daftar isi - sinta.unud.ac.iddaftar tabel xxix daftar gambar xxx ... 6.2.3 keterbatasan dana dan...
TRANSCRIPT
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
SAMPUL DALAM ii
PRASYARAT GELAR iii
LEMBAR PERSETUJUAN iv
DAFTAR TIM PENGUJI v
PERNYATAAN KEASLIAN vi
UCAPAN TERIMA KASIH vii
ABSTRAK xi
ABSTRACT xii
RINGKASAN DISERTASI xiii
DAFTAR ISI xxiii
DAFTAR TABEL xxix
DAFTAR GAMBAR xxx
DAFTAR LAMPIRAN xxxi
GLOSARIUM xxxii
DAFTAR SINGKATAN xxxiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 11
1.3 Tujuan Penelitian 11
2
1.3.1 Tujuan Umum 12
1.3.2 Tujuan Khusus 12
1.4 Manfaat Penelitian 13
1.4.1 Manfaat Teoretis 13
1.4.2 Manfaat Praktis 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN 15
2.1 Kajian Pustaka 15
2.2 Konsep 22
2.2.1 Pemberdayaan 23
2.2.1.1 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat 25
2.2.1.2 Strategi dan Pendekatan Pemberdayaan
Masyarakat 27
2.2.1.3 Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat 28
2.2.2 Disabilitas/Penyandang Cacat 31
2.2.3 Yayasan/OrganisasiSosial/LSM 36
2.3 Landasan Teori 37
2.3.1 Teori Hegemoni 37
2.3.2 Teori Relasi Kuasa 42
2.3.3 Teori Dekonstruksi 45
2.3.4 Teori Praktik Sosial 48
2.4 Model Penelitian 51
3
BAB III METODE PENELITIAN 53
3.1 Rancangan Penelitian 53
3.2 Lokasi Penelitian 54
3.3 Jenis dan Sumber Data 55
3.4 Instrumen Penelitian 56
3.5 Penentuan Informan 58
3.6 Teknik Pengumpulan Data 62
3.6.1 Teknik Observasi 62
3.6.2 Teknik Wawancara Mendalam 64
3.6.3 Studi Dokumen 67
3.7 Teknik Analisis Data 68
3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data 69
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 71
4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tampaksiring 71
4.1.1 Lokasi Desa Tampaksiring 71
4.1.2 Lingkungan Alam Desa Tampaksiring 73
4.1.3 Penduduk Desa Tampaksiring 78
4.2 Pemberdayaan dan Ekonomi Masyarakat 82
4.2.1 Pemberdayaan Masyarakat 82
4.2.2 Ekonomi Masyarakat 86
4.3 Sejarah Berdirinya Yayasan Senang Hati 89
4.4 Struktur Yayasan Senang Hati 90
4.5 Program Yayasan Senang Hati 93
4
4.6 Tugas Pokok dan Fungsi Yayasan Senang Hati 96
4.7 Jaringan Kemitraan Yayasan Senang Hati 99
4.7.1 Bidang Sosial 103
4.7.2 Bidang Pendidikan 103
4.7.3 Bidang Kesehatan 104
4.7.4 Bidang Ekonomi 105
4.8 Prestasi/Keberhasilan Yayasan Senang Hati 106
4.8.1 Bidang Sosial 106
4.8.2 Bidang Pendidikan 106
4.8.3 Bidang Kesehatan 106
4.8.4 Bidang Ekonomi 107
BAB V BENTUK PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT TUBUH DI
YAYASAN SENANG HATI GIANYAR, BALI 108
5.1 Program Sosial 111
5.2 Program Pendidikan 128
5.3 Program Kesehatan 139
5.4 Program Ekonomi 146
BAB VI HAMBATAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT
TUBUH DI YAYASAN SENANG HATI (YSH) GIANYAR,
BALI 154
6.1 Faktor Internal 158
6.1.1 Individu/Anggota Yayasan Senang Hati 158
6.1.2 Pengurus Yayasan Senang Hati 161
5
6.1.2.1 Manajemen 161
6.1.2.2 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 164
6.1.2.3 Kuantitas dan Kualitas SDM 166
6.1.2.4 Sarana dan Prasarana 168
6.1.2.5 Modal 169
6.1.2.6 Komunikasi, Koordinasi, Transparasi, dan
Akuntabilitas 171
6.2 Faktor Eksternal 183
6.2.1 Keterbatasan Dana dan Kurang Sosialisasinya Peraturan
Pemerintah 183
6.2.2 Pandangan Masyarakat 184
6.2.3 Keterbatasan Dana dan Ikut Campur Donatur 185
BAB VII IMPLIKASI HAMBATAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG
CACAT TUBUH DI YAYASAN SENANG HATI GIANYAR,
BALI 190
7.1 Implikasi Hambatan Pemberdayaan terhadap YSH 194
7.1.1 Implikasi Hambatan Pemberdayaan terhadap Nama, Lokasi
dan Pendiri Yayasan Senang Hati 195
7.1.2 Implikasi Hambatan Pemberdayaan terhadap Pengurus
Yayasan Senang Hati 206
7.1.3 Implikasi Hambatan Pemberdayaan terhadap Anggota
Yayasan Senang Hati 209
7.2 Implikasi Hambatan Pemberdayaan terhadap Pemerintah 212
6
7.5 Implikasi Hambatan Pemberdayaan terhadap Donatur dan
Masyarakat 216
BAB VIII SIMPULAN, SARAN, DAN TEMUAN 219
8.1 Simpulan 219
8.2 Temuan 222
8.3 Saran 223
DAFTAR PUSTAKA 225
LAMPIRAN 233
7
ABSTRAK
Yayasan Senang Hati sangat besar dipengaruhi oleh globalisasi.
Globalisasi menciptakan suatu fenomena baru yang melahirkan ideologi baru dunia, dengan ciri-ciri seakan dunia tanpa batas, ruang dan waktu. Peranan agen pemberdayaan dalam era globalisasi, baik kalangan LSM maupun pemerintah, sangat besar. Pemerintah harus memperhatikan setiap warga negara termasuk penyandang cacat agar mendapatkan keadilan. Hal itu berangkat dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta Undang-Undang No. 4, Tahun 1997 tentang penyandang cacat, yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 8, Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bentuk pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali; untuk menganalisis hambatan pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali; untuk menganalisis implikasi pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik observasi/pengamatan, teknik wawancara mendalam, dan studi dokumen. Teori yang digunakan adalah teori hegemoni, teori relasi kuasa, teori dekonstruksi, dan teori praktik sosial.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, bentuk pemberdayaan penyandang cacat yang dilaksanakan oleh Yayasan Senang Hati terdiri atas empat program yaitu, program sosial, program pendidikan, program kesehatan, dan program ekonomi. Kedua, hambatan pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati, yaitu hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal bisa berasal dari individu/anggota yayasan dan pengurus yayasan. Hambatan eksternal bisa berasal dari pemerintah, yaitu terbatasnya dana pemberdayaan dari pemerintah dan kurang sosialisasinya peraturan pemerintah. Pandangan masyarakat, terbatasnya dana dan ikut campur donatur dalam pengelolaan pemberdayaan. Ketiga, hambatan pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati, berimplikasi terhadap yayasan, pemerintah, donatur, dan masyarakat. Temuan penelitian ini adalah pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali yang memiliki empat program pemberdayaan, yaitu program sosial, program pendidikan, program kesehatan dan program ekonomi belum mampu memberdayakan setengah dari seluruh anggota yayasan yang jumlahnya 276 orang. ada beberapa volunteer dalam pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati memiliki kepentingan yang berbeda
Kata-kata kunci: globalisasi, dekonstruksi, pemberdayaan, yayasan, dan penyandang cacat tubuh
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengaruh globalisasi yang melanda dunia sejak akhir abad ke-20 telah
menciptakan suatu fenomena baru yang melahirkan ideologi baru dunia, dengan
ciri-ciri seakan dunia tanpa batas, ruang, dan waktu. Globalisasi menjadi suatu
pertanda bahwa zaman baru telah tiba, tidak bisa dibendung ataupun ditolak. Hal
itu berarti banyak tatanan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat yang
berubah. Lima ciri globalisasi, yaitu (1) ethnoscape adalah perpindahan penduduk
dari satu negara ke negara lain, seperti wisatawan, imigran, pengungsi, tenaga
kerja; (2) technoscape mengacu pada perkembangan teknologi yang kini mengalir
dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara; (3) mediascape mengacu
pada kemampuan elektronik untuk menyebarkan informasi ke berbagai belahan
dunia; (4) finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi pada
era globalisasi; dan (5) ideoscape terkait dengan masalah politik, seperti
kebebasan, demokrasi, kedaulatan, kesejahteraan, hak seseorang, ideologi-
ideologi negara, dan gerakan sosial.
Globalisasi merupakan proses, yaitu antarindividu, antarkelompok, dan
antarnegara saling berinteraksi, bergantung, dan memengaruhi satu sama lain
yang melintasi batas negara. Globalisasi ini telah membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara yang mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti
kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial, dan budaya. Salah satu pengaruh
9
negatif globalisasi adalah perilaku konsumtif. Seseorang yang mempunyai
perilaku konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau
kegunaan ketika membeli barang, tetapi mempertimbangkan prestise yang
melekat pada barang tersebut.
Penanaman nilai-nilai budaya, seperti sikap disiplin, kerja keras, hemat,
dan bertanggung jawab merupakan bagian yang mendasar bagi proses
pemberdayaan masyarakat yang hidup pada era globalisasi sekarang ini. Nilai-
nilai budaya lokal dan pengetahuan lokal yang telah lama tertanam pada
masyarakat akan senantiasa terpelihara dan berkembang menjadi modal yang tak
ternilai dalam pembangunan. Model pemberdayaan memberikan peran yang
sangat besar terhadap komunitas lokal untuk menentukan sendiri nasibnya. Pola
pemberdayaan lebih menekankan pada aspek partisipasi komunitas lokal daripada
introduksi dari luar. Agen pemberdayaan lebih menekankan pada bantuan
memfasilitasi saja, sedangkan keputusan, bahkan alternatif pemecahan merupakan
hasil kreasi komunitas itu sendiri.
Pemberdayaan komunitas menjadi isu yang sangat penting yang
berkembang dengan pesat di negara berkembang. Kepeduliannya terhadap isu
lingkungan, kesetaraan gender, penyandang cacat, keadilan, dan keberlanjutan
menjadikannya mudah diterima oleh komunitas yang mungkin sudah bosan
dengan model pembangunan top down yang selama ini dilakukan oleh
pemerintah. Tak kalah pentingnya juga peran media massa dalam meningkatkan
partisipasi komunitas. Gerakan sosial yang dilakukan oleh komunitas perlu
disebarluaskan melalui media. Komunitas dapat mengembangkan media massa
10
sendiri yang tentu lebih sesuai dengan kebutuhan dan selera komunitasnya. Tidak
heran bermunculanlah “radio komunitas” sebagai bentuk partisipasi komunitas
dalam menyebarluaskan informasi dan “memberdayakan” komunitas lain di
sekitarnya.
Peranan agen pemberdayaan, baik kalangan LSM maupun pemerintah,
menjadi sangat besar untuk menunjang keberhasilan pemberdayaan komunitas.
Beberapa LSM yang melakukan pemberdayaan di Bali, di antaranya adalah
Yayasan Senang Hati, Yayasan Damai Olahraga Bali, Panti Asuhan Tunas
Bangsa, Yayasan Senyum Bali, dan Yayasan Peduli Kemanusiaan. Dari beberapa
LSM di atas salah satu yayasan yang memberdayakan penyandang cacat tubuh
adalah Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali.
Pendirian Yayasan Senang Hati sangat besar dipengaruhi oleh globalisasi.
Hal itu dapat dilihat dari struktur Yayasan Senang Hati, yaitu salah seorang
pembinanya adalah Vern Cork Laurence dari Belanda dan lokasi yayasan
diberikan oleh Mr. Glen Adams dari Amerika. Beberapa donatur dan tenaga
pengajar berasal dari negara lain, seperti organisasi dari Belanda, yaitu Liliane
Fonds. Di samping itu kemajuan teknologi juga sangat besar berpengaruh
terhadap pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati. Hal itu
dapat dilihat dari struktur bangunan yang memudahkan semua aktivitas
penyandang cacat tubuh. Hal lainnya, yaitu peralatan yang digunakan juga
dimodifikasi, termasuk transportasi. Kemajuan media sangat kuat mendukung
perkembangan Yayasan Senang Hati seperti website, blog, facebook, email,
televisi, dan media cetak. Wisatawan juga mendukung pemasaran produk-produk
11
yang dihasilkan oleh penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang Hati. Selain itu
gerakan-gerakan sosial dari negara luar dalam bentuk bantuan sosial sangat besar
mendukung pemberdayaan terhadap penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang
Hati Gianyar, Bali.
Sementara itu, strategi pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif
masyarakat ke dalam efektivitas, efisiensi, dan sikap kemandirian. Secara khusus
pemberdayaan dilaksanakan melalui kegiatan kerja sama dengan para
sukarelawan, LSM, termasuk organisasi dan pergerakan masyarakat. Walaupun
demikian, pemerintah perlu memberikan perhatian khusus agar penyandang cacat
memiliki kemandirian. Para penyandang cacat termasuk penyandang cacat tubuh
di Yayasan Senang Hati sebenarnya sudah dijamin dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945, tetapi implementasinya belum sepenuhnya dilakukan.
Artinya, setiap warga negara termasuk penyandang cacat tubuh di Yayasan
Senang Hati berhak mendapatkan keadilan. Hal tersebut berangkat dari Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa negara
Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sehingga dikenal dengan
sebutan negara hukum. Salah satu ciri negara hukum adalah equality before the
law (persamaan kedudukannya di mata hukum). Oleh karena itu, penyandang
cacat tubuh di Yayasan Senang Hati perlu mendapatkan pemberdayaan dalam
kerangka meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian dalam kondisi kehidupan
masyarakat pada umumnya. Pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan
12
bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan pekerjaan. Di pihak lain
Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-
anak telantar dijamin dan dipelihara oleh negara. Terlihat sangat jelas bahwa Pasal
34 diperuntukkan bagi kaum marginal, termasuk penyandang cacat tubuh di
Yayasan Senang Hati dalam arti kemiskinan.
Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, maka
dikeluarkan Undang-Undang No. 4, Tahun 1997 tentang penyandang cacat.
Selanjutnya diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 8, Tahun
2016 tentang penyandang disabilitas. Bab I, pasal 3 UU RI No. 8, Tahun 2016
berisi tentang tujuan pelaksanaan dan pemenuhan hak penyandang cacat, yaitu
sebagai berikut. Pertama, mewujudkan penghormatan, pemajuan, pelindungan,
dan pemenuhan hak asasi manusia serta kebebasan dasar penyandang disabilitas
secara penuh dan setara. Kedua, menjamin upaya penghormatan, pemajuan,
pelindungan, dan pemenuhan hak sebagai martabat yang melekat pada diri
penyandang disabilitas. Ketiga, mewujudkan taraf kehidupan penyandang
disabilitas yang lebih berkualitas, adil, sejahtera lahir dan batin, mandiri, serta
bermartabat. Keempat, melindungi penyandang disabilitas dari penelantaran dan
eksploitasi, pelecehan dan segala tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak
asasi manusia. Kelima, dan memastikan pelaksanaan upaya penghormatan,
pemajuan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas untuk
mengembangkan diri serta mendayagunakan seluruh kemampuan sesuai bakat dan
minat yang dimilikinya untuk menikmati, berperan, serta kontribusi secara
13
optimal, aman, leluasa, dan bermartabat dalam segala aspek kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.
Dalam perkembangannya upaya pemberdayaan penyandang cacat tubuh di
Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali belum menghasilkan suatu proses
peningkatan dalam berbagai hal. Seperti belum tercapainya peningkatan dalam
kondisi, derajat, dan kualitas hidup penyandang cacat tubuh di berbagai sektor
strategis, seperti bidang pendidikan, ketenagakerjaan, ekonomi, kesehatan dan
sosial. Artinya pendidikan di kalangan penyandang cacat tubuh lebih cenderung
berada pada ranah pendidikan nonformal.
Hal ini akan terlihat sebagai ruang pemasalahan yang cukup komplit.
Artinya, peran pendidik harus bersentuhan langsung dengan peserta didik
(masyarakat) yang terlanda berbagai masalah, yakni pada aspek ekonomi
(kemiskinan), pendidikan (putus sekolah), sosial (pengangguran), sumber daya
manusia (rendahnya keterampilan yang dimiliki), dan sebagainya. Pemberdayaan
penyandang cacat tubuh memerlukan sinergitas seluruh stakeholders terkait, yakni
pemerintah (government), sektor privat (private sector), Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)/Non-Governmental Organizations (NGOs), dan masyarakat
(community).
Yayasan “Senang Hati” yang merupakan salah satu organisasi sosial non
profit didirikan pada 5 Mei 2003 oleh I Wayan Widantra, Vern Cork Laurence, Ni
Putu Suriati, I Gusti Komang Darmadi, dan Petrus Gunadi. Yayasan Senang Hati
merupakan salah satu yayasan sosial yang berkedudukan di Banjar Kawan
Tengah, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Yayasan
14
Senang Hati bergerak di bidang pelayanan sosial terpadu untuk penyandang cacat
tubuh di Bali. Yayasan Senang Hati memberikan pelayanan berdasarkan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga Yayasan Senang Hati. Di samping itu, juga
berdasarkan peraturan yang terkait, seperti Undang-Undang RI No. 32, Tahun
2004 tentang pemerintah daerah, Undang-Undang RI. No. 6, Tahun 1974 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, Keputusan Menteri Sosial RI.
No. 40/HUK/KEP/X80 tentang organisasi sosial, Keputusan bersama Menteri
Dalam Negeri RI, Menteri Sosial RI No. 78, Tahun 1993 tentang pembinaaan
Orsos/LSM/HUK/1993, dan Undang- Undang RI. No. 4, Tahun 1997 tentang
penyandang cacat, yang kemudian diganti dengan Undang- Undang Republik
Indonesia No. 8, Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas.
Pada 14 Februari 2005 Yayasan Senang Hati membentuk panti yang
diberikan nama Panti Guna Senang Hati untuk melakukan program asrama bagi
anggotanya. Jumlah anak-anak yang dibina di asrama pertama kali hanya 34
orang. Dengan berkembangnya Yayasan Senang Hati melalui Panti Guna Senang
Hati sampai pada tahun 2014 telah mampu membina 276 orang penyandang cacat,
yaitu 30 orang tinggal di Panti dan 246 orang yang tinggal di luar Panti.
Yayasan Senang Hati bekerja sama dengan berbagai pihak yang peduli
dengan keberadaan penyandang cacat tubuh, seperti dengan Mr. Glen Adams dari
Amerika yang memberikan hak pakai bangunan dengan sisa kontrak lima tahun
sampai tahun 2008 dan diperpanjang oleh Pemda Gianyar sampai tahun 2013.
Pemerintah/Dinas Sosial RI memberikan uang makan sebesar Rp
15
3.000,00/orang/hari untuk penyandang cacat tubuh yang masuk dalam program
asrama.
Dalam program kesehatan Yayasan Senang Hati bekerja sama dengan
volunteer yang memiliki kolam renang untuk aquateraphy, Liliane Fonds untuk
biaya operasi, fisioteraphy, dan pemberian alat bantu. Selain itu, juga Yayasan
Senyum untuk operasi bibir sumbing, YKI untuk operasi mata, dan Rotary untuk
penyiapan alat bantu. Untuk program pendidikan Yayasan Senang Hati bekerja
sama dengan organisasi dari Belanda, yaitu Liliane Fonds dalam memberikan
beasiswa kepada anggota yang masih dalam usia sekolah dan biaya kursus
komputer (di bawah umur 25 tahun). Yayasan Senang Hati juga bekerja sama
dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali untuk penyelenggaraan kejar paket A, B,
dan C bagi anggota yang sudah lewat usia sekolah. Untuk program ekonomi
Yayasan Senang Hati bekerja sama dengan hotel-hotel, tour and travel, serta
memiliki kelompok menjahit, melukis, dan pembuatan handycraf. produksinya
dijual di toko Senang Hati Ubud dan saat pameran. Selain itu, memiliki restaurant
Senang Hati, transportasi motor roda tiga dan grup tari Senang Hati.
Pelaksanaan kegiatan di Yayasan Senang Hati berdasarkan peraturan
pemerintah, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Yayasan Senang Hati. Di
samping itu, juga dibentuk struktur yayasan yang terdiri atas seorang ketua,
seorang pengawas, dua orang pembina, seorang sekretaris, dan seorang
bendahara. Sebagai sebuah organisasi sosial, Yayasan Senang Hati selalu
berusaha untuk membuka diri dan menjalin kerja sama, baik dengan pemerintah,
pribadi, maupun organisasi lain yang peduli kepada Yayasan Senang Hati.
16
Yayasan Senang Hati memberikan pelayanan kesejahteraan sosial dalam
bentuk program sosial, program pendidikan, program kesehatan, dan program
ekonomi kepada penyandang cacat tubuh untuk meningkatkan kemandiriannya.
Di samping itu, anggota yayasan telah memperoleh prestasi di bidang olahraga
dan kesenian. Beberapa anggota yayasan memiliki usaha sendiri dan mendapatkan
perkerjaan di luar yayasan. Yayasan Senang Hati juga mampu membeli tanah 25
are di Jalan Raya Siangan Gianyar, Bali.
Pembelian tanah yang tidak transparan dan pembeliannya bersamaan
dengan pembelian tanah pribadi ketua yayasan Ni Putu Suriati, menyebabkan
anggota yayasan bergejolak dan menuntut pertanggung jawaban ketua dan
pengurus yayasan. Pembangunan yayasan juga bersamaan dengan pembangunan
rumah pribadi ketua yayasan. Saat beberapa anggota yayasan ingin mendapatkan
penjelasan tentang tranparansi keuangan, salah satu pengurus yang menangani
pembelian bahan-bahan bangunan di yayasan menyatakan bahwa bahan bangunan
yang dipesan dan dibayar oleh yayasan, namun setengah bahan bangunan untuk
yayasan dan setengah lagi untuk pembangunan rumah ketua yayasan.
Kesuksesan Yayasan Senang Hati mengalami guncangan pada akhir tahun
2013. Hal ini terjadi karena ketidakpercayaan beberapa anggota terhadap
pimpinan dan pengurus, masalah manajemen keuangan yang kurang transparan
serta beberapa orang anggota yayasan merasa dieksploitasi. Masalah yang terjadi
di Yayasan Senang Hati dilaporkan ke pembina Vern Cork oleh beberapa
penyandang cacat tubuh, yang ditindaklanjuti oleh pengawas Yayasan Senang
Hati, yaitu I Gusti Komang Darmadi. Artinya, pengawas melakukan beberapa
17
pertemuan sampai mendatangkan pengacara, mendatangkan akuntan publik,
melakukan pergantian pimpinan Yayasan Senang Hati, tetapi belum mampu
menyelesaikan masalah yang dialami oleh Yayasan Senang Hati. Bahkan saat
akuntan publik mau mengambil dan mengecek data keuangan, ketua yayasan Ni
Putu Suriati mengancam akan melaporkan ke polisi. Hal ini Karena saat data
keuangan mau diambil Ni Putu Suriati tidak ada di Yayasan. Pengawas yayasan
berusahan untuk melakukan audit, namun ketua dan pengurus yayasan tidak
mengijinkan dengan alasan bahwa Pembina tidak menginginkan dilakukan audit.
Disamping itu, ketua dan pengurus yayasan menyampaikan pembina yayasan
posisinya lebih tinggi dari pengawas yayasan.
Disamping masalah di atas, komunikasi yang kurang baik antara pengurus
dengan anggota yayasan, dimanfaatkan oleh Jeanne Sri De Vreede. Jeanne adalah
salah satu volunteer kepercayaan ketua yayasan Ni Putu Suriati, karena Jeanne
membantu Ni Putu Suriati melakukan komunikasi khususnya dengan volunteer
yang berasal dari Belanda dan Jeanne juga aktif membantu pemberdayaan di
Yayasan Senang Hati. Bersama beberapa anggota yang menuntut pertanggung
jawaban, Jeanne mendampingi anggota yang melakukan perlawanan berusahaan
mengganti Yayasan Senang Hati di tiga notaris. Namun, hal itu tidak bisa
dilakukan karena tidak ada tanda tangan pimpinan yayasan yang resmi.
Perselisihan semakin besar, dan tidak dapat diselesaikan. Hal ini bisa dilihat dari
perdebatan yang terjadi di facebook.
Masalah semakin besar dan berlarut-larut, sehingga dari Januari sampai
Juni 2014, 21 anggota Yayasan Senang Hati memutuskan keluar dari yayasan dan
18
lokasi yayasan dipindahkan ke Jalan Raya Siangan, Gianyar, Bali. Implikasi dari
permasalahan di atas sangat besar berpengaruh terhadap kelangsungan yayasan,
pengurus yayasan, penyandang cacat tubuh, pemerintah, dan donatur yang
biasanya bekerja sama dengan Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini dilakukan di Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali. Adapun masalah
penelitian yang menarik untuk dikaji dapat diformulasikan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk pemberdayaan penyandang cacat tubuh di
Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali?
2. Apakah hambatan pemberdayaan penyandang cacat tubuh di Yayasan Senang
Hati Gianyar, Bali?
3. Bagaimanakah implikasi hambatan pemberdayaan penyandang cacat tubuh di
Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali?
1.3 Tujuan Penelitian`
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di
atas, tujuan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
19
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membongkar pemberdayaan
yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Non-Governmental
Organizations (NGOs) dengan menelusuri bentuk, hambatan, dan implikasi
pemberdayaan. Hal ini penting karena di balik pemberdayaan penyandang cacat
tubuh di Yayasan Senang Hati, ternyata banyak agen/aktor yang bermain dengan
berbagai kepentingan, seperti pasar, negara, dan budaya. Selain itu, pemberdayaan
penyandang cacat tubuh menyangkut beberapa aspek, seperti aspek sosial,
ekonomi, budaya, dan politik. Dengan demikian, upaya membongkar
pemberdayaan penyandang cacat tubuh merupakan isu yang penting untuk dikaji.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis bentuk-bentuk pemberdayaan penyandang cacat tubuh di
Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali.
2. Untuk menganalisis hambatan pemberdayaan penyandang cacat tubuh di
Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali.
3. Untuk menganalisis implikasi hambatan pemberdayaan penyandang cacat
tubuh di Yayasan Senang Hati Gianyar, Bali.
20
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, seperti
berikut.
1. Sebagai sumbangan keilmuan, khususnya menyangkut pemberdayaan
penyandang cacat tubuh, dalam kaitannya sebagai wilayah atau ruang
penelitian kajian budaya.
2. Untuk menambah referensi bagi para penentu kebijakan khususnya dan semua
stakeholder pada umumnya dalam memberdayakan penyandang cacat tubuh
agar menjadi masyarakat mandiri.
3. Untuk menambah wawasan keilmuan yang holistik dan integratif sesuai dengan
kekhasan kajian budaya dengan pendekatan multidisipliner dan teori-teori
sosial kritis yang digunakan.
4. Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai rujukan teoritis, terutama
bagi penelitian-penelitian kajian budaya pada masa mendatang.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
seperti berikut.
1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak yang terlibat, seperti pemerintah
dalam menentukan kebijakan; tokoh masyarakat, budayawan yang melakukan
pendampingan kegiatan pemberdayaan; sektor privat yang membantu, baik
dalam dana, tenaga kerja, maupun peluang ekonomi. Di samping itu, juga
21
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/dan masyarakat yang melaksanakan
pemberdayaan penyandang cacat tubuh yang sangat kompleks karena terkait
dengan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada para praktisi dan masyarakat umum
dalam memahami fenomena pemberdayaan penyandang cacat tubuh. Selain
itu, juga dalam rangka menentukan sikap terbuka dan objektif pada saat
memutuskan jalan keluar setiap persoalan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat.