Transcript
  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    1/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    LUASAN LAHAN TANAMAN JARAK PAGAR

    UNTUK ANTISIPASI KELANGKAAN MINYAK

    TANAH DI JAWA TENGAH

    Rachman Djamal*

    ABSTRAK

    Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian Badan LITBANG Provinsi Jawa Tengah

     yang telah dilakukan pada tahun 2007. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data

     primer berupa hasil pengamatan langsung sereta wawancara dengan petani jarak di lokasi

    sampel pengembangan jarak di Jawa Tengah. Data-data tersebut dianalisis tabulasi,

     perhitungan langsung, uji statistik dan diskripsi. Hasil penelitian menunjukan: konsumsi

    minyak tanah tiap rumah tangga di lokasi penelitian antara 143,5 - 285,5 liter/tahun atau

    rerata 0,6 liter/hari. Apabila dikonversi ke kebutuhan minyak jarak yang diperlukan untuk

    menggantikan minyak tanah tersebut adalah 175 liter/tahun (0,48 liter/ hari). Sehingga

     jumlah biji jarak yang harus disediakan sebagai bahan baku penghasil minyak jarak sebanyak

    876 kg/tahun (2,4 kg/hari). Apabila dihitung jumlah minimal populasi tanaman yang harus

    dimiliki setiap rumah tangga di pedesaan untuk menghasilkan minyak jarak guna

    menggantikan minyak tanah paling sedikit sebanyak 438 pohon. Kemudian bila akan ditanam

    dengan cara berjajar dengan jarak antar pohon 1,5 meter diperlukan lahan sepanjang 657 m

    atau apabila akan ditanam secara monokultur dengan jarak tanam 2 x 2 m diperlukan lahan

    seluas 1752 m². Berdasarkan potensi desa di lokasi penelitian yang memungkinkan untukmengembangkan jarak pagar sebagai bahan baku minyak jarak guna mengurangi atau

    menggantikan bakan bakar minyak tanah yaitu di lahan-lahan yang belum dimanfaatkan

    seperti batas keliling desa, tepi jalan desa, dan lainnya. Pemanfaatan dan penggunaan lahan

    tersebut perlu didukung dengan pola dan tata cara pemanfaatan yang saling

    menguntungkan.

    Kata Kunci:Luasan lahan, tanaman jarak, minyak jarak, minyak tanah

    PENDAHULUAN

    Dengan harga minyak mentah dunia yang cenderung meningkat, yang pada saat inimencapai harga diatas US$ 100 tiap barel telah membebani devisa negara yang besarselanjutnya berakibat pada makin rendahnya kemampuan APBN untuk memberikansubsidi harga BBM, sehingga sejak tahun 2005 harga BBM di dalam negri sudah mengalami beberapa kali kenaikan. Dampak kenaikan harga BBM yang terjadi sejak tanggal 1 Oktober2005 tersebut dirasakan sangat memberatkan sebagian besar masyarakat terutama yangmemiliki tingkat rata-rata pendapatan yang masih rendah.

    _________________________________________*) Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah 

    E-mail : rachman [email protected]

    1

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    2/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Berdasarkan Survey Direktorat Jenderal Listrik dan Penggunaan Energi tahun 2000

     bahwa prosentase penggunaan energi di tingkat rumah tangga untuk memasak sebesar 64%, penerangan 23%, hiburan 8%, komersial 1 %, dan lainnya 4 % dan jenis BBM yangdikonsumsi masyarakat pada umumnya adalah Minyak Tanah sebanyak 74 %, listrik 23,71%dan LPG 5,29 % dari jumlah konsumsi BBM Nasional. Dari data tersebut minyak tanahmerupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Pemerintah menyadari hal ini yangmengakibatkan subsidi pada minyak tanah cukup besar pada tahun 2005, mencapai Rp39,8 triliun. Dengan PERPRES No 5 Tahun 2005 tentang kenaikan BBM bersubsidi, makasejak 30 September 2005 pemerintah menetapkan kenaikan harga BBM paling tinggi adalahminyak tanah (Prihandana,et.al., 2006). Hal tersebut menjadi salah satu persoalan yangdihadapi pemerintah maupun masyarakat dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar

    minyak yang bersumber dari BBM fosil pada saat ini.Kebutuhan minyak tanah di wilayah Jawa Tengah juga dari tahun ke tahunmengalami kenaikan, pada tahun 2006 sebesar 1.2 juta kiloliter. Untuk mengurangiketergantungan masyarakat terhadap konsumsi minyak tanah yang semakin langka danmengantisipasi kenaikan harga jika subsidi dikurangi, maka perlu di cari sumber energialternatif. Salah satu energi alternatif yang sekarang dikembangkan di Jawa Tengahkhususnya adalah minyak jarak sebagai pengganti minyak tanah. Hasil Penelitian terhadaptanaman jarak pagar, biji jarak tersebut merupakan sumber penghasil energi yang potensialyang dapat dikembangkan khususnya di daerah Jawa Tengah.

    Lahan di Jawa Tengah yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai daerahpenanaman jarak yang dapat dilakukan dengan cara budidaya monokultur atau dengan

    cara tumpangsari/polikultur, menurut data BPS Jateng tahun 2006, yaitu di lahanpekarangan yang memiliki bangunan seluas 580.976 Ha, Tegalan dengan kebun 752.842Ha, Ladang/Huma 10.642 Ha, Padang rumput 2.709 Ha, lahan yang tidak diusahakanmencapai 4.896 Ha, Hutan Rakyat 69.377 Ha, Hutan negara 569.926 Ha, Perkebunan negara79.230 Ha, dan lahan lain-lain seluas 144.773 Ha. Menurut laporkan Direktorat JenderalRehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial departemen Kehutanan Tahun 2001 bahwa JawaTengah memiliki lahan kritis seluas 360.827 ha (11.102 ha di dalam kawasan hutan dan349.725 ha di luar kawasan hutan). Sebagian lahan ini dapat digunakan untukmengembangkan jarak. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun 2006,memperkirakan luas lahan yang dapat dikembangkan untuk tanaman jarak sebanyak 226ribuan ha di seluruh daerah di wilayah Jawa Tengah yang telah ditanami sekitar 1 persenya.

    Ketergantungan masyarakat desa terutama yang tinggal di daerah pedesaanmemiliki ketergantungan terhadap minyak tanah yang cukup tinggi, sedangkan untukmemperolehnya pada akhir-akhir ini seringkali mengalami kesulitan karenaketersediaannya langka dan harga yang relatif mahal. Masyarakat pedesaan tersebutsebenarnya memiliki peluang untuk mengembangkan energi alternatif seperti denganmengembangkan tanaman jarak pagar sebagai sumber minyak jarak untuk mengurangiketrergantungan/menggantikan minyak tanah.

    Guna mewujudkan pengembangan energi altrnatif antara lain pemerintah telahmenerapkan konsep ”desa mandiri energi” (DME) seperti di yang telah diupayakan di beberapa desa di Kabupaten. Gorobogan. Dalam konsep ini diharapkan suatu desa dapat

    mandiri dalam hal pemenuhan energi untuk keperluannya, sumber energi tersebut

    2

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    3/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    sebagian besar berasal dari upaya mengembangkan sumber energi di daerahnya sendiriseperti penggunaan minyak jarak/bio gas untuk memasak, mikrohidro untuk penerangandan lainnya.

    Pengembagan jarak pagar yang telah diusahakan masyarakat saat ini masih masih

     belum sesuai yang harapkan antara lain disebabkan karena penerapan teknik budidayayang belum sesuai anjuran, penangnan hasil sampai pendayagunaan minyak jarak danpemasarannya belum banyak dipahami. Pengusahaan jarak pagar oleh M\masyarakatsampai dengan saat ini masih dalam tahap awal, belum banyak memperhatikan aspekkualitas bibit, cara budidaya dan lainya sehingga produktifitasnya masih belum memadai(Mahmud 2006 b). Pertanaman jarak yang ada sekarang ini berasal dari bibit yang tidakdiketahui asal usulnya, dengan teknologi budidaya seadanya. Menurut Hasnam 2006;Prastowo, 2006, hal ini dapat dimaklumi mengingat penelitian tentang komoditas jarak baru dilakukan setelah keluarnya INPRES No 1 tahun 2005 tentang pengembangan energialternatif.

    Dalam upaya mendapatkan informasi guna menunjang upaya pengembangantanaman jarak di wilayah Jawa Tengah, Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi JawaTengah pada tahun 2007 telah melakukan penelitian luas lahan optimal dengan budidayayang efisien dan efektif untuk memenuhi bahan bakar pengganti minyak tanah dalam skalarumah tangga. Dalam tulisan ini hanya menggambarkan informasi Luas lahan optimaluntuk menaman jarak pagar sebagai upaya pengganti/pengurang konsumsi minyak tanahdalam skala rumah tangga di Jawa Tengah 

    BAHAN DAN METODA

     Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1) Data primer, yaitu data yang diambil langsung dari sumbernya dengan menggunakanobservasi dan wawancara. Sumber data primer adalah responden atau narasumber; 2) Datasekunder, yaitu data yang dikumpulkan tidak langsung dari sumbernya. Sumber datasekunder berupa dokumen dan laporan baik yang dipublikasikan maupun tidak.

    Cara pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:1) Observasi atau mengamati secara langsung kegiatan usahatani jarak di lokasi penelitian;2) Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (Questionaire) yang telahdipersiapkan sebelumnya; 3) Pencatatan/studi pustaka yang bersumber dari Dinas/lnstansiterkait.

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang dilaksanakan selama 10 bulan dari bulan Pebruari sampai dengan Nopember 2007 di Kabupaten Cilacap (Ds

    Karangmangu, Ds Karangpakis Kec. Nusawungu dan di desa Karangtawang, Ds Karangturi Kec. Kroya), Tegal (Ds Pakulaut Kec. Margasari), Batang (Ds Sawangan, Kec. Grinsing),Kudus (di Desa Tanjungrejo, Terban dan Klaling Kec. Jekulo), Grobogan (di desaTanjungharjo, Bandungsari, dan Ds. Pendem Kec Ngaringan: dan di Ds Katekan Kec. Brati),Blora (di desa Dolongan, Bogem Kec. Japah dan di desa Sendangwates, Kedungwaru danKemiri Kec. Kunduran)dan Kabupaten Semarang (di desa Plumutan, Ds Wonokerto, DsBoto Kecamatan Bancak). Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan kepada keragamanagroekologi wilayah pengembangan jarak di Jawa Tengah.

    Sampel lokasi penelitian dilakukan secara sengaja ( purposive sampling) denganpertimbangan bahwa ketujuh kabupaten tersebut memiliki areal penanaman jarak dandaerah marginal yang luas. Penentuan lokasi sampel dilakukan dengan terlebih dahulumelakukan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Provinsi dan dinas instansi terkait di

    3

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    4/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    kabupaten lokasi sampel. Pada penelitian ini populasi obyek penelitian adalah masyarakatyang membudidayakan tanaman jarak dan masyarakat yang tinggal di wilayah yangmempunyai potensi untuk pengembangan tanaman jarak, jumlah responden dimasing-masing kabupaten sejumlah 35 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknikrandom probability sampling.

    Cara Pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalahsebagai berikut: 1)Editing dilakukan untuk mengecek kembali data baik dari jawabannarasumber maupun data sekunder; 2)Coding dilakukan dengan memberi nilai atau skoruntuk jawaban responden; 3)Tabulating dilakukan dengan menyusun dan mengelompokkandata ke dalam tabel, diagram dan grafik menurut kategori yang ditentukan untuk dipelajarilebih lanjut, diuji dan disajikan guna mendiskripsikan dan membuktikan masalah; 4)Komputasi dilakukan dengan cara menghitung nilai variabel penelitian dengan formulatertentu sesuai peruntukannya.

    Data yang terkumpul dilakukan analisis secara deskriptif baik dari data yang

     bersifat kualitatif maupun kuantitatif untuk menerangkan hubungan sebab akibat,penjelasan suatu fenomena dan eksplorasi suatu permalahan dengan menggunakanpendekatan dan asumsi-asumsi. Angka rata-rata pengamatan yang disajikan pada setiaptabel merupakan nilai yang sudah dikoreksi dengan tingkat kesalahan 5% sehingga nilaitersebut dapat mewakili populasi yang diamati (Sugiyono, 1997). Dengan perhitungansebagai berikut: Xk = Xrt - (t tab (p 0,95) x s/  n );Keterangan : Xk = nilai rata-rataterkoreksi; Xrt = rata-rata pengamatan; (t tab(p0,95)) = nilai t tabel dengan derajat bebasn-1; s = simpangan baku; n = jumlah sampel

    Untuk menghitung kebutuhan minyak tanah setiap KK dengan luasan lahanoptimal yang dibutuhkan dengan cara mengkonversikan, untuk itu diperlukan data : Jumlah tanaman jarak; Produksi biji jarak; Rendemen; Kebutuhan minyak tanah per KK/th;Kemudian untuk menganalisis jumlah tegakan optimal pertanaman jarak untuk kebutuhanrumah tangga dalam penelitian ini seperti tampak pada Tabel 1 di bawah ini.

    Tabel 1. Cara analisa jumlah tegakan optimal pertanaman jarak

    No Uraian Cara menghitung

    1 Rerata konsumsi minyak tanah (lt/KK/th)

    Rerata konsumsi minyak tanah hasilsurvey(lt/KK/th )

    2 Konversi setara minyak jarak kasar(lt/KK/th)

    Rerata konsumsi minyak tanah hasilsurvey (lt/KK/th ) x 80 %

    3 Volume biji jarak yang dibutuhkan(kg/KK/th)

    Konversi setara minyak jarak kasar(lt/KK/th) x Rendemen minyak (20%)

    4 Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal (phn/KK)

    Volume biji jarak yang dibutuhkan(kg/KK/th) : produksi jarak optimal

    5 Kebutuhan luasan optimal apabiladitanam monokultur (Ha/KK)

     Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal (phn/KK/th) : jumlah optimal tanaman jarak yangditanam secara monokultur

    6 Kebutuhan panjang pagar optimalapabila ditanam pada pagar (m/KK)

     Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal (phn/KK) x 1 m

    7 Rerata jumlah tanaman saat ini Rerata Hasil survey (pohon/KK)

    4

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    5/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    (pohon/KK)8 Kemampuan produksi biji jarak saat ini

    (kg/KK/th)Hasil analisis berdasarkan dukunganfaktor

    9 Kemampuan produksi minyak jarakkasar saat ini (lt/KK/th)

    Kemampuan produksi biji jarak saat ini(kg/KK/th) x Rendemen minyak

    10 Kemampuan substitusi minyak tanah keminyak jarak kasar saat ini (%)

    Kemampuan prod minyak jarak kasarsaat ini (lt/KK/th) : konversi setaraminyak jarak kasar (lt/KK/th)

    11 Pendapatan dari substitusi minyak tanahke minyak jarak (Rp/KK/th )

    Rerata konsumsi minyak tanah(lt/KK/th) x Kemampuan substitusiminyak tanah ke minyak jarak kasar saatini (%) x Harga minyak tanah

    Untuk menghitung jumlah tegakan tanaman jarak digunakan asumsi: sebagai berikut: Konversi minyak tanah ke minyak jarak kasar = 80 % (PT. Pura, 2006); Rendemenminyak = 20 % (Hendriadiet. al., 2005); Produksi jarak optimal = 2 kg/phn/th (Mahmud,2006a); Jarak tanam monokultur 2 X 2 m dan Jarak tanam pagar/memanjang 1 m.

     HASIL DAN PEMBAHASAN

     Analisis Jumlah Tanaman Jarak di Kabupaten Grobogan

    Dari hasil penelitian jumlah tegakan pertanaman jarak untuk kebutuhan rumahtangga tani di Kabupaten Grobogan di sajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Analisis Jumlah Tegakan Pertanaman Jarak Untuk Kebutuhan Rumah TanggaTani Di Kabupaten Grobogan

    No Uraian Keterangan*)

    1 Rerata konsumsi minyak tanah (lt/KK/th ) 285,482 Konversi setara minyak jarak kasar (lt/KK/th) 228,383 Volume biji jarak yang dibutuhkan (kg/KK/th) 1.141,924 Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal

    (phn/KK)571

    5 Kebutuhan luasan optimal apabila ditanam monokultur (m

    2

    /KK) 2.283,846 Kebutuhan panjang pagar optimal apabila ditanam pada pagar(m/KK)

    571

    7 Rerata jumlah tanaman saat ini (pohon/KK) 1.0027 Kemampuan produksi biji jarak saat ini (kg/KK/th) 1.150,108 Kemampuan produksi minyak jarak kasar saat ini (lt/KK/th) 230,029 Kemampuan substitusi minyak tanah ke minyak jarak kasar saat

    ini (%)100,02

    10 Pendapatan dari substitusi minyak tanah ke minyak jarak(Rp/KK/th )

    856.611,-

    Sumber: hasil pengolahan data primer. tahun 2007; *) Tingkat kesalahan 5 %.

    5

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    6/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa rerata kebutuhan / konsumsi minyak tanahdi wilayah ini sebesar 285,48 l/KK/th, jika dikonversi dengan berapa minyak jarak yangdibutuhkan akan setara dengan 228,38 l/KK/th. Jumlah biji jarak yang dibutuhkan untukmemenuhi kebutuhan minyak jarak adalah 1.141,92 kg yang dapat dihasilkan dari 571

    pohon dengan asumsi produksi optimal 2 kg/phn/thn.Luasan optimal apabila tanaman jarak dibudidayakan secara monokultur akan

    diperoleh jumlah lahan yang dibutuhkan adalah seluas 2.283,84 m2 atau kalau penanamansebagai pagar tanaman akan dibutuhkan panjang pagar 569,96 m. Namun demikiankenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi baru mencapai 60,35 % daripersyaratan normal sehingga masih dibutuhkan penerapan teknologi yang sesuai terutamadalam budidaya tanaman untuk itu masih diperlukan koordinasi berbagai pihak agarproduktivitas tanaman lebih optimal mengingat jarak memang tidak direkomendasikanuntuk ditanam secara monokultur karena secara ekonomis belum bisa diandalkan danpertanaman secara monokultur akan lebih besar resikonya terkena serangan hama dan

    penyakit.Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupaten Grobogan 1.002 pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi maka kemampuan produksi biji jarak saat ini mencapai 1.150 kg/KK/th dari jumlah tersebut mampu mengasilkan minyak jarak kasar sebesar 230,2/KK/th. Apabila hasil tersebut digunakan sebagai substitusiminyak tanah maka akan diperoleh penghematan sebesar 100,2 % atau sebesarRp.856.611,-/KK/th. Nilai ini juga dapat disamakan dengan pendapatan rumah tangga tanidari penghematan penggunaan minyak tanah.

    Analisis Jumlah Tanaman Jarak di Kabupaten Kudus

    Menurut hasil survey jumlah tegakan optimal pertanaman jarak untuk kebutuhanrumah tangga tani di Kabupaten Kudus di sajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Analisis Jumlah Tegakan Pertanaman Jarak Untuk Kebutuhan Rumah TanggaTani Di Kabupaten Kudus.

    No Uraian Keterangan*)

    1 Rerata konsumsi minyak tanah (lt/KK/th ) 286,002 Konversi setara minyak jarak kasar (lt/KK/th) 228,803 Volume biji jarak yang dibutuhkan (kg/KK/th) 1.144,00

    4 Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal(phn/KK)

    572

    5 Kebutuhan luasan optimal apabila ditanam monokultur (Ha/KK) 2.2886 Kebutuhan panjang pagar optimal apabila ditanam pada pagar

    (m/KK571

    7 Rerata jumlah tanaman saat ini (pohon/KK) 757 Kemampuan produksi biji jarak saat ini (kg/KK/th) 99,568 Kemampuan produksi minyak jarak kasar saat ini (lt/KK/th) 19.919 Kemampuan substitusi minyak tanah ke minyak jarak kasar saat

    ini (%)8,70

    10 Pendapatan dari substitusi minyak tanah ke minyak jarak 74.646,-

    6

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    7/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    (Rp/KK/th )Sumber: Hasil pengolahan data primer, tahun 2007; *) Tingkat kesalahan 5 %.

    Dari data Tabel di atas menunjukkan bahwa Rerata konsumsi minyak tanah diwilayah ini sebesar 286/KK/th, jika dikonversi dengan berapa minyak jarak yangdibutuhkan akan setara dengan 228,80 l/KK/th. Jumlah biji jarak yang dibutuhkan untukmemenuhi kebutuhan minyak jarak adalah 1.144 kg yang dapat dihasilkan dari 572 pohon.

    Luasan optimal apabila tanaman jarak dibudidayakan secara monokultur akandiperoleh jumlah lahan yang dibutuhkan adalah seluas 2.288 m2 atau kalau penanamansebagai pagar tanaman akan dibutuhkan panjang pagar 571 m. Namun demikian kenyataandi lapangan menunjukkan bahwa kondisi baru mencapai 61 % dari persyaratan normalsehingga masih dibutuhkan penerapan teknologi yang sesuai terutama dalam budidayatanaman untuk itu masih diperlukan koordinasi berbagai pihak agar produktivitas tanamanlebih optimal mengingat jarak memang tidak direkomendasikan untuk mengkonversi lahan

    tanaman pokok yang menjadi sumber penghasilan utama masyarakat tetapi lebih diarahkanpada lahan-lahan yang terlantar sehingga lebih produktif.

    Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupaten Kudus masih rendah 75 pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi, kemampuan produksi biji jaraksaat ini mencapai 99,59 kg/KK/th. dari jumlah tersebut mampu mengasilkan minyak jarakkasar sebesar 19,91 lt/KK/th. Apabila hasil tersebut digunakan sebagai substitusi minyaktanah maka akan diperoleh penghematan sebesar 8,7 % atau sebesar Rp.74.646,- lt /KK/ th.Nilai ini juga dapat disamakan dengan pendapatan rumah tangga tani dari penghematanpenggunaan minyak tanah.

    Analisis Jumlah Tanaman Jarak di Kabupaten Blora

    Hasil analisis Jumlah petanaman jarak di Kabupaten Blora seperti tampak pada

    Tabel 3.

    Tabel 3. Analisis Jumlah Tegakan Pertanaman Jarak Untuk Kebutuhan Rumah TanggaTani di Kabupaten Blora.

     No Uraian Keterangan*)

    1 Rerata konsumsi minyak tanah (lt/KK/th ) 152,362 Konversi setara minyak jarak kasar (lt/KK/th) 121,893 Volume biji jarak yang dibutuhkan (kg/KK/th) 609,44

    4 Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal(phn/KK)

    305

    5 Kebutuhan luasan optimal apabila ditanam monokultur(m2/KK)

    1.220

    6 Kebutuhan panjang pagar optimal apabila ditanam pada pagar(m/KK

    305

    7 Rerata jumlah tanaman saat ini (pohon/KK) 6568 Kemampuan produksi biji jarak saat ini (kg/KK/th) 625,829 Kemampuan produksi minyak jarak kasar saat ini (lt/KK/th) 125,1610 Kemampuan substitusi minyak tanah ke minyak jarak kasar saat

    ini (%)102,69

    7

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    8/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    11 Pendapatan dari substitusi minyak tanah ke minyak jarak(Rp/KK/th )

    469.375,-

    Sumber: Hasil pengolahan data primer, tahun 2007; *) Tingkat kesalahan 5 %.

    Pada Tabel 3. di atas dapat diketahui bahwa rerata konsumsi minyak tanah adalahsebesar 152,36 lt/KK/th hal ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak tanah untukkebutuhan memasak para responden tidak semuannya menggunakan minyak tanah tetapiresponden juga menggunakan kayu bakar, secara teoritis volume tersebut setara denganminyak jarak kasar sebesar 121,89 lt/KK/th. Untuk memperoleh minyak jarak sejumlahtersebut dibutuhkan biji jarak sebesar 609,44 kg/KK/th yang dapat dihasilkan dari 305pohon yang tumbuh dan berproduksi normal. Luasan pertanaman apabila ditanam secaramonokultur 1.220 m² atau kalau ditanam mengikuti pagar maka dibutuhkan panjang pagar305 m. Namun demikian realita di lapangan menunjukkan bahwa kondisinya barumencapai 53 % dari prasyarat normal sehingga untuk mencapai hasil normal masih

    diperlukan upaya-upaya tertentu terutama dalam hal penerapan teknologi budidaya yang benar.

    Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupaten Blora saat ini 656 pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi maka kemampuan produksi biji jarak saat ini mencapai 625,82 kg/KK/th sehingga mampu menghasilkan minyak jarakkasar sebesar 125,16 lt/KK/th. Apabila hasil tersebut digunakan sebagai substiutusi minyaktanah maka akan diperoleh penghematan sebesar 102,69 % atau sebesar Rp 469.375/KK/th.Nilai ini ini juga dapat disamakan dengan pendapatan rumah tangga tani daripenghematan penggunaan minyak tanah.

    Analisis Jumlah Tanaman Jarak di Kabupaten Batang

    Hasil analisis Jumlah petanaman jarak di Kabupaten Batang seperti tampak pada

    Tabel 4.

    Tabel 4. Analisis Jumlah Tegakan Pertanaman Jarak Untuk Kebutuhan Rumah TanggaTani di Kabupaten Batang

    No Uraian Keterangan

    1 Jumlah tanaman saat ini (pohon) 60.0002 Kemampuan produksi biji jarak saat ini (kg/th) 101.3763 Kemampuan produksi minyak jarak kasar saat ini (lt/th) 20.275,30

    4 Pendapatan dari substitusi minyak tanah ke minyak jarak(Rp/th )

    76.045.554

    5 Pendapatan dari substitusi minyak tanah ke minyak jarak(Rp/Ha/th )

    3.168.565,-

    Sumber: Hasil pengolahan data primer, tahun 2007

    Hasil analisis potensi jarak pagar di Kabupaten Batang tidak ditujukan untukmewakili usahatani jarak yang dilakukan oleh masyarakat karena baru diusahakan olehperusahaan perkebunan. Dalam kaitan dengan manjemen usaha pada perusahaanperkebunan ini tanaman jarak juga diperhitungkan sebagai usaha bisnis, namun pada saat

    ini pasarnya belum jelas sehingga pada analisis yang digunakan pada penelitian ini

    8

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    9/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    menggunakan pendekatan konversi kependapatan setara minyak tanah. Berdasarkan hasilanalisis pada tabel di atas diperoleh potensi pendapatan sekitar Rp 3.168.565/Ha/th.Menurut perhitungan finansial perusahaan usaha jarak saat ini masih rugi karena biayauntuk memproduksi biji jarak adalah sekitar Rp 3.200,-/kg.

    Harga minyak tanah dalam masyarakat saat ini tidak mencerminkan hargaekonomi yang sebenarnya karena mendapat subsidi dari pemerintah. Apabila tanpamendapat subsidi harga minyak tanah dipasaran harganya hampir sama dengan harga avtur(bahan bakar pesawat) yaitu pada kisaran Rp 10.000,- sampai dengan Rp 11.000,-Sementara itu dalam kaitannya dengan substitusi minyak tanah dengan minyak jarak hargayang digunakan adalah harga subsidi. Pada kondisi ini sebenarnya produsen jarak justrumelakukan subsidi kepada konsumennya, sebab pasar minyak tanah adalah pasar monopoliPertamina yang dalam proses produksinya mendapat subsidi dan sebaliknya petani jaraktanpa fasilitas apapun.

    Berikut ini disajikan ilustrasi harga produk jarak pagar domestik yang layak

     berdasarkan skenario tingkatan harga minyak tanah di pasar. Berdasarkan ilustrasi tersebutharga biji jarak tetap tidak akan menarik kalau tidak mendapat subsidi harga seperti halnyaPertamina memperolehnya. Produsen jarak akan bergairah mengusahakan tanamannyaapabila harga minyak tanah domestik sudah mendekati harga bayangannya atau justrumemproduksi jarak untuk diekspor karena seperti diketahui bahwa harga biji jarak duniamencapai USD 0,10 /kg (Henning R, 2000).

    Analisis Jumlah Petanaman Jarak di Kabupaten Tegal

    Hasil analisis jumlah pertanaman jarak di Kabupaten Tegal seperti tampak pada

    Tabel 5.

    Tabel 5. Analisis jumlah tegakan pertanaman jarak untuk kebutuhan rumah tangga tani  di Kabupaten TegalNo Uraian Keterangan*)1 Rerata konsumsi minyak tanah (lt/KK/th ) 143,522 Konversi setara minyak jarak kasar (lt/KK/th) 114,823 Volume biji jarak yang dibutuhkan (kg/KK/th) 574,084 Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal

    (phn/KK)287,00

    5 Kebutuhan luasan optimal apabila ditanam monokultur(m2/KK)

    1.148,16

    6 Kebutuhan panjang pagar optimal apabila ditanam pada pagar(m/KK

    287,00

    7 Rerata jumlah tanaman saat ini (pohon/KK) 1.084,008 Kemampuan produksi biji jarak saat ini (kg/KK/th) 1.263,949 Kemampuan produksi minyak jarak kasar saat ini (lt/KK/th) 252,7910 Kemampuan substitusi minyak tanah ke minyak jarak kasar

    saat ini (%)220,16

    11 Pendapatan dari substitusi minyak tanah ke minyak jarak(Rp/KK/th )

    947.921,-

    Sumber: Hasil pengolahan data primer, tahun 2007; *) Tingkat kesalahan 5 %.

    9

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    10/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Pada Tabel 5. dapat diketahui bahwa rerata konsumsi minyak tanah adalah sebesar143,52 lt/KK/th hal ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak tanah untuk kebutuhanmemasak para responden tidak semuanya menggunakan minyak tanah tetapi responden juga menggunakan kayu bakar, secara teoritis volume tersebut setara dengan minyak jarak

    kasar sebesar 114,82 lt/KK/th. Untuk memperoleh minyak jarak sejumlah tersebutdibutuhkan biji jarak sebesar 574,08 Kg/KK/th yang dapat dihasilkan dari 287 pohon yangtumbuh dan berproduksi normal. Luasan pertanaman apabila ditanam secara monokultur1.148 m² atau kalau ditanam mengikuti pagar maka dibutuhkan panjang pagar 286,04 m.Namun demikian realita di lapangan menunjukkan bahwa kondisinya baru mencapai 58,30% dari prasyarat normal sehingga untuk mencapai hasil normal masih diperlukan upaya-upaya tertentu terutama dalam hal penerapan teknologi budidaya yang benar.

    Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupaten Tegal saat ini 1.084 pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi maka kemampuan produksi biji jarak saat ini mencapai 1263,94 kg/KK/th sehingga mampu menghasilkan minyak jarak

    kasar sebesar 252,79 lt/KK/th. Apabila hasil tersebut digunakan sebagai substitusi minyaktanah maka akan diperoleh penghematan sebesar 220,16 % atau sebesar Rp 947,921/KK/th.Nilai ini juga dapat disamakan dengan pendapatan rumah tangga tani dari penghematanpenggunaan minyak tanah.

    Analisis Jumlah Tegakan Pertanaman Jarak di Kabupaten Cilacap

    Analisis jumlah tegakan pertanaman jarak untuk kebutuhan rumah tangga tani diKabupaten Cilacap seperti pada Tabel 6.

    Tabel 6. Analisis jumlah tegakan pertanaman jarak untuk kebutuhan rumah tangga tanidi Kabupaten Cilacap.

    No Uraian Keterangan*)

    1 Rerata konsumsi minyak tanah (lt/KK/th ) 218,402 Konversi setara minyak jarak kasar (lt/KK/th) 174,723 Volume biji jarak yang dibutuhkan (kg/KK/th) 873,604 Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal

    (phn/KK)437

    5 Kebutuhan luasan optimal apabila ditanam monokultur(m2/KK)

    1.747

    6 Kebutuhan panjang pagar optimal apabila ditanam padapagar (m/KK

    439

    7 Rerata jumlah tanaman saat ini (pohon/KK) 1.1848 Kemampuan produksi biji jarak saat ini (kg/KK/th) 806,199 Kemampuan produksi minyak jarak kasar saat ini

    (lt/KK/th)161,24

    9 Kemampuan substitusi minyak tanah ke minyak jarak kasarsaat ini (%)

    92,28

    11 Pendapatan dari substitusi minyak tanah ke minyak jarak(Rp/KK/th )

    604.619,-

    Sumber: Hasil pengolahan data primer, tahun 2007; *) Tingkat kesalahan 5 %.

    10

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    11/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Menurut hasil survey di Kabupaten Cilacap disajikan pada Tabel 6, nampak bahwarerata kebutuhan/konsumsi minyak tanah sebesar 218 l,40 l/KK/th. Secara teoritis volumetersebut setara dengan minyak jarak kasar 174,72 l/KK/th. Untuk memperoleh minyak jaraksejumlah tersebut dibutuhkan biji jarak sebesar 873,64 kg yang dapat dihasilkan dari 436

    pohon yang tumbuh dan berproduksi normal. Luasan pertanaman yang dibutuhkan apabiladitanam secara monokultur seluas 1747,20 m2 atau kalau ditanam mengikuti pagar makadibutuhkan panjang pagar 1747,20 m. Namun demikian realita di lapang menunjukkan bahwa kondisinya baru mencapai 68,09 % dari prasyarat normal sehingga untuk mencapaihasil normal masih diperlukan upaya-upaya tertentu terutama dalam hal penerapanteknologi budidaya yang benar.

    Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupaten Cilacap saat ini sebanyak 1.184pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi maka kemampuanproduksi biji jarak saat ini mencapai 806,19 kg/KK/th sehingga mampu menghasilkanminyak jarak kasar sebesar 161,24 l/KK/th, apabila hasil tersebut digunakan sebagai

    substitusi minyak tanah maka akan diperoleh penghematan sebesar 92,28 % atau sebesar Rp604.619,-/KK/th. Nilai ini juga dapat disamakan dengan pendapatan rumah tangga tanidari penghematan penggunaan minyak tanah.

    Analisis Jumlah Tegakan Pertanaman Jarak di Kabupaten Semarang

    Analisis Jumlah Tegakan Pertanaman Jarak Untuk Kebutuhan Rumah Tangga Tanidi Kabupaten Semarang seperti pada Tabel 7.

    Tabel 7.Analisis jumlah tegakan pertanaman jarak untuk kebutuhan rumah tangga di  Kabupaten Semarang

    No Uraian Keterangan

    1 Rerata konsumsi minyak tanah (lt/KK/th ) 153,402 Konversi setara minyak jarak kasar (lt/KK/th) 122,723 Volume biji jarak yang dibutuhkan (kg/KK/th) 613,604 Jumlah optimal populasi pohon jarak berproduksi normal

    (phn/KK)307

    5 Kebutuhan luasan optimal apabila ditanam monokultur(Ha/KK)

    1.227

    6 Kebutuhan panjang pagar optimal apabila ditanam padapagar (m/KK

    307

    7 Rerata jumlah tanaman saat ini (pohon/KK) 988 Kemampuan produksi biji jarak saat ini (kg/KK/th) 100,009 Kemampuan produksi minyak jarak kasar saat ini

    (lt/KK/th)20,00

    10 Kemampuan substitusi minyak tanah ke minyak jarak kasarsaat ini (%)

    16,30

    11 Pendapatan dari substitusi minyak tanah ke minyak jarak(Rp/KK/th )

    75.013

    Sumber: Hasil pengolahan data primer, tahun 2007; *) Tingkat kesalahan 5 %.

    11

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    12/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Berdasarkan hasil survey diperoleh rerata konsumsi minyak tanah seperti Tabel 7.sebanyak 153,40 l/KK/th. Volume tersebut setara dengan konversi minyak jarak kasar122,72 l/KK/th yang berasal dari 613,60 biji jarak kering hasil dari pertanaman jarak berproduksi normal 307 batang. Apabila diusahakan secara monokultur tanpa naungan

    secara teoritis memerlukan lahan terbuka seluas 1.227 m 2atau ditanam untuk pagarpanjang yang diperlukan adalah 307 m.

    Realita saat ini jumlah kepemilikan rerata hanya 98 pohon/KK sehingga berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi baru dapat menghasilkan sekitar100 kg/KK/th sehingga bila dibuat minyak akan menghasilkan sekitar 20,00 l/KK.Berdasarkan perhitungan di atas maka apabila hasil tersebut digunakan untuk substitusiminyak tanah maka potensinya baru mencapai 16,30 % atau senilai Rp 75.013,-/KK/th.Efektivitas kemampuan substitusi jarak dapat ditingkatkan di Kabupaten Semarang melaluipeningkatan populasi tanaman/KK dengan disertai penerapan baku teknis budidaya.

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Dari hasil perhitungan dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:1.Konsumsi minyak tanah tiap rumah tangga di lokasi penelitian antara 143,5 - 285,5liter/tahun (0,4-0,8 liter/hari) atau rerata 0,6 liter/hari. Jumlah konversi kebutuhanminyak jarak yang diperlukan untuk menggantikan minyak tanah yaitu 0,48 liter/hariatau 175 liter/tahun, atau jumlah biji jarak yang harus disediakan sebanyak 876kg/tahun.

    2. Jumlah minimal populasi tanaman yang harus dimiliki setiap rumah tangga untuk

    menghasilkan minyak jarak yang diperlukan guna menggantikan minyak tanah palingsedikit sebanyak 438 pohon. Apabila akan ditanam dengan cara memanjang/pagardiperlukan lahan sepanjang 438 m atau apabila ditanam secara monokultur dengan jarak tanam 2 x 2 m diperlukan lahan seluas 1752 m².

    S a r a n

    Dalam upaya pengembangan jarak pagar di Jawa Tengah sebagai salah satupenghasil bahan baku minyak nabati (biofuel) guna mengurangi atau menggantikanketergantungan masyarakat desa terhadap minyak tanah maka perlu diikuti dengankegiatan:(1)Mengembangkan penerapan teknologi budidaya khususnya penggunaan bibit yang

    telah direkomendasi, dengan mengembangkan demplot-demplot usahatani jarak pagaryang baik dan benar di lahan desa. Mengembangkan pelatihan penanganan hasil danpengolahan melalui kegiatan sekolah lapang (praktek) bagi petugas lapang dan petanipelopor. Mengembangkan kegiatan sosialisasi pemanfaatan biji jarak untukmenghasilkan minyak jarak sebagai pengganti minyak tanah serta pemanfaatanproduk sampingan khususnya bagi masyarakat pedesaan yang dicanangkan sebagaidesa mandiri energi.

    (2)Agar Usahatani jarak pagar yang dilakukan masyarakat desa dapat efektif dan efisienmaka pemerintah - perusahaan - perguruan tinggi diharapkan dapat lebih mendorongmengembangkan jarak pagar. Pemberian insentif kepada masyarakat yang sedang danakan mengembangkan jarak diharapkan dapat mengangkat nilai jual minyak jarakyang dihasilkan agar sebanding dengan harga minyak tanah. Pemberian insentif

    12

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    13/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    dilakukan dalam bentuk bantuan sarana produksi, peralatan panen, pasca panen sertaperalatan rumah tangga (memasak, penerangan, dll) yang menggunakan bahan minyak jarak.(3)Berdasarkan potensi desa di lokasi penelitian yang memungkinkan untuk

    mengembangkan jarak pagar sebagai bahan baku minyak jarak dilakukan di lahan-lahan yang belum dimanfaatkan (seperti batas keliling desa, tepi jalan desa, danlainnya) khususnya di Kabupaten Kudus dan Semarang perlu mengembangkanpopulasi tanaman jarak agar dapat mendukung program pengembagan desa mandirienergi (DME).

    (4)Pengembangan jarak Pengembangan jarak pagar yang menggunakan fasilitas umumdiperlukan adanya kelembagaan desa yang mengatur tatacara pemanfaatansumberdaya bersama.

    DAFTAR PUSTAKA

    Allorerung, D., Z. Mahmud, A.A. Rivai, D. Effendi dan A. Mulyani. 2006. Peta KesesuaianLahan dan Ikim Jarak Pagar. Lokarya Status Teknologi Budidaya Jarak Pagar.Puslitbangbun. Jakarta.

    Anonim. 2006. Infotek Jarak Pagar, Januari 2006, Puslitbangbun, Bogor, 1(1) :4.Badan Pusat Statistik, Kabupaten Batang Dalam Angka. 2005.Badan Pusat Statistik, Kabupaten Blora Dalam Angka. 2005.Badan Pusat Statistik, Kabupaten Cilacap Dalam Angka. 2005.

    Badan Pusat Statistik, Kabupaten Grobogan Dalam Angka. 2005.

    Badan Pusat Statistik, Kabupaten Kudus Dalam Angka. 2006.Badan Pusat Statistik, Kabupaten Tegal Dalam Angka. 2005.Data monografi. 2006. Desa Tanjungharjo, Desa Bandungsari, Desa Pendem, Desa Katekan

    Desa Tanjungrejo, Desa Terban, Desa Klaling, Desa Dologan, Desa Bogem, DesaSendangwates, Desa Kedungwaru, Desa Kemiri Sawangan, Desa Pakulaut, DesaKarangmangu, Desa Karangpakis, Desa Karangtawang, Desa Karangturi

    Departemen ESDM. 2006. Seminar “Optimasi kegiatan Penelitian dan Pengembangan UntukMendorong Peningkatan Eksplorasi dan Produksi Migas.

    Duke, J.A. 1983. Handbook of Energy Crops. Internet.Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I.K. Reksowardojo, M. Rivai, M.

    Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T.H. Soerawidjaja, T. Prawitasari, T.

    Prakoso dan W. Purnama. 2007. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisel. PenebarSwadaya. Jakarta

    Hasnam. 2006 a. Biologi Bunga Jarak Pagar ( Jatropha curcasL). Infotek Jarak Pagar ( JatrophacurcasL). Volume 1, Nomor 4.

    Hasnam. 2006 b. Pembangunan Kebun Benih Sumber Jarak Pagar. Materi Pelatihan TeknisBudidaya Jarak Pagar. Bogor.

    Hariyadi. 2005.Budidaya Tanaman Jarak ( Jatropha curcas L.) Sebagai Sumber BahanAlternatif Biofuel. Makalah disampaikan pada Focus Group Diskusi (FGD). TemaPerspektif Lokal Bioenergi pada Deputi Bidang Pengembangan SISTEKNAS, KMRT,Puspiptek Serpong.

    Hendriadi, A , 2005. Perspektif teknologi pengolahan biodisel dari biji jarak skala pedesaan.Diskusi Panel Pengembangan Jarak Pagar, Bogor, 28 September 2005. p 7.

    13

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    14/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Henning R, 2000. Use of Jatropha curcasL (JCL) : A household perspect and itscontribution to rural employment creation. Presentation at the Regional Workshopon the potential of Jatropha curcas in Rural Development & EnvironmentalPractucum, Harare, Zimbabwe 1998. p.4.

    Kadariyah, 1985. Ekonomi Perencanaan, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta. Indonesia. P.13Kemala, S, 2006. Simulasi usahatani jarak Pagar (Jatropha curcas, L). Jurnal Littri. Vol.12,

    No. 3.Krisnamurti, 2006. Pemanfaatan energi alternatif dari jarak pagar. Bahan diskusi. Deputy

    Menko Perekonomian. Semarang.Mahmud, Z. 2006a. Kultur teknis budidaya jarak pagar. Lokarya Status Teknologi Budidaya

     Jarak Pagar. Puslitbangbun. JakartaMahmud, Z.2006 b. Anda bertanya? Kami menjawab ! Infotek Jarak Pagar. Vol.1, No 1.Prastowo, B. 2006.Pandangan umum mengenai tanaman jarak pagar dan langkah strategis

    Badan Litbang Pertanian berkaitan dengan pengelolaan energi nasional. Materi

    Pelatihan Teknis Budidaya Jarak Pagar. Bogor.Prihandana, R., Erliza, H., Siti, M. Dan Roy, H. 2006. Meraup Untung dari Jarak Pagar. Jakarta:PT Agromedia Pustaka.

    PT. Pura, 2006. Observasi daya bakar minyak jarak VS minyak tanah. DataPengamatan. PT. Pura, Kudus.

    Sri Prana, M. 2006. Budidaya Jarak Pagar ( Jatropha curcas, L.) Sumber Biodisel, MenunjangKetahanan Energi Nasional. LIPI. Jakarta.

    Sudradjat, R. 2006.Memproduksi Biodisel Jarak Pagar. Jakarta: Penebar Swadaya.

    POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PEMBANGKIT

    LISTRIK TENAGA PANAS BUMI DI INDONESIA

    Daniel Rohi1

    Abstrak 

    Kebutuhan akan energi listrik terus meningkat, diperkirakan pertumbuhan akan mencapai 7,1% setiap

    tahun sampai tahun 2012 dengan rasio elektrifikasi 60%. Kondisi seperti ini pada satu sisi

    menggembirakan, namun disisi lain akan memberikan dampak yang memprihatinkan dari aspek

    lingkungan hidup, sebab 89,5% teknologi pembangkit tenaga listrik di tinjaun dari berbagai informasi

    sebagai bahan rujukan, untuk kemudian Indonesia menggunakan energi fosil. Dampak penggunaan

    energi fosil salah satunya adalah mengahasilkan polutan gas buang yang cukup besar, sebagai misal

    1  Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri – Universitas Kristen Petra Surabaya Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236 Telp.(031)2983075-77, Fax. (031) 841802,

    [email protected]

    14

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    15/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    setiap kWh energi listrik yang diproduksi oleh energi fosil menghasilkan polutan yang dibuang keudara

    974 gr CO2, 962 mg SO2 dan 700 mg NOx. Bertolak dari dampak tersebut, perlu dilakukan kajian yang

    lebih komprihensif dan komparatif mengenai berbagai potensi energi untuk pembangit tenaga listrik yang

    ada di Indoensia. Kajian ini dilakukan berdasarkan menghasilkan rekomendasi mengenai pembangkit

    tenaga listrik yang sesuai untuk digunakan di Indonesia. Adapun aspek yang dipakai sebagai indikaor

    evaluasi adalah aspek ekonomis, aspek teknis dan aspek ekologis atau lingkungan. Hasil evaluasi

    menunjukan pembangkit yang relevan untuk konteks Indonesia adalah pembangkit listrik tenaga panas

    bumi (PLTP).Penggunaan energi panas bumi dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil

     yang signifikan dan memiliki Faktor Kapasitas yang tinggi dibandingkan dengan pembangkit tenaga

    listrik lain.

    Kata kunci :Panas Bumi, Ekologi, Ekonomi

    PENDAHULUAN

    Kehidupan umat manusia modern saat ini sangat tergantung pada ketersediaan sumber energiterutama energi fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam. Ketergantungan yang berlebihanterhadap sumber energi yang tidak dapat diperbaharui ini telah menyeret umat manusia dalam krisisenergi dan juga krisis lingkungan global atau yang lebih dikenal dengan pemanasan global.

    Krisis ekonomi merupakan dampak lain terhadap penggunaan energi fosil yang berlebihan.Kenaikan harga minyak bumi dunia yang semakin tidak terprediksi telah membawa dampak padakesulitan ekomomi di berbagai negara berkemang termasuk Indonesia, sebagai contoh kenaikan hargaminyak yang mencapai US $ 90/barel telah memicu kenaikan harga kebutuhan pokok hampir 20%

    karena tingginya ongkos produksi dan transportasi. Kenaikan harga disebabkan oleh penggunaan energifosil di sektor industri dan transportasi. Kondisi ini rentan memicu ketidakstabilan dalam politik danfrustrasi sosial yang diindikasikan oleh meningkatnya aksi kekerasan dan kriminalitas ditengahkehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

    Sektor yang paling terpukul dari kondisi ini adalah sektor kelistrikan nasional karena 89,5%pembangkit listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar fosil. Kemacetan dalam pengiriman bahan bakar berakibat tersendatnya pasokan listrik dan yang lebih memprihatinkan adalah terjadi pemadaman bergilir yang sangat merugikan sektor industri manufaktur dan jasa.

    Ketergantungan ini mengakibatkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalami kerugian

    mencapai 1,08 triliun untuk tahun 2006 saja, mengatasi hal ini PLN membuat kebijakan untukmemberikan insentif dan disintensi kepada pelanggan untuk memotivsi dan mendidik pelangganmelakukan penghematan, walau demikinan kebijakan ini menuai kritik dan protes dari masyarakat,karena masyarakat berpendapat bahwa hal ini merupakan penaikan tarif listrik secara terselubung.

    Bertolak dari realita diatas bahwa ketergantungan kepada enegri fosil telah memberikan dampakekologi berupa emisi gas yang berakibat pemanasan global dan dampak ekonomi karena ketidakstabilanharga minyak dunia yang sulit dipredikasi yang berimbas pada krisis politik dan sosial dan yangterpenting adalah keterbatasan cadangan sumber energi fosil.

    15

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    16/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Upaya mengurangi ketergantunan sekor kelistrikan terhadap energi fosil, maka pemerintahmendorong pemanfatan energi alternatif untuk pembangkit tenaga listrik, walaupun masih dealam jumlah yang terbatas karena faktor efisiensi yang masih tergolong rendah untuk beberapa komoditienergi alternatif. Keseriusan itu, terlihat dari kebijakan energi mix sampai tahun 2025 yakni batu bara

    32,7%, gas bumi 30,6%, minyak bumi 26,2%, panas bumi 3,8%, air 2,4% dan lainnya 4,4%. Walaupunmasih didominasi oleh energi fosil, namun memasukan pemanfaatan panas bumi 3,8% atau ketigaterbesar merupakan sesuatu yang patut disyukuri.

    Potensi Panas Bumi

    Energi panas bumi atau geothermal merupakan pemanfaatan energi panas yang bersumber daripanas yang dipancarkan oleh inti bumi. Bumi berbentuk bola dengan inti berupa logam yang jaraknya4000 mil dari permukaan bumi. Inti ini mengeluarkan panas yang dapat melelehkan bebatuan sehinggamenjadi magma. Magma tersebut akan mengalir dan memanaskan air dan bebatuan yang ada di perut

     bumi, akibatnya bebatuan dan air menjadi panas sehingga menyemburkan uap panas ke permukaan bumi pada wilayah tertentu. Pada wilayah yang merupakan lintasan gunung berapi atauring of fire akantersembur keluar gas panas bertekanan tinggi, gas panas inilah yang akan dimanfaatkan untuk memutarturbin jika panas yang dihasilkan melebihi 100oC.

    Letak geografis Indonesia pada lintasan gunung berapi merupakan berkat tersendiri karenaIndonesia kaya akan potensi energi panas bumi. Potensi ini merupakan terbesar di dunia atau berjumlah40% dari total cadangan energi panas bumi yang ada diseluruh dunia. Total potensi energi panas bumidi Indonesia mencapai 27.487 MW yang terdapat dihampir semua kawasan di Indonesia yakni pulauSumatra, pulau Jawa, pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Pulau Kalimantan dan Papua (tabel-1). Hal yangmenarik dari potensi energi pans bumi dari segi penyebaran geografis adalah 18.183 MW atau 66,15%

    terdapat diluar pulau Jawa. Dengan demikian upaya untuk mengurangi penggunaan energi fosil yangmendominasi pembangkit listrik di luar pulau Jawa dapat teratasi dengan memaksimalkan pemnafaatanenergi panas bumi.

    Tabel 1 : Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

    No Derah Potensi Kapasitas (MW)

    1. Sumatera 13.773

    2. Jawa 9.304

    3. Sulawesi

    2.105

    4. Nusa Tenggara 1.681

    5. Maluku 524

    6. Papua 50

    7. Kalimantan 50

     Jumlah Kesuluruhannya27.487

    16

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    17/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik di Indonesia bukan hal yang baru.Penggunaan resmi ditandai dengan beroperasinya monoblok pembangkit listrik tenaga panas bumi diKamojang, November 1978. Walaupun sudah memasuki usia 30 tahun, namun pemanfaatan potensienergi panas bumi di Indonesia masih tergolong lambat dalam perkembangan dan sangat rendah dalam

    pertumbuhan, karena yang telah dimanfaatkan hanya sebesar 855,5 MW atau 3,1% dari keseluruhanpotensi yang tersedia. PLTP yang beroperasi hanya 7 (tujuh) pembangkit yang tersebar di beberapawilayah seperti di pulau Jawa, pulau Sumatera dan pulau Sulewesi.

    Dari segi penyebaran masih belum merata karena mayoritas atau 71,4% PLTP berada di pulau Jawa yakni 5 (lima) PLTP, sedangkan dua yang lain terdapat di Sumatera Utara dan Sulawesi Utaradengan kapasitas total sebesar 24,5 MW atau 2,86% dari kapasitas terpasang. Kondisi ini sangat tidakideal, karena justru pembangkit listrik di luar pulau jawa mayoritas menggunakan bahan bakar fosilsehingga pemfataan pembangunan PLTP di luar pulau Jawa hendaknya menjadi prioritas utama.

    Dengan demikian potensi energi panas bumi di Indonesia masih belum dimaksimalkan

    pemanfaatannya dan belum merata penggunaan dari segi geografis. Untuk memaksimalkanpemanfaatan energi ini,maka perlu ada kebijakan pemerintah yang memberikan kemudahan bagikontribusi PLTP dalam rangka mengatai krisis energi di Indonesia teristimewa krisis listrik. Untuk itu,pemahaman mengenai prospek pembangkit listrik dari segi teknis, ekonomis dan ekologis merupakanhal yang penting untuk dikaji sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan di negeri ini.

    Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

    Prinsip kerja dari pembangkit listrik panas bumi tidak berbeda dengan pembagkit tenaga listriklainnya. Uap panas bertekanan tinggi yang disemburkan dari perut bumi dapat langsung dimanfaatkan

    untuk memutar turbin generator. Namun demikian khusus di Indonesia uap panas yang keluar tersebuttidak langsung digunakan, melainkan perlu melewati proses menyaringan karena uap yang dikeluarkanmasih mengandung bahan lain seperti air, kandungan mineral dan garam. Penyaringan ini untukmencegah kerusakan peralatan yang ada di pembangkit.

    Berdasarkan potensi panas bumi maka, maka jenis pembangkit panas bumi dibedakan menjadidari tiga macam yakni panas bumi uap basah, panas bumi air panas dan panas bumi batuan panas.Dalam makalah ini hanya dipaparkan salah satu PLTP(gambar-1). Uap basah dari perut bumi akandipisahkan dalam tangki pemisah atauseparator yang mana air yang lebih berat akan mengendapdidasar tangki dan uap akan disalurkan untuk memutar turbin sedangkan air akan di salurkan lagikedalam pertu bumi. Uap yang telah dipakai untuk memutar turbin didinginkan sehingga menjadi cairntuk kemudian diinjeksikan kembali ke perut bumi.

    17

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    18/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Gambar 1. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

    Pembangkit listrik geothermal batuan panas menghasilkan uap dengan jalan menyalurkan airkedalam batuan panas yang terdapat dalam perut bumi sehingga menjadi uap panas. Uap yangdihasilkan dimurnikan untuk kemudian dipakai memutar turbin generator. Selanjutnya uap tersebutdidinginkan untuk dijadikan air bagi dialirkan kembali untuk menghasilkan uap lagi. Proses inimerupakan siklus tertutup.

    Prospek Pembangkit Listrik Panas Bumi

    Prosepek yang dimaksudkan disini adalah pembangkit tenaga listrik energi panas bumimemiliki peluang yang menguntungkan jika, dikelola secara maksimal di masa yang akan datangkhususnya dikaitkan dengan faktor teknis, ekonomis dan ekologis. Dari aspek teknis perkembanganteknologi pembangkit semakin baik dalam pengertian peralatan yang dierpergunakan memiliki efisensiyang tinggi karena memiliki unjuk kerja yang baik. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari perkembanganpenelitian di bidang teknologi pembangkit yang semakin maju akibat dari semakin banyak negara didunia yang tertarik memanfaatkan energi ini sebagai alterbatif pembangkit yang memanfaatkan energikonvensional yang ada selama ini.

    Ditinjau dari segi pembiayaan PLTP Bumi merupakan pembangkit yang sangat hemat, hal ini bisa dilihat dari jumlah modal yang diinvestasikan, biaya operasi dan pemeliharaan dan faktor

    produksi.Biaya investasi merupakan keseluruhan dana yang tetap yang dikeluarkan untuk mebangun

    pembangkit listrik tenaga panas bumi. Biaya tersebut meliputi biaya untuk pembebasan lahan, biayapengeboran dan biaya pembangunan sarana fisik dari pembangkit seperti gedung dan turbingenerator. Secara umum dari segi pembiayaan untuk biaya yang berubah atauvariabel cost termasukrendah ditambah lagi tidak ada biaya untuk bahan bakar termasuk transportasi .

    Investasi yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu KWh berkisar antara US$1150-US$3000, biaya ini tergantung dari teknologi pembangkit yang digunakan dan suhu yang dihasilkan oleh sumberpanas bumi. Besarnya investasi ini lebih rendah ketimbann pembangkit listrik tenaga air (PLTA) danlebih mahal dari batu bara (tabel 2),namun demikian ada keunggulan yang dimiliki seperti biayaoprasional dan keramahan terhadap lingkungan.

    Investasi yang dikuluarkan kelihatannya besar, namun untuk jangka panjang sangatmenguntungkan karena investasi akan kembali setelah 15 tahun beroperasi atau 30% – 50% % dari usiaproduktif pembangkit yang berkisar antara 30-45 tahun.

    Tabel 2 . Faktor Ekonomi Pembangkit Litrik Tenaga Panas Bumi

    No. Pembangkit Perkiraan Biaya

    Modal

    (US $/kWh)

    Pemeliharaan

    (US cents/kWh)

    Produksi Rata – Rata (US

    cents/kWh)

    18

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    19/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    1. Panas Bumi 1150-3000 0,4-1,4 1,5-7,0

    2. Air 735-4778 0,7 0,5-2,4

    3. Batu Bara 1070-1410 0,46 2,0-5,0

    4. Nuklir 1500-4000 1,9 1,5-3,0

    Biaya untuk operasi dan pemeliharaan tergolong paling ekonomis yakni 0.4 - 1.4 cents setiapkWh dibandingkan dengan pembangkit lain, hal ini tergantung juga dari frekuensi menjalankanpembangkit. Kelebihan lainnya adalah pembangkit ini bisa beropersi secara maksimal sampai 98% danini tergantung pada teknologi pembangkit yang dipakai dan jenis sumber panas bumi yang ada. Untukkasus di Indoensia faktor kapasitas PLTP yang beroperasi cukup tinggi dibandingkan denga pembangkit

    lain sebagai misalPLTP Kamojang 93%, Wayang windu 94%, Darajat 93%. Perbandingan denganpembangkit yang menggunakan BBM/BBG Muara karang 65%, Batubara di Suralaya 67%, PLTASaguling 36%, Barantas 39%.

    Fakor ekonomis lainnya adalah biaya produksi rata-rata yakni biaya rata-rata yang dikeluarkanselama usia produktif dari pembangkit. Biaya produksi rata-rata untuk PLTP berkisar antara US$0,045-US$0,07 setiap kWh. Biaya ini terplong rendah dibandingkan dengan pembangkit yang menggunakan batu bara, nuklir dan juga minyak bumi. Sebagai perbandingan dengan minyak bumi. Kebutuhan untukmembangkitkan listrik 1 Kwh adalah 0.28 liter BBM, maka :1 (satu) MWh membutuhkan 280 liter ataukira-kira 2 (dua) barel, jika potensi panas bumi di Indonesia sebesar 27.487 MW maka satu jam setara7.696.360 liter atau 48.405 barel. Dalam satu hari potensi geothermal adalah setara 184.712.640 liter atau

    1.161.715 barel. Dengan asumsi harga 1 barel BBM saat ini US$90, maka dalam satu hari akan dihasilkanUS$104.554.325.Suatu angka yang cukup besar dan bisa memberikan keuntungan secara ekonomis bagikeuangan negara.

      Aspek penting lainnya adalah keramahan terhadap lingkungan. Faktor lingkungan merupakanvariabel penting yang akan menjadi alasan kuat bahwa PLTP memiliki prospek yang cerah dibandingdengan pembangkit lainnya teristimewa pembangkit yang berbasis pada energi fosil. Emisi gas buangyang dihasilkan terbukti PLTP paling rendah untuk CO2 yakni hanya 0,20 lbs/mWh, SO2 hanya 0,35 danNox tidak dihasilkan atau nol (tabel-3). Sebagai pembading setiap kWh energi listrik yang diproduksioleh energi fosil menghasilkan polutan yang dibuang keudara 974 gr CO2, 962 mg SO2 dan 700 mg Nox.Pada tahun 2012 diperkirakan produksi energi listrik di Indonesia mencapai 192,590 GWh, berarti

    172,360GWh listrik yang diproduksi menggunakan energi fosil. Jumlah ini mengakibatkan terjadipelepasan 168 juta ton CO2, 159,6 ribu ton SO2 serta 120,7 ribu ton Nox. Dengan demikian penggunaanenergi panas bumu akan mengurangi ancaman krisis lingkungan hidup global.

    Tabel 3. Emisi Gas dari Berbagai Pembangkit Listrik

    No. Pembangkit Aspek Lingkungan/Emisi gas (lbs/mWh)

    CO2 SO2 NOx

    1. Panas Bumi 0,20 0,35 0

    19

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    20/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    2. Gas Alam 1,321 0,22 2,96

    3. Minyak Bumi 1,969 12 4

    4. Batu Bara 2,095 110,39 4,31

    Rendanya emisi gas disebabkan oleh tidak ada bahan bakar yang dipakai, semua prosesproduksi menggunakan energi panas yang keluar dari perut bumi, uap panas yang dihasilkanmengembun manjadi uap air yang akan didinginkan menjadi air, untuk kemudian diinjeksikan kemabalike dalam perut bumi.

    Singkat kata energi panas bumi sebagai basis pembangkit tenaga listrik memiliki prospek yangcerah untuk dikembangkan secara maksimal dimasa mendatang karena pertama dari aspek ekonomi

    lebih unggul dalam biaya pembangunan, operasi dan pemeliharan serta faktor kapasitas yang tinggi.Kedua lebih ramah lingkungan karena tidak memiliki emisi gas buang yang mengancam kelestarianlingkungan hidup. Kendatipun demikian keberadaan PLTP yang tergantung pada faktor geografis dalamhal ini letak yang jauh dari pusat beban, maka diperlukan biaya besar untuk transmisi dan distribusi.

    KESIMPULAN

    • Ketergantungan terhadap energi fosil fosil telah membawa dunia pada krisis ekologi atau krisislingkungan global dan krisis ekonomi global.

    • Pemanfatan energi listrik yang ramah lingkungan dan terbarukan merupakan salah satu solusiuntuk mengatasi krisis energi gobal dan krisis ekologi global. Salah satu energi alternatif yangramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah energi panas bumi.

    • Potensi energi panas bumi di Indoensia merupakan terbesar di seluruh dunia yakni 40% daritotal potensi energi panas bumi di dunia, namun pemanfaatannya masih sangat minim yaknihanya sebesar hanya 3,1% keseluruhan potensi yang tersedia sebesar 27.487 MW

    • Dari segi penyebaran wilayah,maka pembangunan PLTP masih belum merata yakni mayoritasatau 71,4% PLTP berada di pulau Jawa yakni 5 (lima) pembangkit sedangkan dua yang lainterdapat di Sumatera Utara dan Sulawesi Utara dengan kapasitas total sebesar 24,5 MW atau

    2,86% dari kapasitas terpasang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen ESDM Indonesia (2008), Handbook Statistik Ekonomi Energi diIndonesia2006,http://www1.esdm.go.id/files/publikasi/buku/Handbook%20Statistik%20Ekonomi%20Energi%202006.pdf

    20

    http://www1.esdm.go.id/files/publikasi/buku/Handbook%20Statistik%20Ekonomi%20Energi%202006.pdfhttp://www1.esdm.go.id/files/publikasi/buku/Handbook%20Statistik%20Ekonomi%20Energi%202006.pdfhttp://www1.esdm.go.id/files/publikasi/buku/Handbook%20Statistik%20Ekonomi%20Energi%202006.pdfhttp://www1.esdm.go.id/files/publikasi/buku/Handbook%20Statistik%20Ekonomi%20Energi%202006.pdf

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    21/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    EKTRO INDONESIA,Pengembangan Energi Terbarukan Sebagai Energi Aditif di Indonesia, Edisi kelima, Desember 1996,http://www.energi.lipi.go.id

    Indartoni,Y S, Krisis Energi di Indonesia: Mengapa dan Harus Bagaimana, INOVASI Online Edisi

    Vo.5/XII/November 2005, http://io.ppi-jepang.org

    Putrohari,RD, Potensi Geothermal vs Minyak Bumi, Energi Information System (IDENI),http://www.indeni.org/index2php

    Indartoni,Y S, Krisis Energi di Indonesia: Mengapa dan Harus Bagaimana, INOVASI Online Jurnal EdisiVo.5/XII/November 2005,http://io.ppi-jepang.org

    Reed, M.J and Renner, L.Jl : Environmental Compatibilility of Geothermal Energy, CRP Press, 1995,http://geothermal.inel.gov/publications/articles/reed/reed-renner.pdf

    Shibaki, Masahi and Beck,Fredric : Geothermal Energy for Electric Power A REPP Issue Brief Desember

    2003http://www.earthscape.org/p1/ES16312/Geothermal_Issue_Brief.pdf

    21

    http://www.energi.lipi.go.id/http://www.energi.lipi.go.id/http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=104#bawah%23bawahhttp://io.ppi-jepang.org/article.php?id=104#bawah%23bawahhttp://www.indeni.org/index2phphttp://io.ppi-jepang.org/article.php?id=104#bawah%23bawahhttp://io.ppi-jepang.org/article.php?id=104#bawah%23bawahhttp://io.ppi-jepang.org/http://geothermal.inel.gov/publications/articles/reed/reed-renner.pdfhttp://www.earthscape.org/p1/ES16312/Geothermal_Issue_Brief.pdfhttp://www.energi.lipi.go.id/http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=104#bawah%23bawahhttp://www.indeni.org/index2phphttp://io.ppi-jepang.org/article.php?id=104#bawah%23bawahhttp://io.ppi-jepang.org/http://geothermal.inel.gov/publications/articles/reed/reed-renner.pdfhttp://www.earthscape.org/p1/ES16312/Geothermal_Issue_Brief.pdf

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    22/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    PEMBUATAN BAHAN BAKAR CAIR DARI LIMBAH

    PLASTIK

    Didi Dwi Anggoro*) dan Luqman Buchori2)

    Abstrak

    Bahan buangan plastik yang menjadi salah satu unsur pencemar lingkungan dapat

    diubah menjadi sesuatu yang lebih berguna, salah satunya menjadi liquid fuel yaitu

    dengan cara degradasi katalitik. Bahan buangan plastik terutama jenis polypropylene(PP) lebih sulit dipirolisis dibandingkan dengan termoplast lain, karena struktur ikatan

    dan pola crackingnya. Untuk itu diperlukan katalis seperti HY dan ZSM-5 agar

     pirolisis lebih efektif. Selain itu katalis tersebut juga meningkatkan efek pirolisis untuk

    menurunkan suhu dan waktu dekomposisi, serta meningkatkan perolehan hasil bahan

    bakar cair. Pirolisis plastik dengan katalis dilakukan dengan cara memanaskan

    menggunakan elektrik furnace pada suhu di atas 450̊C. Plastik diletakkan diantara

     HY dan ZSM-5. HY ditempatkan di bagian bawah dan ZSM-5 di bagian atas reactor.

    Gas yang dihasilkan didinginkan untuk memperoleh liquid fuel. Dari hasil penelitian

    diperoleh bahwa cairan terbanyak diperoleh dari degradasi katalitik sebanyak 14.6 ml.

    Cairan ini berasal dari plastik sebanyak 25 gr dan katalis HY dan ZSM-5 sebanyak 1gr

     pada suhu 850ºC. Hasil yang sesuai dengan bensin diperoleh pada suhu 500ºC dengan

    berat katalis 1.5 gr.

     Kata kunci : degradasi katalitik; HY; katalis ZSM-5; PP; pirolisis

    PENDAHULUAN

    Penggunaan plastik semakin meningkat seiring dengan semakin majunya ekonomidan industri Akibatnya sampah (limbah) plastik di lingkungan juga semakin meningkat.

    Masalah ini semakin besar dikarenakan plastik tidak bisa diurai oleh lingkungan. Untuk itudiperlukan usaha yang dapat mengubah limbah plastik menjadi sesuatu yang lebih bemanfaat.

      Polypropylene (PP) merupakan salah satu jenis thermoplastik yang biasanyadigunakan untuk pembungkus makanan ataupun perangkat rumah tangga. Dengansemakin banyaknya penggunaan PP maka semakin banyak pula PP yang akan terbuang

    2) Laboratorium Rekayasa Proses Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UniversitasDiponegoro

     Email :[email protected]*) Corresponding Author: Email: [email protected]

    22

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    23/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    sebagai limbah. Proses perengkahan PP merupakan salah satu cara untuk meminimalisir buangan PP tersebut.

    Hidrokarbon cair adalah salah satu senyawa kimia yang banyak diperlukan oleh

    industri farmasi, kosmetik, dan berbagai industri kimia lainnya. Sehingga diperlukanterobosan teknologi proses untuk menghasilkan hidrokarbon cair dari bahan buanganplastik (PP), yang jumlahnya semakin meningkat. Proses produksi hidrokarbon cair dari PPdapat dikerjakan dengan proses perengkahan. Proses perengkahan ini berlangsung padasuhu tinggi, sehingga diperlukan katalis (katalis HY dan ZSM-5) untuk menurunkantemperatur dan waktu proses.

    Polypropylene (PP) adalah polymer hydrocarbon linear, dengan rumus molekulCnH2n. Seperti polyethylene dan polybutene, adalah polyolefin atau saturated polymer.Struktur PP adalah sebagai berikut :

    -[2HC-CH-]n-|

    CH3

    PP terbentuk dengan cara reaksi polymerisasi, dimana reaksi pembentukan PPadalah:

    CH2=CH + R * CH2-CH-R*

      l l

      CH3 CH3

      propylene initiator

      CH2=CH + CH2-CH-R* CH3-CH-CH2-CH-R*

      l l l l

      CH3 CH3 CH3 CH3

    Polypropylene merupakan salah satu bahan yang mempunyai sifat fisik, kimia,mekanis, thermal, dan elektrik yang tidak ditemui dalam thermoplast lain. Dibandingkandenganhigh density polyethylene(HDPE), PP mempunyai kekuatan tumbukan yang lebihrendah tetapi memiliki temperatur proses dan kekuatan regang yang lebih baik.

    Sifat fisis PP ditabulasikan pada tabel 1. PP mempunyai resistensi tinggi terhadapasam, alkali, solvent organic,degreasing agents, tetapi mempunyai resistansi rendah terhadap

    aromatic, aliphatic, danchlorinated solvent

    . Kelebihan PP adalah ringan, tidak menyerap air,mudah dibersihkan, kuat, tahan panas, agak kaku, tidak mudah patah, tidak beracun dancocok untuk transfer gas serta cairan panas. Dibandingkan plyethylene, PP mempunyaidensity yang lebih rendah, titik leleh yang lebih tinggi (160oC, sedangkan Polyethylene akanmeleleh pada suhu sekitar 135oC), lebih kaku, dan keras. PP biasanya digunakan untukproduksi peralatan rumah tangga dan pembungkus makanan.

    Tabel 1. Sifat fisis Polyprophylene

    Tensile Strength 0.95 - 1.30 N/mm²Notched Impact Strength 3.0 - 30.0 Kj/m²

    Thermal Coefficient of expansion 100 - 150 x 10-6

    23

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    24/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Max Cont Use Temp 80 oCDensity 0.905 g/cm3

    Struktur zeolit Y terdiri dari muatan negatif, kerangka tiga dimensi tetrahedral SiO4dan AlO4 yang bergabung membentuk oktahedra terpancung (sodalite). Jika 6 buahsodaliteterhubungkan oleh prisma heksagonal akan membentuk tumpukan tetrahedral. Jenistumpukan ini membentuk lubang besar (supercages) dan berdiameter∼ 13Å. Lubang-lubang(supercages) dapat terbentuk dari 4 kristal tetrahedral yang tersebar, yang masing-masingmempunyai 12 cincin oksigen dan berdiameter 7,4 Å. Lubang-lubang tersebut bila saling bersambung akan membentuk sistem pori-pori yang besar dari zeolit. Setiap atomaluminium di koordinat tetrahedral dalam kerangka membawa muatan negatif. Muatannegatif dalam kerangka ini digantikan oleh kation yang berada diposisi kerangka nonspesifik.

    Dalam bentuk terdehidrasi, muatan proton yang seimbang menempati posisitertentu dalam zeolit dan membentuk 2 jenis gugus asam hidroksil yaituα -cage hydroxylsyang bersifat sangat asam dan dapat diadsorbsi secara langsung danβ  - hydroxyls yangtidak terlalu asam tetapi berinteraksi denganα -cageyang teradsorbsi secara terbatas. Dalam bentuk terhidrasi, ion dan molekul air disupercage sangat bebas bergerak yangmemungkinkan pertukaran ion sebaik dehidrasi reversibel dan penyerapan.

    Zeolit ZSM-5 memuat sebuah system saluran zig zag silang-menyilang dari 10 cincin berangkai untuk menghasilkan system rongga tiga dimensi. Diameter pori berkisar antara5,1 – 5,5 A. ZSM-5 memiliki struktur yang unik. Struktur tersebut memungkinkan reaksi berjalan lebih sempurna, karena waktu tinggal pereaktan akan lebih lama. Selain itu, ZSM-5

     juga memiliki selektivitas yang tinggi terhadap reaktan dan produk.

    Tujuan thermal cracking adalah untuk memecah senyawa menjadi molekul yanglebih kecil dengan cara pyrolisis atau thermolisis. Thermal cracking melibatkan radikal bebas (bukan ion) dan reaksi rantai radikal bebas.

    Thermal cracking meliputi tahap-tahap sebagai berikut:1. Inisiasi

    R–H→R1• + R2•homolysis – pemecahan ikatan

    2. Propagasi  R1• + R–H → R1 – H + R •

    hydrogen abstraction–berlangsung pada tekanan tinggi  R1•→ olefin + R − 

    βscission – berlangsung pada tekanan rendah3. Terminasi

    R4 • + R5 •→ R–Rkombinasi radikal bebas

    2R4 •→ olefin + alkanedisproporsionasi

    4. Isomerisasi

    C – C – C – C – C – C→ C – C – C – C – C – C- tidak disukaiβ – scission→ C = C + C – C – C – C –

    lebih cepat dari isomerisasi

    24

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    25/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Perengkahan plastik pada suhu tinggi adalah proses paling sederhana untuk daurulang plastik. Pada proses ini material polimer atau plastik dipanaskan pada suhu tinggidengan dialirkan udara. Proses pemanasan ini menyebabkan struktur makro molekul dari

    plastik terurai menjadi molekul yang lebih kecil dan hidrokarbon rantai pendek terbentuk.Produk yang dihasilkan berupa fraksi gas, residu padat dan fraksi cair, yang mengandungparafin, olefin, napthan, dan aromatis.

    Proses ini memiliki 2 masalah, yaitu masalah dalam distribusi produk dan masalahdalam penggunaan suhu tinggi yang menggunakan suhu lebih dari 900oC. Perengkahanmenggunakan katalis merupakan metoda untuk penyelesaian masalah ini.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi plastik (PP) sebagai bahan baku produksi bahan bakar cair dengan menggunakan katalis zeolite HY dan ZSM-5.

    METODE PENELITIAN

    Dalam percobaan pirolisis ini digunakan plastik PP, ditimbang sesuai variabelpercobaan, dicampur katalis dengan perbandingan tertentu, kemudian dimasukan reaktor.Plastik diletakan diantara katalis HY dan ZSM-5, dengan katalis HY ditempatkan di bagianujung bawah reactor, sedangkan ZSM-5 ditempatkan di ujung atas reactor. Kemudiandilakukan proses pirolisis dengan memanaskan reaktor menggunakan furnace elektriksampai suhu yang sesuai dengan variabel. Uap yang terbentuk dialirkan dari atas reaktor kependingin balik melalui selang tahan panas. Wax yang keluar melalui bagian bawah reaktorditampung dalam beaker glass. Percobaan dianggap berakhir jika tidak ada lagi uap yangmengalir maupun wax yang menetes. Variabel yang divariasikan adalah suhu dan berat

    katalis. Variabel percobaan ditabulasikan pada tabel 2 sedangkan peralatan perengkahandan komposisi bahan dalam reaktor disajikan dalam gambar 1 dan 2.

    Tabel 2. Variabel Percobaan

    RUNSuhu

    (ºC)

    Berat Katalis

    (masing-masing untuk HY

    dan ZSM-5) (gram)

    123

    45678910

    500500750

    750500750850500500500

    0.51.50.5

    1.51110.31.71

    25

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    26/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Gambar 1. Peralatan catalytic cracking

    Gambar 2. Komposisi bahan didalam reactor

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dari percobaan diperoleh hasil yang ditabulasikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Hasil percobaan

    RUNSuhu

    (ºC)

    Berat Katalis

    (masing-masing untuk

    HY dan ZSM-5), gram

    Berat Hasil Cairan

    (ml)

    Berat Hasil

    Padatan (wax

    dan serbuk)

    (gram)

    12345678910

    500500750750500750850500500500

    0.51.50.51.51110.31.71

    23.610.211.23.410.814.11.54.13.1

    11.916.16.66.513.24.64.814.110.412.1

    26

    Katalis Zeolit ZSM-5

    Plastik(PP)

    Katalis Zeolit Y

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    27/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Hasil Analisa Gas Chromatography

    Gambar 3. Bensin

     Gambar 4. Produk T = 500ºC dan Berat Katalis 1.5 gram

    Dari hasil percobaan, diperoleh bahwa dengan jumlah katalis yang tetap dan suhuyang semakin tinggi dihasilkan produk cair yang semakin banyak. Hal ini disebabkan jumlah plastik yang terdegradasi menjadi produk cair semakin besar. Demikian puladengan suhu yang tetap dan berat katalis yang semakin besar, produk cair yang dihasilkanpun semakin banyak. Ini dikarenakan semakin banyaknya gugus asam yang digunakanuntuk reaksi peruraian molekul plastik menjadi snyawa yang lebih sederhana.

    Hasil dari Gas Chromatography menunjukkan bahwa kondisi optimum untukmenghasilkan bahan bakar cair yang setara dengan bensin adalah pada suhu operasi 500ºCdan berat katalis masing-masing 1.5 gram.

    KESIMPULAN

    Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan :5.Berat katalis yang tetap dan suhu yang semakin tinggi diperoleh jumlah cairansemakin banyak, demikian pula pada suhu yang tetap dan berat katalis yangsemakin besar.

    5.Produk yang sesuai dengan bensin diperoleh pada kondisi operasi suhu 500ºC dan berat katalis masing-masing 1.5 gram.

    DAFTAR PUSTAKA

    27

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    28/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Li Quanhong. Fu Caili, 2004. “Application of Response Surface Methodology for ExtractionOptimization of Germinant Pumpkins Seeds Protein”, Journal of Food Chemistry 

    Marcilla,A., Gomez, A., Garcia N.A., 2002, “Kinetic Study of Different Commercial

    Polyethylenes over an MCM-41 Catalyst”, Journal of analytical and applied pyrolisis, 64,hal. 85-101

    Nor Aishah Saidina Amin, Didi Dwi Anggoro, 2003, “Optimization of Direct Conversion ofMethane to Liquid Fuels Over Cu Loaded W/ZSM-5 Catalyst”, Journal Fuel.

    Soo Hyun Chung, dkk., “Pyrolisis of Waste Plastic Using Synthezised Catalyst from FlyAsh”, Journal Korea Institute of Energy Research

    Suryadi Ismadji, dkk., 2004, “Penggunaan Katalis MCM_41 pada Proses Pirolisis Plastik”,Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 2004

    Szostak, R., 1989, “ Molecular Sieves Principles of Synthesis and Identification”,Van NostrandReinhold Catalysis Series, Elsevier

     

    28

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    29/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

     

    PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGAMIKRO HIDRO (PLTMH) DENGAN MEMANFAATKAN

    POTENSI SALURAN IRIGASI

    (STUDI KASUS PENGEMBANGAN PLTMH UMM)

    Suwignyo1 & Sunarto2

    Abstraks

    Pada bulan Aprilt 2008 ini Pembangkit Listrik tenaga Mikro Hidro (PLTMH) berkapasitas

    100 kW beroperasi di Kampus Universitas Muhammdiyah Malang (UMM) hasil kerjasama

    UMM dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen ESDM RI.

    Pembangunan PLTMH UMM adalah untuk menggalakkan pemakaian sumber energi

    terbarukan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi krisis energi dan sekaligus sebagai

    upaya untuk pengurangi emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Salah satu jenis

    sumber energi terbarukan adalah air skala kecil atau mikro hidro. Data Departemen ESDM

    menunjukkan bahwa baru sekitar 0.084 GW dari 0.45 GW potensi mikro hidro yang sudah

    termanfaatkan di Indonesia. Potensi mikro hidro ini antara lain ada di saluran-saluran irigasi

    karena di sebagian wilayah air yang mengalir di saluran irigasi ini tidak lagi termanfaatkan

    secara maksimal karena menyusutnya lahan pertanian. Karena itu, air yang sudah tidaktermanfaatkan untuk lahan pertanian ini dapat dijatuhkan kembali ke sungai asal sebagai

    sumber energi untuk pembangkit listrik.PLTMH UMM menggunakan sumber air dari

    Saluran Irigasi Sengkaling Kiri dari Dam Sengkaling di Sungai Brantas yang terletak 800

    meter dari Kampus UMM. Dengan semakin berkurangnya jumlah baku sawah yang diairi

    dari 1000,00 Ha hingga tinggal 193,00 Ha pada tahun 2000, maka potensi sumber air irigasi

     yang tersisa inilah yang dijadikan sumber energi pembangkit listrik. Debit yang dimanfaatkan

    untuk PLTMH adalah sebesar 1,00 m3 /dt yang dijatuhkan kembali ke Sungai Brantas dengan

    head 19 m untuk membangkitkan listrik sebesar 100 kW.

     Kata kunci: listrik, mikro hidro, saluran irigasi

    29

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    30/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    PENDAHULUAN

    Saat ini hampir semua wilayah di Tanah Air masih mengalami krisis pasokantenaga listrik termasuk di wilayah Jawa-Bali. Pada tahun 2005, beban puncak sisteminterkoneksi Jawa-Bali mencapai 15.830 MW, sedangkan kapasitas terpasang pembangkit PT

    PLN 19.615 MW dan daya listrik yang dapat disalurkan sebesar 18.398 MW. Artinya systemkelistrikan Jawa-Bali mempunyai cadangan 17 % lebih rendah daripada cadangan normalminimal sebesar 30%. Sedangkan permintaan listrik tumbuh 6 – 7% per tahun. Konsumsilistrik di Indonesia dan regional Jawa Timur masih rendah. Sebagai gambaran kebutuhanlistrik di Jawa Timur, Indonesia, Singapura dan Jepang adalah 450, 459, 7210, dan 7505kwh/ org/ tahun. Sedangkan tingkat produktifitas yang dihasilkan per kwh untuk negara-negara tersebut adalah 1.82, 1.60, 3.18 dan 5.15 US $/org/ tahun (Mahmudsyah, 2007 danSuwignyo, 2006 ).

    1Ketua Tim Pengembangan PLTMH UMM, Dosen Jurusan Teknik Sipil FT UMM email: [email protected] FT UMM, Pengarah Pengembangan PLTMH UMM, Dosen Jurusan Teknik Sipil FT UMM email:

    [email protected] kondisi krisis energi listrik tersebut, seiring dengan meroketnya harga

    minyak dunia hingga mencapai hampir 100 US$ per barel, dan menurunnya cadangansumber energi fosil, maka pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan untukmenambah kemampuan pasokan energi haruslah terus ditingkatkan. Pada tahun 2025pemerintah menargetkan pemakaian sumber energi terbarukan sebesar 17% dari kondisisaat ini yang hanya sekitar 3%. Pemerintah mencanangkan pembangunan pembangkit listrik baru 10.000 MW dengan bahan bakar non fossil, bekerjasama dengan pihak swasta.Pemerintah juga menawarkan bentuk kerjasama untuk membangun pembangkit tenagalistrik skala kecil (PSK, dibawah 1 MW) dan PT. PLN akan membeli seharga 80% dari harga jual.

    Terkait dengan pemanasan global, turunnya pemakaian energi fosil secara tidaklangsung akan menurunkan emisi karbondioksida, salah satu gas rumah kaca penyebabpemanasan global ( global warming). Pemanasan global inilah yang menyebabkan terjadinyaperubahan iklim berikut dampak ikutannya seperti kegagalan panen, kelangkaan air,tenggelamnya daerah pesisir, banjir, dan kekeringan. Sebagaimana diketahui, sekitar 63%emisi karbondioksida dihasilkan oleh sektor industri energi (pembangkit listrik/kilangminyak) dan sektor transportasi.

    KAJIAN PUSTAKA

    Potensi Energi Terbarukan

    Data dari Departemen ESDM (Yusgiantoro, 2006) sebagaimana terlihat pada Tabel1, menunjukkan bahwa pada Tahun 2005 hanya sebagian kecil dari potensi sumber energiterbarukan yang sudah termanfaatkan. Tenaga air baru terpasang 4,2 GW (5,55%) daripotensi 75,67 GW. Karena itu sangatlah bisa dimengerti jika pemerintah berusahamenaikkan target pemakaian sumber energi terbarukan.

    Tabel 1 : Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan JENIS SUMBER ENERGI SUMBER DAYA SETARA KAPASITAS TERPASANG

    Tenaga Air 845.00 juta BOE 75.67 GW 4.2 GWPanas Bumi 219.00 juta BOE 27.00 GW 0.8 GW

    Mini/Micro Hydro 0.45 GW 0.45 GW 0.084 GW

    Biomass 49.81 GW 49.81 GW 0.3 GW

    30

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    31/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Tenaga Surya - 4.80 kWh/m2/hari 0.008 GWTenaga Angin 9.29 GW 9.29 GW 0.0005 GW

    Gambar 1 :Diagram Diversifikasi Energi

    Sesuai Perpres No. 5/2006, untuk optimalisasi pengelolaan energi, pada Tahun 2025Departemen ESDM menargetkan pemakaian sumber energi baru terbarukan sebesar 17%, jauh lebih besar daripada kondisi tahun 2005 sebesar 4,43% (Gambar 1). Pemakaian energifosil (minyak bumi dan batubara) ditargetkan sebesar 53%, turun dari pada kondisi tahun2005 sebesar 77%.

    Potensi Saluran Irigasi

    Indonesia memiliki sawah irigasi teknis 6,134 juta ha, terdiri dari 19.344 daerahirigasi yang tersebar di seluruh Indonesia, terutama di P. Jawa, P. Sumatera dan P.Sulawesi.Disetiap jaringan irigasi teknis terdapat beberapa bangunan terjun dan bangunan sadapyang memiliki tinggi jatuh hidrolik, sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkansebagai PLTMH. Pengembangan PLTMH dengan memanfaatkan saluran irigasi, merupakanphenomena menarik tentang diversifikasi fungsi jaringan irigasi yang selama ini hanyadititikberatkan pada pemanfaatan untuk irigasi pertanian. Apalagi di sebagian wilayah, airyang mengalir di saluran irigasi ini tidak lagi termanfaatkan secara maksimal karenamenyusutnya lahan pertanian yang seharusnya dialiri air rigasi karena berubah fungsinyamenjadi kawasan pemukiman. Di sebagian wilayah yang lain saluran irigasi telah berubahfungsinya menjadi saluran drainase. Karena itu akan lebih bermanfaat apabila air yangsudah tidak termanfaatkan untuk lahan pertanian ini dijatuhkan kembali ke sungai asalsebagai sumber energi untuk pembangkit listrik.

    Salah satu jaringan irigasi yang mempunyai potensi untuk pengembangan PLTMHadalah jaringan irigasi Sengkaling kiri yang melintas di area kampus UniversitasMuhammadiyah Malang (UMM). Di kawasan Kampus UMM mengalir Sungai Brantasdimana sekitar 800 meter dari Kampus UMM terdapat Dam Sengkaling yang ada di SungaiBrantas tersebut. Dari Dam Sengkaling ini dialirkan air ke areal persawahan di wilayah KotaMalang melalui Saluran Irigasi Sengkaling Kanan dan Saluran Irigasi Sengkaling Kiri.Dengan semakin berkurangnya jumlah baku sawah yang diairi dari 691,00 Ha pada tahun1990 tinggal 193,00 Ha pada tahun 2000 (Baku Sawah Sengkaling Kiri awal± 1000 Ha) dan

    dari 193,00 Ha pada tahun 2000 tinggal 173,00 Ha pada tahun 2001 (Baku Sawah Sengkaling

    OPTIMALISASIPENGELOLAAN

    ENERGI

    Energi Mix Tahun 2025

    (Sesuai Perpres No. 5/200!

    Batua!a " 33#

    $as Bu%i" 30#

    Mi&'ak Bu%i"

    20#

    (Biouel)" 5#

    Pa&as Bu%i" 5#

    Su!'a" &*i&" 5#

    Batua!a 'a&*+i,ai!ka& (oali/uea,tio&)" 2#

    B" 17#

    31

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    32/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Kanan awal± 1200 Ha), maka potensi sumber air yang tersisa inilah yang dijadikan sumberenergi pembangkit listrik. PLTMH UMM memanfaatkan Saluran Sengkaling Kiri dengandebit 1,00 m3/dt yang dijatuhkan kembali ke Sungai Brantas dengan ketinggian 15 msehingga menghasilkan listrik sebesar 100 kWatt 720.000 kWH per tahun.

    Environtmental Benefits PLTMH

    Pemakaian sumber energi air untuk pembangkit tenaga listrik akanmenggantikan/mengurangi pemakaian sumber energi fosil seperti solar. Karena ituturunnya pemakaian energi fosil secara tidak langsung akan menurunkan emisikarbondioksida, salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global (global warming)yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Sebagaimana diketahui, sekitar 53% emisikarbondioksida dihasilkan oleh sektor industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak)dan sektor transportasi (Gambar 2).

    Menurut Environtmental Protection Agency (EPA) US (http://www.epa.gov),

    setiap kilowatts listrik hasil pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil akan menghasilkanemisi karbondioksida sebesar 0,00076 ton per jam. Sehingga pembangkit listrik dengankapasitas 1 MW dengan menggunakan energi terbarukan secara tidak langsung akanmereduksi sekitar lebih dari 5.500 ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkittidak menggunakan bahan bakar fosil. Emisi sebesar itu setara dengan emisi 1.000kendaraan atau reboisasi hutan lebih dari 500 ha. Karena itu masyarakat perlu diberikancontoh yang nyata tentang cara-cara melakukan eksplorasi sumber alam untuk pembangkitlistrik yang tidak merusak lingkungan seperti halnya pembangkit listrik tenaga air skalakecil (PLTMH). Persamaan untuk menentukan karbondioksida yang secara tidak langsungdapat dicegah adalah sebagai berikut:

    Produksi karbondioksida = 0.85 x P x t x 0.00076 (ton/tahun)Dimana:

    P = produksi listrik (kW)t = 8760

    Gambar 2 : Emisi Gas Rumah Kaca

    32

  • 8/9/2019 Energi Baru Terbarukan

    33/128

    SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL ENERGI DAN LINGKUNGAN” PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI”

    SEMARANG, 22-23 APRIL 2008

    Identifikasi potensi PLTMH

    Untuk mengidentifikasi potensi dan kendala dalam pengembangan PLTMH,terdapat 4 (empat) parameter utama yaitu (Sewoyo dan Suwignyo, 2008), yaitu: ketersediaan

    air, potensi topografi, jarak area pemanfaatan, dan infrastruktur yang ada. Ketersediaan Air

    Kompilasi data debit yang memadai dan analisa ketersediaan air perlu dilakukansecara cermat karena hampir semua PLTMH dibangun dengan memanfaatkan aliranlangsung (tanpa waduk). Selain itu debit aliran harus dijamin terpenuhi sepanjang tahundengan tingkat keandalan tertentu.

    Potensi Topografi / Tinggi Jatuh

    Kondisi topografi menentukan tinggi jatuh efektif. Karena itu pemilihan lokasiterkait dengan kondisi topografi ini haruslah tepat sehingga akan meminimumkan biayapekerjaan sipil. Semakin besar tinggi jatuh efektif, maka daya terbangkit semakin besar atau

    dimensi turbin semakin kecil. Sehingga kondisi topografi sangat menentukan terhadap biaya konstruksi per satuan daya (Rp/ kWatt). Jarak Area Pemanfaatan

    Pemanfaatan energi listrik dari PLTMH dapat dimanfaatkan secara mandiri /terpisah atau diinterkoneksikan dengan jaringan listrik PLN. Semakin dekat jarak areapemanfaatan, biaya pembangunan jaringan listrik semakin murah, diupayakan jarak areapemanfaatan tidak lebih dari 2 kM. Karena kehilangan daya cukup tinggi dan biaya jaringanlistrik dapat mencapai 30 % atau lebih dari biaya total pengembangan PLTMH.

     Infrastruktur yang ada

    Dalam pembangunan PLTMH, penting untuk dipertimbangkan adanya sarana(terutama jalan) yang sudah ada (existing), agar pembangunan PLTMH menjadi murah dan

    mudah.

    Analisa ketersediaan air

    Analisa ketersediaan air bertujuan untuk menentukan besaran debit yang bisadimanfaatkan atau yang tersedia sepanjang tahun dengan tingkat keandalan (debit andalan)tertentu. Tingkat keandalan yang dipilih tergantung pada jenis pemanfaatan air dan tingkatkepentingannya. Untuk penyediaan air irigasi ditentukan tingkat keandalan 80% danpenyediaan air baku ditentukan tingkat keandalan 90%. Sedangkan untuk pembangkitlistrik ditentukan tingkat keandalan 95% atau bahkan 100%.

    Pengukuran dan pemetaan

    Pengukuran dan pemetaan rencana lokasi PLTMH bertujuan untuk menetapkantinggi jatuh total (beda tinggi topografis) dan sebagai dasar perencanaan tata letak PLTMH.Hasil pengukuran digambarkan dalam peta situasi


Top Related