Transcript
Page 1: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

LAPORAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING, PELAPORAN VERIFIKASI TAHUN 2018

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

DIREKTORAT INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MPV

Page 2: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU
Page 3: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 i -

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV) Tahun 2018 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca, Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi 2019

Page 4: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 ii -

Ringkasan Eksekutif Pada periode pertama, target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia adalah mengurangi emisi sebesar 29% dengan upaya sendiri dan menjadi 41% dengan dukungan kerja sama internasional dari kondisi tanpa ada aksi (business as usual) pada tahun 2030. Komitmen NDC Indonesia untuk periode selanjutnya ditetapkan berdasarkan kajian kinerja dan harus menunjukkan peningkatan dari periode selanjutnya. Guna pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap target yang tertuang dalam NDC tersebut, perlu dilakukan upaya untuk memberikan gambaran lengkap tentang data dan informasi pencapaian komitmen Indonesia secara berkala, yang kredibel dengan mengikuti kaidah Clarity, Transparency, Understanding (CTU) dan diakui di tingkat internasional. Hal ini penting, karena pada gilirannya capaian komitmen Indonesia akan diakumulasikan dengan capaian dari Negara Pihak lainnya untuk mendapatkan gambaran pencapaian global sebagai bagian dari proses global stocktaking.

Untuk itu telah disusun berbagai regulasi/pedoman untuk mendukung pelaksanaan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Measurement, Reporting dan Verification (MRV) baik berupa pedoman teknis maupun pengaturan kelembagaannya. Sebagai gambaran dalam mendukung pelaksanaan inventarisasi GRK dan MRV telah disusun dua buku yakni Panduan Penyusunan Metodologi Penghitungan Penurunan Emisi dan/ atau Peningkatan Serapan GRK (Perdirjen PPI Nomor 09 Tahun 2018) dan Buku Pedoman Penjaminan dan Pengendalian Mutu (Quality Control/ Quality Assurance) Inventarisasi GRK Indonesia (Perdirjen PPI Nomor 10 Tahun 2018). Sebagai aksi nyata pelaksanaan mandat yang tertuang dalam regulasi tersebut, telah disusun secara berkala Laporan Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi (MPV) Nasional. Laporan ini secara garis besar memotret tentang data dan informasi profil emisi GRK yang meliputi (1). Nilai emisi baseline periode 2010-2030; (2). Penghitungan inventarisasi GRK tahun 2010 – 2017; (3). Capaian angka penurunan emisi GRK yang diperoleh dari pengurangan angka emisi baseline tahun 2017 dan penghitungan inventarisasi GRK tahun 2017; dan (4). Capaian penurunan emisi GRK terverifikasi dari aksi mitigasi yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga pada tahun 2015-2017. Selain itu juga disajikan informasi terkait regulasi/panduan serta upaya tindaklanjut perbaikan ke depan (plan of improvement). Hasil perhitungan inventarisasi GRK nasional yang tertuang dalam laporan ini menunjukkan tingkat emisi GRK di tahun 2017 menjadi sebesar 1.150.772 Gg CO2e, atau meningkat sebesar 124.879 Gg CO2e dibanding tingkat emisi tahun 2000. Sedangkan kontribusi penurunan emisi secara nasional pada tahun 2017 terhadap target yang ditetapkan dalam NDC tahun 2030 adalah sebesar 24,7% dari target

Page 5: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii -

penurunan emisi sebesar 834 Juta Ton CO2e atau 29% dari BAU. Kontribusi dimaksud berasal dari sektor energi sebesar 7,30%, sektor IPPU sebesar 0,02%, sektor kehutanan sebesar 17,54%, sektor pertanian -0,25%, dan sektor limbah sebesar 0,03%. Laporan ini disusun dengan melibatkan Kementerian/Lembaga terkait, BAPPENAS, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Pemerintah Daerah, dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang lengkap kepada seluruh pemangku kepentingan terhadap pencapaian komitmen Indonesia dalam aksi menanggulangi dampak perubahan iklim. Selain itu, semua proses yang dilakukan dalam penyusunan laporan ini dapat dijadikan sebagai pijakan awal dalam mewujudkan pilar “Kebijakan Satu Data GRK” yang merupakan salah satu dari Sembilan Strategi Implementasi NDC.

Page 6: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iv -

SAMBUTAN

Nationally Determined Contribution (NDC) merupakan jantung dari Paris Agreement yang tercapai dalam konferensi COP21 tahun 2015 lalu. NDC merupakan perwujudan dari upaya setiap negara untuk mengurangi emisi dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. NDC Indonesia menggambarkan transisi dan komitmen peningkatan aksi menuju pembangunan rendah emisi dan berketahanan iklim periode 2015-2019 yang menjadi landasan untuk menentukan tujuan lebih ambisius pasca-2020 dalam rangka pencegahan kenaikan temperature global sebesar 2oC dan berupaya membatasi kenaikan temperature global sebesar 1,5oC dibandingkan masa pra-industri.

Dalam konteks penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), telah dilakukan aksi mitigasi perubahan iklim oleh berbagai pihak, pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, dimana seluruh aktivitas terkait aksi mitigasi terekam dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) sedangkan tingkat dan status emisi GRK telah termonitor dalam Sistem Informasi GRK Nasional yang Sederhana, Mudah, Akurat, Ringkas dan Transparan (SIGN SMART). Guna mendukung sistem dalam penyediaan kebutuhan data dan informasi yang kredibel dengan mengikuti kaidah Clarity, Transparency, Understanding (CTU) dan diakui di tingkat internasional, telah disusun dua buku yakni Panduan Penyusunan Metodologi Penghitungan Penurunan Emisi dan/ atau Peningkatan Serapan GRK dan Buku Pedoman Penjaminan dan Pengendalian Mutu (Quality Control/ Quality Assurance) Inventarisasi GRK Indonesia.

Dari semua modalitas yang tersedia baik berupa pembangunan sistem informasi maupun regulasi tersebut, telah menghasilkan data dan informasi secara berkala berupa profil emisi GRK dan capaian target emisi GRK terverifikasi yang terhimpun ke dalam Laporan Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi (MPV).

Diharapkan laporan ini dapat digunakan dalam melakukan monitoring dan evaluasi progres implementasi NDC menuju pencapaian komitmen target penurunan emisi sebesar 29% dari BAU 2030 dengan upaya sendiri, dan sampai dengan 41% dengan bantuan internasional.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak atas kontribusi dalam penyediaan data hingga tersusunnya Laporan Inventarisasi GRK dan MPV Tahun 2018. Semoga sumbangsih pemikiran untuk langkah perbaikan kedepan akan terus terjalin guna mewujudkan komitmen Indonesia menuju pencapaian NDC 2030.

Jakarta, Maret 2019 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc

Page 7: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 v -

KATA PENGANTAR

Kerangka waktu periode komitmen I (pertama) implementasi NDC dimulai pada tahun 2020 dan secara regular dilakukan pembaharuan (update) lima tahun sekali sesudahnya sesuai dengan Paris Agreement. Untuk itu diperlukan upaya pemantauan yang mencakup kerangka waktu tahun 2017-2019 (pra-2020) dan tahun 2020-2030 (pasca-2020).

Upaya monitoring dan evaluasi terhadap capaian penurunan emisi secara berkala telah dilakukan dengan membandingkan emisi Baseline dan tingkat emisi dari hasil penghitungan inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK). Perolehan angka penurunan emisi GRK tersebut selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk aksi mitigasi

yang telah dilakukan oleh Kementerian/ Lembaga, dunia usaha, maupun penanggungjawab aksi lainnya yang selanjutnya dilakukan proses MRV (Measurement, Reporting and Verification). Sebagaimana laporan tahun sebelumnya, Laporan Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi (MPV) secara garis besar mencakup data dan informasi Profil emisi GRK yang meliputi: 1. Nilai emisi baseline periode 2010-2030, dimana nilai emisi baseline pada tahun 2017

sebesar 1.860 Juta ton CO2e; 2. Data penghitungan inventarisasi GRK tahun 2010 – 2017 yang menunjukkan angka pada

tahun 2017 sebesar 1.151 Juta ton CO2e; 3. Capaian angka penurunan emisi GRK yang diperoleh dari pengurangan angka emisi

baseline tahun 2017 dan penghitungan inventarisasi GRK tahun 2017 yakni sebesar 709 Juta ton CO2e;

4. Capaian penurunan emisi GRK terverifikasi dari aksi mitigasi yang dilakukan oleh Kementerian/ Lembaga pada tahun 2015-2017 sebesar 350,73 Juta ton CO2e.

Selain data dan informasi profil emisi, juga disajikan informasi terkait regulasi/ panduan serta upaya tindak lanjut perbaikan kedepan (plan of improvement). Diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam mempercepat proses dan memberikan gambaran lengkap tehadap pencapaian komitmen Indonesia di tataran global. Ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang berkontribusi dalam penyusunan Laporan ini. Jakarta, Maret 2019 Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M.Sc

Page 8: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 vi -

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV) Tahun 2018.

TIM PENYUSUN

Pengarah: Ruandha Agung Sugardiman Penanggungjawab: Joko Prihatno Penyusun: 1. Joko Prihatno 2. Irawan Asaad 3. Budiharto 4. Ratnasari 5. Hari Wibowo 6. Franky Zamzani 7. Wawan Gunawan 8. Fifi Novitri 9. Allan Rosehan 10. Rully Dhora Sirait 11. Akma Yeni Masri 12. Vinna Precylia 13. Saiful Lathif 14. Rusi Asmani 15. Heri Purnomo 16. Prasetyadi Utomo 17. Serly Andini Pertiwi 18. Erni Wibawanti 19. Kurnia Utama 20. Muhammad Ahsan Fuady 21. Hary Hapriyanto

ISBN: 978-602-73066-7-7 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang menggunakan isi maupun memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotocopy, cetak, micro film, elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau non-komersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Direktorat Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (2019). Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca, Monitoring, Pelaporan, dan Verifikasi Nasional Tahun 2018. Diterbitkan oleh: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Direktorat Inventarisasi GRK dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi. Gd. Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 6 Wing A. Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta 10270, Indonesia Telp/Fax: 021 57903073.

Page 9: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 vii -

DAFTAR ISI

Hal Ringkasan Eksekutif………………………………………………………………………………………….. Sambutan………………………………………………………………………………………………………… Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………… Tim Penyusun………………………………………………………………………………………………….. Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………… Daftar Gambar…………………………………………………………………………………………………. Daftar Tabel……………………………………………………………………………………………………..

i iv v vi vii ix xi

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………… 1

BAB II. METODOLOGI………………………………………………………………………………….. 3 2.1. METODOLOGI INVENTARISASI GRK….………………………………………… 3 2.1.1. Kelembagaan Inventarisasi GRK ………………………………………..

2.1.2. Metodologi Perhitungan Inventarisasi GRK………………………….. 3 7

2.2. METODOLOGI VERIFIKASI CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK……….. 19 2.2.1. Kelembagaan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK…………

2.2.2. Metodologi Perhitungan Verifikasi……………………………………… 19 19

BAB III. HASIL INVENTARISASI GRK NASIONAL……………………………................... 35 3.1. PROFIL EMISI GRK NASIONAL………………………………………............. 35 3.2. PROFIL EMISI SEKTORAL…………………………………………………………. 40 3.2.1. Sektor Energi…………………………………………………………………..

3.2.2. Sektor IPPU…………………….……………………………................... 3.2.3. Sektor AFOLU………………………………………………………………….

3.2.3.1. Sektor Pertanian…………………………………………………. 3.2.3.2. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya...

3.2.4. Sektor Limbah ………………………………………………………………..

40 52 60 61 72 84

BAB IV. HASIL CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK…………………………………………… 93 4.1. PENURUNAN EMISI GRK NASIONAL…………………………………………….. 93 4.2. PENURUNAN EMISI GRK SEKTORAL…………………………………………….. 93 4.2.1. Sektor Energi…………………………………………………………………..

4.2.2. Sektor IPPU ………………………………………………..…………………. 4.2.3. Sektor Pertanian..………………………………………...…………………. 4.2.4. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya.............…. 4.2.5. Sektor Limbah…………………………………………..………………………

94 98 99 100 102

BAB V. PENURUNAN EMISI TERVERIFIKASI……………………….…………………………… 106 5.1. PENURUNAN EMISI TERVERIFIKASI..……………………………………………

5.1.1. Sektor Energi.…….…………………………………………………………….. 5.1.2. Sektor IPPU………...……………………………………………………………. 5.1.3. Sektor Pertanian..……………………………………………………………... 5.1.4. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya ...…………… 5.1.5. Sektor Limbah …………………………………………………………………..

106 106 110 111 111 112

5.2. KONTRIBUSI PENURUNAN EMISI GRK TERHADAP TARGET NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTION (NDC)…………….………..

113

5.2.1 Kontribusi Penurunan Emisi GRK Sektoral…………………….……… 5.2.1.1. Sektor Energi ………………………………………….…………… 5.2.1.2. Sektor IPPU ……………………………………….……………….. 5.2.1.3. Sektor Pertanian...………………………………………………..

113 113 115 116

Page 10: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 viii -

5.2.1.4. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya ….. 5.2.1.5. Sektor Limbah……………………………………………….………

5.2.2 Kontribusi Penurunan Emisi GRK Nasional …………………….……..

118 120 121

BAB VI. RENCANA PERBAIKAN (PLAN OF IMPROVEMENT) ………………………..……… 123 6.1. Sektor Energi…………………………………………………………………………….

6.2. Sektor IPPU……………………………………………………………………………… 6.3. Sektor Pertanian………………………………………………………………………. 6.4. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya….……………………. 6.5. Sektor Limbah………………………………….………………………………………..

123 124 125 125 126

BAB VII. PENUTUP………………………………………………………………………………………….. 127

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 ix -

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2-1. Pengaturan Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional Menurut Perpres 71/2011 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor P.73/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2017

7

Gambar 2-2. Skema MRV Nasional 19 Gambar 2-3. Proses Verifikasi Capaian Aksi Mitigasi 21 Gambar 3-1. Profil Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2017 35 Gambar 3-2 Profil Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2017

(Tanpa Kehutanan dan Kebakaran Gambut) 36

Gambar 3-3. Kontribusi Emisi GRK Sektoral Terhadap Emisi GRK Nasional 37 Gambar 3-4. Kategori Utama Sumber Emisi GRK (IPCC-2006 GL) 40 Gambar 3-5. Sumber Emisi GRK Dari Sektor Energi 41 Gambar 3-6 Sub Kategori Sumber Emisi GRK Dari Kategori

Pembakaran Bahan Bakar 41

Gambar 3-7 Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bahan Bakar Di Industri Energi

42

Gambar 3-8. Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bahan Bakar Pada Industri Manufaktur

42

Gambar 3-9. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bakar Sektor Transportasi

43

Gambar 3-10. Cakupan Emisi Fugitive Dari Produksi Bahan Bakar 44 Gambar 3-11. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Jenis Gas Tahun

2000– 2017 48

Gambar 3-12. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Sumber Tahun 2000 – 2017

48

Gambar 3-13. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Kegiatan Sub Sektor Tahun 2000 – 2017

49

Gambar 3-14. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Tahun 2000-2017

50

Gambar 3-15. Perbandingan Perhitungan Emisi dengan Menggunakan Reference dan Sectoral ApproachTahun 2000-2017

51

Gambar 3-16. Sumber Emisi Dari Sektor IPPU 52 Gambar 3-17. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Mineral 53 Gambar 3-18. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Kimia 54 Gambar 3-19. Cakupan Sumber Emisi sektor IPPU dari Produksi Petrokimia

dan Carbon Black 54

Gambar 3-20. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Logam 54 Gambar 3-21. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Produk Non-Energi Dan

Pelarut 55

Gambar 3-22. Cakupan Emisi GRK Dari Kategori Industri Lain 55 Gambar 3-23. Tingkat Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2000-2017 59 Gambar 3-24. Komposisi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2017 59 Gambar 3-25. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor AFOLU 60 Gambar 3-26. Kategori Sumber Emisi Dalam IPCC Guidelines Sektor Pertanian 61 Gambar 3-27. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor Peternakan 62 Gambar 3-28. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Fermentasi Enterik Dan

Pengelolaan Kotoran Ternak Berdasarkan Jenis Ternak 62

Gambar 3-29. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pengelolaan Kotoran Ternak 63

Page 12: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 x -

Gambar 3-30. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

64

Gambar 3-31. Emisi Dari Sektor Pertanian Menurut Kategori Tahun 2000-2017 66 Gambar 3-32. Tren Emisi Co2e Dari Sektor PeternakanTahun 2000-2017 67 Gambar 3-33. Emisi dari Pembakaran Biomassa pada Periode 2000 – 2017 68 Gambar 3-34. Emisi CO2 dari Aplikasi Kapur di Bidang Pertanian Tahun 2000-2017 68 Gambar 3-35. Emisi CO2 dari Aplikasi Pupuk Urea 2000-2017 69 Gambar 3-36. Emisi N2O dari tanah yang dikelola tahun 2000-2017 70 Gambar 3-37. Emisi Metana dari Budidaya Padi Tahun 2000-2017 71 Gambar 3-38. Cakupan Sumber Emisi GRK dari Sektor Kehutanan dan

Penggunaan Lahan Lainnya 73

Gambar 3-39. Emisi dari Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan lainnya tahun 2000-2017 (Dengan Peat Fire)

79

Gambar 3-40. Emisi dari Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan lainnya tahun 2000-2017 (Tanpa Peat Fire)

80

Gambar 3-41. Emisi dari Kebakaran Gambut 2000-2017 81 Gambar 3-42. Emisi Biomas Di Atas Permukaan Tanah Dari Kehutanan Dan

Penggunaan Lahan Lainnya 2000-2017 81

Gambar 3-43. Emisi Dekomposisi Gambut 2000-2017 82 Gambar 3-44. Emisi GRK dari Kegiatan Pengelolaan Limbah 91 Gambar 3-45. Distribusi Emisi GRK Sektor Limbah Tahun 2017 92 Gambar 4-1. Pernyataan Penurunan Reduksi Emisi Aksi Mitigasi Limbah Padat

Domestik 105

Gambar 4-2. Pernyataan Penurunan Reduksi Emisi Aksi Mitigasi Limbah Cair Domestik

105

Gambar 5-1. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Energi 114 Gambar 5-2 Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor IPPU 116 Gambar 5-3 Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor

Pertanian 117

Gambar 5-4 Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Kehutanan

119

Gambar 5-5. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Limbah 121 Gambar 5-6. Kontribusi Penurunan Emisi Nasional (2010-2017) Terhadap Target

NDC Tahun 2030 122

Gambar 5-7. Kontribusi Penurunan Emisi Nasional (2010-2017) Terhadap BAU, CM1, dan CM2

122

Page 13: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 xi -

DAFTAR TABEL Hal

Tabel 2-1. Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional 4 Tabel 2-2. Nilai GWP pada Second assessment report (SAR) yang Digunakan

pada Perhitungan Inventarisasi GRK 9

Tabel 2-3. Pengklasifikasian kategori antara IPCC GL 2006 dan Tabel Kesetimbangan Energi

9

Tabel 2-4. Pembagian kelas umur, faktor emisi serta bobot ternak lokal 12 Tabel 2-5. Revisi Faktor Skala Jenis Tanah yang Berbeda dari Indonesia 14 Tabel 2-6. Faktor Skala Yang Disesuaikan Dengan Ekosistem Padi Dan Tata Air

Indonesia 15

Tabel 2-7. Faktor Skala Untuk Varietas Padi Yang Berbeda Di Indonesia 15 Tabel 3-1. Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2017 36 Tabel 3-2. Analisis Kategori Kunci Tahun 2017 (Dengan FOLU dan Kebakaran

Gambut) 38

Tabel 3-3 Analisis Kategori Kunci Tahun 2017 (Tanpa FOLU dan Kebakaran Gambut)

39

Tabel 3-4. Emisi GRK Dari Kegiatan Energi Tahun 2000-2017 46 Tabel 3-5. Emisi GRK Per Subkategori Sektor Energi Tahun 2017 47 Tabel 3-6. Perhitungan Emisi GRK Sektor Energi Menggunakan Metoda Reference

dan Sectoral Approach, Gg CO2e 50

Tabel 3-7. Sumber Emisi Kunci Sektor Energi Tahun 2017 51 Tabel 3-8. Emisi GRK Dari Sektor IPPU Tahun 2000-2017 57 Tabel 3-9. Emisi GRK Per Subkategori Sektor IPPU Tahun 2017 58 Tabel 3-10. Sumber Emisi Kunci Sektor IPPU Tahun 2017 60 Tabel 3-11. Sumber Emisi Kunci Sektor Pertanian 71 Tabel 3-12. Penyesuaian Kategori Tutupan Lahan KLHK dengan Kelas Penggunaan

Lahan IPCC 74

Tabel 3-13. Rerata Pertumbuhan Tahunan pada Berbagai Kategori Penggunaan Lahan

75

Tabel 3-14. Karbon Stok dari Biomassa diatas Permukaan (AGB) untuk Berbagai Tipe Penutupan Lahan.

76

Tabel 3-15. Faktor Emisi untuk Dekomposisi Gambut dari Berbagai Penutupan lahan

78

Tabel 3-16. Emisi dari Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan lainnya Tahun 2000-2017 (Gg CO2e)

83

Tabel 3-17. Analisis Kategori Kunci sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

84

Tabel 3-18. Tipe Dan Sumber Data Sektor Limbah 85 Tabel 3-19. Komposisi Sampah di TPA 87 Tabel 3-20. Dry Matter Content Sampah di TPA 87 Tabel 3-21. Parameter dan Faktor Emisi Limbah Cair Domestik 88 Tabel 3-22. Parameter Fraksi Populasi dan Derajat Penggunaan pada Pengolahan

Limbah Cair Domestik 89

Tabel 3-23. Emisi GRK Dari Sektor Limbah Tahun 2000-2017 91 Tabel 3-24. Analisis Kategori Kunci Sektor Limbah Tahun 2017 92 Tabel 4-1. Capaian Penurunan Emisi GRK Nasional 93 Tabel 4-2. Pernyataan (Klaim) Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor Enargi Tahun

2017 95

Page 14: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 xii -

Tabel 4-3. Pernyataan Capaian Reduksi Emisi GRK Sub Sektor Transportasi Tahun 2017

97

Tabel 4-4. Pernyataan Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor Industri Tahun 2017 98 Tabel 4-5. Pernyataan Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2017 99 Tabel 4-6. Data Aktivitas Kegiatan Mitigasi Sektor Pertanian Tahun 2010-2017 99 Tabel 4-7. Klaim Aksi Mitigasi Sektor Pertanian Tahun 2010-2017 100 Tabel 4-8. Capaian Penurunan Emisi GRK/Peningkatan Serapan GRK Sektor

Kehutanan Tahun 2017 102

Tabel 4-9. Aksi Mitigasi Sektor Limbah Padat Domestik 103 Tabel 4-10 Aksi Mitigasi Sektor Limbah Cair Domestik 103 Tabel 4-11 Aksi Mitigasi Sektor Limbah Cair Industri 104 Tabel 4-12. Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah Tahun 2017 104 Tabel 5-1. Kesesuaian Pernyataan (Klaim) Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor

Energi dengan Hasil Verifikasi Tahun 2017 107

Tabel 5-2. Hasil Verifikasi Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor Berbasis Industri Tahun 2017

109

Tabel 5-3. Hasil Verifikasi Capaian Reduksi Emisi GRK Sub Sektor Transportasi Tahun 2017

109

Tabel 5-4. Hasil Verifikasi Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2017 110 Tabel 5-5. Hasil Verifikasi terhadap Klaim Aksi Mitigasi Sektor Pertanian Tahun

2017. 111

Tabel 5-6. Hasil Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan Tahun 2017

112

Tabel 5-7. Kesesuaian antara Klaim dengan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah Tahun 2017

112

Tabel 5-8. Target Nationally Determined Contribution (NDC) Tahun 2030 113 Tabel 5-9. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Energi tahun 2010 –

2017 dengan Target NDC tahun 2030 114

Tabel 5-10. Progres capaian penurunan emisi GRK kategori IPPU tahun 2010 – 2017 dengan Target NDC tahun 2030

115

Tabel 5-11. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Pertanian Tahun 2010 – 2017 dengan Target NDC tahun 2030

117

Tabel 5-12. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan Tahun 2010 – 2017 dengan Target NDC tahun 2030

119

Tabel 5-13. Progres Capaian Penurunan emisi GRK kategori Limbah tahun 2010 –2017 dengan Target NDC tahun 2030

120

Tabel 5-14. Kontribusi Pencapaian Target NDC (2010-2017) 121

Page 15: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 1 -

BAB I

PENDAHULUAN

Dampak perubahan iklim secara global telah menjadi perhatian utama masyarakat

internasional, termasuk Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang memiliki berbagai

sumber daya alam, keanekaragaman hayati yang tinggi serta populasi penduduk yang

sangat besar, Indonesia sangat rentan terhadap dampak negatif meningkatnya

konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dan sekaligus memiliki potensi yang besar untuk

turut andil dalam mengatasi perubahan iklim. Salah satu langkah penting yang di lakukan

oleh Pemerintah Indonesia adalah dengan mengesahkan Paris Agreement to the United

Nation Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi

Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim) melalui

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 pada tanggal 24 Oktober 2016. Melalui

kesepakatan tersebut, Indonesia bersama dengan negara-negara di dunia berkomitmen

untuk menahan laju peningkatan suhu global dibawah 2°C dan melanjutkan upaya untuk

menekan kenaikan suhu global ke 1,5°C diatas tingkat pra–industrialisasi.

Untuk mencapai tujuan Paris Agreement tersebut, Indonesia, telah menetapkan

kontribusi target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), yang biasa disebut dokumen

Nationally Determined Contribution (NDC). NDC ini mencakup aspek aksi (mitigasi dan

adaptasi) dan dukungan sumber daya (pendanaan, peningkatan kemampuan dan alih

teknologi perubahan iklim). Pada periode pertama, target NDC Indonesia adalah

mengurangi emisi sebesar 29% dengan upaya sendiri dan menjadi 41% dengan

dukungan kerja sama internasional dari kondisi tanpa ada aksi (business as usual) pada

tahun 2030. Komitmen NDC Indonesia untuk periode selanjutnya ditetapkan

berdasarkan kajian kinerja dan harus menunjukkan peningkatan dari periode

selanjutnya.

Untuk memantau perkembangan dan mengukur capaian target NDC tersebut,

Pemerintah Indonesia telah menetapkan Peraturan Presiden No 71 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional. Selanjutnya sesuai dengan Peraturan

Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

dan dioperasionalisasikan melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Nomor 18 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan, penyelenggaraan Inventarisasi GRK, serta Monitoring, Pelaporan,

Verifikasi (MPV) menjadi tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pengendalian

Perubahan Iklim.

Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan inventarisasi GRK dan MPV mengacu pada

pedoman yang ditetapkan Intergovernmetal Panel on Climate Change (IPCC Guidelines)

Tahun 2006. Inventarisasi GRK ditujukan untuk melaksanakan kegiatan

penyelenggaraan, perolehan dan pemutakhirkan data dan informasi emisi GRK secara

periodik dari berbagai sumber emisi (source), serapan (sink), dan simpanan (stock).

Pelaksanaan kegiatan inventarisasi ini secara umum bertujuan untuk (i) mengetahui dan

Page 16: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 2 -

memantau tingkat dan status emisi GRK, (ii) merancang dan mengevaluasi kegiatan mitigasi perubahan iklim, serta (iii) menyusun laporan status emisi GRK nasional. Inventarisasi GRK dilakukan terhadap 4 (empat) kategori sumber emisi, yaitu energi, proses industri dan penggunaan produk, pertanian dan kehutanan serta perubahan penggunaan lahan lainnya, serta pengelolaan limbah.

Sementara pelaksanaan kegiatan monitoring, pelaporan dan verifikasi diperlukan untuk menjamin bahwa kegiatan pengukuran, pelaporan, dan verifikasi penurunan emisi GRK dari kegiatan aksi mitigasi perubahan iklim dilakukan sesuai prinsip-prinsip yang telah diakui di tingkat internasional, dengan menggunakan metodologi yang dapat dikomparasi dan diakui oleh para pihak penandatangan konvensi (UNFCCC, 1992).

Dokumen ini adalah Laporan Inventarisasi GRK dan MPV serta penurunan emisi yang terverifikasi sampai dengan tahun 2017. Laporan ini disusun sebagai media untuk menyampaikan hasil inventarisasi, capaian penurunan emisi GRK, capaian komitmen target NDC Indonesia, serta rencana perbaikan dan pengembangan kepada stakeholder terkait dan publik. Dalam penyusunannya, laporan ini memenuhi prinsip transparan, akurat, konsisten, komprehensif dan komparabel (TACCC), serta melibatkan Kementerian/Lembaga terkait, BAPPENAS, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, tim pakar dari akademisi dan Lembaga Penelitian serta Pemerintah Daerah.

Page 17: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 3 -

BAB II METODOLOGI

2.1 METODOLOGI INVENTARISASI GAS RUMAH KACA

2.1.1. Kelembagaan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK)

Untuk mengatur pelaksanaan inventarisasi GRK, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional. Peraturan Presiden tersebut memberikan mandat kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk menetapkan pedoman penyelenggaraan inventarisasi GRK, mengkoordinasikan penyelenggaraan inventarisasi GRK dan melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap proses dan hasil inventarisasi GRK.

Selanjutnya, dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Pasal 28 disebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) mempunyai tugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengendalian perubahan iklim, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria termasuk dibidang inventarisasi GRK, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan inventarisasi GRK, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan inventarisasi GRK.

Pengaturan lebih lanjut menyangkut tugas pokok dan fungsi Ditjen PPI dalam inventarisasi GRK diatur didalam Peraturan Menteri LHK No. 18 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri LHK sebagaimana disebutkan di atas memandatkan seluruh sektor dan pemerintah daerah dibawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembangkan laporan pelaksanaan Inventarisasi GRK yang dapat digunakan dalam penyusunan Laporan Inventarisasi GRK di tingkat Nasional dan Internasional seperti National Communication (komunikasi nasional) dan Biennial Update Report (BUR). Hasil inventarisasi GRK tersebut juga akan dipergunakan untuk pengembangan kebijakan dan evaluasi pencapaian aksi mitigasi penurunan emisi GRK.

Untuk memfasilitasi proses dan meningkatkan kualitas inventarisasi GRK, diperlukan kelembagaan yang baik. Kelembagaan tersebut juga akan berperan penting dalam proses penjaminan dan pengendalian mutu (Quality Assurance dan Quality Control) (QA/QC) penyelenggaraan inventarisasi GRK. Dalam pelaksanaannya, kelembagaan inventarisasi GRK Nasional, diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor P.73/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2017 tanggal 29 Desember 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca.

Page 18: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 4 -

Berikut ini adalah kelembagaan inventarisasi GRK Nasional, yang tertera pada Lampiran 1 Peraturan Menteri LHK tersebut:

Tabel 2-1. Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional

1. EMISI GRK SEKTOR ENERGI Koordinator Sektor : Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (Pusat Data Dan Teknologi Informasi)

NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

1 Reference Approach Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

2 Pembangkit Listrik Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

3 Minyak dan Gas (Fuel + Fugitive)

Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

4 Pertambangan Batubara (Fuel + Fugitive)

Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

5 Transportasi Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

Kementerian Perhubungan

Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan

6 Energi di Industri Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Statistik Industri

7 Energi di area komersil

Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

8 Energi di area pemukiman

Kementerian ESDM Pusat Data dan Teknologi Informasi

2. EMISI GRK SEKTOR PROSES INDUSTRI DAN PENGGUNAAN PRODUK (IPPU)

Koordinator Sektor : Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Industri Hijau Dan Lingkungan Hidup) NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

1 Proses industri Kementerian Perindustrian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan LH, Pusat Data dan Informasi

Badan Pusat Statistik

Direktorat Statistik Industri

2 Penggunaan produk Kementerian ESDM

Pusat Data dan Teknologi Informasi

Page 19: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 5 -

3. EMISI GRK SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PENGGUNAAN LAHAN LAINNYA (AFOLU)

a. PERTANIAN Koordinator Sektor : Kementerian Pertanian (Biro Perencanaan)

NO. SUMBER

EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

1 Peternakan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; Pusat Data dan Informasi; Biro Perencanaan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan; Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Peternakan, Perikanan dan Kehutanan

2 Sumber Agregat dan Emisi Non CO2

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian; Direktorat Jenderal Hortikultura; Direktorat Jenderal Perkebunan; Pusat Data dan Informasi; Biro Perencanaan; Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian; Balai Penelitian Lingkungan Pertanian;

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan

b. KEHUTANAN DAN PENGGUNAAN LAHAN LAINNYA

Koordinator Sektor : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dit. Inventarisasi GRK Dan MPV)

NO. SUMBER

EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari; Pusat Data dan Infromasi; Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Hutan; Dierktorat PKG, Ditjen PPKL

Kementerian Pertanian

Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian

Badan Informasi Geospasial (BIG)

Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Pusfatja, Deputi Bidang Penginderaan Jauh

Page 20: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 6 -

4. EMISI GRK SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH Koordinator Sektor : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dit. Pengelolaan Sampah)

NO. SUMBER EMISI PENANGGUNG JAWAB SUBSEKTOR

1 Limbah padat domestic/Municipal Solid Waste (MSW)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Pengelolaan Sampah

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Direktorat Pengembangan Sanitasi Lingkungan dan Pemukiman

2 Limbah cair domestik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Pengendalian Pencemaran Air

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Direktorat Pengembangan Sanitasi Lingkungan dan Pemukiman; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

3 Limbah padat industri (termasuk obat-obatan/limbah farmasi)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun

Kementerian Perindustrian Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan LH; Pusat Data dan Informasi

4 Limbah cair industri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Sekretariat Ditjen. Pengendaian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3

Kementerian Perindustrian Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan LH; Pusat Data dan Informasi; Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Penyegar; Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

Badan Pusat Statistik (BPS)

Direktorat Statistik Industri

Sesuai mandat yang tercantum di Perpres 71/2011 tersebut, penyusunan inventarisasi GRK nasional melibatkan partisipasi aktif pemerintah sub-nasional (provinsi, kabupaten dan kota). Namun demikian dalam pengembangan inventarisasi GRK nasional saat ini hanya melibatkan K/L pusat. Dalam pengembangan inventarisasi GRK nasional, peran pemerintah daerah diperkuat secara berkelanjutan. Sehingga di masa depan, pengembangan inventarisasi GRK akan dilengkapi melalui pendekatan top-down dan bottom-up, agar dapat dibandingkan perhitungan yang dilakukan di tingkat nasional dengan agregasi hasil perhitungan yang dilakukan pemerintah daerah. Pengembangan

Page 21: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 7 -

sistem inventarisasi GRK secara top-down dan bottom-up tersebut diilustrasikan pada Gambar 2-1.

Gambar 2-1. Pengaturan Kelembagaan Inventarisasi GRK Nasional

Menurut Perpres 71 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor P.73/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2017

2.1.2. Metodologi Perhitungan Inventarisasi GRK A. Metodologi Umum

Metodologi yang digunakan pada perhitungan emisi GRK mengacu pada metode yang ditetapkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change Guidelines dalam IPCC Guidelines 2006. Penerapan metodologi ini telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri LHK Nomor P.73/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2017 tanggal 29 Desember 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca.

Page 22: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 8 -

Secara garis besar, perhitungan emisi/serapan GRK diperoleh melalui perkalian data aktifitas dengan faktor emisi, atau dengan persamaan sederhana berikut:

1. Data Aktifitas (AD) Penyelenggara Inventarisasi GRK mengembangkan mekanisme kelembagaan dalam pengumpulan data aktifitas yang diperlukan pada perhitungan sebagaimana rumus di atas. Lembaga dan divisi yang ditunjuk pada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melakukan pengumpulan data aktivitas mengidentifikasi jenis data dan tahun ketersediaannya dan lembaga yang memiliki dan menyimpan data tersebut. Pengumpulan dan pemutakhiran data dilakukan secara kontinyu dengan melibatkan K/L terkait.

2. Faktor Emisi Penyelenggara Inventarisasi GRK melakukan upaya pengumpulan dan pengembangan faktor emisi lokal melalui kerjasama dengan instansi, lembaga, dan perguruan tinggi yang melakukan penelitian faktor emisi.

Dalam hal faktor emisi lokal belum tersedia, maka digunakan faktor emisi lokal yang tersedia untuk daerah lain atau faktor emisi nasional atau regional yang sudah tersedia atau default yang ditetapkan IPCC. Kompilasi faktor emisi dari berbagai negara dan wilayah dihimpun dalam Basis Data untuk Faktor Emisi (Emission Factor Database).

Pemilihan metodologi Inventarisasi GRK dilakukan menurut tingkat ketelitian (Tier), semakin tinggi kedalaman metode yang dipergunakan maka hasil perhitungan emisi/serapan GRK yang dihasilkan semakin rinci dan akurat. Tingkat ketelitian (tier) terdiri dari:

a. Tier 1: metode perhitungan emisi dan serapan menggunakan persamaan dasar (basic equation), data aktivitas yang digunakan sebagian bersumber dari sumber data global, dan menggunakan faktor emisi default (nilai faktor emisi yang disediakan dalam IPCC Guideline)

b. Tier 2: metode perhitungan emisi dan serapan menggunakan persamaan yang lebih rinci, data aktivitas berasal dari sumber data nasional dan/atau daerah, dan menggunakan faktor emisi lokal yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung.

c. Tier 3: metode perhitungan emisi dan serapan menggunakan persamaan yang paling rinci (dengan pendekatan modeling dan sampling), dengan pendekatan modeling faktor emisi lokal yang divariasikan dengan keberagaman kondisi yang ada, sehingga emisi dan serapan memiliki tingkat kesalahan lebih rendah.

Untuk estimasi Inventarisasi GRK Nasional tahun 2000-2017 yang menjadi lingkup pada laporan ini menggunakan metode IPCC Guidelines 2006 untuk Tier 1 dan Tier 2.

Emisi/Penyerapan GRK = AD x EF

Page 23: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 9 -

Sedangkan nilai Global Warming Potential (GWP) digunakan untuk mengkonversi data emisi GRK non-CO2 menjadi karbon dioksida ekuivalen (CO2e), dengan mengikuti Second Assessment Report (2nd AR of IPCC). Nilai GWP dimaksud sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 2-2. Nilai GWP pada Second Assessment Report (SAR) yang Digunakan pada Perhitungan Inventarisasi GRK

No. Gas GWP (CO2e) 1 CO2 1 2 Methane (CH4) 21 3 Nitrous Oxide (N2O) 310 4 PFC-14 (CF4) 6.500 5 PFC-116 (C2F6) 9.200 6 Sulfur hexafluoride (SF6) 23.900

Adapun metodologi perhitungan emisi GRK pada masing-masing sektor diuraikan pada paragraf berikut.

B. Metodologi Sektor Energi

Tingkat emisi GRK yang tercantum dalam inventarisasi sektor energi dihitung menggunakan Tier 1 metode IPCC 2006 dengan nilai faktor emisi default dan data aktivitas dalam unit energi (SBM, setara barel minyak) yang dikumpulkan dari Tabel Kesetimbangan Energi (Energy Balance Table) pada Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, yang dipublikasikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Dalam menggunakan Tabel Kesetimbangan Energi (Energy Balance Table) agar sesuai dengan kategori pada pedoman IPCC GL 2006 maka dilakukan pengklasifikasian sebagaimana tersaji dalam Tabel 2-3.

Tabel 2-3. Pengklasifikasian kategori antara IPCC GL 2006 dan Tabel Kesetimbangan Energi

Kategori IPCC 2006 Tabel Kesetimbangan Energi (Energy Balance Table)

1A1a Main activity electricity and heat production

2 e. Power plant PLN Non-PLN

1A1b Petroleum refining 2 a. Refinery 2 b. LPG Plant 2 c. LNG Plant 3 a. During Transformation 3 b. Energy use / own use

Page 24: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 10 -

Kategori IPCC 2006 Tabel Kesetimbangan Energi (Energy Balance Table)

1A1c Manufacture of solid fuels and other energy industries

2 d. Coal Processing Plant

1A2 Manufacturing Industries and Construction

6 a. Industry

1A3 Transport 6 b. Transportation 1A4a Commercial/institutional 6 d. Commercial 1A4b Residential 6 c. Household 1A4c Other Sector 6 e. Other sector 1B1 Solid Fuel 1 a. Production/Coal 1B2a Oil 1 a. Production/Crude Oil 4 Final Energy Supply / LPG 1B2b Natural Gas 1 a. Production/Natural Gas 4 Final Energy Supply / LPG

Pada laporan ini, terjadi rekalkulasi perhitungan emisi sektor energi yang berlaku pada emisi tahun 2017 dan emisi tahun-tahun sebelumnya (2000-2016). Rekalkulasi dilakukan pada kategori penggunaan energi pada “manufacturing industries and construction” (kategori 1A2) akibat dikeluarkannya data penggunaan batu bara yang diekspor dan diperdagangkan antar pedagang batubara domestik. Pada energy balance table yang dimuat pada dokumen Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia (HEESI) yang dipublikasi pada Oktober 2018 terdapat revisi data penggunaan batubara pada industri.

Rekalkulasi menyebabkan data perhitungan emisi berbeda dengan yang telah dilaporkan pada laporan sebelumnya, karena terjadi perbaikan kualitas data. Pada laporan inventarisasi GRK dan MPV tahun 2017 (perhitungan emisi sampai dengan tahun 2016) mengacu pada HEESI 2001-2015. Sementara pada pelaporan ini (perhitungan emisi sampai dengan tahun 2017) merujuk kepada HEESI 2016 dan 2018, dimana pada HEESI 2016 terdapat revisi data 2000-2016, sedangkan pada HEESI 2018 terdapat revisi data 2007-2016.

Laporan ini masih menggunakan Tier 1, dimana faktor emisi menggunakan nilai default IPCC Guideline 2006. Meskipun LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi) selaku Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM telah mengembangkan faktor emisi lokal untuk beberapa bahan bakar minyak, namun faktor emisi ini belum dapat digunakan dalam perhitungan emisi karena faktor emisi setiap jenis bahan bakar minyak tidak dibedakan antara kategori sub-sektor dimana bahan bakar tersebut dibakar. Disamping itu, faktor emisi lokal yang dihasilkan hanya mencakup gas CO2. Selain itu, pengembangan faktor emisi lokal lainnya juga telah dilakukan oleh TEKMIRA (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM) yang menghasilkan faktor emisi lokal untuk gas CO2 dari pembakaran batubara. Namun tidak ada spesifikasi faktor emisi tersebut apakah untuk batubara yang dibakar di industri, industri manufaktur, atau lainnya, disamping faktor

Page 25: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 11 -

emisi lokal yang dihasilkan hanya untuk gas CO2, maka perhitungan emisi pada laporan ini masih menggunakan nilai default IPCC.

Seperti yang tercantum dalam IPCC 2006 Guideline¸ emisi GRK dihitung menggunakan kedua metoda, yaitu reference approach dan sectoral approach. Kedua metoda sering menghasilkan hasil yang berbeda karena reference approach merupakan pendekatan top-down dihitung menggunakan data agregat dari suplai energi primer nasional, sementara sectoral approach merupakan pendekatan bottom-up dihitung menggunakan data permintaan energi akhir, data transformasi energi, dan data terkait fugitif. Perbedaan tingkat emisi GRK antara reference approach dan sectoral approach biasanya tidak lebih dari 5%. Perbedaan ini sering dikarenakan oleh emisi fugitif GRK dan stock change pada pengguna.

C. Metodologi Sektor IPPU

Estimasi nilai emisi GRK untuk sektor proses industri dan penggunaan produk menggunakan metodologi yang tercantum pada pedoman IPCC 2006. Tier 1 memerlukan data aktifitas berupa data agregat statistik produksi produk industri, jumlah penggunaan karbon, pelumas, lilin dan lain-lain secara aktual dalam skala nasional. Pengumpulan data berdasarkan pada jenis industri yang pada salah satu proses atau keseluruhan proses pembuatan produk mengemisikan atau berpotensi mengemisikan GRK.

Pengembangan menuju Tier 2 sudah dilakukan untuk industri semen, ammonia dan alumunium. Ketiga industri tersebut sudah mengembangkan faktor emisi lokal spesifik untuk industri mesin melalui penelitian dan proyek Clean Mechanism Development (CDM). Adanya pengembangan nilai faktor emisi ini akan mengakibatkan kualitas perhitungan emisi semakin baik, disamping menurunkan nilai uncertainty.

D. Metodologi Sektor Pertanian

1. Peternakan

Emisi GRK dari peternakan yang disajikan dalam inventarisasi emisi GRK ini menggunakan Tier 2 metode IPCC-2006. Penggunaan Tier yang lebih tinggi ini didukung adanya pembagian data aktivitas berdasarkan jenis kelas umur, dan faktor emisi lokal masing-masing jenis ternak. Estimasi emisi ternak ditentukan melalui perhitungan emisi dengan mengalikan suatu data aktivitas (misalnya, jumlah populasi) dengan faktor emisi lokal.

Perhitungan emisi terhadap kategori Emisi N2O langsung dan tidak langsung juga menggunakan metodologi Tier 2 dengan data aktivitas populasi ternak berdasarkan kelas umur, bobot ternak lokal namun dengan tambahan parameter mengenai sistem pengelolaan limbah ternak yang diterapkan di Indonesia. Informasi mengenai sistem

Page 26: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 12 -

pengelolaan limbah ini akan menentukan seberapa besar fraksi nitrogen yang terlepas ke atmosfer. Sejauh ini belum pernah dilakukan survey terhadap porsi penggunaan sistem pengelolaan limbah untuk masing-masing jenis ternak, untuk itu pada parameter ini dilakukan dengan penilaian pakar (expert judgement).

Adapun pembagian kelas umur, faktor emisi dan bobot ternak lokal yang digunakan dalam perhitungan seperti pada tabel 2-4 berikut:

Tabel 2-4. Pembagian kelas umur, faktor emisi serta bobot ternak lokal

Livestock Sub category Sex

Percentage

(%)

EF CH4 Enteric

Fermentation (Kg CH4

/year/head)

EF CH4 Manure

Management (Kg CH4

/year/head)

Local livestock weight (kg)

Beef cattle Weaning (0-1 th)

Female + Male 19,3 18,1839 0,7822 63,00

Yearling (1-2 th)

Female + Male 25,85 27,1782 1,6202 134,48

Young (2-4 th) Female + Male 18,15 41,7733 3,4661 286,00

Mature (> 4 th)

Female + Male 26,89 55,8969 3,6352 400,00

Imported (fattening) Male 9,81 25,4879 7,9662 500,00

Dairy cattle Weaning (0-1 th)

Female + Male 21,73 16,5508 0,5167 46,00

Yearling (1-2 th)

Female + Male 24,03 35,0553 2,5152 198,64

Young (2-4 th) Female + Male 21,7 51,9609 5,5262 275,00

Mature (>4 th) Female + Male 32,54 77,1446 12,181 402,50

Buffalo Weaning (0-1 th)

Female + Male 16,32 20,5531 0,7476 100,00

Yearling (1-2 th)

Female + Male 20,67 41,1063 3,9864 200,00

Young (2-4 th) Female + Male 20,74 61,6594 8,9695 300,00

Mature (> 4 th)

Female + Male 42,27 82,2126 15,9457 400,00

Page 27: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 13 -

2. Pertanian

Emisi GRK dari sumber agregat dan sumber emisi non-CO2 pada lahan dalam inventarisasi emisi GRK diperkirakan menggunakan Tier 1 metode IPCC 2006 dengan nilai faktor emisi default dan metode Tier 2 khusus untuk kategori budidaya padi sawah.

Emisi Non-CO2 dari biomas yang dibakar dibedakan dari pembakaran biomassa pada lahan pertanian (cropland) dan pembakaran biomassa dari padang rumput (grassland) dan perhitungannya dilakukan terpisah dengan menggunakan nilai faktor emisi default dari IPCC (Tier 1).

Emisi dari aplikasi kapur pertanian dihitung dengan metodologi Tier 1 dengan data aktifitas berupa konsumsi penggunaan kapur untuk pertanian. Kapur pertanian (dolomit) umumnya digunakan pada perkebunan kelapa sawit, lahan kering masam dan tanah gambut. Data konsumsi kapur diduga dari luas areal tanam dan dosis rekomendasi yang digunakan karena data konsumsi kapur tidak tersedia. Dosis Dolomit yang umum digunakan pada tanah sulfat masam adalah 2 ton/ha dan pada tanah gambut 0,5 ton/ha dan biasanya diberikan 2 kali setahun pada musim hujan dan musim kemarau. Petani lahan kering pada tanah masam umumnya tidak menggunakan kapur dalam budidaya

Livestock Sub category Sex

Percentage

(%)

EF CH4 Enteric

Fermentation (Kg CH4

/year/head)

EF CH4 Manure

Management (Kg CH4

/year/head)

Local livestock weight (kg)

Goat Weaning Female + Male 27,12 2,2962 0,0252 8,00

Yearling Female + Male 26,9 2,6482 0,017 20,00

Mature Female + Male 45,98 3,2705 0,0295 25,00

Sheep Weaning Female + Male 27,66 1,3052 0,0079 8,00

Yearling Female + Male 25,9 4,3304 0,0465 20,00

Mature Female + Male 46,44 5,2502 0,0752 25,00

Swine Weaning Female + Male 32,3 0,4331 0,0013 15,00

Yearling Female + Male 32,74 1,0291 0,0075 60,00

Mature Female + Male 34,96 1,2785 0,0115 80,00

Horse Weaning Female + Male 18,82 25,9888 0,5967 200,00

Yearling Female + Male 22,62 53,2693 2,5071 350,00

Mature Female + Male 58,56 74,8457 4,9494 500,00

Poultry

Native - - - - 0,0031 1,50

Layer - - - - 0,0043 2,00

Broiler - - - - 0,0039 1,20

Duck - - - - 0,0035 1,50

Page 28: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 14 -

tanaman karena kapur sangat sulit didapatkan, sehingga diasumsikan hanya digunakan pada perkebunan besar saja.

Emisi CO2 aplikasi pupuk urea dihitung dengan metodologi Tier 1 dengan data aktivitas konsumsi pupuk urea pertanian. Jumlah pupuk urea yang digunakan dapat dihitung melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan data konsumsi urea nasional untuk sektor pertanian yang dikeluarkan oleh Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) atau berdasarkan luas tanam dan dosis rekomendasi. Pupuk urea umumnya digunakan dalam budidaya tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Dalam menghitung jumlah pupuk tersebut digunakan beberapa asumsi agar jumlah pupuk urea yang dihitung sesuai dengan penerapan di lapangan.

Emisi N2O dari tanah yang dikelola dihitung dari emisi langsung (direct N2O) dan tidak langsung (indirect N2O) dengan metodologi Tier 1 menggunakan faktor emisi default dari IPCC. Peningkatan N-tersedia dalam tanah meningkatkan proses nitrifikasi dan denitrifikasi yang memproduksi N2O. Peningkatan N-tersedia dapat terjadi melalui penambahan pupuk yang mengandung N atau perubahan penggunaan lahan dan atau praktek-praktek pengelolaan yang menyebabkan mineralisasi N organik tanah.

Emisi CH4 dari budidaya padi sawah dihitung berdasarkan data aktifitas berupa luas lahan persawahan, jenis tanah pada lahan persawahan, dan sistem pengairan yang diterapkan. Metodologi yang digunakan untuk kategori ini sudah termasuk ke dalam Tier 2 karena faktor emisi dan beberapa parameter yang digunakan sudah dikembangkan sendiri di Indonesia. Parameter lokal yang digunakan adalah faktor koreksi (correction factor) untuk jenis tanah, faktor skala (scalling factor) untuk tiap jenis sistem pengairan. Faktor emisi lokal telah dikembangkan untuk setiap varietas padi di Indonesia.

Emisi CH4 dihitung dengan mengalikan faktor emisi harian dengan lama budidaya padi sawah dan luas panen.

Emisi metana dari budidaya padi dihitung dengan menggunakan faktor emisi yang dirangkum dari nilai-nilai lokal sawah di Indonesia. Faktor emisi dari sawah Indonesia berkisar antara 0,67-79,86 g CH4/m2/musim dengan nilai default rata-rata 160.9 kg CH4/ha/musim. Faktor skala tanah dimodifikasi, karena beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia menemukan bahwa sifat-sifat tanah yang berbeda diperoleh potensi yang berbeda produksi CH4. Selain itu, faktor skala untuk rezim air dan varietas padi yang digunakan adalah faktor skala lokal (country specific) seperti disajikan pada Tabel 2-5 dan Tabel 2-6.

Tabel 2-5 Revisi Faktor Skala Jenis Tanah yang Berbeda dari Indonesia Jenis Tanah SF Tanah Adjusted

Alfisols 0,84 (0,32-1,59) Andosols 1,02 Entisols 1,02 (0,94-1,09) Histosols 2,39 (0,92-3,86) Inceptisols 1,12 (1,0-1,23)

Page 29: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 15 -

Jenis Tanah SF Tanah Adjusted Mollisols - Oxisols 0,29 (0,1-0,47) Ultisols 0,29 Vertisols 1,02 (0,94-1,09)

Tabel 2-6. Faktor Skala Yang Disesuaikan Dengan Ekosistem Padi Dan Tata Air Indonesia

Category Sub Cetegory SF

(IPCC Guidelines

1996)

Adjusted SF (based on current

studies in Indonesia)

Upland None 0

Lowland

Irrigated

Continuously Flooded 1,0 1,00

Intermittently Flooded

Single Aeration 0,5 (0,2-0,7) 0,46

(0,38-0,53) Multiple Aeration 0,2 (0,1-0,3)

Rainfed Flood Prone 0,8 (0,5-1,0) 0,49

(0,19-0,75) Drought Prone 0,4 (0-0,5)

Deep Water Water Depth 50-100 cm 0,8 (0,6-1,0)

Water Depth < 50 cm 0,6 (0,5-0,8)

Tabel 2-7. Faktor Skala Untuk Varietas Padi Yang Berbeda Di Indonesia

No Variety Average emission (kg/ha/session) SF

1 Gilirang 496,9 2,46 2 Aromatic 273,6 1,35 3 Tukad Unda 244,2 1,21 4 IR 72 223,2 1,10 6 Cisadane 204,6 1,01 5 IR 64* 202,3 1,00 7 Margasari 187,2 0,93 8 Cisantana 186,7 0,92 9 Tukad Petanu 157,8 0,78 10 Batang Anai 153,5 0,76 11 IR 36 147,5 0,73 12 Memberamo 146,2 0,72 13 Dodokan 145,6 0,72 14 Way Apoburu 145,5 0,72 15 Muncul 127,0 0,63 16 Tukad Balian 115,6 0,57 17 Cisanggarung 115,2 0,57

Page 30: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 16 -

No Variety Average emission (kg/ha/session) SF

18 Ciherang 114,8 0,57 19 Limboto 99,2 0,49 20 Wayrarem 91,6 0,45 21 Maros 73,9 0,37 22 Mendawak 255 1,26 23 Mekongga 234 1,16 24 IR42 269 1,33 25 Fatmawati 245 1,21 26 BP360 215 1,06 27 BP205 196 0,97 28 Hipa4 197 0,98 29 Hipa6 219 1,08 30 Rokan 308 1,52 31 Hipa 5 Ceva 323 1,60 32 Hipa 6 Jete 301 1,49 33 Inpari 1 271 1,34 34 Inpari 6 Jete 272 1,34 35 Inpari 9 Elo 359 1,77 36 Banyuasin 584,8 2,49 37 Batanghari 517,8 2,20 38 Siak Raya 235,2 1,00 39 Sei Lalan 152,6 0,65 40 Punggur 144,2 0,61 41 Indragiri 141,1 0,60 42 Air Tenggulang 140,0 0,60 43 Martapura 125,7 0,53

Berdasarkan berbagai data yang varietas yang digunakan oleh petani pada periode 2009-2011 (sekitar 70% dari total luas tanam padi), diketahui bahwa rata-rata terbobot skala faktor untuk varietas padi di sawah dengan irigasi terus menerus adalah 0,74. Nilai ini digunakan untuk memperkirakan emisi dari daerah irigasi dimana tidak ada informasi tentang varietas padi. Untuk sawah non-irigasi, SF untuk varietas padi akan sama dengan 1,0, karena pengaruh kondisi air pada pengurangan emisi metana akan jauh lebih dominan dibanding varietas. Dengan demikian pengaruh perubahan varietas dalam mengurangi emisi tidak akan signifikan di daerah non-irigasi, sehingga SF yang digunakan adalah 1,0 untuk daerah non-irigasi (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).

D. Metodologi Sektor Kehutanan

Metodologi yang digunakan untuk menghitung emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya adalah IPCC Guidelines 2006 (IPCC, 2006) dengan mengkombinasikan faktor emisi country/site specific dan faktor emisi default IPCC. Persamaan untuk menghitung perubahan stok karbon pada semua kategori penggunaan lahan adalah sebagai berikut:

Page 31: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 17 -

ΔCAFOLU = ΔCFL + ΔCCL + ΔCGL + ΔCWL + ΔCSL + ΔCOL

Dimana ΔC = perubahan stok karbon; AFOLU = Agriculture, Forestry and Other Land Use; FL = Forest Land; CL = Crop Land; GL = Grassland; WL = Wetlands; SL = Settlements; dan OL = Other Land.

Estimasi perubahan stok karbon juga memperhatikan subdivisi dari area lahan (seperti zona iklim, ecotype, management regime dll.) yang dipilih untuk sebuah kategori penggunaan lahan:

ΔCLU =∑ΔCLui

Dimana ΔCLU = perubahan stok karbon untuk sebuah kategori penggunaan lahan/land-use (LU) seperti dijelaskan pada persamaan diatas; I = denotasi dari stratum spesifik atau subdivisi dalam kategori penggunaan lahan (dengan kombinasi species, zona iklim, ecotype, management regime dll.); dan I = 1 ke n.

Pada setiap kategori penggunaan lahan, perubahan stok karbon diestimasi dari 5 (lima) tampungan karbon dengan menjumlahkan perubahan pada semua tampungan karbon seperti persamaan dibawah:

ΔCLui = ΔCAB + ΔCBB + ΔCDW + ΔCLI + ΔCSO

Dimana ΔCLui = perubahan stok karbon untuk sebuah stratum dari sebuah kategori penggunaan lahan; AB = above ground biomass; BB = below ground biomass; DW = deadwood; LI = litter dan SO = soils.

Emisi dari dekomposisi lahan gambut dihitung untuk setiap kategori penggunaan lahan pada lahan gambut dengan mengalikan luas area gambut dengan faktor emisi.

LLU Organic =∑(A•EF)

Dimana ΔCLU organic = Emisi CO2 dari dekomposisi gambut dari suatu kategori penggunaan lahan di lahan gambut; A = Luas area dari suatu kategori penggunaan lahan; dan EF = Faktor emisi dekomposisi gambut untuk suatu kategori penggunaan lahan.

Emisi dari kebakaran lahan gambut dihitung dengan menggunakan pendekatan yang dibangun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menyusun FREL nasional. Persamaan untuk menghitung emisi dari kebakaran lahan gambut mengikuti IPCC Wetlands Supplement 2013 (IPCC, 2013):

Lfire = A x MB x CF X Gef

Page 32: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 18 -

Dimana Lfire = emisi dari kebakaran lahan gambut; A = Luas area gambut yang terbakar; MB = Massa bahan bakar yang tersedia untuk pembakaran; CF = Faktor pembakaran (nilai default = 1.0); dan Gef = Faktor emisi.

Pada periode 2000 – 2014 luasan area gambut yang terbakar diestimasi berdasarkan data hotspot MODIS dengan tingkat kepercayaan (confidence level) lebih dari 80%yang di overlay dengan peta raster dengan 1 × 1 km grid (ukuran pixel). Hotspot yang berada dalam pixel mewakili daerah yang terbakar sekitar 76,9% dari grid 1 × 1 km (yaitu 7.690 ha). Hal ini berlaku untuk semua pixel terlepas dari jumlah hotspot yang ada didalam pixel tersebut (KLHK, 2016).

Sejak tahun 2015 luasan area yang terbakar ditentukan dengan metode visual, dimana luasan area terbakar diestimasi berdasarkan data hotspot MODIS, hotspot NOAA, data spasial laporan penanggulangan kebakaran, dan digitasi secara manual visual pada citra landsat 8.

Massa bahan bakar yang tersedia untuk pembakaran (MB) diperkirakan dari perkalian rata-rata kedalaman gambut terbakar (D) dan bulk density (BD) dengan mengasumsikan bahwa gambut yang terbakar rata-rata pada kedalaman 0,33 m (Ballhorn et.al, 2009) dan bulk density adalah 0.153 ton/m3 (Mulyani et.al., 2012). Faktor emisi (Gef) dihitung secara tidak langsung dari kandungan karbon organic (Corg), atau setara Corgx 3,67. Sehingga total emisi dari kebakaran lahan gambut dihitung dari perkalian luasan area terbakar sebesar 923.1 Ton CO2e/Ha.

Kebakaran biomassa selain mengemisi gas CO2 juga mengemisi gas NO2 dan CH4, untuk perhitungan emisi gas non CO2 juga mengikuti IPCC GL Equation 2.27 yaitu

Lfire = A*MB*Cf*Gef*10-3

E. Metodologi Sektor Limbah

Tingkat emisi GRK di sektor limbah bergantung pada jumlah sampah yang diolah, karakteristik dan tipe pengolahannya. Emisi GRK yang dihitung juga bergantung pada metode penghitungannya. Dalam laporan ini, sudah dilakukan perbaikan untuk mengestimasi emisi GRK dari pengelolaan sampah di TPA yaitu dengan menggunakan metode FOD (First Order Decay) yang merupakan perbaikan dari metode mass balance yang digunakan pada pelaporan SNC. Selain itu nilai parameter lokal untuk komposisi sampah dan kandungan bahan kering (dry matter content) juga telah digunakan dalam estimasi penghitungan emisi menggunakan metode FOD. Perbaikan juga telah dilakukan untuk estimasi emisi GRK dari limbah cair industri, untuk beberapa jenis industri sudah menggunakan parameter yang didapatkan dari industri secara langsung seperti debit air limbah, COD dan tipe pengolahan limbah yang digunakan.

Page 33: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 19 -

2.2. METODOLOGI VERIFIKASI CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK

2.2.1. Kelembagaan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK

Pelaksana verifikasi capaian penurunan emisi GRK atas laporan pelaksanaan aksi mitigasi dilakukan oleh Tim MRV yang dibentuk melalui SK Dirjen PPI Nomor SK.8/PPI-IGAS/2015 tanggal 16 Oktober 2015.

Tim MRV ini berada dibawah tanggung jawab Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Adapun Tim MRV ini terdiri dari Tim Teknis yaitu unit kerja dibawah Dirjen PPI dan tenaga ahli. Dalam melakukan verifikasi, tim MRV juga melibatkan tim teknis dari masing-masing sektor melalui focus group discussion.

Adapun skema MRV Nasional adalah sebagaimana skema berikut:

Gambar 2-2. Skema MRV Nasional

2.2.2. Metodologi Perhitungan Verifikasi

A. Metodologi Umum

Dalam melakukan perhitungan verifikasi atas hasil pemantauan rencana aksi yang disampaikan oleh masing-masing sektor, tim verifikasi yang dibentuk melalui SK Dirjen Nomor SK.8/PPI-IGAS/2015 tanggal 16 Oktober 2015 menggunakan metodologi sebagaimana yang diatur pada Peraturan Dirjen PPI Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Metodologi Penghitungan Reduksi Emisi dan/atau Peningkatan Serapan GRK dalam kerangka Verifikasi Aksi Mitigasi dengan mengacu Peraturan Menteri LHK Nomor P.72/Menlhk/Setjen/kum.1/12/2017 tanggal 29 Desember 2017 tentang Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi dan Sumberdaya Perubahan Iklim.

Pelaksanaan verifikasi atas laporan pelaksanaan aksi mitigasi dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:

1. Pembentukan tim verifikator dan penjadwalan kegiatan verifikasi

Page 34: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 20 -

2. Penyepakatan metode verifikasi oleh penanggung-jawab aksi dan verifikator, yang meliputi:

a. Kaji dokumen (desk review)

Metode kaji dokumen dilakukan dalam dua tahap: (1) terhadap laporan pelaksanaan aksi mitigasi perubahan iklim yang disampaikan oleh Penanggung Jawab Aksi kepada verifikator dalam format laporan RAN-GRK; (2) terhadap data yang diperoleh selama wawancara dengan para Penanggung Jawab aksi.

b. Wawancara (interview) Wawancara dilakukan terhadap unit kerja terkait. Ruang lingkup wawancara terkait sistem manajerial, metodologi dan detil data pendukung terkait pengukuran penurunan emisi GRK, pendanaan, sistem pemantauan, dan dokumen penunjang aksi.

Aspek Penilaian Verifikasi meliputi:

1. Cakupan verifikasi (baseline, data aktivitas, metode pemantauan, kuantitas penurunan emisi/naiknya serapan emisi, kesesuaian dengan rencana mitigasi, sistem manajerial dan pendanaan)

2. Penilaian kelengkapan data (struktur pelaksana aksi mitigasi, ketersediaan SOP, ketersediaan dokumentasi)

3. Penilaian konsistensi, transparansi data

4. Penilaian akurasi data (penelusuran sumber data aktivitas, sumber data faktor emisi dan paramater pendukung)

Untuk aspek penilaian verifikasi point 2 s.d. 4, pada sektor non lahan (energi, IPPPU dan limbah) telah dikembangkan mekanisme penilaian kualitas data, sebagai berikut: Penilaian terhadap kualitas data dilakukan melalui pemberian bobot penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, dengan batasan sebagai berikut:

Kriteria Penilaian, dimaksudkan untuk mengetahui data aktivitas, faktor emisi maupun metodologi penghitungan yang digunakan. Kriteria penilaian disusun dalam 3 kelompok penilaian, yaitu:

Nilai 1: apabila dalam menentukan data aktivitas, faktor emisi dan metodologi penghitungan menggunakan asumsi tanpa referensi atau tidak ada referensi/kajian/telaahan dari tenaga ahli.

Nilai 2: apabila dalam menentukan data aktivitas, faktor emisi dan metodologi penghitungan masih menggunakan asumsi dengan didasarkan atas referensi/kajian/telahaan dari tenaga ahli.

Nilai 3: apabila dalam menentukan data aktivitas, faktor emisi dan metodologi penghitungan merupakan data lapangan atau hasil pengukuran dari tenaga ahli.

Rentang Nilai, dimaksudkan untuk mengetahui hasil penilaian terhadap kualitas data. Rentang nilai diperoleh dari perkalian antara nilai tertinggi pada kriteria dengan

Page 35: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 21 -

skor nilai yang dicantumkan sehingga hasilnya merupakan penilaian atas kualitas data dari nilai terendah (Jelek) sampai dengan nilai tertinggi (Baik). Adapun rentang nilai untuk penilaian kualitas data sebagai berikut:

0 – 25 : Jelek

26 – 50 : Kurang

51 – 75 : Sedang

76 – 100 : Baik Metoda pelaksanaan verifikasi aksi mitigasi sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 72 Tahun 2017 Pasal 7 yaitu sebagai berikut:

Gambar 2-3. Proses Verifikasi Capaian Aksi Mitigasi

Pelaksanaan verifikasi capaian penurunan emisi GRK untuk masing-masing sektor dilakukan metodologi perhitungan yang mengacu pada metodologi yang telah dibangun pada masing-masing penanggung jawab aksi di kementerian teknis terkait, meliputi :

1. Sektor Energi

a. Sektor Energi

Metodologi perhitungan untuk sektor energi yang dikembangkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengikuti petunjuk dari Pedoman Umum PEP, serta beberapa aksi mitigasi telah menggunakan metodologi dari UNFCCC.

Direktorat Konservasi, Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) telah mempublikasi buku metodologi penghitungan capaian reduksi emisi GRK untuk aksi mitigasi yang dilaksanakan oleh Ditjen EBTKE.

Page 36: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 22 -

b. Sub-sektor Transportasi

Perhitungan Penurunan Emisi GRK menggunakan proyeksi jumlah populasi kendaraan BaU, asumsi % penurunan berdasarkan pengalaman data di luar negeri dan penyesuaian kondisi di Indonesia, dsb. Dengan menggunakan parameter meliputi tingkat pengurangan emisi, wilayah pengaruh (urban/ non urban/ nasional), jenis kendaraan yang terpengaruh (mobil, motor, bus, truk), tahun evaluasi.

Untuk metodologi perhitungan sektor transportasi digunakan oleh Kementerian Perhubungan pada aksi mitigasi transportasi darat khususnya untuk aksi mitigasi pembangunan ITS, reformasi sistem transit-BRT dan penerapan pengendalian dampak lalu lintas (TIC) pada awalnya sudah berpedoman pada Petunjuk Teknis Pengukuran, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Pelaksanaan RAD GRK kelompok bidang energi yang diterbitkan Bappenas. Pada aksi mitigasi subsektor transportasi darat lainnya yaitu pembangunan Non Motorized Transport (NMT) mengembangkan metode sendiri. Dalam perkembangannya karena data aktivitas dari daerah belum terkomunikasikan dengan baik, maka dilakukan perhitungan secara agregasi nasional (bukan local-based). Hal ini menyebabkan beberapa parameter dilakukan rata-rata secara nasional.

Untuk aksi mitigasi perkereta-apian, Kementerian Perhubungan telah mengembangkan metode tersendiri. Metode tersebut ditetapkan oleh Ditjen Perkereta-apian tahun 2011. Ada kajian yang mendukung perhitungan tersebut, namun menggunakan market share pengalihan moda dari kendaraan pribadi ke kereta api yang maksimal yaitu hampir 90%.

Sedangkan untuk aksi mitigasi yang tercakup dalam subsektor transportasi udara, Kementerian Perhubungan mengacu pada metodologi ICAO. Sejak tahun 2013, Ditjen Perhubungan Udara menghitung reduksi emisi dengan didampingi ICAO. Aksi mitigasi emisi GRK yang dilakukan sub sektor transportasi laut perhitungan mengikuti metode yang dikembangkan USEPA-ITF.

c. Sub-sektor Energi di Industri

Metodologi penghitungan emisi GRK, termasuk pengkategorian data aktivitas serta faktor emisi yang digunakan mengacu pada World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) CSI Protokol CO2 and Energy versi 3 yang kompatibel dengan IPCC 2006 Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories yang telah diakui di tingkat nasional maupun internasional (UNFCCC).

2. Sektor IPPU

Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan Petunjuk Teknis Perhitungan dan Pelaporan emisi CO2 di industri semen, yang mengacu kepada mengacu pada World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) CSI Protokol CO2 and Energy versi 3 yang kompatibel dengan IPCC 2006 Guidelines for National

Page 37: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 23 -

Greenhouse Gas Inventories yang telah diakui di tingkat nasional maupun internasional (UNFCCC).

3. Sektor Pertanian Verifikasi sektor pertanian dilakukan terhadap aksi/kegiatan mitigasi penurunan emisi GRK yang dilakukan oleh Penanggung Jawab Aksi (Kementerian Pertanian). Aksi/kegiatan mitigasi yang diverifikasi meliputi kegiatan: (1) Budidaya Padi Sawah (SLPTT, SRI, Varietas Rendah Emisi), (2) UPPO (Unit Penggunaan Pupuk Organik) (3) Batamas (Biogas Ternak Asal Masyarakat). Perhitungan capaian penurunan emisi GRK sektor kehutanan mengacu pada metode IPCC 2006 melalui pendekatan penghitungan emisi baseline (emisi sebelum dilakukan aksi/kegiatan mitigasi) dikurangi dengan emisi aktualnya (emisi setelah dilakukan aksi/kegiatan mitigasi).

4. Sektor Kehutanan

Verifikasi sektor kehutanan dilakukan terhadap aksi/kegiatan mitigasi penurunan emisi GRK yang dilakukan oleh Penanggung Jawab Aksi (Ditjen teknis lingkup KLHK dan BRG). Aksi/kegiatan mitigasi yang diverifikasi meliputi kegiatan: (1) penurunan deforestasi, (2) peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam (penurunan degradasi hutan) maupun di hutan tanaman, (3) rehabilitasi lahan terdegradasi, (4) restorasi lahan gambut, dan (5) pengendalian peat fire (kebakaran gambut). Perhitungan capaian penurunan emisi GRK sektor kehutanan mengacu pada metode IPCC 2006 melalui pendekatan penghitungan emisi baseline (emisi sebelum dilakukan aksi/kegiatan mitigasi) dikurangi dengan emisi aktualnya (emisi setelah dilakukan aksi/kegiatan mitigasi).

5. Sektor Limbah

Perhitungan terhadap reduksi emisi GRK sektor limbah mengacu pada metode IPCC 2006, dengan pendekatan sebagai berikut:

a. Penentuan baseline, adalah kondisi pada saat sebelum dilaksanakan mitigasi (business as usual). Kondisi tanpa mitigasi pada pengelolaan limbah adalah pada saat gas rumah kaca (karbondioksida, metan dan dinitro-oksida) dihasilkan dari limbah, dan tidak dilakukan pemanfaatan GRK tersebut atau tidak dilakukan pencegahan lepasnya GRK ke atmosfer.

b. aktivitas aksi mitigasi pada bidang pengelolaan limbah padat domestik dengan pengukuran langsung dan estimasi emisi

Adapun metodologi perhitungan emisi GRK pada masing-masing sektor diuraikan sebagai berikut:

Page 38: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 24 -

B. Metodologi Sektor Energi

Metode penghitungan capaian reduksi emisi GRK untuk beberapa aksi mitigasi pada Kementerian ESDM telah mengikuti pedoman penyusunan metodologi GRK yang telah diluncurkan oleh KLHK pada tanggal 25 Oktober 2018. Aksi mitigasi yang telah mengikuti kaidah-kaidah dalam pedoman tersebut baru pada aksi mitigasi yang dilakukan oleh Ditjen EBTKE, sedangkan aksi mitigasi lainnya yang dilakukan oleh Ditjen Ketenagalistrikan, Ditjen Migas dan Ditjen Minerba masih menggunakan metodologi penghitungan dengan asumsi yang dibangun oleh direktorat terkait. Aksi mitigasi yang telah mengikuti kaidah-kaidah dalam pedoman penyusunan metodologi GRK tersebut, yaitu:

1. Peningkatan efisiensi peralatan rumah tangga a. Lampu Compact Fluorescent Lamp (CFL) b. Piranti Pengkondisi Udara (Air Conditioning)

2. Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi: a. PLTP b. PLTMH c. PLTM d. PLTS e. PLT Hybrid f. PLT Biomassa

3. Pemanfaatan Biogas

4. Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan

5. Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa

6. Pemanfaatan Biodiesel

7. Program konversi minyak tanah ke LPG

8. Pembangunan Penerangan Jalan Umum Cerdas a. Tenaga Surya b. Retrofing Lampu LED

9. Fuel Switching BBM Transportasi (RON 88 ke RON 90 dan 92) Secara detil metodologi penghitungan untuk setiap aksi mitigasi di sektor energy yaitu:

1. Penerapan Mandatori Manajemen Energi Sistem Pelaporan Online Manajemen Energi (POME) dibangun pada tahun 2014 untuk memfasilitasi pelaporan dari industri dengan penggunaan konsumsi energi diatas 6000 TOE. Sampai dengan tahun 2017 jumlah perusahaan padat energi (konsumsi energi diatas 6000 TOE) yang telah melapor sebanyak 126 Perusahaan. Penginputan data ke POME dilakukan oleh manajer energi yang tersertifikasi.

Page 39: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 25 -

Metodologi penghitungan yaitu penghitungan reduksi emisi GRK didapat dari penghematan penggunaan energi yang merupakan emiter GRK per tahun (kWh) x faktor emisi grid (kg CO2/kWh).

2. Peningkatan Efisiensi Peralatan Rumah Tangga

Melalui penerapan label hemat energi pada lampu swaballast berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2014 tentang Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi untuk Lampu Swaballast.

Dalam aksi mitigasi ini, kegiatan yang dipantau dan dilaporkan adalah penggunaan lampu hemat energi di rumah tangga. Pendekatan ini didapatkan melalui total jumlah lampu yang dilaporkan, yaitu jumlah lampu yang diproduksi oleh perusahaan di dalam negeri.

Metodologi penghitungan yaitu didapat dari peningkatan efisiensi lampu (watt) x jam operasional per tahun x faktor emisi grid (kg CO2/kWh).

3. Penyediaan dan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

Melalui pembangunan PLTMH (Mikrohidro), PLTM (Minihidro), PLTS (Surya), PLT Hybrid dan PLT Biomassa melalui penyediaan oleh Kementerian ESDM serta pembangunan PLTP oleh swasta yang tidak masuk pasar karbon internasional (sumber: DJEBTKE).

Metodologi penghitungan reduksi emisi GRK dengan memperhatikan: Jumlah jam operasional adalah 8760 jam x capacity faktor Capacity faktor PLTMH = 70%, PLTS = 20%, PLT Hybrid = 20%, PLT Bimoassa =

90%

Reduksi emisi didapat dari data terpasang x jumlah jam operasional per tahun x faktor emisi jaringan ketenagalistrikan.

4. Pemanfaatan Biogas Penghitungan reduksi emisi GRK pada aksi Pemanfaatan Biogas didapatkan dari pengurangan emisi GRK yang dihasilkan dari kegiatan konversi minyak tanah (baseline) ke biogas. Metodologi penghitungan yaitu volume digester biogas x rasio substitusi minyak tanah oleh biogas x efisiensi digester. Emisi mitigasi: leakage (kebocoran), dianggap sekitar 10% dari emisi baseline (Data Aktivitas x Faktor Emisi)

5. Penggunaan Gas Alam sebagai Bahan Bakar Kendaraan Umum Perkotaan Penghitungan reduksi emisi GRK didapat dari: emisi gasoline – emisi gas alam (CNG/compressed natural gas). Emisi gas alam = konsumsi gas alam x faktor emisi Emisi gasoline = konsumsi setara gasoline x faktor emisi

Page 40: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 26 -

6. Pemanfaatan Biodiesel

Melalui implementasi mandatori pemanfaatan biodiesel oleh Pertamina (sumber: DJEBTKE). Reduksi emisi GRK dari pemanfaatan Biodiesel, dalam pelaporan tidak bias diakumulasikan antara tahun pelaporan dan tahun sebelumnya. Hal ini karena biodiesel habis digunakan pada tahun pelaporan, berbeda dengan Biogas yang masih menghasilkan Biogas setiap tahun. Metodologi penghitungan yaitu data pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN, kL) x faktor emisi baseline (diesel dan solar).

7. Reklamasi Pasca Tambang

Direktorat Teknik dan Lingkungan Minerba menggunakan faktor emisi tier 2 IPCC Guidelines 2006 yang diperoleh melalui kajian yang dilakukan oleh Kementerian ESDM pada tahun 2010.

Berdasarkan referensi “Kajian Investigasi dan Mitigasi GRK pada Kegiatan Pertambangan” tahun 2010 oleh PT Nakarya Sembada, bahwa faktor serapan emisi dari daerah reklamasi adalah 37,6 Ton CO2/Ha, dari area reklamasi yang berumur 1 tahun dengan jenis tanaman pioner (sengon, trembesi, gamal, jabon, dll).

Estimasi penyerapan ini dilakukan secara linier di mana faktor emisi dianggap sama di tahun-tahun pengamatan dengan data yang tersedia, meskipun serapan karbon senantiasa berubah di tahun berikutnya karena dipengaruhi faktor-faktor eksternal maupun internal.

Metodologi penghitungan yaitu luas lahan yang efektif reklamasi sebagai hutan untuk serapan karbon x faktor emisi (rata-rata serapan tahunan dalam satuan ton CO2e/Ha.

Dari hasil akurasi data, maka aksi mitigasi Reklamasi Pasca Tambang akan dihitung untuk capaian reduksi emisi GRK di sektor kehutanan.

8. Ketenagalistrikan

Meliputi Pembangunan PLTA, Penggunaan Clean Coal Technology pada Pembangkit Listrik dan Penggunaan Cogenaration pada Pembangkit Listrik.

Metodologi penghitungan yaitu: Pembangunan PLTA : produksi listrik tahunan x faktor emisi pembangkitan pada

lokasi PLTU CCT : penghematan batubara x faktor emisi batubara x NCV (nilai kalor

batubara)

9. Program Konversi Minyak Tanah ke LPG Melalui realisasi penggunaan tabung LPG 3 kg di seluruh Indonesia. Metodologi penghitungan didapatkan melalui Emisi minyak tanah – Emisi LPG Emisi LPG : konsumsi LPG x faktor emisi Emisi Minyak Tanah = konsumsi setara minyak tanah x faktor emisi

Page 41: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 27 -

10. Pembangunan Penerangan Jalan Umum Cerdas (PJU Cerdas)

Melalui realisasi penggunaan tabung LPG 3 kg di seluruh Indonesia. Metodogi penghitungan didapatkan melalui: - Mitigasi : selisih produksi x faktor emisi listrik - Selisih produksi listrik : jumlah unit x (daya lampu terpasang baru-daya

lampu terpasang lama) x lama pemakaian setahun x loses Untuk sub-sektor transportasi yaitu: 1. Transportasi Darat

a. Mendorong Pembinaan dan Pengembangan Sistem Transit – Bus Transit (BRT) Metodologi penghitungan didapat dari: Jumlah Penurunan Emisi GRK dari BRT yaitu jumlah bus untuk BRT x faktor konversi x jumlah tahun program)/jumlah angkutan umum x faktor emisi CO2

b. Pemanfaatan Teknologi Lalu Lintas untuk Kelancaran Lalu Lintas di Jalan Nasional (Area Traffic Control System / ATCS)

Metodologi Perhitungan Penurunan Emisi GRK dengan cara: rata2 konsumsi bahan bakar sebelum penerapan ITS – rata2 konsumsi bahan bakar sesudah penerapan ITS) x (faktor emisi x total trip per tahun) / 1000

c. Penggunaan Solar Cell pada PJU

Reduksi Emisi dihitung dari: jumlah PJU per wilayah x nilai energi 1 lampu x jam operasi per tahun x faktor emisi

2. Transportasi Laut

a. Efisiensi Manajemen Operasional Pelabuhan (Pembangunan Teknologi Solar Cell pada Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)) Metode perhitungan penurunan emisi GRK yaitu penggunaan BBM SBNP x faktor emisi

b. Modernisasi Kapal (Peremajaan Kapal & Teknologi Kapal) (Kapal Perintis) Metode perhitungan penurunan emisi GRK yaitu rata-rata daya Genset x Load Factor x FE CO2 x jam operasi setahun

3. Transportasi Udara Metodologi penghitungan pada transportasi udara mengacu pada “ICAO Calculator”

4. Transportasi Kereta Api

Akurasi data untuk aksi mitigasi transportasi kereta api sama baik untuk jalur ganda lintas utara Jawa, KA Perkotaan Jabodetabek maupun jalur KA Trans Sumatera, yaitu sebagai berikut:

Metode pendekatan: shifting

Rumus yang digunakan untuk menghitungan penurunan emisi GRK:

Page 42: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 28 -

Indikasi pengurangan emisi kendaraan bermotor oleh KA = Jumlah emisi kendaraan bermotor yang direduksi dengan KA – Jumlah emisi yang dihasilkan oleh KA

Asumsi yang digunakan:

Jumlah penumpang yang melewati/rute (q) dihitung dengan mengalikan prediksi jumlah penumpang tahunan dengan load factor sebesar 0,7. Load factor sebesar 0,7 diperoleh dari rata-rata tingkat okupansi penumpang sebesar 60-80% yang merupakan hasil Studi Perhitungan Load Factor Kereta Api Ekonomi Nasional (2009) yang menggambarkan tingkat okupansi penumpang sebesar 70%.

Panjang rata-rata perjalanan (p) diperoleh dengan mengalikan panjang lintasan dengan 0.5. Nilai 0.5 diambil dengan mengasumsikan hanya 50% dari jumlah penumpang yang menjalani lintasan program/proyek tersebut.

Proporsi pengguna kendaraan bermotor yang menggunakan KA (emisi yang direduksi dengan KA) adalah truk=0.2; bus=0.2; mobil=0.2; sepeda motor=0.4.

Sedangkan untuk sub-sektor energy di industry pada aksi mitigasi Pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif dan Efisiensi Energi, metodologi penghitungan yang digunakan yaitu: a. Perhitungan baseline per aksi per tahun dilakukan dengan cara :

Memperhatikan nilai Emission Intensity Fuel Component (Ton CO2/TJ): 280,64

Emission Fuel Component pada Baseline Industri:

Data Aktivitas (Produksi Cementitius) x Faktor Emisi (Emission Intensity Fuel Component) b. Perhitungan Inventory per aksi per tahun dilakukan dengan: c. Memperhatikan nilai Emission Intensity Fuel Component (Ton CO2/TJ) yang

ditentukan oleh industri dan berubah setiap tahun. d. Emission Fuel Component pada Inventory:

Data Aktivitas (Produksi Cementitius) x Faktor Emisi (Emission Intensity Fuel Component) e. Perhitungan Reduksi Emisi GRK dilakukan dengan : Baseline – Inventory = Reduksi (Ton CO2e)

Dalam proses verifikasi mempertimbangkan pemutakhiran data pendukung detil pada pengukuran reduksi emisi GRK untuk menyesuaikan dengan informasi valid yang tersedia pada dan untuk tahun pengamatan.

Page 43: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 29 -

C. Metodologi Sektor Pertanian

1. Budidaya Padi Sawah (SLPTT, SRI, Varietas Rendah Emisi)

Data aktivitas yang digunakan dalam kegiatan budidaya padi sawah adalah: Luas panen Varietas dan umur budidaya padi Pengelolaan air selama budidaya padi sawah Jenis dan jumlah bahan organik yang dikembalikan ke lahan sawah Jenis tanah

Emisi metane dihitung dengan rumus sebagai berikut: CH4 rice = A x t x (Efc x SFw x Sfo x SFr x SFs) x 10-6

Dimana:

CH4 rice : Emisi metane dari budidaya padi sawah A : Luas panen padi sawah T : Lama budidaya padi sawah untuk kondisi, hari Efc : Faktor emisi baseline untuk padi sawah dengan

penggenangan terus menerus dan tanpa pengembalian bahan organik

SFw : Faktor skala yang menjelaskan pengelolaan air selama periode budi daya

Sfo : Faktor skala yang menjelaskan jneis dan jumlah pengembalian bahan organik yang diterapkan pada periode budidaya padi sawah

SFr : Faktor skala varietas padi sawah SFs : Faktor skala jenis tanah.

2. UPPO (Unit Penggunaan Pupuk Organik)

Aksi mitigasi UPPO dihitung dengan mengaplikasikan pupuk organik dan pupuk subsidi dengan asumsi pemupukan dilakukan sebesar 5 ton pupuk organik dan pupuk subsidi setiap Ha lahan. Besarnya penurunuan emisi dari aksi mitigasi dilakukan dengan rumus:

C tanah = A X SOC x F LU X F mg x F1.

C tanah : Jumlah penambahan carbon dalam tanah A : Luas lahan dengan penambahan pupuk SOC Ref : Karbon tanah sebesar 47 ton C/Ha F LU : faktor untuk long term management cultivated sebesar 0.48 F mg : Skala full tillage sebesar 1 F1. : High with manure sebesar 1,44

Page 44: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 30 -

Penurunan emisi dihitung dengan menghitung perbedaan antara aksi mitigasi dengan baseline dibagi 20 tahun. Selanjutnya dilakukan konversi satuan menjadi Juta Ton CO2e dengan menggunakan Global Warming Potential yang hasil akhirnya berupa CO2e.

Data aktivitas yang diperlukan untuk menghitung emisi dari aplikasi pupuk organik adalah: Jumlah pupuk urea yang digunakan sebelum aksi (baseline) dan sesudah aksi

mitagasi dalam ton Jumlah pupuk organik yang digunakan, dalam ton Dosis pupuk urea dan pupuk organik, dalam ton/ha.

3. Batamas (Biogas Ternak Asal Masyarakat)

Verifikasi terhadap aksi mitigasi Batamas dilakukan dengan menghitung emisi metane dari pemanfaatan kotoran ternak untuk menghasilkan biogas dengan mengalikan jumlah kotoran ternak dengan faktor emisi dengan rumus:

CH4 ternak = P ternak x % pembuangan x FE ternak. Dimana:

CH4 ternak : Emisi GRK dari kotoran ternak kg CH4/tahun P ternak : Populasi ternak % pembuangan

: Persentase populasi ternak yang kotorannya dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas dalam kegiatan mitigasi (%)

FE ternak : Faktor emisi CH4 kotoran ternak (kg CH4/ekor/tahun)

D. Metodologi Sektor Kehutanan

1. Penurunan deforestasi Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan penurunan deforestasi dilakukan melalui pendekatan penghitungan dengan cara pengurangan tingkat rujukan emisi hutan (TREH/FREL) dari deforestasi dengan emisi aktual dari deforestasi yang terjadi pada tahun berjalan.

2. Peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam (penurunan degradasi hutan) maupun di hutan tanaman. Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan dilakukan melalui pendekatan penghitungan dengan cara pengurangan tingkat rujukan emisi hutan (TREH/FREL) dari degradasi hutan dengan emisi aktual dari degradasi hutan yang terjadi pada tahun berjalan.

Page 45: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 31 -

3. Rehabilitasi lahan terdegradasi Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan rehabilitasi lahan terdegradasidilakukan melalui pendekatan penghitungan dengan cara pengurangan emisi daritutupan lahan nonhutan yang menjadi hutan dengan emisi aktual dari tutupanlahan berupa hutan yang berasal dari nonhutan pada tahun berjalan.

4. Restorasi lahan gambut Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan restorasi lahan gambutdilakukan melalui pendekatan penghitungan dengan cara pengurangan tingkatrujukan emisi hutan (TREH/FREL) dari dekomposisi gambut (peat decomposition)dengan emisi aktual dari dekomposisi gambut (peat decomposition) pada tahunberjalan.

5. Pengendalian peat fire (kebakaran gambut) Verifikasi capaian penurunan emisi dari kegiatan pengendalian peat fire (kebakaran gambut) dilakukan melalui pendekatan penghitungan emisi baselinedari peat fire (kebakaran gambut) dengan emisi aktual dari dari peat fire (kebakaran gambut) pada tahun berjalan.

E. Metodologi Sektor Limbah

Prinsip dasar perhitungan reduksi emisi dan/atau peningkatan serapan GRK adalah sebagai berikut:

a. Reduksi emisi GRK dihitung sebagai selisih antara jumlah emisi GRK sebelum adanyaaksi mitigasi (emisi baseline) dan jumlah emisi sesudah adanya aksi mitigasi (emisiaksi).

b. Untuk aksi mitigasi yang meningkatkan serapan GRK, hasil aksi mitigasi adalahpeningkatan serapan (PS) atau selisih antara jumlah serapan GRK setelah adanyaaksi mitigasi (serapan aksi) dan jumlah serapan sebelum adanya aksi mitigasi(serapan baseline).

Secara lebih detil, berikut diuraikan metodologi penghitungan reduksi emisi GRK untuk proses verifikasi pada aksi mitigasi tiap sub sektor limbah:

(i) Sub sektor limbah padat domestikBaseline pada aksi mitigasi pada sub sektor limbah padat domestic ini adalah emisiGRK dari pengelolaan limbah padat domestik di TPA dalam satuan Ton CO2e di tahunberjalan sampai dengan 2030.

Data aktivitas baseline:Berat sampah masuk ke TPA (ton/thn), komposisi sampah dan dry matter content di TPA menggunakan data nasional, jumlah sampah yang dibakar (open burning),jumlah sampah yang tidak terkelola.

Page 46: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 32 -

Data aktivitas mitigasi: 1. Kelompok aksi reduksi emisi GRK: Berat sampah masuk ke TPA (ton/thn), komposisi sampah di TPA menggunakan data nasional, volume LFG yang dimanfaatkan (dibakar/flaring, pembangkit listrik, sambungan rumah tangga/SRT). 2. Kelompok aksi methane avoidance (pencegahan pembentukan gas metan): Jumlah sampah masuk TPA (ton/tahun), jumlah sampah yang dikomposkan (ton/tahun) atau (kg/tahun), jumlah sampah kertas yang didaur ulang, volume LFG yang masuk pembangkit listrik, berat sampah yang dijadikan RDF (ton/thn) Emisi baseline – emisi setelah mitigasi Emisi baseline: Berat sampah masuk TPA x komposisi sampah di TPA x dry matter content x parameter default IPCC Emisi setelah mitigasi : Kelompok aksi reduksi emisi GRK : [Berat sampah masuk TPA x komposisi sampah di TPA x dry matter content x parameter default IPCC] - volume LFG yang dimanfaatkan Kelompok aksi methane avoidance: a. 3R (kertas); Berat sampah kertas yang didaur ulang x komposisi sampah kertas di TPA x dry matter content kertas x parameter default IPCC b. Komposting;

Emisi GRK dari proses komposting + [Berat sampah organik yang dikomposkan x komposisi sampah organik di TPA x dry matter content sampah organik x parameter default IPCC 2006] Catatan: sampah organik terdiri dari sisa makanan dan sampah taman

c. PLTSA Reduksi gas metan per Kwh listrik (14 MW per 1000 ton sampah) yang dihasilkan (dengan asumsi komposisi gas metan di LFG 50% dan heating value LFG 1.500 kkal/kg (low heating value). Emisi mitigasi = (ukur langsung volume LFG di meter gas ke power plant x % CH4) + (LFG di meter ukur flaring x % CH4) + (produksi listrik netto x EF listrik grid) Catatan: sampah organic terdiri dari sisa makanan dan sampah taman d. RDF

Project emission = insinerasi sampah + pemakaian listrik sendiri + PS impor (grid) + fuel untuk genset.

Page 47: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 33 -

Emisi mitigasi = BAU (unmanaged deep + konsumsi listrik impor) – [(produksi listrik netto x EF listrik grid) - project emission]

(ii) Sub sektor limbah padat industri Data aktivitas mitigasi: Volume lumpur yang ditangani (dikeluarkan dari unit IPAL), Berat limbah padat yang dipakai untuk bahan bakar (ton/tahun), Berat lumpur yang dikomposkan Emisi baseline: Emisi dari sludge anaerobik (MCF 0,8) Emisi setelah mitigasi: Emisi dari sludge yang aerobik Penanganan lumpur dari IPAL industri Catatan: Apabila lumpur digunakan

sebagai bahan bakar maka terdapat emisi dari pembakaran biomassa dan bahan bakar yang digunakan untuk pengeringan

Pemanfaatan limbah padat industri (biomass solid waste) sebagai bahan bakar alternative

Pemanfaatan lumpur sebagai kompos

(iii) Sub sektor limbah cair domestik Baseline sektor: Emisi GRK dari pengelolaan limbah cair domestik dalam satuan Ton CO2e di tahun berjalan sampai dengan 2030 Data aktivitas baseline: Jumlah penduduk, laju BOD per kapita (kg BOD/orang/tahun), konsumsi protein (kg protein/orang/tahun), % penggunaan tangki septik dan non tangki septik di tingkat desa dan perkotaan Data aktivitas mitigasi: Jumlah penduduk, laju BOD per kapita (kg BOD/orang/tahun), konsumsi protein (kg protein/orang/tahun), % penggunaan tangki septik dan non tangki septik di tingkat desa dan perkotaan, volume gas CH4 yang dimanfaatkan (dibakar/flaring, pembangkit listrik, sambungan rumah tangga/SRT) Emisi baseline: [Jumlah penduduk x laju BOD per kapita x fraksi jenis pengolah limbah x faktor emisi] + [Jumlah penduduk x konsumsi protein per kapita x parameter default IPCC 2006 x faktor emisi] Emisi setelah mitigasi: [Jumlah penduduk x laju BOD per kapita x fraksi jenis pengolah limbah x faktor emisi] – volume gas CH4 yang dimanfaatkan + [Jumlah penduduk x konsumsi protein per kapita x parameter default IPCC 2006 x faktor emisi]

Page 48: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 34 -

Asumsi: Untuk penduduk pedesaan penggunaan tangki septic 52% dan non tangki septic 48%; Untuk penduduk perkotaan penggunaan tangki septic 79% dan non tangki septic 21%.

(iv) Sub sektor limbah cair industri

Baseline kegiatan: Emisi GRK dari pengelolaan limbah cair industri dalam satuan Ton CO2e di tahun berjalan sampai dengan 2030.

Data aktivitas baseline: Total Produksi (ton/tahun), Nilai COD INLET & Outlet (mg/l), Debit air limbah (liter/hari)

Data aktivitas mitigasi: Biodigester POME untuk pembangkit listrik maupun suplai panas industri dengan kapasitas ekivalen = ... MWe

Sludge yang dimanfaatkan (ton/tahun) untuk: i) kompos, ii) bahan bakar di boiler, iii) bahan baku Emisi baseline – emisi setelah mitigasi Emisi baseline: - Limbah cair POME: Emisi tanpa pemanfaatan biogas POME - Limbah cair pulp paper: Emisi dari sludge yang tidak termanfaatkan (asumsi

baseline: i) sludge di-landfillkan, ii) sludge diolah di IPAL sludge) Emisi setelah mitigasi: - Biogas POME: Emisi setelah pemanfaatan biogas POME untuk bahan bakar

alternative. - Limbah cair pulp paper: Pemanfaatan IPAL sludge (contoh: kompos, bahan bakar, bahan baku)

Page 49: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 35 -

BAB III HASIL INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

3.1. PROFIL EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) NASIONAL Hasil perhitungan inventarisasi gas rumah kaca (GRK) nasional menunjukkan tingkat emisi GRK di tahun 2017 adalah 1.150.772 Gg CO2e, meningkat sebesar 124.879 Gg CO2e dibanding tingkat emisi tahun 2000. Untuk emisi pada tahun 2017 masing-masing kategori/sektor, adalah sebagai berikut:

1. Energi, sebesar 558.890 Gg CO2e 2. Proses Industri dan Penggunaan Produk, sebesar 55.395 Gg CO2e 3. Pertanian, sebesar 121.686 Gg CO2e 4. Kehutanan dan Kebakaran Gambut, sebesar 294.611 Gg CO2e. 5. Limbah, sebesar 120.191 Gg CO2e

Profil emisi GRK selama periode 2000-2017 secara lebih lengkap digambarkan pada grafik pada Gambar 3-1 di bawah ini.

Gambar 3-1. Profil Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2017

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 2000-2017, terjadi lonjakan emisi GRK Nasional pada tahun 2015 yang sebagian besar disebabkan emisi pada kebakaran gambut (peat fire). Kategori FOLU dan kebakaran gambut menyumbang emisi sebesar 1.569.064 Gg CO2e (terdiri dari 766.194 Gg CO2e dari FOLU dan 802.870 Gg CO2e dari kebakaran gambut) dari total emisi pada tahun tersebut sebesar 2.372.559

Page 50: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 36 -

Gg CO2e. Sedangkan pada tahun 2017, emisi dari FOLU dan kebakaran gambut dapat ditekan masing-masing menjadi 282.098 Gg CO2e dan 12.513 Gg CO2e. Sedangkan emisi pada sektor lainnya pada tahun 2016 dan 2017 mengalami perubahan (peningkatan/penurunan) yang deltanya tidak terlalu besar terhadap total emisi pada tahun dimaksud, sebagaimana tergambar pada grafik di bawah ini.

Gambar 3-2. Profil Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2017 (Tanpa Kehutanan

dan Kebakaran Gambut)

Emisi GRK Nasional secara detail pada masing-masing kategori/sektor dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3-1. Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2017

Tahun Energi IPPU Pertanian FOLU Peat Fire Limbah Total (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e)

2000 317.609 42.882,56 95.201 343.797 161.571 64.832 1.025.893 2001 341.919 48.269,11 94.134 329.243 50.885 67.602 932.053 2002 349.485 41.688,16 93.856 373.189 301.753 70.063 1.230.034 2003 378.050 41.402,45 94.863 328.958 132.075 73.061 1.048.410 2004 380.434 43.145,65 96.586 475.851 232.018 75.225 1.303.260 2005 376.988 42.296,03 98.492 439.638 258.887 77.216 1.293.516 2006 386.100 38.641,24 97.828 479.246 510.710 82.578 1.595.103 2007 402.989 35.919,48 101.487 553.803 62.747 83.933 1.240.878 2008 391.784 36.498,63 98.659 513.712 81.744 85.023 1.207.420 2009 405.653 37.546,31 102.956 620.566 299.920 89.326 1.555.967 2010 453.235 36.032,83 104.501 383.405 51.383 87.669 1.116.226 2011 507.357 35.910,40 103.161 427.310 189.026 91.853 1.354.617 2012 540.419 40.077,58 106.777 487.928 207.050 95.530 1.477.781 2013 496.030 39.109,53 106.814 402.252 205.076 100.515 1.349.797 2014 531.142 47.488,95 107.319 480.033 499.389 102.834 1.768.206

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017Energy 317,609 341,919 349,485 378,050 380,434 376,988 386,100 402,989 391,784 405,653 453,235 507,357 540,419 496,030 531,142 536,306 538,025 558,890 IPPU (all gases) 42,883 48,269 41,688 41,402 43,146 42,296 38,641 35,919 36,499 37,546 36,033 35,910 40,078 39,110 47,489 49,297 55,307 55,395 Agriculture 95,201 94,134 93,856 94,863 96,586 98,492 97,828 101,487 98,659 102,956 104,501 103,161 106,777 106,814 107,319 111,830 116,690 121,686 Waste 64,832 67,602 70,063 73,061 75,225 77,216 82,578 83,933 85,023 89,326 87,669 91,853 95,530 100,515 102,834 106,061 112,351 120,191 Total 520,525 551,924 555,092 587,376 595,391 594,992 605,147 624,329 611,964 635,482 681,438 738,281 782,803 742,469 788,784 803,495 822,373 856,161

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

Emiss

ion

(Gg CO

2e)

Page 51: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 37 -

Tahun Energi IPPU Pertanian FOLU Peat Fire Limbah Total (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e) (Gg CO2e)

2015 536.306 49.297,37 111.830 766.194 802.870 106.061 2.372.559 2016 538.025 55.307,45 116.690 545.181 90.267 112.351 1.457.821 2017 558.890 55.394,51 121.686 282.098 12.513 120.191 1.150.772

Pada tahun 2017, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap emisi GRK nasional adalah sektor Energi (48%), diikuti oleh sektor kehutanan dan kebakaran gambut (26%) dan pertanian (11%), sebagaimana Gambar 3-3 (a). Sebaran kontribusi pada tahun 2017 menunjukkan pergeseran yang signifikan dibandingkan dengan kontribusi sektoral pada tahun-tahun sebelumnya. Gambar 3-3 (b) dan Gambar 3-3 (c) menunjukkan bahwa kecenderungan setiap tahun sektor kehutanan dan kebakaran gambut merupakan sektor penyumbang emisi terbesar terhadap emisi GRK Nasional yang cenderung mencapai atau melebihi 50% dari total emisi nasional. Pada tahun 2015 dan 2016 berturut-turut sektor kehutanan dan kebakaran gambut menyumbang emisi sebesar 66% dan 43%. Dengan demikian, pada tahun 2017 terjadi penurunan emisi sektor kehutanan dan kebakaran gambut yang sangat signifikan.

Gambar 3-3. Kontribusi Emisi GRK Sektoral Terhadap Emisi GRK Nasional

Tahun 2017

Tahun 2016 Tahun 2015

Page 52: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 38 -

Analisis Kategori Kunci

Analisis kategori kunci (key category analysis) yang dilakukan terhadap sub kategori berdasarkan IPCC 2006, diperoleh hasil sebagaimana Tabel 3-2. Terdapat 19 subkategori emisi/serapan yang menjadi kunci utama dan menyumbang hingga 95% dari total emisi dan serapan GRK. Tabel 3-2. Analisis Kategori Kunci Tahun 2017 (Dengan FOLU dan Kebakaran

Gambut)

No. Kode Kategori

Emisi (Gg CO2e)

Emisi Absolut

(Gg CO2e) Level/ Rank Kumulatif

1 Other Peat Decomposition 358,851.28

358,851.28 17.26% 17.26%

2 3B1a Forest Remaining Forest

(337,833.89)

337,833.89 16.25% 33.50%

3 3B2b Non-Cropland to Cropland 302,293.56

302,293.56 14.54% 48.04% 4 1.A.1 Energy Industries 258,041.30 258,041.30 12.41% 60.45% 5 1.A.3 Transportation 147,229.53 147,229.53 7.08% 67.53%

6 3B3b Non-Grassland to Grassland

(124,470.16)

124,470.16 5.99% 73.51%

7 1.A.2 Manufacturing Industries and Construction 84,578.12 84,578.12 4.07%

77.58%

8 3B6b Non-Otherland to Otherland 60,621.37 60,621.37 2.92% 80.50%

9 4D2 Industrial Wastewater Treatment and Discharge 55,145.60 55,145.60 2.65% 83.15%

10 3C7 Rice Cultivation 42,835.00 42,835.00 2.06% 85.21%

11 4A2 Unmanaged Solid Waste Disposal 36,905.10 36,905.10 1.77% 86.98%

12 3C4 Direct N2O Soils 35,992.16 35,992.16 1.73% 88.71% 13 1.A.4.b Residential 34,862.65 34,862.65 1.68% 90.39% 14 2.A.1 Cement 29,092.28 29,092.28 1.40% 91.79%

15 4D1 Domestic Wastewater Treatment and Discharge 22,830.92 22,830.92 1.10% 92.89%

16 1.B.2 Oil and Natural Gas 19,911.68 19,911.68 0.96% 93.85% 17 3B5b Non-Settlement to Settlement 19,015.55 19,015.55 0.91% 93.80% 18 3A1 Enteric fermentation 13,790.81 13,790.81 0.66% 94.47% 19 Other Peat Fire 12,512.62 12,512.62 0.60% 95.07%

Meskipun sektor energi secara total menyumbang sebagian besar (48%) emisi pada tahun 2017, namun besaran absolute GRK baik yang dilepas atau diserap sebagian besar dari subkategori sektor FOLU. Dalam hal ini, dekomposisi gambut dan perubahan tutupan lahan dari non cropland to cropland menyumbang emisi GRK masing-masing 17.26% dan 14.54% dari total emisi nasional, namun terdapat serapan pada lahan hutan sebesar 16.25% dan lahan padang rumput sebesar 5.99%. Sedangkan pada sektor energi, subkategori penyumbang emisi terbesar adalah industri energi (termasuk didalamnya pembangkitan listrik), yakni sebesar 12.41% dari total emisi dan serapan nasional.

Page 53: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 39 -

Terdapat 19 subkategori yang menyumbang 95% emisi dan serapan GRK pada tahun 2017 yang selanjutnya disebut sebagai kategori kunci, dengan 5 subkategori terbesar secara berturut-turut meliputi emisi pada dekomposisi gambut, serapan pada lahan hutan, emisi pada lahan pertanian, emisi pada industri energi, dan emisi akibat transportasi. Dengan mengetahui kategori kunci emisi/serapan GRK ini, maka subkategori inilah yang selanjutnya dijadikan sasaran dalam upaya reduksi emisi, baik dengan mengurangi emisi maupun dengan meningkatkan serapan GRK.

Analisis kategori kunci juga dilakukan terhadap sektor selain FOLU dan kebakaran gambut, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 3-3. Analisis Kategori Kunci Tahun 2017 (tanpa FOLU dan kebakaran

gambut) No. Kode Kategori Emisi

(Gg CO2e) Emisi Absolut (Gg CO2e)

Level/ Rank

Kumulatif

1 1.A.1 Energy Industries 258,041 258,041 30.14% 30.14% 2 1.A.3 Transportation 147,230 147,230 17.20% 47.34% 3 1.A.2 Manufacturing

Industries and Construction

84,578 84,578 9.88% 57.21%

4 4D2 Industrial Wastewater Treatment and Discharge

55,146 55,146 6.44% 63.66%

5 3C7 Rice Cultivation (3C7) 42,835 42,835 5.00% 68.66% 6 4A2 Unmanaged Solid

Waste Disposal 36,905 36,905 4.31% 72.97%

7 3C4 Direct N2O Soils (3C4) 35,992 35,992 4.20% 77.17% 8 1.A.4.b Residential 34,863 34,863 4.07% 81.25% 9 2.A.1 Cement 29,092 29,092 3.40% 84.64% 10 4D1 Domestic Wastewater

Treatment and Discharge

22,831 22,831 2.67% 87.31%

11 1.B.2 Oil and Natural Gas 19,912 19,912 2.33% 89.64% 12 3A1 Enteric fermentation

(3A1) 13,791 13,791 1.61% 91.25%

13 3C5 Indirect N2O Soils (3C5) 9,499 9,499 1.11% 92.36% 14 1.A.5 Non Specified 9,095 9,095 1.06% 93.42% 15 2.C.1 Iron and Steel 8,196 8,196 0.96% 94.38% 16 2.B.1 Ammonia 6,962 6,962 0.81% 95.19%

Terdapat 16 subkategori emisi yang menjadi kunci utama dan menyumbang hingga 95% dari total emisi GRK selain sektor FOLU dan kebakaran gambut, dengan 5 subkategori terbesar secara berturut-turut meliputi meliputi emisi pada industri energi, transportasi, penggunaan energi di industri, limbah cair industri, dan budidaya sawah.

Page 54: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 40 -

3.2. PROFIL EMISI SEKTORAL Bab ini membahas rangkuman Inventarisasi GRK Nasional Indonesia tahun 2017. Inventarisasi GRK Nasional mencakup rincian emisi antropogenik berdasarkan sumber dan resapan, yang dihitung menggunakan IPCC 2006 Guidelines (Gambar 3-4). Inventarisasi GRK nasional mencakup sektor-sektor sebagai berikut: (a) energi, (b) proses industri dan penggunaan produk, (c) pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya; dan (d) limbah.

Gambar 3-4. Kategori Utama Sumber Emisi GRK

3.2.1 Sektor Energi

A. Kategori Sumber Emisi GRK dari Sektor Energi

Kegiatan Pengadaan dan Penggunaan Energi merupakan salah satu sektor penting dalam inventarisasi emisi gas rumah kaca (GRK). Cakupan inventarisasi sektor energi meliputi kegiatan pengadaan/penyediaan energi dan penggunaan energi.

Pengadaan/penyediaan energi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber energi primer (misal minyak mentah,

batubara); 2. Konversi energi primer menjadi energi sekunder yaitu energi yang siap pakai

(konversi minyak mentah menjadi BBM di kilang minyak, konversi batubara menjadi tenaga listrik di pembangkit tenaga listrik), dan

3. Kegiatan penyaluran dan distribusi energi.

Adapun penggunaan energi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Penggunaan bahan bakar untuk peralatan tidak bergerak atau stasioner (di industri,

komersial, dan rumah tangga), dan 2. Peralatan yang bergerak (transportasi).

Berdasarkan IPCC 2006 Guidelines, sumber emisi sektor energi dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu (a) pembakaran bahan bakar, (b) emisi fugitif dari produksi bahan bakar, dan (c) kegiatan transportasi, injeksi, dan penyimpanan CO2 (terkait Carbon Capture Storage-CCS). Oleh karena kegiatan CCS belum dilaksanakan di Indonesia, hanya 2 sumber emisi (poin a dan b) saja yang dibahas dalam laporan ini. Ruang lingkup sumber emisi GRK dari sektor energi dapat dilihat pada Gambar 3-5.

GHG Sources

1. Energy

2. Industrial Processes and Product Use (IPPU)

3. Agriculture, Forestry, and Other Land Use (AFOLU)

4. Waste

5. Other

Page 55: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 41 -

Gambar 3-5. Sumber Emisi GRK Dari Sektor Energi

1. Pembakaran Bahan Bakar

Emisi GRK yang berasal dari pembakaran bahan bakar termasuk emisi yang dihasilkan oleh industri energi, manufaktur, industri (tidak termasuk konstruksi), transportasi, dan sumber-sumber lainnya seperti rumah tangga, komersial, dan ACM (Agriculture, Construction, and Mining), sebagaimana Gambar 3-6. Pembakaran bahan bakar dari konstruksi tercakup di dalam sub sektor ACM (1A4 Other Sources). Pada sub sektor ACM untuk pelaporan ini masih belum dapat dilakukan disagregasi data untuk masing-masing komponen sub sektor tersebut, dan menjadi bagian dari rencana perbaikan jangka panjang.

Gambar 3-6. Sub Kategori Sumber Emisi GRK Dari Kategori Pembakaran

Bahan Bakar

Pembakaran Bahan Bakar di Industri Energi

Emisi GRK dari kategori ini mencakup semua emisi yang dihasilkan selama pembakaran bahan bakar pada produksi listrik dan panas, industri minyak bumi, dan manufaktur bahan bakar padat. Produksi listrik termasuk listrik yang dihasilkan oleh PLN, pembangkit listrik mandiri, dan pembangkit listrik swasta. Emisi GRK yang berasal dari produksi panas dan gabungan panas dan listrik, dimana biasanya terjadi di industri, sudah dihitung sebagai emisi GRK dari pembakaran bahan bakar pada industri manufaktur. Industri minyak bumi mencakup industri hulu migas, penyulingan minyak, produksi LNG dan LPG.

Energy

1A. Fuel Combus on

1B. Fugi ve emissions from fuels produc on

1C. CO2 Transport and Storage (related to CCS)

1A1 Energy Industry 1A2 Manufacturing Industry and Construc on 1A3 Transporta on 1A4 Other Sources: residen al, commerce, ACM

Fuel Combus on

Page 56: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 42 -

Gambar 3-7. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bahan Bakar Di

Industri Energi

Pembakaran Bahan Bakar di Industri Manufaktur

Industri manufaktur mencakup semua jenis industri yang diketahui menggunakan pembakaran bahan bakar sebagai sumber energinya. Sebetulnya hampir semua industri masuk di dalam kategori ini. Di Indonesia, data konsumsi bahan bakar industri dikumpulkan dari data penjualan bahan bakar ke industri-industri tersebut, dimana merupakan data agregat. Emisi GRK dari pembakaran bahan bakar di industri manufaktur dihitung dari agregat data konsumsi bahan bakar tersebut. Hal yang perlu menjadi catatan adalah emisi GRK dan pembakaran bahan bakar pada pertambangan mineral dimasukkan ke dalam kategori ini. Bagaimanapun, GRK dari pembakaran bahan bakar pada kegiatan pertambangan bahan bakar yang tercakup dalam ACM akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya.

Gambar 3-8. Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bahan Bakar Pada

Industri Manufaktur Perbaikan/improvement signifikan yang dilakukan pada perhitungan emisi sektor energi yang dilaporkan pada laporan ini adalah disagregasi data pembakaran bahan bakar pada industri manufaktur (Kategori 1A2). Pada laporan-laporan sebelumnya emisi sektor energi hanya dibitung berdasarkan penggunaan energi di industri secara agregat. Pada laporan ini, emisi dilaporkan penggunaan energi pada industri:

Fuel Combus on in Energy Industry/

Producers

1A1ai Electricity Genera on (PLN, IPP, Cap ve) 1A1aii Combined Heat & Power (CHP) 1A1aiii Heat Plant

1A1a Electricity and Heat Produc on 1A1b Oil and Gas Industry (upstream produc on, oil

refining, LNG liquefac on, LPG produc on) 1A1c Manufacture of Solid Fuels

1A1a Electricity and Heat Produc on

Manufacturing Industry and Construc on

1A2a Iron & Steel 1A2b Non‐Ferrous Metals 1A2c Chemicals 1A2d Pulp, Paper and Print 1A2e Food Processing, Beverage and Tobacco 1A2f Non‐Metallic Minerals 1A2g Transport Equipment 1A2h Machinery 1A2i Mining (excluding fuels) and Quarrying 1A2j Wood and Wood Products 1A2k Construc on 1A2l Tex le and Leather 1A2m Non‐Specified Industry

Page 57: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 43 -

1) Besi dan baja (1A2a), 2) Industri kimia : ammonium fertilizer, EDC/VCM, carbide, Ethylene oxide, and

others (1A2c) 3) Industri pulp, paper dan print (1A2d) 4) Industri Food Processing, Beverages, and Tobacco (1A2e) 5) Industri Non-metallic mineral : cement, ceramic dan glass (1A2f) 6) Industri lainnya selain 5 subkategori di atas : Non-specified industry (1A2m), dimana data aktifitas yang digunakan adalah berdasarkan penggunaan energi yang dilaporkan oleh industri pada level pabrik kepada Kementerian Perindustrian.

Pembakaran Bahan Bakar Sektor Transportasi Menurut panduan IPCC 2006 emisi dari sektor transportasi mencakup emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar penerbangan sipil, transportasi darat, kereta api, navigasi air, dan transportasi lainnya (jalur pipa dan off road). Emisi yang dilaporkan pada inventarisasi kali ini menggunakan data konsumsi bahan bakar agregat. Data konsumsi untuk sektor transportasi dikelompokkan sesuai jenis bahan bakar. Sebagai contoh avgas dan avtur hanya digunakan pada penerbangan sipil, maka emisi dari penerbangan sipil dapat dihitung dari data konsumsi avgas dan avtur. Namun perhitungan emisi tersebut tidak dapat dibedakan antara penerbangan domestik dan internasional karena data konsumsi yang ada merupakan data agregat keduanya. Semua jenis bensin (RON 88, RON 92, RON 95, Bio-RON 88, dan Bio-RON 92) hanya digunakan untuk transportasi darat (mobil dan motor). Untuk bahan bakar seperti gas dan solar, perhitungan emisi GRK tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis transportasi karena data konsumsi solar merupakan data agregat. Bahan bakar solar termasuk diesel 51, ADO/HSD, IDO, MFO, dan Bio-solar. Transportasi bahan bakar melalui jalur pipa seperti minyak dan gas serta transfer material industri sudah termasuk dalam industri terkait.

Gambar 3-9. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pembakaran Bakar Sektor

Transportasi Pada subsektor transportasi, improvement signifikan yang dilakukan pada perhitungan emisi yang dilaporkan pada laporan ini adalah disagregasi data pembakaran bahan bakar pada transportasi (Kategori 1A3), dimana pada laporan-laporan sebelumnya hanya menyajikan emisi dari penggunaan energi pada transportasi secara agregat. Pada laporan ini telah dapat dilaporkan disagregasi emisi dari penggunaan energi pada:

1A3 Transport

1A3a Civil Avia on

1A3b Road Transport

1A3c Railways

1A3d Water‐borne Naviga on

1A3e Other Transport

Page 58: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 44 -

1) Emisi GRK pada Civil Aviation (1A3a) 2) Emisi GRK pada Land transportation (yang terdiri dari Road Transportation (1A3b)

dan Kereta api (1A3c). Perlu dicatat bahwa data pembakaran bahan bakar pada transportasi darat belum dapat dipisahkan antara transportasi jalan raya dan kereta api.

3) Emisi GRK pada Water Borne Navigation (1A3d).

Sementara kategori Other/non-specified (1A3e) merujuk pada subsector yang tidak termasuk ke dalam kategori yang telah disebutkan sebelumnya (1A3a-d), seperti pembakaran bahan bakar pada agriculture, construction, dan mining (ACM). Pada pelaporan ini, belum dapat dipisahkan perhitungan emisi pada ACM karena keterbatasan ketersediaan data yang dapat merinci penggunaan bahan bakar untuk ketiga subsector tersebut (ACM). Untuk mendisagregasi data ACM dibutuhkan kegiatan survey yang sangat kompleks dan besar yang mempunyai konsekuensi kebutuhan anggaran dan sumberdaya manusia yang besar, sementara nilai emisi GRK yang dihasilkan dari ACM relative rendah.

Pembakaran Bahan Bakar Sektor Lainnya Emisi GRK dari kategori ini mencakup pembakaran bahan bakar yang dihasilkan di perumahan, komersial, dan ACM (Agriculture, Construction, and Mining). Emisi GRK dari perumahan dan komersial dihasilkan dari pembakaran bahan bakar LPG, gas pipa, dan minyak tanah. Emisi GRK dari ACM tidak dapat dibedakan sesuai dengan sub sektor, yaitu pertanian (termasuk perikanan), konstruksi, dan tambang, tapi dapat dibedakan berdasarkan jenis bahan bakar. Bensin, ADO, dan minyak tanah digunakan pada peralatan bergerak di kegiatan pertanian termasuk perikanan. Minyak bakar digunakan pada aktivitas perikanan. ADO dan IDO digunakan di sub sektor tambang dan konstruksi.

2. Emisi Fugitif dari Produksi Bahan Bakar

Emisi fugitive dari produksi bahan bakar hanya termasuk gas CH4 yang dihasilkan dari fasilitas produksi migas (hulu), penyulingan dan proses, dan distribusi. Semua pertambangan batu bara Indonesia merupakan tambang terbuka (permukaan), oleh karena itu emisi fugitive dari pertambangan batu bara hanya mencakup emisi selama kegiatan pertambangan.

Gambar 3-10. Cakupan Emisi Fugitive Dari Produksi Bahan Bakar

1B Fugi ve emissions

1B1 Solid Fuels

1B2 Oil and Nat. Gas

1B3 Other emissions from energy produc on

1B1a Coal Mining and Handling 1B1b Spontaneous combus on

1B2a Oil 1B2b Nat. gas

1B2ai Ven ng 1B2aii Flaring 1B2aiii All other

1B1ai Underground mines 1B2aii Surface mines 1B2aiii All other

1B2bi Ven ng 1B2bii Flaring 1B2biii All other

1B1a Coal Mining and Handling

1B1aii1 Mining 1B2aii2 Post Mining

Page 59: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 45 -

B. Jenis Gas

Berdasarkan Pedoman IPCC GL 2006 gas rumah kaca yang diestimasi dalam sektor energi adalah CO2, CH4 dan N2O.

C. Periode Waktu

Inventarisasi GRK yang dilaporkan meliputi emisi GRK yang dihasilkan pada tahun 2000 sampai 2017.

D. Sumber Data

Seluruh data dan informasi terkait inventarisasi emisi GRK sektor energi berasal dari: Tabel Kesetimbangan Energi dalam Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia tahun 2018 yang diterbitkan oleh Pusdatin, Kementerian Energi dan Sumber Daya (ESDM). Data dari tabel kesetimbangan energi berupa data konsumsi bahan bakar pada suatu kategori, produk yang dihasilkan dari kategori tersebut dan data transformasi energi. Unit data aktivitas dalam Tabel Kesetimbangan Energi adalah BOE sehingga menurut pedoman IPCC GL 2006 perlu dikonversi terlebih dahulu menjadi Kiloliter atau Ton dengan faktor konversi yang tersedia dalam Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia.

Rekalkulasi perhitungan emisi pada sektor energi dilakukan pada kategori “manufacturing industries and construction” (1A2) berdasarkan revisi pada sumber data sebagai berikut : pada Laporan inventarisasi GRK dan MPV tahun 2017 (perhitungan emisi sampai dengan tahun 2016) mengacu pada HEESI 2001-2015, sementara pada pelaporan ini (perhitungan emisi sampai dengan tahun 2017) merujuk kepada HEESI 2016 dan 2018, dimana pada HEESI 2016 terdapat revisi data tahun 2000-2016, sedangkan pada HEESI 2018 terdapat revisi data tahun 2007-2016.

Sedangkan khusus untuk data penggunaan gas pada kategori industry, surat Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi ESDM Nomor: 186/03/SJD.3/2019 tanggal 22 April 2019 menyatakan klarifikasi lanjutan bahwa konsumsi gas yang digunakan sebagai pembakaran pada industry menggunakan Tabel Indonesia Energy Balance Table 2017 pada halaman 16 dokumen HEESI 2018 dan tidak merujuk pada Tabel 5.1.2 Energy Consumption in Industrial Sector halaman 42 pada dokumen publikasi yang sama.

E. Perhitungan Emisi GRK

Emisi pada sektor energi menggunakan 2 pendekatan: 1. Sektoral approach: pendekatan konsumsi energi (berdasarkan data penggunaan

energi) 2. Refference approach: pendekatan produksi energi (berdasarkan jenis bahan bakar

yang diproduksi dan digunakan)

Page 60: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 46 -

Sectoral Approach : Tingkat Emisi GRK berdasarkan Sektor

Emisi GRK sektoral dari kegiatan energi selama periode 2000-2017 terangkum pada Tabel 3-4 di bawah ini. Sedangkan rincian pada masing-masing sub kategori pada sektor energy tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3-5.

Tabel 3-4. Emisi GRK Dari Kegiatan Energi Tahun 2000-2017

Tahun Emisi Sektor Energi (Gg CO2e)

2000 317.609

2001 341.919

2002 349.485

2003 378.050

2004 380.434

2005 376.988

2006 386.100

2007 402.989

2008 391.784

2009 405.653

2010 453.235

2011 507.357

2012 540.419

2013 496.030

2014 531.142

2015 536.306

2016 538.025

2017 558.890

Page 61: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 47 -

Tabel 3-5. Emisi GRK Per Subkategori Sektor Energi Tahun 2017

Code Categories

2017

CO2 CH4 N2O Total

GgCO2 GgCH4 GgN2O Gg CO2e

1 Energy 527.095 1.240 19 558.890

1.A Fuel Combustion 520.209 526 18 536.988

1.A.1 Energy Industries 256.949 4 3 258.041

1.A.1.a Main activity electricity and heat production 242.552 3,26 3,26 243.629

1.A.1.b Petroleum refining 14.326 0,26 0,03 14.341

1.A.1.c Coal Processing 71 0,00 0,00 71

1.A.2 Manufacturing Industries and Construction 83.773 12 2 84.578

1.A.2.a Iron and Steel 341 0,01 0,00 342

1.A.2.c Chemical 5.649 0,44 0,06 5.678

1.A.2.d Pulp, Paper, and Print 1.747 0,18 0,03 1.759

1.A.2.e Food Processing, Beverages, and Tobacco 493 0,01 0,00 494

1.A.2.f Non-Metallic Minerals 3.749 0,12 0,02 3.756

1.A.2.m Non-specified Industry 71.796 11,75 1,66 72.557

1.A.3 Transport 144.169 41 7 147.230

1.A.3.a Civil Aviation 13.291 0,09 0,37 13.408

1.A.3.b Land Transportation (Road and Railways) 130.748 40,63 6,74 133.689

1.A.3.c Water-Borne Navigation 131 0,01 0,00 132

1.A.4 Other Sectors 26.271 468 6 38.045

1.A.4.a Commercial/Institutional 3.109 2,72 0,05 3.182

1.A.4.b Residential 23.161 465 6,22 34.863

1.A.5 Other 9.046 1,22 0,07 9.095

1.B Fugitive emissions 6.887 714 0 21.901

1.B.1 Solid Fuels - 95 - 1.990

1.B.1.a Underground coal mining -

1.B.1.b Surface coal mining - 95 1.990

1.B.2 Oil and Natural Gas 6.887 620 0 19.912

1.B.2.a Oil 2.208 537 0 13.504

1.B.2.b Natural gas 4.679 82 0,01 6.408

1.B.3 Other emissions from Energy Production - - - -

Page 62: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 48 -

Tabel 3-5 menunjukkan bahwa emisi GRK yang dihasilkan dari sektor energi di Indonesia didominasi oleh CO2 yaitu sebesar 94%, seperti tergambar juga pada Gambar 3-11. Hal ini berkorelasi positif dengan sumber emisi pada sektor energi yang didominasi oleh emisi GRK dari pembakaran bahan bakar (Gambar 3-12). Data pada Tabel 3-5 serta Gambar 3-12 menunjukkan bahwa pembakaran bahan bakar baik untuk pembangkit listrik, industri, transportasi, dan subkategori pembakaran lainnya (area biru) menyumbangkan emisi GRK sekitar 96,13% dari total emisi sektor energi, sedangkan sisanya adalah emisi fugitive (area merah) yang tidak sengaja terlepas selama proses pembakaran bahan bakar.

Gambar 3-11. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Jenis Gas Tahun 2017

Gambar 3-12. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Sumber Tahun 2000 –

2017

94%

5%

1%

CO2 CH4 N2O

-

100

200

300

400

500

600

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ggram CO2-e

Thousands

1.A Fuel Combustions 1.B Fugitives

Page 63: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 49 -

Kecenderungan emisi sektor energi meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan penggunaan energi (Gambar 3-13). Sepanjang kurun waktu Tahun 2000-2017 dapat dilihat bahwa penggunaan energi pada industri energi (termasuk didalamnya penggunaan bahan bakar pada pembangkit listrik dan panas, kilang minyak, dan proses batu bara) merupakan penyumbang emisi terbesar pada sector energi, yang diikuti oleh penggunaan bahan bakar untuk transportasi, serta energi pada manufaktur pada urutan ketiga.

Gambar 3-13. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Kegiatan Sub

Sektor Tahun 2000 – 2017 Reference Approach: Tingkat Emisi GRK berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Berdasarkan reference approach, inventarisasi emisi GRK dilakukan berdasarkan jenis bahan bakar yang supply pada level nasional. Merujuk pada data trend konsumsi bahan bakar nasional pada periode 2000-2017, konsumsi bahan bakar didominasi oleh minyak (bahan bakar cair), diikuti oleh batu bara (bahan bakar padat), dan gas alam (bahan bakar gas). Pada tahun 2017, bahan bakar cair meliputi 43,07% dari konsumsi bahan bakar domestik, yakni sebesar 1.278 MMBOE; diikuti oleh bahan bakar padat (31,45%), dan bahan bakar gas (25,48%). Khusus tahun 2017, terjadi kecenderungan penurunan jumlah bahan bakar cair dan peningkatan bahan bakar padat dibandingkan dengan tahun 2016. Emisi GRK dari pembakaran bahan bakar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar cair (39,81%), padat (41,90%), dan gas (18,29%) dari total emisi GRK sebesar 541.338 Gg CO2e. Gambar 3-14 menunjukkan konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis bahan bakar dan emisi GRK yang dihasilkan.

0100200300400500600

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Emission(M

TonCO2e)

1.A.1.C Coal Processing1.B.1 Fugitives Solid FuelsMining1.A.4.A Commercial1.A.5 Non-Specified1.A.1.B Oil and Gas Refineries1.B.2 Fugitives Oil and GasUpstream1.A.4.B. Residential1.A.2 Manufacturer1.A.3 Transportation

Page 64: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 50 -

Gambar 3-14. Tingkat Emisi GRK Sektor Energi Berdasarkan Jenis Bahan

Bakar Tahun 2000-2017

Perbandingan antara Reference dan Sectoral Approaches dalam Perhitungan Tingkat Emisi CO2 Hasil perhitungan emisi GRK menunjukkan bahwa perhitungan CO2 menggunakan sectoral approach 3,72% lebih tinggi (Tabel 3-6). Hal ini disebabkan dalam perhitungan emisi menggunakan sectoral approach terdapat perhitungan emisi fugitive (yang tidak diperhitungkan apabila emisi dihitung hanya berdasarkan jumlah bahan bakar yang dibakar). IPCC menyebutkan secara umum perbedaan perhitungan dengan menggunakan kedua pendekatan ini adalah berkisar 5%.

Tabel 3-6. Perhitungan Emisi GRK Sektor Energi Menggunakan Metoda Reference Dan Sectoral Approach, Gg CO2e

Metode dan Sumber Emisi 2017 Emission (Gg CO2e)

Metode: Reference Approach

1. Liquid Fuels 215.526 2. Solid Fuels 226.794 3. Gas Fuels 99.018

Total Reference Approach 541.338

Metode: Sectoral Approach

1.A Fuel Combustion 536.988 1.B Fugitives Emissions 21.901

Total Sectoral Approach 558.890 Discrepancy 3,14%

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

MBO

E

Liquid Fuels Solid Fuels Gas Fuels Liquid Fuels Emission Solid Fuels Emission Gas Fuels Emission

MBOE

Emisi CO2e

Page 65: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 51 -

Gambar 3-15. Perbandingan Perhitungan Emisi dengan Menggunakan

Reference dan Sectoral Approach Tahun 2000-2017

F. Sumber Emisi Kunci

Terdapat 4 (empat) kategori yang menyumbang hingga maksimal 95% emisi dan serapan GRK pada tahun 2017 yang selanjutnya disebut sebagai kategori kunci, yakni energi industri (penggunaan bahan bakar pada pembangkit listrik dan panas, kilang minyak, dan proses batubara), yang diikuti oleh penggunaan bahan bakar pada transportasi, industri dan manufaktur, serta penggunaan bahan bakar pada perumahan. Analisis kategori kunci secara detail dapat dilihat pada Tabel 3-7.

Tabel 3-7. Sumber Emisi Kunci Sektor Energi Tahun 2017

Code Category Total GHG Emissions (Gg CO2e)

Level/Rank (%)

Cumulative (%)

1.A.1 Energy Industries 258,041 46% 46.17% 1.A.3 Transport 147,230 26% 72.51% 1.A.2 Manufacturing Industries

and Construction 84,578 15% 87.65% 1.A.4.b Residential 34,863 6% 93.88% 1.B.2 Oil and Natural Gas 19,912 4% 97.45% 1.A.5 Other 9,095 2% 99.07% 1.A.4.a Commercial/Institutional 3,182 1% 99.64% 1.B.1 Solid Fuels 1,990 0% 100.00% TOTAL 558,890

0

100

200

300

400

500

600

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gg CO2 eq

Thousands

sectoral

reference

Page 66: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 52 -

3.2.2. Sektor IPPU

A. Kategori Sumber Emisi

Pada bab ini pembahasan hanya mencakup emisi yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi, sedangkan untuk emisi yang berasal dari penggunaan energi dibahas pada sektor energy. Berbagai macam sumber emisi GRK dari industri di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan tipe industri. Berdasarkan IPCC GL 2006, tipe industri dikelompokkan menjadi industri mineral, kimia, logam, penggunaan produk bahan bakar non-energi dan pelarut, elektronik dan lain-lain. Dalam laporan ini kegiatan inventarisasi GRK hanya mencakup emisi dari (i) produksi mineral, seperti semen, kapur, kaca/gelas dan proses lain penggunaan karbonat (keramik dan penggunaan soda abu), (ii) produksi kimia, seperti ammonia, asam nitrat, karbida, dan petrokimia (methanol, etilen, etilen diklorida, dan carbon black), (iii) produski logam (besi dan baja, alumunium, timbal, dan seng), (iv) penggunaan produk bahan bakar non-energi dan pelarut (pelumas dan lilin parafin) dan (v) lain-lain yaitu penggunaan karbonat untuk industri pulp dan kertas serta industri makanan dan minuman.

Emisi GRK dari kegiatan produksi kimia (seperti asam adipat, kaprolaktan, glyoxal, titanium oksida dan industri soda abu) tidak termasuk dalam cakupan inventarisasi GRK karena industri tersebut tidak beroperasi di Indonesia. Selain itu, sumber emisi GRK dari industri ferroalloy, elektronik dan produk manufaktur lainnya (pelarut dan penggunaan produk lain) juga tidak dihitung lagi karena sulit untuk mendapatkan data.

Gambar 3-16. Sumber Emisi Dari Sektor IPPU

Hingga periode pelaporan ini ini, emisi dari kegiatan proses industri elektronik tidak diestimasi karena data yang tersedia merupakan data agregat antara industri yang merupakan sumber emisi GRK dan yang tidak menghasilkan emisi, seperti industri perakitan. Sedangkan untuk emisi GRK terkait penggunaan bahan pengganti Ozone Depleting Substances (ODS) juga sulit untuk diestimasi karena data stok ODS tidak

2A Mineral Industry 2B Chemical Industry 2C Metal Industry 2D Non‐Energy Products from Fuels and Solvent Use 2E Electronic Industry 2F Product Uses as Subs tutes for Ozone Deple ng Substances 2G Other Product Manufacture and Use 2H Others (pulp paper, F/B, etc.)

2 Industrial Processes and Product Use

Page 67: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 53 -

tersedia. Walaupun data impor ODS dapat dilacak tetapi jumlah penggunaannya tidak dapat diketahui. Saat ini pemerintah sedang mencatat data impor bahan pengganti ODS dimana data tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi penurunan emisi GRK tetapi tetap saja tidak dapat digunakan untuk menetapkan inventarisasi GRK.

1. Industri Mineral

Emisi dari industri mineral mencakup emisi terkait kegiatan proses kimia dalam industri semen (produksi klinker), kapur, kaca/gelas dan industri yang menggunakan karbonat dalam prosesnya. Gambar 3-17 memperlihatkan cakupan sumber emisi GRK dari industri mineral yang dilaporkan dalam dokumen ini. Untuk penggunaan karbonat pada produksi non-metallurgical magnesia dan other tidak diestimasi karena tidak digunakan di Indonesia.

Gambar 3-17. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Mineral

2. Industri Kimia

Mengacu pada Pedoman IPCC 2006, proses produksi di industri kimia yang tercakup dalam inventarisasi GRK adalah amonia, asam nitrat, karbida, asam adipat, kaprolaktam, glioksal, dan asam glioksilat, titanium dioksida, produksi soda abu alami, dan petrokimia (metanol, etilen, etilen diklorida, dan karbon hitam). Namun untuk beberapa jenis industri seperti asam adipat, kaprolaktam, glioksal, asam glioksilat, titanium dioksida, dan industri soda abu tidak dilakukan estimasi emisi GRK karena industry tersebut tidak ada di Indonesia. Untuk saat ini keberadaan dan penggunaan produk-produk tersebut berasal dari impor. Estimasi emisi GRK dari jenis industri kimia yang dibahas dalam laporan ini terbatas pada industri yang berada di Indonesia dan ketersediaan data-data yang diperlukan. Industri tersebut antara lain: industri amonia, asam nitrat, karbida, metanol, etilen, etilen diklorida, dan karbon hitam (lihat Gambar 3-18 dan 3-19).

2A1 Cement 2A2 Lime Produc on 2A3 Glass Produc on 2A4 Other Process Uses of Carbonates 2A5 Other

2A Mineral Industry 2A4a Ceramics

2A4b Other Uses of Soda Ash 2A4c Non Metallurgical Magnesia Produc on 2A4d Other

Page 68: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 54 -

Gambar 3-18. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Kimia

Gambar 3-19. Cakupan Sumber Emisi sektor IPPU dari Produksi Petrokimia

dan Carbon Black

3. Industri Logam

Berdasarkan Pedoman IPCC 2006, industri logam mencakup jenis-jenis industri seperti besi & baja, ferroalloy, alumunium, magnesium, timbal dan seng (Gambar 3-20). Namun dalam laporan ini, estimasi emisi pada inventarisasi GRK dari industri logam hanya kegiatan produksi besi & baja, alumunium, timbal dan seng. Hal ini dikarenakan belum tersedianya data untuk industri tersebut.

Gambar 3-20. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Industri Logam

2B8a Methanol 2B8b Ethylene 2B8c Ethylene Dichloride and VCM 2B8d Ethylene Dioxide 2B8e Acrylonitrile 2B8f Carbon Black

2B8 Petrochemical and Carbon Black Produc on

2C1 Iron and Steel Produc on 2C2 Ferroalloys Produc on 2C3 Aluminum Produc on 2C4 Magnesium Produc on 2C5 Lead Produc on 2C6 Zinc Produc on 2C7 Other

2C Metal Industry

Page 69: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 55 -

4. Penggunaan Produk Non-Energi dan Pelarut

Penggunaan produk yang yang termasuk dalam kategori ini mencakup pelumas, lilin/parafin dan pelarut. Gambar dibawah memperlihatkan lingkup sumber emisi GRK dari penggunaan produk yang dibahas dalam laporan ini.

Gambar 3-21. Cakupan Sumber Emisi Sektor IPPU Dari Produk Non-Energi

Dan Pelarut

5. Industri Lainnya

Emisi GRK dari kategori industri lainnya mencakup emisi terkait penggunaan karbonat selama kegiatan produksi pada industri pulp/kertas dan makanan/minuman. Dalam industri pulp/kertas, karbonat digunakan pada proses lime kiln dan proses make-up bahan kimia untuk proses lime kiln. Walaupun jumlah penggunaan karbonat tersebut tidak signifikan, proses tersebut tetap akan melepaskan emisi GRK ke atmosfer.

Gambar 3-22. Cakupan Emisi GRK Dari Kategori Industri Lain

Secara garis besar, kategori sumber emisi yang dihitung pada laporan ini meliputi: 1. Produksi Mineral: cement (2A1), lime (2A2), glass (2A3), and other process utilizing

carbonates (ceramics (2A4a), soda ash (2A4b), other carbonate consumption (2A4d);

2. Produksi Kimia: ammonia production (2B1), nitric acid (2B2), carbide (2B5), and petrochemicals (2B8);

3. Produksi Metal: iron and steel (2C1), aluminium (2C3), lead (2C5), and zinc (2C6); 4. Produk Non-energy products dari bahan bakar dan pelarut: lubricant (2D1) and

paraffin wax (2D2); and 5. Industri lainnya seperti penggunaan karbonat pada pulp and paper industry (2H1)

dan industry makanan dan minuman (2H2). Pada industry pulp/kertas, karbonat digunakan sebagai bahan kimia selama proses rekaustikisasi. Meskipun jumlah karbonat tidak signifikan, namun proses kimia yang terjadi masih melepaskan emisi GRK.

2D1 Lubricant Use 2D2 Paraffin Wax Use 2D3 Solvent Use 2D4 Other

2D Non‐Energy Products from Fuels and Solvent Use

2H1 Pulp and Paper Industry 2H2 Food and Beverages Industry 2H3 Others

2H Other

Page 70: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 56 -

Sedangkan sumber kategori yang tidak dihitung dalam laporan ini, antara lain : 1. Emisi GRK dari produksi kimia untuk kategori adipic acid productions (2B3),

caprolactam, glyoxal, glyoxylic acid (2B4), titanium dioxide (2B6), dan natural soda ash (2B7), fluorochemical production (2B9), karena kategori ini tidak tersedia di Indonesia.

2. Emisi GRK dari ferroalloy (2C2) dan magnesium production (2C4) juga tidak termasuk yang dilaporkan karena keterbatasan dalam pengumpulan data.

3. Emisi GRK dari electronic industry (2E1-2E4) tidak diestimasi pada pelaporan ini karena data yang tersedia hanya dalam jumlah agregat (dari industry yang menghasilkan emisi GRK dan dari industry yang tidak menghasilkan emisi GRK, seperti industry perakitan).

4. Emisi GRK dari penggunaan produk sebagai substitusi untuk Ozone Depleting Substances (ODS) (2F1-2F4) tidak tersedia, begitu pula dengan penggunaan karbonat pada produksi non-metallurgical magnesia dan industry lainnya.

B. Jenis Gas

Tipe emisi GRK dari sektor IPPU mencakup 5 gas yaitu CO2, CH4, N2O, dan perfluorocarbon (PFC) dalam bentuk CF4 and C2F6. Pada sektor industri, CO2 biasanya dilepaskan dari kegiatan pembakaran bahan bakar. Pada beberapa industri, emisi juga dihasilkan selama proses produksi dan penggunaan produk. Berdasarkan IPCC GL 2006, emisi GRK dari hasil pembakaran bahan bakar fosil tidak dilaporkan dalam kategori IPPU karena sudah tercakup dalam kategori energi. Oleh karena itu pada bab ini hanya dibahas emisi GRK dari kegiatan proses industri dan penggunaan produk saja.

C. Periode Waktu

Inventarisasi GRK yang dilaporkan dalam dokumen ini mencakup emisi GRK yang dihasilkan dari tahun 2000-2017.

D. Sumber Data

Data dan informasi terkait inventarisasi GRK sektor IPPU diperoleh dari PPIHLH, Kementerian Perindustrian, dokumen Statistik Industri diterbitkan oleh BPS, dan handbook of energy yang diterbitkan Kementerian ESDM. Perlu diperhatikan bahwa seluruh data kegiatan industri telah dikonsolidasi dan diverifikasi melalui beberapa rangkaian pertemuan dan diskusi yang dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Beberapa update yang dilakukan dalam pelaporan ini untuk sektor IPPU antara lain: 1. Penerapan Tier 2 untuk industri semen, ammonia, asam nitrat, dan aluminium karena

keterlibatan industri tersebut pada proyek CDM. 2. Untuk sumber data, Indonesia saat ini mempunyai sistem pengumpulan data yang

baru dibawah koordinasi Kementerian Perindustrian, dimana untuk industri tertentu data aktifitas yang digunakan merupakan data yang langsung dilaporkan oleh

Page 71: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 57 -

industri pada level pabrik yang dilaporkan oleh industri langsung kepada Kementerian Perindustrian melalui sistem aplikasi online Sistem Industri Nasional (SIINAS). Industri tersebut adalah sement, amoniak dan urea, besi dan baja, dan industry kimia. Sedangkan untuk industri lainnya diharapkan dapat dilakukan improvement hal yang sama pada masa yang akan datang, sehingga dapat meminimalisir penggunaan asumsi berdasarkan kapasitas industri seperti yang digunakan pada perhitungan emisi pada tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa data diperoleh langsung dari Kementrian Perindustrian seperti data jumlah produksi klinker, amonia, asam nitrat, karbida, metanol, etilen, etilen diklorida dan carbon black. Dari Industri logam, data produksi besi dan baja dan alumunium juga diperoleh dari Kementrian Perindustrian. Untuk kategori penggunaan pelumas dan lilin parafin diperoleh dari Handbook of Energy Kementrian ESDM. Sedangkan untuk data lainnya diperoleh dari dokumen Statistik Industri Manufaktur BPS melalui penelusuran kode Industrial Standard International Classification (ISIC) untuk semua tipe produksi dari jenis industri yang termasuk diatas.

E. Perhitungan Emisi GRK

Emisi GRK sektoral dari IPPU selama periode 2000-2017 terangkum pada Tabel 3-8 di bawah ini. Sedangkan rincian pada masing-masing sub kategori pada sektor IPPU tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3-9. Tabel 3-8. Emisi GRK Dari Sektor IPPU Tahun 2000-2017

Tahun Emisi Sektor IPPU untuk 3 gas utama (CO2, CH4, N2O)

(Gg CO2e)

Emisi Sektor IPPU untuk seluruh gas (CO2, CH4, N2O, CF4,

C2F6) (Gg CO2e)

2000 42.611 42.883

2001 47.997 48.269

2002 41.416 41.688

2003 41.131 41.402

2004 42.874 43.146

2005 42.024 42.296

2006 38.358 38.641

2007 35.646 35.919

2008 36.224 36.499

2009 37.274 37.546

2010 35.881 36.033

2011 35.864 35.910

2012 40.031 40.078

Page 72: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 58 -

Tahun Emisi Sektor IPPU untuk 3 gas utama (CO2, CH4, N2O)

(Gg CO2e)

Emisi Sektor IPPU untuk seluruh gas (CO2, CH4, N2O, CF4,

C2F6) (Gg CO2e)

2013 39.114 39.164

2014 47.450 47.489

2015 49.247 49.297

2016 55.260 55.307

2017 55.346 55.395

Tabel 3-9. Emisi GRK Per Subkategori Sektor IPPU Tahun 2017

Code Categories Emisi 2017 (Gg CO2e)

Mineral 2.A.1 Cement 29.092 2.A.2 Lime 124 2.A.3 Glass 2 2.A.4.a Ceramics 3,0 2.A.4.b Other Uses of Soda Ash 2.409 Chemical 2.B.1 Ammonia 6.962 2.B.2 Nitric Acid 1.396 2.B.5 Carbide 25 2.B.8.a Methanol 308 2.B.8.b Ethylene 1.783 2.B.8.c Ethylene Dichloride and VCM 407 2.B.8.f Carbon Black 219 Metal

2.C.1 Iron and Steel 8.196 2.C.3 Aluminium 441 2.C.5 Lead 74 2.C.6 Zinc 69 Non-Energy Products from Fuels and Solvent Use

2.D.1 Lubricant Use 211 2.D.2 Paraffin Wax Use 3.536 Others 2.H.1 Pulp and Paper Industry 132 2.H.2 Food and Beverages Industry 5,00

TOTAL 53.395

Dari Tabel 3-8 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terjadi kecenderungan penurunan emisi GRK sektor IPPU dari tahun 2000-2007, namun kemudian meningkat

Page 73: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 59 -

secara gradual hingga tahun 2017. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 3-23. Komposisi emisi pada setiap subkategori sektor IPPU (Gambar 3-24) menunjukkan bahwa pada tahun 2017, lebih dari separuh emisi dari sektor energi berasal dari industri semen, yang diikuti oleh industri besi baja pada urutan kedua.

Gambar 3-23. Tingkat Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2000-2017

Gambar 3-24. Komposisi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2017

F. Sumber Emisi Kunci

Tabel 3-10 menunjukkan tingkat emisi yang berada dalam kumulatif range 95% dari total emisi IPPU yang merupakan sumber emisi kunci, yakni terdiri dari industri semen, besi dan baja, serta ammonia.

0

10000

20000

30000

40000

50000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ggram CO

2‐e

Ceramics

Food and Beverages Industry

Zinc

Carbide

Glass

Pulp and Paper Industry

Lead

Lime

Carbon Black

Lubricant Use

Other Uses of Soda Ash

Ethylene Dichloride and VCM

Methanol

Aluminium

Nitric Acid

Ethylene

Paraffin Wax Use

Iron and Steel

Ammonia

Cement

53%

13%

15%

6%

3%

3%

1% 1% 1%

4%

Cement

Ammonia

Iron and Steel

Paraffin Wax Use

Ethylene

Nitric Acid

Aluminium

Methanol

Ethylene Dichloride and VCM

Other Uses of Soda Ash

Page 74: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 60 -

Tabel 3-10. Sumber Emisi Kunci Sektor IPPU Tahun 2017

3.2.3. Sektor AFOLU Berdasarkan IPCC Guidelines 2006, sektor pertanian dan peternakan termasuk kedalam sumber emisi dari sector AFOLU (Agriculture, Forestry and Other Land Use). AFOLU sendiri dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu (a) peternakan (livestock), (b) lahan (land), (c) sumber agregat dan emisi nonCO2 dari lahan (aggregate sources and non-CO2 emissions sources on land), (d) others. Di Indonesia sektor pertanian dan peternakan biasanya cukup disebut sektor pertanian dengan cakupan sumber emisi GRK (GRK) dari sektor AFOLU disajikan pada Gambar 3-25.

Gambar 3-25. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor AFOLU

Code Category Total GHG Emissions 2017 (Gg CO2e)

Level/Rank Cumulative

‐ 2 A 1 Cement 29,092 53% 52.52%2 C 1 Iron and Steel 8,196 15% 67.31%2 B 1 Ammonia 6,962 13% 79.88%2 D 2 Paraffin Wax Use 3,536 6% 86.26%2 A 4 b Other Use of Soda Ash 2,409 4% 90.61%2 B 8 b Ethylene 1,783 3% 93.83%2 B 2 Nitric Acid 1,396 3% 96.35%2 C 3 Alumunium 441 1% 97.15%2 B 8 c Ethylene Dichloride 407 1% 97.88%2 B 8 a Methanol 308 1% 98.44%2 B 8 f Carbon Black 219 0% 98.83%2 D 1 Lubricant Use 211 0% 99.22%

2 H 1 Others ‐ natrium carbonate in pulp&paper industry 132 0% 99.45%

2 A 2 Lime 124 0% 99.68%2 C 5 Lead 74 0% 99.81%2 C 6 Zinc 69 0% 99.94%2 B 5 Carbide 25 0% 99.98%

2 H 2 Others ‐ natrium carbonate in food&beverages industry 5 0% 99.99%

2 A 4 a Ceramic 3 0% 100.00%2 A 3 Glass 2 0% 100.00%

TOTAL 55,395

Agriculture, Forestry, and Other Land Use (AFOLU)

3A. Livestock

3B. Land

3C. Aggregate Sources and non‐CO2 Emissions sources on land

3D. Other

Page 75: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 61 -

3.2.3.1 Pertanian A. Kategori Sumber Emisi

Kategori-kategori sumber emisi di dalam IPCC Guidelines 2006 dari sektor pertanian yang dihitung dalam laporan ini dapat dilihat pada Gambar 3-26, antara lain: 1. Peternakan (3A); yaitu emisi dari fermentasi enterik (3A1), pengelolaan kotoran

ternak (3A2a), termasuk emisi langsung N2O dari pengelolaan kotoran ternak pada ladang penggembalaan ternak (3A2b) dan emisi tidak langsung N2O dari pengelolaan kotoran ternak pada ladang penggembalaan ternak (3C6)

2. Pembakaran biomassa residu pertanian (3C1b) 3. Pembakaran biomassa pertanian berpindah (3C1c) 4. Aplikasi kapur pertanian (3C2) dari pengelolaan lahan pertanian (penggunaan

limestone dan dolomite) 5. Aplikasi pupuk urea (3C3) pada lahan pertanian 6. Emisi langsung N2O dari tanah terkelola (3C4); aplikasi nitrogen pada tanah terkelola 7. Emisi tidak langsung N2O dari tanah terkelola (3C5); deposisi atmosferik dari

nitrogen volatil pada tanah terkelola 8. Emisi dari budidaya padi sawah (3C7); emisi metana dari budidaya persawahan padi.

Gambar 3-26. Kategori Sumber Emisi Dalam IPCC Guidelines Sektor

Pertanian

Page 76: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 62 -

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian Tahun 2017 ini disusun berdasarkan data-data inventarisasi gas rumah kaca sektor pertanian peride tahun 2000-2016 dengan sumber data utama diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI).

1. Peternakan Kategori sumber emisi GRK dari peternakan yaitu emisi GRK dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran ternak (Gambar 3-27). Emisi dari kedua sumber tersebut dikategorikan berdasarkan populasi ternak, yaitu sapi perah, sapi lainnya, kerbau, domba, kambing, unta, kuda, keledai dan keledai, babi, dan unggas. Emisi metana dari unta dan keledai tidak diperkirakan karena keterbatasan data.

Gambar 3-27. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor Peternakan

Catatan: Dicoret berarti tidak dihitung

Gambar 3-28. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Fermentasi Enterik Dan Pengelolaan Kotoran Ternak Berdasarkan Jenis Ternak

3A Livestock

3A1 Enteric Fermenta on

3A2 Manure Management

DairyCattleBeefCattle

DairyCattleBeefCattle

Page 77: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 63 -

Emisi Metana dari Fermentasi Enterik Ternak menghasilkan metana sebagai produk sampingan dari fermentasi enterik, proses pencernaan di mana karbohidrat dipecah oleh mikroorganisme menjadi molekul sederhana untuk diserap ke dalam aliran darah. Sumber utama metana adalah ternak ruminansia (misalnya, sapi, domba) dengan jumlah moderat yang dihasilkan dari ternak non ruminansia (misalnya, babi, kuda). Pengelolaan Kotoran Ternak Metana yang dihasilkan selama penyimpanan dan penanganan pupuk, dan dari kotoran disimpan di padang rumput. Dekomposisi pupuk kandang dalam kondisi anaerob (misalnya, dengan tidak adanya oksigen) selama penyimpanan dan perawatan menghasilkan CH4. Kondisi ini terjadi paling mudah ketika sejumlah besar hewan dikelola di daerah terbatas (misalnya, peternakan sapi, penggemukan sapi, dan babi dan unggas peternakan), dan di mana kotoran dibuang dalam sistem berbasis cairan. Selain itu, selama penyimpanan dan pengelolaan kotoran ternak, N2O bisa mengemisi sebelum diaplikasikan ke tanah (Gambar 3-29). Emisi N2O yang dihasilkan oleh kotoran dalam sistem yang 'pastura, range dan paddock' bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung dari tanah. Oleh karena itu, emisi N2O tidak langsung dilaporkan di bawah kategori N2O Emisi dari Tanah Terkelola (3C6). Emisi N2O langsung terjadi melalui kombinasi nitrifikasi dan denitrifikasi nitrogen yang terkandung dalam pupuk. Emisi N2O tidak langsung akibat volatilisasi nitrogen yang terjadi terutama dalam bentuk amonia dan NOx.

Gambar 3-29. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Pengelolaan Kotoran Ternak

2. Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

Dalam sektor ini, sumber emisi diklasifikasikan ke dalam enam kategori, yaitu (a) emisi GRK dari pembakaran biomassa, (b) aplikasi kapur pertanian, (c) aplikasi pupuk urea, (d) emisi N2O langsung dari tanah yang dikelola, (e) emisi N2O tidak langsung dari tanah yang dikelola, (f) emisi N2O tidak langsung dari pengelolaan kotoran ternak dan (g) budidaya padi sawah. Dalam laporan ini, emisi dari pembakaran biomassa di lahan hutan dan lahan lainnya tidak dihitung, karena data aktivitas mengenai kawasan hutan yang terbakar dan jenis lahan lainnya tidak tersedia.

3A2 Manure Management

3A2a Methane from Manure Management

3A2b Direct N2O Emissions from Manure Management System

Page 78: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 64 -

Gambar 3-30. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sumber Agregat dan Sumber

Emisi Non-CO2 pada Lahan

3. Pembakaran Biomassa

Emisi dari pembakaran biomassa tidak hanya mencakup CO2, tetapi juga GRK lainnya, atau prekursor, karena pembakaran tidak sempurna bahan bakar, termasuk karbon monoksida (CO), metana (CH4), senyawa organik yang mudah menguap non-metana (NMVOC) dan nitrogen (misalnya N2O, NOx.). Emisi GRK non-CO2 diperkirakan untuk semua kategori penggunaan lahan. Namun dalam laporan ini, hanya emisi dari pembakaran biomassa di lahan pertanian (Cropland) dan padang rumput (Grassland) yang dihitung.

4. Aplikasi Kapur Pertanian

Kapur pertanian digunakan untuk mengurangi keasaman tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman dalam sistem lahan yang dikelola, khususnya lahan pertanian dan hutan yang dikelola. Penambahan karbonat untuk tanah dalam bentuk kapur (misalnya, batu kapur (CaCO3), atau dalam bentuk dolomit (CaMg (CO3)2) juga menyebabkan emisi CO2 sebagai kapur karbonat terlarut dan bikarbonat (2HCO3-) yang terlepas, yang berkembang menjadi CO2 dan air (H2O).

5. Aplikasi Pupuk Urea

Penambahan urea pada tanah selama pemupukan akan mengakibatkan hilangnya CO2 yang sebelumnya berada dalam pupuk selama proses produksi industri yang diproduksi itu. Urea (CO(NH2)2) diubah menjadi amonium (NH4+), ion hidroksil (OH-) dan bikarbonat (HCO3-), dengan adanya air dan enzim urease. Serupa dengan reaksi tanah terhadap penambahan kapur, bikarbonat yang terbentuk berkembang menjadi CO2 dan air (H2O).

Page 79: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 65 -

6. Emisi N2O dari tanah yang dikelola

Emisi N2O yang dihasilkan dari input N antropogenik atau N mineralisasi terjadi secara langsung (yaitu langsung dari tanah dimana N ditambahkan/dirilis), dan secara tidak langsung: (i) setelah penguapan NH3 dan NOx dari tanah dikelola dan dari pembakaran bahan bakar fosil dan pembakaran biomassa, dan redeposition lanjutan gas tersebut dan produk mereka NH4+ dan NO3- ke tanah dan air; dan (ii) setelah pencucian dan limpasan dari N, terutama sebagai NO3-, dari tanah yang dikelola. 7. Budidaya Padi Sawah

Dekomposisi anaerobik dari bahan organik di sawah tergenang menghasilkan metana (CH4), yang melarikan diri ke atmosfer terutama oleh transportasi melalui tanaman padi. Jumlah tahunan CH4 dari suatu area sawah merupakan fungsi dari jumlah dan durasi tanaman tumbuh, rezim air sebelum dan selama periode budidaya, dan perubahan tanah organik dan anorganik. Jenis tanah, suhu, dan varietas padi juga mempengaruhi emisi CH4.

B. Jenis Gas

Berdasarkan IPCC Guidelines 2006, jenis emisi GRK yang dihasilkan dari sektor peternakan adalah CH4 dan N2O. Sedangkan emisi GRK dari sumber agregat dan sumber emisi non-CO2 pada lahan adalah CO2, CH4 dan N2O.

C. Periode Inventarisasi

Inventarisasi GRK yang dilaporkan dalam laporan ini mencakup emisi GRK pada tahun 2000 sampai 2017.

D. Sumber Data

1. Peternakan

Populasi ternak dan informasi yang terkait dengan inventarisasi emisi GRK yang dikumpulkan dari sumber publikasi tunggal, yaitu Statistik Pertanian (2000 - 2017) dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian (PUSDATIN).

2. Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

Data aktivitas yang digunakan untuk menghitung emisi GRK dari sumber agregat dan sumber emisi non-CO2 pada lahan diperoleh dari berbagai sumber publikasi. Data aktivitas estimasi emisi GRK dari pembakaran biomassa dan pengapuran bersumber dari PUSDATIN Kementerian Pertanian; Aplikasi urea, emisi langsung dan tidak langsung N2O dari tanah yang dikelola, dan emisi N2O tidak langsung dari manajemen kotoran diterapkan data kegiatan yang diperoleh dari PUSDATIN Kementerian Pertanian dan APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia). Sementara itu, aktivitas data untuk

Page 80: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 66 -

memperkirakan emisi metana dari budidaya padi diperoleh dari PUSDATIN Kementerian Pertanian dan BPS (Badan Pusat Statistik).

E. Perhitungan Emisi GRK

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa pada tahun 2000, total emisi GRK dari tiga gas utama (CO2, CH4 dan N2O) dari sektor pertanian adalah sebesar 95.201 Gg CO2e, pada tahun 2017, meningkat secara signifikan menjadi 121.686 Gg CO2e. Berdasarkan sumbernya, pada tahun 2017 emisi utama dari sektor pertanian berasal dari kegiatan budidaya padi sawah (37%), emisi N2O langsung dari tanah yang dikelola (29%) dan fermentasi enterik dari ternak (11%). Emisi dari sektor pertanian untuk seluruh kategori pada tahun 2000-2017 dapat dilihat pada Gambar 3-31.

Gambar 3-31. Emisi dari Sektor Pertanian Menurut Kategori Tahun 2000-

2017

1. Peternakan

Pada tahun 2017, total emisi dari sektor peternakan yaitu sebesar 22.714 Gg CO2e, lebih tinggi dari emisi sektor peternakan pada tahun 2016 yaitu 21.922 Gg CO2e (Gambar 3-32). Hal ini disebabkan oleh kenaikan beberapa jenis ternak.

Sumber emisi terbesar terhadap total emisi pada tahun 2017 dari sektor peternakan adalah dari kategori emisi CH4 dari fermentasi enteric dengan persentase 61%, diikuti oleh emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak (28%), emisi CH4 dari pengelolaan kotoran ternak dan emisi N2O tidak langsung dari pengelolaan kotoran ternak (6%).

Page 81: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 67 -

Gambar 3-32. Trend Emisi Co2e Dari Sektor Peternakan Tahun 2000-2017

2. Estimasi Emisi Sumber Agregat dan Sumber Emisi Non-CO2 pada Lahan

Beberapa perhitungan emisi nasional dari sumber agregat dan sumber emisi non-CO2

didasarkan pada agregasi emisi di level provinsi, untuk budidaya padi dan pembakaran biomassa (lahan pertanian dan padang rumput), data yang dikumpulkan dari tingkat provinsi, sedangkan untuk urea dan aplikasi kapur pertanian serta N2O dari tanah yang dikelola, data dikumpulkan dari tingkat nasional. Dengan demikian, variasi dalam kondisi biofisik antar provinsi tersebut dipertimbangkan dalam menentukan faktor emisi. Berdasarkan sumbernya, emisi GRK dari sumber agregat dan non-CO2 sumber emisi di darat dapat disampaikan di bawah ini.

3. Emisi dari Pembakaran Biomassa

Emisi dari pembakaran padang rumput (Biomass Burning Grassland) dihitung berdasarkan luas panen padi ladang (gogo) pada periode 2000-2017. Sedangkan emisi dari pembakaran lahan pertanian (Biomass Burning Cropland) dihitung berdasarkan data luas panen padi dan produksi padi sawah. Kedua data tersebut bersumber dari Pusdatin Kementerian Pertanian. Hasil perhitungan menunjukkan tren penurunan dari padang rumput yang terbakar pada setiap tahunnya, sedangkan emisi dari pembakaran lahan pertanian meningkat (Gambar 3-33). Total emisi dari pembakaran biomassa pada tahun 2017 adalah 3.056 Gg CO2e.

Page 82: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 68 -

Gambar 3-33. Emisi Dari Pembakaran Biomassa pada Periode 2000 - 2017

4. Aplikasi Kapur Pertanian

Emisi CO2 dari aplikasi kapur pertanian dihitung dari pendekatan jumlah aplikasi kapur pertanian (sesuai dosis yang dianjurkan) untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao, yang ditanam pada asam sulfat dan tanah organik. Sedangkan aplikasi kapur pertanian untuk tanaman pangan jarang diterapkan oleh petani. Dengan menggunakan metode ini, emisi CO2 dari pengapuran pada 2000-2017 ditunjukkan pada Gambar 3-34. Konsumsi kapur di Indonesia meningkat secara konsisten dengan perluasan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit setelah tahun 2000. Emisi CO2 dari pengapuran 2.289 Gg CO2 pada tahun 2017.

Gambar 3-34. Emisi CO2 Dari Aplikasi Kapur Di Bidang Pertanian Tahun

2000-2017

5. Aplikasi Pupuk Urea

Data aktivitas konsumsi urea untuk tahun 2000-2017 berasal dari konsumsi pupuk di pasar domestik dari APPI (Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia). Selain itu, aplikasi urea juga diperkirakan dari perkebunan kelapa sawit (termasuk perkebunan rakyat) dengan mengalikan dosis yang dianjurkan urea dengan luas perkebunan. Emisi CO2 dari aplikasi urea di sektor pertanian diperlihatkan pada Gambar 3-35, dengan emisi sebesar 3.900

Page 83: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 69 -

Gg CO2 pada tahun 2000 dan 5.300 Gg CO2 pada tahun 2017. Tren peningkatan emisi dari aplikasi urea mengikuti peningkatan produksi tanaman khususnya padi, di mana area panen padi sawah yang cenderung dari tahun ke tahun.

Gambar 3-35. Emisi CO2 Dari Aplikasi Pupuk Urea 2000-2017

6. Emisi N2O dari Tanah yang Dikelola

Urea, amonium sulfat (AS) dan nitrogen, fosfor dan kalium (NPK) adalah jenis umum dari pupuk nitrogen anorganik (N) yang paling umum digunakan dalam pertanian di Indonesia. Urea dan AS juga merupakan pupuk anorganik berbasis nitrogen yang paling banyak yang digunakan dalam perkebunan besar dan tanaman (APPI, 2008). Selain itu, jenis pupuk tersebut juga diterapkan pada buah-buahan, sayuran dan tanaman tahunan lainnya dengan nilai ekonomi yang tinggi. Konsentrasi nitrogen pada urea, AS dan NPK adalah 46%, 21% dan 15% masing-masing (Petrokimia Gresik, 2008). Data konsumsi pupuk Urea, AS dan NPK diperoleh dari APPI.

Emisi N2O langsung dari tanah yang dikelola dihitung dari tingkat aplikasi pupuk N dan pupuk kandang. Emisi N2O langsung pada sawah tergenang dihitung berdasarkan luas panen padi, selain itu Emisi N2O langsung juga dihitung dari tanah yang dikelola (tanaman pangan, hortikultura, sayuran, buah-buahan serta perkebunan). Emisi N2O di tanah yang dikelola tahun 2000-2017 ditunjukkan pada Gambar 3-36. Fluktuasi N2O emisi langsung dari tanah yang dikelola dapat dikaitkan dengan konsumsi urea, NPK dan AS di bidang pertanian di Indonesia.

Page 84: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 70 -

Gambar 3-36. Emisi N2O Dari Tanah Yang Dikelola Tahun 2000-2017

Pada tahun 2000, emisi langsung N2O adalah 26.775 Gg CO2e dan meningkat menjadi 35.992 Gg CO2e pada tahun 2017. Demikian juga untuk emisi N2O tidak langsung, angka menunjukkan tren peningkatan emisi. Pada tahun 2017 (9.500 Gg CO2e) mengalami peningkatan dibandingkan dengan emisi tahun 2000 (7.236 Gg CO2e). Peningkatan emisi N2O dari tanah yang dikelola ini sejalan dengan adanya peningkatan lahan sawah yang signifikan pada tahun 2017 yang diikuti dengan adanya peningkatan konsumsi pupuk ammonium sulfat dan NPK selain penggunaan pupuk Urea dan pupuk kandang.

7. Budidaya Padi Sawah

Data aktivitas yang digunakan untuk menghitung emisi dari budidaya padi berdasarkan data dari lahan sawah dan intensitas tanam bersumber dari Pusdatin Kementerian Pertanian dan BPS tahun 2000-2017. Faktor skala untuk tanah dibobotkan berdasarkan proporsi jenis tanah di tingkat provinsi. Pembobotan juga digunakan untuk menentukan faktor skala nasional untuk varietas padi, yang dihitung dengan mempertimbangkan proporsi semua varietas padi yang digunakan di tingkat provinsi. Nilai ini diterapkan untuk semua tahun inventarisasi. Emisi CH4 dari budidaya padi sawah di Indonesia pada tahun 2000 dan 2017 adalah 38.587 CO2e dan 42.835 CO2e (Gambar 3-37). Kenaikan emisi yang terjadi di tahun 2016 dapat dikaitkan dengan peningkatan luas lahan sawah dalam rangka swasembada pangan yang merupakan program prioritas dari Kementerian Pertanian.

Page 85: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 71 -

Gambar 3-37. Emisi Metana Dari Budidaya Padi Tahun 2000-2017

F. Sumber Emisi Kunci Sektor Pertanian

Berdasarkan analisis kategori kunci pada sektor pertanian, emisi dari budidaya sawah, N2O langsung dari pengolahan tanah, fermentasi enteric, N2O tidak langsung dari pengolahan tanah, N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak, pemupukan urea dan liming, merupakan sumber emisi yang menghasilkan emisi terbesar di sektor pertanian, seperti pada Tabel 3-11.

Tabel 3-11. Sumber emisi kunci Sektor Pertanian

Kode Kategori Sumber Emisi Gas Emisi

(GgCO2e) Emisi (%)

Kumulatif (%)

3 C 7 Rice Cultivation CO2 42.835 35% 35% 3 C 4 Direct N2O Soils CO2 35.992 30% 65% 3A1 Enteric Fermentation CO2 13.791 11% 76% 3 C 5 Indirect N2O Soils CO2 9.500 8% 84% 3 A 2b Direct N2O Manure Management CO2 6.311 5% 89% 3 C 3 Urea Fertilization CO2 5.300 4% 93% 3 C 2 Liming CO2 2.289 2% 95% 3 C 1 Biomass Burning CL CO2 1.930 2% 97% 3 C 6 Indirect N2O Manure Management CO2 1.307 1% 98% 3A2 Manure Management CO2 1.306 1% 99% 3 C 2 Biomass Burning GL CO2 1.125 1% 100%

Page 86: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 72 -

3.2.3.2. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya merupakan salah satu sektor utama yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan inventarisasi gas rumah kaca, terutama karena perannya dalam siklus karbon. Sebagian besar dari pertukaran karbon antara atmosfer dan biosfer terestrial terjadi di hutan. Status dan pengelolaan hutan menentukan apakah biosfer terestrial menyerap atau mengemisi karbon.

Nilai ketidakpastian/uncertainty yang besar dalam inventarisasi GRK sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya telah dinyatakan dalam banyak laporan negara-negara di dunia. Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan data aktivitas serta faktor emisi, metodologi dan asumsi yang digunakan dalam analisis. Jenis data aktivitas dan faktor emisi yang sangat perlu ditingkatkan, untuk mendapatkan estimasi perubahan cadangan karbon yang reliable pada ekosistem terestrial, adalah data pertumbuhan/riap biomassa tahunan (annual biomass increament) dan biomassa di atas permukaan (above ground biomass).

Semua studi mengindikasikan bahwa pada periode 1990, hutan Indonesia masih menyerap karbon lebih banyak daripada emisinya (net sink). Namun, berdasarkan laporan Second National Communication (SNC, 2010), Indonesia menjadi negara pengemisi karbon, yang menyebutkan bahwa emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (termasuk emisi dari kebakaran gambut) berkontribusi sebesar 60% dari total emisi pada tahun 2000. Hal tersebut diperkuat dengan hasil analisa pada 1st Biennial Update Report (BUR, 2015) yang menyatakan bahwa emisi sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya menyumbang sebesar 48% pada tahun 2012. Puncaknya pada tahun 2015, emisi sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya berkontribusi sebesar 63% dari total emisi. Tetapi pada tahun 2017, emisi dari sektor Kehutanan dan penggunaan lahan lainnya dapat diturunkan sehingga menjadi 25% dari total emisi.

Hal inilah yang menyebabkan perubahan status Indonesia dari penyimpan karbon ke emiter terutama disebabkan perubahan dari emisi dan serapan karbon pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini memberikan pengaruh yang besar dalam total emisi GRK di Indonesia. A. Sumber Kategori Emisi/Serapan GRK

Pada sektor ini, emisi/serapan GRK dikategorisasikan berdasarkan 6 (enam) kategori penggunaan lahan utama IPCC, dimana pada setiap kategori penggunaan lahan tersebut dikelompokkan menjadi lahan yang tetap/tersisa dalam kategori penggunaan lahan yang sama dan lahan yang berubah ke pengunaan lahan lahan lainnya. Untuk itu, emisi/serapan GRK dari setiap kategori penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi 12 kategori, yaitu: (1) forest land remaining forest land, (2) land converted to forest land, (3) cropland remained crop land, (4) land converted to cropland, (5) grassland remaining grassland, (6) land converted to grassland, (7) wetlands remaining wetlands, (8) land converted to wetlands, (9) settlements remaining settlements, (10) land converted to

Page 87: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 73 -

settlements, (11) other land remaining other land dan(12) land converted to other land (Gambar 3-38). Idealnya, total emisi/serapan GRK dari perubahan stok karbon pada setiap kategori penggunaan lahan merupakan penjumlahan dari semua kategori tersebut dengan memperhitungkan 5 (lima) tampungan karbon, yaitu: (i) biomassa diatas permukaan tanah; (ii) biomassa dibawah permukaan tanah; (iii) pohon mati; (iv) serasah; dan (v) bahan organik tanah. Tapi perhitungan emisi GRK dari kehutanan dan penggunaan lahan lainnya hanya memperhitungkan tampungan karbon biomasa di atas permukaan tanah dan bahan organik tanah pada lahan gambut.

Gambar 3-38. Cakupan Sumber Emisi GRK Dari Sektor Kehutanan Dan

Penggunaan Lahan Lainnya

B. Jenis Gas

Berdasarkan IPCC Guidelines 2006, jenis GRK utama dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya adalah CO2, CH4 dan N2O.

C. Periode Inventarisasi

Inventarisasi emisi GRK yang dilaporkan pada laporan ini adalah untuk periode 2000-2017.

3B1a Forest Land Remaining Forest Land

3B2a Cropland Remaining Cropland

3B3a Grassland Remaining Grassland

3B4a Wetlands Remaining Wetlands

3B5a Se lements Remaining Se lements

3B6a Other Land Remaining Other Land

3B1 Forest Land 3B1b Land Converted to Forest Land

3B3 Grassland 3B. Land

3B4 Wetlands

3B5 Se lements

3B6 Other Land

3B2 Cropland 3B2b Land Converted to Cropland

3B3b Land Converted to Grassland

3B4b Land Converted to Wetlands

3B5b Land Converted to Se lements

3B6b Land Converted to Other Land

3B1bi Cropland converted to Forest Land

3B1bii Grassland converted to Forest Land 3B1biii Wetlands converted to Forest Land

3B1biv Se lements converted to Forest Land 3B1bv Other Land converted to Forest Land

3B2bi Forest Land converted to Cropland 3B2bii Grassland Land converted to Cropland 3B2biii Wetlands converted to Cropland 3B2biv Se lements converted to Cropland

3B2bv Other Land converted to Cropland

3B3bi Forest Land converted to Grassland

3B3bii Cropland converted to Grassland 3B3biii Wetlands converted to Grassland

3B3biv Se lements converted to Grassland 3B3bv Other Land converted to Grassland

3B5bi Forest Land converted to Se lements

3B5bii Cropland converted to Se lements

3B5biii Grassland converted to Se lements 3B5biv Wetlands converted to Se lements 3B5bv Other Land converted to Se lements

3B6bi Forest Land converted to Other Land 3B6bii Cropland converted to Other Land

3B6biii Grassland converted to Other Land

3B6biv Wetland converted to Other Land 3B6bv Se lements converted to Other Land

3B4ai Peatlands Remaining Peatlands 3B4aii Flooded Land Remaining Flooded Land 3B4bi Land converted for peat extrac on

3B4bii Land converted to flooded land

Page 88: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 74 -

D. Sumber Data

Peta tutupan lahan yang dihasilkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan digunakan sebagai dasar untuk menghasilkan data aktivitas untuk menghitung emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Set data tutupan lahan yang tersedia dan digunakan untuk melengkapi inventarisasi GRK pada sektor ini adalah data tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, dan 2017.

Peta tutupan lahan ditafsirkan secara manual/visual dari citra satelit Landsat menjadi 23 kelas tutupan dan divalidasi dengan ground checking dan citra resolusi tinggi. Daerah minimum yang digambarkan poligon adalah 0,25 cm2 pada skala peta 1: 50.000 yang sama dengan 6,25 ha. Masalah umum yang ditemukan dalam citra satelit Landsat, seperti SLC-off dan adanya daerah yang tertutup awan, diperbaiki dengan cara menggabungkan citra satelit Landsat multi-temporal.

Karena klasifikasi kategori penggunaan lahan dalam IPCC Guideline 2006 terbagi menjadi 6 kategori penggunaan lahan utama, maka kategori tutupan lahan yang digunakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dikelompokkan mengikuti kategori penggunaan lahan IPCC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-12. Untuk memastikan variasi antar daerahturut diperhitungkan dalam inventarisasi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, dilakukan stratifikasi tutupan lahan berdasarkan 7 (tujuh) kelompok pulau utama yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tanggara, Maluku dan Papua serta dipisahkan berdasarkan 2 (dua) jenis tanah (mineral dan gambut).

Tabel 3-12. Penyesuaian Kategori Tutupan Lahan KLHK dengan Kelas Penggunaan Lahan IPCC

No Land-cover class 2006 IPCC GL Abbreviation Keterangan Forest

1. Primary dryland forest Forest FL Natural forest 2. Secondary dryland forest Forest FL Natural forest 3. Primary mangrove forest Forest FL Natural forest 4. Secondary mangrove forest Forest FL Natural forest 5. Primary swamp forest Forest FL Natural forest 6. Secondary swamp forest Forest FL Natural forest 7. Plantation forest Forest FL Plantation forest Other Land Use

8. Estate crop Crop land CL Non-forest 9. Pure dry agriculture Crop land CL Non-forest 10. Mixed dry agriculture Crop land CL Non-forest 11. Dry shrub Grassland GL Non-forest 12. Wet shrub Grassland GL Non-forest 13. Savanna and Grasses Grassland GL Non-forest 14. Paddy Field Crop land CL Non-forest 15. Open swamp Wetland WL Non-forest 16. Fish pond/aquaculture Wetland WL Non-forest

Page 89: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 75 -

No Land-cover class 2006 IPCC GL Abbreviation Keterangan 17. Transmigration areas Settlement ST Non-forest 18. Settlement areas Settlement ST Non-forest 19. Port and harbor Other land OL Non-forest 20. Mining areas Other land OL Non-forest 21. Bare ground Other land OL Non-forest 22. Open water Wetland WL Non-forest 23. Clouds and no-data No data - Non-forest

Faktor emisi/serapan biomassa yang digunakan dalam inventarisasi GRK diambil dari beberapa studi spesifik di Indonesia. Rerata pertumbuhan tahunan dari kategori penutupan lahan yang berbeda mengacu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan maupun sumber lainnya (Tabel 3-13). Stok karbon untuk semua kategori penutupan lahan terutama dari lahan hutan, didapat dari pengukuran pada plot sampling permanen (PSP) dari National Forest Inventory (NFI). Untuk itu, data kemudian distratifikasikan kedalam 7 pulau di Indonesia. Diameter setinggi dada (DBH) dan kerapatan kayu/wood density (WD) dari setiap individu pohon dalam Plot Sample Permanent dikonversi menjadi data biomassa diatas permukaan tanah (AGB) menggunakan model allometrik dari Chave et.al (2005) untuk hutan tropis. Model ini digunakan karena allometrik spesifik lokal untuk 6 tipe hutan tidak semuanya direpresentasikan di 7 (tujuh) pulau Indonesia. Model ini diketahui sesuai dan sama baiknya dengan model lokal yang dikembangkan di hutan tropis Indonesia (Rutishauser et al., 2013; Manuri et al., 2014). Data rerata karbon stok dari biomassa diatas permukaan (AGB) untuk berbagai tipe hutan pada tujuh pulau tersedia pada Tabel 3-14.

Tabel 3-13. Rerata Pertumbuhan Tahunan Pada Berbagai Kategori Penggunaan Lahan

Land use/cover IPCC Category

MAI (tC/ha/year) Source

Shrubs GL 0,2 National FREL, 2015

Swamp Shrubs GL 0,6 National FREL, 2015

Dry land Primary Forest FL 0 National FREL, 2015

Dry land secondary forest FL 1,075 Mean of MoFor 1998

Mangrove Primary Forest FL 0 National FREL, 2015

Mangrove Secondary Forest FL 2,8 MoFor, 1998

Swamp Primary Forest FL 0 National FREL, 2015

Swamp Secondary Forest FL 1,075 Mean of MoFor 1998

Plantation Forest FL 4,8 National FREL, 2015

Page 90: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 76 -

Land use/cover IPCC Category

MAI (tC/ha/year) Source

Settlement SL 0,2 National FREL, 2015

Agriculture Plantation CL 2,52 National FREL, 2015

Mining OL 0 National FREL, 2015

Dry land agriculture CL 0,2 National FREL, 2015

Dry land agriculture mixed with shrubs CL 0,6 National FREL, 2015

Swamp WL 0,1 National FREL, 2015

Savannah/ grassland GL 0,2 National FREL, 2015

Rice paddy CL 0 National FREL, 2015

Ponds OL 0 National FREL, 2015

Open land OL 0,1 National FREL, 2015

Transmigration CL 1,32 National FREL, 2015

Tabel 3-14. Karbon Stok Dari Biomassa Diatas Permukaan (AGB) Untuk Berbagai Tipe Penutupan Lahan

Forest type Main island Mean AGB (t ha-1)

95% Confidence Interval (t ha-1)

N of plot measuremen

t

Primary Dryland Forest

Bali Nusa Tenggara 274,4 247,4 301,3 52

Jawa nd Nd Nd Nd

Kalimantan 269,4 258,2 280,6 333

Maluku 301,4 220,3 382,5 14

Papua 239,1 227,5 250,6 162

Sulawesi 275,2 262,4 288,1 221

Sumatera 268,6 247,1 290,1 92

Indonesia 266,0 259,5 272,5 874

Secondary Dryland Forest

Bali Nusa Tenggara 162,7 140,6 184,9 69

Jawa 170,5 Na Na 1

Kalimantan 203,3 196,3 210,3 608

Maluku 222,1 204,5 239,8 99

Papua 180,4 158,5 202,4 60

Sulawesi 206,5 194,3 218,7 197

Page 91: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 77 -

Forest type Main island Mean AGB (t ha-1)

95% Confidence Interval (t ha-1)

N of plot measuremen

t

Sumatera 182,2 172,1 192,4 265

Indonesia 197,7 192,9 202,5 1299

Primary Swamp Forest

Bali Nusa Tenggara na Na na na

Jawa na Na na na

Kalimantan 274,8 269,2 281,9 3

Maluku Na Na na na

Papua 178,8 160,0 197,5 67

Sulawesi 214,4 -256,4 685,2 3

Sumatera 220,8 174,7 266,9 22

Indonesia 192,7 174,6 210,8 95

Secondary Swamp Forest

Bali Nusa Tenggara na Na na na

Jawa na Na na na

Kalimantan 170,5 158,6 182,5 166

Maluku na Na na na

Papua 145,7 106,7 184,7 16

Sulawesi 128,3 74,5 182,1 12

Sumatera 151,4 140,2 162,6 160

Indonesia 159,3 151,4 167,3 354 Primary Mangrove Foresta,b,c

Kalimantan 263,9 209,0 318,8 8

Secondary Mangrove Forestb,c

Kalimantan dan Sulawesi 201,7 134,5 244,0 12

Keterangan :aMurdiyarso et al. (2009); b Krisnawati et al. (2014);c Donato et al. (2011); nd = no data; na = not applicable.

Faktor emisi untuk dekomposisi gambut diambil dari 2013 Supplement to the 2006 IPCC Guidelines for National GHG Inventory: Wetlands (IPCC, 2013) dan hasil studi lainnya di Indonesia yang dikonversi ke ton CO2e, seperti yang dipresentasikan pada Tabel 3-15.

Page 92: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 78 -

Tabel 3-15. Faktor Emisi Untuk Dekomposisi Gambut Dari Berbagai Penutupan Lahan

No. Land cover Emission (t CO2 ha-1 th-1) 95% confidence

interval Sources

1. Primary forest 0 0 0 IPCC (2006)

2. Secondary forest 19 -3 35 IPCC (2013)

3. Plantation forest 73 59 88 IPCC (2013)

4. Estate crop 40 21 62 IPCC (2013)

5. Pure dry agriculture 51 24 95 IPCC (2013)

6. Mixed dry agriculture 51 24 95 IPCC (2013)

7. Dry shrub 19 -3 35 IPCC (2013)

8. Wet shrub 19 -3 35 IPCC (2013)

9. Savannah and Grasses 35 -1 73 IPCC (2013)

10. Paddy Field 35 -1 73 IPCC (2013)

11. Open swamp 0 0 0 Waterlogged condition, assumed zero CO2 emission

12. Fish pond/aquaculture 0 0 0 Waterlogged condition, assumed zero CO2 emission

13. Transmigration areas 51 24 95 Assumed similar to mixed upland agriculture

14. Settlement areas 35 -1 73 Assumed similar to grassland

15. Port and harbor 0 0 0 Assumed zero as most surface is sealed with concrete

16. Mining areas 51 24 95 Assumed similar to bare land

17. Bare ground 51 24 95 IPCC (2013)

18. Open water 0 0 0 Waterlogged condition, assumed zero CO2 emission

19. Clouds and no-data nd nd Nd Keterangan: nd = no data.

The number of Emission Factor taken from IPCC Wetland Supplement (2013) based on Table 2.1 “Tier 1 CO2 Emission/Removal Factors for Drained Organic Soils in all Land-Use Categories”. The Emission Factor value in the Table 2.1 was in CO2-C, then converted to CO2 (Multiplied with 3.67).

Page 93: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 79 -

E. Perhitungan Emisi/Serapan GRK

Emisi Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnnya dari tahun 2000-2017 dirangkum menggunakan format IPCC Guideline 2006 seperti disajikan pada Tabel 3-16 maupun digambarkan dalam Gambar 3-39 dan Gambar 3-40.

Emisi pada tahun 2016 dan 2017 berturut-turut sebesar 635.448 Gg CO2e dan 294.611 Gg CO2e. Tabel 3-16 menunjukkan bahwa sumber emisi utama dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya pada tahun 2016 adalah dekomposisi gambut pada urutan pertama dengan emisi sebesar 357.896 Gg CO2e, perubahan lahan dari Non Cropland to Cropland pada urutan kedua dengan emisi sebesar 276.700 Gg CO2e, dan perubahan lahan dari Non-Otherland to Otherland pada urutan ketiga dengan emisi sebesar 136.482 Gg CO2e. Sedangkan pada tahun 2017, nilai emisi GRK dari ketiga sumber utama tersebut berturut-turut sebesar 358.851 Gg CO2e, 302.294 Gg CO2e, dan 60.621 Gg CO2e.

Gambar 3-39. Emisi Dari Sektor Kehutanan Dan Penggunaan Lahan Lainnya

Tahun 2000-2017 (Dengan Peat Fire)

Page 94: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 80 -

Gambar 3-40. Emisi Dari Sektor Kehutanan Dan Penggunaan Lahan Lainnya

Tahun 2000-2017 (Tanpa Peat Fire)

Rata-rata emisi GRK selama periode tahun 2000-2017 adalah sebesar 687.905 Gg CO2e/tahun. Terjadi peningkatan emisi yang ekstrem pada tahun 2006, 2009, 2014, dan 2015 yang disebabkan oleh fenomena El Nino, sehingga menyebabkan kebakaran lahan gambut dengan intensitas yang cukup lama dan mencakup wilayah yang cukup luas. Luas kebakaran gambut pada tahun 2006, 2009, 2014, dan 2015 secara berturut-turut adalah 553.255 ha, 324.905 ha, 540.991 ha, dan 869.754 ha. Sedangkan deforestasi pada tahun tersebut secara berturut-turut adalah lebih kurang 842,6 ribu ha, 913,8 ribu ha, 568 ribu ha dan 1,22 juta ha.

Pada tahun 2015, kebakaran lahan gambut seluas 869.745 ha dengan emisi sebesar 802.870 Gg CO2e. Pada tahun 2016 dilakukan berbagai upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi kebakaran gambut, sehingga kebakaran lahan gambut dapat diturunkan menjadi 97.787 ha dengan nilai emisi sebesar 90.267 Gg CO2e, pada tahun 2017, luas kebakaran lahan kembali dapat ditekan menjadi 13.555 ha dengan emisi sebesar 12.512 Gg CO2e.

Emisi dari biomasa di atas permukaan tanah ini berasal dari kedua jenis tanah: gambut dan mineral. Grafik menunjukkan bahwa dalam tahun 2000 – 2017 terjadi beberapa peningkatan yang signifikan, yaitu pada tahun 2004, 2007, 2009 dan 2015. Peningkatan emisi pada tahun-tahun ini sebagian besar disumbang oleh sub kategori Non Otherland to Otherland dan Non-Cropland to Cropland. Hal ini dapat mengindikasikan adanya peningkatan deforestasi.

Page 95: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 81 -

Gambar 3-41. Emisi dari Kebakaran Gambut 2000 - 2017

Selan itu, Gas Non-CO2 yang dihasilkan dari kebakaran menambah emisi dari biomass diatas permukaan tanah yaitu pada sub kategori Non Otherland to Otherland. Besarnya gas non CO2 dari kebakaran tahun 2017 yaitu CH4 sebesar 609 Gg CO2e dan N2O sebesar 438 Gg CO2e.

Sedangkan penurunan tingkat emisi dari biomasa di atas permukaan tanah terjadi pada tahun 2010, 2013, 2016, dan 2017. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi peningkatan cadangan karbon, khususnya pada sub kategori Forestland remaining Forestland.

Gambar 3-42. Emisi Biomas Di Atas Permukaan Tanah Dari Kehutanan Dan

Penggunaan Lahan Lainnya 2000-2017

Pada umumnya, emisi dari dekomposisi gambut ini mempunyai kecenderungan yang tetap, dan mengalami peningkatan secara linear. Peningkatan emisi dari dekomposisi gambut kemungkinan besar disebabkan oleh pembukaan lahan gambut untuk kepentingan lain diluar sektor kehutanan.

Page 96: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 82 -

Gambar 3-43. Emisi Dekomposisi Gambut 2000-2017

Secara ringkas, sumber emisi GRK pada sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu emisi dari 1) biomasa di atas permukaan tanah (above ground biomass) akibat penggunaan lahan lainnya, 2) dekomposisi gambut, dan 3) kebakaran gambut seperti digambarkan pada Gambar 3-41, Gambar 3-42, dan Gambar 3-43. Sedangkan Tabel 3-16 menggambarkan perubahan-perubahan nilai emisi GRK dari tahun 2000-2017.

Page 97: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

  Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 83 -

Tabel 3-16. Emisi Dari Sektor Kehutanan Dan Penggunaan Lainnya Tahun 2000-2017 (Gg CO2e)

Code Source Category 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 20173B1a Forest remaining Forest 20.678       17.537       37.002      7.495        56.129       35.824       51.523       61.158       27.650       66.632      17.655‐       77                11.839‐       ‐  192.135  ‐   127.701  ‐260.052,13 ‐293.629,08 337.834‐     3B1b Non‐Forest to Forest 1.260‐         1.274‐         1.320‐        1.187‐        2.647‐         2.805‐         2.603‐         2.152‐         2.225‐          2.734‐        5.183‐         4.819‐          4.095‐          ‐      4.909  ‐        3.675  ‐2.592,53 ‐2.222,96 2.048‐          3B2a Cropland remaining Cropland 41.587‐       41.626‐       41.541‐      41.595‐      41.450‐       41.219‐       40.778‐       39.835‐       38.855‐       37.671‐      37.464‐       36.985‐        36.758‐       ‐    35.886  ‐      33.729  ‐6.417,86 ‐21.757,19 5.668          3B2b Non‐Cropland to Cropland 29.609       22.931       36.709      29.186      93.413       71.680       90.222       140.197    131.466     167.580   38.641       45.658        95.266          197.494       141.481  273.025,06 276.700,42 302.294     3B3a Grassland remaining Grassland ‐             ‐             ‐             ‐            ‐             ‐             ‐             ‐             ‐              ‐            ‐             ‐              ‐              ‐            ‐              0 0 ‐                   3B3b Non‐Grassland to Grassland 36.335       32.319       40.338      36.348      34.802       30.338       34.659       40.477       36.592       47.774      18.164       21.088        25.342       ‐    69.383         17.118  ‐11.782,76 56.379,61 124.470‐     3B4a Wetland remaining Wetland ‐             ‐             ‐             ‐            ‐             ‐             ‐             ‐             ‐              ‐            ‐             ‐              ‐              ‐            ‐              0 0 ‐                   3B4b Non‐Wetland to Wetland ‐             ‐             ‐             ‐            ‐             ‐             ‐             ‐             ‐              ‐            ‐             ‐              ‐              ‐            ‐              0 0 ‐                   3B5a Settlement remaining Settlement ‐             ‐             ‐             ‐            ‐             ‐             ‐             ‐             ‐              ‐            ‐             ‐              ‐              ‐            ‐              0 0 ‐                   3B5b Non‐Settlement to settlement 1.863         2.199         1.775        1.614        1.482         971             1.348         1.240         931             1.390        1.370         1.677          1.753                  1.975         10.257  593,8 35.330,86 19.016        3B6a Otherland remaining Otherland ‐             ‐             ‐             ‐            ‐             ‐             ‐             ‐             ‐              ‐            ‐             ‐              ‐              ‐            ‐              0 0 ‐                   3B6b Non‐Otherland to Otherland 29.585       29.626       31.679      27.448      59.692       64.031       58.587       59.892       60.804       74.028      72.564       78.020        89.692          163.653       134.546  413.797,21 136.482,71 60.621        

Biomas FOLU 75.221       61.712       104.643    59.308      201.420    158.820    192.957    260.977    216.363     316.998   70.436       104.715     159.361     60.809     138.298     406.571        187.284        76.753‐        Other Peat Decomposition 268.575    267.531    268.545    269.650   274.431    280.818    286.289    292.825    297.349     303.567   312.968    322.595     328.567        341.443       341.735  359.623,16 357.896,12 358.851     

Total emission without Peat Fire 343.797    329.243    373.189    328.958   475.851    439.638    479.246    553.803    513.712     620.566   383.405    427.310     487.928     402.252   480.033     766.194        545.180        282.098     Other Peat Fire 161.571    50.885       301.753    132.075   232.018    258.887    510.710    62.747       81.744       299.920   51.383       189.026     207.050        205.076       499.389  802.870,00 90.267,18 12.513        

Total emission with Peat Fire 505.368    380.129    674.941    461.034   707.870    698.525    989.956    616.550    595.456     920.485   434.788    616.335     694.978     607.328   979.422     1.569.064    635.448        294.611     

Page 98: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 84 -

F. Sumber Emisi Kunci Berdasarkan analisis kategori kunci sebagaimana Tabel 3-17, sumber emisi/serapan kunci pada sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya tahun 2017 adalah Peat Decomposition dengan kontribusi emisi sebesar 29%, Forest Remaining Forest dengan kontribusi serapan sebesar 28%, Non-Cropland to Cropland dengan kontribusi emisi sebesar 25%, Non-Grassland to Grassland dengan kontribusi serapan 10% dan Non-Otherland to Otherland dengan kontribusi emisi sebesar 5%. Tabel 3-17 Analisis Kategori Kunci Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan

Lainnya

Kode Kategori Sumber Emisi Gas Emisi (Gg CO2e)

Kontribusi Emisi (%)

Kumulatif (%)

Other Peat Decomposition CO2 358.851,28 29 29 3B1a Forest Remaining Forest CO2 -337.833,89 28 57 3B2b Non-Cropland to Cropland CO2 302.293,56 25 82 3B3b Non-Grassland to Grassland CO2 -124.470,16 10 92 3B6b Non-Otherland to Otherland CO2 60.621,37 5 97

3.2.4 Sektor Limbah

A. Kategori Sumber Emisi GRK

Dalam IPCC guideline 2006, sumber utama emisi GRK dari sektor limbah adalah kegiatan pengelolaannya. Sumber ini diklasifikasikan kedalam 4 kategori yaitu: (a) Pengelolaan limbah padat domestik (sampah) di TPA/landfill, pengelolaan biologi atau komposting, pembakaran terbuka (open burning) dan insinerasi, (b) pengelolaan limbah cair domestik (baik pengelolaan terpusat di IPAL maupun pengelolaan dengan septic tank, cubluk, dan lainnya), (c) pengelolaan limbah cair industri dan (d) pengelolaan sampah industri.

Pada laporan 1st BUR dan TNC baru diperhitungkan emisi dari 3 sub kategori saja yaitu: limbah padat domestik (domestik solid waste), limbah cair domestik (domestic wastewater) dan limbah cair industri (industrial wastewater). Pada laporan 2nd BUR dan laporan ini, dilakukan perbaikan dengan menyertakan sumber emisi dari kategori baru yaitu limbah padat industri (industrial slid waste), meskipun baru sebatas penghitungan emisi dari lumpur (sludge) pada industri pulp dan kertas yang dilandfill-kan (landfill of sludge removal), lumpur dari kertas yang dikomposkan (composting of sludge removal), dan penanganan lumpur dari industri kertas (sludge handling).

B. Jenis Gas

Berdasarkan IPCC GL 2006, tipe emisi GRK dari sektor limbah mencakup CO2, CH4, dan N2O. Emisi CO2 yang dihitung berasal dari kegiatan insinerasi dan pembakaran terbuka. Untuk CH4

sebagian besar dihasilkan dari proses anaerobic seperti proses pembusukan sampah di TPA

Page 99: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 85 -

dan degradasi materi organic pada unit IPAL. Sedangkan N2O dihasilkan dari proses biologis pada kegiatan komposting dan IPAL domestik.

C. Periode Waktu

Inventarisasi GRK yang dilaporkan adalah periode tahun 2000-2017.

D. Sumber Data

Data aktivitas dan parameter terkait lainnya diklasifikasikan berdasarkan kategori dalam IPCC guideline 2006, yaitu pengelolaan limbah padat domestik, pengelolaan limbah cair domestik dan pengelolaan limbah cair industri.

1. Pengelolaan Limbah Padat Domestik

Limbah padat domestik yang diolah di TPA berasal dari permukiman, pertamanan, pasar, area komersial, dan lain-lain di daerah perkotaan dan pedesaan. Namun demikian sampah padat domestik dari daerah perkotaan umumnya diolah di TPA, sedangkan sampah padat domestik dari daerah pedesaan umumnya diolah setempat dengan jalan open burning dan/atau open dumping. Jumlah sampah padat domestik tahunan diperoleh dari dokumen ADIPURA yang disampaikan oleh seluruh kota di Indonesia digunakan sebagai data aktivitas. Dokumen tersebut juga memberikan informasi mengenai fraksi rata-rata sampah yang dibawa ke TPA. Berdasarkan informasi ini, fraksi sampah dibuang ke TPA rata-rata adalah 72,76%. Angka ini digunakan dalam memperkirakan tingkat emisi gas rumah kaca pengelolaan sampah di TPA.

Perbaikan data dilakukan pada data jumlah sampah yang masuk TPA, composting, 3R dan LFG recovery berdasarkan update data ADIPURA dilengkapi hasil survey dan monitoring Kementerian LHK. Meskipun data ADIPURA telah tersedia sejak tahun 2003, namun sebelum 2014 laporan TNC hanya mengcover data provinsi/kabupaten/kota yang kurang memadai dan baru pada setelah tahun 2014 tersedia data ADIPURA yang mengcover lebih banyak data provinsi/kabupaten/kota. Tipe dan sumber data untuk sektor limbah dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 3-18. Tipe Dan Sumber Data Sektor Limbah

Kategori IPCC Tipe Data Tahun Sumber Data

Limbah Padat Domestik 4A2 TPA, 4B1 Komposting limbah padat domestik

DA

Jumlah timbulan sampah 2000-2017: data aktual 1990-1999: back-casting

ADIPURA

Bulk Density: 0,347 ton/m3 Survei komposisi sampah di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, DKI Jakarta dan Jawa Timur

Komposisi Sampah

Dry Matter Content

Page 100: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 86 -

Kategori IPCC Tipe Data Tahun Sumber Data

4C Pembakaran Terbuka

Fraksi Jenis Pengolahan Sampah a. TPA: 72,76% b. Pembakaran Terbuka: 21% c. Komposting 0,03% d. Daur Ulang: 0,05% e. Lainnya (tidak dikelola): 6%

ADIPURA & IPCC GL 2006

FE MCF: 0,8 (TPA open dumping) DOC: default IPCC GL 2006

Limbah Padat Industri 4A1 TPA limbah padat industri 4B2 Komposting limbah padat industry 4E Lainnya (sludge handling)

DA

Data lumpur (sludge) yang dikeluarkan dari WWTP Landfilling of sludge Composting of sludge Sludge handling

2010 - 2017 Ditjen PSLB3 Data pabrik Pulp dan

Kertas

FE Default IPCC GL 2006

4D1 Limbah Cair Domestik

DA Populasi penduduk 2000-2017 BPS BOD: 40 g/orang/hari IPCC GL 2006 Konsumsi Protein/orang/tahun 2000-2017 Statistik Kesra BPS

FE Default IPCC GL 2006

4D2 Limbah Cair Industri

DA

Total Produksi 2000-2017

Statistik Industri Manufaktur, BPS

Statistik Pertanian Kementerian Pertanian,

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia,

Direktorat Mintegar, PPIHLH Kementerian Perindustrian

Data Olah Statistik Perikanan

Flow rate limbah cair PROPER, Industri, Permen LH, dan Asosiasi COD Inlet

FE Default IPCC GL 2006

Parameter lokal seperti komposisi sampah dan dry matter content dikembangkan oleh KLHK dengan lokasi pilot studi yang semula hanya di Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, saat ini telah berkembang ke Provinsi Jawa Timur, DKI Jakarta dan Riau. Tabel di bawah ini menunjukan nilai perbandingan komposisi sampah antara nilai rata-rata hasil penelitian di lokasi pilot dengan nilai default IPCC GL 2006.

Page 101: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 87 -

Tabel 3-19. Komposisi Sampah di TPA

No. Komponen

Komposisi Sampah (% berat basah)

Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau DKI

Jakarta Jawa Timur

Rata-Rata*)

IPCC GL 2006 (Asia

Tenggara) 1 Sisa Makanan 54,62% 56,62% 47,23% 49,72% 53,30% 49,86% 43,50%

2 Kertas 11,39% 10,01% 11,34% 10,79% 3,63% 10,82% 12,90%

3 Nappies 6,06% 5,35% 7,50% 5,93% 6,26% 6,04% -

4 Taman 8,02% 5,90% 4,12% 7,70% 9,02% 7,39% -

5 Kayu 0,01% 0,44% 3,50% 0,78% 0,60% 0,95% 9,90%

6 Tekstil 3,28% 2,43% 3,56% 4,10% 2,30% 3,97% 2,90%

7 Karet dan Kulit 0,84% 0,59% 1,79% 0,37% 0,07% 0,51% 0,60%

8 Plastik 13,15% 16,15% 16,74% 19,26% 23,42% 18,80% 6,30%

9 Logam 0,37% 0,50% 0,84% 0,30% 0,21% 0,35% 1,30%

10 Kaca 1,59% 1,11% 1,46% 0,59% 0,75% 0,71% 2,20%

11 Lain-lain (anorganik, inert)

0,68% 0,90% 1,94% 0,47% 0,44% 0,60% 5,40%

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2017 *) Penghitungan nilai rata-rata dilakukan menggunakan metode weighted average.

Sementara untuk nilai dry matter content masih menggunakan nilai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan dikarenakan nilai dari provinsi lainnya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Tabel 3-20. Dry matter content sampah di TPA

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, 2012

2. Limbah Padat Industri

Penghitungan limbah padat industri adalah kategori baru yang telah mulai dimasukkan dalam perhitungan pada laporan 2nd BUR dan laporan tahun 2017, tapi masih terbatas pada penghitungan emisi dari lumpur (sludge) pada industri pulp dan kertas yang dilandfill-kan

Komponen Dry matter content (%berat basah)

Sumatera Selatan

Sumatera Utara

Rata-rata

IPCC 2006 GL (Asia Tenggara)

a. Sisa makanan 23% 59% 46% 40% b. Kertas + kardus + nappies 51% 44% 48% 90% c. Kayu dan sampah taman 50% 57% 55% 85% d. Tekstil 56% 73% 64% 80% e. Karet & Kulit 84% 89% 90% 84% f. Plastik 76% 57% 68% 100% g. Logam 100% 97% 97% 100% h. Gelas 92% 66% 79% 100% i. Lainnya (inert) 85% 95% 92% N/A

Page 102: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 88 -

(landfill of sludge removal), lumpur dari kertas yang dikomposkan (composting of sludge removal), dan penanganan lumpur dari industri kertas (sludge handling). Emisi limbah padat industri memungkinkan untuk dihitung karena tersedia data yang diperoleh dari industri pulp dan kertas. Data terdiri dari kapasitas produksi, parameter organic dari pengolahan air limbah di WWTP dan sludge removal and treatment. Data hanya diperoleh untuk periode 2010 – 2017 sehingga estimasi untuk tahun 2000 – 2009 tidak dapat dilakukan.

3. Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik pada umumnya diolah ditempat atau dialirkan menuju pusat pengolahan limbah cair ataupun dibuang tanpa pengolahan melalui saluran pembuangan menuju sungai. Data aktivitas dari limbah cair domestik adalah TOW (Total Organics in Wastewater) yang merupakan jumlah BOD (kg) total yang dihitung berdasarkan jumlah populasi penduduk dikalikan dengan kg BOD perkapita. Parameter BOD/orang/tahun digunakan untuk mengestimasi nilai TOW (Total Organics in Wastewater) dan faktor emisi (EF = Bo* MCF, kg CH4/kg BOD) merujuk pada nilai default IPCC GL 2006 untuk Negara Asia, Timur Tengah dan Afrika sebesar 40 gram/kapita/hari. Sedangkan untuk parameter konsumsi protein sudah menggunakan data spesifik Indonesia yang diterbitkan oleh BPS setiap tahunnya. Tabel 3-21 memperlihatkan parameter dan faktor emisi yang digunakan.

Pada pengolahan limbah cair domestik, cakupan inventory diperluas dengan adanya sumber emisi GRK dari pengolahan menggunakan biodigester yang dilengkapi dengan gas recovery. Sebagai catatan, pada laporan TNC, sumber GRK dari pengolahan limbah cair domestic hanya mencakup emisi GRK dari pengolahan septik tank. Data penggunaan septik tank pada TNC merujuk data Riskesdas, sedangkan pada 2nd BUR merujuk data Statistik Kesra yang dikeluarkan oleh BPS (lebih lengkap tersedia setiap tahun).

Tabel 3-21. Parameter Dan Faktor Emisi Limbah Cair Domestik

Parameter Karakteristik

BOD 40 Gram/org/hari atau setara 14,6 Kg/org/tahun

Kapasitas Produksi CH4 max 0,60 kg CH4/kgBOD

Konsumsi Protein per orang per tahun*

Tahun Konsumsi Protein (Kg/org/thn) Tahun Konsumsi Protein

(Kg/org/thn) 2000 17,76 2009 19,84 2001 17,76 2010 20,08 2002 19,87 2011 20,53 2003 20,21 2012 19,40 2004 19,95 2013 19,37 2005 20,17 2014 19,68 2006 19,58 2015 20,12 2007 21,05 2016 20,68 2008 20,98 2017 22,70

Fraksi N dalam protein 0,16 kg N/kg protein F non-consump protein 1,10

Page 103: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 89 -

Parameter Karakteristik F industri dan komersil co-discharged protein 1,25 N lumpur (default = 0) 0 kGram Faktor Emisi N2O 0,005 kg N2O-N/kg N Faktor konversi kg N2O-N menjadi kg N2O, 44/28 1,571 Emisi dari IPAL (default = 0) - kg N2O-N/year

Sumber: Nilai default IPCC GL (2006); * Susenas – BPS (2017)

Tabel 3-22. Parameter Fraksi Populasi dan Derajat Penggunaan Pada Pengolahan

Limbah Cair Domestik

Treatment Fraction Degrees of Utilization

Before 2010 (assumed) Rural Septic tank 0,50 0,52

Non Septic tank 0,50 0,48

Urban Septic tank 0,50 0,79 Non Septic tank 0,50 0,21

2010 (updated with processed data from Welfare Statistics and MoEF monitoring of treatment facilities)

Rural Septic tank 0,502 0,53 Non Septic tank 0,502 0,47

Urban Septic tank 0,498 0,79 Non Septic tank 0,498 0,21 Bio-digesters 0,498 0,00001

2011

Rural Septic tank 0,4952 0,45 Non Septic tank 0,4952 0,55

Urban Septic tank 0,5048 0,79 Non Septic tank 0,5048 0,21 Bio-digesters 0,5048 0,00002

2012

Rural Septic tank 0,4883 0,47 Non Septic tank 0,4883 0,53

Urban Septic tank 0,5117 0,79 Non Septic tank 0,5117 0,21 Bio-digesters 0,5117 0,00006

2013

Rural Septic tank 0,4813 0,56 Non Septic tank 0,4813 0,44

Urban Septic tank 0,5187 0,82 Non Septic tank 0,5187 0,18 Bio-digesters 0,5187 0,00007

2014

Rural Septic tank 0,4742 0,59 Non Septic tank 0,4742 0,41

Urban

Septic tank 0,5258 0,80 Non Septic tank 0,5258 0,17 Centralized 0,5258 0,03 Bio-digesters 0,5258 0,00008

2015

Rural Septic tank 0,467 0,62 Non Septic tank 0,467 0,38

Urban

Septic tank 0,533 0,82 Non Septic tank 0,533 0,16 Centralized 0,533 0,03 Bio-digesters 0,533 0,00008

2016

Rural Septic tank 0,4604 0,65 Non Septic tank 0,4604 0,35

Page 104: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 90 -

Treatment Fraction Degrees of Utilization

Urban

Septic tank 0,5396 0,83 Non Septic tank 0,5396 0,15 Centralized 0,5396 0,02 Bio-digesters 0,5396 0,00008

2017

Rural Septic tank 0,4536 0,68 Non Septic tank 0,4536 0,32

Urban

Septic tank 0,5463 0,85 Non Septic tank 0,5463 0,14 Centralized 0,5463 0,012 Bio-digesters 0,5463 0,00008

4. Limbah Cair Industri

Emisi GRK dari limbah cair industri diestimasi berdasarkan jumlah limbah cair yang diolah, karakteristik limbah dan tipe unit pengolahannya. Parameter seperti COD /m3 dan debit air limbah digunakan untuk mengestimasi nilai TOW (total organics degradable material in wastewater for each industry sector, kg COD/yr). Pada laporan ini nilai COD dan debit air limbah diperoleh dari beberapa sumber seperti PROPER, penelitian lokal (BPPT dan universitas), peraturan menteri LH dan asosiasi industri. Sedangkan untuk beberapa kategori industri yang belum ada penelitian masih menggunakan nilai default IPCC GL 2006. Cakupan industri dalam laporan kali ini sama dengan laporan TNC dan 2nd BUR yaitu sebanyak 22 tipe industry. Parameter terkait faktor emisi masih menggunakan nilai default IPCC GL 2006.

Penghitungan emisi GRK dari limbah cair industri khususnya kertas sudah memasukkan data pengurangan lumpur/sludge dari WWTP meskipun hanya pada tahun 2010 - 2017. Sementara revisi dilakukan terhadap parameter data pada tapioka (starch), yaitu dengan menggunakan default MCF = 0,3, sebelumnya pada TNC menggunakan default MCF = 0,2 dengan pertimbangan pengolahan industri starch adalah shallow anaerobic, sehingga faktor emisi starch berubah dari semula FE = 0,005 Kg CH4/Kg BOD menjadi FE = 0,075 Kg CH4/Kg BOD.

E. Perhitungan Emisi GRK

Emisi GRK sektoral dari limbah selama periode 2000-2017 terangkum pada tabel di bawah ini. Semua kategori cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan tingkat kenaikan yang relatif kecil tanpa lonjakan yang signifikan. Angka emisi sektor limbah mengalami kenaikan setelah dilakukan rekalkulasi untuk periode 2000 s/d 2017 pada kategori limbah padat domestik, limbah cair domestik dan limbah cair industri. Penghitungan emisi GRK dari limbah cair industri khususnya kertas sudah memasukkan data pengurangan lumpur/sludge dari WWTP.

Berdasarkan Tabel 3-23 dan Gambar 3-44, diketahui bahwa total emisi sektor limbah pada tahun 2017 adalah sebesar 120.191 Gg CO2e, meningkat dari tahun 2016 yang angka emisinya hanya 112.351. Pengolahan limbah cair industri masih menjadi penyumbang emisi terbesar dari sektor limbah dengan angka sebesar 55.146 Gg CO2e atau sebesar 45,88%.

Page 105: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 91 -

Tabel 3-23. Emisi GRK Dari Sektor Limbah Tahun 2000-2017

Tahun GHG MSW (Gg CO2e)

GHG DWW (Gg CO2e)

GHG IWW (Gg CO2e)

GHG ISW (Gg CO2e)

GHG TOTAL ((Gg CO2e)

2000 28.198 14.977 21.658 64.832 2001 28.950 15.196 23.456 67.602 2002 29.649 15.658 24.755 70.063 2003 30.310 15.926 26.825 73.061 2004 30.939 16.129 28.157 75.225 2005 31.546 16.392 29.278 77.216 2006 32.135 16.560 33.882 82.578 2007 32.630 16.982 34.322 83.933 2008 33.153 17.222 34.648 85.023 2009 33.801 17.330 38.195 89.326 2010 34.783 17.602 35.195 89 87.669 2011 36.005 18.087 37.655 106 91.853 2012 37.173 18.537 39.713 107 95.530 2013 38.272 19.893 42.245 105 100.515 2014 39.220 20.448 43.043 123 102.834 2015 40.097 21.162 44.657 145 106.061 2016 41.149 21.871 49.211 121 112.351 2017 42.099 22.830 55.146 116 120.191

Gambar 3-44. Emisi GRK dari Kegiatan Pengelolaan Limbah

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

200020012002200320042005200620072008200920102011201220132014201520162017

GHG Industrial Solid Waste (GgCO2-e)GHG Industrial Wastewater (GgCO2-e)GHG Domestic Wastewater (GgCO2-e)GHG Domestic Solid Waste (GgCO2-e)

Page 106: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 92 -

Adapun distribusi emisi GRK sektor limbah tahun 2017 ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3-45. Distribusi Emisi GRK Sektor Limbah Tahun 2017

F. Analisis Kategori Kunci Berdasarkan analisis kategori kunci (the key category analysis), diketahui sumber utama emisi pada sektor limbah ada pada 3 (tiga) kategori, yaitu pengolahan limbah cair domestik (industrial wastewater treatment and discharge), pengelolaan limbah padat domestik pada TPA (unmanaged solid waste disposal), dan pengolahan limbah cair domestic (domestic wastewater) (Tabel 3-24). Tabel 3-24. Analisis Kategori Kunci Sektor Limbah Tahun 2017

Kode Kategori Total GHG

Emissions Level/

Rank (%) Kumulatif

(%)

4 D 2 Industrial Wastewater Treatment and Discharge 55.146 45,88 45,88 4 A 2 Unmanaged Solid Waste Disposal 36.905 30,70 76,59 4 D 1 Domestic Wastewater 22.830 18,99 95,58 4 C Open Burning of waste 5.193 4,32 99,90 4 E 1 Sludge handling 99 0,08 99,99 4 A 1 Managed Solid Waste Disposal 15 0,01 100 4 B 2 Biological Treatment of Industrial Solid Waste 1,57 0,00 100 4 B 1 Biological Treatment of Domestik Solid Waste 0,57 0,00 100

TOTAL 120.191

GHGMSW35,03

GHGDWW18,99%

GHGIWW45,88%

GHGISW0,10%

Page 107: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 93 -

BAB IV HASIL CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK

4.1. PENURUNAN EMISI GRK NASIONAL Pada UNFCCC Conference of Parties (COP) 15 tahun 2009, Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% (dengan usaha sendiri) dan sebesar 41% (jika mendapat bantuan internasional) pada tahun 2020. Komitmen Indonesia tersebut dipertegas kembali melalui dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) pertama pada bulan November 2016 dengan menetapkan target penurunan GRK sebesar 29 % (unconditional) sampai dengan 41% (conditional) dibandingkan dengan skenario business as usual (BAU) pada tahun 2030. Secara nasional, target penurunan emisi pada tahun 2030 berdasarkan NDC adalah sebesar 834 juta ton CO2e pada target unconditional (CM1) dan sebesar 1.081 juta Ton CO2e pada target conditional (CM2). Untuk memenuhi target tersebut, secara nasional telah dilakukan berbagai aksi mitigasi pada semua sektor oleh penanggung jawab aksi mitigasi. Berdasarkan hasil capaian penurunan emisi GRK secara nasional dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 terjadi penurunan emisi GRK sebesar 190 juta Ton CO2e dan pada tahun 2017 dengan penurunan sebesar 360,81 juta Ton CO2e, sebagaimana pada Tabel 4-1. Tabel 4-1. Capaian Penurunan Emisi GRK Nasional

No. Sektor Capaian Penurunan Emisi GRK Tahun 2017 (Ton CO2e)

1. Energi 49.751.639,35 2. IPPU 786.280,23 3. Kehutanan 309.406.137 4. Pertanian 510.000 5. Limbah 354.440 Total 360.808.496,58 Mton 360,81

4.2. PENURUNAN EMISI GRK SEKTORAL

Indonesia telah mengeluarkan rangkaian perangkat hukum dan kebijakan, termasuk Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 dan Penyelenggaran Inventarisasi GRK Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011. Sesuai amanat yang tercantum pada Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tersebut, disebutkan bahwa penanggung jawab aksi mitigasi adalah kementerian teknis sesuai tugas fungsi masing-masing kementerian.

Page 108: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 94 -

4.2.1 Sektor Energi

A. Sub-Sektor Energi

Dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional GRK (RAN GRK) dinyatakan bahwa Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (KESDM) selaku penanggung jawab aksi mitigasi perubahan iklim di sektor energi memiliki target reduksi emisi GRK sebesar 0,038 Giga Ton CO2e.

Pada tahun 2017, pelaksanaan verifikasi dilakukan terhadap 7 (tujuh) aksi mitigasi perubahan iklim di sektor energi yang menjadi tanggung jawab Kementerian ESDM dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2011, 4 (empat) aksi mitigasi perubahan iklim di luar Perpres Nomor 61 Tahun 2011, dan 2 (dua) aksi mitigasi perubahan iklim yang baru dilaksanakan pada tahun 2017 (kegiatan baru).

Aksi mitigasi yang termasuk dalam Perpres No. 61 Tahun 2011: 1. Penerapan mandatori manajemen energi untuk pengguna padat energi 2. Peningkatan efisiensi peralatan rumah tangga

a. Lampu Compact Fluorescent Lamp (CFL) b. Piranti Pengkondisi Udara (Air Conditioning)

3. Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi: a. PLTP b. PLTMH c. PLTM d. PLTS e. PLT Hybrid f. PLT Biomassa

4. Pemanfaatan Biogas 5. Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan 6. Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa 7. Reklamasi lahan pasca tambang

Aksi mitigasi di luar Perpres No. 61 Tahun 2011: 8. Pemanfaatan Biodiesel 9. Aksi mitigasi sektor ketenagalistrikan

a. Pembangunan PLTA b. Penggunaan Clean Coal Technology pada Pembangkit Listrik c. Penggunaan Cogeneration pada Pembangkit Listrik

10. Program konversi minyak tanah ke LPG 11. Pembangunan Penerangan Jalan Umum Cerdas

a. Tenaga Surya b. Retrofing Lampu LED

Kegiatan Baru (Tahun 2017):

12. Fuel Switching BBM Transportasi (RON 88 ke RON 90 dan 92) 13. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE)

Page 109: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 95 -

Pada pelaksanaan 7 (tujuh) aksi mitigasi perubahan iklim yang termasuk di dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2011, dan 4 (empat) aksi mitigasi perubahan iklim di luar Perpres Nomor 61 Tahun 2011, serta 2 (dua) aksi mitigasi yang baru dilaksanakan pada tahun 2017, Penanggung Jawab Aksi menyatakan bahwa dalam kurun waktu tahun 2017 KESDM telah melakukan reduksi emisi gas rumah kaca sebesar 44.759.553,17 Ton CO2e.

Pernyataan (klaim) reduksi emisi GRK tahun 2017 disampaikan oleh Kementerian ESDM pada pertemuan KLHK dengan KESDM pada tanggal 11 Februari 2019 sebagaimana tercantum pada Tabel 4.2.

Tabel 4-2. Pernyataan (Klaim) Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor Energi Tahun 2017

No. AKSI MITIGASI SEKTOR ENERGI SESUAI DENGAN TARGET NDC

TAHUN 2017

Sesuai Peraturan Presiden No.61/2011 1 Penerapan mandatori manajemen energi untuk pengguna padat

energi 4.478.605,14

2 Peningkatan efisiensi peralatan rumah tangga Compact Flourensent Lamp (CFL) 5.332.207,41 Piranti pengkonidsi udara (Air Conditioning) 2.615.617,42 3 Penyediaan dan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan

Konservasi Energi

-PLTP 8.050.647,00 -PLTMH 16.365,00 -PLTM 1.107.613,00 -PLTS 25.929,00 -PLT Hybrid 893,59 -PLT Biomassa 1.129.076,00 4 Pemanfaatan Biogas 11.814,39 5 Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum

perkotaan 204,17

6 Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa

81.852,18

7 Reklamasi lahan reklamasi pasca tambang 2.217.129,42 Total Mitigasi Sesuai Perpres No. 61 / 2011 25.067.953,72 Di luar peraturan Presiden No.61 / 2011 8 Pemanfaatan Biodisel 3.830.609,00 9 Aksi Mitigasi Sektor Ketenagalistrikan -pembangunan PLTA 325.191,14 -penggunaan Clean Coal Technology pada pembangkit listrik 1.020.007,31 -penggunaan cogeneration pada pembangkit listrik 2.022.800,39 10 Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 12.428.455,14 11 Pembangunan Penerangan Jalan Umum Cerdas -Tenaga Surya 2.326,00 -Retrofitting Lampu LED 7.662,47 Total Mitigasi Sesuai Perpres No. 61 / 2011 19.637.051,45 Kegiatan Baru 12 Fuel switching BBM Transportasi (RON 88ke RON 90 dan 92) 53.501,00 13 Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energy (LTSHE) 1.047,00 Total Mitigasi Kegiatan Baru 54.548,00 TOTAL 44.759.553,17 MTon CO2 44,76

Page 110: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 96 -

B. Sub-sektor Energi di Transportasi

Dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional GRK (RAN-GRK) dinyatakan bahwa Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku penanggung jawab aksi mitigasi perubahan iklim di sub sektor transportasi bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), memiliki target penurunan emisi GRK sebesar 0,038 Giga Ton CO2e. Aksi mitigasi yang termasuk dalam Perpres No. 61 Tahun 2011, meliputi:

1. Pembangunan ITS (Inteligent Transport System) 2. Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas (Trafic Impact Control/TIC) 3. Penerapan Manajemen Parkir 4. Penerapan Congestion Charging dan Road Pricing (dikombinakan dengan angkutan

umum massal cepat) 5. Reformasi Sistem Transit Bus Rapid Transit (BRT) / semi BRT 6. Peremajaan Armada Angkutan Umum 7. Pemasangan Converter Kit (gasifikasi angkutan umum) 8. Pelatihan dan sosialisasi smart driving (eco-driving) 9. Membangun Non Motorized Transport (Pedesterian dan jalur sepeda) 10. Pengembangan KA Perkotaan Bandung 11. Pembangunan double-double track (termasuk elektrifikasi) 12. Pengadaan Kereta Rel Listrik (KRL) baru 13. Modifikasi Kereta Rel Diesel (KRD) menjadi Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) 14. Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta North-South Tahap I dan Tahap II 15. Pembangunan jalur Kereta Api (KA) Bandara Soekarno Hatta 16. Pembangunan Monorail Jakarta 17. Pembangunan/peningkatan dan preservasi jalan

Sesuai amanat pada Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Kemenhub sebagai penanggung jawab aksi di sub sektor transportasi telah melakukan aksi mitigasi perubahan iklim di 4 (empat) sub sektor transportasi yang meliputi:

1. Transportasi Darat, dengan aksi mitigasi yaitu: a. Mendorong Pembinaan dan Pengembangan Sistem Transit – Bus Rapid Transit

(BRT) b. Pemanfaatan Teknologi Lalu Lintas untuk Kelancaran Lalu Lintas di Jalan

Nasional/(Area Traffic Control System/ ATCS) c. Penggunaan Solar Cell pada PJU (Penerangan Jalan Umum)

2. Transportasi Laut, dengan aksi mitigasi meliputi: a. Efisiensi Manajemen Operasional Pelabuhan (Pembangunan Teknologi Solar

Cell pada Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) b. Modernisasi Kapal (Peremajaan Kapal & Teknologi Kapal) (Kapal Perintis)

3. Transportasi Udara, dengan aksi mitigasi meliputi: a. Peremajaan Armada Angkutan Udara

Page 111: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 97 -

b. Penyempurnaan system dan prosedur pengoperasian serta perawatan pesawat udara (Efisiensi Operasional Penerbangan)

c. Performance Base Navigation (PBN) d. Penghijauan Lingkungan Bandar udara e. Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan

4. Transportasi Perkeretaapian, meliputi: a. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Utara Jawa b. Pembangunan KA Perkotaan Jabodetabek c. Terbangunnya Jalur KA Trans Sumatera

Pada pelaksanaan aksi mitigasi perubahan iklim di sub sektor transportasi, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku Penanggung Jawab Aksi menyatakan bahwa untuk tahun 2017 telah melakukan reduksi emisi GRK sebesar 3.545.210 Ton CO2e.

Capaian penurunan emisi GRK untuk setiap aksi mitigasi sebagaimana tertuang pada Tabel 4-3 di bawah ini.

Tabel 4-3. Pernyataan Capaian Reduksi Emisi GRK Sub Sektor Transportasi Tahun 2017

No. Sub Sektor Klaim Capaiaan Reduksi Emisi GRK

I. TRANSPORTASI DARAT 1 Mendorong Pembinaan daan Pengembangan Sistem Transit-Bus Rapid

Transit (BRT)/Semi BRT 165.704,00

2 Pemanfaatan Teknologi Lalu Lintas untuk Kelancaran Lalu Lintas di Jalan Nasional / (Area Traffic Control System / (ATCS)

203.116,00

3 Penggunaan Solar Cell pada PJU 615,00 Total 369.435,00 MTon CO2 369,44 II. TRANSPORTASI UDARA

1 Peremajaan Armada Angkutan Udara 429.836,00 2 Penyempurnaan system & prosedur pengoprasian serta perawatan

pesawat udara (Efisiensi Operasional Penerbangan) 519.476,00

3 Performance Base Navigation (PBN) 362.317,00 4 Penghijauaan Lingkungan Bandar Udara 10.147,00 5 Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 331,00

Total 1.322.107,00 MTon CO2 1.322,11 III. TRANSPORTASI LAUT

1 Efisiensi Manajemen Operasional Pelabuhan (Pembangunan Teknologi Solar Cell Pada Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

141.800,00

2 Modernisasi Kapal (Peremajaan Kapal & Teknologi Kapal) (Kapal Perintis)

5.868,00

Total 147.668,00 MTon CO2 147,67 IV. TRANSPORTASI KERETA API

1 Pembangunan Jalur Ganda Lintas Utara Jawa 613.000,00 2 Pembangunan KA Perkotaan Jabodetabek 857.000,00 3 Terbangunnya Jalur KA Trans Sumatera 236.000,00

Total 1.706.000,00 MTon CO2 1.706,00 TOTAL I-IV 3.545.210,00 MTon CO2 3.545,21

Page 112: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 98 -

C. Sub-sektor Energi di Industri

Aksi mitigasi yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian untuk sektor energi dalam

periode tahun 2017, yaitu Konservasi dan audit energi melalui pemanfaatan bahan bakar

alternatif dan efisiensi energi di industri semen dari 13 (tiga belas) perusahaan industri.

Untuk tahun 2017, Kementerian Perindustrian selaku Penanggung Jawab Aksi di sub sektor

energi menyatakan bahwa dalam periode 2017 telah melakukan reduksi emisi GRK dari aksi

mitigasi berupa pemanfaatan bahan bakar alternative dan efisiensi energi di industri sebesar

1.493.507,21 Ton CO2.

Pernyataan (klaim) reduksi Emisi GRK dari Kementerian Perindustrian tahun 2017

sebagaimana tertuang pada Tabel 4-4.

Tabel 4-4. Pernyataan Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor Industri Tahun 2017

No. Aksi Mitigasi Klaim Capaian Reduksi Emisi GRK Tahun 2017

(Ton CO2e) 1. Konservasi dan audit energi melalui pemanfaatan

bahan bakar alternatif dan efisiensi energi di industri

semen

1.446.876,19

Jumlah 1.446.876,19

4.2.2 Sektor IPPU

Dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tersebut dinyatakan bahwa Kementerian

Perindustrian selaku penanggung jawab aksi mitigasi perubahan iklim di sektor industri

memiliki target reduksi emisi GRK tahun 2020 sebesar 0,001 Giga Ton CO2e. Pencapaian

target reduksi emisi GRK tersebut dilakukan melalui aksi mitigasi yaitu:

1. Penerapan modifikasi proses dan teknologi

2. Konservasi dan audit energi

3. Penghapusan Bahan Perusak Ozon (BPO)

Sesuai dengan Pedoman Penyusunan Metodologi Penghitungan Reduksi Emisi GRK dan/atau

Peningkatan Serapan GRK dalam Kerangka Verifikasi Aksi Mitigasi, disebutkan bahwa untuk

Sektor IPPU terdapat 4 (empat) aksi mitigasi yaitu:

1. Penurunan Clinker Ratio di Industri Semen

2. Efisiensi proses produksi Amonia (unit reformer) sehingga menurunkan emisi CO2 dari unit

produksi Amonia

3. Pemanfaatan Scrap pada Industry Besi Baja seeing menurunkan emisi emisi CO2 dari unit

EAF (Electric Arc Furnace) dan BOF (Basic Oxygen Furnace)

4. Penggunaan teknologi Secondary Catalis untuk reduksi Emisi N2O dengan cara konversi

N2O menjadi N2 dan Oksigen.

Untuk itu pada tahun 2017, Kementerian Perindustrian baru melaksanakan 1 (satu) aksi

mitigasi yaitu Penurunan Clinker Ratio di Industri Semen, yang mana masuk dalam kelompok

aksi mitigasi yaitu Penerapan Modifikasi Proses dan Teknologi. Pelaksanaan aksi mitigasi

tersebut pada 13 (tiga belas) industri semen.

Page 113: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 99 -

Terhadap pelaksanaan aksi mitigasi di 13 (tiga belas) industri semen tersebut, Kementerian Perindustrian selaku Penanggung Jawab Aksi menyatakan bahwa dalam periode 2017 telah melakukan reduksi emisi GRK sebesar 786.280,23 Ton CO2.

Pernyataan (klaim) reduksi Emisi GRK dari Kementerian Perindustrian tahun 2017 sebagaimana tertuang pada Tabel 4-5.

Tabel 4-5. Pernyataan Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2017

No Aksi Mitigasi Klaim Reduksi Emisi GRK Tahun 2017

1 Penurunan Ratio Clinker 786.280,23

Total 786.280,23

4.2.3 Sektor Pertanian

Aksi mitigasi sektor pertanian terdiri atas 3 aksi yang telah dilaksanakan dan disepakati menggunakan tahun 2010 sebagai base year, yaitu :

1. Penerapan teknologi budidaya tanaman : SRI (System of Rice Intensification), SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) yang berganti menjadi GPPTT (Gerakan Pengelolaan Tanaman Terpadu), VRE (Penerapan Varietas Rendah Emisi).

2. Pemanfaatan pupuk organik dan bio-pestisida : UPPO (Unit Pengolahan Pupuk Organik)

3. Pemanfaatan kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk Biogas : BATAMAS (Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat).

Tabel 4-6. Data Aktivitas Kegiatan Mitigasi Sektor Pertanian Tahun 2010-2017

Aksi Mitigasi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

SLPTT (Ha) 2.310.989 2.274.024 3.131.073 3.728.725 3.565.188 356.950 2.154.673 -

SRI (Ha) 1.240 11.180 60.300 207.000 180.000 200.000 200.000** -

UPPO (Unit) 340 1.476 1.576 1.999 1.999* 1.999* 2.574 1.400

BATAMAS (Unit)

952 1.172 1.416 1.592 1.592* 796* 398* 199*

Keterangan

* Data BATAMAS adalah data pengadaan tahun berjalan ditambah dengan kumulatif 50% tahun sebelumnya (berdasarkan keterangan Ditjen PKH , Kementan bahwa pada tahun berikutnya, digester yang masih berfungsi hanya 50% saja)

** Data SRI yang digunakan adalah data tahun sebelumnya Sumber: Lampiran Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Nomor: B-2811/RC.310/A/07/2018 tanggal 5 Juli 2018

tentang Penyampaian PEP RAN GRK Tahun 2017

Page 114: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 100 -

Tabel 4-7. Klaim Aksi Mitigasi Sektor Pertanian Tahun 2010-2017

Kegiatan Penurunan Emisi (Ton CO2e)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Penerapan Teknologi Budidaya Tanaman (SLPTT,SRI, Varietas Rendah Emisi)

11.500.000 15.460.000 13.760.000 13.000.000 15.640.000 1.560.000 6.650.000 -

UPPO+ Subsidi Pupuk Organik

3.800 16.500 17.600 210.000 210.000 210.000 250.000 240.000

Batamas 578.000 520.000 699.000 427.000 213.000 107.000 53.000 270.000

Total Penurunan Emisi

12.080.000 16.000.000 14.480.000 13.640.000 16.060.000 1.880.000 6.950.000 510.000

4.2.4 Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Aksi mitigasi perubahan iklim sektor kehutanan dan lahan gambut berdasarkan Perpres 61 Tahun 2011 tersebut terdiri atas 13 kegiatan inti dan 17 kegiatan pendukung, dengan penanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemPUPera), Kementerian Pertanian, dan Bappenas.

Rencana aksi sektor kehutanan yang terdapat dalam Perpres 61 Tahun 2011 tersebut berlangsung pada periode 2010-2014, sehingga setelah tahun 2014 sektor kehutanan tidak lagi mengacu kepada rencana aksi yang terdapat dalam Perpres tersebut. Rencana aksi/kegiatan yang dilakukan sektor kehutanan setelah tahun 2014 meliputi 6 skenario upaya penurunan emisi GRK/peningkatan serapan GRK sektor kehutanan sebagai strategi pencapaian target NDC, yaitu:

1. Penurunan deforestasi (<0,45 - 0,325 Mha/tahun di 2030) 2. Peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam

(penurunan degradasi hutan) maupun di hutan tanaman 3. Rehabilitasi 12 juta ha lahan terdegradasi pada tahun 2030 atau 800.000 ha/tahun

dengan tingkat kesuksesan sebesar 90% 4. Restorasi lahan gambut seluas 2 juta ha pada tahun 2030 dengan tingkat kesuksesan

sebesar 90% 5. Pengendalian peat fire (kebakaran gambut)

Sesuai dengan rencana aksi/kegiatan dalam upaya reduksi emisi dan/atau serapan GRK sektor kehutanan, Direktorat Mitigasi Perubahan Iklim, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim telah menerbitkan “Pedoman Penentuan Aksi Mitigasi Perubahan Iklim” berdasarkan budget tagging yang meliputi aksi/kegiatan: (1) Pencegahan Penurunan Tutupan Hutan Alam atau Konversi Hutan Alam (Penurunan Laju Deforestasi dan Degradasi), (2) Pengelolaan Hutan Lestari Berkelanjutan (Sustainable Forest Management), (3) Pembangunan Hutan Tanaman

Page 115: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 101 -

Industri (HTI), (4) Rehabilitasi Kawasan Hutan (Regenerasi/tanpa penebangan), (5) Rehabilitasi Hutan Produksi dan Lahan (dengan Rotasi), (6) Restorasi Gambut, (7) Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, dan (8) Pemulihan Lahan Gambut.

Untuk memudahkan operasionalisasi dalam verifikasi aksi mitigasi reduksi emisi dan/atau serapan GRK sektor kehutanan, maka aksi/kegiatan mitigasi reduksi emisi dan/atau serapan GRK sektor kehutanan diklasifikasikan ke dalam 6 kelompok aksi/kegiatan sesuai dengan “Pedoman Penyusunan Metodologi Penghitungan Reduksi Emisi dan/atau Peningkatan Serapan GRK dalam Kerangka Verifikasi Aksi Mitigasi” yang diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV, Ditjen PPI sebagai berikut:

1. Penurunan deforestasi 2. Penurunan degradasi hutan 3. Pengelolaan hutan lestari (SFM)

a. Penerapan teknik Reduce Impact Logging (RIL) b. Penerapan teknik pengelolaan hutan lestari c. Permudaan alami

4. Peningkatan cadangan karbon a. Rehabilitasi lahan b. Penanaman pengayaan (enrichment planting) c. Penanaman hutan tanaman

5. Peningkatan peranan konservasi (the role of conservation) a. Penetapan areal bernilai konservasi tinggi (NKT/HCV)

6. Pengelolaan lahan gambut a. Pemulihan lahan gambut berdasarkan tipe tutupan lahan b. Pembasahan gambut (rewetting) berdasarkan metode muka air tanah c. Kebakaran gambut (peatfire)

Keenam kelompok aksi/kegiatan mitigasi reduksi emisi dan/atau serapan GRK sektor kehutanan tersebut telah memperhatikan skenario upaya penurunan emisi GRK/peningkatan serapan GRK sektor kehutanan sebagai strategi pencapaian target NDC dan jenis aksi/kegiatan mitigasi berdasarkan budget tagging.

Penanggung jawab aksi mitigasi sektor kehutanan dalam upaya reduksi emisi dan/atau serapan GRK adalah Ditjen teknis lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Badan Restorasi Gambut (BRG). Aksi-aksi/kegiatan-kegiatan mitigasi sektor kehutanan dalam upaya reduksi emisi dan/atau serapan GRK berdasarkan budget tagging terdiri atas 8 aksi/kegiatan dan 45 komponen aksi/kegiatan yang berdampak langsung dalam reduksi emisi dan/atau serapan GRK serta 8 aksi/kegiatan dan 42 komponen aksi/kegiatan yang berdampak tidak langsung dalam reduksi emisi dan/atau serapan GRK.

Aksi/kegiatan mitigasi sektor kehutanan yang berdampak/berkontribusi langsung merupakan aksi/kegiatan mitigasi sektor kehutanan yang dapat diukur capaian targetnya dan memberikan dampak/kontribusi secara jelas terhadap reduksi emisi dan/atau serapan GRK sektor kehutanan. Sedangkan yang dimaksud aksi/kegiatan mitigasi sektor kehutanan yang berdampak/berkontribusi tidak langsung merupakan aksi/kegiatan mitigasi sektor kehutanan yang tidak dapat diukur capaiannya secara pasti terhadap reduksi emisi dan/atau serapan

Page 116: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 102 -

GRK di sektor kehutanan, namun aksi/kegiatan mitigasi tersebut dapat mendukung reduksi emisi dan/atau serapan GRK.

Aksi mitigasi sektor kehutanan dalam upaya reduksi emisi dan/atau serapan GRK pada tahun 2017 berdasarkan Laporan Capaian Penurunan Emisi GRK Tahun 2017 Sektor Kehutanan yang disampaikan oleh Subdit Pemantauan Aksi Mitigasi Berbasis Lahan, Direktorat Mitigasi Perubahan Iklim, Ditjen PPI sebagai unit pelaksana pemantauan aksi mitigasi (Tabel 4-6) dapat diketahui bahwa, sektor kehutanan memberikan kontribusi dalam mereduksi emisi GRK sebesar 309.406.137 Ton CO2e. Kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar adalah pengendalian kebakaran gambut (peat fire). Dimana pada tahun 2017, kebakaran gambut terjadi pada lahan seluas 13.362 ha dan berkontribusi dalam mereduksi emisi GRK sebesar 238.854.036 Ton CO2e.

Tabel 4-8. Capaian Penurunan Emisi GRK/Peningkatan Serapan GRK Sektor

Kehutanan Tahun 2017

No Kelompok Aksi Mitigasi Baseline (Ton CO2e)

Emisi Aktual (Ton CO2e)

Mitigasi (Ton CO2e)

1 Penurunan Deforestasi 293.208.920 216.070.490 77.138.430 2 Peningkatan penerapan prinsip pengelolaan

hutan berkelanjutan, baik di hutan alam (penurunan degradasi) maupun di hutan tanaman

58.002.762 42.615.736 15.387.026

3 Rehabilitasi lahan terdegradasi -1.061.497 -353.151 708.346 4 Restorasi Gambut 336.169.578 358.851.279 -22.681.701 5 Pengendalian Peat Fire (Kebakaran Gambut) 251.366.656 12.512.621 238.854.036

Total Penurunan Emisi GRK 309.406.137 Sumber: Laporan Capaian Penurunan Emisi GRK Tahun 2017 Sektor Kehutanan, Subdit Pemantauan Aksi Mitigasi Berbasis Lahan, Direktorat Mitigasi PI, Ditjen PPI

4.2.5 Sektor Limbah

Pada target pencapaian penurunan emisi GRK Nasional yang dicantumkan dalam dokumen NDC, aksi mitigasi untuk sub sektor limbah padat domestik difokuskan pada: peningkatan penerapan LFG recovery, prosentase pemanfaatan sampah melalui pengomposan dan 3R (sampah kertas), prosentase pemanfaatan sampah untuk PLTSa/RDF. Tabel 4-9 menyajikan target penurunan emisi dari kelompok aksi mitigasi limbah padat domestik berdasarkan BAU, skenario CM 1 dan skenario CM2. Sedangkan aksi mitigasi limbah cair domestik difokuskan pada sludge recovery, pemanfaatan gas metan, dan penggunaan sistem aerobik.

Page 117: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 103 -

Tabel 4-9. Aksi Mitigasi Sektor Limbah Padat Domestik No Aksi Mitigasi BAU CM1 CM2

1 Peningkatan penerapan LFG recovery from 2010 to 2030 dalam pengelolaan TPA

Tidak ada aksi mitigasi

LFG recovery mereduksi CH4 dari 0,65% di tahun 2010 menjadi 10% di 2030

LFG recovery mereduksi CH4 dari 0,65% di tahun 2010 menjadi 10% di 2030

2 Peningkatan persentase pemanfaatan sampah melalui composting dan 3R (kertas)

Tidak ada aksi mitigasi

22% di tahun 2020, 30% di tahun 2030

22% di tahun 2020, 30% di tahun 2030*

3 Peningkatan persentase PLTSa/RDF dibandingkan dengan total timbulan sampah

Tidak ada aksi mitigasi

mencapai 3% dari total sampah di 2020 dan meningkat menjadi 5% di 2030**

mencapai 3% dari total sampah di 2020 dan meningkat menjadi 5% di 2030

pengembangan PLTSa di 7 kota

pengembangan PLTSa di 12 kota tambahan***

Keterangan : * Merujuk pada target nasional dalam pengelolaan sampah 2015 – 2025 ** Mempertimbangkan perencanaan pemerintah dalam pengembangan PLTSa di 7 kota dan kecenderungan saat

ini dalam hal pemanfaatan sampah melalui RDF di industry *** Mempertimbangkan ukuran kota, potensi mitigasi dalam RDF dan laju pertumbuhan penduduk

Tabel 4-10. Aksi Mitigasi Sektor Limbah Cair Domestik

Page 118: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 104 -

Tabel 4-11. Aksi Mitigasi Sektor Limbah Cair Industri

Berkaitan dengan kendala dalam ketersediaan data dari sumber atau penyedia data, klaim capaian penurunan emisi dari pengelolaan limbah baru dapat terlaporkan untuk aksi – aksi yang dilakukan pada tahun 2016. Pada saat laporan ini disusun, pengumpulan data aksi mitigasi tahun 2017 sedang berlangsung. Total klaim capaian penurunan emisi dari seluruh aksi mitigasi dari sektor limbah adalah sebesar 354,44 Ggram CO2e dengan uraian seperti yang tersaji dalam Tabel 4.12.

Tabel 4-12. Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah Tahun 2017

No Aksi Mitigasi Reduksi emisi (Ton CO2e)

1 Limbah padat domestik 170.740 a. LFG recovery dari TPA 146.940 b. Pengomposan 12.130 c. 3R (kertas) 11.670 d. PLTSa/RDF -

2 Limbah padat industri 89.340 a. Pemanfaatan sludge IPAL sebagai bahan baku 62.340 b. Pemanfaatan sludge IPAL sebagai bahan bakar 26.550 c. Pemanfaatan sludge IPAL sebagai kompos 450

Page 119: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 105 -

No Aksi Mitigasi Reduksi emisi (Ton CO2e)

3 Limbah cair domestik 64.250 a. Operasionalisasi IPLT aerobic 63.510 b. Pengambilan lumpur tinja untuk diolah di IPLT (khusus DKI) 590 c. Operasionalisasi IPAL Komunal dengan biodigester 150

4 Limbah cair industri 30.120 a. Pemanfaatan gas metan dari POME 24.290 b. Pemanfaatan gas metan dari bio-digesters 5.830

Total Penurunan Emisi 354.440

Gambar 4-1. Pernyataan Penurunan Reduksi Emisi Aksi Mitigasi Limbah

Padat Domestik

Gambar 4-2. Pernyataan Penurunan Reduksi Emisi Aksi Mitigasi Limbah Cair

Domestik

-

50

100

150

200

250

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Emis

i (To

nCO

2e)

Tahun

LFG + 3R & Kompos

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Emisi(TonCO2e)

Tahun

X 1.000

X 1.000

Page 120: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU
Page 121: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 106 -

BAB V PENURUNAN EMISI TERVERIFIKASI

5.1. PENURUNAN EMISI TERVERIFIKASI

Hasil verifikasi terhadap data klaim capaian penurunan emisi GRK yang disampaikan oleh penanggung jawab aksi sektor terkait dipaparkan pada paragraph berikut.

5.1.1. Sektor Energi

Pada Pedoman Penyusunan Metodologi Penghitungan Reduksi Emisi GRK dan/atau Peningkatan Serapan GRK dalam Kerangka Verifikasi Aksi Mitigasi, disebutkan bahwa untuk sektor energi terdapat 4 (empat) kelompok aksi, tetapi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (KESDM) menyampaikan 5 (lima) kelompok aksi, hal ini disebabkan untuk kelompok aksi mitigasi Reklamasi Pasca Tambang menjadi aksi mitigasi yang dilakukan oleh KESDM (Dirjen Minerba). Berdasarkan metodologi penghitungan, maka kegiatan reklamasi pasca tambang merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan serapan GRK sehingga dalam proses verifikasi akan dihitung pada sektor kehutanan.

Kelompok aksi mitigasi sektor energi, sesuai dengan laporan capaian reduksi emisi GRK yang disampaikan oleh KESDM, yaitu:

1. Renewable Energy (Energi Terbarukan) a. Penyediaan dan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (PLTP,

PLTMH, PLTM, PLTS, PLT Hybrid dan PLT Biomassa) b. Pemanfaatan Biogas c. Pemanfaatan Biodiesel d. Pembangunan PLTA e. Tenaga Surya

2. Clean Coal Technology a. Penggunaan Clean Coal Technology pada Pembangkit Listrik

3. Fuel Switching (Penggunaan Bahan Bakar Rendah Karbon) a. Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan b. Program konversi Minyak Tanah ke LPG c. Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa d. Fuel switching BBM Transportasi (RON 88 ke RON 90 dan 92) e. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE)

4. Energy Efficiency (Efisiensi Energi) a. Penerapan mandatori manajemen energi untuk pengguna padat energi b. Peningkatan efisiensi peralatan rumah tangga

- Compact Fluorencent Lamp (CFL) - Piranti pengkondisi udara (Air Conditioning)

c. Retrofing Lampu LED d. Penggunaan Cogeneration pada Pembangkit Listrik

Page 122: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 107 -

5. Post Mining Reclamation (Reklamasi Pasca Tambang)

a. Reklamasi lahan pasca tambang

Setelah melalui tahapan verifikasi dengan tenaga ahli di sektor energi, hasil verifikasi menunjukkan bahwa KESDM telah berhasil mereduksi emisi GRK untuk tahun 2017 sebesar 39.214.736,69 Ton CO2e dari 44.759.553,17 Ton CO2e yang diklaim oleh KESDM.

Hasil pencermatan terhadap pernyataan (klaim) capaian reduksi emisi GRK sektor energi untuk tahun 2017 dan hasil verifikasi dapat dilihat pada Tabel 5-1.

Tabel 5-1. Kesesuaian Pernyataan (Klaim) Capaian Reduksi Emisi GRK sektor Energi dengan Hasil Verifikasi Tahun 2017

No AKSI MITIGASI SEKTOR ENERGY DENGAN TARGET NDC

TARGET NDC 2030

TAHUN

KLAIM VERIFIKASI

I RE as Power & RE as Fuel 170,45

Penyediaan dan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

1 -PLTP 8.050.647,00 9.727.688,55

2 -PLTMH 16.365,00 12.278,55

3 -PLTM 1.107.613,00 1.111.700,06

4 -PLTS 25.929,00 25.928,51

5 -PLT Hybrid 893,59 893,59

6 -PLT Biomassa 1.129.076,00 1.129.076,00

7 Pemanfaatan Biogas 11.814,39 11.814,39

8 Pemanfaatan Biodisel 3.830.609,00 5.926.452,47

9 Pembangunan PLTA 325.191,14 325.191,14

10 Tenaga Surya 2.326,00 3.679,57

Sub Total 14.500.464,12 18.274.702,29

MTon CO2 14.50 18,27

II Clean Coal Combution 31,8

11 Penggunaan Clean Coal Technology pada Pembangkit Listrik

1.020.007,31 1.020.007,31

Sub Total 1.020.007,31 1.020.007,31

MTon CO2 1,02 1,02

III Fuel Switching 10,02

12 Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan

204,17 204,17

13 Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 12.428.455,14 6.567.619,50

14 Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa

81.852,18 81.852,18

15 Fuel switching BBM Transportasi (RON 88ke RON 90 dan 92)

53.501,00 54.643,54

Page 123: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 108 -

No AKSI MITIGASI SEKTOR ENERGY DENGAN TARGET NDC

TARGET NDC 2030

TAHUN

KLAIM VERIFIKASI

16 Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energy (LTSHE)

1.047,00 1.047,18

Sub Total 12.565.059,49 6.705.366,56

MTon CO2 12,57 6,71

IV Energy Efficiency 96,38

17 Penerapan mandatori manajemen energi untuk penggunaan padat energi

4.478.605,14 4.478.605,14

Peningkatan efisiensi peralatan rumah tangga

18 Compact Flourensent Lamp (CFL) 5.332.207,41 2.629.606,44

19 Piranti pengkonidsi udara (Air Conditioning) 2.615.617,42 1.855.125,52

Penerapan Inpres No.13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air

20 Retrofitting Lampu LED 7.662,47 11.393,62

21 Penggunaan Cogeneration pada Pembangkit Listrik 2.022.800,39 2.022.800,39

Sub Total 14.456.892,83 10.997.531,11

MTon CO2 14,46 11,00

V Post Mining Reclamation 5,46

22 Reklamasi lahan pasca tambang 2.217.129,42 2.217.129,42

Sub Total 2.217.129,42 2.217.129,42

MTon CO2 2,22 2,22

TOTAL I – V 44.759.553,17 39.214.736,69

MTon CO2 44,76 39,21

Terdapat perbedaan nilai pada pernyataan capaian reduksi emisi dengan hasil verifikasi capaian reduksi emisi. Hal ini disebabkan karena:

1) Pada beberapa aksi mitigasi setelah dilakukan penghitungan kembali dengan memperhatikan metodologi penghitungannya oleh Tenaga Ahli, nilai yang diklaim oleh KESDM mengalami perubahan hasilnya.

2) Pada aksi mitigasi Reklamasi Lahan Pasca Tambang, tidak dihitung pada sektor energi, aksi mitigasi ini merupakan kegiatan rehabilitasi tanaman sehingga akan menjadi penghitungan pada aksi mitigasi untuk sektor lahan.

Dari hasil verifikasi terhadap capaian reduksi emisi GRK tahun 2017 di sub sektor energi di industri untuk aksi mitigasi pemanfaatan bahan bakar alternatif dan efisiensi energi di Industri Semen menunjukkan jumlah yang sama. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode perhitungan sudah menggunakan data baseline per aksi dengan tahun dasar 2010.

Page 124: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 109 -

Hasil pencermatan terhadap pernyataan (klaim) capaian reduksi emisi GRK sub sektor energi di industri untuk tahun 2017 yang disampaikan oleh Kementerian Perindustrian setelah melalui proses verifikasi dapat dilihat pada Tabel 5-2.

Tabel 5-2. Hasil Verifikasi Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor Berbasis Industri

Tahun 2017

No. Aksi Mitigasi Capaian Reduksi Emisi GRK (ton CO2e)

Klaim Verifikasi

1. Pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif dan Efisiensi Energi

1.446.876,19 1.446.876,19

Jumlah 1.446.876,19 1.446.876,19

Dari hasil verifikasi terhadap capaian reduksi emisi GRK di sub sektor transportasi untuk tahun 2017 menunjukkan jumlah yang lebih besar dari klaim.

Dari pernyataan (klaim) capaian reduksi emisi GRK yang disampaikan oleh Kementerian Perhubungan sebesar 3.545.210 Ton CO2e, hasil verifikasi menunjukkan nilai yang lebih besar yaitu 2.222.823,18 Ton CO2e. Hal ini disebabkan karena adanya penghitungan kembali capaian reduksi emisi GRK.

Pada aksi mitigasi transportasi udara terdapat kegiatan penghijauan lingkungan bandar udara, penghitungan akan dilakukan pada sektor lahan. Hal ini disebabkan kegiatan ini akan meningkatkan serapan GRK bukan mereduksi emisi GRK, sehingga dalam penghitungan capaiannya masuk ke sektor lahan (kehutanan).

Hasil pencermatan terhadap pernyataan (klaim) capaian reduksi emisi GRK sub sektor transportasi untuk tahun 2017 yang disampaikan oleh Kementerian Perhubungan setelah melalui proses verifikasi dapat dilihat pada Tabel 5-3.

Tabel 5-3. Hasil Verifikasi Capaian Reduksi Emisi GRK Sub Sektor Transportasi Tahun 2017

No. Sub Sektor Reduksi Emisi GRK Tahun 2017 Klaim Verifikasi

I. TRANSPORTASI DARAT 1 Mendorong Pembinaan dan Pengembangan Sistem

Transit-Bus Rapid Transit (BRT)/Semi BRT 165.704,00 165.704,00

2 Pemanfaatan Teknologi Lalu Lintas untuk Kelancaran Lalu Lintas di Jalan Nasional / (Area Traffic Control System / (ATCS)

203.116,00 203.116,00

3 Penggunaan Solar Cell pada PJU 615,00 615,00 Sub Total 369.435,00 369.435,00 MTon CO2 369,44 369,44 II. TRANSPORTASI UDARA

1 Peremajaan Armada Angkutan Udara 429.836,00

Page 125: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 110 -

No. Sub Sektor Reduksi Emisi GRK Tahun 2017

Klaim Verifikasi

2 Penyempurnaan system & prosedur pengoprasian

serta perawatan pesawat udara (Efisiensi Operasional Penerbangan)

519.476,00

3 Performance Base Navigation (PBN) 362.317,00

4 Penghijauaan Lingkungan Bandar Udara 10.147,00

5 Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 331,00

Sub Total 1.322.107,00 -

MTon CO2 1.322,11 -

III. TRANSPORTASI LAUT

1 Efisiensi Manajemen Operasional Pelabuhan (Pembangunan Teknologi Solar Cell Pada Sarana

Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

141.800,00 141.800,00

2 Modernisasi Kapal (Peremajaan Kapal & Teknologi Kapal) (Kapal Perintis)

5.868,00 5.868,00

Sub Total 147.668,00 147.668,00

MTon CO2 147,67 147,67

IV. TRANSPORTASI KERETA API

1 Pembangunan Jalur Ganda Lintas Utara Jawa 613.000,00 613.434,00

2 Pembangunan KA Perkotaan jabodetabek 857.000,00 856.828,00

3 Terbangunnya Jalur KA Trans Sumatera 236.000,00 235.458,00

Sub Total 1.706.000,00 1.705.720,00

MTon CO2 1.706,00 1.705,72

TOTAL I-IV 3.545.210,00 2.222.823,18

MTon CO2 3.545,21 2.222,82

5.1.2. Sektor IPPU

Untuk kegiatan penurunan emisi GRK tahun 2017, Kementerian Perindustrian baru

menyampaikan 1 (satu) aksi mitigasi yaitu penurunan clinker ratio di 13 (tiga belas) industri

semen. Pernyataan (klaim) reduksi emisi GRK tersebut selanjutnya dilakukan verifikasi oleh

Tim MRV KLHK.

Dengan memperhatikan metodologi yang digunakan dalam penghitungan reduksi emisi GRK

di sektor IPPU, maka terdapat persamaan jumlah antara klaim reduksi emisi GRK yang

disampaikan oleh Kementerian Perindustrian dengan hasil verifikasi yang dilakukan oleh Tim

MRV KLHK yaitu sebesar 786.280,23 Ton CO2.

Pernyataan (klaim) reduksi Emisi GRK dari Kementerian Perindustrian tahun 2017 dan Hasil

Verifikasi sebagaimana tertuang pada Tabel 5-4

Tabel 5-4 Hasil Verifikasi Capaian Reduksi Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2017

No Aksi Mitigasi Reduksi Emisi GRK Tahun 2017

Klaim Reduksi

1 Penurunan Ratio Clinker di Industri Semen 786.280,23 786.280,23

Total 786.280,23 786.280,23

Page 126: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 111 -

5.1.3. Sektor Pertanian

Hasil verifikasi capaian penurunan emisi GRK untuk sektor pertanian diuraikan pada paragraph berikut.

Tabel 5-5. Hasil Verifikasi terhadap Klaim Aksi Mitigasi Sektor Pertanian Tahun 2017.

No

Kegiatan Penurunan Emisi (Juta ton CO2e)

Klaim Verifikasi

1 Penerapan teknologi budidaya tanaman (SLPTT, STI, Varietas Rendah Emisi)

- 10,72

2 UPPO+ Subsidi Pupuk Organik 0,24 0,40

3 Batamas 0,27 0,02

Penurunan Emisi 0,51 11,14 Sumber: Laporan Verifikasi Sektor Pertanian Tahun 2017

Tabel 5-5. memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan antara klaim dan verifikasi yang signifikan. Hal ini disebabkan dalam penghitungan klaim dari Kementerian Pertanian data aksi mitigasi Penerapan Teknologi Budidaya Tanaman tidak dihitung melainkan hanya dari SLPTT dan SRI saja yang mana pada tahun 2017 tidak terdapat aksi sehingga memberikan angka capaian sebesar 0. Namun dalam hitung ulang yang dilakukan oleh KLHK penurunan emisi dari aksi Penerapan Teknologi Budidaya Tanaman tahun 2017 dicapai dari aksi Varietas Rendah Emisi seluas 5.874.524 hektar yang menurunkan emisi sebesar 10,72 juta ton CO2e. Penurunan emisi terverifikasi dari 3 aksi mitigasi sektor pertanian tahun 2017 sebesar 11,14 juta ton CO2e.

5.1.4. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Berdasarkan hasil verifikasi terhadap Laporan Capaian Penurunan Emisi GRK Tahun 2017 Sektor Kehutanan diketahui bahwa capaian reduksi emisi dan/atau serapan GRK sektor kehutanan dari 5 aksi mitigasi utama yang dilakukan oleh penanggung jawab aksi/kegiatan mitigasi sektor kehutanan (Tabel 5-6) yang dilaporkan adalah sebesar 309.406.137 ton CO2e, sedangkan berdasarkan hasil verifikasi terhadap capaian tersebut adalah sebesar 295.582.790 ton CO2e (nilai capaian dalam laporan lebih tinggi apabila dibandingkan nilai hasil verifikasi). Sehingga perbedaan antara nilai capaian dalam laporan dengan nilai hasil verifikasi terhadap capaian dalam laporan adalah sebesar 13.823.347 ton CO2e (nilai capaian dalam laporan lebih tinggi apabila dibandingkan nilai hasil verifikasi terhadap capaian).

Untuk 2 aksi mitigasi utama memiliki nilai yang sama antara nilai capaian dalam laporan yang disampaikan dengan nilai hasil verifikasi. Kedua aksi mitigasi utama tersebut adalah: (1) restorasi gambut meningkatkan emisi GRK sebesar 22.681.701 ton CO2e dan (2) pengendalian peatfire (kebakaran gambut) berkontribusi dalam menurunkan emisi GRK sebesar 238.854.036 ton CO2e.

Page 127: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 112 -

Sedangkan untuk tiga aksi mitigasi utama lainnya memiliki nilai yang berbeda antara nilai capaian dalam laporan yang disampaikan dengan nilai hasil verifikasi. Ketiga aksi mitigasi utama tersebut adalah: (1) penurunan deforestasi memiliki nilai capaian pada laporan berkontribusi dalam menurunkan emisi GRK sebesar 77.138.430 ton CO2e, sedangkan hasil verifikasi terhadap capaian dari penurunan deforestasi menurunkan emisi GRK sebesar 64.859.080 ton CO2e; (2) peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam (penurunan degradasi) maupun di hutan tanaman memiliki nilai capaian pada laporan berkontribusi dalam menurunkan emisi GRK sebesar 15.387.026 ton CO2e, sedangkan hasil verifikasi terhadap capaian dari peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam (penurunan degradasi) maupun di hutan tanaman menurunkan emisi GRK sebesar 15.259.721 ton CO2e; dan (3) rehabilitasi lahan terdegradasi memiliki nilai capaian pada laporan berkontribusi dalam menurunkan emisi GRK sebesar 708.346 ton CO2e, sedangkan hasil verifikasi terhadap capaian dari rehabilitasi lahan terdegradasi meningkatkan emisi GRK sebesar 708.346 ton CO2e.

Tabel 5-6. Hasil Verifikasi Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan Tahun

2017 No. Kelompok Aksi Mitigasi Sektor

Kehutanan Klaim (ton CO2e) Verifikasi (ton CO2e)

1 Penurunan Deforestasi 77.138.430 64.859.080

2 Peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan, baik di hutan alam (penurunan degradasi) maupun di hutan tanaman

15.387.026 15.259.721

3 Rehabilitasi lahan terdegradasi 708.346 -708.346

4 Restorasi Gambut -22.681.701 -22.681.701

5 Pengendalian Peat Fire (Kebakaran Gambut)

238.854.036 238.854.036

Total 309.406.137 295.582.790

5.1.5. Sektor Limbah

Hasil verifikasi terhadap capaian penurunan emisi dari sektor limbah pada tahun 2017 adalah sebesar 354.440 Ton CO2e. Hasil ini telah berkontribusi sebesar 0,36% dari total BAU yang telah ditetapkan dalam NDC sebesar 0,12%. Detail tercantum pada Tabel 5-7. Tabel 5-7. Kesesuaian antara Klaim dengan Verifikasi Capaian Penurunan Emisi

GRK Sektor Limbah Tahun 2017

Tahun Klaim penurunan emisi (Ton CO2e) Klaim Emisi Verifikasi Emisi

2017 354.440 354.440

Page 128: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 113 -

5.2. KONTRIBUSI PENURUNAN EMISI GRK TERHADAP TARGET NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTION (NDC)

5.2.1 Kontribusi Penurunan Emisi GRK Sektoral

Dokumen NDC Indonesia telah menetapkan target unconditional sebesar 29% dan target conditional sampai dengan 41% dibandingkan skenario business as usual (BaU) di tahun 2030. Untuk pencapaian target unconditional sendiri telah diuraikan proporsi kontribusi lima sektor dalam upaya penurunan emisi GRK, yang terdiri dari sektor kehutanan sebesar 17,2%, sektor energi sebesar 11%, sektor pertanian sebesar 0,32%, sektor Industrial Process and Product Use (IPPU) sebesar 0,10%, dan sektor limbah sebesar 0,38%, sebagaimana tertuang pada Tabel 5-8 berikut: Tabel 5-8. Target Nationally Determined Contribution (NDC) Tahun 2030

5.2.1.1 Sektor Energi

Sektor energi mempunyai target penurunan emisi GRK sebesar 314 MTon CO2e atau setara 11% dengan kondisi skenario tanpa persyaratan mitigasi-unconditional (Counter Measure/CM1). Target penurunan emisi GRK tersebut akan dicapai melalui aksi mitigasi yang berbasis sektor energi yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat (KESDM, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perhubungan) yang disebut sebagai kontribusi RAN GRK, berbagai program dan kebijakan pemerintah daerah terkait pengadaan dan penggunaan energi, peran aktif pihak swasta dan masyarakat yang telah melakukan berbagai tindakan yang bersifat mitigasi sektor energi. Untuk kontribusi penurunan selain RAN GRK belum teridentifikasi secara menyeluruh. Pencapaian penurunan emisi yang diperoleh dari aksi mitigasi yang tercatat dan terverifikasi telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Oleh karena itu, berikut ini diuraikan kontribusi penurunan emisi sektor energi pada tahun 2017 terhadap target NDC tahun 2030 sebesar 11% dengan menggunakan pendekatan perhitungan berdasarkan perbandingan antara BAU dan Inventory, sebagaimana Tabel 5-9 dan Gambar 5-1.

Pada tahun 2017, tingkat emisi aktual berada pada level 208 MTon CO2e dibawah tingkat emisi BaU pada tahun tersebut, sehingga terdapat penurunan emisi GRK sebesar 7,3% dari

Page 129: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 114 -

11% target kontribusi yang ditetapkan untuk sektor energi pada tahun 2030. Dari 208 MTon CO2e tersebut, 49,75 MTon CO2e berasal dari aksi mitigasi yang tertuang dalam RAN GRK dan diklaim oleh sektor terkait. Dengan demikian, terdapat kurang lebih 158 MTon CO2e penurunan emisi GRK yang merupakan dampak dari aksi lainnya yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun pihak selain pemerintah, maupun dampak kebijakan tertentu yang belum dapat diungkapkan/tercatat dengan baik, antara lain : 1) jumlah pembangkit yang belum semua terlaporkan sebagai klaim reduksi emisi GRK; 2) aksi mitigasi di sub sektor transportasi terutama transportasi laut dan udara; 3) penggunaan energi di industri yang dilaporkan melalui klaim baru mencakup efisiensi energi pada industri semen; 4) energi di bangunan (gedung dan rumah tinggal) yang belum terlaporkan.

Tabel 5-9. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Energi tahun 2010 – 2017 dengan Target NDC tahun 2030

Penurunan Emisi Target 2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penurunan Emisi

Berdasarkan BAU

Inventory (Mton CO2e)

453,24

507,36

540,42

496,03

531,14

536,31

538,03

558,89

BAU (Mton CO2e) 453,00 511,00 550.00 590.00 639,00 664,00 723,00 767,36

Penurunan dari BAU

(Mton CO2e) 314 0 3,64 9,58 93,97 107,86 127,69 184,97 208,47

Progres Capaian terhadap 2030 (%)

11 0 0,13 0,34 3,29 3,78 4,47 6,48 7,30

Kontribusi RAN

Klaim Penurunan RAN oleh

Sektor (Mton CO2e)

34,04 39,81 49,75

Terverifikasi (Mton CO2e) 31,62 36,70 42,88

Belum Terverifikasi 2,42 3,11 6,87

Gambar 5-1. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Energi

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017Inventory Energy 453.24 507.36 540.42 496.03 531.14 536.31 538.03 558.89 BAU (Mton CO2e) 453.00 511.00 550.00 590.00 639.00 664.00 723.00 767.36Penurunan dari BAU (Mton CO2e) 0 3.64 9.58 93.97 107.86 127.69 184.97 208.47 Progres Capaian terhadap 2030 (%) 0 0.13 0.34 3.29 3.78 4.47 6.48 7.30

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

EMISI (JUTA

TON CO

2E)

7.3 %6.5 %

3.8 %3.3 %

0.3 %0.1 %

0 %

4.5 %

Page 130: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 115 -

5.2.1.2 Sektor IPPU

Sektor IPPU mempunyai target penurunan emisi GRK sebesar 2,75 MTon CO2e atau setara 0,1% dengan kondisi skenario tanpa persyaratan mitigasi-unconditional (Counter Measure/CM1). Target penurunan emisi GRK tersebut akan dicapai melalui aksi mitigasi yang berbasis sektor proses industri dan penggunaan produk yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian Perindustrian) yang disebut sebagai kontribusi RAN GRK, berbagai program dan kebijakan pemerintah daerah terkait proses industri dan penggunaan produk, peran aktif pihak swasta dan masyarakat yang telah melakukan berbagai tindakan yang bersifat mitigasi sektor IPPU. Namun, untuk kontribusi penurunan selain RAN GRK belum teridentifikasi dengan baik dan menyeluruh.

Pencapaian penurunan emisi yang diperoleh dari aksi mitigasi yang tercatat dan terverifikasi telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Oleh karena itu, berikut ini diuraikan kontribusi penurunan emisi sektor IPPU pada tahun 2017 terhadap target NDC tahun 2030 sebesar 0,1% dengan menggunakan pendekatan perhitungan berdasarkan perbandingan antara BAU dan Inventory, sebagaimana Tabel 5-10 dan Gambar 5-2

Pada tahun 2017, tingkat emisi aktual berada pada level 0,64 MTon CO2e dibawah tingkat emisi BaU pada tahun tersebut, sehingga terdapat penurunan emisi GRK sebesar 0,02% dari 0,1% target kontribusi yang ditetapkan untuk sektor IPPU pada tahun 2030. Sebanyak 0,78 MTon CO2e berasal dari aksi mitigasi yang tertuang dalam RAN GRK dan diklaim oleh sektor terkait. Dengan demikian, seluruh penurunan emisi GRK yang terpantau melalui penurunan emisi aktual sebanyak 0,64 MTon CO2e di bawah emisi baseline telah terjelaskan melalui aksi mitigasi yang diklaim oleh sektor, bahkan nilai penurunan emisi berdasarkan aksi mitigasi lebih besar dibandingkan dengan pendekatan selisih baseline dengan inventory. Hal ini disebabkan klaim yang disampaikan dari sektor IPPU memperhitungkan jumlah penurunan emisi dari 14 industri semen (sementara jenis industri yang lain belum diperhitungkan dalam klaim sektor IPPU)

Tabel 5-10. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor IPPU Tahun 2010 –

2017 dengan Target NDC tahun 2030 Penurunan Emisi Target

2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 201

7

Penurunan Emisi

Berdasarkan BAU

Inventory (Mton CO2e)

36 36 40 39 47 49 55 55

BAU (Mton CO2e) 36 37 42 41 50 53 56 56

Penurunan dari BAU

(Mton CO2e) 2,75 0,19 1,16 1,65 1,75 2,30 3,98 0,69 0,64

Progres Capaian

terhadap 2030 (%)

0,1 0,01 0,04 0,06 0,06 0,08 0,14 0,02 0,02

Kontribusi RAN

Klaim Penurunan RAN oleh

Sektor (Mton CO2e)

1,43 0,97 0,78

Terverifikasi (Mton CO2e) 1,43 0,97 0,78

Belum Terverifikasi

- - -

Page 131: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 116 -

Gambar 5-2. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor IPPU

5.2.1.3 Sektor Pertanian

Untuk sektor pertanian, target penurunan emisi GRK dengan kondisi skenario tanpa persyaratan mitigasi-unconditional (Counter Measure/CM1) sebesar 0,32% (setara 9 MTon CO2e). Target penurunan emisi GRK tersebut akan dicapai melalui aksi mitigasi yang berbasis sektor pertanian yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian Pertanian) yang mengidentifikasi kontribusi berdasarkan aksi yang telah dilakukan melalui berbagai program dan kebijakan pemerintah daerah, peran aktif pihak swasta dan masyarakat.

Berdasarkan hasil perhitungan inventarisasi GRK tahun 2017 dapat diketahui bahwa emisi GRK sektor pertanian tahun 2017 adalah sebesar 121,69 MTon CO2e, sedangkan emisi baseline NDC (BAU) sektor kehutanan pada tahun 2016 adalah sebesar 114,6 MTon CO2e. Sehingga emisi aktual hasil inventarisasi GRK sektor pertanian berada 7,05 MTon CO2e di atas emisi baseline NDC (BAU) pada tahun 2017. Dengan kata lain, berdasarkan perbandingan emisi baseline dengan emisi aktual, tidak terdapat penurunan emisi GRK pada sektor pertanian pada tahun 2017. Meskipun upaya aksi mitigasi yang dilakukan Kementerian Pertanian menunjukkan 11,14 MTon CO2e penurunan emisi GRK berhasil dilakukan sektor pertanian, namun aksi tersebut belum cukup untuk membuat emisi aktual berada di bawah emisi baseline, antara lain disebabkan terjadinya perubahan program secara internal dari Kementerian Pertanian dan tidak dilanjutkannya beberapa aksi mitigasi. Diperlukan upaya yang lebih besar untuk menurunkan emisi sektor pertanian, tidak hanya pada kategori kunci (rice cultivation) namun pada semua kategori lainnya.

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017Inventory 36 36 40 39 47 49 55 55BAU 36 37 42 41 50 53 56 56Penurunan dari BAU 0,19 1,16 1,16 1,75 2,3 3,98 0,69 0,64Progres Capaian terhadap 2030 (%) 0,01 0,04 0,06 0,06 0,08 0,14 0,02 0,02

0% 0,04%0,06% 0,06%

0,08%0,14% 0,02% 0,02%

0

20

40

60

80

100

Emis

i (Ju

ta to

n CO

2 eq

)

Page 132: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 117 -

Tabel 5-11. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Pertanian tahun 2010 – 2017 dengan Target NDC tahun 2030

Penurunan Emisi Target

2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penurunan Emisi

Berdasarkan BAU

Inventory (Mton CO2e)

104,50 103,16 106,78 106,81 107,32 111,83 116,69 121,69

BAU (Mton CO2e) 110,51 111,13 111,41 112,08 112,78 113,52 114,28 114,64

Penurunan dari BAU

(Mton CO2e) 9 6,01 7,97 4,63 5,27 5,46 1,69 -2,41 -7,05

Progres Capaian terhadap 2030 (%)

0,32 0,21 0,28 0,16 0,19 0,19 0,06 -0,09 -0,25

Kontribusi RAN

Klaim Penurunan RAN oleh

Sektor (Mton CO2e)

12,08 16,00 14,48 13,64 16,06 1,88 6,95 0,51

Terverifikasi (Mton CO2e) 8,78 9,78 10,04 9,66 9,11 6,93 9,08 11,14

Belum Terverifikasi

Gambar 5-3. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor

Pertanian

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017Inventory 104,5 103,16 106,78 106,81 107,32 111,83 116,69 121,69BAU 110,51 111,13 111,41 112,08 112,78 113,52 114,28 114,64Penurunan dari BAU 6,01 7,97 4,63 5,27 5,46 1,69 -2,41 -7,05Progres Capaian terhadap 2030

(%) 0,21 0,28 0,16 0,19 0,19 0,06 -0,09 -0,25

0,2% 0,3% 0,2% 0,2% 0,2% 0,1% -0,1% -0,3%

0

30

60

90

120

150

Emis

i (Ju

ta to

n CO

2e)

Page 133: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 118 -

5.2.1.4 Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Untuk sektor kehutanan, target penurunan emisi GRK dengan kondisi skenario tanpa persyaratan mitigasi-unconditional (Counter Measure/CM1) sebesar 17,2% (setara 497 MTon CO2e). Target penurunan emisi GRK tersebut akan dicapai melalui aksi mitigasi yang berbasis sektor kehutanan dan gambut yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian LHK) yang mengidentifikasi kontribusi berdasarkan aksi yang telah dilakukan melalui berbagai program dan kebijakan pemerintah daerah, peran aktif pihak swasta dan masyarakat.

Berdasarkan hasil perhitungan inventarisasi GRK tahun 2017 dapat diketahui bahwa emisi GRK sektor kehutanan tahun 2017 adalah sebesar 294,6 MTon CO2e, sedangkan emisi baseline NDC (BAU) sektor kehutanan pada tahun 2017 adalah sebesar 801 MTon CO2e. Sehingga capaian penurunan emisi GRK sektor kehutanan pada tahun 2017 berdasarkan perbandingan antara emisi aktual hasil inventarisasi GRK sektor kehutanan dengan emisi baseline NDC (BAU) sektor kehutanan adalah sebesar 506,7 MTon CO2e. Nilai ini setara dengan 17,54% dari 497 MTon CO2e atau 17% target penurunan pada tahun 2030. Dengan sangat signifikannya penurunan emisi pada kebakaran gambut dan perubahan penutupan lahan, maka penurunan emisi yang signifikan pun terjadi pada tahun 2017. Hal ini diuraikan pada Tabel 5-12 dan Gambar 5-4. Keberhasilan penurunan emisi GRK sektor kehutanan tersebut perlu terus dipertahankan mengingat pada tahun-tahun mendatang masih terdapat tantangan alam terutama berupa terjadinya kebakaran hutan dan lahan akibat El-Nino yang diprediksi akan melanda wilayah Indonesia yang dapat mengakibatkan turunnya capaian penurunan emisi GRK sektor kehutanan tersebut.

Dari penurunan emisi sektor kehutanan sebesar 506,7 MTon CO2e yang terpantau melalui pendekatan penurunan tingkat emisi aktual dibandingkan tingkat emisi baseline, sebanyak 295.6 MTon CO2e teridentifikasi akibat adanya sejumlah aksi/program/kegiatan yang berdampak penurunan emisi. Dengan demikian, terdapat kurang lebih 211,1 MTon CO2e penurunan emisi GRK yang merupakan dampak dari aksi/program/kegiatan lainnya yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun pihak selain pemerintah, maupun dampak kebijakan tertentu yang belum dapat diungkapkan/tercatat dengan baik. Aksi/program/kegiatan lainnya tersebut, diantaranya adalah 1) penurunan emisi dari perennial crops; 2) penurunan emisi dari timber plantation; 3) penurunan emisi dari sebagian peat fire. Selain itu, ada potensi penurunan emisi yang belum terukur dalam laporan yang disampaikan, yaitu dari aktivitas/kegiatan penanaman/rehabilitasi dengan umur tanaman kurang dari 5 tahun.

Page 134: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 119 -

Tabel 5-12. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Kehutanan tahun 2010 – 2017 dengan Target NDC tahun 2030

Penurunan Emisi Target 2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penurunan Emisi

Berdasarkan BAU

Inventory FOLU (Mton CO2e)

383,40 427,31 487,93 402,25 480,03 766,19 545,18 282,10

Inventory Peat Fire (Mton CO2e)

51,38 189,03 207,05 205,08 499,39 802,87 90,27 12,51

Inventory Total (Mton CO2e)

434,79 616,34 694,98 607,33 979,42 1569,06 635,45 294,61

BAU (Mton CO2e) 647 769 771 768 766 765 764 801

Penurunan dari BAU

(Mton CO2e) 497 212,21 152,66 76,02 160,67 -213,42 -804,06 128,55 506,72

Progres Capaian terhadap 2030

(%) 17,2 7,34 5,28 2,63 5,56 -7,39 -27,83 4,45 17,54

Kontribusi Aksi

Mitigasi

Klaim Penurunan RAN

oleh Sektor (Mton CO2e)

-538,41 132,72 309,41

Terverifikasi (Mton CO2e) -538,41 132,72 295,58

Belum Terverifikasi

- - -      

Gambar 5-4. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Kehutanan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017Inventory 434,79 616,34 694,98 607,33 979,42 1569,06 635,45 294,61BAU 647 769 771 768 766 765 764 801Penurunan dari BAU 212,21 152,66 76,02 160,67 -213,42 -804,06 128,5 506,72Progres Capaian terhadap 2030 (%) 0,01 0,04 0,06 0,06 506,72 0,14 0,02 0,02

7,3%

5,3% 2,6% 5,6%

-7,4%

-27,8%

4,5% 17,5%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Emis

i (Ju

ta to

n CO

2eq

)

Page 135: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 120 -

5.2.1.5. Sektor Limbah

Sektor limbah mempunyai target penurunan emisi GRK sebesar 11 MTon CO2e atau setara 0,38% dengan kondisi skenario tanpa persyaratan mitigasi-unconditional (Counter Measure/CM1). Target penurunan emisi GRK tersebut akan dicapai melalui aksi mitigasi yang berbasis sektor limbah yang dikategorikan ke dalam 4 subsektor limbah padat domestik, limbah padat industri, limbah cair domestik dan limbah cair industri). Sejauh ini pengukuran reduksi emisi sektor limbah sudah berbasis angka nasional, namun belum menyeluruh.

Berdasarkan hasil perhitungan inventarisasi GRK tahun 2017 dapat diketahui bahwa emisi aktual sektor limbah tahun 2017 adalah sebesar 120,19 MTon CO2e, sedangkan emisi baseline pada tahun tersebut sebesar 121 MTon CO2e. Sehingga berdasarkan perbandingan antara emisi aktual hasil inventarisasi GRK sektor limbah dengan emisi baseline, terjadi penurunan emisi sebesar 0,81 MTon CO2e atau 0,034% dari 0,38% target penurunan pada tahun 2030. Hal ini diuraikan pada Tabel 5-13 dan Gambar 5-5.

Dari 0,81 MTon CO2e emisi yang terpantau turun dibandingkan emisi baseline, 0,35 MTon CO2e diantaranya berasal dari aksi mitigasi yang telah diidentifikasi oleh Kementerian LHK. Dengan demikian, terdapat 0,46 MTon CO2e penurunan emisi GRK yang merupakan dampak dari aksi lainnya yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah daerah, swasta, maupun masyarakat. Selain itu, selisih atau gap yang dihasilkan antara klaim capaian ini juga dapat terjadi karena belum terpetakannya seluruh data aktifitas aksi mitigasu baik di tingkat lokal maupun nasional. Dampak kebijakan tertentu juga dapat memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan aksi mitigasi di lapangan, salah satu contohnya adalah pelaksanaan aksi pembangkit tenaga listrik dari sampah (PLTSa) yang belum berjalan optimal karena belum adanya kejelasan regulasi yang mengaturnya. Tabel 5-13. Progres Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah tahun 2010 –

2017 dengan Target NDC tahun 2030

Penurunan Emisi Target 2030

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penurunan Emisi

Berdasarkan BAU

Inventory (Mton CO2e)

88 91,85 95,53 100,51 102,83 106,06 112,35 120,19

BAU (Mton CO2e) 88 92,00 96,00 101,00 103,00 106,00 113,00 121,00

Penurunan dari BAU

(Mton CO2e) 11 0 0,15 0,47 0,49 0,17 0,40 0,65 0,81

Progres Capaian terhadap 2030 (%)

0,38 0 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,02 0,03

Kontribusi RAN

Klaim Penurunan RAN oleh

Sektor (Mton CO2e)

0,05 10,52 11,58 0,35

Terverifikasi (Mton CO2e) 0,05 10,52 11,58 0,35

Belum Terverifikasi

- - - -

Page 136: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 121 -

Gambar 5-5. Perbandingan Hasil Inventarisasi GRK terhadap BAU Sektor Limbah

5.2.2 Kontribusi Penurunan Emisi GRK Nasional

Berdasarkan uraian pada sub bab 5.2, kontribusi penurunan emisi secara nasional pada tahun 2017 terhadap target yang ditetapkan dalam NDC tahun 2030 adalah sebesar 24,7% dari target penurunan emisi sebesar 834 Juta Ton CO2e atau 29% dari BAU. Terdapat rekalkulasi pada perhitungan tingkat emisi aktual hingga tahun 2017, sehingga menyebabkan nilai penurunan emisi mengalami perubahan dari laporan IGRK dan MPV tahun 2017. Laporan ini merupakan revisi atas perhitungan kontribusi pencapaian target NDC atas laporan sebelumnya. Hal ini disajikan pada Tabel 5-14 dan Gambar 5-6.

Tabel 5-14. Kontribusi Pencapaian Target NDC (2010-2017)

Target 2030 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tingkat Emisi Aktual (Mton CO2e) - 1116 1354 1478 1349 1767 2372 1457 1151 BAU NDC (Mton CO2e) 2869 1334 1521 1570 1610 1670 1703 1768 1860 Penurunan Emisi (Mton CO2e) 834 218 167 92 261 -97 -669 311 709 Kontribusi Pencapaian Target NDC (%) 29 7.6 5.8 3.2 9.1 -3.4 -23.3 10.8 24.7

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017Inventory 88 91,85 95,53 100,51 102,83 106,06 112,35 120,19BAU 88 92 96 101 103 106 113 121Penurunan dari BAU 0 0,15 0,47 0,49 0,17 0,4 0,65 0,81Progres Capaian terhadap 2030 (%) 0 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,02 0,03

0% 0,01% 0,02%0,02% 0,01% 0,01%

0,02%0,03%

0

30

60

90

120

150

Emis

i (Ju

ta to

n CO

2e)

Page 137: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 122 -

Gambar 5-6. Kontribusi Penurunan Emisi Nasional (2010-2017) Terhadap Target

NDC Tahun 2030 Berdasarkan Tabel 5-14 dan Gambar 5-6 dapat dilihat bahwa emisi aktual Indonesia berada pada level 709 MTon CO2e dibawah tingkat emisi baseline pada tahun 2017, atau setara dengan 24,7% terhadap target 29% pada tahun 2030.

Sedangkan apabila dibandingkan dengan target menurut skenario CM1 dan CM2 diilustrasikan pada Gambar 5-7.

Gambar 5-7. Kontribusi Penurunan Emisi Nasional (2010-2017) Terhadap BAU,

CM1, dan CM2 Berdasarkan Gambar 5-7 bahwa kontribusi penurunan emisi pada tahun 2017 sebesar 24,7% apabila dibandingkan dengan skenario CM1 dan CM2 maka masih diperlukan usaha lebih besar dari seluruh sektor untuk memenuhi target yang telah ditetapkan dalam NDC.

0

500

1000

1500

2000

2500

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Emis

i (Ju

ta to

n CO

2 e)

Tahun

Tingkat Emisi Aktual

BAU NDC

7,6 5,8 3,2 9,1

-3,4

-23,3

10,8 24,7

Page 138: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU
Page 139: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 123 -

BAB VI RENCANA PERBAIKAN

(PLAN OF IMPROVEMENT)

Penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca, monitoring, pelaporan dan verifikasi perlu bersifat adaptif terhadap perkembangan pengetahuan dan pengalaman pendugaan emisi dan serapan GRK, serta ketersediaan data-data terkini dan terbarukan. Untuk itu beberapa alternatif upaya pengembangan yang perlu dilakukan antara lain: 1. Peningkatan dokumentasi dan pencatatan data melalui mekanisme pengumpulan data

yang lebih terstruktur dari setiap kategori dan sub kategori emisi GRK; 2. Penerapan sistem penjaminan dan pengendalian mutu (QA/QC) di semua level baik level

sub sektor, sektor dan nasional sesuai dengan pedoman QA/QC yang telah ditetapkan melalui Peraturan Dirjen PPI Nomor 10 Tahun 2018;

3. Pengembangan sistem penyimpan data dan informasi inventarisasi GRK. Pengarsipan data perlu dilakukan untuk semua kategori sebagai bagian penting dalam mendukung pelaksanaan verifikasi, menjamin transparansi, serta penjaminan dan pengendalian mutu (QA/QC);

4. Peningkatan kualitas data aktivitas maupun faktor emisi dari data terkecil, utamanya pada sektor yang mempunyai key category dan uncertainty tinggi. Upaya perbaikan difokuskan pada sumber/rosot yang sudah diidentifikasi sebagai kategori kunci serta untuk meningkatkan kualitas inventarisasi GRK ke Tier yang lebih tinggi;

5. Perlunya penggunaan faktor emisi yang bersifat country/site specific/lokal, sehingga perhitungan Inventarisasi GRK dapat menghasilkan data dengan kualitas yang lebih baik, melalui proses pembahasan dan penilaian oleh Tim Panel Methodology;

6. Penyesuaian jenis aksi mitigasi sesuai dengan Peraturan Dirjen PPI Nomor 10 Tahun 2018 tentang Penyusunan Metodologi Perhitungan Penurunan Emisi GRK;

7. Pengembangan rencana aksi mitigasi yang sejalan dengan kegiatan Inventarisasi GRK.

6.1. Sektor Energi

Rencana perbaikan di sektor energi melalu pengembangan factor emisi lokal dan perbaikan pencatatan dan kualitas data, antara lain meliputi:

1. Data fuel combustion yang digunakan mengacu pada HEESI 2016 and 2018, dimana HEESI 2016 merupakan revisi dari data 2000-2006, sementara itu HEESI 2018 merupakan revisi dari data 2007-2016.

2. Emisi IGRK yang dihasilkan dari fuels combustion dalam industri manufaktur didisagregasikan ke dalam 1.A.2.a Iron and steel, 1.A.2.c Chemicals (ammonium fertilizer, EDC/VCM, carbide, Ethylene oxide, and others), 1.A.2.d Pulp, Paper, and Print, 1.A.2.e Food Processing, Beverages, and Tobacco, 1.A.2.f Non-metallic minerals (cement, ceramic and glass), and 1.A.2.m Non-specified industry. Data yang dipergunakan pada industri tersebut didapat langsung dari level pabrik melalui Kementerian Perindustrian.

Page 140: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 124 -

3. Pada sub-sektor transport inventarisasi emisi GRK diagregasi ke dalam 1.A.3.a Civil Aviation, Land transportation (1.A.3.b Road Transportation and 1.A.3.c Railway), dan 1.A.3.d Water Borne Navigation. Dalam sub-sektor transport ini data fuel combustion untuk transport darat belum dapat dilakukan disagregasi ke dalam transport jalan dan kereta api.

4. Dalam kategori other/non-specified yang mencakup sub-sektor yang tidak termasuk dalam kategori utama seperti pertanian, konstruksi dan pertambangan (ACM), emisi dari kategori ini masih menggunakan agregasi karena keterbatasan data terkait dengan penggunaan bahan bakar. Dalam penghitungan emisi sub-sektor ACM yang kontribusi emisi GRK termasuk rendah misalnya guna melakukan perhitungannya memerlukan survei yang lebih matang yang membutuhkan waktu dan biaya yang cukup tinggi.

5. Dalam penentuan faktor emisi masih mempergunakan default EF dalam IPCC Guideline 2016. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh LEMIGAS yang telah mengembangkan faktor emisi lokal untuk beberapa jenis bahan bakar cair pada tiga tahun terakhir. Hal yang sama dilakukan oleh TEKMIRA yang melakukan studi untuk mengembangkan faktor emisi lokal yang dihasilkan dari batu bara. TEKMIRA merencanakan studi lebih lanjut untuk mengembangkan faktor emisi lokal untuk beberapa jenis gas dan kategori sub-sektor. Diperlukan pengembangan Faktor Emisi lokal melalui pembahasan di Tim Panel Methodology.

6. Penggunaan Tier - 2 untuk pembangkit yang telah disesuaikan antara sektor dan sub sektornya sesuai ketentuan IPCC 2006;

7. Perbaikan pendataan penggunaan energi di sektor transportasi khususnya untuk transportasi darat, laut dan udara.

6.2. Sektor IPPU

Rencana perbaikan di sektor IPPU perbaikan pencatatan dan kualitas, antara lain meliputi: 1. Pendekatan Tier 2 diterapkan dalam industri semen, ammonia, nitric acid dan aluminium

karena keterlibatan industri tersebut dalam proyek CDM, untuk dapat dilakukan di industri lainnya;

2. Penguatan pendataan dari sistem yang ada yaitu SIINAS untuk memperoleh data langsung dari industri melalui sistem aplikasi di Kementerian Perindustrian, untuk memperoleh datan terbaik berbasis Industri. Hal ini telah diterapkan untuk industri semen, industri ammonia dan pupuk urea, industri besi dan baja, serta industri kimia. Diharapkan bahwa untuk selanjutnya hal yang sama akan diterapkan untuk jenis industri yang lain guna meminimalisasi penggunaan asumsi yang selama ini digunakan untuk mengukur emisi;

3. perbaikan pendataan untuk pelaporan inventarisasi F gases di industri aluminium dan juga di refrigerator dan penggunaan AC;

4. Perbaikan pendataan aksi mitigasi dari industri pulp and paper, industri amonia dan industri lainnya.

Page 141: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 125 -

6.3. Sektor Pertanian Rencana perbaikan di sektor pertanian antara lain:

1. Perlunya penggunaan faktor emisi lokal pada kategori-kategori kunci. Sebagian besar perhitungan inventarisasi GRK sektor pertanian masih menggunakan faktor emisi default dari IPCC (Tier 1), kecuali pada pada perhitungan emisi CH4 dari budidaya padi sawah;

2. Perbaikan kualitas data pada perhitungan emisi GRK yang menggunakan metode penilaian pakar (expert judgement), misalnya pada faktor pembakaran pada kategori pembakaran biomassa dan manure management system (MMS) pada kategori peternakan;

3. Untuk sub-sektor peternakan perhitungan emisi CH4 akan diteliti berdasarkan jenis pakan (hijauan ternak/pakan fermentasi/pakan kering), perhitungan N2O akan diteliti berdasarkan musim (karena adanya perbedaan jumlah kotoran maupun urine ternak antara musim kemarau dan musim hujan), serta perhitungan emisi dengan menggunakan komposisi umur pertahun (karena adanya perbedaan komposisi umur setiap tahun);

4. Perlunya perbaikan data untuk aktivitas pemupukan. Data penggunaan pupuk yang tersedia baik di Kementerian Pertanian maupun Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia hanya meliputi pupuk subsidi, tidak tersedia data penggunaan pupuk non-subsidi di perkebunan;

5. Perbaikan data untuk aktifitas penggunaan kapur pertanian. Data penggunaan kapur pertanian didapat dari asumsi luasan perkebunan dan dosis penggunan per tahun. Perlu dilakukan sebuah survei ke perusahaan atau mekanisme yang dapat membuat perusahaan memberikan informasi mengenai jumlah pupuk/kapur pertanian yang digunakan;

6. Perbaikan pendataan aksi mitigasi untuk aksi mitigasi penggunaan pupuk organik di pertanian dan perkebunan;

7. Perbaikan pendataan untuk pemanfaatan manure untuk biogas.

6.4. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Rencana perbaikan di sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, antara lain :

1. Penggunaan faktor emisi untuk kebakaran gambut perlu ditinjau ulang, mengingat pemakaian faktor emisi 923,1 Ton CO2e/ha dianggap over-estimate, maka diperlukan pembahasan berbagai hasil penelitian dan untuk disepakati di Panel Methodology;

2. Peningkatan ketersediaan data (khususnya analisis perubahan tutupan lahan), dari penggunaan data 2 tahun sebelum pelaporan (T-2) menjadi 1 tahun sebelum pelaporan (T -1);

3. Pada perhitungan dekomposisi gambut, penentuan stok karbon yang digunakan perlu diselaraskan dengan FREL;

4. Perlunya dilakukan rekalkulasi untuk luas kebakaran gambut tahun 2000 – 2014, dengan menggunakan metode yang sama ketika menghitung luas kebakaran pada tahun 2015 – saat ini (metode visual);

5. Perbaikan pencatatan dan kualitas data aksi mitigasi di kategori perennial crop (karet, kopi dan palm oil) dan aksi mitigasi dari peat fire;

6. Penggunaan faktor emisi lokal untuk timber plantation.

Page 142: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 126 -

7. Perbaikan pendataan untuk aksi mitigasi berupa penanaman yang berumur dibawah 5 tahun. Perbaikan pendataan tersebut dilakukan melalui overlay data koordinat penanaman dengan perubahan tutupan lahan dari grassland ke secondary forest yang pada tahun 2017 mengalami peningkatan yang signifikan;

8. Perbaikan pendataan untuk peat decomposition melalui kombinasi antara tutupan lahan dengan hasil pemantauan water level gambut;

9. Perbaikan pendataan untuk kebakaran hutan dan lahan dengan memisahkan penyebab kebakaran (natural disturbances atau anthropogenic);

10. Penghitungan inventarisasi untuk karbon tanah dibawah tegakan mangrove; 11. Perbaikan pendataan untuk aksi mitigasi penurunan kerusakan mangrove dan

penghitungan emisi dari AGB, litter, kayu mati, dan karbon tanah mangrove. 6.5. Sektor Limbah

Rencana perbaikan di sektor limbah antara lain:

1. Memasukkan lebih banyak data komposisi sampah di TPA dengan mencakup jumlah TPA yang lebih banyak;

2. Mengoptimalkan pengumpulan hasil-hasil penelitian dari Pusat Penelitian Pengembangan Pemukiman dan institusi lainnya terkait data karakteristik sampah (Dry matter content dan DOC), data karakteristik BOD limbah cair domestik dan tipe pengolahan limbah (WWTP);

3. Memasukkan lebih banyak lagi data emisi GRK dari landfill limbah padat industri atau pengolahan lumpur WWTP dari industry selain pulp dan kertas;

4. Perlu adanya penambahan data biodigester dari kegiatan yang realisasinya lebih besar daripada yg telah dihimpun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, seperti yang dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan lainnya.

5. Perbaikan data sludge recovery waste water treatment plant limbah cair industri yang telah dikumpulkan Direktorat PSLB3 KLHK (data 2015-2017), dengan melengkapi data produksi pabrik (kapasitas produksi riil/ bukan terpasang dan jenis produknya) di masing-masing tahun;

6. Penambahan data biodigester baik dari operasionalisasi IPAL Komunal maupun pemanfaatan gas metan.

Page 143: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 127 -

BAB VII PENUTUP

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca, Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi ini memuat profil emisi, hasil inventarisasi, capaian penurunan emisi, capaian komitmen target NDC Indonesia, serta rencana perbaikan dan pengembangan inventarisasi GRK dan MRV, yang disusun bersama dengan Kementerian/Lembaga terkait selaku penanggung jawab sektor, Kementerian Perekonomian, dan BAPPENAS. Hasil analisis menunjukkan bahwa emisi GRK tahun 2017 adalah sebesar 1.151 Juta ton CO2e dan kontribusi penurunan emisi secara nasional pada tahun 2017 terhadap target yang ditetapkan dalam NDC tahun 2030 adalah sebesar 24,7% dari target penurunan emisi sebesar 834 Juta Ton CO2e atau 29% dari BAU. Laporan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi tentang pencapaian target dari komitmen NDC, sebagai kontrol terhadap progress capaian NDC, serta monitoring dan evaluasi progres implementasi NDC menuju pencapaian komitmen target penurunan emisi di tingkat nasional maupun global.

Page 144: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

 

Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 128 -

DAFTAR PUSTAKA BAPPENAS. (2010). Policy scenarios of reducing carbon emission from Indonesia’s peatland.

National Development Planning Agency. UK-Aid and British Council. Jakarta. FAO. Global Fuel Wood Data. http://faostat3.fao.org Intergovernmental Panel on Climate Change (2006). IPCC-2006 Guidelines for National Green

House Gas Inventories: AFOLU, Volume 4. Intergovernmental Panel on Climate Change (2013). Supplement to the 2006 IPCC Guidelines

for National Greenhouse Gas Inventories: Wetlands Kementerian Lingkungan Hidup (2010). Indonesia Second National Communication Under the

United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup (2012). Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah

Kaca Nasional Buku I Pedoman Umum. Kementerian Lingkungan Hidup (2012). Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah

Kaca Nasional Buku II Volume 3 Pertanian, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016). Indonesia Third National

Communication Under the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Jakarta

Kementerian Pertanian (2014). Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Sektor Pertanian.

Krisnawati, H., Adinugroho, W.C., Imanuddin, R. and Hutabarat, S. (2014). Estimation of Forest Biomass for Quantifying CO2 Emissions in Central Kalimantan: a comprehensive approach in determining forest carbon emission factors. Research and Development Center for Conservation and Rehabilitation, Forestry Research and Development Agency, Bogor.

Intergovernmental Panel on Climate Change, (2006), IPCC-2006 Guidelines for National Green House Gas Inventories: AFOLU, Volume 4

Manuri, S., Brack, C., Nugroho, N.P., Hergoualc’h, K., Novita, N., Dotzauer, H., Verchot, L., Putra, C.A.S., & Widyasari. (2014). Tree biomass equations for tropical peat swamp forest ecosystems in Indonesia. For. Ecol. Manage. 334: 241-253.

Margono B. A., Potapov P. V., Turubanova S., Fred Stolle F., Matthew Hansen C. M. (2014). Primary forest cover loss in Indonesia over 2000- 2012. Nature Climate Change 4, 730-735 (2014) doi:10.1038/nclimate2277.

Mulyani et al., (2012). Basis data karakteristik tanah gambut di Indonesia. in Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan - 2012. http://balittanah.litbang.deptan.go.id

Murdiyarso, D., Donato, D., Kauffmann, B., Kurnianto, S., Stidham, M. and Kanninen, M. (2009). Carbon storage in mangrove and peatland ecosystems: a preliminary accounts from plots in Indonesia. CIFOR Working Paper 48.

Republik Indonesia (2011) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Jakarta.

Page 145: $325$1 - ditjenppi.menlhk.go.idditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/igrk/lapigrkmrv2018.pdfLaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MPV 2018 iii - SHQXUXQDQHPLVLVHEHVDU

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

DIREKTORAT INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN VERIFIKASI

MANGGALA WANABAKTI IV, 6TH FLOOR, WING A

JL. GATOT SUBROTO, SENAYAN

JAKARTA – INDONESIA

TELEPON: +62 (21) 57903073

FAKSIMILI: +62 (21) 57903073

E-MAIL: [email protected]


Top Related