di balik kelahiran ukt lima golongan

24
Taki - Takining Sewaka Guna Widya ISSN: 09854-1678 Di Balik Kelahiran UKT 5 Golongan Budaya: Endek, Kain Tenun Ikat Khas Bali Resensi film: Jobs, Inovator Teknologi Laporan Khusus: Susunan Baru Kementerian BEM-PM Unud Essay Foto: Keindahan Pantai Senggigi

Upload: kadek-indah-kusuma-dewi

Post on 20-Oct-2015

920 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buletin pertama dari Persma Akademika di tahun 2014 yang membahas UKT di kalangan mahasiswa di Universitas Udayana.

TRANSCRIPT

Page 1: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

Taki - Takining Sewaka Guna Widya

ISSN: 09854-1678

Di Balik Kelahiran UKT 5 Golongan

Budaya: Endek, Kain Tenun Ikat Khas Bali

Resensi film: Jobs, Inovator Teknologi

Laporan Khusus:Susunan Baru Kementerian BEM-PM Unud

Essay Foto: Keindahan Pantai Senggigi

Page 2: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

2 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

DAFTAR ISI

Tajuk / 3

Laporan Utama / 4

Profil / 10

Essay Foto / 12

Resensi / 14

Laporan Khusus / 16

Jejak / 18

Budaya / 20

Opini / 22

Salam Persma! Edisi perdana!! Edisi perdana di kepengu-rusan 2013-2014 tentunya, Edisi Februari ini kami menghadirkan tema, “Dibalik Kelahiran UKT 5 Golon-gan”. Ide ini muncul disebabkan obrolan ringan di awak redaksi mengenai adanya pro dan kontra UKT 5 golongan. Maka timbullah pertanyaan, sudah adilkah penggolongan yang telah diberlakukan? Kemudian adapun rubrik laporan khusus ini men-gangkat tema mengenai penambahan kementrian kabinet baru di BEM PM Unud. Tujuannya apa? Per-timbangannya apa? Disisipi juga berita ringan mengenai keinda-han di Pantai Senggigi dan Pantai Lembongan. Se-moga bisa menjadi referensi tempat tongkrongan bagi pembaca. Itulah sekilas isi bulletin ini. Lebih lengkapnya pembaca bisa simak dengan lebih seksama. Kami sangat berharap buletin ini bisa menjadi bahan bacaan alternatif untuk kawan-kawan mahasiswa. Kami senantiasa ingin menjadikan kampus sebagai kawasan akademik tempat lahirnya orang-orang kritis dan bukan sekadar manusia-manusia peker-ja. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran konstruktif untuk kemajuan kita bersama. Pemimpin Redaksi

Pelindung: Rektor Universitas Udayana.Penasihat: Pembantu Rektor III Universitas Udayana. Ketua Unit/Pemimpin Umum: Jaya Kusuma. Pemimpin Redaksi: Alit Purwaningsih. Redaktur Pelaksana: Nila Pertina Dewi, Dhar-ma Yanti, Resita Yuana, Indah Kusuma.Editor: Ary Pratiwi, Vera Aryantini, Diah Dhar-mapatni. Tim Redaksi: Bagus, Ulul, Wirat, Gunawan, Febri, Elok, Anik, Cahyani, Mita, Arimbawa, Rifai, Dwijayanthi, Bhaskara. Layouter: Gamaliel Sangga Buana. Ilustrasi: Anik, Adit.

Diterbitkan oleh: Pers Mahasiswa Akademika

Universitas Udayana.

Izin terbit: SK Rektor Unud 499/SK/PT/07/OM/LA/83.

Alamat Sekretariat:

Gedung Student Center Lantai 2,

Jalan Dr. R. Goris, Denpasar-Bali.

Email: [email protected]

Page 3: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 3

Pelaksanaan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Universitas Udayana banyak menu-ai protes dari kalangan mahasiswa. Mu-

lai dari ketidakpahaman mengenai UKT yang berdampak kekisruhan saat pembayaran, hingga munculnya upaya - upaya dari maha-siswa untuk mengganti golongannya ke yang lebih rendah. Mereka menganggap penggolon-gan UKT yang didapat tidak sesuai dengan keadaan ekonominya. Ini yang salah sistemn-ya, pengelolanya, pihak universitas, atau ma-hasiswa? Berdasarkan peraturan menteri pendi-dikan dan kebudayaan Republik Indonesia no-mor 55 tahun 2013 pasal 1 ayat 3, uang kuli-ah tunggal merupakan sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya. Kon-sep sistem UKT lima golongan yang diprakarsai oleh Kemendikbud Indonesia ini sebenarnya sudah baik. Hanya saja baik di konsep, belum tentu baik dalam eksekusinya, bukan? Kurangnya sosialisasi atau dalam istilah kerennya “PDKT” tentang sistem UKT menye-babkan mahasiswa kebingungan. Ada yang mengira UKT seperti uang gedung yang han-ya dibayar sekali saja sehingga berakibat fatal, misalnya keliru dalam memilih golongan. Duh! Begitu kisruhnya sistem ini, sehingga dibangun posko pelayanan informasi UKT di Universitas Udayana. Terbukti sebanyak kurang lebih 210 mahasiswa menyampaikan keluhannya. Ini menandakan penerapan sistem UKT belum cukup berhasil. Belum lagi tersirat kabar bahwa ada beberapa mahasiswa yang tidak jujur dalam melengkapi keperluan administrasi. Sistem ini rawan dari mahasiswa-mahasiswa nakal yang

sebenarnya dalam kategori mampu, namun ingin membayar dalam jumlah yang lebih ke-cil. Hal ini memang sudah diwaspadai oleh pihak Universitas Udayana dengan memberi-kan ancaman akan mengeluarkan mahasiswa tersebut apabila diketahui memalsukan data. Lantas, apakah ini sudah menjamin? Apakah pihak Unud akan mampu memproteksi ribuan mahasiswa dalam waktu yang cukup singkat? Dalam suatu pelaksanaan konsep baru, hal yang wajar jika banyak menuai kritik dan saran. Hanya saja, apabila dipersiapkan secara matang UKT ini tidak akan merugikan banyak mahasiswa. Sosialisasi harusnya dilakukan se-cara menyeluruh, apalagi ini menyangkut bi-aya kuliah yang akan ditanggung kurang lebih hingga empat tahun ke depan. Apapun yang menyangkut tentang mahasiswa, maka ber-pengaruh juga tentang orang tua dan mas-yarakat umum di sekitarnya. Jangan sampai, tujuan dari pemerintah yang mensubsidi biaya kuliah ini tercoreng karena pelaksanaannya yang dikemas secara tidak tertata. Dengan adanya UKT ini diharapkan seluruh calon mahasiswa semakin berani melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Jangan sampai yang terjadi justru seba-liknya, dengan penerapan UKT yang bermas-alah menjadikan mereka takut untuk mendaft-ar ke bangku kuliah. Takut tidak sesuai dengan keadaan ekonomi. Takut tidak bisa melanjut-kan kuliah saat berada di tengah perjalanan. (red)

UKT Udayana Perlu “PDKT”

EDITORIAL

Page 4: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

4 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

LAPORAN UTAMA 1

UKT 5 kelompok adalah sistem pemba-yaran uang perkuliahan menurut Pera-turan Menteri Pendidikan dan Kebu-

dayan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2013 yang kelompoknya dibagi berdasarkan kemampuan ekonomi mahasiswa. Sistem UKT berlandaskan atas Undang-undang Perguruan Tinggi Pasal 88 Ayat 5 dan berlaku di seluruh universitas negeri di nusantara. “Mau tidak mau, sistem pembayaran UKT ini harus dilaku-kan karena dalam berorganisasi ada susunan pemerintahan. Ada pemimpin yang mem-buat peraturan dan orang yang dipimpin serta mengikuti peraturan,” jelas Pembantu Rektor (PR) II Unud, Prof.Dr.Ir. Ketut Budi Susrusa M.S. saat ditanya mengenai kesiapan Universitas Udayana menanggapi Permendikbud Nomor 55 Tahun 2013. Pembantu Rektor II Unud yang mem-bidangi administrasi dan keuangan tersebut juga memberikan alasan mengenai pember-lakuan UKT 5 kelompok di Unud. “UKT ini diberlakukan di seluruh universitas negeri di Indonesia. Sebenarnya dari Kemendikbud memberi kuasa kepada tiap – tiap universi-tas untuk membagi UKT menjadi 7 kelompok. Saya tidak tahu bagaimana dengan universitas lain. Tapi Unud hanya mengambil 5 kelompok untuk penyederhanaan saja,” ujarnya. Sistem UKT 5 kelompok sendiri merupa-kan sistem yang baru diberlakukan oleh pemer-intah mulai tahun akademik 2013. Oleh karena itu, pada tahun – tahun sebelumnya semua

Di usianya yang

menginjak 51 tahun,

sistem uang kuliah

terbaru diberlakukan

di Universitas Udayana

(Unud). Sistem Uang

Kuliah Tunggal (UKT) 5

Kelompok muncul di

tahun 2013. Lalu,

seperti apa UKT 5

Kelompok tersebut?

Unud Berlakukan Sistem UKT 5 Kelompok

Page 5: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 5

LAPORAN UTAMA 1

mahasiswa membayar jumlah uang kuliah se-suai dengan prodi yang dipilihnya. Menurut Prof.Dr.Ir. Ketut Budi Susrusa M.S, sistem pem-bayaran pada tahun-tahun sebelumnya terse-but mengakibatkan banyak mahasiswa dengan ekonomi yang kurang, merasa terbebani. Se-mentara orang yang mampu secara ekonomi membayar biaya kuliah yang sama dengan orang – orang yang kurang mampu. Sehing-ga ditetapkanlah sistem pembayaran di Unud dengan sistem UKT 5 kelompok. Tujuan pengadaan UKT 5 kelompok pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebu-dayaan Republik Indonesia No 55 Tahun 2013 adalah untuk meringankan beban mahasiswa terutama yang kurang mampu terhadap pem-biayaan pendidikan. Prof.Dr.Ir. Ketut Budi Sus-rusa M.S menambahkan bahwa tujuan adanya UKT 5 kelompok ini adalah untuk meningkat-kan akses masyarakat agar bisa memasuki per-guruan tinggi. “Berdasarkan studi atau sosial-isasi tentang UKT, sistem UKT ini diberlakukan agar orang yang mampu secara intelektual

tapi tidak mampu dalam ekonomi bisa masuk ke perguruan tinggi. Kemudian dengan adanya UKT ini diharapkan bisa mewujudkan tujuan UUD 1945 untuk meningkatkan kecerdasan bangsa,” terangnya dengan penuh antusias. Padahal tanpa adanya UKT 5 kelompok sudah banyak bantuan berupa beasiswa bagi orang yang kurang mampu agar bisa melanjutkan kuliah di perguruan tinggi seperti beasiswa. Secara sederhana, uang UKT ini lebih kecil daripada biaya kuliah yang seharusnya dibayarkan karena sisanya telah disubsidi oleh pemerintah. Mahasiswa yang memiliki ke-mampuan ekonomi yang standar atau berke-cukupan akan dikenakan UKT 3 berdasarkan syarat – syarat yang sudah dikumpulkan da-lam pendaftaran mahasiswa baru. Sedangkan mahasiswa yang kemampuan ekonominya ku-rang, akan dikenakan UKT 1 atau UKT 2 sesuai penilaian dari tim verifikasi. UKT 4 dan UKT 5 tentu saja diperuntukkan bagi mahasiswa den-gan kemampuan ekonomi yang mapan. Kare-na kelebihan dananya akan digunakan untuk

Tabel besar biaya UKT per fakultas di Universitas Udayana. Perbedaan jumlah pembayaran pada UKT II, IV dan V ditentukan berdasarkan jurusan yang diambil.

Page 6: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

6 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

LAPORAN UTAMA 1

menutupi biaya kuliah mahasiswa yang mem-bayar UKT 1 dan UKT 2. Dengan adanya sistem UKT 5 kelompok tersebut, Tjokorda Dharma Putra Pemayun yang merupakan salah seorang mahasiswa se-mester 1 Fakultas Hukum Unud merasa bahwa uang kuliah yang dibayarkannya cocok. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah, dan ses-uai dengan pendapatan orang tuanya. “Saat saya mengisi form data UKT, saya telah mendi-skusikannya dengan orang tua saya sebelum-nya sehingga tidak terjadi keluhan di dalam keluarga saya,” jelas mahasiswa yang akrab di-panggil Cok Dharma ini. Namanya suatu kebijakan, pasti ada pro dan kontra. Jika ada yang setuju, pasti ada saja yang tidak setuju. Seorang mahasiswa dari Fakultas Pertanian yang tidak ingin disebutkan namanya merasa tidak setuju dengan kelom-pok UKT yang didapatkannya. Ia meminta agar kelompok UKT-nya diturunkan karena ia mera-sa kelompok UKT yang didapatkannya tidak se-suai dengan kemampuan ekonomi keluargan-ya. Banyak juga mahasiswa yang protes akan kelompok UKT yang diberikan dan meminta agar kelompok UKT-nya dirubah. Ada juga kasus mahasiswa yang ber-bohong dalam formulir pengisian kelompok UKT. Ia yang perekonomiannya mapan, tetapi

menginginkan kelompok UKT yang lebih kecil. “Menurut saya UKT 5 kelompok ini sebenarnya ide yang bagus, hanya dalam implementasinya yang kurang baik. Saran buat pak rektor untuk UKT per-kelompok harusnya disosialisasikan sebelum penerimaan mahasiswa baru agar para orang tua bisa menyesuaikan keuangan mereka dengan prodi yang ingin dituju,” harap Cok Dharma. Untuk menanggapi pernyataan seperti itu, PR II sudah meminta bantuan pada timn-ya dan juga BEM untuk mensosialisasikan hal mengenai UKT 5 kelompok. Hal ini pun telah dikonfirmasi oleh Ketua BEM Fakultas Pertani-an UNUD, Ida Bagus Wahyu Permana. “Untuk saat ini sih belum dapat kabar sosialisasi dari rektorat, tapi dari BEM PM sudah ada. Sosial-isasinya kalau nggak salah di Student Center dan sebenarnya ditujukan untuk adik – adik 2013 yang ingin berkonsultasi saja,” jelas Wa-hyu Permana. Pada intinya UKT 5 kelompok ini dib-uat dengan tujuan untuk meringankan beban ekonomi mahasiswa, khususnya yang kurang mampu. Namun dalam penerapannya, masih banyak yang perlu dibenahi. Tugas kita bersa-malah untuk membenahi hal tersebut demi Unud yang lebih baik. (Bagus/Ulul)

Selamat Ulang Tahun Persma Akademika ke-31

Tim Redaksi mengucapkan :

Page 7: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 7

LAPORAN UTAMA 2

Menurut SK Permendikbud No 55 Ta-hun 2013, UKT bertujuan agar ma-hasiswa tidak dikenakan pungutan

lain selama menjalani masa perkuliahan. “UKT bertujuan agar masyarakat Indonesia bisa me-nikmati perkuliahan,” demikian paparan Prof. Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa MS, yang merupakan Pembantu Rektor II Universitas Udayana. Saat ini Menteri Pendidikan dan Budaya mulai fokus pada pengembangan pendidikan secara nasi-onal. Salah satu pilar dari visi dan misi Kemen-dikbud adalah meningkatkan akses masyarakat untuk masuk perguruan tinggi. Lebih lanjut beliau menjelaskan adanya peningkatan akses masyarakat agar masyarakat yang tidak mam-pu secara ekonomi namun mumpuni secara intelektual, mampu masuk perguruan tinggi. Berdasarkan kuisioner yang disebar Ak-ademika terkait sudah sesuaikah penerapan UKT 5 golongan dengan tujuannya, sebanyak 35% menyatakan tidak sesuai, 35% ragu-ragu , dan 30% yang menyatakan sudah sesuai. Di-tambah dengan cukup banyaknya mahasiswa yang melakukan protes terhadap penggolon-gan tersebut. Salah seorang mahasisiwi Ju-

rusan Pendidikan Dokter Gigi, Fitri Agustiari menyatakan sosialisasi yang kurang dari pi-hak universitas menjadi salah satu penyebab dari banyaknya protes dan ketidaksetujuan dengan golongan UKT yang diperoleh. “Saya sendiri mengira UKT dibayar sekali bukannya persemester dan hanya merupakan sumban-gan sukarela saja, jika tahu demikian maka ti-dak mungkin saya memilih UKT 5,” ungkapnya. Pembantu Rektor II menyatakan bah-wa memang benar pihak universitas kurang melakukan sosialisasi UKT 5 golongan. “Pem-beritahuan yang mendadak dari Kemendikbud dan waktu yang pendek dalam penyusunan instrument penggolongan tersebut menjadi kendala kami,” ujarnya. SK tersebut baru dike-luarkan pada bulan April sedangkan pihak uni-versitas sudah harus menerapkannya di bulan September. Dalam kurun waktu yang singkat, pihak universitas sudah harus mempersiapkan penggolongan tersebut. “Apalagi sosialisa-si, sementara kami dari pihak universitas saja masih mempelajarinya,” sambung beliau. Menanggapi protes dan keluh maha-siswa perihal UKT, pihak Universitas melakukan

Mila Purwaningsih, mahasiswi Fakultas Peternakan kini harus pas-rah dengan penggolongan UKT yang diterimanya. Ia, bahkan banyak temannya tak puas dengan penggolangan UKT tersebut. Lalu, apakah UKT dapat dikatakan berjalan sesuai dengan tujuannya?

“SK Datang Mendadak, Kami Belum Siap”

UKT 5 Golongan :

Page 8: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

8 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

LAPORAN UTAMA 2

kerja sama dengan BEM-PM Universitas Udaya-na dalam bentuk posko pengaduan. Posko pengaduan tersebut yang nantinya melakukan verifikasi ulang dan wawancara kepada maha-siswa. Ditemui disela kesibukannya, Bima Ku-mara Presiden BEM-PM Udayana menyatakan adanya posko pengaduan tersebut merupakan inisiatif dari BEM untuk membantu mahasiswa angkatan 2013. “Hal tersebut guna memban-tu mahasiswa memperbaiki UKT-nya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,” ujarnya. Posko pengaduan ini didasari dari ban-yaknya protes terhadap penggolongan UKT. Ter-lebih sistem UKT baru diterapkan pada tahun 2013. “Selain itu BEM memiliki akses langsung ke rektorat dalam hal ini PR II yang membidan-

gi keuangan,” ungkapnya lagi. Menurut data dari Menteri Dalam Negeri BEM-PM Udayana, jumlah Mahasiswa yang mengajukan protes UKT sekitar 210 orang yang dilakukan dari berbagai media. Protes yang dilakukan pun beragam, antara lain karena salah input data, tidak mengetahui bahwa penginputan data UKT itu berpengaruh pada UKT yang didapat, keadaan keluarga yang tidak dicantumkan pada kuisioner UKT seperti jumlah saudara, ataupun tanggungan hingga tidak sesuai den-gan pengeluaran dan pendapatan keluarga. Faktanya penggolongan UKT masih ditemui adanya banyak kecurangan. Bebera-pa mahasiswa yang tergolong mampu banyak melakukan manipulasi data untuk mendapa-

Adik dapat UKT 1

ya...

Kok dia bisa dapat UKT 1 ya??...

Aku aja UKT 4...

Pada-hal dia mampu loh...

Adit

Page 9: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 9

LAPORAN UTAMA 2

tkan UKT golongan 1 maupun 2. Dari 100 re-sponden, 85%-nya menyatakan bahwa banyak mahasiswa yang terbilang mampu namun jus-tru mendapatkan UKT golongan 1 ataupun 2. Padahal UKT golongan 1 dan 2 hanya diperun-tukkan bagi mahasiswa yang kurang mampu. Menanggapi adanya kecurangan terse-but pihak universitas sudah mengingatkan ke-pada mahasiswa bahwa data yang diisi harus sesuai dan jujur. Jika terbukti curang akan dike-nai sanksi. Sanksi paling berat adalah dikeluar-kan dari Universitas Udayana. “Memang kesuli-tan dari pihak universitas adalah memproteksi orang-orang yang berperilaku curang seperti ini,” ungkap PR II UNUD . Pihak universitas sendi-ri saat ini belum mampu melakukan verifikasi ulang karena terhalang waktu. “Kami memang

Di sela wawancara,

Pembantu Rektor II

menyatakan bahwa

memang benar pi-

hak universitas kurang

melakukan sosialisasi

UKT 5 golongan.“

belum melakukan verifikasi ulang, namun saat ini kami masih mencari waktu yang sesuai untuk melakukan verifikasi ulang,” jelasnya. UKT 5 golongan memang masih belum sempurna penerapannya. Namun, pihak univer-sitas berjanji akan segera melakukan perbaikan agar hal yang sama tidak terjadi lagi. Kedepan-nya pihak universitas akan memperbaiki sistem yang ada. Calon mahasiswa yang mendaftar di Universitas Udayana akan melakukan pengi-sian biodata terlebih dahulu. Sehingga jika calon mahasiswa tersebut tidak menyanggu-pi penggolongan UKT di Universitas Udayana maka calon mahasiswa tersebut berhak tidak mendaftar ulang ataupun memilih universitas lainnya yang dirasa mampu dan sesuai den-gan keadaan ekonominya. (Wirat/Gunawan)

Pembantu Rektor II Universitas Udayana, Prof. Dr. Ir. Ketut Budi

Susrusa M.S, .

Page 10: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

10 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

PROFIL

“Saya tidak malu membawa bekal makanan sendiri dari rumah. Jadi, menggunakan waktu makan siang untuk bekerja, tentunya lebih irit bukan? Simple, Life is choice,” tutur wanita berambut sebahu ini sembari tersenyum.

Kisah Unik “Bekal Makanan” di Balik Sebuah Kesuksesan

Ellies Sutrisna

Page 11: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 11

PROFIL

Ellies Sutrisna. Ya, begitulah sosok yang tak asing lagi bagi peminat buku bisnis dan pengembangan diri. Ellies –sapaann-

ya- adalah seorang book writer, entrepreneur, speaker sekaligus trainer handal yang terkenal dengan the best bussines coach. Pencapaiann-ya saat ini tidaklah serta-merta didapatkann-ya. Berbagai upaya dilakukan oleh perempuan yang pada bulan April ini genap berusia 50 ta-hun untuk mencapai kesuksesan. “Kehidupan saya dulu sangat sederhana. Makan pun su-sah. Hanya 1 telur untuk makan dan itupun harus dibagi menjadi 7 bagian untuk keluarga saya lainnya dan kami hanya makan daging saat ada keluarga atau tetangga yang berulang tahun,” ungkap Ellies yang selalu memotivasi dirinya agar anak-anaknya tidak mengalami kehidupan yang sulit seperti dirinya terdahulu. Kehidupan sulit di masa lalu memotiva-si perempuan lulusan terbaik di University of Wollongong New South Wales ini untuk men-ciptakan kehidupan yang layak dan nyaman. Berbagai pekerjaan dilakoninya untuk dapat bertahan hidup dan meneruskan kuliahnya di negeri kangguru tersebut. “Setiap malam saya kerja di restoran dari hari Senin-Jumat dan ker-ja di toko ikan pada hari Sabtu dan Minggu dari pukul 4 sore-6 sore,” kenang perempuan yang saat kecil memiliki hobi menyanyi dan menari ini. Hingga pada tahun 1989 Ellies mem-ulai karirnya di Indonesia. Hampir setiap ta-hun ia meraih penghargaan “Top Achiever“ dari perusahaannya. Tak hanya itu, wanita yang telah memutuskan pensiun pada tahun 2005 ini juga sempat menjadi direktur termu-da dari beberapa anak perusahaan Teknologi Informasi Publik terbesar di Indonesia karena karirnya yang melesat begitu cepat. Ada satu rahasia unik sejak dulu dari Ellies yang hing-

ga saat ini masih terus dilakukannya. Meng-hemat waktu dan uang yang dimilikinya den-gan membawa bekal makanan sendiri dari rumah menjadi pilihan hidupnya. Ya, Ellies tidak pernah malu walaupun sering dihina oleh teman di kantornya terdahulu. Baginya sejak dahulu ia terbiasa tidak memiliki uang. Kesuksesan itu ada karena pilihan diri sendiri. Tak berhenti sampai disana, ideal-isme Ellies untuk membangun sebuah tayan-gan yang mampu menginspirasi, memotiva-si, memberikan ide dan peluang baru, serta mengedukasi melalui tv streaming di www.tvexelent.com pun menjadi kesibukannya be-lakangan ini. “Saya ingin terus mendalami ten-tang leadership yang benar dan berbagi ke-pada masyarakat,” ungkap perempuan yang sempat menjabat sebagai Chief Executive Offi-cer (CEO) perusahaan PMA & Joint Venture ini. Ellies selalu berupaya membagikan ilmu dan pengalamannya melalui banyak media seperti buku, majalah, online, dan yang sedang giat-giatnya dibesarkan adalah TV streamingn-ya. “Mulailah menjadi anak muda yang terbaik di mata orang tua lalu menjadi mahasiswa ter-baik, dan ketika Anda bekerja jadilah karyawan atau pengusaha terbaik. Selalu pastikan saat ada pekerjaan maka lakukan yang terbaik. Work smart, work hard, and be the best,” tut-up Ellies yang telah menerbitkan banyak buku mengenai pengembangan diri dan bisnis sep-erti “12 Jurus Jitu Meroketkan Bisnis” dan “Achieving Financial Independence”. (Cahyani)

Page 12: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

12 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

Bagi mereka yang mengenal Pulau Lombok, Pantai Senggigi adalah pantai yang paling mereka ingat. Pantai yang berada seki-tar sepuluh kilometer dari Kota Mataram ini menjadi daya tarik wisata pantai yang utama bagi warga Lombok dan wisatawan lokal serta mancanegara selama bertahun-tahun. Pantai berpasir putih ini menawarkan pemandangan matahari terbenam yang disertai dengan silu-et pemandangan Gunung Agung di Bali dari kejauhan, dan juga para nelayan yang me-mancing dari pinggir pantai dan yang pergi berangkat melaut dengan kapal-kapal mereka. Pantai ini juga menawarkan pemandan-gan terumbu karang yang dapat dinikmati den-gan ber-snorkeling. Ada pula fasilitas permain-an air yaitu surfing, penyewaan kano dan ban. Wisatawan tak perlu khawatir akan haus atau kelaparan, karena tersedia banyak warung

Pantai SenggigiMenikmati Indahnya Pesisir Lombok di

ESSAY FOTO

yang menjajakan minuman ringan, kelapa muda utuh, dan makanan khas lombok seperti sate bulayak, pecel, pelecing, dan yang lainnya. Wisatawan dapat mengakses pantai ini dari Kota Mataram. Selain itu, wisatawan dapat menaiki speedboat dari Sanur atau Padangbai Bali dengan waktu tempuh yang lebih cepat dar-ipada menggunakan kapal ferry dari Pelabuhan Padangbai Bali ke Pelabuhan Lembar Lombok.

Pojok kiri atas: Pantai Senggigi dilengkapi fasilitas penyewaan kano untuk rekreasi wisatawan pengun-jung pantai. Selain itu ada juga penyewaan alat-alat snorkeling. kiri bawah: para surfer yang sedang mengamati dan mengambil gambar teman-teman mereka yang sedang berselancar di Pantai Senggigi, kanan: salah satu dinding pemecah ombak di sisi se-latan Pantai Senggigi yang dijadikan sebagai tempat duduk-duduk dan beristirahat bagi para peselancar.

Page 13: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 13

ESSAY FOTO

Atas: pemandangan matahari tenggelam di Pantai Senggigi. Bila cuacanya cerah, siluet Gunung Agung dapat terlihat dari kejau-han, bawah kiri: para pemancing yang memulai aktivitasnya di sekitar sore hari, memancing dengan menggunakan jorang pan-jang, bawah kanan: dermaga di pantai senggigi ini melayani pela-yaran kapal boat yang dari dan menuju Bali serta Gili Trawangan.

Oleh: Made Arimbawa

Page 14: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

14 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

"Para seniman besar seperti Dylan, Pi-casso dan Newton berani melawan risiko. Dan jika kita ingin menjadi besar, kita harus men-gambil risiko itu juga," itulah salah satu kuti-pan dalam film Jobs. Film yang diangkat dari kisah perjalanan hidup salah seorang pendi-ri Apple, Steve Jobs (Asthon Kutcher). Steve Jobs yang selalu punya ambisi besar dalam hidupnya memulai ambisinya di bidang kom-puter bersama temannya Steve Wozniak (Josh Gad). Mereka mulai membangun perusahaan komputernya dari garasi milik keluarga Jobs. Dengan usaha yang tak kenal putus asa kare-na berkali-kali ciptaannya ditolak oleh beber-

INOVATOR TEKNOLOGIJ O B S

JOBSJenis Film : Biography Drama Produser : Mark HulmeProduksi : Open Road FilmsSutradara : Joshua Michael SternDurasi : 128 menitPemain : Ashton Kutcher, Dermot Mul-roney, Josh Gad, Lukas Haas, Ahna O'Reilly, J.K. Simmons, Matthew Modine, Kevin Dunn, Victor Rasuk, Eddie Hassell, Ron Eldard, John Getz, Lesley Ann Warren, James Woods, Amanda Crew, Brett Gelman, Brad William Henke

apa investor. Sampai pada suatu hari datang seorang investor yang tertarik dengan produk yang mereka ciptakan. Dari sanalah berdiri perusahaan Apple yang produk pertaman-ya diberi nama Apple II. Kesuksesan Steve Jobs bersama Apple ternyata tidak membuat semua orang senang dengan dirinya. Sifat pribadinya yang selalu keras kepala dan ber-temperamental tinggi membuat beberapa orang di Apple memusuhinya. Puncak konflik antara Jobs dan rekan-rekannya di Apple ada-lah ketika tahun 1995 dirinya “dibuang” dari perusahaan yang telah didirikannya tersebut. Setelah keluar dari Apple, Jobs mendi-rikan perusahaan komputer lain yang diberi nama NeXT. Pada tahun 1996, akhirnya Ap-ple mengambil alih NeXT. Tak hanya itu Ap-ple juga membawa Jobs kembali ke tem-pat asalnya di Apple. Sejak saat itulah Apple mulai menjadi bagian dari sejarah perkem-bangan teknologi di dunia hingga sekarang. Film yang disurtadarai Joshua Michael Stern ini mendapat kritikan keras dari salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak. Menurut Wozniak, terdapat banyak kesalahan film Jobs. Salah satunya adalah banyak orang-orang yang dahulu ikut berjasa dalam pendirian Apple jus-tru tidak dimunculkan dalam film tersebut. Akting Asthon Kutcher dan pemer-an lainnya dalam film ini tentunya tak boleh terlewatkan bagi penggemar film bergenre biography drama. Apalagi bagi yang mengi-dolakan Steve Jobs dan karya teknologinya yang inovatif. Kemiripan wajah Kutcher den-gan Jobs yang memiliki sifat tentramental dan kharismatik juga dapat membuat mem-buat penonton beranggapan bahwa seo-lah-olah Steve Jobs hidup kembali. (Rifai)

RESENSI FILM

Page 15: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 15

Derita Mahasiswa merupakan buku non-fiksi bergenre komedi. Ikuti pen-galaman Derma, seorang mahasiswa

bernasib tragis. Ada saja hal-hal konyol menim-pa dirinya saat menjalani perkuliahan. Mulai dari salah atribut waktu OSPEK, tertimpa gosip karena menjadi tempat curhat dosen, bertemu mantan gebetan yang jadi asisten dosen, jadi biro jodoh dadakan, ditinggal lulus teman dekat, hingga berusaha sidang skripsi dan lulus kuliah. Perjuangan ini dilalui bersama teman-teman akrabnya. Rio, teman Derma yang menurutnya merupakan peranakan manu-sia dan kaktus yang jatuh cinta dan Maryam, teman seangkatan Derma yang tomboi mer-angkap galak di waktu-waktu tertentu. Mer-eka menjalani perkuliahan dengan seman-gat walaupun banyak hal menimpa mereka. Masalah tersebut antara lain adalah meng-hadapi pengajar yang hobi “tunjuk-ma-ju”, PHP nilai oleh dosen, sampai menger-jakan tugas sulit dengan jarak waktu H-1. Hal ini tidak membuat Derma jera menyan-dang status sebagai mahasiswa. Meskipun terkesan apes, itu semua merupakan pengala-man berharga baginya. Mengingat pengala-man masa silam tersebut kini membuatnya rindu akan masa-masa tersebut kemudian ber-pikir, “Gue pingin balik jadi mahasiswa lagi!”. Kekurangan buku ini terdapat di bagian karikatur yang berhubungan dengan para-graf sehingga cukup membingungkan bagi pembaca pada awalnya. Akan tetapi, buku ini memiliki gaya bahasanya yang ringan se-hingga cocok dibaca untuk menghibur kita di saat-saat jenuh. Perjuangan Derma yang dipenuhi lika-liku untuk mencapai kelulusan memiliki pesan bahwa hal itu pada akhirnya akan membantu kita di masa depan. (Mita)

Judul buku : Derita Mahasiswa “Aku Ingin Kuliah Seribu Tahun Lagi”Pengarang : DermaPenerbit : Gagasan MedikaTahun Terbit : Indonesia, Jakarta: 2013Halaman : 246

Lika-LikuKehidupan Mahasiswa

RESENSI BUKU

Page 16: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

16 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

Pemilu raya pemilihan Presiden-Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Pemerintahan Mahasiswa Universitas

Udayana (BEM PM-Unud) periode 2014-2015 sudah usai. Kini yang ditunggu adalah bagaima-na kinerja BEM di bawah pasangan terpilih, Bima Kumara Dwiatmaja dan Edy Januar. Salah satu terobosan dalam membantu menunjang kinerja BEM adalah membentuk kementrian baru. "Ide membuat beberapa kementrian baru ini lebih dapat memfokuskan kinerja dari BEM," jelas Presiden BEM Unud, Bima Kumara Dwiatmaja. Kementrian baru yang dibentuk yaitu kementrian minat dan bakat, kemen-trian sosial lingkungan, kementrian apara-tur kabinet dan kementrian kebijakan publik. Kementrian minat dan bakat adalah satu dari kementrian baru yang ada dalam kabinet Harmonisasi Udayana. "Kementrian minat dan bakat memiliki program kerja dalam hal meny-alurkan minat dan bakat mahasiswa, khususnya dalam hal non akademik," papar pria yang akrab disapa Bima tersebut. Lebih lanjut ia menjelas-kan bahwa kementrian minat dan bakat dalam prokernya mengatur bahwa Udayana bukanlah universitas yang hanya memiliki prestasi aka-demik, tetapi Udayana juga memiliki prestasi non akademik. Dalam hal penyaluran bakat, kementrian minat dan bakat akan mengopti-

malkan kinerja dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di bawah naungan BEM. Tak hanya UKM, acara besar seperti Dies Na-talis ikut dalam program kerja kementrian ini. Selain kementrian minat dan bakat, masih ada dua kementrian baru lagi dalam Kabinet Harmonisasi Udayana yaitu kemen-trian sosial dan lingkungan, dan kementrian aparatur kabinet. Kinerja masing – masing kementrian tersebut berbeda – beda. Ke-mentrian sosial dan lingkungan salah satunya, program kerja mereka lebih kepada kegiatan sosial di dalam dan luar Unud serta kegia-tan tentang lingkungan dengan lingkup kerja juga di dalam dan luar Unud. Berbeda haln-ya dengan kementrian pemberdayaan desa, kementrian yang telah ada yang hanya fokus memberdayakan kegiatannya di satu desa saja. "Kementrian sosial dan lingkungan leb-ih memfokuskan kegiatan sosial dan lingkun-gan di luar dari daerah," tutur Bima antusias. Kementrian aparatur kabinet mempu-nyai program kerja yang kelihatannya lebih simple tapi terbilang berat untuk dijalani. Ki-nerja kementrian aparatur kabinet adalah menguatkan hubungan internal di dalam BEM, seperti menindak anggota BEM yang ti-dak pernah ikut ambil bagian dalam kegiatan BEM. “Saya rasa kementrian yang tahun ini

"Saya optimis bahwasanya ide ini bisa membantu untuk mencapai visi misi saya dalam pemilu kemarin, yaitu membumikan karya Udayana," ungkap Bima Kumara Dwiatmaja ketika ditanya tentang pembentukan kementrian

baru dalam BEM PM Unud.

LAPORAN KHUSUS

Page 17: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 17

lebih optimal dari yang tahun kemarin, kare-na dari setiap kementrian itu sendiri memili-ki proker yang lebih fokus dengan bidangnya daripada tahun kemarin,” kata Putu Mutia Septiyaningsih, ketua Dewan Perwakilan Ma-hasiswa (DPM) Universitas Udayana. Hal senada juga diungkapkan Komang Eke Suardane selaku kepala kementrian so-sial dan lingkungan hidup. Ia mengatakan ke-mentrian untuk tahun ini lebih terkoordinasi daripada tahun kemarin. "Ini bukan berarti pemerintahan tahun kemarin jelek tapi lebih memperbaiki kekurangan dari pemerintahan BEM tahun kemarin," jelas Komang Eke Suardane. Ia juga menjelaskan tahun ini kementri-an di BEM lebih terfokus kinerja masing-mas-ing kementrian yang ada. Menurut pria yang akrab disapa Eke ini terbentuknya kemen-trian sosial dan lingkungan adalah karena di kabinet yang sebelumnya bernama kemen-trian sosial dan politik. Agar setiap kemen-trian bekerja secara terfokus, maka dalam Kabinet Harmonisasi Udayana, kementrian tersebut terbagi dua menjadi kementrian sosial dan lingkungan dan kementrian kebi-

LAPORAN KHUSUS

jiakan publik. Terbentuknya kementrian minat dan bakat dan juga kementrian aparatur kabi-net juga memiliki ceritanya masing – masing. Kementrian minat dan bakat, itu merupakan pecahan dari kementrian da-lam negeri. Begitu pula dengan kemen-trian aparatur kabinet yang juga merupa-kan pecahan dari kementrian pendidikan. Terlepas dari semua itu, dengan diben-tuknya kementrian – kementrian baru ini di-harapkan agar BEM-PM Unud dengan Kabi-net Harmonisasi Udayana dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap mahasiswa Udayana. "Ide membuat beberapa kementrian baru ini lebih dapat memfokuskan kinerja dari BEM dan mengoptimalkan program kerja dari masing-masing kementrian agar dapat mewu-judkan visi dan misi yang telah dijanjikan pada waktu pemilu dulu," tutup Bima Kumara. (Febri)

Bima Kumara, presiden BEM-PM Unud 2014 - 2015.

Page 18: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

18 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

Pagi itu tampak bangku panjang penuh dengan deretan penumpang. Begitu pula saya turut men-jadi bagian yang tak sabar menunggu perjalanan ke Lembongan.

Jam telah menunjukkan pukul 09.30 WITA. Perjalanan dari Sanur ke Lembongan dengan menggunakan boat pagi itu diirin-gi cuaca dengan angin kencang. Tak jarang di dalam boat yang ketika itu berisi dua pu-luh penumpang ada yang mulai mabuk laut akibat ombak yang besar. Selama 45 menit akhirnya kami (Saya, Mitsue, Eka Fitri, Shine, Gung Rias) tiba di Pulau Lembongan. Sesampainya di Pulau Lembongan, ham-paran pasir putih dan perahu nelayan yang berla-buh memenuhi pandangan mata kami. Lautnya yang terlihat biru bening menggoda keinginan untuk berenang saat itu pula. Namun, keingi-nan itu harus saya tahan dahulu. Tempat awal yang harus kami tuju adalah tempat menginap selama dua hari tinggal di Lembongan. Kebe-tulan ada salah satu teman yang berasal dari Lembongan jadi kami bisa tinggal di sana. Kami mulai menyusun list tempat-tempat yang akan

Dua hari singkat menikmati keindahanLembongan

kami kunjungi di Lembongan. Tempat-tempat yang akan dikunjungi sudah kami searhcing di google sebelumnya. List tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah Blue-Lagoon. Kami menggunakan sepeda motor yang diperoleh dari menyewa, kami pun siap meny-usuri tempat-tempat indah di Lembongan. Se-lama perjalanan kami hanya berbekal dengan nama tempat-tempat yang akan dikunjungi tan-pa tahu alamat pastinya. Hanya bermodal kata Blue-Lagoon dan bertanya kepada masyarakat di sana akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Tiba di tempat pertama saya mulai memahami kenapa tempat itu diberi nama Blue-Lagoon. Pemandangan yang memikat mata saya adalah warna laut yang memang biru yang san-gat indah dan berbeda dari air laut sekitarnya. Jika kita beruntung kawanan lumba-lumba ser-ing melintas di perairan Blue Lagoon ketika pagi hari atau sore hari. Sayangnya kami ke sana saat

JEJAK

Page 19: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 19

matahari menyengat kulit. Namun, pemandan-gan Blue-Lagoon sudah membuat hati senang. Hari ke-dua di Lembongan, kali ini kami mengunjungi kawasan mangrove Lembongan. Jalan menuju mangrove tampak rusak banyak lubang di sepanjang jalan. Kerikil-kerikil yang berserakan pun menjadi kawan setia di per-jalan menuju mangrove. Kali ini kami berhenti di sebuah warung, namanya Jiva Warung Ac-tivities. Di warung tersebut kami ditawarkan untuk snorkeling, kami pun akhirnya memilih menghabiskan hari ke-dua dengan snorkeling. Bermodal sebesar seratus ribu rupi-ah kami pun snorkeling di kawasan Gamat Bay Nusa Penida. Kawasan Gamat Bay Nusa Penida merupakan tempat yang ditawarkan kepada wisatawan yang datang untuk menik-mati snorkeling. Dipandu oleh Pak Nyoman kami menikmati keindahan bawah laut. Arus yang cukup keras membuat kami kewalahan ber-snorkeling di sana, mengingat cuaca saat kami snorkeling berangin. Tapi hal tersebut tak mengganggu keindahan yang kami dapatkan di bawah laut sana. Ikan-ikan kecil berwarna cantik menggoda kami untuk menyentuhnya, namun sayang gerakan tangan kami kalah ce-pat dengan gerakan tubuh ikan kecil yang gesit. Tempat ke dua yang tak kalah bagusnya adalah kawasan Jungutbatu dekat areal man-grove. Lagi-lagi di kawasannya ini kami melihat ikan lebih banyak dari tempat pertama. Wisa-tawan yang menikmati snorkeling pun tak ha-nya saya dan kawan-kawan namun wisatawan asing lainnya pun meramaikan. Tak kalah menarik kami melihat balita ikut menikmati snorkeling di sana. Tampak raut mukanya sen-ang dan ia pun berteriak kecil kegirangan. Se-hati dengan balita tersebut, kami pun berteriak menikmati liburan singkat yang menyenakan di Pulau yang bernama Lembongan. (Nila)

JEJAK

Perahu nelayan yang sedang menepi di kawasan man-grove Lembongan.

Panorama menyegarkan di pantai Lembongan yang biru.

Kawasan hutan mangrove.

Panorama tebing Blue Lagoon.

Page 20: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

20 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

Endek merupakan kain tenun ikat khas Bali. Hal yang unik dari kain endek ini terletak pada motifnya yang beragam. Ada beber-

apa motif kain endek yang dianggap sakral dan hanya boleh digunakan untuk kegiatan-kegia-tan di pura atau kegiatan keagamaan lainnya. Adapula motif kain endek yang hanya boleh di-gunakan oleh orang-orang tertentu saja seper-ti halnya para raja atau keturunan bangsawan. Dahulu kain ini memang lebih banyak digunakan oleh para orang tua dan kalangan bangsawan. Kain endek mulai berkembang sejak ta-hun 1985, yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek ini kemudian berkembang di seki-tar daerah Klungkung, salah satunya adalah di Desa Sulang. Meskipun kain endek telah ada sejak zaman Kerajaan Gelgel, akan teta-pi endek mulai berkembang pesat di Desa Sulang setelah masa kemerdekaan. Perkem-bangan kain endek di Desa Sulang dimulai pada tahun 1975 dan kemudian berkembang

pesat pada tahun 1985 hingga sekarang. Kain endek memiliki beberapa periode perkembangan dalam produksinya. Dapat di-lihat pada tahun 1985-1995 kain endek men-galami masa kejayaan akibat adanya dukun-gan dari pemerintah. Pada masa ini, proses produksi kain endek sudah menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Kemudian pada tahun 1996-2006, kain endek mengalami penurunan akibat dari banyaknya persaingan produksi kain sejenis buatan pabrik yang mu-lai masuk ke pasaran. Tahun 2007-2012 juga mengalami penurunan. Fluktuasi penurunan sangat dirasakan pada tahun 2008-2010. Hal tersebut disebabkan oleh bahan baku yang sulit didapat, harga benang yang mahal, dan kualitas yang tidak sesuai dengan standar pro-duksi kain endek. Namun, pada tahun 2011 kain endek mulai berkembang kembali akibat bahan baku yang murah serta berkembangn-ya berbagai motif kain endek yang sesuai den-gan kebutuhan pasar. Selain itu pula banyak

Endek,Kain Tenun Ikat

Khas Bali

BUDAYA

Page 21: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 21

perusahaan atau instansi menggunakan kain endek sebagai pakaian kantor dan anak sekolah. Penggunaan kain endek berbeda-be-da sesuai motifnya. Motif patra dan encak saji yang bersifat sakral biasa digunakan un-tuk kegiatan upacara keagamaan. Motif-mo-tif tersebut menunjukkan rasa hormat ke-pada Sang Pencipta. Sedangkan motif yang mencerminkan nuansa alam, biasa digu-nakan untuk kegiatan sosial atau kegiatan se-hari-hari. Hal ini menyebabkan motif tersebut lebih banyak berkembang dalam masyarakat. Wastra endek atau disebut kain endek saat ini sudah mulai banyak mengalami peng-gabungan dengan jenis-jenis kain khas Bali lainnya. Hal ini menjadikannya lebih beragam. Saat ini ada satu teknik tenun ikat yang berkem-bang di Bali, terutama pada motif kain endek. Teknik itu dilakukan dengan penambahan co-letan pada bagian-bagian tertentu yang disebut dengan nyantri. Teknik nyantri adalah penam-bahan warna kain endek dengan goresan kuas bambu seperti layaknya orang melukis di kain. Motif yang dihasilkan lebih banyak menggam-barkan flora, fauna, dan tokoh pewayangan yang sering muncul dalam mitologi-mitolo-gi cerita Bali. Motif tersebut memberikan ciri

khas tersendiri pada kain endek dibanding-kan dengan motif-motif kain pada umumnya. Kain endek juga dapat dikombinasikan dengan kain songket. Kain songket adalah kain yang dihiasi benang-benang emas atau perak. Pemberian benang emas atau perak ini dapat dilakukan pada kain endek. Pada umumnya dijadikan sebagai hiasan pinggir kain. Kain ini kemudian dikenal sebagai kain endek songket. Kain endek sudah mulai banyak digu-nakan oleh masyarakat Bali. Meskipun demikian motif-motif sakral tetap dipertahankan dan ti-dak digunakan secara sembarangan. Umumnya kain ini digunakan untuk kegiatan upacara, ke-giatan sembahyang ke pura, ataupun digunakan sebagai busana modern layaknya baju atau celana yang dapat digunakan semua kalangan. Begitu pesatnya perkembangan kain tenun ikat khas Bali menjadi tantangan be-sar bagi masyarakat Bali untuk menjaga kele-stariannya. Masyarakat Bali juga harus ajeg, tetap memperhatikan aturan penggunaan kain tersebut. Terutama untuk motif-motif kain endek yang disakralkan, jangan sampai digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Hal tersebut akan merusak nilai sakral dan bu-daya dari kain endek itu sendiri. (Bhaskara)

BUDAYA

Endek motif patra yang bersifat sakral. Endek dengan motif wajik.

Sumber gambar: http://manikskebya.blogspot.comSumber gambar: http://www.facebook.com/pages/Tenun-Patra/

Page 22: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

22 BULETIN AKADEMIKA edisi 1 - Februari 2014

Antara menDEKATkan yang JAUH danmenJAUHkan yang DEKAT

MEDIA SOSIAL:

Siapa yang tak kenal media sosial? Ham-pir semua anak muda sekarang akrab dengan kata ini. Dengan ponsel pintarnya, mereka bisa memiliki akun untuk setiap media sosial yang sedang hits pada masanya. Akun yang dimiliki pun tidak mungkin hanya satu. Termasuk saya. Saya mulai mengenal media sosial ke-tika masih berseragam putih-biru. Seorang teman memperkenalkan Friendster. Karena in-gin diterima dalam pergaulan, saya pun mem-buat akunnya. Saat itu memiliki akun Friend-ster menjadi hal paling keren dalam pergaulan. Padahal, teman-teman dalam akun saya hany-alah teman-teman satu sekolah, yang tentu saja saya temui setiap hari. Setelah Friend-ster, datanglah Facebook. Lagi-lagi, karena

OPINI

Sumber gambar: www.livablecities.org

Page 23: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

www.persakademika.com / @persakademika 23

tak ingin dianggap ketinggalan jaman, saya pun membuat akun Facebook. Dan lagi-la-gi, teman yang saya miliki dalam akun Face-book saya hanyalah teman-teman sekolah. Setelah Facebook, ada pula Twitter, Tumblr, Path, Instagram, dan masih banyak yang lain. Selain itu bermunculan juga aplika-si untuk chatting, mulai dari BBM, Whatsapp, Line, WeChat, KakaoTalk, dan sebagainya. Masing-masing menawarkan keunggulan yang berbeda. Ada stiker yang lucu-lucu, diskon pro-duk setiap hari, dan aneka promosi lain yang semuanya bisa diperoleh secara gratis. Ham-pir rata-rata anak muda memiliki akun di se-tiap media sosial dan aplikasi chatting terse-but. Termasuk saya. Lagi-lagi hanya karena keinginan untuk diterima dalam pergaulan. Di sisi lain dengan adanya media so-sial yang mempermudah segala urusan, mu-lai bermunculan online shop. Dimana kita hanya perlu melihat foto barangnya, jika ter-tarik bisa langsung menghubungi contact person yang tertera, dan melakukan transak-si. Dalam beberapa hari barang akan sam-pai di rumah. Tak jarang yang merasa tertipu karena barangnya berbeda dengan yang di-foto. Juga tak jarang yang benar-benar ter-tipu. Sudah transfer uang dan sebagainya, tapi barang tidak pernah sampai ke tangan pembeli bahkan setelah hitungan bulan. Masalahnya, bahasa tekstual dan visual di media sosial berkembang lebih pesat daripada norma dan etikanya. Tak jarang, guyonan men-jadi perseteruan, canda berkembang menjadi silang-sengketa. Saat ini para pengguna media sosial mungkin sudah lebih kalem, namun be-berapa tahun lalu, perselisihan akibat mis-ko-munikasi di media sosial cukup sering terjadi.Anehnya, media sosial ternyata berkembang jadi anti-sosial. Tak jarang ditemukan, keti-

ka sedang berkumpul bersama, setiap orang lebih memilih untuk memegang ponsel pin-tarnya, dan update di media sosial tentang ke-beradaan mereka. Tentu tak lupa upload foto makan siang hari itu. Bisa jadi dalam satu meja mereka malah saling berkomentar di media so-sial, bukannya berbincang langsung. Media so-sial memang berhasil mendekatkan yang jauh, namun ternyata juga menjauhkan yang dekat. Mungkin ada baiknya sedikit melangkah ke belakang. Membangun kembali hubungan langsung antar-sesama. Manusia dengan manu-sia, tanpa melalui dunia maya. Pasti akan lebih menyenangkan, berbincang langsung dengan teman sambil menyantap kudapan sore, daripa-da menatap layar seharian hingga leher pegal.

OPINI

Oleh: Elokhauri

Sumber gambar: www.mobzine.ro/wp-content/uploads/2013/11/pile-of-smart-phones.jpg

Page 24: Di Balik Kelahiran UKT Lima Golongan

Redaksi menerima kiriman artikel, opini, masukkan, kritik, saran atau tanggapan tentangkehidupan civitas akademika Universitas Udayana. Tulisan bisa dialamatkan langsung ke Sek-

retariat Pers Mahasiswa Akademika Jl. Dr. R. Goris No. 7A, Denpasar atau dikirim lewat email [email protected]. redaksi berhak menyunting isi tulisan sepanjang tidak

menyimpang esensi tulisan.www.persakademika.com

@persakademika

Crash

Anik

Anik

Anik

Anik