Transcript
Page 1: Landscape januari 2015

Buletin Mahasiswa FTSP

Mengungkap Sisi Lain MerokokHak dan Rokok

Wacana Regulasi Rokok di FTSP

SOLID / LANDSCAPE EDISI JANUARI 2015

Ilust

rasi

: M. I

rfan

Ard

ians

yah

Forum Aspirasi Mahasiswa FTSP

Page 2: Landscape januari 2015

2LA

ND

SCAP

EJA

N 20

15

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepa-da Allah SWT yang masih memberi kami kemauan dan kemampuan untuk menerbitkan LANDSCAPE

edisi Januari ini. Sebelumnya, kami mengucapkan selamat tahun baru 2015. Di LANDSCAPE edisi pertama di tahun 2015 ini kami berharap mampu menyajikan sesuatu yang berbeda dari biasanya, namun te-tap bisa dinikmati oleh semua pembaca. Kami menyadari masih ba-nyak kekurangan di sana-sini, tapi semoga dari kekurangan itu semua informasi yang kami berikan tetap bisa tersampaikan. Karena itu kri-tik dan saran yang membangun untuk LANDSCAPE yang lebih baik sangat kami harapkan dari pembaca. Akhir kata, Salam PERSMA!

Di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII sejauh ini belum mempunyai regulasi yang mengatur tentang rokok. Sebelumnya, ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP periode 2013-2014, Rifkhy Adhi Prasojo melontarkan kritikan terhadap dekan saat itu. Kritikan disampaikan karena adanya keputusan sepihak dari dekan. Menurutnya, tidak seharusnya spanduk larangan mero-kok dipasang tanpa ada musyawarah bersama. Bagaimana keber-lanjutan regulasi tersebut?

Alamat Redaksi: Jalan Kaliurang Km 14,5 Kampus Terpadu FTSP UII Basement, Yogyakarta 55581. 085729298675 | [email protected] fax 895330

@solidftspuii | Instagram @solidftspuii

DA

FTAR

ISI

Wacana Regulasi Rokok di FTSP4

Mengungkap Sisi Lain Merokok 6Di Indonesia, kebiasaan merokok itu muncul saat seseorang

itu beranjak remaja. Menarik ungkapan Arief Fahmie selaku do-sen Psikologi Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya (FPSB) bahwa rata-rata perokok di Indonesia merupakan remaja atau masa per-alihan remaja dan jarang sekali dimulai ketika anak-anak. Faktor lingkungan menjadi penyebab utama merokok.

DAFTAR ISI

SAPAAN

2 10 133 11 148 12 15

DAFTAR ISISapaan Redaksi

OPINIHak dan Rokok

KARIKATUR

EDITORIALSurat Pembaca

IPTEKBBM Mahal? Kini Serbuk Gergaji Bisa Jadi Bensin

RESENSIPeranakan dan Nasionalisme

GALERIKoran di Minggu Pagi

MATARAMANSyiar Islam Melalui Sekaten

POLINGMenyoal Rokok di FTSP

PEMIMPIN UMUMArya Praditya G

PIMPINAN BIRO UMUM Osi Novenda S

STAFF BIRO UMUMLuthfiana RahmasariPEMIMPIN REDAKSI

Andi Mufly M.MREDAKTUR PELAKSANA

Fathia R.N.HusnaREDAKTUR FOTOIqbal Ramadhan

REDAKTUR LAYOUT DAN ILUSTRASIArifin Agus S

STAFF REDAKSI Sofiati Mukrimah, Nurul Fajri, Baiq Raudhatul J, Adi Nugroho

PIMPINAN P3Helmy Badar N

STAFF P3M. Arief Guswandi, Muhammad Irfan A,

Bowin Yulianti, Mia Erpinda

Page 3: Landscape januari 2015

3LA

ND

SCA

PE

JAN

20

15ED

ITO

RIA

L

Menurut Pasal 9 UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, setiap orang berhak atas ling-kungan hidup yang baik dan sehat. Seperti yang kita ketahui di lingkungan kampus Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) ini masih banyak perokok yang kurang memerhatikan situasi dan kondisi di sekitarnya sehingga memengaruhi kualitas lingkungan. Lingkungan yang tercemar asap rokok ini tidak bisa lagi disebut sebagai lingkungan yang sehat karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi yang tidak merokok.

Di tahun 2013, Fakultas Hukum (FH) UII telah mengeluarkan kebijakan resmi terkait kawasan bebas asap rokok. Untuk FTSP sendiri baru sebatas memberikan himbauan yang pelaksanaannya pun belum sistematis karena hanya berupa tulisan dan tidak ada tindak lanjutnya seperti teguran. Teguran tidak bisa diberikan karena tidak ada instruksi yang jelas siapa-siapa saja yang diberikan kewenangan untuk menegur. Namun, seringkali perokok yang masih merokok di sembarang tempat berkilah bahwa merokok merupakan hak yang tidak bisa diganggu gugat. Padahal, menurut Eko Riyadi, Direktur Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM) UII, yang perlu dilindungi oleh institusi adalah mereka yang tidak merokok. Namun, perlindungan ini harus dibarengi dengan penyediaan fasilitas untuk perokok. Lalu, seberapa penting regulasi terkait rokok di FTSP?

EDITORIAL

SURAT

Dari : Mawar - Mahasiswi yang suka di mushola Untuk : Petinggi FTSPBagian perempuan pada mushola terlalu terbuka sehingga kita tidak bebas untuk berbenah diri setelah beribadah. Tolong beri sekat yang tinggi agar ketika laki-laki lewat tidak dapat melihat bagian perempuan. Sering laki-laki yang sedang nongkrong di depan dapat melihat kami (kan malu mau dandan). Dan mukenanya bau, baunya luar dalam, tolong sering-sering dicuci. Lalu mengenai mahasiswa yang merokok yang sudah nggak bisa dihindarkan, tolong bikin smoking area. Banyak mahasiswa/i yang memiliki penyakit dalam maka dr itu demi kesehatan bersama antara perokok dan pasifer, tolong realisasikan smoking area ini (diharapkan setiap lantai ada)Terima kasih

Page 4: Landscape januari 2015

LAN

DSCA

PE

4JA

N 20

15

"Dalam kampus kita yang harus dilindungi oleh kampus adalah me-reka yang tidak merokok. Bagi yang merokok seperti apa? Ya tidak apa-apa. Silahkan saja itu kan hakmu. Tetapi merokoknya di tempat yang disediakan, yang tidak mengganggu mereka yang tidak merokok."

Eko Riyadi- Direktur PUSHAM UII

Oleh: M.Irfan ArdiansyahReporter: Sofiati Mukrimah, Mufli M.M, Arifin Agus. S, Luthfiana Rahmasari

Foto : Iqbal Ramadhan, M.Irfan Ardiansyah

Wacana Regulasi Rokok di FTSP

LAPORANUTAMA

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam menja-lani kehidupan. Oleh karena

itu, negara harus memenuhi hak-hak dan kewajiban masyarakat dengan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan bagi setiap warganya. Uni-versitas sebagai institusi sepatutnya harus memenuhi hak dan kewajiban mahasiswa yang bertindak sebagai warga di dalamnya.

Salah satu Hak Asasi Manusia yang dimiliki mahasiswa adalah hak atas lingkungan yang sehat. Hal ini termaktub dalam UU no. 39 tahun 1999 pasal 9 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas ling-kungan hidup yang baik dan sehat.

Dalam Peraturan Pemerintah Re-publik Indonesia Nomer 19 Tahun 2003, dikatakan bahwa rokok meru-pakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masya-rakat, oleh karena itu perlu dilakukan

berbagai upaya pengamanan. Menu-rut Titik Kuntari, dosen prodi Teknik Lingkungan (TL) menuturkan bahwa selain berbahaya terhadap kese-hatan, rokok juga berdampak buruk pada kualitas lingkungan.

Di Fakultas Teknik Sipil dan Peren-canaan (FTSP) UII sejauh ini belum mempunyai regulasi yang mengatur tentang rokok. Sebelumnya, ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP periode 2013-2014, Rifkhy Adhi Prasojo melontarkan kritikan terha-dap dekan saat itu. Kritikan disam-paikan karena adanya keputusan sepihak dari dekan. Menurutnya, tidak seharusnya spanduk larangan merokok dipasang tanpa ada mu-syawarah bersama. “Waktu saya tanyain, ternyata itu dari dekannya yang nyediain bukan dari rapat sama mahasiswa. Itu keputusan sepihak dari dekan,” ucap mahasiswa yang biasa dipanggil bang Haji. Hal ini di-benarkan oleh Suradi, kepala Bagian

Umum FTSP. Bahkan berdasarkan penjelasannya, dulu saat Mocham-mad Teguh masih menjabat sebagai dekan FTSP, regulasi tentang rokok hanya tinggal proses tanda tangan. “Kan saya sudah buat surat 3 jurus-an tapi belum tanda tangan jadi saya gak tau kok belum ditandatangani. Tidak jadi.” lanjut Suradi. Mochamad Teguh sendiri mengakui bahwa surat edaran atau regulasi saat itu tidak ditandatangani karena tidak adanya regulasi dari UII sendiri. Karena itu, dekan FTSP periode 2009-2014 ini hanya mengandalkan himbauan be-rupa spanduk dan sanksi moral bagi perokok.

Setelah sempat akan dijadikan ke-bijakan, hingga kini larangan mero-kok di FTSP masih sebatas himbauan. “Sejauh ini baru sebatas himbauan, belum tertulis secara definitive,” kata Setya Winarno yang menjabat seba-gai wakil dekan FTSP. Himbauan ini juga tidak berjalan dengan lancar,

LAP

UT

Dua orang karyawan tengah menggunakan salah satu area merokok yang telah di sediakan di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.

Page 5: Landscape januari 2015

5LA

ND

SCA

PE

JAN

20

15

pasalnya masih banyak mahasiswa yang merokok sembarangan. Sehing-ga mahasiswa yang tidak merokok pun terkadang merasa terganggu, “Beberapa kali terganggu di saat-saat butuh konsentrasi, contohnya dalam kelas, tiba-tiba ada yang merokok kan terganggu juga,” kata Tarmizi Ta-her Nuhuyanan, mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2012 .

Di samping itu, Tarmizi yang juga menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HMTS) UII menilai himbauan ter-sebut tidak dipatuhi mahasiswa ka-rena tempat yang disediakan untuk perokok dirasa belum layak. Tempat merokok hanya tersedia di beberapa titik dan lokasinya kurang strate-gis,“Kawasan merokok itu hanya ada di pojok-pojok dan hanya di lantai dua dan lantai tiga, ya mana mung-kin anak yang ada di lantai satu mau naik kesana cuma untuk merokok. Dan kebanyakan tempat merokok di samping wc, dan wc cewek pula, nah itu kan nggak enak.”

Soal kawasan merokok itu, Suradi menjelaskan bahwa itu inisi-atif dari pimpinan lama. Namun soal keoptimalannya, Suradi membe-narkan kawasan merokok memang belum optimal karena masih dibuat seadanya. “Di sini kan baru sebatas kaya pengen langsung mengadakan tapi kan sebenernya kurang kondu-sif lah. Tempatnya aja masih kurang. Masih belum seperti yang diharap-kan,” akunya.

Senada dengan Tarmizi, Koordina-tor Satpam FTSP Sutarno juga menilai himbauan ini kurang efektif karena satpam yang bertugas untuk mene-gur mahasiswa yang merokok sem-barangan merasa dianggap remeh oleh kebanyakan mahasiswa, “Tapi kan kalau cuma satpam istilahnya kan diremehkan mahasiswa,” ucap satpam bertubuh tambun ini.

Soal kurang efektifnya teguran, Suradi berpendapat lain. Menurut-nya, bukan hanya karena fasilitas yang belum lengkap, tetapi satpam sebagai penghimbau juga yang me-nyebabkan himbauan kurang berja-lan. “Yah satpamnya sendiri kadang malah merokok. Di depan aja ngero-

kok. Nah itu gimana nyuruh?”Pada awal tahun 2015 ini, him-

bauan yang menimbulkan perbedaan pendapat tersebut akan dipertegas lagi. Pihak dekanat bermaksud untuk membuat regulasi tentang rokok, se-perti yang disampaikan Setya Winar-no,”Jadi Januari 2015 ini kita insya Al-lah ingin mencoba membuat regulasi tentang rokok, jadi kawasan kita ini kawasan bebas rokok dimana yang mengontrol nantinya adalah pak sat-pam, mahasiswa yang merokok ro-koknya diminta dimatikan. Kecuali di ruang yang sudah disediakan.”

Setya juga menambahkan bahwa alasan dibuatnya regulasi ini dikare-nakan rokok itu tidak sehat. Namun ketika ditanya terkait sanksi yang diberikan bagi yang melanggar re-gulasi tersebut wakil dekan belum bisa menjelaskan karena rancangan regulasi tentang rokok memang be-lum dibahas lebih lanjut.

Sementara itu salah satu dosen Jurusan Teknik Sipil Helmy Akbar Bale tidak menyetujui hal tersebut, “Saya kira cukup disediakan saja lokal-lokal (red: ruang-ruang) yang diperuntu-kan bagi perokok, sediakan saja. Gak usah diregulasi-regulasi seperti itu,” tegas dosen nyentrik ini ketika dite-mui di proyek pembangunan gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pe-ngetahuan Alam (FMIPA).

Terlepas dari himbauan dan regu-lasi, merokok merupakan hak setiap orang. Konsepsi Hak Asasi Manu-sia (HAM) dan hak memang berbe-da,”Kalau HAM itu adalah hak-hak yang sudah diatur oleh konstitusi dan peraturan. Sedangkan hak itu adalah hak yang melekat pada individu atau kelompok masyarakat yang tidak di-atur di dalam peraturan perundang-undangan maupun konstitusi dan dia tidak bisa diklaim pemenuhannya pada negara. Contohnya adalah hak untuk merokok,” ucap Eko Riyadi yang menjabat sebagai Direktur Pu-sat Studi Hak Asasi Manusia (PUS-HAM) UII.

Meskipun perokok pasif berhak atas lingkungan yang sehat, namun perokok aktif juga berhak untuk me-rokok. “Dalam kampus kita yang ha-rus dilindungi oleh kampus adalah

mereka yang tidak merokok. Bagi yang merokok seperti apa? Ya tidak apa-apa. Silahkan saja itu kan hakmu. Kami, negara, institusi universitas ti-dak boleh melarang anda merokok. Silahkan saja anda merokok. Tetapi merokoknya di tempat yang disedia-

kan, yang tidak mengganggu mereka yang tidak merokok,” tambah Eko Riyadi.

Regulasi tentang kawasan bebas rokok yang dicanangkan pihak de-kanat harus dibarengi dengan penye-diaan fasilitas bagi perokok, seperti area dimana perokok bisa bebas me-rokok tanpa mengganggu orang lain, bukan regulasi yang sekedar mela-rang hak-hak setiap individu. Seper-ti yang dikatakan Eko Riyadi bahwa yang perlu dilakukan universitas bu-kan melarang merokok, karena me-rokok adalah hak.

“Maka UII juga menurut saya ja-ngan melarang orang merokok. Bi-arkan saja. Tetapi di tempat yang disediakan. Bagi mereka yang ingin merokok di tempat yang disediakan silahkan saja, mau sampai pingsan, silahkan saja, tapi di tempat yang di-sediakan,” tegas Eko Riyadi pria asal kota susu Boyolali ini.

LAP

UT

Tarmizi Taher Nuhuyanan

Page 6: Landscape januari 2015

6LA

ND

SCAP

EJA

N 20

15

“Merokok itu bagian dari inter-aksi sosial, sehingga tidak ada se-benarnya merokok itu karena ingin mendapatkan manfaat."

Arief Fahmie-Dekan FPSB

Perilaku merokok merupakan aktivitas seseorang yang meru-pakan respon orang terhadap

rangsangan dari luar. Perilaku mero-kok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari *(Ko-malasari & Helmi, 2000).

Munculnya perilaku merokok ini dapat dipengaruhi oleh berbagai fak-tor, baik internal maupun eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan

faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengu-rangi stres) dan faktor eksternal (fak-tor lingkungan sosial, seperti terpe-ngaruh oleh teman sebaya).

Di Indonesia, kebiasaan mero-kok itu muncul saat seseorang itu beranjak remaja. Menarik ungkapan Arief Fahmie selaku dosen Psikologi Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya (FPSB) bahwa rata-rata perokok di Indonesia merupakan remaja atau masa peralihan remaja dan jarang sekali dimulai ketika anak-anak. Hal ini bertolak belakang dengan yang di-alami Agus Setiawan, mahasiswa Si-pil angkatan 2010. Agus sendiri mulai

merokok sejak kelas 3 Sekolah Dasar (SD).

Faktor lingkungan sosial merupa-kan faktor menjadi penyebab sese-orang merokok. “Lingkungan, per-masalahan lingkungan. Sebenarnya sama, kepengen aja banyak melihat orang-orang disekitar rumah mero-kok,” tutur Agus. Mahasiswa beram-but klimis ini mengatakan bahwa dari kecil ia dibesarkan di Temanggung yang merupakan daerah penghasil rokok. Sehingga, faktor lingkungan-lah yang dapat menyebabkan ia me-rokok dari kecil sampai sekarang.

Muhammad AD Zikri, mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2012 bercerita

LAPORANKHUSUS

6LA

PSU

S

MENGUNGKAP SISI LAIN MEROKOKOleh: Bowin Yulianti

Reporter: Mia Erpinda, Iqbal Ramadhan, Helmy Badar. NFoto : Iqbal Ramadhan

*Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja, Jurnal psikologi UGM, Yogyakarta; 2000

Page 7: Landscape januari 2015

7LA

ND

SCA

PE

JAN

20

15

alasannya kenapa ia bisa merokok. “Kalo aku sih nyoba-nyoba, ngikutin kakak kelas, terus karena keseringan ngumpul, yang lain pada ngerokok akhirnya nyoba ngerokok juga,” kata mahasiswa berkacamata ini.

Senada dengan AD, Arief Fahmie berpendapat kebiasaan merokok ini juga muncul karena adanya interaksi antar sesama makhluk sosial. “Me-rokok itu bagian dari interaksi sosial, sehingga tidak ada sebenarnya me-rokok itu karena ingin mendapatkan manfaat.”

Arief menambahkan bahwa se-seorang yang awalnya coba-coba karena terpengaruh oleh temen-temannya dapat dikatakan sebagai Identitas Konvormitas. Konvormitas merupakan tindakan yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan perila-ku kelompoknya.

Ibrahim, mahasiswa Arsitektur 2012 berpendapat bahwa seseorang merokok dikarenakan pergaulan yang tidak sesuai. “Faktor lingkung-an, entah pergaulannya yang salah, atau kecanduan diajak temen-temen. Kalau udah salah pergaulannya ya dia ikut tapi saya tidak mengatakan kalau merokok anak nakal ya. Mungkin dia anak baik-baik tapi muncul dari kebi-asaan lingkungan,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Baim ini.

Selain ling- kungan umum, lingkungan kampus juga merupakan faktor penyebab seseorang merokok. Khususnya di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) ini. Seperti hal-nya dikatakan oleh AD bahwa perga-ulan dari dalam kampus juga menjadi salah satu faktor, dimana jika sedang berkumpul pasti ada saja yang mero-kok. Salah satu cara untuk berbaur dengan sesama menurutnya dengan cara ikut merokok. Mengenai ling-kungan di FTSP ini, AD menuturkan bahwa penyebab seseorang yang baru merokok selain sistem persau-daraan juga ditambah intensitas ra-pat sampai larut. “Mungkin banyak juga yang baru ngerokok pas kuliah. Karena ya lingkungan FTSP ya gini. Apalagi ditambah intensitas rapat yang sampai pagi,” imbuhnya.

Kebiasaan ‘ikut-ikutan’ merupa-

LAP

SUS

kan identitas konvormitas, dimana faktor-faktor orang sekitar dapat mempengaruhi. “Jadi gampangannya adalah ikut-ikutan agar diterima oleh kelompoknya, nah ketika dia mengi-dentifikasikan dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok, maka otomatis konvormitas itu lebih kuat,” terang Arief Fahmie. Selanjutnya, pria yang menjabat sebagai Dekan FPSB ini menjelaskan apabila suatu kelom-pok tersebut sangat kuat maka akan melakukan Social Ring Porcement dimana para pemimpin kelompok

tersebut ingin memaksa setiap ang-gotanya menuruti apa yang menjadi identitas kelompok tersebut. "Rokok-pun sudah menjadi identitas di FTSP bahkan dilingkungan teknik umum-nya" ujar Arief.

Selain karena faktor lingkungan yang terbiasa dengan lingkungan perokok, dapat dikatakan konsep diri dalam perokok belumlah kuat. Konsep diri merupakan sesuatu yang membutuhkan pengalaman dan pen-didikan di rumah, sekolah dan ma-syarakat sebagai tempat seseorang tumbuh, sesuai penjelasan Arief. Namun, Arief menambahkan bah-wa konsep diri itu bisa saja berubah sehingga menimbulkan seseorang yang awalnya tidak merokok menjadi merokok. “Konsep diri itu terbentuk tapi masih bisa direkreasi atau rec-reation, rekreasi bukan dalam arti-an piknik tapi diciptakan ulang. Me-numbuhkan itu tentu dengan banyak

hal salah satunya bahwa memahami efek positif kalo ada dan efek nega-tif,” Tutur Arief.

Terkait menumbuhkan efek posi-tif dan efek negatif itu, Arief Fahmie menambahkan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri yang kuat akan memikirkan masa depannya. “Kemudian dengan memahami efek negatif itu mestinya dia mempertim-bangkan masa depannya. Itu akan membuat konsep dirinya, mudah-mudahan berubah. Maka dia sejak sekarang akan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan ke-sehatan, kebersihan, kemudian juga gaya hidup yang baik, menghormati orang lain, dan seterusnya.”

Seperti halnya yang dikatakan oleh Baim. “Pertama masalah ekono-mi ya ngabisin uang, kedua masalah kesehatan kalau merokok banyak ke-sehatan terganggu, ketiga fatwa MUI rokok mendekati haram soalnya me-rusak tubuh, ketika kita merokok kita harus tahu diri menjaga etika dengan teman,” tutupnya.

Oleh karenanya, seseorang yang saat ini tidak merokok, memiliki kon-sep diri yang kuat. “Itu konsep diri, artinya dia sudah punya values, pu-nya rencana, katakanlah gambaran diri yang ideal, yaitu dia tidak ingin merokok maka apapun yang menjadi faktor eksternal, itu dia mampu me-nolaknya,” jelas Arief. Menurutnya, gambaran psikologis seseorang yang tidak merokok akan dirasa nyaman saja dan tidak terpengaruh oleh fak-tor eksternal apapun. Kondisi terse-but merupakan gambaran dinamika psikologis seseorang, dimana orang tersebut merasa nyaman dengan lingkungannya. Bagi pria yang me-makai dasi biru dongker ketika di-wawancarai ini, menyatakan bahwa yakinlah rokok tidak selalu identik dengan mahasiswa teknik.

Senada dengan yang dikatakan AD Zikri, AD mengatakan bahwa anak teknik tidak di identikkan dengan merokok. "Kalo menurut aku enggak juga sih, enggak setuju kalo ngerokok itu keren buat anak teknik. Ngerokok ya karena enak, karena pengen," je-lasnya.

Muhammad AD Zikri

Page 8: Landscape januari 2015

Membaca koran merupakan salah satu kebiasaan masyarakat indonesia sebagai cara untuk mendapatkan informasi. Di Indonesia sendiri jumlah koran yang di-jual pertahunnya mencapai 7 juta eksemplar dari berbagai media nasional dan

media regional di indonesia. Namun beberapa tahun belakangan ini, media digital seperti internet lebih digemari karena memiliki akses informasi yang lebih luas dan baik dari media cetak. Selain itu internet juga unggul dalam kecepatan informasinya dan tentu saja lebih ekonomis. Media digital ini menjadi sangat populer karena hanya perlu koneksi internet untuk mendapatkan informasi langsung dari gadget masing-masing indivudu yang meng-inginkan informasi. Penelitian yang dilakukan Serikat Perusahaan Pers (SPS) pada tahun 2013 menyatakan jumlah pembaca koran yang mulanya 25% dari penduduk Indonesia kini berkurang menjadi 15% saja. Walaupun peranannya sebagai sumber informasi sedikit ter-geser, membaca koran tetap menjadi pilihan bagi sebagian orang untuk mendapatkan be-rita terbaru di tengah kesibukan mereka. Berikut hasil jepretan awak solid tentang kebera-daan koran di pasar minggu pagi atau kerap disebut Sunday Morning (Sunmor).

Koran di Minggu PagiFoto dan Teks: Baiq Raudhatul Jannah

GALERI

Page 9: Landscape januari 2015

Membaca koran merupakan salah satu kebiasaan masyarakat indonesia sebagai cara untuk mendapatkan informasi. Di Indonesia sendiri jumlah koran yang di-jual pertahunnya mencapai 7 juta eksemplar dari berbagai media nasional dan

media regional di indonesia. Namun beberapa tahun belakangan ini, media digital seperti internet lebih digemari karena memiliki akses informasi yang lebih luas dan baik dari media cetak. Selain itu internet juga unggul dalam kecepatan informasinya dan tentu saja lebih ekonomis. Media digital ini menjadi sangat populer karena hanya perlu koneksi internet untuk mendapatkan informasi langsung dari gadget masing-masing indivudu yang meng-inginkan informasi. Penelitian yang dilakukan Serikat Perusahaan Pers (SPS) pada tahun 2013 menyatakan jumlah pembaca koran yang mulanya 25% dari penduduk Indonesia kini berkurang menjadi 15% saja. Walaupun peranannya sebagai sumber informasi sedikit ter-geser, membaca koran tetap menjadi pilihan bagi sebagian orang untuk mendapatkan be-rita terbaru di tengah kesibukan mereka. Berikut hasil jepretan awak solid tentang kebera-daan koran di pasar minggu pagi atau kerap disebut Sunday Morning (Sunmor).

Koran di Minggu PagiFoto dan Teks: Baiq Raudhatul Jannah

Page 10: Landscape januari 2015

LAN

DSCA

PE

10JA

N 20

15

Menurut UU No. 39 tahun 1999 pasal 9 ayat 3, setiap orang berhak atas lingkung-

an hidup yang baik dan sehat. Namun hal ini tidak tercermin di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaa (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII). Pa-salnya masih banyak mahasiswa atau warga FTSP merokok secara sem-barangan tanpa mengindahkan hak manusia lain. Bagi mereka yang ti-dak merokok dengan alasan menjaga kesehatan pun sia-sia, dikarenakan menjadi perokok pasif. Seperti yang dikatakan dr. Titik Kuntari bahwa no-tabene perokok pasif resiko tergang-gu kesehatannya lebih besar dari pe-rokok aktif.

Hak Asasi Manusia (HAM) tidak-lah bersifat mutlak. Setiap hak asasi manusia akan dibatasi oleh hak asasi manusia yang lain. Namun, hal ini ti-dak dapat dianalogikan ke dalam ma-salah rokok. Merokok adalah hak dan bukan merupakan HAM, sedangkan bernapas dan mendapat lingkungan hidup yang sehat adalah HAM. HAM merupakan hak-hak yang sudah dia-tur oleh konstitusi dan peraturan. Di-mana jika HAM dilanggar, maka kor-ban bisa mengklaim pemenuhannya pada negara atau institusi. Sedang-kan hak hanyalah hak yang melekat pada individu atau kelompok masya-rakat yang tidak diatur di dalam pera-turan perundang-undangan maupun konstitusi dan tidak bisa diklaim pe-menuhannya. Jika ditilik dari perbe-daan tersebut, untuk masalah rokok seharusnya yang diutamakan adalah mereka yang mempunyai hak asasi manusia yakni hak atas udara segar dan lingkungan yang sehat.

Oleh: Luthfiana Rahmasari

Hak dan Rokok

OPINI

Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) misalnya, telah meregulasikan larangan merokok di kawasan kampus. Peraturan ini di-atur dalam Peraturan Dekan FH UII No. 01 Tahun 2013 mengenai kawa-san bebas merokok di lingkungan kampus FH UII. Tujuan dari peratur-an ini adalah diantaranya menurun-kan angka kesakitan dan/ atau ang-ka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat kampus untuk hidup sehat, mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok, dan lain sebagainya seperti yang tercantum pada pasal II peraturan Dekan FH UII tersebut. Ini semua tentunya untuk melindungi hak asasi manusia yang dimiliki oleh mereka yang bukan perokok agar mendapat lingkungan hidup yang se-hat.

Dari pernyataan sebelumnya terkait hak dan HAM, maka mereka mengatur perokok, bukan melarang. Didasarkan atas pernyataan sebe-

OP

INI

lumnya terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat, maka diatur juga UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. Dalam pasal 115 ayat 1, disebutkan bahwa kawasan bebas asap rokok adalah fasilitas pelayanan kesehat-an, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat iba-dah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Dari pasal tersebut, kampus yang merupakan salah satu tempat proses belajar mengajar juga termasuk dalam kawasan bebas me-rokok.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 Tahun 2012 pasal 50 ayat 4 juga menyatakan jika pimpinan atau penanggung jawab tempat sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) wajib menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Sedangkan untuk mengatasi hak pe-rokok, maka diatur juga dalam PP No. 109 Tahun 2012 pasal 51 yang meng-atur bahwa Kawasan Tanpa Rokok se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dan pasal 51 ayat 2 yang menjelaskan terkait tempat khusus merokok.

Dari uraian peraturan di atas, di-mana kewajiban petinggi FTSP adalah melindungi hak asasi mereka yang bukan perokok. Kebiasaan merokok sembarangan juga akan hilang jika regulasi bersama sanksi dan teguran disahkan ditegakkan dengan benar. Namun, mengingat hak merokok tidak dapat dilarang maka diharap-kan FTSP juga menyediakan tempat khusus merokok yang sesuai kriteria peraturan di atas. Dengan demikian hak-hak setiap warga FTSP dapat ter-penuhi secara beriringan.

Page 11: Landscape januari 2015

11LA

ND

SCA

PE

JAN

20

15IP

TEK

IPTEK

Oleh: Sofiati Mukrimah

Baru-baru ini peneliti dari KU Le-uven’s Centre for Surface Che-mistry and Catalysis telah ber-

hasil mengubah serbuk gergaji dari bahan bangunan menjadi bensin. Hal ini dimungkinkan karena serbuk gergaji mengandung selulosa. Selu-losa adalah substansi utama dalam tanaman dan terdapat di bagian kayu yang tidak dapat dimakan, jerami, rumput, kapas, dan kertas tua. Selu-losa inilah yang memungkinkan ser-buk gergaji untuk dikonversi menjadi rantai hidrokarbon. Hidrokarbon ini dapat menjadi zat aditif untuk bensin atau sebagai komponen dalam plas-tik.

Peneliti lainnya, George W. Huber dari University of Massachusetts me-laporkan soal proses pirolisis kata-litik selektif. Pirolisis adalah sebuah metode baku yang melibatkan pe-manasan material padat organik, ter-masuk limbah pertanian dan industri pada suhu tinggi dan kedap oksigen. Proses ini akan mendekomposisi ma-terial tersebut menjadi campuran hidrokarbon cair. Proses ini, untuk pertama kalinya, mampu mengubah secara langsung selulosa ke dalam senyawa yang untuk membuat ben-sin.

Menurut Dr. Bert Lagrain Sels dari tim KU Leuven’s Centre for Surface

Chemistry and Catalysis, cara konver-si ini adalah metode bio-penyulingan yang baru. Timnya sendiri tengah menantikan hak paten atas peneliti-an ini. Dr. Bert menjelaskan, dengan suhu dan tekanan yang tepat, ha-nya diperlukan waktu setengah hari untuk mengubah selulosa menjadi rantai hidrokarbon jenuh atau alka-na.

Hasilnya adalah produk interme-diet (setengah jadi) yang membutuh-kan sebuah proses sederhana seba-gai proses terakhirnya. Hasil akhirnya bisa disebut sebagai ‘bahan aditif hijau’ yang bisa dimanfaatkan untuk mobil, selama mobilnya masih meng-gunakan bensin cair.

Namun ternyata pada aplikasinya ‘hidrokarbon hijau’ ini bisa juga di-manfaatkan untuk produksi etilena, propilena dan benzene, blok bangun-an untuk plastik, karet, busa isolasi, nilon, pelapis dan sebagainya. Kare-na itulah Dr. Bert beranggapan bah-wa selulosa memiliki banyak potensi. Apalagi, selulosa sangat mudah dite-mukan.

Metode yang digunakan oleh tim dari University of Massachusetts se-dikit berbeda. Para peneliti di UMass mengidentifikasi kondisi−kondisi re-aksi yang diperlukan untuk mengon-trol pirolisis dari serbuk selulosa dan

karbohidrat berbasis biomasa lain-nya yang dicampur dengan serbuk halus katalis zeolit.

Selulosa pertama-tama akan ter-dekomposisi menjadi bahan organik volatil teroksigenasi yang secara se-lanjutnya memasuki pori-pori zeolit dan secara selektif mengalami se-rangkaian reaksi dekabonilasi, dehi-rasi, oligomerisasi dan reaksi lainnya. Huber mengatakan, proses mereka memakan waktu kurang dari 2 me-nit pada suhu 600°C didalam reak-tor yang didesain khusus yang dapat menghailkan senyawa-senyawa aro-matis berupa naphthalena, ethylben-zene, toluena, dan benzena; produk samping termasuk arang, H2O, CO, dan CO2.

Namun proses ini masih memiliki beberapa kekurangan saat ini. Seba-gai contoh, para peneliti masih me-makai selulosa murni sebagai bahan awal pirolisis. Tambahan lain, regu-lasi di US menetapkan jika campuran bensin harus mengandung senyawa aromatis lebih kecil dari 25% terma-suk kurang dari 1% untuk bensin.

Lebih lanjut lagi, Dr. Bert merasa ‘hidrokarbon hijau’ ini bisa dijadikan alternatif untuk mengatasi kesulitan dalam menyaring rantai hidrokarbon.

• Science Daily, cen.acs.org

Ilust

rasi:

M. I

rfan

Ard

ians

yah

BBM Mahal? Kini Serbuk GergajiBisa Jadi Bensin

Page 12: Landscape januari 2015

12LA

ND

SCAP

EJA

N 20

15M

ATA

RA

MA

N

MATARAMAN

Sekaten merupakan suatu kegi-atan seni dan budaya sebagai peringatan kelahiran Nabi Mu-

hammad dalam bentuk upacara adat yang digelar oleh Kraton Ngayogya-karto Hadiningrat. Upacara adat ini berupa Miyos Gongso, Kondur Gong-so, Grebeg Maulud. Kegiatan sekaten ini adalah peringatan sekaligus syiar agama Islam karena kegiatannya bertujuan untuk syiar. Sepeti halnya khutbah, gamelan yang dimainkan dengan lagu-lagu religi, serta keseni-an yang diadakan di panggung rakyat.

Menyimak sejarahnya, sekaten ini berasal dari kata syahadatain atau dua kalimat syahadat yang artinya Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhamm-mad utusan Allah.

Kegiatan ini rutin diadakan setiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul awal tahun Hijriah). Awalnya, seka-ten dimulai pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16) dan merupakan sebentuk upaya dakwah yang dila-kukan para wali melalui pendekatan seni-budaya.

Pada masa-masa permulaan per-kembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari Wali Songo, yai-tu Sunan Kalijaga, mempergunakan instrumen musik Jawa Gamelan, se-

bagai sarana untuk memikat masya-rakat luas agar datang untuk menik-mati pergelaran karawitannya. Untuk tujuan itu dipergunakan 2 perangkat gamelan, yang memiliki laras swara yang merdu yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Sekaten ha-nya berlangsung selama tujuh hari.

Seiring berjalannya waktu, tradisi ini dikemas menjadi kegiatan yang mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan diadakannya Pa-sar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) sekaligus menjadi pesta rakyat.

Sekaten dimulai dengan miyos gongso, di mana gamelan menja-di unsur penting dalam upacara ini.Gamelan Sekaten terdiri dari dua pe-rangkat, yakni gamelan Kyai Nogowi-logo dan gamelan Kyai Guntur Madu.

Diawali dengan iring-iringan yang bermula dari pendopo Ponconiti me-nuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton pada sore hari. Alun-alun utara dini-lai sebagai tempat untuk menyambut masyarakat dan sebagai tempat ber-kumpulnya masyarakat dari mana-pun yang datang ke Yogyakarta.

Gamelan Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Gamelan Kyai Gunturmadu akan berada di Pagong-

an sebelah selatan masjid. Gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mu-lud selama tujuh hari berturut-turut. Kecuali pada malam Jumat hingga selesai shalat Jumat siangnya. Pada malam hari terakhir, yaitu tanggal 11 Maulud (Rabiulawal), mulai pukul 20.00 WIB, Sri Sultan datang ke Mas-jid Agung untuk menghadiri upacara Maulud Nabi Muhammad SAW yang berupa pembacaan naskah riwayat maulud Nabi yang dibacakan oleh Kyai Pengulu.

Setelah semua selesai kedua ga-melan ini akan dibawa pulang ke da-lam Kraton tepat pada pukul 24.00 WIB, acara ini dinamakan kondur gongso. Setelah itu, pada 12 Rabi-ul Awal (Mulud) bertepatan dengan peringatan kelahiran Nabi Muham-mad SAW, digelar prosesi Gerebeg Gunungan atau Gerebeg Mulud se-bagai puncak Sekaten di keraton. Pada pagi hari dengan dikawal oleh 10 macam Bregodo atau Kompi (pra-jurit Kraton) : Wirobrojo, Daeng, Pa-tangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Su-rokarso, dan Bugis, sebuah gunungan akan dibawa dari istana Kemandung-an melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung.

Syiar Islam Melalui Sekaten

Oleh:Nurul Fajri

Gapura tempat diadakannya acara Sekaten Nurul Fajri

Page 13: Landscape januari 2015

13LA

ND

SCA

PE

JAN

20

15

Setelah dido’akan, Gunungan yang melambangkan kesejahtera-an kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang mengang-gap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Gunungan sendiri merupakan istilah untuk aneka penganan yang disu-sun menyerupai gunung, yang me-lambangkan kesuburan dan kerse-jahteraan. Aneka penganan dalam gunungan berupa hasil bumi, seper-ti beras ketan, buah-buahan, sayu-mayur, kue-kue, dan lain sebagainya.

Selain menjadi peringatan Seka-ten juga menjadi pesta rakyat yang sangat meriah. PMPS berlangsung le-bih lama dari kegiatan sekaten yang sebenarnya. Pada tahun 2014 ini

PMPS dimulai sejak tanggal 28 No-vember sampai 3 Januari 2015. Di da-lamnya banyak pedagang mulai dari makanan hingga kebutuhan sehari-hari. Ada juga hiburan seperti kora-kora dan ontang-anting, stand-stand Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kecamatan, hingga stand tiap kabupaten yang ada di Yogyakar-ta, serta panggung daerah yang me-nampilkan tarian, ketoprak, jathilan, dan lain-lain.

Tim Pengembangan Objek Daya Tarik Pariwisata di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Yogyakarta, Sigit Is-tiarto, menerangkan bahwa kegiatan ini adalah media untuk syiar agama Islam seperti khutbah, gamelan yang dimainkan dengan lagu-lagu religi.

“Tujuh hari dirasa kurang cukup bagi sultan untuk mendatangkan orang sebanyak-banyaknya. Pasar malam ini diadakan untuk menjadi daya tarik masyarakat. Selain itu nasi gurih dan telor merah juga menjadi daya tarik sendiri dalam perayaan sekaten ini.”.

Acara ini digelar berkerja sama dengan banyak pihak di antaranya Di-nas Pariwisata dan Kebudayaan juga Kementrian Agama. Pasar malam ini juga tidak dipungut biaya sepeser pun kecuali jika ingin menikmati per-mainan dan menjajakan penganan yang ada. Untuk panggung hiburan sendiri dipertunjukan secara gratis.

Sumber:blog.ugm.ac.id/2010/11/15/upacara-sekaten-di-keraton-yogyakar-ta/

KARIKATUR

Ilustrasi: Iqbal Ramadhan

Syiar Islam Melalui Sekaten

LPM SOLID Menerima Hak Jawab Atas SegalaTulisan yang Dimuat dalam Buletin Kami

Bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru. Mereka harus bisa bebas dari arus masyarakat yang kacau, tapi mere-ka tidak bisa lepas dari fungsi sosial-nya, yakni bertindak jika keadaan mulai mendesak. Kaum intelektual yang diam disaat keadaan mulai mendesak, telah melunturkan se-

mua kemanusiaannya.

-Soe Hok Gie-

Page 14: Landscape januari 2015

14LA

ND

SCAP

EJA

N 20

15R

ESENSI

RESENSIBUKU Peranakan dan Nasionalisme

Dewasa ini makin banyak pe-muda yang berkoar-koar atas nama nasionalisme. Saat ini

banyak pemuda yang masih belum paham tentang makna nasionalisme. Nasionalisme selalu identik dengan masyarakat asli ataupun penduduk pribumi yang membela bangsanya sendiri. Nasionalisme bisa diartikan sebagai bentuk dari masyarakat yang memang anti penjajahan atau pe-nindasan pada masa lampau. Perlu adanya kajian kembali terkait makna nasionalisme.

Nasionalisme hanya dipahami oleh kalangan yang memang merea-sa memiliki “wajah” Indonesia. Mak-na pluralisme hanya sebatas agama saja, pluralisme terkait sikap nasio-nalisme juga perlu ditanamkan pada pemuda Indonesia saat ini yang lam-bat laun mulai terkikis akibat globali-sasi zaman.

Membangun Bangsa Merajut Ke-indonesiaan adalah buku yang men-ceritakan kisah hidup Abdur Rahman Awad Baswedan yang merupakan peranakan bangsa Arab. Lahir di Am-pel, Surabaya 106 tahun silam. A.R Baswedan hidup dalam masa penja-jahan Belanda dimana pada saat itu sedang membendung semangat na-sionalisme yang tumbuh akibat ber-dirinya organisasi Budi Oetomo pada tahun 1908. Bangsa Indonesia saat itu banyak didatangi oleh bangsa-bangsa asing seperti Tiongkok, India dan Arab di hampir seluruh negeri.

Setelah sekian lama tinggal di Indonesia bangsa-bangsa tersebut merasakan derita yang dialami Indo-nesia yang telah dijajah oleh bangsa Belanda. Kemudian mereka mempu-nyai semangat untuk berjuang me-

Oleh: Helmy Badar N

lawan penjajahan Belanda. Melihat keadaan tersebut Belanda merasa takut akan bangsa-bangsa asing yang membantu perjuangan bangsa Indo-nesia. Akhirnya belanda menjalankan Politik devide et empera Belanda de-ngan membagi masing-masing bang-sa berdasarkan kelasnya 1. Golongan Eropa: adalah orang eropa beserta kaum Indo ditambah bangsa non eropa yang dianggap sejajar, 2. Go-longan Timur Asing yang terdiri atas orang Tionghoa, Arab, dan yang ter-akhir adalah golongan Bumiputera/pribumi (Inlander).

Sejak dijalankan politik devide et empera, bangsa-bangsa ini hidup da-lam eksklusifitasnya masing-masing, seolah mereka bukan bagian dari tanah yang mereka pijak, tanah ibu pertiwi. Melihat kondisi seperti ini A.R Baswedan mecoba melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan terse-but. Anggapan yang diyakini adalah tanah nenek moyang sana bukan tanah air yang mereka tinggali saat ini yang telah memberikan mereka penghidupan.

1 Agustus 1934 terbentuklah Per-satuan Arab Indonesia (PAI) yang didi-rikan oleh A.R. Baswedan. PAI adalah wadah untuk peranakan- peranakan Arab untuk bersatu melawan penja-jahan Belanda dan medukung kemer-dekaan Indonesia. Berdirinya PAI ini merupakan tonggak awal persatuan golongan Ar Rabitah dan Al Irsyad. Pada tanggal 4 oktober 1934 terja-di peristiwa yang menggemparkan pada saat itu. A.R Baswedan memim-pin peranakan Arab untuk melaku-kan kongres sumpah pemuda Arab.

Setelah mendirikan PAI, A.R. Bas-wedan dipilih untuk mengikuti sidang

BPUPKI dan termasuk ke dalam salah satu bapak bangsa dari peranakan Arab.

Kelebihan dari buku ini adalah menceritakan awal mula hidup A.R Baswedan tanpa membuat pembaca bosan. Ditambah buku ini juga men-ceritakan awal-pula bangsa Arab dan kaum-kaum asing masuk ini ke Indo-nesia yang tidak diceritakan dalam buku sejarah-sejarah lain yang bere-dar.

Sayangnya buku ini tidak dapat membawa pembaca terjun ke dalam kehidupan Baswedan. Dalam buku ini seolah A. R tidak bercerita sendiri kepada kita. Dari segi bahasa pun ter-kesan berbelit-belit karena menggu-nakan kata ganti orang ketiga. Dalam buku ini penulis juga mengajak kita untuk membandingkan kehidupan perpolitikan Indonesia saat ini yang masih membandingkan kelompok, golongan, suku ataupuin agama.

Sudah saatnya kita di zaman glo-balisasi ini terlepas dari belenggu go-longan, suku ataupun agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap nasionalisme atau cinta tanah air tidak timbul dari muka, suku, kulit atau RAS akan tetapi sebagaimana ia memahami bangsanya sendiri. Sas-trawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer penah mengatakan bahwa kita bisa menjadi benar-benar asing bagi terhadap bangsa sendiri ketika kita tidak mau tahu dan kenal terhadap kebudayaan bangsa kita sendiri.

Judul: Biografi A.R Baswedan “Membangun Bangsa merajut Keindonesiaan”Penulis : Didi KwartanadaPenerbit :PT Kompas Media NusantaraTebal : 308 halaman

Page 15: Landscape januari 2015

LAN

DSC

AP

E15

JAN

20

15

Oleh: Mia Erpinda

Menyoal Rokok di FTSP

PO

LIN

G

POLLING

Info grafis: Arifin Agus S

Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, Pasal 9 ayat 3 UU 36 tentang HAM. Merujuk pada undang-undang tersebut, untuk menciptakan lingkungan yang baik dan sehat di kampus, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) akan membuat regulasi yang jelas untuk mahasiswa maupun dosen yang merokok. Salah satunya ialah perihal kawasan area khusus untuk perokok. Seperti yang tertera dalam pasal 115 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan terdapat ketentuan yang menegaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, dan tempat lainnya menyediakan tempat khusus untuk merokok. FTSP baru-baru ini sudah menyediakan area merokok sebagai fasilitas mahasiswa dan dosen yang merokok. Tim bidang penelitian SOLID dalam hal ini mengadakan penelitian untuk mengetahui pandangan mahasiswa FTSP terhadap rokok di lingkungan FSTP. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif melalui 100 kuisioner yang dibagikan kepada mahasiswa FTSP secara acak (accidential sample).

Page 16: Landscape januari 2015

Top Related