dialektika inisiatif damai ala jogja.pdf

18

Click here to load reader

Upload: dangduong

Post on 12-Jan-2017

229 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

DIALEKTIKA KONFLIK & INISIATIF DAMAI ALA JOGJA:

STUDI KASUS KEKERASAN YANG DIALAMI JULIUS FELICIANUS

DAN INISIATIF DAMAI FORUM PERSAUDARAAN UMAT BERIMAN (FPUB)

LAPORAN FIELD TRIP

“Peningkatan Pemahaman Perdamaian Berperspektif HAM dan Islam”

Oleh:Dalila Eka Surma (PP. Aji Mahasiswa Al-Musin)

Idris Ahmad Rifai (PP. Lingkar Studi Alquran)

Muhammad Rafiq Wildan (PP. Al-Baidhawi)

Toipah (PP. Sunan Pandanaran)

Zaki Romdhon Muhabib (PP. Luqmaniyah)

Editor:

Rita Pranawati, MA.

Pesantren for Peace (PFP):A Project Supporting the Role of Indonesian Islamic Schools to

Promote Human Rights and Peaceful Conflict Resolution

Page 2: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

A. PENDAHULUAN

Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai kota yang memiliki

keragaman. Semua jenis etnis, agama, dan paham mulai dari yang paling

kiri hingga yang paling kanan ada di Yogyakarta. Salah satu

keanekaragaman penduduk Yogyakarta terlihat di kalangan pelajar dan

mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Yogyakarta dikenal sebagai

kota pelajar dan kota budaya dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi

siapapun untuk memilih hidup di Yogyakarta. Dengan penduduk hampir

tiga setengah juta jiwa, Yogyakarta merupakan miniatur Indonesia yang

masyarakatnya sangat beragam.

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Itulah pepatah yang

paling tepat untuk menggambarkan bagaimana pendatang seharusnya

beradaptasi. Pendatang di Yogyakarta dapat diterima oleh masyarakat

setempat ketika mereka menghargai prinsip saling menghormati dan

menjaga kerukunan. Ketika pendatang menghargai nilai-nilai lokal, maka

mereka akan lebih mudah untuk berbaur dengan masyarakat Yogyakarta.

Diantaranya adalah budaya sopan santun yang sangat kental dan

menghormati yang tua serta ramah yang ada dimiliki penduduk

Yogyakarta (disingkat Jogja).

Kepemimpinan memegang kunci penting menjaga Jogja tetap

aman dan damai. Kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono ke X yang

mengutamakan kedamaian Jogja menjadi salah satu kunci Jogja tetap

damai. Setiap orang harus menjaga perdamaian di Jogja dan dilarang

keras melakukan kekerasan. Pada masa era reformasi 98 dimana kota Solo

terbakar, Jogja masih berhasil menjaga kedamaian. Simbol Keraton Jogja

masih kuat menjaga Jogja yang damai. Oleh karenanya Jogja sering

dianggap sebagai barometer Indonesia, jika Jogja bisa diobrak abrik maka

tak bisa dibayangkan kondisi Indonesia.

Bukan hal yang mudah untuk tetap konsisten menjaga perdamaian

di Yogyakarta karena banyaknya perbedaan dalam berperilaku, pemikiran,

corak dan kebudayaan yang ada. Perbedaan yang ada masih dapat

dikendalikan dengan mencari persamaan tujuan. Menurut KH Abdul

Muhaimin, ketua Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB), Jogja dapat

Page 3: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

menjaga perdamaian dengan baik diantaranya karena tiga hal. Pertama,

peran keraton sangat kuat dan masih eksis sebagai center of culture atau

pusat budaya. Kedua, masyarakat Jogja merupaka masyarakat terdidik

yang lebih mudah memahami dengan baik dan tidak mudah terprovokasi

dibanding daerah lain. Ketiga, komunikasi yang baik antar warga dan para

pemangku kepentingan yang ada di Yogyakarta.

Dinamika pembangunan dan perkembangan sosial budaya juga

turut mempengaruhi dinamika damai di Jogja. Pertumbuhan hotel yang

sangat masif di Jogja misalnya sedikit banyak mempengaruhi relasi warga

dengan warga maupun dengan pemerintah setempat. Upaya meningkatkan

pendapatan daerah melalui pembangunan hotel ternyata dianggap tidak

sejalan dengan harapan masyarakat. Masyarakat yang tinggal di sekitar

pembangunan hotel mengalami kekurangan air. Contoh lain dari dinamika

damai di Jogja adalah dinamika interaksi antar penduduk yang beragam

kadang menimbulkan masalah. Persoalaan antara individu dapat menjadi

persoalan kelompok dengan kelompok. Artinya, ada eskalasi konflik yang

terjadi dari konflik personal menjadi konflik kelompok.

Damai yang aktif bukanlah tiadanya konflik. Damai yang aktif

adalah kondisi masyarakat yang dapat hidup berdampingan secara damai,

terjadi interaksi dan kerjasama, serta dapat menyelesaikan konflik jika

terjadi. Jika sebelumnya Jogya sering disebut sebagai city of tolerance

dengan segala perdamaian yang ada dengan penduduk yang sangat multi

budaya, the Wahid Institute pada tahun 2014 menempatkan Yogyakarta

sebagai propinsi intoleran kedua se-Indonesia setelah Jawa Barat.1

Tercatat terjadi 21 kasus intoleransi dan pelanggaran kebebasan beragama

sepanjang tahun 2014 di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tulisan ini akan mendalami dialektika konflik dan inisiatif damai

yang terjadi di Yogyakarta. Model penyelesaian konflik yang akan didalami

adalah penyelesaian konflik yang menimpa Julius Felicianus, Direktur

Galang Press, yang mengalami penyerangan dirumahnya oleh sekelompok

orang tak dikenal. Sedangkan inisiatif damai akan mengulas upaya-upaya

1http://citizendaily.net/wahid-institue-diy-urutan-kedua-kasus-intoleransi-sepanjang-2014/, Diakses pada 28 Oktober 2015. Pukul 21.30

Page 4: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

bina damai yang dilakukan oleh FPUB (Forum Persaudaraan Umat

Beriman) di Yogyakarta.

B. MENDALAMI KONFLIK KEKERASAN YANG MENIMPA JULIUS

FELICIANUS DAN KASUS-KASUS INTOLERANSI YANG TERJADI

DI YOGYAKARTA

Menghormati agama lain dan menghormati mereka melakukan

ibadah adalah hal yang wajib dilakukan sebagai bentuk penghargaan

terhadap hak asasi manusia (HAM). Kebebasan beragama dan

menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya dilindungi oleh Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 28 E. Seorang pemeluk

agama lain tidak dapat melarang orang lain menjalankan ibadahnya.

Perbedaan agama pun dilindungi dalam UUD dan menghormati pemeluk

agama lain merupakan upaya perwujudan damai.

Penyerangan rumah Julius Felicianus terjadi pada tanggal 29 Mei

2014 malam pada saat istri dan kerabat pak Julius melakukan doa

Rosario.2 Doa Rosario dilakukan jelang Isa Almasih dan dilakukan selama

sebulan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sudah berlangsung sejak

tahun-tahun sebelumnya. Penyerangan ini terjadi pada hari ke -29

pemanjatan doa Rosario kurang lebih jam 10 malam. Rumah pak Julius

yang beralamat di perum YKPN Tanjung Sari, desa Sukoharjo, kecamatan

Ngaglik, Sleman diserang oleh 8-10 orang berjubah atau sering dikenal

dengan sebutan katok congklang (kacong) tanpa sebab yang jelas.

Para penyerang melakukan kekerasan kepada jemaat doa Rosario

yang ada di rumah Pak Julius. Mereka mengobrak abrik seluruh ruangan

termasuk para melakukan kekerasan kepada jemaat yang sedang berdoa.

Serentak para jamaat yang mayoritas adalah ibu-ibu dan sebagian anak-

anak terkejut dengan kedatangan para kocong yang berteriak kafir-kafir

2 Banyak umat Non-Katolik dan termasuk juga sebagian umat Katolik mengira bahwadoa rosario adalah doa kepada Maria. Sesungguhnya doa rosario adalah doa kepada TuhanYesus, dengan meneladani intersesi (bantuan doa) Bunda Maria. Didalam doa RosarioBunda Maria menemani didalam doa, merenungkan peristiwa kelahiran, penderitaan, dankemuliaan Putranya. Doa Rosario menuntuk suasana yang tenang dimana misterikehidupan Yesus dapat direnungkan dengan sepenuh hati.

http://www.ekaristi.org/doa/dokumen.php?subaction=showfull&id=1140104989&archive&start_from&ucat=1, Diakses 1 Desember 2015.

Page 5: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

pada mereka. Michael Ariawan yang merupakan jurnalis Kompas TV, ikut

menjadi korban dalam peristiwa tersebut.3 Padahal saat berlangsungnya

kejadian ia telah menunjukan identitas dirinya sebagai jurnalis. Ia

didatangi salah satu dari penyerang yang kemudian merampas kamera

yang ada ditangannya.

Mendengar kabar dari anaknya bahwa rumahnya diserang, Julius

yang pada saat itu sedang berada di kantor, segera pulang menuju rumah

dengan ditemani oleh empat temannya. Sesampainya dirumah, kelompok

kacong pun kembali ke rumah Julius dan melakukan penyerangan kedua.

Seketika itu pula, mereka langsung menyerbu dan menganiaya Julius

hingga kepalanya berdarah dan bahu sebelah kirinya patah akibat dipukul

dengan batako, pot bunga dan besi.

Dampak yang ditimbulkan paska penyerangan tersebut sangat

banyak. Penyerangan tersebut tidak hanya mengakibatkan luka fisik bagi

jemaat Katolik gereja Santo Fransiskus Agung Gereja yang sedang berdoa

Rosario. Namun juga trauma yang mendalam bagi semua jemaat yang

menjadi korban tindakan kekerasan tersebut terlebih bagi anak-anak.

Bagi pak Julius sendiri, ia pun trauma dengan lafadz “Allahu akbar”.

Menurut Julius, sebelum terjadinya penyerangan kalimat itu mampu

menyejukkan hatinya, namun paska penyerangan kalimat tersebut

membuatnya takut dan selalu mengingatkan pada peristiwa penyerangan

tersebut.

Kejadian penyerangan juga membuat suasana desa menjadi tidak

setentram dan seramai dulu. Sikap antar warga berubah setelah kejadian

penyerangan ini padahal sebelumnya harmonis. Kondisi psikologis

masyarakat berubah dan hal ini ditunjukkan berubahnya sikap warga

kepada kelurga pak Julius. Seni jatilan dan kentrung yang berjalan meriah

sebelum kejadian dan sering manggung ke berbagai tempat menjadi mati

total setelah kejadian kekerasan tersebut. Masjid pun yang dahulu dibiayai

oleh warga pembangunannya menjadi berubah karena infiltrasi kelompok

garis keras dan meninggalkan eksistensi warga setempat.

3http://regional.kompas.com/read/2014/05/30/0537391/Wartawan.Kompas.TV.Turut.Jadi.Korban.Pemukulan.di.Rumah.Bos.Galang.Press, diakses pada tanggal 2 Desember2015

Page 6: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

Selain kekerasan yang dialami Julius Felicianus, beberapa

kekerasan juga pernah terjadi pada awal tahun 2012 di Yogyakarta. Pada

awal tahun 2012 terjadi kekerasan di SMA PIRI yang dianggap pengikut

Islam sesat karena mereka Ahmadiyah. Ada pula kasus perusakan

terhadap kantor LKIS ketika LKIS akan menyelenggarakan diskusi dengan

pembicara Irshad Manji. Beberapa kasus Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

untuk pendirian gereja juga menimbulkan konflik diantaranya di Pangukan

Bantul. Selain itu, “kekerasan” terhadap individu juga masih terjadi. Sikap

eksklusivitas individu juga sering menolak kehadiran orang lain dengan

identitas agama yang berbeda. Hal ini pernah dialami Romo Yatno,

seorang aktivis FPUB, sebagai pemeluk Katolik yang “didiamkan” oleh

seorang kacong. Kacong sangat eksklusif dan tidak mau bergaul oleh

orang yang berbeda agama sekalipun hanya untuk bertegur sapa. Bahkan

suatu ketika si kacong sedang berjalan kaki di jalan yang panas, Romo

Yatno berniat memboncengkannya dengan sepeda motornya pun

ditolaknya.

Dari deskripsi kasus diatas, ada pelanggaran yang terjadi pada

kasus-kasus tersebut. Misalnya hak untuk hidup secara damai, hak untuk

beragama dan beribadah sesuai dengan agamanya, serta hak untuk

mendapatkan perlindungan dari kekerasan. Ketentraman warga dan

keluarga pak Julius tercerabut karena tindakan penyerangan yang

dilakukan kacong dan telah membuat warga, jemaat, dan khususnya

keluarga pak Julius mengalami kerugian moral dan material. Selain itu,

hak untuk mengemukakan pendapat menjadi tidak leluasa lagi untuk

dilakukan dengan kejadian-kejadian intoleransi yang disebutkan di atas.

C. UPAYA RESOLUSI KONFLIK YANG DILAKUKAN

Apapun motif di belakang tindak kekerasan yang terjadi tetaplah

tidak dapat dibenarkan. Menurut pengakuan Julius, jika dirunut lebih

dalam, ada indikasi motif penyerangan tersebut sesungguhnya adalah

karena pilihan politik yang berbeda. Julius merupakan tim sukses salah

satu pasangan presiden pada pemilu presiden 2014 lalu. Lebih jauh,

penyerangan yang terjadi di rumahnya disebabkan bukan hanya karena

Page 7: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

gesekan antar ideologi dan keyakinan semata, melainkan berpijak pada

kepentingan politik, ekonomi, dan kekuasaan. Namun demikian, motif

agama menjadi motif yang terlihat di permukaan walaupun banyak indikasi

menunjukkan adanya kepentingan politik yang berlindung atas nama

agama. Kekerasan atas nama agama sekali pun tidak dapat dibenarkan

dan tidak ada satu agama pun yang mengajarkan melakukan kekerasan

terhadap pihak lain.

Apa yang dilakukan Julius terhadap kekerasan yang dialaminya?

Dan apa kunci kekerasan ini tidak melebar? Pengendalian diri menjadi

kunci utama penyelesaian kasus yang dialami Julius Felicianus. Julius

menyelesaikan konflik dengan mengupayakan perdamaian yang berawal

dengan memandang positif terhadap konflik itu sendiri. Julius memandang

konflik sebagai musibah atau sesuatu yang wajar terjadi dalam kehidupan

sehingga dapat menekan rasa dendam dan berusaha untuk memaafkan

apa yang telah dilakukan pihak pelaku. Sikap yang ditunjukkan Julius

Felicianus merupakan sikap yang menunjang upaya bina damai dan

mencegah pelanggaran HAM yang berkelanjutan. Memilih untuk

memaafkan meskipun beliau memiliki komunitas yang bersedia melakukan

penyerangan balik ke kelompok kacong adalah sikap integritas diri yang

luar biasa yang sangat tidak mudah dilakukan ketika seseorang

mengalaminya.

Julius menuturkan bahwa setelah kejadian yang dapat ditenangkan

1 jam kemudian, banyak dari orang-orang yang ada disekelilingnya

menuntut untuk membalas dendam atas kejadian tersebut. Sanak

keluarga dan beberapa organisasi yang diketuainya pun menuntut agar

membalas apa yang telah mereka alami. Lanjutnya, beruntung “mukjizat”

seolah-olah menjadi petunjuk yang ia dapatkan saat itu. Pada saat darah

bercucuran dari atas kepala, hanya dua perkataan yang didengarnya, dan

ia yakin bahwa perkataan tersebut adalah sebuah dialog setan dan

malaikat yang berkecamuk dibenaknya, “membalas atau memaafkan”

ujarnya.

Banyak orang yang telah merayu dan bersikukuh untuk segera

membawanya ke rumah sakit sebab tidak tega melihat Julius yang terkulai

Page 8: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

lemah di sofa dengan bersimbah darah. Namun justru Julius menjawab

“Saya tidak akan berangkat ke rumah sakit sebelum saya bisa benar-benar

memaafkan orang-orang yang telah melukai dan memukuli saya”.

Memang tidak mudah dan sangat berat sekali untuk memaafkan dengan

sepenuh hati dalam jangka waktu hanya dua jam Julius Felicianus pun

berhasil meredam kemarahannya dan menekan egonya. Kondisi yang

sulit ini pun berhasil ia lewati dengan cara mengendalikan diri. Julius

menyadari betul bahwa jika ia tidak dapat mengendalikan diri, kerusuhan

yang lebih besar dapat terjadi dan membuat kedamaian di Jogja

khususnya dan Indonesia umumnya yang sedang akan berpesta memilih

presiden terganggu ketentramannya.

Tantangan terhadap pengendalian diri ini tidak berakhir disini.

Setelah Julius berhasil meredam kemarahannya, kemarahan orang-orang

yang berada disekitarnya masih terus berlanjut. Terutama sanak keluarga

dan kerabat gerejanya yang kebetulan juga mengetahui dan mengalami

kejadian tersebut. Mereka siap membantu jika Julius menginstruksikan

untuk menyerang balik. Pada saat perjalanan menuju ke rumah sakit, para

kerabat dan teman-teman yang berada satu mobil dengan pak Julius

masih mengenduskan kemarahan untuk membalas dendam kepada para

kacong. Hati dan pikiran pak Julius lebih bijaksana dalam membaca situasi

yang akan terjadi ke depannya. Julius benar-benar memiliki jiwa yang

besar. Ia tetap tidak terprovokasi dan lebih memilih memaafkan dengan

berupaya memahamkan kepada seluruh teman-teman, kerabat dan

simpatisannya tentang mengapa ia lebih memilih untuk memaafkan. Julius

telah memilih jalan damai dan mengajak keluarga dan teman-temannya

untuk memaafkan atas kejadian tersebut.

Jika kita hubungkan dengan nilai-nilai Islam, sesungguhnya apa

yang dilakukan oleh Julius mengingatkan kita kepada sosok Nabi

Muhammad dengan kemuliaan akhlak dan suri tauladannya dalam

menciptakan perdamaian. Tentu kita masih ingat dalam sejarah Islam,

setiap hari Nabi selalu dilempari kotoran unta oleh kafir Quraisy ketika

hendak berangkat ke masjid. Sikap Nabi sama sekali tidak membalas.

Bahkan suatu saat, ketika beberapa hari orang kafir tersebut tidak lagi

Page 9: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

melempari Nabi dengan kotoran unta, justru Nabi menanyakannya kondisi

orang tersebut. Ternyata orang yang biasa melempari Nabi sedang sakit

dan Nabi pun malah menjenguknya tanpa perasaan dendam sedikitpun.

Seketika itu pula orang kafir tersebut menangis dan masuk Islam.

Dalam QS. Al-Baqarah 263 pun terkandung upaya mengendalikan

diri dengan memaafkan.

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripadasedekah yang diiringi tindakan yang penyakiti. Allah Maha kaya, Mahapenyantun”

Apa yang dilakukan Julius Felicianus sesuai dengan pernyataan

Rene Descartes, “…penting dalam penekanan dan pengendalian hasrat-

hasrat dalam badan kita. Sehingga jiwa semakin menguasai tingkah-

tingkah kita, dengan cara itu manusia menjadi makhluk yang memiliki

kebebasan spiritual, hasrat atau nafsu dimengerti sebagai keadaan pasif

dari jiwa”.4 Ia pun mengamalkan ajaran tasawuf yang menurut Imam Al-

Junaid membersihkan hati, meninggalkan hawa nafsu dan perilaku buruk

sifat kemanusian.5

Dari aspek hukum, penegakan hukum terhadap tindak kekerasan

ini belum maksimal. Pelaku tindak kekerasan penyerangan rumah pada

saat peribadatan di rumah Julius Felicianus hanya 1 orang saja yaitu AK

yang notabene seorang mualaf. Ia ditangkap dan kemudian di vonis 6

bulan penjara. Padahal pelaku kekerasan lebih dari 5 orang. Sementara

pelaku lainnya kakak beradik yang berinisial HB dan AH masih belum

tertangkap sampai saat ini. Namun akhirnya pengusutan kasus dihentikan

karena para pelaku dan korban lebih memilih jalan damai dalam

menyelesaikannya.

4Suhadi, Silabus & Bahan Bacaan Matakuliah Filsafat Umum, Yogyakarta: STAI SunanPandanaran, 2013, hlm. 214.

5M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2011,hlm. 15.

Page 10: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

Pihak kacong yang diwakili kelompok JUT mengajukan perdamaian

ke pemerintah daerah kabupaten Sleman. Julius sendiri tidak terlalu

tertarik dengan perdamaian yang sifatnya formal karena baginya

memaafkan sudah menjadi titik awal dirinya berdamai dengan keadaan. Ia

pun sedang berada di luar negeri ketika proses perdamaian dibuat. Dari

pihak Julius diwakili oleh Gereja Katolik dan dan dari JUT menandatangani

ikrar damai disaksikan langsung oleh Polda dan pemerintah kabupaten

Sleman.

Untuk kasus-kasus lain selain kasus Julius, kehadiran Forum

Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) 6 meminimalisir konflik yang terjadi.

FPUB pada awalnya lahir sebagai jawaban atas munculnya persoalan

bangsa ketika bangsa Indonesia baru saja memasuki gejolak masa

perubahan dari era orde lama ke era reformasi. Saat itu nilai-nilai

persaudaraan terkoyak-koyak dan berada dalam kondisi yang

mengkhawatirkan. FPUB didirikan pada tanggal 27 Februari 1997 oleh

beberapa tokoh elemen bangsa yang ada di Yogyakarta dengan tujuan

membangun nilai-nilai spiritualitas bangsa serta mewujudkan

persaudaraan sejati. Usaha membangun perdamaian tentu tidak semulus

yang dibayangkan. Sepak terjang FPUB pun mengalami kendala dan

tantangan sekaligus selama menjalankan misinya.

Dalam beberapa kasus FPUB bertindak sebagai mediator dalam

menyelesaikan konflik antar agama maupun inter agama (aliran-aliran).

Salah satu upaya FPUB misalnya pada kasus pendirian gereja yang

awalnya ditolak oleh masyarakat sekitar. Sebagian besar kasus tersebut

dapat diselesaikan. Salah satu yang gagal diantaranya karena pendeta di

gereja tersebut berasal dari luar Jawa dan sulit beradaptasi dengan

6 Penggunaan kata “Umat Beriman”, bukan Umat Beragama pada ForumPersaudaraan Umat Beriman (FPUB) karena kelompok ini berpandangan bahwapersaudaraan tidak dibatasi oleh lima agama, melainkan siapa saja dan dari mana sajayang berkehendak baik dan menyembah Tuhan. FPUB sangat menaruh hormat kepadasemua orang yang beragama dan berkepercayaan yang menyembah Tuhan dengan tulusdan berlaku jujur. FPUB berusaha mewujudkan visinya yaitu “Terwujudnya komunitasantariman yang penuh kedamaian dengan penghayatan atau keyakinan yang kuat kepadaTuhan dalam nilai kemanusiaan, solidaritas, dan penghargaan atas hak‑hak asasi manusia”.FPUB bekerjasama dengan Dian Intierfidie dan juga FKUB dalam mewujudkan damai. LihatImam Machali, “Peace Education dan Deradikalisasi Agama” dalam Jurnal Pendidikan Islam,Vol. II, No. 1, Juni 2013, hlm. 51-52.

Page 11: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

penduduk sekitar sehingga masyarakat sulit untuk menerima

keberadaanya. Selain itu, FPUB juga membantu penyelesaian kasus yang

terjadi pada anak-anak Papua yang sedang mabuk dan terjadi perkelahian

dan menelan korban. Kasus tersebut difasilitasi oleh FPUB sehingga

menemukan jalan keluar.

Pada kasus individu yang eksklusif misalnya, Romo Yatno mencoba

memahami kondisi orang yang terlihat eksklusif. Ternyata si kacong

berbisnis lele. Romo Yatno mengajak relawan FPUB yang Muslim untuk

bersama-sama membeli bibit lele. Dari situlah relawan FPUB melakukan

pendekatan dengan menanyakan tentang perawatan anak lele dan si

kacong mulai memberi penjelasan. Terjadilah komunikasi terbuka dan

lancar. Kecurigaan-kecurigaan mulai luntur dan kebersamaan mulai

terjadi.

Dari proses resolusi konflik yang dilakukan Julius Felicianus dan

usaha resolusi konflik yang dilakukan oleh FPUB, terlihat bahwa

pengendalian diri dari pribadi yang berintegritas merupakan pangkal upaya

resolusi konflik. Kesadaran mengutamakan kepentingan orang banyak dari

pada diri sendiri sangat penting. Metode meyakinkan misi damai kepada

orang lain menjadi strategi Julius meredam potensi konflik yang lebih

besar. Selain itu, mediasi, negosiasi, dialog diupayakan oleh FPUB untuk

membuka ruang diskusi, sehingga saling memahami dan bekerjasama

dapat dijalani.

D. INISIATIF DAMAI ALA JOGJA

Konflik merupakan persoalan yang umum dalam kehidupan

bermasyarakat. Kehidupan sosial pasti tidak akan terlepas dari konflik

dengan beragam kepentingan. Konflik akan menjadi potensi yang berguna

mendinamiskan masyarakat jika dikelola dengan baik. Bukan hanya

meningkatkan kerukunan saja, tetapi juga meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam menciptakan damai.7 Beberapa inisiatif damai

diantaranya dengan mengenal pemeluk agama lain, membangun

7 Albert Fiadjoe, Alternative Dispute Resolution: Developing Word Perspective,London: Covendish Publishing Limited, 2004, hlm. 9.

Page 12: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

komitmen individu, mediasi dan negosiasi, pendidikan damai, mewujudkan

damai dalam nilai kemanusian, serta berkomunikasi, bersinergi dan

berkolaborasi.

Inisiatif damai dapat diawali dengan memberikan pengalaman

mengenal pemeluk agama lain. Problem toleransi terkadang sepele, orang

tidak pernah mengerti bagaimana agama lain karena mereka tidak pernah

bertemu. Bagaimana mereka akan saling memahami jika bertemu saja

tidak pernah. Persepsi satu pihak kepada pihak lain lebih sering tercipta

karena asumsi dan omongan dari pihak lain. Usaha-usaha tersebut telah

dilakukan misalnya oleh FPUB dengan youth camp dan satuan tugas dialog

FPUB yang dilakukan di rumah-rumah ibadah dengan mempertemukan

pemeluk antar agama.

Pendekatan mengenal pemeluk agama lain dilakukan Romo Yatno.

Hanya dengan mengajak ngobrol soal lele saja, karena merupakan mata

pencharian si kacong, telah membuka komunikasi dan rasa percaya si

kacong kepada Romo Yatno. Stimulus Romo Yatno telah mengubah

persepsi si kacong tentang umat agama lain. Bahkan si kacong pun

berbaur dengan Romo Yatno di acara mertibumi. Mertibumi adalah

perayaan syukuran semua anggota masyarakat tanpa kecuali. Kisah ketua

RT yang memarahi umat Muslim karena tidak segera menguburkan

jenasah pada hari Jumat membuat kagum para mahasiswa KKN. Ketua RT

yang Kristen memahami betul bahwa muslim memiliki kewajiban sholat

Jumat sehingga jika tidak menyegarakan mengubur maka sholat Jumat

terganggu. Komitmen pak RT menunjukkan pak RT yang biasa bersama

dengan warga dan memahami dengan baik ajaran agama lain yang biasa

ia lihat. Kita tidak perlu menegur atau menceramahi orang yang memiliki

aliran lain tetapi kita perlu memperlihatkan kondisi yang bisa membuka

mata hatinya.

Dari kasus Julius terlihat bahwa inisitif damai harus lahir dari

komitmen individu. Julius yang taat beragama berkomitmen untuk tetap

menebarkan cinta kasih seperti yang diajarkan agama Katolik.

Sesungguhnya menebar kasih sayang pun dikenal dalam setiap tradisi

agama dan budaya. Dalam keyakinan Katolik, memaafkan jika disakiti

Page 13: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

disebut dalam Al-Kitab “Jika kamu ditampar pipi kanan maka serahkan lah

pipi kirimu”. Hal ini bermakna memandang positif pada peristiwa yang

sedang dihadapinya, sebagaimana sikap pemeluk agama Katolik dalam

memandang positif penderitaan yang sedang dialami.

Mediasi dan negosiasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan

cara yang damai. FPUB, khususnya KH Abdul Muhaimin, sering terlibat

dalam penyelesaian konflik dengan menggunakan metode negoisasi dan

mediasi. Mediasi dan negosiasi mensyaratkan para pihak untuk

menurunkan ego, menyamakan persepsi dan mencari jalan keluar. Hal

yang paling awal dan mendasar yang menjadi kendalanya adalah

persoalan ego masing-masing kelompok. Hal ini karena setiap kelompok

memiliki kepentingan masing-masing, ada yang merasa sakit hati, ada

yang merasa belum puas, dan ada juga yang merasa tidak adil. Pihak-

pihak yang bersengketa harus melepaskan ego dan kepentingannya untuk

menyelaraskan pandangan berfikir. Mencari titik temu adalah hal yang

diperlukan. Mediator dan negosiator harus memiliki pandangan yang netral

dan bersedia mengutamakan kepentingan yang lebih besar daripada

kepentingan kelompok dan individu.

Melakukan upaya pendidikan perdamaian adalah mengajarkan

pengormatan terhadap perbedaan. Upaya yang dilakukan FPUB

diantaranya dengan meningkatkan rasa empati khususnya generasi muda

yang merupakan asset masa depan bangsa melalui youth camp. Nilai lain

yang perlu diajarkan adalah membiasakan memandang sesuatu dari sisi

positifnya dan meminimalisir dari sisi negatifnya. Pendidikan damai

mengajarkan perbedaan adalah kekuatan bukan ancaman semata. Selain

itu, mengajarkan bahwa persaudaraan penting untuk diutamakan sehingga

generasi muda akan lebih banyak mencari saudara daripada mencari

musuh. Mengajarkan cara berkomunikasi yang baik dengan tutur kata

yang baik, pemilihan kata yang tepat, dan menghindari kata-kata yang

bersifat menghakimi misalnya kafir. Pembiasaan-pembiasaan tersebut

penting diajarkan sejak dini.

Inisiatif damai dilakukan sebagai mewujudkan nilai-nilai

kemanusian seperti tolong menolong. FPUB banyak melakukan aktivitas

Page 14: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

menolong sebagai perwujudan nilai-nilai kemanusian dengan menolong

sesama tanpa memandang agamanya. FPUB misalnya yang terdiri dari

beberapa agama dan keyakinan membantu mendirikan rumah untuk

korban gempa, membangun sumber air, melakukan penghijauan lereng

merapi dengan reboisasi serta menyantuni pengungsi korban bencana

alam.

Kaum kristiani juga memperbolehkan korban bencana untuk

mengungsi di gereja dengan difasilitasi FPUB. FPUB mencarikan bantuan

mukena dan sarung, serta hewan kurban untuk kaum muslimin merayakan

Idul Adha. Dibawah bimbingan Kyai Muhaimin, umat Islam yang tinggal di

gereja selama mengungsi mendapatkan bimbingan rohani. Para pengungsi

ini pun merayakan Idul Adha mulai dari takbiran, sholat Idul Adha, dan

penyembelihan di lingkungan gereja. Hal tersebut tidak akan mungkin

terjadi jika tidak ada jalinan persaudaraan yang kuat terhadap tokoh-tokoh

agama kedua belah pihak. Pak Julius sendiri misalnya menyadari bahwa

membantu sesama manusia sangat penting dilakukan sebagai perwujudan

dari nilai-nilai kemanusian. Ia turut menyumbang dan membantu pada

saat warga mendirikan masjid dan menyantuni guru-guru TPA yang aktif di

masjid belakang rumahnya. Pak Julius membantu guru-guru ini bukan

untuk mempengaruhi keimanan mereka tetapi semata-mata persaudaraan

kemanusiaan tanpa mempengaruhi keimanan.

Berkomunkasi, bersinergi dan berkolaborasi adalah upaya inisiatif

damai yang sangat penting. FPUB dan Julius Felicianus adalah contoh

organisasi maupun individu yang melakukan komunikasi kultural dengan

tokoh agama lain dalam rangka memupuk persaudaraan. Pak Julius

menjalin hubungan harmonis dengan para kyai pesantren, dan tokoh-

tokoh agama lainnya. Begitu juga dengan FPUB yang terdiri dari berbagai

unsur, mereka saling menghargai satu sama lain dan menjalin komunikasi.

Beberapa kolaborasi yang terjadi antar anggota FPUB antara lain misalnya

SAGA (Santri Gadungan) mereka berperan dalam usaha keamanan pada

malam perayaan natalan. Training jurnalistik dan pembagian buku gratis

kepada pesantren juga dilakukan oleh Pak Julius kepada santri-santri di

pesantren. Kolaborasi mencerdaskan santri ini merupakan perwujudan dari

Page 15: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

nilai-nilai kemanusian yang sudah sangat paripurna. Berkolaborasi

merupakan puncak toleransi paling tinggi karena tanpa saling percaya,

saling memahami, saling mengkomunikasikan tidak akan pernah ada

kerjasama.

Inisiatif damai tidak selalu mulus bahkan banyak tantangannya.

Ada empat kendala inisiatif damai. Kendala pertama adalah dalam ruang

lingkup teologis. Yakni kecenderungan memahami agama dengan

pemahaman keagamaan yang eksklusif dan kaku sehingga menutup ruang

dialog aktif konstruktif dalam memahami keberagaman yang ada. Kedua,

kendala ketegangan batin atau psikis. Yaitu masih adanya perasaan

khawatir terhadap pemeluk agama lain ketika melakukan interaksi, dialog,

atau kerjasama. Ketiga, adanya prasangka di kalangan pemeluk agama

terhadap gerakan dialog antar agama. Keempat, adanya kecurigaan bahwa

ada kepentingan atau agenda tersembunyi sebagai ajang pertarungan

kepentingan atas nama agama dalam melakukan dialog antar umat.8

Sekelas ketua FPUB pun masih mengalami pengucilan karena dianggap

Kyai yang aneh, bahkan ada yang mengkafirkan beliau karena Kyai ini

biasa berteman dan bekerjasama dengan umat beragam agama dan

keyakinan.

E. REKOMENDASI UNTUK PESANTREN MEMBANGUN INISIATIF

DAMAI

Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam khas dan

asli Indonesia. Kehadirannya sejak jaman sebelum Indonesia merdeka

sudah turut mencerdaskan anak bangsa. Jumlah pesantren terus

bertambah dan terus berkembang, serta tidak pernah surut dan termakan

zaman yang menurut catatan resmi Kementerian Agama, saat ini terdapat

sekitar 13 ribu pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada era

modern ini, pesantren menjadi salah satu pilar yang sangat penting bagi

kehidupan berbangsa dan bernegara.9 Pesantren menjadi salah satu pilar

penting bagi bangsa ini sebab selain mencerdaskan secara intelektualitas,

8 Imam Machali, “Peace Education dan Deradikalisasi Agama” dalam JurnalPendidikan Islam, Vol. II, No. 1, Juni 2013, hlm. 60-61.

9 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 2011, hlm. 41.

Page 16: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

pesantren juga memiliki misi untuk mencerdaskan secara spiritualitas.

Tidak hanya menekankan kecerdasan akal, tetapi juga mencerdaskan

secara karakter.

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang kuantitas dan kualitasnya

telah memberikan sumbangsih bagi perkembangan masyarakat Indonesia,

pesantren memiliki tugas yang besar dalam menjaga perdamaian. Misi

perdamaian ini sesungguhnya sejak awal munculnya pesantren telah

diterapkan oleh para Kyai, baik melalui kurikulum maupun tingkah laku

sehari-hari. Para santri yang tinggal bersama kyai selama 24 jam akan

mencontoh sikap Kyai yang menjunjung nilai-nilai damai. Maka sebenarnya

pesantren hanya perlu meningkatkan dan menjaga tradisi yang sudah ada

sejak berabad-abad lalu. Pesantren benar-benar memiliki tugas besar

untuk menanamkan dalam diri para santri untuk selalu menjaga

perdamaian.

Memperjuangkan perdamaian artinya memperjuangkan salah satu

tujuan Islam hadir. Sudah selayaknya kedamaian dan keindahan Islam

tidak hanya dinikmati oleh pemeluk Islam itu sendiri, namun juga dapat

dirasakan oleh para pemeluk agama selain Islam. Muslim yang baik adalah

muslim yang tidak melukai saudaranya melalui tangan maupun lisannya.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam sudah seharusnya menebar

misi “rahmatan lil alamin”, menjadi rahmat bagi semua melalui gerakan

pendidikan, ekonomi, social dan budaya. Pesantren tidak hanya menebar

kemaslahatan untuk santrinya saja tetapi juga bagi masyarakat dan

pemeluk agama selain Islam.

Banyak nilai Islam yang menjunjung perdamaian diajarkan di

pesantren. Karakteristik Islam yang ditampilkan oleh para ulama

pemangku pesantren sebagaimana Nabi saw adalah penanaman dan

pengembangan nilai-nilai infitah (inklusif), tawassuth (moderat), musawah

(persamaan), dan tawazun (seimbang). Nilai keseimbangan tidak hanya

pada cara berfikir tetapi juga perilaku yang tercermin dalam pola hidup

yang sederhana. Selain itu juga menunjung tinggi Hak Asasi Manusia

(HAM) yang telah diajarkan melalui kuliyatul khoms.

Page 17: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

Peran pesantren dalam pembudayaan nilai, norma, sekaligus

pesan-pesan keagamaan yang sarat dengan harmoni, kerukunan,

persatuan dan kedamaian sangat penting. Termasuk didalamnya

melestarikan budaya lokal dan memelihara nilai-nilai dan tatanan sosial

yang harmonis disekelilingnya.10 Dalam pendidikan formal dan non formal

santri perlu dibangun kesadarannya tentang keragaman dan toleransi.

Selain itu, para santri perlu memiliki pengalaman bertemu secara langsung

dengan keragaman itu sendiri. Para santri diterjunkan ke lapangan

langsung untuk bisa berbaur dengan masyarakat yang multicultural. Hal ini

akan meningkatan pengetahuan, pemahaman dan kerja sama yang

melibatkan peserta dari semua golongan maupun agama. Hal ini akan

menimbulkan proses sosialisasi yang baik dan akan terbantuk santri yang

berkarakter inklusif.

Pondok pesantren secara istiqamah harus tetap mempertahankan

tradisi kedamaian, keseimbangan, dan keharmonisan lingkungan.

Pesantren secara doktrinal tetap mengembangkan prinsip ukhuwah

islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah dalam upaya

memperkokoh tatanan masyarakat di dalam pesantren, masyarakat sekitar

pesantren, masyarakat umum, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

10 Nunu Ahmad an-Nahidil, “Pesantren dan Dinamika Pesan Damai” dalam Edukasi,Jurnal Penelitian Agama dan Keagamaan, Vol.4 No.3, Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agamadan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006, hlm. 18.

Page 18: DIALEKTIKA INISIATIF DAMAI ALA JOGJA.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad an-Nahidil, Nunu, “Pesantren dan Dinamika Pesan Damai” dalamEdukasi, Jurnal Penelitian Agama dan Keagamaan, Vol.4 No.3,Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, BadanLitbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 2011.Fiadjoe, Albert, Alternative Dispute Resolution: Developing Word

Perspective, London: Covendish Publishing Limited, 2004.Machali, Imam, “Peace Education dan Deradikalisasi Agama” dalam Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. II, No. 1, Juni 2013.Solihin, M, dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia,

2011.Suhadi, Silabus & Bahan Bacaan Matakuliah Filsafat Umum, Yogyakarta:

STAI Sunan Pandanaran, 2013.http://citizendaily.net/wahid-institue-diy-urutan-kedua-kasus-intoleransi-

sepanjang-2014/, Diakses pada 28 Oktober 2015. Pukul 21.30http://www.ekaristi.org/doa/dokumen.php?subaction=showfull&id=114010

4989&archive&start_from&ucat=1, Diakses 1 Desember 2015.http://regional.kompas.com/read/2014/05/30/0537391/Wartawan.Kompas

.TV.Turut.Jadi.Korban.Pemukulan.di.Rumah.Bos.Galang.Press,diakses pada tanggal 2 Desember 2015