daftar isi - nulisbuku.com...tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku...

11
5 Daftar Isi Ucapan terimakasih ---------------4 Seperti musim gugur ----------------7 Persahabatan kita -----------------11 Ikatan ------------------------------31 Hubungan --------------------------37 Keretakan -------------------------56 Rindu -------------------------------64 Kemurkaan ------------------------75 Kehilangan ------------------------85 Tak lagi sama ---------------------91 Tempat yang tinggi ----------------111 Bonus Cerpen : Hari Hujan -------116 Tentang penulis --------------------124

Upload: others

Post on 03-Mar-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

5

Daftar Isi

♥ Ucapan terimakasih ---------------4 ♥ Seperti musim gugur ----------------7 ♥ Persahabatan kita -----------------11 ♥ Ikatan ------------------------------31 ♥ Hubungan --------------------------37 ♥ Keretakan -------------------------56 ♥ Rindu -------------------------------64 ♥ Kemurkaan ------------------------75 ♥ Kehilangan ------------------------85 ♥ Tak lagi sama ---------------------91 ♥ Tempat yang tinggi ----------------111 ♥ Bonus Cerpen : Hari Hujan -------116 ♥ Tentang penulis --------------------124

Page 2: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

6

Between man and woman there is no friendship possible. There is passion, enmity, worship, love, but no friendship.

♥♥♥

There is no friendship between man and woman. Because one or both of them, owning to feel and strong emotion for wishing something that more than simply friendship.

Page 3: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

7

1

Seperti musim gugur

Cinta itu adalah sebuah objek seperti obsesi; setiap

orang menginginkannya, setiap orang mencarinya, tapi sedikit

orang yang mendapatkannya; orang yang pernah

melakukannya akan selalu menghargai cinta, tersesat

didalamnya dan tidak akan melupakannya – Curtis Judalet

Jakarta, 27 juni 2013 Membayar SPP, mengurus KRS, menghitung jumlah SKS yang

diperoleh, keluar masuk gedung rektorat, lalu-lalang didepan gedung jurusan, begitulah yang aku lakukan di awal semester ini. Aku adalah seorang , mahasiswi disalah satu Universitas ternama di Jakarta, dan mengambil jurusan hubungan internasional. Ini adalah semesterku yang kedua. Terkadang aku masih bingung dengan sistem perkuliahan, maklumlah baru enam bulan yang lalu aku lulus dari bangku SMA. Meskipun telah lulus SMA, rasanya kehidupanku sama sekali tak berubah. Mungkin kesibukannnya saja yang berbeda. Setiap hari datang kekampus, menghadiri mata kuliah yang membosankan. Sama membosankannya seperti mempelajari matematika, fisika juga kimia. Terkadang bertatap muka dengan dosen yang tidak terlalu kusukai

Page 4: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

8

karena pelitnya membagikan senyum. Sama seperti guru di masa SMA dulu, pelit senyum, pelit memberikan nilai pula. Hargh, tidak banyak yang berubah memang. Siang ini aku duduk di taman kampus. Dibawah pohon ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang earphoneku seraya membuka tas. Mengambil sebuah novel yang baru ku pinjam dari perpustakaan. Seperti biasa, sembari menunggu mata kuliah selanjutnya atau sekedar menghabiskan waktu luang, kunikmati siangku ditaman kampus. Membaca novel dan mendengarkan lagu adalah kebiasaanku yang tak pernah bisa kuhilangkan.

I remember what you wore on the first day You came into my life and I thought

“hey, you know, this could be something”…

Tiba-tiba playlist-ku berhenti dilagu milik Boys Like Girls ft. Taylor Swift – Two is better than one. Seketika konsentrasiku buyar. Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu.

Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo ini di kedua telingaku. Ku arahkan wajahku pada birunya lagi disela-sela dedaunan kuning pohon ketapang. Angin berembus lembut menerbangkan dedaunan yang sudah tak kuat mencengkram dahan. Helaian-helainan berwarna kekuningan melayang menghiasi birunya langit. Kuhirup dalam-dalam udara siang itu. Rasanya seperti musim gugur.

Page 5: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

9

Waktu itu umurku baru enam tahun. Aku dan Mama pindah ke Jakarta. Kami tinggal disebuah kompleks perumahan di daerah Jatinegara. Sebagai seorang gadis kecil aku hanya bisa menyaksikan Mama dan pekerja-pekerja memindahkan perabotan dan barang-barang kami kedalam rumah.

Aku duduk diteras memainkan seperangkat boneka Barbie.

“Ma, temenin Ellie main ya?” pintaku memelas. Saat Mama berjalan membawa sebuah vas bunga ukuran jumbo.

“El, Mama lagi sibuk. Nanti ya.” Ujar wanita itu dengan senyum lembutnya. Aku pun hanya bisa cemberut memonyongkan bibir.

“Baru pindahan ya bu.” Sapa seorang wanita berjilbab biru memasuki pekarangan rumah.

“Eh iya bu. Maaf belum sempat memperkenalkan diri. Saya Lusi.” Ucap Mama mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh wanita berparas cantik dengan hijabnya yang menawan.

“Anisa.” Ucapnya tersenyum kalem. “Itu anaknya ya bu.” Mata wanita itu menatapku. Kontan aku terkejut dan buru-buru bersembunyi dibalik rok milik Mama.

“Iya. Namanya Prilly. Panggil saja Ellie ” Mama menarik lenganku. Aku menengadah menatap tante Anisa. Kuraih dan kucium punggung tangannya. Seketika mataku beradu pandang dengannya. Seorang anak laki-laki yang sejak tadi berdiri tak bersuara disamping tante Anisa. Tante ini nampaknya peka sekali.

“Wah anaknya ganteng ya bu. Namanya siapa?” tanya Mama menunduk menjabat tangan anak laki-laki itu.

“Ali.” Ucapnya singkat. Anak itu terlihat malu-malu.

Page 6: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

10

“Ali dan Prilly harus berteman ya.” Kata Mama menatap kami.

Kutatap anak laki-laki itu. Dia punya tipikal wajah timur tengah, mungkin ia belasteran Arab. Aku juga tak mau kalah, aku pun blasteran timur tengah. Ibuku dari jawa timur dan ayahku dari jawa tengah. Hahahaha! Kulihat wajahnya terlihat murung, karena itu aku tersenyum lebar, memamerkan gigiku yang ompong kehitaman. Dilihatnya wajahku, mungkin saat itu ia berfikir aku seperti anak bodoh. Tapi aku tidak begitu peduli pandangan Ali terhadapku. Aku menyukainya. Waktu itu aku masih kanak-kanak.

Inilah kisahku…

♥♥♥

Page 7: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

11

2

Persahabatan kita

Cinta adalah emosi yang dialami oleh banyak orang tapi hanya

dinikmati oleh sedikit orang saja – George Jean Nathan ♥

7 Tahun berlalu…

Namaku Prilly Nabilah. Namun orang-orang disekitarku memanggilku Ellie mungkin biar lebih gampang kali ya. Bulan depan gue genap 14 tahun. Aku adalah tipe cewek yang lumayan ceroboh. Wajah, ya lumayan cantik hahahaha!

“El! Buruan jalan.” Teriak seorang cowok depan rumah. Itu Ali, tetangga sebelah sekaligus sahabatku. Pemuda berkacamata, dengan tubuh tinggi atletis dilengkapi wajah tampan, alis hitam tebal, bibir tipis, kulit putih, cerdas tapi nyebelin dan suka usil. Belum lagi kerjaannya yang sering menoyor bahkan tak segan menjitak kepalaku hingga membuatku berteriak kesal.

“Sabar dong! Elo nih nggak bisa ya ngeliat gue santai dikit. Baru jam 6 tau nggak! Disekolah paling baru ada pak satpam,” Ku ikat tali sepatu kets dan mengambil ransel yang terletak diatas meja. “Ma! Ellie berangkat dulu!” teriakku pada Mama yang sedang menggunting tanaman kesayangannya.

Page 8: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

12

“Hati-hati sayang.” Ucapnya lembut. “Oya botol obatnya udah dibawa kan?”

Aku memutar bola mata ke arah Mama. “Iya vitaminnya udah aku bawa ma.” Kataku dengan suara keras. Mama pun tersenyum kalem.

“Ellie! Buruan deh!” Ali mulai tak sabar. Aku heran melihat makhluk yang satu ini, dari dulu sampai sekarang, dari jaman SD hingga SMP, penyakit tidak sabarannya tak pernah sembuh. Aku pun mempercepat langkah menghampirinya yang berdiri dengan wajah kusut.

“Muka lo tuh ya, lecek banget. Kek duit seribuannya penjual sayur tau nggak.” Aku bergurau sambil menarik hidungnya yang mancung. Ali menatapku dengan tatapan gusarnya. Ia diam. Kami pun berjalan kaki menuju sekolah yang jaraknya sekitar 600 meter dari kompleks. Karena itu kami berangkat pukul 6 pagi, jadi bisa sampai sekitar pukul 7.30.

Seragam putih-biru tua nampak memenuhi SMP Nusantara tempat kami bersekolah. Kini aku dan Ali duduk di bangku kelas dua. Aku dan Ali tidak sekelas sehingga kami berpisah di koridor. Ali berjalan menuju kelas 2 B sementara kulangkahkan kakiku menuju kelas 2 F. Baru beberapa teman yang datang.

“Hai, pagi El.” Suara itu membuat ku terperanjat. Ku putar tubuhku menatap pemuda yang barusan menyapaku. Reza namanya. Teman sekelasku, dulu kami satu sekolah kala SD, tapi tidak sekelas. Aku dan Ali dikelas A, sedangkan Reza dikelas B. dan aku sudah menyukainya dari dulu.

“Pa…pagi Za.” Balasku sedikit gugup. Entah mengapa setiap berbicara dengannya, atau sekedar saling tatap, jantung ini sama sekali tak bisa diajak kompromi. Rasanya seperti habis berlari puluhan meter. Deg-degan bercampur grogi.

Page 9: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

13

“Lo udah ngerjain PR bahasa indonesia dari Pak Budi belom?” tanyanya memecah kebekuan.

“Eh? PR? Emang ada ya?” aku menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

“Adalah! Yang unsur instrinsik cerpen.” Ucap pemuda itu memperlihatkan LKSnya.

“Ya elah! Gue lupa Za.” Aku mengeluh panjang. Mana Bahasa indonesia di jam pertama lagi, aku menggerutu, menyesali kebodohanku.

“Nih, lo liat punya gue aja, asal kata-katanya diubah dikit biar nggak persis.” Ya ampun sosok Reza nampak seperti memiliki cincin bercahaya diatas kepalanya lengkap dengan sayap putih. Udah ganteng, pinter, baik hati banget mau meminjamkan bukunya untuk aku contek.

“Serius nih? Aduh makasih banyak ya Za,” Aku bersorak dan segera melarik LKS punya Reza untuk kusalin di LKS milikku. Reza mengikutiku dan mengambil tempat didekatku. Sebenarnya aku sangat senang tapi rasanya jantungku malah berdetak semakin kencang. Aku jadi grogi dan tidak bisa berkonsentrasi dalam mencontek. “Duh gue bener-bener lupa kalo ada PR.” Gumamku pada diri sendiri.

“Udah nggak apa-apa, namanya juga manusia.” Ucap Reza bijak. Aku menatapnya sekilas, jadi malu kala tahu Reza mendengarkan ocehanku. Reza tersenyum manis membuat hatiku seperti meleleh. Ku kerjakan cepat-cepat karena bel tanda masuk sudah akan berdering. Untungnya dengan kecepatan menulis aku berhasil menyelesaikan 12 nomor di LKS sebelum pak Budi datang. Aku pun berterimakasih pada Reza yang sudah rela LKSnya jadi sasaran pelampiasan kecerobohanku. Tapi yang penting aku tidak kena marah. Setelah pelajaran Bahasa indonesia, ada pelajaran IPA. Barulah sehabis itu bel yang dinanti-nantikan tiba, bel istirahat. Aku

Page 10: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

14

dan teman-teman segera meluncur menuju kantin. Di depan pintu, kulihat Ali seperti biasa sudah menungguku. Tampangnya yang tak sabaran ditambah dahi berkerut jelas membuatku ingin mencubit pipinya.

“Lama lo.” Keluhnya.

“Sabar dikit napa.” Aku tak tahan dan kutarik pipinya.

“Sakit bego!” Ali menjitak kepalaku. Sakit! Terasa ngilu cenat-cenut.

“Dasar Alien!!!” teriakku mengejarnya. Aku pun berhasil menarik dasinya hingga ia memelas.

“Gue traktir roti deh.” Pintanya dengan memamerkan deretan gigi putihnya.

“Dua ya.”

“Enak aja. Satu lah.” Ali menggerutu. Setelah membeli roti dan minuman kami menuju taman sekolah yang terhampar luas. Teduh nan hijau menyelimuti taman yang ditumbuhi rerumputan bak karpet dilapangan bola. Kami duduk bersila diatas empuknya rerumputan. Kami sudah lama bersahabat karena itu sejak kecil aku dan Ali selalu menghabiskan istirahat siang bersama-sama.

“Eh tau nggak Al, tadi tuh Reza nyapa gue.” Ucapku sembari mengunyah roti cokelat.

“Terus?”

“Terus kan gue lupa ada PR bahasa indonesia, eh Reza baek banget mau minjemin LKSnya, dia nemenin gue lagi pas nyotek punyanya.”

Page 11: Daftar Isi - nulisbuku.com...Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu. Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo

15

“Idihhhh nyontek kok bangga.” Ejeknya.

“Yeee! Bukan nyonteknya yang gue banggain, tapi Reza nemenin gue loh. Haaahhh seneng banget deh gue.” Aku jadi malu sendiri.

“Kayaknya sih Reza suka sama lo.”

“Heh? Serius Al? lo yakin? Berapa persen keyakinan lo.”

“Hmmm sekitar 50% lah kemungkinannya.”

“Yaaah dikit banget Al.”

“Ya lo tembak aja Reza-nya, kalo lo diterima, berarti dia naksir sama lo.”

“Ahhh lo nih nggak asik. Masak gue sih yang nembak. Gengsi ah!”

“Lo suka kan sama Reza?”

“Ya iyalah, cewek mana coba yang nggak suka sama dia.” Aku menatap langit sambil membayangkan wajah tampan Reza. Rambutnya yang cepak dengan alis yang terang, bibir tipis, kulit putih, tatapan matanya yang tajam tapi sinarnya lembut. Belum lagi badannya tinggi, atletis, terus wangi. Hahhh suaranya juga lembuuttt banget!

“Hoi! Ngelamunin jorok ya lo!” teriak Ali ditelinga kananku. Kontan aku melotot kearahnya.

“Enak aja lo! Gue cuma ngebayangin kalo Reza nembak gue. Hummm… kapan yaaa..”