Download - kimia bahan pangan
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN PANGAN
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN KENTANG KUPAS
TERHADAP WARNA
Oleh :
Anik Masruroh 12030654006
Nur Adhima 12030654011
Saif Rahmat Arif 120306540
Nurul Azizah 120306540
Nurul Fathonah 12030654050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menyukai konsumsi buah dan sayur.
Buah dan sayuran yang segar banyak mengandung vitamin dan serat. Vitamin dan
serat inilah yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Hal ini akan berbeda ketika buah dan
sayur mengalami pencoklatan/ browning. Browning atau proses pencoklatan
merupakan proses perubahan warna yang terjadi pada bahan pangan yang di tandai
dengan warna coklat pada daging buah. Browning banyak terjadi pada buah dan
sayuran. Browning ini menginfeksi buah yang telah dikupas kulitnya.
Jenis buah yang paling sering dan cepat mengalami pencoklatan adalah buah
yang benyak mengandung air. Buah berair ini akan berubah warna setelah dikupas
kulitnya dan didiamkan beberapa saat, kecuali mendapatkan perlakuan khusus seperti
perendaman buah di dalam air, blancing dan lain-lain. Kualitas buah yang mengalami
browning berbeda dengan buah yang tidak mengalami browning. Buah yang tidak
mengalami browning biasanya disebut buah yang masih segar dan banyak di sukai
masyarakat.
Kentang merupakan salah satu jenis buah yang banyak mengandung air.
Banyak ditemukan di kalangan masyarakat yang mengeluhkan, ketika buah di kupas
warnanya akan berubah menjadi coklat. Perubahan warna ini mempengaruhi rasa dan
aroma buah. Perubahan warna ini terjadi karena adanya suatu reaksi kimia dengan
oksigen. Untuk itu dalam praktikum ini akan dibahas tentang pengaruh lama
penyimpanan kentang kupas terhadap warna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya ialah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh lama penyimpanan kentang kupas terhadap warna kentang ?
2. Bagaimana reaksi kimia yang terjadi pada kentang kupas ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas ialah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan kentang kupas terhadap warna
kentang
2. Untuk mengetahui reaksi kimia yang terjadi pada kentang kupas.
BAB II
DASAR TEORI
A. Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura dari
kelompok tanaman sayuran umbi yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Ditinjau dari nilai gizinya, kentang merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang dapat
dijadikan sebagai sumber gizi yang potensial. Zat-zat gizi yang terdapat dalam umbi kentang
antara lain karbohidrat, mineral (besi, fosfor magnesium, natrium, kalsium dan potasium),
protein serta vitamin terutama vitamin C dan vitamin B1. Selain itu, kentang juga
mengandung lemak dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu sebesar 1,0-1,5 persen
Komposisi kimia kentang sangat bervariasi tergantung varietas, tipe tanah, cara
budidaya, cara pemanenan, tingkat kemasakan dan kondisi penyimpanan. Berikut ini adalah
kandungan zat gizi dalam 100 g kentang disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia kentang tiap 100 g
Komponen Jumlah
Protein (g) 2,00
Lemak (g) 0,10
Karbohidrat (g) 19,10
Kalsium (mg) 11,00
Fosfor (mg) 56,00
Serat (g) 0,30
Zat besi (mg) 0,70
Vitamin B1 (mg) 0,09
Vitamin B2 (mg) 0,03
Vitamin C (mg) 16,00
Niasin (mg) 1,40
Energi (kal) 83,00
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1997)
B. Reaksi Pencoklatan (Browning)
Reaksi pencoklatan dibagi menjadi dua jenis yaitu reaksi pencoklatan enzimatis dan
non enzimatis. Reaksi pencoklatan enzimatis banyak terjadi pada buah-buahan dan sayuran
yang mengalami kerusakan mekanis, dibelah atau dikupas. Komponen yang dapat
menyebabkan pencoklatan enzimatis yaitu oksigen, enzim dan substrat. Jaringan bahan yang
rusak warnanya akan menjadi gelap setelah berhubungan dengan udara. Hal ini disebabkan
oleh terjadinya konversi senyawa fenolik oleh enzim fenolase menjadi senyawa melanin
(melanoidin) yang berwarna coklat. Reaksi pencoklatan enzimatis pada bahan pangan ini
memiliki dua macam dampak yaitu dampak yang menguntungkan dan juga dampak yang
merugikan. Dampak yang menguntungkan misalnya saja pada teh hitam, teh oolong dan teh
hijau. Reaksi pencoklatan enzimatis bertanggung jawab pada warna dan flavor yang
terbentuk. Begitu juga yang terjadi pada produk pangan lain seperti misalnya kopi. Polifenol
oksidase juga bertanggung jawab pada karakteristik warna coklat keemasan pada buah-
buahan yang telah dikeringkan seperti kismis, buah prem, dan buah ara.
Faktor penting yang menentukan kecepatan reaksi pencoklatan enzimatis adalah
konsentrasi enzim dan substrat, pH, temperatur serta kesediaan oksigen. Pencegahan proses
pencoklatan enzimatis dapat dilakukan dengan berbagi cara antara lain penggunaan panas,
pencegahan kontak dengan oksigen, pemberian inhibitor dan penggunaan asam. Selain
reaksi pencoklatan enzimatis, ada pula reaksi pencoklatan non enzimatis yaitu karamelisasi
dan reaksi maillard. Karamelisasi merupakan pencoklatan non enzimatis dari gula tanpa
adanya asam amino atau protein. Proses ini terjadi jika gula dipanaskan diatas titik leburnya
sehingga berubah warna menjadi coklat dan disertai perubahan citarasa. Sedangkan reaksi
maillard bisa terjadi antara gula reduksi yang mengandung gugus aldehid atau keton dengan
komponen amino seperti asam amino, peptida atau protein. Reaksi ini biasanya terjadi pada
saat bahan makanan dipanaskan atau dalam penggudangan makanan yang lama.
BAB III
METODE PENGAMATAN
A. Alat dan Bahan
Alat:
1. Pisau 1 buah
2. Piring kecil 1 buah
Bahan:
1. Kentang 1 buah
2. Air secukupnya
B. Rancangan Pengamatan
C. Langkah Pengamatan
Kentang dikupas
Hasil pengamatan
Diamati setiap 1 jam
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengupas kulit kentang dengan pisau dan mencucinya dengan air bersih.
3. Meletakkan kentang diatas piring yang telah disiapkan.
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada kentang yang didiamkan dalam
keadaan terbuka dengan waktu selama 4 jam dan diamati setiap 1 jam sekali.
5. Mencatat hasil pengamatan dan memotret perubahan warna yang terjadi pada
kentang.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Waktu Warna Keterangan
0 jam
Warna kentang
masih segar
belum
kecoklatan.
1 jamWarna kentang
mulai kecoklatan
2 jam
Warna coklat
semakin banyak
pada kentang (+)
3 jam
Warna coklat
semakin banyak
pada kentang (+
+)
4 jam
Warna coklat
semakin banyak
pada kentang (+
++)
B. Analisis
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap kentang kupas yang
diletakkan di ruang terbuka didapatkan hasil sebagai berikut: Pada kentang yang
didiamkan diudara selama 0 jam warna kentang masih segar, belum timbul warna
kecoklatan. Pada kentang yang didiamkan diudara selama 1 jam akan menghasilkan
warna coklat pada permukaan kentang mulai terlihat. Pada kentang yang didiamkan
diudara selama 2 jam akan menghasilkan warna coklat yang lebih banyak dari pada
sebelumnya pada permukaan kentang (kecoklatan +). Pada kentang yang didiamkan
diudara selama 3 jam akan menghasilkan warna coklat yang lebih banyak dari pada
sebelumnya pada permukaan kentang (kecoklatan ++). Dan pada kentang yang
didiamkan diudara selama 4 jam akan menghasilkan warna coklat yang lebih banyak
dari pada sebelumnya pada permukaan kentang (kecoklatan +++). Warna kecoklatan
pada permukaan kentang semakin banyak dan menyebar karena kentang lama
didiamkan diudara.
C. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kentang
setelah dikupas lama-kelamaan mengalami perubahan menjadi warna coklat.
Perubahan ini karena pada kentang terjadi reaksi pencoklatan (browning). Reaksi
pencoklatan dibagi menjadi dua jenis yaitu reaksi pencoklatan enzimatis dan non
enzimatis. Kedua jenis pencoklatan tersebut dapat terjadi pada kentang. Hal ini
disebabkan kentang mengandung senyawa-senyawa yang berperan dalam proses
browning, seperti karbohidrat dan protein (Apandi, 1984). Menurut Winarno (1997),
browning enzimatis memerlukan adanya enzim fenol oksidase dan oksigen yang harus
berhubungan dengan substrat tertentu. Komponen yang dapat menyebabkan
pencoklatan enzimatis yaitu oksigen, enzim dan substrat. Jaringan bahan yang rusak
warnanya akan menjadi gelap setelah berhubungan dengan udara. Hal ini disebabkan
oleh terjadinya konversi senyawa fenolik oleh enzim fenolase menjadi senyawa
melanin (melanoidin) yang berwarna coklat.
Adapun proses reaksi tersebut yakni setelah kentang dikupas dan dibiarkan
pada udara terbuka, kandung L.tirosin pada kentang ditambah dengan adanya oksigen,
akan mengalami hidroksilasi menjadi 3,4-Dihidroksifenilalanin dengan enzim Fenol
hidroksilase/kresolase. Kemudian teroksidasi lagi menjadi 0-quinon fenilalanin (warna
coklat). Enzim yang peran dalam reaksi oksidasi ini adalah enzim Polifenol oksidase/
katekolase, itulah sebabnya kentang dapat berubah warna menjadi coklat. Adapun
mekanisme reaksi enzimatis (browning) adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Reaksi enzimatis (browning)
BAB V
PENUTUP
Kentang setelah dikupas lama-kelamaan mengalami perubahan menjadi warna
coklat dan semakin lama penyimpanan kentang kupas pada suhu ruangan maka warna
yang dihasilkan akan berwarna semakin kecoklatan.. Perubahan ini terjadi karena pada
kentang terjadi reaksi pencoklatan (browning). Reaksi pencoklatan dibagi menjadi dua
jenis yaitu reaksi pencoklatan enzimatis dan non enzimatis. Kedua jenis pencoklatan
tersebut dapat terjadi pada kentang. Hal ini disebabkan kentang mengandung senyawa-
senyawa yang berperan dalam proses browning. Jaringan bahan yang rusak warnanya
akan menjadi gelap setelah berhubungan dengan udara. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya konversi senyawa fenolik oleh enzim fenolase menjadi senyawa melanin
(melanoidin) yang berwarna coklat. Proses reaksi kimia pada kentang kupas yakni
setelah kentang dikupas dan dibiarkan pada udara terbuka, kandung L.tirosin pada
kentang ditambah dengan adanya oksigen, akan mengalami hidroksilasi menjadi 3,4-
Dihidroksifenilalanin dengan enzim Fenol hidroksilase/kresolase. Kemudian teroksidasi
lagi menjadi 0-quinon fenilalanin (warna coklat). Enzim yang peran dalam reaksi
oksidasi ini adalah enzim Polifenol oksidase/ katekolase.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta