Transcript
Page 1: Bagaimana Proses Sintesis Protein

Bagaimana Proses Sintesis Protein

Bagaimana Proses Sintesis Protein. Proses sintesis protein terjadi dalam dua langkah utama didorong oleh enzim dalam sel. Pertama, asam deoksiribonukleat (DNA) ditranskripsi menjadi asam ribonukleat (RNA) dengan enzim RNA polimerase. Kedua, RNA kemudian diterjemahkan ke dalam molekul protein oleh ribosom di dalam sel. Transkripsi DNA dan translasi RNA adalah langkah-langkah kunci dalam proses pusat biosintesis protein.

Bagaimana Proses Sintesis Protein

Transkripsi adalah langkah pertama dalam proses sintesis protein, dan biasanya diprakarsai oleh berbagai sinyal molekul dalam inti sel. Untuk memulai, enzim DNA helikase membuka ritsleting dua untai DNA, memperlihatkan untai template, yang akan mengkode untuk RNA yang akan ditranskripsi. Selanjutnya, enzim RNA polimerase berikatan dengan untai cetakan, bergerak sepanjang dan mensintesiskan untai RNA (mRNA) yang melengkapi untai DNA template. Setiap nukleotida tunggal DNA akan mengkode untuk satu nukleotida RNA yang akan ditambahkan ke untai mRNA.

Pada sel eukariotik, mRNA biasanya akan diubah setelah dibuat. Langkah ini dalam proses sintesis protein melibatkan penambahan tutup pada bagian depan, yang biasanya guanin nukleotida termetilasi, dan ekor poli-adenin (ekor poli-A) ke belakang. MRNA juga akan disambung, karena enzim dalam sel menghapus segmen mRNA yang tidak terlibat langsung dalam coding untuk protein target. Segmen ini dikenal sebagai intron, sedangkan segmen yang terlibat dalam coding untuk protein yang dikenal sebagai ekson.

Langkah berikutnya dalam proses sintesis protein terjemahan, di mana kode RNA untuk asam amino tertentu. Proses ini dikatalisis di luar inti oleh ribosom, organel kecil yang terbuat dari RNA ribosom (rRNA) dan protein. Ribosom mengikat kedua untai mRNA dan asam amino yang akan membentuk protein akhir. Setiap set dari tiga nukleotida mRNA akan mengkode untuk satu asam amino tertentu. Ribosom berjalan menuruni untai mRNA, menambahkan satu asam amino pada

Page 2: Bagaimana Proses Sintesis Protein

suatu waktu, sampai mereka mencapai ekor poli-A dan menyelesaikan translasi protein.

Kadang-kadang proses sintesis protein melibatkan langkah-langkah tambahan setelah polipeptida telah dibuat. Protein dapat mulai melipat menjadi struktur asli, atau paling stabil konformasi tiga dimensi, dengan interaksi hidrofobik. Karena sel adalah encer, atau berbasis air, lingkungan, sangat polar, dan asam amino hidrofobik akan berkumpul bersama untuk menghindari terkena lingkungan ini. Pengelompokan ke dalam residu hidrofobik memberikan protein stabilitas lebih energik, dan membantu untuk melipat.

Sering, protein tidak dapat melipat ke dalam struktur asli mereka atas kemauan sendiri. Dalam hal ini, mereka membutuhkan bantuan chaperonin, satu enzim protein yang mengikat yang baru disintesis polipeptida dan melipat ke dalam bentuk yang benar. Chaperonins dan enzim lainnya juga dapat memperbaiki terdenaturasi, gagal melipat, atau protein lain yang rusak.

Tahapan Proses Sintesis Protein- Gambaran tentang sintesis protein dapat diibaratkan seperti saat kita memasak makanan. Protein kita ibaratkan sebagai makanan. Agar dapat diperoleh makanan dengan cita rasa yang lezat maka diperlukan bahan dan proses yang tepat. Demikian juga dalam sintesis protein, bahan dan rangkaian prosesnya tertentu dan urut. Anda sudah mempelajari tentang DNA dan RNA. Maka di sini akan dibahas bagaimana DNA dan RNA tersebut melaksanakan proses dalam pewarisan sifat kepada keturunannya dengan melakukan sintesis protein, yaitu proses penyusunan senyawa protein dengan membentuk rangkaian rantai polipeptida. Sintesis protein ini terjadi di dalam ribosom dan pengaturan sintesis protein dilakukan oleh gen (DNA) di dalam inti. Gen, dalam hal ini DNA ketika menjalankan fungsinya, yaitu menyusun protein sangat dipengaruhi oleh susunan sel serta gen-gen lain dalam lingkungannya. Kegiatan sel diatur oleh berbagai enzim, yaitu senyawa protein yang bekerjanya sangat spesifik. Senyawa-senyawa sebagai bahan dan pelaksana sintesis protein antara lain DNA, RNA duta, RNA transfer, RNA ribosom, dan enzim RNA – polimerase, energi yang digunakan di dalam melakukan sintesis protein adalah berupa ATP. Secara garis besar, tahapan proses sintesis protein antara lain seperti berikut.

1. Transkripsi

Transkripsi adalah pencetakan mRNA (kode) oleh DNA (DNA template/ DNA sense) dengan menggunakan enzim RNA polimerase. Adanya enzim RNA polimerase ini akan menyebabkan rangkaian double helix sebagian akan membuka, akibatnya basa-basa pasangannya menyusun Adenin (A) pada mRNA dan seterusnya. Hasil penyusunan mRNA yang sudah jadi akan meninggalkan inti untuk melekat pada ribosom, yang merupakan organela pelaksana sintesis protein.

Tahap transkripsi dapat dibagi lagi menjadi tiga tahap, yaitu iniasi, elongasi, dan terminasi.

Page 3: Bagaimana Proses Sintesis Protein

1) Inisiasi

Tahap ini diawali oleh melekatnya enzim RNA polimerase pada pita DNA pada titik awal. Pita DNA akan terbuka, akibatnya basa nitrogen pada pita tersebut menjadi bebas. Basa nitrogen pada salah satu pita tersebut akan menjadi cetakan mRNA. Pita DNA ini disebut juga pita bermakna atau sense. Adapun pita yang tidak ditranskripsi disebut pita tak bermakna atau antisense. Enzim RNA polimerase mulai menyintesis RNA dari titik awal pita.

2) Elongasi (pemanjangan)

Enzim RNA polimerase akan terus membentuk mRNA hingga terbentuk pita mRNA. Pita mRNA ini akan terus memanjang. Olehkarena itu, tahap ini disebut tahap elongasi.

3) Terminasi

Pada saat enzim RNA polimerase sampai pada tempat pemberhentian (terminal site) DNA, transkripsi akan terhenti. Setelah itu, mRNA dibebaskan dan RNA polimerase terlepas dari DNA. DNA akan kembali seperti bentuknya semula. Hasil dari transkripsi, yakni mRNA selanjutnya akan keluar dari inti sel melalui membran inti menuju sitoplasma.

2. Translasi

Translasi adalah proses proses penerjemahan kodon menjadi asam amino dan menyambungkan setiap asam amino yang sesuai kodon dengan ikatan peptida menjadi protein. Kode pada mRNA akan terbaca oleh ribosom dengan dibantu oleh tRNA yang terdapat di dalam sitoplasma. tRNA akan datang untuk membawa asam amino yang sesuai dengan kode yang dibawa mRNA tersebut. Kemudian tRNA akan bergabung dengan mRNA yang sesuai dengan kode pasangan basa.

Bagian pada tRNA yang terlibat ini disebut antikodon, yang berhubungan dengan tiga basa pada pita mRNA yang disebut dengan kodon. Asam amino akan berjajar-jajar dalam urutan yang sesuai dengan kodenya. Dari hal ini akan terbentuk protein yang berfungsi sebagai enzim, dalam mengatur metabolisme sel dan reproduksi. Agar lebih jelas tentang sintesis protein, perhatikan Gambar 3.19!

Page 4: Bagaimana Proses Sintesis Protein

Gambar 3.19 Sintesis protein

Kodon pada mRNA dikenali oleh antikodon pada tRNA. Jika urutan triplet pada mRNA adalah AUG AAA UCA UUA maka urutanantikodonya adalah UAC UUU AGU AAU. Triplet antikodon terletak pada salah satu sisi tRNA. Pada sisi yang lain, tRNA membawa asam amino yang sesuai dengan pesanan kodon.

Translasi dimulai ketika mRNA dan tRNA inisiator berikatan dengan ribosom subunit kecil. Molekul tRNA inisiator merupakan molekul yang membawa asam amino pertama dan merupakan komplemen kodon AUG (kodon start). Biasanya membawa asam amino metionin. Antikodon pada tRNA inisiator adalah UAC. Setelah itu, ribosom subunit besar berikatan dengan ribosom subunit kecil. Fase inisiasi ini sempurna setelah terbentuknya ribosom yang fungsional.

Elongasi terjadi setelah tRNA kedua berikatan dengan kodon selanjutnya setelah kodon start. Misalnya, kodon lain setelah kodon start adalah GUC, maka akan berikatan dengan antikodon tRNA CAG yang membawa asam amino valin. Kedua asam amino, metionin dan valin, akan berikatan dengan bantuan enzim peptidil transferase.

Setelah metionin dan valin berikatan, tRNAmet yang awalnya membawa metionin, dilepaskan dari ribosom. Kemudian, ribosom bergerak pada molekul mRNA sepanjang satu kodon. Pergerakan ini membuat tRNAval bergerak ke tempat yang ditinggalkan tRNAmet. Molekul tRNA ketiga, kemudian berikatan dengan kodon mRNA ketiga dan membawa asam amino lainnya. Proses elongasi ini terus mengikatkan asam amino hingga terbentuk rantai polipeptida.

Translasi terhenti ketika ribosom mencapai kodon stop pada mRNA. Kodon stop tidak berikatan dengan tRNA, namun ia berikatan dengan protein khusus yang disebut release factors (faktor pelepas). Faktor pelepas menghentikan translasi dan menghidrolisis ikatan antara asam amino terakhir pada rantai polipeptida baru dan tRNA-nya.

Pada proses sintesis protein, satu macam gen umumnya hanya mengatur satu sintesis polipeptida. Polipeptida yang terbentuk terlebih dahulu dimodifikasi untuk menjadi protein yang fungsional. Misalnya, beberapa polipeptida harus disatukan untuk membentuk satu protein yang memiliki fungsi tertentu.

Mengenal Bagaimana Transkripsi prokariotik

admin | September 7, 2013 | Leave your comment

Mengenal Bagaimana Transkripsi prokariotik . Tidak seperti sel eukariotik, sel prokariotik seperti bakteri umumnya tidak memiliki struktur individual yang disebut organel di dalamnya. Tidak biasanya ada nukleus, mitokondria, atau daerah lain di mana proses metabolisme terpisah terjadi, semuanya sebagian besar

Page 5: Bagaimana Proses Sintesis Protein

mengambang bebas di dalam dinding sel dan membran plasma. Seperti sel eukariotik, biasanya ada helai asam deoksiribonukleat (DNA) serta asam ribonukleat (RNA) yang dapat disalin melalui transkripsi. Transkripsi prokariotik biasanya dikontrol oleh enzim yang disebut RNA polimerase prokariotik, yang harus memulai transkripsi DNA, sedangkan penghentian proses ini biasanya dipicu oleh urutan nukleotida lain.

Ketika enzim polimerase RNA melakukan perjalanan panjang untai DNA, itu membongkar ini di lokasi transkripsi dan RNA messenger, transfer, dan RNA ribosom dapat dibuat. Ada biasanya dua jenis enzim dalam transkripsi prokariotik, salah satunya adalah enzim inti yang dapat membuat salinan, tetapi tidak dapat menemukan lokasi yang tepat pada gen. Bentuk molekul holoenzim sering dapat memulai transkripsi di wilayah tertentu, dan karena itu dirancang untuk menemukan urutan promotor yang memberitahu molekul kapan harus mulai menyalin DNA. Holoenzim ini melakukan fungsi ini melalui komponen yang disebut sigma.

Transkripsi prokariotik dimulai ketika RNA polimerase menempel pada situs promotor DNA. Molekul dan struktur untai ganda, yang disebut kompleks tertutup, kemudian dapat berinteraksi dan DNA dibuka menjadi urutan beruntai tunggal dekat di mana transkripsi dimulai. Ini disebut kompleks terbuka. Enzim ini biasanya dimulai proses transkripsi dengan menciptakan sekitar 10 transkrip tidak dapat digunakan, yang diblokir dari meninggalkan kompleks oleh protein.

Setelah protein ini dilepaskan, maka enzim berlanjut dengan transkripsi. Kadang-kadang ada perbedaan dalam seberapa kuat polimerase RNA dan protein mengikat DNA, kekuatan ikatan ini dapat berhubungan dengan probabilitas statistik bahwa basa tertentu akan berada pada lokasi tertentu. Seberapa dekat basa mencocokkan urutan konsensus sering menentukan seberapa kuat ikatan akan menjadi.

Transkripsi RNA prokariotik biasanya terjadi pada sekitar 40 nukleotida setiap detik. Beberapa protein dapat mengubah tingkat di mana hal ini terjadi dan kecepatan menyalin urutan tertentu juga bisa berbeda. Gen regulator sering mengubah cara urutan disajikan tergantung pada apa yang dibutuhkan sel. Transkripsi prokariotik dapat dihentikan baik ketika urutan dalam RNA menyebabkan kompleks molekul DNA dan memisahkan, atau ketika protein spesifik mengikat dan melakukan perjalanan sampai ke RNA enzim polimerase.

DNA mitokondria, Berbeda dengan organel sel lainnya, mitokondria memiliki materi genetik sendiri yang karakteristiknya berbeda dengan materi genetik di inti sel. Mitokondria, sesuai dengan namanya, merupakan rantai DNA yang terletak di bagian sel yang bernama mitokondria. DNA mitokondria memiliki ciri-ciri yang berbeda dari DNA nukleus ditinjau dari ukuran, jumlah gen, dan bentuk. Di antaranya adalah memiliki laju mutasi yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10-17 kali DNA inti [Wallace et al., 1997]. Selain itu DNA mitokondria terdapat dalam jumlah banyak (lebih dari 1000 kopi) dalam tiap sel, sedangkan DNA inti hanya berjumlah dua kopi. DNA inti merupakan hasil rekombinasi DNA kedua orang

Page 6: Bagaimana Proses Sintesis Protein

tua sementara DNA mitokondria hanya diwariskan dari ibu (maternally inherited) [Browning, et al., 1979, Giles et al.,1980].

Besar genom pada DNA mitokondria relatif kecil apabila dibandingkan dengan genom DNA pada nukleus. Ukuran genom DNA mitokondria pada tiap tiap organisme sangatlah bervariasi. Pada manusia ukuran DNA mitokondria adalah 16,6 kb, sedangkan pada Drosophila melanogaster kurang lebih 18,4 kb. Pada khamir, ukuran genom relatif lebih besar yaitu 84 kb.

Tidak seperti DNA nukleus yang berbentuk linear, mtDNa berbentuk lingkaran. Sebagian besar mtDNA membawa gene yang berfungsi dalam proses respirasi sel. Eksperimen yang dilakukan dengan menghilangkan mtDNA pada S. cerevisceae menunjukan penurunan tingkat pertumbuhan yang signifikan yang ditandai dengan mengecilnya ukuran sel.

Struktur DNA Mitokondria

DNA mitokondria (mtDNA) berukuran 16.569 pasang basa dan terdapat dalam matriks mitokondria, berbentuk sirkuler serta memiliki untai ganda yang terdiri dari untai heavy (H) dan light (L). Dinamakan seperti ini karena untai H memiliki berat molekul yang lebih besar dari untai L, disebabkan oleh banyaknya kandungan basa purin [Anderson et al., 1981].

MtDNA terdiri dari daerah pengode (coding region)dan daerah yang tidak mengode (non-coding region). MtDNA mengandung 37 gen pengode untuk 2 rRNA, 22 tRNA, dan 13 polipeptida yang merupakan subunit kompleks enzim yang terlibat dalam fosforilasi oksidatif, yaitu: subunit 1, 2, 3, 4, 4L, 5, dan 6 dari kompleks I, subunit b (sitokrom b) dari kompleks III, subunit I, II, dan III dari kompleks IV (sitokrom oksidase) serta subunit 6 dan 8 dari kompleks V. Kebanyakan gen ini ditranskripsi dari untai H, yaitu 2 rRNA,14 dari 22 tRNA dan 12 polipeptida. MtDNA tidak memiliki intron dan semua gen pengode terletak berdampingan [Anderson et al., 1981, Wallace et al., 1992, Zeviani et al., 1998]. Sedangkan protein lainnya yang juga berfungsi dalam fosforilasi oksidatif seperti enzim-enzim metabolisme, DNA dan RNA polimerase, protein ribosom dan mtDNA regulatory factors semuanya dikode oleh gen inti, disintesis dalam sitosol dan kemudian diimpor ke organel [Wallace et al., 1997].

Daerah yang tidak mengode dari mtDNA berukuran 1122 pb, dimulai dari nukleotida 16024 hingga 576 dan terletak di antara gen tRNApro dan tRNAphe. Daerah ini mengandung daerah yang memiliki variasi tinggi yang disebut displacement loop (D-loop). D-loop merupakan daerah beruntai tiga (tripple stranded) untai ketiga lebih dikenal sebagai 7S DNA. D-loop memiliki dua daerah dengan laju polymorphism yang tinggi sehingga urutannya sangat bervariasi antar individu, yaitu Hypervariable I (HVSI) dan Hypervariable II (HVSII). Daerah non-coding juga mengandung daerah pengontrol karena mempunyai origin of replication untuk untai H (OH) dan promoter transkripsi untuk untai H dan L (PL dan PH) [Anderson et al., 1981]. Selain itu, daerah non-coding juga mengandung

Page 7: Bagaimana Proses Sintesis Protein

tiga daerah lestari yang disebut dengan conserved sequence block (CSB) I, II, III. Daerah yang lestari ini diduga memiliki peranan penting dalam replikasi mtDNA.

Daerah Hipervariabel DNA Mitokondria

Daerah kontrol memiliki tingkat mutasi dan polymorphism yang paling tinggi di dalam genom DNA mitokondria. Pada daerah D-loop terdapat hipervariabel 1 (HV1) dan hipervariabel 2 (HV2). Hypervariable I (HVSI) pada urutan nukleotida 16024-16383 dan Hypervariable II (HVSII) yang terletak pada nukleotida 57-372. Dua daerah ini memiliki laju mutasi yang lebih tinggi dari daerah pengode [Howell et al., 1996]. Oleh karena sifatnya yang polimorfik, daerah ini sangat beragam antar individu tetapi sama untuk kerabat yang satu garis keturunan ibu. Laju mutasi sejauh ini diketahui 1:33 generasi, jadi perubahan urutan nukleotida hanya akan terjadi setiap 33 generasi [Hall, 1998]. Oleh karena itu, daerah ini sering dianalisis dan sangat penting untuk digunakan dalam proses identifikasi individu.

Sifat-sifat DNA Mitokondria

MtDNA diwariskan secara maternal [Browning, et al., 1979, Giles et al.,1980]. Sel telur memiliki jumlah mitokondria yang lebih banyak dibandingkan sel sperma, yaitu sekitar 100.000 molekul sedangkan sel sperma hanya memiliki sekitar 100-1500 mtDNA [Chen, et al., 1995b, Manfredi, et al., 1997]. Dalam sel sperma mitokondria banyak terkandung dalam bagian ekor karena bagian ini yang sangat aktif bergerak sehingga membutuhkan banyak ATP.

Pada saat terjadi pembuahan sel telur, bagian ekor sperma dilepaskan sehingga hanya sedikit atau hampir tidak ada mtDNA yang masuk ke dalam sel telur. Hal ini berarti bahwa sumbangan secara paternal hanya berjumlah 100 mitokondria. Apalagi dalam proses pertumbuhan sel, jumlah mtDNA secara paternal semakin berkurang. Maka jika dibandingkan dengan sumbangan secara maternal yaitu 100.000, maka sumbangan secara paternal hanya 0,01%. Oleh karena itu dapat dianggap tidak terjadi rekombinasi sehingga dapat dikatakan bahwa mtDNA bersifat haploid, diturunkan dari ibu ke seluruh keturunannya [Cann et al., 1987, Giles et al., 1980, Wallace, 1997].

DNA mitokondria juga memiliki sifat unik lainnya yaitu laju mutasinya yang sangat tinggi sekitar 10-17 kali DNA inti [Wallace et al., 1997]. Hal ini dikarenakan mtDNA tidak memiliki mekanisme reparasi yang efisien [Bogenhagen, 1999], tidak memiliki protein histon, dan terletak berdekatan dengan membran dalam mitokondria tempat berlangsungnya reaksi fosforilasi oksidatif yang menghasilkan radikal oksigen sebagai produk samping [Richter, 1988]. Selain itu, DNA polimerase yang dimiliki oleh mitokondria adalah DNA polimerase γ yang tidak mempunyai aktivitas proofreading (suatu proses perbaikan dan pengakuratan dalam replikasi DNA). Tidak adanya aktivitas ini menyebabkan mtDNA tidak memiliki sistem perbaikan yang dapat

Page 8: Bagaimana Proses Sintesis Protein

menghilangkan kesalahan replikasi. Replikasi mtDNA yang tidak akurat ini akan menyebabkan mutasi mudah terjadi.

Salah satu bentuk keunikan lainnya dari mitokondria adalah perbedaan kode genetik mitokondria menunjukkan perbedaan dalam hal pengenalan kodon universal. UGA tidak dibaca sebagai “berhenti” (stop) melainkan sebagai tryptofan, AGA dan AGG tidak dibaca sebagai arginin melainkan sebagai “berhenti”, AUA dibaca sebagai methionin [Anderson et al., 1981].

Kategori:

BiologiTranslasi (genetik)Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Translasi mRNA

Untuk kegunaan lain dari translasi, lihat translasi.

Translasi dalam genetika dan biologi molekular adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein. [1] Transkripsi dan Translasi merupakan dua proses utama yang menghubungkan gen ke protein. [2] Translasi hanya terjadi pada molekul mRNA, sedangkan rRNA dan tRNA tidak ditranslasi. [1] Molekul mRNA yang merupakan salinan urutan DNA menyusun suatu gen dalam bentuk kerangka baca terbuka.[1] mRNA membawa informasi urutan asam amino. [3]

Page 9: Bagaimana Proses Sintesis Protein

Proses

Proses translasi berupa penerjemahan kodon atau urutan nukleotida yang terdiri atas tiga nukleotida berurutan yang menyandi suatu asam amino tertentu. [1] Kodon pada mRNA akan berpasangan dengan antikodon yang ada pada tRNA. [4] Setiap tRNA mempunyai antikodon yang spesifik. [4] Tiga nukleotida di anti kodon tRNA saling berpasangan dengan tiga nukleotida dalam kodon mRNA menyandi asam amino tertentu. [5] Proses translasi dirangkum dalam tiga tahap, yaitu inisiasi, elongasi (pemanjangan) dan terminasi (penyelesaian). [4] Translasi pada mRNA dimulai pada kodon pertama atau kodon inisiasi translasi berupa ATG pada DNA atau AUG pada RNA. [1] Penerjemahan terjadi dari urutan basa molekul (yang juga menyusun kodon-kodon setiap tiga urutan basa) mRNA ke dalam urutan asam amino polipeptida. [2] Banyak asam amino yang dapat disandikan oleh lebih dari satu kodon.[3]Tempat-tempat translsasi ini ialah ribosom, partikel kompleks yang memfasilitasi perangkaian secara teratur asam amino menjadi rantai polipeptida. [2] Asam amino yang akan dirangkaikan dengan asam amino lainnya dibawa oleh tRNA. [4] Setiap asam amino akan dibawa oleh tRNA yang spesifik ke dalam kompleks mRNA-ribosom. [4] Pada proses pemanjangan ribosom akan bergerak terus dari arah 5'3P ke arah 3'OH sepanjang mRNA sambil merangkaikan asam-asam amino. [4] Proses penyelesaian ditandai denga bertemunya ribosom dengan kodon akhir pada mRNA. [4]

Translasi prokariot dan eukariot

Walaupun mekanisme dasar trskripsi dan translasi serupa untuk prokariot dan eukariot, terdapat suatu perbedaan dalam aliran informasi genetik di dalam sel tersebut. [2] Karena bakteri tidak memiliki nukleus (inti sel), DNA-nya tidak tersegregasi dari ribosom dan perlengkapan pensintesis protein lainnya. [2] Transkripsi dan translasi dipasangkan dengan ribosom menempel pada ujung depan molekul mRNA sewaktu transkripsi masih terus berlangsung. [2] Pengikatan ribosom ke mRNA membutuhkan situs yang spesifik. [3] Sebaliknya, dalam sel eukariot selubung nukleus atau membran inti memisahkan transkripsi dari translasi dalam ruang dan waktu. [2] Transkripsi terjadi di dalam inti sel dan mRNA dikirim ke sitoplasma tempat translasi terjadi. [2]

Transkripsi (bahasa Inggris: transcription) dalam genetika adalah pembuatan RNA dengan menyalin sebagian berkas DNA.[1][2][3][4][5] Transkripsi adalah bagian dari rangkaian ekspresi genetik. Pengertian asli "transkripsi" adalah alih aksara atau penyalinan. Di sini, yang dimaksud adalah mengubah "teks" DNA menjadi RNA. Sebenarnya, yang berubah hanyalah basa nitrogen timina di DNA yang pada RNA digantikan oleh urasil.

Daftar isi

1 Proses 2 Hasil 3 Rujukan

Page 10: Bagaimana Proses Sintesis Protein

4 Lihat pula 5 Pranala luar

Proses

Transkripsi berlangsung di dalam inti sel atau di dalam matriks mitokondria dan plastida. Transkripsi dapat dipicu oleh rangsangan dari luar maupun tanpa rangsangan. Pada proses tanpa rangsangan, transkripsi berlangsung terus-menerus (gen-gennya disebut gen konstitutif atau "gen pengurus rumah", house-keeping genes). Sementara itu, gen yang memerlukan rangsangan biasanya gen yang hanya diproduksi sewaktu-waktu; gennya disebut gen regulatorik karena biasanya mengatur mekanisme khusus. Rangsangan akan mengaktifkan bagian promoter inti,[6] segmen gen yang berfungsi sebagai pencerap RNA polimerase [7] yang terletak di bagian hulu bagian yang akan disalin (disebut transcription unit), tidak jauh dari ujung 5' gen.[7] Promoter inti terdiri dari kotak TATA, kotak CCAAT dan kotak GC.[8]

Sebelum RNA polimerase dapat terikat pada promoter inti, faktor transkripsi TFIID akan membentuk kompleks dengan kotak TATA.[9] Inhibitor dapat mengikat pada kompleks TFIID-TATA dan mencegah terjadinya kompleks dengan faktor transkripsi lain, namun hal ini dapat dicegah dengan TFIIA yang membentuk kompleks DA-TATA. Setelah itu TFIIB dan TFIIF akan turut terikat membentuk kompleks DABF-TATA. Setelah itu RNA polimerase akan mengikat pada DABF-TATA, dan disusul dengan TFIIE, TFIIH dan TFIIJ.

Kompleks tersebut terjadi pada bagian kotak TATA yang terletak sekitar 10-25 pasangan basa di bagian hulu (upstream) dari kodon mulai (AUG). Adanya faktor transkripsi ini akan menarik enzim RNA polimerase mendekat ke DNA dan kemudian menempatkan diri pada tempat yang sesuai dengan kodon mulai (TAC pada berkas DNA). Berkas DNA yang ditempel oleh RNA polimerase disebut sebagai berkas templat, sementara berkas pasangannya disebut sebagai berkas kode (karena memiliki urutan basa yang sama dengan RNA yang dibuat). Pada awal transkripsi, enzim guaniltransferase menambahkan gugus m7Gppp pada ujung 5' untai pre-mRNA.[10] Sejumlah ATP diperlukan untuk membuat RNA polimerase mulai bergerak dari ujung 3' (ujung karboksil) berkas templat ke arah ujung 5' (ujung amino). pre-mRNA yang terbentuk dengan demikian berarah 5' → 3'. Pergerakan RNA polimerase akan berhenti apabila ia menemui urutan basa yang sesuai dengan kodon berhenti, dan deret AAUAAA akan ditambahkan pada pangkal 3' pre-mRNA.[10] Setelah proses selesai, RNA polimerase akan lepas dari DNA, sedangkan pre-mRNA akan teriris sekitar 20 bp dari deret AAUAAA dan sebuah enzim, poli(A) polimerase akan menambahkan deret antara 150 - 200 adenosina untuk membentuk pre-mRNA yang lengkap yang disebut mRNA primer.[10]

Tergantung intensitasnya, dalam satu berkas transcription unit sejumlah RNA polimerase dapat bekerja secara simultan. Intensitas transkripsi ditentukan oleh keadaan di sejumlah bagian tertentu pada DNA. Ada bagian yang disebut

Page 11: Bagaimana Proses Sintesis Protein

suppressor yang menekan intensitas, dan ada yang disebut enhancer yang memperkuatnya.

Hasil

Hasil transkripsi adalah berkas RNA yang masih "mentah" yang disebut mRNA primer.[11] Di dalamnya terdapat fragmen berkas untuk protein yang mengatur dan membantu sintesis protein (translasi) selain fragmen untuk dilanjutkan dalam translasi sendiri, ditambah dengan bagian yang nantinya akan dipotong (intron). Berkas RNA ini selanjutnya akan mengalami proses yang disebut sebagai proses pascatranskripsi (post-transcriptional process).

Pokok bahasan di dalam bab ini mencakup prosesing RNA hasil

transkripsi, struktur ribosom sebagai tempat berlangsungnya translasi,

kode genetik, dan sintesis protein. Setelah mempelajari pokok bahasan di

dalam bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:

1.  macam-macam prosesing RNA,

2.  struktur ribosom,

3.  sifat-sifat dan cara membaca kode genetik, serta

4.  mekanisme sintesis protein.

Pengetahuan awal yang diperlukan oleh mahasiswa agar dapat

mempelajari pokok bahasan ini dengan lebih baik adalah struktur asam

nukleat, replikasi DNA, dan transkripsi, yang masing-masing telah

dijelaskan pada Bab II, Bab IV, dan Bab V. 

Prosesing RNA

Bila dibandingkan dengan transkripsi, translasi merupakan proses yang

lebih rumit karena melibatkan fungsi berbagai makromolekul. Oleh karena

Page 12: Bagaimana Proses Sintesis Protein

kebanyakan di antara makromolekul ini terdapat dalam jumlah besar di

dalam sel, maka sistem translasi menjadi bagian utama mesin

metabolisme pada tiap sel. Makromolekul yang harus berperan dalam

proses translasi tersebut meliputi

1. Lebih dari 50 polipeptida serta 3 hingga 5 molekul RNA di dalam

tiap ribosom

2. Sekurang-kurangnya 20 macam enzim aminoasil-tRNA sintetase

yang akan mengaktifkan asam amino

3. Empat puluh hingga 60 molekul tRNA yang berbeda

4. Sedikitnya 9 protein terlarut yang terlibat dalam inisiasi, elongasi,

dan terminasi polipeptida.

Ribosom

Translasi, atau pada hakekatnya sintesis protein, berlangsung di dalam

ribosom, suatu struktur organel yang banyak terdapat di dalam

sitoplasma. Ribosom terdiri atas dua subunit, besar dan kecil, yang akan

menyatu selama inisiasi translasi dan terpisah ketika translasi telah

selesai. Ukuran ribosom sering dinyatakan atas dasar laju

pengendapannya selama sentrifugasi sebagai satuan yang disebut

satuan Svedberg (S). Pada kebanyakan prokariot ribosom mempunyai

ukuran 70S, sedangkan pada eukariot biasanya sekitar 80S. 

Tiap ribosom mempunyai dua tempat pengikatan tRNA, yang masing-

masing dinamakan tapak aminoasil (tapak A) dan tapak peptidil (tapak

Page 13: Bagaimana Proses Sintesis Protein

P). Molekul aminoasil-tRNA yang baru memasuki ribosom akan terikat di

tapak A, sedangkan molekul tRNA yang membawa rantai polipeptida yang

sedang diperpanjang terikat di tapak P.

Gambaran penting sintesis protein adalah bahwa proses ini berlangsung

dengan arah tertentu sebagai berikut.

1. Molekul mRNA ditranslasi dengan arah 5’→ 3’, tetapi tidak dari

ujung 5’ hingga ujung 3’.

2. Polipeptida disintesis dari ujung amino ke ujung karboksil dengan

menambahkan asam-asam amino satu demi satu ke ujung

karboksil. Sebagai contoh, sintesis protein yang mempunyai urutan

NH2-Met-Pro- . . . -Gly-Ser-COOH pasti dimulai dengan metionin

dan diakhiri dengan serin.

Proses Translasi

Mekanisme translasi atau sintesis protein secara skema garis besar dapat

dilihat pada Gambar 6.1. Sebuah molekul mRNA akan terikat pada

permukaan ribosom yang kedua subunitnya telah bergabung. Pengikatan

ini terjadi karena pada mRNA prokariot terdapat urutan basa tertentu yang

disebut sebagai tempat pengikatan ribosom (ribosom binding site)

atau urutan Shine-Dalgarno. Sementara itu, pada eukariot pengikatan

ribosom dilakukan oleh ujung 5’ mRNA. Selanjutnya, berbagai aminoasil-

tRNA akan berdatangan satu demi satu ke kompleks ribosom-mRNA ini

dengan urutan sesuai dengan antikodon dan asam amino yang

Page 14: Bagaimana Proses Sintesis Protein

dibawanya. Urutan ini ditentukan oleh urutan triplet kodon pada mRNA.

Ikatan peptida terbentuk di antara asam-asam amino yang terangkai

menjadi rantai polipeptida di tapak P ribosom. Penggabungan asam-asam

amino terjadi karena gugus amino pada asam amino yang baru masuk

berikatan dengan gugus karboksil pada asam amino yang terdapat pada

rantai polipeptida yang sedang diperpanjang. Penjelasan tentang

mekanisme sintesis protein yang lebih rinci disertai contoh, khususnya

pada prokariot, akan diberikan di bawah ini

Gambar 6.1. Skema garis besar sintesis protein

Inisiasi sintesis protein dilakukan oleh aminoasil-tRNA khusus, yaitu tRNA

yang membawa metionin (dilambangkan sebagai metionil-tRNAiMet). Hal

ini berarti bahwa sintesis semua polipeptida selalu dimulai dengan

metionin. Khusus pada prokariot akan terjadi formilasi gugus amino pada

metionil-tRNAiMet (dilambangkan sebagai metionil-tRNAf

Met) yang

mencegah terbentuknya ikatan peptida antara gugus amin tersebut

dengan gugus karboksil asam amino pada ujung polipetida yang sedang

diperpanjang sehingga asam amino awal pada polipeptida prokariot selalu

berupa f-metionin. Pada eukariot metionil-tRNAiMet tidak mengalami

formilasi gugus amin, tetapi molekul ini akan bereaksi dengan protein-

protein tertentu yang berfungsi sebagai faktor inisiasi (IF-1, IF-2, dan IF-3).

Selain itu, baik pada prokariot maupun eukariot, terdapat pula metionil-

tRNA yang metioninnya bukan merupakan asam amino awal

(dilambangkan sebagai metionil-tRNAMet).

Page 15: Bagaimana Proses Sintesis Protein

Kompleks inisiasi pada prokariot terbentuk antara mRNA, metionil-

tRNAfMet, dan subunit kecil ribosom (30S) dengan bantuan protein IF-1, IF-

2, dan IF-3, serta sebuah molekul GTP. Pembentukan kompleks inisiasi ini

diduga difasilitasi oleh perpasangan basa antara suatu urutan di dekat

ujung 3’ rRNA berukuran 16S dan sebagian urutan pengarah (leader

sequence) pada mRNA. Selanjutnya, kompleks inisiasi bergabung dengan

subunit besar ribosom (50S), dan metionil-tRNAfMet terikat pada tapak P. 

Berpasangannya triplet kodon inisiasi pada mRNA dengan antikodon pada

metionil-tRNAfMet di tapak P menentukan urutan triplet kodon dan

aminoasil-tRNAfMet berikutnya yang akan masuk ke tapak A. Pengikatan

aminoasil-tRNAfMet berikutnya, misalnya alanil- tRNAala, ke tapak A

memerlukan protein-protein elongasi EF-Ts dan EF-Tu. Pembentukan

ikatan peptida antara gugus karboksil pada metionil-tRNAfMet di tapak P

dan gugus amino pada alanil-tRNAala di tapak A dikatalisis oleh enzim

peptidil transferase, suatu enzim yang terikat pada subunit ribosom 50S.

Reaksi ini menghasilkan dipeptida yang terdiri atas f-metionin dan alanin

yang terikat pada tRNAala di tapak A.

Langkah berikutnya adalah translokasi, yang melibatkan (1) perpindahan

f-met-ala- tRNAala dari tapak A ke tapak P dan (2) pergeseran posisi

mRNA pada ribosom sepanjang tiga basa sehingga triplet kodon yang

semula berada di tapak A masuk ke tapak P.  Dalam contoh ini triplet

kodon yang bergeser dari tapak A ke P tersebut adalah triplet kodon untuk

alanin. Triplet kodon berikutnya, misalnya penyandi serin, akan masuk ke

tapak A dan proses seperti di atas hingga translokasi akan terulang

Page 16: Bagaimana Proses Sintesis Protein

kembali.  Translokasi memerlukan aktivitas faktor elongasi berupa enzim

yang biasa dilambangkan dengan EF-G.

Pemanjangan atau elongasi rantai polipeptida akan terus berlangsung

hingga suatu tripet kodon yang menyandi terminasi memasuki tapak A.

Sebelum suatu rantai polipeptida selesai disintesis terlebih dahulu terjadi

deformilisasi pada f-metionin menjadi metionin. Terminasi ditandai oleh

terlepasnya mRNA, tRNA di tapak P, dan rantai polipeptida dari ribosom.

Selain itu, kedua subunit ribosom pun memisah. Pada terminasi

diperlukan aktivitas dua protein yang berperan sebagai faktor pelepas

atau releasing factors, yaitu RF-1 dan RF-2.

Sesungguhnya setiap mRNA tidak hanya ditranslasi oleh sebuah ribosom.

Pada umumnya sebuah mRNA akan ditranslasi secara serempak oleh

beberapa ribosom yang satu sama lain berjarak sekitar 90 basa di

sepanjang molekul mRNA. Kompleks translasi yang terdiri atas sebuah

mRNA dan beberapa ribosom ini dinamakan poliribosom atau polisom.

Besarnya polisom sangat bervariasi dan berkorelasi dengan ukuran

polipeptida yang akan disintesis. Sebagai contoh, rantai hemoglobin yang

tersusun dari sekitar 150 asam amino disintesis oleh polisom yang terdiri

atas lima buah ribosom (pentaribosom).

Pada prokariot translasi seringkali dimulai sebelum transkripsi berakhir.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena tidak adanya dinding nukleus yang

memisahkan antara transkripsi dan translasi. Dengan berlangsungnya

kedua proses tersebut secara bersamaan, ekspresi gen menjadi sangat

Page 17: Bagaimana Proses Sintesis Protein

cepat dan mekanisme nyala-padam (turn on-turn off) ekspresi gen, seperti

yang akan dijelaskan nanti, juga menjadi sangat efisien.

Namun, tidak demikian halnya pada eukariot. Transkripsi terjadi di dalam

nukleus, sedangkan translasi terjadi di sitoplasma (ribosom). Pertanyaan

yang muncul adalah bagaimana mRNA hasil transkripsi dipindahkan dari

nukleus ke sitoplasma, faktor-faktor apa yang menentukan saat dan

tempat translasi? Sayangnya, hingga kini kita belum dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memuaskan. Kita baru

mengetahui bahwa transkripsi dan translasi pada eukariot jauh lebih rumit

daripada proses yang ada pada prokariot. Salah satu di antaranya seperti

telah kita bicarakan di atas, yaitu bahwa mRNA hasil transkripsi (transkrip

primer) pada eukariot memerlukan prosesing terlebih dahulu sebelum

dapat ditranslasi.

Kode Genetik

Penetapan triplet kodon pada mRNA sebagai pembawa informasi genetik

atau kode genetik yang akan menyandi pembentukan suatu asam amino

tertentu berawal dari pemikiran bahwa macam basa nitrogen jauh lebih

sedikit daripada macam asam amino. Basa nitrogen pada mRNA hanya

ada empat macam, sedangkan asam amino ada 20 macam. Oleh karena

itu, jelas tidak mungkin tiap asam amino disandi oleh satu basa. Begitu

juga, kombinasi dua basa hanya akan menghasilkan 42 atau 16 macam

duplet, masih lebih sedikit daripada macam amino yang ada. Kombinasi

tiga basa akan menghasilkan 43 atau 64 triplet, melebihi jumlah macam

Page 18: Bagaimana Proses Sintesis Protein

asam amino. Dalam hal ini, satu macam asam amino dapat disandi oleh

lebih dari satu macam triplet kodon.

Bukti bahwa kode genetik berupa triplet kodon diperoleh dari hasil

penelitian F.H.C. Crick dan kawan-kawannya yang mempelajari mutasi

pada lokus rIIB bakteriofag T4. Mutasi tersebut diinduksi oleh proflavin,

suatu molekul yang dapat menyisip di sela-sela pasangan basa nitrogen

sehingga kesalahan replikasi DNA dapat terjadi sewaktu-waktu,

menghasilkan DNA yang kelebihan atau kekurangan satu pasangan basa.

Hal ini akan menyebabkan perubahan rangka baca (reading frame),

yaitu urutan pembacaan basa-basa nitrogen untuk diterjemahkan menjadi

urutan asam amino tertentu. Mutasi yang disebabkan oleh perubahan

rangka baca akibat kelebihan atau kekurangan pasangan basa disebut

sebagai mutasi rangka baca (frameshift mutation) (lihat Bab VIII).

Jika mutan (hasil mutasi) rangka baca yang diinduksi oleh proflavin

ditumbuhkan pada medium yang mengandung proflavin, akan diperoleh

beberapa fag tipe liar sehingga mutasi seolah-olah dapat dipulihkan atau

terjadi mutasi balik (reverse mutation). Pada awalnya mutasi balik

diduga karena kelebihan pasangan basa dibuang dari rangka baca yang

salah sehingga rangka baca tersebut telah diperbaiki menjadi seperti

semula. Namun, karena mutasi bersifat acak, maka mekanisme semacam

itu kecil sekali kemungkinannya untuk terjadi dan dugaan tersebut

nampaknya tidak benar. Crick dan kawan-kawannya menjelaskan bahwa

mutasi balik disebabkan oleh hilangnya (delesi) satu pasangan basa lain

Page 19: Bagaimana Proses Sintesis Protein

yang letaknya tidak terlalu jauh dari pasangan basa yang menyisip (adisi).

Rangka baca yang baru ini akan menghasilkan urutan asam amino yang

masih sama fungsinya dengan urutan sebelum terjadi mutasi. Dengan

perkataan lain, mutasi balik terjadi karena efek mutasi awal akibat

penambahan basa ditekan oleh mutasi kedua akibat pengurangan basa

sehingga mutasi yang kedua ini disebut juga sebagai mutasi penekan

(suppressor mutation).

Tabel 6.1. Kode genetik

Protein rIIB pada T4 mempunyai bagian-bagian yang di dalamnya dapat

terjadi perubahan urutan asam amino. Perubahan ini dapat berpengaruh

atau tidak berpengaruh terhadap fungsi proteinnya. Jika dua strain mutan

T4 yang satu sama lain mengalami mutasi berbeda di dalam bagian

protein rIIB disilangkan melalui infeksi campuran pada suatu inang, maka

T4 tipe liar akan diperoleh sebagai hasil rekombinasi genetik antara kedua

tempat mutasi yang berbeda itu. Akan tetapi, ketika kedua strain mutan

rIIB yang disilangkan merupakan strain-strain yang diseleksi secara acak

(tidak harus mengalami mutasi yang berbeda), ternyata tidak selalu

diperoleh tipe liar. Hasil ini menunjukkan bahwa strain-strain mutan dapat

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu strain + dan strain -. Dalam hal ini,

strain + tidak harus selalu mutan adisi, dan strain – tidak harus selalu

mutan delesi. Namun, sekali kita menggunakan tanda + untuk mutan adisi

berarti strain + adalah mutan adisi. Begitu pula sebaliknya, sekali kita

gunakan tanda + untuk mutan delesi berarti strain + adalah mutan delesi.

Page 20: Bagaimana Proses Sintesis Protein

Persilangan antara strain + dan strain – hanya menghasilkan rekombinasi

berupa fenotipe tipe liar, sedangkan persilangan antara sesama + atau

sesama – tidak pernah menghasilkan tipe liar. Hal ini karena persilangan

sesama + atau sesama – akan menyebabkan adisi atau delesi ganda

sehingga selalu menghasilkan fenotipe mutan. Sementara itu, persilangan

antara starin + dan – akan menyebabkan terjadinya mutasi penekan (adisi

ditekan oleh delesi atau delesi ditekan oleh adisi) atau hanya

menghasilkan mutasi pada urutan asam amino yang tidak berpengaruh

terhadap fungsi protein sehingga diperoleh fenotipe tipe liar.

Gambar 6.2. Mutasi penekan yang memulihkan rangka baca

 Oleh karena persilangan sesama + atau sesama – tidak pernah

menghasilkan tipe liar, kode genetik jelas tidak mungkin terdiri atas dua

basa. Seandainya, kode genetik berupa duplet, maka akan terjadi

pemulihan rangka baca hasil persilangan tersebut. Kenyataannya tidak

demikian. Pemulihan rangka baca akibat mutasi penekan justru terjadi

apabila persilangan dilakukan antara strain + dan strain -.

Apabila kode genetik berupa triplet, maka persilangan teoretis sesama +

atau sesama – akan menghasilkan fenotipe mutan, sesuai dengan hasil

kenyataannya. Namun, rekombinasi antara tiga + atau tiga – akan

menghasilkan tipe liar. Hal ini memperlihatkan bahwa kode genetik terdiri

atas tiga basa.

Page 21: Bagaimana Proses Sintesis Protein

Gambar 6.3. Diagram persilangan mutan rIIB pada T4 yang

memperlihatkan bahwa kode genetik berupa triplet kodon

a) Jika kode genetik berupa duplet, hasil persilangan teoretis tidak sesuai

dengan kenyataan yang diperoleh.

b)Jika kode genetik berupa triplet, hasil persilangan teoretis sesuai

dengan kenyataan yang diperoleh.

Sifat-sifat kode genetik

Kode genetik mempunyai sifat-sifat yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1.      Kode genetik bersifat universal. Artinya, kode genetik berlaku

sama hampir di setiap spesies organisme.

2.      Kode genetik bersifat degenerate atau redundant, yaitu bahwa

satu macam asam amino dapat disandi oleh lebih dari satu triplet

kodon. Sebagai contoh, treonin dapat disandi oleh ACU, ACC, ACA,

dan ACG.  Sifat ini erat kaitannya dengan sifat wobble basa ketiga,

yang artinya bahwa basa ketiga dapat berubah-ubah tanpa selalu

disertai perubahan macam asam amino yang disandinya. Diketahuinya

sifat wobble bermula dari penemuan basa inosin (I) sebagai basa

pertama pada antikodon tRNAala ragi, yang ternyata dapat

berpasangan dengan basa A, U, atau pun C.  Dengan demikian, satu

antikodon pada tRNA dapat mengenali lebih dari satu macam kodon

pada mRNA.

Page 22: Bagaimana Proses Sintesis Protein

3.      Oleh karena tiap kodon terdiri atas tiga buah basa, maka tiap

urutan basa mRNA, atau berarti juga DNA, mempunyai tiga rangka

baca yang berbeda (open reading frame). Di samping itu, di dalam

suatu segmen tertentu pada DNA dapat terjadi transkripsi dan translasi

urutan basa dengan panjang yang berbeda. Dengan perkataan lain,

suatu segmen DNA dapat terdiri atas lebih dari sebuah gen yang

saling tumpang tindih (overlapping).  Sebagai contoh, bakteriofag

фX174 mempunyai sebuah untai tunggal DNA yang panjangnya lebih

kurang hanya 5000 basa. Seandainya dari urutan basa ini hanya

digunakan sebuah rangka baca, maka akan terdapat sekitar 1700

asam amino yang dapat disintesis. Kemudian, jika sebuah molekul

protein rata-rata tersusun dari 400 asam amino, maka dari sekitar 1700

asam amino tersebut hanya akan terbentuk 4 hingga 5 buah molekul

protein. Padahal kenyataannya, bakteriofag фX174 mempunyai 11

protein yang secara keseluruhan terdiri atas 2300 asam amino.

Dengan demikian, jelaslah bahwa dari urutan basa DNA yang ada

tidak hanya digunakan sebuah rangka baca, dan urutan basa yang

diekspresikan (gen) dapat tumpang tindih satu sama lain


Top Related