download (1897kb)

87
UJI TOLERANSI TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) TERHADAP CEKAMAN KADMIUM (Cd), TIMBAL (Pb), DAN TEMBAGA (Cu) PADA KULTUR CAIR skripsi disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi oleh Siti Rosidah 4411409022 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Upload: lylien

Post on 09-Dec-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Download (1897Kb)

i

UJI TOLERANSI TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

TERHADAP CEKAMAN KADMIUM (Cd), TIMBAL (Pb), DAN

TEMBAGA (Cu) PADA KULTUR CAIR

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains Program Studi Biologi

oleh

Siti Rosidah

4411409022

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Page 2: Download (1897Kb)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Uji

Toleransi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.)terhadap Cekaman

Kadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Tembaga (Cu) pada Kultur Cair” disusun

berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber

informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam

program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Juli 2014

Siti Rosidah

4411409022

Page 3: Download (1897Kb)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

“Uji Toleransi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.) terhadap Cekaman

Kadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Tembaga (Cu) pada Kultur Cair”

nama : Siti Rosidah

NIM : 4411409022

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 23 Juli

2014.

Panitia Ujian,

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Andin Irsadi S.Pd, M.Si

NIP. 196310121988031001 NIP. 197403102000031001

Mengetahui,

Penguji Utama

Dra. Lina Herlina, M.Si

NIP. 19670207 199203 2 001

Anggota penguji I/ Anggota penguji II/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Yustinus Ulung A, M.Si Drs. Krispinus K Pukan, M.Si

NIP. 19640427 199003 1 003 NIP. 19550731 198503 1 002

Page 4: Download (1897Kb)

iv

ABSTRAK

Rosidah, S. 2014. Uji Toleransi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.)

terhadap Cekaman Kadmium (Cd), Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) pada Kultur

Cair. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Yustinus U

Anggraito, M.Si dan Drs. Krispinus Kedati Pukan, M.Si.

Luasnya lahan bekas pertambangan dan polusi tanah yang tidak terkendali

menyebabkan cekaman logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb) dan

tembaga (Cu) terhadap tanaman.Beberapa penelitian transformasi genetik telah

dilakukan untuk menemukan tanaman tahan cekaman logam dengan

menggunakan tembakau (Nicotiana tabacum L.) sebagai tanaman model. Oleh

karena itu diperlukan data pembanding pada tanaman kontrol pada cekaman

logam berat kadmium (Cd), timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh cekaman logam berat terhadap

tanaman tembakau dan bagaimana respon anatomis, morfologis antar perlakuan.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental rancangan acak lengkap

dengan satu faktor; yaitu konsentrasi logam Cu (0 µM, 50 µM, 100 µM, 150 µM

& 200 µM), Cd (0 µM, 50 µM, 100 µM, 200 µM & 300 µM)dan Pb (0 µM, 5 µM,

20 µM, 50 µM & 100 µM). Sampel yang digunakan adalah tembakau berumur 3-

4 minggu yang berasal dari eksplan biji. Uji toleransi cekaman logam secara

kuantitatif diukur berdasarkan tiga parameter yaitu pertambahan panjang akar,

pertambahan jumlah akar & akumulasi logam dalam akar, sedangkan secara

kualitatif berdasarkan anatomi akar,tekstur akar& warna daun. Data dianalisis

dengan ANAVA satu jalan dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman logam Cu, Cd dan Pb

berpengaruh signifikan pertambahan terhadap panjang akar, namun cekaman Cu

dan Pb tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah akar. Hasil AAS

menunjukkan pada cekaman logam Cu akumulasi terbesar ditemukan pada

konsentrasi 200 µM, pada cekaman logam Cd ditemukan pada konsentrasi 200

µM dan pada cekaman Pb ditemukan pada konsentrasi 100 µM. Klorosis tidak

ditemukan pada cekaman Cu, akam tetapi positif pada cekaman Cd dan Pb.

Akumulasi logam ditemukan pada silinder pusat akar tembakau pada konsentrasi

yang tinggi dan tidak ditemukan di kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, perlu dilakukan

penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh cekaman logam Cu,Cd dan Pb

terhadap tanaman lainnya.

Kata kunci: kadmium (Cd), kultur cair, Nicotiana tabacum L., tembaga (Cu),

timbal (Pb), uji toleransi

Page 5: Download (1897Kb)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat iman, nikmat Islam, serta rahmat, dan hidayah-NYA.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW yang

senantiasa memberikan inspirasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Uji Toleransi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.)

terhadap Cekaman Kadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Tembaga (Cu) pada Kultur

Cair”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi

ini.Syukur alhamdulillah dengan segala upaya, bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi kepada

penulis dan mahasiswa lainnyasehingga dapat menyelesaikan studi.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Biologi yang membantu jalan penulis dalam menyusun skripsi.

4. Dr. Yustinus U Anggraito, M.Si, dosen pembimbing I atas bimbingan,

pengarahan dan dorongannya selama ini.

5. Drs. Krispinus Kedati Pukan, M.Si dosen pembimbing II untuk dukungan, ilmu

dan perhatiannya.

6. Dra. Lina Herlina, M.Si, dosen penguji untuk waktu dan kesabaran yang sangat

berarti, tanpanya penulisan skripsi ini tidak menjadi lebih baik.

7. Mbak Tika, Mas Solikhin, dan segenap pengurus Laboratoium Biologi FMIPA

UNNES atas bantuannya.

8. Bapak Ibu dosen dan seluruh staf pengajar Jurusan Biologi, untuk ilmu yang

diberikan.

9. Mamak, Bapak, Mbak Umi, Mas Yono, Ifah dan Isa serta saudara-saudaraku

tercinta untuk kasih sayang, kesabaran, doa dan dukungannya.

Page 6: Download (1897Kb)

vi

10. Mbak Ambar dan Mbak Nida, terimakasih untuk kebaikan dan kesabarannya

membantu penulis selama penelitian dan olah data.

11. Para sahabatku, Putri, Maya dan Janah, teman-teman Biologi murni 2009 dan

kawan-kawan Botani (Betty, Ika, Umi semoga senantiasa sukses selalu), Botani

2010 (Dek Aisyah, Dek Durroh, Dek Elly dll), kos Lintang, dan saudara-

saudaraku seperjuangan di kampus tercinta, terimakasih untuk semangat,

kebersamaan, peringatan, dan tegurannya.

12. Keluarga besar UKM English Debating Society (EDS) Unnes atas segala doa

dan dukungan.

13. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka

segala kritik maupun saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan

senang hati.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Semarang, Juli 2014

Penulis

Page 7: Download (1897Kb)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... ii

PENGESAHAN .......................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 4

C. Penegasan Istilah ................................................................. 4

D. Tujuan Penelitian ................................................................ 5

E. Manfaat Penelitian .............................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka ................................................................ 6

1. Logam berat ................................................................. 6

2. Tembaga ....................................................................... 6

3. Kadmium ...................................................................... 8

4. Timbal .......................................................................... 9

5. Fitoremediasi ................................................................ 10

6. Tembakau sebagai model tanaman transformasi ......... 12

7. Kultur cair .................................................................... 13

8. Media MS ..................................................................... 14

9. Pengamatan mikroskopik jaringan tumbuhan pada

cekaman logam............................................................. 15

B. Kerangka Berpikir .............................................................. 16

C. Hipotesis ............................................................................. 16

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 17

B. Populasi dan Sampel .......................................................... 17

C. Variabel Penelitian ........................................................... 17

D. Rancangan Penelitian ......................................................... 18

E. Prosedur Penelitian............................................................. 18

F. Analisis Data ...................................................................... 21

Page 8: Download (1897Kb)

viii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil .................................................................................. 25

B. Pembahasan ........................................................................ 38

1. Pengaruh Cekaman Cu, Cd, dan Pb terhadap

Pertumbuhan Akar ....................................................... 38

2. Akumulasi Cu, Cd, dan Pb dalam Semaian Tembakau

(Nicotiana tabacum L) dan Anatomi Akar .................. 43

3. Pengaruh Cekaman Cu, Cd, dan Pb terhadap Warna

Daun Tembakau ........................................................... 48

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................ 52

B. Saran .................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 54

LAMPIRAN

Page 9: Download (1897Kb)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Daftar tanaman hiperakumulator terestrial ……………………………... 2

2 Daftar penelitian cekaman Cu menggunakan sampel tembakau

(Nicotiana tabacum L.) dan tanaman satu famili dengan tembakau……..

7

3 Daftar penelitian cekaman Cd dengan menggunakan tembakau

(Nicotiana tabacumL.)…………………………………………………...

9

4 Daftar penelitian cekaman Pb menggunakan sampel tembakau

(Nicotiana tabacum L.)…………………………………………………...

10

5 Daftar komponen penyusun media hara MS……………………………... 14

6 Daftar perlakuan cekaman logam pada tembakau……………………….. 17

7 Rekap pengambilan data untuk uji toleransi tembaga…………………… 21

8 Rekap pengambilan data untuk uji toleransi kadmium…………………... 21

9 Rekap pengambilan data untuk uji toleransi timbal……………………… 22

10 Rumus Anava satu jalan menurut Sudjana (2005)……………………….. 22

11 Rerata panjang akar tembakau yang dicekam oleh logam Cu…………… 25

12 Hasil uji anava satu jalan pengaruh konsentrasi cekaman Cu terhadap

pertambahan panjang akar tanaman tembakau …………………………..

25

13 Hasil uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi cekaman Cu terhadap

pertambahan panjang akar tembakau……………………………………..

26

14 Rerata pertambahan jumlah akar tanaman tembakau yang dicekam oleh

logam Cu………………………………………………………………….

26

15 Hasil uji anava pengaruh konsentrasi cekaman Cu terhadap

pertambahan jumlah akar tanaman tembakau.............................................

27

16 Akumulasi logam Cu pada akar tanaman tembakau dengan metode AAS

(Atomic Absorbance Spectroscopy)………………………………………

27

17 Hasil pengamatan kualitatif pada daun dan akar semaian tembakau pada

cekaman Cu……………………………………………………………….

27

18 Rerata panjang akar tembakau yang dicekam oleh logam

Cd…………………………………………………………………………

29

19 Hasil uji anava pengaruh konsentrasi cekaman Cd terhadap panjang

akar tanaman tembakau ………………………………………………….

29

Page 10: Download (1897Kb)

x

20 Hasil uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi cekaman Cd terhadap

pertambahan panjang akar tembakau …………………………………….

30

21 Rerata pertambahan jumlah akar tanaman tembakau yang dicekam oleh

logam Cd………………………………………………………………….

30

22 Hasil uji anava pengaruh konsentrasi cekaman Cd terhadap

pertambahan jumlah akar semaian tanaman tembakau …………………..

31

23 Akumulasi logam Cd pada akar tanaman tembakau dengan metode AAS

(Atomic Absorbance Spectroscopy)………………………………………

31

24 Hasil pengamatan kualitatif pada daun dan akar semaian tembakau pada

cekaman Cd……………………………………………………………….

31

25 Rerata pertambahan panjang akar tembakau yang dicekam oleh logam

Pb…………………………………………………………………………

33

26 Hasil uji anava satu jalan pengaruh konsentrasi cekaman Cu terhadap

pertambahan panjang akar tanaman tembakau……………………….......

33

27 Hasil uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi cekaman Pb terhadap

pertambahan jumlah akar tembakau………………………..…………….

34

28 Rerata pertambahan jumlah akar tanaman tembakau yang dicekam oleh

logam Pb………………………………………………………………….

34

29 Hasil uji anava pengaruh konsentrasi cekaman Pb terhadap

pertambahan jumlah akar tembakau……………………………………...

35

30 Hasil uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi cekaman Pb terhadap

pertambahan jumlah akar tembakau……………………………………...

35

31 Akumulasi logam Pb pada akar tanaman tembakau dengan metode AAS

(Atomic Absorbance Spectophotometry)………………………………….

36

32 Hasil pengamatan kualitatif pada daun dan akar semaian pada cekaman

Pb…………………………………………………………………………

36

Page 11: Download (1897Kb)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Model uji toleransi dalam media cair……….................................................... 13

2 Kerangka berpikir uji toleransi Nicotiana tabacum L. pada kultur cair…….... 16

3 Model pot plastik penyisip planlet…………………………………………..... 20

4 Perbandingan morfologi akar semaian Nicotiana tabacum L. pada cekaman

Cu……………………………………………………………………………..

28

5 Perbandingan warna daun semaianNicotiana tabacum L. pada cekaman Cu.. 28

6 Anatomi membujur akar (perbesaran 40x) Nicotiana tabacum L. pada

cekaman Cu dengan pewarna methylen blue ……………………..…………..

28

7 Perbandingan morfologi akar semaianNicotiana tabacum L. pada cekaman

Cd……………………………………………………………………………...

32

8 Perbandingan warna daun semaianNicotiana tabacum L. pada cekaman Cd.. 32

9 Anatomi membujur akar (perbesaran 40x) Nicotiana tabacum L. pada

cekaman Cd dengan pewarna hematoxylin……………………..…………….

33

10 Perbandingan morfologi akar semaianNicotiana tabacum L. pada cekaman

Pb……………………………………………………………………………...

36

11 Perbandingan warna daun Nicotiana tabacum L. pada cekaman Pb………... 38

12 Perbandingan anatomi akar semaianNicotiana tabacum L. pada cekaman

Pb……………………………………………………………………………...

38

Page 12: Download (1897Kb)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengambilan dan analisis data …………………………………….. 62

2. Langkah kerja penelitian……………………………………........... 74

Page 13: Download (1897Kb)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Luasnya lahan bekas pertambangan terbuka yang tidak dapat

diberdayakan secara maksimal merupakan masalah serius yang harus segera

ditangani. Penggalian tanah pertambangan menggunakan alat berat menyebabkan

bagian tanah permukaan (top soil) dan tanah bagian tengah (sub soil) tergeser

sedangkan bagian induk yang tidak subur muncul ke permukaan (Murjanto 2011).

Hal ini menyebabkan lahan bekas pertambangan terbuka tidak dapat dimanfaatkan

sebagai lahan pertanian produktif. Di sisi lain diperkirakan setiap tahun antara 50

ribu-100 ribu hektar lahan pertanian subur di Indonesia dialihfungsikan menjadi

area komersial seperti perumahan, pabrik, lokasi usaha, dan perkantoran (Shaleh

13 Juli 2013, www.suaramerdeka.com). Dengan demikian revitalisasi lahan bekas

tambang perlu dilakukan karena semakin terbatasnya lahan produktif pertanian.

Lapisan tanah induk (horizon D atau C) memiliki kandungan mineral

logam yang lebih banyak dan tekstur yang lebih kasar (Sunarminto 2011).

Pengerukan tambang telah memindahkan lapisan tersebut ke permukaan sehingga

tanah menjadi tidak subur. Penyebab lain yaitu limbah tambang yang tidak

ditangani dengan baik. Beberapa studi membuktikan bahwa ditemukan residu

logam pada daerah tambang, seperti ditemukannya logam Cu, Pb, Zn, As, Cd, dan

Hg pada endapan sungai yang berada pada lahan bekas tambang emas Gunung

Pani (Sabtanto & Suhandi 2005). Herman (2005) menyebutkan bahwa proses

pembuangan limbah cair atau tailing pertambangan logam mengandung unsur

pencemar As, Hg, Pb, dan Cd mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Konsentrasi logam yang tinggi menyebabkan petumbuhan tanaman terhambat dan

menjadikan lahan tidak produktif (Shakoor et al.2013).

Berbagai upaya penanggulangan pencemaran logam telah dilakukan dan

salah satunya ialah bioremediasi. Beberapa jenis bioremediasi antara lain

menggunakan media tanaman (fitoremediasi) maupun dengan media organisme

Page 14: Download (1897Kb)

2

lain seperti fungi. Kelkar dan Bhalerao (2013) menyatakan bahwa mikoriza

mampu menurunkan efek toksik arsenik pada spesies mikoriza Trigonella

foenum-graceum. Daerah pertambangan yang sebagian besar berada di luar pulau

Jawa memiliki karakter tanah kering umumnya berupa podsolik merah kuning

yang memiliki kemampuan menahan air rendah (Sembiring 2007). Dengan

demikian, penggunaan mikoriza yang menuntut kelembaban tinggi sulit

diaplikasikan. Oleh karena itu fitoremediasi menggunakan tanaman merupakan

metode yang lebih tepat digunakan pada tanah kering. Hal ini disebabkan karena

tanaman memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap faktor lingkungan

dibandingkan dengan fungi, terlebih lagi teknologi transformasi genetik telah

mampu menciptakan tanaman tahan cekaman logam dan faktor ekologi lainnya.

Beberapa tanaman secara alami memiliki kemampuan mengkelat logam

karena mampu tumbuh dengan optimal dalam kondisi tercekam logam sehingga

disebut juga sebagai tanaman akumulator. Beberapa contoh tanaman tersebut

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Daftar tanaman hiperakumulator terestrial (www.wikipedia.org)

No Species Logam Habitus

1 Haumaniustrum robertii Cu Semak

2 Larrea tridentate Cu Semak kayu

3 Agrostis castellana Pb Rerumputan

4 Avena strigosa Cd Rerumputan

5 Crotalaria juncea Cd Semak

Tanaman-tanaman tersebut mampu bertahan dalam cekaman logam

berat, akan tetapi tidak semua tumbuhan memilki kemampuan sebagai

bioakumulator. Oleh karena itu teknologi transformasi genetik dikembangkan

untuk menciptakan tanaman tahan cekaman logam dengan cara menyisipkan gen

dari tanaman toleran logam.

Penelitian transformasi genetik saat ini telah mengarah ke tujuan

menciptakan tanaman tahan cekaman logam yang menggunakan tanaman model

sebagai sampel. Tanaman model yang digunakan adalah tanaman yang memiliki

respon yang cepat terhadap manipulasi kondisi internal maupun eksternal.

Menurut Ganapathi et al. (2004) tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) adalah

Page 15: Download (1897Kb)

3

tanaman kedua setelah tanaman Arabidopsis yang paling banyak digunakan

sebagai tanaman model dalam teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan, dan

penelitian molekuler. Beberapa penelitian transformasi genetik telah

menggunakan tembakau sebagai model seperti dalam Li et al. (2010), Anggraito

et al. (2012), dan Zhang et al. (2013). Hal ini menunjukkan bahwa tembakau

sangat berpotensi digunakan sebagai model penelitian transformasi genetik yang

bertujuan untuk menghasilkan tanaman tahan cekaman logam.

Narusaka et al. (2012) menyebutkan tahapan-tahapan pada penelitian

transformasi genetik yang diperantarai oleh Agrobacterium (Agrobacterium

mediated) menggunakan sampel tembakau antara lain yaitu mempersiapkan

tanaman target (4-5 minggu), konstruksi vektor pada Agrobacterium dan inokulasi

transformasi (3 hari), inkubasi tanaman target hasil transformasi (1 bulan), seleksi

putatif tanaman hasil transformasi (10-14 hari), dan uji toleransi atau uji

perbandingan. Dengan demikian diperlukan waktu penelitian yang lama

dikarenakan perlunya uji pendahuluan untuk mengetahui respon tanaman secara

alami sampel terhadap perlakuan.

Oleh karena itu dibutuhkan data mengenai respon tanaman model non

transformasi (wild type) terhadap cekaman logam tertentu. Informasi ini

digunakan sebagai acuan untuk uji toleransi penelitian transformasi genetik

dengan tujuan menciptakan tanaman tahan cekaman logam, sehingga waktu

penelitian dapat dipersingkat dan efisien. Organ tanaman yang diamati adalah

akar, karena akar berperan dalam pengambilan dan transportasi air dan mineral

dari tanah (Hock & Wolf 2005), akar dapat mengakumulasi lebih banyak logam

yang diserap tanaman dibandingkan dengan organ tumbuhan lainnya. Selain itu

letak akar yang langsung bersentuhan dengan tanah atau media tanam

menyebabkan akar memiliki sensitivitas yang lebih besar terhadap faktor abiotik

dalam media dibandingkan daun maupun batang. Dengan demikian organ pertama

yang merespon cekaman logam adalah akar oleh karena itu akar adalah organ

yang tepat untuk digunakan mengamati respon cekaman logam terhadap tanaman.

Pada penelitian ini teknik yang digunakan ialah metode uji toleransi pada

kultur cair. Metode ini banyak digunakan pada penelitian transformasi genetik

Page 16: Download (1897Kb)

4

seperti kacang hijau (Butare et al. 2011), jelai (Mikkelsen et al. 2012) dan jarak

pagar (Tistama et al. 2012). Media cair banyak digunakan karena zat terlarut

mudah diserap oleh tanaman, selain itu mobilitas logam pada media cair lebih

tinggi dibanding dengan media padat. Akar hasil inkubasi kultur cair ini

kemudian diwarnai dan diamati secara mikroskopik. Berdasarkan latar belakang

di atas dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

respon tembakau terhadap cekaman logam dengan konsentrasi tertentu. Informasi

ini sangat penting untuk penentuan konsentrasi logam pada uji toleransi penelitian

transformasi genetik yang menggunakan tanaman tembakau sebagai sampel dan

mengetahui, efek logam pada konsentrasi tertentu terhadap morfologi dan anatomi

akar tembakau.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah cekaman berbagai konsentrasi logam Cd, Pb dan Cu berpengaruh

terhadap pertumbuhan akar tembakau?

2. Bagaimana tingkat kerusakan anatomi akar tembakau, akumulasi logam dan

warna daun tanaman pada konsentrasi Cd, Pb dan Cu yang berbeda?

3. Pada konsentrasi berapakah tembakau mampu mentolerir cekaman Cd, Pb dan

Cu?

C. PENEGASAN ISTILAH

Dalam penelitian ini ada beberapa batasan istilah yang digunakan untuk

menghindari salah pengertian sehingga perlu diberikan penegasan.

1. Uji Toleransi

Uji Toleransi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui respon suatu

organisme terhadap cekaman zat tertentu dan menganalisis keberhasilan suatu

perlakuan dalam penelitian tertentu. Uji toleransi pada penelitian ini dilakukan

sebagaimana uji toleransi yang dilakukan oleh Tistama et al. (2011).

Page 17: Download (1897Kb)

5

2. Kultur cair

Kultur cair adalah metode pemeliharaan tanaman yang menggunakan

media cair berisi hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Yusnita 2003). Pada

penelitian ini kultur cair mengggunakan media hara setengah MS cair ditambah

dengan logam Cu, Pb, dan Cu dengan konsentrasi yang sudah ditentukan.

3. Tembakau

Tembakau adalah tanaman herba yang digunakan sebagai bahan dasar

rokok. Tanaman tembakau cocok ditanam pada daerah dengan curah hujan rata-

rata 2000 mm/tahun, suhu optimal antara 21-32 ºC, dan pH antara 5-6 (Anonim

2013). Pada penelitian ini tembakau yang digunakan sebagai sampel adalah

tembakau berumur 3-4 minggu.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh cekaman berbagai konsentrasi logam

Cd, Pb, dan Cu terhadap pertumbuhan akar tembakau.

2. Menganalisis tingkat kerusakan anatomi akar tembakau, akumulasi logam

dan warna daun pada konsentrasi Cd, Pb, dan Cu yang berbeda.

3. Mengetahui konsentrasi Pb, Cu, dan Cd yang mampu ditolerir oleh

tembakau.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memberikan beberapa informasi yang dapat

dimanfaatkan oleh peneliti pada bidang terkait. Informasi tersebut antara lain

sebagai berikut.

1. Informasi mengenai tingkat kerusakan akar tembakau pada kadar cekaman

logam Cd, Pb dan Cu yang berbeda. Informasi dapat digunakan sebagai

data acuan penelitian transgenetik dengan tujuan menciptakan tanaman

tahan cekaman logam.

2. Informasi mengenai konsentrasi logam dan metode kultur cair yang dapat

dijadikan acuan bagi penelitian sejenis.

Page 18: Download (1897Kb)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Logam Berat

Kontaminasi logam berat menjadi isu yang penting karena banyaknya

kasus pencemaran logam berat yang merugikan kesehatan. Logam berat kationik

yang umumnya bersifat toksik yaitu merkuri, kadmium, timbal, nikel, tembaga,

seng, kromium dan mangan, sedangkan logam berat anionik yang umum adalah

arsenik, molibdenum, selenium, dan boron (NRCS 2000). Logam-logam ini

bersifat toksik baik pada hewan maupun tumbuhan. Akan tetapi tumbuhan secara

umum memilki beberapa mekanisme penyerapan, transportasi dan respon

terhadap cekaman logam berat (Manara 2012; Garg & Singla2011; Cheng 2003;

Taiz & Zeiger 2010)

Kontaminasi logam berat baik pada kadar rendah maupun tinggi pada

makhluk hidup bersifat toksik. Pencemaran logam berat pada lingkungan seperti

tanah dapat menyebabkan efek toksik dalam rantai makanan. Pada tumbuhan

pencemaran logam menyebabkan terganggunya metabolisme seperti menurunnya

jumlah klorofil dan rusaknya struktur sel tumbuhan (Reichman 2002). Pada

hewan dan manusia kontaminasi logam berat menyebabkan beberapa penyakit

seperti kanker, disfungsi ginjal, gangguan reproduksi, dan gangguan tulang

(UNEP 2008). Dalam upaya penanggulangan pencemaran logam berat pada lahan

bekas pertambangan, fitoremediasi dan transformasi genetik berpotensi besar

dalam upaya pendayagunaan kembali lahan bekas tambang.

2. Tembaga

Tembaga adalah elemen pertama dari grup 1B dalam sistem periodik unsur

dan memiliki empat fase oksidatif yaitu: Cu (0), Cu (I), Cu (II), dan Cu (III)

(Reichman 2002). Seperti halnya dengan perak dan emas, tembaga

diklasifikasikan sebagai logam mulia dan dapat ditemukan langsung dalam bentuk

Page 19: Download (1897Kb)

7

unsur. Tembaga memiliki sifat kimia dan fisika yang unik sehingga tembaga

menjadi salah satu logam terpenting.

Pada pertambangan logam mulia seperti emas terdapat residu Cu yang

dihasilkan dan mencemari lingkungan (Manggara et al. 2007). Di dalam tanah,

tembaga hadir secara alami pada beberapa jenis mineral seperti cuprite (Cu2O),

malachite (CuCO3·Cu(OH)2), azurite (2CuCO3·Cu(OH)2), chalcopyrite (CuFeS2),

chalcocite (Cu2S), dan bornite (Cu5FeS4). Kelarutan logam Cu dalam air sangat

dipengaruhi oleh pH, menurut Reddy et al. (1995) Cu larut optimal pada pH 5.1-

5.6. Semakin rendah pH suatu media maka semakin besar kelarutan Cu.

Kontaminasi Cu pada tumbuhan menyebabkan beberapa gejala merugikan

antara lain klorosis daun (Marschner 2012), bahkan dengan konsentrasi yang lebih

tinggi dapat menyebabkan nekrosis daun. Akan tetapi Zhangyuan et al. (2012)

menyebutkan bahwa respon cekaman Cu lebih dominan pada daerah akar (root

part) dari pada daerah batang dan daun (shoot). Gangguan lain seperti rusaknya

jaringan dinding sel, terhambatnya pertumbuhan dan bahkan polimerasi lignin

(Fry et al. 2002; Mahmood et al. 2007; Quiroga et al. 2000). Secara fisiologis Cu

menghambat penyerapan elemen esensial yang diperlukan tanaman seperti

kalsium dan magnesium (Alaoui-Sossé et al. 2003), selain itu menurut Jiang et al.

(2001) kontaminasi Cu juga mempengaruhi pembelah sel antara lain

menyebabkan mitosis-c, terbentuknya jembatan anaphase dan penempelan

kromosom. Dengan demikian Cu dapat menyebabkan mutasi pada sel tumbuhan.

Berikut ini adalah tabel mengenai penelitian tentang Cu.

Tabel 2. Daftar penelitian cekaman Cu menggunakan sampel tembakau

(Nicotiana tabacum L.) dan tanaman satu famili dengan tembakau

Nama Tanaman

sampel

Konsentrasi Waktu

pemaparan

pH dan jenis

media

Gori et al

(1998 )

N. tabacum 50, 100, 150,

200 μM

20 hari 5.8 (MS padat)

Joshi &

Kothari

(2007)

Capsicum

anuum

0.5, 1.0, 2.0,

3.0, 5.0 μM

35 Hari 5.8 (MS padat)

Singh et

al (2011)

N. tabacum 0.32, 3.2, 9.6,96

μM

14 Hari - (Hoagland

cair)

Page 20: Download (1897Kb)

8

3. Kadmium

Kadmium adalah logam berat yang tidak dibutuhkan oleh tanaman.

Kadmium bersifat toksik bagi tumbuhan maupun manusia. Kehadiran kadmium

meskipun dalam jumlah yang sedikit terbukti mampu menghambat penyerapan

unsur esensial yang dibutuhkan tanaman seperti Ca oleh akar (Kurtyka et al.

2008). Logam Cd juga trebukti mengganggu ekspansi sel sehingga mengganggu

pertumbuhan (Poschenrieder et al. 1989). Larutan media yang mengandung

kadmium menyebabkan berbagai gangguan fisiologis pada tanaman seperti

membuka menutupnya stomata, transpirasi, dan fotosintesis, sedangkan dalam

media tanah kadmium bersifat toksik pada kadar minimal 1.8-2.5 mg/kg tanah

(UNEP 2008). Penyerapan Cd terjadi oleh beberapa mekanisme pengikatan Cd

dengan protein pengikat logam (Liu et al. 2010). Berdasarkan penelitian Zou et al.

(2012) kehadiran Cd dalam sel tumbuhan menyebabkan terganggunya

pembelahan sel dan aberasi kromosom termasuk mitosis-c, patahnya kromosom,

jembatan anafase, dan menempelnya kromosom.

Kadmium secara alami terdapat dalam mantel dan kerak bumi dengan

jumlah yang sangat sedikit yaitu sebanyak 0,4 mg/kg tanah (O’Neill 1994).

Kehadiran kadmium dalam tanah juga dipengaruhi oleh penggunaan pupuk fosfat,

hal ini karena pupuk fosfat mengandung 5-100 mg Cd/kg sehingga konsentrasi

kadmium akan semakin bertambah seiring dengan banyaknya pupuk fosfat yang

digunakan (O’Neill 1994). Pertambangan terbuka seperti emas (Herman et al.

2006) dan batu bara menghasilkan residu kadmium yang dapat mencemari

lingkungan. Ditambah lagi akibat proses tailing tambang yang tidak sempurna

banyak kadmium yang mengendap dalam tanah dan menyebabkan susahnya

revegetasi (Sabtanto & Suhandi 2005). Dengan demikian lahan bekas galian

tambang beresiko tinggi tercemar kadmium.

Kelarutan kadmium sangat dipengaruhi pH. Semakin basa pH media,

semkain rendah tingkat kelarutan Cd. Kadmium cenderung memiliki kelarutan

dan mobilitas tinggi pada kisaran yang lebih tinggi dibanding dengan Cu dan Fe

(John & Laventhal 1995). Sandrint dan Maier (2012) menyebutkan bahwa

toksisitas kadmium pada pH > 4 lebih tinggi dibanding dengan pH < 4, hal ini

Page 21: Download (1897Kb)

9

karena pada pH yang lebih rendah kadmium harus berkompetisi dengan hidrogen

untuk berikatan dengan sel permukaan. Dalam rujukan lain seperti Levine (2013)

disebutkan bahwa kadmium adalah logam yang memiliki titik disasosiasi pada pH

7, naiknya pH secara signifikan di atas 7 menurunkan kelarutan kadmium. Dalam

penelitian ini, pH media pelarut kadmium diatur pada kisaran 5,8 seperti dalam

Kim et al. (2011). Berikut ini adalah tabel mengenai penelitian tentang Cd dengan

sampel tembakau.

Tabel 3. Daftar penelitian cekaman Cd menggunakan sampel tembakau

(Nicotiana tabacum L.)

Nama Tanaman

sampel

Konsentrasi Waktu

pemaparan

pH dan jenis

media

Kim et al.

(2011)

N. tabacum 0, 100 dan

200 μM Cd

21 Hari 5.8 (1/2 MS cair)

Yoshihara

et al (2006)

N. tabacum 20μM dan

100μM

14 hari - (1/2 MS cair)

Shukla et al

(2012)

N. tabacum 50,

100, 200,

300 μM

10 hari - (1/2 MS padat)

Pomponi et

al (2006)

N. tabacum 30 μ M 9 hari - (1/2 MS cair)

4. Timbal

Timbal secara alami hadir pada konsentrasi yang sangat rendah dalam

tanah, bebatuan maupun debu, jumlah total timbal pada kerak bumi diperkirakan

3,1x1014

ton (Anonim 2013). Akan tetapi, jumlah yang sedikit ini tetap berefek

toksik apabila diserap oleh makhluk hidup. Pada lahan bekas tambang timbal

ditemukan dalam konsentrasi yang besar, hal ini menyebabkan cekaman Pb yang

merugikan tanaman. Pada daerah padat penduduk pencemaran limbah disebabkan

oleh emisi bahan bakar motor, bekas cat timbal, dan limbah dari ekstraksi logam

(Anonim 2013). Menurut Herman et al. (2006) akumulasi Pb banyak ditemukan

pada lahan bekas tambang emas. Limbah tambang emas umumnya mengandung

berbagai beraneka mineral di antaranya adalah sulfida. Sulfida mempunyai sifat

aktif secara kimiawi, dan apabila bersentuhan dengan udara akan mengalami

oksidasi sehingga membentuk garam bersifat asam dan aliran asam mengandung

sejumlah logam beracun seperti As, Hg, Pb dan Cd.

Page 22: Download (1897Kb)

10

Seperti halnya dengan kadmium, mobilitas timbal dalam tanah sangat

dipengaruhi pH, pH yang rendah meningkatkan mobilitas dan penyerapan timbal

oleh makhluk hidup (Anonim 2013). Kelarutan timbal sangat dipengaruhi oleh pH

media. Reddy et al. (1995) menyebutkan bahwa Pb memiliki respon fluktuatif

terhadap pH, kehadiran Pb pada pH 5.5-5.7 lebih besar dibanding dengan pada pH

5.1-5.4 akan tetapi pada pH < 3 konsentrasi Pb bertambah.

Akumulasi timbal dalam akar paling banyak ditemukan pada dinding sel

dan cekaman timbal menyebabkan menurunnya produktivitas tanaman (Sharma &

Dubey 2005). Penimbunan Pb menyebabkan penurunan pertumbuhan akar,

hilangnya dominansi apikal (Kopittke et al. 2007; Ghelich et al. 2013), sedangkan

Petrescu et al. (2011) menyebutkan bahwa banyaknya kandungan timbal dalam

media tanam berbanding lurus dengan lambatnya pertumbuhan tanaman

Lycopersicum esculentum L. Pada tataran sitologi, kehadiran Pb menyebabkan

aberasi kromosom yang dapat menimbulkan mutasi hal ini dibuktikan dalam

penelitian Kumar & Tripathi (2008) yang mengobservasi sel Lathyrus sativus

yang dicekam oleh Pb. Berikut ini adalah tabel mengenai penelitian tentang Pb

dengan sampel tembakau.

Tabel 4. Daftar penelitian cekaman Pb menggunakan sampel tembakau

(Nicotiana tabacum L.)

Nama Tanaman

sampel

konsentrasi Waktu

pemaparan

pH dan jenis

media

Piano et

al. (2008)

N.

tabacum

0, 2, 20 dan 200

mg dm-3

10 hari - (-/Cair)

Alkhatib

et al

(2011a)

N.

tabacum

10, 15, 50, dan

100 uM

6 hari - (Hoagland

cair)

Alkhatib

et al

(2011b)

N.

tabacum

5, 10, 25, 50,

100, 300 dan

500 μM

7 hari - (Hoagland

cair)

5. Fitoremediasi

Akumulasi logam pada media tanam dapat diserap dan ditranslokasi oleh

tumbuhan. Absorbsi logam tersebut dapat dilakukan dengan beberapa mekanisme

seperti tranportasi simplas, apoplas ataupun translokasi dengan transporter

spesifik (Redjala et al. 2009; Krystofova et al. 2012; Nazar et al. 2012). Di dalam

Page 23: Download (1897Kb)

11

Cobbet (2000) dijelaskan bahwa tanaman memiliki berbagai macam respon pada

pencemaran logam berat, respon tersebut antara lain immobilisasi, pengkelatan

dan kompartementalisasi ion logam, dan respon yang lebih umum seperti etilen

dan stres protein. Immobilisasi adalah respon tanaman dengan menahan logam

agar tidak ditransport ke lokasi lain sedangkan pengkelatan ialah pengikatan ion

logam oleh zat pengkelat yaitu metallothionein (MT) dan phytochelatin (PC)

(Sriprang & Murooka 2007). Adapun kompartemenlisasi ion oleh sel tumbuhan

dilakukan oleh vakuola dengan mencegah ion logam bergerak bebas dalam

sitosol. Sriprang & Murooka (2007) juga menyebutkan bahwa pengikatan logam

oleh PC di dalam sel mengkibatkan menurunnya berat molekul komplek logam-

PC, komplek tersebut kemudian ditransport ke dalam vakuola oleh antiport logam

atau transporter PC.

Kemampuan tersebut yang kemudian dimanfaatkan dalam fitoremediasi.

Hidayati (2005) menyebutkan bahwa fitoremediasi adalah pencucian polutan

yang dimediasi oleh tumbuhan, termasuk pohon, rerumputan, dan tumbuhan air.

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa beberapa tanaman berpotensi

sebagai bioremediator alami seperti Psidium guajava (Pery et al. 2010),

Haemanthus dan Mitracarpus scaber (Ayodele & Kiyawa 2010) dan

Tympanotonus fuscatus (Otitoloju & Don-Pedro 2002).

Karakteristik tumbuhan hiperakumulator menurut Hidayati (2005) adalah:

(i) tahan terhadap unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan

tajuk; (ii) tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang tinggi dibanding tanaman

lain; (iii) memiliki kemampuan mentranslokasi dan mengakumulasi unsur logam

dari akar ke tajuk dengan laju yang tinggi.

Di dalam tanaman bioakumulator terdapat pengkelat alami yaitu

fitokelatin ataupun metallotheonin. Fitokelatin ialah golongan peptida disintesis

oleh sel tumbuhan yang mampu mendetoksifikasi logam. Kandungan glutathion

dalam peptida tersebut mampu mengkelat logam berat seperti Cd, Zn, Cu, dan Pb

dan memiliki struktur umum berupa (γ-Glu-Cys)n-Gly dimana n = 2-11 (Anaspec

2008). Sedangkan metallotheonin adalah protein kaya sistein yang juga mampu

Page 24: Download (1897Kb)

12

mengkelat logam. Cobbet (2000) menyebutkan bahwa kedua peptida tersebut

bekerja secara independen dalam detoksifikasi logam.

Penelitian lain seperti Blaylock et al. (1997) membuktikan bahwa

beberapa zat pengkelat sintetis seperti EDTA (ethylene diamine tetra acetic acid),

EGTA (ethylene glycol tetra acetic acid), dan asam sitrat mampu mengurangi

akumulasi logam berat dalam akar. Akan tetapi penggunaan metode ini kurang

efisien sehingga saat ini upaya telah berkembang ke arah rekayasa genetika.

Beberapa penelitian transformasi genetik yang telah dilakukan dengan tujuan

fitoremediasi yaitu Grispen et al. (2009) yang mentransformasi tembakau dengan

gen AtMb2 dari Arabidopsis dan ATPase HM4 yang bertujuan untuk detoksifikasi

kadmium, sedangkan penelitian lainnya yaitu Anggraito et al. (2012) yang

menyisipkan gen MaMT2 pada tembakau dengan tujuan tahan cekaman Al.

Dengan demikian transformasi genetik secara tidak langsung telah berperan besar

dalam upaya fitoremediasi.

6. Tembakau sebagai Tanaman Model Transformasi

Tanaman tembakau merupakan jenis tanaman komersial yang digunakan

sebagai bahan baku utama rokok. Akan tetapi, dalam perkembangannya tembakau

telah digunakan sebagai tanaman model kedua setelah tanaman Arabidopsis. Dari

tahun 1396 penelitian bioteknologi tanaman dalam periode 1980-1990, 123 di

antaranya menggunakan tembakau sebagai model penelitian (Ganapathi et al.

2004). Data ini menunjukkan bahwa tembakau sangat berpotensi digunakan

sebagai tanaman sampel transfomasi genetik dengan tujuan menciptakan tanaman

toleran cekaman logam.

Secara morfologi tanaman tembakau merupakan tanaman semi tahunan

berumur pendek. Pada umur 3 bulan daun tembakau sudah siap dipanen. Tinggi

maksimal tanaman mencapai 2 meter dengan panjang daun maksimal 45 cm dan

lebar 20 cm. Ukuran daun sesuai dengan ukuran batang tanaman, semakin besar

batang semakin besar daun. Daun berbentuk bulat lanset dan daun bertelinga atau

auriculatus (Anonim 2013). Berbagai penelitian telah menggunakan tembakau

sebagai tanaman model transformasi genetik antara lain Luo et al. (2006),

Page 25: Download (1897Kb)

13

Anggraito et al. (2012), Maheshwari & Kovalchuk (2012) dan Zhang et al.

(2013). Tanaman tembakau banyak digunakan karena masa perkecambahannya

yang singkat namun responsif terhadap faktor lingkungannya.

7. Kultur Cair

Kultur cair merupakan metode penanaman yang menggunakan cairan

sebagai komponen utamanya. Metode ini telah dikembangkan dengan berbagai

tujuan seperti pengoptimalan lahan yang terbatas dan juga sebagai media tanam

dengan kandungan zat tertentu. Dalam penelitian kultur jaringan, kultur cair

banyak digunakan dalam uji tantang terhadap logam maupun zat tertentu yang

hanya mungkin digunakan dalam bentuk cair. Hal ini dibuktikan oleh beberapa

penelitian yang telah memanfaatkan metode kultur cair seperti dalam Longcamp

et al. (2013), Tistama et al. (2012). Pada penelitian ini digunakan model kultur

cair Hede et al. (2001) yang telah dimodifikasi (Gambar 1).

Gambar di atas menggambarkan model uji toleransi dengan media cair.

Planlet tembakau di tempatkan dalam pot plastik yang di bagian bawah disangga

sterofoam. Komplek pot dan planlet kemudian diapungkan dalam bak berisi 1 liter

media cair. pH larutan disesuaikan dengan jenis logam kemudian aerator

dipasang.

Gambar 1. Model uji toleransi dalam media cair

Page 26: Download (1897Kb)

14

8. Media MS (Murashige dan Skoog)

Pada teknologi kultur jaringan terdapat berbagai jenis media antara lain

Knudson C (1946), Heller (1953), Nitsch dan Nitsch (1956), Gamborg dkk. B5

(1976), Linsmaier dan Skoog (LS) (1965), Murashige dan Skoog (1962) serta

woody plant medium (Lloyd dan Mc Cown 1980). Akan tetapi medium MS

mengandung unsur dan persenyawaan yang lebih lengkap dibanding dengan

medium lain. Menurut Yusnita (2003) komponen media kultur yang lengkap

sehingga memenuhi kriteria tersebut sehingga media MS menjadi salah satu

media yang paling banyak digunakan dalam kultur jaringan. Media MS murni

tanpa tambahan zat pengatur tumbuh disebut dengan MS0, media ini biasanya

digunakan sebagai media perkecambahan atau media kontrol. Berikut adalah

kandungan dalam media MS.

Tabel 5. Daftar komponen penyusun media hara MS

No Jenis Senyawa Komponen Fungsi

1 Garam organik Hara makro : NH4NO3, KNO3,

CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O,

dan KH2PO4

Hara mikro: MnSO4.4H2O,

ZnSO4.4H2O, H3BO3, KI,

Na2MoO4.2H2O5,

CuSO4.5H2O, dan CoCl2.6H2O

Memenuhi kebutuhan

mineral yang

diperlukan tanaman

2 Vitamin Thiamin (B1), asam nikotinat,

piridoksin (B6), myo-inositol

Menstimulasi dan

katalisis pertumbuhan

tanaman

3 Sumber

karbohidrat

Sukrosa Sumber energi

4 Asam amino L-glutamin, L-asparagin, L-

arginin, L-sistein, glisisn dan

adenin

Menyediakan sumber

nitrogen lebih baik

dibandingkan dengan

nitrogen anorganik

5 Bahan pengatur

pH

NaOH/KOH atau HCl Mengatur pH media

pada kisaran 5.8-6

6 Bahan pemadat

(Alternatif)

Agar Memadatkan media

7 Zat pengatur

tumbuh

(Alternatif)

Auksin, sitokinin dan giberelin Mengontrol

pertumbuhan dan

diferensiasi sel

8 Persenyawaan

organik kompleks

(Alternatif)

Arang aktif Mencegah terjadinya

browning

Page 27: Download (1897Kb)

15

9. Pengamatan Mikroskopik Jaringan Tumbuhan pada Cekaman Logam

Cekaman logam pada tanaman telah diaplikasikan pada banyak penelitian

dan salah satu metode pengujiannya yaitu pengamatan jaringan dengan bantuan

mikroskop. Tujuan metode ini adalah mengetahui lokasi penyebaran logam dalam

jaringan tanaman dan menganalisis efek cekaman pada sitologi sel tanaman.

Untuk mencapai tujuan tersebut jaringan diwarnai agar terlihat jelas dan kontras

pada saat diamati. Jenis pewarna jaringan sangat ditentukan oleh jenis logam yang

digunakan dan tujuan pengamatan. Oleh karena itu setiap logam hanya dapat

diwarnai oleh pewarna tertentu seperti dalam Hede et al. (2001) mewarnai

tanaman pada cekaman logam Al dengan pewarna hematoxilyn.

Pada penelitian dengan cekaman logam lain seperti Cu, Arduini et al.

(1995) yang menggunakan methylen blue pada pewarnaan penampang akar bibit

Pinus pinaster dengan tujuan mengamati lokasi penyebaran Cu. Namun Jiang et

al. (2001) menggunakan pewarna Carbol fuchsin pada akar Zea mays pada uji

cekaman Cu karena bertujuan mengamati morfologi kromosom, sedangkan

Lequeux et al. (2010) menggunakan propidium iodide pada bibit Arabidopsis

thaliana. Pada cekaman logam Pb pewarna yang digunakan pada jaringan

tumbuhan adalah Crytal violet pada Vigna unguiculata (Kopittke et al. 2007) dan

asam rhodizonik dikombinasi dengan dithizon (Baranowska-Morek & Wierzbicka

2004). Pada cekaman Cd beberapa studi menggunakan pewarna yang berbeda

antara lain yaitu Evans blue (Suzuki 2005), hematoxylin (Ratheesh et al.2010),

toluidine blue (Schutzendubel et al. 2010).

Page 28: Download (1897Kb)

16

B. Kerangka berpikir

C. HIPOTESIS

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis yang dapat dirumuskan

yaitu:

1. Terdapat pengaruh cekaman berbagai konsentrasi Cd, Pb, dan Cu terhadap

pertumbuhan akar tembakau (Nicotiana tabacum L.).

2. Terdapat perbedaan tingkat kerusakan anatomi akar, akumulasi logam dan

warna daun tembakau pada konsentrasi Cd, Pb, dan Cu yang berbeda

(Nicotiana tabacum L.).

3. Tembakau memiliki toleransi terhadap cekaman logam pada konsentrasi

yang lebih kecil dari konsentrasi terbesar masing-masing logam.

Penelitian transformasi genetik

dimanfaatkan untuk menciptakan

tanaman tahan cekaman logam

Penelitian transformasi genetik

memiliki banyak tahapan sehingga

memerlukan banyak waktu.

Penelitian transformasi genetik

menggunakan tembakau

sebagai sampel.

Perlu dilakukan penelitian untuk menyediakan informasi

mengenai respon tembakau secara wild type

Uji toleransi dengan media cair dengan beberapa jenis logam

Pengukuran panjang dan jumlah akar

Pembuatan preparat akar semipermanen dan pengamatan

mikroskopik

Mendapatkan informasi mengenai konsentrasi logam yang

mampu ditolerir oleh tembakau

Gambar 2. Kerangka berpikir uji toleransi Nicotiana tabacum L. pada kultur cair

Page 29: Download (1897Kb)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pengambilan data

dilaksanakan pada bulan Januari 2014- April 2014.

B. Populasi dan Sampel

Populasi biji tembakau (Nicotiana tabacum) diambil dari Desa Tuksari

Kabupaten Temanggung Jawa Tengah sedangkan sampel dalam penelitian ini

adalah planlet tembakau yang dikecambahkan secara in vitro berumur 3-4 minggu

dan memiliki jumlah daun 5-6.

C. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas

Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 6. Daftar perlakuan cekaman logam pada tembakau

Logam Konsentrasi Waktu pH

Cd (CdCl)2

0 µM 50 µM 100 µM 200 µM 300 µM 14 hari 5.8

Pb

Pb(NO3)2

0 µM 5 µM 20 µM 50 µM 100 µM 14 hari 5.5-5.7

Cu

(CuSO4)

0 µM 50 µM 100 µM 150 µM 200 µM 14 hari 5.1-5.6

b. Variabel Terikat

Pertumbuhan planlet tanaman tembakau pada saat uji toleransi dengan

dengan parameter:

1. Pertambahan panjang akar, pengukuran dilakukan secara berkala pada hari

pemaparan ke 1, 5, 10, dan 14 pada akar terpanjang tiap sampel.

2. Pertambahan jumlah akar, perhitungan dilakukan secara berkala pada hari

pemaparan ke 1, 5, 10, dan 14.

Page 30: Download (1897Kb)

18

c. Variabel Kendali

Variabel kendali yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ialah:

a. Suhu ruang tanam dan ruang inkubasi 20-26 0C.

b. Cahaya disuplai oleh 1 lampu TL 40 Watt.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian didesain dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap

perlakuan dilakukan dengan 5 ulangan. Jumlah ulangan menurut (Zulkarnaen

2009) ditentukan menggunakan rumus perlakuan x (ulangan-1) ≥ 15. Berikut

merupakan rancangan penelitian yang akan digunakan.

No Logam ∑ Perlakuan Ulangan ∑ Sampel

1 Cu 5 5 25

2 Cd 5 5 25

3 Pb 5 5 25

Total sampel 75

E. Prosedur Penelitian

1. Persiapan sampel

a. Persiapan media

Media yang digunakan adalah media MS (Murashige and Skoog,

1962). Pembuatan media dimulai dengan memasukan larutan stok masing-

masing 10 ml (CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, KH2PO4, NH4NO3, KNO3, hara

mikro, vitamin, myo-inositol, FeEDTA,) ke dalam beker gelas 1 liter,

kemudian disuplemen dengan sukrosa 30 gram dan diaduk sampai homogen.

Selanjutnya setelah homogen larutan ditambah aquades sampai 1 liter dan

kadar pH diatur agar mencapai pH 5.8-6, jika pH masih asam larutan perlu

ditambahkan beberapa tetes NaOH dan jika terlalu basa larutan ditambah

dengan HCl. Kemudian media dipanaskan dan ditambah bubuk agar sebanyak

7,5 g dan diaduk hingga homogen.

Media kemudian dimasukkan ke dalam botol jam ukuran besar dan

ditutup dengan tutup tahan panas, 1 liter media dapat digunakan untuk 24

botol besar. Proses dilanjutkan dengan sterilisasi media dalam autoclav selama

20 menit pada suhu 121º C. Media yang telah disterilisasi kemudian disimpan

Page 31: Download (1897Kb)

19

dalam ruang penyimpanan selama tiga hari untuk mengetahui terjadi tidaknya

kontaminasi.

b. Persiapan eksplan

Di dalam LAF yang sudah dibersihkan dengan alkohol 70 % dan

disinari oleh sinar UV selama 1 jam, eksplan berupa biji N. tabacum

disterilisasi permukaan dengan cara direndam dalam ethanol 70% selama 5

menit, lalu direndam dalam 20% larutan Bayclin (5.25% NaClO) selama 5

menit. Eksplan selanjutnya dibilas dengan air steril sebanyak dua kali,

kemudian dikeringanginkan di atas kertas tissue steril. Sebanyak 3 eksplan

dikecambahkan pada botol jam ukuran 150 ml berisi media MS0 diinkubasi

dalam ruang gelap selama 2 hari kemudian diinkubasi dengan pencahayaan

TL 40 watt dan suhu 26 selama 3-4 minggu.

2. Uji toleransi

a. Persiapan media dan perangkat

Pada uji toleransi terdapat 2 kali pembuatan media yaitu media untuk

aklimatisasi berupa ½ MS0 dan media untuk uji cekaman berupa ½ MS0

ditambah logam (Tistama et al. 2012). Alat-alat berupa beker gelas 1 liter dan

pengaduk disiapkan terlebih dahulu. Larutan stok digunakan sesuai pembuatan

media ½ MS0 dimulai dengan memasukan masing-masing 5 ml larutan stok

(CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, KH2PO4, NH4NO3, KNO3, hara mikro, vitamin,

myo-inositol, FeEDTA,) ke dalam beker gelas ukuran 1 liter dan diaduk

sampai homogen. Selanjutnya setelah homogen larutan ditambah aquades

sampai 1 liter dan kadar pH diatur pada kisaran 5.8-6 untuk media aklimatisasi

dan disesuaikan menurut jenis logam untuk media uji cekaman, jika pH masih

asam larutan perlu ditambahkan beberapa tetes NaOH namun jika terlalu basa

larutan ditambah dengan HCl.

Alat yang digunakan dalam uji tantang logam ini adalah bak plastik

berukuran 20 x 30 cm untuk menampung media, pot bibit plastik sebagai

wadah planlet, sterofoam untuk menyangga pot, dan aerator. Masing-masing

wadah diisi dengan 1 liter media setengah MS yang sesuai perlakuan. Pot bibit

Page 32: Download (1897Kb)

20

plastik di isi disangga dengan sterofoam agar planlet tidak tenggelam (Gambar

2). Penggaris dipersiapkan untuk mengukur kedalaman media perhari.

b. Aklimatisasi planlet

Planlet yang sudah berumur 3-4 minggu dengan jumlah daun 5-6

dikeluarkan dari botol kultur dan dicuci dengan air mengalir dan disisipkan

pada pot plasik yang sudah dipersiapkan. Planlet ini kemudian diinkubasi pada

media ½ MS0 cair tanpa logam selama 3 hari sebelum dipindahkan ke media

setengah MS yang mengandung logam.

c. Uji cekaman

Planlet tembakau dari tahapan aklimatisasi dipindahkan ke media ½

MS yang mengandung logam setelah inkubasi selama 3 hari, hal ini bertujuan

untuk memastikan plantet dapat beradaptasi pada media cair setelah

sebelumnya ditumbuhkan pada media padat. Alkohol 70% disemprotkan di

sekitar bak untuk menghindari kontaminasi. Planlet tembakau diletakkan di

dalam bak media dan aerator dipasang ke dalam bak media. Aerator berfungsi

mencegah logam dalam media mengendap dan menghomogenkan larutan

media. Pemaparan dilakukan selama 14 hari dan media diperbaharui setiap 3

hari.

d. Pengamatan histologis

Pada pembuatan preparat histologis semipermanen uji toleransi

cekaman logam digunakan pewarna yang berbeda yaitu hematoxylin

(Ratheesh et al.2010) untuk cekaman Cd, methylen blue untuk cekaman Cu

(Arduini et al. 1995) dan crystal violet untuk Pb (Kopittke et al. 2007). Proses

dimulai dengan memilih akar terpanjang dari setiap sampel dan dicuci dengan

Tempat penyisipan planlet.

Gambar 3. Model pot plastik penyisip planlet

Page 33: Download (1897Kb)

21

aquades. Untuk metode whole mount, ujung akar dipotong sepanjang 5 mm

kemudian direndam dalam larutan pewarna selama 10 menit, potongan

kemudian diletakkan pada gelas benda dan ditutup dengan kaca penutup.

Setelah proses penutupan, kaca penutup ditekan dengan hati-hati. Kemudian

preparat diamati di bawah mikroskop dan difoto.

F. ANALISIS DATA

1. Analisis kuantitatif

Data berupa pertumbuhan plantlet pengambilan data dihitung pada akhir

penelitian. Dengan parameter sebagai berikut.

1. Pemanjangan akar, pengukuran dilakukan secara berkala pada hari pemaparan

ke 1, 5, 10, dan 14 pada akar terpanjang tiap sampel.

2. Pertambahan jumlah akar, perhitungan dilakukan secara berkala pada hari

pemaparan ke 1, 5, 10, dan 14.

Tabel 7. Rekap pengambilan data untuk uji toleransi tembaga.

Keterangan

Cu0 = N. tabacum tanpa kandungan Cu.

Cu1 = N. tabacum dengan konsentrasi Cu 50 μM.

Cu2 = N. tabacum dengan konsentrasi Cu 100 μM.

Cu3 = N. tabacum dengan konsentrasi Cu 150 μM.

Cu4 = N. tabacum dengan konsentrasi Cu 200 μM

Tabel 8. Rekap pengambilan data untuk uji toleransi kadmium.

Perlakuan

(Konsentrasi)

Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

Cu0

Cu1

Cu2

Cu3

Cu4

Perlakuan

(Konsentrasi)

Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

Cd0

Cd1

Cd2

Cd3

Cd4

Page 34: Download (1897Kb)

22

Keterangan

Cd0 = N. tabacum pH 7 tanpa kandungan Cd.

Cd1 = N. tabacum dengan konsentrasi Cd 50 μM.

Cd2 = N. tabacum dengan konsentrasi Cd 100 μM.

Cd3= N. tabacum dengan konsentrasi Cd 200 μM.

Cd4= N. tabacum dengan konsentrasi Cd 300 μM.

Tabel 9. Rekap pengambilan data untuk uji toleransi timbal.

Keterangan

Pb0 = N. tabacum pH 7 tanpa kandungan Pb.

Pb1 = N. tabacum dengan konsentrasi Pb 5 μM.

Pb2 = N. tabacum dengan konsentrasi Pb 20 μM.

Pb3 = N. tabacum dengan konsentrasi Pb 50 μM.

Pb4 = N. tabacum dengan konsentrasi Pb 100 μM.

Data dianalisis menggunakan uji Analisis Varians (ANAVA) satu jalan

untuk melihat pengaruh tiap kelompok perlakuan. Jika hasil uji Anava signifikan,

maka akan dilakukan uji BNT.

Tabel 10. Rumus Anava satu jalan menurut Sudjana (2005)

Sumber

Variasi

Derajat

Kebebasan

(dB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F

hitung

F Tabel

Perlakuan T-1 JKP KTP KTP

KTG

5 %

Galat T(t-1) JKT KTG

Total (r)(t)-1 JKT

Keterangan

dB : derajat kebebasan

KT : kuadrat tengah

t(1-1/2α) : perlakuan atau treatment

JK : jumlah kuadrat

F : nilai frekuensi

r : replikasi atau ulangan

Perlakuan

(Konsentrasi)

Ulangan Jumlah Rata-

rata

1 2 3 4 5

Pb0

Pb1

Pb2

Pb3

Pb4

Page 35: Download (1897Kb)

23

Selanjutnya untuk dapat menolak atau menerima hipotesis, maka F hitung

yang telah diketahui harus dibandingkan dengan F tabel, sehingga kesimpulan

yang dapat diambil adalah:

1) Bila Fh > Ft Signifikan Ho ditolak, Ha diterima.

2) Bila Fh < Ft Tidak Signifikan Ho diterima, Ha ditolak

Apabila perhitungan dengan uji ANAVA memiliki perbedaan signifikan

maka perhitungan dilanjutkan uji BNT 95% dengan rumus:

BNT α= t(1-1/2 α) 2𝐾𝑇𝐺

𝑟

Selanjutnya, selisih rata-rata pada setiap perlakuan dibandingkan dengan

nilai BNT 5%. Apabila nilai selisih rata-rata tersebut lebih besar dari nilai BNT

5%, maka dapat disimpulkan bahwa kedua perlakuan yang diuji berbeda secara

signifikan.

3. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan terhadap dua parameter yaitu:

1. Anatomi akar

Pengamatan dilakukan setelah inkubasi pada media kultur cair

mengandung kadmium, timbal dan tembaga, pengamatan dilakukan pada hari

ke-14 pemaparan. Proses pembuatan preparat didahului dengan pewarnaan

akar dan dilanjutkan dengan pengamatan dengan mikroskop. Adapun

pengamatan akar akan berfokus pada tingkat kerusakan seperti rusaknya sel

akar dan lokasi penimbunan logam pada akar. Analisis ini dilakukan dengan

membandingkan struktur anatomi akar tembakau yang dicekam oleh logam

pada berbagai konsentrasi dengan struktur anatomi akar tembakau pada media

kontrol.

Akar kemudian diwarnai dengan pewarna Hematoxilyn untuk Cd

(Ratheesh et al. 2010), methylen blue untuk cekaman Cu (Arduini et al. 1995)

dan crystal violet untuk Pb (Kopittke et al. 2007) dan diamati di bawah

Page 36: Download (1897Kb)

24

mikroskop. Dengan mengamati struktur anatomi akar dapat diketahui

distribusi penimbunan logam dalam akar seperti yang dilakukan dalam

Tistama et al. (2011).

2. Warna daun

Pengamatan warna daun dilakukan seperti halnya pada pengamatan

kualitatif yakni pada pemaparan pada hari ke-14. Pengamatan ini bertujuan

untuk mengetahui efek cekaman logam terhadap daun. Analisis yang

dilakukan yaitu membandingkan warna daun pada tiap perlakuan dengan

warna daun pada media kontrol. Analisis warna daun dilakukan dengan

menggunakan chlorophyll meter untuk membandingkan tingkat klorosis daun.

Daun seedling pada konsentrasi kontrol diharapkan memiliki morfologi daun

yang lebih baik dibanding dengan tanaman yang berapa pada media yang

mengandung logam.

Page 37: Download (1897Kb)

25

* berbedasignifikan pada taraf 5%

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Uji Toleransi Logam Cu

Hasil penelitian uji toleransi tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

L.) terhadap cekaman tembaga (Cu) pada parameter pengamatan pertambahan

panjang, pertambahan jumlah akar, akumulasi logam, hasil uji anava satu

jalan, dan uji BNT disajikan pada Tabel 11-17.

Tabel 11. Rerata panjang akar tembakau yang dicekam oleh logam Cu

Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa pertambahan panjang akar

cenderung semakin kecil seiring bertambahnya konsentrasi Cu dalam larutan

media. Oleh karena itu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Cu terhadap

pertambahan panjang akar data diuji dengan anava satu jalan (Tabel 12).

Tabel 12. Hasil uji anava satu jalan pengaruh konsentrasi cekaman Cu

terhadap pertambahan panjang akar tanaman tembakau

Tabel 12 menyajikan data yang menunjukkan bahwa konsentrasi Cu

berpengaruh signifikan terhadap pertambahan panjang akar tanaman tembakau

Konsentrasi Cu

(µM)

Pertambahan panjang akar

(ulangan)

Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

0 6 7 10 4 20 47 9.4

50 8 5 7 9 6 35 7.0

100 6 5 7 5 6 29 5.8

150 0 0 2 5 7 14 2.8

200 3 0 1 4 4 12 2.4

Jumlah total 137

Rata-rata total 5.48

Sumber

Keragaman Jumlah

Kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat

Tengah F Hitung

F tabel

5 %

Perlakuan 172.24 4 43.06 3.844* 2.87

Galat 224.00 20 11.20

Umum 396.24 24

Page 38: Download (1897Kb)

26

pada p<0.05. Selanjutnya dilakukan uji BNT untuk mengetahui konsentrasi

manakah yang berbeda nyata dengan kontrol, hasil uji BNT disajikan pada

Tabel 13.

*Angka yang dibuktikan oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda

signifikan dengan kontrol pada uji BNT α=0,05

Data uji BNT menunjukkan bahwa rerata pertambahan panjang akar

pada konsentrasi 150 µM dan konsentrasi 200 µM Cu berbeda signifikan pada

taraf 5 % dengan konsentrasi 0 µM. Di sisi lain pertambahan panjang akar

pada konsentrasi 50 µM Cu dan 100 µM Cu tidak berbeda nyata dengan

konsentrasi 0 µM (Tabel 13).

Rekapitulasi rerata pertambahan jumlah akar pada Tabel 14

menunjukkan bahwa tidak adanya konsistensi pengaruh konsentrasi Cu

terhadap penurunan jumlah akar. Oleh karena itu analisis anava satu jalan

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Cu terhadap pertambahan

jumlah akar (Tabel 15).

Tabel 13. Hasil uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi cekaman Cu terhadap

pertambahan panjang akar tembakau

Konsentrasi Cu

( µM)

Rerata panjang

akar

0 9.4a

50 7.0a

100 5.8a

150 2.8b

200 2.4b

Tabel 14. Rerata pertambahan jumlah akar tanaman tembakau yang dicekam

oleh logam Cu

Konsentrasi Cu

(µM)

Pertambahan jumlah

akar (ulangan) Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

0 1 3 9 8 4 25 5.0

50 3 4 5 4 7 23 4.6

100 8 0 4 6 4 22 4.4

150 1 4 6 0 7 18 3.6

200 2 1 2 3 2 10 2.0

Jumlah total 98

Rataan total 3.92

Page 39: Download (1897Kb)

27

tntidak berbeda signifikan

Uji anava satu jalan menunjukkan bahwa konsentrasi Cu tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertambahan jumlah akar tanaman tembakau

pada level p<0.05 (Tabel 15).

Tabel 16. Akumulasi logam Cu pada akar tanaman tembakau dengan metode

AAS (Atomic Absorbance Spectrophotometry).

Tabel 16 menyajikan data akumulasi Cu pada akar tembakau.

Akumulasi Cu positif ditemukan pada konsentrasi 100 µM, 150 µM, dan 200

µM Cu. Pada konsentrasi 0 µM dan 50 µM tidak ditemukan akumulasi Cu.

Data tersebut memperlihatkan hubungan linear antara konsentrasi Cu dengan

kadar Cu dalam akar, semakin tinggi konsentrasi Cu semakin besar

kandungan Cu yang dideteksi di dalam akar.

Tabel 17. Hasil pengamatan kualitatif pada daun dan akar semaian tembakau

pada cekaman Cu

Keterangan:

Warna daun : hijau (+++) dan hijau kekuningan (++)

Tekstur akar: keras (+++) dan keras cenderung lunak (++)

Tabel 17 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan warna daun dan

tekstur akar yang signifikan pada kontrol dan perlakuan.Oleh karena itu dapat

Tabel 15. Hasil uji anava pengaruh konsentrasi cekaman Cu terhadap

pertambahan jumlah akar tanaman tembakau

Sumber

Keragaman Jumlah

Kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat

Tengah

F

Hitung

F tabel

5 %

Perlakuan 28.240 4 7.060 1.090tn

2.87

Galat 129.600 20 6.480

Umum 157.840 24

Konsentrasi Cu (µM) Kadar Cu (µg/g)

0 tdk terdeteksi

50 tdk terdeteksi

100 0.206209

150 0.344913

200 3.453577

Parameter Konsentrasi (µM)

0 50 100 150 200

Warna Daun +++ +++ +++ +++ +++

Tekstur akar ++ ++ ++ ++ ++

Page 40: Download (1897Kb)

28

disimpulkan bahwa cekaman Cu pada penelitian ini tidak menyebabkan

klorosis.

Gambar 4. Perbandingan morfologi akar semaian Nicotiana tabacum L. pada

cekaman Cu dengan konsentrasi a) 0 µM (Bar = 8 mm), b) 50 µM

(Bar = 5 mm), c) 100 µM (Bar = 8 mm), d) 150 µM (Bar = 7 mm),

dan e) 200 µM (Bar = 4 mm).

Gambar 5. Perbandingan warna daun semaian Nicotiana tabacum L. pada

cekaman Cu dengan konsentrasi a) 0 µM, b) 50 µM, c) 100 µM,

d) 150 µM, dan e) 200 µM. Bar = 10 mm.

Gambar 6. Anatomi membujur akar (perbesaran 40x) Nicotiana tabacum L.

pada cekaman Cu dengan pewarna methylen blue. a) 0 µM, b) 50

µM, c) 100 µM, d) 150 µM, dan e) 200 µM.

Keterangan :

Index warna daun: 1 (20,1 mg/l), 2 (25,8 mg/l), 3 (31,8 mg/l), 4 (36,2 mg/l),

5 (40,3 mg/l) dan 6 (44,8 mg/l). Satuan mg/l menunjunkan jumlah nitrogen

yang dibutuhkan

S

S S S S

Page 41: Download (1897Kb)

29

Gambar 6 menunjukkan adanya deposit Cu (Cu, panah) pada silinder

pusat (S, panah) pada zona elongasi akar semaian Nicotiana tabacum L.

setelah 14 hari perlakuan dengan kosentrasi Cu; 100 µM, 150 µM, dan 200

µM. Logam Cu terdeteksi dengan pewarnaan menggunakan methylen blue,

pada konsentrasi 150 µM dan 200 µM terdapat timbunan berkas berwarna

terang di antara sel-sel meristematik.

2. Uji Toleransi Logam Cd

Hasil penelitian uji toleransi tanaman tembakau terhadap cekaman

kadmium (Cd) pada parameter pengamatan pertambahan panjang,

pertambahan jumlah akar, akumulasi logam, dan hasil uji anava satu jalan dan

uji BNT disajikan pada Tabel 18-24.

Tabel 18. Rerata panjang akar tembakau yang dicekam oleh logam Cd

Konsentrasi

Cd (µM)

Pertambahan panjang akar

(ulangan) Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

0 17 7 6 9 6 45 9.0

50 5 3 4 4 6 22 4.4

100 5 4 3 4 4 20 4.0

200 4 4 4 2 3 17 3.4

300 0 2 9 6 1 18 3.6

Jumlah total

122

4.88 Rata-rata total

Tabel 18 menyajikan data yang menunjukkan bahwa pertambahan

panjang akar cenderung semakin menurun seiring bertambahnya konsentrasi

Cd dalam larutan media. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

Cd maka data diuji dengan analisis anava satu jalan (Tabel 19).

Tabel 19. Hasil uji anava pengaruh konsentrasi cekaman Cd terhadap panjang

akar tanaman tembakau

* berbeda signifikan pada taraf 5%

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat

Tengah

F

Hitung

F tabel

5 %

Perlakuan 109.04 4 27.26 3.55* 2.87

Galat 153.60 20 7.68

Umum 262.64 24

Page 42: Download (1897Kb)

30

Hasil anava satu jalan pada Tabel 19 menunjukkan bahwa konsentrasi

Cd berpengaruh signifikan terhadap panjang akar tanaman tembakau pada

level p<0.05. Dengan demikian untuk mengetahui konsentrasi manakah yang

berbeda nyata dengan kontrol perlu dilakukan uji BNT yang hasilnya

disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi cekaman Cd terhadap

pertambahan panjang akar tembakau

Angka yang dibuktikan oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda

signifikan dengan kontrol pada uji BNT α=0,05

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa rerata panjang akar pada semua

konsentrasi Cd yaitu; 50 µM Cd, 100 µM Cd, 200 µM Cd, dan 300 µM

berbeda nyata pada taraf 5% dengan konsentrasi 0 µM (Tabel 20).

Tabel 21. Rerata pertambahan jumlah akar tanaman tembakau yang dicekam

oleh logam Cd

Data pada Tabel 21 menyajikan rekapitulasi rerata pertambahan akar

pada cekaman. Data selanjutnya diuji dengan analisis anava satu jalan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh Cd terhadap pertambahan jumlah akar

(Tabel 22).

Konsentrasi Cd

(µM)

Rerata panjang

akar

0 9.0a

50 4.4b

100 4.0b

200 3.4b

300 3.6b

Konsentrasi

Cd (µM)

Pertambahan jumlah

akar (ulangan) Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

0 16 7 5 9 5 42 8.4

50 5 5 3 6 4 23 4.6

100 7 12 4 8 8 39 7.8

200 7 13 10 8 3 41 8.2

300 8 2 3 8 8 29 5.8

Jumlah total 174

Rata-rata total 6.79

Page 43: Download (1897Kb)

31

Tabel 22. Hasil uji anava pengaruh konsentrasi cekaman Cd terhadap

pertambahan jumlah akar semaian tanaman tembakau.

tntidak signifikan pada taraf 5%

Hasil uji anava satu jalan menunjukkan bahwa konsentrasi Cd tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertambahan jumlah akar tanaman tembakau

pada p<0.05 (Tabel 22).

Tabel 23. Akumulasi logam Cd pada akar tanaman tembakau dengan metode

AAS (Atomic Absorbance Spectroscopy).

Tabel 23 menunjukkan bahwa logam Cd ditemukan di setiap sampel

pada konsentrasi 50, 100, 200 dan 300 µM. Adapun kandungan kadmium

terbesar ditemukan pada konsentrasi 200 µM Cd dan terendah pada

konsentrasi 0 µM.

Tabel 24. Hasil pengamatan kualitatif pada daun dan akar semaian tembakau

pada cekaman Cd

Keterangan:

Warna daun: hijau (+++) dan hijau kekuningan (++)

Tekstur akar : keras (+++) dan keras cenderung lunak (++)

Tabel 24 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan warna daun dan

tekstur akar yang signifikan pada kontrol dan perlakuan.Klorosis pada daun

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat

Tengah

F

Hitung

F tabel

5 %

Perlakuan 56.160 4 14.040 1.320tn

2.87

Galat 212.800 20 10.640

Umum 268.960 24

Konsentrasi Cd (µM) Kadar Cd (µg/g)

0 Tidak terdeteksi

50 Tidak terdeteksi

100 0.72164

200 18.860594

300 8.310196

Parameter Konsentrasi (µM)

0 50 100 200 300

Warna daun +++ ++ ++ ++ ++

Tekstur akar +++ ++ ++ + +

Page 44: Download (1897Kb)

32

mulai terlihat pada konsentrasi 50µM dan tidak terlihat pada kontrol. Semakin

tinggi konsentrasi Cd, tekstur akar semakin lunak.

Gambar 7. Perbandingan morfologi akar semaian Nicotiana tabacum L.

pada cekaman Cd dengan konsentrasi a) 0 µM, b) 50 µM, c)

100 µM, d) 200 µM, dan e) 200 µM. Bar: 10 mm.

Gambar 9. Anatomi membujur akar (perbesaran 4x10) Nicotiana tabacum

L. pada cekaman Cd dengan pewarna hematoxylin. a) 0 µM,

b) 50 µM, c) 100 µM, d) 200 µM, dan e) 300 µM.

Gambar 8. Perbandingan warna daun semaian Nicotiana tabacum L. pada

cekaman Cd dengan konsentrasi a) 0 µM, b) 50 µM, c) 100

µM, d) 200 µM, dan e) 200 µM

a b d e

a b c d e

Keterangan :

Index warna daun 1 (20,1 mg/l), 2 (25,8 mg/l), 3 (31,8 mg/l), 4 (36,2 mg/l),

5 (40,3 mg/l) dan 6 (44,8 mg/l). Satuan mg/l menunjukkan jumlah nitrogen

yang dibutuhkan

Page 45: Download (1897Kb)

33

**berbeda sangat signifikan pada taraf 1%

Gambar 9 menunjukkan adanya deposit Cd (tanda panah) pada silinder

pusat (C) pada zona elongasi akar semaian Nicotiana tabacum L. setelah 14

hari pemaparan logam Cd dengan konsentrasi;50µM, 100 µM, 200 µM, dan

300 µM. Pada konsentrasi 200 µM dan 300 µM terdapat timbunan debris sel

akar yang mati di sekitar akar.

3. Uji Toleransi Logam Pb

Hasil penelitian uji toleransi tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L)

terhadap cekaman timbal (Pb) pada parameter pertambahan panjang akar,

pertambahan jumlah akar, akumulasi logam dan uji anava satu jalan dan BNT

Tabel 25-31.

Tabel 25. Rerata pertambahan panjang akar tembakau yang dicekam oleh

logam Pb.

Tabel 25 menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi Pb terhadap

pertambahan panjang akar. Pertambahan panjang menurun seiring

bertambahnya konsentrasi Pb dalam larutan media. Data selanjutnya diuji

dengan analisis anava satu jalan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Pb

terhadap pertambahan panjang akar (Tabel 26).

Konsentrasi

Pb (µM)

Pertambahan panjang Akar

(Ulangan) Jumlah Rataan

1 2 3 4 5

0 10 11 15 8 14 58 11.6

5 8 17 9 9 8 51 10.2

20 16 3 0 3 2 24 4.8

50 1 6 4 2 4 17 3.4

100 3 5 2 2 3 15 3.0

Jumlah total

165

6.6 Rata-rata total

Tabel 26. Hasil uji anava satu jalan pengaruh konsentrasi cekaman Cu terhadap

pertambahan panjang akar tanaman tembakau.

Sumber

Keragaman Jumlah

Kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat

Tengah

F

Hitung

F tabel

1%

Perlakuan 322 4 80.5 5.833** 4.43

Galat 276 20 13.8

Umum 598 24

Page 46: Download (1897Kb)

34

Hasil uji anava satu jalan menunjukkan bahwa konsentrasi Pb

berpengaruh sangat signifikan terhadap pertambahan panjang akar tanaman

tembakau pada level p<0.01 (Tabel 26). Dengan demikian untuk mengetahui

konsentrasi manakah yang berbeda nyata dengan kontrol perlu dilakukann uji

BNT yang disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27. Hasil uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi cekaman Pb terhadap

pertambahan jumlah akar tembakau

Angka yang dibuktikan oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda

signifikan dengan kontrol pada uji BNT α=0,05

Hasil uji BNT pada Tabel 27 yaitu hasil uji lanjut BNT menunjukkan

bahwa rerata panjang akar pada konsentrasi Pb yaitu; 20 µM Pb, 50 µM Pb,

dan 100 µM Pb berbeda nyata dengan konsentrasi 0 µM pada taraf 5%. Pada

konsentrasi 5 µM Pb tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Tabel 28. Rerata pertambahan jumlah akar tanaman tembakau yang dicekam

oleh logam Pb

Tabel 28 menunjukkan bahwa konsentrasi Pb secara signifikan

menyebabkan menurunnya pertambahan jumlah akar. Selanjutnya untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh Pb maka data diuji dengan analisis anava

satu jalan (Tabel 29).

Konsentrasi Pb

(µM)

Rerata panjang

akar

0 11.6 a

5 10.2 a

20 4.8b

50 3.4b

100 3.0b

Konsentrasi

(µM)

Pertambahan jumlah

akar (Ulangan) Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

0 8 7 10 7 5 37 7.4

5 7 3 5 3 6 24 4.8

20 5 2 3 1 4 15 3.0

50 3 1 6 4 4 18 3.6

100 1 2 3 1 3 10 2.0

Jumlah total

104

Rata-rata total

4.16

Page 47: Download (1897Kb)

35

** berbeda sangat signifikan pada taraf 1%

Tabel 29 menyajikan hasil anava satu jalan yang menunjukkan bahwa

konsentrasi Pb berpengaruh sangat signifikan terhadap pertambahan jumlah

akar tanaman tembakau pada level p<0.01. Dengan demikian untuk

mengetahui konsentrasi manakah yang berbeda nyata dengan kontrol perlu

dilakukannya uji BNT yang disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30. Hasil uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi cekaman Pb terhadap

pertambahan jumlah akar tembakau

Angka yang dibuktikan oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda

signifikan dengan kontrol pada uji BNT α=0,05

Hasil uji lanjut BNT pada Tabel 30 menunjukkan bahwa rerata

pertambahan jumlah akar pada semua konsentrasi Pb yaitu; 5 µM Pb, 20 µM

Pb, 50 µM Pb, dan 100 µM Pb berbeda nyata dengan konsentrasi 0 µM pada

taraf 5%.

Tabel 29. Hasil uji anava pengaruh konsentrasi cekaman Pb terhadap

pertambahan jumlah akar tembakau

Sumber Keragaman Jumlah

Kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat

Tengah

F

Hitung

F tabel

1%

Perlakuan 86.160 4 21.540 8.098** 4.43

Galat 53.200 20 2.660

Umum 139.360 24

Konsentrasi Pb

(µM)

Rerata jumlah akar

0 7.4 a

5 4.8b

20 3.0 bc

50 3.6 bc

100 2.0c

Page 48: Download (1897Kb)

36

Tabel 31. Akumulasi logam Pb pada akar tanaman tembakau dengan metode

AAS (Atomic Absorbance Spectophotometry).

Konsentrasi Pb

(µM)

Kadar Pb (µg/g)

0 Tidak terdeteksi

5 Tidak terdeteksi

20 Tidak terdeteksi

50 Tidak terdeteksi

100 0.02392

Tabel 31 menunjukan bahwa akumulasi timbal hanya pada kosentrasi

100 µM (0.02392 µg/g). Pada konsentrasi lain tidak ditemukan adanya deposit

timbal dalam sampel.

Tabel 32. Hasil pengamatan kualitatif pada daun dan akar semaian pada

cekaman Pb.

Keterangan:

Warna daun: hijau (+++) dan hijau kekuningan (++)

Tekstur akar : keras (+++) dan keras cenderung lunak (++)

Tabel 32 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan warna daun dan

tekstur akar pada kontrol dan perlakuan. Klorosis pada daun terlihat pada

konsentrasi 100µM dan tidak terlihat pada kontrol. Semakin tinggi konsentrasi

Pb maka tekstur akar semakin lunak.

Gambar 10. Perbandingan morfologi akar semaian Nicotiana tabacum L.

pada cekaman Pb dengan konsentrasi a) 0 µM, b) 5 µM, c) 20

µM, d) 50 µM, dan e) 100 µM. Bar: 10 mm.

Parameter Konsentrasi (µM)

0 5 20 50 100

Warna daun +++ +++ +++ +++ ++

Tekstur akar +++ +++ +++ ++ ++

Page 49: Download (1897Kb)

37

Gambar 12.

Perbandingan anatomi akar semaian Nicotiana tabacum L. pada

cekaman Pb dengan konsentrasi a) 0 µM, b) 5 µM, c) 20 µM, d)

50 µM, dan e) 100 µM

Gambar 12 menunjukkan adanya deposit Pb (Pb, panah) pada silinder

pusat (S,panah) pada zona elongasi akar semaianNicotiana tabacum L. yang

dicekam pada konsentrasi 20, 50, dan 100 µM. Akumulasi Pb ditunjukkan

adanya penimbunan pewarna crystal violet sepanjang daerah pengangkut akar.

Gambar 11. Perbandingan warna daun Nicotiana tabacum L. pada cekaman

Pb dengan konsentrasi a) 0 µM, b) 5 µM, c) 20 µM, d) 50 µM, dan

e) 100 µM.

Keterangan :

Index warna daun 1 (20,1 mg/l), 2 (25,8 mg/l), 3 (31,8 mg/l), 4 (36,2 mg/l), 5 (40,3

mg/l) dan 6 (44,8 mg/l). Satuan mg/l menunjukkan jumlah nitrogen yang

dibutuhkan

S,Pb S,Pb

S, Pb

a b c d e

S

S

Page 50: Download (1897Kb)

38

B. Pembahasan

1. Pengaruh Cekaman Cu, Cd dan Pb terhadap Pertumbuhan Akar

Pada penelitian ini parameter pertambahan panjang dan jumlah akar

masing-masing cekaman logam menunjukkan respon yang berbeda. Cekaman

Cu dan Cd menghambat pertambahan panjang akar (Tabel 12 & 19), namun

tidak berpengaruh pada pertambahan jumlah akar (Tabel 15 & 22). Sedangkan

cekaman Pb menghambat pertambahan jumlah dan panjang akar (Tabel 26 &

28). Pada dasarnya hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran logam

berat dalam media tanam mampu menghambat pertumbuhan akar.

Pada cekaman Cu pertambahan panjang akar terhambat sedangkan

pertambahan jumlah akar tidak terhambat dan tidak ada hambatan signifikan

pada bagian daun dan batang (aerial part) seperti klorosis dan sebagainya. Hal

ini menunjukkan bahwa Cu sebenarnya tidak mempunyai tingkat toksisitas

yang tinggi terhadap tanaman karena Cu adalah salah satu mikronutrien yang

dibutuhkan oleh tumbuhan. Namun, meskipun Cu merupakan bagian dari

komponen mikronutrien bukan berarti kehadiran Cu tidak menghambat

pertumbuhan. Kehadiran Cu pada konsentrasi yang tinggi menyebabkan

gangguan antara lain yaitu peningkatan permeabilitas plasmalema (Arduini et

al. 1995) sehingga meningkatkan akumulasi Cu dalam sel. Peningkatan

absorbsi Cu menyebabkan mengendurnya ikatan penyusun membran sel

seperti fosfolipid, protein, oligosakarida dan glikolipid.Pernyataan tersebut

didukung oleh Fry et al. (2002) yang menyebutkan bahwa Cu menyebabkan

rusaknya dinding sel sehingga menyebabkan membran sel rusak. Semakin

banyak kerusakan membran sel maka semakin rendah kemampuan sel untuk

menyeleksi mineral yang akan diserap. Konsentrasi Cu yang tinggi

menyebabkan kompetisi antar mineral, dengan banyaknya Cu yang

diakumulasi oleh sel akar maka penyerapan elemen esensial seperti Ca, Fe dan

Mg yang diperlukan tanaman semakin terhambat. Pada akhirnya metabolisme

sel akar terganggu sehingga pertambahan panjang akar terhambat.

Pertambahan panjang akar pada konsentrasi 150 dan 200 µM berbeda

nyata dengan kontrol pada taraf 5% sedangkan konsentrasi 50 dan 100 µM

Page 51: Download (1897Kb)

39

tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi Cu

dalam media semakin banyak Cu diserap oleh akar, akan tetapi respon

tanaman dipengaruhi pula oleh adanya mekanisme pertahanan terhadap

cekaman logam. Dengan kata lain konsentrasi 50 dan 100 µM mampu

ditoleransi oleh tembakau. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, penyerapan Cu

lebih besar sehingga efek toksik lebih terlihat. Akibat cekaman Cu, mineral

penting seperti Ca, K, P, dan Mn konsentrasinya menurun (Lequex et al.

2010). Gangguan penyerapan mineral akibat cekaman Cu terjadi pada Zea

mays (Jiang et al. 2001), dijelaskan pula bahwa cekaman Cu menyebabkan

beberapa hambatan pada pembelahan sel seperti patahnya kromosom,

terjadinya mitosis-c, dan terbentuknya jembatan anafase. Abnormalitas

tersebut disebabkan karena calmodulin (CaM) tidak mampu mengaktifkan

enzim Ca-ATPase sehingga mempengaruhi integritas nukleolus.

Berkurangnya Ca disebabkan oleh menurunnya selektivitas membran sel yang

kemudian mempengaruhi konsentrasi Ca dalam sel, ion Cu pada konsentrasi

tinggi cenderung menggantikan Ca pada situs pertukaran ion (Jiang et al.

2001). Intervensi tersebut kemudian mempengaruhi metabolisme sel sehingga

menghambat pertambahan panjang akar.

Pada parameter pertambahan jumlah akar Nicotiana tabacum L.

cekaman Cu tidak berpengaruh signifikan (Tabel 15). Tidak bertambahnya

jumlah akar dimungkinkan karena peran Cu sebagai mikronutrien yang

dibutuhkan tanaman dan rendahnya respon inisiasi akar baru dibanding

dengan respon elongasi akar terhadap cekaman Cu (Arduini et al. 1995).

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa inisiasi akar baru dan akar lateral

semaian Pinus pinaster tidak dipengaruhi oleh cekaman Cu. Fenomena serupa

ditemukan oleh Mahmood et al. (2007) yang menyatakan bahwa konsentrasi

Cu tidak berpengaruh terhadap jumlah akar. Terbentuknya akar baru dan akar

lateral pada tembakauumumnya berada pada zona diferensiasi dibandingkan

dengan zona elongasi yang berdekatan dengan tudung akar sehingga tidak

sepenuhnya terganggu oleh cekaman logam. Meskipun demikian Lequex et al.

(2010) menemukan bahwa konsentrasi Cu menyebabkan terganggunya

Page 52: Download (1897Kb)

40

regulasi hormon pengatur tumbuh yakni menyebabkan produksi sitokinin

yang berlebihan pada tudung akar sehingga mengganggu aktivitas mitotik

dalam akar yang menyebabkan pembentukan akar baru dan pemanjangan akar

terhambat.

Hasil serupa terdapat pada cekaman Cd yaitu pertambahan panjang

akar berbeda signifikan (Tabel 19) akan tetapi pertambahan jumlah akar tidak

berbeda signifikan (Tabel 22). Mineral Cd tidak memiliki fungsi biologis

sehingga bersifat toksik bagi makhluk hidup meskipun pada konsentrasi yang

rendah. Pada penelitian ini, semakin besar konsentrasi Cd dalam media

semakin sedikit pertambahan panjang akar. Terhambatnya pertumbuhan akar

ini disebabkan oleh absorbsi Cd pada daerah akar. Pada uji BNT pertambahan

panjang akar, hasil pemaparan Cd berbeda nyata dengan kontrol pada taraf

5%. Pada sampel kontrol terjadi pertambahan panjang akar maksimum karena

sel-sel akar tidak mengalami keracunan. Pada tanaman, Cd2+

diserap oleh akar

melalui jalur simplas atau apoplas. Secara fisiologis, cekaman Cd

mempengaruhi keseimbangan kadar makronutrien dan mikronutrien dalam

tumbuhan karena Cd mampu diikat oleh transporter mineral mikronutrien

seperti ZIP (Zinc transporter) yang menyebabkan penyerapan mineral menjadi

berkurang. Secara in vitro Goncalves et al (2009) membuktikan bahwa

kehadiran Cd dalam media mampu mempengaruhi keseimbangan kadar

makronutrien dan mikronutrien. Hal ini terjadi karena konsentrasi ion Cd yang

melimpah pada media menyebabkan adanya kompetisi antar ion baik secara

eksternal maupun internal.

Pada level sitologis kehadiran Cd menyebabkan beberapa abnormalitas

seperti patahnya kromosom, terbentuknya jembatan anafase dan lainnya (Zou

et al. 2012). Gangguan sitologis tersebut pada akhirnya mempengaruhi

pembelahan dan elongasi sel. Akan tetapi gangguan ini sangat tergantung

dengan tinggi rendahnya konsentrasi Cd dan respon akar terhadap cekaman

tersebut.Ion Cd yang diserap sel akar dibawa oleh pengikat logam divalen atau

melalui kanal ion bahkan diikat oleh fitokelatin (Shen et al. 2012). Sebagai

bentuk pertahanan, ion Cd disimpan dalam vakuola oleh transporter pengikat-

Page 53: Download (1897Kb)

41

ATP (Cobbet 2000). Penggunaan transporter bermuatan ATP menyebabkan

tumbuhan kekurangan energi aktif, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih

lama untuk melakukan pembelahan sel. Alasan tersebut pula yang

menjelaskan mengapa cekaman Cd mempengaruhi pertambahan panjang dan

jumlah akar.

Pada parameter jumlah akar, Cd tidak menyebabkan terhambatnya

pertambahan jumlah akar. Hal ini dimungkinkan karena umumnya pemaparan

logam berat seperti Cd, Cu, Fe dan Zn mampu meningkatkan kadar etilen

dalam sel sebagai bentuk pertahanan (Manara 2012). Dengan demikian

munculnya akar baru tidak terganggu secara signifikan. Selain itu mekanisme

pertahanan tanaman tehadap Cd menjadi salah satu faktor tidak terhambatnya

mengapa pertambahan jumlah akar. Secara alami tembakau mampu

memproduksi peptida kelator logam seperti fitokelatin dan methalotheionin

(Krystofova et al. 2012) meskipun dengan jumlah yang terbatas. Peptida

tersebut digunakan oleh tanaman sebagai mekanisme pertahanan sehingga

tidak semua aktivitas fisiologis terganggu.

Uji toleransi yang terakhir yaitu cekaman Pb. Pada uji ini, baik

parameter panjang akar (Tabel 26) dan jumlah akar ( Tabel 28) menunjukkan

perbedaan yang signifikan antar perlakuan sehingga dapat disimpulkan bahwa

cekaman Pb menghambat pertumbuhan akar. Secara umum, Pb yang

dikategorikan sebagai logam berat tidak memiliki fungsi biologis bagi

tumbuhan. Dengan demikian tumbuhan tidak memiliki enzim, transporter atau

mekanisme tertentu untuk memanfaatkan Pb. Oleh karena itu Pb diserap

dengan menggunakan transporter mineral lain sehingga memblokir

penyerapan mineral penting yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan

akar. Penyerapan ion penting yang dibutuhkan tanaman seperti Ca2+

terhambat. Penghambatan ini berhubungan erat dengan perebutan transporter

antara Ca2+

dan Pb2+

.Berkurangnya Ca2+

dalam akar menyebabkan

terganggunya metabolisme sel sehingga menghambat pembelahan sel akar dan

pemanjangan sel. Pada studi-studi sebelumnya Pb berperan dalam penurunan

pertumbuhan akar dan tunas yang disebabkan oleh penurunan pembelahan sel,

Page 54: Download (1897Kb)

42

fotosintesis, dan sintesis protein (Sharma &Dubey 2005). Pada konsentrasi

yang tinggi, kehadiran Pb menyebabkan munculnya akar lateral terhambat

karena hilangnya dominansi apikal (Kopittke et al. 2007). Pernyataan ini

menjelaskan mengapa Pb menghambat pertambahan jumlah akar Nicotiana

tabacum L.

Uji BNT menunjukkan pertambahan panjang akar pada konsentrasi

0µM dan konsentrasi 5µM tidak berbeda nyata sedangkan konsentrasi lainnya

berbeda nyata pada taraf 5% dengan kontrol (Tabel 30). Hal ini dimungkinkan

karena rendahnya konsentrasi Pb dalam media.Konsentrasi yang rendah

menyebabkan penyerapan Pb yang tidak signifikan. Penyebab lain yaitu

tumbuhan mampu mempertahankan diri dari cekaman Pb. Mekanisme

pertahanan terhadap cekaman Pb ditunjukkan oleh Gelliche et al. (2012)

bahwa Medicago sativa mampu beradaptasi dengan memproduksi lapisan lilin

untuk menghindari hilangnya kadar air akibat cekaman Pb. Mekanisme

pertahanan lainnya seperti produksi enzim untuk meminimalisir efek toksik Pb

dikemukakan oleh Cheng (2003). Di sisi lain, perbedaan yang signifikan

ditunjukkan oleh akar pada konsentrasi terbesar yaitu 100 µM. Hasil serupa

dikemukakan oleh Al Khatib et al. (2011) yang menyatakan bahwa efek toksik

terhadap pertumbuhan akar terlihat secara makro pada konsentrasi >100 µM.

Efek toksik tersebut tidak hanya ditemukan pada daerah akar tetapi pada

daerah batang dan daun. Gejala yang ditemukan umumnya adalah klorosis.

Ketiga kontrol Cu, Cd, dan Pb pada media tanpa logam menunjukkan

hasil yang tidak seragam. Hal ini mungkin terjadi karena faktor endogen

seperti sintesis hormone masing-masing unit sampel yang berbeda. Perubahan

kondisi eksogen seperti suhu, cahaya merupakan faktor yang mungkin

mempengaruhi respon sampel. Meskipun demikian, data menunjukkan

kecenderungan yang sama yakni kontrol mempunyai pertambahan panjang

dan jumlah akar yang paling besar.

Pada dasarnya akar sebagai bagian tumbuhan yang bertugas menyerap

mineral memiliki beberapa mekanisme pertahanan. Salah satu respon awal

tanaman dalam mempertahankan kondisi homeostatis pada saat cekaman

Page 55: Download (1897Kb)

43

logam ialah deposit logam dalam jaringan akar. Pada tingkat morfologis, akar

memiliki lapisan luar akar dan tudung akar yang berfungsi mencegah

masuknya mineral atau ion yang tidak dibutuhkan ke dalam jaringan.

Sedangkan pada tingkat seluler, tumbuhan mempunyai beberapa mekanisme

perlindungan terhadap cekaman logam berat antara lain: 1) Aktivasi

antioksidan, baik secara enzimatik (katalase, peroksidase, superoksida

dismutase) dan non-enzimatik (tokoferol, karotenoid, polyfenol) (Cheng

2003); 2.) Meningkatkan produksi senyawa organik seperti malat dan sitrat

sebagai respon cekaman air oleh logam berat Buchanan et al 2000); 3.) Terjadi

perubahan fisio-kemikal pada dinding sel dan membran plasma (Manara

2012); 4. Berubahnya proses fisiologis seperti level fitohormon (Manara

2012); 5). Sintesis peptide pengikat logam dan beberapa protein seperti

gluthatione (GSH), fitokelatin dan protein identik metalothionein (Garg &

Singla2011). Hal ini menjelaskan bahwa pada dasarnya respon tumbuhan

tidaklah seragam sehingga beberapa aktivitas fisiologis terganggu, namun

tumbuhan masih mampu bertahan hidup. Meskipun demikian, aktif tidaknya

mekanisme pertahanan sangat bergantung pada spesies tumbuhan dan

banyaknya konsentrasi logam dalam media tanam (Cobbet 2000).

2. Akumulasi Cu, Cd dan Pb dalam semaian tembakau (Nicotiana tabacum L.)

dan anatomi akar

Mineral yang terdapat pada media baik yang esensial maupun non

esensial akan diserap tanaman dan ditranslokasi dari bagian akar (root)

menuju bagian tajuk (shoot). Mekanisme inilah yang kemudian menjadi awal

mula efek toksik cekaman logam. Beberapa penelitian sebelumnya telah

menemukan bahwa terdapat tiga tahapan mekanisme translokasi logam dalam

tumbuhan. Mekanisme pertama adalah translokasi secara apoplas melalui

ruang antar sel dan dinding sel luar membran plasma. Kedua yaitu translokasi

simplas yang melalui protoplas yang terhubung terus menerus antar

sitoplasma tanpa melibatkan organel sel (Redjala et al. 2009). Mekanisme

yang ketiga melibatkan transporter khusus dalam sel termasuk di dalamnya

Page 56: Download (1897Kb)

44

mekanisme pompa ion dan berbagai tipe transporter yang berbeda. Selain

ketiga mekanisme tersebut, logam berat ditranslokasi melalui aliran transpirasi

via xilem (air, kompleks pengkelat dan logam berat) menuju bagian tajuk

(Krystofova et al. 2012).

Pada penelitian ini uji AAS pada semua cekaman logam menunjukkan

bahwa semakin besar konsentrasi logam maka semakin besar akumulasi logam

ditemukan dalam akar kecuali pada cekaman Cd dimana akumulasi Cd pada

konsentrasi 200 µM lebih besar dibanding dengan konsentrasi 300 µM. Hasil

AAS menunjukkan bahwa akumulasi Cu positif ditemukan pada konsentrasi

100 µM, 150 µM dan 200 µM (Tabel 16) dan semakin tinggi konsentrasi

logam semakin besar akumulasi Cu. Akumulasi terbesar ditemukan pada

konsentrasi 200 µM dan tidak ditemukan akumulasi Cu pada kontrol.

Cu merupakan merupakan mikronutrien yang dibutuhkan tumbuhan

memiliki transporter khusus sehingga mudah diserap oleh tanaman. Menurut

Buchanan et al. (2000) batas kandungan Cu yang dibutuhkan tanaman yaitu 6

µg/g berat kering tanaman. Pada penelitian ini ditemukan bahwa kandungan

Cu terbesar yang ditemukan yaitu 3.4 µg/g. Dengan demikian akumulasi Cu

berada di bawah ambang batas, hal ini berarti secara umum cekaman Cu pada

penelitian ini masih mampu ditolerir oleh tembakau. Penyerapan logam

dipengaruhi oleh faktor konsentrasi, hal ini sejalan dengan Szôllôsi et al.

(2011) yang mengemukakan hasil AAS pada Brassica juncea menunjukkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi semakin besar akumulasi logam. Akan

tetapi pada konsentrasi 50 µM tidak ditemukan akumulasi Cu, secara ilmiah

seharusnya Cu ditemukan dalam akar karena Cu merupakan elemen yang

dibutuhkan tumbuhan. Hal ini dimungkinkan karena rendahnya kandungan

dalam akar sehingga tidak terdeteksi oleh AAS ataupun terjadi gangguan

penyerapan logam.

Pada pengamatan anatomis dan uji AAS, akumulasi Cd positif

ditemukan pada konsentrasi 100 µM, 200 µM dan 300 µM (Tabel 23). Cd

ditranspor secara simplas atau apoplas sehingga akumulasi dalam jaringan

akar cukup signifikan (Nazar et al. 2012). Uji AAS menunjukkan bahwa

Page 57: Download (1897Kb)

45

akumulasi terbesar Cd justru ditemukan pada konsentrasi 200 µM, akan tetapi

baik konsentrasi 200 µM dan 300 µM menunjukkan gejala klorosis yang sama

(Gambar 9). Adanya perbedaan hasil AAS menunjukkan bahwa besarnya

konsentrasi bukanlah faktor mutlak penyerapan logam oleh akar. Perbedaan

akumulasi dimungkinkan oleh beberapa faktor antara lain; kelarutan ion dan

transportasi zat cair dalam sel. Kelarutan ion dipengaruhi oleh oleh beberapa

hal seperti pH, temperatur, cahaya dan interaksi antar ion (Taiz & Zeiger

2010). Selain kelarutan, pengangkutan ion merupakan faktor penting yang

menentukan translokasi dan pengangkutan ion. Selain itu konsentrasi ion,

potensi kimia, potensi elektrik dan tekanan hydrostatik merupakan faktor lain

pengangkutan ion (Taiz & Zeiger 2010). Dengan kata lain, perbedaan

akumulasi dimungkinkan karena berubahnya salah satu faktor tersebut pada

masa pemaparan. Cd larut dalam media pada pH < 7.Pada Kim et al. (2011)

pH larutan berkisar 5.8, penelitian tersebut pula yang menjadi dasar penentuan

pH pada penelitian ini. Akan tetapi semakin rendah pH pelarut penyerapan Cd

semakin meningkat. Faktor lingkungan seperti pH dan temperatur pada

percobaan ini telah diseragamkan, sehingga kemungkinan besar perbedaan

penyerapan dipengaruhi oleh faktor internal seperti transportasi dan interaksi

antar ion.

Pada penelitian ini, hasil AAS menunjukkan bahwa akumulasi Pb

hanya ditemukan pada konsentrasi terbesar yaitu 100 µM (Tabel 31). Hal ini

sejalan dengan hasil pengamatan warna daun dimana hanya pada konsentrasi

100 µM ditemukan gejala klorosis. Hasil AAS ini dimungkinkan karena

akumulasi yang sangat rendah di dalam akar sehingga tidak terdeteksi saat

analisis. Penyebab lain yaitu adanya respon pertahanan pada saat tanaman

dicekam oleh logam.

Secara umum tumbuhan memiliki beberapa mekanisme pertahankan

cekaman logam berat sebagai bentuk dari pertahanan tumbuhan antara lain

(Cobbet 2000): 1) pengkelatan logam berat yang dilakukan dengan produksi

peptida pengkelat logam seperti fitokelatin dan metalotheionin; 2)

immobilisasi, dan 3) kompartementalisasi ion logam dalam vakuola.

Page 58: Download (1897Kb)

46

Mekanisme tersebut memungkinkan tanaman untuk mempertahankan diri dari

cekaman Pb.

Pb yang sudah terlarut pada media cair dengan media siap absorbsi di

serap dan di transport di jaringan pengangkut (xylem dan floem) secara

apoplast (Sharma & Dubey 2005). Akan tetapi, penyerapan ion dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu kelarutan ion dan trasnportasi ion. Kelarutan ion

dipengaruhi oleh oleh beberapa hal seperti pH, temperatur, cahaya dan

interaksi antar ion (Taiz & Zeiger 2010). Selain kelarutan, pengangkutan ion

merupakan faktor penting yang menentukan translokasi dan pengangkutan ion.

Faktor lain seperti konsentrasi ion, potensi kimia, potensi elektrik dan tekanan

hydrostatik merupakan faktor penentu pengangkutan ion (Taiz & Zeiger

2010). Oleh karena itu penyerapan Pb tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya

konsentrasi Pb.

Secara umum pada uji AAS jumlah logam yang terdeteksi jauh lebih

kecil dibandingkan dengan konsentrasi logam yang dilarutkan dalam media.

Hal ini merujuk kepada dua indikasi yaitu penyerapan ion tidak optmal dan

terjadinya proses detoksifikasi ion logam. Indikasi yang pertama yaitu optimal

tidaknya penyerapan ion dipengaruhi dengan oleh banyak faktor seperti

kelarutan ion, transportasi zat cair dalam sel dan lain-lain. Indikasi yang kedua

yaitu adanya kemungkinan eksklusi ion logam melalui transpor aktif.

Mekanisme ini merupakan bentuk adaptasi tumbuhan terhadap cekaman

abiotik seperti cekaman salinitas (Taiz & Zeiger 2010). Ion-ion yang bersifat

toksik terhadap enzim sitosol disimpan dalam vakuola, sehingga kalsium

dalam sel berperan untuk meningkatkan selektivitas membrane terdapat ion

toksik. Hal inilah yang diasumsikan menjadi penyebab rendahnya akumulasi

logam dalam akar.

Pada pengamatan anatomi, deposit Cu ditemukan pada daerah silinder

pusat. Akumulasi yang ditemukan pada akar merupakan gejala utama

toksisitas Cu pada akar yaitu penimbunan Cu pada floem. Selain itu gejala

lignifikasi pada silinder pusat juga merupakan gejala keracunan utama Cu

pada konsentrasi yang lebih tinggi. Pada penelitian ini, akumulasi methylen

Page 59: Download (1897Kb)

47

bluepada silinder pusat disasumsikan sebagai gejala lignifikasi (Gambar 5).

Polimerasi lignin dikatalisis oleh enzim peroksidase dan lakase yaitu

glikoprotein yang mengandung Cu. Pada kondisi cekaman Cu, kedua enzim

tersebut secara optimal mengkatalisis polimerasi lignin dalam jaringan

(Quiroga et al. 2000). Lignifikasi akibat cekaman Cu telah ditemukan pada

Nicotiana tabacum var Turkish oleh Lequex et al. (2010) dan juga ditemukan

oleh Arduini et al. (1995) pada tanaman pinus. Terlepas dari ada tidaknya

lignifikasi jaringan pengangkut, translokasi Cu melalui apoplas pada dinding

sel menyebabkan penimbunan Cu. Akumulasi utama ditemukan pada jaringan

pengangkut disebabkan oleh sifat xylem dan floem yang mampu menyerap ion

bebas atau kompleks ion-transporter.

Pada logam lain, deposit Cd nampak pada daerah silinder pusat.

Mineral anorganik berasosiasi dengan pergerakan mineral organik dan

ditransportasi oleh aliran transpirasi xylem atau oleh floem (Nazar et al.

2012). Pada preparat kontrol, silinder pusat nampak tidak terwarnai sehingga

disimpulkan tidak ditemukan deposit Cd pada jaringan akar. Beberapa

penelitian seperti Sriprang & Murooka (2007) menyebutkan bahwa ion Cd2+

dan komplek PC-Cd2+

ditranslokasi melalui xylem menuju batang dan daun.

Proses translokasi ini dilakukan secara simplastik maupun apoplastik. Dengan

demikian akumulasi Cd ditemukan pada jaringan pengangkut akar. Hasil

serupa juga ditemukan oleh Ratheesh et al. (2010) yang menyatakan bahwa

translokasi Cd ditemukan pada daerah stele dan jaringan pengangkut.

Pada hasil pengamatan juga ditemukan beberapa gejala cekaman Cd

seperti rusaknya jaringan pada akar. Rusaknya jaringan terlihat dari

banyaknya debris disekitar akar, selain itu sel terlihat jelas dan kosong

menunjukkan bahwa integritas sel telah rusak. Rusaknya sel diakibatkan

cekaman Cd yang mengganggu metabolisme sel penyerapan hara essensial

(Kurtyka et al. 2008). Kehadiran Cd juga secara signifikan mampu

mengakibatkan terganggunya pembelahan sel dan aberasi kromosom,

termasuk mitosis-c, patahnya kromosom dan kerusakan lainnya (Zou et al.

2012). Kajian tersebut membuktikan bahwa integritas sel terganggu oleh Cd.

Page 60: Download (1897Kb)

48

Dengan demikian secara anatomis cekaman Cd tidak mampu ditoleran oleh

akar tembakau.

Berbeda dengan hasil AAS, hasil pengamatan anatomi menunjukan

akumulasi Pb pada jaringan akar pada konsentrasi 20, 50 dan 100 µM. Hasil

ini disimpulkan dari analisis kontras warna, jaringan pengangkut dan silinder

pusat akar pada konsentrasi 100 µM berwarna kontras dengan sel pada daerah

lain. Sedangkan akar pada konsentrasi lainnya tidak menunjukkan adanya

kontras pewarna.Pb di translokasi pada tanaman oleh beberapa mekanism

seperti simplas dan apoplas, maupun translokasi ion bebas. Analisis deposit Pb

pada jaringan tumbuhan telah dilakukan pada beberapa studi sebelumnya dan

membuktikan bahwa Pb ditemukan pada berbagai bagian seperti dinding sel,

vakuola, retikulum dan organel lainnya (Kopittke et al. 2007; Ghelich et al.

2013). Deposit Pb pada jaringan pengangkut akar juga ditemukan oleh

Ghelich et al. (2013) yang mengemukakan bahwa terjadi pembengkakan sel

pada akar. Belum dapat dipastikan apakah dalam penelitian ini terjadi

pembengkakan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas pada

penelitian terkait selanjutnya disarankan untuk menggunakan mikroskop

elektron.

3. Pengaruh cekaman Cu, Cd dan Pb terhadap warna daun tembakau dan

morfologi akar

Pada cekaman Cu, tidak ditemukan perbedaan warna daun yang

signifikan antar perlakuan (Gambar 4). Tidak adanya perbedaan warna daun

dimungkinkan karena beberapa faktor antara lain; Cu berperan sebagai nutrien

mikro karena Cu dibutuhkan sebagai komponen seperti plastosianin yang

digunakan untuk beberapa aktivitas enzimatik dalam tumbuhan. Oleh karena

itu Cu mempunyai transporter yang spesifik sehingga tidak perlu berkompetisi

dengan mineral pembentuk klorofil. Selain itu, daya translokasi Cu dari akar

ke batang relatif rendah (Manara 2012), sehingga efek cekaman Cu tidak

sampai pada bagian batang dan daun. Hal ini sejalan dengan Goryet al. (1998)

yang menggunakan Nicotiana tabacum sp sebagai sampel. Di dalam Taiz &

Page 61: Download (1897Kb)

49

Zeiger (2010) dijelaskan bahwa Cu merupakan komponen plastosianin yang

berperan dalam transpor elektron selama terjadinya reaksi terang. Dengan

demikian cekaman Cu tidak menyebabkan klorosis, akan tetapi pada

konsentrasi yang besar dan waktu pemaparan yang lama Cu mampu

menyebabkan klorosis (Marshner 2012). Pada penelitian Lu et al. (2012)

disebutkan sampel tanaman yang dipapar oleh polusi udara menyebutkan

bahwa Cu tidak diakumulasi di akar tetapi diakumulasi pada bagian tajuk. Hal

ini bisa jadi disebabkan karena periode pemaparan yang lama dan terus

menerus meskipun pada penelitian ini efek toksik Cu tidak terlihat secara

makro pada daun, tetapi Cu dapat diakumulasi oleh daun.

Sedangkan pada cekaman Cd, gejala klorosis nampak pada semua

perlakuan Cd dan tidak ditemukan pada kontrol, akan tetapi gejala yang paling

parah terdapat pada konsentrasi 200 µM dan 300 µM (Gambar 7). Klorosis

terjadi karena beberapa faktor antara lain: terganggunya proses sintesis

klorofil dan berkurangnya salah satu mineral pembentuk klorofil seperti Fe,

Mg dan N yang disebabkan oleh munculnya mineral lain (Wann 1930).

Menurut Manara (2012) kehadiran Cd meningkatkan kadar etilen dalam

tanaman yang kemudian memicu sintesis auksin. Banyaknya kadar auksin

memicu sintesis enzim klorofilase yang mampu mendegradasi klorofil.

Dengan demikian kehadiran Cd menghambat proses sintesis klorofil, selain itu

intervensi Cd menyebabkan berkurangnya mineral yang digunakan untuk

sintesis klorofil. Karena Cd tidak memiliki fungsi biologis, maka Cd tidak

memiliki transporter yang spesifik. Di lain pihak beberapa transporter mineral

penting Fe2+

dan Zn2+

seperti IRT1 memiliki sensitivitas yang rendah sehingga

dapat pula mengikat mineral lain seperti Cd2+

dan Mn2+

(Manara 2012). Tipe

transporter yang lain seperti ZIP mampu mentranslokasi Mn, Zn, Fe, dan Cd

(Nazar et al. 2012) dengan demikian terjadilah kompetisi antar ion untuk

berikatan dengan transporter. Pada konsentrasi yang tinggi, Cd2+

memiliki

kesempatan berikatan dengan transporter lebih besar daripada Fe2+

sehingga

kadarnya menurun.Berkurangnya Fe2+

secara langsung menyebabkan produksi

klorofil terhambat sehingga menyebabkan klorosis.

Page 62: Download (1897Kb)

50

Pada cekaman Pb, gejala klorosis hanya ditunjukan oleh sampel pada

konsentrasi 100 µM (Gambar 10), hal ini sejalan dengan hasil AAS dimana

hanya pada konsentrasi 100 µM ditemukan akumulasi Pb. Logam Pb diserap

langsung secara apoplas oleh jaringan tumbuhan. Akan tetapi Pb mempunyai

daya translokasi akar ke batang dan daun yang rendah sehingga akumulasi Pb

berkurang pada tiap bagian tumbuhan dimulai dari akar, daun tua, batang dan

daun muda (Piano et al. 2008). Meskipun demikian tinggi rendahnya

konsentrasi Pb mempengaruhi metabolisme pada batang dan daun.

Mekanisme terjadinya klorosis oleh Pb secara umum disebabkan oleh

kompetisi antara Pb dan mineral yang dibutuhkan untuk produksi klorofil

seperti Fe, Mg, dan N sehingga menyebabkan klorosis (Wann 1930). Akan

tetapi secara spesifik kehadiran Pb menurut Sharma & Dubey (2005)

menghambat produksi klorofil secara langsung dalam kloroplas.

Penghambatan dimulai dengan berubahnya komposisi lipid di membran

tilakoid yang kemudian menyebabkan penurunan produksi klorofil,

plastoquinon, karotenoid dan aktivitas NADP+ oksidoreduktase. Penurunan ini

pada akhirnya mengurangi transport elektron dalam kloroplas dan

menyebabkan terganggunya siklus Calvin. Dengan demikian intervensi Pb

dalam metabolisme tersebut dapat menghambat produksi klorofil. Meskipun

demikian, terlihat tidaknya gejala klorosis terkait erat dengan tinggi rendahnya

konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar kemungkinan

terjadinya klorosis.

Parameter morfologi akar pada semua perlakuan logam baik Cu, Cd

dan Pb menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi semakin lunak habitus

akar. Tekstur akar menjadi lunak disebabkan oleh matinya sel-sel akar ataupun

rambut akar. Hal ini disebabkan rusaknya dinding sel akar yang dicekam oleh

logam. Pada cekaman Cu, mekanisme melonggarnya dinding sel dijelaskan

dalam Fry et al. (2004). Logam Cu2+

yang bereaksi dengan polimer dinding sel

mendapat donor elektron dari askorbat dan superoksida sehingga berubah

muatan menjadi Cu+

yang kemudian mengalami reaksi fenton yang

menghasilkan radikal hidroksil. Dengan hadirnya radikal hidroksil proses

Page 63: Download (1897Kb)

51

enzimatik terganggu sehingga ikatan dinding sel mengendur. Rusaknya

dinding sel menyebabkan inflitrasi Cu melalui plasmalema pada sel meningkat

dan menyebabkan gangguan metabolisme sel yang pada akhirnya

menimbulkan kematian. Kerusakan dinding sel dan kematian sel ditemukan

pada cekaman Cd dan Pb yang mempengaruhi tekstur akar (Zou et al. 2012;

Kumar & Tripathi 2008; Kopittke et al. 2007).

Page 64: Download (1897Kb)

52

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari uraian pembahasan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Konsentrasi logam Cu, Cd dan Pb dalam media cair setengah MS

berpengaruh signifikan terhadap pertambahan panjang akar, namun pada

parameter pertambahan jumlah akar logam Cu dan Cd tidak berpengaruh

signifikan. Konsentrasi Cu yang paling optimal dalam menghambat

pertumbuhan akar adalah 200 µM, sedangkan konsentrasi Cd yang paling

menghambat pertumbuhan akar yaitu 300 µM dan pada cekaman Pb

konsentrasi yang secara maksimal menghambat konsentrasi 100 µM.

2. Terdapat perbedaan tingkat parameter kerusakan anatomi akar, akumulasi

logam dan warna daun pada setiap konsentrasi dan jenis logam dalam media.

Ketiga parameter tersebut tidak tergantung satu sama lain, yang berarti

meskipun dicekam oleh logam dan konsentrasi yang sama tiap parameter

dapat menunjukan hasil yang berbeda. Pada cekaman logam Cu besarnya

akumulasi logam dalam akar ekuivalen dengan besarnya konsentrasi Cu

dalam media. Pada cekaman logam Cd akumulasi logam dalam akar tidak

ekuivalen dengan besarnya konsentrasi Cd dalam media. Pada cekaman

logam Pb besarnya akumulasi logam dalam akar ekuivalen dengan besarnya

konsentrasi

3. Berdasarkan analisis kuantitatif, tembakau mampu mentoleransi cekaman

logam Cu pada level ≤ 100 µM, Cd pada konsentrasi < 50 µM dan Pb pada

konsentrasi ≤ 5 µM. Berdasarkan analisis kualitatif tembakau mampu

mentoleransi cekaman pada konsentrasi logam Cu pada level ≤ 50 µM, Cd

pada konsentrasi < 50 µM dan Pb pada konsentrasi ≤ 20 µM.

Page 65: Download (1897Kb)

53

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat dirumuskan saran sebagai

berikut:

1. Untuk penelitian sejenis perlu dilakukan analisis AAS baik pada bagian akar

(root) maupun bagian batang daun (shoot) untuk mengetahui secara detail

pola translokasi logam.

2. Pada penelitian serupa sebaiknya dilakukan uji lanjut yaitu re-growth analysis

untuk mengetahui responsif tidaknya tembakau terhadap pemulihan

pertumbuhan akar pada media nutritif non logam.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut guna mengetahui respon tembakau

(Nicotiana tabacum L.) secara molekuler dan mikroanatomis terhadap

cekaman logam berat Cu, Cd dan Pb

Page 66: Download (1897Kb)

DAFTAR PUSTAKA

Anaspec Inc. 2008. Phytochelatin Peptide. Fremont: Anaspec Inc

[Anonim]. 2013. Fact Sheet-Nicotiana tabacum L. Di dalam www. flora. sa. gov.

au/efsa/lucid/Solanaceae/Nicotiana%20species/key/Australian%20Nicotia

na%0sspecies/Media/Html/Nicotiana_tabacum.htm [7 Maret 2013]

[Anonim].2013. List of hyperaccumulator plants. Di dalam http ://en. wikipedia.

org/w/index. php?oldid=402229528 [ 9 September 2013]

[Anonim]. 2013. Source, level and movememnts of lead in the environment. Di

dalam http://www4.hmc.edu:8001/Chemistry/Pb/resources/pb%20sources.pdf [7

juni 2013]

[Anonim]. 2013. Tembakau. Di dalam http :// dishutbunnak. Majalengkakab

.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=23:tembakau&ca

tid=13:potensi-perkebunan&Itemid=13 [7 november 2013]

Alaoui-Sossé B, Genet P, Vinit-Dunand F, Toussaint ML, Epron D, Badot PM.

2004. Effect of copper on growth in cucumber plants (Cucumis sativus)

and its relationships with carbohydrate accumulation and changes in ion

contents. Plant Sci 166 :1213–1218.

Alkhatib R, Creamer R, Lartey RT, Ghoshroy S. 2011. Effect of lead (Pb) on the

systemic movement of RNA viruses in tobacco (Nicotiana tabacum var.

Turkish). Plant Cell Rep 30:1427–1434 (a).

Alkhatib R, Maruthavanan J, Ghoshroy S, Steiner R, Sterling T, Creamer. 2011.

Physiological and ultrastructural effects of lead on tobacco. Biol

Plantarum 56 : 711-716 (b).

Anggraito YU, Suharsono, Pardal SJ, Sopandie D. 2012. Transformasi genetik

Nicotiana benthamiana L dan kedelai dengan gen MaMt2 penyandi

metallothionein Tipe II dari Melastoma malabathricum L. Forum

Pascasarjana 35:179-188.

Arduini I, Godbold DL, Onnis A. 1995. Influence of copper on root growth and

morphology of Pinus pinea L. and Pinus pinaster Ait. Seedlings. Tree

Physiol 15: 411-415.

Ayodele JT, Kiyawa SA. 2010. Haemanthus and Mitracarpus scaber as

bioaccumulators of heavy metals. J Int Env App & Sci, 5: 878-882.

Page 67: Download (1897Kb)

55

Baranowska-Morek A, Wierzbicka M. 2004. Localization of lead in root tip of

Dianthus carthusianorum. Acta Biol Cracoviensia Ser Botanica 46: 45-56.

Blaylock MJ, Salt D, Dushenkov S, Zakharova O, Gussman C, Kapulnik Y,

Ensley B, Raskin A. 1997. Enhanced accumulation of Pb in indian

mustard by soil-applied chelating agents. Environ Sc Technol 31: 860-865.

Buchanan BB, Gruissem W, Jones RL. 2000. Biochemistry & Molecular Biology

of Plants. Maryland: American Society of Plant Physiologists

Butare L, Rao I, Lepoivre P, Polania J, Cajiao C, Cuasquer J, Beebe S. 2011. New

genetic sources of resistance in the genus Phaseolus to individual and

combined aluminium toxicity and progressive soil drying stresses.

Euphytica 181:385-404.

Cheng S. 2003. Effects of heavy metals on plants and resistance mechanisms.

Environ Sci & Pollut Res 10: 256 - 264

Cobbet CS. 2000. Phytochelatins and their roles in heavy metal detoxification.

Plant Physiol, 123: 825–832.

Fry SC, Miller JC, Dumville JC. 2002. A proposed role for copper ions in cell

wall loosening. Plant Soil 247: 57–67.

Ganapathi TR, Suprasanna P, Rao PS, Bapat VA. 2004. Tobacco (Nicotiana

tabacum L)- A model system for tissue culture interventions and genetic

engineering. Ind J Biotech 3: 171-184.

Garg N, Singla P. 2011. Arsenic toxicity in crop plants: physiological effects and

tolerance mechanisms. Environ Chem Lett 9: 303–321.

Ghelich S 1, Zarinkamar, Fatemeh. 2013. Histological and ultrastructure changes

in Medicago sativa in response to lead stress. Phyto J 2: 20-29

Gonçalves JF, Antes FG, Maldaner J, Pereira LB, Tabaldi LA, Rauber R,

Rossato LV, Bisognin DA, Dressler VL, de Moraes Flores EM, Nicoloso

FT. 2009. Cadmium and mineral nutrient accumulation in potato plantlets

grown under cadmium stress in two different experimental culture

conditions [Abstrak]. Di akses berkala pada

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0981942809001053

Gori P, Schiff S, Santandrea G, Bennici A. 1998. Response of in vitro cultures of

Nicotiana tabacum L. to copper stress and selection of plants from Cu-

tolerant callus. Plant Cell Tiss Organ Cult 53: 161–169.

Page 68: Download (1897Kb)

56

Grispen VMJ, Hakvoort HWJ, Bliek T, Verkleij JAC, Schat H. 2009. Combined

expression of the Arabidopsis metallothionein MT2b and the heavy metal

transporting ATPase (HMA4) enhances cadmium tolerance and the root to

shoot translocation of cadmium and zinc in tobacco. Di dalam: Bouter

LM, editor. Exploring Cadmium Phytoextraction with Brassica napus and

Nicotiana tabacum: Breeding and Selection versus Genetic Engineering.

Universiteit Amsterdam. Hlm 78-96.

Hede AR, Skovmand B, Lopez-Cesatia J. 2001. Acid soils and aluminum toxicity.

App Physiol Wheat Breeding Chapter 15: 172-182.

Herman DZ. 2006. Tinjauan terhadap tailing mengandung unsur pencemar arsen

(As), merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kadmium (Cd) dari sisa pengolahan

bijih logam. J Geologi Indo 1: 31-36.

Hidayati N. 2005. Fitoremediasi dan potensi tumbuhan hiperakumulator [ulasan].

Hayati 12: 35-40.

Hock B, Wolf NM. 2005. Characteristic of plant life: hazard from pollutant. Di

dalam: Hock B, Elstner EF, editor. Plant Toxicology (fourth edition). New

York: Marcel Dekker.

Järup L. 2003. Hazards of heavy metal contamination. Brit Med Bull 68: 167-182.

Jiang W, Liu D, Liu X. 2001. Effects of copper on root growth, cell division and

nucleolus of Zea mays. Biol Plant 44:105-109.

John DA, Leventhal JS. 1995. Bioavailability of metals. Di dalam

http://pubs.usgs.gov/of/1995/ofr-95-0831/CHAP2.pdf diakses pada 17

September 2013

Joshi A, Kothari SL. High copper levels in the medium improves shoot bud

differentiation and elongation from the cultured cotyledons Capsicum

annuum L. Plant Cell Tiss Organ Cult 88:127–133.

Kelkar TS, Bhalerao SA.2013. Beneficiary effect of arbuscular mycorrhiza to

Trigonella Foenum-Graceum in contaminated soil by heavy metal. Res J

Recent Sci 2:29-32.

Kim YN, Kim JS, Seo SG, Lee Y, Baek SW, Kim IS, Yoon HS, Kim KR, Kim

SH, Kim KH. 2011. Cadmium resistance in tobacco plants expressing the

MuSI gene. Plant Biotechnol Rep 5:323–329.

Kopittke P, Asher CJ, Kopittke RA, Menzies NW. 2007. Toxic effects of Pb2+

on growth of cowpea (Vigna unguiculata). Envir Poll 150: 280-287.

Page 69: Download (1897Kb)

57

Krystofova O, Zitka O, Krizkova S, Hynek D, Shestivska V, Adam V, Hubalek V,

Mackova M, Macek T, Zehnalek J. 2012. Accumulation of cadmium by

transgenic tobacco tlants (Nicotiana tabacum L.) carrying yeast

metallothionein gene revealed by electrochemistry. Int. J. Electrochem.

Sci. 7: 886-907

Kumar G, Tripathi R. 2008. Lead-induced cytotoxicity and mutagenicity in grass

pea. Turk J Biol 32: 73-78.

Kurtyka R, Małkowski E, Kita A, Karcz W. 2008. Effect of calcium and cadmium

on growth and accumulation of cadmium, calcium, potassium and sodium

in maize seedlings. Polish of Environ Study 17:51-56.

Lequeux H, Hermans C, Lutts S, Verbruggen N. 2010. Response to copper excess

in Arabidopsis thaliana: Impact on the root system architecture, hormone

distribution, lignin accumulation and mineral profile. Plant Physiol

Biochem 48: 673-682.

Levine M. 2013. Effect of pH on Heavy Metal Concentration [artikel]. Dalam

http://www.nist.gov/data/PDFfiles/jpcrd444.pdf diakses pada 26

September 2013

Li L, Cheng H, Peng J, Cheng S. 2010. Construction of a plant expression vector

of chalcone synthase gene of Ginkgo biloba L. and its genetic

transformation into tobacco. Chin Agric 4:456-462.

Liu X P, Peng K J, Wang A G, Lian C L, Shen Z G. 2010. Cadmium

accumulation and distribution in populations of Phytolacca americana L.

and the role of transpiration. Chemosphere, 78: 1136–1141.

Lu Z, Zhi Y, Wang Z, Hua Y, Hong G, Camada E, Yao Y. Absorption and

accumulation of heavy metal pollutants in roadside soil-plant systems –a

caase study for western inner Mongolia. Di dalam: Luo Y. Novel

Approaches and Their Applications in Risk Assessment. Shanghai: Intech

China.

Longchamp M, Angeli N, Castrec-Rouelle M. 2013. Selenium uptake in Zea mays

supplied with selenate or selenite under hydroponic conditions. Plant Soil

362:107-117.

Luo Y, Wei Q, Huang M, Xu Y, Chen F. 2006. Isolation of a genomic DNA for

Jatropha curcas ribosome inactivating protein and its tobacco

transformation. J Shanghai Univ 10(5): 461-464.

Maheshwari P, Kovalchuk I. 2011. Combination of ammonium nitrate, cerium

chloride and potassium chloride salts improves Agrobacterium

Page 70: Download (1897Kb)

58

tumefaciens-mediated transformation of Nicotiana tabacum. Plant Biotech

Rep [terhubung berkala]. http://springerlink.com diakses pada 25 April 2013

Mahmood T, Islam KR, Muhammad S. 2007. Toxic effects of heavy metal on

early growth and tolerance of cereal crops. Pak J Bot 39: 451-462

Manara A. 2012. Plants responses in heavy metal toxicity. Di dalam: Furini A,

editor. Plants and heavy metals. SpringerBriefs in Biometals: 27-53

Manggara PP, Denni W, Sabtanto JS, Asep A. 2007. Penyelidikan potensi bahan

pada tailing PT. Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika. Prosiding

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan Tahun 2007.

Pusat Sumber Daya Geologi. hlm 1-9.

Marschner H. 2012. Mineral Nutrition of Higher Plants (Third edition). Academic

Press: London

Mikkelsen MD, Pedas P, Schiller M, Vincze E, Mills RF, Borg S, Møller A,

Schjoerring JK, Williams LE, Baekgaard L, Holm PB, Palmgren MG.

2012. Barley HvHMA1 is a heavy metal pump involved in mobilizing

organellar Zn and Cu and plays a role in metal loading into grains. Plos

one 7: 1-13.

Murjanto D. 2011. Karakterisasi dan perkembangan tanah pada lahan reklamasi

bekas tambang batu bara PT Kaltim Prima Coal [tesis] Bogor: Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Narusaka Y, Narusaka M, Yamasaki S, Iwabuchi M. 2012. Methods to transfer

foreign genes to plants. Di dalam Çiftçi YO, editor. Transgenic Plants -

Advances and Limitations. Shanghai: Intech. hlm 173-188.

Nazar R, Iqbal N, Masood A, Khan MIR, Syeed S, Khan NA. 2012. Cadmium

toxicity in plants and role of mineral nutrients in its alleviation. American

J Plant Sciences 3: 1476-1489.

[NRSC] Natural Resources Conservation Service. 2000. Heavy Metal Soil

Contamination. Urban Technical Note 3: 1-7

O’Neill P. 1994. Environmental Chemistry. Plymouth: Chapman & Hall.

Perry CT, Divan AM Jr, Rodriguez MTR, Atz VL. 2010. Psidium guajava as a

bioaccumulator of nickel around an oil refinery, southern Brazil. Ecotoxic

Environ Safety 73 : 647–654.

Petrescu I, Petolescu C, Coradini C, Lazar A, Banu C, Velicevici G. 2011.

Studies concerning the lead effect in vitro and in vivo on the plants

Page 71: Download (1897Kb)

59

development of Lycopersicum esculentum L. J Hortic Forest Biotech

15:147-150.

Piano LD, Abet M, Sorrentino C, Barbato L, Sicignano M, Cozzolino E,

Cuciniello A. 2008. Uptake and distribution of lead in tobacco (Nicotiana

tabacum L.). J Applied Bot Food Qual 82:21-25.

Pomponi M, Censi V, Girolamo VD, De Paolis A, Di Toppi LS, Aromolo R,

Costantino P, Cardarelli M. 2006. Overexpression of Arabidopsis

phytochelatin synthase in tobacco plants enhances Cd2+

tolerance and

accumulation but not translocation to the shoot. Planta 223: 180–190.

Poschenrieder C, Gunse B, Barcelo J. 1989. Influence of cadmium on water

relations, stomatal resistance, and abscisic acid content in expanding bean

leaves. Plant Physiol 90: 1365-1371.

Quiroga M, Guerrero C, Botella MA, Barcelo´ A, Amaya I, Medina M, Alonso

FJ, Forchetti SM, Tigier H, Valpuesta V. 2000. A Tomato Peroxidase

Involved in the synthesis of lignin and suberin. Plant Physiol 122: 1119–

1127.

Ratheesh CP, Abdussalam A, Nabeesa S, Puthur JT. 2010. Distribution of bio-

accumulated Cd and Cr in two Vigna species and the associated

histological variations. J Stress Physiol Biochem 6: 4-12.

Reddy KJ, Wang L, Gloss SP. 1995. Solubility and mobility of copper and zinc

and lead in acidic environment. Plant Soil 171: 53-58.

Redjala T, Sterckeman T, Morel JL. 2009. Influence of plant cadmium content on

root cadmium uptake [prosiding]. Dipresentasikan pada “Proceedings of

the International Plant” Nutrition Colloquium XVI University of

California

Reichman SM. 2002. The response of plants to metal toxicity: a review focusing

on copper, manganese and zinc. Melbourne: Australian Minerals & Energy

Environment Foundation.

Schutzendubel A, Schwanz P, Teichmann T, Gross K, Langenfeld-Heyser R,

Godbold DL, Polle A. 2001. Cadmium-induced changes in antioxidative

systems, hydrogen peroxide content, and dfferentiation in scots pine roots.

Plant Physiol 127: 887–898.

Szôllôsi R, Kálmán E, Medvegy1 A, Petô1 A, Varga SI. 2011. Studies on

oxidative stress caused by Cu and Zn excess in germinating seeds of

Indian mustard (Brassica juncea L.) Acta Biol Szeg 55:175-178.

Page 72: Download (1897Kb)

60

Sembiring S. 2008. Sifat kimia dan fisik tanah pada areal bekas tambang bauksit

di pulau Bintan, Riau. Info Hutan 5: 123-134.

Sabtanto JS, Suhandi. 2005. Pendataan sebaran unsur merkuri pada wilayah

pertambangan gunung pani dan sekitarnya Kabupaten Pohuwato, Provinsi

Gorontalo. Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA.

Sandrint TR, Maier RM. 2012. Effect of pH on cadmium toxicity, speciation, and

accumulation during naphthalene biodegradation [abstrak]. Di dalam

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12371483 di akses pada 26

September 2013.

Shakoor MB, Ali S, Farid M, Farooq MA, Tauqeer HM, Iftikhar U, Hannan F,

Bharwana SA. 2013. Heavy metal pollution, a global problem and its

remediation by chemically enhanced phytoremediation: A Review. J Bio & Env

Sci 3:12-20.

Shaleh H. 2013. Alih fungsi lahan makin mengkhawatirkan [terhubung berkala] di

dalam_www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/06/13/1606

92/Alih-Fungsi-Lahan-Makin-Mengkhawatirkan diakses pada [13 Juli

2013].

Sharma P, Dubey RS. 2005. Lead toxicity in plants. Braz J Plat Physiol 17:35-52.

Shen GM, Du QZ, Wang JX. 2012. Involvement of plasma membrane Ca2+

/H+

antiporter in Cd2+

tolerance. Rice Sci 19: 161−165

Shukla D, Kesari R, Mishra S, Dwivedi S, Tripathi RD, Nath P, Trivedi PK.

2012. Expression of phytochelatin synthase from aquatic macrophyte

Ceratophyllum demersum L. enhances cadmium and arsenic accumulation

in tobacco. Plant Cell Rep 31:1687–1699.

Singh S, Korripally P, Vancheeswaran R, Eapen S. 2011. Transgenic Nicotiana

tabacum plants expressing a fungal copper transporter gene show

enhanced acquisition of copper. Plant Cell Rep 30:1929–1938.

Sriprang R, Murooka Y. 2007. Accumulation and detoxification of metals by

plants and microbes. Di dalam: Singh SN, Tripathi RD. Environmental

Bioremediation Technologies. Springer: 1-28

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sunarminto BH. 2011. Genesis, karakteristik tanah dan kualitas lahan: peranannya

dalam menumbuhkan tanaman [pidato pengukuhan guru besar].

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Page 73: Download (1897Kb)

61

Suzuki N. 2005. Alleviation by calcium of cadmium-induced root growth

inhibition in Arabidopsis seedlings. Plant Biotech 22: 19–25.

Tistama R, Widyastuti U, Sopandie D, Yokota A, Akashi K, Suharsono. 2012.

Physiological and biochemical responses to aluminium stress in the root of

a biodiesel plant Jatropha curcas L. Hayati 19:37-38.

[UNEP] United Nations Environment Program. 2008. Draft final review of

scientific information on cadmium. Chemical Branch Ver Nov 2008:1-184.

Wann FB. 1930. Chlorosis Yellowing of Plants: Cause and Control. Utah: UAES

Circulars

Yau PY, Loh CF, Azmil IAR. 1991. Copper toxicity of clove Syzygium

aromaticum (L.) Merr. and Perry seedlings. MARDI Res J 19: 49-53.

Yoshihara T, Hodoshima H, Miyano Y, Shoji K, Shimada H, Goto F. 2006.

Cadmium inducible Fe deficiency responses observed from macro and

molecular views in tobacco plants. Plant Cell Rep 25: 365–373

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien.

Jakarta: Agromedia Pustaka.

Zhang J, Zhang X, Duan Y, Han Y. 2013. Construction of a phosphate transporter

gene expression vector and its usage for tobacco transformation. Russ J

Plant Physiol 60:290-294.

Zou J, Yue J, Jiang W, Liu D. 2012. Effects of cadmium stress on root tip cells

and some physiological indexes in Allium cepa var Agrogarium L. Acta

Biol Crac 54:129-141.

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 74: Download (1897Kb)

62

LAMPIRAN I

PengambilandanAnalisis Data

A. RekapPengambilan Data

Logam

Konsentrasi

(µM)

Pertambahanpanjangakar

(ulangan)

Jumlah Rata-rata

(mm)

1 2 3 4 5

Cu

0 6 7 10 4 20 47 9.4

50 8 5 7 9 6 35 7

100 6 5 7 5 6 29 5.8

150 0 0 2 5 7 14 2.8

200 3 0 1 4 4 12 2.4

Cd

0 17 7 6 9 6 45 9

50 5 3 4 4 6 22 4.4

100 5 4 3 4 4 20 4

200 4 4 4 2 3 17 3.4

300 0 2 9 6 1 18 3.6

Pb

0 10 11 15 8 14 58 11.6

5 8 17 9 9 8 51 10.2

20 16 3 0 3 2 24 4.8

50 1 6 4 2 4 17 3.4

100 3 5 2 2 3 15 3

Logam

Konsentrasi

(µM)

Pertambahanjumlahakar

(ulangan)

Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

Cu

0 1 3 9 8 4 25 5

50 3 4 5 4 7 23 4.6

100 8 0 4 6 4 22 4.4

150 1 4 6 0 7 18 3.6

200 2 1 2 3 2 10 2

Cd

0 16 7 5 9 5 42 8.4

50 5 5 3 6 4 23 4.6

100 7 12 4 8 8 39 7.8

200 7 13 10 8 3 41 8.2

300 8 2 3 8 8 29 5.8

Pb

0 8 7 10 7 5 37 7.4

5 7 3 5 3 6 24 4.8

20 5 2 3 1 4 15 3

50 3 1 6 4 4 18 3.6

100 1 2 3 1 3 10 2

62

Page 75: Download (1897Kb)

63

B. Hasilanalisisanavasatujalandanuji BNT

1. HasilAnavasatujalandanuji BNT padacekaman Cu parameter

pertambahanpanjangakar

PanjangAkar

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 172.240 4 43.060 3.845 .018

Within Groups 224.000 20 11.200

Total 396.240 24

Multiple Comparisons

PanjangAkarLSD

(I)

Konsentr

asiCu

(J)

Konsentr

asiCu

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 µM 50 µM 2.400 2.117 .270 -2.02 6.82

100 µM 3.600 2.117 .104 -.82 8.02

150 µM 6.600* 2.117 .005 2.18 11.02

200 µM 7.000* 2.117 .004 2.58 11.42

50 µM 0 µM -2.400 2.117 .270 -6.82 2.02

100 µM 1.200 2.117 .577 -3.22 5.62

150 µM 4.200 2.117 .061 -.22 8.62

200 µM 4.600* 2.117 .042 .18 9.02

100 µM 0 µM -3.600 2.117 .104 -8.02 .82

50 µM -1.200 2.117 .577 -5.62 3.22

150 µM 3.000 2.117 .172 -1.42 7.42

200 µM 3.400 2.117 .124 -1.02 7.82

150 µM 0 µM -6.600* 2.117 .005 -11.02 -2.18

50 µM -4.200 2.117 .061 -8.62 .22

100 µM -3.000 2.117 .172 -7.42 1.42

200 µM .400 2.117 .852 -4.02 4.82

200 µM 0 µM -7.000* 2.117 .004 -11.42 -2.58

50 µM -4.600* 2.117 .042 -9.02 -.18

100 µM -3.400 2.117 .124 -7.82 1.02

150 µM -.400 2.117 .852 -4.82 4.02

Page 76: Download (1897Kb)

64

Multiple Comparisons

PanjangAkarLSD

(I)

Konsentr

asiCu

(J)

Konsentr

asiCu

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 µM 50 µM 2.400 2.117 .270 -2.02 6.82

100 µM 3.600 2.117 .104 -.82 8.02

150 µM 6.600* 2.117 .005 2.18 11.02

200 µM 7.000* 2.117 .004 2.58 11.42

50 µM 0 µM -2.400 2.117 .270 -6.82 2.02

100 µM 1.200 2.117 .577 -3.22 5.62

150 µM 4.200 2.117 .061 -.22 8.62

200 µM 4.600* 2.117 .042 .18 9.02

100 µM 0 µM -3.600 2.117 .104 -8.02 .82

50 µM -1.200 2.117 .577 -5.62 3.22

150 µM 3.000 2.117 .172 -1.42 7.42

200 µM 3.400 2.117 .124 -1.02 7.82

150 µM 0 µM -6.600* 2.117 .005 -11.02 -2.18

50 µM -4.200 2.117 .061 -8.62 .22

100 µM -3.000 2.117 .172 -7.42 1.42

200 µM .400 2.117 .852 -4.02 4.82

200 µM 0 µM -7.000* 2.117 .004 -11.42 -2.58

50 µM -4.600* 2.117 .042 -9.02 -.18

100 µM -3.400 2.117 .124 -7.82 1.02

150 µM -.400 2.117 .852 -4.82 4.02

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

2. HasilAnavasatujalandanuji BNT padacekaman Cu parameter

pertambahanjumlahakar

ANOVA

Jumlahakar

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between

Groups 28.240 4 7.060 1.090 .388

Within Groups 129.600 20 6.480

Total 157.840 24

Page 77: Download (1897Kb)

65

Multiple Comparisons

Jumlahakar

LSD

(I)

Konsentr

asiCu

(J)

Konsentr

asiCu

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 µM 50 µM .400 1.610 .806 -2.96 3.76

100 µM .600 1.610 .713 -2.76 3.96

150 µM 1.400 1.610 .395 -1.96 4.76

200 µM 3.000 1.610 .077 -.36 6.36

50 µM 0 µM -.400 1.610 .806 -3.76 2.96

100 µM .200 1.610 .902 -3.16 3.56

150 µM 1.000 1.610 .542 -2.36 4.36

200 µM 2.600 1.610 .122 -.76 5.96

100 µM 0 µM -.600 1.610 .713 -3.96 2.76

50 µM -.200 1.610 .902 -3.56 3.16

150 µM .800 1.610 .625 -2.56 4.16

200 µM 2.400 1.610 .152 -.96 5.76

150 µM 0 µM -1.400 1.610 .395 -4.76 1.96

50 µM -1.000 1.610 .542 -4.36 2.36

100 µM -.800 1.610 .625 -4.16 2.56

200 µM 1.600 1.610 .332 -1.76 4.96

200 µM 0 µM -3.000 1.610 .077 -6.36 .36

50 µM -2.600 1.610 .122 -5.96 .76

100 µM -2.400 1.610 .152 -5.76 .96

150 µM -1.600 1.610 .332 -4.96 1.76

3. HasilAnavasatujalandanuji BNT padacekaman Cd parameter

pertambahanpanjangakar

ANOVA

PanjangAkar

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 118.160 4 29.540 3.239 .033

Within Groups 182.400 20 9.120

Total 300.560 24

Page 78: Download (1897Kb)

66

Multiple Comparisons

PanjangAkar

LSD

(I)

Konsentras

iCd

(J)

Konsentras

iCd

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound Upper Bound

0 µM Cd 50 µM 4.600* 1.910 .026 .62 8.58

100 µM 5.000* 1.910 .016 1.02 8.98

200 µM 5.600* 1.910 .008 1.62 9.58

300 µM 6.000* 1.910 .005 2.02 9.98

50 µM Cd 0 µM -4.600* 1.910 .026 -8.58 -.62

100 µM .400 1.910 .836 -3.58 4.38

200 µM 1.000 1.910 .606 -2.98 4.98

300 µM 1.400 1.910 .472 -2.58 5.38

100 µM

Cd

0 µM -5.000* 1.910 .016 -8.98 -1.02

50 µM -.400 1.910 .836 -4.38 3.58

200 µM .600 1.910 .757 -3.38 4.58

300 µM 1.000 1.910 .606 -2.98 4.98

200 µM

Cd

0 µM -5.600* 1.910 .008 -9.58 -1.62

50 µM -1.000 1.910 .606 -4.98 2.98

100 µM -.600 1.910 .757 -4.58 3.38

300 µM .400 1.910 .836 -3.58 4.38

300 µM

Cd

0 µM -6.000* 1.910 .005 -9.98 -2.02

50 µM -1.400 1.910 .472 -5.38 2.58

100 µM -1.000 1.910 .606 -4.98 2.98

200 µM -.400 1.910 .836 -4.38 3.58

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 79: Download (1897Kb)

67

4. HasilAnavasatujalandanuji BNT padacekaman Cd parameter

pertambahanjumlahakar

ANOVA

JumlahAkar

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between

Groups 56.160 4 14.040 1.320 .297

Within Groups 212.800 20 10.640

Total 268.960 24

Multiple Comparisons

JumlahAkarLSD

(I)

Konsentrasi

Cd

(J)

Konsentrasi

Cd

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 µM Cd 50 µM 3.800 2.063 .080 -.50 8.10

100 µM .600 2.063 .774 -3.70 4.90

200 µM .200 2.063 .924 -4.10 4.50

300 µM 2.600 2.063 .222 -1.70 6.90

50 µM Cd 0 µM -3.800 2.063 .080 -8.10 .50

100 µM -3.200 2.063 .137 -7.50 1.10

200 µM -3.600 2.063 .096 -7.90 .70

300 µM -1.200 2.063 .567 -5.50 3.10

100 µM Cd 0 µM -.600 2.063 .774 -4.90 3.70

50 µM 3.200 2.063 .137 -1.10 7.50

200 µM -.400 2.063 .848 -4.70 3.90

300 µM 2.000 2.063 .344 -2.30 6.30

200 µM Cd 0 µM -.200 2.063 .924 -4.50 4.10

50 µM 3.600 2.063 .096 -.70 7.90

100 µM .400 2.063 .848 -3.90 4.70

300 µM 2.400 2.063 .258 -1.90 6.70

300 µM Cd 0 µM -2.600 2.063 .222 -6.90 1.70

50 µM 1.200 2.063 .567 -3.10 5.50

100 µM -2.000 2.063 .344 -6.30 2.30

200 µM -2.400 2.063 .258 -6.70 1.90

Page 80: Download (1897Kb)

68

5. HasilAnavasatujalandanuji BNT padacekamanPb parameter

pertambahanpanjangakar

ANOVA

PanjangAkar

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between

Groups 322.000 4 80.500 5.833 .003

Within Groups 276.000 20 13.800

Total 598.000 24

Multiple Comparisons

PanjangAkarLSD

(I)

Konsentr

asiPb

(J)

Konsentr

asiPb

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 µM 5 µ M 1.400 2.349 .558 -3.50 6.30

20 µM 6.800* 2.349 .009 1.90 11.70

50 µM 8.200* 2.349 .002 3.30 13.10

100 µM 8.600* 2.349 .002 3.70 13.50

5 µ M 0 µM -1.400 2.349 .558 -6.30 3.50

20 µM 5.400* 2.349 .032 .50 10.30

50 µM 6.800* 2.349 .009 1.90 11.70

100 µM 7.200* 2.349 .006 2.30 12.10

20 µM 0 µM -6.800* 2.349 .009 -11.70 -1.90

5 µ M -5.400* 2.349 .032 -10.30 -.50

50 µM 1.400 2.349 .558 -3.50 6.30

100 µM 1.800 2.349 .453 -3.10 6.70

50 µM 0 µM -8.200* 2.349 .002 -13.10 -3.30

5 µ M -6.800* 2.349 .009 -11.70 -1.90

20 µM -1.400 2.349 .558 -6.30 3.50

100 µM .400 2.349 .867 -4.50 5.30

100 µM 0 µM -8.600* 2.349 .002 -13.50 -3.70

5 µ M -7.200* 2.349 .006 -12.10 -2.30

20 µM -1.800 2.349 .453 -6.70 3.10

50 µM -.400 2.349 .867 -5.30 4.50

Page 81: Download (1897Kb)

69

Multiple Comparisons

PanjangAkarLSD

(I)

Konsentr

asiPb

(J)

Konsentr

asiPb

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 µM 5 µ M 1.400 2.349 .558 -3.50 6.30

20 µM 6.800* 2.349 .009 1.90 11.70

50 µM 8.200* 2.349 .002 3.30 13.10

100 µM 8.600* 2.349 .002 3.70 13.50

5 µ M 0 µM -1.400 2.349 .558 -6.30 3.50

20 µM 5.400* 2.349 .032 .50 10.30

50 µM 6.800* 2.349 .009 1.90 11.70

100 µM 7.200* 2.349 .006 2.30 12.10

20 µM 0 µM -6.800* 2.349 .009 -11.70 -1.90

5 µ M -5.400* 2.349 .032 -10.30 -.50

50 µM 1.400 2.349 .558 -3.50 6.30

100 µM 1.800 2.349 .453 -3.10 6.70

50 µM 0 µM -8.200* 2.349 .002 -13.10 -3.30

5 µ M -6.800* 2.349 .009 -11.70 -1.90

20 µM -1.400 2.349 .558 -6.30 3.50

100 µM .400 2.349 .867 -4.50 5.30

100 µM 0 µM -8.600* 2.349 .002 -13.50 -3.70

5 µ M -7.200* 2.349 .006 -12.10 -2.30

20 µM -1.800 2.349 .453 -6.70 3.10

50 µM -.400 2.349 .867 -5.30 4.50

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

6. HasilAnavasatujalandanuji BNT padacekamanPb parameter

pertambahanjumlahakar

ANOVA

JumlahAkar

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between

Groups 86.160 4 21.540 8.098 .000

Within Groups 53.200 20 2.660

Total 139.360 24

Page 82: Download (1897Kb)

70

Multiple Comparisons

JumlahAkar

LSD

(I)

Konsentras

iPb

(J)

Konsentras

iPb

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound Upper Bound

0 µ M Pb 5 µM 2.600* 1.032 .020 .45 4.75

20 µM 4.400* 1.032 .000 2.25 6.55

50 µM 3.800* 1.032 .001 1.65 5.95

100 µM 5.400* 1.032 .000 3.25 7.55

5 µ M Pb 0 µM -2.600* 1.032 .020 -4.75 -.45

20 µM 1.800 1.032 .096 -.35 3.95

50 µM 1.200 1.032 .258 -.95 3.35

100 µM 2.800* 1.032 .013 .65 4.95

20 µ M Pb 0 µM -4.400* 1.032 .000 -6.55 -2.25

5 µM -1.800 1.032 .096 -3.95 .35

50 µM -.600 1.032 .567 -2.75 1.55

100 µM 1.000 1.032 .344 -1.15 3.15

50 µ M Pb 0 µM -3.800* 1.032 .001 -5.95 -1.65

5 µM -1.200 1.032 .258 -3.35 .95

20 µM .600 1.032 .567 -1.55 2.75

100 µM 1.600 1.032 .137 -.55 3.75

100 µ M

Pb

0 µM -5.400* 1.032 .000 -7.55 -3.25

5 µM -2.800* 1.032 .013 -4.95 -.65

20 µM -1.000 1.032 .344 -3.15 1.15

50 µM -1.600 1.032 .137 -3.75 .55

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 83: Download (1897Kb)

7. Rekap pengambilan data pertambahan panjang dan jumlah akar pada cekaman Cu, Cd, dan Pb

Tabel 1. Pertambahan panjang akar cekaman Cu

*Patah

Tabel 2. Pertambahan jumlah akar cekaman Cu

Konsentrasi Jumlah akar

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

0 µm 14 14 14 15 16 16 16 19 10 15 18 19 18 21 25 26 16 16 17 20

50 µm 15 16 16 18 10 10 12 14 7 11 12 12 10 11 14 14 14 15 20 21

100 µm 9 11 16 17 12 12 12 12 11 15 15 15 12 12 13 18 8 10 11 12

150 µm 10 10 10 11 11 13 13 15 8 11 13 14 10 10 10 10 11 16 17 18

200 µm 13 13 15 15 9 9 10 10 11 13 13 13 10 10 12 13 16 16 17 18

Konsent

rasi

Ulangan (mm)

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

0 µm 46 49 50 52 32 35 37 39 15 20 23 25 26 28 29 30 36 39 45 56

50 µm 42 43 48 50 51 53 56 56 20 20 25 27 38 42 43 47 43 43 44 49

100 µm 50 53 55 56 23 25 28 28 48 51 55 55 38 40 43 43 52 55 57 58

150 µm 60 62 63 56* 70 70 73 64* 53 54 54 55 34 36 39 39 42 44 49 49

200 µm 36 36 39 39 54 56 57 52* 59 59 60 60 50 51 54 54 36 39 40 40

Page 84: Download (1897Kb)

64

Tabel 3. Pertambahan panjang akar cekaman Cd

Konsentrasi Ulangan (mm)

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

0 µm 50 55 60 67 40 41 43 47 35 37 38 41 46 49 51 55 21 22 25 27

50 µm 51 53 55 56 52 52 53 55 34 35 37 38 47 48 49 51 76 76 78 82

100 µm 50 52 53 55 40 41 41 44 46 46 47 49 47 48 49 51 47 50 50 51

200 µm 35 36 37 39 34 35 37 38 25 26 27 29 25 26 27 27 59 59 60 62

300 µm 56 57 50 53* 57 57 57 59 35 39 40 44 44 40 47 50 66 66 64 67

*patah

Tabel 4. Pertambahan jumlah akar cekaman Cd

Konsentrasi Jumlah akar

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

0 µm 15 19 23 31 10 12 14 17 19 21 22 24 15 17 20 24 10 12 12 15

50 µm 14 14 16 19 13 15 16 18 12 13 13 15 17 17 20 23 10 13 14 14

100 µm 9 10 12 16 13 14 20 25 17 18 20 21 16 17 21 24 10 12 14 18

200 µm 18 19 20 25 13 14 21 26 13 18 20 23 11 11 11 19 11 12 13 14

300 µm 19 19 22 27 13 11 13 15 18 19 20 21 14 19 20 22 12 13 13 20

Page 85: Download (1897Kb)

65

Tabel 5. Pertambahan panjang akar cekaman Pb

Konsentrasi Ulangan (mm)

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

0 µm 53 62 62 63 21 24 26 32 61 65 76 76 51 54 42 59 26 30 38 40

5 µm 59 60 62 67 50 44 49 67 49 49 50 58 31 31 34 40 50 56 57 58

20 µm 25 25 41 41 61 62 63 64 60 56 58 59* 32 31 34 35 56 56 57 58

50µm 41 41 42 42 11 12 14 17 44 46 46 48 41 41 42 43 49 49 50 53

100 µm 43 44 44 46 36 39 40 41 56 56 57 58 68 59 35 70 31 31 34 34

*patah

Tabel 6. Pertambahan jumlah akar cekaman Pb

Konsentrasi Jumlah akar

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

0 µm 19 22 25 27 12 13 17 19 16 18 22 26 10 14 16 17 14 17 19 19

5 µm 18 20 23 25 20 21 22 23 12 13 16 17 13 13 14 16 16 18 20 22

20 µm 10 13 14 15 16 17 17 18 21 22 23 24 14 14 15 15 15 17 17 19

50µm 12 14 15 15 10 10 10 11 13 15 17 19 10 12 14 14 8 10 12 12

100 µm 15 16 16 16 19 19 20 21 19 19 20 22 16 16 16 17 14 14 16 17

Page 86: Download (1897Kb)

Lampiran II

LANGKAH KERJA PENELITIAN

A. Persiapan sampel

Dokumentasi Deskripsi kegiatan

Di dalam LAF, disiapkan media MS padat,

Bunsen, alat tanam steril, petridisk, aquades

steril, kertas tissu, dan sterilan seperti

alkohol 70 % dan kloroks. LAF kemudian

dipapar sinar UV selama 45 menit.

Langkah selanjutnya yaitu sterilisasi biji

dengan alkohol 70 %, larutan kloroks dan

aquades steril. Biji yang sudah steril

kemudian ditanam dalam media MS dengn

menggunakan alat steril.

Biji yang sudah ditanam pada media MS,

diinkubasi pada ruang gelap selama 2 hari

untuk mempercepat proses perkecambahan.

Setelah 2 hari, sampel dipindah ke ruang

terang dan diinkubasi selama 2-3 minggu.

74

Page 87: Download (1897Kb)

57

B. Pemaparan logam

Dokumentasi Deskripsi kegiatan

Setelah 3-4 minggu, semaian tembakau

dipindah ke media setengah MS cair tanpa

logam untuk adaptasi pada media baru.

Setelah 3 hari, semaian semaian tersebut akan

dipindah pada media yang mengandung

logam berat.

Sampel dipindah ke media yang mengandung

logam dan dipapar selama 14 hari. Masing-

masing wadah mengandung konsentrasi

logam yang berbedadan setiap wadah

dilengkapi 1 aerator. Untuk penghindari

transpirasi berlebihan, wadah ditutup plastik.

Pengambilan data kuantitatif dan kualitatif.

Data kuantitatif diambil pada periode tertentu

selama masa pemaparan yakni pada hari

k1,5, 10, dan 14. Sedangkan data kualitatif

berupa foto diambil pada hari ke-14

Pembuatan preparat dengan metode

wholemount, ujung akar dipotong sepanjang

5 mm kemudian direndam dalam larutan

pewarna selama 10 menit, kemudian preparat

diamati dan difoto.

75