktif terahadap air (dengan kode: W)b) Bahan oksidator (dengan kode: Ox)c) Bahan radioaktif (dengan kode tanda radioaktif)d) Bahan racun (dengan kode tanda racun)Selain itu, pada jenis simbol Bahan Berbahaya dan Beracun, Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 yang terdiri dari 10 jenis simbol yang dipergunakan yaitu : (Lihat Tabel 2.2 Simbol B3).

Tabel 2.2 Contoh Simbol Dalam Penggunaan B3NOGambarJenisKeterngan

1Simbol untuk B3 bersifat mudah meledak (explosive)Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar bom meledak berwarna hitam.

NOGambarJenisKeterngan

2Simbol untuk B3 bersifat pengoksidasian (oxidizing)Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala.

3

Dimbol untuk B3 bersifat mudah menyala (flammable)Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa gambar nyala api berwarna merah putih dan hitam.

4Simbol B3 bersifat beracun (toxic)Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar tengkorak dan tulang bersilang.

5Simbol B3 bersifat berbahaya (harmful)Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar silang berwarna hitam.

6Simbol B3 bersifat iritasi (irritant)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol ini berupa gambar tanda seru berwarna hitam.

7Simbol B3 bersifat korosif (corrosive)Warna dasar putih dengan garis tebal berwarna merah. Simbol terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif.

NOGambarJenisKeterngan

8Simbol B3 bersifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment)Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta ikan berwarna putih.

9Simbol B3 bersifat karsiogenik, teratogenik, dan mutagenik (carciogenic, tetragenic, mutagenic)Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna hitam.

10Simbol B3 bersifat bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas)Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar tabung gas silinder berwarna hitam.

BAB IIIANALISIS SITUASI

A. Profil PT. Sanbe Farma Unit IIICaprifarmindo Laboratories divisi vetenari didirikan oleh Drs. Jahja Santoso tahun 2006, menjadi perusahaan swasta yang berfokus pada kesehatan hewan. PT Caprifarmindo Laboratories divisi vetenari berlokasi di kompleks industri Cimareme, dengan kantor pusat di Jalan Purnawarman no 47 Bandung.Produk utama yang dihasilkan terdiri dari antibiotik, multivitamin, disinfektan, hormon dan vaksin untuk unggas, ternak, hewan peliharaan dan ikan. Tiap produk dihasilkan melalui teknologi modern, dengan dilengkapi peralatan laboratorium BSL3 dan diawasi oleh tenaga ahli yang handal. Produk unggulan: a. Caprivac AI-Kb. Caprivac IB-Kc. Caprivac ND-R dll.Pada tanggal 26 Februari 2011 PT Caprifarmindo Laboratories meresmikan Pabrik Vaksin BSL3 (Biosafety Level 3) yang terdiri dari tiga fasilitas baru yaitu BSL3 Veterinary Vaccine Plant, Veterinary Vaccine R&D dan SPF Animal House PT Caprifarmindo Laboratories. Hadir dalam acara Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh. Prabowo Respatyo Caturroso, MM. PhD beserta jajarannya. Acara peresmian ini dihadiri juga oleh segenap tamu undangan pejabat dan tokoh bidang peternakan dan kesehatan hewan diantaranya Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat H. Koesmayadie, Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Dr Drh Hardiman MM, Ketua Umum ASOHI Drh Rakhmat Nuriyanto, Ketua Dewan Penasihat ASOHI Gani Haryanto, pengurus ASOHI Jabar, Kepala Dinas Peternakan Propinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia dan banyak lagi lainnya.Sementera rangkain acara peresmian BSL3 Veterinary Vaccine Plant, Veterinary Vaccine R & D dan SPF Animal House PT Caprifarmindo Laboratories ditandai dengan penekanan sirene, pembukaan selubung nama gedung Veterinary Vaccine Plant 2 (BSL3), dan penandatanganan prasasti oleh Dirjen Nakkeswan Drh Prabowo Respatyo Caturroso didampingi Drs Jahja Santosa, Apt. dan Bupati Bandung Barat Drs. H. Abubakar MSi.Setelah pembacaan doa, Dirjen Nakkeswan beserta rombongan melakukan Plant Tour ke dalam fasilitas gedung BSL3 Veterinary Vaccine Plant dengan dipandu Drh Maryono, Technical Manager PT Caprifarmindo Labs. Dirjen mengaku terkesan dengan semua sistem keamanan dan fasilitas produksi yang canggih, modern dan berstandar internasional.Sertifikat yang dimiliki PT. Caprifarmindo Laboratories:a. Sertifikat biosafety Level 3 (BSL-3) vaksin ungagsb. Sertifikat CPOBc. Certified by HSA (Health Science Authority) Singapore

B. Lokasi KegiatanPT. Caprifarmindo Laboratories berada di Jl. Industri Cimareme No. 8 Ngamprah Kabupaten Bandung Barat dan mulai beroperasi secara komersil pada tahun 2006 dengan memproduksi formulasi obat berupa obat tablet, kapsul, sirup, salep, dan suppositoria.Lokasi kegiatan PT. Caprifarmindo Laboratories berda dalam wilayah pengendalian industri sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat No. 2 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029, lokasi kegiatan diarahkan sebagai wilayah pengendalian sektor industri.Secara fisik, PT. Caprifarmindo Laboratories berbatasan dengan:1. Sebelah Utara: Jalan Industri, PT. Yoshida2. Sebelah Selatan: PT. Sanbe FarmaUnit III3. Sebelah Timur: Kawasan Industri4. Sebelah Barat: Area PersawahanAkses jalan masuk menuju kawasan pabrik PT. Caprifarmindo Laboratories dapat dilalui melalui jalan Cimareme sekitar 2 Km dari keluar tol padalarang masuk ke kawasan industri PT. Caprufarmindo Laboratories.

C. Sarana dan Prasarana1. Perakatan Keselamatan dan Kesehatan KerjaAlat keselamatan kerja umumnya dikenal dengan sebutan alat pelindung diri (APD) atau Personal Protective Equipment (PPE). Pada kegiatan industri, alat keselamatan kerja dan alat pelindung diri yang standar dan harus dikenakan oleh semua orang pelaku terutama karyawan yang bertugas pada area yang memiliki tingkat kecelakaan cukup tinggi, secara umum peralatan keselamatan kerja/pelindung diri yang harus dipergunakan bagi karyawan dilingkungan industri adalah sebagai berikut:a. Sarung tangan (hand gloves) sesuai kebutuhan jenis kerjanya.b. Sepatu safety (safety shoes/boots).c. Helm pelindung (helmet).d. Dust masker (pelindung pernafasan).e. Disposable ear plug/ear muff.f. Kaca mata pelindung (safety glasses).g. Safety belt/bodyhornes, dll.2. Sarana sanitasi dan ibadahSarana sanitasi yang dibangun di dalam lokasi kegiatan PT. Caprifarmindo Laboratories meliputi kamar mandi, toilet serta kran air tempat cuci tangan/kaki, untuk dipergunakan karyawan pada jam istirahatmaupun sebelum pulang kerja. Untuik kegiatan ibadah dapat menempati ruangan pada bangunan kantor. 3. Tempat parkirTempat parkir di lokasi kegiatan meliputi tempat parkir untuk karyawan dan tamu serta tempat parkir untuk kendaraan angkutan material sebelum melakukan kegiatan. Pemanfaatan lahan bagi kegiatan industri meliputiruang perkantoran,ruang produksi dan gudang penyimpananbahan baku maupun produk jadi denganluas lahan yang dimiliki. Demikian pula dengan pemanfaatan utilitas seperti fasilitas penampungan air bersih, sumber energi listrik, pemadam kebakaran, dan lainnya

D. Logo Perusahaan

Gambar 3.1 Logo PT. Caprifarmindo Labs.E. Gambaran MSDS di PT. Caprifarmindo Vete-VaccinePT. Caprifarmindo Labs. merupakan perusahaan farmasi swasta yang berfokus pada kesehatan hewan, dengan produk utama yang dihasilkan terdiri dari antibiotik, multivitamin, disinfektan, hormon dan vaksin untuk unggas, ternak, hewan peliharaan dan ikan. Oleh karena itu, hampir sebagian besar seluruh kegiatan di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3). Berikut beberapa contoh bahan berbahaya dan beracun yang digunakan di PT. Caprifarmindo Labs:

Tabel 3.1 Penggunaan Bahan-bahan Kimia di PT. Caprifarmindo LaboratoriesNoBahan KimiaKeterangan

1.R-BKI Rolmark Blue Stencil InkAcetaminophen merupakan bahan kimia yang bersifat racun akut, yang apabila pada pernafasan dapat menimbulkan respon alergi sensitive pada setiap orang, pada pencernaan pemakaian berlebih dapat menyebabkan sirosis dari liver, ginjal dan alergi, jika terkena kulit dan mata akan menimbulkan iritasi.

2.Drathon 370Darthon 37 merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan

3.Darathon 140

Bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

4.Darathon 150PS

Bahan kimia yang menyebabkan iritasi.

5.Darathon 170RBahan kimia yang menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

6.Darathon 210Menyebabkan iritasi pada mata dan kulit

NoBahan KimiaKeterangan

8.Darathon 250Menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Pemakaian dalam waktu lama dapat menyebabkan kematian.

9.Darathon 740Menyebabkan iritasi pada mata dan kulit memerah.

10.Darathon 290.03Menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Apabila tehirup dapat menyebabkan pusing dan terbius, serta dalam jangka waktu lam dapat menyebabkan gangguan hati dan ginjal.

11.ArgonTidak bersifat rcun, akan tetapi menyebabkan mati lemas dengan menggantikan oksigen di udara. Jika kekurangan oksigen dapat menyebabkan luka berat atau kematian. Selain itu dapat menyebabkan pusing, kantuk, mual, muntah, pengeluaran air liur berlebihan, ketajaman mental berkurang, hilang kesadaran bahkan kematian.

12.AspirinMenyebabkan iritasi pada system pernafasan, system pencernaan, mata dan kuit.

13.Beta Cyclodextrin HydrateMenyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

14.HClMenyebabkan iritasi hebat pada mata dan kulit

15.AsetilenKarbon dioksida merupakan zat penyebab sesak nafas, dapat menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan kematian.

16.Karbon Dioksida (CO2)Karbon dioksida merupakan zat penyebab sesak nafas, dapat menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan kematian.

17.Helium (He)Merupakan gas bertekanan (pressure gas)

18.Caffeine Anhydrous Powder USPMenyebabkan iritasi kulit, mata serta system pernafasan, serta akan menjadi racun bila tertelan.

19.Ethyl AlcoholMenyebabkan iritasi mata, kulit, jika terhirup akan menyebabkan pusing, kantuk, lesu, lemas, seperti di bius, batuk, gangguan hati dan anemia.

NoBahan KimiaKeterangan

20.Formalidehyde (CH2O)Bersifat sangat racun jika terhirup, tertelan dan jika menyerap kedalam kulit.

21.GelatinJika terkena mata dan kulit, terhirup, namun jika tertelan dan penggunaan terlalu banyak menyebabkan gangguan pada pencernaan.

22.Glutaraldehyde SolutionMengakibatkan iritasi kulit dan mata, merusak, selaput lender pada mata, saluran pencernaan.

23.Epoxy Water BasedMengakibatkan iritasi pada kulit dan mata, dapat merusak, selaput lender pada mata dan saluran pencernaan.

24.Hardener for Epoxy Water BasedMenyebabkan iritasi pada system pada pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata dan iritasi pada system pencernaan.

25.BustaMenyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi dan iritasi mata

26.Chemical Resistant PaintBersifat tidak berbahaya bila terkena kulit, mata dan sebagainya, hanya saja bila terhirup segera cari gtempat terbuka untuk menghirup udara segar.

27.Corium 95Menyebabkan iritasi pada mata, kulit, lambung, mulut dan perut.

28.Crosscalmelose SodiumMenyebakan iritasi pada mata dan kulit.

29.CystolamineBerakibat fatal jika terhirup dan mungkin berbahaya jika teresap kedalam kulit dan mungkin mengakibatkan kerusakan pembuluh darah.

30.Decis InsecticideBerakibat fatal jika terhirup dan mungkin berbahaya jika teresap kedalam kulit dan mungkin mengakibatkan kerusakan pembuluh darah.

31.ImmunosupresatMenyebakan iritasi pada mata, kulit dan gangguan pernafasan.

32.9175 Ketone Based InkMenyebabkan iritasi pada mata, jika terhirup dapat menyebakan kantuk serta pusing dan jika terkena kulit akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-ratak.

NoBahan KimiaKeterangan

33.8188 Ketone Based Make UpMenyebabkan iritasi pada mata, jika terhirup dapat menyebakan kantuk serta pusing dan jika terkena kulit akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-ratak.

34.R-BKI Rolmark Black Stencil InkDapat menyebabkan gangguan system pernafasan.

35.R-BKI Rolmark Blue Stencil InkMenyebabkan anemia, gangguan otak, iritasi mata, kulit dan liver. Penggunaan waktu lama dapat menyebabkan gangguan system pernafasan dan gangguan pada otak.

36.R-BKI Rolmark Red Stencil InkMenyebabkan anemia, gangguan otak, iritasi mata, kulit dan liver.

37.Hydranal Menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, system pernafasan dan beracun jika tertelan

38.HT05-HT11-HT10-GelsMenyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

39.Hydrogen PeroxideMenyebabkan iritasi pada mata dan kulit yang terjadi setelah 4 jam.

40.Formaldehyde 37% PABersifat beracun jika terhirup, terkena kulit/mata dan menyebabkan luka bakar.

1. Penggunaan MSDSBerdasarkan tabel 3.1 tentang penggunaan bahan berbahaya dan beracun di PT. Caprifarmindo Labs serta keterangannya mengenai dampak yang ditimbulkan dari pengguanaan bahan-bahan kimia tersebut, maka PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant menyediakan Lembar Data Keselamatan Bahan/MSDS di seluruh tempat atau bagian yang kegiatannya menggunakan bahan berbahaya dan beracun.

Berikut isi rincian penggunaan MSDS di PT. Caprifarmindo Labs: a. Informasi Umum (Identitas bahan dan perusahaan): 1) Nama bahan kimia2) Kandungan/Sebutan lain3) Tanggal pembuatan4) Telepon keadaan darurat5) Nama supplierb. Simbol dan Karakteristik Chemicalc. Informasi Bahaya:1) Bahaya bagi kesehatan2) Bahaya kebakaran; flash point, jenis APAR (Dry Chemical, CO2, Foam dan Non Halon), dan informasi lain.3) Reaktivitas; kestabilan, ketidakcocokan dan pencegahand. Informasi sifat-sifat fisika/kimia; bentuk zat,warna, warna, bau, kelarutan, pH, titik didih,berat jenis cairan dan berat jenis uap.e. Keselamatan dan Penanggulangan:1) Penanganan dan penyimpanan2) Tindakan mengatasi kebocoran dan Tumpahan3) Tindakan pertolongan pertama; terhirup, terkena mata/kulit dan tertelanf. Pengendalian paparan dengan APD; gambar dan keterangan

Format penggunaan Material Safety Data Sheet di PT. Caprifarmindo Labs:

Gambar 3.2 Format MSDS di PT. CaprifarmindoSumber: EHS PT. Caprifarmindo Labs.

2. Penyediaan dan Implementasi MSDSa. Pengguanaan MSDS di tempat atau bagian-bagian yang menggunakan B3Pada vacine Plant 3 terdapat beberapa tempat penting yang kegiatannya banyak menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) yaitu pada area preparasi Quality Control seperti washing room, chemical test room, dan general room. Sedangkan pada ruang preparasi produksi juga terdapat beberapa ruangan seperti ruang clean glassware, washing room, laboratory dan cell lab.Bagian Vet-Vaccine Plant 3, beberapa bahan berbahaya dan beracun yang banyak digunakan yaitu diantaranya alkohol, PBS, dan formalin. Penyediaan MSDS/ Lembar data keselamatan bahan di tempat yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun hanya terdapat pada ruang Chemical Test Room dengan menggunakan Bahasa inggris. MSDS tersebut merupakan format asli yang diperoleh dari produsen/supplier bahan. b. Pelabelan pada B3Penggunaan B3 pada Vet-Vaccine Plant 3 telah disertai palabelan yang berisikan tentang informasi bahan yang digunakan. Label pada kemasan mudah terbaca, jelas terlihat bahwa pada kemasan terdapat label tentang informasi bahan, label terbuat dari kertas yang tidak mudah rusak dan mudah lepas dari kemasannya.Namun hasil observasi, tidak semua bahan yang digunakan terpasang label pada kemasan.Label yang tersedia dilakukakn pengecekan ulang seminggu sekali pada saat melakukan inspeksi. Pengkajian ulang dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku selain itu selama 6 bulan sekali dilakukan revisi dengan update Peraturan Perundang-Undangan ke Dinas Lingkungan Hidup. c. Penyimpanan dan penanganan bahan kimiaPenanganan dan penyimpanan B3 di Vet-Vaccine Plant 3, bahan-bahan disimpan pada rak/lemari yang telah disediakan sebagai tempat penyimpanan. Seperti contohnya pada Chemical Test Room penyimpanan terpisah dalam lemari dilakukan pada bahan kimia yang mudah menguap. Sedangkan bahan lainnya di satukan dalam satu lemari. Akan tetapi dalam hal ini, masih kurangnya pengetahuan para pekerja tentang informasi reaktivitas dari bahan-bahan yang digunakan. Sehingga penyipanan bahan kimia belum berdasarkan sifat reaktif dari masing-masing bahan.Beberapa contoh bahan kimia yang digunakan di Chemical Test Room:1) Ammonium Acetat2) Pottasium Chloride3) Sodium Asetat4) Kaolin5) Glycerol6) Oxalic Acid7) Mercuri Sulfatd. Penggunaan APD dan pengendalian PaparanPengendalian yang dilakukan dengan penyediaan APD yang digunakan oleh para pekerja seperti masker full face, masker biasa, masker corong babi, sarung tangan karet, serta baju lab lengkap pada area black dan baju khusus pada area grey dan white. Dalam hal ini, terdapat beberapa pekerja yang sering tidak menggunakan APD semestinya saat sedang melakukan pekerjaan menggunakan B3.Contohnya seperti dalam penggunaan masker, hal ini disebabkan karena ketidaknyamanan pekerja saat menggunakan APD tersebut. Selain itu, terdapat pemasangan exhaust pada setiap ruangan.

e. Simbol pada B3Simbol-simbol yang digunakan pada B3 terdapat pada beberapa bahan-bahan kimia, akan tetapi masih banyak bahan kimia yang belum disertai dengan simbol pada kemasan.f. Tindakan mengatasi kebakaran (Penggunaan APAR yang sesuai)Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan tindakan khusus dalam penanganannya. Salah satu penanganan yang disediakan di Vet-Vaccine Plant 3 yaitu penyediaan APAR, jenis APAR yang tersedia telah sesuai dengan potensi kebakaran yang timbul pada setiap bagian-bagian di vacine plant 3. Contohnya seperti pada area grey, APAR yang digunakan adalah jenis Clean Agent (CA). g. Tindakan mengatasi kebocoran dan TumpahanTindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan yang dilakukakn oleh pekerja yaitu dengan menggunakan tissue yang kemudian tissue tersebut dikumpulkan dan dibuang ke insenerator.h. Tindakan pertolongan pertama; terhirup, terkena mata/kulit dan tertelanTindakan P3K yang dilakukan oleh pekerja jika bahan kimia terkena kulit yaitu dengan membilasnya menggunakan air yang mengalir, tetapi jika bahan kimia tersebut terhirup dan menimbulkan rasa mual serta pusing pekerja segera memberikan susu yang bertujuan untuk menetralkannya, selain itu cara yang dilakukan dengan memawa pekerja ke ruang terbuaka untuk menghirup udara segar. Hal tersebut merupakan cara penanganan yang diketahui oleh para pekerja.i. Pembuangan LimbahLimbah dari produk bahan kimia yang telah digunakan dikumpulkan dalam satu wadah atau tempat dan dipisahkan sesuai jenis serta kriterianya, selanjutnya limbah tersebut barulah dibawa ke Tempat Pembuangan Sementara Limbah B3.j. Pengetahuan tentang informasi bahaya Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa pengetahuan para pekerja terhadap bahaya pada masing-masing B3 yang digunakan masih kurang. Hal tersebut dikarenakan tidak tersedianya MSDS pada setiap bahan yang digunakan. Selain itu dalam implementasinya, para pekerja belum memahami fungsi serta isi rincian dari MSDS.

BAB IVPEMBAHASANA. Identifikasi MasalahSetelah melaksanakan Praktik Kesehatan Masyarakat di PT Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3 selama 25 hari dari tanggal 19 Januari sampai dengan 19 Februari 2015 dalam melaksanakan Praktik Kesehatan Masyarakat, serta wawancara dengan beberapa pekerja di PT.Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3 penulis mencoba melakukan identifikasi masalah, dengan beberapa diantaranya:1. Isi Rincian MSDS di PT. Caprifarmindo:Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep 187, sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 tentang penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan, maka:Tabel 4.1 Perbandingan Format MSDS Menakertrans dan Format PT. Caprifarmindo Labs.No

Format KepmenakerRI No.Kep 187Format PT. Caprifarmindo Labs.

1Identitas PerusahaanIdentitas Perusahaan

2Komposisi Bahan Komposisi Bahan

3Identifikasi Bahaya*Simbol & Karakteristik Chemical*

No

Format KepmenakerRI No.Kep 187Format PT. Caprifarmindo Labs.

4Tindakan P3K*Sifat Bahaya Kesehatan*

5Tindakan Penanggulangan KebakaranTindakan Penanggulangan Kebakaran

6Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan Tumpahan*Stabilitas dan Reaktifitas Bahan *

7Penyimpanan dan Penanganan Bahan*Sifat Fisika dan Kimia*

8Pengendalian Pemaparan dan APDPenyimpanan dan Penanganan Bahan*

9Sifat Fisika dan Kimia*Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan Tumpahan *

10Stabilitas dan Reaktifitas Bahan*Tindakan P3K

11Informasi Toksikologi*Pengendalian Pemaparan dan APD*

12Informasi Ekologi-

13Pembuangan Limbah-

14Informasi Untuk Pengangkutan Limbah-

15Informasi Perundang-undangan yang Berlaku-

16Informasi Lain Informasi Lain

(*) PerbedaanDari hasil identifikasi terhadap isi rincian dalam format MSDS yang digunakan, didapatkan bahwa:a. Tidak tercantum informasi ekologib. Tidak tercantum informasi mengenai prosedur pengumpulan, pengelolaan dan pengolahan limbah.c. Tidak tercantum informasi mengenai Peraturan Undang-Undang yang berlaku.2. Penggunaan dan Implementasi MSDS1) Tidak tersedianya MSDS pada tempat/ruangan yang menggunakan B3 dengan format Bahasa Indonesia.2) Tidak tercantum label pada seluruh bahan berbahaya dan beracun yang digunakan.3) Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan reaktivitas bahan.4) Kurangnya penerapan kedisiplinan dalam menggunakan alat pelindung diri.5) Simbol tentang bahaya bahan yang digunakan belum terpasang pada seluruh kemasan B3.6) Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya dari bahan yang digunakan.B. Analisis Prioritas MasalahSetelah melakukan identefikasi masalah terkait dengan penyediaan dan penggunaan MSDS serta implementasinya di PT.Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3, langkah selanjutnya melakukan penetapan prioritas masalah. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam menentukan masalah, sehingga dapat ditentukan skala prioritas yang paling tepat, sesuai hasil penilaian yang disepakati bersama. Pada laporan ini, penyusun mengguanakan metode CARL (Capability, Accesbility, Readness, Leverage), dalam metode ini dilakukan skoring dengan skor masing-masing kriteria berkisar antara 1-5, adapun kriteria penilaian prioritas masalah adalah sebagai berikut:1. Capability (C), yaitu ketersediaan sumber dana (dana dan sarana/peralatan).2. Accesbility (A), yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudian dapat didasarkan pada ketersediaan metode/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau petunjuk pelaksanaan.3. Readness (R), yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti keahlian/kemampuan dan motivasi.4. Leverage (L), yaitu seberapa besar pengaruh criteria yang satu dengan lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan rangking atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.Skala yang digunakan untuk penilaian penetapan prioritas masalah adalah sebagai berikut:Nilai 1 = Masalah tidak penting diprioritaskanNilai 2 = Masalah kurang penting diprioritaskanNilai 3 = Masalah cukup penting diprioritaskanNilai 4 = Masalah penting diprioritaskanNilai 5 = Masalah sangat penting diprioritaskanPembobotan prioritas masalah, dapat dilihat dalam pada table 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2 Penentuan Prioritas MasalahNoDaftar MasalahCARLTotal NilaiPrioritas

1Tidak tercantum informasi ekologi4223489

2Tidak tercantum informasi mengenai prosedur pengumpulan, pengelolaan dan pengolahan limbah.43331087

3Tidak tercantum informasi mengenai Peraturan Undang-Undang yang berlaku.2335908

4Tidak tersedianya MSDS pada seluruh bagian yang menggunakan B3 dengan format Bahasa Indonesia.55545001

5Tidak tercantum label pada seluruh bahan berbahaya dan beracun yang digunakan.44352404

6Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan reaktivitas bahan.55533753

7Kurangnya penerapan kedisiplinan dalam menggunakan alat pelindung diri.44421286

NoDaftar MasalahCARLTotal NilaiPrioritas

8Simbol tentang bahaya bahan yang digunakan belum terpasang pada seluruh kemasan B3.43351805

9Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya 44453202

Dari hasil identifikasi masalah dan penentuan prioritas masalah, maka diambil 3 (tiga) skala prioritas masalah yang tertinggi, yaitu:1. Tidak tersedianya MSDS pada seluruh bagian yang menggunakan B3 dengan format Bahasa Indonesia.2. Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya.3. Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan reaktivitas bahan.

C. Analisis Penyebab MasalahBerdasarkan hasil penentuan prioritas masalah diatas, maka dilakukan analisis penyebab masalah:

Tabel 4.3 Penyebab MasalahNoMasalahPenyebab Masalah

1Tidak tersedianya MSDS pada seluruh bagian yang menggunakan B3 dengan format Bahasa Indonesia.Tidak tersedianya MSDS pada seluruh bagian/tempat yang menggunakan B3 disebabkan oleh penempatan MSDS yang telah disediakan oleh bagian EHS tidak sesuai pada tempatnya sehingga menyebabkan MSDS hilang/tercampur dengan dokumen-dokumen lain sehingga sulit ditemukan.

2Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya.

Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan mengenai tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya, dikarenakan tidak tersedianya MSDS dengan format Bahasa Indonesia serta penempatan MSDS yang diberikan tidak dapat terlihat dan terbaca oleh para pekerja. Adapun beberapa MSDS yang tersedia menggunakan format Bahasa Inggris yang diperoleh dari produsen/supplier, dimana tidak seluruh pekerja yang memahami penggunaan Bahasa Inggris.

3Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan reaktivitas bahan.Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan sifat reaktivitas bahan, dikarenakan kurangnya pengetahuan para pekerja tentang bahaya dan sifat reaktivitas masing-masing bahan yang digunakan. Selain itu, penyimpanan tidak disertakan list daftar nama bahan yang terdapat dalam lemari penyimpanan.

D. Pemecahan MasalahBerdasarkan analisis penyebab masalah pada table 4.3, maka pemecahan masalah di uraikan dalam tabel berikut:Tabel 4.4 Pemecahan MasalahNoPrioritas MasalahPemecahan Masalah

1Tidak tersedianya MSDS pada seluruh bagian yang menggunakan B3 dengan format Bahasa Indonesia.Penyediaan MSDS dengan format Bahasa Indonesia sangat diperlukan serta memastikan penempatan MSDS setiap bahan kimia agar terpasang pada tempat yang mudah terlihat dan terbaca oleh seluruh pekerja.

2Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya.

Sosialisasi yang dilakukan oleh tenaga ahli terkait, mengenai masalah MSDS beserta rincian isinya dan penggunaan B3. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh pekerja yang kegiatannya menggunakan bahan berbahaya dan beracun.

3Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan reaktivitas bahan.Sosialisasi terkait seluruh informasi bahan yang digunakan pada masing-masing bagian, sehingga para pekerja mengetahui bahaya serta sifat reaktif dari masing-masing bahan. Dengan demikian, penyimpanan bahan dapat dipisahkan berdasarkan karakteristik dari masing-masing bahan. Selain itu, perlu adanya pembuatan list daftar nama bahan yang terdapat pada lemari penyimpanan yang kemudian ditempel pada lemari agar memudahkan orang disekitarnya untuk melihat.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanSetelah melakukan Praktik Kesehatan Masyarakat, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Sistem pengendalian risiko bahaya kerja yang disebabkan oleh penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun dengan penyediaan MSDS serta penyediaan sarana dan prasarana Alat Pelindung Diri di PT. Caprifarmindo Vet-Vaccine Plant 3 sudah tersedia dan diterapkan namun implementasinya dan penerapan kepada seluruh pekerja masih belum maksimal. 2. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan masalah diantaranya:a. Hasil identifikasi terhadap isi rincian dalam format MSDS yang digunakan, didapatkan bahwa:1) Tidak tercantum informasi ekologi2) Tidak tercantum informasi mengenai prosedur pengumpulan, pengelolaan dan pengolahan limbah.3) Tidak tercantum informasi mengenai Peraturan Undang-Undang yang berlaku.

b. Penggunaan dan Implementasi MSDS:1) Tidak tersedianya MSDS pada tempat/ruangan yang menggunakan B3 dengan format Bahasa Indonesia.2) Tidak tercantum label pada seluruh bahan berbahaya dan beracun yang digunakan.3) Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan reaktivitas bahan.4) Kurangnya penerapan kedisiplinan dalam menggunakan alat pelindung diri.5) Simbol tentang bahaya bahan yang digunakan belum terpasang pada seluruh kemasan B3.6) Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya dari bahan yang digunakan.3. Dengan menggunakan metode C A R L, maka didapatkan 3 (tiga) prioritas masalah yang ditemukan diantaranya:a. Tidak tersedianya MSDS pada seluruh bagian yang menggunakan B3 dengan format Bahasa Indonesia.b. Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya.c. Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan reaktivitas bahan.4. Setelah didapatkan prioritas masalah, analisis penyebab masalah yang ditemukan diantaranya:a. Tidak tersedianya MSDS pada seluruh bagian/tempat yang menggunakan B3 disebabkan oleh penempatan MSDS yang telah disediakan oleh bagian EHS tidak sesuai pada tempatnya sehingga menyebabkan MSDS hilang/tercampur dengan dokumen-dokumen lain sehingga sulit ditemukan.b. Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan mengenai tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya, dikarenakan tidak tersedianya MSDS dengan format Bahasa Indonesia serta penempatan MSDS yang diberikan tidak dapat terlihat dan terbaca oleh para pekerja. Adapun beberapa MSDS yang tersedia menggunakan format Bahasa Inggris yang diperoleh dari produsen/supplier, dimana tidak seluruh pekerja yang memahami penggunaan Bahasa Inggris.c. Penyimpanan B3 belum berdasarkan bahaya dan sifat reaktivitas bahan, dikarenakan kurangnya pengetahuan dari para pekerja tentang bahaya dan sifat reaktivitas masing-masing bahan yang digunakan. Selain itu, penyimpanan tidak disertakan list daftar nama bahan yang terdapat dalam lemari penyimpanan.5. Pemecahan masalah yang didapat:a. Penyediaan MSDS dengan format Bahasa Indonesia sangat diperlukan serta memastikan penempatan MSDS setiap bahan kimia agar terpasang pada tempat yang mudah terlihat dan terbaca oleh seluruh pekerja.b. Sosialisasi yang dilakukan oleh tenaga ahli terkait, mengenai masalah MSDS beserta rincian isinya dan penggunaan B3. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh pekerja yang kegiatannya menggunakan bahan berbahaya dan beracun.c. Sosialisasi terkait seluruh informasi bahan yang digunakan pada masing-masing bagian, sehingga para pekerja mengetahui bahaya serta sifat reaktif dari masing-masing bahan. Dengan demikian, penyimpanan bahan dapat dipisahkan berdasarkan karakteristik dari masing-masing bahan. Selain itu, perlu adanya pembuatan list daftar nama bahan yang terdapat pada lemari penyimpanan yang kemudian ditempel pada lemari agar memudahkan orang disekitarnya untuk melihat.

B. Saran1. Tidak tersedianya MSDS pada seluruh bagian/tempat yang menggunakan B3 disebabkan oleh penempatan MSDS yang telah disediakan tidak sesuai pada tempatnya, untuk itu diperlukan adanya pengawasan terhadap penyediaan dan penggunaan MSDS pada setiap ruangan agar MSDS tetap terpasang dan tersedia pada tempat semestinya sehingga mudah terbaca oleh seluruh pekerja.2. Kurangnya pengetahuan pekerja tentang implementasi MSDS meliputi pengetahuan mengenai tindakan pertolongan pertama serta informasi bahaya di Vet-Vaccine Plant 3, dikarenakan tidak tersedianya MSDS dengan format Bahasa Indonesia serta penempatan MSDS yang diberikan tidak dapat terlihat dan terbaca oleh para pekerja. Sosialisasi diperlukan untuk menambah wawasan, pemahaman akan potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja, mengsosialisasikan fungsi dan pentingnya memahami isi dari MSDS, sehingga benar dalam penanganan B3.3. Pemberian penghargaan pada setiap bagian-bagian yang sangat baik dalam penyimpanan B3 serta terdokumntasi dengan baik sehingga memudahkan dalam penggunaannya serta menjaga keselamatan. Penyimpanan berdasarkan sistem yang sesuai sehingga penyimpanan B3 dapat tersusun dengan baik berdasarkan karakteristik lengkap dengan list daftar nama-nama bahan yang tersedia/digunakan. Perusahaan dapat melaksanakan perlombaan dengan melakukan penilaian pada masing-masing bagian. Selain itu, pembinaan dan pelatihan tentang cara penyimpanan B3 yang sesuai diperlukan terhadap seluruh karyawan.

1


Top Related