Download - Analisis Puisi

Transcript
Page 1: Analisis Puisi

Analisis Puisi “Doa”Feb 9

PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR

DoaTuhankuDalam termenungAku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguhMengingat Kau penuh seluruh

Caya-Mu panas suciTinggal kerlip lilin di kelam sunyi

TuhankuAku hilang bentukRemuk

TuhankuAku mengembara di negeri asing

TuhankuDi Pintu-Mu aku mengetukAku tidak bisa berpaling

A. Analisis Strukturala) TemaPuisi ³Doa´ karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kentaldengan kata-kata bernaka ketuhanan. Kata `dua´ yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan SangPencipta.Kata-kata lain yang mendukung tema adalah:Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau,caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungandirinya yang menyadari tidak bisa terlepas dari Tuhan.Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisi´Doa´sangat tepat bila digolongkan padaaliran ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang menekankan segenap perasaan atau jiwanya.

Perhatikan kutipan larik berikut :(1) Biar rusah sungguhMengingat Kau penuh seluruh

(2) Aku hilang bentuk remuk

Page 2: Analisis Puisi

(3) Di Pintu-Mu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpalingPuisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan dialog dirinya denganTuhan.Kata `Tuhan´ yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair sedang berbicara dengan Tuhan.

b) Nada dan SuasanaNama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibatpembacaan puisi.Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnyahubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca, maka puisi `Doa´tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan.Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah pengembaraan di negeri `asing´.

c) PerasaanPerasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi ´Doa´ gambaranperasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksiyang digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Akutak bisa berpaling.

d) AmanatSesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ´Doa´ ini berisi amanat kepada pembacaagar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanattersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ´pengembaraan di negeriasing´ yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:

Tuhanku,

Di Pintu-Mu Aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

B. Analisis SemiotikTuhankuDalam termanguAku masih menyebut namaMuBait pertama puisi tersebut terdiri atas tiga larik. Masing – masing larik tidak dapat disebut kalimat. Kunci utama bait itu adalah kata termangu. Termangu dalam hal apa, kepada siapa, tentang apa, dan banyak pertanyaan lain. Mungkin penyair ingin mengatakan bahwa di dalam kegoyahan imannya kepada Tuhan, (termangu), isi masih menyebut nama Tuhan (dalam doa – doanya).Biar susah sungguh mengingatKau penuh seluruhBait kedua dengan kata kunci susah. Susah dalam hal apa? Tentang apa? Karena apa?

Page 3: Analisis Puisi

Ditafsirkan bahwa penyair sangat sulit berkonsentrasi dalam doa untuk berkomunikasi kepada Tuhan secara total (penuh seluruh). Dalam kegoncangan iman, kesulitan berkonsentrasi untuk “dialog” dengan Tuhan memang dimungkinkan.Caya-Mu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyiBait ketiga kata kuncinya adalah Cahaya lilin ini mewakili cahaya yang sangat penting untuk menerangi kegelapan malam, atau mewakili cahaya yang rapuh dalam kegelapan malam. Mungkin penyair bermaksud untuk menyatakan bahwa cahaya iman dari Tuhan tinggal cahaya kecil di lubuk hati penyair yang siap padam (karena kegoncangan iman).TuhankuAku hilang bentukRemukBait keempat Chairil sadar bahwa akibat dosanya itu ia seakan merasa bahwa ia sudah hilang bentuk dan remuk. Ia tak mengenali dirinya lagi.Aku mengembara di negeri asingBait kelima Chairil melalui aku lirik, mengenang perbuatannya itu. Asing, karena apa yang dikerjakannya itu bertentangan dengan apa yang sudah diperintahkan Tuhannya.Di pintuMu aku mengetukAku tidak bisa berpaling.Bait keenam memang seperti kita ketahui selama hidupnya, Chairil Anwar dikenal sebagai seorang sastrawan yang bohemian. Artinya, hidupnya terkesan hura-hura. Sehingga dari kehidupannya itu ia merasa bahwa ia telah melakukan kesalahan yang membuat ia merasa jauh dari Tuhannya.Secara semiotik, dalam sajak ini dikontraskan bunyi vokal u yang dominan dengan bunyi i yang juga berturut – turut. Bunyi u ini memberi tanda kekhusukan dan kesungguh – sungguhan, sedang dalam kekhusukan itu terermin rasa keterasingan dan keterpencilan si aku: ‘cayaMu…suci / tinggal kerdip lilin di kelam sunyi; aku mengembara di negeri asing; aku tidak bisa berpaling’.Pengulangan kata ‘Tuhanku’ yang berupa penyebutan atau seruan yang berulang – ulang ( empat kali ) dalam sajak itu sesuai dengan sifat sajak itu sebagai doa. Dalam doa biasa orang menyeru Tuhan berkali – kali. Namun dalam sajak “Doa” ini penyeruan Tuhan yang berkali – kali itu dapat memperkuat efek kebingungan si aku, bahkan menunjukkan keputusannya.Dalam sajak “Doa” tampak adanya pertentangan – pertentangan, seperti keraguandan kepercayaan, seperti telah terurai di atas. Hal ini secara semiotik tergambardalam penggunaan bahasanya: pemilihan kata serta bunyinya. Hal ini tampak jelas pertentangan suasana dan arti dalam bait kedua yang menyatakan kepenuhan Tuhan dipertentangkan dengan bait ketiga yang mengandung arti dan suasana kecil: ‘Biar susah sungguh / mengingat Kau penuh seluruh’ dipertentangkan dengan: ‘tinggal kerdip lilin di kelam sunyi’. Persajakan bentuk pun ( pilihan kata dan bunyi ) untuk mempertentangkan arti dan suasana:Aku hilang bentuk / remuk…..Aku mengembara di negeri asingDipertentangkan dengan:Di pintuMu aku mengetukAku tidak bisa berpalingKarena ‘aku hilang bentuk – remuk’ maka ‘aku mengetuk’ pintu Tuhan; dan karena ‘aku di

Page 4: Analisis Puisi

negeri asing’ maka aku tidak bisa berpaling’ dari Tuhan.PENERIMAANKalau kau mau kuterima kau kembaliDengan sepenuh hatiAku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagiBak kembang sari sudah terbagiJangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembaliUntukku sendiri tapiSedang dengan cermin aku enggan berbagi.

A. Analisis StrukturalAda kriteria dalam menganalisis struktur kepuitisan yaitu:1. Pilihan KataPilihan kata yng digunakan seorang Chairil Anwar sangat indah, karena kata-kata yang digunakan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami misalnya dalam sajak yang berjudul “Penerimaan”. Selain itu penyusunan kata-katanya sangat tepat dan pemilihan untuk pembentukan sebuah sajak memperhatikan kesesuaiaan kata yang digunakan serta penyusunan antar kata sangat indah.2. Bahasa KiasanBahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk mencpai spek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif tidak secara sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini digunakan untuk memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Basasa kiasan dipergunakan untukmemperindah sajak-sajak yang ditulis seorang penyair. Bahasa sajak ang tedapat dalampuisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut:a) RepetisiRepetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam sajak terdapat dalam:

Kalau kau mau ku terima kau kembali…Kalau kau mau kuterima kembali…b) Simile atau PersamaanSimile atau Persamaan adalahperbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat dalam:…Bak kembang sari sudah terbagi…

c) PesonifikasiPersonifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah

Page 5: Analisis Puisi

hidup. Dalam sajak terdapa dalam:…Sedang dengan cermin aku enggan berbagi3. CitraanCitraan adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan hadirnya kesan keindrawian atau kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam sebuah puisi merupakan unsur yang sangat penting dalam mengembangkan keutuhan puisi, sebab melaluinya kita menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang tampak konkret yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh dan tuntas.Citraan dalam puisi terdapat 7 jenis citraan, yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pencecapan, dan citraan suhu. Penggunaan citraan dalam puisi melibatkan hampir semua anggota tubuh kita, baik alat indra maupun anggota tubuh, seperti kepala, tangan, dan kaki. Untuk dapat menemukan sumber citraan yang terdapat dalam puisi, pembaca harus memahami puisi dengan melibatkan alat indra dan anggota tubuh untuk dapat menemukan kata-kata yang berkaitan dengan citraan.Dalam sajak “Penerimaan” citraan yang digunakan misalnya yaitu citraan penglihatan tedapat dalam”aku masih tetap sendiri, sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi. Cermin dapat dilihat dengan indera mata sehingga menggunakan citraan penglihatan.

B. Analisis SemiotikDalam sajak”Penerimaan” karya Chairil Anwar merupakan ungkapan perasaan yang dirasakan oleh penyair. Puisi itu dapat dianalisis sebagai berikut: si aku memberi harapan kepada gadis si aku bila ingin kembali boleh saja. Si aku menerima sepenuh hati bila gadis itu mau kembali lagi pada kehidupan si aku. Si aku tidak mencari gadis lain sebagai pendamping hidupnya karena masih menunggu kepulangan kekasihnya.Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan tetap menunggu walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak perawan lagi atau sudah selingkuh dengan laki-laki lain. Itu digambarkan dengan kalimat” Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang sari sudah terbagi”. ini menggunakan metafora-metafora yang sangat indah dangan menggambarkan perempuan yang tidak perawan dengan kembang sari sudah terbagi.Si aku memberi harapan kepada gadis si aku bila ingin kembali tidak usah malu dan harus mau menemui si aku. Tidak usah takut untuk menemui si aku. Si aku pun tetap menerima apapun yang sudah terjadi dan menerima dengan mutak: jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi. Digambarkan dalam bait ke-5 yan berbunyi “Sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi”. Dalam kalimat ini menggunakan citraan penglihatan

Page 6: Analisis Puisi

Kamis, 15 April 2010

ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIK PUISI CHAIRIL ANWAR YANG BERTEMA PERCINTAAN MAKALAH

ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIK PUISI CHAIRIL ANWAR YANG

BERTEMA PERCINTAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Puisi

Dosen Pengampu: Abdul wachid,S.S.,M.Hum.

Disusun Oleh :

NAMA : RINDIT SETIAWAN

NIM : 08003124

KELAS : B

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2010

PENDAHULUAN

A .LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan sastra sekarang ini sangat pesat dan keluar dari kaidah-

kaidah penulisan yang ada. Banyak hal-hal yang baru yang muncul dan tidak sesuai

dengan konvensi-konvensi. Oleh karena itu dalam pembicaran ini dicoba untuk

menerapkan teori-teori dalam menganalisis sajak Indonesia untuk turut

mengembangkan studi sastra dan kesusastraan Indonesia.Salah satu penyair pada

era 45 yaitu Chairil Anwar yang sering di sebut sebagai pelopor angkatan 45

dengan corak dan gaya penulisan sajaknya yang terlepas, bebas dan tidak terikat

pada konvensi-konvensi yang ada pada masa itu. Teori struktural dan semiotik

dewasa ini merupakan salah satu teori sastra yang terbaru disamping teori estetika

resepsi dan dekonstruksi. Akan tetapi, teori ini belum banyak dimanfaatkandalam

bidang kritik sastra di Indonesia.

Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya

sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan

Page 7: Analisis Puisi

konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna.

Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam

(internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.

Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo yaitu bahwa

bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau

ketandaan,yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra

bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna

pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan dalam lukisan masih bersifat netral,

belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum

dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti

yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh

konvensi-konvensi masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan

itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat.

Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh

konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut dengan semiotik.

Begitu pula ilmu yang mempelajari sistem tanda-tandaiti disebut semiotika

(2009:121).

Sedangkan struktural dalam sajak atau karya sasatra yang menganggap

bahwa sebuah karya sastra adalah sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti

bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem,yang di

antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik,saling menentukan. Jadi,

kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan-kumpulan atau

tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri,melainkan hal-hal

itu saling berkaitan,saling terikat,dan saling bergantung (2009:118).

Dalam makalah ini, penulis mengambilsalah satu puisi karya Chairil Anwar

yang berjudul “Penerimaan” dalm bukunya “Deru Campur Debu”yang akan

dianlisias secara struktural semiotik.

B. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah tentang “Analisis Struktural dan Semiotik

Terhadap Puisi Chairil Anwar” adalah untuk:

Untuk memahami aspek-aspek kepuitisan dan makna sajak secara struktural dan

semiotik terhadap puisi ”Penerimaan” karya Chairl Anwar.

Untuk mengetahui apa saja gaya bahasa, simbol, citraan, majas dan unsur-unsur

kepuitisan yang terdapat dalam “Penerimaan” karya Chairil Anwar.

Page 8: Analisis Puisi

Untuk mengetahui kesamaan tema dalam kumpulan puisi-puisi Chiril Anwar.

C. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana unsur-unsur yang

terkandung dalam puisi “Penerimaan”karya Chairil Anwar dalam bukunya yang

berjudul “Deru Campur Debu”.

D. TEORI DAN METODE

Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak. Menganalisis sajak

adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. Karya sastra itu

merupakan struktur yang bermakna. Karya sastra itu merupakan sistem tanda yang

mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai

medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotic atau ketandaan yang

mempunyai arti, medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral). Teori

yang digunakan dalam analisis makalah ini menggunakan teori menurut Riffaterre.

Teks atau puisi menurut Michael Riffaterre adalah pemikiran yang dibakukan

melalui mediasi bahasa. Dalam semiotik,Riffaterre memperlakukan semua kata

menjadi tanda. Langkah-langkah dalam memahami sebuah teks dalam hal ini puisi

menurut Michael Riffaterre ada 4, yaitu:

Pembaca harus menemukan kata kunci atau matriks yang terdapat dalam

sebuah sajak atau teks.

Pembaca juga harus melakukan pembacaan secara heuristik, yaitu sesuai

dengan kompetensi bahasa dan struktur kebahasaannya.

Seorang pembaca dituntut untuk melakukan pembacaan hermeneutik yaitu

pembacaan pada tingkat makna.

Seorang pembaca harus menemukan hubungan intertekstualitas antara karya

sastra tersebut. Seorang pembaca harus mencari sumber teks atau yang

lazim disebut hipogram dan harus mencari model dan varian.

Untuk memahami sebuah teks harus mencari unsur-unsur yang ada di dalamnya yaitu

unsur-unsur estetik dan unsur-unsur ekstra estetik yang terdapat dalam sebuah karya sastra.untuk

mengetahui unsur kepuitisan dan makna luar yang terkandung dalam teks puisi, penulis

mengguakan teori strukturalisme. Sedangkan untuk memaknai atau memberi makna dalam setiap

sajak penulis menggunakan teori semiotoc. Semiotik adalah teori filsafat umum yang berkenaan

dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang

Page 9: Analisis Puisi

digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal

serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh

seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara

sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku

manusia. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda

adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-

tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi,

pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal

(things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan

mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya

membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga

mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.

Metode yand digunakan dalam menganalisis puisi ini yaitu dengan menganalisis sajak-

sajak kedalam unsur-unsur yang memperhatihan hubungan keseluruhan unsur-unsur yang

ada.Kemudian setiap unsur sajak diberi makna yang sesuai dengan konvensi puisi.setelah itu

memaknai keseluruhan teks puisi berdasarkan analisis tersebut. Studi sastra bersifat semiotik

merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem

tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra

mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam

(internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.

PEMBAHASAN

ANALISIS STRUKTUR KEPUITISAN

Ada kriteria dalam menganalisis struktur kepuitisan yaitu:

Pilihan Kata

Kata-kata di dalam sajak adalah kata-kata yang sama sekali berbeda

dengan teks dalam bentuk yang lain. Kata-kata dalam sajak memiliki peran

sangat esensial karena ia tidak saja harus mampu menyampaikan gagasan,

tetapi juga dituntut untuk mampu menggambarkan imaji sang penyair dan

memberikan impresi ke dalam diri pembacanya, karena itu kata-kata dalam

puisi lebih mengutamakan intuisi, imajinasi, dan sintesis. Pilihan kata yang

tedadap dalam puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar:

Page 10: Analisis Puisi

PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi

Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali

Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

(Deru Campur Debu,1959:36)

Pilihan kata yng digunakan seorang Chairil Anwar sangat indah, karena kata-kata

yang digunakan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami misalnya dalam

sajak yang berjudul “Penerimaan”. Selain itu penyusunan kata-katanya sangat

tepat dan pemilihan untuk pembentukan sebuah sajak memperhatikan kesesuaiaan

kata yang digunakan serta penyusunan antar kata sangat indah.

Bahasa Kiasan

Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk mencpai spek

kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif tidak secara

sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini digunakan untuk

memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Basasa kiasan

dipergunakan untukmemperindah sajak-sajak yang ditulis seorang penyair. Bahasa

sajak ang tedapat dalampuisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar adalah sebagai

berikut:

Repetisi

Page 11: Analisis Puisi

Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat

yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang

sesuai. Dalam sajak terdapat dalam:

Kalau kau mau ku terima kau kembali

...

Kalau kau mau kuterima kembali

...

Simile atau Persamaan

Simile atau Persamaan adalahperbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu

langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat

dalam:

..

Bak kembang sari sudah terbagi

...

Pesonifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan

benda mati seolah-olah hidup. Dalam sajak terdapa dalam:

...

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Citraan

Citraan adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan hadirnya kesan

keindrawian atau kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam sebuah puisi

merupakan unsur yang sangat penting dalam mengembangkan keutuhan puisi,

sebab melaluinya kita menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang tampak

konkret yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan dan menghayati

sebuah puisi secara menyeluruh dan tuntas.

Citraan dalam puisi terdapat 7 jenis citraan, yaitu citraan penglihatan, citraan

pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan

pencecapan, dan citraan suhu. Penggunaan citraan dalam puisi melibatkan hampir

semua anggota tubuh kita, baik alat indra maupun anggota tubuh, seperti kepala,

tangan, dan kaki. Untuk dapat menemukan sumber citraan yang terdapat dalam

puisi, pembaca harus memahami puisi dengan melibatkan alat indra dan anggota

tubuh untuk dapat menemukan kata-kata yang berkaitan dengan citraan.

Page 12: Analisis Puisi

Dalam sajak “Penerimaan” citraan yang digunakan misalnya yaitu citraan

penglihatan tedapat dalam”aku msih tetap sendiri, sedangkan dengan cermin aku

enggan berbagi. Cermin dapat dilihat dengan indera mata sehingga menggunakan

citraan penglihatan.

Sarana Retorika

Sarana retorik pada dasarnya merupakantipu muslihat piiran yang

mempergunakan susunan bahasa yang khas sehingga pendengar erasa dituntut

untuk berpikir. Dalam menyampaikan sebuah ide atau gagasan Chairil Anwar

cenderung pada aliran realisme dan ekspresionis.

Hubungan Intertekstual “Penerimaan” dengan “Kusangka”

Untuk mendapat makna penuh sebuah sajak, tidak boleh melupakan

hubungan sejarahnya, bik dengan keseluruhan sajak-sajak peyair sendiri, sajak-

sajak sesamanya, maupun dengan sajak sastra zaman sebelumnya( Teeuw, 1983:

65). Dibawah ini sajak-sajak nya, yaitu sajak “Penerimaan” karya Chairil Anwar dan

“Kusangka” karya Amir Hamzah.

PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi

Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali

Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

(Deru Campur Debu,1959:36)

KUSANGKA

Kusangka cempaka kembang setangakai

Page 13: Analisis Puisi

Teryata melur telah diseri.......

Hatiku remuk mengenangka ini

Wasangka dan was-was silih berganti.

Kuharap cempaka baharu kembang

Belum tahu sinar matahari.......

Rupanya teratai patah kelopak

Dihinggapi kumbang berpuluh kali.

Kupohonkan cempaka

Harum mula terserak.......

Melati yang ada

Pandai tergeletak.......

Mimpiku seroja terapung di paya

Teratai putih awan angkasa......

Rupanya mawar mengandung lumpur

Kaca piring bunga renungan......

Igauanku subuh, impianku malam

Kuntum cempaka putih bersih......

Kulihat kumbang keliling berlagu

Kelopakmu terbuka menerima cembu.

Kusangka hauri bertudung lingkup

Bulu mata menyangga panah Asmara

Rupanya merpati jangan dipetik

Kalau dipetik menguku segera

(Buah Rindu, 1959:19)

Sajak Chairil Anwar merupakan penyimpangan terhadap konsep estetik Amir

Hamzah yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Pandangan romantik

Amir Hamzah ditentang dengan pendangan realistiknya. Sajak “Kusangaka”

mennjukkan kesejajaran gagasan yang digambarkan dalam enam sajak tersebut.

Amir Hamzah menggunakan ekspresi romantik secara metaforis-alegoris,

membandingkan gadis dengan bunga. Pada bait terakhir dimetamorkan sebagai

bidadari (hauri) dan merpati.

Dari keenam bait tersebut disimpulkan bahwa si aku mencintai gadis yang

disangka murni, tetapi ternyata sesungguhnya sudah tidak murni lagi. Sudah

dijamah oleh pemuda lain/ suda tidak perawan lagi (‘Rupanya teratai patah

Page 14: Analisis Puisi

kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. Kulihat kumbang keliling

berlagu/kelopakmu terbuka menerima cembu’). Hal itu menimbulkan kekeewaan

dan menyebabkan hati si aku remuk. Wasangka dan was-was silih berganti(bait 1).

Dengan demikian, si aku tidak mau bersama gadis yang sudahtidak murni lagi,

sebab akan terkena kuku “merpati” itu (bait 7).

Gadis yang masih murni (disangka murni) diumpamakan cempaka

kembang(bait 1), baharu kembang belum terkena sinar matahari(bait 2), cempaka

harum(bait 3), seroja terapung di paya putih seperti awan(bait 4), dan seperti

bidadari (hauri) bertudung lingkup yang bulu matanya menambah panah

asmara(bait 6).

Gambaran tersebut bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya yang

sangat menyakitkan basi si aku dan sangat kecewa setelah mengetahui kisah yang

sebenarnya. Gambaran gadis tersebut sudah tidak murni lagi diumpamakan melur

telah diseri(bait 1), teratai patah kelopak dihingapi kumbang berpuluh kali(bait 2),

merpati yang pandai bergelak(bait 3), mawar yang mengandung lumpur(bait 4),

dan merpati yang mengaku segera(bait 6).

Jadi yang menanggapi masalah tersebut si aku merasa kecewa karena pikiran

romantik bahwa gadis yang dicintainya itu harus masih murni dan tetap murni,

setia pada si aku, tidak boleh menerima cinta orang lain, namun kenyataan

berlainan. Tidak sesuai dengan keinginan si aku. Sikap romantik digambarkan

dengan bahasa yang indah, mengambil objek dari alam sebagai perumpamaan,

sehingga seperti natural.

Sebaliknya Chairil Anwar, dalam sajaknya itu menampilkan tampak yang lain

dalam mendiskripsikan atau menanggapi gadis yang sudah tidak murni lagi. Sangat

berlawanan dengan apa yang ditampilkan oleh Amir Hamzah. Ia berpandangan

realistik, si aku au menerima kembali wanita(kekasihnya, istrinya) yang barang kali

telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Si aku mau menerima kembali asal mau

kembali kepada si aku tanpa da rasa curiga. Si aku masih sendiri, tidak mencari

wanita lain sebagai pasangan hidupnya karena masih menunggu kembalinya wanita

yang dicintainya itu.

Si aku mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak murni lag,

sudah seperti bunga yang sarinya terbagi, yaitu sudah dihinggapi kumbang lain.

Wanita itu jika ingin mau diterima kembali harus berani bertemu dengan si aku dan

jangan malu untuk menemui si aku. Digambarkan “Djangan tunduk! Tantang aku

Page 15: Analisis Puisi

dengan berani”. Si aku pun tetap menerima dengan sepenuh hati walaupun wanita

itu sudah tidak perawan lagi.

Chairil Anwar membandingkan wanita dengan bunga(kembang). Wanita yang

sudah tidak murni digambarkan sebagai bunga yang sarinya sudah terbag i(bak

kembang sari yang sudah terbagi). Ini hampir sama dengn perumpamaan yang

dilakukan Amir Hamzah: “Rupanya teratai patah kelopak/dihinggapi kumbang

berpuluh kali dan kulihat kumbang keliling berlaga”. Sedangkan Chairil

Anwar :”Kutau kau bukan yang dulu lagi/ bak kembang sari sudah terbagi”. Numun

Chairil Anwar tetap menggunakan bahasa keseharian dalam pengungkapan dan

menggunakan gaya eksresif yang padat.

ANALISIS SEMIOTIK

Studi sastra bersifat semiotik adalah usaha untuk menganalisis sastra

sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang

memungkinkan karya sastra mempunyai arti. Dengan melihat variasi-variasi

didalam struktur dalam atau hubungan dalamnya, akan dihasilkan bermacam-

macam arti. Analisis semiotik itu tidak dapat dipisahkan dari analisis struktural, dan

sebaliknya. Tugas semiotik puisi adalah membuat eksplisit asumsi-asumsi implisit

yang menguasai produksi arti dalam puisi.

Dalam sajak”Penerimaan” karya Chairil Anwar merupakan ungkapan

perasaan yang dirasakan oleh penyair. Puisi itu dapat dianalisis sebagai berikut: si

aku memberi harapan kepada gadis si aku bila ingin kembali boleh saja. Si aku

menerima sepenuh hati bila gadis itu mau kembali lagi pada kehidupan si aku. Si

aku tidak mencari gadis lain sebagai pendamping hidupnya karena masih

menunggu kepulangan kekasihnya.

Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan tetap menunggu

walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak perawan

lagi atau sudah selingkuh dengan laki-laki lain. Itu digambarkan dengan kalimat”

Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang sari sudah terbagi”. ini

menggunakan metafora-metafora yang sangat indah dangan menggambarkan

perempuan yang tidak perawan dengan kembang sari sudah terbagi.

Si aku memberi harapan kepada gadis si aku bila ingin kembali tidak usah

malu dan harus mau menemui si aku. Tidak usah takut untuk menemui si aku. Si

aku pun tetap menerima apapun yang sudah terjadi dan menerima dengan mutak:

jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi. Digambarkan

Page 16: Analisis Puisi

dalam bait ke-5 yan berbunyi “Sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi”.

Dalam kalimat ini menggunakan citraan penglihatan

KESAMAAN DALAM PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR YANG BERTEMA

PERCINTAAN

Didalam kumpulan puisi Chairil anwar banyak sekali persamaan tema. Misalnya

tema tentang percintaan. Chairil anwar menggambarkan rasa cinta dengan

banyak pilihan kata yang digunakan sesuai dengan pilihan kata yang lain.

SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi

Kau depanku bertudung sutra senja

Di hitam matamu kembang mawar dan melati

Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba

Meriak muka air kolam jiwa

Dan dalam dadaku memerdu lagu

Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka

Selama matamu bagiku menengadah

Selama kau darah mengalir dari luka

Antara kita Mati datang tidak membelah...

Dalam puisi sajak putih dgamberkan gdis ai aku pada suatu senja hari yang indah ia

duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang pada saat itu ada warna pelangi yaitu langit senja yang

indah penuh dengan macam-macam warna. Gadis itu bertudun g sutra diwaktu haru sudah senja.

Sedangkan rambut gadis itu yang harum ditiup angin tampak seperti sedang bersenda gurau, dan

dalam mata gadis yang hitam kelihatan bunga mawar dan melati yang mekar. Mawar dan melati

yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik . biasanya mawar itu berwarna

merah yang menggambarka cinta dan melati putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam mata si

Page 17: Analisis Puisi

gadis tampak cinta yang tulus, menarik, dan mengikat. Suasana pada saat itu bsangat

menyenangkan, menarik,m penuh keindahan yang memduat si aku haru dengan semua itu.

Dalam pertemuan ke dua insan itu sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang

menggambarka tidak ada percakapan dari keduanya. Mereka hanya dian tanpa ada sepatah kata

yang diucapkan seperti hanya ketika waktu berdoa. Hanya kata hati yang berkata dan tidak

keluar suara. Kesepian itu mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti hanya permukaan kolam

yang terisa air yang beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam tanpa kata itu, didalam dada si aku

terdengar lagu yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa kegembiraan itu

digambarkan dengan menari seluruh aku.

Hidup dari hidupku, pintu terbuka menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh

dengan kemungkinan dan ada jalan keluar serta masih ada harapan yna pasti bisa diwujudkan

selam gadis kekasihnya masih menengadahkan mukanya ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa

si gadis masih mencintai s aku, mau memandang kemuka si aku, bahkan juga isyarat untuk

mencium dario si aku. Keduanya masih bermesraan dan saling mencintai.

Begitu juga hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar, dikiaskan

dengan darahnya yang masih mengalir dan luka, sampai kematioan tiba pun keduanya masih

mencintai, dan tidak akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si

aku. Putih mengiaskan ketulusa kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si

aku yang sangat tulus dan jujur.

Tanda-tanda semiotik untuk kegembiraan dan kebahagiaan di dalam sajak ini adalah kata:

tari, warna pelangi, sutra senja, memerdu l;agu, menari-neri, pintu terbuka. Jadi, sajak ini

bersuasana gembira. Namun biasanya sajak Chairil Anwar bersuasana murung, suram dan sedih.

Puisi tidak hanya menyampaikan informasi saja, namun diperlukan kepadatan dan ekspresifitas,

karena hanya inti pernyataan yang dikemukakan. Karena hal ini, maka sajak penyimpangan dari

tata bahasa normatif seperti:

Hidup dari hidupku, pintu terbuka

Selama matamu bagiku menengadah

Selama kau darah mengalir dari luka

Antara kita Mati datang tidak membelah…..

Bila diucapkan secara normatif, maka ekspresifitasnya hilang karena tidak padat dan tidak

berirama. “Pintu akan selalu terbuka bagi hidup dan hidupku. Selama matamu menengadah

Page 18: Analisis Puisi

bagiku. Selama darah masih mengalir jika engkau terluka. Antara kita sampai kematian datang

kita tidak membelah(berpisah). Dalam sajak ini pengertian abstrak dapat menjadi kongret karena

digunakan citraan-citraan dan gerak yang digabung dengan metafora.

Rasa sayangnya itu juga digambarkan dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul

“Penerimaan”. Dalam puisi itu digambarkan bahwa si aku masih bisa menerima si gadis yang

telah berselingkuh dengan orang lain. Si aku menerima dengan rasa penuh keihklasan dari si

gadis yang telah mau kembali kepelukannya. Terlalu sayangnya si aku, si aku menerima dengan

lapang dada tentang apa yang telah diperbuat oleh si gadis dengan orang lain.

Dalam puisi “Sajak Putih” banyak digunakan bahasa-bahasi kiasan. “Tari warna pelangi”

merupakan bahasa kiasan personifikasi yang menggambarkan benda mati dapat digambarkan

seolah-olah hidup. “ rambutmu mengalun bergelut sernda” juga menggunakan bahasa kiasan

personifikasi. Selain itu ada kesamaan dalam penggunaan citraan-citraan agar mempunyai makna

yang kongret, serta menggunakan metafora-metafora.

SENJA DI PELABUHAN KECIL

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Dalam puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil” diatas, terasa bahwa penyair sedang

dicengkeram perasaan sedih yang teramat dalam. Tetapi seperti pada puisi-puisi

Page 19: Analisis Puisi

Chairil Anwar yang lain, kesedihan yang diungkapkan tidak memberikan kesan

cengeng atau sentimental. Dalam kesedihan yang amat dalam, penyair ini tetap

tegar. Demikian pula pada puisinya diatas. Di dalamnya tak satu pun kata ”sedih”

diucapkannya, tetapi ia mampu berucap tentang kesedihan yang dirasakannya.

Pembaca dibawanya untuk turut erta melihat tepi laut dengan gudang-gudang dan

rumah-rumah yang telah tua. Kapal dan perahu yang tertambat disana. Hari

menjelang malam disertai gerimis. Kelepak burung elang terdengar jauh. Gambaran

tentang pantai ini sudah bercerita tentang suatu yang muram, di sana seseorang

berjalan seorang diri tanpa harapan, tanpa cinta, berjalan menyusur semenanjung.

Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar adalah kekuatan yang ada pada pilihan

kata-katanya. Seperti juga pada puisi diatas, setiap kata mampu menimbulkan

imajinasi yang kuat, dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi

penikmatnya. Pada puisi diatas sang penyair berhasil menghidupkan suasana,

dengan gambaran yang hidup, ini disebabkan bahasa yang dipakainya mengandung

suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru yang dalam. Inilah

kehebatan Chairil Anwar, dengan kata-kata yang biasa mampu menghidupkan

imajinasi kita. Judul puisi tersebut, telah membawa kita pada suatu situasi yang

khusus. Kata senja berkonotasi pada suasana yang remang pada pergantian petang

dan malam, tanpa hiruk pikuk orang bekerja.

Pada bagian lain, gerimis mempercepat kelam, kata kelam sengaja

dipilihnya, karena terasa lebih indah dan dalam daripada kata gelap walaupun sama

artinya. Setelah kalimat itu ditulisnya, ada juga kelepak elang menyinggung

muram, yang berbicara tentang kemuraman sang penyair saat itu. Untuk

mengungkapkan bahwa hari-hari telah berlalu dan berganti dengan masa

mendatang, diucapkan dengan kata-kata penuh daya: desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Penggambaran malam yang semakin gelap dan air

laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang sarat akan makna, yakni: dan

kini tanah dan air hilang ombak. Puisi Chairil Anwar ini hebat dalam pilihan kata,

disertai ritme yang aps dan permainan bunyi yang semakin menunjang keindahan

puisi ini, yang dapat kita rasakan pada bunyi-bunyi akhir yang ada pada tiap larik.

Di dalam puisi ini juga digambarkan rasa cinta namun dalam bentuk

kesedihan yang mendalam yang dialami oleh si aku namun si aku tetap tegar

menghadapinya. Si aku dalam keadaan muram , penuh kegelisahan, dan tidak

Page 20: Analisis Puisi

sempurna dengan kehidupannya. Si aku sedang mancari cintanya yang hilang.

Suasana pada saat itu gerimas yang menambah rasa kesedihan dari si aku.

CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,

gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,

di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertahta, sambil berkata:

"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama 'kan merapuh!

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,

kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi,

suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, bait, dan pada akhirnya makna seluruh

puisi.

Bait I “Cintaku jauh di pulau” berarti. Kekasih tokoh aku (gadis manis) berada

di suatu tempat yang jauh. “Gadis manis sekarang iseng sendiri” artinya sang

kekasih tersebut adalah seorang gadis yang manis yang menghabiskan waktu

sendirian (iseng) tanpa kehadiran tohoh aku.

Pada bait II, si tokoh aku menempuh perjalanan jauh dengan perahu karena

ingin menjumpai atau menemui kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat bagus dan

Page 21: Analisis Puisi

malam ketika bulan bersinar, namun hati si aku merasa gundah karena rasanya ia

tak akan sampai pada kekasihnya.

Bait III menceritakan perasaan si aku yang semakin sedih karena walaupun

air terang, angin mendayu, tetapi pada perasaannya ajal telah memanggilnya (Ajal

bertahta sambil berkata : “Tujukan perahu ke pangkuanku saja”).

Bait IV menunjukkan si aku putus asa. Demi menjumpai kekasihnya ia telah

bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu yang membawanya akan rusak, namun

ternyata kematian menghadang dan mengakhiri hidupnya terlebih dahulu sebelum

ia bertemu dengan kekasihnya.

Bait V merupakan kekhawatiran si tokoh aku tentang kekasihnya, bahwa

setelah ia meninggal, kekasihnya itupun akan mati juga dalam penantian yang sia-

sia. Setelah kita menganalisis makna tiap bait, kita pun harus sampai pada makna

lambang yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih tokoh aku adalah kiasan dari

cita-cita si aku yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku harus mengarungi

lautan yang melambangkan perjuangan. Sayang, usahanya tidak berhasil karena

kematian telah menjemputnya sebelum ia meraih cita-citanya.

Dalam puisi tersebut terasa perasaan-perasaan si aku : senang, gelisah, kecewa,

dan putus asa. Kecuali itu ada unsur metafisis yang menyebabkan pembaca

berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur metafisis tersebut berupa ketragisan

hidup manusia, yaitu meskipun segala usaha telah dilakukan disertai sarana yang

cukup, bahkan segalanya berjalan lancar, namun manusia seringkali tak dapat

mencapai apa yang diidam-idamkannya karena maut telah menghadang lebih

dahulu. Dengan demikian, cita-cita yang hebat dan menggairahkan akan sia-sia

belaka.

Dalam puisi ini juga menggunakan citraan-citraan. Hal itu terdapat dalam “Perahu

melancar, bulan memancar,”. Citraan yang digunakan adalah citraan penglihatan

karena perahu melancar dan bulan memancar hanya bisa dilihat. Jadi citraannya

adalah citraan penglihatan. Citraan visual digunakan dalam:

“Ajal bertakhta, sambil berkata:

"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

....

Mengapa Ajal memanggil dulu

Page 22: Analisis Puisi

Dalam puisi “Cintaku jauh di pulau” juga menggunakan bahasa sajak. Bahasa sajak

yang digunakan adalah:

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda

mati seolah-olah hidup.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

Di air yang tenang, di angin mendayu,

Mengapa Ajal memanggil dulu

Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan melebih-lebihkan.

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama 'kan merapuh!

....

kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

Dari kesemuaan puisi Chairil Anwar tersebut mempunyai persamaan dalam

tema yaitu tentang percintaan. Namun hanya berbeda dalam penggunaan pilihan

kata-kata. Selain itu berbeda dalam perasaan hati si aku. Perasaan berbeda karana

hidup seseorang tidak akan sama perasaannya. Kadang sedih dan kadang pula

hidup bahagia. Begitui juga halnya si aku.

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sajak

“Penerimaan” karya Chairil Anwar dianalis dengan kajian struktural semiotik. Untuk

menganslisisnya terdapat gaya bahasa yang digunakan yaitu:

Pilihan kata

Kata-kata di dalam sajak adalah kata-kata yang sama sekali berbeda dengan

teks dalam bentuk yang lain. Kata-kata dalam sajak memiliki peran sangat

esensial karena ia tidak saja harus mampu menyampaikan gagasan, tetapi

juga dituntut untuk mampu menggambarkan imaji sang penyair dan

Page 23: Analisis Puisi

memberikan impresi ke dalam diri pembacanya, karena itu kata-kata dalam

puisi lebih mengutamakan intuisi, imajinasi, dan sintesis.

Bahasa Kiasan

Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk mencpai

spek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif tidak

secara sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini

digunakan untuk memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah

sajak. Basasa kiasan dipergunakan untukmemperindah sajak-sajak yang

ditulis seorang penyair. Bahasa sajak ang tedapat dalampuisi “Penerimaan”

karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut:

Repetisi

Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat

yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks

yang sesuai.

Simile atau Persamaan

Simile atau Persamaan adalahperbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu

langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain.

Pesonifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan

benda mati seolah-olah hidup.

Citraan

Citraan adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan hadirnya kesan

keindrawian atau kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam sebuah puisi

merupakan unsur yang sangat penting dalam mengembangkan keutuhan

puisi, sebab melaluinya kita menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang

tampak konkret yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan dan

menghayati sebuah puisi secara menyeluruh dan tuntas.

Sarana Retorika

Sarana retorik pada dasarnya merupakantipu muslihat piiran yang

mempergunakan susunan bahasa yang khas sehingga pendengar erasa

Page 24: Analisis Puisi

dituntut untuk berpikir. Dalam menyampaikan sebuah ide atau gagasan

Chairil Anwar cenderung pada aliran realisme dan ekspresionis.

Intertekstual

Sajak “Penerimaan” karya Chairil Anwar mempunyai kesamaan dengan sajak

“Kusangka” karya Amir Hamzah, namun ada juga perbedaan-perbedaan

dalam mengekspresikannnya. Perbedaan itu terdapat dalam

mengapresiasikan seorang perempuan yang terdapat dalam sajak itu.

Puisi Chairil anwar biasanya bercerita keadaan yang muram, sedih, pilu,

namun ada juga sajak yang berisi perasaan si aku dalam keadaan yang gembira,

bahagia, dan senang. Dalam puisi Chairil anwar yang bertema percintaan, tokoh si

aku merasa senang maupun sedih. Kesamaan itu dapat dilihat dari penggunaan

kata atau pilihan kata yang terdapat dalam sajak.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Chairil. Deru Campur Debu. Jakarta : Dian Rakyat, 2006.

Pradopo, Rahmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Pradopo,Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gajah Mada University

Press, 2009.

Sayuti. Suminto A. Perkenalan dengan Puisi. Yogyakarta:Gama Media, 2002.

Wachid BS, Abdul. Analisis Struktural Semiotik. Yogyakarta : Cinta Buku, 2009.

Diposkan oleh sastra di 22:12


Top Related