Download - B4R4G
RESUME SKENARIO 4
BLOK 4
DAUR HIDUP
Oleh:
Kelompok G
1. Zahrina Amalia Eka 122010101007
2. Izzatul Mufidah Mahayyun 122010101015
3. Ongky Dyah Anggraini 122010101025
4. Erdito Muro Suyono 122010101030
5. Brenda Desy Romadhon 122010101036
6. Yunita Wulansari 122010101044
7. Aulia Suri Agung 122010101052
8. Nugroho Priyo Utomo 122010101062
9. Rizka Kartikasari 122010101063
10.Della Rahmaniar A 122010101075
11. Made Masagung K 122010101078
12.Maulidah Ayuningtyas 122010101089
13.Muhtar Ady Kusuma 122010101091
14.Putri Erlinda kusuma 122010101098
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
Sistem Ketahanan Tubuh
I. Sistem Imun
1. Macam-macam
2. Mekanisme
3. Faktor yang berpengaruh
4. Gangguan
II. Sistem Integumen
1. Anatomi
2. Histologi
3. Fisiologi
4. Patologi
III. Flora Normal
1. Mikrobiologi
2. Parasitologi
Arthropoda
Sistem Ketahanan Tubuh
I. Sistem Imun
1. Macam-macam
Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas)- Tubuh selalu kontak
dengan lingkungan yang banyak terdapat kumankuman. Kuman-kuman dapat
masuk melalui udara pernapasan maupun makanan. Dalam hal ini tubuh
memiliki sistem kekebalan untuk menghalangi dan bahkan membunuh kuman-
kuman tersebut. Agar tidak merugikan tubuh. Sistem kekebalan pada tubuh
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Kekebalan bawaan
Kekebalan bawaan merupakan potensi yang terdapat dari dalam tubuh sendiri.
Kekebalan ini ada sejak manusia dilahirkan. Kekebalan bawaan meliputi:
1) Perlindungan permukaan
Apabila ada kuman masuk ke dalam tubuh, ada sistem pertahanan luar pada
bagian kulit yang akan menghalangi dan mematikan kuman tersebut sehingga
kuman tidak dapat masuk ke dalam tubuh. Apabila kuman masih dapat lolos
dan menembus kulit, maka akan dijerat oleh lendir yang dihasilkan oleh
bagian membran mukosa. Perlindungan yang diberikan oleh kulit dan
membran mukosa, antara lain sebagai berikut.
a) Kulit selalu mengelupas secara periodik dan menghasilkan minyak yang
bersifat asam yang dapat membunuh kuman. Kulit yang utuh merupakan
pertahanan terluar untuk mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh.
Dalam kulit manusia normal selalu terdapat bakteri Stophyloccis pyogenes.
Selama kulit tidak mengelupas oleh luka atau lecet maka bakteri ini tidak akan
menimbulkan penyakit.
b) Kelenjar air mata mengeluarkan lisosim yang dapat menghancurkan bibit
penyakit yang menempel pada mata.
c) Keasaman pada vagina dan urin akan menghambat pertumbuhan bibit
penyakit tertentu.
d) Lambung memproduksi asam lambung (HCl) untuk membunuh kuman-
kuman yang masuk pada makanan.
e) Gerakan peristaltik pada usus mendorong bibit penyakit yang ada di dalam
usus segera keluar bersama feses.
f) Gerak rambat getar, pengeluaran lendir pada saluran pernapasan dan refleks
batuk dapat mencegah masuknya bibit penyakit dari debu ke dalam paru-paru.
2) Kekebalan dalam tubuh
Dengan pertahanan pada kulit dan membran mukosa yang sudah dijelaskan
pada uraian di atas maka kuman akan mati dan tidak berhasil masuk ke dalam
tubuh. Namun, apabila dalam hal ini kuman masih dapat lolos melewati kulit
dan membran mukosa maka tubuh memiliki pertahanan yang lain, yaitu
kekebalan dari dalam tubuh yang disebut pertahanan nonspesifik. Pertahanan
ini dilakukan oleh sel darah putih (leukosit) yang akan mematikan segala jenis
mikroba yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit memiliki sifat fagositosis,
yaitu memakan kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit yang
berperan adalah sel PMN (plymorpho nuclear), monosit, makrofag, dan
limfosit.
b. Kekebalan adaftif
kekebalan adaptif dapat disebut juga kekebalan spesifik karena kekebalan ini
mampu mengenali dan mengingat patogen spesifik. Pertahanan ini dilakukan
oleh antibodi dan antitoksin yang dapat menahan serangan bibit penyakit, baik
sel mikronya maupun toksin yang dihasilkan oleh bibit penyakit tersebut.
Daya kerja zat anti ini sangat spesifik, misalnya antibodi untuk menahan
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat menahan serangan Bacillus anthracis.
Antitoksin tetanus juga dapat digunakan untuk mencegah serangan dipteri.
Pertahanan spesifik dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai kekebalan
tubuh (imunitas).
2. Mekanisme
Mekanisme system imun dibagi menjadi dua, yaitu system imun bawaan dan
adaptif. System imune bawaan terdiri atas :
1. Barrier system immune
Contohnya adalah kulit dan membrane mukosa. Kulit dapat menghalangi
masuknya mikroorganisme pathogen dan juga dapat membunuh atau
menghambat perkembangan mikroorganisme pathogen di permukaannya karena
di kulit terdapat kelenjar keringat yang dapat membuat suasana asam (pH 3-5) di
permukaan kulit.
Sedangkan mukosa sendiri melindungi tubuh dari pathogen melalui sekresinya.
Contohnya adalah mukosa lambung yang mensekresikan asam lambung. Asam
lambung ini dapat membunuh pathogen yang ada dalam lambung.
2. Cellular innate defense
Contoh dari system pertahanan ini adalah neutrophil, macrophages, eosinophil
dan dendritic cell. Neutrophil akan menelan dan menghancurkan mikroba
setelah ia mendapat sinyal dari sel yang terinfeksi ( sel terinfeksi sinyal ke
neutrophil neutrophil fagosit mikroba). Macrophage merupakan sel fagosit
terbesar yang dimiliki tubuh kita. Eosinophil memiliki aktivitas fagosit yang
rendah namun penting untuk membentuk pertahanan melawan pathogen
multicellular (ex. Cacing parasit). Dendritic cell bertempat di jaringan yang
memiliki kontak langsung / berhubungan langsung dengna lingkungan luar.
3. Peptida dan protein antimicrobial
Ketika mengenali pathogen yang masuk dalam tubuh, tubuh akan melepaskan
sejumlah peptide dan protein yang akan melawan mikroba dan menghambat
pertumbuhnnya. Contoh dari protein – protein tersebut adalah interferon dan
complement system. Interferon merupakan protein yang melawan virus yang
menginfeksi sel normal di tubuh manusia (sel yang terinfeksi mensekresikan
interferon diterima oleh sel disekitar sel – sel disekitarnya mensekresikan
zat yang menghambat reproduksi virus).
Complement system terdiri atas kurang lebih tiga puluh protein di plasma darah
yang berperan dalam pertahanan terhadap infeksi.
Sedangkan system imun adaptif terdiri atas humoral response dan cell –
mediated response. Sebelum kedua respon tersebut dimulai, pertama sel T
penolong akan berikatan dengan antigen. Setelah berikatan, ia akan melakukan
proliferasi menjadi sekumpulan memory helper T cell dan activated helper T cell.
Memory helper T cell ini akan mengingat – ingat pathogen yang pernah
dilawannya, sedangkan activated helper T cell ini akan mensekresikan cytokines
yang menstimulasi sel B dan sel T sitotoksik.
Ketika cytotoxic T cell terstimulasi oleh cytokines, maka ia akan mampu
membunuh sel yang telah terinfeksi virus dan pathogen lain yang berada di
extracellular. Cytotoxic T cell membunuh sel yang terinfeksi dengan cara
mensekresikan perforin ( untuk melubangi membrane sel target) dan granzymes
(enzim yang menghancurkan protein). Dengan begitu, lama kelamaan sel target
tersebut dapat hancur.
Aktivasi sel B dibantu oleh cytokines yang disekresikan oleh sel T penolong.
Setelah mengalami aktivasi, sel B akan berproliferasi menjadi sekumpulan sel B
memori dan plasma sel. Sel B memori ini akan mengingat – ingat pathogen yang
dilawannya pada waktu itu, sehingga ketika tubuh terpapar oleh pathogen
tersebut kembali, sel B akan lebih mudah dalam menghancurkannya. Sedangkan
sel plasma akan mensekresikan antibody untuk melawan pathogen yang
menyerang. Antibodi yang dihasilkan ada beberap macam, yaitu IgM, IgA, IgG,
IgE dan IgD. Mekanisme dari perlawan antibody terhadap antigen ada dua, yaitu
mekanisme viral neutralization dan opsonization.
Viral neutralization merupakan mekanisme dimana antibody akan berikatan
dengan antigen yang berada di permukaan tubuh mikroba. Sehingga mikroba
tersebut tidak dapat menginveksi sel normal di tubuh. Sedangkan opsonization
merupakan mekanisme dimana antibody melekat pada antigen, sehingga
fagositosis oleh makrofag menjadi lebih mudah.
3. Faktor yang berpengaruh
Faktor-Faktor yang MempengaruhiSistemImun
a. Keturunan
Genetis sangat berpengaruh terhadap system imun, hal ini dapat
dibuktikan dangan suatu penelitian yang dibuktikan bahwa pasangan anak
kembar homozigot lebih rentan terhadap suatu allergen dibandingkan
dengan pasangan anak kembar yang heterozigot. Hal ini membuktikan
bahwa factor hereditas mempengaruhi system imun.
b. Usia
Usia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan
anak-anak system imun belum matang di usia muda dan system imun akan
menjadi matang di usia dewasadan akan menurun kembali saat usia lanjut.
c. Hormone
Pada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan
perempuan adalah sama, tetapi ketika sudah memasuki masa reproduksi,
system imun antara keduanya sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai
adanya beberapa hormone yang muncul. Pada wanita telah diproduksi
hormone estrogen yang mempengaruhi sintesis IgG dan IgA menjadi lebih
banyak (meningkat). Dan peningkatan produksi IgG dan IgA
menyebabkan wanita lebih kebal terhadap infeksi. Sedangkan pada pria
telah diproduksi hormone androgen yang bersifat imunosupresan sehingga
memperkecil resiko penyakit autoimun tetapi tidak membuat lebih kebal
terhadapin feksi. Olehkarenanya, wanita lebih banyak terserang penyakit
autoimun dan pria lebih sering terinfeksi.
d. Suhu
Suhu tubuh dapat membantu mengurangi infeksi dari mikroba,
karena ada beberapa mikroba yang tidak menginfeksi manusia karena
tidak dapat hidup baik pada suhu 37°C.
e. Faktornutrisi
Nutrisi sangat berpengaruh dalam perbaikan sel-sel rusak dan
pertumbuhan sel. Selenium, zinkdan vitamin B12 adalah contoh
imunosupresan yang dapat kita konsumsi untuk mengurangi resiko
penyakit autoimun.
f. Psikoneuro-imunologik
• Kelainan organ lain
• Obat-obatan
• Radiasi
g. Stress
Stress memiliki pengaruh yang berbeda beda terhadap
seseorang ,akan tetapi stress diduga kuat juga mempengaruhi sistem
kuat.
h. Fisiologis
Untuk fisiologis pada tubuh misal:
A. Saluran Urin
jika mengalami penyumbatan oleh mineral yang kemudian mineral
tersebut menggumpal.kemudian dari penyumbtan tersebut menimbulkan
infeksi penyakit yang kemudian akan menjadi semakin parah
B. Cairan lambung
Jika sekret lambung berlebihan maka akan menimbulkan peradangan
pada lambung yang kemudian menimbulkan infeksi bakteri,ataupun
ketika terjadi gangguan pengeluaran asam lambung,dimana asam
lambung tersebut sedikit mengeluarkan sekresi asam sehingga kurang
bisa mematikan berbagai bakteri yang kemudian terjadilah berbagai
penyakit saluran cerna seperti diare,dsb
4. Patologi
1. Hipersensitivitas
Tipe Mekanisme imun Gangguan prototip
I
(tipe
anafilaksis)
II
Alergen mengikat silang antibodi IgE →
pelepasan amina vasoaktif dan mediator
lain dari basofil dan sel mast → rekrutmen
sel radang lain
IgG atau IgM berikatan dengan antigen
Anafilaksis, beberapa bentuk
asma bronkial
Anemia hemolitik autoimun,
(Antibodi
terhadap
antigen
jaringan
ttntu)
III
(Penyakit
kompleks
imun)
IV
(Hipersensitiv
itas seluler-
lambat)
pada permukaan sel → fagositosis sel
target atau lisis sel target oleh komplemen
atau sitotoksisitas yang diperantarai oleh
sel yang diperantarai antibodi
Kompleks antigen-antibodi →
mengaktifkan komplemen → menarik
perhatian neutrofil → pelepasan enzim
lisosom, radikal bebas oksigen, dll
Limfosit T tersensitisasi → pelepasan
sitokin dan sitoksisitas yang diperantarai
sel T
eritroblastosis fetalis, penyakit
goodpasture, pemfigus vulgaris
Reaksi arthus, serum sickness,
lupus eritematosus sistemik,
bentuk tertentu gromeluronefritis
akut
Tuberkulosis, dermatitis kontak,
penolakan transplan
2. Autoimunitas
Penyakit autoimun terjadi akibat kegagalan toleransi diri imunologis
yang menyebabkan respon system imun melawan sel tubuh sendiri.
Toleransi imunologi adalah suatu keadaaan saat seseorang tidak
mampu mengembangkan suatu respon imun melawan suatu antigen
yang spesifik. Toleransi diri secara khusus menunjukkan kurangnya
responsivitas imun terhadap antigen jaringannya sendiri.
Dua kelompok besar mekanisme untuk menjelaskan keadaan toleran:
1. Toleransi sentral
Mekanisme ini menunjukkan pemusnahan limfosit T dan b yang self
reactive selama proses pematangannya dalam organ limfoid sentral
yaitu timus untuk sel T dan sum – sun tulang untuk sel
2. Toleransi perifer
Sel T self reactive yang lolos dari seleksi negative dalam timus secara
potensial dapat menimbulkan malapetaka, kecuali jika sel tersebut
dimusnahkan secara efektif. Ada beberapa cara untuk memusnahkan
sel T tersebut:
a. Anergi.
Anergi menunjukkan inaktivasi memanjang atau irreversible (daripada
apoptosis)limfosit yang diinduksi melalui pertemuannya dengan
antigen pada keadaaan tertentu.
b. Kematian sel yang diinduksi oleh aktivasi.
Melibatkan apoptosis oleh system ligan Fas – Fas. Ligan fas adalah
suatu protein homolog yang secara structural homolog dengan TNF
sitokin dan terutama dikeluarkan pada limfosit T aktif.
c. Penekana perifer oleh sel T
Penyakit autoimun
Organ tunggal atau jenis sel Sistemik
Tiroiditis Hashimoto, anemia
hemolitik autoimun, gastritis
atrofi autoimun pada anemia
pernisiosa, ensefalomielitis
autoimun, orkhitis autoimun,
sindrom good pasture,
trombositopenia autoimun.
Lupus eritematosus sistemik,
arthritis rematoid, sindrom
sjogren, sindrom reiter.
I. Penyakit autoimun organ.
1. Autoimune hemolytic anemia (AHA) :destruksi oleh AB terhadap
Ag pada permukaan erythrosit (autoantibodi antierytrosit)
2. Tyroiditis Hashimoto.
- Sebagian besar eutiroid, ttp dapat juga hipotiroid / hipertiroid.
- Dijumpai :
• Autoantibodi anti tiroglobulin.
• Infiltrasi limfosit, makrofag, sel plasma dalam kelenjar ®
membentuk folikel limfoid
3. Penyakit Grave : Toxic goiter /exopthalmic goiter
dijumpai Antibodi (Long acting Thyroid stimulator : LATS /
TSAb = Thyroid Stimulating AB) terhadap reseptor (TSH) pada
permukaan tiroid ® merangsang kelenjar tiroid. = T3 dan T4 >>>.
4. SINDROM SJOGREN.
- ditandai : keratokonjungtivitis sikka (mata kering ) ,xerostomia
(mulut kering)
- PA : infiltrasi sel B, sel T periductal lacrimal + hiperplasi ep +
obstruksi lumen ® atrofi asiner, fibrosis dan perlemakan
5. Polimiositis / dermatomiositis
- Poliomisitis : peradangan otot skelet diperantarai kel.
Imunologik.
- Klinik : kelemahan otot bil. Simetrik (kas : prox > dulu)
- Ok kerusakan serabut otot oleh sel T sitotoxic yang memasuki
dan mengitari serabut otot.
II. Penyakit Autoimun Sistemik
1. SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
- Penyakit demam sistemik, kronik, berulang, dengan gejala
berhubungan dengan semua jar (tu sendi, kulit, membran
serosa)
- Perjalanan klinis bervariasi
• Kadang gejala minimal ® sembuh tanpa pengobatan.
• Sebagian besar : kambuh berulang ® remisi : dapat
dipertahankan dengan imunosupresan.
Ketahanan hidup 10 tahun = + 70 %
Ciri kas (tu) :
ANA (antinuclear antibodies)
Sel LE (badan LE (nukleus sel yang rusak bereaksi dengan AB
antinukleus ® kehilangan pola kromatin) yang difagosit
neutrofil / makrofag)
2. Rheumatoid arthritis (RA)
Poliarthritis (nyeri pada berbagai sendi)
Uji serologik : reumatoid faktor (autoantibodi anti Ig G) timbul
pada persendian.
3. Immunodeficiency
Penyakit imunodefisiensi adalah penyakit yang disebabkan kondisi
yang menurunkan keefektifan system imun atau suatu keadaaan yang
tidak mampu merespon antigen. Penyakit imunodefisiensi ini
dibedakan menjadi dua.
a. Imunodefisiensi primer
Jarang terjadi. Lebih banyak disebabkan oleh kelainan genetic yang
mempengaruhi mekanisme inum spesifik, yaitu tidak memiliki sel
B atau dan sel T. contoh penyakit bruton (Agamaglobulinemia
terkait X). pada penyakit ini terjadi kegagalan sel pra B menjadi
sel B sehingga penderita tidak mempunyai antibody.
b. Imunodefisisensi sekunder
Ditemukan pada pasien malnutrisi, infeksi, kanker, penyakit ginjal
atau sarkaoidosis. Penyakit ini juga terjadi pada pasien kemoterapi.
Beberapa keadaan imunodefisiensi disebabkan oleh hilangnya
immunoglobulin, sintesis immunoglobulin yang tidak memadai
dan deplesi limfosit. Contoh sindrom inumodefisiensi di dapat,
AIDS (acquired imunodefisiensi syndrome). AIDS adalah suatu
penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan
imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik,
neoplasma skunder dan manifestasi neurologis. Imunosupresi berat
disebabakan oleh nfeksi dan hiulangnya sel T helper serta
gangguan kelangsungan hidup sel T.
II. Sistem Integumen
1. Anatomi
Asal Kulit : Ektoderm è Epidermis
Mesoderm è Dermis
Pigmentasi : kulit mengandung melanin yang diproduksi oleh melanosit
Lapisan kulit
1. Epidermis : terdiri dari epitel berlapis pipih bertanduk
a. stratum basale,
merupakan selapis sel silindris terletak di atas lapisan
membrane basalis, disebut juga stratum silindrikum
sering mengalami mitosis sehingga disebut stratum
germinativum
disebut juga stratum Malpighi
b. stratum spinosum
terdiri dari beberapa lapis sel polihedris yang mempunyai
jembatan antar sel sehingga tapak berduri
sering mengalami mitosis, disebut juga stratum germinativum
c. stratum granulosum
terdiri dari 2-4 lapis sel polihedris rendah (diamond shape)
sitoplasma mengandung butir-butir keratohyalin
sel akan mati sehingga inti melarut (lisis)
d. stratum lucidum
Sel-sel mengalami kematian, inti melarut sehingga tampak
sebagai lapisan yang homogeny dan transparan.
Mengandung eleidin
e. stratum korneum
merupakan lapisan homogeny (tanduk) mengalami
keratinisasi, inti tidak tampak
f. stratum disjuntum
merupakan lapisan stratum korneum yang terlepas.
2. Dermis , terdiri dari 2 lapis:
a. stratum papillare
lokasi : tepat di bawah epidermis,
terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur dengan sabut-
sabut kolagen yang halus.
Mempunyai tonjolan ke arah epidermis yang disebit dermal
papil.
Kaya akan pembuluh darah sehingga disebut stratum
spongiosum
b. stratum retikulare
lokasi : di bawah stratum papillare,
terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur dengan sabut-
sabut kolagen yang kasar,
kapiler jaringan,
sabut tampak lebih padat sehingga disebut stratum
compactum
Jenis Kulit
1. Kulit Tebal
Epidermis tebal (400-600 mikrometer), terutama pada stratum
korneum
Dermis relatif tipis
Tidak berambut
Terdapat pada kulit telapak tangan dan telapak kaki
Terdapat finger mark (sidik jari) yaitu lekukan-lekukan pada
epidermis yang khas pada tiap individu dan bersifat herediter,
serta polanya tidak akan berubah seiring bertambah tua umur
seseorang
2. Kulit Tipis
Epidermis tipis (75-150 mikrometer), terutama pada stratum
korneum
Berambut
Terdapat pada seluruh tubuh kecuali bagian telapak tangan dan
telapak kaki
Derivat Kulit
A. Kuku
Kuku, kuku jari tangan dan kuku jari kaki adalah lempeng
pelindung yang berasal dari perpanjangan epidermis ke dalam
lapisan dermis.
1. Kuku adalah lempeng keratin keras berlekuk yang terletak di
atas dasar kuku yang nutrisinya disuplai dari pembuluh darah.
2. Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam di kulit.
Pertumbuhan kuku kira-kira 0,5 mm per minggu.
3. Kutikel (eponikium) adalah lipatan epidermis berlekuk yang
menutup akar kuku. Hiponokium adalah stratum korneum
tebal dibawah ujung lepas kuku.
4. Lunula adalah area kaputihan berbentuk melengkung dekat
kutikel.
B. Rambut
Rambut atau pili ada pada hampir seluruh bagian tubuh, tetapi
sebagian besar berupa rabut vellus yang kecil dan tidak berwarna.
Rambut terminal biasanya kasar dan dapat dilihat. Rambut ini
tertanam di dalam kulit kepala, alis, dan bulu mata. Ketika masa
pubertas rabut ini akan menggantikan posisi rambut vellus di area
ketiak dan pubis sebagai bagian dari karakteristik seksual
sekunder.
1. Rambut berasal dari folikel rambut yang terbentuk sebelum
lahir melalui pertumbuhan dari epidermis ke dalam dermis.
a. Folikel rambut tubular membengkak pada bagian dasarnya,
kemudian membentuk bulbus rambut. Bulbus ini kemudian
diinvaginasi suatu massa yang tersusun dari jaringan ikat
renggang, pembuluh darah, dan saraf yang disebut papila
dermal yang memberi nutrisi pada pertumbuhan rambut.
b. Sel-sel bulbus rambut yang terletak di atas papila disebut
matriks germinal rambut, dan analog dengan sel-sel stratum
basalis pads epidermis. Setelah mendapatkan nutrisi dari
pembuluh darah pada papila, sel-sel matriks germinal
kemudian membelah dan terdorong ke arah permukaan kulit
untuk menjadi rambut yang terkratinisasi penuh.
2. Rambut terdiri dari akar, bagian yang tertanam dalam folikel
dan batang I bagian atas permukaan kulit.
a. Kutikel adala lapisan terluar yang tersusun dari sel-sel mati
ynag bersisik.
b. Lorteks adalah lapisan tengah yang terkeratinisasi,
membentk bagian utama batang rambut. Bagian ini
mengandung jumlah pigmen beragam yang menentukan
warna rambut.
c. Sebuah medula, tersusun dari dua sampai lapisan sel.
Pertumbuhan medula buruk bahkan seringkali tidak terjadi,
terutama pada rambu pirang.
3. Otot erektor pili adalah pita tipis otot yang berhubungan
dengan folikel rambut. Kontraksi otot ini menyebabkan ujung-
ujung rambut berdiri (merinding) dan mengakibatkan
keluarnya sekresi kelenjar sebasea.
4. Pertumbuhan rambut biasanya bersifat siklus.
a. Ada periode pertumbuhan pasti yang diikuti dengan fase
istirahat, jika rambut telah mencapai batas pertumbuhan
maksimal.
(1) Selama masa istirahat, bagian dasar rambut berybah
menjadi suatu masa terkeratinisasi menyerupai
pentungan yang tetap melekat pada folikel.
(2) Setelah masa istirahat bulbus rambut yang baru terbentuk
dari bagian bawah massa yang lama. Rambut baru yang
mendorong kelenjar rambut yang lama, sehingga rambut
lama menjadi rontok.
(3) Di suatu saat tertentu, 90% rambut kepala sedang
tumbuh dengan aktif, sedangkan 10% sisanya istirahat.
b. Rambut di kulit kepala tumbuh dalam masa 2-6 tahun dan
kemudian memasuki fase istirahat selama 3 bula seelum
rontok.
c. Rambut di tubuh tumbuh sepanjang kira-kira 0,05 inchi?/
minggu. Sedangkan rambut pada kulit kepala membutuhkan
waktu sekitar 7 minggu untuk dapat tumbuh sepanjang 1
inchi.
d. Kebotakan adalah suatu deteriorasi folikel yang progresif.
Prevalensunya lebih besar laki-laki karena memiliki
karakteristik pengaruh genetik kelamin yang akan muncul
jika hormon laki-laki ada dalam tubuh.
Penampang rambut mempengaruhi sifat rambut
- Rambut lurus mempunyai penampang melintang bundar
- Rambut berombak mempunyai penampang lonjong
- Rambut keriting mempunyai penampang elips atau seperti
ginjal
Kelenjar
Kelenjar keringat (sudoriferus)
Jenis sel pada bagian sekresi kelenjar keringat ( derivate kulit )
a. Sel gelap : sel pyramid yang melapisi sebagian besar
permukaan luminal bagian kelenjar.
b. Sel bening : bagian yang tidak mengandung granula
sekretoris.
Terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan struktur dan lokasinya.
a. Kelenjar keringat ekrin adalah kelenjar tubular simpel
dan berpilin serta tidak berhubungan dengan folikel
rambut. Kelenjar ini penyebarannya meluas ke seluruh
tubuh, terutama pada telapak tangan, telapak kaki, dan
dahi. Sekresi dari kelenjar ini mengandung air dan
membantu pendinginan evaporatif tubuh untuk
mempertahankan suhu tubuh.
b. Kelenjar keringat apokrin adalah kelenjar keringat
terspesialisasi yang besar dan bercabang dengan
penyebaran yang terbatas. Kelenjar ini ditemukan pada
aksila, areola payudara, dan regia anogenital.
(1) Kelenjar apokrin yang ditemukan di lipatan ketiak dan
area anogenital memiliki duktus yang membuka ke
bagian atas folikel rambut. Kelenjar ini mulai berfungsi
pada masa pubertas untuk merespon stres atau
kegembiraan dengan mengeluakan semacam sekresi
tidak berbau yang kemudia akan berbau jika bereaksi
dengan bakteri.
(2) Kelenjar seruminosa pada saluran telinga menghasilkan
serummen atau getah telinga, dan kelenjar silisris moll
pada kelopak mata juga termasuk kelenjar apokrin.
(3) Kelenjar mammae adalah kelenjar apokrin termodifikasi
yang mengalami spesialisasi untuk memproduksi susu.
Kelenjar sebasea
Mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel
rambut. Kelenjar sebasea, rambut, kelenjar keringat apokrin
membentuk unit polisebasea, tetapi terbentuk pada rambut di
area genetalia, bibir, putting susu, dan areola payudara.
a. Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel
sekretoro menghilang selama sekresi sebum).
b. Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan
pecahan sel. Zat ini berfungsi sebagai emoliens atau
pelembut kulit dan merupakan suatu barier terhadap
evaporasi. Zat ini juga memiliki aktivitas bakterisida.
Reseptor Kulit :
Kulit adalah reseptor sensorik yang paling luas.
- Ujung saraf bebas terletak di dalam : epidermis, folikel
rambut, kelenjar kutaneus, dermis, dan subkutis. Ujung saraf ini
sensitive terhadap rabaan, tekanan, sensasi taktil, suhu, nyeri,
gatal, dan lain sebagainya.
- Ujung saraf melebar : ujung Ruffini
- Ujung saraf bersimpai : badan vater-Paccini, badan
meissner, dan badan Krause.
Reseptor nyeri:
- Reseptor nyeri mekanosensitif, beberapa serat nyeri hampir
seluruhnya terangsang oleh stress mekanis berlebihan atau
kerusakan mekanis pada jaringan.
- Reseptor nyeri termosensitif, sensitive dengan panas atau
dingin yang ekstrim.
- Reseptor nyeri kemosensitif, sensitive terhadap berbagai zat
kimia.
Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain
Ujung Saraf Bebas
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf
bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor
sensorik utama dalam kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan
serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin
berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya
sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di
antara sel epidermis.Sebuah serat saraf seringkali bercabang-
cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga
hampir mencapai stratum korneum.Serat yang berbeda mungkin
menerima perasaan raba, nyeri dan suhu.Sehubungan dengan
folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan
longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus.Pada
epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa
oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti lempengan
(diskus atau korpuskel merkel).Badan ini merupakan sel yang
berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma.Seperti
mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara
keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan
dengan jaringan ikat di bawahnya.Telah dibuktikan bahwa
beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran dan juga
resepor terhadap dingin.
Korpuskulus Peraba (Meissner)
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis,
khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia.Bentuknya
silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan
berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40
mikron.Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan
perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel.Pada bagian
tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun
transversal.Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan
serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang
mengandung mielin maupun yang tak mangandung
mielin.Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan
memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu
membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini)
Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan
subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting,
periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna.
Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan
diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat
dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang
besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi
korpuskulus.Akson saraf banyak mengandung mitokondria.Akson
ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel
gepeng).Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur
longitudinal pada sisinya.
Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan
yang dalam.
Korpuskulus Gelembung (Krause)
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis
(bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan
dengan rambut.Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan
diameter sekitar 50 mikron.Mempunyai sebuah kapsula tebal
yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat
bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap
diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang
atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang
menggelembung sebagai gada.Korpuskel ini jumlahnya semakin
berkurang dengan bertambahnya usia.Korpuskel ini berguna
sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
Korpuskulus Ruffini
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis
dan kapsula sendi.Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis
yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung.
Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan
organ tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli
intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela.Akhir saraf
tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas
tendonya.Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau
kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima
rangsangan panas.
2. Histologi
III. Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan
tubuh,
yang terdiri atas 2 lapisan :
1. Epitel yang disebut epidermis
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm.
Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar
disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung
jaringan lemak.
Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi
menjadi :
-Kulit Tebal
-Kulit Tipis
KULIT TEBAL
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak
memiliki folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang
menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur
dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan
corium di bawahnya tetapi kemudian dari epidermis sendiri terjadi
tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan
oleh tonjolan epidermis.
Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus
excretorius glandula sudorifera untuk menembus epidermis
Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami
keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan
memberikan melanosit untuk sintesa melanin.
Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain,
yaitu sel Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.
Struktur histologis
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:
1. Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum
germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel.
Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan
berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir –
butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi
atau stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya
mitosis sel. Sel – sel dari stratum basale akan mendorong sel – sel di
atasnya dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk
polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel
menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan –
tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di
dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke
sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum.
Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel
yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya
didalamnya mengandung butir – butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin
(butir – butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya
butir – butir keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses
keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya
pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah disertai
inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum
granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum
granulosum dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang
telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung
zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas
banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi
atau keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum
spinosum sudah tidak tampak lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang
– kadang disebut sebagai stratum disjunctivum
Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang
membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang
terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut –
serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar
dengan permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan pengikat
terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung butir – butir
pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula
sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.
IV. KULIT TIPIS
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang
merupakan kulit tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya
tergantung dari daerah di tubuh.
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya
terdapat beberapa perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
Subcutis atau Hypodermis
Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.
Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke
dalam dermis.Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang
tebal sampai mencapai 3cm atau lebih,misalnya pada perut.Didalam
subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.
Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga
berasal dari jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan
jaringan yang terdapat dalam celah-celah di antara sel-sel stratum
Malphigi.
Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi
Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom
bebas dan sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan
kompleks Golgi sangat jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas
sebagai tonofibril didalam sel daerah basal masih tidak begitu pada
susunannya.
Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di
sekresikan dan nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang
dikenal sebagai butir-butir selubung membran atau keratinosum dan
mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam pengelupasan
stratum corneum.
Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam
bentuknya juga karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar
1-5 mikron di antara berkas tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir
keratohialin dalam sediaan dasar.
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya
sudah hilang, dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis
yang terdorong ke atas akan kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap
memiliki desmosom.
Sistem pigmentasi atau melanosit
Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :
a. Kuning disebabkan karena karoten
b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin
c. Coklat sampai hitam karena melanin.
Hanya melanin yang dibentuk di kulit.
Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di stratum Malphigi
yang dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada perbatasan epidermis-
epidermis dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-
butir ,melanin menjalar di antara sel Malphigi.melanosit tidak mamiliki
desmosom dengan sel-sel Malphigi.
Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat
pada genital,mulut,dan sebagainya.
Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh
melanosit dan jumlah yang di pindahkan ke keratinosit.
Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang
dinamakan melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran
sekitar 0,2-0,6 mikron.
Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan
albino.
Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh
sinar ultraviolet.
Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan
melanofor pada dermis.
Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum
spinosum dari epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan
sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dam menyajikan
antigen kepada limfosit T, yang berperan dalam perangsangan sel limfosit
T.
Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki
desmosom biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan
kaki.juga terdapat di daerah dekat anyaman pembuluh darah dan serabut
syaraf. Berfungsi sebagai penerima rangsang sensoris.
Hubungan antara Epidermis dan Dermis
Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:
Adanya papila corii
Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis
Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel
basal epidermis.
V. Adneksa Kulit
Glandula Sudorifera
bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit
tebal terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars
sekretoria dan ductus ekskretorius.
- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler
dengan bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau
silindris selapis. Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola
dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti
otot-otot polos yang bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang
diduga dapat berkontraksi untuk membantu pengeluaran keringat kedalam
duktus ekskretorius
- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid
berlapis dua. Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat
kelenjar keringat yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris, glandula
circumanale, glandula mammae dan glandula areolaris Montogomery
Glandula Sebacea
VI.
VII.
Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan
berlemak (sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan
kulit. Glandula ini bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai
dengan folikel rambut kecuali pada palpebra, papila mammae, labia
minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.
Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan,
telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan
rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis
sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-
tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut
berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang
selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut
bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis.
Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan
hidup folikel rambut.
VIII.
IX.
Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada
puncak papila dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup
berkeratin yang akan membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak
sekitar bagian pusat dari akar rambut membelah dan berkembang menjadi
sel-sel fusiform berkelompok padat yang berkeratin banyak, yang akan
membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-sel yang
menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan sarung
akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari dermis ialah
lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy membrane),
yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut dalam
ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan
tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan
bagian yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan
Huxley yang terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian
dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di dalamnya yang makin
keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis. Lapisan
ketiga adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang
memanjang yang telah mengalami keratinisasi dan erat hubungannya satu
sama lain dan berhubungan erat dengan selubung akar luar.selubung akar
luar berhubungan langsung dengan sel epidermis dan dekat permukaan
sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.
Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan
batang rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang
dingin, ketakutan ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili
juga menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis,
sehingga menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan
warna rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan
pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini
menghasilkan dan memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui
mekanisme yang serupa dengan yang dibahas bagi epidermis.
Kuku
Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap
falangs distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh
berbeda dengan yang terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut
membelah dan terjadilah sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di
daerah ini akan mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi
substansi kuku sebagai keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah
lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi
dalam alur kuku adalah akar kuku(radix unguis).
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas
dasar epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya
terdapat stratum basale dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang
melipat di atas pangkal kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah
ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum membentuk
hyponychium.
X. Macam–macam Keratin
Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin
lunak dan keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut
juga terdapat di permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya
pada epidermis yang dimulai dari stratum granulosum dengan butir-butir
keratohyalinnya, kemudian sel-sel menjadi jernih pada stratum lucidum
dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang dapat dilepaskan.
Sedangkan keratin keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan kuku.
Keratin keras dapat diikuti terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang
mengalami perubahan sedikit demi sedikit dan akhirnya berubah menjadi
keratin keras yang lebih homogen. Keratin keras juga lebih padat dan tidak
dilepaskan, serta tidak begitu reaktif dan mengandung lebih banyak sulfur.
Regenerasi Kulit
Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis,
dermis dan subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia,
dimana semakin muda, semakin bagus regenerasinya.
1. Fisiologi
. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis. Hal
tsb dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan
serabut-serabut jaringan penunjang yang berperanan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis.
Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi
karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan
air, disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat
kimia dan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi
keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5 -
6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun
jamur. Proses kreatinisasi juga berperan sebagai sawar (barrier) mekanis karena
sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi absorbsi,
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah antar sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran
kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui
muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi,
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak beguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dana amonia. Sebum
yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit
juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada
pH 5 - 6.5.
4. Fungsi persepsi,
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan krause yang terletak di dermis.
Badan taktil meissner terletak di papilla dermis berperan terhadap rabaan,
demikian pula badan markel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan diperankan oleh badan paccini di epidemis. Saraf-saraf sensorik
tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh,
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh
darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.
6. Fungsi pembentukan pigmen,
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah
melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan
warna kulit ras maupun individu. Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh
pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
7. Fungsi pembentukan vit D,
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal
tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh
darah, kelenjar keringat dan otot-otot di bawah kulit
2. Patologi
1. Akne Vulgaris
Merupakan proses peradangan kronik kelenjar sebasea karena
tingginya produksi sebum.
Yang merangsang produksi sebum adalah androgen dan yang
menekan adalah esterogen.
Akne biasanya muncul pada usia pubertas, untuk wanita usia 20
tahun ke atas, apabila terdapat akne biasanya dikarenakan oleh
kosmetik dan penanganan yang salah pada akne yang sudeh ada
sehingga memicu munculnya akne lagi.
Mekanisme munculnya akne:
Ada yangberupa komedo putih yang akan menjadi pustula dan
papula
Ada yang berupa komedo hitam yang menutup saluran sebum.
Di situ juga terdapat bakteri Propionibacterium acnes yang
menghasilkan lipase yang mengubah sebum trigiserida menjadi
asam lemak bebas, sehingga akan timbul peradangan dermis.
Peradangan itu akan membentuk pustula dan kista. Pada
saatnya, pustula dan kista akan pecah, kering, dan sembuh.
2. Eksema
è Merupakan segala jenis lesi kulit yang disertai kemerahan, lepuh,
basah, skuama, menebal, dan gatal.
è Macamnya: eksema atopik, eksema kontak alergi, eksema tangan,
neurodermatitis, dermatitis seboroik.
3. Infeksi
a. Infeksi oleh virus
è Kutil: oleh HPV
è Moluskum Kontangiosum
è Herpes simpleks
è Varisela
è Herpes zoster
è Eksantema virus
b. Infeksi oleh jamur
è Kandidiasis
c. Infeksi oleh bakteri
è Impetigo
è Selulitis
è Erisipelas
è Eritrasma
è trikomikosis
4. Tumor
XI. Flora Normal
1. Mikrobiologi
1. Flora Normal
Flora normal adalah kumpulan organisme yang umum ditemukan pada orang
sehat normal dan hidup rukun berdampingan dalam hubungan yang seimbang
dengan host-nya. Kebanyakan flora normal adalah bakteri. Beberapa virus,
jamur dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat.
Flora normal mampu mencegah kolonisasi bakteri patogen potensial, dengan
melepaskan faktor antibakteri (bacteriocins, colicins) dan produk-produk limbah
metabolik bersama dengan berkurangnya oksigen yang tersedia serta mencegah
pembentukan spesies lainnya.
Beberapa flora normal pada permukaan kulit yaitu Staphylococcus: epidermidis
(90% dari total aerob di kulit); Staphylococcus: ada di wajah dan tangan;
Streptococcus; Diphtheroid (Corynebacteria), dalam folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat; Propionibacterium acnes; Micrococcus; Candida:
terutama pada petugas kesehatan.
Stafilokokus dan Propionibacterium menghasilkan asam lemak yang menghambat
pertumbuhan jamur.
Flora berlebih dijumpai pada : kulit kepala, wajah dan telinga; ketiak; Daerah
kemih dan dubur; Celah antara jari kaki. Bau keringat adalah hasil dari aktivitas
bakteri flora bercampur dengan sekresi keringat dari kelenjar apokrin (asalnya
tidak berbau. )
Masalah yang bisa ditimbulkan flora normal yaitu potensi risiko menyebar ke
daerah tubuh yang normalnya steril, dapat terjadi dalam berbagai situasi, misalnya
saat usus berlubang atau cedera kulit atau pencabutan gigi (streptokokus viridans
bisa masuk aliran darah) atau Escherichia coli dari perianal naik ke uretra, yang
menyebabkan infeksi saluran kemih.
2. Parasitologi
Arthropoda
PERAN ARTHROPODA DALAM KEDOKTERAN
1. Artropoda yg menularkan penyakit (vektor dan hospes perantara)
2. Artropoda yg menyebabkan penyakit (parasitik)
3. Artropoda yg menimbulkan kelainan krn toksin yg dikeluarkan
4. Artropoda yg menyebabkan alergi
5. Artropoda yg menyebabkan entomofobia
ARTHROPODA PENYEBAB ALERGI :
1. Kontak Langsung
a. Kupu-kupu (butterfly, moth) Lepidopterisme
b. Larva kupu-kupu erusisme / caterpillar dermatitis
c. Tungau Dermatophagoides ( TDR )
2. Sengatan
a. Lebah (Hymenoptera)
b. Kalajengking (Scorpionida) Centruroides
3. Gigitan
a. Kelabang (Chilopoda/centipedes)
b. Laba-laba (Arachnea)
c. Cimex (Hemiptera)
d. Sengkenit – ticks (Acarina)
PENYAKIT YANG DISEBABKAN ARTHROPODA
1. Skabies
2. Demodisiosis
3. Pedikulosis
4. Pthirisiasis
5. Myasis
ARTHROPODA PENYEBAB ALERGI
1. Kontak langsung:
a. Kupu-kupu: kontak dengan bulu di ventral abdomen
b. Ulat: bulunya mengandung toksik menyebabkan produksi histamin
2. Sengatan
a. Lebah: mengandung toksin yang bisa menyebabkankematian apabila
tersengat berkali-kali dalam suatu waktu
b. Kalajengking: mempunyai penyengat yang dapat menyebabkan alergi.
3. Gigitan
a. Kelabang: mengeluarkan toksin yang mengandung antikoagulan
b. Laba-laba
c. Cimex: kutu busuk, bisa menyebabkan dermatitis
d. sengkenit