Transcript

Laporan PraktikumBudidaya Tanaman Hias dan Obat

TANAMAN OBAT

Oleh:

SINTA

G1 11 11 338

KELOMPOK 5PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIJURUSAN AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

20114BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan kekayaan alam. Hal ini tentunya didukung oleh iklim tropis yang dimiliki Indonesia sehingga memungkinkan beraneka ragam tumbuhan hidup dan berkembang. Sebagian dari tumbuh-tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit, tumbuhan tersebut biasa disebut sebagai tanaman obat. Faktor biotik maupun abiotik akan menunjang keberlangsungan hidup dari tanaman tersebut.

Tanaman obat merupakan salah satu tanaman yang sensitif terhadap lingkungan tumbuh. Lingkungan tumbuh yang tidak sesuai akan mengurangi kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan tanaman obat baik ripang, daun, maupun batangnya. Kandungan senyawa aktif yang ada pada tanaman obat sensitif terhadap lingkungan tumbuhnya. Lingkungan tumbuh yang dimaksud meliputi tanah, iklim maupun curah hujan.

Tanaman yang bermanfaat sebagai obat sangat beragam, antara lain temulawak, sambiloto, lempuyang, kunyit, kumis kucing, kapulaga, jahe, broto wali, iler, lavender, kemuning dan masih banyak tanaman lain. Setiap tanaman obat memiliki kebutuhan lingkungan tumbuh yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum budidaya tanaman obat dan hias ini agar mahasiswa dapat mengetahui cara-cara dalam pembudidayaan tanaman-tanaman obat yang baik dan sesuai agar pertumbuhannya dapat maksimal.1.2 Tujuan dan Kegunaan

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembudidayaan tanaman khususnya tanaman obat yang baik dan sesuai agar dapat menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya baik dan maksimal.1.2.2 Kegunaan

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui teknik budidaya tanaman yang baik dan sesuai khususnya pada tanaman obat sehingga menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya maksimal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman2.1.1 Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)Menurut Anonim (2013) yang menyatakan bahwa kedudukan tanaman Kumis Kucingdalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi: Angiospermae (Menghasilkan biji)

Kelas

: Dicotyledoneae (Biji berkeping 2)

Subkelas: Asteridae

Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

:OrthosiphonSpesies

:Orthosiphon aristatusKumis kucing merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi sampai 2 m, batang bersegi empat agak beralur, berambut pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, lancip atau tumpul, panjang 1 cm sampai 10 cm, lebar 7,5 mm sampai 5 cm; urat daun sepanjang tepi berambut tipis atau gundul, kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai 3 cm. Perbungaan berupa tandan yang keluar di ujung cabang, panjang 7 cm sampai 29 cm, di tutupi oleh rambut pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih; gagang berambut pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berambut pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, panjang 13 mm sampai 27 mm, di bagian atas di tutupi oleh rambut pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 mm sampai 18 mm, panjang bibir 4,5 mm sampai 10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1,75 mm sampai 2 mm. (Anonima, 2011). 2.1.2 Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)Menurut Plantamor (2008) klasifikasi tanaman kunyit putih adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas

: Liliopsida (berkeping satu/monokotil)Sub Kelas: CommelinidaeOrdo

: ZingiberalesFamili

: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)Genus

: CurcumaSpesies: Curcuma zedoariaTanaman ini termasuk tanaman terna. Batangnya semu, berbentuk silindris, lunak. Batang di dalam tanah membentuk rimpang berwarna hijau pucat. Herba setahun, dapat lebih dari 2 m. Batang sesungguhnya berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwama coklat muda coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan dan memiliki umbi bulat. Daun tunggal, lonjong, di bagian ujung meruncing, sedangkan di pangkal tumpul. Panjang daun bisa mencapai 0,6 - 1 meter dan lebar 10 - 20 sentimeter. Pelepah daun membentuk batang semu, berwarna hijau coklat tua, helaian 2 - 9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing-meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun pangkal, 43 - 80 cm atau lebih. Pertulangan menyirip, tipis, berbulu halus, hijau dan bergaris ungu. Daun pelindung berjumlah banyak, spatha dan brachtea; rata-rata 3 - 8 x l,5 - 3,5cm. Bunga majemuk, di ketiak daun, panjang 7 - 15 sentimeter. Bunga majemuk susunan bulir,diketiak rimpang primer, tangkai berambut. Benang sari melekat pada mahkota dengan panjang sekitar 0,5 sentimeter, tangkai putik panjang dua sentimeter. Benang sari 1 buah, tidak sempuma, bulat telur terbalik, kuning terang, 12 - 16 x 10 - 115 mm, tangkai 3 - 5 x 2 - 4 mm, kepala sari putih, 6 mm.Kelopak 3 daun, putih atau kekuningan, bagian tengah merah atau coklat kemerahan, 3 - 4 cm. Mahkota: 3 daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm mahkota lonjong panjang 7 - 15 sentimeter. Bibir bibiran membulat atau bulat telur terbalik, ujung 2 lobe, kuning atau putih, tengah kuning atau kuning jeruk, 14 - 18 x 14 - 20 mm. Buah berbentuk kotak dan bulat. Rimpang dan daun Curcuma zedoaria mengandung saponim, flanoida, dan polifenol (Anonim, 2013).

2.1.3 Jahe (Zingiber officinale)Menurut Plantamor (2008) klasifikasi tanaman kunyit putih adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Species :Zingiber officinaleJahe merupakan tanaman berbatang semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak bercabang, tersusun atas lembaran pelepah daun, berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan warna pangkal batang kemerahan. Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat, berwarna putih sampai coklat terang.Tanaman ini berbunga majemuk berupa malai muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yangsempit, dan sangat tajam. Tanaman jahe membentuk rimpang yang ukurannya tergantung pada jenisnya. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih dan tampak berbuku - buku.Rimpang jahe berkulitagak tebal yang membungkus daging rimpang, yang kulitnya mudah dikelupas. Berdasarkan bentuk, ukuran dan warna rimpang, jahe dibedakan atas tiga kultivar, yaitu jahe badak atau jahe gajah, jahe merah dan jahe emprit. Jahe merah memiliki rimpang kecil, ramping, kurang mengandung air, berwarna merah atau jingga, dan rasanya pedas.Jahe ini juga dikenal dengan sebutan jahe sunti. Kadar minyak atsiri pada jahe pedas di atas 3 ml tiap 100 gram rimpang. Jahe ini merupakan bahan penting dalam industri jamu tradisional. Umumnya dipasarkan dalam bentuk rimpang segar dan jahe kering (Kemal, 2000).2.1.4 Lengkuas (Alpinia galanga)Menurut Plantamor (2008) klasifikasi tanaman kunyit putih adalah sebagai berikut:

Divisi

: SpermatophytaSub-divisi

: AngiospermaeKelas

: MonocotyledoneaeOrdo

: ZingiberalesFamili

: ZungiberaceaeGenus

: AlpiniaSpesies

: Alpinia galangaLaos atau lengkuas merupakan salah satu tanaman obat yang juga banyak dimanfaatkan dalam dunia kuliner. Tanaman ini memiliki beragam nama antara lain laja (sunda), java galangal, greater galangal, laos root, languas, kha, hong do kuo dan lain-lain. Dalam kajian ilmiah sendiri, lengkuas dikenal dengan nama latin Alpinia galanga (L.) Sw. Dalam kehidupan sehari-hari, lengkuas dimanfaatkan dengan cara sederhana yakni dengan dibersihkan kemudian dimemarkan dan selanjutnya dimasukkan ke dalam masakan atau racikan obat. Berdasarkan beberapa sumber, jenis lengkuas yang populer digunakan dalam dunia pengobatan adalah Alpinia purpurata K Schum atau lengkuas merah. Memang dalam dunia ilmiah terdapat klasifikasi lengkuas dengan tujuan agar lebih mudah saat diidentifikasi (Anonim, 2010).2.1.5 Sereh (Cymbopogon citratus)Menurut Plantamor (2008) klasifikasi tanaman kunyit putih adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Sub-Kingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Subkelas: CommelinidaeOrdo

: PoalesFamili

:Poaceae(suku rumput-rumputan)Genus

:CymbopogonSpecies:Cymbopogon citratusTanaman sereh atau sering juga disebut sereh wangi, sereh dapur; merupakan keluarga Gramineae. Nama botani untuk sereh adalah Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. Tanaman sereh yang banyak dijumpai di Indonesia adalah dari species yang dikenal sebagai West Indian Lemongrass. Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. diperkirakan merupakan tanaman asli di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Indonesia, juga di India bagian selatan, Srilangka, dan Malaysia. Cymbopogon citratus adalah tanaman menahun dengan tinggi antara 50 100 cm. Memiliki daun tunggal berjumbai yang dapat mencapai panjang daun hingga 1 m dan lebar antara 1,5 - 2 cm. Tulang daun sejajar dengan tekstur permukaan daun bagian bawah yang agak kasar. Batang tidak berkayu dan berwarna putih keunguan. Memiliki perakaran serabut. Tanaman ini tumbuh berumpun. Sereh termasuk jenis tanaman perenial yang tumbuh dengan cepat (fast growing). Tinggi tanaman dewasa dapat mencapai sekitar 1 meter. Tanaman tropis ini dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 10 hingga 33 0C dengan sinar matahari yang cukup. Pertumbuhan tanaman yang baik dapat dipereoleh pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 700 - 3000 mm dengan hari hujan tersebar cukup merata sepanjang tahun. Tanaman sereh dari species ini dapat tumbuh dengan optimal hingga ketinggian 1000 meter dpl. Penanaman pada tanah dengan pH antara 5 7 dan memiliki drainase yang baik merupakan kondisi yang cukup ideal bagi sereh (Ketut dkk, 2012).

2.2 Fisiologi Tanaman2.2.1 Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)TanamanOrthosiphonini merupakan tanaman yang melakukan sintesis C3. Sintesis ini terjadi di jaringan mesofil daun dan diawali dengan memfiksasi CO2dari udara bebas dan menggabungkan dengan sebuah molekul aseptor karbon yaitu ribulosa bifosfat (RuBP) oleh enzim karboksilase RuBP (rubisko). Molekul yang terbentuk ini tidak stabil dan akan segera memisah membentuk 2 molekul berkarbon 3 (C3), yaitu molekul fosfogliserat (PGA) yang merupakan molekul yang stabil. RuBP + CO2 2PGA Molekul PGA bukan molekul berenergi tinggi. Dua molekul PGA mengandung energi yang lebih kecil dibandingkan dengan satu molekul RuBp. Itulah mengapa fiksasi CO2 berlangsung spontandan tidak memerlukan energi dari reaksi cahaya. Untuk mensintesis molekul berenergi tinggi maka energi dan elektron dari ATP maupun NADPH hasil reaksi terang dipakai untuk mereduksi tiap PGA menjadi fosfogliseraldehida (PGAL). Siklus Calvin telah lengkap bila terjadsi pembentukan glukosa yang disertai regenerasi RuBP. Satu molekul CO2tercampur menjadi 6 molekul CO2, kemudian ketika 6 molekul CO2tersebut bergabung dengan 6 molekul RuBP maka dihasilkan 1 glukosa dan 6 RuBP sehingga siklus dapat dimulai lagi (Anonima, 2011).2.2.2 Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)Curcuma zedoaria yang merupakan suku Zingiberaceae, termasuk kelompok tumbuhan C4. Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang didapati mempunyai 4-karbon asid organik seperti oxalacetate, malate, dan asparte. Spesies C4 mempunyai kadar fotosintesis yang lebih tinggi dan memiliki keadaan yang lebih sensitif terhadap cahaya. C4 mempunyai enzim PEP carboxylase yang mengambil CO2 lebih kuat dan menyebabkan tumbuhan C4 berfotosintesis lebih lambat dibanding tumbuhan C3 yang memiliki RuBP sebagai akseptor CO2. Tumbuhan C4 juga mempunyai RuBP tetapi konsentrasinya sangat rendah. Hal ini juga menyebabkan tumbuhan C4 menggunakan tenaga yang lebih besar untuk mengikat molekul CO2. Spesies C4 mempunyai kloroplas dalam sel-sel berkas upih, dan mempunyai satu membran luar tanpa grana. Spesies C4 adaptasi pada kawasan panas, keadaan kering, dan lembab. Spesies C4 juga tidak melakukan photorespiration atau respirasi waktu siang hari (Anonim, 2013).

2.2.3 Jahe (Zingiber officinale)

Tanaman jahe termasuk tanaman C4. Menurut Dartini (2012), pada tumbuhan C4 terdapat pembagian tugas antara 2 jenis sel fotosintetik, yakni :1.Sel mesofil2.Sel-sel bundle sheath/ sel seludang-berkas pembuluh.Sel seludang berkas pembuluh disusun menjadi kemasan yang sangat padat disekitar berkas pembuluh. Diantara seludang-berkas pembuluh dan permukaan daun terdapat sel mesofil yang tersusun agak longgar. Siklus calvin didahului oleh masuknya CO2 ke dalam senyawa organic dalam mesofil. Langkah pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpirufat (PEP) untuk membentuk produk berkarbon empat yaitu oksaloasetat, Enzim PEP karboksilase menambahkan CO2 pada PEP. Karbondioksida difiksasi dalam sel mesofil oleh enzim PEP karboksilase. Senyawa berkarbon-empat-malat, dalam hal ini menyalurkan atom CO2 kedalam sel seludang-berkas pembuluh, melalui plasmodesmata. Dalam sel seludang berkas pembuluh, senyawa berkarbon empat melepaskan CO2 yang diasimilasi ulang kedalam materi organic oleh robisco dan siklus Calvin (Dartini, 2012).Dengan cara ini, fotosintesis C4 meminimumkan fotorespirasi dan meningkatkan produksi gula. Adaptasi ini sangat bermanfaat dalam daerah panas dengan cahaya matahari yang banyak, dan dilingkungan seperti inilah tumbuhan C4 sering muncul dan tumbuh subur (Dartini, 2012).Daya ikat yang tinggi terhadap CO2 pada tanaman C4, menyebabkan perbandingan antara pemasukan CO2 dan konduktivitas stomata (kemampuan stomata menyalurkan H2O persatuan waktu) optimum. Dengan kata lain, tanaman-tanaman C4 mempunyai efisiensi penggunaan air yang tinggi sehingga jumlah air yang dikeluarkan untuk sejumlah CO2 yang dimasukkan jauh lebih sedikit pada tanaman C4 dibandingkan dengan tanaman C3. Pada tanaman C3, daya ikat yang rendah terhadap CO2 menyebabkan tanaman ini boros dalam penggunaan air (Dartini, 2012).Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel bundle sheath (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi (Dartini, 2012).Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m - 2 s - 1 sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2 (Dartini, 2012).2.2.4 Lengkuas (Alpinia galanga)Proses fisiologis tanaman lengkuas terdiri atas fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis pada lengkuas sama seperti proses fotosintesis pada tumbuhan umumnya. dimana tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis.Reaksi fotosintesis adalah sebagai berikut:

12H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O

Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.

Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH. ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin dimana karbon dioksida diubah menjadi ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).

Reaksi respirasi termasuk dalam reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula menjadi molekul-molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Respirasi atau pernapasan berfungsi untuk mendapatkan energi dari bahan-bahan organi melalui proses pemecahan gula yang disebut dengan proses glikolisis. Senyawa gula pada tanaman didapatkan dari proses fotosintesis. Butiran amilum yang tersimpan dalm berbagai jaringan dan organ penyimpan cadangan makanan akan diubah kembali dalam bentuk glukosa fosfat di dalam sitoplasma sel. Akhirnya senyawa glukosa fosfat tersebut akan dipecah menjadi piruvat dan masuk dalam siklus Krebs. Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan dikeluarkan dari sel. Gas tersebut akan berdifusi akan terkumpul dalam rongga-rongga antar sel dan bila tekanan telah cukup akan dikeluarkan.

Reaksinya adalah:

C6H12O6 (glukosa) + 6O2 ( 6H2O + 6CO2 + ATP

Glukosa yang dihasilkan pada proses fotosintesis dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi pada tumbuhan. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.2.2.5 Sereh (Cymbopogon citratus)1. FotosintesisTanaman ini memiliki pigmen fotosintetik yaitu klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis. Tanaman sereh termasuk tanaman C4 jika dilihat dari proses fotosintesis yang dilakukannya, di mana tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang dalam proses fotosintesisnya mendahului siklus Calvin dengan fiksasi karbon cara lain yang membentuk senyawa berkarbon empat sebagai produk pertamanya. Tumbuhan C4 memiliki dua jenis sel fotosintetik yang jelas berbeda, yaitu sel seludang berkas pembuluh dan sel mesofil. Sel seludang berkas pembuluh disusun menjadi kemasan yang sangat padat di sekitar berkas pembuluh. Di antara seludang berkas pembuluh dan permukaan daun terdapat sel mesofil yang disusun lebih longgar. Siklus Calvin terbatas pada kloroplas seludang berkas pembuluh. Akan tetapi, siklus ini didahului oleh masuknya CO2 ke dalam senyawa organik dalam mesofil. Langkah pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpiruvat (PEP) untuk membentuk produk berkarbon empat, yaitu oksaloasetat. Enzim PEP karboksilase menambahkan CO2 pada PEP. Dibandingkan dengan rubisko, PEP karboksilase memiliki afinitas yang jauh lebih tinggi terhadap CO2. Oleh sebab itu, PEP karboksilase dapat memfiksasi CO2 secara efisien ketika rubisko tidak dapat melakukannya, yakni ketika hari panas dan kering dan stomata tertutup sebagian, menyebakan konsentrasi CO2 dalam daun berkurang dan konsentrasi O2 meningkat. Setelah CO2 difiksasi, sel mesofil mengirim keluar produk berkarbon empatnya ke sel seludang berkas pembuluh melalui plasmodesmata. Dalam sel seludang berkas pembuluh, senyawa berkarbon empat melepaskan CO2 yang diasimilasi ulang ke dalam materi organik oleh rubisko dan siklus Calvin. Akibatnya, sel mesofil akan memompa CO2 ke dalam seludang berkas pembuluh, mempertahankan konsentrasi CO2 dalam sel seludang berkas pembuluh cukup tinggi agar rubisko dapat menerima karbon dioksida, bukan oksigen. Dengan cara ini, fotosintesis akan meminimumkan foto respirasi dan meningkatkan produksi gula.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis adalah suhu, intensitas cahaya dan konsentrasi CO2. Semakin besar faktor-faktor tersebut membawa akibat semakin besarnya laju fotosintesis. 2. RespirasiSeperti pada tanaman lain, tanaman sereh juga melakukan proses respirasi dengan tujuan untuk mendapatkan energi dari bahan-bahan organik melalui proses pemecahan gula yang disebut dengan proses glikolisis. Senyawa gula pada tanaman ini didapatkan melalui proses fotosintesis. Gula dari hasil fotosintesis ini akan mengalami glikolisis di sitosol, siklus Krebs di matriks mitokondria, dan transpor elektron di mitokondria. Pada tahap glikolisis, gula (glukosa) akan dioksidasi menjadi piruvat, yang kemudian masuk ke dalam mitokondria dan diubah menjadi asetil coA, dan dikeluarkan serta dilepas sebagai CO2. Sedangkan membran dalam mitokondria mengkopel transpor elektron dengan sintesis ATP.

Reaksi respirasi termasuk dalam reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekkul gula menjadi molekul-molekul anorganik berupa CO2 dan H2O.Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi meliputi ketersediaan jumlah dan jenis substrat, ketersediaan O2 sebagai sumber energi yang akan digunakan oleh mitokondria dalam lintasan elektron untuk membentuk ATP, seta suhu.

2.3 Teknik Budidaya Tanaman2.3.1 Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)Kumis kucing sebenarnya menghasilkan bibit juga tetapi cara perbanyakan melalui stek telah umum sekali dan mudah dilakukan. Stek diambil dari batang yang tua dan dipotong sepanjang 20 cm dengan 2 - 4 ruas. Untuk penanaman sebaiknya kumis kucing disemai dulu, bila keperluan bibit hanya sedikit maka stek disemai dalam peti kecil yang diisi pasir sungai setebal 20 cm, tetapi bila bibit yang diperlukan banyak maka dibuat persemaian. Tanah persemaian dicangkul sedalam 30 cm jarak tanam 5 x 10 cm dan stek ditanam miring dengan kedalaman 5 cm cara lain yaitu dengan menumbuhkan stek batang tersebut pada kantong plastik (polibag). Pesemaian ditempat terbuka harus diberi atap naungan dan dilakukan penyiraman secukupnya (tidak terlalu basah karena bibit mudah busuk), pada umur 10 hari biasanya stek mulai berakar dan bertunas dan umur 2 minggu tanaman sudah siap ditanam dilapangan. Sebelum pemindahan kelapangan naungan dikurangi secara bertahap. Tanah untuk penanaman dipersiapkan sebelumnya dengan cara mencangkul sedalam 50 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 1 Kg per lubang tanam. Jarak tanam dilapangan berkisar antara 40 x 40 cm hingga 60 x 60 cm (Anonim, 2013). Setelah tanaman tumbuh subur maka perlu dilakukan pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan dan pemangkasan. Penyiangan dilakukan tergantung keadaan gulma yang tumbuh atau pada saat akan dilakukan pemupukan. Selain itu tanah harus dalam keadaan gembur, cara penggemburan bisa dengan cangkul atau digarpu. Pemupukan dapat dilakukan sebelum dan setelah tanam. Pada tanah yang kurang mengandung humus maka diantara tanaman kumis kucing ditanam pupuk hijau. Setelah tanaman cukup tingginya dilakukan pemangkasan dan daunnya dimasukkan kedalam tanah diantara barisan tanaman kumis kucing. Ditempat yang subur dan curah hujannya memadai, pemangkasan dapat dilakukan 4 6 minggu, setelah tanam, biasanya ditandai dengan kuncup mekar, untuk menjaga mutu daun maka bunga-bunga harus segera dipotong (Anonim, 2013).2.3.2 Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)Kunyit dapat tumbuh didaerah tropis dan subtropis mulai dari ketinggian 240 m diatas permukaan laut hingga 2.000 m di atas permukaan laut. Daerah dengan curah hujan 2.000 4.000 mm/tahun merupakan tempat tumbuh yang baik bagi kunyit. Kunyit jugs dapat dtumbuh di daerah dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm/ tahun, tapi diperlukan pengairan yang cukup dan tertata dengan baik. Jenis tanah yang diinginkan tanaman kunyit adalah tanah ringan dengan bahan organik yang tinggi, seperti tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air. Tanaman ini dapat hidup di daerah yang memiliki intensitas cahaya matahari penuh atau di daerah yang ternaungi. Kunyit dapat pula ditanam tumpang sari dengan padi gogo, jagung, singkong, kacang merah, atau lainnya (Anonim, 2013).

Pada lahan dengan intensitas cahaya penuh, pengolahan tanah dilakukan dengan membalikan lapisan olah tanah bagian atas dan bawah dengan bajak atau pacuul. Bongkahan-bongkahan tanah di hancurkan dan digemburkan lalu diratakan. Saluran air dibuat di sepanjang bendungan dengan tinggi 22 - 25 cm dan lebar 45 - 50 cm. pada bendengan di buat garitan atau alur-alur tanam. Jarak antar tanam dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm, 60 cm x 60 cm, atau 75 cm x 50 cm. pada lubang - lubang tanam atau alur-alur tanam sebaiknya diberi pupuk kandang sebulan sebelum penanaman dengan dosis 2 - 3 kg pupuk kandang dan diaduk dengan tanah secara merata. Perbanyakan kunyit dapat dilakukan secara vegetative dengan memecah rimpang menjadi tunas, tunas baru dan dengan biji. Namun, pada umumnya petani melakukan perbanyakan tanaman dengan rimpang. Untuk mendapatkan pertanaman di lapangan yang seragam sebaiknya rimpang-rimpang yang akan ditanam sebaiknya ditunaskan lebih dahulu. Untuk bahan bibit sebaiknya dipilih rimpang primer. Selain itu, untuk bahan bibit dapat juga digunakan cabang-cabang rizoma yang mempunyai satu atau dua mata tunas. Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru di panen dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4 - 5 hari setiap potongan rimpang mengandung 2 mata tunas. Sebelum ditunaskan, potongan rimpang direndam dalam agrimisin 0,1 % selama kira - kira 4 jam lalu di angin - anginkan. Penunasan kunyit dilakukan seperti jahe, yaitu dimedia jerami yang kelembabbanya selalu diatur dengan penyiraman yang rutin. Penunasan dilakukan antara 1-3 minggu. Bibit dengan pertumbuhan tunas yang seragam dan sehat diseleksi untuk kemudian dipindahkan ke lahan penanaman (Anonim, 2013).

Awal musim hujan merupakan saat yang tepat untuk melakukan penanaman kunyit. Penanaman dapat juga dilakukan saat musim kemarau. Rimpang dari persemian ditanam di lubang tanam pada kedalaman 2-5 cm dengan tunas mengarah ke atas. Selanjutnya rimpang ditutup dengan tanah halus agar pertumbuhan tunas tidak terganggu. Pemupukan dilakukan dengan cara yaitu disamping pupuk kandang yang diberikan saat tanam untuk mendukung pertumbuhan vegetatif kunyit juga membutuhkan pupuk buatan seperti pupuk urea, KCL dan SP - 36.Sekitar 1 - 2 sesudah tanam sebaiknya dilakukan penyiangan gulma dan tumbuh pengganggu lainnya. Penyiangan dilakukan secara manual dengan tangan atau menggunakan gacok atau alat sejenisnya. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar perakaran di sekitar rumput tidak terganggu. Bersamaan dengan penyiangan, permukaan tanah di sekitar rumput sebaiknya di bumbun dengan tanah dari saluran air agar rimpang yang diatas tidak keluar dari permukaan tanah. Pembumbunan sebaiknya dilakukan sebulan sekali (Anonim, 2013).2.3.3 Jahe (Zingiber officinale)Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan. Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1 - 1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3 - 5 mata tunas dan dijemur ulang - 1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai (Kemal, 2000). Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur. Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20 - 30 cm, lebar 80 - 100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan (Kemal, 2000). Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut: a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga. b. Menekan biaya kerja seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman. c. Meningkatkan produktivitas lahan. d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3 - 7,5 cm untuk menanam bibit. Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan. Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya (Kemal, 2000). Pemeliharaan tanaman lanjutan harus dilakukan seperti penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pengairan dan penyiraman. Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2 - 4 minggu kemudian dilanjutkan 3 - 6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6 - 7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar. Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3 - 4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2 - 3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan. Pemupukan dapat dilakukan sebelum dan setelah tanam. Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September (Kemal, 2000).2.3.4 Lengkuas (Alpinia galanga)Tanaman dapat diperbanyak dengan rimpang atau biji, namun umumnya lebih mudah diperbanyak dengan menggunakan rimpang. Rimpang yang baik untuk bibit adalah bagian ujungnya. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan tanah dan dibuat guludan-guludan. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk kandang, kompos, dan pupuk buatan. Juga diperlukan bahan-bahan kimia untuk pemberantasan gulma. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 2 3 bulan, dan jangan lebih tua dari umur tersebut, karena rimpang akan mengandung serat kasar yang tidak disukai di pasaran. Perbanyakan tanaman lengkuas dapat menggunakan potongan rimpang yang sudah tua dan bertunas atau rimpang anakan, kemudian dipecah-pecah menjadi beberapa ruas dengan 2 - 3 tunas dalam tiap pecahannya atau disesuaikan dengan rencana kebutuhannya. Rimpang tua sebaiknya dipilih yang beratnya 50 gram, dan ukurannya seragam. Rimpang dapat ditunaskan di atas 3 - 5 lapisan jerami atau alang-alang alang- alang yang dihamparkan di atas tanah. Penyemaian juga dapat dilakukan di atas rak- rak kayu. Penyiraman selama pembibitan sampai bertunas dilakukan untuk memelihara sebagian besar mata rimpang. Pertunasan dianggap cukup bila semua atau sebagian besar mata rimpang sudah tumbuh 1 - 2 cm, biasanya berumur 3 - 4 minggu. Setelah rimpang bertunas atau dipelihara selam 1 - 2 bulan, bibit yang pertumbuhannya seragam siap ditanam di lahan (Anonim, 2012).

Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2 - 4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2 - 3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500 - 2.500 kg. Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20 - 30 cm, lebar 80 - 100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Untuk menghindari pertumbuhan yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3 - 7,5 cm untuk menanam bibit. Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya (Anonim, 2012).

Pemeliharaan tanaman lanjutan harus dilakukan seperti penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pengairan dan penyiraman. Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman lengkuas berumur 2 - 4 minggu kemudian dilanjutkan 3 - 6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah lengkuas berumur 6 - 7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar. Tanaman lengkuas memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang lengkuas yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman lengkuas masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman lengkuas berbentuk rumpun yang terdiri atas 3 - 4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2 - 3 kali selama umur tanaman lengkuas. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan. Pemupukan dapat dilakukan sebelum dan setelah tanam. Tanaman lengkuas tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September (Anonim, 2012).

2.3.5 Sereh (Cymbopogon citratus)Tanaman sereh biasanya tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 60 - 140 meter dpl. Perbanyakan dapat dilakukan dengan potongan rimpang. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 0,5 - 1 meter. Pemanenan dilakukan bila tinggi tanaman telah mencapai 1 - 1,5 meter. Pemotongan pertama dilakukan pada umur 6 - 9 bulan. Pemanenan selanjutnya dilakukan selang 3 - 4 bulan (umur panen sangat mempengaruhi rendemen minyak atsiri). Penurunan intensitas cahaya matahari sampai 50% dan pemupukan urea sampai 100 kg/ha dapat berefek pada peningkatan hasil minyak atsiri sereh wangi. Berat segar daun dan berat bahan kering daun hanya dipengaruhi oleh dosis pemupukan nitrogen. Kadar air daun hanya dipengaruhi intensitas cahaya matahari. Tinggi tanaman dipengaruhi oleh Intensitas cahaya matahari dan dosis pemupukan nitrogen dan keduanya terdapat interaksi dalam mempengaruhi tinggi tanaman. Pada jarak tanam yang rapat dapat berefek pada peningkatan jumlah daun atau anakan pada 5 - 7 Minggu Setelah Tanam, jumlah anakan/rumpun pada 5 - 15 MST. begitu pula produksi bahan tanaman pada 24 MST serta tidak berpengaruh pada kandungan geraniol dan sitronelol. Interaksi antara jarak tanam dan pupuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 5 MST dan jumlah anakan / rumpun pada 19 MST. Interaksi antara pupuk kandang den pupuk NPK berpengaruh pada jumlah daun / anakan pada 5 MST. Interaksi antara pupuk kandang, jarak tanam dan pupuk NPK berpengaruh pada jumlah anakan / rumpun pada 21 MST. Semakin rapat jarak tanam dapat berefek pada peningkatan hasil minyak atsiri; jarak tanam yang semakin lebar berpengaruh pada tinggi tanaman yang semakin tinggi; dosis pemupukan tidak berefek pada peningkatan hasil minyak atsiri dan tinggi tanaman. Jarak tanam dan dosis pemupukan yang berbeda tidak berefek pada perbedaan hasil berat daun segar dan diameter kanopi pada saat panen. Jarak tanam 50 x 50 cm berefek pada lebih beratnya daun kering dari pada jarak tanam yang lebih lebar, sedangkan perbedaan dosis pemupukan tidak berpengaruh. Dosis pemupukan urea 50 kg/ha sampai 100 kg/ha dapat berefek pada kenaikan jumlah anakan pada saat panen, sedangkan jarak tanam 90 x 90 cm akan mempercepat pembentukan anakan (Anonim, 2011).2.4 Manfaat Tanaman

2.4.1 Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan berbagai macam penyakit. Beberapa manfaat atau khasiat tanaman ini di dunia farmasi yaitu: memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik), rematik dimana tanaman ini megandung ortosifonin dan garam kalium (terutama pada daunnya) merupakan komponen utama yang membantu larutnya asam urat sehingga kumis kucing dapat mencegah dan mengobati rematik gout, batuk, encok, demam, sembelit, sakit pinggang, radang ginjal, batu ginjal dimana kalium pada tanaman kumis kucing berkhasiat diuretik (memperlancar buang air kecil) sehingga dapat mencegah dan membantu melarutkan batu ginjal, kencing manis, infeksi saluran kencing(Cystitis), albuminuria, syphilis, hipertensi dimana kandungan kalium yang dimilikinya dapat merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh sehingga jika proses pengeluaran kemih lancar, otomatis tekanan darah akan turun, amandel, keputihan dimana kandungan saponin dan tanin pada daun kumis kucing bisa mengobati keputihan, batu kantung empedu, menstabilkan gula darah, radang prostat dan penyakit asam urat (Anonim, 2013).Kumis Kucing merupakan salah satutanaman yang terkenal multikhasiat sebagai obat di masyarakat.Pemanfaatan tanaman kumis kucing sebagai obatbisa menggunakan cara - cara tradisional atau modern. Maksudnya dengan cara tradisional, meramu tanaman kumiskucing dan mencampur ramuannya dengan tanaman obat lainnya, membuatnya seperti jamu untuk diminum. Secara modern, bisa mengkonsumsitanamankumis kucing dalam bentuk pilatau kapsulyang sudah siap minum.Karena itu, tak heran jika tanaman kumis kucing dijadikan sebagai salah satu bahan baku utama produk-produk herbal (Anonim, 2013).2.4.2 Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)Kunyit Putih merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berupa tumbuhan semak dan bersifat tahunan yang diyakini memiliki banyak manfaat dan khasiat sebagai bahan obat untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Kunyit putih kaya akan zat zat yang memiliki fungsi penyembuhan terhadap beberapa penyakit. Zat-zat tersebut antara lain: amilum, tianin, kurkumin, minyak atsiri, gula, saponin, damar, flavonoid, protein toksis. Kandungan kimia yang terdapat dalam kunyit putih,memiliki khasiat penyembuhan yang cukup baik untuk beberapa jenis penyakit. Kunyit putih dapat mempersempit organ kewanitaan, membantu mengobati rasa gatal pada daerah kewanitaan, dapat memperkuat syahwat, bermanfaat sebagai antipiretik (penurun panas), dapat mengobati sakit sesak napas (asma), bisa mengobati penyakit radang saluran pernapasan (bronkitis), bermanfaat sebagai antitoksin (penangkal racun), bisa membantu mengurangi lemak pada perut, dapat meningkatkan nafsu makan, bermanfaat sebagai laksatif (pencahar), dapat digunakan sebagai antioksidan serta kunyit putih bermanfaat untuk mengobati demam, masuk angina, kembung, dan lain-lain (Anonim, 2012).2.4.3 Jahe (Zingiber officinale)Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapatdigunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinanjahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagaibahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut),anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi,anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getahlambung dan getah empedu (Kemal, 2000).2.4.4 Lengkuas (Alpinia galanga)Menurut Anonim (2012) tanaman lengkuas digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit panu, eksem, koreng, masuk angin, perut tidak enak, kurang nafsu makan, gangguan pernafasan (bronchial catarrh) pada anak-anak, juga untuk stimulansia aromatikum. Sebagai obat dalam rimpang lengkuas digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, meredakan kolik atau mules (meredakan aktivitas peristaltik usus). Sebagai penawar keracunan makanan dan anti kejang. Juga untuk obat kanker pada lambung.Parutan rimpang segar digunakan untuk menanggulangi gangguan limpa dan herpes. Uap yang diperoleh dari hasil pengembunan kukusan tunas batang digunakan untuk mengobati sakit telinga. Bubur bayi sering diberi bumbu rimpang lengkuas ini, disamping supaya sedap, juga dimaksudkan untuk mencegah kembung pada bayi. Untuk obat luar, rimpang ini digunakan sebagai obat gosok (dimaserasi dengan anggur), obat kulit melepuh, sebagai anti jamur (obat panu dan penyakit kulit lainnya). Daunnya di-infus atau digunakan sebagai stimulansia, dan campuran air mandi untuk pembersih badan setelah melahirkan dan meredakan rasa sakit pada rematik (dikenal dengan istilah mandi hangat). Bijinya juga berbau aromatis, digunakan untuk meredakan kolik atau mules perut, diare dan anti mual (Anonim, 2012).

2.4.5 Sereh Cymbopogon citratus)Sereh ternyata menyimpan banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Dalam beberapa penelitian, daun Sereh ternyata mengandung zat anti-mikroba dan anti-bakteri yang sangat berguna khususnya untuk mengobati infeksi pada lambung, usus, saluran kandung kemih, dan menyembuhkan luka. Tak hanya itu, Sereh juga banyak digunakan untuk pereda kejang, anti-reumatik, dan bersifat diuretik. Selain itu, kandungan analgesik dalam sereh juga dapat berperan untuk membantu menghilangkan rasa sakit akibat sakit kepala, nyeri otot maupun nyeri sendi. Belakangan, Sereh juga banyak dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti infeksi kulit, tipus, keracunan makanan, dan juga meredakan bau badan. Dalam Sereh, ada banyak kandungan senyawa sepertigeranil butirat, lomonen, eugenol, metileugenol, geranialyang sangat bermanfaat untuk kesehatan seperti sereh mencegah penyakit kanker, mengobati gangguan pencernaan, menurunkan tekanan darah, detoksifikasi, bermanfaat pada sistem saraf, berfungsi sebagai analgesik, memperindah kulitserta berguna untuk kesehatan wanita. Dengan banyaknya fungsi sereh ini, diharapkan ke depannya seiring dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan pengobatan alternatif, bisa memperluas penggunaan sereh dimana bukan hanya dijadikan sebagai bumbu masakan namun juga sebagai herbal kesehatan (Anonim, 2014).

BAB III

METODOLOGI3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 16.00 WITA dari bulan Maret sampai April 2014 di Galeri Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, sekop, sabit, parang dan alat penyiram tanaman.

3.2.2 BahanBahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tanaman kumis kucing, kunyit putih, jahe, lengkuas, sereh dan air. 3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Membersihkan sampah dan tanaman-tanaman liar yang ada disekitaran lahan tersebut 3. Melakukan pengolahan lahan dengan cara menggemburkan tanah menggunakan cangkul.4. Membuat bedengan dimana masing-masing kelompok membuat 5 bedengan / guludan.5. Menanam tanaman-tanaman obat yang telah disiapkan dimana masing - masing bedengan hanya ada satu jenis tanaman.6. Menyiram tanaman - tanaman tersebut secara rutin 2 kali sehari.7. Melakukan pemeliharaan lanjutan pada tanaman tersebut seperi penyiangan dan pemupukan.DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Pengertian Mikoriza. http://riomessi.blogspot.com. Diakses pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2014 pukul 16.44 WITA.

Anonim, 2012. Mikoriza. http://wulan-berbagi-ilmu.blogspot.com. Diakses pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2014 pukul 16.31 WITA.Anonima, 2013. Mikoriza. http://id.wikipedia.org. Diakses pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2014 pukul 16.15 WITA.Anonimb, 2013. Teknik Perbanyakan Mikoriza. http://www.epetani.deptan.go.id. Diakses pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2014 pukul 16.46 WITA.

Anonima, 2014. Glomus. http://www.en.wikipedia.org. Diakses pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014 pukul 12.49 WITA.

Anonimb, 2014. Acaulospora. http://www.en.wikipedia.org. Diakses pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014 pukul 12.52 WITA.

Hapsoh. 2003. Kompatibilas MVA dan Beberapa Genotipe Kedelai pada Berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah Ultisol : Tanggap Morfosiologi dan Hasil. Thesis. Sekolah Pascasarjana IPB: Bogor.

Hartoyo, Budi et al. 2011. Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada Rizosfer Tanaman Pegagan (Centella asiatica L.). Jurnal Littri Vol. 17 No. 1 : 32 40.

Lili, Sampe. 2007. Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) yang Berasosiasi dengan Podocarpus blumeii endl pada Kebun Percobaan Arboretum Anggori Universitas Negeri Papua. Universitas Negeri Papua: Monokwari.

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri & Program Studi Ilmu Tanaman. Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Palembang. Propinsi Sumatera Selatan. Indonesia.

Rao, N. S. S. 1994. Soil Microorganisms and Plant Growth.Oxford and IBM Publishing Co. (Terjemahan Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Steadi, 1988 Peranan Dan Prospek Mikoriza. Universitas Sriwijaya. Padang. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. Diakses pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2014 pukul 16.50 WITA.Patriyasari, Tanti. 2006. Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas cynodon Dactylon (L.). Skripsi. IPBL Bogor.

Widiastuti, A. M., 2011. Peranan Mikoriza Vesikulat Arbuskular (MVA) Dalam Perlindungan Tanaman. Direktorat Jendral Perkebunan. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2014 pukul 16.17 WITA.


Top Related