das belawan

95
ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BELAWAN KAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG TESIS Oleh REONALD SYAHRIAL 077003011/PWD SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 S E K O L A H P A S C A S A R J A N A Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Upload: safrizal-ibrahim

Post on 27-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Analisis Peruntuk lahan

TRANSCRIPT

Page 1: DAS Belawan

ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BELAWAN

KAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG

TESIS

Oleh

REONALD SYAHRIAL 077003011/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

S

EK O L A

H

PASCASAR J

ANA

id919221 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 2: DAS Belawan

ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BELAWAN

KAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

REONALD SYAHRIAL 077003011/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 3: DAS Belawan

Judul Tesis : ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BELAWAN KAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG

Nama Mahasiswa : Reonald Syahrial Nomor Pokok : 077003011 Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D) Ketua

(Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Anggota Anggota Ketua Program Studi Direktur (Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc) Tanggal lulus: 3 September 2009

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 4: DAS Belawan

Telah diuji pada

Tanggal: 3 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : 1. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D

Anggota : 2. Prof. Dr. Lic,rer.reg Sirojuzilam, SE

3. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

4. Dr. Tavi Supriana

5. Drs. Rujiman, MA

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 5: DAS Belawan

ABSTRAK

�Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan Kaitannya dengan Perencanaan Tata Ruang� merupakan judul tesis di bawah bimbingan Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D (sebagai Ketua), Prof. Dr. lic.rer.reg Sirojuzilam, SE dan Kasyful Mahalli, SE, M.Si (masing-masing sebagai Anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ketersediaan lahan Daerah Aliran Sungai Belawan, mengetahui perencanaan tata ruang wilayah Daerah Aliran Sungai Belawan saat sekarang dan gambaran rencana tata ruang wilayah kedepan Daerah Aliran Sungai Belawan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai teknik overlay dari Sistem Informasi Geografis (SIG) dipadukan dengan spasial analisis data vektor dan raster digital.

Kebutuhan manusia bartambah seiring lajunya pertumbuhan suatu wilayah, terutama kebutuhan akan lahan yang sering tidak memperhatikan ekosistem yang ada. Daerah Aliran Sungai Belawan merupakan suatu ekosistem yang terancam punah/rusak oleh perkembangan wilayah di sekitarnya. Ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan ini memanjang dari hulu ke hilir melintasi pusat pertumbuhan Kota Medan dan Daerah Pengembangan Kabupaten Deli Serdang, oleh karena itu jika ekosistem DAS Belawan ini tidak dipertimbangkan dalam perencanaan suatu wilayah Kabupaten/Kota maka ekosistem tersebut akan terancam punah.

Memperhatikan kondisi faktual yang ada, di daerah aliran sungai yang melintasi pusat Kota Medan hampir semua sistem ekosistem sudah lumpuh seperti zona penyangga, zona pemanfaatan dan zona perlindungan dari sebuah ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan.

Hasil penelitian menunjukkan kondisi ketersediaan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan di Kabupaten Deli Serdang seluas 32.025,88 Ha dengan pertimbangan pemanfaatan berdasarkan zona lindung DAS seluas 3.716,46 Ha, zona pemanfaatan terbatas seluas 19.798,65 Ha. Sedangkan ketersediaan lahan untuk wilayah Kota Medan pada Daerah Aliran Sungai Belawan seluas 2.807,45 Ha dengan zona lindung 1.571,21 Ha, zona pemanfaatan terbatas seluas 1.392,54 Ha. Terdapat banyaknya penyimpangan pemanfaatan lahan terhadap Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara 2003-2018. Pembuatan tempat wisata di sepanjang sungai Belawan untuk menumbuhkan rasa memiliki dan menyebabkan kepedulian akan lingkungan semakin tinggi. Pemindahan masyarakat dengan bantuan kredit lunak perumahan bagi masyarakat yang tinggal di tepi sungai, merencanakan lebih baik kedepan dengan membuat arahan teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi sebagai acuan bagi Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Kata Kunci: Daerah Aliran Sungai (DAS), Tata Ruang Wilayah, Penggunaan Lahan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 6: DAS Belawan

ABSTRACT

�Analysis of Land Allocation Belawan Watershed Relation With Spatial Planning� is a thesis title under supervision of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D (as Chairman), Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE and Kasyful Mahalli, SE, M.Si (each Member).

This study aims to determine the condition of land availability watershed Belawan, knowing spatial planning watershed Belawan picture now and spatial planning future watershed Belawan. The method of analysis used in this study is to use overlay techniques of Geographic Information System (GIS) is combined with spatial analysis of vector and raster data digitally.

Human needs increase as the speed of growth of a region, especially the need for land that often do not notice the existing ecosystem. Belawan watershed is an endangered ecosystem damaged by the development of surrounding areas, Ekosistem Belawan River Basin extends from the upstream is downstream of growth across the center of Medan City and Regional Development Deli Serdang District, therefore, if the ecosystem Belawan DAS is not considered in planning a Regency/City of the ecosystem will be threatened with extinction.

Taking into account the existing factual circumstances, in watersheds that cross the center of the field almost every system has crippled the ecosystem as a buffer zone, zone and zone of protection utilization of a watershed ecosystem Belawan. The results showed the condition of land availability watershed (DAS) at Belawan Deli Serdang Regency area of 32.025,88 ha with consideration of the use of watershed protection zone covering 3.716,46 ha, limited use zones covering 19.798,65 ha. While the availability of land for the area of Medan to Belawan River Basin with an area of 2.807,45 Ha 1.571,21 protected zone, the zone of limited use area of 1.392,54 Ha. There are a number of irregularities on land use Spatial 2003-2018 Province of North Sumatra. Making the resorts along the river to cultivate a sense of Belawan has caused concern and a higher environment. Transfer of the community with the help of soft loans for housing people living on the riverbank, planning a better future by making a technical landing Spatial Plan as a reference for the Provincial Spatial County/City.

Keywords: Watershed (DAS), Spatial, Land Use.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 7: DAS Belawan

KATA PENGANTAR

Assalamu�alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan judul

�Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan Kaitannya dengan

Perencanaan Tata Ruang Wilayah)�.

Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan penulis

sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

Atas bimbingan dan bantuan berbagai pihak dalam penyelesaian tesis ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ketua dan

Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD) beserta seluruh dosen dan staf.

2. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D sebagai Pembimbing Utama.

3. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE sebagai Pembimbing Akademis.

4. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si sebagai Pembimbing Akademis.

5. Departemen Kehutanan, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I, Badan

Perencanaan Daerah Propinsi Sumatera Utara, sebagai instansi yang telah

banyak membantu dalam penelitian ini.

6. Ayahanda Syahrial tercinta, Ibunda Bismarni, A.Mpd, S.Pd tersayang dan Ayah

Mertua H.M. Cholil Lubis, BA, Ibu Mertua Hj. Rosnani mereka yang telah

memberikan dorongan mental dan spiritual yang tak ternilai harganya.

7. Istri tercinta Dina Fitriana Lubis, S.Sos dan Anak tersayang Arfa Diandra

Syafiq selalu setia memdampingi dan memberikan dorongan semangat

membuat hidup jauh lebih berarti.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 8: DAS Belawan

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa dan sahabat yang telah memberikan bantuan

dan partisipasi dalam penyelesaian penulisan penelitian ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan tulisan ini tidak terlepas dari bimbingan

dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih

sedalam-dalamnya kepada semua yang terkait dalam penulisan ini.

Akhirnya, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak, semoga Allah

SWT selalu memberi yang terbaik untuk kita semua.

Medan, Juli 2009

Penulis

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 9: DAS Belawan

RIWAYAT HIDUP

Penulis Lahir di Baserah (Riau) tanggal 17 Mei 1981, sebagai anak pertama

dari 5 (lima) bersaudara dari Ayah Syahrial dan Ibu Bismarni, A. Mpd, S.Pd. Dari

perkawinan dengan Dina Fitriana Lubis, S.Sos, penulis baru dikarunia seorang putra

tercinta Arfa Diandra Syafiq.

Pendidikan formal penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri tahun

1993 dan Sekolah Menengah Pertama tahun 1996 masing-masing di Baserah - Riau,

serta SKMA Pekanbaru tahun 1999. Tahun 2000 masuk di Universitas Medan Area

pada Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 2004.

Selanjutnya tahun 2007 penulis melanjutkan Studi di Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara (USU) Program Studi Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Pembangunan dengan judul

tesis Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan, menggunakan

Sistem Informasi Geografis dengan metode spasial analisis dan lulus pada September

2009.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 10: DAS Belawan

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2. Masalah Penelitian ..................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1. Ekosistem DAS ......................................................................... 6

2.2. Karakteristik DAS ..................................................................... 8

2.3. Luas Daerah Aliran Sungai ....................................................... 8

2.4. Bentuk DAS .............................................................................. 9

2.5. Lereng ....................................................................................... 10

2.6. Ketinggian ................................................................................. 10

2.7. Jaringan Sungai ......................................................................... 11

2.8. Pola Aliran ................................................................................ 11

2.9. Sungai Terpanjang dan Sungai Induk ....................................... 11

2.10. Vegetasi dan Penutupan Lahan ............................................... 12

2.11. Tanah dan Batuan .................................................................... 12

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 11: DAS Belawan

2.12. Penelitian Terdahulu ............................................................... 12

2.13. Kerangka Berpikir Penelitian................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 19

3.1. Lokasi Penelitian ....................................................................... 19

3.2. Pengumpulan Data .................................................................... 19

3.3. Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 19

3.4. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 25

3.5. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 27

3.6. Waktu Penelitian ........................................................................ 29

3.7. Kondisi Real (Faktual) ............................................................... 29

3.8. Definisi Variabel Operasional ................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 38

4.1. Gambaran Umum Lokasi .......................................................... 38

4.1.1. Demografi/Kependudukan ............................................... 41

4.1.2. Pekerjaan/Bidang Usaha ................................................ 43

4.2. Analisis Daerah Aliran Sungai Belawan ................................... 44

4.2.1. Kebutuhan Manusia Akan Lahan .................................... 44

4.2.2. Ekosistem DAS Belawan ................................................ 46

4.2.3. Analisis Iklim................................................................... 49

4.2.4. Analisis Tanah ................................................................. 50

4.2.5. Analisis Kelerengan ........................................................ 51

4.3. Overlay Peta .............................................................................. 51

4.4. Tata Ruang Wilayah Propinsi terhadap DAS Belawan ............. 52

4.5. Ketersediaan Lahan ................................................................... 53

4.6. Analisa DAS Belawan dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah ..................................................................................... 56

4.5. Penyimpangan ............................................................................ 57

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 12: DAS Belawan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 61

5.1. Kesimpulan .............................................................................. 63

5.2. Saran ......................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 64

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 13: DAS Belawan

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 : Kelas Intentitas Hujan ................................................................... 36

3.2 : Kelas Jenis Tanah........................................................................... 36

3.3 : Kelas Lereng ................................................................................. 37

4.1 : Luas DAS Belawan per Kabupaten ............................................... 38

4.2 : Luas DAS Belawan per Kecamatan Kabupaten Deli Serdang ...... 39

4.3 : Luas DAS per Kecamatan Kota Medan ......................................... 40

4.4 : Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang (DAS Belawan) ....... 41

4.5 : Jumlah Penduduk Kota Medan (DAS Belawan)............................ 43

4.6 : Kondisi Faktual Pemanfaatan Lahan DAS Belawan .................... 45

4.7 : Kondisi Faktual Penutupan Lahan DAS Belawan ........................ 46

4.8 : Kondisi Seharusnya Zona Kawasan DAS Belawan ...................... 48

4.9 : Zona Pemanfaatan DAS Belawan Berdasarkan PP 44/2004 ......... 49

4.10 : Luas Peruntukan Zona Daerah Aliran Sungai Detil dalam (Ha).... 50

4.11 : Ketersediaan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan ........ 52

4.12 : Luas Kawasan Berdasarkan Tata Ruang Wilayah DAS Belawan 52

4.13 : Data Ketersediaan Lahan Tiap Kecamatan .................................... 54

4.14 : Ketersediaan Lahan per Kecamatan Berdasarkan Zona DAS ...... 55

4.15 : Perbandingan Kondisi Faktual dan Kondisi yang Seharusnya ...... 57

4.16 : Perbandingan Zona Menurut PP dan Tata Ruang Wilayah 2003-2018 ..................................................................................... 58

4.17 : Penyimpangan Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Tata Ruang Propinsi Sumatera Utara 2003-2018 .............................................. 59

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 14: DAS Belawan

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 : Kerangka Pemikiran: Analisis DAS Belawan ............................... 18

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 15: DAS Belawan

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 : Hubungan antara Klasifikasi Tanah Indonesia dengan FAO dan USDA............................................................................................. 66

2 : Hubungan antara Klasifikasi Tanah Puslitan (1983) dengan FAO 67

3 : Peta Kontur Berdasarkan Peta SRTM/DEM Beda Tinggi 25 Meter .............................................................................................. 68

4 : Penampang Melintang DAS Belawan pada Peta SRTM/DEM Beda Tinggi 25 Meter .................................................................... 69

5 : Citra Radar SRTM/DEM Beda Ketelitian 90 Meter Daerah Aliran Sungai Belawan .................................................................. 70

6 : Sudut Pandang Daerah Aliran Sungai Belawan ............................ 71

7 : Penyimpangan Tata Ruang Daerah Aliran Sungai Belawan ......... 72

8 : Peta Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara Daerah Aliran Sungai Belawan ................................................................. 73

9 : Peta Ketersediaan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan ............ 74

10 : Peta Penyimpangan Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai Belawan 75

11 : Peta Pembagian Zona Hasil Analisa Daerah Aliran Sungai Belawan ......................................................................................... 76

12 : Peta Kondisi Faktual Hasil Analisis Penafsiran Citra Satelite Daerah Aliran Sungai Belawan...................................................... 77

13 : Dokumentasi Penelitian ................................................................. 78

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 16: DAS Belawan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan wilayah merupakan bagian integral dari Pembangunan

Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat. Pembangunan tersebut akan dilaksanakan secara serasi, selaras, dan

seimbang di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap

masyarakat dapat diwujudkan melalui penataan wilayah pengembangan pemerintah

daerah. Penataan ini dilakukan dengan suatu pertimbangan terhadap kondisi dan

kebutuhan yang nyata pada wilayah tersebut.

Menurut Sudarisman (1997): azas berkelanjutan dapat diselenggarakan

di dalam seharian pengolahan yang unik dan mampu mewadahi dalam sekala

ekonomi. Skala produksi sekaligus skala ekosistem. Satuan pengolahan tersebut kita

yakin dapat ditemukan pada Daerah Aliran Sungai (DAS).

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang paling tepat bagi

pembangunan tempat bertemunya kepentingan nasional dengan kepentingan

setempat. Pembangunan ekonomi yang mengolah kekayaan alam Indonesia harus

senantiasa memperhatikan bahwa pengelolaan sumber daya alam di samping untuk

membeli manfaat pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, sumber daya alam

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 17: DAS Belawan

terutama hutan, tanah, dan air harus tetap dijaga agar kemampuannya untuk

memperbaiki diri selalu terpelihara.

Dalam konsep pengembangan kawasan telah banyak dikemukakan untuk

menjelaskan persoalan-persoalan ketidakseimbangan dalam pembangunan wilayah,

beberapa persoalan penting berkaitan dengan peran pusat dalam pembangunan

wilayah yang harus diberikan perhatian penting, yaitu mengenai penentuan berapa

jumlah sampul utama yang tepat difungsikan sebagai pusat-pusat wilayah

pembangunan, hirarki kota, hubungan fungsional antar sampul yaitu kearah mana

orientasi didistribusikan secara geografis tiap tiap sampul dilakukan.

Saat ini pembangunan wilayah sudah menyatakan perkembangan pesat, hal ini

dapat dilihat beragamnya permasalahan yang terjadi seperti kebutuhan akan lahan dan

kebutuhan akan ruang yang terus meningkat, kurangnya sarana prasarana, banjir,

kumuh, yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah, dan akhirnya mengalami

tekanan yang cukup signifikan yang harus diantisipasi penanganannya.

Kebutuhan akan lahan yang terus meningkat perlu diatur dalam perencanaan

wilayah demi terciptanya keseimbangan tata ruang yang cukup kebutuhan.

Peruntukan lahan di setiap wilayah haruslah diikuti dengan kebutuhan yang

seimbang agar kelestarian alam tetap terjaga dengan pola pemenuhan kebutuhan

manusia.

Dalam pengelolaannya peruntukan lahan tidak bisa dikelola dengan hanya

melihat pembagian menurut wilayah administrasi saja, ini akan menyebabkan

kerugian pada wilayah lainnya. Sebagai contoh: di suatu daerah tertentu masyarakat

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 18: DAS Belawan

yang melakukan budidaya pada lahan-lahan yang mempunyai kelerengan yang cukup

tinggi tanpa melakukan teknik konservasi, dapat mengakibatkan lahan menjadi rusak

di daerah hulu, dan mengakibatkan banjir di daerah hilir. Untuk itu perlu dilakukan

dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai.

Penanganan berdasarkan wilayah administrasi bisa saja tumpang tindih

berbagai kepentingan, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah

melalui pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Salah satu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada di dekat kita adalah DAS

Belawan. Kota Medan merupakan wilayah yang menarik untuk dianalisis untuk studi,

ini dikarenakan Kota Medan dengan peruntukan lahan yang kompleks dilalui 3

Daerah Aliran Sungai (DAS) besar. Salah satunya yang melintasi langsung mulai dari

hulu hingga hilir sungai adalah Daerah Aliran Sungai Belawan.

DAS Belawan dialiri sungai yang berasal dari hulu mata air melewati pusat

Kota Medan menuju laut di Belawan. DAS ini terbilang pendek dalam hal sungai

terpanjangnya bila dibandingkan dengan DAS lainnya seperti DAS Ular dan DAS

Wampu, DAS Belawan ini termasuk komplek dalam tata guna lahannya, sehingga

kita bisa memperkirakan pengelolaannya yang rumit dan penerapan yang ada

di lapangan berbeda, sehingga dengan peruntukannya tidak seimbang.

DAS Belawan sebagian besar melintas Kota Medan dan Kabupaten Deli

Serdang. DAS Belawan mempunyai luas ± 40.121,01 Ha. Ekosistem DAS hulu

merupakan bagian penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh

DAS. Perlindungan ini antara lain berfungsi sebagai perlindungan tata air. Oleh

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 19: DAS Belawan

karena itu dalam perencanaannya DAS hulu seringkali menjadi fokus perencanaan

mengingat bahwa suatu DAS di daerah hulu dan daerah hilir mempunyai karakteristik

biofisik melalui daur hidrologi (Asdak, 1995).

Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan daerah hulu dan daerah hilir

DAS, terkait peruntukan lahan maka perencanaan peruntukan lahan haruslah meliputi

seluruh DAS.

Dalam hubungannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, penelitian

ini mempunyai kaitan yang sangat erat di mana pola peruntukan lahan akan

mempengaruhi kelangsungan dan kelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS).

Mengingat pentingnya peruntukan lahan untuk kehidupan maka perlu diteliti

peruntukan lahan, fungsi lindung, komparasi faktual penutupan lahan dengan

peruntukan seharusnya, serta perencanaan tata ruang. Dengan demikian dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan arahan fungsi dan tata guna lahan demi

kelestarian lingkungan dan terjaganya ekosistem DAS.

1.2. Masalah Penelitian

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang

ada, yaitu:

1. Bagaimana kondisi ketersediaan lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia

akan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan?

2. Bagaimana perencanaan tata ruang wilayah Daerah Aliran Sungai Belawan

kondisi sekarang?

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 20: DAS Belawan

3. Bagaimana gambaran rencana tata ruang kedepan kaitannya dengan

perencanaan wilayah?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi ketersediaan lahan guna memenuhi kebutuhan

manusia akan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.

2. Untuk mengetahui perencanaan tata ruang wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)

Belawan kondisi sekarang.

3. Untuk mengetahui gambaran rencana tata ruang kedepan kaitannya dengan

perencanaan wilayah.

a. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan persiapan arahan peruntukan lahan Kabupaten Deli Serdang dan

Kota Medan dalam merencanakan dan melaksanakan tata ruang wilayah.

2. Dengan arti luas; data hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya

oleh Pemerintah Propinsi maupun Kabupaten dalam menyusun rencana tata

ruang wilayah dalam pembangunan.

3. Sebagai bahan masukan yang baik bagi instansi terkait dalam bidang

lingkungan umumnya dan kehutanan dan pertanian khususnya.

4. Bahan pembanding bagi peneliti lain yang studi dalam bidang peruntukan dan

perencanaan lahan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 21: DAS Belawan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem DAS

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen

yang paling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Sistem tersebut

mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang

menyusunnya. Besar kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan

batas yang diberikan pada ekosistem tersebut. DAS dapatlah dianggap sebagai suatu

ekosistem (Odum, 1969).

Sedangkan pengertian DAS atau Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah

daratan yang menerima, menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian

menyalurkan ke laut atau danau melalui satu sungai utama. Dengan demikian suatu

DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi)

berupa punggung bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh wilayah daratan habis

berbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran Sungai (DAS) (Asdak, 1995).

Ekosistem terdiri atas komponen biotis dan anbiotis yang saling berinteraksi

membentuk satu kesatuan yang teratur. Dengan demikian dalam suatu ekosistem

tidak ada satu komponen pun yang berdiri sendiri. Melainkan ia mempunyai

keterkaitan dengan komponen yang lain, langsung atau tidak langsung. Aktivitas

suatu komponen selalu memberi pengaruh pada komponen-komponen ekosistem

yang lain. Manusia adalah salah satu komponen yang penting. Sebagai komponen

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 22: DAS Belawan

yang dinamis, manusia dalam menjalankan aktivitasnya seringkali mengakibatkan

dampak pada salah satu komponen lingkungan dan dengan demikian mempengaruhi

ekosistem secara keseluruhan. Selama hubungan timbal balik antar komponen

ekosistem dalam keadaan seimbang, selama itu pula ekosistem berada dalam kondisi

stabil. Sebaliknya, bila hubungan timbal balik antar komponen lingkungan

mengalami gangguan, maka terjadilah gangguan ekologi (Odum, 1969).

Secara Hidrologis wilayah hulu dan hilir merupakan satu kesatuan organis

yang tidak dapat terpisahkan, keduanya memiliki keterkaitan dan ketergantungan

yang sangat tinggi (Purwanto, 1997).

Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa ekosistem harus dilihat secara

utuh, tidak bisa dipisah-pisahkan, yaitu dengan cara mengidentifikasi semua

komponen yang terlibat serta interaksi antar komponen tersebut.

Dalam mempelajari ekosistem DAS, Daerah Aliran Sungai biasanya dibagi

menjadi daerah hulu tengah dan daerah hilir. Daerah hulu dicirikan sebagai daerah

konservasi, mempunyai kerapan drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah

dengan kemiringan lereng lebih besar (lebih besar dari 15%), bukan merupakan

daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Sementara

daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil,

merupakan daerah dengan kemiringan kecil sampai sangat kecil (kurang dari 8%),

pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan air). Ekosistem DAS hului

merupakan bagian yang sama pentingnya dengan daerah hilir karena mempunyai

fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS (Asdak, 1995).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 23: DAS Belawan

Dengan menerapkan kaidah dan azas pengelolaan Daerah Aliran Sungai

(DAS), maka DAS berhutan merupakan cadangan simpanan air dan sumber aliran

sungai-sungai yang dapat memasok air bagi bermacam keperluan, seperti air untuk

keperluan domestic, industri, irigasi dan sebagainya (Manan, 1992).

2.2. Karakteristik DAS

Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi beberapa variable yang

dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta dan dari data

penginderaan jauh (remote sensing) (Seyhan, 1977) menyatakan bahwa karakteristik

Daerah Aliran Sungai (DAS) dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) Faktor

lahan (ground factor), yang meliputi topografi, tanah, geologi, geomorfologi dan

(2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.

2.3. Luas Daerah Aliran Sungai

Luas suatu DAS atau Sub DAS dapat diukur secara langsung kelapangan atau

secara langsung di peta citra satelit atau peta topografi (TOP)/peta Rupa Bumi

Indonesia (RBI) dengan menggunakan alat ukur luas (planimeter), atau dengan sistem

Geographic Information System (GIS). Sebelum melakukan penelitian maka batas

DAS harus ditentukan (deliniasi).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 24: DAS Belawan

2.4. Bentuk DAS

Bentuk DAS mempunyai pola aliran dan ketajaman puncak discharge banjir.

Bentuk DAS sulit dinyatakan secara kuantitatif. Dengan membandingkan konfigurasi

basin dapat dibuat suatu indeks yang berdasarkan pada derajad kekadaran circulaty

dari DAS.

Avery (1975) menyatakan indeks bentuk DAS dengan rumus:

Indeks Bentuk = 2/12 )((

)(28.0

KmluasDAS

KmSkelilingDA

Apabila DAS berbentuk lingkaran maka indeks bentuk DAS akan mendekati 1 (satu).

Horton (1932) mengembangkan faktor bentuk DAS dengan rumus:

LbLb

AR

Di mana R = Faktor bentuk DAS

A = Luas DAS

Lb = Panjang sungai utama

Bentuk Daerah Aliran Sungai circulaty ratio dengan rumus:

Ac

ARc

Di mana Rc = Circularity ratio

A = Luas DAS

Ac = Luas lingkaran yang mempunyai perimeter sama dengan DAS.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 25: DAS Belawan

Apabila besarnya nilai Rc adalah 1 (satu) berarti bentuk DAS tersebut

adalah lingkaran. Sedangkan bila nilai Rc kirang dari 0,5 maka bentuk

DAS tersebut adalah memanjang.

2.5. Lereng

Pengukuran lereng di lapangan dapat digunakan abney level atau Clinometer,

sedangkan pengukuran lereng melalui peta topografi atau peta Rupa Bumi Indonesia

(RBI) dapat menggunakan Slope Meter atau dengan mencari beda tinggi dengan

paralaks meter atau dengan menggunakan rumus Avery (1975) menggunakan contour

length methode, rumus:

Lereng (%) A

LC

Di mana c = interval kontur (m)

l = total panjang kontur

A = Luas DAS (m2)

2.6. Ketinggian

Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, diukur

di lapangan atau melalui foto udara jika terdapat salah satu titik kontrol sebagai titik

ikat. Ketinggian rata-rata pada suatu DAS merupakan faktor penting yang

berpengaruh terhadap temperatur dan pola hujan khususnya pada daerah topografi

bergunung.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 26: DAS Belawan

2.7. Jaringan Sungai

Pola aliran atau susunan sungai suatu DAS merupakan karakteristik fisik

setiap drainase basin yang penting karena pola aliran sungai mempengaruhi efisiensi

sistem drainase dan karakteristik hidrografis, dan pola aliran menentukan bagi

pengelola DAS untuk mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS khususnya

tenaga erosi (Anonim, 1996).

2.8. Pola Aliran

Terdapat bermacam-macam bentuk pola aliran yang masing-masing

dirincikan oleh kondisi yang dilewati oleh sungai tersebut. Delapan jenis pola aliran

yang biasa dijumpai adalah pola dendritik, parallel, trellis, rectangular, radial,

annural, multibasinal dan contorted. Pola aliran dendritik yang mencirikan sebagian

besar sungai-sungai di Indonesia, dapat dijumpai dalam kondisi yang berbeda-beda

menurut batuannya.

2.9. Sungai Terpanjang dan Sungai Induk

Panjang sungai terpanjang dan sungai induk DAS diukur dari outlet ke sumber

asal air, yaitu dari mulut DAS (outlet/mouth of watershed) sampai sumber air.

Sedangkan panjang sungai utama diukur dari mulut DAS sampai ujung sungai utama.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 27: DAS Belawan

2.10. Vegetasi dan Penutupan Lahan

Peran vegetasi mempunyai arti yang sangat penting dalam proses gidrologi

suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu intercepting hujan yang jatuh dan

transpirating air yang terabsorpsi oleh akarnya.

2.11. Tanah dan Batuan

Tipe dan distribusi tanah dalam suatu Daerah Aliran Sungai adalah penting

untuk mengontrol aliran bawah permukaan (sub surface flow) melalui proses

infiltrasi. Variasi dalam tipe tanah dengan kedalaman dan luas tertentu akan

mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan kelembaban tanah (soil moister

storage).

2.12. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Suhartanto (2000), Optimasi Pengelolaan DAS di Sub Daerah Aliran Sungai

danau Kabupaten Serang Propinsi Banten Menggunakan Model Hidrologi

Answers, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi besarnya erosi, sedimentasi

dan limpasan permukaan yang disebabkan perubahan tata guna lahan di Sub DAS

Cihideung dan mengidentifikasi pengelolaan DAS yang optimal sesuai dengan

prinsip konservasi menggunakan model Answers. Hasil simulasi menunjukkan

bahwa areal hutan memiliki kemampuan lebih baik untuk menurunkan laju

limpasan, sedangkan areal padang rumput memiliki kemampuan lebih baik untuk

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 28: DAS Belawan

menurunkan laju erosi dan sedimentasi faktor dominan yang mempengaruhi erosi,

sedimentasi dan limpasan adalah kemiringan lahan, jenis tanah dan tata guna

lahan seperti hutan campuran, padang rumput dan areal pertanian/sawah

Pengelolaan DAS yang optimal adalah integrasi dari areal hutan dan areal

tanaman rumput di mana masing-masing aspek memiliki kelebihan dan

kekurangan.

2. Tejowulan dan Suwardji (1997), Sistem ekologi dan manajemen daerah aliran

sungai pusat pengkajian lahan kering dan rehabilitasi lahan Fakultas Pertanian

Universitas Mataram. Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah hamparan pada

permukaan bumi yang dibatasi oleh punggung perbukitan atau pegunungan

di hulu sungai ke arah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu

kesatuan sumber daya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan

manfaat darinya. Agar manfaat DAS dapat diperoleh secara optimal dan

berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Secara singkat penelitian itu menyajikan pokok-pokok

pikiran tentang sistem ekologi dan filosofi DAS untuk mencapai pengelolaan

DAS yang berkelanjutan dan menguntungkan.

3. Surgawan, (2004), Analisa Tingkat Kekritisan DAS di Sub DPS Bango dengan

Menggunakan Sistem Informasi Geografi. Tugas Akhir Jurusan Pengairan,

Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Proses hidrologi

yang terjadi di suatu Daerah Aliran Sungai berkaitan dengan terjadinya erosi,

transpor sedimen, dan deposisi sedimen di bagian hilir. Perubahan tata guna lahan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 29: DAS Belawan

dan praktek pengelolaan DAS juga akan mempengaruhi terjadinya erosi dan

sedimentasi. Elevasi permukaan bumi yang direpresentasikan dalam bentuk

Digital Elevation Model (DEM) dengan menggunakan perangkat lunak

berbasiskan Sistem Informasi Geografi memberikan kemudahan dalam

melakukan pengolahan data dan analisa spasial kondisi fisik di Sub Daerah

Pengaliran Sungai Bango. Dengan mengetahui kondisi fisik di Sub DPS Bango

faktor-faktor fisik yang berpengaruh kemudian dapat ditentukan untuk melakukan

perhitungan besarnya erosi, hasil sedimen, tingkat bahaya erosi, urutan tingkat

kekritisan sub DAS, dan arahan penggunaan lahan. Di mana perhitungan erosi

dan hasil sedimen menggunakan model SWAT (Soil and Water Assessment Tool)

dengan metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) dan perangkat

lunak yang dipakai adalah AVSWAT 2000 versi 1.0 dan ArcView GIS 3.2a. Dari

hasil perhitungan yang didapatkan kemudian melakukan analisa kondisi tata guna

lahan existing dengan arahan penggunaan lahan, erosi setiap unit lahan HRU

(Hydrologic Response Units), dan tingkat bahaya erosi setiap unit lahan HRU,

dari analisa tersebut akan dilakukan modifikasi terhadap tata guna lahan existing

untuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada unit lahan yang mempunyai kelas

bahaya erosi berat dan sangat berat, dari hasil modifikasi tersebut akan didapatkan

tata guna lahan modifikasi. Dengan melakukan analisa perbandingan hasil

simulasi perhitungan erosi, hasil sedimen, dan tingkat bahaya erosi pada kondisi

tata guna lahan existing dan tata guna lahan modifikasi maka arahan Rehabilitasi

Lahan dan Konservasi Tanah di Sub DPS Bango dapat ditentukan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 30: DAS Belawan

4. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air (2001), Kajian Model

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Das) Terpadu, Kajian ini bermaksud

menganalisis sistem pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan

menggunakan pendekatan yang menyeluruh dengan memperhatikan seluruh pihak

dan sektor yang ada di dalam DAS. Ada tiga sektor utama yang dianalisis

peranannya yaitu sektor kehutanan, sektor sumber daya air, dan sektor pertanian.

Metodologi yang dipakai adalah analisa ekonometrik untuk mengetahui dampak

dari kebijakan pembangunan dari ketiga sektor yang ada terhadap kinerja DAS.

Studi ini juga memasukkan variabel-variabel tambahan seperti permukiman untuk

mewakili sektor-sektor lain yang ada di dalam DAS. Terdapat tiga sistem DAS

yaitu, DAS Ciliwung di Jawa Barat, DAS Jratunseluna di Jawa Tengah, dan DAS

Batanghari di Jambi. Ketiga sistem DAS tersebut mewakili 3 kondisi pengelolaan.

Walaupun ketiga DAS ini mempunyai karakteristik yang berbeda, tetapi kinerja

mereka hampir sama. Mereka mewakili gambaran umum kondisi DAS

di Indonesia yang menunjukkan degradasi pengelolaan hutan dan lingkungan

hidup. Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa kinerja DAS tidak hanya

dipengaruhi oleh satu atau dua sektor tertentu, tetapi paling tidak ketiga sektor

pembangunan yang dianalisis memberikan pengaruh secara bersamaan dengan

intensitas yang cukup signifikan. Alokasi dana pembangunan untuk kegiatan-

kegiatan di sektor kehutanan cenderung mempunyai pengaruh yang baik terhadap

kinerja DAS. Demikian pula halnya investasi di sektor sumber daya air. Di sisi

lain, investasi di sektor pertanian cenderung memperburuk kondisi DAS. Sebab,

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 31: DAS Belawan

kegiatan-kegiatan pertanian menambah pembukaan lahan. Berdasarkan hasil-hasil

analisis tersebut, kajian ini merekomendasikan pengelolaan DAS terpadu, artinya

bukan hanya mengembangkan satu sektor sementara mengabaikan pengembangan

sektor lainnya. Pengelolaan DAS seharusnya melibatkan seluruh sektor dan

kegiatan di dalam sistem DAS. Bila tidak, maka kinerja DAS akan memperburuk

yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat produksi sektor-sektor tergantung

pada kinerja DAS.

5. Hartono (2003). Analisis Lahan Kritis dan Arahan Teknik Lapangan di SUB

DAS Lau Renun, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Hubungannya dengan penelitian ini berkaitan dengan pola analisa wilayah Daerah

Aliran Sungai (DAS) dan metode penelitian menggunakan analisis overlay

Spasial Analisis Sistem Informasi Geografis. Dalam penelitiannya lebih mengarah

kepada arahan teknik penanganan lahan kritis DAS Lau Renun Kabupaten Dairi

Propinsi Sumatera Utara.

2.13. Kerangka Berpikir Penelitian

Kebutuhan manusia akan lahan terus meningkat, baik kebutuhan akan tempat

tinggal, tempat usaha, fasilitas umum (rumah ibadah pasar dan jalan), dan fasilitas

pemerintah. Oleh karena itu banyak peraturan yang mengatur tentang tata guna lahan

dan tata ruang wilayah agar pola pemanfaatannya tidak merusak ekosistem yang ada.

Wilayah yang diteliti adalah Daerah Aliran Sungai Belawan dengan ruang

permasalahan yang kompleks, ini akan di review dengan untuk ditinjau dari data yang

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 32: DAS Belawan

tersedia di Instansi Pemerintah yang berwenang, apakah penggunaan lahan selama ini

telah sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan (regulator). Analisa penelitian ini

menggunakan Sistem Informasi Geografis, fungsi extention analisis perangkat lunak

Arcview versi 3.2. Dari hasil analisa tersebut diharapkan mempunyai solusi dari

penyimpangan peruntukan lahan dari yang telah ditetapkan, salah satunya dengan

cara membuat data ketersediaan lahan untuk perencanaan kedepan demi kelestarian

Ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 33: DAS Belawan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan yang

secara administrasi sebagian besar berada di Kabupaten Deli Serdang dan Kota

Medan. Secara geografis Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan berada di posisi: 98°

29� 47.868� � 98° 42� 35.496� BT, 03° 50� 23.676� � 03° 15� 24.036�LU.

3.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan semua informasi penelitian,

data tersebut berupa:

- Data Perencanaan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara.

- Data Sebaran Kependudukan Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang

dan Kota Medan.

- Data Raster dan Vektor Perpetaan Digital.

- Keadaan sekarang di lapangan dengan menggunakan pengamatan langsung ke

lokasi penelitian (groundcheking).

3.3. Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OVERLAY

(tumpang tindih) dan Analizing Spasial dengan menggunakan teknologi Sistem

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 34: DAS Belawan

Informasi Geografi perangkat lunak Acrview Versi 3.2 dan menggunakan analisis

data dari Peta Citra Satelite resolusi tinggi (Quickbird dan Citra Spot 5)

menggunakan perangkat lunak Global Mapper Versi 2.0.

Pengolahan data dilakukan untuk menentukan pola penggunaan lahan (data

land use), mengetahui curah hujan (data BMG), kemiringan (data topografi),

penutupan lahan (vegetasi), fungsi lindung (data tata ruang), rencana tata ruang

wilayah Propinsi Sumut (RTRWP), jumlah penduduk tersebar (data statistik), citra

resolusi tinggi (citra spot), data survey ke lapangan (ground check) di daerah DAS

Belawan.

Data berupa peta yang berisi informasi dianalisis melalui teknik overlay

/tumpang tindih layer (lembar) untuk mendapatkan data perbandingan dan data

gabungan, teknik ini dilakukan menggunakan perangkat lunak software Arcview

Versi 3.2 dengan cara sebagai berikut:

1. Scanning/Digitizing/Membuat Vektor

Data peta berbentuk kertas diletakkan di Meja Digitizer, didigit

(dikonversi menjadi Digital) menggunakan Mouse Digitizer sehingga

mendapatkan informasi: jalan, sungai, cabang sungai, batas areal,

perkampungan, nama sungai dan nama kota, data vegetasi serta informasi

yang data ketinggian, tergantung informasi apa yang tersedia di sumber

data. Ini untuk memudahkan analisis dalam bentuk digital dengan tujuan

penyamaan format data dan transformasi (memberi koordinat lokasi)

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 35: DAS Belawan

untuk menyamakan sistem projection (kesatuan tampilan), Prahasta

(2002).

Scanning Digital bertujuan men-scanning peta berbentuk kertas kedalam

format digital menggunakan perangkat keras (Scanner ukuran A0)

sehingga mendapatkan semua data yang tersedia dalam peta, ini juga

untuk memudahkan analisis dalam bentuk digital dengan tujuan

penyamaan format data dan transformasi (memberi koordinat lokasi)

untuk menyamakan sistem projection (kesatuan tampilan) Prahasta,

(2001).

2. Viewing/Penampilan Data

Data peta Digital hasil Digitizing dan Scanning ditampilkan dalam satu

lebar kerja menggunakan perangkat lunak ARCVIEW, penampilan data

dilakukan satu persatu untuk mendapatkan pola yang terarah dalam

melakukan editing/perbaikan data.

3. Editing Data/Penyempurnaan

Data yang ditampilkan di lembar kerja diedit/dipotong sesuai batas Daerah

Aliran Sungai (DAS Converage) sehingga hanya daerah yang diinginkan

yang dapat ditampilkan, ini bertujuan agar data di luar DAS yang diteliti

tidak terhitung/ikut dianalisis (Prahasta, 2002).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 36: DAS Belawan

Pembuatan Vektor (Line, Point, Polygon)

Pembuatan vektor menggunakan perangkat lunak ARCVIEW dengan cara

memindahkan data bentuk Raster (data digital gambar) menjadi data

digital yang mudah diolah/dihitung.

Ada dua jenis data yang dianalisis: 1. Vektor adalah data digital berbentuk

Line/garis (informasi jalan, sungai, dan batas administrasi wilayah),

Point/titik (berisikan informasi nama kota, nama sungai, titik tinggi, dan

titik pengecekan koordinat), serta Polygon/Area (informasi luas DAS, luas

area perkotaan, luas vegetasi, luas daerah perlindungan) 2. Raster adalah

data digital dalam format gambar yang hanya dapat dianalisis dengan

View Color (tampilan warna) dan tidak mengandung informasi data

vektor, data ini dianalisis menggunakan warna yang mewakili informasi

penampilan sebenarnya di lapangan, seperti Citra Resolusi Tinggi (Peta

Hasil Scaner, Ikonos, Quickbird, Landsat, Spot 5), (Danoedoro, 1996).

4. Overlay/Tumpang Tindih

Data yang sudah diedit ditampilkan dalam satu format peta, lalu

di overlay/tumpang tindihkan untuk menggabungkan informasi yang

diperlukan seperti, menggabungkan jalan dan luas DAS Belawan untuk

mendapatkan data sebaran jalan di wilayah DAS Belawan.

5. Croping/Pemotongan Data

Pemotongan data, diperlukan untuk menentukan batas data penelitian

sehingga data yang diteliti dapat fokus pada DAS Belawan. Contoh data

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 37: DAS Belawan

vegetasi dipotong berdasarkan DAS Belawan akan mendapatkan data

sebaran penutupan lahan di DAS Belawan.

6. Merger/Penggabungan Data

Data yang telah dipotong digabungkan dengan data yang lain sehingga

mendapatkan konfigurasi data yang diperlukan, contoh penggabungan

data untuk mendapatkan data ketersediaan lahan di daerah Hulu DAS dan

di daerah hilir DAS belawan.

7. Overlay/Tumpang Tindih Tahap II

Overlay data tahap dua diperlukan penggabungan data sekunder dan data

primer yang didapat waktu pelaksanaan survey dan data citra hasil foto

satelit resolusi tinggi, bertujuan untuk menghasilkan komparasi data

faktual dan pemanfaatan Ekosistem DAS yang seharusnya.

8. Editing Raster/Pemotongan Citra

Pemotongan data citra dalam format digital Raster, diperlukan untuk

menentukan batas data penelitian sehingga data citra foto satelit yang

diteliti dapat fokus pada DAS Belawan. Contoh data Qiuckbird/Ikonos

dipotong berdasarkan DAS Belawan akan mendapatkan data tampilan

kondisi faktual sekarang di DAS Belawan.

Perangkat lunak global mapper berguna untuk menggenerate kontur/titik

ketinggian sehingga mendapatkan data kelerengan, membuat kontur

memerlukan file Satelite Radar (ber extensi .hgt) sehingga wilayah yang

diteliti akan diketahui ketinggiannya dari permukaan laut (meter dpl).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 38: DAS Belawan

9. Overlay Raster Dan Vektor Tahap III

Menggabungkan data Citra, data lahan, data tanah, data sebaran

perkampungan, data curah hujan, data kelerengan, data rencana tata ruang

propinsi, data daerah perlindungan DAS, data sebaran sungai dan anak

sungai, untuk mendapatkan tampilan peta yang akan dianalisis tumpang

tindih serta menghitung/calculate secara detil (Tarboton, 2000).

10. Analisis II Data Overlay

Membuat data hasil overlay menjadi data vektor yang baru sebagai data

hasil analisis, dilengkapi dengan informasi gabungan semua data, untuk

memudahkan dalam mendiskripsikan wilayah penelitian (Paine, 1992).

11. Tabulasi Data

Menghitung ulang data yang terkumpul, mengisi tabel analisis data dan

membuat resume ahir dengan menggunakan perangkat lunak microsoft

Exel (pengolah data statistik).

Perangkat lunak ini berguna untuk menghitung dan mengolah data statistik

(jumlah penduduk, data pemanfaatan lahan dan penutupan vegetasi)

sehingga mendapatkan kombinasi perhitungan.

12. Analisis III (Data Overlay)

Menggabungkan data hasil olahan/perhitungan vektor Kondisi Faktual dan

Kondisi Ekosistem DAS yang seharusnya, untuk mendapatkan perbedaan

dan perbandingan data sehingga kesalahan pemanfaatan dan solusi

permasalahan dapat dihitung.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 39: DAS Belawan

13. Layout/Penggambaran Peta Hasil

Layout ini berguna untuk menampilkan data yang dianalisis dapat dengan

mudah disajikan sebagai hasil penelitian, mudah dibaca, dan dapat sebagai

alat pembantu dalam presentasi penelitian (Prahasta, 2001).

3.4. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini dibatasi pada aspek fisik Daerah Aliran Sungai (DAS)

Belawan yang terletak di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan, dianalisa

menggunakan perangkat lunak arcview yang dilakukan untuk mengetahui peruntukan

lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan kaitannya dengan perencanaan tata

ruang, yaitu dengan melihat ketersediaan lahan, Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRWP) Propinsi Sumatera Utara, dan kondisi faktual pada masa sekarang,

sehingga sumber daya alam DAS Belawan dapat terjaga kelestarian dan

keseimbangan ekosistemnya. Ini menggunakan teknik Overlay perangkat lunak

Arcview menggunakan data peta sebagai analisis data informasi.

3.4.1. Penutupan Lahan

Penutupan lahan merupakan kondisi permukaan bumi yang menggambarkan

kenampakan pemanfaatan lahan dan tumbuhan yang tumbuh di atasnya, data ini

didapat dengan cara penafsiran foto udara dan penafsiran citra resolusi tinggi.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 40: DAS Belawan

3.4.2. Rencana Tata Ruang Wilayah

RTRW adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten/propinsi terdiri dari perlindungan pengawasan dan pemanfaatan yang

dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembangunan.

3.4.3. Kondisi Faktual Lahan

Kondisi atau suatu keadaan yang menyatakan waktu pada saat sekarang atau

saat terakhir untuk digunakan dalam penelitian, dengan adanya kondisi faktual kita

dapat membandingkan penyimpangan tata ruang yang dibuat dan perencanaan

seharusnya.

3.4.4. Analisa Penelitian

Dalam penelitian ini analisa yang digunakan adalah lebih banyak mengarah

kepada Spatial Analisis (analisa spasial ruang) dan sebagian kecil menggunakan

Image Analisis (pengolahan gambar Citra).

3.4.5. Bahasan Penelitian

Penelitian ini mengkaji Daerah Aliran Sungai Belawan, Tata Ruang Wilayah

DAS Belawan, kependudukan DAS Belawan, arahan teknis pemanfaatan lahan DAS

Belawan, kondisi faktual DAS Belawan, serta Ekosistem Daerah Aliran Sungai

Belawan. Permasalahan yang berkaitan dengan penelitian analisis peruntukan lahan

Daerah Aliran Sungai Belawan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 41: DAS Belawan

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan

(ground check), meliputi: kondisi penggunaan lahan pada masa sekarang, foto

dokumentasi, koordinat hasil ceking lapangan, pengecekan kebenaran data, sebaran

pemukiman dan jalan dan pemetaan lokasi pengecekan, sedangkan data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari Instansi Pemerintah yang terkait dengan

penelitian ini, meliputi: peta dan data yang tersedia sebagai alat bantu penelitian,

dalam bentuk laporan instansi (Dinas Kehutanan), data statistik (Kantor Pusat

Statistik), data Daerah Aliran Sungai Sumatera Utara (Balai Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Region I Sumatera Utara), data curah hujan (BMG Sampali), data

peruntukan lahan (Badan Pertanahan), data lingkungan (Bapedaldasu), data rencana

tata ruang wilayah propinsi (BAPPEDA), data tata guna hutan kesepakatan (Badan

Planologi Kehutanan) dan data informasi pendukung lainnya yang berkaitan dengan

penggunaan lahan.

Adapun pengolahan dan analisis data/peta dengan cara sebagai berikut:

1. Digitasi, edit, overlay, analisis data dan peta dengan menggunakan perangkat

lunak (Software) sistem informasi geografis (GIS) extention spasial analisis,

untuk peta sebagai berikut:

a. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.

b. Peta Curah Hujan DAS Belawan.

c. Peta Tata Guna Lahan (land use) DAS Belawan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 42: DAS Belawan

d. Peta Kelerengan (topografi).

e. Peta Jenis Tanah (USDA) DAS Belawan.

f. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

g. Peta Penggunaan Lahan Faktual di lapangan.

h. Peta Sebaran Sungai dan Anak Sungai DAS Belawan.

i. Peta Jalan, Perkampungan DAS Belawan.

j. Peta Daerah Perlindungan DAS Belawan.

2. Membuat Peta Ketersediaan Lahan, yaitu dengan cara mengoverlay peta-peta

kemiringan, curah hujan, jenis tanah dan citra resolusi tinggi untuk mengetahui

ketersediaan peruntukan wilayah.

3. Membuat Peta Sebaran Penduduk, yaitu dengan cara mengoverlay peta

kependudukan, sebaran sungai, sebaran jalan, dan wilayah yang tidak produktif

(peta penutupan lahan), untuk mengetahui pengembangan peruntukan wilayah.

4. Membuat Peta Hasil Tinjauan Kelapangan dioverlay dengan citra resolusi tinggi

(citra spot Medan dan sebagian Deli Serdang) untuk mengetahui kondisi faktual

sekarang, pola penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan.

5. Menganalisis peta dari data faktual dan rencana yang sudah ditetapkan (tata

guna lahan/TGHK/RTRWP Sumatera Utara), kaitannya dengan perencanaan

tata ruang.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 43: DAS Belawan

3.6. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) bulan pada tanggal 3 Maret 2009

sengan urutan pelaksanaan kegiatan: selama 1 minggu pengumpulan data penelitian,

1 minggu pengolahan data, 1 minggu pengecekan lapangan (groundcheking) dan 1

minggu pembuatan peta hasil dan laporan penelitian.

3.7. Kondisi Real (Faktual)

Kondisi Real (Faktual) adalah Kondisi pemanfaatan lahan Daerah Aliran

Sungai (DAS) Belawan pada saat sekarang, ini diketahui dengan cara penafsiran Citra

Resolusi Tinggi menggunakan Software Geografis Information System (GIS) dengan

pembagian kelas pemanfaatan sebagai berikut:

a. Pemukiman (perumahan, toko, jalan, dan tempat umum).

b. Hutan (lahan berhutan).

c. Mangrove (tanaman bakau).

d. Perkebunan (tanaman perkebunan, dan pertanian non palawija).

e. Pertanian (tanaman palawija).

f. Sawah (perladangan, dan sawah).

g. Rawa (daerah yang tergenang air permanen/tidak permanen).

h. Tambak (usaha perikanan).

i. Lahan terbuka (lahan yang belum dimanfaatkan/tidak ditumbuhi pohon).

j. PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap Belawan).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 44: DAS Belawan

3.8. Definisi Variabel Operasional

Data Vektor

Data Vektor adalah data digital berbentuk Line/garis (informasi jalan, sungai, dan

batas administrasi wilayah), Point/titik (berisikan informasi nama kota, nama sungai,

titik tinggi, dan titik pengecekan koordinat), serta Polygon/Area (informasi luas DAS,

luas area perkotaan, luas vegetasi, luas daerah perlindungan).

Line

Vektor berbentuk garis yang memiliki informasi, biasanya disimbolkan

sebagai jalan, sungai, dan batas wilayah kecamatan, batas kabupaten dan batas

daerah tertentu, garis tersebut memiliki data panjang garis, banyak garis,

warna, ketebalan garis, bentuk garis dan informasi yang berguna sepanjang

garis, yang dapat dipotong, disambung dengan tujuan analisis data.

Point

Vektor berbentuk titik yang memiliki informasi, biasanya disimbolkan sebagai

tempat tertentu di permukaan bumi seperti rumah ibadah, sekolah, SPBU,

rumah makan, titik ketinggian tertentu, dan seterusnya. Titik tersebut

memiliki data di semua sebaran titik, banyak titik, warna titik, ketebalan titik,

bentuk titik dan informasi yang berguna sepanjang titik, yang dapat digabung

dan dipisahkan dengan tujuan analisis data.

Polygon

Vektor berbentuk garis seperti lingkaran yang tersambung di kedua ujungnya

memiliki informasi area di dalamnya, biasanya disimbolkan sebagai tempat

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 45: DAS Belawan

tertentu di permukaan bumi seperti luas Daerah Aliran Sungai Belawan, luas

sekolah, tanah masyarakat, daerah perladangan dan perkebunan, daerah

Kecamatan Belawan dan sebagainya. Area tersebut memiliki data yang

berisikan, luas areal, banyak area, warna lokasi, ketebalan garis keliling,

panjang keliling, bentuk area dan informasi yang berguna sepanjang area,

yang dapat digabung dan dipotong, disambung, dan dapat dijadikan vektor

line dan point ini dilakukan dengan tujuan analisis data.

Data Raster

adalah data digital dalam format gambar yang hanya dapat dianalisis dengan View

Color (tampilan warna) dan tidak mengandung informasi data vektor, data ini

dianalisis menggunakan warna yang mewakili informasi penampilan sebenarnya,

seperti Citra Resolusi Tinggi (Peta Hasil Scaner, Ikonos, Quickbird, Landsat, Spot 5).

Citra

Citra adalah gambar dari hasil proyeksi foto satelit udara dengan fokus ke

objek di permukaan bumi, berisikan data koordinat lokasi, ketinggian

pengambilan foto, luas area yang difoto, jenis satelit yang memoto, serta

format gambar hasil foto satelit, sehingga hasil foto mencerminkan informasi

mengenai kondisi faktual sebenarnya berbentuk tampilan warna yang dapat

dilihat dan dianalisis (Jaya, 2005).

Citra Resolusi Tinggi

Citra Resolusi Tinggi diartikan hasil proyeksi foto dengan tingkat pixel

gambar digital yang diambil sampai ketelitian 5 meter, pada tingkat pixel

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 46: DAS Belawan

gambar seperti ini kita dapat melihat bentuk dan warna atap rumah dari

ketinggian 100 meter.

Citra Spot 5

Citra Spot 5 adalah hasil proyeksi foto satelit dengan tingkat pixel gambar

digital lebih rendah sampai ketelitian 20 meter, foto ini diambil menggunakan

satelit yang diarahkan ke permukaan bumi untuk tujuan analisis detil, citra ini

berisi informasi penutupan lahan sebaran sungai, jalan, wilayah perairan dan

vegetasi penutupan lahan, pada tingkat pixel gambar seperti ini kita dapat

melihat bentuk dan warna penutupan lahan dengan mengklasifikasikan warna

yang ditampilkan.

Quickbird/Ikonos

Quickbird/Ikonos adalah hasil proyeksi foto satelit dengan tingkat pixel yang

jauh lebih tinggi sampai ketelitian 3 meter, foto ini diambil menggunakan

satelit yang diarahkan ke permukaan bumi untuk tujuan analisis sangat detil,

citra ini berisi informasi gambar sebenarnya, seperti jalan, pertokoan, lahan

kosong, arus kemacetan, dan informasi detil lainnya layaknya sebuah foto dari

ketinggian 30 meter mengarah ke bumi.

Perangkat Lunak

Arcview (Spasial Analisis)

Arcview adalah perangkat lunak pengolah data spasial berbentuk vektor dan

raster dengan tujuan dianalisis, editing, overlay, dan layout data. Perangkat

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 47: DAS Belawan

lunak ini dikembangkan oleh ESRI Corporation, versi yang digunakan

Arcview Versi 3.2 dengan Extention Spatial Analisis.

Global Mapper

Global Mapper adalah perangkat lunak pengolah data raster dengan output

data vektor, ini sangat membantu pengolahan citra untuk meng-generate data

ketinggian/kontur, hampir semua data raster yang umum dapat diolah

menggunakan perangkat lunak ini (memiliki soported yang banyak terhadap

format citra).

Microsoft Exel

Microsoft Exel merupakan perangkat lunak yang dikembangkan Microsoft

Corporation, sehingga hampir semua user sudah familiar dengan program ini,

exel berguna dalam menghitung angka secara sederhana dalam perhitungan

statistik data.

Perangkat Keras

Meja Digitizer

Meja Digitizer adalah meja yang mempunyai titik/dot electrik dapat merekam

data yang diletakkan di atasnya dengan menggunakan �mouse digitizer�,

menyimpan data tersebut dan merubah data raster menjadi data vektor yang

berisi informasi, ini sangat bermanfaat dalam pembuatan vektor dari data

raster yang tidak berkoordinat.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 48: DAS Belawan

Scanner A0

Scanner adalah elektronik yang dapat merubah data kertas menjadi digital,

sehingga secara keseluruhan data tersebut dapat masuk secara instan kedalam

komputer. A0 adalah ukuran kertas (900 mm x 1188 mm) standart

internasional, scanner ini dapat menampung data mulai dari ukuran kecil

sampai lebih kurang 1 meter.

Groundcheck

Groundcheck adalah upaya control/memeriksa hasil analisis data di lembar penelitian

dengan kondisi sebenarnya di lapangan, ini berguna untuk memastikan keadaan

di lapangan dengan tujuan kebenaran data, pengecekan ini dipastikan dengan

melakukan penafsiran viewing Citra Satelite Resolusi Sangat Tinggi (ICONOS).

Rtrwp

RTRWP adalah singkatan dari Rencana Tata Ruang Propinsi, data rencana ini

diaplikasikan dalam bentuk peta yang mudah dibaca dengan tujuan analisis, data ini

diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Propinsi Sumatera Utara (BAPPEDA

Propinsi) instansi pengelola perencanaan tata ruang wilayah.

Peta

Peta adalah data berbentuk kertas atau digital yang berisi informasi suatu tempat

tertentu biasanya dalam peta terdapat warna dan bentuk simbol-simbol sebagai

perwakilan isi peta di lapangan. Warna, bantuk garis, dan koordinat di dalamnya

mengikuti standar perpetaan nasional (bakosurtanal).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 49: DAS Belawan

Ekosistem DAS

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan, dibagi kedalam 3 (tiga) zona/tiga

wilayah penelitian:

1. Daerah Perlindungan/Zona Lindung.

2. Daerah Non Lindung/Zona Pemanfaatan Terbatas.

3. Daerah Pemanfaatan/Zona Pemanfaatan.

Ini dikarenakan daerah perlindungan suatu DAS belum tentu termasuk dalam

wilayah DAS hulu dan daerah pemanfaatan belum tentu terletak di wilayah DAS

hilir.

Daerah Perlindungan di sini diartikan:

1. Daerah sepadan sungai (100 meter di kiri kanan sungai).

2. Daerah di atas ketinggian 2000 m dari permukaan laut (Permenhut No.

44/2004).

3. Daerah pantai (pasang tertinggi dan surut terendah dikali 130 meter).

Daerah Non lindung dapat diartikan daerah yang tidak termasuk dalam

kategori lindung tetapi sangat diperhatikan dalam pola pemanfaatan, daerah

ini dianalisis dengan kelas lereng, kelas hujan dan kelas tanah.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 50: DAS Belawan

Kelas Intensitas Curah Hujan

Tabel 3.1. Kelas Intensitas Hujan

Kelas Intensitas Intensitas Hujan (mm/hari hujan)

Deskripsi Keterangan

1

2

3

4

5

s/d 13,6

13,6 � 20,7

20,7 � 27,7

27,7 � 34,8

34,8 � up

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Pemanfaatan

Pemanfaatan

Pemanfaatan

Lindung

Lindung

Sumber: Peraturan Pemerintah No. 44/2004

Kelas Jenis Tanah

Tabel 3.2. Kelas Jenis Tanah

Kelas Jenis Tanah

Jenis Tanah Deskripsi Keterangan

1 2 3 4 5

Alluvial, glei planosol, laterita air tanah Latosol Brown forest soil, non calcis brown, mediteran Andosol, Laterits, Grumusol, podsolik, padsolik Regosol, litosol, organosol, renzina

Tidak peka Agak Peka Kurang peka Peka Sangat Peka

Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Lindung Lindung

Sumber: Peraturan Pemerintah No. 44/2004

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 51: DAS Belawan

Kelas Lereng

Tabel 3.3. Kelas Lereng

Kelas Lereng Persen Kemiringan

Deskripsi Keterangan

1

2

3

4

5

s/d 8%

8% - 15%

15% - 25%

25% - 40%

40% - up

Datar

Landai

Agak curam

Curam

Sangat curam

Pemanfaatan

Pemanfaatan

Pemanfaatan

Lindung

Lindung

Sumber: Peraturan Pemerintah No. 44/2004

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 52: DAS Belawan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan terletak pada 98° 29� 47.868� � 98°

42� 35.496� BT dan 03° 50� 23.676� � 03° 15� 24.036� LU. Daerah Aliran Sungai

(DAS) Belawan ini terdapat di jalur pengembangan Kota Medan dan Kabupaten Deli

Serdang, di sebelah Utara berbatasan dengan laut Selat Malaka, bagian Timur

berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan, pada bagian Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Karo (Hulu DAS) dan pada bagian Barat berbatasan

dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang.

Wilayah administratif yang dilewati oleh Daerah Aliran Sungai Belawan

adalah:

Tabel 4.1. Luas DAS Belawan per Kabupaten

Nomor Nama Kabupaten Luas Das Keterangan

1.

2.

Deli Serdang

Kota Medan

35.157,19

4.043,57

87,31%

10,04%

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS dengan input data batas administrasi wilayah Kabupaten/Kota

Menurut pembagian wilayah administrasi, Kabupaten Deli Serdang

merupakan daerah yang paling besar pengaruhnya terhadap Daerah Aliran Sungai

(DAS) Belawan dalam segi batas wilayah administrasi seluas 35.157,19 Ha (87%)

dibandingkan Kota Medan yang berkisar seluas 4.043,57 Ha. Dari tabel tersebut

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 53: DAS Belawan

Kabupaten Deli Serdang sangat berperan penuh terhadap kelestarian ekosistem DAS

Belawan. Nilai ini didapat dari perhitungan perangkat Geografis Information System

(GIS) dengan menggunakan Analisis Spasial, karena Daerah Aliran Belawan Tidak

terikat posisi keberadaannya terhadap batas administrasi wilayah, sehingga untuk

mendapatkan data luas harus dilakukan perhitungan tersendiri.

Tabel 4.2. Luas DAS Belawan per Kecamatan Kabupaten Deli Serdang

Nomor

Nama Kecamatan

Luas DAS

Rasio terhadap Luas DAS

Belawan (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Hamparan Perak

Kutalimbaru

Namorambe

Pancurbatu

Sibolangit

Sunggal

7.770,00

11.006,39

5,40

7.355,72

4.507,31

5.097,49

19,36

27,43

0,00

18,33

11,23

12,70

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS

Diantara 83% luas Daerah Aliran Sungai Belawan termasuk dalam wilayah

Kabupaten Deli Serdang, sedangkan kecamatan terluas di wilayah Kabupaten Deli

Serdang yang ada dalam Daerah Aliran Sungai Belawan adalah Kecamatan

Kutalimbaru hampir 27% luasnya dari 83% total DAS Belawan di Kabupaten Deli

Serdang, sedangkan kecamatan yang masuk dalam DAS Belawan terkecil adalah

Namorambe 0% (5 Ha).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 54: DAS Belawan

Tabel 4.3. Luas DAS per Kecamatan Kota Medan

Nomor

Nama Kecamatan

Luas DAS

Rasio terhadap Luas DAS

Belawan (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Medan Helvetia

Medan Belawan

Medan Marelan

Medan Selayang

Medan Sunggal

Medan Tuntungan

22,04

1.994,47

795,18

64,41

343,10

1.159,45

0,00

4,97

1,98

0,16

0,85

2,88

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS

Dari 10,04% luas Daerah Aliran Sungai Belawan termasuk dalam wilayah

Kota Medan, Kecamatan Medan Belawan terbesar pengaruhnya terhadap

kelangsungan ekosistem DAS Belawan, sedangkan Kecamatan yang masuk dalam

DAS Belawan terkecil untuk wilayah Kota Medan adalah Kecamatan Helvetia 0%

(22,04 Ha).

Perhitungan Luas Daerah Aliran Sungai Belawan berdasarkan Batas

Administrasi Daerah Kabupaten adalah bertujuan untuk mengetahui wilayah yang

sangat berpengaruh terhadap kelangsungan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS)

Belawan.

Walaupun demikian Kota Medan lebih besar pengaruhnya dalam

pengembangan wilayah dan pemanfaatan lahan dibandingkan dengan Kecamatan

Kutalimbaru di Kabupaten Deli Serdang.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 55: DAS Belawan

4.1.1. Demografi/Kependudukan

Menurut Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara Kabupaten Deli

Serdang tahun 2007 jumlah pria di Kabupaten Deli Serdang adalah 822,341 jiwa dan

jumlah wanita 811,774 jiwa jumlah total 1,634,115 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan

penduduk 2.25% pertahun, kepadatan penduduk di Kabupaten Deli Serdang 679.00

per km2.

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang (DAS Belawan)

Nomor

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk

(KK)

Rasio terhadap Luas DAS

Belawan (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Hamparan Perak

Kutalimbaru

Namorambe

Pancurbatu

Sibolangit

Sunggal

12.265

5.306

56

11.563

2.205

25.009

19,36

27,43

0,00

18,33

11,23

12,70

Sumber: Statistik Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak diantara 2 0 57'-3 0 16'LU

dan 97 0 52'-98 0 45'BT secara administratif terdiri dari 22 kecamatan, 2 perwakilan

kecamatan dengan 379 Desa dan 15 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Deli

Serdang adalah 2.394,62 Km 2 atau 2.394,462 Ha. Kabupaten Deli Serdang memiliki

sarana dan prasarana transportasi berupa jalan darat dan kereta api. Di samping itu

didukung oleh sarana dan prasarana utama lainnya seperti listrik, telekomunikasi, air

bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) Star dan Kawasan Industri Medan (KIM)

II. Bidang usaha yang mendapat prioritas Pemerintah Daerah untuk dikembangkan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 56: DAS Belawan

mencakup 4 sektor yaitu sektor industri, sektor perikanan, sektor perkebunan dan

sektor pertanian. Terdapat 6 kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensi

untuk pengembangan tambak udang yaitu Bandar Kalifah, Tanjung Beringin, Teluk

Mengkudu, Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan.

Pada pertengahan tahun 2008 (sensus kependudukan Badan Pusat Statistik

Sumatera Utara yang dianalisis menggunakan data spasial kependudukan) jumlah

rumah tangga di Kabupaten Deli Serdang wilayah DAS Belawan sebanyak 54.845

kepala keluarga, 122.574 orang laki-laki dan 121.072 orang perempuan, sebagian

besar masyarakat tersebut mempunyai tempat tinggal per satu kepala keluarga.

Sedangkan di Kota Medan secara geografis terletak diantara 2 27'-2 47'

Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara

Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada

ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan

adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan

darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Di samping itu juga telah

tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan

(KIM) I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,

Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis.

Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang

dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan, kegiatan

perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 57: DAS Belawan

perekonomian kota. Pelabuhan laut berperan penting dalam mendorong pertumbuhan

perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang menjadi andalan Kota Medan

adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 km dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak

hanya berperan penting bagi perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi

Sumatera Utara. Ini menyebabkan kebutuhan akan lahan Daerah Aliran Sungai

(DAS) Belawan akan terancam rusak.

Di Kota Medan terdapat jumlah penduduk pria 1,027,607 jiwa dan jumlah

penduduk wanita 1,039,681 jiwa dengan jumlah total 2,067,288 jiwa pertumbuhan

penduduk 1.37% kepadatan penduduk 7,798.00 per km2.

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Kota Medan (DAS Belawan)

Nomor

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk

(KK)

Rasio terhadap Luas DAS

Belawan (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Medan Helvetia

Medan Belawan

Medan Marelan

Medan Selayang

Medan Sunggal

Medan Tuntungan

7.601

33.268

12.195

2.771

9.264

6.730

0,00

4,97

1,98

0,16

0,85

2,88

Sumber Data: Sumatera Utara Dalam Angka 2007 (01-9-2007) BPS Provinsi Sumatera Utara Jln. Asrama No. 179, Medan-20123.

4.1.2. Pekerjaan/Bidang Usaha

Pada umumnya masyarakat yang berada dalam wilayah Daerah Aliran Sungai

Belawan (DAS Belawan) adalah petani, pegawai Negeri (Guru), dan pedagang,

sebagian kecil TNI, Polri dan swasta, dalam kesehariannya masyarakat dilibatkan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 58: DAS Belawan

langsung berhubungan dengan Daerah Aliran Sungai Belawan, ini dikarenakan oleh

Tempat Tinggal, Lahan Usaha dan Transportasi.

4.2. Analisis Daerah Aliran Sungai Belawan

4.2.1. Kebutuhan Manusia Akan Lahan

Kebutuhan manisia akan lahan ditandai dengan keinginan manusia akan

tempat tinggal, tempat usaha dan transportasi. Kebutuhan manusia selalu bertambah

seiring berkembangnya suatu wilayah.

Hampir di setiap Zona di Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan tidak sesuai

dalam pemanfaatan lahannya ini mengakibatkan ekosistem DAS terancam kepunahan

akibat kebutuhan hidup manusia. Pola pemanfaatan ruang perlu diatur oleh instansi

pemerintah untuk mempertahankan kelestarian ekosistem Daerah Aliran Sungai

(DAS) Belawan.

Dari analisis data spasial Daerah Aliran Sungai Belawan yang telah

dikumpulkan, dengan hasil perhitungan sebagai berikut: Panjang sungai: 460.148

meter (sungai besar dan anak sungai), panjang sungai terpanjang adalah sungai

Belawan 96.204 meter, panjang sungai terpendek adalah anak sungai di Belawan 10

meter, dan total panjang jalan 1.994.024 meter (jalan dan jalan cabang) dengan lebar

jalan rata-rata 6 meter.

Dari analisis penutupan lahan dan penafsiran citra ikonos (citra/foto udara

resolusi sangat tinggi) kita dapat mengetahui pola pemanfaatan lahan Daerah Aliran

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 59: DAS Belawan

Sungai (DAS) Belawan, dengan pola penafsiran digit onsceen kita dapat mengetahui

luas kondisi faktual sekarang yang terjadi.

Tabel 4.6. Kondisi Faktual Pemanfaatan Lahan DAS Belawan

No Pemanfaatan Ruang Luas (±Ha) % Keterangan

1.

2.

3.

4.

Tempat Tinggal

Tempat Usaha

Transportasi

Non Identifikasi

16.347.84

6.290, 25

7.178,48

10.304,44

40,74

15,67

17,89

25,68

Perumahan

Toko, Pertanian, kantor, tambak, dan kebun Jalan (1.994.024 m x 6)

Hutan, Lahan kosong

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS, Analisis data pemanfaatan menggunakan penafsiran Citra Landsat.

Dari luas Daerah Aliran Sungai Belawan secara keseluruhan digunakan

masyarakat seluas 16.347,84 Ha (40,74%) untuk tempat tinggal, dan hampir 75% dari

luas keseluruhan Daerah Aliran Sungai Belawan peruntukan lahannya digunakan

sebagai aktivitas manusia. Hanya tersisa 25,68% saja yang masih merupakan harapan

penyeimbang ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan yang merupakan lahan yang

masih kosong dan hutan yang belum digunakan.

Daerah Aliran Sungai Belawan tersebut ditelaah lebih lanjut menggunakan

Analisis Spasial terhadap penutupan lahan hasil penafsiran citra landsat kombinasi

Citra Resolusi Tinggi Citra Iconos.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 60: DAS Belawan

Tabel 4.7. Kondisi Faktual Penutupan Lahan DAS Belawan

No. Kondisi Faktual Luas (Ha) Persentase DAS

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pemukiman

Hutan

Mangrove

Perkebunan

Pertanian

Sawah

Rawa

Tambak

Lahan Terbuka

PLTU

11.299,75

975,44

1.887,14

2.658,65

14.100,22

3.862,98

1.071,17

2.328,77

1.620,54

39,98

28,35

2,45

4,74

6,67

35,39

9.69

2,69

5,84

4,07

0,10

Jumlah 39.844,64 100

Sumber: Hasil Spasial Analisis GIS.

Dari data hasil penafsiran citra Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan tersebut

dapat dilihat, pemanfaatan ruang didominasi oleh pemukiman/perumahan penduduk

(41,74%) dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan. Sedangkan tempat usaha

15,67%, wilayah non identifikasi (awan, lahan kosong dan hutan) 25,68%, serta jalan

di sini ditelaah berdasarkan panjang jalan di kali lebar jalan rata-rata 6 meter

(17,89%).

4.2.2. Ekosistem DAS Belawan

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan, dibagi kedalam 3 (tiga) zona/tiga

wilayah penelitian:

1. Daerah Perlindungan.

2. Daerah Non Lindung.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 61: DAS Belawan

3. Daerah Pemanfaatan.

Daerah perlindungan suatu DAS belum tentu termasuk dalam wilayah DAS

hulu dan daerah pemanfaatan belum tentu terletak di wilayah DAS hilir.

Daerah perlindungan di sini diartikan: a. Daerah Sepadan Sungai (100 meter

di kiri kanan sungai), b. Daerah Di atas Ketinggian 2000 m dari permukaan laut

(Permenhut No. 44/2004), c. Daerah Pantai (pasang tertinggi dan surut terendah

dikali 130 meter).

Dari analisis data, dapat dilihat Sepadan sungai: 4.566.46 Ha, Garis Pantai:

808,60 Ha, Daerah di atas ketinggian 2000 mdpl, Gabungan Daerah Lindung:

5.287,67 Ha.

Dari data tersebut kita dapat nilai dari total wilayah Daerah Aliran Sungai

(DAS) Belawan terdapat 5.287,67 Ha daerah perlindungan, dan sisanya dianggap

daerah yang dapat dimanfaatkan sesuai kaedah-kaedah struktur tanah, iklim, dan

kelerengan yang disebut wilayah non kategori lindung yang perlu dilindungi.

Ada beberapa aspek yang membuat wilayah non kategori lindung menjadi

wilayah lindung:

a. Daerah dengan curah hujan tinggi (27,7-34,8 mm/hari hujan) dan sangat

tinggi (lebih besar dari 34,8 mm/hari hujan).

b. Daerah dengan jenis tanah peka (andosol, laterits, grumosol, podsol, padsolik)

dan jenis tanah sangat peka (regosol, litosol, aoganosol, renzina).

c. Daerah dengan kemiringan lereng curam (25%-40%) dan kemiringan lereng

sangat curam (40% ke atas).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 62: DAS Belawan

Dari hasil analisis tersebut kita buat score penilaian dengan kategori

dilindungi pada daerah non lindung (iklim, lereng, tanah) maka Daerah Aliran Sungai

(DAS) Belawan kita dapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8. Kondisi Seharusnya Zona Kawasan DAS Belawan

No. Sesuai Analisis Luas (Ha) Persentase DAS

1

2

3

Zona Lindung DAS

Zona Pemanfaatan Terbatas

Zona Pemanfaatan

5.264,47

5.843,06

28.737,11

13,21

14,66

72,12

Jumlah 39.844,64 100

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

Zona Lindung DAS: Zona 100 m Sempadan Sungai, bibir pantai 130 x pasang

tertinggi dan surut terendah, dan ketinggian di atas 2000 mdpl.

Zona Pemanfaatan Terbatas: Zona selain zona lindung DAS tetapi

dipertimbangkan untuk dilindungi karena karakteristik wilayah yang peka terhadap

kerusakan ekosistem (iklim yang extrim, tanah yang peka, lereng yang curam).

Zona Pemanfaatan/Ketersediaan Lahan: Zona yang dikategorikan aman dalam

pemanfaatan.

Dari tiga zona yang ditetapkan zona pemanfaatan merupakan zona terbesar

di Daerah Aliran Sungai Belawan seluas 28.737,11 Ha (hampir 70%), dengan luas

tersebut sudah sangat cukup untuk dimanfaatkan dalam suatu toleransi Ekosistem

Daerah Aliran Sungai, tetapi karena Kota Medan merupakan pusat perkembangan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 63: DAS Belawan

pembangunan manusia di Sumatera Utara makan zona pemanfaatan yang disediakan

tidak akan mampu menampung kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.

Tabel 4.9. Zona Pemanfaatan DAS Belawan Berdasarkan PP 44/2004

No. Peta Tematik (skor) Luas (Ha) Keterangan

1.

-

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

3

-

-

-

-

-

Curah Hujan (Iklim)

Sangat Rendah (10)

Rendah (seluruh DAS)(20)

Sedang (30)

Tinggi (40)

Sangat Tinggi (50)

Tanah

Tidak Peka (15)

Agak Peka (30)

Kurang Peka (45)

Peka (60)

Sangat Peka (75)

Kelerengan

Datar (20)

Landai (40)

Agak Curam (60)

Curam (80)

Sangat Curam (100)

-

39.844,64

-

-

-

16.606,26

-

-

23.238,38

-

18.110,16

6.290,69

-

14.025,15

1.418,64

Zona Pemanfaatan

Zona Pemanfaatan

PemanfaatanTerbatas

Zona Pemanfaatan

Zona Pemanfaatan

PemanfaatanTerbatas

PemanfaatanTerbatas

Jumlah 39.844,64

Sumber: Hasil Spasial Analisis GIS dan PP 44 Tahun 2004.

4.2.3. Analisis Iklim

a. Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan mempunyai tipe iklim rendah (13,6-

20,7 mm/hari hujan) dan sedang (20,7-27,7mm/hari hujan).

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 64: DAS Belawan

b. Sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan tidak mempunyai daerah

curah hujan tinggi dan sangat tinggi (27,7 up mm/hari hujan).

Tabel 4.10. Luas Peruntukan Zona Daerah Aliran Sungai Detil dalam (Ha)

Ch Tanah Lereng

Keterangan Rendah TdkPeka Peka Datar Landai Curam S.Curam

Ch Rendah - 16.606,26 23.238,38 18.110,16 6.290,69 14.025,15 1.418,64

Tdk Peka 16.606,26 - - 7.749,41 143,60 8.079,44 633,81

Tan

ah

Peka 23.238,38 - - 10.360,75 6.147,09 5.945,71 784,83

Datar 18.110,16 7.749,41 10.360,75 - - - -

Landai 6.290,69 143,60 6.147,09 - - - -

Curam 14.025,15 8.079,44 5.945,71 - - - - Ler

eng

Sgt Curam 1.418,64 633,81 784,83 - - - -

Keterangan : Cetak Tebal adalah kawasan yang rawan terhadap erosi dan kepekaan tanah dikategorikan ZONA Pemanfaatan Terbatas Lindung. Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

4.2.4. Analisis Tanah

a. Daerah dengan jenis tanah tidak peka dengan curah hujan rendah seluas

16.606,26 Ha ini kita masukan dalam daerah pemanfaatan.

b. Daerah dengan jenis tanah peka dengan tingkat kelerengan sangat curam

seluas 784,83 Ha dikategorikan kedalam Zona Pemanfaatan Terbatas

(kawasan dengan pola pemanfaatan beresiko).

c. Daerah dengan jenis tanah sangat peka dan kelerengan sangat curam serta

curah hujan sangat tinggi tidak ada, sehingga zona lindung DAS dengan

analisis iklim, tanah dan lereng tidak ada.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 65: DAS Belawan

Jenis tanah yang peka di Daerah Aliran Sungai Belawan yang terletak di Kota

Medan seluas 2.716,16 Ha, dan di Kabupaten Deli Serdang seluas 20.711,77.

Sedangkan jenis tanah yang kurang peka di Daerah Aliran Sungai Belawan

yang terletak di Kota Medan seluas 861,71 Ha dan di Kabupaten Deli Serdang seluas

4.789,13 Ha (peta terlampir).

4.2.5. Analisis Kelerengan

Lereng yang dikategorikan perlu dilindungi adalah lereng dengan tingkat

kemiringan curam dan sangat curam.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan hanya terdapat kemiringan yang

dikategorikan agak curam (15%-25%), landai (8%-15%) dan datar (0%-8%),

sehingga areal yang perlu dilindungi selain kawasan perlindungan Daerah Aliran

Sungai (DAS) Belawan tidak diperlukan.

4.3. Overlay Peta

Peta hasil kondisi faktual (citra ikonos resolusi tinggi) dan Peta Hasil

Ekosistem Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan kawasan lindung

ekosistem dan daerah yang perlu dipertimbangkan untuk dilindungi, dilakukan

Overlay (tumpang tindih) untuk mendapatkan solusi dari permasalahan mencari

daerah ketersediaan lahan untuk kebutuhan manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS)

Belawan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 66: DAS Belawan

Tabel 4.11. Ketersediaan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan

No.

Luas DAS

Daerah Pelindungan

DAS

Daerah yg perlu Dilindungi

Daerah Pemanfaatan

DAS 40.121,01 5.287,67 23.427,94 /kls tnh peka 11.405,40

Sumber: Perhitungan hasil analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

Dari data tersebut kita lihat dari 40.121,01 Ha luas Daerah Aliran Sungai

(DAS) Belawan ditemukan 11.405,40 Ha yang benar-benar bebas untuk digunakan

daerah pemanfaatan, sedangkan 23.427,94 Ha lagi perlu dipertimbangkan untuk

dilindungi karena tekstur tanahnya dikategorikan peka terhadap bahaya erosi, biarpun

tidak termasuk dalam daerah zona lindung dari DAS Belawan.

4.4. Tata Ruang Wilayah Propinsi terhadap DAS Belawan

Tabel 4.12. Luas Kawasan Berdasarkan Tata Ruang Wilayah DAS Belawan

No. Tata Ruang Wilayah SU Luas (Ha) Persentase DAS

1

2

3

4

5

6

7

8

Hutan Lindung

Hutan Produksi

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Suaka Alam

Perkebunan Besar

Perkebunan Rakyat

Pertanian Lahan Basah

Pertanian Lahan Kering

959,70

9.748,27

2.821,67

1.260,46

88,52

11.018,70

10.195,83

3.751,49

2,41

24,46

7,08

3,16

0,22

27,65

25,59

9,41

Jumlah 39.844,64 100

Sumber: Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018 Peraturan Daerah Sumatera Utara No. 7 Tahun 2003.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 67: DAS Belawan

4.5. Ketersediaan Lahan

Ketersediaan lahan diartikan suatu lokasi di mana bebas dari areal kategori

perlindungan dan areal yang perlu dilindungi karena keunikan wilayah, daerah yang

dikategorikan lindung adalah daerah yang telah ditetapkan oleh PP 44 Tahun 2004

tentang perencanaan kehutanan yang berazaskan pada kelestarian lingkungan.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan terdapat banyak penyimpangan

penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem lahan, dengan

kebutuhan hidup yang terus mendesak.

Terdapat banyak pemukiman dan pemanfaatan lahan lainnya yang melanggar

ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan, sebagian dipergunakan sebagai

tempat tinggal (pemukiman) lahan usaha (pertokoan), lahan pertanian (kebun, tambak

dan sawah) sedangkan sebagian lagi dipergunakan untuk transportasi.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 68: DAS Belawan

Tabel 4.13. Data Ketersediaan Lahan Tiap Kecamatan

Nomor

Nama Kecamatan

Ketersediaan Lahan (Ha)

Rasio terhadap Luas DAS

Belawan (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kabupaten Deli Serdang

Hamparan Perak

Kutalimbaru

Namorambe

Pancurbatu

Sibolangit

Sunggal

Kota Medan

Medan Helvetia

Medan Belawan

Medan Marelan

Medan Selayang

Medan Sunggal

Medan Tuntungan

32.025,88

6.508,40

9.852,12

5,40

6.678,86

4.210,84

4.770,24

2.807,45

22,04

742,85

745,75

64,41

308,50

923,88

79,82

16,22

24,55

0,00

16,64

10,49

11,88

6,99

0,00

1,85

1,86

0,00

0,76

2,30

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

Ketersediaan lahan di Wilayah Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS)

Belawan terluas pada Kecamatan Kutalimbaru 9.852,12 Ha dan yang terkecil terdapat

pada Kota Medan 2.807,45 Ha.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 69: DAS Belawan

Tabel 4.14. Ketersediaan Lahan per Kecamatan Berdasarkan Zona DAS

Nomor Nama Kecamatan Lindung Pertimbangan Pemanfaatan

Zona Pemanfaatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kabupaten Deli Serdang

Hamparan Perak

Kutalimbaru

Namorambe

Pancurbatu

Sibolangit

Sunggal

Kota Medan

Medan Helvetia

Medan Belawan

Medan Marelan

Medan Selayang

Medan Sunggal

Medan Tuntungan

3.716,46

1.261,59

1.154,27

-

676,86

296,47

327,24

1.571,21

-

1.251,61

49,43

-

34,59

235,56

19.798,65

3.312,62

6.093,16

-

5.644,11

967,31

378142

1.392,54

22,04

-

220,67

64,41

161,53

923,88

32.025,88

6.508,40

9.852,12

5,40

6.678,86

4.210,84

4.770,24

2.807,45

22,04

742,85

745,75

64,41

308,50

923,88

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

Dengan adanya tabel ketersediaan lahan yang dibagi kedalam zona DAS

ternyata ketersediaan lahan di Kecamatan Kutalimbaru seluas 9.852,12 Ha itu

sepenuhnya belum tentu dapat dikelola, dalam analisis ini diketahui terdapatnya

1.154,27 Ha berada seharusnya dalam kawasan/zona lindung DAS.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 70: DAS Belawan

4.6. Analisis DAS Belawan dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah

Dengan adanya analisis Daerah Aliran Sungai Belawan, diketahui kerapatan

penduduk, jenis pekerjaan, luas pemukiman, luas lahan usaha, jalur transportasi,

daerah kawasan lindung, daerah yang perlu dilindungi, dan daerah pemanfaatan

ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan.

Dengan adanya data tersebut kita dapat mengetahui rencana tata ruang

kedepan demi kelestarian ekosistem dan ketersediaan lahan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia. Tata Ruang Kabupaten, Rencana Tata Ruang Wilayah

Propinsi, serta pengelolaan Daerah Aliran Sungai Belawan.

Ketersediaan lahan bagi tempat usaha, tempat bermukim dan tempat jalur

transportasi merupakan lahan yang benar-benar mengikuti Tata Ruang atau Rencana

Pengembangan Wilayah, ini dikarenakan Daerah Aliran Sungai merupakan satu

kesatuan ekosistem yang tidak bisa dibantu oleh ekosistem lain/di sebelahnya jika

suatu saat ekosistem DAS tersebut rusak, untuk kelestariannya perlu dijaga dengan

mengarahkan perencanaan kearah kelestarian lingkungan dan ekosistem.

Dalam merencanakan Tata Ruang Wilayah perlu dipertimbangkan aspek-

aspek perlindungan ekosistem agar ekosistem selalu terjaga keberadaannya, daerah

Kawasan Lindung, daerah Non Kawasan Lindung yang perlu dilindungi, dan daerah

pemanfaatan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 71: DAS Belawan

4.7. Penyimpangan

Dengan mengetahui luas penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai Belawan

menggunakan analisis Citra Satelite dibandingkan dengan Zona DAS Belawan

berdasarkan perhitungan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 maka didapat

tabel perbandingan kondisi faktual pemanfaatan lahan dan kondisi pemanfaatan

seharusnya

Tabel 4.15. Perbandingan Kondisi Faktual dan Kondisi yang Seharusnya

Faktual Seharusnya Penyimpangan No Keterangan Luas

(Ha) Lindung Terbatas Pemanfaatan Luas

(Ha) %

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pemukiman

Hutan

Mangrove

Perkebunan

Pertanian

Sawah

Rawa

Tambak

Lahan Terbuka

PLTU

11.299,75

975,44

1.887,14

2.658,65

14.100,22

3.862,98

1.071,17

2.328,77

1.620,54

39,98

979,54

49,79

806,51

351,93

1.247,60

593,67

572,84

580,76

42,91

38,92

1.873,10

66,48

-

0,54

3.414,31

253,79

-

-

234,84

-

8.446,94

859,18

1.080,29

2.306,22

9.438,22

3.015,44

498,34

1.747,99

1.342,82

1,67

979,54

49,79

806,51

351,93

1.247,60

593,67

572,84

580,76

42,91

38,92

2,46

0,12

2,02

0,88

3,13

1,49

1,44

1,46

0,11

0,10

Jumlah 39.844,64 5.264,47 5.843,06 28.737,11 5.264,47 13,21

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS

Dari data tersebut dapat kita lihat penyimpangan pemanfaatan lahan terbesar

terdapat pada penggunaan lahan pertanian seluas 1.247,60 Ha, serta disusul

selanjutnya oleh penyimpangan pemanfaatan penggunaan lahan pemukiman,

di samping mendesaknya kebutuhan penduduk akan tempat tinggal ini juga

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 72: DAS Belawan

dikarenakan oleh ketidak mengertian masyarakat akan karakteristik lahan yang

seharusnya diatur oleh pemerintah.

Tabel 4.16. Perbandingan Zona Menurut PP dan Tata Ruang Wilayah 2003-2018

Tata Ruang Wilayah Zona DAS Seharusnya Penyimpangan

No Keterangan Luas Lindung Terbatas Manfaat Luas % 1

2

3

4

5

6

7

8

Hutan Lindung

Hutan Produksi

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Suaka Alam

Perkebunan Besar

Perkebunan Rakyat

Pertanian Lahan Basah

Pertanian Lahan Kering

959,70

9.748,27

2.821,67

1.260,46

88,52

11.018,70

10.195,83

3.751,49

819,68

734,48

686,34

80,76

9,29

1.052,00

1.350,66

531,26

-

1.257,87

281,73

134,07

-

3.002,61

-

1.166,78

140,02

7.755,92

1.853,60

1.045,63

79,23

6.964,09

8.845,17

2.053,45

-

734,38

686,34

-

9,29

1.052,00

1.350,66

531,26

1,84

1,72

0,02

2,64

3,38

1,33

Jumlah 39.844,64 5.264,47 5.843,06 28.737,11 4.363,93 10,63

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

Penyamaan fungsi dalam perbandingan zona DAS seharusnya:

1. Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam termasuk dalam Zona Lindung.

2. Hutan Produksi Terbatas termasuk dalam Zona Pemanfaatan Terbatas.

3. Hutan Produksi, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Pertanian Lahan Kering,

dan Pertanian Lahan Basah termasuk dalam Zona Pemanfaatan.

Penyimpangan tata ruang wilayah terhadap zona DAS belawan seharusnya

terdapat pada tata ruang untuk pertanian lahan basah seluas 1350.66 Ha dan

perkebunan rakyat. Seluas 1052,00 Ha ini disebabkan dalam penyusunan tata ruang

wilayah tidak memperhatikan detil faktor-faktor menentukan zona ekosistem daerah

aliran sungai.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 73: DAS Belawan

Tabel 4.17. Penyimpangan Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Tata Ruang Propinsi Sumatera Utara 2003-2018

No. Uraian Perkebunan Pertanian PLTU Pemukiman Sawah Tambak Jumlah

1 Lindung 10,50 Ha 180,62 Ha 40,58 Ha 157,13 Ha - 165,00 Ha 533,85 Ha

2 Terbatas 246,75 Ha 1.033,30 Ha - 0,25 Ha 2,50 Ha 951,01 Ha 2.233,84 Ha

Sumber: Perhitungan luas dengan analisis Spasial menggunakan Perangkat GIS.

Dari hasil perhitungan terdapat penyimpangan pemanfaatan lahan terhadap

Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara 2003-2018 (Perda No. 7/2003),

penyimpangan terbesar terletak pada areal pertanian yang seharusnya di atur dalam

perda adalah Kawasan Lindung seluas 180,58 Ha, terdapat juga pemukiman dalam

kawasan lindung seluas 157,13 Ha (peta terlampir).

Dengan mengetahui kondisi ketersediaan lahan Daerah Aliran Sungai

Belawan saat ini, serta mengetahui Tata Ruang Wilayah dalam implikasinya

di masyarakat kondisi sekarang, kita bisa rencanakan lebih baik kedepan dengan

membuat arahan teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi sebagai acuan bagi

Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Untuk mengatasi permasalahan penyimpangan pemanfaatan ruang, perlu

dibuat kebijakan yang mengatur pola pemanfaatan. Dengan pemindahan masyarakat

dari daerah lindung DAS Belawan ke tempat yang lebih kondusif dengan pola Kredit

Ringan Perumahan, sehingga daerah lindung DAS dapat terus terjaga ekosistemnya.

Pemukiman sering tumbuh di daerah lindung (100 m dari kiri dan kanan

sungai), ini akan mengakibatkan drainase akan terhambat dan ekosistem sungai akan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 74: DAS Belawan

rusak. Dalam menjaga kelestarian ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan

perlu dipertimbangkan aspek-aspek pengawasan, pengendalian dan pemanfaatan.

Ada juga di sebagian wilayah lain di Daerah Aliran Sungai Belawan yang

seharusnya tidak bisa dimanfaatkan karena keunikan lahan kepekaan jenis tanah

seperti di Kecamatan Helvetia dan Kecamatan Selayang harus dipertimbangkan

dalam pemanfaatannya.

Berdasarkan peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara No. 7 Tahun 2003

tentang Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara tahun 2003-2018 bila

dipadukan dengan Peraturan Pemerintah No. 44/2004 tentang Perencanaan

Kehutanan yang berazaskan pada kelestarian lingkungan serta dilihat dari

penggunaan lahan oleh masyarakat dalam menjalankan tata ruang wilayah, maka

terdapat beberapa penyimpangan penyalahgunaan ruang yang sudah ditetapkan

diantaranya; perkebunan yang berada dalam kawasan lindung seluas 10,50 Ha,

petanian berada dalam kawasan lindung seluas 180,62 Ha, PLTU seluas 40,58 Ha

berada dalam kawasan lindung pantai, sekitar 157,13 Ha menjadi pemukiman, 165

Ha menjadi tambak dengan luas total penyimpangan pemanfaatan terhadap tata ruang

seluas 533,85 Ha. Pada kawasan pemanfaatan terbatas terdapat penyimpangan

perkebunan seluas 246,75 Ha, pertanian 1.033,30 Ha, pemukiman seluas 0,25 h,

sawah 2,50 Ha, dan tambak 951,01 Ha. Kawasan pemanfaatan terbatas ini seharusnya

memerlukan upaya-upaya konservasi dalam pemanfaatannya.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 75: DAS Belawan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi ketersediaan

lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan di Kabupaten Deli Serdang seluas

32.025,88 Ha dengan pertimbangan pemanfaatan berdasarkan zona lindung DAS

seluas 3.716,46 Ha, zona pemanfaatan terbatas seluas 19.798,65 Ha, dengan rincian

Kecamatan Hamparan Perak seluas 6.508,40 Ha (16,22%), Kecamatan Kutalimbaru

seluas 9.852,12 Ha (24,55%), Kecamatan Namorambe seluas 5,40 Ha (0,01%),

Kecamatan Pancur Batu seluas 6.678,86 Ha (16,64%), Kecamatan Sibolangit seluas

4.210,84 Ha (10,49%) dan Kecamatan Sunggal seluas 4.770,24 ha (11,88%).

Sedangkan ketersediaan lahan untuk wilayah Kota Medan pada Daerah Aliran

Sungai Belawan seluas 2.807,45 Ha dengan rincian zona lindung 1.571,21 Ha, zona

pemanfaatan terbatas seluas 1.392,54 Ha, dengan rincian Kecamatan Medan Helvetia

seluas 22,04 Ha (0,01%), Medan Belawan seluas 742,85 Ha (1,855), Medan Marelan

seluas 745,75 Ha (1,86%), Medan Selayang seluas 64,41 ha (0,01%), Medan Sunggal

seluas 308,88 Ha (0,76%) dan Medan Tuntungan seluas 923,88 Ha (2,30% dari luas

total DAS).

Kondisi perencanaan tata ruang wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)

Belawan saat ini terdapat banyak penyimpangan pemanfaatan lahan terhadap Tata

Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara 2003-2018 (Perda No. 7/2003),

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 76: DAS Belawan

penyimpangan terbesar terletak pada areal pertanian yang seharusnya diatur dalam

perda adalah Kawasan Lindung seluas 180,58 Ha, terdapat juga pemukiman dalam

kawasan lindung seluas 157, 13 Ha. Penyimpangan tata ruang wilayah terhadap zona

DAS Belawan seharusnya terdapat pada tata ruang untuk pertanian lahan basah seluas

1350.66 Ha dan perkebunan rakyat. Seluas 1052,00 Ha Ini disebabkan dalam

penyusunan tata ruang wilayah tidak memperhatikan detil faktor-faktor menentu zona

ekosistem daerah aliran sungai. Dalam zona pemanfaatan terdapat areal yang jenis

tanahnya peka terhadap erosi seperti di Kecamatan Kutalimbaru terdapat luas areal

yang bisa dimanfaatkan seluas 9.852,12 Ha tetapi di dalamnya terdapat areal yang

peka terhadap erosi seluas 6093,16 Ha sehingga yang bisa dimanfaatkan tanpa

pertimbangan hanya 3.758,96 Ha. Di Kecamatan Hamparan Perak terdapat luas areal

yang bisa dimanfaatkan seluas 6.508,40 Ha tetapi di dalamnya terdapat areal yang

peka terhadap erosi seluas 3.312,62 Ha sehingga yang bisa dimanfaatkan tanpa

pertimbangan hanya 3.195,78 Ha. Di Kecamatan Pancurbatu terdapat luas areal yang

bisa dimanfaatkan seluas 6.678,86 Ha tetapi di dalamnya terdapat areal yang peka

terhadap erosi seluas 5.644,11 Ha sehingga yang bisa dimanfaatkan tanpa

pertimbangan hanya 1.034,75 Ha.

Perencanaan tata ruang kedepan dapat dilakukan dengan cara mengetahui

kebutuhan manusia akan lahan sebagai tempat tinggal, transportasi, lapangan usaha,

dengan mengetahui lokasi ketersediaan lahan yang aman untuk dimanfaatkan maka

dapat dibuat arahan kebijakan yang bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan

manusia dengan tidak mengabaikan perlindungan Ekosistem DAS dan lingkungan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 77: DAS Belawan

seperti program pengembangan wilayah baru untuk perumahan dan lapangan usaha.

Pembuatan tempat wisata di sepanjang sungai Belawan untuk menumbuhkan rasa

memiliki dan menyebabkan kepedulian akan lingkungan semakin tinggi. Pemindahan

masyarakat yang sudah terlanjur membangun bangunan di dekat sungai ke daerah

yang lebih aman untuk dimanfaatkan, cara ini bisa akan berjalan dengan program

bantuan kredit lunak perumahan bagi masyarakat yang tinggal di tepi sungai. Dengan

mengetahui tata ruang wilayah dalam implikasinya di masyarakat kondisi sekarang,

kita bisa rencanakan lebih baik kedepan dengan membuat arahan teknis Rencana Tata

Ruang Wilayah Propinsi sebagai acuan bagi Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

5.2. Saran

Mengingat keseimbangan ekosistem Daerah Aliran Sungai Belawan terancam

rusak karena berada di pusat perkembangan wilayah Kabupaten Deli Serdang dan

Kota Medan, perlu dibentuk tata ruang khusus yang mengatur ekosistem antar

wilayah berdasarkan daerah aliran sungai.

Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah agar diperhatikan topologi

yang lebih detil dalam penetapan ruang, sehingga Ekosistem Antar Wilayah tidak

menjadi korban dalam implementasinya. Seperti tata ruang kabupaten dibuat

berdasarkan wilayah administrasi.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 78: DAS Belawan

DAFTAR PUSTAKA

Avery, E. 1989. Penafsiran Potret Udara. Akademika Pressindo. Jakarta. Arli. 1998. Arahan Penggunaan Lahan DAS Deli Bagian Hulu Ditinjau dari Aspek

Fisik dan Sosial Ekonomi Wilayah. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta. Anonim. 2002. Integrasi Teknik Interpretasi Visual Citra Landsat 7 ETM+ dengan

Menggunakan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Tutupan Lahan. Forest Watch Indonesia, Dept. GIS

Avery, T.E. 1975. Primary Wood Poducts. Natural Resources Measurements. Second

Edition. New York. Aucland. Toronto. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Agam Kuantan. 2005. Rencana Teknik

Lapangan. Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) Sub Daerah Aliran Sungai Antokan. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Padang.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Propinsi Sumatera Utara. 2007. Kabupaten

Deli Serdang Dalam Angka. Medan. _______. 2007. Kota Medan Dalam Angka. Medan. Danoedoro, Projo, 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam

Bidang Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

_______. 1996. Pengolahan Citra Digital. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta. Ditjen RRL. 1996. Pedoman Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai.

Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta.

Djoko, Purwanto. 1997. Komunikasi Bisnis. Erlangga. Jakarta.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 79: DAS Belawan

Manan, S. 1992. Silvikultur dalam Manual Kehutanan. Departemen Kahutanan RI. Jakarta.

Nastain dan Purwanto. 2003. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Kawasan Baturraden

terhadap Debit Air Sungai Banjaran. Jurnal Ilmiah Unsoed. Lembaga Penelitian Unsoed. Purwokerto.

Jaya, I.N.S. 2002. Penginderaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Laboratorium

Inventarisasi Hutan Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. _______. 2005. Analisis Citra Digital. Perspektif Penginderaan Jauh untuk

Pengelolaan Sumberdaya Alam. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian. Bogor.

Odum. 1969. The Fundamental of Ecology. McGraw-Hill Book Company. New

York. Paine, D. 1992. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra untuk Pengelolaan Sumber

Daya. Penerj. Imam Abdul Rochman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.

Informatika. Bandung. ________. 2002. Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung. PP No. 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Sembiring, Kumpul. 1998. Pengantar Sistem Informasi Wilayah. Laboratorium Ilmu

Ukur Tanah dan GIS. Universitas Sumatera Utara. Medan. Seyhan. 1997. Dasar-Dasar Hidrologi. Translation Copyright 1990 by Gadjah Mada

University Press P.O. Box 14. Bulaksumur. Yogyakarta. Sudarisman. 1997. Karekteristik Daerah Aliran Sungai. Buletin Kehutanan. Jakarta.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 80: DAS Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 81: DAS Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 82: DAS Belawan

Lampiran 3 : Peta Kontur Berdasarkan Peta SRTM/DEM Beda Tinggi 25 Meter

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 83: DAS Belawan

Lampiran 4 : Penampang Melintang DAS Belawan pada Peta SRTM/DEM Beda Tinggi 25 Meter

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 84: DAS Belawan

Lampiran 5 : Citra Radar SRTM/DEM Beda Ketelitian 90 Meter Daerah Aliran Sungai Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 85: DAS Belawan

Lampiran 6 : Sudut Pandang Daerah Aliran Sungai Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 86: DAS Belawan

Lampiran 7 : Penyimpangan Tata Ruang Daerah Aliran Sungai Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 87: DAS Belawan

Lampiran 8 : Peta Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara Daerah Aliran Sungai Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 88: DAS Belawan

Lampiran 9 : Peta Ketersediaan Lahan Daerah Aliran Sungai Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 89: DAS Belawan

Lampiran 10 : Peta Penyimpangan Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 90: DAS Belawan

Lampiran 11 : Peta Pembagian Zona Hasil Analisa Daerah Aliran Sungai Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 91: DAS Belawan

Lampiran 12 : Peta Kondisi Faktual Hasil Analisis Penafsiran Citra Satelite Daerah Aliran Sungai Belawan

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 92: DAS Belawan

Lampiran 13 : Dokumentasi Penelitian Foto Penelitian di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang, berada di sungai yang menjadi sumber Air PAM TIRTANADI Sunggal. Ket: Terlihat disepanjang kiri-kanan sungai digunakan untuk pemukiman

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 93: DAS Belawan

Foto Penelitian di Kampung lalan Kota Medan, berada di sungai yang yang menjadi batas Kabupaten Deli Serdang dengan Kota Medan. Ket: Terlihat Aktivitas penduduk, dengan pencemaran air sungai yang perlu diperhatikan.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 94: DAS Belawan

Foto Penelitian di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Ket: Kondisi dikiri kanan Daerah Aliran Sungai Belawan di Kecamatan Hamparan Perak

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009

Page 95: DAS Belawan

Pemandangan satellite

Keterangan : pada Gambar 1 dan 2 berada didaerah ini, ini adalah foto pemandangan satelie daerah sunggal PT.PAM Tirtanadi. Terlihat bak penampungan air dan bendungan PAM Pemandangan Satelite

Keterangan: diambil dari jembatan Kp.Lalang, terlihat disepanjang sungai dipenuhi oleh pemukiman penduduk.

Reonald Syahrial : Analisis Peruntukan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan Kaitannya Dengan Perencanaan Tata Ruang, 2009