diare akut pada bayi dan anak

59
DIARE AKUT PADA BAYI DAN ANAK Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberi kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan. 1 Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare disrtikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi umur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 1,2,3 Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Pada bayi yang masih mendapat ASI tidak jarang frekuensi defekasinya lebih dari pada 3-4 kali sehari; keadaan ini tidak dapat disebut diare, melainkan masih bersifat fisiologis atau normal. Kadang-kadang seorang anak defekasi kurang daripada 3 kali sehari, tetapi konsistensinya sudah encer; keadaan ini sudah dapat disebut diare. 4 1

Upload: michafute

Post on 08-Apr-2016

63 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

DIARE AKUT PADA BAYI DAN ANAK

Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena

istilah yang disebut terakhir ini memberi kesan seolah-olah penyakit ini hanya

disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang

mengalami peradangan.1

Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan

cair. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare disrtikan sebagai buang air

besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari

biasanya. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali,

sedangkan untuk bayi umur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3

kali.1,2,3

Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang

sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan

tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Pada bayi yang masih mendapat

ASI tidak jarang frekuensi defekasinya lebih dari pada 3-4 kali sehari; keadaan ini tidak

dapat disebut diare, melainkan masih bersifat fisiologis atau normal. Kadang-kadang

seorang anak defekasi kurang daripada 3 kali sehari, tetapi konsistensinya sudah encer;

keadaan ini sudah dapat disebut diare.4

Epidemiologi2

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar.

Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.

Di negara yang sedang berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare

merupakan kombinasi dari air yang tercemar, kekurangan protein, dan kalori yang

menyebabkan turunnya daya tahan badan.

1

Page 2: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Penyebab1,3

2

Page 3: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak.

Infeksi enteral ini meliputi :

- Infeksi bakteri : Vibrio, E.colli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

- Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxcakie, Poliomyelitis),

Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan,

seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Brokopneumonia,

Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak umur dibawah 2 tahun.

c. Faktor malabsorbsi

d. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

e. Malabsorbsi lemak.

f. Malabsorpsi protein.

2. Faktor makanan : makana basi, beracun, alergi terhadap makanan.

3. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang menimbulkan diare

terutama pada anak yang lebih besar.

Penyebab umum diare3

3

Page 4: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Bayi:

- Akut:

a. Gastroenteritis

b. Infeksi sistemik

c. Akibat pemakaian antibiotik

- Kronik:

a. Pasca infeksi

b. Defisiensi disakaridase sekunder

c. Intoleransi protein susu

d. Sindrom iritabilitas kolon

e. Fibrosis kistik

f. Penyakit seliakus

g. Sindrom usus pendek

Anak:

- Akut:

a. Gastroenteritis

b. Keracunan makanan

c. Infeksi sistemik

d. Akibat pemakaian antibiotik

- Kronik:

a. Pasca infeksi

b. Defisiensi disakaridase sekunder

c. Sindrom iritabilitas kolon

d. Penyakit seliakus

e. Intoleransi laktosa

f. Giardiasis

4

Page 5: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Beberapa penyebab yang terbukti dapat menyebabkan diare pada manusia 4

Golongan bakteri

1. Aeromonas hidrophilia

2. bacillus cereus

3. Campylobacter jejuni

4. Clostridium difficile

5. Clostridium perfringens

6. Escherichia coli

7. Salmonella spp

8. Shigela spp

9. Staphylococcus aureus

10. Vibrio cholera

11. Vibrio parahaemoliticus

12. Yersinia enterocolitica

Golongan Virus

1. Adenovirus

2. Rotavirus

3. Virus Norwalk (27mm)

4. Astovirus

5. Calivirus

6. Coronavirus

7. Minirotavirus

8. Virus bulat kecil

Golongan parasit

1. Balantidium coli

2. Capillaria philippinensis

3. Cryptosporidium

4. Entamoeba histolytica

5. Giardia lamblia

5

Page 6: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

6. Strongyloides stercolaris

7. Faciolopsis buski

8. Sarcocytis suihominis

9. Trichuris trichiura

10. Candida spp

11. Isopora belli

Dari sekian banyak etiologi diatas, disini hanya akan diuraikan beberapa enteropatogen

spesifik yang dianggap merupakan penyebab utama diare.1,4

Escherichia coli. E.coli menyebabkan sekitar 25 % diare dinegara berkembang. Pada

saat ini telah dikenal 5 golongan E.coli yang dapat menyebabkan diare yaitu ETEC,

EPEC, EIEC, EAEC, EHEC.1,4

ETEC. Merupakan penyebab utama diare dehidrasi dinegara berkembang. Transmisinya

melalui makanan (makanan sapihan/ makanan pendamping) dan minuman yang telah

terkontaminasi. Pada ETEC dikenal dua faktor virulen, yaitu 1) faktor kolonisasi, yang

menyebabkan ETEC dapat melekat pada sel epitel usus halus (enterosit) dan 2)

enterotoksin. Gen untuk faktor kolonisasi dan enterotoksin terdapat dalam plasmid, yang

dapat ditransmisikan ke bakteri E.coli lain. Terdapat dua macam toksin yang dihasilkan

oleh ETEC, yaitu toksin yang tidak tahan panas (heat labile toxin = LT), dan toksin yang

tahan panas (heat stabel toxin = ST). Toksin LT menyebabkan diare dengan jalan

merangsang aktivitas enzim adenil siklase seperti halnya toksin kolera, sedangkan toksin

ST melalui enzim guanil siklase. Bakteri ETEC dapat menghasilkan LT saja, ST saja atau

kedua-duanya. ETEC tidak menyebabkan kerusakan rambut getar (mikrovili) atau

menembus mukosa usus halus (invasi). Diare biasanya berlangsung terbatas antara 3-5

hari, tetapi dapat juga lebih lama (menetap, persisten).1,4

EPEC. Dapat menyebabkan diare berair (”watery diarrhoea”) disertai muntah dan panas

pada bayi dan anak dibawah usia 2 tahun. Diare biasanya terbatas, tetapi dapat berat

(fatal) atau menetap (persisten), terutama pada penderia yang tidak minum ASI. 1,4

EIEC. Biasanya apatogen, tetapi sering pula menyebabkan letusan kecil (KBL) diare

karena keracunan makanan (”food borne”). Secara biokimiawi dan serologis bakteri ini

6

Page 7: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

menyerupai Shigella spp, dapat menembus mukosa usus halus, berkembang biak didalam

kolonosit (sel epitel kolon) dan menyebabkan disentri basiler. Dalam tinja penderita,

sering ditemukan eritrosit dan leukosit.1,4

EAEC. Merupakan golongan E.coli yang mampu melekat dengan kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologis. Diduga bakteri ini mengeluarkan

sitotoksin, dapat menyebabkan diare berair (”watery”) sampai lebih daripada 7 hari

(prolonged diarrhoea)1,4

EHEC. Serotipe 0157 : H7, akhir-akhir ini dikenal dapat menyebabkan kolitis hemoragik

di Amerika. Transmisinya melalui makanan, berupa daging yang dimasak kurang

matang. Diarenya disertai sakit perut hebat (kolik, kram) tanpa atau disertai sedikit panas,

diare cair disertai darah. EHEC menghasilkan sitotoksin yang dapat menyebabkan edema

dan perdarahan usus besar (kolon), maupun haemolytic uremic syndrome. 1,4

Vibrio cholera. Terdapat 2 biotip V.cholera, El Tor dan classic, serta 2 serotipe Ogawa

dan Inaba. Untuk pengobatan, klasifikasi tersebut diatas tidak ada gunanya, karena

pengobatannya sama. El Tor terkenal menyebabkan pandemi ke 7, yang dimulai dari

Sulawesi dan kemudian menyebar ke Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Utara. Di

Indonesia, El Tor telah merupakan endemik, namun insidennya rendah, hanya merupakan

1-2 % dari semua penyebabnya diare pada KLB. Namun karena sifat diarenya yang hebat

(profuse), banyak menyebabkan kematian. Laporan kasus kolera di Indonesia sekkitar

50.000 kasus setahun, dengan angka kematian kurang dari 2 %. Penularannya melalui air

dan makanan yang tercermar oleh V.cholera, namun dapat pula terjadi melalui kontak tak

langsung orang per orang. 4

Patogenesis1

1. Tertelannya bakeri V. cholerae dan masuk ke dalam usus halus.

2. Multiplikasi kuman tersebut di dalam usus halus.

3. Bakteri mengeluarkan enterotoksin kolera yang akan memepengaruhi sel mukosa

usus halus (menstimulasi enzim adenilsiklase). Enzim tersebut mengubah

7

Page 8: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Adenosine Tri Phospat (ATP) menjadi Cyctic Adenosine Mono Phosphate

(cAMP) dan dengan meningkatnya cAMP akan terjadi peningkatan sekresi ion Cl

kedalam lumen usus.

4. Sekresi larutan isotonik oleh mukosa usus halus ( hipersekresi ) sebagai akibat

terbentuknya toksin tersebut.

Fungsi absorbsi lainnya dari mukosa usus halus tidak terganggu karena mukosa tetap

utuh (absorbsi glukosa dan asam amino tetap baik). Dijumpai juga penurunan aktifitas

enzim disakaridase.

Akibat diare dengan atau tanpa muntah yang disebabkan oleh kuman kolera akan terjadi 1

1. Gangguan keseimbangan air (dehidrasi) dan elektrolit.

2. Gangguan gizi (penurunan berat badan dalam waktu singkat).

3. Hipoglikemik (terutama pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi).

Shigella spp. Merupakan 10 % penyebab diare akut pada anak balita di dunia, namun di

Indonesia insidensnya rendah, hanya sekitar 1-2 % saja. Terdapatnya 4 spesies shigella

yang sering menyerang manusia, yaitu S.flexneri, S.connei, S.dysentriae, dan S.boydii.

dinegara berkembang (termasuk Indonesia) yang tersering menyebabkan diare adalah

S.flexneri, sedangkan dinegara maju S.connei. Shigelosis sering disertai panas dan diare

cair berdarah, atau lebih diikenal dengan nama disentri. Tidak jarang pula disertai

tenesmus dan kram perut.

Patogenensis1

Petogenesis terjadinya diare oleh Shigella spp, ialah disebabkan kemampuan mengadakan

invasi ke epitel sel mukosa usus, berkembangbiak didaerah invasi tersebut serta didalam

sel mukosa usus hallus (adenilsiklase) juga mempunyai sifat sitotoksik. Daerah yang

sering terserang ialah ileum terminalis dan usus besar, akibat invasi bakteri ini terjadi

8

Page 9: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

inflitrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut,

sehingga terjadilah tukak-tukak kecil didaerah invasi yang menyebabkan sel-sel darah

merah dan plasma protein ke luar dari sel dan masuk ke lumen usus serta akirnya ke luar

bersama tinja.

Campylobacter jejuni. C.jejuni merupakan penyebab 14 % diare dinegara berkembang

dan negara maju. Di Indonesia prevalensinya sekitar 5,3 %. Selain diare disertai lendir

dan darah, juga terdapat gejala sakit perut disekitar pusat, yang kemudian menjalat ke

kanan bawah dan rasa nyeri menetap di tempat tersebut (seperti pada apendisitis akut). C.

jejuni mengeluarkan 2 macam toksin, sitotoksin dan toksin LT. 1,4

Patogenesis 1

Patogenesis penyakit ini masih belum jelas. Menurut Skirrow (1977) tempat infeksi ini di

ilium, jejenum dan juga usus besar. Terdapat bukti bahwa beberapa strain membentuk

enterotoksin yang tahan panas (ST). Kelainan yang ditemukan berupa peradangan dan

odema, pembesaran kelenjar limfe mesenterium adanya cairan bebas di cavum

peritoneum. Jonjot usus halus ditemukan agak memendek dan melebar tetapi tidak

konsisten seperti pada penyakit coaliac.

Pada pemerikasaan radiologi ditemukan gangguan fungsionil non-spesifik antara lain

berupa hipersektresi dan segmentasi dari gambaran usus pada pemeriksaan barium meal.

Pemeriksaan biopsi post-mortem ileum dan jejenum, ditemukan peradangan dan berisi

cairan tinja yang berdarah. Ileum mengalami nekrosis haemoragik yang menurut Skirrow

disebabkan oleh adanya invasi bakteri kedalam didinding usus halus dan kedalam aliran

darah diusus halus.

Salmonela spp. Di dunia terdapat lebih 2000 spesies, namun hanya 6-10 jenis saja yang

menyebabkan diare. Binatang merupakan reservoir utama, oleh karena itu infeksi

salmonela spp, biasanya disebabkan oleh makanan berasal dari binatang seperti daging,

tellur, susu, dan makanan-makanan daging dalam kaleng. Diare yang disebabkan

Salmonela spp, biasanya disertai rasa mula, kram perut dan panas. Pada 5 % penderita

9

Page 10: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

dapat disertai disentri. Pada saat ini telah banyak dilaporkan kasus diare disebabkan oleh

Salmonela spp, yang telah resisten terhadap ampicilin, kloramfenikol dan trimetoprim-

sulfametoksasol.1,4

Patogenensis1

Patogenesis Salmonela spp, seperti halnya dengan Shigella dapat melakukan invasi ke

dalam mukosa usus halus, hanya perbedaannya ialah tidak berkembang biak dan tidak

menyebabkan inflitrasi sel-sel radang. S typhimurium dapat mengakibakan infeksi

sistemik, termasuk menyerang sistem retikulo-endotelial (RES) dan septikemia

(bakteremia) sehingga terjadi demam.

Staphylococcus spp, Staphylococcus dapat membentuk toksin didalam makanan dan bila

makanan tersebut dimakan manusia dapat timbul gejala keracunan makanan berupa sakit

perut, muntah hebat dan diare ringan, 2-6 jam setelah makan makanan yang

terkontaminasi dengan bakteri ini.

Terdapat 4 macam toksin yang bersifat tahan asam (ST), yaitu tipe A, B, C dan D. Toksin

tipe B dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit pada usus halus. Toksin tipe B dapat

menyebabkan sekresi air dan elektrolit pada usus halus. Toksin Staphylokokus dapat

merusak mucosa usus halus. Toksin Staphylokokus dapat merusak mucosa usus sehingga

menimbulkan diare.1

Clostridium spp, Clostridium spp terutama Clostridium perfringens dapat menimbulkan

keracunan makanan dengan gejala sakit perut dan diare yang diakibatkan oleh

enterotoksin yang memproduksinya. Srain tipe C dapat menyebabkan necrotizing

enterocolitis (NEC) yang timbul secara sekunder akibat invasi ke dalam usus.1

Yersinia enterocolitica, merupakan bakteri yang ditemukan sebagai penyebab dan telah

banyak dilaporkan di berbagai negara terutama di Eropa Utara dan Amerika Utara.

Patogenesis diare oleh Yersinia, terutama srtain serotipe 03, 08, dan 09 ialah dengan jalan

melakukan invasi kedalam mukosa usus, membentuk plasmid perantara, membentuk

enterotoksin yang tahan panas (ST) dan dapat mengaktifkan kegiatan enzim guanila

siklase. Pemeriksaan histologis menunjukan adanya abses-abses kecil di daerah Plaque

10

Page 11: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

peyeri dan kelanjar getah bening. Pada beberapa penderita yang menyebabkan

limfadenitis mesenterikum dan ileitis terminalis yang gejalanya menyerupai apendisitis.1

Aeromonas hydrophilia, Akhir-akhir ini Gracey dkk, (1981) mendapatkan kuman

aeromonas hydrophilia pada penderita diare akut baik yang berobat di Ausrralia maupun

yang dirawat di Jakarta. Frekuensi Aeromonas pada kedua penelitian tersebut berkisar

sekitar 10 %. Chitima dkk (1981) di Bangkok mendapatkan pula kasus-kasus ditemukan

pula pada penderita tanpa diare, tetapi perbedaanya cukup bermakna. Bakteri ini pada

binatang percobaaan menbentuk sitotoksin dan mempunyai kemampuan membuat usus

berdilatasi serta kerusakan pada usus.1

Virus, Telah lama diduga virus sebagai penyebab utama diare. Pada tahun 1958

Eichenwald dkk. Telah berhasil melakukan isolasi virus dari tinja penderita diare, pada

waktu terjadi epidemi di New York. Virus tersebut adalah Entero Cythopathogenic

Orphan (ECHO) tipe 18. virus lain yang dianggap dapat menyebabkan diare adalah virus

poliomyelitis dan virus coxachie. Ketiga virus ini termasuk dalam golongan Enterovirus

golongan lainnya yang dapat menyebabkan diare adalah Adenovirus, Namun demikian

virus tersebut diatas adalah hasil biakan dari tinja penderita diare yang belum dibukikan

100% sebagai penyebab karena kemungkinan adanya kontaminasi waktu pengambilan

spesimen. Pada tahun 1973, Bishop dkk. Di Australia dengan pemeriksaan elektron

berhasil menemukan partikel-partikel virus yang sama dari tinja dan juga dari biopsi usus

penderita diare, sedangkan kemungkinan penyebab lainnya tidak di temukan, sehingga

dengan demikian dibuktikan bahwa virus tersebut yang menjadi penyebabnya. Virus ini

diberi nama Orbivirus atau Duovirus karena ditemuka di daerah duodenum penderita

diare. Penemuan ini kemudian diikuti dengan penemuan virus serupa di Inggris oleh

Fawcett dkk. Dan Di Amerika Serikat oleh Kapikian dkk. Karena bentuk virus ini

menyerupai dinding yang terdiri dari 1 atau2 lapis dan menyerupai roda yang di bahasa

latinnya rota, maka virus ini di beri nama Rotavirus. Nama ini dianggap paling tepat dan

dapat diterima oleh para ahli diseluruh dunia. Rotavirus ini besarnya 70 mm,

menyerupai dinding kapsul yang berbentuk roda dengan batas-batas yang tegas dan dapat

diisolasi dari binatang ternak yang menderita diare seperti anak sapi, mencit, kelinci,

anak domba, kijang dan kera. Oleh karena inilah, dulu diberi nama Orbivirus, karena

11

Page 12: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

berasal dari binatang dan dianggap sebagai penyakit zoonosis. Dinegara maju, rotavirus

merupakan 50% penyebab utama diare. Secara epidemiologiis, prevalensinya meningkat

pada musim dingin dan biasanya yang paling banyak terserang adalah bayi dan terutama

anak kelompok 6 bulan-2 tahun. Di Indonesia, rotavirus pertama kali ditemukan pada

tahun 1975 dari penderita diare yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-

RSCM Jakarta. Prevalensinya pada waktu itu adalah sebanyak 47 %. Ternyata kemudian

Rotavirus ini juga dapat berhasil ditemukan di Yogyakarta dan Medan dengan prevalensi

berkisar sekitar 40%. Biopsi usus halus penderita diare karena rotavirus menunjukan

adanya pemendekan jonjot usus, peningkatan inflitrasi sel radang pada lamina propia,

pembengkakan mitokondria dan bentuk mikrovili (brush border) yang tidak teratur dan

jarang . Sebagai akibatnya kemampuan menyerap (absorbsi) cairan dan elektrolit usus

halus akan terganggu dan juga pencernaan makanan terutama Karbohidrat terganggu

dengan hasil akhir timbul diare. Beberapa jenis virus lain yang kemudian ditemukan dan

diduga juga dapat menyebabkan diare ialah Coronavirus, Astrovirus, Calicivirus dan

Minireovirus, namun jumlahnya tidak sebanyak Rotavirus.1

Rotavirus. Rotavirus merupakan penyebab terbanyak diare akut, kurang lebih sekitar 30-

40 %, terutama pada bayi dan anak usia 6-24 bulan. Diare biasanya cair, disertai muntah

dan panas. Karena Rotavirus menyebabkan kerusakan jonjot-jonjot usus, seringkali

disertai juga intoleransi laktosa, namun tidak terlalu berat. Morfologi usus akan kembali

normal dalam 2-3 minggu setelah sakit.4

Giardia lamblia. Giardia lamblia tersebar diseluruh dunia, terutama menyerang anak usia

1-5 tahun. Penularan melalui makanan, air atau kontak langsung dari orang ke orang.

Giardia lamblia menyebabkan diare akut dan subakut, kadang-kadang disertai sakit perut

serta meteorismus.4

Entamoeba histolitica. E.histolitica tersebar diseluruh dunia. Insidennya rendah dan

sering terjadi overdiagnosis sehingga pengobatannya juga sering berlebihan (misalnya

penggunaan (enterovioform). Insidens pembawa kista pada anak (carrier), sekitar 5 %

saja, tetapi sebagaian besar (90%) asimtomatik dan hanya sebagaian kecil (10%) saja

yang menjadi sakit. Diare biasanya berlendir disertai darah, terkenal dengan disentri

12

Page 13: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

amoeba. Gejala yang mencolok adalah tenesmusnya. Penularan biasanya melalui

makanan atau air (minuman) yang tercemar oleh parasit. E.histolitica, terkenal

menyebabkan usus yang menggaung, dan dapat menyebabkan abses hati.4

Cryptosporidium. Cryptosporidium pada saat ini sedang populer dan dianggap penyebab

terbanyak diare yang disebabkan oleh parasit. Dahulu dikenal hanya patogen untuk

binatang. Cryptosporidium merupakan golongan Coccidium, sering menyebabkan diare

pada manusia yang menderita imunodefisiensi, misalnya pada penderita AIDS (Acquired

immuno deficiency syndrome). Dinegara berkembang Cryptosporidium merupakan 4-

11% penyebab diare pada anak. Penuralan melalui oro-fekal dan biasanya diare bersifat

akut. Mulainya karena terjadi kerusakan mukosa usus oleh perlekatan parasit pada

mikrovili enterosit, sehingga terjadi gangguan absorpsi makanan (sindroma

malabsorpsi).4

Malabsorpsi Karbohidrat (intoleransi laktosa)

Karbohidrat dapat dibagi dalam monosakarida (glukosa, galaktosa, dan fruktosa),

Disakarida Laktosa atau gula susu, sukrosa atau gula pasir dan maltosa) serta polisakarida

(glikogen, amilum, tepung).

Didalam klinis polisakarida tidak penting, karena sebelum masuk kedalam usus halus

sudah dipecah lebih dahulu menjadi disakarida oleh amilase dari ludah dan pankreas.

Laktosa merupakan karbohidrat utama dari susu (susu sapi mengandung 50 mg laktosa

perliter).

Penyebab 1

Intoleransi laktosa terjadi karena defisiensi enzim laktase dalam brush border usus halus.

Patofisiolgi

Sugar intolerance (intoleransi gula) timbul bila tubuh mengalami defisiensi salah satu

atau lebih enzim disakarida dan atau adanya gangguan absorbsi serta pengangkutan

monosakarida dalam usus halus. Jadi dua faktor yang dapat menimbulkan intoleransi gula

ialah faktor pencernaan (digesti) dan faktor absorbsi. Gangguan kedua faktor ini dapat

bersifat bawaan (kongenital, primer) atau didapat (sekunder). Pada bentuk primer

13

Page 14: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

terdapat kelainan genetis, sedangkan bentuk sekunder lebih banyak disebabkan keadaan

seperti diare (oleh sebab apapun), beberapa saat setelah diare oleh karena absorpsi belum

pulih dan produksi enzim belum sempurna, pasca-operasi usus, terutama bila dilakukan

reseksi usus, malnutrisis energi protein (atrofi vili).

Penyebab diare akut ditinjau dari sudut patofisiologi2

1. Diare sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:

a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen

b. Hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan2 kimia, makanan

(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam),

gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan syaraf, hawa dingin, alergi,

dsb

c. Defisiensi imun terutama SigA (secretory immunoglobulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipatgandanya bakteri/flora usus dan jamur,

terutama candida.

2. Diare osmotik (osmotic diarrhoea), disebabkan oleh:

a. Malabsorbsi makanan

b. KKP (kekurangan kalori protein)

c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir

14

Page 15: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

15

Page 16: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Patogenesis1,3

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

belebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadi

diare.

2. Gangguan sekresi

16

Page 17: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

terjadi diare timbul karena karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motalitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan bekurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh belebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare juga.

Patogenesis diare akut1

1. Masuknya jasad renik yang masih hidup masuk ke dalam usus halus setelah melewati

rintangan asam lambung.

2. Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.

3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patofisiologi1,2

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemi dan sebagainya).

2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran

bertambah).

3. Hipoglikemia.

Gejala hipoglikemi aakan muncul bila glukosa darah menurun sampai 40mg% pada

bayi dan 50mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia dapat berupa : lemas, apatis,

17

Page 18: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

peka rangsang, tremor, berkeringat, syok, pucat, kejang sampai koma. Terjadinya

hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa

adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.

4. Gangguan sirkulasi darah.

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi

darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringanberkurang dan

terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam

otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita

dapat meninggal.

5. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)2

Hal ini dapat terjadi karena:

a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna

sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

d. Produksi metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan

intraseluler

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan. Pernafasan

bersifat cepat, teratur dan dalam yyang disebut pernafasan Kuszmaull.

Patofisiologis

18

Page 19: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Gejala klinis1,2,3

Mula-mula bayi dan anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.Tinja cair dan

mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi

kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet

karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin

banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsobsi usus selama

diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabakan

oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan

19

Page 20: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejla

dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun

besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.1,2,3

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,

sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi

hipotonik, isotonik, dan hipertonik. Pada dehidrasi berat ( kehilangan cairan 121/2%),

volume darah berkurang sehingga dapat terjadi rejatan hipovolemik dengan gejala-

gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah

menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan kadang-

kadang sampai soporokomateus). Akibat dehidrasi diuresis bekurang (Oliguri sampai

anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan

pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).1

Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma

kurang dari 130mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar natrium

plasma 130-150mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar

natrium dalam plasma lebih dari 150mEq/l.1

Gejala klinis intoleransi laktosa

Baik pada yang bawaan maupun pada yang didapat penderita menunjukan gejala

klinis yang sama, yaitu diare yang sangat frekuen, cair (watery), bulky dan berbau asam,

meteorismus, flatulens dan kolik abdomen. Akibat gejala tersebut, pertumbuhan anak

akan terlambat bahkan tidak jarang terjadi malnutrisi.

Gejala klinis2 (WHO)

Gejala klinis Gejala klinis

Ringan Sedang Berat

20

Page 21: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Keadaan umum

Kesadaran

Rasa haus

Sirkulasi

Nadi

Respirasi

Pernafasan

Kulit

Ubun-ubun besar

Mata

Turgor dan tonus

Diuresis

Selaput lendir

Baik (c.m)

+

Normal (120)

Biasa

Agak cekung

Agak cekung

Biasa

Normal

Normal

Gelisah

+ +

Cepat

Agak cepat

Cekung

Cekung

Agak kurang

Oliguri

Agak kering

Apatis—koma

+ + +

Cepat sekali

Kuszmaull (cepat

dan dalam)

Cekung sekali

Cekung sekali

Kurang sekali

Anuria

Kering/asidosis

Gejala-gejala dehidrasi : Isotonik, hipotonik, hipertonik2

Gejala hipotonik Isotonik Hipertonik

21

Page 22: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Rasa haus

Berat badan

Turgor kulit

Kulit/selaput lendir

Gejala SSP

Sirkulasi

Nadi

Tekanan darah

Banyaknya kasus

-

Menurun sekali

Menurun sekali

Basah

Apatis

Jelek sekali

Sangat lemah

Sangat lemah

20-30%

+

Menurun

Menurun

Kering

Koma

Jelek

Cepat dan lemah

Rendah

70%

+

Menurun

Tidak jelas

Kering sekali

Irritable, kejang

kejang, hiperrefleksi

Relatif masih baik

Cepat dan keras

Rendah

10-20%

Skor Maurice King2

Bagian tubuh yang

diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah,cengeng,apatis,

ngantuk

Mengigau, koma

atau syok

Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Mulut Normal Kering Kering dan sianosis

Denyut nadi/menit Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah >140

Catatan:

22

Page 23: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

1) Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut perlu ’dijepit’ diantara ibu jari

dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal

dalam waktu:

- 1 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)

- 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

- 2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

2) Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan derajat

dehidrasinya:

- Jika mendapat nilai 0-2 : dehidrasi ringan

- Jika mendapat nilai 3-6 : dehidrasi sedang

- Jika mendapat nilai 7-12 : dehidrasi berat

(nilai/gejala tersebut adalah gejala/nilai yang terlihat pada dehidrasi isotonik

dan hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling banyak terdapat)

3) Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun-ubun

besar diganti dengan banyaknya/frekuensi kencing.

Akibat (efek) dehidrasi2

Kehilangan cairan tubuh (air):

1. Kehilangan turgor kulit

2. Denyut nadi lemah atau tiada

3. Takikardia

4. Mata cekung

5. Ubun-ubun besar cekung

6. Suara parau

7. Kulit dingin

8. Sianosis (jari-jari)

9. Selaput lendir kering

10. Anuria - uraemia

Kehilangan elektrolit-elektrolit tubuh:

23

Page 24: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

1. Defisiensi bikarbonat/asidosis

- Muntah-muntah

- Pernafasan cepat dan dalam

- Cardiac reserve menurun

- Defisiensi K+ intrasel

2. Defisiensi K+

- Kelemahan otot-otot

- Ileus paralitik (distensi abdomen)

- Cardiac aritmia-cardiac arrest

3. Hipoglikemia (lebih sering terjadi pada anak-anak malnourished dan bayi-bayi

kecil)

Pemeriksaan laboratorium1,2,3

1. Pemeriksaan tinja

a. makroskopis dan mikroskopis

b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila

diduga terdapat intoleransi gula.

c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji retensi.

2. Pemeriksaan keseimbangan asam–basa dalam darah, dengan menentukan cadangan

PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah

menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam

serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

5. Pemeriksaan intubasi duadenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit

secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

Komplikasi1

24

Page 25: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrilit secara mendadak, dap[at terjadi berbagai

amacam komplikasi seperti :

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,bradikardi, perubahan

pada elektrokardiogram)

4. Hipoglikemia.

5. Intoleransi laktosa skunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan

vili mukosa usus halus.

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juaga mengalami

kelaparan.

Pengobatan

Dasar pengobatan diare adalah :1

1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)

2. Dietetik (Pemberian makanan)

3. Obat-obatan.

Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam :2

1. Pengobatan kausal

2. Pengobatan simtomatik

3. Pengobatan cairan

4. Pengobatan dietetik

I. Pengobatan kausal2

Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui

penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare penyakit parenteral, diberi antibiotik sistemik.

Jika tidak terdapat infeksi parenteral, sebenarnya antibiotik boleh baru diberikan kalau

pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan bakteri patogen. Karena pemeriksaan

25

Page 26: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

untuk menemukan bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang

terlambat, antibiotik dapat diberikan dengan memperhatikan umur penderita,perjalanan

penyakit, sifat tinja dan sebagainya.

Menemukan kuman pada pemeriksaan mikroskopik umumnya sulit. Oleh karena itu

dipakai pegangan yang lebih mudah : bila pada pemeriksaan tinja ditemukan leukosit 10-

20/LP (dengan menggunakan pembesaran 200x), maka penyebab diare tersebut dianggap

infeksi enteral. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, pada penderita diare antibiotik hanya

boleh diberikan kalau :

- Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau

biakan.

- Pada pemeriksaan makroskopik dan atau mikroskopik ditemukan

darah pada tinja.

- Secara klinis terdapat tanda yang menyokong adanya infeksi enteral

(lihat tabel 1).

- Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin)

- Pada neonatus bila diduga terjadi infeksi nosokomial.

Tabel 1. Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus

Simtom

dan gejala

Rotavirus E. coli

enterotoksikgenik

E. coli

entero-

invasif

Salmonella Shigella V.

cholera

Mual dan

muntah

Panas

Sakit

Gejala lain

Sifat tinja

Dari

permulaan

+

Tenesmus

_

_

Kadang-kadang

Sering distensi

abdomen

_

+

Tenesmus

Kolik

Hipotensi

+

+

Tenesmus kolik

pusing

Bakteriemonia,

toksemiasistemik

Jarang

+

Tenesmus

Dapat ada

kejang

Jarang

_

Kolik

26

Page 27: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Volume

Frekuensi

Konsistensi

Mukus

Darah

Bau

Warna

Leukosit

Sifat lain

Sedang

Sampai

10/lebih

Berair

Jarang

_

_

Hijau

kuning

_

Banyak

Sering

Berair

+

_

Bau tinja

Tidak berwarna

_

Sedikit

Sering

Kental

+

+

Tidak

spesifik

Hijau

+

Sedikit

Sering

Berlendir

+

Kadang-kadang

Bau telur

Hijau

+

Sedikit

Sering

sekali

Kental

Sering

Sering

Tak

berbau

Hijau

+

Sangat

banyak

Hampir

terus

Berair

Flacks

Anyir

_

Tinja

seperti

cucian

beras

Tabel 2. Penggunaan antimikroba pada kasus diare akut tertentu

Diagnosis klinis Obat pilihan Obat pengganti

Tersangka kolera Tetracylin

Anak-anak

:50mg/kgBB/hari

Dewasa :500 mg 4xsehari

Furazolin

Anak-anak : 5mg/kgBB/hari

Dibagi 4 dosis x 3 hari

Dewasa : 100mg

4xseharix3hari

Erythromycin

Anak-anak :

30mg/kgBB/hari dibagi 3

dosis x 3 hari

Dewasa : 250mg

27

Page 28: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

4xseharix3hari

Shigella desentri Ampicilin

100mg/kgBB/hari dibagi 4

dosis x 5 hari atau

Trimethoprim (TMP)

Sulfamethoxazol (SMX)

Anak-anak : TMP

10mg/kgBB/hari dibagi 2

dosis x 5 hari

Dewasa : TMP 160 mg dan

800 mg 2 x sehari x 5 hari

Nalidixic Acid

55mg/kgBB/hari dibagi 4

dosis x 5 hari (semua umur)

Tetracylin

50mg/kgBB/hari dibagi 4

dosis x 5 hari (semua umur)

Amubiasis akut Metrodinazole

Anak-anak :

30mg/kgBB/hari x 5-10 hari

Dewasa : 750mg

3xseharix5-10 hari

Pada kasus yang sangat

berat, Dehydroemetine

HCL, dengan suntikan

intramuskulare yang

dalam : 1-1,5mg/kgBB,

maksimum 90mg, sampai 5

hari tergantung reaksi badan

(respon)-(semua umur).

2. Pengobatan Simtomatik2

- Absorbents : Obat-obat absorbents seperti : kaulin, pectin, charcoal, bismut

subbikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.

- Obat-obat anti diare : obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara

cepat seperti antispasmodik/spamolitik atau opium (papaverin,loperamid,

kodein) justru akan memeperburuk keadaan karena akan menyebabkan

28

Page 29: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya

pelipatgandaan bakteri, gangguan digesti dan absorpsi

- Stimulans : Obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamid dan sebagainya

tidak akan memperbaiki rejatan atau dehidrasi karena penyebab dehidrasi ini

adalah kehilangan cairan (hipovolemik syok) sehingga pengobatan yang

paling tepat adalah pemberian cairan secepatnya.

- Antiemetik : Obat antiemetik seperti chlorpomazine (largactil) terbukti selain

mencegah muntah juga dapat mengurangi sekresi dan kehilngan cairan

bersama tinja. Pemberian dosis adekuat (sampai dengan 1mg/kgbb/hari)

kiranya cukup bermanfaat.

- Anti piretik : Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam

dosis rendah (25mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan

panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi penyerta,

juaga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

3. Pengobatan cairan2

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,

harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Jumlah cairan : Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan :

- Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare/atau muntah (proviouz

water lost= PWL)ditambah dengan,

- Banyak cairan yang hilang melalui keringat,urin dan pernapasan

(Normal water losses= NWL) ditambah dengan,

- Banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang terus

berlangsung (Concomitsnt water losses= CWL)

Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak

atau golongan umur (lihat tabel 3,4 dan 5).

Tabel 3. Jumlah cairan yang hilang pada anak umur < 2 tahun (berat badan 3-10kg) sesuai dengan derajat dehidrasi1,2

Derajat

dehidrasi

PWL NWL CWL Jumlah

29

Page 30: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Dehidrasi

ringan

50 100 25 175

Dehidrasi

sedang

75 100 25 200

Dehidrasi berat 125 100 25 250

Tabel 4. Jumlah cairan yang hilang pada anak pad umur 2-5 tahun (berat badan 10-15kg)1,2

Derajat

dehidrasi

PWL NWL CWL Jumlah

Dehidrasi

ringan

30 80 25 135

Dehidrasi

sedang

50 80 25 155

Dehidrasi berat 80 80 25 185

Tabel 5. Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (berat badan 15-25kg)1,2

Derajat

dehidrasi

PWL NWL CWL Jumlah

Dehidrasi

ringan

25 65 25 115

Dehidrasi

sedang

50 65 25 140

Dehidrasi berat 80 65 25 170

Jenis cairan 1,2

Ada 2 jenis cairan yaitu :

o Cairan rehidrasi oral

o Cairan rehidrasi parenteral

30

Page 31: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Cairan rehidrasi oral (CRO)

Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral :

- Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap yang

mengandung NaCL, KCL, NaHCO3 dan glukosa atau

penggantinya, yang dikenal dengan nama oralit.

- Cairan rehidrasi yang tidak mengandung keempat komponen

diatas, misalnya larutan garam-gula (LGG), larutan tepung

beras-garam, air tajin, air kelapa dan lain-lain cairan yang

tersedia di rumah, disebut CRO tidak lengkap.

Cairan rehidrasi parenteral (CRP) 2

Sebagai hasil rekomendasi Seminar Rehidrasi Nasional ke Is/d IV Pertemuan

Ilmiah Penelitian Diare, Litbangkes (1982) digunakan cairan Ringer Laktat sebagai

cairan rehidrasi parenteral tunggal untuk digunakan di Indonesia. Pada diare dengan

penyakit penyerta (KKP, Jantung, Ginjal) cairan yang dianjurkan ialah Half Strength

Darrow Glukose.

Cara pemberian 2

Formula tetesan yang saat ini dianjurkan adalah berdasarkan penatalaksanaan diare

menurut WHO. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan

evaluasi :

- Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah.

- Perubahan tanda-tanda dehidrasi.

Hal ini sangat perlu karena jika tidak ada perbaikan sama sekali maka tatalaksana

pemberian cairan harus diubah (kecepatan tetesan harus ditingkatkan). Sebaiknya kalau

terdapat gejala overhidrasi (odema palpebra), kecepatan tetesan harus dikurangi. Juga

concomitant losses sangat bervariasi sehingga setiap penderita perlu mendapat

pengawasan secara individual. Segera setelah tanda-tanda dehidrasi hilang, terapi

pemeliharaan harus dimulai dengan jalan pemberian CRO dan makan kembali diberikan.

4. Pengobatan dietetik1

31

Page 32: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

1. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan < 7 kg.

Jenis makana :

- Susu ( ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron)

- Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)

bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa di berikan

makanan padat.

- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu

dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan

yang ditenukan.

Caranya :

Hari 1 :

- Setelah rehidrasi segera berikan makanan peroral

- Bila diberi ASI atau susu formula, diare masih sering hendaknya diberi

tambahan oralit atau air tawar selang-seling dengan ASI, misalnya 2x

ASI/susu formula rendah laktosa, 1x oralit/air tawar.

Hari 2-4 ;

- ASI/susu formula rendah laktosa penuh

Hari 5 :

Di pulangkan dengan ASI/susu formula sesuai dengan kelainan yang

ditemukan (dari hasil pemeriksaan laboratorium).

Bila tidak ada kelainan, dapat diberi susu biasa seperti SGM, laktogen,

dancow, dan sebagainya dengan menu makanan sesuai dengan umur dan berat

badan bayi.

2. Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan > 7 kg

Jenis makanan :

Makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

Caranya :

Hari 1 :

Setelah rehidrasi segera diberi makanan seperti buah (pisang), biskuit dan

32

Page 33: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

breda (bubur realimentasi daging ayam) dan ASI diteruskan (bila masih ada)

ditambah oralit.

Hari 2 : Breda, buah,biskuit, ASI

Hari 3 : Nasi tim, buah, biskuit dan ASI

Hari 4 : Makanan biasa dengan extra kalori (11/2 kali kebutuhan)

Hari 5 : Dipulangkan dengan nasehat makanan seperti hari 4.

Obat-obatan1

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan

atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau

karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).

1. Obat anti sekresi

a. Asetosal, dosis: 25mg pertahun dengan dosis minimum

30mg

b. Klorpromazin, dosis: 0,5-1 mg/kgBB/hari

2. Obat anti spasmolitik

Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine, ekstrak

beladona, opium, loperamid dan sebagainya tidak diperlukan

untuk mengatasi diare akut.

3. Obat pengeras tinja

Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal dan

sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare.

4. Antibiotik

Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare

akut, kecuali bila penyebabnya jelas, seperti:

Kolera,diberikan tetrasiklin 25-50mg/kgBB/hari

Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50mg/kgBB/hari

Antibiotik lain dapat pula diberikan bila terdapat penyakit penyerta

seperti misalnya:

Infeksi ringan, (OMA, faringitis), diberikan penisilin

prokain 50.000 U/kgBB/hari

33

Page 34: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Infeksi sedang (bronkitis), diberikan penisilin prokain atau

ampisilin 50mg/kgB/hari

Infeksi berat, (misal bronkopneumonia) diberikan penisilin

prokain dengan kloramfenikol 75mg/kgBB/hari atau

ampisilin 75-100mg/kgBB/hari ditambah gentamisin

6mg/kgBB/hari atau derivat sefalosporin

30-50mg/kgBB/hari

Pengobatan Intoleransi laktosa1

Diberikan susu rendah laktosa (LLM, Almiron, ewit melk) atau free lactosa milk formula

(sobee, Al 110) selama 2-3 bulan kemudian diganti kembali ke susu formula yang biasa.

(kadar laktosa Almiron 1,0 %, ewit melk 1,4 %, LLM 0,8%, Sobee 0 % dan Al 110 %) .

Pada intoleransi laktosa sementara, sebaiknya diberikan susu rendah laktosa selama 1

bulan sedangkan pada penderita dengan intoleransi laktosa primer (jarang di Indonesia)

diberikan susu bebas laktosa.

Pengobatan Spesifik Pada Intoleransi Laktosa:3

Paling baik dimulai dengan diet ketat bebas laktosa. Pada bayi yang mengalami

intoleransi laktosa pasca-enteritis, susu formula baku harus dihentikan selama 4-6

minggu; susu formula yang bebas laktosa atau suatu formula kedelai digunakan sebagai

pengganti. Pengobatan jangka panjang intoleransi laktosa harus mencakup pula

pengenalan kembali makanan yang mengandung laktosa, tetapi beberapa makanan yang

mengandung laktosa ditoleransi lebih baik daripada yang lain.

Contoh:

- Yogurt yang tidak dipasteurisasi dan mengandung lebih banyak laktosa

sebagai susu lengkap, juga mengandung galaktosidase mikroba yang

membantu pencernaan gula ini dalam lumen usus

- Keju yang disimpan lama, seperti chedar, swiss, blue dan brie ditoleransi

lebih baik daripada keju yang di proses

- Es krim dan susu lengkap ditoleransi lebih baik daripada susu skim

34

Page 35: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Anamnesis2

Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan mengenai riwayat perjalanan

penyakit antara lain:

Lamanya sakit/diare (sudah berapa jam, hari?)

Frekuensinya (berapa kali sehari?)

Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap kali buang air besar, misalnya berapa

ml/sendok/gelas dan sebagainya)

Warnanya (biasa, kuning berlendir, seperti air cucian beras dan sebagainya)

Baunya (amis, asam, busuk)

Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir kencing, dan sebagainya)

Ada tidaknya batuk, panas, pilek dan kejang (sebelum, selama atau setelah diare)

Jenis, bentuk, dan banyaknya makanan dan minuman sebelum dan sesudah sakit)

Penderita diare di sekitar rumah

Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)

Anak minum ASI atau susu formula, apakah anak makan yang tidak biasa

Beberapa kuman penyebab diare2

1. Kolera

Vibrio kolera ada 2 macam

1. Kolera klasik (kebanyakan di India sekitar sungai gangga)

2. Kolera ELTOR (kebanyak di Indonesia dan sekitarnya)

Klinis sukar dibedakan, ada yang mengatakan yang klasik lebih parah tetapi ada

yang mengatakan sama aja. Perbedaanya biasanya hanya bisa dilakukan dengan

laboratorium.

Vibrio kolera termasuk bakteri yang non-invasif yang juga meneluarkan toksin,

tetapi kuman tetap ada di luar dan tidak masuk ke dalam dinding usus dan

pembuluh darah atau jaringan. Enterotoksin yang dikeluarkan akan merangsang

35

Page 36: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

adenyl cyclase yang mempengaruhi ATP menjadi cyckic AMP dan ini merubah

fungsi epetel dan mengeluarkan air dan elektrolit yang banyak sekali, sehingga

timbul hipermotilitas dari usus dan timbul diare yang hebat.

Manisfestasi klinis

Masa inkubasi antara 6 jam sampai 72 jam, kadand-kadang sampai 7 hari. Ini

kemudian diikuti dengan diare yang profus yang mendadak tanpa gejala yang

mengejan (tenemus) atau rasa nyeri. Kotorannya akan bertambah jernih dengan

bintik-bintik mukus melampung dan ini menyerupai air tajin disebut rice water

stool. Kemudian disusul muntah-muntah, tetapi hal ini dapat terjadi sebelum diare.

Penderita memuntahkan isi lambung tanpa memerlukan tenaga yang banyak dan

tanpa mual, muntahan ini banyak mengandung kuman kolera. Warna dan

konsistensi muntahan mirip dengan tinjanya.

Pada pemeriksaan penderita biasanya didapat peningkatan suhu rektal (380C), tetapi

dapat lebih turun dari normal bila syoknya bertambah progresif. Penderita tampak

gelisah, mata cekung, kulit tampak lebih gelap dan lembabserta turgor menurun.

Jari-jari tangan menjadi keriput disebut wash women hand. Dengan bertambah

beratnya dehidrasi penderita menjadi tambah haus, tambah gelisah dan dapat terjadi

kejang-kejang otot abdomen dan ekstremitas. Tekanan darah menurun dan nadi tak

teraba, produksi urin menurun, dapat erjadi pernafasan yang cepat dengan berbagai

derajat.

Walaupun dapat terjadi somnolent dan apatis tapi jarang terjadi penurunan

kesadaran yang lebih berat. Jika penderita tersebut cacingan maka cacing dapat

keluar bersama tinjanya. Gejala diare ini berlangsung 1-10 hari, bila tanpa terapi

dan penderita dapat meninggal, tanda-tanda penyembuhan adalah didapatnya ampas

pada tinjanya.

Pengobatan

Syok perlu diatasi dengan Ringer laktat sampai nadi konstan, disamping dan disusul

dengan oralit (Systen ROSE, Suharyono, 1978). Bila di bawah 2 tahun, Ringer

laktat 30ml/kgBB selama 1 jam, selanjutnya ½ Darrow 10ml/kgBB/jam dan disusul

oralit.

Antibiotika : Tetracyckin masih merupakan obat utama 40-50mg/kgBB/hari selama

36

Page 37: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

3 hari.

Chloramphenicol : 50-100mg/kgBB/hari selama 5 hari.

Thiampenicol : 50-100mg/kgBB/hari selama 5 hari

2. Escherichia colli

E. colli terdapat sebagai komensal dalam usus manusis mulai dari lahir sampai

meninggal. Walaupun umumnya tidak bebahaya, tetapi beberapa jenis dapat

menyebabkan gastroenteritis. E. Colli yang menyebabkan diare dapat dibagi 3

golongan :

a. Enteropathogenic (EPEC) : tipe klasik

b. Enterotoxigenic (ETEC) : cholera like

c. Enteroinvasive (EIEC) : bacillary dysentry like

EPEC banyak disebut penyebab endemis enteritis yang utama pada bayi. Kemudian

ternyata pada kaus-kasus enteritis terbanyak disebabkan karena E. Colli toxigenic

(ETEC) (Carpenter, 1980). Muntah-muntah dapat terjadi pada awal penyakit dan

diare yang menyertainya dapat menjadi hebat. Pada bayi gejala diare sukar

dibedakan dengan kolera, yang diserang anak dibawah 6 bulan. Bayi cepat jatuh

dalam dehidrasi dan syok kadang-kadang disertai panas tinggi. Pada bayi banyak

terjadi komplikasi-komplikasi yang berupa bronkopneumonia, septikemia dan

sebagainya.

Pada kasus-kasus ringan suhu tidak tinggi, bayi sering rewel dan iritable, sedangkan

tinja cair dan kehijauan. Pada sebagian kecil, kasus-kasus diare disebabkan karena

EIEC yang menyerupai shigella (dysetry like) yang ditandai dengan panas badan,

tenesmus, serta darah dan lrndir dalam tinja.

Carrier state dilaporkan sebanyak 1-2% dan kuman E. Colli dapat diekskresi untuk

berbulan-bulan lamanya tanpa gejala-gejala atau pada suatu saat timbul gejala-

gejala klinis yang nyata.

37

Page 38: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Terapi

Peranan antibiotik pada E. Colli punya peranan berarti, terutama pada bayi-bayi

muda dan neonatus lebih-lebih bila terjadi invasi melalui mukosa susu atau timbul

sepsis. Neonycin telah lama dipakai dalam pengobatan E. Colli gastroenteritis (50-

100mg/kgBB/hari -3 a 4 dosis – 5 hari) walaupun ahir-ahir ini dilaporkan

meningkatnya resistensi terhadap neomycin, bisa menyebabkan kerusakan pada villi

usus. Obat lain yang masih sensitif adalah Colistin (100.000 U/kgBB/hari – 5 hari).

Colistin mempunyai daya kerja terutama terhadap kuman-kuman gram negatif,

bersifat bakterisid dan praktis tidak diserap oleh usus.

3. Shigella

Ada 2 bentuk : a. bentuk diare (air)

b. bentuk disentri

Epidemiologi secara meluas jarang terjadi. Lebih sering timbul sedikit-sedikit di

beberapa tempat. Berbeda dengan thypoid, bacilary dysentry adalah water born.

Keberhasilanan makana, kebersihan lingkungan hidup, higene sanitasi yang baik

sangat penting terhadap pencegahan penyakit ini. Menurut umur frekuensinya

paling rendah pada 6 bulan pertama, meningkat pada bulan-bulan selanjutnya,

sampai beberapa tahun. Penyakit ini seringkali berat dan fatal bila terjadi pada early

infancy, tetapi lebih ringan pada anak-anak dengan umur lebih dari 3 tahun.

Karena pemyakit ini menyebar dari manusia ke manusia dengan berbagai fakter

seperti makanan, air, lalat maka disamping penderita sumber penularan, carrier

sangatlah penting. Pada carrier yang tidak mendapat pengobatan, carrier

berlangsung lebih dari 1 bulan. Carries dari basil shigella lebih persisten daripada

shigella flexneri. Kuman-kuman ini dapat dikeluarkan dari tinja berselang-seling

(intermiten), sehingga menambah kesukaran untuk menemukannya pada kultur.

Patologi

38

Page 39: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

Disentri adalah suatu lokal infection terytama mengenai usus besar. Dapat pula

mengenai ileum bagian bawah, diman biasanya kesukaranya lebih ringan. Mukosa

daripada usus menebal, hiperemis, beradang dan endematous, dsapat tertutup oleh

eksudat yang fibrino-purulen. Terdapat ulkus-ulkus yang dangkan dan besar-besar

ukuranya. Ulkus-ulkus ini menembus ke dalam sub mukosa. Jarang terjadi

perforasi. Penyembuhan daripada ulkus biasanya sempurna. Kelenjar mesenterium

dapat membesar, tetapi limpa tidak

Patogenesis

Shigellosis sering digambarkan sebagai disentri dengan tinja mengandung darah,

mukus, dan pus, sedangkan klinis sering ditemikan diare yang cair 1-2 hari pertama

yang menggambarkan small bowel bagian distal kearah usus besar (kolon). Jadi

pada 1-2 hari pertama terjadi ileitis dengan gejala watery diarrhea kemudian disusul

dengan kolitis yang tinjanya mengandung darah dan mukus.

Gejala klinis

Masa inkubasi berbeda-beda, dari beberapa jam sampai 1 minggu. Lebih sering 2-4

hari. Gejala timbul mendadak dengan panas antara (39,5-40oC), disertai muntah-

muntah (47%), nyeri pada perut (abdominal pain/cramps). Rangsang meningeal

sering di dapatkan. Kemudian disusul denagn diare encer tanpa darah dalam 6-24

jam pertama. 12-72 jam sesudah permulaan penyakit, darah dan lendir di dapatkan

dalam tinja. Frekuensi mencret didapatkan antara 10-20 kali sehari. Abdominal

cramps menyebabkan pengeluaran tinja dan sering disertai tenesmus. Pada be

berapa kasus ketegangan dapat ditemukan dengan meraba sepanjang kolon. Sering

didapat gangguan kesadaran yang menyerupai escephalitis, delirium atau kejabg-

kejang (envulsi).

Gejala-gejala akut berlangsung 5-10 hari. Suhu menjadi normal bila tinja sudah

berbentuk. Pada beberapa kasus tinja yang normal tidak didapatkan sampai 2-3 minggu

lamanya. Pada beberapa keadaan infeksi menjadi kronik berlangsung beberapa minggu

39

Page 40: Diare Akut Pada Bayi Dan Anak

atau beberapa bulan. Panas tak begitu tinggi atau subnormal. Keadaan ditandai dengan

perbaikan dari diarenya. Tinja mengandung banyak lendir tetapi sedikit atau tidak

mengandung darah. Keadaan ini menyebabkan kesukaran pemberian makanan. Berat

badab terus menurun sehingga anak menjadi malnutrisi, mungkin disebabkan oleh

abdominal distention, secondary anemia, nutrisional adema dan deficienci vitamin-

vitamin. Pada keadaan ini bila dilakukan sigmoideskopi nampak granular mukus yang

difus dengan folikular ulserasi. Kultur dari tempat ini serimg kali menunjukan adanya

basil shigella.

40