Transcript
Page 1: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

i

NYELABAR DALAM PERKAWINAN ADAT SASAK DI DESA SARIBAYE

KEC. LINGSAR

(Seni Bernegosiasi Masyarakat Suku Sasak)

Oleh :

AHDA SABILA NIM. 153.141.039

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2017

Page 2: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

ii

NYELABAR DALAM PERKAWINAN ADAT SASAK DI DESA SARIBAYE

KEC. LINGSAR

(Seni Bernegosiasi Masyarakat Suku Sasak)

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram

Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial (S.sos.)

Oleh :

AHDA SABILA NIM. 153.141.039

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2017

Page 3: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Ahda Sabila, NIM: 153.141.039 dengan judul, “Nyelabar Dalam

Perkawinan Adat Sasak Di Desa Saribaye Kec.Lingsar (Seni Bernegosiasi

Masyarakat Suku Sasak)” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: ........ Desember 2017

Pembimbing I, Pembimbing II,

Muhammad Sa’i, M.A Dr. Abdul Malik, M.Ag, M.pd

NIP. 196812311999031007 NIP. 197909232011004

Page 4: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

iv

Mataram,..........Desember 2017

Hal : Ujian Skripsi

Yang Terhormat Rektor UIN Mataram di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan

koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudari

Nama Mahasiswa : Ahda Sabila

NIM : 153.141.039

Jurusan/Prodi : Komunikasi Penyiaran Islam

Judul : ”Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak Di Desa

Saribaye Kec. Lingsar (Seni Bernegosiasi

Masyarakat Suku Sasak) “

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu,

kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.

Wassalammu’alaikum, Wr.Wb.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Muhammad Sa’i, M.A Dr. Abdul Malik, M.Ag, M.pd

NIP. 196812311999031007 NIP. 197909232011004

Page 5: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahda Aabila

NIM : 15.3.14.1.039

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Institusi : UIN Mataram

menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Nyelabar Dalam Perkawinan Adat

Sasak Di Desa Saribaye Kec.Lingsar (Seni Bernegosiasi Masyarakat Suku Sasak

)” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali pada

bagia-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan plagiat

tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi yang telah ditentukan oleh

lembaga.

Mataram, ...... Desember 2017

Saya yang menyatakan

AHDA SABILA__ NIM: 15.3.14.1.039

Page 6: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

vi

PENGESAHAN

Skripsi oleh: Ahda Sabila, NIM: 15.3.14.1.039 dengan judul “Nyelabar

Dalam Perkawinan Adat Sasak Di Desa Saribaye Kec. Lingsar (Seni Bernegosiasi

Masyarakat Suku Sasak)” telah dipertahankan di depan dewan penguji Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram

pada tanggal ............. Juli 2017.

Dewan Penguji

1. Ketua Sidang/Pemb.I : Muhammad Sa’i, M.A

NIP. 196812311999031007

2. Sekertaris Sidang/Pemb.II : Dr. Abdul Malik, M.Ag, M.pd

NIP. 197909232011004

3. Penguji I : Dr. Abdul Wahid, M.Ag., M.Pd NIP. 197i05061996031001

4. Penguji II : H. M. Syarifuddin, M.Pd. NIP. 197609152011011006

Page 7: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

vii

MOTTO

يال س ى د أ و ن م ب م ل ع أ م ك ر ف ھ ت ل ا ش ع ل م ع ل ل ق

Katakanlah: "T iap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-

masing". Maka T uhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar

jalannya.1

1 QS. Bani Ira’il [17] : 84. Al- Jumanatul Ali, Al- Qur’an Dan Terjemahan, (Bandung:

Cv Penerbit Art 2004) hlm. 291.

Page 8: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

viii

PERSEMBAHAN :

“Aku persembahkan skripsi ini untuk

ayah ku tercinta (M Tabiyyin), ibunda ku

tersayang (almh. Aminah), my lovely Aunty

(Amiri), adik ku (Qurratul Aena), sahabat

terkasihku (Nurmala Handayani, Eka

Lestari, Siti Haerizah & seluruh penghuni

KPI B), dan semuanya yang telah

mendukung saya dalam segala hal.

Page 9: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. yang telah memberikan

nikmat sehat dan sempat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak Di Desa Saribaye

Kec.Lingsar (Seni Bernegosiasi Masyarakat Suku Sasak) ini dalam bentuk

selayaknya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi

besar Muhammad SAW, yang telah berjuang dengan tetesan darah dan air mata

sehingga kita semua bisa menikmati nikmatnya Islam hingga saat ini.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses

tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu yaitu, mereka adalah :

1. Muhammad Sa’i, M.A Selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Abdul Malik,

M.Ag, M.pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, tanpa bosan ditengah

kesibukannya, menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

2. Najamudin, M.Si. selaku ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang

selalu mendorong dan memberikan dukungan kepada penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini;

3. Dr. H. Subhan Abdullah Acim, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Mataram;

4. Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah

memberikan tempat bagi penulis untuk menuntu ilmu serta kemudahan dalam

penyelesaian administrasi bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan

perkuliahan tepat waktu.

Page 10: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

x

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

membekali dan membimbing penulis dengan berbagai ilmu selama

perkuliahan berlangsung.

6. Ibunda dan Ayahanda, almh Aminah dan M Tabiyyin atas jasa-jasanya,

kesabaran, do’a, dan tidak pernah lelah dalam mendidik dan memberikan cinta

yang tulus dan ikhlas kepada penulis sejak kecil.

7. Bapak Sarawan Sukadani, ST, selaku Kepala Desa Saribaye yang telah

menerima dan memberi izin serta membantu penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penelitian ini bisa terselesaikan.

8. Segenap masyarakat Desa Saribaye yang telah menerima dan membantu

penulis saat penelitian sedang dilaksanakan.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa jurusan KPI khususnya angkatan

2014, terima kasih atas segala dukungan, motivasi serta kenangannya selama

ini.

11. Untuk kampus tercinta, aku siap melangkah lebih tinggi lagi. Dan terakhir

untuk almamaterku tercinta.

Semoga dengan segala partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak tersebut

dicatat sebagai amal baik dan senantiasa diterima oleh Allah SWT. Kesempurnaan

hanyalah milik Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun penyusunannya.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan

selanjutnya.

Page 11: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

xi

Semoga apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi

peneliti khususnya dan kepada pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum, wr. Wb.

Mataram,....... Desember 2017

Penulis,

Ahda Sabila NIM. 15.3.14.1.039

Page 12: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

xii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .................................................................. i HALAMAN JUDUL ..................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRPSI ....................................... v PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ......................................... vi HALAMAN MOTTO ................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................... viii KATA PENANTAR ...................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xiv ABSTRAK ...................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................. 5 C. Tujuan Dan Manfaat .......................................... 5 D. Ruang Lingkup dan Seting Penelitian ................ 6 E. Telaah Pustaka .................................................... 7 F. Kerangka Teori ................................................... 11 G. Metode Penelitian ............................................... 28 H. Sistematika Pembahasan ..................................... 38

BAB 11 PAPARAN DAN TEMUAN ................................... 39 A. Gambaran Umum Desa Saribaye Kecamatan

Lingsar ................................................................ 39 B. Nyelabar dalam Perkawinan Ada Sasak

di Desa Saribaye Kec. Lingsar......................... 46

BAB III PEMBAHASAN ...................................................... 63 A. Nyelabar dalam Perkawinan Adat Sasak

di Desa Saribaye Kec. Lingsar ....................... 63 B. Etika Komunikasi dalam Tradisi Nyelabar

di Desa Saribaye Kec. Lingsar ........................ 75

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.I : Jumlah Penduduk Desa Saribaye.........................................................42

Tabel 2.I : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian..............................42

Tabel 3.I: Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dan Kepercayaan .................44

Tabel 4.I : Jumlah Sarana Pribadatan...................................................................45

Tabel 5.1 :Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..........................45

Page 14: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian BAPEDA

Lampiran 3 Surat Bebas Pinjam Perpustakaan Daerah

Lampiran 4 Surat Bebas Pinjam Perpustakaan Kampus

Lampiran 5 Instrumen dan Hasil Wawancara.

Page 15: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

`

xv

“ NYELABAR DALAM PERKAWINAN ADAT SASAK DI DESA

SARIBAYE KEC. LINGSAR

( Seni Bernegosiasi Masyarakat Suku Sasak )

Oleh :

Ahda Sabila NIM:15.3.14.1.039

ABSTRAK

Pada dasarnya budaya merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses interaksi individu, nilai-nilai ini diakui baik secara langsung maupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui dan dalam interaksi tersebut. Bahkan terkadang sebuah nilai tersebut berlangsung didalam alam bawah sadar individu dan diwariskan pada generasi berikutnya. Budaya inilah yang menjadi acuan dasar bahkan bisa menjadi rel bagi proses komunikasi antar manusia yang ada di dalamnya. Karena ia muncul dalam wilayah tertentu dengan memiliki keragaman, perbedaan, hingga keunikan yang membedakan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya. Desa Saribaye merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat yang dimana masyarakatnya memiliki nilai-nilai dan norma yang tinggi dalam pelaksanaan proses adat, yakni dalam proses adat nyelabar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana nyelabar dalam perkawinan adat Sasak di Desa Saribaye Kec. Lingsar (Studi Pendekatan Etika Komunikasi). Metode yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi naturalistik, yaitu menghasilkan deskripsi ucapan, tulisan, perilaku yang dapat diamati, dan menggambarkan fenomena lapangan dengan melakukan observasi langsung, wawancara, mencari data-data pendukung dan dokumentasi. Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Nyelabar adalah bagian dari perkawinan adat Sasak dalam rangka untuk menyelesaikan persoalan hak wali dan penyelesain adat. Secara etika dalam proses pelaksanaannya, utusan Desa datang dengan cara dan etika yang baik. Tradisi adat Sasak ini, merupakan tradisi yang tidak jauh dari nilai dan norma, bagi masyarakat Sasak adat yang baik itu adalah adat yang besendi (berpondasi) beteken (bertiang) dan betatah (terukir) yang dimana adat itu dibangun, didirikan, dan diukir dengan nilai-nilai norma Kata Kunci : Budaya, Etika, Komunikasi.

Page 16: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang beragam. Di lihat dari

segi bahasa, budaya, ras dan tata cara adat yang berbeda-beda di masing-masing

daerah. Hal ini disebabkan karena latar belakang sejarah masyarakat yang berbeda

sehingga akan mempengaruhi dalam cara bertingkah laku masyarakat dan system

tata nilai yang di anutnya. Pada dasarnya budaya merupakan nilai-nilai yang

muncul dari proses interaksi individu, nilai-nilai ini diakui baik secara langsung

maupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui dan dalam interaksi tersebut.

Bahkan terkadang sebuah nilai tersebut berlangsung didalam alam bawah sadar

individu dan diwariskan pada generasi berikutnya. Budaya inilah yang menjadi

acuan dasar bahkan bisa menjadi rel bagi proses komunikasi antar manusia yang

ada di dalamnya. Karena ia muncul dalam wilayah tertentu dengan memiliki

keragaman, perbedaan, hingga keunikan yang membedakan antar satu wilayah

dengan wilayah lainnya. 1

Pada masyarakat Nusa Tenggara Barat pada umumnya memiliki beragam

adat istiadat yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Dalam upacara

1 Nasrullah Rulli, Komunikasi Antar Budaya, ( Jakarta : Kencana Prenamedia Group,2012)

hlm 15

Page 17: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

2

adat pernikahan misalnya, atau adat merariq terdapat beberapa keunikan

dibandingkan dengan daerah lain dalam hal penyelenggaraan. 2

Perkawinan merupakan salah satu aktifitas yang selalu mendapatkan

perhatian khusus sepanjang peradaban manusia, baik peradaban dalam

masyarakat tradisional maupun pada masyarakat modern. Seperti dalam adat

pernikahan masyarakat suku Sasak yang di kenal dengan adat “Merariq”, yaitu

ikatan yang terjadi antara seorang laki- laki dan perempuan yang menurut adat

Sasak sudah memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku dalam

lingkungan masyarakat, karena perkawinan terjadi meurut adat Sasak bukan saja

akan mengakibatkan hubungan suami istri tetapi menyangkut keluarga,

kekerabatan dan status yang di akui oleh adat. Apabila seorang perempuan telah

menyetujui akan menikah dengan seorang laki-laki, maka sang perempuan akan

mecari berbagai alasan untuk keluar dari rumah dengan tujuan untuk dibawa

kawin lari oleh calon suaminya atau masyarakat suku Sasak menyebutnya

“Memaling” tanpa diketahui oleh keluarga pihak perempuan. Kemudian

mempelai perempuan dilarikan kerumah Kepala Dusun atau kerumah kerabat-

kerabat mempelai laki-laki supaya tempat persembunyian tak diketahui oleh

keluarga pihak perempuan.3

2 Fahrir rahman, Pernikahan Di Nusa Tenggara Barat Antara Islam dan Tradisi (Mataram :

LEPPIM, 2013) hlm 114 3 Murdan, Perkawinan Masyarakat Adat, (Tesis, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2015)

Hlm 2

Page 18: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

3

Dalam rangka pelaksanaan tradisi “Merariq” ada serangkaian upacara-

upacara adat yang dilakukan setelah proses memaling tadi, pertama besejati

(pemberitahuan) merupakan kegiatan pertama yang dilakukan oleh pihak laki-laki

yang bertujuan untuk membicarakan segala hal yang terkait dengan proses

penyelesaian adat. Kedua pemuput selabar upacara adat ini dimaksud untuk

membahas ajikrama sebagai upaya agar dapat melangsungkan pernikahan mulai

dari bait wali hingga bait janji. Ketiga sorong serah yaitu kedatangan keluarga

besar mempelai laki-laki ke kediaman mempelai perempuan. Keempat

nyongkolan kegiatan akhir dari seluruh proses perkawinan yang dimana seluruh

anggota keluarga bahkan masyarakat sekalipun ikut serta berkunjung ke rumah

mempelai perempuan.4

Setelah seluruh rangkain adat dilakukan, ada beberapa adat istiadat yang

tidak luput dari perdebatan dan tawar menawar prihal pisuke, yaitu adat Nyelabar.

Nyelabar berasal dari kata selabar yaitu utusan dari pihak laki-laki dan

perempuan untuk membicarakan jumlah ajikrama sebagai upaya untuk dapat

melangsungkan akad nikah yang bertempat di rumah orang tua si gadis atau

keluarga terdekat si gadis yang dihadiri oleh Keliang, Kiyai, Tuaq Loqak, wakil-

wakil dari keluarga pihak gadis termasuk orang tua (Ayah) dan dua orang

pembayun sebagai utusan dari keluarga si pemuda. Apabila pembayun telah

mengambil tempat duduk di bawah sedangkan ahli waris dan para pejabat adat

4 Sainun, Tradisi Merarik, ( Mataram, Sanabil Perum Putri Bunga Amanah 2016) hlm 110

Page 19: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

4

kampung telah siap duduk diatas dan secara resmi bertanya “oah napaq ope

pada ahli waris eleq hina” yg artinya apakah ahli waris yg bersangkutan sudah

siap ? jika sudah maka akan dijawab napak. Kemudian keliang mempersilahkan

pembayun menyampaikan maksud kedatangannya maka pembayun

menyampaikan kalimat-kalimat nyelabar. Setelah itu barulah keliang atas nama

pemimpin kampung dan atas nama keluarga/orang tua si gadis menyebutkan

kewajiban pihak keluarga pemuda yang mengambil si gadis untuk dijadikan

istrinya. Kewajiban-kewajiban tersebut adalah ajikrama.

Di setiap sendi kehidupan masyarakat Globalisasi, Modernisasi dan

Westernisasi sudah banyak mempengaruhi pola hidup mayarakat. Sehingga adat

dan budaya sering kali terlupakan dan tidak dilaksanakan sesuai dengan peraturan

adat yang sesungguhnya. Seperti prosesi adat Nyelabar. Prosesi Nyelabar ini

sering kali di jadikan sebagai ajang untuk berbisnis “Ada uang sekian maka ada

wali”. Fenomena terebut sudah tidak asing lagi terjadi di kalangan mayarakat, apa

lagi pada lapisan masyarakat yang bersal dari keluarga ternama, memiliki

pekerjaan atau jabatan tinggi, dan memiliki jenjang pendidikan yang tinggi,

merupakan lapisan masyarakat yang memiliki harga selabar yang tinggi, sehingga

seringkali memberatkan pihak laki-laki, tetapi di dalam realitasnya pembayaran

pisuke yang tinggi malah akan memberatkan pihak perempuan. Di karenakan bait

wali atau meminta wali sebenarnya diperuntukan untuk mempelai wanita untuk

dijadikan sebagai wali nikah, jika wali tidak ada maka pernikahan tidak bisa

Page 20: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

5

dilangsungkan bahkan mempelai laki-laki dapat memulangkan calon mempelai

perempuan apa bila tidak menggunakan wali hakim.

Dengan demikian, peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan

penelitian mengenai Nyelabar yang sering sekali dijadikan sebagai ajang untuk

berbisnis di kalangan masyarakat, dengan judul “ Nyelabar Dalam Perkawinan

Adat Sasak Di Desa Saribaye Kec. Lingsar”.

B. Fokus Penelitian

1. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak di Desa Saribaye

kec. Lingsar ?

b. Bagaimana Etika Komunikasi Dalam Tradisi Nyelabar di Desa Saribaye

Kec. Lingsar ?

C. Tujuan Dan Manfaat

1. Tujuan Penenliatian

a. Ingin mengetahui Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak Di Desa

Saribaye kec. Lingsar

b. Ingin mengetahui Etika Komunikasi Dalam Tradisi Nyelabar Di Desa

Saribaye Kec. Lingsar

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Page 21: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

6

- Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang

lebih khususnya tentang Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak Di

Desa Saribaye kec. Lingsar.

- Dan melalui penelitian ini pula diharapkan dapat menjadi informasi

bagaimana Etika Komunikasi Dalam Tradisi Nyelabar Di Desa Saribaye

Kec. Lingsar.

b. Manfaat Praktis

- Agar dapat menjadi tambahan informasi bagi masyarakat luas tentang

Tradisi Nyelabar.

- Agar dapat menjadi tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang

ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian, maka cakupan dan ruang lingkup dalam

penelitian ini hanya akan membahas mengenai hal-hal yang terkait dengan judul

penelitian yaitu Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak di Desa Saribaye kec.

Lingsar, sehingga penelitian ini bisa efektif dan fokus pada rumusan masalah.

Sedangkan setting penelitian atau lokasi yang dijadikan objek dalam

penelitian ini adalah Desa Saribaye Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok

Barat. Peneliti memilih lokasi tersebut dengan beberapa alasan sebagai berikut:

Page 22: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

7

a. Menurut peneliti, belum ada penelitian mengenai masalah yang sama baik,

secara khusus maupun dalam kajian yang sama.

b. Desa Saribaye memiliki awek-awek atau peraturan desa dan tingkat

kebudayaan yang cukup tinggi dalam upaya mencapai kesejahteraan

sosial.

Jadi penelitian ini akan difokuskan dalam lingkungan Desa Saribaye

Kecamatan Lingsar dengan batas ruang lingkup Nyelabar Dalam Perkawinan

Adat Sasak Di Desa Saribaye.

E. Telaah Pustaka

Adapun telaah pustaka dalam penelitian ini merupakan salah satu cara

yang dilakukan dalam mengkaji penelitian atau karya ilmiah terdahulu dengan

tujuan untuk menghindari duplikasi serta menjamin keaslian dan keabsahan

penelitian yang dilakukan. Adapun penelusuran yang dilakukan dari beberapa

hasil penelitian sebelumnya yaitu :

1. Sukrian dalam skripsinya yang berjudul Makna Balik Lapak Dalam

Perkawinan Masyarakat Suku Sasak di Desa Masbagek Selatan Kecamatan

Masbagek Kab. Lombok Timur. Berdasarkan temuan data dan pembahasan

dari skripsi tersebut dapat di simpulkan :

a) Makna Balik Lapak Dalam Perkawinan Masyarakat Suku Sasak di Desa

Masbagek Selatan, dimaknai sebagai simbol silaturrahmi dan perekat

Page 23: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

8

kerukunan antar keluarga, adat Balik Lapak ini masih rutin dilakukan

oleh masyarakat masbagek setiap acara adat setelah pernikahan.

b) Balik Lapak dalam tinjauan aspek komunikasi sosial dan komunikasi

budaya dalam perkawinan masyarakat suku Sasak, meliputi dua tinjauan

aspek yaitu budaya dan sosial.5

2. Palahudin dalam skripsinya yang berjudul Tradisi Sorong Serah Aji Krama

Di Desa Kabul Praya Barat Daya. Dalam penelitiannya dapat disimpulkan

bahwa :

a) Bentuk-bentuk pelaksanaan tradisi sorong serah di daerah kabul banyak

memberikan simbol islam diantaranya, memantulkan penginang kuning

atau membuka gerbang sebagai bagian dari sikap seorang muslim

memasuki rumah orang.

b) Makna dan nilai-nilai simbol berlandaskan pada dua puluh sifat tuhan

dan satu kepercayaan umat islam ( Allah SWT ) dan nabinya umat islam

( Muhammad SAW) yang terakhir dengan ketentuan keimanan serta

ketentuan rukun islam itu sendiri sebagai landasan utama tradisi sorong

serah aji krama.6

3. Ma’rifudin dalam skripsinya yang berjudul Pelaksanaan Adat Merarik

Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Th. 1974

5 Sukrian, Makna Balik Lapak Dalam Perkawinan Masyarakat Suku Sasak di Desa Masbagek

Selatan Kecamatan Masbagek Kab. Lombok Timur (Skripsi,FDK IAIN Mataram, Mataram, 2015) hlm. 70.

6 Palahudin, Tradisi Sorong Serah Aji Krama Di Desa Kabul Praya Barat Daya, (Skripsi, FDK IAIN Mataram, Mataram, 2013) hlm. 59.

Page 24: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

9

di Desa Apitaik Kec. Pringgabaya Lombok Timur. Dalam penelitiannya

dapat disimpulkan bahwa:

a) Tradisi adat boleh saja dipergunakan untuk menentukan dan memutuskan

suatu perkara selama tradisi tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan

ajaran dari pada hukum syara (agama islam).

b) Sekalipun hukum adat itu tidak bertentangan dengan pokok-pokok ajaran

syari’at islam, tetapi selama masih ada hukum syar’i, tidak boleh

mendahulukan hukum adat dari pada hukum syari’at, sebab hukum tuhan

lebih utama dari segala hukum lainnya.7

4. Saeful Ahyar dalam skripsinya Nilai-Nilai Spiritual Dalam Tradisi Beretes Di

Dusun Aik-Are Desa Sandik Kec. Batu Layar Lombok Barat. Dalam

penelitiannya dapat disimpulkan bahwa :

a) Rasa al-ukhuwwah (peraudaraan), karena adat beretes banyak

menggambarkan tentang al-ukhuwwah

b) Silaturrahmi, silaturrahmi adalah menyambung tali persaudaraan atau

cinta kasih antara mereka.

c) Dakwah, dimana nilai dakwah yang terkandung dalam adat beretas ini

adalah membentuk jamaah atau masyarakat islam.8

7 Ma’rifuddin, “Pelaksanaan Adat Merarik Di Tinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-

Undang Perkawinan No. 1 Th. 1974” (Skripsi FDK, IAIN Mataram, Mataram, 1992) 8 Saeful Ahyar, Nilai-Nlai Spiritual Dalam Tradisi Bretes, (Skripsi, FDK IAIN Mataram,

Mataram, 2000)

Page 25: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

10

5. Hairi Nirwani, dengan judul skripsi Adat Dalam Perpektif Dakwah Studi

Tentang Adat Maleman Di Dusun Batu Mulik Desa Gapuk Kec. Gerung

Lombok Barat. Temuan dan pembahasan dalam skripsi tersebut, dapat

dirumuskan beberapa kesimpulan yaitu nilai-nilai keagamaan yang

terkandung dalam adat maleman adalah ukhuwwah, silaturrahmi dan

dakwah9

Dari beberapa skripsi dan penelitian di atas, terdapat kesamaan maupun

perbedaan dengan penulis. Adapun kesamaannya dengan skripsi yang ditulis oleh

Sukrian dan juga Ma’rifudin adalah peneliti memiliki pembahasan yang sama

mengenai adat perkawinan Sasak, namun yang membedakannya adalah penelitian

Ma’rifudin yang fokus terhadap adat merarik dari tinjauan hukum islam dan

Sukrian hanya memfokuskan kepada adat balik lapak yaitu bagian dari adat

setelah nyongkolan sedangkan penelitian ini hanya memfokuskan kepada adat

Nyelabar yaitu bagian adat sebelum akad nikah dan nyongkolan.

Penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Saeful Ahyar, yaitu sama-sama meneliti tentang lingkup adat. Namun

perbedaannya dengan penelitian ini adalah peneliti memfokuskan pada ruang

lingkup adat pernikahan sedangkan Saeful Ahyar meneliti bukan dari lingkupan

9 Hairi Nirwan, “Adat Dalam Perpektif Dakwah Studi Tentang Adat Maleman” (Studi Di

Dusun Batu Mulik Desa Gapuk Kec. Gerung Lombok Barat) (Skripsi,FDK IAIN Mataram, Mataram 2000).

Page 26: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

11

ada meneliti mengenai adat, tetapi penelitian Hairi Nirwan memfokuskan pada

adat maleman sedangkan penelitian ini fokus pada ruang lingup adat perkawinan.

F. Kerangka Teoretik

1. Pengertian Nyelabar

Nyelabar berasal dari kata selabar yaitu utusan dari pihak laki-laki dan

perempuan untuk membicarakan jumlah ajikrama sebagai upaya untuk dapat

melangsungkan akad nikah.

Tradisi nyelabar ini juga merupakan tradisi musyawarah yang diadakan di

rumah atau kediaman keluarga pengantin perempuan. Dalam praktiknya,

tradisi nyelabar dilakukan oleh sekurang-kurangnya 7 orang perwakilan dari

pengantin laki-laki dan semua keluarga pengantin perempuan, dengan

ketentuan bahwa perwakilan dari pengantin laki-laki diharuskan untuk

menggunakan pakaian lengkap adat suku Sasak. Dalam acara ini, rombongan

dari perwakilan keluarga pengantin laki-laki terlebih dahulu akan menemui

Kadus dari pengantin perempuan, kemudian kadus pengantin perempuan akan

mendampingi rombongan nyelabar keluarga pengantin laki-laki untuk

menemui rombongan keluarga perempuan untuk bermusyawarah mengenai

semua proses adat dan agama yang akan dilakukan. Ada beberapa hal yang

dimusyawarahkan dalam acara ini, diantaranya adalah mengenai pisuke,

maskawin pengantin perempuan, keridhaan wali dari pengantin perempuan

Page 27: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

12

untuk mengawini pengantin perempuan, dan waktu perkawinan

dilangsungkan.10

Untuk mengambil kesepakatan, antara kedua belah pihak bisa terjadi

saling tawar menawar sesuai dengan kemampuan masing-masing, terutama

kemampuan dari pihak laki-laki. Dalam hal ini tidak dibenarkan oleh adat

untuk saling memaksakan kehendak sendiri untuk dipenuhi, karena pada

akhirnya kesepakatan itu bermuara pada kemampuan yang bisa dijangkau oleh

pihak laki-laki. Dalam kondisi seperti ini, orang tua wali dari pihak pengantin

perempuan dituntut untuk lebih memahami keadaan keluarga calon suami

anaknya. Persoalan yang sering muncul dalam penyelesaian adat ini adalah

masalah-masalah “ajikrama” dan permasalahan yang terkait dengan biaya

penyelesaian upacara “begawe” (resepsi) Setelah semua kesepakatan ini

diperoleh maka dilanjutkan dengan acara akad nikah yang diselenggarakan di

rumah calon mempelai laki-laki. Wali dan rombongan dari pengantin

perempuan akan dijemput oleh perwakilan dari pengantin laki-laki di rumah

atau kediaman wali pengantin perempuan menuju lokasi atau tempat acara

perkawinan akan dilangsungkan.11

10 Murdan, Harmonisasi Hukum Adat, Agama, Dan Negara Dalam Budaya Perkawinan

Masyarakat Indonesia, Belakangan, (Tesis Yogyakarta, 2016) hlm 97 11 Fachrir Rahman, Kerajaan-Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara Barat, ( Mataram : Alam Tara Institude, 2014). Hlm 217

Page 28: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

13

2. Pernikahan Dalam Islam

a. Pengertian Nikah

Kata Nikah (nikahun) atau pernikahan sudah menjadi kosa kata

dalam bahasa indonesia, sebagai padanan kata perkawinan (dzawajun).

Nikah artinya suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang

laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahramnya hingga

menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya, dengan

menggunakan lafadz inkah atau tazwij atau terjemahannya.

Dalam pengertian yang luas, pernikahan merupakan ikatan lahir

dan batin yang dilaksanakan menurut syariat islam antara seorang laki-laki

dan seorang perempuan, untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga

guna mendapatkan keturunan.

b. Hukum Pernikahan

Penikahan merupakan perkara yang diperintahkan syari’at islam,

demi terwujudnya kebahagiaan dunia akhirat. Allah berfirman dalam surat

an-Nisa’ ayat 3 :

ث ال ث و ث م اء س ال ن م م ك ل اب ط ا م وا ح ك ان ف ى ام ت ي ال وا ط س ق ت ال أ م ت ف خ ن إ و

ل م ا م و أ ة د اح و ف وا ل د ع ال أ م ت ف خ ن إ ف اع ر واو ول ع ال أ ى د أ ك ل ذ م ك ان م ي أ ت ك

Page 29: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

14

“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,tiga atau

empat. Kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil, maka

(kawinilah) seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki, yang

demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-

Nisa’ : 3)12

Jumhur Ulama menetapkan hukum menikah menjadi lima yaitu :

1) Mubah

Hukum asal pernikahan adalah mubah. Hukum ini berlaku bagi

seseorang yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan

nikah atau mengharamkannya.

2) Sunnah

Hukum ini berlaku bagi seseorang yang memiliki bekal untuk hidup

berkeluarga, mampu secara jasmani dan rohani untuk menyongsong

kehidupan berumah tangga dan dirinya tidak khawatir terjerumus

dalam praktik perzinahan atau muqaddimahnya (hubungan lawan jenis

dalam bentuk apapun yang tidak sampai pada praktik perzinaan).

3) Wajib

Hukum ini berlaku bagi siapapun yang telah mencapai kedewasaan

jasmani dan rohani, memiliki bekal untuk menafkahi istri, dan

12 Qs. An-Nisa’ [4] : 3

Page 30: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

15

khawatir dirinya akan terjerumus dalam perbuatan keji zina jika hasrat

kuatnya untuk menikah tak diwujudkan.

4) Makruh

Hukum ini belaku bagi seseorang yang belum mempunyai bekal untuk

menafkahi keluarganya, walaupun dirinya telah siap secara fisik untuk

menyongsong kehidupan berumah tangga, dan ia tidak khawatir

terjerumus dalam praktik perzinahan hingga datang waktu yang paling

tepat untuknya. Untuk seseorang yang mana nikah menjadi makhruh

untuknya, disarankan memperbanyak puasa guna meredam gejolak

syahwatnya. Kala dirinya telah memiliki bekal untuk menafkahi

keluarga, ia diperintahkan untuk bersegera menikah.

5) Haram

Hukum ini berlaku bagi seseorang yang menikah dengan tujuan

menyakiti istrinya, mempermainkannya serta memeras hartanya.

c. Meminang atau Khitbah

Khitbah artinya pinangan, yaitu permintaan seorang laki-laki

kepada seorang perempuan untuk dijadikan istri dengan cara-cara umum

yang sudah berlaku di masyarakat. sebagaimana dinyatakan Allah Swt

dalam al- Qur’an yang artinya :

Page 31: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

16

“Dan tak ada dosa bagi kaum meminang wanita-wanita itu

dengan sindiran yang baik atau harus menyembunyikan keinginan

mengawini mereka dalam hatimu... (QS. Al-Baqarah : 235)13

1) Cara mengajukan pinangan

a) Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya

dinyatakan secara terang-terangan.

b) Pinangan kepada janda yang masih berada dalam masa iddah talaq

bain atau ditinggal mati oleh suami tidak boleh dinyatakan secara

terang-terangan. Pinangan kepada mereka hanya boleh dilakukan

secara sindiran. Hal ini sebagaimana Allah terangkan dalam surat al-

Baqarah ayat 235 diatas.

2) Perempuan yang boleh dipinang

Perempuan-perempuan yang boleh dipinang ada tiga, yaitu :

a) Perempuan yang bukan berstatus sebagai istri orang.

b) Perempuan yang tidak dalam masa ‘iddah.

c) Perempuan yang belum dipinang orang lain.

Tiga kelompok wanita di atas boleh dipinang, baik secara

terang-terangan atau sindiran.

13 QS. Al-Baqarah [2] : 235. Al- Jumanatul Ali, Al- Qur’an Dan Terjemahan, (Bandung: Cv

Penerbit Art 2004) hlm. 39.

Page 32: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

17

3) Melihat Calon Istri atau Suami

Melihat perempuan yang akan dinikahi disunahkan dalam

agama. Karna meminang calon istri merupakan pendahuluan

pernikahan. Sedangkan melihatnya adalah gambaran awal untuk

mengetahui penampilan dan kecantikannya, hingga pada akhirnya

terwujud keluarga yang bahagia. Beberapa pendapat tentang batas

kebolehan melihat seorang perempuan yang akan dipinang, yaitu:

a) Jumhur ulama’ berpendapat boleh melihat wajah dan kedua telapak

tangan, karena dengan demikian akan dapat diketahui kehalusan

tubuh dan kecantikannya.

b) Abu Dawud berpendapat boleh melihat seluruh tubuh.

c) Imam Abu Hanifah membolehkan melihat dua telapak kaki, muka

dan telapak tangan.

d. Wali

Seluruh mazhab sepakat bahwa wali dalam pernikahan adalah wali

perempuan yang melakukan akad nikah dengan pengantin laki-laki yang

menjadi pilihan wanita tersebut.

Dari ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :

Page 33: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

18

ن ذ إ غ ت ح ك ن ة أ ر ام ا م ي أ : هللا ل و س ر ال ق : ت ال ق ة ش ا ع ن ع

ھ ل و ال ن م و ان ط ل الس ف ا و ر ج ت اش ن إ ف ل اط ب ل اط ب ل اط ب ا اح ن ف ا ل و

Dari ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda, “Seorang wanita yang menikah tanpa izin walinya

maka pernikahannya adalah batil, batil, batil. Dan apabila mereka

bersengketa maka pemerintah adalah wali bagi wanita yang tidak

memiliki wali”. (HR. Abu Daud no 2083, Tirmidzi no. 1102, Ibnu Majah no.

1879 dan Ahmad 6: 66).14

e. Ijab Qabul

Ijab yaitu ucapan wali (dari pihak perempuan) atau wakilnya

sebagai penyerahan kepada pihak pengantin laki-laki. Sedangkan qabul

yaitu ucapan pengantin laki-laki atau wakilnya sebagai tanda-tanda

penerimaan.

Adapun syarat-syarat ijab qabul adalah sebagai berikut :

1) Orang yang berakal sudah tamyiz

2) Ijab qabul diucapkan dalam satu majelis

3) Tidak ada pertentangan antara keduanya

14 HR. Abu Daud no 2083, Tirmidzi no. 1102, Ibnu Majah no. 1879 dan Ahmad 6: 66. shahih Al-Albani dalam https://assamarindy.wordpress.com/2012/07/03/wali-nikah/ diakes pada tanggal 8 desember 2017 pukul 20.00

Page 34: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

19

4) Yang berakad adalah mendengar atau memahami bahwa keduanya

melakukan akad

5) Lafaz ijab qabul diucapkan dengan kata nikah atau tazwij atau yang

seperti dengan kata-kata itu

6) Tidak dibatasi dengan waktu tertentu misalnya setahun, sebulan dan

sebagainya.

f. Mahar

Mahar atau mas kawin adalah pemberian wajib dari suami kepada

istri karena sebab pernikahan. Mahar bisa berupa uang, benda, perhiasan,

atau jasa seperti mengajar Al-Qur’an.15

Firman Allah SWT :

ا ئ ر م ا ئ ن وه ل ف ا س ف ن ھ ن م ء ن ع م ك ل ن ط ن إ ف ة ل ح ن ن ا ق د ص اء س ال وا آت و

“Bayarkanlah mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai

pemberian hibah/tanda cinta (QS. An Nisa 4)16

3. Pengertian Adat

Adat merupakan aturan tingkah laku yang dianut secara turun menrun

dan berlaku sejak lama. Adat istiadat termasuk sebuah aturan yang sfatnya

15 Kementrian Agama, Fiqih, (Jakarta : Diktorat Pendidikan Madrasah 2015) Hlm 77-94 16 QS. An Nisa [4] : 4

Page 35: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

20

ketat dan mengikat. Adat istiadat yang diakui dan ditaati oleh masyarakat

sejak berabad-abad yang lalu dapat menjadi hukum yang tidak tertulis yang

disebut sebagai hukum adat. Hukum adat di Indonesia adalah hukum yang

tidak tertulis yang berlaku bagi sebagian penduduk Indonesia.

Adat istiadat memuat empat unsur yaitu nilai budaya, sistem norma,

sistem hukum dan aturan-aturan khusus. Nilai-nilai budaya merupakan

gagasan-gagasan mengenai hal-hal yang dipandang paling bernilai oleh suatu

masyarakat. Sistem norma adalah berbagai aturan atau ketentuan yang

mengikat warga, kelompok di masyarakat. Sistem hukum adalah berbagai

aturan atau ketentuan yang mengikat warga masyarakat. sedangkan aturan

khusus adalah aturan atau ketentuan yang mengkat warga kelompok di

masyarakat mengenai kegiatan tertentu yang berlaku terbatas atau khusus.

Keempat unsur tersebut saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.

Adat istiadat bersifat kekal dan mempunyai kekuatan yang mengikat yang

lebih besar terhadap anggota masyarakat, sehingga yang melanggarnya akan

mendapat sanksi yang keras. 17

4. Sosio Kultur Dan Sistem Kemasyarakatan Masyarakat Lombok

Sosio kultur masyarakat Lombok, bisa kita lihat dari zaman ke zaman.

Pada zaman kuno, sekitar abad pertama, masyarakat pulau Lombok

17 Rendy Priansyah, “Pengertian Adat Istiadat Lengkap Bserta Ulasan Dan Definisi Menurut

Para Ahli”, Dalam www.academia.edu/15462995 Diakses Tanggal 8 Desember 2017, Pukul 07.50

Page 36: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

21

sebagaimana ciri khas kehidupan mereka selalu berpindah-pindah karena

sangat tergantung pada alam, seperti yang terdapat di Gunung Piring Desa

Teruwai Kecamatan Pujut Lombok Tengah. Berdasarkan penelitian arkeologis

bahwa pada masa 1.600 tahun yang lampau terdapat suatu kehidupan manusia

yang kemungkinan besar mata pencahariannya dipenuhi dengan mencari

kerang, menangkap ikan, dan berburu. Masyarakat seperti itu bahkan juga

sampai sekarang masih terdapat terutama di daerah-daerah pegunungan yang

tetap mengandalkan berburu sebagai alternatif mata pencaharian atau ada juga

yang hanya untuk menyalurkan hobi nenek moyangnya. Salah satu budaya

nenek moyang Sasak yang sampai sekarang paling berkesan adalah dalam

pengaturan masyarakatnya yang berbentuk gotong royong baik dalam

membuat rumah, mengerjakan sawah, kematian, dan lain-lain. Mereka selalu

tolong menolong, di kerjakan secara berama-sama. Itulah sebabnya tanah-

tanah di sekeliling desa dahulunya adalah tanah milik bersama pula.

Setelah terjadi pergeseran zaman sedikit demi sedikit, pola hidup

mereka pun lama kelamaan, dari pola berburu menuju kepola menetap dengan

mengambil pola bercocok tanam sebagai pilihan utamanya. Berbeda dengan

masa berburu, pada masa ini masyarakat sudah mulai menetap pada suatu

tempat sambil bercocok tanam. Tempat tinggalnya didirikan dengan tiang-

tiang yang tinggi dengan maksud agar terlindung dari banjir dan binatang

buas serta bahaya-bahaya lainnya yang mungkin terjadi.

Page 37: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

22

Dalam pandangan lain, dari sisi pendidikannya, masyarakat Lombok

juga diawali dengan sistem pendidikan yang bersifat turun-tenurun dan sangat

tradisional. Misalnya seorang dukun mengajarkan putra-putrinya tentang ilmu

perdukunan yang dimilikinya, sehingga pada suatu saat putri-putrinya dapat

menggantikan orang tuanya menjadi dukun. Sedangkan dalam bidang

kebudayaan Sasak juga memiliki budaya khas seperti prisean, lawas, lelakak,

rebana, tawak-tawak, dan lain-lain.

Dalam pergaulan antar individu dalam suatu masyarakat baik itu

masyarakat yang masih sederhana sifatnya maupun yang sudah kompleks.

Bentuk pelapisan soial dalam masyarakat berbeda-beda. Di Lombok, secara

umum terdapat tiga macam lapisan sosial masyarakat yaitu golongan ningrat

(bangsawan) golongan pruangse (ningrat) golongan bulu ketujur (golongan

biasa).18

5. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa inggris adalah communication

berasal dari kata latin comunicatio, dan bersumber dari kata comunis yang

berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Sedangkan

menurut istilah komunikasi adalah proses penyampain pesan dari komunikator

kepada komunikan dengan mengharapkan feed back. Hakikatnya komunikasi

adalah proses pernyataan tentang manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran

18 Ibid, hlm

Page 38: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

23

atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa

sebagai alat penyalurnya.19

Menurut Carl I. Hove Land dalam buku Komunikasi Teori dan Praktik

komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar

asas-asas penyampaian komunikasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Devisi Hove Land diatas menunjukan bahwa yang disajikan objek study ilmu

komunikasi bukan saja penyampain komunikasi melainkan juga pendapat

umum dan sikap publik yang dalam kehidupan social dan kehidupan politik

memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisi yang khusus

mengenai komunikasinya sendiri, Hove Land mengatakan bahwa proses

mengubah perilaku orang lain. Akan tetapi seseorang akan dapat mengubah

sikap pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang

komunikatif seperti diuraikan diatas untuk memahami pengertian komunikasi

sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali

mengutip paradigma yang dikemukakan Harol Lasswel. 20

6. Pengertian Etika

Istilah Etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani

disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah

dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia. Jadi, etika

19 Onong Uchjana Efendy Komunikasi Teori Dan Praktik (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya 1984) Hlm 8 20 Ibid. hlm 9

Page 39: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

24

komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan

komunikasi di suatu masyarakat. etika digolongkan menjadi dua yaitu :

- Etika Deskriptif

Merupakan usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan pada

ketentuan atau norma baik buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama

di dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan

kebiasaan yang sudah ada di dalam masyarakat sebagai acuan etis. Suatu

tindakan seseorang disebut etis atau tidak, tergantung pada kesesuaiannya

dengan yang dilakukan kebanyakan orang.

- Etika Normatif

Etika yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian suatu

tindakan etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhadap

norma-norma yang sudah dibakukan dalam suatu masyarakat. Norma

rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan wujudnya bisa berupa tata

tertib, dan juga kode etik profesi.

7. Aliran Etika

Menurut John C. Merill (1975:79-88) menguraikan adanya berbagai

aliran etika yang dapat digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara

lain sebagai berikut:

Page 40: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

25

- Aliran Deontologis

Deon berasal dari bahasa Yunani yaitu “yang harus atau wajib”

melakukan penilaian atas tindakan dengan melihat tindakan itu sendiri,

artinya suatu tindakan secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik

atau buruk. Kriteria etis ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu

sendiri ada tindakan atau perilaku yang langsung dikategorikan baik,

tetapi juga ada perilaku yang langsung dinilai buruk. Misalnya perbuatan

mencuri, memfitnah, mengingkari janji. Adapun alasannya perbuatan itu

tetap dinilai sebagai perbuatan yang tidak etis dengan demikian ukuran

dari tindakan ada didalam tindakan itu sendiri.

- Aliran Teologis

Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi

dilihat dari tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik, dalam arti sesuai

dengan norma moral, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan

etis.

- Aliran Etika Egoisme

Aliran ini menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh

oleh pelakunya sendiri. Artinya, tindakan dikategorikan etis atau baik,

apabila menghasilkan yang terbaik bagi diri sendiri.

- Aliran Etika Utilitarisme

Aliran yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya

baik bagi orang banyak. Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari

Page 41: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

26

kepentingan subyektif individu, melainkan secara obyektif pada

masyarakat umum. Semakin universal akibat baik dari tindakan itu, maka

dipandang semakin etis. 21

8. Teori Etik (Wisdom)

Teori ini membicarakan tentang kajian sosial yang lebih mengarah

pada pengetahuan yang beredar di masyarakat tentang cara hidup mereka.

Dalam kajian teori Etik (wisdom) tersebut Nyelabar dianggap good sense:

pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk membuat suatu

keputusan atau penilaian yang berdasarkan pada kehendak baik. Nyelabar di

Desa Saribaye misalnya, meskipun sering kali terjadi pembayar pisuke yang

sangat mahal atau keluar dari harga ketentuan Desa, keliang melakukan

beberapa pertimbangan atau tawar menawar sampai pihak keluarga laki-laki

sanggup untuk membayar meskipun tidak sesuai dengan peraturan Desa. Hal

tesebut disebabkan oleh accumulated learning: akumulasi pengetahuan

tentang kehidupan atau tetang suatu dimensi aktivitas yang didapat dari

pengalaman. Dan menjadi sebuah Opinion Widely Held: suatu opini yang

diterima oleh hampir semua orang yaitu tentang peraturan dan ketentuan

Nyelabar di Desa Saribaye kec. Lingsar.22

21 Ermawati Rahma Yudhianingsih, “Etika Dalam Komunikasi”, dalam

http://susianty.etikadalamkomunikasi.wordpress.com Di Akses Pada Tanggal 3 Januari 2017 Pukul 07:06:19

22 Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam. Cet. 1. ( Bandung : CV Pustaka Setia 2012) hlm 48

Page 42: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

27

9. Teori Sistem Tindakan

Dalam The Structure of Social Action, Tallcot Parsons menunjukkan

teori aksi (action theory) dimana ini menuju titik sentral konsep perilaku

Voluntaristik. Konsep ini mengandung pengertian kemampuan individu

menentukan cara dan alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka

mencapai tujuan. Bahwa individu yang memiliki tujuan disebutnya sebagai

aktor. Tidak ada individu yang bertindak tanpa memiliki tujuan tertentu.

Tujuan merupakan keseluruhan keadaan konkret di masa depan yang

diharapkan, sejauh relevan dengan kerangka acuan tindakan. Bisa dikatakan

bahwa aktor terlibat dalam pengejaran, realisasi, atau pencapaian tujuan itu.

Oleh karena itu, demi memfasilitasi ini, ia memerlukan seperangkat alat. Alat

bisa dipilih secara acak, juga bisa bergantung pada kondisi tindakan. Alat

tersebut bisa muncul satu per satu, bisa muncul secara bebarengan.

Secara analitis, yang dimaksud sarana mengacu kepada semua unsur

dan aspek-aspek benda itu yang bisa sejauh mungkin dikendalikan oleh aktor

dalam mengejar tindakannya. Hanya saja yang perlu diingat bahwa aktor bukanlah

pelaku aktif murni. Sebab adanya norma, nilai, dan ide-ide serta kondisi-kondisi

situasional yang mampu mempengaruhi baik aktor, seperangkat alat, maupun

tujuan. Parsons memberikan gambaran teori struktur tindakan di atas tentang

mahasiswa yang berkeinginan menulis makalah. Walaupun pada awalnya ia

tidak bisa membayangkan isi makalah tersebut secara terperinci, tetapi ia

Page 43: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

28

memiliki gambaran umum. Inilah yang disebut tujuan. Kemudian yang

dimaksudkan sebagai sarana adalah pensil, kertas, dan buku-buku. Sedangkan

kondisi-kondisi situasional yang tidak bisa di kendalikan adalah buku-buku yang

digunakan tidak ada.

Sepanjang hidupnya, Talcott Parsons banyak menghasilkan karya

teoritis. Ada beberapa perbedaan penting antara karya awal dengan karya

akhirnya. Dalam Fungsionalime Struktural Parsons terdapat empat imperatif

fungsional bagi sistem tindakan. Yang pertama adalah adaptasi (adaptation):

sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Ia harus

beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan

kebutuhan-kebutuhannya. Kedua, pencapaian tujuan (goal attainment): sistem

harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya. Ketiga, integrasi

(integration): sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian komponennya. Ia pun

harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif funsional tesebut (A, G, L).

Dan yang terakhir adalah latensi atau pemeliharaan pola (latency): sistem

harus melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi individu dan pola-

pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.23

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh yang akan

digunakan oleh seorang penelitian untuk menemukan atau memperoleh data yang

23 Addin Kurnia Putri, “Analisan Konsep Talcott Parsons” dalam

www.scribd.com/mobile/doc/40129421/teor-talcott-parsons# Selasa 5 Desember 2017 Pukul 10.25

Page 44: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

29

diperlukan. Oleh karena itu penlitian ini menggunakan beberapa metode

penelitian meliputi :

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang akan digunakan

adalah metode kualitatif dengan cara fenomenologi naturalistik, yaitu metode

penelitian yang menghasilkan deskripsi tentang ucapan, tulisan dan perilaku

yang dapat diamati. Metode kualitatif secara naturalistik juga bersifat alamiah.

Objek alamiah adalah objek yang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti,

sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek

dan setelah keluar dari objek penelitian tidak relatif berubah.24 Dengan

pendekatan ini diharapkan temuan-temuan empiris dapat dideskripsikan

secara lebih rinci, lebih jelas dan lebih akurat.

Pada dasarnya semua jenis penelitian dimulai dari perumusan masalah.

Penelitian kualitatif mencari dapatkan masalah dengan cara induktif. Peneliti

harus datang ke latar penelitian, berada di sana dalam waku yang memadai

dan menggali masalah menggunakan cara berinteraksi dengan para partisipan

yaitu subjek pemilik realitas yang akan diteliti.25 Sehingga peneliti ingin

menggunakan metode kualitatif dengan mempertimbangkan subjek penelitian

24 Sugiono, Memaahami Penelitian Kualitati, (Bandung : Alfebata, 2009), hlm 12 25 Putra Nusa, Metode Pendekatan Kualitatif Pendidikan, (Jakarta,: PT Raja Grafindo

Persada 2012) hlm 41

Page 45: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

30

dan menggambarkan tentang “Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak Di

Desa Saribaye kec. Lingsar”.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian adalah sebagai instrumen kunci.

Pengertian instrumen disini, peneliti menjadi alat dari keseluruhan proses

penelitian, peneliti sebagai perencana, pengumpul data, penafsir data,

sekaligus sebagai pelapor dari hasil penelitian. Kehadiran peneliti di lokasi

penelitian, berperan sebagai pengamat yang tidak berperan serta, maksudnya

peneliti tidak melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan

peneliti menyatu sebagai bagian dari kehidupan subjek tetapi hanya sebagai

pengamat. Di dalam melakukan penelitian melalui pengamatan, peneliti

mengamati objek penelitian pada situasi yang diinginkan untuk dipahami. Jadi

jelas peneliti akan mengamati peristiwa-peristiwa yang terkait dengan objek

penelitian.26

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah wilayah Desa Saribaye Kecamatan

Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Penulis memilih lokasi tersebut dengan

alasan sebagai berikut:

26 Suharimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2002), hlm 102

Page 46: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

31

a. Desa Saribaye merupakan Desa yang menjunjung sistem adat dan agama,

terlebih lagi dalam proses upacara adat nyelabar.

b. Desa Saribaye juga menggunakan dua cara dalam sistem adat Nyelabar,

yaitu menyerahkan pisuke terlebih dahulu kemudian akad nikah, atau

melaksanakan akad terlebih dahulu kemudian adat Nyelabar dan

pembayaran pisuke.

c. Kemudian pelaksanaan Nyelabar di Desa Saribaye lebih mendahulukan

akad terlebih dahulu dibandingkan membahas perihal pembayaran pisuke,

dan setiap pembayaran pisuke akan dilakukan sebuah musyawarah agar

Nyelabar tidak lagi menjadi sebuah bisnis keuangan, sebagaimana yang

sering kali terjadi disetiap pelaksanaan adat nyelabar, sehingga

memberatkan satu pihak bahkan mampu membatalkan pernikahan

tersebut.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yang akan

menjadi sumber data :

a. Data Primer

Data primer adalah suatu objek atau dokumen original material

mentah dari pelaku yang disebut “first hand information”. Data yang

Page 47: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

32

dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi dinamakan data

primer.27

Sumber data primer dalam penelitian ini akan memperoleh data

dari hasil observasi dan wawancara dengan para tokoh agama, tokoh

masyarakat, tokoh adat dan juga lapisan-lapisan masyarakat lainnya di

Desa Saribaye Kecamatan Lingsar.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan ke dua

atau dari sumber-sumber lain yang sudah tersedia sebelum penelitian

dilakukan. Data sekunder meliputi, komentar, interpretasi, atau tentang

pembahasan materi original.28

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara

pengumpulan data dapat menggunakan beberapa metode penelitian meliputi :

- Metode Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpulan data)

27 Budyatna, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009) hlm. 289. 28 Ibid.

Page 48: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

33

kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam

dengan alat rekam. Teknik wawancara dapat digunakan dengn

respondennya yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca dan menulis.

Peran wawancara untuk memperoleh kerjasama dengan responden sangat

penting. Responden perlu diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian dan responden memiliki hak untuk tidak bersedia menjadi

responden sebelum wawancara dilakukan.

Dalam melakukan wawancara, perlu diingat bahwa pewawancara

ingin mengetahui sikap dan pendapat responden. Ini berarti bahwa

pewawancara harus bersikap netral dan tidak mengarahkan jawaban atau

tanggapan responden.29 Sehingga Peneliti menggunakan metode

wawancara, agar dengan metode ini peneliti akan mendapatkan informasi

yang valid dan langsung dari sumbernya. Sehingga informasi yang

didapatkan bukan hanya sekedar rekaan semata.

- Metode Observasi

Observasi adalah untuk mengamati tingkah laku manusia sebagai

peristiwa aktual, yang memungkinkan kita memandang tingkah laku

sebagai proses. Sebagaimana cara menanggapi suatu angket atau

wawancara. Tujuan pokok dari observasi adalah untuk menyajikan

29 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2004)

hlm. 67.

Page 49: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

34

kembali gambaran-gambaran sosial, kemudian dapat diperoleh cara-cara

lain yang sering digunakan secara berdampingan untuk mendapatkan

realitas penemuan-penemuan penelitian secara keseluruhan dari seorang

peneliti.30

Peneliti tidak ikut terlibat dalam objek penelitian. Karena peneliti

hanya mengamati dalam proses Nyelabar.

- Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data secara langsung dari

tempat penelitian dalam bentuk tulisan, laporan kegiatan dan data yang

relevan dengan penelitian.31 Sehingga dalam teknik dokumentasi ini

peneliti akan mencari data-data yang berkaitan dengan Nyelabar Dalam

Perkawinan Adat Sasak Di Desa Saribaye.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan melakukan kajian untuk memahami struktur

suatu fenomena-fenomena yang berlaku dilapangan. Analisis data dapat

dilakukan melalui tiga langkah yaitu:

a. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pengumpulan data penelitian, seorang

peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang

30 James Black A, Metode Dan Masalah Penleitian Sosial (Bandung : PT Refika Aditama

1999) hlm. 287. 31 Ridwan, Belajar Mudah Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2005) hlm. 77.

Page 50: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

35

banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi,

wawancara, atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek

yang diteliti.32

b. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan bahwa yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

c. Verifikasi data

Verifikasi data merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan

display data dapat disimpulkan. Dan peneliti masih berpeluang untuk

menerima masukan.33 Data yang peneliti maksud dalam penelitian ini

adalah data yang diperoleh dan didiskripsikan tentang “Nyelabar Dalam

Perkawinan Adat Sasak di Desa Saribaye kec. Lingsar Studi Pendekatan

Etika Komunikasi.

7. Validasi Data

32 Iskandar, Metodelogi Penelitian Dan Sosial, (Jakarta: Refrensi 2013) hlm. 225. 33 Ibid, 226

Page 51: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

36

Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan

keabsahan data. Hal ini dimaksud agar data atau informasi yang dikumpulkan

mendukung nilai kebenaran. Dalam hal ini peneliti merujuk pada kriteria dan

teknik keabsahan data, yaitu :

a. Pemeiksaan dengan teman sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sementara atau hasil

akhir yang diperoleh dalam diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat

bertujuan untuk mencari kelemahan tafsiran yang kurang jelas serta

kemudian mendiskusikannya dengan pihak yang memiliki pengetahuan

dan keahlian yang relevan.

b. Kecukupan refrensi

Refrensi yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian nanti terdiri dari

bahan dokumentasi, catatan yang tersimpan, buku-buku yang ada

kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian. Bahan refrensi ini

sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis

untuk keperluan evaluasi.34

c. Tringulasi

Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai perbandingan data itu. Jadi, tringulasi merupakan pengecekan

34 Moleong L. J, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010) hlm.

175.

Page 52: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

37

ulang terhadap data-data kualitatif hasil penelitian. Sehingga betul-betul

sesuai dengan hasil yang diinginkan. Dengan menggunakan tringulasi,

sebenarnya peneliti telah mengumpulkan data sekaligus menguji

kreabilitas data, yaitu mengecek kreabilitas dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data.35

35 Beni Ahmad Saeban, Metode Penelitian (Bandung, CV Pustaka Setia, 2008) hlm. 189.

Page 53: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

38

H. Sistematika Pembahasan

Guna mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka sistematika

pembahasan akan disusun sebagai berikut :

Bab pertama adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.36 Uraian dalam bab ini

memberikan kemudahan dan sebagai gambaran ringkasan mempelajari skripsi ini.

Bab kedua membahas tentang gambaran umum Desa Saribaye yang

meliputi letak geografis, keadaan penduduk, dan fasilitas umum. Selanjutnya

membahas tentang latar Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak Di Desa

Saribaye Kec. Lingsar.

Bab ketiga membahas mengenai Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak

Di Desa Saribaye dan Etika Komunikasi dalam Tradisi Nyelabar di Desa

Saribaye Kec. Lingsar.

Bab keempat merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran

dan yang diharapkan dapat menarik dari uraian pada bab sebelumnya sehingga

menjadi rumusan yang bermakna.

36 Pedoman Penulisan Skripsi, (Fakultas Dakwah Dan Komunkasi, IAIN Mataram, 2017)

hlm 15

Page 54: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

39

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum tentang Desa Saribaye Kecamatan Lingsar

1. Sejarah Desa Saribaye dan Letak Geografis

Desa Saribaye merupakan salah satu Desa dari 10 (sepuluh) Desa

yang ada di Kecamatan Lingsar, merupakan Desa terkecil dengan luas 134.05

Ha. Yang terdiri dari 5 (Lima) Dusun. Menurut sejarahnya Desa Saribaye

telah ada sejak tahun 1999, dengan cikal bakal berdirinya adalah Bapak

Sarawan Sukadani, ST bersama tokoh-tokoh masyarakat pada masa itu.

Desa Saribaye sebelum menjadi sebuah Desa, merupakan kumpulan

dusun-dusun yang ada di wilayah utara Kecamatan Lingsar, pada tahun 2010

dimekarkan menjadi desa persiapan Saribaye. Nama “Saribaye “ diambil

gabungan nama 3 ( Tiga ) Dusun yang merupakan cikal bakal terbentuknya

Desa “SARIBAYE”yaitu :” SA” adalah Dusun Sandongan “RI” adalah

Dusun Repok Keri dan “ Baye” adalah Dusun Nirbaye.

Sejak terbentuknya, Desa Saribaye terdiri dari 5 (Lima) dusun yaitu:

1. Dusun Nirbaye

2. Dusun Repok Keri

3. Dusun Sandongan Timur

Page 55: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

40

4. Dusun Sandongan

5. Dusun Sandongan Peresak37

Sebagaimana yang telah peneliti paparkan pada pendahuluan, bahwa

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Nyelabar Dalam Tradisi Perkawinan

Adat Sasak Di Desa Saribaye. Sebelum itu peneliti akan menguraikan data-

data yang dipandang perlu untuk mengemukakan gambaran umum Desa

Saribaye Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat sebagai lokasi

penelitian. Berdasarakan hasil pencatatan dokumentasi dan observasi sebagai

berikut :

Sebelah Barat : Desa Sigerongan

Sebelah Timur : Desa Batu Mekar

Sebelah Selatan : Desa Lingsar

Sebelah Utara : Desa Karang Bayan

2. Keadaan dan Jumlah Penduduk

Setiap tahun penduduk Desa Saribaye mengalami perubahan, baik dari

segi angka kematian, kelahiran, kedatangan maupun perpindahan. Berdasarkan

hasil pencatatan dokumentasi, bahwa pada tahun 2013 jumlah penduduk desa

Saribaye kecamatan Lingsar mencapai 2.282 jiwa dengan perincian laki-laki

berjumlah 1.044 dan perempuan 1.027.38

37 Profil kantor desa saribaye, h. 4. Dikutip pada tanggal 2 oktober 2017 38 Profil kantor desa saribaye, berdasarkakan jumlah penduduk, h 15 Dikutip pada tanggal

l 2 oktober 2017

Page 56: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

41

Tabel 1.I

Jumlah Penduduk Desa Saribaye

NO DUSUN LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Sandongan Peresak 145 142

2 Sandongan 279 306

3 Sandongan Timur 385 379

4 Repok Keri 165 171

5 Nirbaye 146 164

3. Keadaan Ekonomi

Penduduk desa Saribaye Kecamatan Lingsar sebagian besar masyarakatnya

hidup dari pedagang, selain itu, masyarakatnya juga ada yang beprofesi

sebagai pegawai negeri sipil, petani dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada perincian data paraf hidup masyarakat Desa Saribaye

Kecamatan Lingsar pada tabel berikut ini :

Table 2.I

Jumlah Penduduk Saribaye Menurut Mata Pencaharian

NO JENIS

PEKERJAAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Belum Bekerja 342 274

2 Buruh Harian Lepas 136 29

Page 57: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

42

3 Ibu Rumah Tangga - 132

4 Karyawan Perusahaan

Suwasta

3 2

5 PNS 4 1

6 Pelajar 58 44

7 Petani 54 28

8 Wirasuwasta 128 29

9 Pedagang 60 120

10 Guru Honor 1 1

11 Tidak Bekerja 53 136

12 Pegawai Suwasta 11 7

13 Lainya 158 6

14 Kepala Desa 1 -

15 Pekerja Lepas 214 80

16 Mahasiswa 2 2

Sumber : kantor Desa Saribaye Kecamatan Lingsar 2 Oktober 2017

4. Keadaan Agama dan Kepercayaan

Secara umum dapat kita lihat bahwa masyarakat Saribaye mayoritas

islam seperti pada tabel beikut ini.

Page 58: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

43

Table 3.I

Jumlah Penduduk Desa Saribaye Berdasarkan Agama Dan Kepercayaan

Yang Anut

NO URAIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Islam 1.416 655

2 Hindu - -

3 Kristen -

4 Katolik - -

Dari tabel diatas dapat disimpulakan bahwa masyarakat Saribaye

seluruhnya beragama islam. Berbicara masalah agama dan kepercayaan,

tentunya tidak terlepas dari sarana pribadatan masyarakat yang berdomisili di

Desa Saribaye Kecamatan Lingsar. Lebih jelasnya tentang sarana pribadatan

yang terdapat di Desa Saribaye Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat

pada tabel berikut ini :

Table 4.I

Jumlah Sarana Pribadatan Desa Saribaye Kecamatan Lingsar

NO URAIAN JUMLAH

1 Masjid 3

2 Mushalla 5

Page 59: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

44

3 Pura 1

5. Keadaan Lembaga Pendidikan

Masyarakat Desa Saribaye mengetahui dan memahami arti pentingnya

pendidikan, sehingga masyarakat Desa Saribaye dapat menikmati pendidikan

baik berupa pendidikan formal atau pendidikan non formal. Lebih jelasnya

mengenai keadaan pendidikan masyarakat Desa Saribaye Kecamatan Lingsar

di lihat pada tabel beikut :

Table 5.I

Keadaan Pendidikan Penduduk Desa Saribaye

NO TINGKATAN PENDIDIKAN JUMLAH

1 Tamatan SD sederajat 428

2 Tamatan MTS 222

3 Tamatan SMA 182

4 Tamatan D-3 22

5 Tamatan S-1 9

JUMLAH 863

Page 60: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

45

6. Tata Pemerintahan

Desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah

penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

organisasi pemerintahan langsung di bawah kecamatan dan berhak mengatur

seluruh dusun yang ada didalamnya. Sebagai salah satu desa yang berada di

Kecamatan Lingsar tata pemerintahan jelas pada tingkat desa yakni Desa

Saribaye yang dipimpin oleh kepala desa, untuk lebih jelasnya tentang tata

pemerintahan Desa Saribaye dapat dilihat pada struktu organisasi

pemerintahan sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI PEMEINTAHAN DESA SARIBAYE

Kepala Desa Saribaye

Sarawan Sukadani, ST

Sekdes

Mansur

Kasi Pemerintahan

Kasi Kesra

Sugimin

Kasi Pelayanan

Munawarah

Kaur Perencanaan

Kaur Keuangan

Rosdiana Rahma.

Kaur Tata Usaha

Muslim

Dusun Sandongan

Samsul Hadi

Dusun Sandongan Timur

Sapturi

Dusun Sandongan Peresak

Mahmur

Dusun Nirbaye

Suriadi

Dusun Repok Keri

H. Burhanudin

Page 61: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

46

B. Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak Di Desa Saribaye

1. Proses Nyelabar Di Desa Saribaye Kec. Lingsar

Dalam proses pelaksanaannya nyelabar dilakukan 2 atau 3 hari setelah

besejati dilakukan. Nyelabar diadakan di rumah atau kediaman keluarga

pengantin perempuan oleh perwakilan dari pengantin laki-laki maupun

perempuan, dalam rangka untuk membahas hak perwalian dari mempelai

perempuan, pisuke dan penyelesaian adat lainnya. Seperti yang dijelaskan

oleh pak Sapturi selaku Kepala Dusun Desa Saribaye mengatakan :

“kita dari pihak laki-laki datang ke kadus setempat atau tokoh adat setempat guna membahas perwalian, pisuke, kemudian administrasi dusunnya, dan ajikrame.39

Ustad Abdurrahman selaku tokoh agama Desa Saribaye juga mengatakan :

“di dalam proses ini nanti kedua pihak mempelai laki-laki maupun perempuan akan menyepakati kapan tanggal pernikahannya ?, kapan tanggal adat ?, berapa biaya?, kemudian dimana tempatnya ?, lalu seperti apa prosesnya dan sebagainya.40

Dalam acara ini, rombongan dari perwakilan keluarga pengantin laki-

laki terlebih dahulu akan menemui Kadus dari pengantin perempuan,

kemudian kadus pengantin perempuan akan mendampingi rombongan

nyelabar keluarga pengantin laki-laki untuk menemui rombongan keluarga

perempuan. Sedangkan Di Desa Saribaye terdapat dua cara dalam

pelaksanaan proses nyelabar berdasarkan kesepakatan, seperti yang di

39 Sapturi, Wawancara, Saribaye, Tanggal 13 November 2017 40 Abdurrahman, Wawancara,Saribaye, Tanggal 24 November 2017

Page 62: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

47

tuturkan oleh Bapak Mahsun tokoh adat Saribaye yaitu akad nikah setelah

nyelabar dan nyelabar setelah akad nikah.

“kalau kita di Saribaye sudah membuat kesepakatan bahwa kita mendahulukan nikah terlebih dahulu baru nyelabar. Sebenarnya salah persepsi dari segi aturan, kita sebagai utusan tugasnya hanya sampai besejati dan nyelabar kalau setelah nikah itu sudah terlepas dari tanggung jawab kita sebagai petugas adat. Karena pisuke itu adalah urusan dari orang tua kedua mempelai atas dasar suka sama suka mau berikan berapa harga dari pisuke, mau 10 juta atau berapa kalau sudah suka sama suka tidak ada masalah”.41

Hal tersebut disepakati karena ada beberapa hal yang dapat

mempersulit berlangsung sebuah pernikahan karena adat tersebut. Apa lagi

dalah hal kesepakatan nominal pisuke. Dalam hal ini tidak dibenarkan oleh

adat untuk saling memaksakan kehendak sendiri untuk dipenuhi, karena pada

akhirnya kesepakatan itu bermuara pada kemampuan yang bisa dijangkau oleh

pihak laki-laki. Dalam kondisi seperti ini, orang tua wali dari pihak pengantin

perempuan dituntut untuk lebih memahami keadaan keluarga calon suami

anaknya. Oleh sebab itu banyak mayarakat yang salah dalam mengartika

nyelabar itu sendiri. hal itu dinyatakan kembali oleh bapak Mahsun

“banyak masyarakat yang salah mengartikan nyelabar itu sendiri, namanya kita baru mintak wali saja sudah meminta uang, kan gak nyambung. Anaknya (mempelai perempuan) mau mintak wali, kita lihat dari bahasanya mau mintak wali “salam anak side suka sama suka mau nikah ama si A” tapi kok sekarang rang tua dari mempelai perempuan bilang “ada uang ada wali” berarti kan pembicaraan kita

41 Mahsun, Wawancara,Saribaye, Tanggal 18 November 2017

Page 63: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

48

gak nyambung (itu menurut saya) “saya sampaikan salam anak side mau nikah sama ini suka sama suka dengan si ini” berarti kan yang mintak wali adalah anaknya (mempelai perempuan) bukan laki-laki, laki-laki hanya menerima nikah, jadi orang itu banyak sekali salah mengartikan adat. Seolah-olah hal ini ada penekanan kepada calon menantunya.42

Sehingga Ustad Abdurrahman menyatakan bahwa adat nyelabar

sering kali menjadi titik krusial dan sensitif ketika proses tawar menawar

prihal pembayaran pisuke tersebut. Terlebih lagi jika si gadis berasal dari

keluarga kaya, pendidikan tinggi, atau sudah memiliki jabatan yang tinggi

dalam pekerjaan. Hal tersebut menjadi alasan yang mengharuskan harga piuke

itu harus dibayar mahal atau “aji amak pang” (harus) begitulah Ustad

Abdurrahman menyebutnya.

“ia memang jika ini dikatakan sebagai titik krusial dan sensitif memang benar, karena sebagaian masyarakat kita lebih menonjol kepada adat, sementara disatu sisi kita dituntut oleh agama untuk mempercepat pernikahan itu sendiri, tetapi banyak kasus dimana proses akad nikah sampai harus tertunda berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan hanya karena tidak ketemu angka. Mungkin tidak salah jika si perempuan memasang haga cukup tinggi jika calonnya orang yang berada, tetapi dia juga harus memahami bahwa penekanannya bukan disana, tugas orang tua adalah ketika anaknya harus menikah maka secepat munkin untuk menikahkan karena itu kewajiban. Tidak boleh terhalang oleh adat istiadat yang berbelit-belit dan terkesan memberatkan.

“kami di Saribaye tidak mematok harga, ketika warga kita menikah keluar aja kita tidak mempermasalaha biaya itu bukan hal yang dipermasalakan, tetapi kita tidak harus “ajian amaq pang” pang harus

42 Ibid wawancara 48

Page 64: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

49

10 juta baru kit dikasih wali. Jadi yang paling penting adalah bagaiman keduan belah pihak yaitu kiai dan Kadus mampu berkomunikasi untuk menemukan titik temu.43

Bapak Sapturi selaku Kepala Dusun Saribaye yang sering ali menjadi

utusan dalam praktik nyelabar juga menyetujui kesepakatan dalam proses

nyelabar tersebut.

“kalau kita di Saribaye akad nikahnya terlebih dahulu, kita tidak mau ketika datang nyelabar terus kita bicarakan pisuke, karena piseke itu tidak bisa jadi sekali, sehari belum tentu jadi, kecuali kalau sudah disepakati dari awal, kan ada nanti istilah “berega’an” misalkan nanti mereka mintak 10 juta palinglah kita tawar 4 juta.

Nah kalau akad nikakhnya dulu pasti tawar menawarnya bisa lebih mudah, tapi kalau pisukenya duluan kasian pengantinnya “kan ngoneeq te laun selesei” kan namanya anak muda kalau gak kuat agamanya nanti terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Kan kalau di kampung mereka sudah menikah maka bebas dibawa kemana-mana karena sudah dianggap menikah oleh masyarakat. Jadi mereka mau pergi mandi, pergi nyuci bebas diantar oleh calon suaminya. Nah disanalah peluang untuk melakukan hal-hal yang tidak kita ingnkan. Oleh sebab itu kami di Saribaye berkesepakatan untuk mengedepankan akad nikahnya dulu baru kita bicarkan pisukenya untuk menjauhi fitnah. Makanya bagus sekali kalau kita melamar terlebih dahulu, kemudian nanti pas acara akad nikahnya si perempuan datang dibawa oleh orangtuanya supaya tidak ada fitnah.

Oleh karena itu hingga saat ini proses Nyelabar Di Desa Saribaye Kec.

Lingsar dilakukan dengan dua cara tersebut. Pada umumnya, tradisi nyelabar

merupakan bagian kecil dari adat perkawinan suku Sasak atau biasa disebut

dengan merari’. Secara etimologi kata merari’ diambil dari kata “lari”.

43 Ibid Wawancara 47

Page 65: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

50

Seperti yang dijelaskan oleh bapak Sarawan Sukadani selaku Kepala Desa

Saribaye bahwa :

“merari’ itu kan melarikan diri, kalau bahasa desa lain biasanya disebut melaik juga memiliki maksud yang sama yaitu melarikan. Sehingga kata merari’ itu berasal dari kata melarikan diri”.44

Melarikan yang dimaksud oleh bapak Sarawan Sukadani bukanlah

untuk mencuri si gadis dari orang tuanya, tetapi dalam rangka menikahi gadis

tersebut yaitu dengan cara melarikannya ke tempat persembunyian. Kawin lari

inilah yang menjadi sistem adat pernikahan yang masih diterapkan di

Lombok. Hal itu dibenarkan oleh tokoh adat Desa Saribaye bapak Mahsun,

”istilah kawin lari bukanlah untuk di curi, tetapi sebuah cara dari si laki-laki untuk menikah dengan kekasihnya karena terjadinya atas dasar suka sama suka. Bagaimana bisa dikatakan mencuri anak orang jika itu dilakukan karna suka sama suka”.45

Adapun prosedur perkawinan dan tata cara prosesi adat perkawinan

suku Sasak dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan utama yaitu adat

sebelum pernikahan, adat proses pernikahan dan adat setelah pernikahan

sebagai berikut :

44 Sarawan Sukadani, Wawancara, Saribaye, Tanggal 15 November 2017 45 Mahsun, Wawancara,Saribaye, Tanggal 18 November 2017

Page 66: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

51

a. Adat Sebelum Pernikahan

Bagi masyarakat Sasak, dalam pelaksanaan adat perkawinan

berlaku asas kebebasan, bahwa perkawinan berdasarkan atas kemauan

sendiri dan kebebasan memilih dari kedua belah pihak.

Dijelaskan oleh tokoh agama Desa Saribaye yaitu ustad

Abdurahman mengatakan sebelum melaksanakan perkawinan, ada

beberapa proses yang harus dilalui sebagai sarana saling kenal mengenal

antara laki-laki dan perempuan yaitu midang, dan subandar

a) Midang

Midang , yaitu kunjungan secara langsung oleh laki-laki

kerumah perempuan yang diidam-idamkan dalam rangka saling

mengenal lebih mendalam tentang keberadaan mereka masing-

masing untuk selanjutnya bersepakat untuk mengikat hubungan

pertalian yang lebih mendalam dalam bentuk perkawinan, midang

memiliki aturan-aturan tertentu seperti yang dijelakan Ustad

Abdurrahman.

“midang ini pun punya cara tersendiri dia jadi tidak sembarangan jadi tidak seperti midangnya anak muda sekarang ini, waktu berkujung ketempat pacarnya itu sudah ditentukan kemudian jamnya tidak boleh lebih dari batasan, kemudian si laki-laki tidak boleh mengajak pacarnya berbicara disembarang

Page 67: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

52

tempat dan sebagainya. Kalo dia mau ketemu, dia harus datang dengan cara yang baik kerumah oran tuanya itu”.46

b) Subandar

Sedangkan Subandar Ustad Abdurrahman menyebutnya

sebagai (perantara), yaitu orang kepercayaan si laki-laki yang

bertugas menyampaikan apa yang diinginkan laki-laki kepada

perempuan yang menjadi pinangannya (beraye) melalui subandar ini

disampaikannya segala perasaan cinta yang dideritanya.

“subandar adalah orang yang di percaya atau prantara dalam hubungan sepasang kekasih mulai dari awal berpacaran hingga menikah. Selain itu subandar juga beperan untuk mengeluarkan si perempuan ini dari rumahnya ketika dalam proses dia sudah sepakat untuk menikah. Jadi si laki-laki calon suaminya ini tidak ikut masuk, yang akan masuk adalah subandar ini, yang mengantar proses komunikasinya, perantara lah subandar ini antara si calon perempuan denga calon si laki-laki, segala halnya akan disampaikan oleh subandar baik ketika pacaran atau memalingnya.”.47

b. Adat Dalam Proses Pernikahan

Dalam rangka pelaksanaan perkawinan ini ada beberapa proses

yang dilakukan masyarakat Sasak. Seperti yang sudah dijelaskan oleh

tokoh adat Saribaye bapak Mahsun mengenai memaling (melarikan),

46 Abdurrahman, Wawancara,Saribaye, Tanggal 24 November 2017 47 Ibid Wawancara

Page 68: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

53

merupakan salah satu proses adat perkawinan Sasak. Selain memaling

terdapat juga beberapa proses adat perkawinan seperti :

1) Sejati (pemberitahuan)

Sejati atau mesejati adalah kegiatan pertama yang dilakukan

oleh pihak keluarga laki-laki setelah gadis berhasil dibawa lari untuk

dibawa kawin. Menurut bapak Sapturi Kepala Dusun Desa Saribaye

bahwa besejati di lakukan selambat-lambatnya dua hari setelah

memaling, pemberitahuan atau mesejati dikirim kepada orang tua si

gadis melalui kepala kampung tempat si gadis dan orang tuanya

berdomisili. Yang dimana Mesejati ini adalah media perundingan

guna membicarakan kelanjutan upacara-upacara adat perkawinan

serta segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara

tersebut. Setelah pemberitahuan ini dilaksanakan maka menyusul

tindakan–tindakan untuk mendapatkan izin kawin, besarnya biaya

adat dalam beberapa upacara.

“2 hari setelah memaling, maka utusan akan pergi besejati ke gubug terkait. besejati itu adalah, kita memberitahu tokoh adat asal si calon mempelai perempuan bahwa betul atau membenarkan warganya diambil oleh warga kita atas nama Ahda Sabila misalnya. Setelah 2 hari dicuri maka RT, tokoh masyarakat dan tokoh agama harus datang besejati. Setelalah besejati barulah kemudian beselabar. 48

48 Sapturi, Wawancara, Saribaye, Tanggal 13 November 2017.

Page 69: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

54

Tetapi berbeda halnya dengan bapak Mahsun tokoh adat

Saribaye, beliau mengatakan bahwa besejati dilakukan 3 hari 3

malam setelah adat memaling, beliau juga menjelaskan bahwa dalam

proses besejati juga bisa dilakukannya proses nyelabar secara

sekaligus.

“Setalah tiga hari tiga malam si perempuan itu di curi maka langung proses besejati, besejati adalah pemberitahuan tentang anaknya kawin lari dengan si A misalnya, dengan alamatnya yang jelas, nama yang jelas, desa dan dusunnya yang jelas. Setelah itu kita langsung nyelabar yaitu meminta wali untuk melanjutkan pernikahan. Nyelabar itu Sebenarnya bisa dilakukan ketika besejati, namanya sejati selabar yaitu pemeritahuan tentang bahwa anaknya kawin lari atas dasar suka sama suka nikah sama ini, untuk memberitahukan kepada wali.49

Sependapat dengan bapak Mahsun, Kepala Desa Saribaye

Sarawan Sukadani menjelaskan bahwa :

“setelah 3 hari dilarikan pihak lak-laki harus datang ke pihak permpuan untuk menyampakan bahwa anaknya sudah berada di rumah pihak laki-laki”.50

2) Pemuput selabar

Pemuput selabar dilakukan setelah adat sejati. Pada dasarnya

adat besejati dan nyelabar merupakan dua proses yang berbeda, baik

secara pengertian maupun dalam pelaksanaannya. Hal tersebut

49 Mahsun, Wawancara,Saribaye, Tanggal 18 November 2017 50 Sarawan Sukadani, Wawancara,Saribaye, Tanggal 15 November 2017

Page 70: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

55

dibenarkan oleh tokoh adat Saribaye bapak Mahsun, karena adat

nyelabar dan besejati bisa dilakukan secara bersamaan tergantung

dari kesepakatan kedua belah pihak.

“sebenarnya harinya beda, besejati dilakukan 3 hari 3 malam tidak boleh lewat, kalau lewat nanti mereka kena pidana, itu namanya penculikan dan itu tidak boleh sekali. Tetapi bisa juga dilakukan bersaamaan sesuai permintaan pihak keluarga perempuan, kami pihak laki-laki hanya mengikutinya”. 51

Bapak Sapturi menjelaskan bahwa Tujuan utama pemuput

selabar ini adalah untuk membicarakan hak perwalian. Selain itu

juga membicarakan segala sesuatu yang terkait dengan proses

penyelesaian adat (ajikrama), terutama dalam rangka pelaksanaan

akad nikah. Pada saat ini secara bersama tokoh adat, tokoh

masyarakat, tokoh agama dan keluarga si gadis untuk membicarakan

sekitar adat yang berlaku dalam perkawinan tersebut.

“kita dari pihak laki-laki datang ke kadus setempat atau tokoh adat setempat guna membahas perwalian, pisuke, kemudian administrasi dusunnya, ajikrame, tergantung nanti dari pihak si perempuan, kita harus membicarakannya sekarang mengenai pisuke itu atau nanti setelah akad nikah”.52

Sehingga apa yang dihasilkan dalam perundingan itu berupa

biaya adat yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki, pada saat yang

51 Ibid Wawancara 55 52 Sapturi, Wawancara, Saribaye, Tanggal 13 November 2017

Page 71: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

56

bersamaan juga persyaratan penyelesaian adat itu disampaikan

kepada pihak laki-laki melalui utusannya (tokoh adat, tokoh

masyarakat, tokoh agama) agar persyaratan itu dipenuhi. Apabila

persyaratan yang diajukan oleh pihak keluarga perempuan itu tidak

dapat dipenuhi, maka akad nikah belum bisa dilaksanakan.

3) Sorong doe (sorong serah)

Puncak acara dalam upacara adat perkawinan di Lombok

adalah acara sorong doe atau sorong serah, yaitu acara pesta

perkawinan pada waktu orang tua si gadis akan kedatangan keluarga

besar mempelai laki-laki. Dalam acara ini keluarga perempuan juga

mengadakan suatu acara selamatan (begawe) yang biasanya biaya

penyelesaiannya ditanggung pihak laki-laki atas dasar kesepakatan

yang telah dicapai saat pelaksanaan pemuput selabar.

Bapak Saridin sesepuh Saribaye mengatakan :

“sorong serah atau secara bahasa Sasak meserah dilakukan ketika nyongkolan, jadi sebelum pengantin sampai di rumah mempelai perempuan maka pembuka jebak akan datang sebelum pengantin untuk sorong serah, dengan juru bicara oleh pembayun”. 53

53 Saridin, Wawancara, Saribaye, Tanggal 15 November 2017.

Page 72: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

57

Namun pernyataan bapak Saridin jauh berbeda dengan Ustad

Abdurahman dan juga bapak sapturi dalam hal pelaksanaan praktik

sorong serah ini. Ustad Abdurrahman menyatakan :

“sorong serah dilakukan satu hari sebelum nyongkol, misalkan tadi sore merek nyongkol maka besok paginya mereka sudah sorong serah”.54

Sangat jauh berbeda lagi dengan pernyataan bapak Sapturi

bahwa pelaksanaan sorong serah adalah 3 hari sebelum akad nikah.

“srong serah dilakukan seblum akad nikah, jadi 3 hari setelah si gadis di curi maka akan langung di adakan adat sorong serah itu”.55

4) Nyongkol

Nyongkol adalah kegiatan akhir dari seluruh proses

pekawinan. Kegiatan ini dilakukan secara bersama oleh seluruh

anggota keluarga mempelai laki-laki bersama masyarakat berkunjung

ke rumah mempelai perempuan. Maksud dan tujuan dari nyongkolan

adalah :

“Nyongkolan sebenarnya adalah ajang sebagai wujud rasa syukur, mungkin hanya memliki bahasa yang berbeda kalau nabi mengtakan “walimatul’arus” kemudian dalam adat Sasak dinamakan nyongkol, ini merupakan pelaksanaan dari sunnah nabi yang dimana pernikahan itu haru disiarkan, sehingga

54 Abdurrahman, Wawancara,Saribaye, Tanggal 24 November 2017 55 Sapturi, Wawancara, Saribaye, Tanggal 13 November 2017

Page 73: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

58

dalam bentuk nyongkolan ini menjadi sebuah manifetasi dari pelaksanaan sunnah itu”56

Begitulah yang dijelaskan oleh Ustad Abdurrahman.

Sehingga mempelai laki-laki dapat menampakkan dirinya secara

resmi di hadapan orang tua dan keluarga-keluargan dari istrinya.

Bahkan juga kepada seluruh masyarakat.

c. Adat Setelah Perkawinan

Setelah acara sorong doe dan nyongkol dilakukan, maka akan ada

beberapa upacara adat lagi yang harus dilaksanakan yaitu “balas nae”.

Balas nae, yaitu suatu kegiatan kunjungan dari keluarga

mempelai laki-laki terhadap keluarga mempelai perempuan tanpa

mengikutsertakan masyarakat di luar keluarga sebagaimana pada upacara

nyongkol. Kegiatan ini dilakukan sehari setelah nyongkol. Hal ini

sependapat dengan bapak Sarawan Sukadani dan Ustad Abdurrahman.

Kepala Desa Saribaye Sarawan Sukadani mengatakan :

“Balas nae biasanya dalam Sasak juga sering disebut bejango, bejango ini ada dua cara, pertama jika pernikahan tersebut mempelainya berasal dari kampung yang sama maka 3/4 hari setelah pernikahan mereka sorong serah kemudian malamnya mereka bejango. Tetapi jika mempelanya berasal dari kampung yang berbeda maka meserah atau sorong serah itu akan

56 Ibid, Wawancara 58

Page 74: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

59

dilaksanakan ketika nyongkolan lalu malamnya akan kembali lagi untuk bejango”.57

Ustad Abdurrahman juga menyatakan :

“disesi terahir adat pernikahan ada 2 pilihan yang dilakukan oleh warga kita, pertama nyongkol kedua bejango esensinya sama, yaitu sama-sama pihak laki-laki berkunjung dengan keluarganya ke rumah pihak perempuan tetapi prosesnya berbeda, kalau bejango biasa mereka datang tanpa diiringi alat musik atau gamelan, tanpa di hias dan sebagainya. Tetapi kalau dia nyongkol ya pengantin menggunakan hiasan dan juga alat musik tradisional.”58

Jika Ustad Abdurrahman dan bapak Sarawan Sukadani

mengatakan bahwa bejango adalah sebuah kunjungan dari keluarga

laki-laki ke rumah mertuanya, berbeda jauh dengan bapak Sapturi,

beliau mengatakan :

“sebenarnya si perempuan ini mengambil kembali barang-barang bawaannya yang masih kurang, entah itu pakaian atau perabotannya yang sudah disiapkan oleh keluarganya”59

2. Etika Nyelabar Dalam Adat Perkawinan Sasak di Desa Saribaye

Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan

antar sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan

dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain,

57 Sarawan Sukadani, Wawancara, Saribaye, Tanggal 15 November 2017. 58 Abdurrahman, Wawancara,Saribaye, Tanggal 24 November 2017 59 Sapturi, Wawancara, Saribaye, Tanggal 13 November 2017

Page 75: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

60

untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang,

tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya, serta terjamin

agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang

berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.

Pernikahan masyarakat suku Sasak juga memiliki sistim peraturan

pergaulan (Etika) dalam pelaksanaan adat pernikahan. Meskipun dalam

perencanaan pelaksanaan prosesi adat sering kali terjadi perbedaan pendapat

dalam penyelesaian adat, namun nilai etika yang dimilki oleh masyarakat suku

sasak, mampu untuk saling menghargai pendapat dan kepentingan masing-

masing hingga mendapatkan sebuah mufakat dalam penyelesaian adat.

Terutama sekali dalam prosesi nyelabar sering kali kesulitan dalam dalam

menemukan kesepakatan.

“meskipun sampek 2 minggu belum ketemu titik temunya, ya udah kita jalani saja sambil kita nunggu sampai kapan selese pisuke itu baru kita nikahkan.”60

Begitulah ungkapan bapak Sapturi.

Dalam pelaksanaan nyelabar ada beberapa etika dalam

pelaksanaannya seperti cara berpkaian. Ustad Abdurrahman menerangkan

bagaimana etika berpakaian yang sebenrnya dalam proses nyelabar :

60 Sapturi, Wawancara, Saribaye, Tanggal 13 November 2017

Page 76: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

61

“cara berpakain mereka tidak sembarangan, mereka harus menggunakan dodot, saspuk, bila perlu mereka juga akan membawa kris yang diletakan di poisi kanan, sebagai simbol perdamaian.61

Kemudian dalam mengambil kesepakatan antara kedua belah pihak

terdapat beberapa seni bernegosiasi dan etika komunikasi ketika

berlangsungnya prosesi nyelabar tersebut, seperti yang di sampaikan oleh

tokoh adat Saribaye bapak Mahsun dan tokoh masyarakat bapak Sapturi

selaku utusan dalam setiap proses nyelabar :

Bapak Sapturi mengatakan :

“kita dari pihak laki-laki datang ke kadus setempat atau tokoh adat setempat guna membahas perwalian, pisuke, kemudian administrasi dusunnya, ajikrame, tergantung nanti dari pihak si perempuan, kita harus membicarakannya sekarang mengenai pisuke itu atau nanti setelah akad nikah. Pengalaman di desa Dasan Sari Pejeruk kami utusan datang untuk membicarakan pisukenya, pihak orang tua perempuan mengatakan “lamun ndeq arak kepeng 15 jute nendeq wah te nikahan, lemak piran jak arak kepeng ye terus te nikahan” dan disana kami utusan pihak laki-laki terus dengan sabar bolak-balik dengan terus berusaha menawar sampai permintaan pisuke tersebut bisa turun. Ahirnya karena kami terlalu lama membahas pisuke kami utusan pihak laki-laki meminta “tolong kita nikahkan dulu sesegera mungkin, tentang pisukenya nanti kita bahas belakangan” setelah sepakat dari pihak perempuan ahirnya kami nikahkan. Setelah di nikahkan kita membahas pisukenya sampai tawar menawar yang panjang dapatlah kita kesepakatan membayar pisuke itu 1 juta. Tetapi kalau kita mengambil contoh dari Lombok Tengah atau berapa dari Lombok Barat kebanyakan yang sebelum akad nikah itu yang harus diselesaikan tentang pisukenya itu. Sebelum pisuke itu selesai dibicarakan atau ada kata sepakat mengenai nominalnya kita belum akan mendapatkan wali. Itu yang sangat kita sesali, lain dengan ditempat kita (Saribaye) tentang pisukenya bisa belakangan, karena ada hal yang harus dipercepat yaitu akad nikah”.

61 Ibid Wawancara 60

Page 77: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

62

Bapak mahsun mengatakan :

1. Tawar menawar sesuai dengan kemampuan dari pihak laki-laki,

“Sebenarnya 1000 saja sudah cukup jika sudah mau sama mau tidak ada masalah kan. Kalau pandangan saya sendiri kalau dilihat dari etika biar tidak adapun gak papa yang penting menikah, toh juga untuk apa kita juga tidak akan untung. bahkan dalam masyarakat sampai putus komunikasi hanya karena uang. Disanalah letak salahnya budaya Sasak”.

2. Tidak dibenarkan juga oleh adat untuk saling memaksakan kehendak

sendiri untuk dipenuhi.

“kan namanya orang gak ada mau dipaksakan kan gak boleh, yang terpenting anak bisa dinikahkan dan sah secaa hukum, terutama hukum agama.”

3. Kemudian Orang tua wali dari pihak pengantin perempuan dituntut untuk

lebih memahami keadaan keluarga calon suami anaknya.

“karena adat yang sebenarnya pada nyelabar adalah meminta wali, sebenarnaya dalam aturan adat, pelaksanaan nyelabar itu tidak ada pembahasan mengenai pisuke, nanti setelah menikah baru ada hukum antara mertua dengan anak yaitu anak dengan mertua baru boleh mintak berapa-berapa, kan namanya sudah anak kita mau mintak berapa-berapa. Kita lihat dari namanya saja pisuke yaitu suka sama suka, ikhlas sama ikhlas gak bener kalau kita saling paksa sama anak anak sendiri.

Page 78: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

63

BAB III

PEMBAHASAN

A. Nyelabar Dalam Perkawinan Adat Sasak Di Desa Saribaye

Adat adalah sebuah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai,

kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan dan hukum adat yang lazim

dilakukan disuatu daerah. Apabila adat ini tidak di laksanakan akan terjadi

kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat

terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.62 Hal tersebut biasanya diakibatkan

oleh berubahnya budaya itu secara perlahan maupun tiba-tiba. Tergantung

seberapa lama dan kuatnya budaya tersebut.

Di era globalisasi ini, mampu mempengaruhi kehidupan manusia dalam

bermasyarakat. Globalisasi memberikan pengaruh tersendiri terhadap berbagai

aspek dan bidang yang dapat memberikan suatu perubahan tehadap bidang atau

aspek tersebut. Terutama dalam aspek sosial dan budaya yang berkembang dalam

mayarakat. Seperti yang dirumuskan Talcott Parsons dalam pola dalam

Fungsionalime Struktural, Parsons menggolongkan empat imperatif fungsional

bagi sistem tindakan yaitu AGIL. Yang pertama adalah adaptasi (adaptation):

sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Ia harus

beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-

kebutuhannya. Kedua, pencapaian tujuan (goal attainment): sistem harus

62 Id.mwikipedia.org/wiki/adat Diakses Pada Tanggal 28 November 2017 Pukul 07.05

Page 79: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

64

mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya. Ketiga, integrasi

(integration): sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian komponennya. Ia pun harus

mengatur hubungan antar ketiga imperatif funsional tesebut (A, G, L). Dan yang

terakhir adalah latensi atau pemeliharaan pola (latency): sistem harus melengkapi,

memelihara, dan memperbarui motivasi individu dan pola-pola budaya yang

menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

Masyarakat Lombok misalnya, sebagai salah satu daerah yang juga

memiliki ragam adat dan budaya perlahan-lahan mulai berubah. Seperti dalam

prosesi pernikahan atau merari’. Adat merari’ memiliki beberapa ritual-ritual adat

yang dipercaya dari dahulu hingga saat ini, mulai dari adat midang hingga

nyongkolan. Perubahan tersebut terjadi di Desa Saribaye Kec. Lingsar Kabupaten

Lombok Barat. Ada beberapa adat pernikahan yang sudah berubah diantaranya :

1. Midang

Midang merupakan tahap paling awal dalam proses pernikahan. Yaitu

pengenalan antara sepasang kekasih. Pada zaman dahulu, sebelum masyarakat

mengenal teknologi untuk berkomunikasi, midang menjadi salah satu sarana

untuk berkomunikasi dalam proses pengenalan tersebut. Baik dengan si gadis

maupun dengan orang tuanya. Terdapat beberapa peraturan atau etika dalam

pelaksanaan adat midang seperti:

Page 80: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

65

a. Midang memiliki batasan waktu untuk mengunjungi sang gadis. Biasanya

batas waktu berkunjung atau midang tidak boleh lebih dari jam 10 malam.

b. Midang tidak boleh dilakukan pada tempat yang sepi/petang.

c. Midang hanya dilakukan di rumah sang gadis dan di tempat terbuka.

d. Etika dalam midang, yaitu dengan cara tidak bertatap langsung dari jarak

1 kilo meter, dan tidak boleh bersentuhan kulit.

Apabila terjadi pelanggaran terhadap aturan midang tersebut, maka

harus dipertanggungjawabkan oleh laki-laki. Akan tetapi apabila pelanggaran

itu tergolong berat, seperti tertangkap basah sedang melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan ajaran agama, moral, ataupun adat setempat, maka

keliang atau kadus akan mengambil tindakan hukuman adat.

Pada zaman sekarang ini, para remaja sering sekali mendapatkan

pelanggaran bahkan langsung di nikahkan sebagai hukuman adat dari

perbuatannya. Karena pelaksanaan midang pada zaman sekarang ini sangat

berbeda bahkan bertolak belakang dengan peraturan midang tersebut. Para

remaja saat ini bebas ingin bertemu dimana saja dan kapan saja dengan

pasangannya. Bahkan para remaja lebih sering bertemu di tempat yang sepi

dibandingkan dengan rumah si gadis.

Sehingga Pada saat ini adat midang di Desa Saribaye sudah jarang

dilakukan, dengan alasan praktik dari adat midang tersebut banyak yang tidak

Page 81: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

66

sesuai dengan nilai, norma dan peraturan adat. Bakan terjadinya kecelakaan

dalam hubungan remaja juga menjadi faktor utama midang lebih diawasi

dalam praktiknya.

2. Memaling

Memaling merupakan proses dimana laki-laki membawa lari si gadis

lalu menyembunyikannya disalah satu rumah dengan maksud untuk

menikahinya. Sebelum dilarikan kedua sepasang kekasih sudah membuat

sebuat kesepakatan terlebih dahulu, kapan hari dan waktu untuk dilarikan.

Barulah calon pengantin laki-laki dibantu oleh subandar untuk melarikan si

gadis. Tetapi berbeda halnya ketika calon pengantin laki-laki melarikan si

gadis tanpa ada kesepakatan terlebih dengan di gadis untuk menikah. Karena

dari kasus yang sering terjadi, laki-laki melarikan atau memaling gadis yang ia

sukai meskipun si gadis sebelumnya tidak memiliki hubungan apapun atau

perasaan apapun terhadap laki-laki tersebut. Disinilah subandar (perantara)

berperan penting dalam proses memaling. Karena tidak adanya kesepakatan

untuk menikah antara si laki-laki dan perempuan maka subandar akan

membuat berbagai macam alasan supaya si gadis bisa keluar dari rumah dan

membawa si gadis ke tempat persembunyian, baik itu di rumah keluarga si

laki-laki atau subandar itu sendiri yang benar-benar jauh dan sulit bagi si

gadis untuk pulang kembali. Setelah membawa si gadis barulah subandar

memberitau tujuannya tersebut. Pihak gadis dapat menolak pernikahan itu

Page 82: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

67

jika memang tidak ingin menikah dengan laki-laki yang memalingnya. Karena

didalam sebuah perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon

mempelai, sebagaimana ditegaskan dalam undang-undang pernikahan pasal 6

ayat (1) dikatakan bahwa “perkawinan harus disetujui oleh kedua belah pihak

yang melangsungkan perkawinan tanpa ada paksaan dari pihak manapun

karena perkawinan mempunyai maksud agar suami dan istri dapat

membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, dan sesuai pula dengan hak

asasi manusia”.63 Jika penolakan sudah dilayangkan oleh si gadis tetapi

pernikahan tersebut tetap dilaksanakan, biasanya pada kasus yang terjadi si

gadis diancam dengan ancaman-ancaman tidak akan dipulangkan sebelum

gadis itu mengatakan bersedia untuk menikah, maka menurut undang-undang

perkawinan pada pasal 27 ayat (1) “suami atau istri dapat mengajukan

permohonan pembatalan perkawinan apabila dilangsungkan dibawah

ancaman yang melanggar hukum”.64

Namun dalam masyarakat Sasak, menolak sebuah pernikahan setelah

si gadis dicuri merupakan sebuah aib bagi sang gadis “ndeq laku”, begitulah

masyarakat suku Sasak menyebutnya. Sehingga di berbagai Desa biasanya

adat memaling berubah dengan cara belakoq atau meminang. Khususnya di

Desas Saribaye belakoq lebih sering dilakukan dibandingkan dengan

63 Letezia Tobing dalam m.hukumonline.com Diakses Pada Tanggal Kamis 9

Dember 2017 Pukul 22.54 64 Ibid.

Page 83: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

68

memaling. Karena dengan proses belakoq penyelesaian adatnya akan lebih

cepat dan tidak berbelit-belit, apa lagi dalam penyelesaian pisuke dan ajikram.

3. Besejati, akad nikah dan Nyelabar

Seperti yang sudah peneliti jelaskan pada bab sebelumnya mengenai

pengertian Besejati dan Nyelabar bahwasanya pelaksanaan dari kedua proses

adat ini adalah terpisah. Namun pada pelaksanaan di Desa Saribaye terdapat

dua cara dalam prosesinya, yaitu besejati sekaligus nyelabar terlebih dahulu

kemudian akad nikah atau besejati terlebih dahulu kemudian akad nikah

barulah proses nyelabar. Ketiga adat tersebut dirubah atas dasar kesepakatan

pemerintah Desa Saribaye dengan pertimbangan-pertimbangan mengenai

proses adat yang sedikit sensitif dan rumit dalam penyelesainnya. Yaitu

proses adat nyelabar yang dimana proses ini tidak bisa dilakukan sekali atau

dua kali untuk menemukan sebuah kesepakatan ajikrame dan pisuke. Oleh

karena itu pihak pemerintah Desa Saribaye dalam mengantisipasi terjadinya

perzinahan karena penundaan pernikahan yang begitu lama dan mampu

membatalkan pernikahan itu, merubah tahapan pada adat tersebut.

4. Begawe

Begawe yang biasa di kenal dengan pesta pernikahan ini memiliki

perubahan dalam penyebutannya di Desa Saribaye yaitu Royong, royong ini

merupakan bentuk dari solidaritas masyarakat Saribaye yang saling tolong

Page 84: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

69

menolong mulai dari mempersiapkan terop atau tetaring, bau kela’an atau

bahan-bahan masakan untuk acara begawe, hingga membuat dan

mempersiapkan makanan pada acara itu. Tidak hanya perubahan pada nama

namun juga pada proses acaranyapun jauh berbeda dari proses begawe pada

umumnya. Biasanya begawe akan mengundang sanak keluarga jauh maupun

dekat dan juga mengundang seluruh masyarakat di desa setempat. Tetapi di

Desa Saribaye begawe atau royong hanya dilakukan dengan zikiran syukuran

pada malam harinya dan keesokan hainya langsung kepada proses bejango

atau balas nae. Perubahan pada adat ini biasanya disebabkan oleh biaya dari

begawe tersebut yang terbilang sangat mahal.

“Pada zaman dahulu pembiayaan pada adat begawe bisa sampai menjual 2 ekor sapi bahkan menjual tanah sekalipun”65 “di Desa Saribaye mungkin dalam satu tahun, orang tidak akan menemukan begawe, karena sudah sangat jarang. Palingan cukup dengan royong dan bejango, nyongkolan pun sudah sangat jarang karena di Desa Saribaye sudah dilarang masuk kecimol.66

Perubahan-perubahan adat di atas merupakan sebuah tindakan manusia

yang bersifat voluntaristik menurut Talcott Parsons, artinya tindakan itu

didasarkan pada dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan

norma yang disepakati. Khususnya pada prosesi adat nyelabar. Kemauan

masyarakat Saribaye untuk merubah budaya tersebut tidak serta merta untuk

65 Mahsun, Tokoh Adat Saribaye, Wawancara Tanggal 18 November 2017 66 Sarawan Sukadani, Kepala Desa Saribaye, Wawancara Tanggal 15 November 2017

Page 85: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

70

meninggalkan budaya itu sendiri. Tetapi adanya sebuah dorongan dari

masyarakat untuk merubah budaya tersebut, yang dipengaruhi oleh nilai dan

norma. Nilai dan norma akan menjadi pengaturan sistem dalam msayarakat,

yang berperan dalam membentuk kondisi atau keadaan masyarakat itu sendiri.

Nilai dan norma dapat berupa gagasan dari pengalaman yang berarti atau

tidak, tergantung pada penafsiran setiap individu atau masyarakat yang

memberi atau menerimanya.67 Pengalaman baik akan menghasilkan nilai

positif sehingga nilai yang bersangkutan dijadikan sebagai pegangan. Seperti

proses Nyelabar Dalam Tradisi Perkawinan Adat Sasak Di Desa Saribaye.

Seringnya terjadi masalah penyelesaian adat yang begitu berbelit-belit,

terutama untuk mendapatkan kesepakatan jumlah pisuke si gadis yang begitu

tinggi. Bagi sebagian masyarakat suku Sasak, permintaan jumlah pisuke bisa

dilihat berdasarkan si gadis berasal dari keluarga ternama, si gadis memiliki

pekerjaan atau jabatan tinggi, dan memiliki jenjang pendidikan yang tinggi.

Dikarenakan orang tua si gadis beranggapan bahwa pisuke itu ibarat tebusan

dari biaya hidup yang telah orang tua si gadis tanggung selama hidupnya. Jika

pihak laki-laki tidak mampu memenuhi permintaan tersebut maka orang tua si

gadis tidak akan memberikan hak wali untuk putrinya. Tidak ada pisuke maka

tidak ada wali, jika tidak ada wali maka tidak ada pernikahan. Seperti yang

dikatakan ‘Aisyah, Rasulullah SAW bersabda :

67 Nafiun “Pengertian Nilai Dan Norma Sosial Di Masyarakat“ dalam www.nafiudin.com diakses tanggal 9 desember 2017 pukul 13.59

Page 86: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

71

ن ذ إ غ ت ح ك ن ة أ ر ام ا م ي أ : هللا ل و س ر ال ق : ت ال ق ة ش ا ع ن ع

ھ ل و ال ن م و ان ط ل الس ف ا و ر ج ت اش ن إ ف ل اط ب ل اط ب ل اط ب ا اح ن ف ا ل و

“Dari ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda, “Seorang wanita yang menikah tanpa izin walinya maka

pernikahannya adalah batil, batil, batil. Dan apabila mereka bersengketa

maka pemerintah adalah wali bagi wanita yang tidak memiliki wali”. (HR. Abu

Daud no 2083, Tirmidzi no. 1102, Ibnu Majah no. 1879 dan Ahmad 6: 66).68

Di sanalah kemudian peran penting keliang (tokoh adat), kiai,

penghulu (tokoh agama), dan kepala dusun (tokoh masyarakat), mereka akan

melakukan musyawarah antar sesama keliang, kiai, penghulu dan kepala

dusun yaitu tawar menawar dengan orang tua pihak perempuan. Jika hari itu

belum juga mendapatkan sebuah kesepakatan berapa nominal pisuke, maka

keliang, kiai, penghulu dan kepala dusun akan datang lagi keesokan harinya

hingga menemukan kesepakatan, dan hal tersebut bisa terjadi berhari-hari

bahkan berminggu-minggu.

68 HR. Abu Daud no 2083, Tirmidzi no. 1102, Ibnu Majah no. 1879 dan Ahmad 6: 66. shahih Al-Albani dalam https://assamarindy.wordpress.com/2012/07/03/wali-nikah/ diakes pada tanggal 8 desember 2017 pukul 20.00

Page 87: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

72

Hingga saat ini, proses nyelabar seperti itu masih sering terjadi di

kalangan masyarakat suku Sasak, bahkan proses nyelabar ini seolah-olah

menjadi ajang bisnis bagi para orang tua si gadis. Pernyataan “ada uang ada

wali” menjadi alasan pernikahan itu tertunda bahkan menjadi batal. Oleh

krena itu di Desa Saribaye proses nyelabar terbagi menjadi 2 cara :

1) Akad nikah setelah nyelabar

Proses akad nikah setelah nyelabar ini memang merupakan urutan

asli dari proses adat perkawinan suku Sasak. Proses nyelabar seperti ini

sudah tidak dilakukan lagi di Desa Saribaye apabila kedua mempelai

berasal dari Desa Saribaye. tetapi jika mempelai perempuan berasal dari

Desa lain, maka keliang, kiai, penghulu, dan kepala dusun akan berusaha

bernusyawarah dalam rangka menikahkan kedua mempelai terlebih dahulu

baru kemudian membahas perihal pisuke. Jika hal itu tidak bisa

dimusyawarahkan maka pihak utusan desa (kiai, keliang, penghulu,kadus)

akan melaksanakan sesuai aturan adat di Desa tersebut, untuk tetap saling

menghormati nilai dan norma masing-masing. Namun sebaliknya jika

pihak si gadis dari Saribaye menikah dengan laki-laki dari Desa lain maka

proses adatnya akad nikahlah yang akan di dahulukan oleh pihak Saribaye.

2) Nyelabar setelah akad nikah

Mendahulukan Nyelabar adalah bentuk dari proses adat yang

dirubah di Desa Saribaye. Bagi masyarakat disana yang paling terpenting

Page 88: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

73

adalah akad nikahnya, karena yang paling di khawatirkan masyarakat

Saribaye adalah penundaan pernikahan yang berhari-hari bahkan

berminggu-minggu dapat mengakibatkan Perzinahan antara kedua

mempelai. Seperti yang sudah peneliti paparkan pada bab sebelumnya

bahwa menurut pemahaman masyarakat Sasak khususnya Saribaye, ketika

si gadis sudah dicuri atau di paling maka mereka sudah dikatakan

menikah. Sehingga apapun yang dilakukan dan kemanapun si gadis pergi

dengan calon suaminya, sudah tidak dikhawatikan lagi jika sewaktu-waktu

mereka melakukan hubungan terlarang itu, karena mereka sudah dianggap

menikah meskipun secara hukum dan agama belum terikat apapun.

Kedua cara proses adat diatas adalah sebuah gagasan yang dibentuk

oleh pengalaman-pengalaman yang didapat ketika melakukan proses adat

nyelabar. Gagasan-gagasan itu adalah perwujudan dari sebuah nilai dan

norma yang tentunya menjadi sebuah peraturan dalam sisitem budaya

masyarkat Saribaye dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang sudah

ada pada budaya itu tanpa harus mengubah budaya itu sendiri.

Proses nyelabar dalam tradisi perkawinan adat Sasak dapat berubah

tentu karena adanya sebuah tindakan (the stucture of social action). Tindakan

tersebut merupakan bentuk untuk menentukan cara, alat, dari sejumlah

alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai sebuah tujuan. Hal ini

merupakan teori aksi (Action Theory) dari Talcott Parsons. Bahwa individu

Page 89: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

74

yang memiliki tujuan disebutnya sebagai aktor. Tidak ada individu yang

bertindak tanpa memiliki tujuan tertentu. Tujuan merupakan keseluruhan

keadaan konkret di masa depan yang diharapkan, sejauh relevan dengan

kerangka acuan tindakan. Bisa dikatakan bahwa aktor terlibat dalam

pengejaran, realisasi, atau pencapaian tujuan itu. Oleh karena itu, demi

memfasilitasi ini, ia memerlukan seperangkat alat. Alat bisa dipilih secara

acak, juga bisa bergantung pada kondisi tindakan. Alat tersebut bisa muncul

satu per satu, bisa muncul secara bebarengan.

Dengan demikian, tindakan tersebut dapat digambarkan dalam

penelitian ini bahwa actor meliputi : tokoh agama (keliang, kiai, penghulu dan

Kepala Dusun), actor bisa dikatakan sebagai pemburu dari tujun tersebut

mekipun begitu aktor bukanlah pelaku aktif murni. Sebab, ada norma, nilai, dan ide-

ide serta kondisi-kondisi situasional yang mampu mempengaruhi baik aktor,

seperangkat alat, maupun tujuan. Tujuan, merupakan suatu keadaan masa

depan yang akan dikejar tindakan itu yaitu (untuk merubah budaya dalam proses

perkawinan adat Sasak dengan cara mengindahkan nilai, ide dan norma).

Situasi, adalah Tindakan harus dimulai dalam situasi yang kecenderungan-

kecenderungannya berbeda dalam satu atau lebih keadaan yang akan dikejar

aktor. Sedangkan situasi itu ada yang bisa dikendalikan dan ada pula yang

tidak bisa di kendalikan atau dijaga supaya tidak berubah yaitu (perbedaan

pelaksanaan nyelabar di masing-masing Desa calon mempelai). Kemudian

Page 90: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

75

yang terakhir adalah alat, alat merupakan sarana yang digunakan oleh actor

untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu menggunakan (proses adat nyelabar

dalam perkawinan adat Sasak)

B. Etika Komunikasi dalam Tradisi Nyelabar di Desa Saribaye Kec. Lingsar.

Dalam kajian teori Etik (wisdom) nyelabar dianggap Good Sense,

Accumulated Learning, Opinion Widely Held. Good sense: pengetahuan dan

pengalaman yang dibutuhkan untuk membuat suatu keputusan atau penilaian

berdasarkan pada kehendak baik. Nyelabar di Desa Saribaye misalnya, meskipun

sering kali terjadi pembayar pisuke yang sangat mahal atau keluar dari harga

ketentuan Desa, keliang melakukan beberapa pertimbangan atau tawar menawar

sampai pihak keluarga laki-laki sanggup untuk membayar meskipun tidak sesuai

dengan peraturan Desa. Jika dilihat dari esensial nyelabar itu sendiri, bahwasanya

nyelabar adalah proses dimana keliang bertugas untuk mengetahui hak perwalian

dari pengantin perempuan sekaligus penyelesaian adat (pisuke). Arti dari Pisuke

itu pun adalah suka sama suka, berapapun harga yang dapat sekiranya mampu

untuk dibayar oleh pihak laki-laki maka itulah pisuke, tidak memaksakan

keinginan sebelah pihak. Hal tersebut menjadikan adat nyelabar Seolah-olah

ajang bisnis didalam sebuah pernikahan. Ungkapan “ada uang ada wali” adalah

bentuk negosiasi yang selalu dibicarakan untuk menemukan sebuah kesepakantan

dari angka yang dimintai oleh pihak keluarga perempuan. Sehingga menyebabkan

proses adat yang berbelit-belit bahkan mampu membuat pernikahan tersebut

Page 91: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

76

dibatalkan. Oleh karena itu pemerintah Di Desa Saribaye mengubah proses adat

tersebut dengan mendahulukan akad nikah terlebih dahulu kemudian adat

Nyelabar, hal ini diupayakan agar pernikahan tidak tertunda oleh proses adat yang

begitu lama. Karena dikhawatirkan pernikahan yang ditunda begitu lama dapat

menyebabkan perzinahan. Tindakan tersebut dinamakan accumulated learning:

akumulasi pengetahuan tentang kehidupan atau tentang suatu dimensi aktivitas

yang didapat dari pengalaman. Dan menjadi sebuah Opinion Widely Held: suatu

opini yang diterima oleh hampir semua orang yaitu tentang peraturan dan

ketentuan Nyelabar di Desa Saribaye kec. Lingsar.

Tubb menghubungkan Etika Komunikasi sebagai berikut: “Etika

merupakan studi tentang sifat umum moral dan pilihan-pilihan moral spesifik

yang harus dibuat orang. Kata “Pilihan” menyangkut pilihan komunikasi sehingga

dengan memeriksa dan lebih menyadari nilai-nilai kita sendiri, kita menjadi lebih

bertanggung jawab atas konsekuensi tindakan kita.” Dalam hal ini prinsip dasar

yang menjadi masalahnya adalah penghormatan terhadap orang lain. Seperti

pengkajian Etika Komunikasi Barat dihubungkan dengan prinsip-prinsip etika

yang dikembangkan : Etical Egoism Epicurus yang mengatkan bahwa hidup yang

baik adalah mendapatkan kebahagian sebanyak mungkin. Meskipun

mendahulukan kebahagian pribadi, namun ada perhatian terhadap orang lain,

orang yang ada di sekitar sebagai penonton harus dipertimbangkan sebelum

seseorang bertindak. kejujura dan kebenaran dalam suatu pernyataan tidak dapat

Page 92: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

77

diabaikan dalam formal duty dari seseorang kepada orang lain, bagaimanapun

juga kebaikan dapat berarti kejelekan bagi dirinya atau bagi orang lain.

Menurut Hartmann ungkapan popular Wisdom merupakan dasar berbagai

program TV, karena baginya tidak ada “yang baru” dari program TV selain

memperkuat atau diperkuat popular Wisdom.

Page 93: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

78

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan yang peneliti dapatkan, dapat disumpulkan bahwa :

1. Nyelabar dalam perkawinan adat Sasak di Desa Saribaye memiliki 2 cara

untuk mepermudah sebuah pernikahan, yaitu Akad nikah setelah nyelabar

dan Nyelabar setelah akad nikah. Hal tersebut di upayakan Agar pernikahan

tidak terdunda-tunda bahkan menjadi batal karena proses adat yang berbelit-

belit.

2. Adapun Etika Komunikasi dalam Tradisi Nyelabar di Desa Saribaye Kec.

Lingsar adalah : a) Tawar menawar sesuai dengan kemampuan dari pihak

laki-laki, b)Tidak dibenarkan juga oleh adat untuk saling memaksakan

kehendak sendiri untuk dipenuhi, c) Kemudian Orang tua wali dari pihak

pengantin perempuan dituntut untuk saling memahami keadaan keluarga

pihak pengantin laki-laki.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut saran yang dapat diberikan:

Di harapkan kepada seluruh masyarakat Saribaye, untuk tetap menjaga,

melengkapi, dan memperbaharui motivasi-motivasi dalam pengindahan nilai

maupun ide yang ada pada budaya dan tradisi suku Sasak. Sehingga budaya tidak

harus ditinggalkan ataupun dilupakan agar dapat sejalan dengan nilai dan norma,

Page 94: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

79

tetapi untuk tetap menjaga Budaya tersebut dapat dilakukan dengan

mengindahkan nilai ide maupun norma yang ada didalamnya.

Page 95: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

80

DAFTAR PUSTAKA

Addin Kurnia Putri, “Analisan Konsep Talcott Parsons” dalam

www.scribd.com/mobile/doc/40129421/teor-talcott-parsons# Selasa 5

Desember 2017 Pukul 10.25.

Ahyar Saeful, Nilai-Nlai Spiritual Dalam Tradisi Bretes, Skripsi, FDK IAIN

Mataram, Mataram, 2000.

Black A James, Metode Dan Masalah Penleitian Sosial Bandung : PT Refika

Aditama 1999.

Budyatna, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2009.

Efendy Uchjana Onong, Komunikasi Teori Dan Praktik (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya 1984.

Ermawati Rahma Yudhianingsih, “Etika Dalam Komunikasi”, dalam

http://susianty.etikadalamkomunikasi.wordpress.com Di Akses Pada

Tanggal 3 Januari 2017 Pukul 07:06:19.

HR. Abu Daud no 2083, Tirmidzi no. 1102, Ibnu Majah no. 1879 dan

Ahmad 6: 66. shahih Al-Albani dalam

https://assamarindy.wordpress.com/2012/07/03/wali-nikah/ diakes

pada tanggal 8 desember 2017 pukul 20.00.

Hairi Nirwan, “Adat Dalam Perpektif Dakwah Studi Tentang Adat Maleman”

Studi Di Dusun Batu Mulik Desa Gapuk Kec. Gerung Lombok Barat

Skripsi,FDK IAIN Mataram, Mataram 2000.

Iskandar, Metodelogi Penelitian Dan Sosial, Jakarta: Refrensi 2013.

Page 96: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

81

Id.mwikipedia.org/wiki/adat Diakses Pada Tanggal 28 November 2017 Pukul

07.05.

Kementrian Agama, Fiqih, Jakarta : Diktorat Pendidikan Madrasah 2015.

Letezia Tobing dalam m.hukumonline.com Diakses Pada Tanggal Kamis 9

Dember 2017 Pukul 22.54.

Moleong L. J, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda Karya,

2010.

Murdan, Perkawinan Masyarakat Adat, Tesis, UIN Sunan Kalijaga,

Yogyakarta 2015

Ma’rifuddin, “Pelaksanaan Adat Merarik Di Tinjau Dari Hukum Islam Dan

Undang-Undang Perkawinan No. 1 Th. 1974” Skripsi FDK, IAIN

Mataram, Mataram, 1992.

Murdan, Harmonisasi Hukum Adat, Agama, Dan Negara Dalam Budaya

Perkawinan Masyarakat Indonesia, Belakangan, Tesis Yogyakarta,

2016.

Nafiun “Pengertian Nilai Dan Norma Sosial Di Masyarakat“ dalam

www.nafiudin.com diakses tanggal 9 desember 2017 pukul 13.59.

Nusa Putra, Metode Pendekatan Kualitatif Pendidikan, Jakarta,: PT Raja

Grafindo Persada 2012.

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunkasi, IAIN

Mataram, 2017.

Profil kantor desa saribaye, h. 4. Dikutip pada tanggal 2 oktober 2017.

Page 97: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

82

Profil kantor desa saribaye, berdasarkakan jumlah penduduk, h 15 Dikutip

pada tanggal l 2 oktober 2017.

Palahudin, Tradisi Sorong Serah Aji Krama Di Desa Kabul Praya Barat Daya,

Skripsi, FDK IAIN Mataram, Mataram, 2013.

Priansyah Rendy, “Pengertian Adat Istiadat Lengkap Bserta Ulasan Dan

Definisi Menurut Para Ahli”, Dalam www.academia.edu/15462995

Diakses Tanggal 8 Desember 2017, Pukul 07.50.

QS. Al-Baqarah [2] : 235. Al- Jumanatul Ali, Al- Qur’an Dan Terjemahan,

Bandung: Cv Penerbit Art 2004.

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta : Kencana Prenamedia

Group, 2012.

Rahman Fahrir, Pernikahan Di Nusa Tenggara Barat Antara Islam dan

Tradisi Mataram : LEPPIM, 2013.

Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Bandung: Alfabeta, 2005.

Sainun, Tradisi Merarik, Mataram, Sanabil Perum Putri Bunga Amanah 2016.

Sukrian, Makna Balik Lapak Dalam Perkawinan Masyarakat Suku Sasak di

Desa Masbagek Selatan Kecamatan Masbagek Kab. Lombok Timur

Skripsi ,FDK IAIN Mataram, Mataram, 2015.

Sugiono, Memaahami Penelitian Kualitati, Bandung : Alfebata, 2009.

Suharimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2002.

Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT Remaja

Page 98: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

83

Rosdakarya 2004.

Saebani Beni Ahmad, Metode Penelitian Bandung, CV Pustaka Setia, 2008.

Taufik Tata, Etika Komunikasi Islam. Cet. 1.Bandung : CV Pustaka Setia

2012.

Page 99: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

84

Page 100: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

85

Page 101: JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH …etheses.uinmataram.ac.id/968/1/Ahda Sabila153141039.pdf · Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar

86


Top Related