deputi bidang koordinasi ekonomi kreatif, · kata pengantar daftar isi ilustrasi-ilustrasi...
TRANSCRIPT
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ILUSTRASI-ILUSTRASI
RINGKASAN EKSEKUTIF
PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
1.3. Aspek Strategis
1.4. Isu Strategis
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2015 - 2019
2.2. Rencana Kerja 2017
2.3. Perjanjian Kinerja
2.4. Pengukuran Kinerja
2.5. Penajaman Rencana Strategis
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran dan Analisa Kinerja Harapan Masyarakat/Stakeholder
3.2. Pengukuran dan Analisa Kinerja Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan
3.3. Hambatan dan Tindak Lanjut Capaian Kinerja
3.4. Realisasi Anggaran dan Penggunaan Sumber Daya
I
10
11
14
15
II
17
19
21
22
23
III
26
29
57
69
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
3
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
4
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
5
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
6
RINGKASAN EKSEKUTIF
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah (Deputi IV) pada tahun 2017 memiliki program utama perspektif
internal process, yaitu Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian dengan sasaran
strategis yaitu : (1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, (2) Terwujudnya pengendalian
pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
Strategi dalam merealisasikan program kerja tersebut dijalankan dengan sumber daya
yang dimiliki sebagai kapasitas organisasi, sehingga memberikan kontribusi terhadap
keberhasilan capaian indikator nasional. Capaian indikator nasional merupakan agregat dari
kerja bersama K/L untuk memenuhi harapan masyarakat dan stakeholder lainnya. Strategi
tersebut adalah :
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
7
Implementasi Program kerja dalam proses aktivitas/kegiatan agar dapat memberikan
kontribusi capaian nasional harapan stakeholder atau outcome yang ingin dicapai diukur
melalui Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdiri dari : (1) Persentase rekomendasi/ rancangan
kebijakan/paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan
Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan yang
ditidaklanjuti, (2) Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan
Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil
dan Menengah dan Ketenagakerjaanyang ditindaklanjuti. Capaian Indikator Kinerja tersebut
dilakukan melalui serangkaian kegiatan, yaitu: koordinasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan
yang mencakup lima kegiatan, yaitu Pengembangan Ekonomi Kreatif, Pengembangan
Kewirausahaan, Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UKM,Peningkatan Daya Saing Ekonomi
Kawasan, dan Ketenagakerjaan.
Evaluasi dan analisis capaian kinerja 2017 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, menunjukan program koordinasi kebijakan bidang
perekonomian di lingkungan Deputi IV dapat memenuhi target sesuai rencana, sebagaimana
tercermin dalam tabel Pengukuran Kinerja kegiatan di bawah ini.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Kinerja Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
1
2
Persentase rekomendasi/ rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan yang ditidaklanjuti
Persentasi Koordinasi dan Sinkronisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang disusun K/L mitra
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
1 Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaanyang ditindaklanjuti.
100% 100% 100%
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
8
Strategi koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan, dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM memberikan
kontribusi positif menciptakan kondisi harapan masyarakat dan K/L dalam koordinasi. Kondisi
tersebut dapat terlihat dari keberhasilan capaian Indikator Kinerja Utama Deputi IV pada
Perspektif Stakeholder atau Outcome Strategis, yaitu :
Sasaran outcome Indikator Keberhasilan/IKU Capaian
1. Meningkatnya Daya Saing KUKM
a. Persentase peningkatan kontribusi UMKM dalam PDB
b. Jumlah Peningkatan KUKM yang menerapkan standarisasi mutu dan sertifikasi produk lebih besar dari tahun lalu
a. 62,57% dari target 57,84 (tahun lalu). Meningkat 8,2%.
b. 2.083 dari target 1.352 (tahun lalu). Meningkat 731
2. Terwujudnya Pengembangan Ekonomi Kreatif
c. Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif dalam PDB
d. Persentase Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif
c. 7,44% dari target 7,38%. d. 16,91 jt dari target tahun
sebelumnya 15,9 jt. Meningkat 5,9 %
3. Terwujudnya Peningkatan Kualitas SDM dan Kesempatan Wirausaha
e. Persentase Pengangguran Terbuka
f. Jumlah peningkatan kesempatan kerja lebih besar dari tahun lalu
g. Jumlah peningkatan wirausaha baru lebih besar dari tahun lalu
e. 5,50% dari target 5,61% (tahun sebelumnya). -0,11%
f. 2,8 jt dari target 2,4jt (tahun lalu). Meningkat 0,2 jt
g. 3,1% dari sebelumnya 1,56%.
Meningkat 1,54%
4. Meningkatnya daya saing ekonomi kawasan di daerah berbasis kreativitas, inovasi, teknologi
h. Persentase Kawasan yang melakukan inovasi tata kelola pengambangan potensi ekonomi kawasan
h. Target 5 , terealisasi 5 yaitu: Kawasan Ekonomi Kerakyatan di Kuningan, Pati, Bandung, Prabumulih, Semarang
Sumberdaya atau kapasitas organisasi yang menjadi penggerak strategi Deputi IV
dilakukan dengan tata kelola organisasi yang baik. Unsur sumberdaya yang dimiliki dan
digunakan adalah : Profesionalitas SDM melalui peningkatan kapasitas dan kedisiplinan dalam
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
9
lingkup pembinaan Bagian SDM, Layanan Informasi yang lancar dalam binaan Biro
Perencanaan, Akuntabilitas dan Reformasi Birokrasi secara terus-menerus dipantau oleh
Inspektorat, dan ketersediaan anggaran.
Evaluasi Kinerja Anggaran menunjukan realisasi anggaran sebesar Rp.20,893,865,932,-
dari pagu anggaran total sebesar Rp.23,362,040,000,- atau sebesar 89.44%. Terdapat beberapa
hambatan yang terkait capain kinerja pada tahun 2017, diantaranya adalah:
- Kurangnya Komitmen dari K/L terkait dalam mendukung dan melakukan pembahasan
Peraturan atau Program yang akan dibahas.
Tindak lanjut : melakukan pembahasan secara intensif dengan K/L terkait untuk
memperdalam substansi peraturan dan komitmen bersama.
- Adanya perbedaan pemahaman dan kemampuan antar instansi Pemerintah, sehingga
diperlukan upaya untuk menyamakan persepsi dan merubah pola pikir pengambil
kebijakan.
- Adanya kendala terkait infrastruktur, talent, pendanaan, dan lainnya untuk melaksanakan
program.
Tindak lanjut : Perumusan kebijakan isu-isu penting terkait ekonomi digital, meliputi level
of playing field, transaksi crossborder, pengembangan UMKM, perlindungan data.
- Terkendalanya dokumen pendukung dalam proses perencanaan program yang akan
dilaksanakan.
Tindak lanjut : penyusunan dokumen pendukung berdasarkan output kegiatan.
- Kurangnya sosialisasi dan promosi terkait program yang sudah direncanakan.
Tindak lanjut : peningkatan sosialisai dan promosi terkait program kepada K/L atau
masyarakat.
- Perubahan peraturan oleh K/L terkait mengenai program yang direncanakan.
Tindak lanjut : melakukan koordinasi dengan K/L terkait .
Hambatan dan tindaklanjut tersebut menjadi pijakan bagi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM dalam memperbaiki kinerja organisasi di tahun
mendatang.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
10
BAB I PENDAHULAN
1.1. Latar Belakang
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
UKM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ekonomi
kreatif, kewirausahaan dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan menengah, (Permenko
Nomor 5 Tahun 2015). Sejalan dengan ditetapkannya paket-paket kebijakan di bidang
perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM, telah berkomitmen untuk mendukung pencapaian Sasaran Strategis
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
tahun 2017.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan organisasi, sekaligus untuk meningkatkan
kinerja pelaksanaan tugas koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian di bidang perekonomian,
telah ditetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sebagai
pengganti Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebelumnya.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UKM Tahun 2017 merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas dan fungsi terhadap capaian kinerja yang telah dilaksanakan pada tahun 2017 termasuk
kinerja deputi terkait Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi yang
dilaksanakan sebelum diterbitkannya Permenko Nomor 5 Tahun 2015. Keberhasilan
pelaksanaan capaian kinerja tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari semua pihak
dalam melaksanakan kegiatan sinkronisasi dan koordinasi, serta pengendalian atas pelaksanaan
progam dan kegiatan bersama Kementerian/Lembaga terkait.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
11
1.2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi
Deputi IV memiliki nomenklatur Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sesuai dengan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : PER-5/M.EKON/10/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dengan
tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
Usaha Menengah mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan, kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ekonomi kreatif, kewirausahaan
dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan menengah.
2. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan Usaha Menengah menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM.
b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
c. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan wirausaha
baru berbasis teknologi.
d. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengembangan industri
kreatif.
e. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan tenaga kerja
dengan keahlian tertentu dan pemberdayaan buruh.
f. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
12
Dalam menjalankan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, dibantu oleh :
1. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif
2. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
3. Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan
4. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
5. Asisten Deputi Ketenagakerjaan
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian, struktur
organisasi profil Sumber Daya Manusia pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif dan
Daya Saing Koperasi dan UKM adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1
Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM
Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif
Asisten Deputi
Peningkatan Daya Saing
Ekonomi Kawasan
Asisten Deputi
Pengembangan
Kewirausahaan
Asisten Deputi
Peningkatan Daya Saing
Koperasi dan UMKM
Asisten Deputi
Ketenagakerjaan
Kepala Bidang Ekonomi
Kreatif Berbasis Seni dan
Budaya
Kepala Bidang Ekonomi
Kreatif Berbasis Media,
Desain dan Iptek
Kepala Bidang Program
dan Tata Kelola
Kepala Bidang
Kemudahan Wirausaha
Kepala Bidang
Penempaan dan
Penciptaan Wirausaha
Kepala Bidang Peningkatan
Daya Saing Koperasi
Kepala Bidang Peningkatan
Daya Saing UMKM
Kepala Bidang Harmonisasi
Hubungan Industrial
Kepala Bidang Penciptaan
dan Pengembangan
Kapasitas Tenaga Kerja
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM
Kepala Bidang
Pengembangan dan
Optimalisasi Sarasan
Pendukung Ekonomi
Kawasan
Kepala Bidang
Pengembangan Potensi
dan Komoditas Ekonomi
Kawasan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
13
Profil Sumber Daya Manusia pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif dan Daya Saing
Koperasi dan UKM adalah sebagai berikut :
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
14
Jumlah pegawai di Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi, Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
KUKM tahun 2017 adalah 86 orang, dengan rincian per unit kerja sebagai berikut:
No Unit Kerja Jumlah
1 Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif 38
2 Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan 10
3 Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan 10
4 Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dam UMKM 12
5 Asisten Deputi Ketenagakerjaan 13
TOTAL 86
1.3. Aspek Strategis
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM memiliki
peran strategis dalam mencapai visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, melalui
koordinasi penyusunan dan penetapan kebijakan serta pengendalian kebijakan terkait ekonomi
kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM. Dengan peran tersebut diharapkan dapat
mendukung kinerja pembangunan nasional bidang ekonomi kreatif, UMKM, Ekonomi Kawasan
berbasis kreatifitas, inovasi, dan teknologi, dan tenaga kerja sebagaimana yang telah tercantum
dalam RPJMN 2015 – 2019. Peran Strategis Deputi IV menuju pada terciptanya misi
kementerian, yaitu : misi pertumbuhan, dan misi pemerataan. Pemenuhan harapan masyarakat
yang menjadi sasaran outcome Deputi IV adalah :
1. Meningkatnya Daya Saing KUKM ;
2. Terwujudnya Pengembangan Ekonomi Kreatif ;
3. Terwujudnya Peningkatan Kualitas SDM dan Kesempatan Wirausaha;
4. Meningkatnya daya saing ekonomi kawasan di daerah berbasis kreativitas, inovasi,
teknologi.
Outcome-outcome tersebut akan diukur dengan indikator kinerja yang secara agregat K/L
merupakan capaian nasional. Kontribusi Deputi IV terhadap capaian nasional tersebut adalah
melalui strategi kegiatan organisasi dengan sasaran yaitu :
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
15
1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan
Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan
Ketenagakerjaan.
2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis
Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan
Ketenagakerjaan.
1.4. Isu Strategis
Isu strategis yang harus diselesaikan sebagai wujud kinerja Tahun 2017 oleh Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, antara lain:
1. Pengembangan Ekonomi Kreatif
a. Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden Rencana Induk Pengembangan Ekonomi
Kreatif (Rperpres Rindekraf),
b. Penyusunan Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Pengembangan e-commerce),
c. Koordinasi/Pembahasan Tingkat Eselon II terkait Pembiayaan Ekonomi Kreatif
(Pembiayaan Industri Kreatif dan Ekonomi Digital),
d. Konsolidasi data industri kreatif untuk mendukung pertumbuhan perekonomian
nasional
e. Penyusunan Rekomendasi terkait Strategi Pendidikan dan Pengembangan
Percepatan Pertumbuhan Perdagangan Berbasis elektronik (Kajian Tenaga Ahli)
f. Tata Kelola organisasi melalui Layanan Penyusunan Rencana Kerja Deputi IV, Revisi
Dokumen Anggaran, Monitoring Realisasi Anggaran, tata persuratan Deputi, laporan
kinerja bulanan, absensi, dan implementasi reformasi birokrasi.
2. Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
a. Rekomendasi Strategi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan Perdesaan
b. Rekomendasi Pengembangan Kota Kreatif,
c. Peraturan Presiden No. 106/2017 tentang Kawasan Sains dan Teknologi
3. Pengembangan Kewirausahaan:
a. Rekomendasi kebijakan tumbuh kembangnya wirausaha desa,
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
16
b. Rekomendasi kebijakan pengembangan kewirausahaan,
4. Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
a. Rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan UMKM Go Online
b. Rekomendasi kebijakan peningkatan Pemasaran Produk UMKM dalam Platform e-
Commerce di Indonesia
c. Rekomendasi kebijakan Pengembangan Koperasi Berdasarkan Prinsip Ekonomi
Syariah
d. Konsep pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait Perizinan Usaha Mikro dan Kecil
(Peraturan Presiden No. 98/2014)
e. Konsep pengendalian pelaksanaan kebijakan Koperasi sebagai Penyalur Kredit
UsahaRakyat (KUR)
f. Konsep pengendalian pelaksanaan kebijakan Koperasi sebagai Penyalur
PembiayaanUltra Mikro (UMI)
5. Ketenagakerjaan :
a. Rekomendasi kebijakan penyusunan struktur biaya penempatan TKI
b. Rekomendasi kebijakan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi
c. Rekomendasi pengendalian implementasi kebijakan pengupahan
d. Rekomendasi pengendalian implementasi kebijakan penggunaan Tenaga Kerja Asing
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
17
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategi 2015 -2019
Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya
Saing Koperasi dan UKM Tahun 2015-2019, ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomi Nomor 11 tahun 2015 tentang Rencana Srategis Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019, dengan uraian visi, misi, tujuan dan
sasaran staregis sebagai berikut.
1. Visi
Dalam upaya pencapaian sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
KUKM telah menetapkan visi sebagai berikut:
Visi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM:
“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan pembangunan di
bidang ekonomi kreatif; kawasan berbasis kreativitas, inovasi, dan teknologi;
kewirausahaan; koperasi dan UMKM; serta ketenagakerjaan yang efektif dan
berkelanjutan”.
Visi ini menunjukkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing Koperasi dan UKM, mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi
dan pengendalian kebijakan terhadap kementerian terkait untuk melaksanakan program dan
kegiatan di bidang perekonomian, sehingga menjadikan perekonomian nasional yang tangguh
dalam menghadapi era globalisasi.
2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk misi sesuai
dengan tugas dan fungsi, adapun misi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing UKM adalah :
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
18
“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis
KIT, Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM, dan Ketenagakerjaan”
Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan tantangan dan hambatan di bidang
ekonomi, dan perkembangan perekonomian di dalam negeri maupun internasional dalam
kondisi era globalisasi yang semakin kompetitif, serta kebutuhan masyarakat akan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab.
3. Tujuan
Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi tersebut, Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, menetapkan tujuan yang
akan dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan, yaitu :
“Terwujudnya peningkatan daya saing nasional menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN melalui peningkatan kontribusi ekonomi kreatif, kewirausahaan, serta
KUMKM, yang didukung oleh upaya penciptaan tenaga kerja terampil dan kreatif
serta pengembangan kawasan berbasis kreativitas, inovasi dan teknologi”
4. Sasaran Program
Dalam Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing KUKM Tahun 2015 – 2019, tujuan dalam 5 (lima) tahun di atas dijabarkan ke dalam 2
(dua) sasaran strategis program, yaitu:
a. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif,
Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan
Menengah dan Ketenagakerjaan
b. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis
Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan
Ketenagakerjaan.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
19
2.2. Rencana Kerja 2017
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
UKM telah menetapkan Rencana Kerja Tahun 2017 sebagaimana pedoman dan petunjuk
penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM
Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output Target/ Volume
2017
Alokasi 2017 (Juta)
Program Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM
5226 Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif
2.300,0
1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan ekonomi kreatif
1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan ekonomi kreatif
85% 1.100,0
2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan ekonomi kreatif
2. Persentase (%) rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan ekonomi kreatif
85% 800,0
3. Terwujudnya Efektifitas Pelaksanaan Program dan Tata Kelola administrasi pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM yang optimal
3. Jumlah pelayanan dan tata kelola pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM
12 400,0
5228 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
2.000
1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
1. Persentase (%) rekomendasikoordinasi dan sinkronisasi kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
85% 1.200
2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
2. Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
85% 800
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
20
Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output Target/ Volume
2017
Alokasi 2017 (Juta)
5227 Koordinasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan
2.000
01 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Pengembangan Kewiraus.
1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Pengembangan Kewirausahaan
85% 1.200
02. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan kewirausahaan
2. Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan kewirausahaan
85% 800
2505 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya saing Koperasi dan UMKM
2.000
1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan PeningkatanDaya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
1. Persentase rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Pengembangan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang diselesaikan
85% 1.200
1. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
2. Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
85% 800
2496 Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
1.500
01 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
1. Persentase (%) rekomendasi hasil koordinasi, dan sinkronisasi kebijakan pengembangan UKM berbasis teknologi yang ditindaklanjuti
85% 1.000
02Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
2. Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
85% 500
5229 Koordinasi Kebijakan Ketenagakerjaan
2.000
1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Ketenagakerjaan
1. Persentase (%) rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Ketenagakerjaan
85% 1.200
2. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Ketenagakerjaan
2. Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Ketenagakerjaan
800
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
21
2.3. Perjanjian Kinerja
Dalam rangka mendukung Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU)
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2017, maka Sasaran Program Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM dalam perspektif proses
kegiatan organisasi adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
KUKM Tahun 2017
Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Target
2017
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
1. Persentase rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan yang ditidaklanjuti
2. Persentasi Koordinasi dan Sinkronisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang disusun K/L mitra
100%
100%
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
3. Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaanyang ditindaklanjuti.
100%
IKU yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM berkontribusi pada pencapaian Sasaran Strategis
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu :
1. IKU 1: Persentase rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang
Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha
Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan yang ditidaklanjuti
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
22
2. IKU 2 : Persentase Koordinasi dan Sinkronisasi Rancangan Peraturan Perundang-
undangan yang disusun K/L mitra.
3. IKU 3 : Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Ekonomi
Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan
Menengah dan Ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
2.4. Pengukuran Kinerja
Penilaian hasil Laporan Kinerja Akhir Tahun Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM tahun anggaran 2017 dilakukan sesuai panduan untuk
menjaga konsistensi pengukuran kinerja. Cara perhitungan capaian kinerja untuk setiap
indikator kinerja dari sasaran strategis dilakukan dengan cara membandingkan antara target
pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2017
dengan realisasinya. Metode perhitungan Nilai Kinerja diperoleh melalui penghitungan dengan
menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data
target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO. Formula penghitungan Kinerja adalah sebagai
berikut :
Nilai Kinerja = Realisasi
× 100% Target
Adapun Status Kinerja ditandai dengan warna, pemberian warna sesuai nilai Kinerja,
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi
Hijau Kuning Merah
X ≥ 100
(memenuhi ekspektasi)
80 ≤ X < 100
(belum memenuhi ekspektasi)
X < 80%
(tidak memenuhi ekspektasi)
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
23
2.5. Penajaman Rencana Strategis
Dalam mengadaptasi perubahan isu, dan tantangan, serta adanya penugasan baru yang
merupakan prioritas nasional menuntut Deputi IV melakukan perubahan strategi dengan 3
pendekatan yaitu :
1. Upaya mewujudkan harapan masyarakat dan stakeholder lainnya, melalui;
2. Implementasi program kerja prioritas nasional dan prioritas bidang, dengan dukungan;
3. Kapasitas organisasi yang terkelola dengan baik.
Penajaman strategi Deputi IV diarahkan untuk mewujudkan misi pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan melalui ekonomi kreatif yang makin berkembang, peningkatan
kualitas sumber daya manusia (tenaga kerja) dan kesempatan wirausaha, dan peningkatan
kemampuan bersaing ekonomi pada kawasan-kawasan di daerah dengan basis kreatifitas,
inovasi, dan teknologi. Sehingga berujung pada kemampuan KUKM Indonesia yang makin
bertambah dan berdaya saing. Peta Strategi penajaman Renstra Deputi IV, adalah sebagai
berikut:
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
24
Pada gambar tersebut terlihat kolaborasi dan keterkaitan antara outcome, program dan
kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh unit eselon II di Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, serta Sumberdaya yang dimiliki
sebagai penggerak kinerja Deputi IV. Selain kolaborasi dan kerjasama secara internal, Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM
melakukan koordinasi, kerjasama, dan kolaborasi yang kuat dengan berbagai
Kementerian/Lembaga terkait. Kementerian/Lembaga yang terkait langsung dengan isu yang
dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM yaitu: Kementerian Perindustrian, Kemristek Dikti, Kementerian Pertanian,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kemnaker, Badan
Ekonomi Kreatif, LIPI, dan BPPT. Namun selain berkoordinasi dengan K/L yang memiliki
keterkaitan langsung, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UKM juga berkoordinasi dengan K/L lain yang memiliki keterkaitan tidak
langsung yaitu dalam konteks pengembangan ekosistem ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT,
Kewirausahaan, KUKM, serta ketenagakerjaan, misalnya Kementerian PU dan Kementerian
Perhubungan dalam rangka peningkatan konektivitas.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, dan dalam rangka mendukung misi
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan nasional, menyasar pada harapan
masyarakat/stakeholder, yaitu (i) meningkatnya daya saing KUKM ; (ii) terwujudnya
pengembangan ekonomi kreatif ; (iii) terwujudnya peningkatan kualitas SDM dan kesempatan
Wirausaha; (iv) meningkatnya daya saing ekonomi kawasan di daerah berbasis kreativitas,
inovasi, teknologi. Alat ukur keberhasilan atau Indikator Kinerja Utama (IKU) sasaran outcome
tersebut adalah :
Agar Sasaran Strategis outcome tersebut dapat dicapai maka sasaran program Deputi IV
adalah sebagai berikut : (1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, (2) Terwujudnya
pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi
dan UKM.
• Persentase peningkatan kontribusi UMKM dalam PDB
• Jumlah Peningkatan KUKM yang menerapkan standarisasi mutu dan sertifikasi produk lebih besar dari tahun lalu
Meningkatnya Daya Saing KUKM
• Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif dalam PDB
• Persentase Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif
Terwujudnya Pengembangan Ekonomi Kreatif
•Persentase Pengangguran Terbuka
•Jumlah peningkatan kesempatan kerja lebih besar dari tahun lalu
•Jumlah peningkatan wirausaha baru lebih besar dari tahun lalu
Terwujudnya Peningkatan Kualitas SDM dan Kesempatan Wirausaha
• Persentase Kawasan yang melakukan inovasi tata kelola pengambangan potensi ekonomi kawasan
Meningkatnya Daya Saing Ekonomi Kawasan Di Daerah Berbasis Kreativitas, Inovasi, Teknologi
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
26
Alat Ukur Keberhasilan sasaran program tersebut, telah ditetapkan Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang terdiri dari :
1) Persentase rekomendasi/rancangan kebijakan/ paket deregulasi di bidang ekonomi kreatif ,
kawasan berbasis kreativitas dan inovasi, Kewirausahaan, KUKM, dan Ketenagakerjaan
yang ditindaklanjuti Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya
Saing Koperasi dan UKM, serta SDM dan Ketenagakerjaan Ekonomi Kreatif nasional yang
terimplementasikan.
2) Persentase koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundang-
undangan yang diusulkan K/L mitra
3) Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif,
Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah
dan Ketenagakerjaanyang ditindaklanjuti.
3.1 Pengukuran dan Analisa Kinerja Harapan Masyarakat/Stakeholder
Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
melalui pengembangan ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan KUMKM. Pelaku-pelaku usaha
skala mikro, kecil dan menengah, termasuk pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif, menempati
bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat Indonesia. Indonesia juga akan
mengalami bonus demografi hingga tahun 2035, dimana hingga tahun 2030 jumlah penduduk
usia produktif diperkirakan diatas 60% dan 27% di antaranya adalah penduduk muda dengan
rentang usia 16-30 tahun. Penduduk muda Indonesia tersebut berpotensi menjadi wirausaha
dan tenaga kerja yang memiliki talenta kreatif dan mampu menggerakkan dinamika ekonomi,
sosial dan budaya baik di perkotaan maupun perdesaan. Peluang tersebut ditunjang pula
dengan masih banyaknya wilayah dan kawasan yang memiliki potensi sumberdaya yang besar.
Potensi informasi dan teknologi juga turut mendukung peningkatan UMKM di Indonesia, yaitu :
penetrasi selular Indonesia sebesar 141,7%, dan pengguna internet di Indonesia 54,7%.
Pelaksanakan kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian yang merupakan
proses internal Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing
KUKM tentu bermuara pada tercapainya harapan masyarakat yang tercermin dari angka-angka
capaian target pembangunan nasional yang merupakan capaian agregat semua sektor yang
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
27
membidangi. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Deputi IV memberikan andil dan
kontribusi positif terhadap capaian IKU harapan masyarakat/stakeholder. Capaian kinerja
harapan masyarakat/stakeholder Tahun 2017 adalah sebagai berikut.
1. Meningkatnya Daya Saing KUKM
a. Persentase peningkatan kontribusi UMKM dalam PDB
Capaian : 62,57% dari target 57,84 (tahun lalu). Meningkat 8,2%.
b. Jumlah Peningkatan KUKM yang menerapkan standarisasi mutu dan sertifikasi produk
lebih besar dari tahun lalu
Capaian : 2.083 dari target 1.352 (tahun lalu). Meningkat 731
2. Terwujudnya Pengembangan Ekonomi Kreatif
c. Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif dalam PDB
Capaian : 7,44% dari target 7,38%
57,84%
62,57%
target
realisasi
1352
2083
target
realisasi
15,90
16,91
target
realisasi
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
28
d. Persentase Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif
Capaian : 16,91 juta dari target tahun sebelumnya 15,9 juta. Meningkat 5,9 %
3. Terwujudnya Peningkatan Kualitas SDM dan Kesempatan Wirausaha
e. Persentase Pengangguran Terbuka
Capaian: 5,50% dari target 5,61% (tahun sebelumnya). -0,11%
f. Jumlah peningkatan kesempatan kerja lebih besar dari tahun lalu
Capaian : 2,8 juta dari target 2,4 juta (tahun lalu). Meningkat 0,2 jt
15,90
16,91
target
realisasi
5,61%
5,50%
target
realisasi
2,4
2,8
target
realisasi
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
29
g. Jumlah peningkatan wirausaha baru lebih besar dari tahun lalu
Capaian : 3,1% dari sebelumnya 1,56%. Meningkat 1,54%
4. Meningkatnya daya saing ekonomi kawasan di daerah berbasis kreativitas, inovasi, teknologi
h. Persentase Kawasan yang melakukan inovasi tata kelola pengambangan potensi ekonomi
kawasan
Capaian : 100% (5 daerah)
Kawasan Ekonomi Kerakyatan di Kuningan (Ponpes Nurul Huda), Pati (Ponpes Mislakhul
Huda, Bandung (Ponpes Al Ittifaq), Prabumulih (Ponpes Al Furqon), Semarang (Ponpes
Sunan Gunung Jati).
3.2 Pengukuran dan Analisa Kinerja Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian Kebijakan
Internal proses adalah bagaimana proses koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian
dilakukan untuk memberikan hasil positif terhadap apa telah dicapai di atas. Pengukuran
capaian kinerja dihitung berdasarkan capaian realisasi target Indikator Kinerja Utama (IKU)
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM,
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran -Renja dan PK- Tahun 2017,
sebagai berikut :
1,56%
3,10%
target
realisasi
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
30
Tabel 3.2 Capaian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing
Koperasi dan UKM Tahun 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2017
Realisasi 2017
Kinerja
(1) (2) (3) (4) (5)
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
Persentase rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan yang ditidaklanjuti Persentasi Koordinasi dan Sinkronisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang disusun K/L mitra
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaanyang ditindaklanjuti.
100% 100% 100%
Terhadap hasil capaian target kinerja tahun 2017 tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan
Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan
Ketenagakerjaan
IKU: Persentase rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan yang ditidaklanjuti
Target capaian IKU “Persentase rekomendasi/ rancangan kebijakan/paket deregulasi di
bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan
Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan yang ditidaklanjuti” yaitu sebesar 100%.
Target perumusan rancangan peraturan tersebut dicapai melalui adanya tindak lanjut atau
penyelesaian terhadap 100% rekomendasi kebijakan yang telah disusun oleh Deputi (11
rekomendasi).
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
31
Working Session on Indonesia E-Commerce Hotel Aryaduta Jakarta, 6 Desember 2017
Rapat RPP Reindekrf
20 Oktober 2017
Berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2017, rekomendasi kebijakan
yang diusulkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
KUKMdan ditindaklanjuti yaitu sebanyak 11 rekomendasi kebijakan atau sebesar 100%. Adapun
rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun 2017, sebagai berikut :
1. Rekomendasi Rancangan Peraturan Presiden Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif (Rperpres Rindekraf)
Dalam rangka meningkatkan daya saing pelaku ekonomi kreatif dan kontribusi usaha
ekonomi kreatif dalam perekonomian nasional, rekomendasi terhadap Rperpres Rindekraf
adalah kerangka strategi pengembangan ekonomi kreatif nasional jangka panjang yang
menjadi pedoman bagi pemerintah P/D
secara terintegrasi dan kolaboratif. Keluaran
Rekomendasi, yaitu:
(1) memantapkan pengembangan ekonomi
kreatif dengan menekankan pada akselerasi
penciptaan ekosistem penumbuhkembangan
kreatifitas dan usaha ekonomi kreatif, (2)
mengarusutamaan kreatifitas untuk mewujudkan daya
saing di berbagai sektor pembangunan melalui
pemanfaatan pelaku ekonomi kreatif dan usaha kreatif.
2. Rekomendasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
“Pemaparan Tonny Riduan Simorangkir (Kepala Seksi Multilateral III, Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai, Kementerian Keuangan)
tentang Peluang dan Tantangan
Indonesia terkait Kebijakan Bea
Masuk/PDRI Barang Digital dalam
sesi diskusi mengenai Perpajakan,
Working Session on Indonesia E-
Commerce”
Dari Kiri keKanan: Jaffar al Rikabi (World Bank), Frederico Gil Sander (World Bank), Inayati (Tenaga Ahli Senior BidangPerpajakan SPNBE), Tonny Riduan Simorangkir (Kepala Seksi Multilateral III, Direktorat Jenderal Bea danCukai, KementerianKeuangan), Rustam Effendi (Kepala Bidang Kebijakan dan PNBP I BKF, Kementerian Keuangan), dan Erfin Hadi Waluyono (Tenaga Ahli Bidang Perpajakan SPNBE)
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
32
Pengembangan e-commerce pada Tahun Anggaran 2017 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses tindak lanjut/implementasi pelaksanaan (enforcement) amanat
Peraturan Presiden tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
(Peta Jalan e-Commerce) Tahun 2017-2019 (Perpres 74/2017). Beberapa cakupan
rekomendasi yang diterbitkan, antara lain terkait Peraturan Menteri Perdagangan tentang
Ketentuandan Tata Cara Pendaftaran dan Penerbitan Nomor Identitas Pelaku Usaha
Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (TPMSE);
Materi perdagangan berbasis elektronik (e-commerce) yang terintegrasi kedalam materi
peningkatan kapasitas untuk para pembuat kebijakan;
Fasilitator edukasi perdagangan berbasis elektronik, dan
Edukasi komprehensif untuk ekosistem perdagangan berbasis elektronik (e-commerce)
oleh fasilitator.
Isu perpajakan dan logistik perdagangan basis online
Ketentuan mengenai National Payment Gateway (NPG) yang telah ditetapkan melalui
Peraturan Bank Indonesia No.19/8/PBI/2017
Pendanaan e-commerce melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan dana Universal Service
Obilgation (USO)
Deputi Infrastrukur Badan Ekonomi
Kreatif sedang memberikan paparan
mengenai strategi pengembangan
SDM/Pelaku e-commerce. Melalui
Program Inkubator Nasional dalam
Diskusi Strategi Pendidikan dan
Pengembangan SDM e-commerce,
FGD Strategi Pendidikan dan FGD Strategi Pendidikan dan Peningkatan Kapasitas SDM dalam Rangka PengembanganE-Commerce Indonesia (Sosialisasi
Perpres No 74/2017 Tentang Road Map E-Commerce) Hotel The Haven, Seminyak, Bali, 13 Oktober 2017
Kiri keKanan: I Gusti Agung Gede Aryana (Dosen Program Studi Teknik Informatika, Universitas Udayana), Mira Tayyiba (Asedp Pengembangan Ekonomi Kreatif), Hari Sungkari (Deputi Infrastrukur Badan Ekonomi Kreatif), dan Dibya Pradana (Tenaga Ahli Senior Bidang Inkubator SPNBE)
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
33
Peningkatan Kapasitas SDM.
3. Rekomendasi Strategi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan Perdesaan
Pembangunan Indonesia masih menghadapi permasalahan ketimpangan ekonomi desa-
kota. Sampai dengan tahun 2016, 61,36% kemiskinan di Indonesia disumbangkan oleh desa,
serta masih terdapat 31,36% desa tertinggal dan 5,17% desa yang sangat tertinggal.
Ketertinggalan pembangunan desa selain berdampak pada rendahnya kesejahteraan
masyarakat juga menyebabkan meningkatnya permasalahan sosial di perkotaan. UU Desa
memberikan peluang besar untuk mengatasi permasalahan ketimpangan desa-kota melalui
pemanfaatan kewenangan pemerintah desa yang besar untuk membangun ekonomi desa
secara mandiri.
Salah satu strategi yang perlu dilakukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi desa
adalah dengan mengembangkan “kawasan perdesaan” yaitu perpaduan pembangunan
antar-desa dalam satu kabupaten. Diperlukan sinergitas dan dukungan penerapan inovasi
dan teknologi yang dapat mendorong peningkatan daya saing ekonomi kawasan perdesaan.
Policy paper mengenai strategi peningkatan daya saing ekonomi kawasan perdesaan dalam
perspektif keterkaitan desa-kota, sebagai konsep yang menjadi acuan Asisten Deputi
Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan dalam melakukan koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan/program dengan K/L terkait. Dampak yang diharapkan adalah sinergitas
pembangunan kawasan perdesaan dengan program-program pengembangan ekonomi lokal,
infrastuktur, kewirausahaan, kelembagaan, dan e-commerce dalam rangka pengembangan
produk unggulan kawasan perdesaan.
4. Rekomendasi strategi pengembangan produk unggulan lokal daerah
“5-8 April 2017
Rapat Permohonan Dukungan Fasilitasi Program berbasis
Pedesaan Di Kabupaten Bandung”
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
34
Pengembangan ekonomi lokal berbasis kawasan telah dilaksanakan Pemerintah melalui
sejumlah pendekatan diantaranya Kawasan Agropolitan, Sentra Industri Kecil dan
Menengah, Sentra Usaha Kecil dan Menengah, One Village One Product, Sistem Inovasi
Daerah (SIDA), Produk Unggulan Daerah (PUD) dan program-program sejenis lainnya.
Namun dalam implementasinya program-program tersebut belum optimal dan menghadapi
sejumlah permasalahan yang menyebabkan rendahnya keberlanjutan diantaranya:
(1) Program berorientasi pada penyediaan infrastruktur fisik; (2) Pengelolaan yang
berorientasi keproyekan ketimbang berorientasi pada pasar; (3) Pelaksanaannya bersifat
sektoral; serta (4) Minimnya dukungan pendanaan dan kurangnya pemanfaatan sumber-
sumber pendanaan diluar pemerintah. Kelembagaan dan tata kelola dalam pengembangan
produk unggulan lokal daerah belum memperoleh perhatian serius. Diperlukan solusi dan
terobosan pendekatan kelembagaan dalam pengembangan produk unggulan lokal daerah.
Policy paper mengenai model kelembagaan dan tata kelola pengembangan produk
unggulan lokal daerah, sebagai konsep yang menjadi acuan Asisten Deputi Peningkatan
Daya Saing Ekonomi Kawasan dalam melakukan koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan/program dengan K/L terkait. Dampak yang diharapkan adalah berkembangnya
kelembagaan dan tata kelola inovatif dalam pengembangan produk unggulan lokal di
daerah seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Badan Usaha Milik Petani (BUMP), Badan
Usaha Milik Rakyat (BUMR), dan Kemitraan Pemerintah-Masyarakat-Dunia Usaha.
Koordinasi PDSEK berbasis produk unggulan karet
Padang, Sumatera Selatan
25-29 Oktober 2017
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
35
5. Rekomendasi kebijakan tumbuh kembangnya wirausaha desa.
Prioritas menuju kemandirian ekonomi nasional merupakan tujuan dari nawacita. Salah satu
nawacita adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Selaras dengan itu, kebijakan yang berpihak
pada inovasi pengembangan wirausaha dengan memperhatikan dampak bagi rakyat lebih
luas telah menjadi harapan bagi tumbuhnya kesadaran dan perhatian terhadap ekonomi
kerakyatan terutama program pengembangan wirausaha desa. Permasalahan dalam
pengembangan wirausaha desa ini adalah :
a. Iklim berusaha yang belum kondusif,
b. Keterbatasan informasi dan akses pasar,
c. Rendahnya produktivitas (teknologi rendah),
d. Keterbatasan permodalan,
e. Rendahnya jiwa dan semangat kewirausahaan.
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan swasta melalui
program Community Development (ComDev). Kolaborasi pengembangan kewirausahaan
desa dimulai dengan pendekatan akademisi. Salah satu universitas yang telah melalukan
konsep ini adalah Univesitas Prasetya Mulya melalui program Community Development.
Tahapan Rencana Pengembangan Kewirausahaan Desa melalui program Community
Development adalah :
a. Pemetaan, dilakukan melalui kolaborasi kegiatan survey, design thinking dan audiensi
dengan Universitas Prasetya Mulya sehingga didapatkan soft prototype. Adapun pilot
project untuk kegiatan pengembangan wirausaha desa adalah di Kab. Cianjur, Jawa
Barat.
b. Strategi, akan dilakukan melalui kolaborasi melalui FGD, Rapat Koordinasi Internal, dan
eksternal (lintas Kementerian/Lembaga – Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan
Tinggi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan,
dan Pemerintah Daerah dibawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri);
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
36
c. Pembangunan, kolaborasi melalui pemanfaatan Universitas Prasetiya Mulya sebagai
Pilot Project Percontohan lewat Program ComDev dengan melibatkan K/L terkait dan
Pemerintah Daerah dibawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri;
d. Pemasaran, kolaborasi melalui penyelenggaraan event sosialisasi, publikasi ke
universitas lainnya yang sesuai dengan karakter kebutuhan ComDev;
e. Keterbukaan, kolaborasi melalui penyelenggaraan event sosialisasi, publikasi ke
universitas lainnya yang sesuai dengan karakter kebutuhan ComDev.
Dampak yang diharapkan dalam pengembangan wirausaha desa ini adalah :
a. Iklim berusaha menjadi lebih kondusif,
b. Kemudahan akses informasi dan pasar,
c. Meningkatnya produktivitas desa,
d. Meningkatnya semangat kewirausahaan.
6. Rekomendasi kebijakan pengembangan kewirausahaan.
Keberadaan Wirausaha berperan dalam membangun, khususnya dalam perluasan
kesempatan berusaha bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan
angka pengangguran (pro-job). Oleh sebab itu, diperlukan strategi khusus untuk
pengembangan kewirausahaan. Dukungan yang dibutuhkan wirausaha adalah kegiatan dan
program advokasi untuk menghilangkan hambatan tumbuhnya wirausaha dan
keterbatasan ruang gerak wirausaha. Kebijakan pengembangan kewirausahaan harusnya
difokuskan melalui : (1) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan (pendidikan formal dan
pelatihan keterampilan); (2) Akses pendanaan (Modal Ventura, Perbankan, Lembaga
“Rakor Pembuatan
Grand Strategi
Pengembangan
Kewirausahaan”
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
37
pendanaan); (3 )Peningkatan potensi (Pendampingan, Motivasi, sumber daya); dan (4)
Akses pasar (Perizinan, Promosi, jaringan/koneksi). Sinergi antar pemerintah, akademisi dan
swasta diperlukan untuk mendorong tumbuhnya wirausaha. Peran akademisi diperlukan
terutama dalam penerapan kurikulum kewirausahaan, akses pendanaan, dan
pendidikan/kurikulum vokasi. Permasalahan kewirausahaan di Indonesia, berdasarkan data
GEI (Global Entrepreneurship Index) Tahun 2017 diantaranya adalah :
a. Rendahnya penyerapan teknologi yang berpengaruh pada kemampuan (abilities)
berwirausaha ynag dapat dilihat dari rendahnya nilai technology absorption,
b. Rendahnya aspirasi (aspirations) untuk tumbuh yang disebabkan rendahnya tingkat
internasionalisasi/ ekspor,
c. Belum optimalnya proses naik kelas/scalling up yang dapat dilihat dari rendahnya nilai
high growth dan nilai internalization,
d. Dinamika dan ukuran pasar Indonesia yang besar namun peluang ini belum ‘tertangkap’
oleh wirausaha.
Permasalahan kewirausahaan perlu diselesaikan dengan memperhatikan proses bisnis
kewirausahaan sehingga bisa disusun strategi nasional pengembangan kewirausahaan
dilakukan dengan memperhatikan ekosistem kewirausahaan.
Ekosistem kewirausahaan adalah seperangkat aktor di luar wirausahawan yang memberikan
peran dalam keberlanjutan/keberhasilan dan kegagalan usaha baru. Ekosistem biasanya
dinilai sebagai pilar yang saling terkait yang memberikan dampak pada kecepatan dan
kemampuan wirausaha untuk menciptakan dan mengembangkan usahanya secara
berkelanjutan, dalam rangka mendukung Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE).
Pilar utama ekosistem kewirausahaan adalah kebijakan dan dukungan pemerintah, norma
sosial dan budaya, program pemerintah, akses pembiayaan. Sedangkan pilar pendukung
ekosistem adalah Sumber daya manusia (SDM), pasar (market place), dan infrastruktur.
Sinergi dengan stakeholders hasil koordinasi adalah Kementerian Koperasi dan UKM,
Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Badan Ekonomi Kreatif,
Kementerian Ristek Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Ketenagakerjaan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
38
Pemerintah Daerah, Asosiasi Kewirausahaan, dan Dunia Usaha. Dampak yang diharapkan
adalah terciptanya ekosistem kewirausahaan yang kondusif, terbukanya akses keuangan
bagi start-up, akses pasar, dan fasilitasi pendampingan untuk peningkatan produktivitas dan
penciptaan lapangan pekerjaan baru.
7. Rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan UMKM Go Online
Sesuai visi pemerintah untuk menempatkan Indonesia sebagai negara digital ekonomi
terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 dengan fokus penguatan pelaku usaha lokal.
Berdasarkan data 2016, Indonesia memiliki 3.793.558 pelaku UMKM yang telah
memanfaatkan teknologi digital dengan kekuatan 126% penetrasi seluler, 561,8% pengguna
internet dan proyeksi 24,9% penduduk muda. Pelaksanaan program UMKM Go Online agar
dapat disertai dengan pembinaan terhadap pelaku UMKM meliputi: kualitas dan kuantitas
produk, standarisasi produk, kapasitas SDM, pembiayaan, dan lain-lain.
Output/hasil koordinasi:
a. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian diminta untuk mengkoordinasikan
program UMKM Go Online pada seluruh Kementerian/Lembaga agar bersinergi,
sehingga pelaksanaan program lebih optimal dan tidak terjadi overlapping lokasi dan
sasaran end user yang sama;
b. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah mengirim surat kepada
Kementerian/Lembaga terkait untuk identifikasi dan inventarisasi program/kegiatan
UMKM Go Online serta penunjukan person in charge (PIC) masing-masing
Kementerian/Lembaga;
c. Kementerian Komunikasi dan Informasi akan melakukan identifikasi dan inventarisasi
program/kegiatan UMKM Go Online pada marketplace dan juga melalui penelaahan
RKAKL yang akan disampaikan oleh Bappenas.
Outcome / Dampak yang diharapkan:
Pelaksanaan program UMKM Go Online pada seluruh Kementerian/Lembaga yang
bersinergi, sehingga pelaksanaan program lebih optimal dan tidak terjadi overlapping lokasi
dan sasaran end user yang sama.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
39
8. Rekomendasi kebijakan peningkatan rekomendasi kebijakan Peningkatan Skala UMKM melalui Konsultasi Penyusunan Laporan Keuangan Dalam upaya peningkatan daya saing UMKM masih menghadapi beberapa kendala,
diantaranya terbatasnya akses pembiayaan kredit perbankan dikarenakan minimnya
kapasitas SDM dalam penyusunan laporan keuangan. Pada bulan Oktober 2016, Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) telah menyusun Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil
dan Menengah (SAK-EMKM) yang merupakan standar sederhana untuk mengatur transaksi
umum dengan memperhatikan kemudahan dan kebutuhan informasi pengguna laporan
keuangan EMKM.
Output/hasil koordinasi:
Sebagai inisiasi penerapan SAK-EMKM, kami telah melaksanakan workshop “Peningkatan
Skala UMKM melalui Konsultasi Penyusunan Laporan Keuangan” di beberapa daerah antara
lain:
a. Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 23 Februari 2017;
b. Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 20 April 2017;
c. Yogyakarta pada tanggal 30 Agustus 2017;
d. Sentul, Kabupaten Bogor pada tanggal 17 Oktober 2017.
Outcome / Dampak yang diharapkan:
Para pelaku UMKM menyadari sense of urgency melakukan pemisahan antara keuangan
pribadi dan keuangan usahanya, serta melakukan pencatatan (penjualan, pembelian dan
arus kas) dan penyusunan laporan keuangan sederhana
9. Rumusan konsep rekomendasi kebijakan Pengembangan Koperasi Berdasarkan Prinsip Ekonomi Syariah Koperasi merupakan bentuk badan hukum suatu lembaga usaha yang memposisikan semua
pihak di dalamnya, yaitu pengurus dan anggota dalam posisi yang setara. Dengan bentuk
koperasi yang berasas kekeluargaan, setiap pihak memiliki rasa yang besar. Apalagi semua
pihak akan mendapatkan manfaat berdasarkan kontribusi dan partisipasinya. Koperasi yang
dicita-citakan ini belum terwujud, karena dalam praktiknya hanya menjadi pelengkap
ekonomi kerakyatan secara simbolis, sampai akhirnya lahir koperasi syariah. Dalam
penyusunan RUU Perkoperasian yang baru, telah mengakomodir koperasi berdasarkan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
40
prinsip ekonomi syariah pada Pasal 51 ayat (4) dan (5) sehingga akan memperkuat
legitimasi Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah. Untuk mendorong perkembangan
koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah, Pemerintah perlu mempersiapkan peraturan
pelaksana sebagai sebagai turunan dari RUU Perkoperasian agar memperkuat dan
menumbuhkembangkan Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah di masyarakat.
Output/hasil koordinasi:
Telah telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk melakukan pembahasan
Pengembangan Koperasi Berdasarkan Prinsip Ekonomi Syariah dengan hasil sebagai berikut:
a. Pokja Ekosistem dan Perizinan UMKM, bertugas untuk melakukan identifikasi bidang
usaha dan pelaku UMKM yang berpotensi untuk berkembang guna menjadi peserta
pelatihan dan menghilangkan semua hambatan perizinan UMKM;
b. OJK mendorong supaya perbankan syariah melayani lembaga/nasabah mikro yang
merupakan keterbatasan bank-bank umum. Sehingga OJK mendorong sinergi antara
bank umum, BPRS, dan PBMT baik melalui jalur executing maupun channeling.
c. Salah satu perbedaan lembaga keuangan konvensional dengan syariah adalah adanya
Dewan Pengawas Syariah (DPS). Jika diatur dalam RUU Perkoperasian, hal ini akan
memberatkan lembaga keuangan mikro syariah karena untuk merekrut DPS akan
menambah biaya.
d. Prinsip utama RUU Perkoperasian adalah sebagai payung hukum untuk
mengakomodasi secara riil dengan dituangkannya di pasal 51 ayat (4) bahwa koperasi
dapat menjalankan usahanya dengan prinsip konvensional dan ekonomi syariah.
e. Pada Permen 16/2015, mengatur bahwa Unit Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
(USPPS) tidak dapat dibentuk oleh koperasi Simpan Pinjam (KSP), padahal banyak KSP
yang tertarik dan mampu untuk membentuk USPPS.
f. Program KUR yang ditujukan untuk mempermudah UMKM mengakses pembiayaan dari
lembaga keuangan, namun program KUR sudah mulai menimbulkan masalah bagi
koperasi. Sejak Februari 2016 Pemerintah telah mengumumkan bahwa Kospin Jasa
dapat menyalurkan KUR, namun sampai Akhir Mei 2017 penyaluran KUR masih belum
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
41
dapat dilakukan karena Kospin jasa belum dapat mengakses data Sistem Informasi
Debitur (SDI) dari Bank Indonesia.
Outcome / Dampak yang diharapkan:
a. Permasalahan Koperasi sebagai penyalur KUR akan disampaikan pada rapat pleno
Komite Kebijakan KUR;
b. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Koperasi akan ditelaah lebih lanjut dalam
pembahasan peraturan pelaksanaan RUU Perkoperasian yang baru;
c. Akan diadakan kembali FGD lanjutan untuk mendalami permasalahan terkait koperasi
berdasarkan prinsip ekonomi syariah terutama dalam masalah sertifikasi DPS dan
manajer Koperasi Syariah/BMT.
10. Rekomendasi kebijakan penyusunan struktur biaya penempatan TKI
Penempatan TKI memerlukan biaya, antara lain biaya transportasi ke negara tujuan
penempatan, pengurusan dokumen (paspor, visa, medical check up, pemeriksaan psikologi,
asuransi, uji komptensi), serta jasa pihak yang memfasilitasi penempatan. Besarnya biaya
penempatan TKI bervariasi bergantung pada berbagai faktor seperti perbedaan harga tiket
ke negara tujuan, biaya pelatihan, dan jenis pekerjaan. Kondisi Cost Structure TKI Saat Ini,
(1) Biaya penempatan TKI dirasakan cukup tinggi dan dalam banyak kasus yang dirugikan
adalah calon TKI; (2) Struktur biaya saat ini sudah tidak relevan, misal biaya alat dan bahan-
bahan pelatihan kerja; (3) Belum di keluarkannya Peraturan Menteri baru terkait penetapan
Cost Structure TKI yang baru.
Permasalahan Cost Structure TKI, antara lain (i) Besaran biaya cost structure sudah tidak
relevan dengan kondisi saat ini, namun Kemnaker masih belum mengeluarkan ketentuan
baru terkait penetapan biaya cost structure; (ii) Penyusunan cost stucture melibatkan
banyak K/L terkait sehingga banyak aturan yang perlu dilakukan harmonisasi; (iii)
Penyusunan cost structure juga terhambat oleh adanya aturan terkait tenaga kerja di negara
tujuan penempatan yang berbeda-beda; (iv) Indonesia menghadapi persaingan global
dengan negara lain penyuplai tenaga kerja, seperti filipina dan india; dan (v) Kebijakan
terkait TKI saat ini belum berpihak kepada TKI yang sering kali lebih dilihat sebagai objek
dan bukan subjek, sehingga cost structure menjadi tinggi yang merugikan TKI. Diperlukan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
42
kebijakan untuk mempercepat penyusunan cost structure TKI yang baru, untuk memberikan
kepastian biaya penempatan TKI yang lebih sesuai dengan kondisi saat ini.
Output/Hasil Koordinasi :
Rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi untuk menetapkan peraturan menteri baru
terkait penetapan struktur biaya penempatan TKI.
Outcome/Dampak yang Diharapkan :
Dengan ditetapkannya struktur biaya penempatan TKI yang baru, diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Perusahaan penyalur TKI dan Calon TKI.
Penetapan ini diharapkan akan mengurangi calon TKI yang memilih jalur informal dalam
usaha untuk bekerja di luar negeri karena kejelasan biaya penempatan yang ditetapkan oleh
Pemerintah dapat menghindari adanya praktek percaloan yang akan merugikan calon TKI.
Demikian juga dengan struktur biaya baru, Pemerintah dapat menentukan besaran biaya
kredit usaha rakyat untuk penempatan TKI yang lebih relevan, sehingga menjadi pilihan bagi
calon TKI dibandingkan mengambil kredit dengan bunga yang lebih tinggi.
11. Rekomendasi kebijakan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi
Link and Match atau kesesuaian antara kebutuhan tenaga terampil pada dunia kerja,
dengan apa yang dihasilkan oleh bidang pendidikan merupakan salah satu faktor penting
untuk mendorong terwujudnya peningkatan produktifitas. Berdasarkan data SAKERNAS
2016, terdapat sekitar 50% dari suplai tenaga kerja dalam pasar tenaga kerja, yang tidak
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia usaha. Hal ini menunjukkan bahwa
persoalan link and match merupakan hambatan besar di Indonesia dalam upaya untuk
meningkatkan produktifitas. Untuk itu, perlu ada faktor yang dapat menjembatani
persoalan tidak terdapatnya link and match antara dunia pendidikan dan kebutuhan tenaga
kerja pada dunia usaha. Salah satu caranya adalah diperlukannya kerjasama yang kuat
antara dunia pendidikan dan dunia usaha. Dunia usaha harus dapat memberikan informasi
kebutuhan apa yang dibutuhkan perusahaan, demikian pula sebaliknya, dunia pendidikan
juga harus menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia
usaha.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
43
Telah banyak upaya peningkatan link and match yang telah dilakukan, namun upaya
tersebut dirasakan belum maksimal hal ini dapat dilihat dari masih cukup besar
pengangguran yang berasal dari lulusan vokasi khususnya SMK. Berdasarkan data
SAKERNAS 2016, pengangguran yang berasal dari lulusan SMK sekitar 19%. Untuk itu
diperlukan kebijakan yang menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan agar
pendidikan dan pelatihan vokasi dapat dilakukan secara masif dan dapat meningkatkan
daya saing SDM Indonesia.
Output/Hasil Koordinasi :
Buku Kebijakan Pengembangan Vokasi 2017-2025.
Outcome/Dampak yang Diharapkan :
Buku Kebijakan Pengembangan Vokasi di Indonesia 2017 – 2025 ini dapat menjadi masukan
dan pedoman bagi semua pemangku kepentingan dalam upaya pengembangan pendidikan
dan pelatihan vokasi di Indonesia. Buku berisikan rekomendasi yang dapat menjadi
pedoman bagi upaya upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan vokasi di Indonesia secara optimal dan komprehensif; selanjutnya kebijakan
kebijakan yang diusulkan dapat diimplementasikan oleh seluruh pemangku kepentingan.
Launching Buku Vokasi
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
44
Working Sesion Indonesia e-commerce
6 Desember 2018
IKU: Persentasi Koordinasi dan Sinkronisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang disusun K/L mitra.
1. Rapat Koordinasi/Pembahasan Tingkat Eselon II terkait Peraturan Pembiayaan Ekonomi Kreatif (Pembiayaan Industri Kreatif dan Ekonomi Digital) Koordinasi dilakukan baik atas inisiatif K/L maupun Asisten Deputi Pengembangan
Ekonomi Kreatif. Persoalan yang cukup klasik dari pengembangan ekonomi kreatif
dan start-up adalah kebutuhan
modal. Pembiayaan kepada
sektor ekonomi kreatif
dan start-up belum maksimal
dari lembaga keuangan, baik
yang bersumber dari bank dan
lembaga keuangan non bank
(LKNB). Padahal, pembiayaan
merupakan aspek yang sangat
penting dalam pengembangan
industri kreatif, baik yang sifatnya usaha rintisan (start up) maupun usaha yang sudah
mapan. Beberapa skema pendanaan adalah pertama, skema penyertaan modal (equity
participation) melalui Perusahaan Modal Ventura (PMV). Sebab hanya PMV yang
secara nature dan diizinkan oleh OJK melakukan penyertaan modal. Kedua, skema
crowd funding. Publik berpotensi besar diikutkan dalam memberikan pendanaan,
ketiga, skema hibah dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi industri kreatif dan start up bisa
menjadi salah satu solusi pendanaan. Sumber hibah bisa berasal dari dana CSR BUMN,
PKBL BUMN dan LPDB (danabergulir). Sementara itu, skema KUR bisa menjadi
terobosan bagi perbankan dalam membiayai ekonomi kreatif dan start up.
2. Peraturan Presiden No. 106/2017 tentang Kawasan Sains dan Teknologi
Dalam rangka memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya industri, khususnya industri
kecil menengah berbasis inovasi, pemerintah memandang perlu menyediakan layanan
bagi industri dalam suatu kawasan yang disiapkan secara khusus, dan wahana yang akan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
45
memfasilitasi aliran invensi menjadi inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan daya
saing.
Output/hasil koordinasi
Peraturan Presiden No.106/2017 tentang Kawsan Sains dan Teknologi
Outcome/Dampak yang diharapkan
Sebagai wahana yang dikelola secara profesional untuk mengembangkan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui pengembangan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan penumbuhan perusahaan pemula
berbasis teknologi.
3. Rumusan konsep pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait Perizinan Usaha Mikro dan Kecil (Peraturan Presiden No. 98/2014) Guna memberikan kepastian hukum dan sarana pemberdayaan bagi pelaku usaha mikro
dan kecil (UMK) dalam mengembangkan usahanya, pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Usaha Mikro dan Kecil
(IUMK). Pada awal dirintisnya IUMK, pemerintah sangat berharap hal ini dapat menjadi
kabar baik bagi UMK Indonesia karena pemberian IUMK dapat dilakukan secara
menyeluruh di wilayah Indonesia melalui Camat/Lurah sesuai domisili pelaku usaha. Hal
ini juga merupakan salah satu upaya untuk memangkas birokrasi dan memberikan
kemudahan memulai usaha bagi para pelaku UMK.
Output/hasil koordinasi:
Dari hasil koordinasi dan monitoring hingga Desember 2017, Kabupaten/Kota yang telah
menerbitkan Perbup/Perwali tentang Pendelegasian Kewenangan IUMK dari Bupati
/Walikota kepada Camat sebanyak 311 Kabupaten/Kota atau 60,5% dari total 514
Kabupaten/Kota di Indonesia. Provinsi yang realisasi Perbup/Perwali-nya telah mencapai
100% yaitu Bali, D.I. Yogyakarta, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kepulauan Bangka
Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Selatan. Sedangkan
provinsi yang realisasinya masih nol yakni Papua Barat. Realisasi penerbitan IUMK baru
mencapai 268.561 lembar atau 52,8% hingga Desember 2017 dari yang ditargetkan
508.500 lembar di tahun 2015. Sedangkan jumlah kartu IUMK yang terbitkan baru
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
46
mencapai 25.670 kartu. Provinsi yang realisasi penerbitan IUMK-nya masih nol adalah
Bengkulu, Jambi, DKI Jakarta, Papua, dan Papua Barat.
Outcome / Dampak yang diharapkan:
Dalam Rapat Koordinasi terkait IUMK yang dilaksanakan sepanjang tahun 2017 terdapat
beberapa poin penting mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak
terkait, yaitu:
a. Kementerian Koperasi dan UMK harus mengambil langkah-langkah sebagai berikut: (i)
Penegasan tugas dan komitmen Nota Kesepahaman 3 Menteri (Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koperasi dan UMK dan Kementerian Perdagangan) dalam
merealisasikan IUMK; (ii) Lebih aktif dalam melaksanakan sosialisasi IUMK dan
memberikan pemahaman pentingnya IUMK layaknya KTP yaitu sebagai identitas para
pelaku UMK; (iii) Menanamkan kembali semangat dan keaktifan para pelaku UMK untuk
bersama menyukseskan capaian IUMK; (iv) Evaluasi secara periodik dan melaporkannya
terkait hambatan/kendala pelaksanaan capaian IUMK.
b. Kementerian Dalam Negeri harus mengambil langkah-langkah sebagai berikut: (i)
Penegasan tugas dan komitmen Nota Kesepahaman 3 Menteri (Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koperasi dan UMK dan Kementerian Perdagangan) dalam
merealisasikan IUMK; (ii) Mendorong PATEN di seluruh Indonesia untuk melayani
penerbitan IUMK; (iii) Inventarisasi capaian penerbitan Peraturan Bupati/Walikota
mengenai pendelegasian wewenang IUMK; (iv) Mendorong seluruh Bupati/Walikota
dalam pendelegasian wewenang IUMK dan menegur Bupati/Walikota yang sudah
mengeluarkan Perbub/Perwali namun belum ada realisasi IUMK; (v) Melakukan evaluasi
dan langkah-langkah penyelesaian terkait keterbatasan sarana, prasarana, kualitas SDM
dan anggaran dalam pelaksanaan IUMK;
c. Kementerian Perdagangan harus secara tegas menyatakan bahwa IUMK sama dengan
SIUP sehingga para pelaku UMK tidak merasa kerepotan untuk memenuhi kedua
perizinan tersebut dan dapat lebih merasakan manfaat IUMK.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
47
d. Bank BRI selaku Bank yang menerbitkan kartu IUMK harus berkomitmen penuh dalam
mengakomodir penerbitan IUMK mengingat realisasi hingga bulan Desember 2017
masih rendah yakni 25.670 kartu dari 268.561 IUMK yang telah terbit;
e. Diharapkan adanya perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014
mengingat bahwa Perpres tersebut masih terdapat tumpeng tindih terhadap peraturan
lainnya dan dari hasil implementasi selama kurang lebih 3 tahun masih belum ada hasil
yang signifikan;
f. Adanya gagasan untuk menerapkan online system guna mempermudah para pelaku
UMK.
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
IKU : Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaanyang ditindaklanjuti.
Berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2017, rekomendasi kebijakan
yang diusulkan sebagai pengendalian pelaksanaan kebijakan dalam koordinasi Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKMdan ditindaklanjuti yaitu
sebanyak 8 rekomendasi pengendalian atau sebesar 100% dari rencana. Adapun rekomendasi
kebijakan yang dihasilkan pada tahun 2017, sebagai berikut :
1. Rekomendasi terkait konsolidasi data industri kreatif untuk mendukung pertumbuhan perekonomian nasional Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Kepala Badan Ekonomi KreatifNomor 10
Tahun 2016 tentang Pemberian Bantuan Pemerintah untuk Pendanaan Awal Rintisan
Usaha Bisnis (start-up) dan menyusun skema KUR Ekonomi Kreatif sebagai salah satu
alternatif pembiayaan bagi usaha ekonomi kreatif. Pelaksanaan kebijakan tersebut perlu
dimonitor efektifitasnya sehingga skema tersebut benar-benar sesuai dengan
kebutuhan usaha ekonomi kreatif.
2. Rekomendasi hasil pemantauan dan evaluasi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
48
a. Monev Kawasan Perdesaan
Pembangunan desa dan kawasan perdesaan masih menghadapi permasalahan dalam
aspek implementasi kebijakan dan program di lapangan. Pembangunan ekonomi desa
dan kawasan perdesaan belum banyak diarahkan pada upaya penciptaan nilai tambah
potensi dan komoditas lokal desa. Selain itu pola pendampingan yang dilaksanakan pada
umumnya masih bersifat administratif.
Output/hasil koordinasi
Teridentifikasinya pendekatan inovatif dalam implementasi program pendampingan
dan penciptaan nilai tambah potensi dan komoditas lokal perdesaan berbasis best
pratices lapangan:
Pengolahan komoditas berbasis BUMDes Bersama (best practices Desa Margaluyu,
Pangalengan, Kabupaten Bandung)
Pengembangan kemitraan BUMDes Bersama-Industri (best practices BUMDes
Bersama Leles, Kabupaten Garut)
Pendampingan wirausaha desa (best practices dari pola pemberdayaan Pasar
Papringan oleh Spedagi Movement, Kabupaten Temanggung)
Outcome/Dampak yang diharapkan
Berkembangnya pendekatan inovatif dalam proses perencanaan partisipatif dan
pendampingan masyarakat desa serta tersedianya referensi pengelolaan dan nilai
tambah potensi dan komoditas lokal desa.
b. Monev Kota Kreatif Solo
Masih sangat beragamnya definisi kota kreatif, baik karena keterbatasan referensi
maupun visi, sehingga kota Solo belum menemukan format yang ideal. Belum adanya
panduan dan arahan yang jelas untuk mendefinisikan kebutuhan pencitraan (branding)
kota yang dapat digunakan secara operasional sebagai rujukan dalam pengembangan
kota.
Output/hasil koordinasi
- Surat Rekomendasi Kota Surakarta sebagai nominasi jejaring Kota Kreatif Dunia
UNESCO
- Laporan Monev
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
49
Outcome/Dampak yang diharapkan
Masuknya Solo sebagai bagian dari Jejaring Kota Kreatif Dunia UNESCO.
c. Monev STP/ Technopark Banyumulek, NTB
Konsep kelembagaan Technopark yang belum jelas, membuat keberadaan
Agroeduwisata Technopark Banyumulek seperti jalan ditempat. Perlu segera ditetapkan
konsep master plan agar tata kelola kelembagaan dapat berjalan sesuai dengan
kewenangannya. Masih terdapat perbedaan pandangan di lapangan mengenai arah
pengembangan kawasan Agroeduwisata dan Technopark. Satu sisi, pengembangan
Agroeduwisata masuk dalam Technopark, dan disatu sisi pengembangan Technopark
masuk dalam Agroeduwisata.
Output/hasil koordinasi
Teridentifikasinya hambatan utama dalam pengembangan dan pengelolaan Kawasan
Agroeduwisata dan Technopark Banyumulek, meliputi:
• Skema kelembagaan pengelola kawasan yang belum jelas;
• Lemahnya sinergi pemerintah daerah dengan K/L, akademisi, dan industri/asosiasi;
• Minimnya stimulus pendanaan dalam pengembangan kawasan (sangat tergantung
pada APBN dan APBD).
Outcome/Dampak yang diharapkan
Pengembangan kawasan Technopark Banyumulek diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah, kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan daya
saing melalui inovasi teknologi. Untuk itu diperlukan peran Pemerintah Daerah,
khususnya BAPPEDA dalam menentukan arah kebijakan master plan dalam
pembentukan tata kelola kelembagaan Agroeduwisata Technopark Banyumulek yang
kuat dan independen.
3. Rekomendasi pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan kewirausahaan yang ditindaklanjuti.
Pengendalian kebijakaan pengembangan kewirausahaan dilakukan dengan monitoring
atas regulasi terkait inkubator wirausaha. Pada tahun 2016 telah dilakukan pendataan
dan pemetaan jenis inkubator wirausaha. Berdasarkan data awal dari AIBI (Asosiasi
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
50
Inkubator Bisnis Indonesia) yang telah diolah, pada Oktober 2016 terdapat 94 inkubator
wirausaha, baik yang ada dikelola oleh Kampus, Pemerintah Daerah,
Kementerian/Lembaga, maupun Swasta.
Dalam proses pengendalian kebijakan inkubator wirausaha sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha, sudah
dilakukan beberapa kunjungan lapangan untuk evaluasi pelaksanaan kegiatan inkubator
wirausaha dan tempat (place) kegiatannya.
Dari hasil kunjungan lapangan tersebut didapatkan beberapa permasalahan
diantaranya:
Belum adanya standarisasi inkubator wirausaha,
Belum adanya rekomendasi informasi inkubator wirausaha dari pemerintah untuk
meningkatkan kepercayaan tenant.
Kelembagaan inkubator wirausaha masih banyak yang belum bagus.
Output/ Hasil Koordinasi:
Hasil pengendalian kebijakan melalui koordinasi, diantaranya adalah kunjungan
lapangan dan monev yang telah dilakukan adalah di Universitas Airlangga, ITB, UNS,
Universitas Udayana, termasuk audiensi
dengan Tenaga Ahli Inkubator Wirausaha.
Berdasarkan hasil koordinasi tersebut,
diperlukan pemeringkatan inkubator
wirausaha. Hal ini diharapkan dapat
dikoordinasikan dengan Badan Ekonomi
Kreatif. Pengendalian kebijakan Inkubator
Wirausaha terkait usulan mekanisme pemeringkatan/akreditasi inkubator wirausaha di
Indonesia adalah :
Updating pendataan dan pemetaan inkubator wirausaha;
Pembahasan pemeringkatan Inkubator wirausaha dengan stakeholders (Kemenkop
UKM, BPPT, Kemenristek Dikti, Perwakilan Perguruan Tingg yang mempunyai
inkubator wirausaha dan AIBI);
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
51
Penyusunan regulasi/kebijakan pemeringkatan inkubator;
Pembentukan unit Pemeringkat Inkubator.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Dampak yang diharapkan dari Pengendalian pelaksanaan kebijakan adalah implementasi
kebijakan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 tentang Inkubator Wirausaha dapat
berjalan dengan baik, dan diharapkan derivatif dari regulasi tersebut dapat
menghasilkan peraturan terkait pemeringkatan inkubator wirausaha, sehingga
kedepannya inkubator wirausaha dapat menjadi salah satu ujung tombak dalam
penciptaan wirausaha baru.
4. Rekomendasi kebijakan peningkatan Pemasaran Produk UMKM dalam Platform e-Commerce di Indonesia Melihat besarnya pengguna internet di Indonesia, banyak pengusaha yang
menyebarkan usahanya menggunakan media sosial ataupun platform perdagangan
dunia maya (e-commerce). Namun demikian, diindikasi sebagian besar dari pelaku e-
commerce di Indonesia adalah perantara (trader).
Pelaku UMKM yang bergabung dengan platform e-commerce di Indonesia masih di
bawah 8% dari total pasar e-commerce dimana sisanya adalah pengepul barang atau
trader yang menjual barang yang bahkan berasal dari produsen besar di luar negeri
seperti RRT yang memang dikenal memiliki bermacam produk dengan kualitas dan
harga yang kompetitif. Hal tersebut tentu saja akan lebih menguntungkan negara yang
memproduksi barang tersebut, dan sangat disayangkan apabila pasar e-commerce di
Indonesia lebih banyak didominasi oleh pihak luar mengingat sekitar 99% pelaku usaha
di Indonesia berada pada tingkat usaha mikro, kecil dan menengah.
Output/hasil koordinasi:
a. Menambahkan pilar terkait produk IKM lokal pada Road Map e-Commerce 2017-
2018, serta mendorong keberpihakan platform/online marketplace untuk
memberikan ruang bagi produk UMKM lokal serta mengedukasi UMKM untuk Go
Online.
b. Standarisasi dan klasifikasi produk-produk IKM diharapkan dapat digunakan oleh K/L
lain sehingga dalam penyusunan kebijakan terkait produk IKM saling bersinergi.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
52
c. Pembatasan produk impor pada platform/online marketplace akan sulit dilakukan
oleh pemerintah, utamanya hal ini berkaitan dengan negara mitra FTA.
FGD PeningkatanPemasaranProduk UMKM dalam Platform e-Commerce di Indonesia Bali, 16 Nopember 2017
5. Rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan Koperasi sebagai Penyalur Kredit
UsahaRakyat (KUR)
Peningkatan daya saing koperasi didukung melalui pemberian kesempatan berusaha
yang seluas-luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun
diluar negeri, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif dan dukungan kemudahan
untuk memperoleh permodalan. Kerjasama antar koperasi, dan antara koperasi dengan
BUMN dan usaha swasta lainnya sebagai mitra usaha dikembangkan secara lebih nyata
untuk mewujudkan kehidupan perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang
dijiwai semangat dan asas kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan
kesetiakawanan, serta saling mendukung dan saling menguntungkan.
Output/hasil koordinasi:
Dalam rangka memonitor perkembangan koperasi di daerah, khususnya koperasi
sebagai penyalur KUR, maka kami telah Rapat Koordinasi terkait hal tersebut, dengan
pihak-pihak terkait di daerah utamanya dengan Kospin Jasa, Pekalongan, dan bersama
ini kami sampaikan laporannya sebagai berikut:
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
53
Sejauh ini Kospin Jasa baru dapat menyalurkan KUR kepada 3 nasabah saja padahal
peminatnya cukup banyak, itupun dianggap sebagai pilot project, karena dalam
menyalurkan KUR, Kospin Jasa perlu membangun dan memperkuat sistem. Sistem
Informasi SIKP dan SID yang terintegrasi dengan BI terlebih dahulu. Untuk itu,
diperlukan kehati-hatian dan persiapan yang matang terlebih dahulu.
Salah satu anggota Kospin Jasa yang telah menerima KUR sebesar Rp 15 juta,
menyatakan bahwa, kredit tersebut sangat bermanfaat untuk dijadikan modal dalam
meningkatkan usahanya di bisnis batik.
Adapun hambatan Kospin Jasa dalam menyalurkan KUR utamanya adalah karena
perlunya koperasi membangun online system yang terintegrasi dengan BI, dimana
biayanya cukup mahal. Sedangkan beberapa hambatan lainnya dalam
pengembangan koperasi secara umum antara lain menyangkut: (i) daya saing
utamanya terhadap bank; (ii) belum adanya LPS yang menjamin simpanan anggota;
(iii) adanya perbedaan perlakuan dari pemerintah antara koperasi dan bank.
Terkait dengan koperasi syariah, saat ini masih terdapat koperasi konvensional yang
juga menjalankan koperasi syariah dalam satu naungan sebagaimana halnya bank,
padahal berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian KUKM tidak
diperbolehkan dengan alasan aset yang dipinjamkan juga berasal dari usaha
konvensional dimana secara hukum syariah diharamkan.
Terkait dengan pengawasan koperasi, sejauh ini nampak masih lemah, hal tersebut
dibuktikan dengan cukup banyaknya koperasi yang non aktif, tidak
menyelenggarakan RAT sebagaimana yang dipersyaratkan, dan penipuan yang
berkedok koperasi.
Outcome / Dampak yang diharapkan:
Mendorong peningkatan SDM koperasi untuk diberikan sertifikasi yang bukan hanya
untuk kepala cabang namun untuk seluruh pegawai koperasi, dan mendorong akses
permodalan koperasi kepada lembaga pembiayaan non bank, misalnya LPDB.
KUR hendaknya diperuntukkan pula bagi pengembangan koperasi-koperasi
pedesaan (KUD) dan koperasi pertanian.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
54
Perlu diwujudkan segera Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Koperasi setelah
disahkannya RUU Perkoperasian.
Perlu adanya subsidi pemerintah untuk pembangunan infrastruktur (online system)
yang terintegrasi dengan BI, utamanya bagi koperasi penyalur KUR;
Sistem pengawasan koperasi harus ditingkatkan, Kementerian Koperasi dan UKM perlu
melakukan pembenahan guna meningkatkan kualitas pengawasan.
6. Rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan Koperasi sebagai Penyalur PembiayaanUltra Mikro (UMI) Pembiayaan UMI merupakan kebijakan baru yang telah dikeluarkan oleh Kementerian
Keuangan yang kami anggap perlu dibantu untuk diinformasikan kepada masyarakat
utamanya kepada koperasi dan pelaku UMK, yang mungkin belum banyak diketahui.
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) termasuk Koperasi yang merasa kesulitan
sebagai penyalur KUR dapat mencoba menjadi penyalur pembiayaan UMI.Pembiayaan
UMI dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha Mikro untuk mendapatkan kredit dengan
persyaratan yang tidak terlalu memberatkan.
Output/hasil koordinasi:
Pembiayaan UMI bertujuan memberikan fasilitas pembiayaan yang mudah dan murah
bagi usaha mikro sehingga dapat menambah jumlah wirausahawan baru yang
terfasilitasi kredit program dan meningkatkan nilai keekonomian debitur (PMK Nomor
22/PMK.05/2017). Program pembiayaan UMI adalah komplementer dari program KUR
dengan skema pembiayaan seperti Grameen Bank. Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
bertindak sebagai Coordinated Fund dan menyalurkan pembiayaan UMI kepada debitur
melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui lembaga linkage. Plafond pembiayaan UMI s.d. Rp 10 Juta dengan
profil end user adalah Group Lending bagi usaha pemula (start up) sedangkan Individual
Lending bagi usaha mikro yang memiliki potensi bisa berkembang. Terdapat
pendampingan dan pemberdayaan nasabah (usaha mikro) oleh LKBB dan Pemerintah
Daerah.
Outcome / Dampak yang diharapkan:
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
55
Sumber dana pembiayaan UMI berasal dari APBN dengan lembaga penyalur adalah
LKBB (Executing) dan Channeling With Recourse melalui Lembaga Linkage meliputi LKM,
lembaga perkreditan yang diakui hukum adat, dan Koperasi. Nilai pembiayaan UMI
untuk tahun 2017 dianggarkan sebesar Rp 1.5 Triliun dan pada tahun 2018 direncanakan
meningkat menjadi Rp 15 Triliun. Adapun sistem pembiayaan UMI akan diintegrasikan
dengan data KUR agar tidak terjadi tumpang tindih nasabah/end user.
7. Rekomendasi pengendalian implementasi kebijakan pengupahan
Diterbitkannya PP 78/2015 tentang pengupahan merupakan bukti kehadiran negara
dalam bentuk pemberian jaring pengaman sosial melalui kebijakan upah minimum
dengan sistem formula. Hal ini disatu sisi meningkatkan kesejahteraan buruh, dan disisi
lain akan memberikan kepastian kepada pengusaha dalam berusaha. Alasan penting
lainnya yang mendorong kebijakan soal pengupahan adalah untuk menjamin kepastian
dan perlindungan terhadap sistem pengupahan yang menyeluruh. Penetapan UMP
Tahun 2017, dari 34 Provinsi yang menetapkan UMP tersebut, sebanyak 29 Provinsi
menetapkan UMP sesuai dengan PP Nomor 78 tahun 2015 tentang Pengupahan dan
sejak ditetapkannya PP Nomor 78 tahun 2015 tentang Pengupahan, Kementerian
Ketenagakerjaan sudah mengeluarkan 5 peraturan, (1) Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No 6 tahun 2016 tentang tunjangan hari raya Keagamaan bagi
Pekerja/Buruh di Perusahaan; (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 7 tahun 2016
tentang Uang Servis pada Usaha Hotel dan Usaha Restoran di Hotel; (3) Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan No 20 tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian Sanksi
Administratif Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2015 tentang Pengupahan;
(4) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 21 tahun 2016 tentang Kebutuhan Hidup
Layak dan (5) Permenaker No. 1 Tahun 2017 tentang Struktur dan Skala Upah. Untuk itu
diperlukan rekomendasi pengendalian terhadap implementasi kebijakan pengupahan
agar seluruh provinsi dapat menetapkan UMP sesuai dengan PP 78/2015 dan
mendorong agar Kementerian Ketenagakerjaan segera merampungkan 1 Permenaker
turunan dari PP No.78 Tahun 2015 yang belum dikeluarkan yaitu terkait Upah Minimum
Sektoral.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
56
Output/Hasil Pengendalian:
Rekomendasi pengendalian untuk mendorong Pemerintah Provinsi dapat menetapkan
UMP sesuai PP 78/2015 dan mempercepat koordinasi dengan stakeholder, terkait
adanya perbedaan besaran KHL di setiap Kabupaten/Kota yang menjadi isu penting
dalam penyusunan aturan terkait Upah Minimum Sektoral.
Outcome/Dampak yang Diharapkan :
Dengan seluruh provinsi telah menetapkan UMP sesuai dengan PP Nomor 78 tahun
2015 tentang Pengupaha, diharapkan dapat memberikan kesejahteraan bagi buruh di
seluruh Indonesia dan memberikan kepastian berusaha bagi para pengusaha. Demikian
juga dengan mempercepat penyelesaian Upah Minimum Sektoral, dapat segera
mendorong percepatan investasi dan industri di kawasan kawasan tertentu yang
menjadi prioritas program pemerintah.
Rapat Pengupahan
8. Rekomendasi pengendalian implementasi kebijakan penggunaan Tenaga Kerja Asing
Menurut riset Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), Skills
and Training in The Automotive Industry : Towards Improved Productivity And Greater
Fairness (2017), pertumbuhan industri yang lamban di Indonesia kemungkinan
disebabkan oleh pendekatan pemerintah yang rigid terhadap penyebaran teknisi asing
(TKA). Dibandingkan dengan negara Thailand konsultan asing mempunyai peran penting
dalam membantu mengadaptasi teknologi Jepang pada industri otomotif Thailand. Hal
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
57
ini disebabkan karena kebijakan Thailand dalam pekerjaan orang asing di perusahaan
sudah lebih liberal. Kementerian Ketenagakerjaan telah menerbitkan peraturan baru
yaitu Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 16/2015 tentang tata cara penggunaan tenaga
kerja asing dan telah melakukan revisi terhadap peraturan tersebut dengan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan 35/2015 dengan melakukan beberapa perbaikan yang
menghambat masuknya TKA ke Indonesia, namun dilapangan masih banyak ditemukan
oleh calon TKA atau perusahaan Pengguna TKA mengeluhkan ridgidnya urusan perizinan
untuk mendapatkan RPTKA dan IMTA. Untuk itu diperlukan rekomendasi hasil
pengendalian penyederhanaan perizinan penggunaan TKA, khususnya untuk
mendudkung program program strategis pemerintah seperti, pemenuhan talent-talent
digital untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi digital di Indonesia.
Output/Hasil Pengendalian:
Rekomendasi penyederhanaan perizinan bagi TKA untuk masuk bekerja di Indonesia,
khususnya untuk mendukung program prioritas Pemerintah seperti pemenuhan talent
talent Ekonomi Digital.
Outcome/Dampak yang Diharapkan :
Dengan kebijakan kemudahan perizinan bagi TKA ini diharapkan dapat menjadi stimulus
bagi percepatan perkembangan industri di Indonesia, khususnya terkait program
prioritas seperti untuk mendorong perkembangan Ekonomi Digital. Tumbuhnya industri
dan ekonomi digital pada akhirnya diharapkan akan mendorong investasi dan
terbukanya lapangan pekerjaan baru.
3.3 Hambatan dan Tindaklanjut Capaian Kinerja
Dengan mengacu capaian kinerja Deputi Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing KUKM yang dilihat dari ketercapaian indikator kinerja utama. Deputi Bidang
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM telah berhasil mengkoordinasikan dan
melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran strategis Deputi yang mendukung
pencapaian sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Selama tahun
2017 terdapat beberapa kegiatan yang dikoordinasikan belum dapat diselesaikan, karena
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
58
terdapat beberapa kendala. Sebagai bahan perbaikan pelaksanaan kinerja pada tahun yang
akan datang, disampaikan kendala atau permasalahan dan tindak lanjut yang perlu
dilaksanakan.
3.3.1 Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif
1. Rekomendasi Rancangan Peraturan Presiden Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif (RPerpres Rindekraf) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden Rencana Induk Pengembangan
Ekonomi Kreatif (RPerpres Rindekraf), terdapat beberapa kendala sebagai berikut:
- RPerpres Rindekraf telah disampaikan ke Kemenkumham untuk proses harmonisasi.
Namun, masih diperlukan komitmen dari K/L terkait dalam mendukung dan
melakukan pembahasan RPerpres tersebut, terutama K/L teknis seperti Kementerian
Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, dan lainnya.
- Substansi RPerpres Rindekraf masih perlu dibahas lebih lanjut, terutama beberapa
hal yang terdapat dalam lampiran RPerpres, yang berisi strategi.
Tindak lanjut yang perlu dilaksanakan dalam merumuskan rekomendasi RPerpres
Rindekraf, yaitu melakukan pembahasan secara intensif dengan K/L terkait untuk
memperdalam substansi Perpres dan komitmen bersama.
2. Rekomendasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road Map
e-Commerce) Dalam penyusunan rekomendasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis
Elektronik (Road Map e-Commerce), terdapat beberapa kendala sebagai berikut:
- Pemahaman dan kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi digital
dan e-commerce antar instansi Pemerintah tidak sama, sehingga diperlukan upaya
untuk menyamakan persepsi dan merubah pola pikir pengambil kebijakan, dari
sebelumnya regulator menjadi sebagai developer/enabler bagi berkembangnya
ekonomi digital di Indonesia.
- Belum terdapat strategi besar dalam pengembangan e-commerce dan ekonomi
digital.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
59
- Ekosistem ekonomi digital Indonesia masih perlu dibangun, seperti masih terdapat
beberapa kendala terkait infrastruktur, talent, pendanaan, dan lainnya.
Tindak lanjut yang perlu dilaksanakan adalah mempercepat kelembagaan Pokja melalui
surat keputusan Ketua Dewan Pengarah Peta Jalan SPNBE, sehingga K/L yang terkait
segera menindaklanjuti apa yang menjadi tanggungjawabnya.
3. Rapat Koordinasi/Pembahasan Tingkat Eselon II terkait Pembiayaan Ekonomi Kreatif (Pembiayaan Industri Kreatif dan Ekonomi Digital) Dalam penyusunan rekomendasi Skema Pembiayaan Ekonomi Kreatif, terdapat
beberapa kendala sebagai berikut:
- Penyaluran KUR bekerjasama dengan platform/marketplace masih perlu dibahas.
- Perbankan tidak sepenuhnya dapat membiayai pengembangan binsis industri
kreatif dan digital, karena karakteristiknya yang unbankable. Pengembangan
financial technology dapat menjadi peluang dalam memberikan pembiayaan bagi
industri yang unbankable.
- Pembahasan insentif bagi Perusahaan Modal Ventrua dan angel investor yang
mendanai start-up hingga saat ini masih dalam pembahasan di Kemenkeu.
Terdapat diskusi terkait ruang lingkup dan skema yang akan diberikan.
Tindak lanjut yang perlu dilaksanakan dalam upaya merumuskan kebijakan terkait
skema pembiayaan bagi industri kreatif dan ekonomi digital, yaitu :
- Pembahasan dan perumusan skema KUR : Penyusunan Petunjuk Teknis
Pelaksanaan dan Pengawasan KUR di sektor ekonomi kreatif dan digital dengan
mengacu kepada Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang
Pedoman Pelaksanaan KUR;
- Pembahasan dan perumusan skema insentif perpajakan bagi Modal Ventura:
Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan terkait Insentif bagi Perusahaan Modal
Ventura yang memberikan modal kepada start-up;
Pembahasan dan perumusan skema Intellectual Property Right Financing dengan
Bekraf dan OJK.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
60
3.3.2 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
1. Rekomendasi Strategi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan Perdesaan
Dalam proses penyusunan Rekomendasi Strategi Peningkatan Daya Saing Ekonomi
Kawasan Perdesaan dihadapi kendala sebagai berikut:
Masih minimnya pelibatan Kemenko Perekonomian dan K/L dibawah koordinasi
Kemenko Perekonomian sehingga upaya pengembangan Kawasan Perdesaan
Prioritas Nasional (KPPN) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, belum optimal.
Belum tuntasnya seluruh dokumen perencanaan pembangunan Kawasan perdesaan
(RPKP) yang menjadi prioritas nasional menyebabkan percepatan pembangunan
Kawasan perdesaan terkendala.
Tindak Lanjut
Mendorong dukungan dan sinergi K/L terkaitdan dunia usaha dalam pembangunan
Kawasan perdesaan mengacu kepada rekomendasi strategi peningkatan daya saing
ekonomi kawasan perdesaan yang telah disusun.
Mendorong rekomendasi strategi peningkatan daya saing ekonomi kawasan
perdesaan dalam proses penyelesaian dokumen RPKP
2. Rekomendasi strategi pengembangan produk unggulan lokal daerah
Dalam proses penyusunan Rekomendasi Strategi pengembangan produk unggulan lokal
daerah Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan Perdesaan dihadapi kendala sebagai
berikut:
Pengembangan model dan tata kelola BUMP/BUMR melalui pengembangan
korporasi petani pada umumnya masih dalam skala pilot project.
Belum optimalnya sinergi dengan K/L terkait dalam pengembangan model dan tata
kelola pengembangan BUMDes
Tindak Lanjut
Meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan K/L terkait dalam perumusan model
kelembagaan dan tata kelola pengembangan BUMR/BUMP/BUMDes
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
61
3. Rekomendasi Pengembangan Kota Kreatif
Belum teridentifikasinya konsep ideal yang menjadi konsolidasi berbagi pihak,
beberapa K/L memerlukan payung kebijakan sebagai dasar untuk penganggaran
program kegiatan terkait Kota Kreatif.
Perlu stakeholder mapping yang “mengunci” pembagian peran minimum dalam
mainstreaming pengembangan Kota Kreatif sebagai bagian dalam upaya
perwujudan pembangunan kota yang berkelanjutan, termasuk penguatan amanat
pengembangan kota kreatif sebagai bagian utama pilar pengembangan perkotaan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode
berikutnya.
Tindak Lanjut
Perlu dibentuk adanya Tim Koordinasi Teknis yang dapat secara intensif melakukan
identifikasi pembagian peran termasuk melakukan evaluasi serta memastikan masing-
masing pilar pengembangan kota kreatif berjalan dengan ideal dan sejalan dengan
agenda pembangunan perkotaan secara luas.
4. Peraturan Presiden No. 106/2017 tentang Kawasan Sains dan Teknologi
Minimnya pelibatan peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
menyebabkan terjadinya gap dalam substansi Perpres termasuk rendahnya pelibatan
K/L dibawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hanya memberikan masukan, dan
tidak berperan sebagai Koordinator penyusunan Perpres No 106/2017 tentang KST,
sehingga aspek-aspek terkait pengembangan daya saing ekonomi belum
terakomodasi secara optimal.
Tindak Lanjut
Dalam implementasi Perpres perlu pelibatan peran Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian terutama dalam konteks peningkatan daya saing ekonomi kawasan
melalui peran KST.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
62
3.3.3 Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Kewirausahaan
Secara Umum, dalam pelaksanaan Koordinasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan
memiliki kendala dan permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya sinergi program pemerintah, perguruantinggi, swasta, serta semua
stakeholders dalam mengembangkan wirausaha, yaitu belum saling mendukung dan
sustainable;
2. Keterbatasan anggaran karena adanya pemotongan anggaran;
3. Pending matters beberapa isu diantaranya RUU Kewirausahaan Nasional dimana
draft masih akan dibahas di DPR;
4. Belum adanya peta sebaran potensi lokal dan pengembangan wirausaha
berdasarkan sektor dan wilayah;
5. Kurangnya pemahaman tentang ruang lingkup inkubator wirausaha dan kapabilitas
serta kapasitas pengelolaan inkubator wirausaha yang masih rendah;
6. Belum adanya database kewirausahaan nasional dan inkubator wirausaha yang
saling terintegrasi;
7. Kurangnya sosialisasi dan promosi terkait pengembangan kewirausahaan;
8. Belum adanya landasan hukum dan kebijakan dalam pengembangan kewirausahaan.
Tindak lanjut yang diperlukan adalah:
1. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi program pemerintah, perguruan tinggi,
swasta, serta semua stakeholders dalam mengembangkan wirausaha, yaitu belum
saling mendukung dan sustainable;
2. Optimalisasi pemanfaatan anggaran;
3. Monitoring progres RUU Kewirausahaan Nasionaldimana draft masih akan dibahas
di DPR;
4. Penyusunan peta sebaran potensi lokal dan pengembangan wirausaha berdasarkan
sektor dan wilayah;
5. Peningkatan kapabilitas serta kapasitas pengelolaan inkubator wirausaha;
6. Penyusunan database kewirausahaan nasional dan inkubator wirausaha yang saling
terintegrasi;
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
63
7. Peningkatan sosialisasi dan promosi terkait pengembangan kewirausahaan;
Penyusunan kebijakan dalam pengembangan kewirausahaan yang mendukung
ekosistem kewirausahaan.
Output Kendala (Eksternal)
Tindak Lanjut (Rencana Aksi)
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan tumbuh kembangnya wirausaha desa.
Iklim berusaha yang belum kondusif,
Keterbatasan informasi dan akses pasar,
Rendahnya produktivitas (teknologi rendah),
Keterbatasan permodalan,
Rendahnya jiwa dan semangat kewirausahaan.
Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan swasta melalui program Community Development (ComDev.).
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan kewirausahaan
Rendahnya penyerapan teknologi yang berpengaruh pada kemampuan (abilities) berwirausaha ynag dapat dilihat dari rendahnya nilai technology absorption,
Rendahnya aspirasi (aspirations) untuk tumbuh yang disebabkan rendahnya tingkat internasionalisasi/ ekspor,
Belum optimalnya proses naik kelas/scalling up yang dapat dilihat dari rendahnya nilai high growth dan nilai internalization,
Dinamika dan ukuran pasar Indonesia yang besar namun peluang ini belum ‘tertangkap’ oleh wirausaha.
Menyusun strategi nasional pengembangan kewirausahaan dengan memperhatikan proses bisnis kewirausahaan dan ekosistem kewirausahaan
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan pengembangan kewirausahaan
Belum adanya standarisasi inkubator wirausaha,
Belum adanya rekomendasi informasi inkubator wirausaha dari pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan tenant.
Kelembagaan inkubator wirausaha masih banyak yang belum bagus.
Updating pendataan dan pemetaan inkubator wirausaha;
Pembahasan pemeringkatan Inkubator wirausaha dengan stakeholders (Kemenkop UKM, BPPT, Kemenristek Dikti, Perwakilan Perguruan Tinggi yang mempunyai inkubator wirausaha dan AIBI);
Penyusunan regulasi/kebijakan pemeringkatan inkubator;
Pembentukan unit Pemeringkat Inkubator.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
64
3.3.4 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
Secara Umum, dalam pelaksanaan Koordinasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing
Koperasi dan UMKM memiliki kendala dan permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya sinergi program pemerintah, perguruan tinggi, swasta, serta semua
stakeholders dalam mengembangkan koperasi dan UMKM, yaitu belum saling
mendukung dan sustainable;
2. Keterbatasan anggaran karena adanya pemotongan anggaran;
3. Pending matters beberapa isu diantaranya Perizinan Usaha Mikro dan Kecil (IUMK),
Sinergitas Program K/L UMKM Go Online, Peningkatan Daya Saing UMKM pada
platform e-commerce, Pengembangan Bisnis Agregator Konsolidator bagi UMKM
dan Pengembangan Koperasi;
4. Belum adanya peta sebaran komoditas lokal yang potensial untuk bertranformasi
menjadi UMKM yang dapat meningkatkan perekonomian tiap wilayah di Indonesia;
5. Belum adanya database sejumlah dan sebaran UMKM dan Koperasi di Indonesia
yang tervalidasi;
6. Kurangnya sosialisasi dan promosi terkait pengembangan Koperasi dan UMKM;
Tindak lanjut yang diperlukan adalah:
1. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi program pemerintah, perguruan tinggi,
swasta, serta semua stakeholders dalam mengembangkan koperasi dan UMKM
untuk saling mendukung, berintergerasi dan berkelanjutan;
2. Optimalisasi pemanfaatan anggaran;
3. Perencanaan strategi dan monitoring progres beberapa isu diantaranya Perizinan
Usaha Mikro dan Kecil (IUMK), Sinergitas Program K/L UMKM Go Online,
Peningkatan Daya Saing UMKM pada platform e-commerce, Pengembangan Bisnis
Agregator Konsolidator bagi UMKM dan Pengembangan Koperasi;
4. Penyusunan peta sebaran komoditas lokal yang potensial untuk bertransformasi
menjadi UMKM yang dapat meningkatkan perekonomian tiap wilayah di Indonesia;
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
65
5. Penyusunan database jumlah dan sebaran UMKM dan Koperasi di Indonesia yang
tervalidasi;
6. Peningkatan sosialisasi dan promosi terkait pengembangan koperasi dan UMKM;
Output Kendala Tindak Lanjut (Rencana Aksi)
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan UKM berbasis Teknologi
Overlapping lokasi dan sasaran program UMKM Go Online pada Kementerian/Lembaga
Pelaksanaan program UMKM Go Online belum disertai dengan pembinaan terhadap pelaku UMKM
Melaksanakan rapat koordinasi teknis sinergi program UMKM Go Online antar PIC Kementerian/Lembaga
Melaksanakan pemetaan kegiatan pelaksanaan program UMKM Go Online Kementerian/Lembaga agar tidak overlapping
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan UKM berbasis Teknologi
Produk-produk IKM/UMKM belum terstandarisasi dan terklasifikasi secara baku
Rendahnya keterlibatan pemasaran produk UMKM pada platform e-Commerce di Indonesia
Pembahasan standarisasi dan klasifikasi produk-produk IKM yang dapat digunakan oleh K/L lain sehingga dalam penyusunan kebijakan terkait produk IKM saling bersinergi
Mendorong keberpihakan platform/online marketplace untuk memberikan ruang bagi produk UMKM lokal serta mengedukasi UMKM untuk Go Online.
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pelaku UMKM belum menyadari sense of urgency melakukan pemisahan antara keuangan pribadi dan keuangan usahanya, serta melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sederhana
Belum sadarnya pelaku UMKM pada pentingnya standarisasi produk untuk dapat meningkatkan daya saing
Keterbatasan kemampuan UMKM untuk mendapatkan pasar dan memenuhi kuantitas produksi serta konsistensi standarisasi
Bersinergi dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk meningkatkan Skala UMKM melalui Konsultasi Penyusunan Laporan Keuangan
Membuat skema rantai nilai UMKM disertai dengan peran K/L yang bertanggungjawab
Pengembangan bisnis agregator yang diharapkan dapat meningkatkan akses pasar UMKM
FGD lanjutan untuk mendalami permasalahan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
66
Output Kendala Tindak Lanjut (Rencana Aksi)
produk
RUU Perkoperasian yang baru, mengakomodir koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah namun hingga saat ini belum ada kejelasan tindak lanjutnya serta belum adanya pemahaman permasalahan yang akan dihadapi terkait penerapan prinsip ekonomi syariah tersebut
terkait koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah terutama dalam masalah sertifikasi DPS dan manajer Koperasi Syariah/BMT.
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Rendahnya capaian Perizinan Usaha Mikro dan Kecil (IUMK)
Rendahnya keterlibatan Koperasi sebagai penyalur KUR dan rendahnya sistem pengawasannya
Masyarakat belum mengetahui secara luas mengenai program Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Usulan revisi IUMK dan rencana menerapkan online system guna mempermudah para pelaku UMK.
Meningkatkan system pengawasan koperasi.
Mendorong Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank untuk melakukan sosialisai secara luas.
3.3.5 Koordinasi Kebijakan Ketenagakerjaan
1. Rekomendasi kebijakan penyusunan struktur biaya penempatan TKI
Kendala dan Permasalahan:
Permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan struktur biaya penempatan TKI
adalah antara lain sebagai berikut:
Pengaturan Komponen Pelatihan Kerja, Pasport, dan Check-Up Kesehatan dalam
RUU tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia yang dibebankan CTKI dan TKI
Luar Negeri sudah dihapus dan diserahkan kepada ketetapan K/L terkait;
Peran regulator dan operator yang belum jelas didalam penanganan TKI di Luar
Negeri termasuk Pengawasan kepada PPTKIS di lapangan; dan
Masih banyak terjadi penempatan TKI perorangan, walaupun telah ada Permenaker
No.260/2015 tentang penghentian penempatan TKI ke 19 negara tujuan Timur
Tengah.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
67
TindakLanjut:
Tindaklanjut yang akan dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan Kementerian
Ketenagakerjaan terkait percepatan penyelesaian Peraturan Pemerintah, Permenaker
turunan UU 18/2017 tentang Perlindungan Buruh Migran Indonesia
2. Rekomendasi kebijakan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi
Kendala dan Permasalahan:
Permasalahan yang dihadapi dalam rangka penyusunan kebijakan pengembangan
pendidikan dan pelatihan vokasi adalah tidak terdapat Link And Match antara
kebutuhan dunia industri dengan ketersediaan tenaga kerja yang meliputi:
51,5% under-qualified; 40% well-qualified matched; dan 8,5% over-qualified;
Kurikulum/Materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri;
Masih banyak terdapat peralatan praktek yang tidak layak di SMK dan BLK;
Masih rendahnya kualitas guru dan instruktur;
Besarnya dana yang dibutuhkan untuk kegiatan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Vokasi;
Tindak Lanjut:
Tindak lanjut yang akan dilakukakan adalah antara lain sebagai berikut:
Menciptakan sekolah pilot project implementasi kebijakan buku vokasi pada SMK
dengan jurusan yang sejalan dengan 5 fokus sektor pengerak perekonomian;
Menyusun guideline bagi K/L&Swasta untuk menjalankan kebijakan pengembangan
vokasi di Indonesia; dan
Membuat Online Job Platform untuk memberikan informasi jenis pekerjaan yang
dibutuhkan.
3. Rekomendasi pengendalian implementasi kebijakan pengupahan
Kendala dan Permasalahan:
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum ditetapkan 1 turunan Permenaker
dari turunan PP No.78 Tahun 2015 mengenai Upah Minimum Sektoral (UMS). Terkait hal
ini, Kementerian Ketenagakerjaan saat ini masih melakukan koordinasi dengan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
68
stakeholder, hal ini mengingat jumlah KHL yang berbeda-beda di setiap
Kabupaten/Kota berbeda-beda.
Tindak Lanjut:
Tindak lanjut terkait permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Melakukan koordinasi untuk mempercepat 1 Permenaker yang belum diterbitkan;
Koordinasi pelaksanaan UMP 2018; dan
Telah dilaksanakan FGD PP 78/2015 tentang pengupahan terhadap implementasi
dan kendalanya di Tangerang –Banten.
4. Rekomendasi pengendalian implementasi kebijakan penggunaan Tenaga Kerja Asing
Kendala dan Permasalahan :
Permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian implementasi kebijakan
penggunaan Tenaga Kerja Asing terutama tentang pengawasan izin Tenaga Kerja
Asing (IMTA dan KITAS) adalah sebagai berikut:
Masih ditemukan kesulitan/kendala IMTA dan KITAS dilapangan;
Diduga banyak TKA Tiongkok bekerja Ilegal dengan Visa Izin Tinggal Kunjungan;
Pelaksanaan Pengawasan TKA di lapangan yang masih lemah;
Persyaratan yang terlalu banyak yaitu antara lain (i) Untuk persyaratan TKA baru
yang akan bekerja di Indonesia perlu ada memenuhi 4 prosedur dengan 35
persyaratan; dan (ii) Untuk persyaratan TKA yang akan memperpanjang izin bekerja
di Indonesia perlu ada memenuhi 4 prosedur dengan 38 persyaratan; dan
TKA tidak dapat diperkenankan bekerja pada 2 atau lebih jabatan.
Tindak Lanjut:
Tindak lanjut terkait permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Melakukan penguatan kerjasama antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Ditjen
Imigrasi dalam rangka penguatan online system;
Memperketat pengawasan dalam penerbitan IMTA & KITAS;
Menyederhanaan persyaratan dengan mengurangi menjadi hanya 20 persyaratan;
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
69
Melakukan revisi Permenaker 16/2015 Pasal 41 dengan menambahkan aturan
memperbolehkan TKA merangkap jabatan;
Melakukan revisi terhadap aturan rekomendasi teknis di K/L teknis agar sejalan
dengan Permenaker 16/2015.
3.4. Realisasi Anggaran dan Penggunaan Sumber Daya
Pada tahun 2017, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UKM, Koordinator Bidang Perekonomian mendapat Pagu Anggaran sebesar
Rp. 23,362,040,000,- dan realisasi sebesar Rp.20,893,865,932,- atau terserap sebesar 89.44%.
Realisasi Anggaran secara selektif dan efisien telah dapat mendukung pelaksanakan tugas dan
fungsi yang menjadi tanggung jawab organisasi. Dari sasaran yang ditargetkan, dan indikator
kinerja yang terukur telah dapat diwujudkan dengan baik. Bila dirinci per kegiatan yang
mendukung pencapaian output, realisasi anggaran tahun 2017 Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM sebagai berikut:
Tabel 3.3 Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2017
Program Pagu
Anggaran (Rp) Realisasi
Anggaran (Rp) %
Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian (Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM)
23,362,040,000 20,893,865,932
89,44
Jenis Kegiatan Sasaran Kegiatan
Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif
Meningkatnya jumlah pelaku ekonomi kreatif dan kontribusinya terhadap perekonomian nasional
2,350,000,000 2,290,234,633 97.46%
Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan potensi ekonomi kawasan
1,950,000,000 1,914,781,327 98.19%
Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Kewirausahaan
Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan kewirausahaan melalui peran inkubator wirausaha
1,900,000,000 1,820,665,196 95.82%
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
70
Program Pagu
Anggaran (Rp) Realisasi
Anggaran (Rp) %
Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
Meningkatnya daya saing koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2,095,000,000 2,061,337,801 98.39%
Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
Terwujudnya ekonomi kerakyatan yang tangguh, efisien, dan berdaya saing tinggi
1,255,000,000 1,237,624,562 98.62%
Koordinasi Kebijakan Bidang Ketenagakerjaan
Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan
3,962,040,000 3,911,616,835 98.73%
Bila dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2016, mengalami penurunan dalam hal
penyerapan anggaran dimana pada tahun 2016, penyerapan anggaran Deputi IV adalah sebesar
99.38%, dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2017 sebesar 89.44%. Perbandingan
lebih rinci sebagai berikut:
Tabel 3.4
Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2017 dengan Tahun Anggaran 2016
Program Realisasi Anggaran
2017 2016
Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian (Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM)
89.44 99.38
Jenis Kegiatan Sasaran Kegiatan
Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif
Meningkatnya jumlah pelaku ekonomi kreatif dan kontribusinya terhadap perekonomian nasional
97.46% 81.1%
Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan potensi ekonomi kawasan
98.19% 71.1%
Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Kewirausahaan
Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan kewirausahaan melalui peran inkubator wirausaha
95.82% 78.1%
Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
Meningkatnya daya saing koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 98.39% 77.9%
Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
Terwujudnya ekonomi kerakyatan yang tangguh, efisien, dan berdaya saing tinggi
98.62% 66.6%
Tambahan Dana SPNBE Terwujudnya koordinasi ekonomi digital
77.74% -
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
71
Penurunan realisasi anggaran dibanding tahun 2016 dipengaruhi oleh adanya tambahan dana
untuk mendukung tugas tambahan implementasi Peraturan Presiden nomor 74 Tahun 2017.
Pagu tambahan yang datang pada Bulan Agustus 2017 tidak dapat secara maksimal
direalisasikan kerena keterbatasan waktu.
Selain sumber daya anggaran, kapasitas organisasi sebagai penggerak kinerja Deputi IV
adalah profesionalitas pegawai yang selalu dipantau oleh Bagian SDM melalui program
pelatihan, laporan kinerja, kedisplinan, dan pengembangan karir. Sistem informasi yang
bertumpu pada kesiapan jaringan dan kecepatan internet, serta aplikasi berbasis web selalu
disediakan dan dipantau jikalau terdapat keluhan. Reformasi Birokrasi yang merupakan
program nasional tanpa henti, menjadi unsur penguat dan perekat motivasi berkinerja agar
terus menerus akuntabel dan transparan. Melalui survei internal dan pleno PMPRB (Penilaian
Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi) menjadi ukuran tata kelola yang baik pada Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
72
BAB IV PENUTUP
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing KUKM Tahun 2017 merupakan salah satu bentuk pertangungjawaban dalam pelaksanaan
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan Kinerja disusun berdasarkan Renstra
Tahun 2015-2019, dan Renja Tahunan dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan
eksternal yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas pokok, fungsi, dan
kewenangan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM.
Capaian Kinerja Tahun 2017 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing Koperasi dan UKM merupakan barometer keberhasilan menterjemahkan peta
strategis organisasi yang terdiri dari indikator-indikator kinerja utama pada tiap pendekatan,
yaitu : pendekatan harapan masyarakat/stakeholder, diraih dengan pendekatan internal proses
atau pelaksanaan kegiatan, dan digerakkan oleh kapasitas organisasi yang dimiliki.
Hasil Analisa dan evaluasi pengukuran IKU menunjukan bahwa semua target IKU pada
semua pendekatan peta strategis menunjukkan hasil kinerja yang Baik, semua target dapat
dicapai 100% bahkan lebih. Keberhasilan pelaksanaan Program dan Kegiatan merupakan
komitmen dari pimpinan dan seluruh staf serta Stakeholders. Oleh karena itu, tetap diperlukan
kerja keras dan kerjasama untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan Progam dan Kegiatan
pada tahun-tahun yang akan datang.
Hasil Kinerja Tahun 2017diharapkan menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi pada setiap unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, sehingga dapat meningkatkan peran Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM dalam upaya
mendukung misi pertumbuhan dan pemeratan pembangunan Nasional.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM LAPORAN KINERJA TAHUN 2017
73
Lampiran-Lampiran
1. Peta Strategi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah
2. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah
3. Indikator Kinerja Utama (Target, Realisasi, dan Pengukuran kinerja) Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi, dan Usaha Kecil dan
Menengah
Lampiran 2017 Kinerja Laporan
Lampiran 2017 Kinerja laporan
Target Realisasi Kinerja
Persentase peningkatan kontribusi UMKM dalam PDB 57,84% 62,50% 108%
Jumlah Peningkatan KUKM yang menerapkan standarisasi mutu dan sertifikasi produk lebih besar dari tahun lalu
1.352 2.083 154%
Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif dalam PDB 7,38% 7,44% 101%
Persentase Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 15,9 Juta 16,91 Juta 106%
Persentase Pengangguran Terbuka 5,61% 5,50% 111%
Jumlah peningkatan kesempatan kerja lebih besar dari tahun lalu
2,4 Juta 2,8 Juta 117%
Jumlah peningkatan wirausaha baru lebih besar dari tahun lalu
1,56% 3,10% 199%
Meningkatnya daya saing ekonomi kawasan di daerah berbasis kreativitas, inovasi, teknologi
Persentase Kawasan yang melakukan inovasi tata kelola pengambangan potensi ekonomi kawasan
100% 100% 100%
Target 5 Kawasan (Kawasan Ekonomi Kerakyatan di Kuningan, Pati, Bandung, Prabumulih, Semarang)
Persentase rekomendasi/ rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan yang ditidaklanjuti
100% 100% 100% Target 11 Rekomendasi
Persentasi Koordinasi dan Sinkronisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang disusun K/L mitra
100% 100% 100% Target 3 Kebijakan Per-UU-an
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaanyang ditindaklanjuti.
100% 100% 100% Target 8 Rekomendasi
Indeks Profesionalitas ASN Deputi IV 80 80 100%
Persentase Layanan Informasi, Hukum dan Humas 100% 100%100%
Nilai Akuntabilitas Kinerja DIV > 80 84,2 100%
Persentase penyerapan anggaran DIV99,38% 89,44%
90%terdapat tambahan anggaran di periode akhir Tahun Anggaran)
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis Kreativitas, dan Inovasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil dan Menengah dan Ketenagakerjaan
Perspektif : Kapasitas Organisasi (Penggunaan Sumber Daya Organisasi)
Terwujudnya Tata Kelola Organisasiyang Baik di Deputi IV
PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA UTAMADeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM
Tahun 2017
Keterangan
Meningkatnya Daya Saing KUKM
Terwujudnya Pengembangan Ekonomi Kreatif
Terwujudnya Peningkatan Kualitas SDM dan Kesempatan Wirausaha
Perspektif : Pelaksanaan Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan (Internal Process)
PengukuranSasaran Startegis Indikator Kinerja Utama
Perspektif : Pemenuhan Harapan Masyarakat/Stakeholder (Strategic Outcome)