Download - kelapa sawit

Transcript

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Riwayat Singkat Perkembangan Kelapa Sawit Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia. Tanaman dimasukkan pertama kali di afrika sebagaimna sentral plasma nutfah pada tahun 1848, ditanam di Belitung (Kebun Raya Bogor ). Percobaan-percobaan banyak dilakukan diberbagai tempat di Jawa dan di Sumatera. Di Sumatera selatan misalnya ditanam di Muara Enim (1869), di Musi Hulu (1890) dan lain-lain. Semuanya dilaporkan tumbuh dengan baik namun belum ada yang membuka perkebunan secara komersil.

Kebun pertama dibuka pada tahun 1911 di tanah itam Ulu (Sumatera Selatan) oleh Maskapai Olie Palm Cultur dan di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleris di Sumatera- RCMA kemudian oleh Seumadem Cultur Mij, deli Muda oleh Meulleries Deli dan lain-lain (Anonyim, 2010).

Pada masa Jepang banyak perkebunan kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan dan pabrik-pabrik dihentikan. Setelah perang pada tahun 1947 kebun-kebun milik Belanda dan milik bangsa Asing tersebut dikembalikan kepemiliknya semula. Setelah Inventarisir hanya 47 saja yang dapat dibangun kembali. Beberapa kebun mengalami kehancuran total seperti Taba pingin dan Oud wessenar di sumatera Selatan, opsir di Sumatera barat,karang Inau di Aceh dan beberapa di Riau. Karena beberapa gangguan keamanan dan politik maka upaya merehabilitas oleh pemiliknya tidak banyak membawa keuntungan terbukti dari luas area yang bertambah. Pada

Universitas Sumatera Utara

tahun 1957 luas hanya 103.000 Ha saja dan produksi CPO hanya 16.000 ton. Produksi per Ha sangat rendah hanya 1,9 ton sedangkan sebelum perang telah mencapai 3 ton (Anonym, 2010).

2.2. Klasifikasi Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis Guinesis) adalah salah satu jenis tanaman palm yang menghasilkan salah satu kebutuhan pokok yang paling utama. Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Ordo Family Sub-Family Genus Spesies : Palmales : Palmacea : Palminae : Alaeis : Alaeis guinensis Jack Tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian 20 meter. Tanaman ini berkeping satu atau Monoecious , yang artinya bunga jantan bunga betina terdapat pada tandan bunga betina. Masing-masing tandan terletak terpisah dan keluar dari pangkal pelepah. Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk sendiri atau menyerbuk silang. Secara luas dikenal dua jenis tanaman sebagai basis pemograman untuk pemuliaan, yaitu :

1. Dura : Persentase mesocraps terhadap buah bervariasi 35 50 % dan dijumpai ada yang mencapai 60%. Tebal cangkang 2 8 mm, tidak mempunyai lingkar serabut sekelilingnya, biji relative besar, rendemen relatif rendah 17 18 %. Dura sangat baik digunakan sebagai induk betina.

Universitas Sumatera Utara

2. Pisifera : Dengan karakteristik tidak mempunyai cangkang. Sisa cangkang digantikan oleh lingkar serabut disekeliling inti. Karena tidak ada cangkang, persentase mesocrap terhadap buah sangat besar dan rendemen juga sangat besar. Pisifera juga disebut sebagian besar terabsorbsi pada awal perkembangannya.

Dari persilangan Dura dan Pisifera dihasilkan tipe ketiga yaitu Tenera. Tipe ini sangat banyak ditanam secara komersial di Perkebunan. Mempunyai karakteristik gabungan dari kedua induknya, tebal cangkangnya 0,5 4 mm, disekelilingnya ada lingkaran serabut. Rasio Mesocrap terhadap buah sangat tinggi 60 96 %, menghasilkan tandan yang relatif lebih banyak dibandingkan Dura, dengan rendemen 22 24 %. Berdasarkan Pengujian atau sortasi mutu TBS (tandan buah segar ), didasarkan pada standart fraksi tandan.

Tabel 2.1 Spesifikasi Fraksi TBS Fraksi Kematangan Buah Kelewat Matang/Afkir (FOO) Mentah (FO) Matang

Jumlah Bekas Brondolan Pertandan 0 1-9 10

Sumber: Dokument Intern PT.Perkebunan Nusantara IV (PERSERO), 2010

Kriteria memanen tandan kelapa sawit tergantung pada produksi akhir. Criteria yang lazim dipakai dalam kematangan tandan kelapa sawit untuk panen adalah jumlah brondolan yang lepas dari tandannya. Panen kelapa sawit didasarkan pada saat keadaan minyak mesocrap mencapai maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan (Anonyim, 2010).

Universitas Sumatera Utara

2.3. Sifat Fisik Dan Kimia Kelapa Sawit Sifat fisika dan kimia kelapa sawit meliputi warna, bau, bobot jenis, dan indeks bias. a. Minyak Sawit (CPO) Minyak sawit diperoleh dari lapisan serabut kulit buah kelapa sawit melalui proses pengolahan sawit. Pada suhu kamar kelapa sawit adalag minyak setengah padat (semi solid). Warna minyak sawit adalah merah jingga oleh adanya pengaruh warna karoten dalam jumlah minyak yang banyak. Minyak sawit memiliki bau yang khas dan sangat tahan terhadap proses oksidasi. Sifat ini disebabkab adanya Zat tecoferol. b. Minyak Inti Sawit (PKO) Minyak inti sawit (PKO) dihasilkan dari inti kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau sangat kuat dan khas sekali. Nilai sifat fisika kimia minyak sawit (CPO) dan minyak inti (PKO) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Perbandingan Sifat Minyak Kelapa Sawit (CPO) Dan Minyak Inti (PKO) Sifat Minyak Sawit Minyak Inti sawit Bobot jenis pada suhu kamar 9,900 0 900-0,913 Indeks Bias 1,4565-1,44585 1,395-1,415 Bilangan Iodium 48-56 14-20Sumber: Ketaren S,Pengantar Teknologi Minyak dan lemak

Kriteria memanen tandan kelapa sawit tergantung pada produksi akhir. Kriteria yang lazim dipakai dalam kematangan tandan kelapa sawit untuk panen adalah jumlah brondolan yang lepas dari tandannya. Panen kelapa sawit didasarkan pada

Universitas Sumatera Utara

saat keadaan minyak mesocrap mencapai maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan (Ketaren, 1986)

2.4. Komposisi Minyak Kelapa Sawit Kelapa sawit mengandung sekitar 80% pericarp (lapisan serat daging) dan minyak 20% buah yang dilapisi kulit tipis, kadar minyak dan pericarp sekitar 34 40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500-700 ppm. Kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. Rata- rata komposisi asam lemak kelapa sawit dapat dilihat pada table dibawah ini. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3%.

Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit Dan Minyak Inti Kelapa Sawit No. Rumus molekul Asam Lemak Minyak Sawit Minyak Inti (%) Berat (%) Berat 1 C6H12O2 Kaproat 37 2 C8H16O2 Kaprilat 34 3 C12H24O2 Laurat 46 52 4 C14H28O2 Miristat 1,1 2,5 14 17 5 C16H32O2 Palmitat 40 46 6,5 9 6 C18H36O2 Stearat 3,6 4,7 1 2,5 7 C18H34O2 Oleat 39 45 13 15Sumber : Ketaren, S, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak

Secara klasik, lipida digolongkan ke dalam :Yang dapat disabunkan akan menghasilkan sabun dan bahan-bahan lainnya. Lipida yang tidak dapat disabunkan termasuk lemak netral, lilin dan posfolipida yang terdapat pada tanaman dan hewan

Universitas Sumatera Utara

dan lipida yang tak dapat disabunkan termasuk terpen, steroid dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak Hanya sedikit asam lemak bebas terdapat secara alami. Asam lemak dijumpai pada lipida-lipida yang telah disebutkan terdahulu baik ikatan-ikatan ester maupun ikatan amida yang terbentuk didalam metabolisme lemak.

Asam lemak kebanyakan diperoleh melalui hidrolisis lemak yang : a. Merupakan asam monokarboksilat yang

mengandung grup karboksil yang dapat berionisasi dan non polar, berantai atom C lurus yang siklik. b. c. Umumnya terbentuk dari atom C yang genap Dapat jenuh atau tidak jenuh atau mengandung ikatan rangkap (Naibaho, 1998)

2.5 Penentuan Mutu Minyak Peningkatan mutu minyak adalah suatu daya pasar untuk lancarnya suatu produk. Untuk itu pemerinyah selalu menganjurkan agar perusahaan-perusahaan melakukan gugus kendali mutu.

Standarisasi mutu minyak ditentukan antara lain: 1. Bilangan Asam Bilangan asam adalah jumlah milligram alkali yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas (FFA) dari satu gram minyak atau lemak. 2. Kadar asam Lemak bebas

Universitas Sumatera Utara

Kadar asam lemak bebas (FFA) adalah banyaknya asam lemak bebas yang terdapat pada minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi asam-asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indicator mutu minyak. 3. Bilangan Penyabunan Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram alkali yang diperlukan untuk penyabunan satu milligram minyak atau lemak. Bilangan penyabunan menentukan kereaktifan logam logam alkali (Na, K, Ca, Mg) pada minyak atau lemak. 4. Bilangan Iodium Bilangan Iodium adalah jumlah gram iodium yang dapat diikat oleh 100 gram minyak atau lemak. Dapat juga disebut sebagai derajat ketidakjenuhan minyak atau lemak. Minyak atau lemak yang mengandung asam lemak tidak jenuh yang terikat pada gliserida dan mampu menyerap sejumlah iodium yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan jenuh. Ikatan rangkap yang terdapat pada gliserida dengan tingkat kejenuhan yang tinggi akan mengikat iodium dalam yang besar. 5. Bilangan Peroksida Bilangan peroksida adalah jumlah indeks bias lemak yang telah teroksidasi dinyatakan dalam milli equivalen. Bilangan peroksida menunjukkan derajat oksidasi sejauh minyak atau lemak tersebut mengalami oksidasi. 6. Penentuan kadar air Kadar air adalah banyak jumlah air yang terdapat pada minyak atau lemak . Air didalam minyak atau lemak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini terjadi karena prose salami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta sewaktu penimbunan.

Universitas Sumatera Utara

7. Penentuan kadar kotoran Kadar kotoran adalah banyaknya kotoran yang terlarut dalam minyak atau lemak. Kotoran yang terdapat dalam minyak adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam n-heksan dan petroleum eter. 8. Cloud point Cloud point adalah temperatur pada waktu terjadi atau terbentuknya yang merupakan awal mula terjadinya kristalisasi. 9. Warna (colour) Warna adalah metode untuk menentukan warna dari minyak atau lemak yang dinyatakan oleh perbandingan ataupun persamaan daripada warna lemak dengan standart warna ditetapkan. 10. Melting point Melting point adalah temperature pada saat minyak atau lemak mulai meleleh (Ketaren, 1996).

2.6 Proses Pengolahan Kelapa Sawit dan Inti Sawit Pengolahan bahan kelapa sawit dimaksud untuk memperoleh minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit dari biji (nut). Pada prinsipnya proses pengolahan TBS menjadi CPO di PTP.Nusantara IV Pabatu dibagi dalam beberapa stasiun yaitu:

2.6.1 Stasiun Penerimaan Buah Penimbangan TBS

Universitas Sumatera Utara

Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat TBS yang akan di proses di dalam pabrik. Jumlah berat TBS dapat diketahui dari selisih berat bruto (berat truk dan buah) dan berat truk saja. Penimbangan dilakukan pada saat truk berisi buah yang akan masuk ke pabrik dan pada saat truk kosong (keluar dari loading rump). Kapasitas timbangan di pabrik kelapa sawit PTP.NUSANTARA IV adalah maksimal 30 ton (Anonym, 2010). Penimbunan TBS (Loading Ramp) Loading Ramp merupakan tempat penimbunan sementara dan pemindahan tandan buah kedalam lori rebusan. Di loading ramp dilakukan tahap sortasi yang bertujuan memilih buah buah yang layak diolah oleh pabrik. Sortasi ini merupakan tahap terpenting dalam pengolahan suatu pabrik, sebab bila terjadi kesalahan kesalahan pada tahap sortasi maka pabrik akan rugi karena lossis minyak yang banyak (Anonym, 2010). Lori Rebusan Dari loading rump dengan alat hidrolid pump, TBS dikeluarkan dari lori rebusan yang berkapasitas 2,5 ton / lori. Dalam mengisi lori harus dihindari pengisian terlalu penuh karena dapat mengakibatkan packing pintu bergeser dan buah jatuh dari lori. Lori didorong ke sterilizer rebusan dengan menggunakan bantuan tali capstand.

2.6.2 Stasiun Perebusan ( Sterilization Station ) Tahap selanjutnya setelah TBS yang telah ditimbang dan dimasukkan kedalam lori adalah tahap perebusan. Kapasitas satu unit rebusan adalah 10 lori. Steam yang digunakan untuk merebus adalah dari boiler dengan ketentuan sebagai berikut : Temperatur 135 140 C Waktu sekitar 90 100 menit (tergantung kondisi buah)

Universitas Sumatera Utara

Dalam Perebusan ada sistem 3 puncak (tripple peak) Puncak 1 : dengan tekanan 2,30 bar selama 14 menit dan dilakukan pembuangan kondensat selama 1 menit dan tekanan akan kembali seperti semula 0,0 bar. Tujuan pembuangan kondensat pada puncak 1 adalah untuk membuang udara yang terjebak didalam sterilizer, membuang kondensat karena udara adalah konduktor terburuk dalam perebusan buah serta membuang kotoran. Puncak 2 : dengan tekanan 2,50 bar selama 12 menit dan dilakukan pembuangan kondensat selama 2 menit. Puncak 3 : dengan tekanan 3,0 bar dan temperatur 1400 selama 14 menit, dan dilakukan penahanan sebelum pembuangan kondensat selama 45 menit untuk buah restan yang bertujuan untuk melepaskan ikatan peptin pada protein yang terdapat dalam buah. Setelah dilakukan penahanan selama 45 menit hingga tekanan turun sampai 2,7 bar, kondensat dibuang selama 4 menit hingga tekanan 0 bar (Anonym, 2010).

2.6.3

Stasiun Bantingan

Stasiun Bantingan adalah stasiun Pemisah brondolan dengan janjangan kosong. Stasiun Bantingan ini terdiri dari beberapa tahap antara lain : a. Hoisting Crane Alat yang digunakan untuk mengangkat lori yang telah direbus disterilizer ke thresser, dengan memutar lori hingga tandan buah jatuh seluruhnya ke auto feeder. b. Auto Feeder Tempat penampungan buah masak hasil tuangan dari hoisting crane, yang dapat mengatur pemasukkan buah kedalam alat penebah (Thresser) secara otomatis. c. Thresser

Universitas Sumatera Utara

Alat berupa tromol, berdiameter 1,9-2,0 meter panjang 3-5 meter yang dindingnya berupa kisi-kisi dengan jarak 50 mm, untuk memisahkan brondolan dari tandan. Cara Kerja : Dengan membanting Tandan Masak pada tromol yang berputar akibat gaya sentrifugal, puturan tromol hingga pada ketinggian maksimal tandan jatuh ke thresser akibat gaya gravitasi. d. Fruit Elevator Alat ini digunakan untuk mengangkut buah / brondolan dari fruit bottom cross conveyer ke top cross conveyer untuk kemudian dibawa ke distribusi conveyer. Alat ini terdiri dari sejumlah elevator yang diikat pada rantai yang digerakkan oleh elektro motor. e. Empty Bunch Conveyer Alat ini digunakan untuk menampung tandan kosong yang kemudian dikirim ke hopper tandan kosong dan selanjutnya dikirim ke areal tanaman sebagai pupuk (Anonym, 2010).

2.6.4 Stasiun Pengepresan Stasiun pengepresan adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah dengan cara melumat dan mengepah. a. Bejana Pengaduk (Digester) Bejana Pengaduk berfungsi untuk melumatkan brondolan, sehingga dari daging buah terpisah dari biji. Bejana pengaduk ini terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang didalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk (strring arms) sebanyak 5 tingkat yang diikat pada proses dan digerakkan oleh motor listrik. Empat tingkat pisau bagian atas dipakai sebagai pengaduk atau pelumat dan pisau bagian bawah

Universitas Sumatera Utara

(strring arm bottom) disamping sebagai pengaduk juga dipakai untuk pendorong massa keluar dari ketel adukan ke pengempa. Pegadukkan dilakukan dengan kondisi proses sebagai berikut : 1). Bejana pengaduk selalu dalam keadaan penuh atau dari volumenya 2). Temperatur pemanasan (uap) 90-95C 3). Waktu pengadukkan 15-20 menit 4). Tekanan uap (steam) 2-3 kg/cm 5). Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka adukkan akan sulit diproses pada saat pengempaan, akibatnya kehilangan minyak dalam ampas akan meningkat.

b. Pengempa (press) Pengempa dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dan daging buah (pericarf). Pengempa terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh dua buah konus (cones) yang berada pada ujung pengempa yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolisis. Ampas akan diolah untuk mendapatkan inti (kernel). Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa bubur buah kempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10-15% dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar 90o C. Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat padat (Anonym, 2010).

Universitas Sumatera Utara

2.6.5 Stasiun Pemurnian Minyak Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Minyak kasar hasil stasiun pengempa dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan dengan system pengendapan, centrifuge dan penguapan. Pada stasiun pemurnian/klarifikasi minyak terjadi beberapa tahapan proses :

a. Pengenceran Pengenceran bertujuan untuk mengencerkan minyak sehingga pemisahan pasir dan serat-serat yang terdapat dalam minyak dapat berjalan dengan baik. Pengenceran berlangsung dengan baik bila suhu air pengenceran 90-95C. b. Tangki Pemisah Pasir ( Sand Trap Tank ) Melalui talang air (oil gutter) yang dipasang dibawah screw press minyak mengalir ke Sand Trap Tank. Alat ini digunakan untuk menangkap pasir dari cairan minyak kasar yang bersal dari screw press. Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar harus panas dengan suhu 90-95C yang diperoleh dengan menginjeksikan uap, minyak menuju vibro separator. c. Ayakan getar (Vibro separator) Ayakan getar dipakai untuk memisahkan benda-benda padat yang terikat minyak kasar. Benda-benda tersebut berupa ampas yang disaring pada saringan ini dikembalikan ke timba buah untuk diproses kembali. Cairan minyak ditampung dalam minyak kasar (crude oil tank / bak RO). Untuk memudahkan penyaringan ayakan getar tersebut disiram dengan air panas.

Universitas Sumatera Utara

d. Bak RO(Raw Oil)/Pompa minyak kasar (Crude Oil Pump) Bak RO menampung minyak kasar yang telah disaring untuk dipompakan kedalam tangki pemisah (Continuous Settling Tank) dengan pompa minyak kasar. Untuk menjaga agar suhu cairan tetap, diberikan penambhan panas dengan

menginjeksikan uap pada temperature 90-95C. e. Tangki Pemisah Pemisahan pertama minyak dengan sludge secara pengendapan dilakukan didalam tangki pemisah ini. Untuk mempermudah pemisahan suhu dipertahankan pada 9095C. Berdasarkan perbedaan berat jenis, minyak yang lebih kecil daripada sludge aka naik keatas melalui skimmer (paying pengutipan minyak) dan masuk ke oil tank dan sludge masuk ke sludge tank. f. Tangki Masakan Minyak (Oil Tank) Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanaskan kembali sebelum diolah lebih lanjut pada oil purifier. Pada tangki ini diusahakan agar tetap penuh dan pemanasan dijaga pada suhu 90-95C. Sistem pamanasan ini dilakukan dengan pipa spiral yang dialiri uap. g. Oil Purifier Oil Purifier bertujuan untuk memurnikan minyak yang berasal dari oil tank, yang masih mengandung air 0,4-0,6 % dan kotoran 0,05-0,1 % dengan menggunakan alat pemisah centrifuge dengan kecepatan putar antara 5000-6000 rpm. h. Pengeringan Minyak(Oil Dryer) Melalui tangki apung (float tank) yang mengatur jumlah minyak, minyak dialirkan ke oil dryer. Minyak terhisap kedalam tabung melalui pemercikan (nozzle) karena adanya hampa udara dan minyak terpancar kedalam tabung hampa. Lalu uap yang

Universitas Sumatera Utara

terbentuk dibuang ke tempat pembuangan. Minyak ditampung ditangki minyak produksi dan selanjutnya dipompakan dipompakan ke tangki timbun. i. Tangki Timbun (Storage Tank) Pada tangki timbun, Minyak disipan dengan temperature 50-60C, untuk menjaga agar asam lemak bebas (ALB) minyak tidak naik. Jumlah tangki timbun ada tiga buah. j. Tangki Lumpur (Sludge Tank) Lumpur yang keluar dari tangki pemisah ditampung dalam sludge tank karena masih menandung minyak 7-9 %. Didalam sludge tak terdapat pipa steam injection dan sludge dipanaskan hingga temperature 90-95C. k. Saringan Berputar (Brush Strainer) Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut-serabut yang terdapat dalam sludge sebelum diolah didalam sludge separator. Cairan yang telah tersaring keluar dari bagian atas menuju kedalam pre-cleaner sedangkan serabut atau sampah dibuang dari bagian bawah. l. Pre Cleaner Cairan yang keluar dari brush Strainer masih mengandung pasir. Untuk membuang pasir, digunakan sludge pre cleaner. Bagian atas alat ini berbentuk silinder dan bagian bawah berbentuk kerucut. Dibawah kerucut terdapat tabung pengendap pasir. Setiap setengah jam pasir dibuang dan cairan dipompakan kedalam balance tank. m. Balance Tank Balance tank berfungsi untuk menampung cairan lumpur yang akan diolah di sludge separator.

Universitas Sumatera Utara

n. Sludge Separator Cairan sludge yang telah melalui balance tank dialirkan kedalam sludge separator untuk dikutip minyaknya. Dengan gaya sentrifugal,minyak yang BJ nya lebih rendah bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui sudut-sudut (paring disk) ditampung di fat-pit sebelum dipompakan ke ruang pertama tang pemisah (CST). o. Fat pit Minyak hasil penyepian dari sludge tank,minyak tumpah-tumpahan dan dari bekas cucian di stasiun klarifikasi ditampung dalam bak-bak penampung. Minyak hasil kumpulan dipanaskan dengan sistem injeksi, sehingga minyak yang tertampung dikirim ke bak RO sedangkan sludge dari bak fat pit dialirkan ke deoling pond. Minyak hasil pemisahan dikirim kembali ke pabrik untuk diproses, sedangkan cairan sludge dialirkan kembali ke bak limbah (Tim standarisasi, 1994). Tabel 2.4 Angka-angka Standart Pengolahan No Karakteristik 1 Tekanan Rebusan (kg/cm) 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu Rebusan Sistem Triple Peak (menit) Tekanan Kerja Pengempaan (bar) Temperatur pada seluruh unit di stasiun pemurnian (C) Tekanan Vacum Drier (mmHg) Pemakaian Air Pengencer di Pengempaan (%TBS) Temperatur di Bagian Atas Pengering Kernel (C) Temperatur di Bagian Tengah Pengering Kernel (C) Temperatur di Bagian Bawah Pengering Kernel (C)

Batasan 2,8-3 90-100 40-50 90-98 760 20 80 70 60

2.6.6 Stasiun Kernel A. Proses Pemisahan Cangkang dan Inti Sawit 1. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Universitas Sumatera Utara

Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut dengan Cake Breaker Conveyor (CBC). Alat ini berperan memecah gumpalan ampas dan mengangkutnya ke kolom fibre cyclone. Untuk mempermudah pemecahan gumpalan dan mempersiapkan ampas yang sesuai dengan persyaratan bahan bakar, maka dilakukan pemanasan CBC yang dilengkapi dengan mantel sehingga kadar air ampas menurun dan mudah diproses lebih lanjut pada depericarpe (Anonym, 2010).

Ampas pres yang terlalu basah akibat pengempaan yang tidak sempurna dapat menyebabkan kerusakan alat CBC yaitu sering patah as dan juga mempersulit pemisahan serat dengan biji, yang dapat mengurangi pengadaan bahan bakar. Semakin tinggi kadar air dalam serat akan menyebabkan kalor bakar yang rendah dan berakiibat langsung pada pencapaian tekanan kerja dan kapasitas uap yang dihasilkan boiler.

Pemecahan

gumpalan-gumpalan

ampas

press

yang

sempurna

dapat

mendukung proses pemisahan serat dengan biji dalam depericarper, yang merupakan penentu dalam efisiensi pemecahan biji dalam alat pemecah biji. Untuk mempercepat penguapan air pada CBC dilakukan pemanasan ampas sepanjang mantel CBC. Akan tetapi pengeringan ini sering kurang sempurna, karena panjang CBC yang terlalu pendek dan hisapan fibercyclone kurang kuat sehingga kelembaban udara diatas permukaan ampas tetap tinggi yang tidak

Universitas Sumatera Utara

mendukung terhadap proses evaporasi uap, dan akan menghasilkan serat basah yang dapat menurunkan kalor bakar serat (Naibaho, 1998).

Proses pemisahan biji-serat dari ampas pengempaan bertujuan terutama untuk memperoleh biji sebersih mungkin. Kemudian, dari biji tersebut harus menghasilkan inti sawit secara rasional, yakni kerugian yang sekecil-kecilnya dengan hasil inti sawit yang setinggi-tingginya. Pemisahan biji dari gumpalan ampas pengempaan sangat dipengaruhi oleh segi-segi teknis dari proses yang mendahuluinya. Jika proses pemisahan serabut tidak menghasilkan biji yang bersih maka sebab-sebab utama dari kegagalan tersebut dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : - Perebusan kurang baik sehingga biji sukar lepas dari serabut. - Pengadukan yang kurang baik menyebabkan buah kurang tercacah sehingga serabut masih melekat pada biji. - Ampas pengempaan tidak cukup kering karena kondisi buah kurang bagus, tekanan pengempaan kurang mencukupi, penambahan air terlalu banyak pada saat pengempaan, atau keausan pada sliding cone sudah berlebihan. - Pemuatan atau pengisian alat pemisah biji dan serabut dengan ampas melebihi kapasitasnya. - Daya kipas atau ventilator yang tidak cukup atau tidak sesuai dengan alat pemisah. - Kotoran-kotoran berat, seperti batu, kerikil, dan lain-lain yang memperkecil kapasitas alat pemisah. - Kebersihan alat tidak terpelihara sehingga mempengaruhi hasil kerja.

Universitas Sumatera Utara

Cara yang umum digunakan untuk memisahkan biji dengan serat kelapa sawit yaitu cara pneumatis dan mekanis. Pemisahan dengan pneumatis yaitu memisahkan biji dari serabut dengan menggunakan tarikan atau hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Gumpalan ampas pengempaan dipecah dengan cake brake conveyor, lalu dijatuhkan dari bagian samping kolom pemisah. Sementara, dari bagian tengah atas, diberi hisapan udara yang berasal dari fan. Pemisahan terjadi akibat adanya perbedaan berat antara dua jenis bahan yang hendak dipisahkan (biji dan serabut). Bahan yang lebih ringan (serabut dan inti pecah) akan tertarik keatas, sedangkan biji akan jatuh kebawah. Biji yang jatuh kebawah langsung memasuki nut polishing drum untuk membersihkan sisa-sisa serabut yang masih menempel pada biji. Selanjutnya, biji yang telah bersih ditampung dan dikeringkan di nut silo.

Pemisahan dengan cara mekanis tidak banyak tipe atau modelnya. Model yang paling banyak digunakan yaitu model ayakan. Ayakan ini berebentuk tromol segi delapan (oktagon) yang kedelapan sisinya dibentuk oleh lembaranlembaran besi. Biji-biji dipisahkan dari serabut yang akan disaring melalui lubang-lubang lembaran besi tersebut.

Kapasitas ayakan ini banyak tergantung dari ukuran lubang saringan. Oleh karena itu, ayakan ini lebih baik digunakan jika buah yang diolah mempunyai biji-biji besar dengan daging buah tipis (Pahan, 2006).

2. Pemisah Ampas dan Biji (Depericarper)

Universitas Sumatera Utara

Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji serta membersihkan biji dan sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Ampas dan biji dari Cake Breaker Conveyor masuk kedalam kolom pemisah. Ampas kering dengan BJ yang lebih ringan terhisap blower kedalam siklon ampas (fibre cyclone) dan melalui air lock masuk kedalam conveyor sebagai bahan bakar ke boiler, sedangkan biji yang BJ nya lebih besar jatuh ke bawah dan di antar ke drum pemoles (polishing drum).

3. Polishing Drum Ampas pressan yang terdiri dari serat,biji,dan inti dipecah oleh cake breaker sehingga lebih mudah blower untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan terdiri dari serat,inti pecah halus,pecahan tempurung tipis dan debu. Fraksi berat adalah biji utuh,biji pecah,inti utuh dan inti pecah. Pemisahan fraksi ini tergantung dari efisiensi penggunaan blower. Fraksi berat diolah dalam depericarper yang bertujuan untuk menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji dan mengganggu jalannya proses pemecahan biji pada Ripplr Mill, yaitu daya pentalnya (collsion) berkurang yang berakibat pada proses pemecahan biji lebih lama, yang sekaligus mengurangi kapasitas olah unit.

4. Destoner Biji dari polishing drum dihisap oleh blower dimasukkan kedalam nut hopper. Tujuannya disamping sebagai alat transportasi juga untuk memisahkan batu-batu/besi yang terikut pada biji berdasarkan gravity.

Universitas Sumatera Utara

5. Nut Hopper Nut Hopper berfungsi sebagai silo/pengumpul biji yang akan dipecah di pemecahan biji (Ripple Mill).

6. Pemecahan Biji (Ripple Mill) Mekanisme pemecahan biji adalah dengan menggunakan ripple mill, yaitu dengan cara menekan biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan menyebabkan pecahnya biji. Ripple mill terdiri dari 2 unit yaitu Pengolahan fraksi tenera dan fraksi dura, fraksi dura merupakan fraksi yang memiliki tempurung tebal sedangkan tenera merupakan hasil persilangan dura dengan psifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar. Efisiensi pemecahan biji dipengaruhi kecepatan putaran rotor sebagai resultan gaya, jarak antara rotor dengan pilar bergerigi dan ketajaman gerigi plat disusun sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan pemecah. Ripple Mill berfungsi sebagai alat pemecah biji dengan cara gesekan dengan putaran 2600-2800 rpm. Ripple Plate dengan rator Bar disesuaikan jaraknya dengan massa yang akan dipecahkan sehingga didapatkan efisiensi pemecahan biji > 97 %.

7. LTDS I dan II LTDS bertujuan untuk memisahkan antara cangkang dan inti produksi dengan pencapaian losses seminimal mungkin < 2 % terhadap contoh. Cangkang dan inti (crack shell) dari hasil pemecahan di ripple mill dihisap oleh blower LTDS I untuk dipisahkan di separating kolom, sehingga cangkang yang halus grafitinya ringan terhisap dan jatuh ke conveyor melalui air lock dijadikan bahan bakar ke boiler. Cangkang dan inti gravity nya lebih berat dan jatuh lalu dihisap

Universitas Sumatera Utara

oleh blower LTDS II melalui air lock. Selanjutnya pemisahan di separating kolom, inti fraksi berat akan jatuh ke bawah masuk ke karnel dryer untuk dikeringkan sampai kadar air 7%. Cangkang dan inti fraksi sedang masuk ke bak hydrocyclone melalui air lock, sedangkan fraksi ringan yang masih ada dihisap dan jatuh ke conveyor melalui air lock menjadi bahan bakar boiler.

8. Hydrocyclone Hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan inti dari cangkang dengan berdasarkan grafity melalui media air. Cangkang dan inti masuk ke bak Hydrocyclone di pompakan ke siklone inti berdasarkan putaran air melalui cones dengan diameter 45-48 mm, inti yang ringan naik ke atas masuk ke tromol inti, untuk selanjutnya dikirim ke karnel dryer. Sedangkan fraksi berat (cangkang) jatuh kebawah masuk ke bak hydrocyclone cangkang dan dipompakan ke siklon cangkang berdasarkan putaran melalui cones dengan diameter 53-55 mm untuk pemisahan kembali. Cangkang ke hopper cangkang, sedangkan intinya masuk ke bak hydrocyclone inti untuk pemisahan kembali.

9. Kanel Dryer Fungsi dari karnel dryer untuk mengeringkan inti sampai kadar air mencapai 7% dan kadar kotoran 6%. Pengeringan di karnel dryer dengan skam melalui heater. Di hembuskan oleh blower sehingga udara panas akan masuk ke dalam karnel dryer, untuk memanaskan inti dengan mengatur suhu dibawah 60C,Tengah C,Atas 80C.

10. Karnel Bunker

Universitas Sumatera Utara

Fungsinya sebagai silo untuk menampung inti-inti yang sudah kering, yang akan dikirim ke pabrik pengolahan inti sawit (Anonym, 2010).

2.6.7

Inti Sawit Inti sawit merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari

daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50 %. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung di dalamnya 9disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya atau bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada waktu perebusan yaitu sekitar 1300 C. Suhu kerka maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang berubah warna. Berondolan dan buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya adalah lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.

Pada umumnya jika tandan dibiarkan 45-60 menit saja pada tekanan uap jenuh 2,5 kg/cm dalam rebusan, hanya sedikit inti sawit yangh mengalami perubahan warna, minyaknya akan bewarna kuning muda. Dalam hal warnanya cokelat tua atau lebih gelap minyaknya akan sukar atau tidak dapat dipucatkan. Demikian juga minyak dari inti sawit yang berasal dari inti yang kurang kering atau dari inti yang disimpan basah (Mangoensoekarjo, 2003)

Universitas Sumatera Utara


Top Related