Download - kelompok 2.ppt

Transcript

Kel Kel C-C-2 :2 :

M.Iqbal raizM.Iqbal raiz

Asyifa Robiatul AdawiahAsyifa Robiatul Adawiah

Nur AndrianaNur Andriana

YulianaYuliana

Jenes kapilerJenes kapiler

Reni AngreiniReni Angreini

Riyan faisalRiyan faisal

Yefi NabilaYefi Nabila

Luvita amalia SLuvita amalia S

Sarwenda AnnasSarwenda Annasdr. Ardriansyah, SpB

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.

Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma, benda tajam dan

tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik,

dan gigitan hewan.

Perawatan luka adalah mencegah trauma (injury) pada kulit,

membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh

adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak

permukaan kulit

Definisi

1.Memberikan lingkungan yang memadai untuk

penyembuhan luka

2. Absorbsi drainase

3. Menekan dan imobilisasi luka

4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis

5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri

6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing

7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

Tujuan Perawatan Luka

1. Disinfeksi

2. Irigasi

3. Debridement

4. Perawatan perdarahan

5. Penjahitan luka

6. Bebat Luka

7. Angkat Jahitan

Tehnik Perawatan Luka

Desinfeksi adalah tindakan dalam melakukan

pembebasan bakteri dari lapangan oprasi dalam hal

ini luka dan sekitarnya.

Pembersihan luka adalah mencuci bagian luka

Debridement adalah membuang jaringan yang mati

serta merapikan tepi luka, memotong dengan

menggunakan skapel atau gunting. rawatperdarahan

dengan meligasi menggunakan cutgut.

Penjahitan luka adalah tidakan mendekatkan tepi-tepi

luka dan mempertahankannya dengan benang atau

jahitan sampai tensile strength luka tersebut dapat

bersambung. Tutup atau bebat luka, setelah luka dijahit dengan

rapi, dibesihkan dengan desinfektan ( beri salap). Angkat jahitan adalah proses pengambilan benang

pada luka.

PERSIAPAN ALAT

1. Peralatan Steril

2. Peralatan tidak steril

3. Persiapan Pasien

4. Prosedur Kerja :

Prosedur Perawatan Luka

1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.

2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil

3. Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar

4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.

5. Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada sisi tempat tidur.

6. Angkat plester atau pembalut.

7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.

8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi pasien.

9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.

10. Buka set steril

11. tempatkan pembungkus steril di samping luka

12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset,satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain.

13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.

14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril.

15. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya.Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :a) Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar

b) Jika ada drain bersihakan sesudah insisi

c) Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.

16. ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.

17. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.

18. Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut

19. Amnkan balutan dengan plester atau pembalut

20. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.

21. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik.

22. Cuci tangan

23. Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien.

Desinfektan yaitu bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya

Golongan desinfektan :1.Golongan “aldehid”2.Golongan “alkohol”3.Golongan “pengoksidasi”4.Golongan “halogen”5.Golongan “fenol”6.Golongan “garam”

Jenis jenis desinfektan

Formaldehid konsentrasi 37% umum disebut formalin

glutaraldehid  GlioksalGolongan aldehid denaturasi dan umum digunakan dalam

campuran air dengan konsentrasi 0,5%.serta berdaya aksi kisaran jam

formaldehid mikroorganisme dalam ruangan,peralatan dan lantai

glutaraldehid untuk membunuh virus

Golongan “aldehid”

keuntungan kekurangan

sifatnya yang stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan

resistensi dari mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan.

Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehidEtanolPropanolIsopropanol

Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menitGolongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoidpada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit

Golongan “alkohol”

keuntungan kekurangan

• sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat non-lipoid

• cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein

berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap.

Daya aksinya dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 – 2 jam untuk membunuh virus.

Golongan “pengoksidasi”

keuntungan kekurangan

golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair

sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transpor.

berbasis iodium 

larutan iodium, iodofor, povidon iodium

senyawa terhalogenasi gugus halogen terutama gugus klor : natrium hipoklorit klor dioksida, natrium klorit Kloramin

daya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekitar 10-30 menit dan dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi.

Umunya digunakan untuk desinfektan pakaian, kolam renang, lumpur air selokan. Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit terbiodegradasi, dan mengiritasi mukosa.

Golongan “halogen”

Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara lain :fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol para kloro xylenol

digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit

Golongan “fenol”

keunggulan kekurangan

golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material

susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif.

amonium kuarterner :

benzalkonium klorida bensatonium klorida Setilpiridinium klorida

daya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakterivegetatif, dan lipovirus

Golongan “garam”

keunggulan kekurangan

adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat sebagai pengemulsi

• dapat terbiodegradasi • kurang efektif bila digunakan pada

pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak dan senyawa fosfat.

Bahan kimia klorheksidin. Klorheksidin  sangat ampuh untuk antimikroba terutama jenis bakteri gram positif dan beberap bakteri gram negatif.

Klorheksidin sangat efektif dalam proses desinfeksi : Staphylococcus aureaus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa,  tetapi kurang baik untuk membunuh beberapa organisme gram negatif seperti spora, jamur terlebih virus, serta sama sekali tidak bisa membunuh Mycoplasma pulmonis.

Golongan “biguanida”

Dari semua bahan desinfektan tersebut di atas tidak semua dapat efektif dalam semua kondisi dan aplikasi. Perbedaan jenis mikroorganisme serta kondisi lingkungan akan menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam sensitivitas atau resistensinya.Supaya fungsi desinfektan menjadi efektif, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan produk desinfektan, harus dapat digunakan dalam spektrum dan aktivitas penggunaan yang luasmenunjukkan daya reduksi/bunuh terhadap mikroorganisme hidup pada saat berkontakdapat bekerja pada rentang pH dan suhu yang luasdapat bekerja dengan adanya senyawa organikwaktu paparan/kerja yang cukup singkatbatas konsentrasi yang kecilstabilitas senyawa.

Kesimpulan

Tindakan medis untuk menyangga atau Tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar tidak menahan bagian tubuh tertentu agar tidak

bergeser atau berubah dari posisi yang bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendakidikehendaki

 Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm

 Dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan

Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi

 Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm

 Dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan

Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi

 Cara membalut:o Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkano Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya saling menariko Kedua ujung diikatkan secukupnya

 Cara membalut:o Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkano Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya saling menariko Kedua ujung diikatkan secukupnya

Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:o 2,5 cm : untuk jari-jario 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangano 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kakio 10 cm : untuk paha dan sendi pinggulo 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung

 Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap Pastikan bahwa perban tergulung kencangBalutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi duapertiga bagian sebelumnya.Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban

Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

 Alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit

1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera

(korban jangan dipindahkan sebelum dibidai).

2.  Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang

jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.

Tanda dan gejala patah tulang:

· Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.

· Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.

· Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.

3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan

1. Siapkan alat-alat selengkapnya

2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.

3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.

4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

1. Siapkan alat-alat selengkapnya

2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.

3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.

4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai

6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak

7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai

8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas

5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai

6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak

7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai

8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas

Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of

Skin and Soft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992. Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta,

1993 Padilla RS. Dermabrasi. Dalam : wheeland RG.

Cutaneous Surgery. WB Saunders. Philadelphia. 1994 : p. 479-90 Alt Th, Coleman WP, Hanke CW, Yarborough JM. Dermabration. Dalam : Coleman WP, Hanke CW, Alt TH, Asken S. Cosmetic Surgery of the skin principles And Techniques. 1991 : p.147-95

Daftar Pustaka

Terimakasih


Top Related