7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Irigasi
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 irigasi
adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian. Jenis irigasi seperti irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi
air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Secara umum tujuan dari
irigasi adalah sebagai berikut.
1. Untuk menyediakan cairan yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman.
2. Untuk mengairi tanaman pada saat musim kemarau yang pendek.
3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan
yang baik.
4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.
5. Untuk mengurangi garam dalam tanah.
6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.
7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.
8. Untuk memperlambat terbentuknya tunas dengan pendinginan karena
penguapan.
2.2. Jaringan Irigasi
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan, jaringan
irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
8
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan
dan pembuangan air irigasi.Sedangkan satu kesatuan lahan/wilayah yang
mendapatkan air dari satu jaringan irigasi disebut daerah irigasi. Jenis jaringan
irigasi adalah sebagai berikut:
1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
2. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai
prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran
tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter,
serta bangunan pelengkapnya.
Dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01 Departemen
Pekerjaan Umum DirektoratJenderal Pengairan tahun 1986 terdapat ketentuan
yang mengatur tentang jaringan irigasi. Pada buku tersebut dijelaskan bahwa
fungsi suatu jaringan irigasi dapat dibedakan menjadi 4 (empat) unsur, yaitu :
1. Bangunan utama (headwork),merupakan bangunan yang berfungsi untuk
mengambil air dari sumbernya, umumnya adalah sungai atau waduk.
2. Jaringan pembawa, berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, dimana air irigasi dibagi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan
9
kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak
tersier.
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah lainnya.
2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai merupakan daerah yang dibatasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-
sungai kecil ke sungai utama (Asdak,1995). Karena Daerah Aliran
Sungai(DAS)dianggap sebagai suatu sistem, dalam pengembangannya Daerah
Aliran Sungai (DAS) harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan
memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk
memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan
Daerah Aliran Sungai(DAS) akan menciptakan ciri–ciri yang baik sebagai
berikut: (Agus,dkk, 2007)
1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan
harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat
mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannya.
2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh Daerah Aliran
Sungai (DAS).
3. Dapat menjamin kelestarian sumber daya air.
Salah satu fungsi utama dari Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebagai
pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di
10
daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi
kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh petani di
daerah hilir.
2.4. Bangunan Irigasi
Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan
pengaturan air. Dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986 jenis
bangunan irigasi adalah bangunan utama, bangunan pembawa, bangunan bagi dan
sadap, bangunan pengukur dan pengatur, bangunan pengatur muka air, bangunan
pembuang dan penguras, bangunan pelengkap, serta bangunan lindung.
2.4.1. Bangunan Utama
Bangunan utama merupakan penyadap dari sumber air yang kemudian
akan dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang akan dilayani. Menurut sumber
airnya bangunan utama diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu :
1. Bendung
Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai yang sengaja
dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Dengan
menaikkan muka air sesuai elevasi yang telah direncanakan maka air akan
dialirkan secara gravitasi ke daerah yang akan dilayani/daerah yang memerlukan
air. ada beberapa jenis bendung yang diantaranya :
a. Bendung tetap (weir)
b. Bendung gerak (barrage)
c. Bendung karet (inflamle weir)
11
Pada umumnya bangunan bendung biasanya dilengkap dengan bangunan
pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas, kantong
lumpur dan tanggul banjir.
2. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas ialah bangunan yang dibuat di tepi sungai dengan
langsung menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani.
Pada bangunan ini tidak menentukan tinggi elevasi muka air sungai. Bangunan ini
bisa dibuat bila elevasi sungai lebih tinggi dari daerah layanan sehingga air dapat
mengalirkan secara gravitasi menuju daerah yang akan dilayani.
3. Pengambilan dari waduk
Pada umumnya waduk dibangun sebagai tempat penampungan air pada saat
terjadi kelebihan air, waduk biasanya dibangun memiliki banyak kegunaan seperti
untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata dan perikanan. Salah
satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan
bangunan sadap untuk irigasi yang akan di alokasikan untuk pemberian air
sebagai fungsi luar daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.
4. Stasiun pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya
penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan baik secara
teknis maupun ekonomis. Pengambilan air irigasi dengan pompa merupakan
investasi awal yang tidak begitu besar, tetapi biaya operasi dan eksploitasinya
yang sangat besar.
12
2.4.2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa merupakan bangunan yang berfungsi membawa atau
mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi. Yang termasuk bangunan
pembawa adalah saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan
sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi, yang batas
ujungnya adalah pada bangunan bagi yang terakhir, saluran sekunder yaitu saluran
yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju
petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut yang batas
akhirnya adalah bangunan sadap terakhir, saluran tersier dan saluran kwarter.
Bangunan pada bangunan pembawa adalah bangunan yang terdapat pada saluran
pembawa (khususnya saluran primer dan sekunder) seperti bangunan pengatur,
bangunan pengukur debit, bangunan pembawa lainnya dan bangunan pelengkap
(KP-01, 1986).
1. Bangunan pengatur
Bangunan pengatur adalah bangunan bagi, sadap dan bagi sadap. Bangunan
bagi adalah bangunan air yang terletak pada saluran primer dan sekunder dan
berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Bangunan
sadap adalah bangunan yang befungsi untuk menyadap atau mengambil air
dari saluran primer ke saluran sekunder atau tersier dan atau dari saluran
sekunder ke saluran tersier. Sedangkan bangunan bagi sadap adalah rangkaian
bangunan bagi dan sadap.
2. Bangunan pengukur debit
Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-02 (1986) bangunan pengukur debit
adalah bangunan ukur yang berfungsi untuk mengukur debit yang mengalir.
13
Beberapa bangunan ukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.
beberapa contoh bangunan ukur adalah ambang lebar, cipolleti, parshall,
romijn, crump de gruyter dan Constant Head Orifice (CHO).
3. Bangunan pembawa lainnya
Bangunan pembawa lainnya ini dibedakan berdasarkan alirannya, yaitu
bangunan dengan aliran superkritis dan bangunan dengan aliran subkritis.
Bangunan dengan aliran superkritis diperlukan di tempat dimana lereng
medannya lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran, contohnya
bangunan terjunan dan got miring. Sedangkan bangunan dengan aliran
subkritis, contohnya adalah gorong–gorong, talang, shipon, dan flume.
4. Bangunan pelengkap
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat untuk mengatasi
halangan/rintangan sepanjang saluran dan bangunan lainnya. Bangunan
pelengkap ini dibuat di sepanjang saluran pembawa, contohnya:
a. Pagar dan rel pengaman.
b. Tempat cuci, tempat cuci ini berupa tangga pada tanggul saluran yang
berfungsi untuk memudahkan penduduk yang tinggal dekat saluran
mencapai air saluran.
c. Kolam mandi ternak
d. Kisi–kisi penyaring, yang berfungsi untuk mencegah tersumbatnya
bangunan (siphon dan gorong–gorong panjang) oleh benda–benda yang
hanyut.
14
2.5. Irigasi Menurut Sistem Irigasi Subak
Arti subak dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2012
tentang Subak, adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata
tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat
sosioagraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan
berkembang.
Yang ditekankan pada sistem subak adalah keadilan dalam memperoleh
air. Apabila air yang mengalir tidak cukup untuk mengairi seluruh areal sawah
maka pemberian air dilakukan dengan cara pergiliran atau rotasi, yaitu subak
dibagi menjadi bagian lebih kecil yang disebut tempek. Pola rotasi biasanya
diawasi oleh patelik (petugas yang ditunjuk untuk mengawasi pergiliran air).
Selain dengan cara rotasi pada sistem subak juga dikenal pengaturan pemberian
air dengan sistem nyorog yaitu dengan mengatur waktu tanam tidak bersamaan.
Pola operasi dan pemeliharaan ditingkat subak biasanya diselenggarakan
melalui mekanisme musyawarah mufakat dalam sangkepan. Langkah perbaikan
atau rehabilitasi pada bangunan dan saluran irigasi, sehingga kehilangan air akibat
kebocoran pada saluran dapat dihindari, dan juga dikaitkan dengan pola dan
jadwal tanam yang hendak diterapkan dalam suatu organisasi subak. Ketika
hendak mengambil keputusan tentang pola dan jadwal tanam itulah musim atau
iklim akan diperhitungkan.
2.5.1. Sistem Jaringan Irigasi Subak
Subak sebagai organisasi yang mempunyai fungsi utama untuk mengatur
air irigasi telah membangun sistem jaringan irigasi dengan keunggulan teknologi
15
tradisionalnya, dimana konstruksi jaringan sangat disesuaikan oleh kondisi fisik
alam dimana jaringan itu dikonstruksi. Kondisi alam Bali yang bergelombang dan
dilalui oleh banyak sungai menjadikan luasan lahan sawah yang sempit, maka
dengan kearifan yang sangat tinggi subak telah berupaya menekan pemanfaatan
lahan sekecil mungkin dibebaskan untuk pembangunan jaringan irigasi. Maka atas
dasar pertimbangan itu ketika subak membangunan jaringan irigasi, banyak
memanfaatkan alur alam berupa lembah atau pangkung sebagai saluran pembawa.
Secara prinsip antara jaringan irigasi dengan jaringan irigasi subak
memiliki tugas dan kewajiban yang sama. Sehingga dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan jaringan irigasi adalah jaringan irigasi subak. Jaringan irigasi
subak sudah dikonstruksi sedemikian lengkap mulai dari bangunan pengambilan
pada sumber air, bangunan pembagi dan pengambilan di saluran sampai saluran
distribusi di petak-petak sawah, seperti ditunjukkan dalam gambar jaringan irigasi
subak pada Gambar 2.1. serta ilustrasi wilayah subak dalam wilayah desa adat
sesuai dengan Gambar 2.2.
16
Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Subak Sumber : Sushila (2006)
Pura Ulun Empelan
Pura
Empelan (Bendung Subak)
Aungan (Terowongan)
Telabah (Saluran Pembawa)
Tembuku Aya (B.Bagi Utama)
Tembuku Pemaron
Telabah Pemaron (Saluran Kedua)
Tembuku Daanan (B. Sadap)
Telabah Daanan (Saluran Ketiga)
Telabah Pengutangan (Saluran Pembuang)
Tukad (Sungai)
17
Gambar 2.2. Ilustrasi Wilayah Subak dalam Wilayah Desa Adat Sumber : Sushila (2006)
2.6. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi yang dikemukaan L.C Menggison
(1998) dalam Mangkunegara (2000) adalah suatu proses yang digunakan untuk
menentukan apakah seorang melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya. Menurut A.E. Sikula (1981) yang dikutib oleh Mangkunegara
(2000) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja merupakan evaluasi yang
sistematis dari pekerjaan dan potensi yang dapat dikembangkan. Evaluasi dalam
proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek
orang ataupun sesuatu (barang). Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara
sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan dan kinerja organisasi. Disamping
itu, tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan
Desa Adat - A Desa Adat - B
Desa Adat - C
Subak - X
Tembuku (B. Bagi)
Telabah (Saluran)
Aungan (Terowongan)
Empelan (Bendung)
Tukad (Sungai)
18
kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari Sumber Daya Manusia (SDM)
organisasi tersebut.
Evaluasi kinerja terhadap tenaga kerja biasanya dilakukan oleh pihak
manajemen atau pegawai yang berwenang untuk memberikan penilaian terhadap
tenaga kerja yang bersangkutan dan biasanya merupakan atasan langsung atau
juga bisa dari pihak lain yang diberikan wewenang atau ditunjuk langsung untuk
memberikan penilaian. Dalam melakukan evaluasi kinerja terhadap seorang, pihak
yang berwenang memberikan penilaian seringkali menghadapi dua alternatif
pilihan yang harus diambil, yaitu dengan cara memberikan penilaian kinerja
berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dengan
cara menilai kinerja berdasarkan harapan-harapan pribadinya mengenai pekerjaan
tersebut.{posted on 24 februari 2012 by Hadi Muttaqin Hasyim}
Jika evaluasi kinerja tersebut mendapatkan penilaian yang baik maka akan
berpengaruh dengan kepuasan petani. Pada dasarnya kepuasan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dengan
harapannya. Sedangkan kepuasan petani dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan petani dapat terpenuhi
melalui kinerja (Oliver,1980).
19
2.7. Pemerintah
Pemerintah secara etimologis berasal dari kata Yunani, Kubernan atau
nakoda kapal yang artinya mengadap ke depan. Sedangkan “memerintah” berarti
melihat ke depan, menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk
mencapai tujuan masyarakat Negara. Dalam hal ini evaluasi kinerja pemerintah
adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil
pekerjaan dan kinerja pemerintah. Pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pekerjaan Uumum No. 30/PRT/M/2007
tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif yaitu
penanggung jawab kegiatan pengelolaan jaringan irigasi adalah Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, badan usaha, badan sosial,
kelompok masyarakat, atau perseorangan yang melaksanakan pembangunan,
peningkatan, operasi, pemeliharaan atau rehabilitasi jaringan irigasi di suatu
wilayah tertentu. Pemerintah termasuk di dalamnya Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, serta dinas-dinas yang membidangi irigasi yang
beperan sebagai pembuat kebijakan, perancang dan administrator sesuai dengan
kewenangannya bertanggungjawab dalam pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi primer dan sekunder. Pemerintah dalam pengelolaan jaringan irigasi terkait
dengan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi mencakup Direktorat Sumber
Daya Air - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemerintah
Provinsi, serta Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi irigasi.
20
2.8. Operasi dan Pemeliharaan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor: 12/PRT/M/2015 yang dimaksud dengan Eksploitasi dan Pemeliharaan
jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk
kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata
tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air,
melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan
mengevaluasi. Sedangkan pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga
dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang No 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi ditetapkan:
1. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder
menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sesuai dengankewenangannya.
2. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan
tanggungjawab masyarakat petani pemakai air.
2.9. Kinerja Pemerintah terhadap Kepuasan Petani dalam Operasi dan
PemeliharaanJaringan Irigasi
Dalam hal ini kinerja pemerintah dalam operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi berpedoman terhadap tugas Pemerintah yang telah tercantum dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
21
12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
Sebagai ketentuan Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab dan wewenang
pemerintah telah diatur pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77
tahun 2001 tentang irigasi dan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan
Status Daerah Irigasi dimana peraturan ini menjelaskan tentang wewenangan dan
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan ketentuan: Daerah
Irigasidengan luas diatas 3000 ha menjadi wewenang dan tanggung jawab
Pemerintah, Daerah Irigasi antara 1000 ha–3000 ha kewenangan Pemerintah
Provinsi dan Daerah Irigasi lebih kecil dari 1000 ha sepenuhnya menjadi
kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten,sedangkan jika berada
pada lintas kabupaten maka menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi. Kinerja
Pemerintah dalam Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi ini berfungsi untuk
memberikan pelayanan kepada petani, agar petani mendapatkan air irigasi sesuai
dengan kebutuhan masing–masing subak.
2.9.1. Kinerja Pemerintah dalam Operasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor: 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi, Pemerintah memiliki peran serta kinerja yang sangat penting
dalam kegiatan operasi jaringan irigasi adapun kinerja yang dilakukan
pemerintah adalah:
1. Mengumpulkan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam,serta
pembuatan laporan pengoperasian bangunan irigasi).
22
2. Membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan Pemberian
Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll.
3. Berperan sebagai pembimbing atau penasehat yang memberi masukan dan
pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air yang mungkin bisa
dipergunakan untuk pertanian.
4. Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan:
membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan
pintu)
5. Melakukan pengoperasian pada bangunan irigasi
6. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi,
melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis.
2.9.2. Kinerja Pemerintah dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor: 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi, selain dalam kegiatan operasi jaringan irigasi pemerintah juga
turut mempunyai kewajiban dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut.
Adapun kinerja pemerintah dalam pemeliharaan jaringan irigasi dapat dibagi
dalam pengamanan jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala
dan penanggulangan/perbaikan darurat, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:
• Pengamanan jaringan irigasi
Pengamanan merupakan suatu tindak pemeliharaan yang di dalamnya
terdapat tindak pencegahan serta tindakan pengamanan, yang diuraikan sebagai
berikut:
23
1. Tindakan pencegahan, berikut tindakan pencegahan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ±500 m sebelah
hulu dan ±1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan
dengan memasang papan larangan.
c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan
bangunan di dalam garis sempadan saluran.
e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah
pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
f. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi
yang melebihi kelas jalan.
g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.
h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul
saluran irigasi.
i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait
tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.
24
2. Tindakan pengamanan, tindakan pengamanan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. Membuat bangunan pengamanan ditempat tempat yang berbahaya, seperti:
disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam,
daerah padat penduduk dan lainnya.
b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran
berupa portal, patok.
• Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka
mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus
tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan
rutin meliputi :
1. Yang bersifat perawatan :
a. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.
b. Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak.
c. Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran.
d. Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.
e. Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar tanggul
saluran.
2. Yang bersifat perbaikan:
a. Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.
b. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau
beberapa batu muka yang lepas.
25
• Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang
dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang
membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/GP3A/IP3A secara
swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan
secara kontraktual. Adapun pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :
1. Pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan
a. Pengecatan pintu
b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran
2. Pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
a. Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur
b. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya
c. Perbaikan saluran dan perbaikan pintu-pintu dan skot balk
d. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, kendaraan dan
peralatan, serta perbaikan jalan inpeksi
3. Pemeliharaan berkala yang bersifat penggantian
a. Penggantian pintu
b. Penggantian alat ukur
c. Penggantian peil schall
• Penanggulangan/perbaikan darurat
Pekerjaan perbaikan darurat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan
akibat bencana alam dengan menggunakan bahan yang tersedia di
26
Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong,
karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain - lain).
2. Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang
permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi
2.9.3. Kepuasan Petani Pemakai Air Terhadap Kinerja Pemerintah.
Kepuasan merupakan suatu ungkapan perasaan seseorang dimana harapan
sesuai dengan keinginan. Kepuasan akan meningkat, bilamana semua keinginan
bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau harapan. Kinerja yang
dilakukan pemerintah dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan akan berdampak
pada tingkat kepuasan petani pemakai air. Kinerja yang dilakukan pemerintah
hendaknya dapat menampung aspirasi keinginan petani pemakai air, namun tetap
berdasarkan peraturan yang berlaku dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan.
2.10. Daerah Irigasi
Daerah Irigasi (DI) merupakan satu kesatuan wilayah yang mendapatkan
air dari suatu jaringan irigasi. Dimana Daerah Irigasi menggunakan bangunan
utama atau mata air sebagai sumber air yang akan dialirkan melaui suatu sistem
jaringan irigasi yang dibawa dari saluran pembawa sampai ke petak–petak tersier.
Dalam penelitian ini, peneliti akan meninjau lebih jauh Daerah Irigasi (DI)
Tungkub pada DAS Sungi. Berdasarkan data Rancangan Pola SDA BWS Bali-
Penida tahun 2014 diketahui bahwa potensi ketersediaan air permukaan di Bali
sebesar 207,57 m3/dt sedangkan kebutuhan air untuk memenuhi irigasi sebesar
45,067 m3/dt Daerah Irigasi Tungkub berada pada DAS Sungi yang terletak pada
kecamatan Marga kabupaten Tabanan. Dengan luas baku 1.092 ha, kebutuhan
irigasinya dipenuhi oleh Bendungan Tungkub. Daerah irigasi Tungkub terdiri dari
27
5 saluran primer atau saluran induk dan 6 saluran sekunder, diantaranya adalah
Saluran Induk Tungkup, Saluran Induk Anyar, Saluran Induk Ulaman, Saluran
Induk Kekeran dan Saluran Induk Apit Yeh. Sedangkan saluran sekundernya
adalah saluran sekunder Yeh Pandang, saluran sekunder Teba, saluran sekunder
Lanyaran, saluran sekunder Dalem, saluran sekunder Kungkung, dan saluran
sekunder Segeh. Pada daerah Irigasi Tungkub ini juga terdiri dari 6 subak.
Pada daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi dari pengamatan secara fisik
langsung ke lapangan dan melalui data kondisi jaringan Daerah Irigasi (DI)
Tungkub DAS Sungi tahun 2012 khususnya pada saluran primer dan sekunder
yang merupakan kewenangan pemerintah ditemukan beberapa indikasi kerusakan
dan kebocoran air pada jaringan Irigasi DI Tungkub DAS sungi. Adapun beberapa
indikasi tersebut diantaranya ialah pada bangunnan BT.1 dan BT.2 terjadi
kerusakan pada pintu akibat karatan, ruas BT.1–BT.2a terdapat pasangan
permanen yang mengalami kebocoran akibat kerusakan. Menurut kondisi data
jaringan tahun 2012 dari petugas pengamat DI Tungkub diterangkan juga terdapat
saluran induk dan saluran sekunder yang masih dalam kondisi saluran tanpa
pasangan/existing tanah. Perlu diketahui Operasi dan Pemeliharaan (O&P) pada
tingkat saluran primer dan sekunder merupakan kewenangan pemerintah sehingga
berdampak pada keberadaan air di saluran tersier serta pematang sawah.