daftar isi - repo-nkm.batan.go.idrepo-nkm.batan.go.id/2751/1/aktivitas antimalaria ekstrak...

10

Upload: vanthuan

Post on 22-Jun-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DAFTAR ISIVOLUME 14

JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIATERAKREDITASI SESUAI SK MENDIKBUD NO. 040/P/2014

iii

Penetrasi Natrium Askorbil Fosfat dalam Sistem Niosom SPAN 40 secara In VitroRise Desnita, Veni Lestiawati, Pratiwi Apridamayanti......................................................... Pemanfaatan Teknologi Sistem Penghantaran Obat pada Produk Bahan AlamDelly Ramadon, Abdul Mun’im............................................................................................

Pengaruh Plasticizer Gliserol dan Sorbitol terhadap Karakteristik Film Penutup Luka Kitosan-Tripolifosfat yang Mengandung AsiatikosidaYuni Anggraeni, Farida Sulistiawati, Dwi Nur Astria ……………………………….........

Uji Iritasi Sediaan Gel Penyembuh Luka Ekstrak Etanol Daun Binahong Menggunakan Slug Irritation TestSri Hartati Yuliani, Yumi Rahmadani, Enade Perdana Istyastono........................................

Kecukupan Penggunaan Garam Beryodium di Provinsi Kalimantan Tengah Ber-dasarkan Hasil Tes CepatNyoman Fitri, Sunarno……...……………………..........................................................

Validated TLC Method for Determination of Curcumin Concentrations in Dissolution Samples Containing Curcuma longaDewi Setyaningsih, Yosi Bayu Murti, Achmad Fudholi, Wouter L.J. Hinrichs, Rochmat Mudjahid, Sudibyo Martono, Triana Hertiani…………….…………….............................

Jumlah Kunjungan, Profil Pengobatan dan HRQoL Pasien Rawat Jalan DM Tipe 2 pada Era JKNYusi Anggriani, Mita Restinia, Nurlayli…………….…………….........................................

Pemodelan Farmakokinetika Tablet Floating Aspirin pada Kelinci dengan PKSolverAgus Siswanto, Achmad Fudholi, Akhmad Kharis Nugroho, Sudibyo Martono………….

Uji Penetrasi In-Vitro Sediaan Gel Yang Mengandung Transfersom “Rutin” Serta Uji Aktivitas Anti Artritis Reumatoid Devi Ratnasari, Effionora Anwar, Fadlina Chany Saputri....................................................

Formulasi Serum sebagai Penyembuh Luka Bakar Berbahan Baku Utama Serbuk Konsentrat Ikan Gabus (Channa striatus)Siti Mardiyanti, Effionora Anwar, Fadlina Chany Saputri....................................................

Nomor 2 September 2016

111-117

118-127

128-134

135-140

141-146

147-157

158-165

166-173

174-180

181-189

DAFTAR ISIVOLUME 14

JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIATERAKREDITASI SESUAI SK MENDIKBUD NO. 040/P/2014

iv

Formulasi dan Uji Penetrasi In-Vitro Sediaan Topikal Nanoemulsi Genistein dari Tanaman Sophora japonica Linn.Sandra Aulia Mardikasari, Mahdi Jufri, Joshita Djajadisastra............................................. Pengaruh Variasi Konsentrasi Polivinil Alkohol (PVA) Pada Formulasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) sebagai Anti JerawatYuslia Noviani, Siti Umrah Noor, Erni Nengsih...................................................................

Aktivitas Antibakteri Isolat bakteri X2 yang berasosiasi Spons Xestospongia testudinaria dari Pantai Pasisir Putih Situbondo terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosaeYatnita Parama Cita, Ocky Karna Radjasa, Pratiwi Sudharmono ………………………...

Isolasi dan Identifikasi Zat Antibakteri dan Antikuorum Sensing dalam Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)Lisa Soegianto, Triana Hertiani, Suwijiyo Pramono ...............................................................

The Activities of Antifertility Ethanol Extract Guava Leaves (Psidium Guajava L.) based on The Analysis Of Cement and Display of Immunohistochemistry Cyclooxygenase-2 In Testis Of Mice (Mus Musculus L.)Rica Vera Br. Tarigan, M. Pandapotan Nasution, Sry Suryani Widjaja……...……………

Aktivitas Antimalaria Ekstrak n-Hexana Daun Artemisia Cina Galur Iradiasi ter-hadap Plasmodium berghei ANKADarlina, Aryanti, Teja K, Aziz A…………….…………….................................................

Isolasi Sel Punca Pluripoten dengan Penanda CD105+ dan SSEA3+ dari Sel Fibrob-las Kulit asal Jaringan PreputiumChuriyah, Indra Kusuma, Siska A. Kusumastuti, Restu Syamsul Hadi, Agung Eru Wibowo, Faiza Kara Fabiola…………….……………........................................................................

Formulasi Sediaan Tablet Ekstrak Sambung Nyawa (Gynurae procumbens (Lour).Merr) sebagai Kandidat AntidiabetesWiwi Winarti, Kartiningsih, Ratna Djamil, Sarah Zaidan, Indhit …………….……………............

Prediksi Sifat Farmakokinetik, Toksisitas dan Aktivitas Sitotoksik Turunan N-Benzoil-N’-(4-fluorofenil)tiourea sebagai Calon Obat Antikanker melalui Pemodelan MolekulSuko Hardjono .....................................................................................................................

Karakterisasi Sediaan Granul Biji Sirsak (Annona muricata L.) dan Uji Efektivitas terhadap Larva Aedes aegypti L. sebagai Kandidat BiolarvasidaSarah Zaidan, Ratna Djamil, Supriyono, Siti Nuraini ....................................................................

Ilustrasi pada sampul halaman depan:Gambar 2 dan 3 (Hardjono et.al) halaman 254-255

Nomor 2 September 2016

190-198

199-205

206-211

212-218

219-225

226-232

233-239

240-245

246-255

256-262

Aktivitas Antimalaria Ekstrak n-Hexana DaunArtemisia Cina Galur Iradiasi terhadap Plasmodium

berghei ANKA

Antimalaria Activity of n-Hexane Extract from ArtemisiaCina Galur Leaves Irradiation to Plasmodium berghei

ANKA

DARLINA1, ARYANTI2, TEJA K1., AZIZ A3

1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi- BATAN2 Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN

3 Jurusan Farmasi FMIPA ISTN

Diterima 28 Desember 2015, Disetujui 15 Agustus 2016

Vol. 14, No. 2JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 2016, hlm. 226-232ISSN 1693-1831

* Penulis korespondensi, Hp. (021) 7513906 e-mail: [email protected]

Abstract: Mutation techniques with irradiation has been shown to increase the artemisinin contentof the leaves. In this study antimalarial activity test of leaf extracts radiation strains 10, 20, and 40Gy and dose optimization of therapy aims to get leaf extract which has antimalarial activity of thebest and optimum therapeutic dose. Research phase radiation dose optimization is done in vivo usingmice infected with 1 x 107 P. berghei were divided into 4 groups: positive control, radiated 10 Gy, 20Gy, 40 Gy. Giving artemisinin conducted for 3 days after the degree of parasitaemia has reached 5%.Observations parasitaemia was performed daily until day 7 post-treatment. The survey results revealedartemisinin 10 Gy provide the best results for the lowest parasite growth and the mice live longer. Phasetherapeutic dose optimization performed by the same method with a variety of therapeutic doses of100, 200, and 300 mg / kg. The results showed the mutant strains leaf extract can inhibit the growthP.bergheiextract mutant 10 Gy with efectif of therapeutic dose (ED50) 238,7 mg / kg BW.

Keywords: Artemisinin, P. berghei, radiation

Abstrak: Teknik mutasi dengan iradiasi telah terbukti meningkatkan kandungan artemisinin dalamdaun . Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antimalaria ekstrak daun galur radiasi 10, 20, dan 40Gy serta optimasi dosis terapi bertujuan untuk mendapatkan ekstrak daun yang mempunyai aktivitasantimalaria yang terbaik dan dosis terapi yang optimum. Penelitian Tahap Optimasi dosis radiasidilakukan secara in vivo dengan menggunakan mencit yang diinfeksi dengan 1 x 107 P. berghei yangdi bagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrol positif, dosis 10 Gy, dosis 20 Gy, dosis 40 Gy. Pemberianartemisinin dilakukan selama 3 hari setelah derajat parasitemia telah mencapai 5%. Pengamatanparasitemia dilakukan setiap hari hingga hari ke-7 paska terapi. Hasil penelitian diketahui artemisinin 10Gy memberikan hasil yang terbaik karena pertumbuhan parasitnya paling rendah dan mencit bertahanhidup lebih lama. Tahap optimasi dosis terapi dilakukan dengan metode yang sama dengan variasidosis terapi 100, 200, dan 300 mg/kg BB. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun galur mutanbisa menghambat pertumbuhan P.bergheidosis (ED50) dari 238,7 mg /kg BB. Kesimpulan ekstrak daun galur mutan 10 Gy yang terbaik denganefektif dosis terapi (ED50) 238,7 mg/kg BB.

Kata kunci: Artemisinin, P. berghei, radiasi

227 DARLINA ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

mengekstraknya langsung dari tanaman(6).Salah satu masalah dalam pengembangan

tanaman artemisia di Indonesia adalah genotipeyang tersedia saat ini mempunyai kandunganartemisinin yang sangat rendah, yaitu tidak lebihdari 0,5% sehingga tidak ekonomis bagi pengusahayang akan mengembangkannya. Dalam bidangpemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkankeragaman genetik tanaman sehingga memungkinkanpemulia melakukan seleksi genotipe tanaman sesuaidengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasiinduksi dapat dilakukan pada tanaman denganperlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organreproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuksari, akar/rhizome, dan sebagainya(7).

Teknik mutasi dalam pemuliaan tanamandapat meningkatkan keragaman genetik sehinggamemungkinkan pemulia melakukan seleksi genotipetanaman sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.Proses mutasi alami biasanya terjadi sangat lambatsehingga perlu bahan mutagen untuk menginduksifrekuensi, kecepatan dan spektrum mutasi tanaman.Salah satu mutagen yang saat ini banyak digunakanadalah mutagen radioaktif dengan energi tinggi(8).Iradiasi terhadap tunas in vitro tanaman Artemisiacina telah dilakukan oleh peneliti di Pusat aplikasiteknologi isotop dan radiasi (PATIR) dengan tujuanmendapatkan tanaman baru dengan morfologi lebihbaik, dan kandungan artemisinin lebih tinggi daripadatanaman induknya. Penelitian induksi mutasi terhadappucuk menggunakan Irradiator Panoramic SerbaGuna (IRPASENA) pada dosis radiasi 10, 20, dan40 Gy yang dilakukan oleh Aryanti dan kawan kawantelah menghasilkan beberapa galur mutan yang telahterseleksi. Untuk mengetahui khasiat dari tanamangalur mutan hasil radiasi tersebut maka dilakukanpengujian aktvitas antimalaria dilakukan pada ekstrakdaun(9).

Penelitian uji aktivitas antimalaria dalampengembangan obat antimalaria dilakukan secarain vivo untuk melihat hubungan host-parasit.Plasmodium berghei ANKA (PbA) dan mencit banyakdigunakan sebagai model pada penelitian malaria P.falciparum. Hal tersebut didasarkan pada kemiripanaspek biologi dari Plasmodium berghei ANKA padamencit dan Plasmodium falciparum pada manusiasetelah dianalisis secara molekuler(10). Pada penelitianuji aktivitas antimalaria ekstrak daun galur radiasidigunakan P. berghei dan mencit bertujuan untukmendapatkan ekstrak daun yang mempunyai aktivitasantimalaria yang terbaik.

PENDAHULUAN

PENDERITA yang terinfeksi malaria di dunia pada2 dekade terakhir meningkat dua kali terutamadisebabkan oleh munculnya strain P. falciparumyang resisten terhadap obat malaria yang tersediaTransfersom yang juga dikenal dengan nama laindeformable vesicle atau elastic liposom, merupakansuatu bentuk teknologi nano vesikel yang unik danmenarik. terutama klorokuin dan turunannya (1).Demikian pula hal yang dihadapi Indonesia pelaksanaprogram dalam pemberantasan malaria(2). Kegagalanprogram penanggulangan malaria antara laindisebabkan oleh adanya penyebaran yang luas dariresistensi obat antimalaria lini pertama (monoterapi)dan resistensi terhadap obat-obat lain (multidrugsresistance)(2). Sehingga diupayakan untuk mencarialternatif tanaman lain yang mampu mengatasipenyebab penyakit tersebut.

Pada tahun 2000 Menteri Kesehatan mencanangkanGerakan Berantas Malaria (Gebrak Malaria) melaluitiga strategi, salah satunya yaitu mengembangkanpemakaian obat anti malaria untuk pencegahan danpengobatan. Salah satu tanaman yang berpotensiuntuk dikembangkan adalah artemisia(3). Tanamanartemisia merupakan tanaman yang berasal dari daerahsub tropis (iklim temperate) mempunyai banyakspecies berkisar 200-400 spesies. Artemisia cinaatau A.vulgaris dan A.annua L. Merupakan spesiesartemisia yang telah banyak dikembangkan untukobat antimalaria karena mengandung bahan aktifartemisinin yang sangat efektif mengatasi penyebabpenyakit malaria tersebut, yang telah resisten terhadapkina (quinine). Artemisinin adalah metabolit sekunderyang mempunyai potensi sebagai antimalaria(4).

Artemisinin bekerja sebagai skizonsid. Selamapertumbuhan parasit Plasmodium mencernahemoglobin, memproduksi Fe2+heme yang akanteroksidasi menjadi Fe3+heme sehingga parasitmenyerap dalam bentuk hemozoin di vakuolapencernaan. Diduga artemisinin masuk ke dalam

Artemisinin merupakan senyawa seskuiterplanktondapat berinteraksi dengan ferriprotopophyril IX(heme) dalam vakuola makanan parasit yang bersifatasam dan menghasilkan spesies radikal yang bersifattoksik(5).

Artemisinin diperoleh dengan cara mengekstrakdaun atau batang tanaman Artemisia sp. Senyawatersebut merupakan kelompok sesquiterpenlaktondengan jembatan endoperoksida yang jarang ditemuidi alam. Artemisinin merupakan senyawa yang sulituntuk disintesis, maka cara yang paling mudah danmurah untuk memperoleh artemisinin adalah dengan

Vol 14, 2016 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 228

BAHAN DAN METODE

BAHAN. Ekstrak n-heksana daun Artimisia cina hasiliradiasi 10, 20, dan 40 Gy diperoleh dari LaboratoriumKimia Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi(PATIR), Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN),Pasar Jumat Jakarta. Parasit yang digunakan dalampenelitian ini adalah Plasmodium berghei strain ANKAdari Laboratorium Biologi Molekuler Pusat TeknologiKeselamatan dan Metorologi Radiasi (PTKMR).Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit Swiisalbino atau galur jantan, umur 8-12 minggu, berat28-32, di diambil dari laboratorium non rumansia dansatwa harapan Fakultas Peternakan Institut PertanianBogor sejumlah 65 ekor. Mencit diberi pakan berupapelet dan minum secara ad libitum(11).

METODE. Perbanyakan P.berghei. Stok bekuP.berghei dibiakan secara in vivo dalam tubuh mencitdi Laboratorium Hewan Bidang Biomedika PTKMR.Kepadatan parasit (parasitemia) dalam darah diperiksasetiap hari dengan memotong ujung ekor mencit. Bilatingkat parasitemia mencit telah mencapai diatasdiatas 20% maka dilakukan anestesi dan pengambilandarah dari jantung untuk selanjutnya dilakukanpenginfeksian kembali ke mencit perlakuan(12).

Inokulasi P. berghei ke mencit. Darah donor yangmengandung parasit kemudian diencerkan denganRPMI sehingga mencapai konsentrasi 1 x 107/ml.Kemudian diresuspensikan dalam 200 ul RPMI ygakan diinfeksikan kemencit perlakuan.

Pengujian aktivitas anti malaria. Pengujianaktivitas antimalaria in vivo dilakukan mengacu padametode standar Peter’s Test (4-day suppresive test)(13) .Pemberian terapi artemisinin dilakukan ketika derajatparasitemia telah mencapai infeksi dan pengamatanparasitemia dilakukan setiap hari mulai hari pertamahingga hari ke-7 paska terapi.

Rancangan Percobaan. Percobaan dilakukan2 tahap. Tahap Optimasi dosis radiasi, untukmendapatkan ekstrak yang terbaik dari 3 ekstrak daunhasil radiasi 10, 20, 40 Gy. Rancangan percobaan yangdigunakan adalah rancangan acak lengkap. Mencitdibagi menjadi 4 kelompok, masing masing kelompok5 ekor. (A) kelompok kontrol positif yaitu kelompokperlakuan yang diinfeksi 1x107 Plasmodium berghei.(B) Kelompok artemisin 10 Gy yaitu kelompok

Kelompok artemisin 20 Gy yaitu kelompok perlakuanyang diberi terapi artemisin 20 Gy. (D) Kelompok40 Gy yaitu kelompok perlakuan yang diberi terapiartemisin 40 Gy dosis. Ekstrak artemisin dilarutkandalam Akuabides steril sehingga diperoleh suspensi,kemudian diberikan ke mencit dengan dosis 200 mg/kg berat badan secara per oral satu kali sehari.

Setelah diperoleh ekstrak tanaman yang terbaikdari penelitian tahap 1. Kemudian dilakukan tahapoptimasi dosis takar dengan variasi dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kg BB, dan 300 mg/kg BB. Rancanganpercobaan yang digunakan adalah rancangan acaklengkap. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok, masingmasing kelompok 5 ekor. 1 kelompok kontrol positifyaitu kelompok perlakuan yang diinfeksi 1x107Plasmodium berghei, 3 kelompok artemisinin radiasiyang diberi terapi artemisin variasi dosis takar 100mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 300 mg/kg BB.

Penghitungan parasitemia. Sebanyak 6 µL darahdibuat apusan tipis pada gelas preparat kemudian

Giemsa 10% selama 30 menit setelah itu dicucipada air mengalir. Pemeriksaan dan penghitungansel dilakukan di bawah mikroskop pembesaran100 X. Parasitemia menunjukkan kepadatan seldarah terinfeksi parasit dalam ± 1000 sel darahmerah atau 10 lapang pandang dengan rumus(12) :

Pengolahan Data. Dari apusan darah tipis diamatijumlah eritrosit yang terinfeksi parasit malaria tiap1000 eritrosit (%parasitemia). Kemudian dihitungpersen parasitemia dan persen penghambatandengan cara perhitungan sebagai berikut (14):

Analisa Data. Data yang diperoleh dibuat dalam

hasilnya. Analisa data dosis radiasi ekstrak daun yangterbaik dari 3 ekstrak daun hasil radiasi 10, 20, 40Gy ditentukan dengan melihat kurva pertumbuhanparasit yang terendah. Analisa data dosis terapi radiasiyang dilakukan dengan dengan menggunakan ujiT-test: Two-Sample Assuming Unequal Variancesdigunakan sebagai komparasi antar dua sampel bebas(independent), bertujuan untuk mengetahui apakahdua kelompok sampel berbeda dalam variabel tertentu.Optimasi dosis terapi optimum radiasi dengan mencarinilai efektif dosis 50% (ED50) dihitung berdasarkananalisis probit % penghambatan pertumbuhan parasitselama 6 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian uji aktivitas antimalaria ekstrak galurmutan dilakukan secara in vivo dengan menggunakanP.berghei dan mencit sebagai inangnya dilakukan dua

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia229 DARLINA ET AL.

kg, dan 300 mg/kg BB pemberian terapi dilakukanselama 3 hari, hasil pengujian dilihat dari pertumbuhandan penghambatan parasit (Gambar 3 dan Tabel 1).Persentase pertumbuhan parasit tiap kelompok diamatisatu hari sampai hari ke-7 setelah pemberian bahan

tahap. Tahap pertama pengujian aktivitas antimalariapada ekstrak daun dari 3 tanaman yang diradiasidengan dosis 10, 20, dan 40 Gy dengan tujuan untukmendapat aktivitas antimalaria dari ekstrak yangpaling optimum. Setelah diperoleh ekstrak daun yangmempunyai aktivitas antimalaria yang terbaik makadilakukan tahap selanjutnya yaitu untuk mendapatkandosis optimum dengan perlakuan 3 variasi dosis terapi.Mencit disuntikan 1 x 107 parasit secara intraperitonealkemudian diberikan ekstrak daun A. Cina dengandosis 200 mg/kg BB selama 4 hari. Pengamatanpertumbuhan parasit mulai diamati setiap hari hinggahari ke-7, setelah 4 hari pemberian terapi eksrtak .Pertumbuhan parasit diamati dari kepadatan parasit(parasitemia) pada apusan tipis darah perifer denganpewarnaan Giemsa (Gambar 1). Pertumbuhan P. berghei parasit mulai terlihat didarah tepi pada hari ke-3. Pertumbuhan parasit padamencit yang diberi terapi ekstrak daun 10 Gy hinggahari ke-7 mencapai 2,7%. Pertumbuhan parasit padakelompok mencit yang diberi ekstrak daun galurmutan dosis 20 dan 40 Gy hampir sama yaitu sekitar16%. Terjadi perbedaan bermakna antara kelompok

Pengamatan daya tahan hidup mencit diamatiselama 1 bulan. Pada kelompok 40 Gy, 80% mencitmati pada hari ke-10 dan semua mencit mati pada harike-11. Pada hari ke 12 kematian semua mencit terjadipada kelompok 20 Gy. Hingga 1 bulan mencit padakelompok 10 Gy sekitar 20% mencit masih bertahanhidup dengan parasitemia (Gambar 2). Setelah diperoleh ekstrak daun galur radiasi yangterbaik kemudian dilakukan tahap penelitian optimasidosis terapi yang bertujuan untuk mendapatkan dosisekstrak artemisinin yang optimal dalam menghambatpertumbuhan parasit. Potensi kuratif ekstrak daunradiasi 10 Gy dievaluasi menurut metode Peters(13).

Gambar 1. Pertumbuhan P. berghei pada mencit dengan kelompok perlakuan dengan terapi ekstrak daun galur

mutan radiasi 10 Gy, 20 Gy, dan 40 Gy.

Pengujian optimasi dosis ekstrak 10 Gydilakukan pada dosis terapi 100 mg/kg, 200 mg/

Gambar 2. Daya tahan hidup mencit dengan kelompok perlakuan dengan terapi ekstrak galur mutan radiasi 10 Gy, 20 Gy, dan 40 Gy.

uji dihentikan. Pertumbuhan parasit (parasitemia)mencit kelompok kontrol dan 100 mg/kg cenderungterus meningkat. Parasitemia mencit pada kelompokperlakuan 200 mg/kg dan 300 mg/kg menurun hinggahari ke-4 setelah itu meningkat. Pertumbuhan parasitpada mencit perlakuan dosis 200 mg/kg paling rendah.Terdapat perbedaan nyata antara pertumbuhan parasitpada tiap kelompok mencit perlakuan terhadapkelompok mencit kontrol (p=>0,05).

Data persentase hambatan tiap kelompok diperolehdari data persentase pertumbuhan perkelompokperlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrolpositif. Persentase hambatan diamati dari hari ke-4hingga ke-7 setelah penghentian terapi (Tabel 1).Perlakuan terapi dosis ekstrak daun dosis 100 mg/kgBB mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhanparasit yang terendah. Dosis ekstrak daun 200 mg/kg BB mempunyai daya hambat yang tertinggi.Daya hambat perlakuan ekstrak daun dosis 300 mg/kg BB sedikit lebih rendah dari 200 mg/kg tetapisecara statistik tidak berbeda nyata pada (p=>0,05).

Gambar 3. Persentase pertumbuhan parasit pada mencit yang diterapi ekstrak daun galur mutan 10 Gy dengan

beberapa dosis terapi dan kontrol positif

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 230Vol 14, 2016

Lebih rendahnya daya hambat ekstrak daun 300mg/kg kemungkinan kandungan artemisinin dalamdaun sama atau lebih rendah, karena kami tidakmengukur kandungan Artemisinin dalam bahan uji.Berdasarkan literatur banyak senyawa lain yangterkandung dalam daun Artemisia dan kemampuanmereduksi parasitemia tergantung kadar artemisininyang terkandung dalam daun. Selain itu pada metodein vivo dengan menggunakan hewan coba responindividu dr hewan coba mempengaruhi hasil uji(11).

Dosis efektif dari artemisinin ditunjukkandari kemampuan artemisinin untuk menghambatpertumbuhan parasit sekitar 50% (ED50). Untukmenentukan nilai ED50 dibuat kurva hubungan dosisekstrak daun terhadap persen inhibisi atau persentasehambatan (Gambar 4). Besarnya nilai ED50 tersebutdiperoleh dengan cara memasukan nilai 50% aktivitasinhibisi kedalam persamaan regresi(15). Berdasarkankurva tersebut aktivitas terhadap penghambatanpertumbuhan parasit sebanyak 50% terjadi padakonsentrasi 238,75 mg/kg berat badan. Perbedaanpertumbuhan P. berghei pada mencit yang diberi

tersebar di 1/3 daun bagian atas (41,7 persen); 1/3bagian tengah (25 persen) dan 1/3 bagian bawah(22,2 persen). Pada penelitian Aryanti dkk diketahuibagian tanaman galur mutan radiasi dosis 10, 20, dan40 Gy yang mengandung artemisinin tertinggi padadaun(9). Daun A. cina kemudian diekstrak dengancara maserasi menggunakan n-heksana perbandinganantara serbuk A. cina dan 1:10(9). Metode maserasiini merupakan metode ekstraksi ditemukan oleh GeHong dan hingga saat ini masih digunakan dalamekstraksi artemisinin(16). Ekstrak daun galur mutanyang mengandung artemisinin tertinggi dari masingperlakuan kemudian diuji aktivitas antimalaria padapenelitian ini secara in vivo dengan menggunakan P.berghei dan mencit sebagai inangnya.

Evaluasi awal senyawa antimalaria secara invivo dengan model rodensia telah digunakan secaraekstensif dalam penemuan obat baru. Metode inidigunakan dalam penelitian awal pengujian khasiatobat dengan membandingkan parasitemia apusandarah dan daya tahan hidup pada kelompok mencitperlakuan(17). Keuntungan menggunakan model in

Tabel 1. Persen pertumbuhan dan persen penghambatan rata-rata P.berghei mencit paska pemberian ekstrak galur mutan 10 Gy

perlakuan berbagai dosis artemisinin dilihat padaGambar 5.

Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasimenggunakan radiasi sinar gamma terhadap tanamanArtemisia dari beberapa penelitian telah terbuktimeningkatkan kandungan artemisinin. Iradiasi padapada tanaman A. cina bertujuan untuk menghasilkantanaman yang lebih lambat berbunga sehinggaotomatis biomasa tanaman menjadi meningkat dengandemikian produksi artemisinin juga menjadi lebihbanyak(8). Penelitian Ragapadmi dan kawan kawanmembuktikan kandungan artemisinin dari sepuluhgalur mutan Artemisia annua dari hasil radiasi dosis 30dan 40 Gy bervariasi antara 0.44 — 1.41%, sedangkankandungan artemisinin dari tanaman kontrol adalah0.43% (7). Penelitian Aryanti dkk membuktikan tunasyang diiradiasi terjadi peningkatan kadar artemisininlebih tinggi hingga 5 kali lipat dibandingkan tanamaninduknya(8).

Artemisinin paling banyak terkandung padabagian daun tanaman Artemisia sp. Sekitar 89 persendari total artemisinin terkandung pada tanaman

Gambar 4. Kurva hubungan persentase hambatan atau inhibisi dengan dosis ekstrak daun A. cina

vivo untuk penelitian ini dengan memperhitungkankemungkinan efek prodrug dan keterlibatan sistemkekebalan tubuh dalam pemberantasan infeksi.Pemberian obat secara in vivo melalui oral karenapemberian secara oral diketahui 100 kali tidak toksikdibandingkan secara intrapertitoneal(16).

Penelitian uji aktivitas antimalaria ekstrak

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia231 DARLINA ET AL.

200 mg/kg dan 300 mg/kg mampu menghambatparasit sekitar 50% pada hari ke-4, nilai persentasepenghambatan parasit tetap sekitar 50% hingga harike-5 pada kelompok mencit yang diterapi dengan 200mg/kg sedangkan untuk dosis 300 mg/kg persentasepenghambatan menurun menjadi 32,2%. Walaupunsecara statisitik tidak terjadi perbedaan yang nyata(p=>0,05) diantara kedua kelompok perlakuan.Kelompok mencit dengan perlakuan terapi dosis200 mg/kg pertumbuhan parasit paling rendah danpersentase hambatan paling tinggi diantara perlakuanterapi dosis lainnya. Menurut Munez et al, dalamIsa menyebutkan aktivitas antiplasmodium in vivo

kgBB/hari, katagori baik bila nilai ED50 101-250 mg/kgBB/hari. Kategori sedang bila nilai ED50 : 251-500mg/kgBB/hari dan tidak aktif jika > 500 mg/kg/hari(10).

Potensi Artemisinin sebagai antimalaria banyakditeliti baik sebagai terapi tunggal atau di kombinasidengan zat antimalaria yang lain. Penelitian yang

terapi kombinasi senyawa artesunat dengan ekstraketanol 80% kulit batang cempedak. Dari hasilpenelitian diketahui kombinasi ekstrak etanol 80%

mg/kgBB D0-D2 memberikan potensi keberhasilanpaling besar(20).

Penelitian Gayan S. Bamunuarachchi (13) yangmelakukan penelitian terhadap potensi ekstrak etanoldaun Artemisia vulgaris pada mencit. Dosis kisaranekstrak daun yang digunakan berkisar 250 mg/kg BBhingga 1000 mg/kg BB. Dari penelitian diperoleh

daun galur mutan dilakukan secara in vivo denganmenggunakan P. berghei dan mencit sebagai inangnyadilakukan dua tahap, yaitu menentukan aktivitasantimalaria galur mutan yang optimal dan optimasidosis terapi. Penentuan aktivitas antimalaria dilakukandengan membandingkan pertumbuhan parasit dandaya tahan hidup dari mencit yang diberi ekstrakdaun tanaman galur radiasi dosis 10, 20, dan 40 Gy.Hasil pengamatan pertumbuhan parasit dan daya tahanhidup menunjukkan kelompok mencit yang diberiterapi ekstraksi artemisinin 10 Gy memberikan hasilyang terbaik karena pertumbuhan parasitnya palingrendah dan bertahan hidup lebih lama. Berdasarkanhasil penelitian Aryanti dkk yang melaporkankandungan artemisinin yang tertinggi ditemukan padadaun galur mutan yang diradiasi dosis 10 Gy yaitu73,13 mg/g(9).

Optimasi dosis terapi ekstrak daun galur mutan 10Gy dilakukan pada dosis terapi 100 mg/kg, 200 mg/kg, dan 300 mg/kg BB menurut metode Peters. Nilaipersentase penghambatan ini dipakai sebagai dasaruntuk menetapkan aktivitas antiplasmodium secara invivo dengan menentukan Efective Dose 50% (ED50).Aktivitas antiplasmodium in vivo dinyatakan dalamED50, yaitu suatu kemampuan bahan uji untuk dapatmenghambat pertumbuhan parasit pada mencit galurSwiss yang diinfeksi P. berghei hingga 50%(18) atau

50)(19).

Hasil optimasi dosis terapi dilihat dari pertumbuhandan penghambatan parasit. Dari hasil tersebut diatas diketahui ekstrak daun dosis 100 mg/kg BBmempunyai daya hambat paling rendah. Dosis

Gambar 5. Pertumbuhan P. berghei pada mencit yang diberikan berbagai dosis terapi galur mutan 10 Gy

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 232Vol 14, 2016

hasil persentase inhibitor concentration 50)pada konsentrasi 412.1 mg/kg. Dosis pengobatanpada mencit hingga dengan 450 mg/kg BB, atausekitar 15 kali dosis manusia masih berada dalamkisaran yang dapat diterima. Substansi yang berpotensiuntuk dilakukan studi lebih lanjut jika konsentrasi

50 masih dibawah tiga kali dosis efektif minimumyaitu 200 mg.

Dari hasil penelitian ekstrak daun galur mutan10 Gy nilai ED50 50 yang diperoleh dosis238,75 mg/kg berat badan, berarti substansi yangdiuji berpotensi sebagai kandidat obat antimalaria.Kemampuan aktivitas antimalaria ekstrak n-hexanedaun A. cina galur radiasi lebih baik dibandingkanekstrak daun A.vulgaris dari penelitian Gayan.

SIMPULAN

Berdasarkan analisa data dan pembahasan terhadaphasil uji aktivitas antimalaria pada ekstrak daun galurmutan yang diradiasi dengan dosis 10 Gy, 20 Gy,dan 40 Gy, dapat disimpulkan ekstrak daun 10 Gymemberikan hasil yang terbaik karena pertumbuhanparasitnya paling rendah dan bertahan hidup lebihlama. Dari hasil Uji aktivitas antimalaria ekstrak daun10 Gy secara in vivo dilakukan pada dosis terapi 100mg/kg, 200 mg/kg, dan 300 mg/kg BB, diperolehhasil perlakuan dosis terapi 200 mg/kg memberikanhasil hambatan yang lebih tinggi dari 300 mg/kgtetapi secara statistik tidak berbeda nyata. Dosis terapiefektif yang diperoleh dari ekstrak daun A. cina adalah238,75 mg/kg. Dapat disimpulkan ekstrak daun galurmutan 10 Gy yang terbaik dengan dosis terapi efektif(ED50) 238,7 mg/kg berat badan.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. WHO | World Malaria Report 2012. WHO.English: World Health Organization; 2012

2. Harijanto P. Malaria dari Molekuler ke Klinis. 2nd ed.

3. Tjitra E. Pengobatan Malaria dengan KombinasiArtemisinin. Bul Penelit Kesehat. 2005;33(2):53–61.

4.Pharm Sin B. 2016;6(2):115–24.

5. Visser BJ, Wieten RW, Kroon D, Nagel IM, Bélard S,

malaria: a systematic review. Malar J. 2014;13(463):2-18.

6. Sucilestari R, Dj DS, Bachtiar I. Uji AktivitasAntimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak MetanolDaun Artocarpus camansi terhadap Plasmodiumberghei Secara In Vivo. Nat B. 2013;2(2):196–9.

7. Purnamaningsih R, Lestari EG, M.Syukur. EvaluasiKeragaman Galur Mutan Artemisia Hasil IradiasiGamma. J Ilm Apl Isot dan Radiasi. 2011;6(2):139–46.

8. Aryanti. Peningkatan kandungan artemisinin melaluimutasi tunas in vitro tanaman obat Artemisia cinaImprovement of artemisinin content through mutationof in vitro shoot cultures of Artemisia cina medicinalplant. Indones Maj Farm. 2011;22(1):60–4.

9. Aryanti. Mutation Induction for Improving ofArtemisia cina

Mutant Lines. Indones JPharmacy. 2015;26(3):147–54.10. Isa, Rinidar S. Aktivitas Antiplasmodium Daun Sernai

( Wedelia Biflora ) Berdasarkan Evaluasi FungsiGinjal dan Hati pada Mencit yang Diinfeksi denganPlasmodium berghei. J Vet. 2012;13(2):167–75.

11.Laboratory Animals, 8th edition. National Academies

The Nation Academic Press; 2012. 246 p.12.

2013. 464 p.13. Bamunuarachchi GS, Ratnasooriya WD, Premakumara

S, Udagama P V. Antimalarial properties of Artemisiavulgaris L. ethanolic leaf extract in a Plasmodiumberghei murine malaria model. J Vector Borne Dis.2013;50(4):278–84.

14. Elfawal MA, Towler MJ, Reich NG, Golenbock D,Weathers PJ, Rich SM. Dried Whole Plant Artemisiaannua as an Antimalarial Therapy. PLoS One.2012;7(12):1–7.

15. Muti R, Enggar LF, Winarsih S, Simamora D.Kombinasi Ekstrak Batang Talikuning dan Artemisinsebagai Obat Antimalaria terhadap Plasmodium berghei

Artemisin as an Antimalaria Agent against Plasmodiumberghei. Kedokt Brawijaya. 2010;26(1):8–13.

16. Taherkhani M, Rustaiyan A, Nahrevanian H, Naeimi S,

Artemisia turanica extract with current drugs in vivo.J Vector Borne Dis. 2013;50(1):51–6.

17.Drug Discovery: Approaches and Progress towardsNew Medicines. Nar Rev Microbiol. 2013;11(12):849–62.

18. Sholikhah EN, Wijayanti MA, Mustofa. In vivoantiplasmodial activity and acute toxicity ofstandardized extract of Eurycoma longifolia jack.root traditionally used to treat malaria. Am J PharmacolToxicol. 2014;9(1):24–8.

19.50

Terhadap Plasmodium falciparum yang DiinkubasiSelama 32 dan 72 jam. Vet J Med. 2013;7(1):8–12.

20. Hafid AF, Tyas MW, Widyawaruyanti A. ModelTerapi Kombinasi Ekstrak Etanol 80 % Kulit Batang

Artocarpus Champeden Spreng .) danArtesunat pada Mencit Terinfeksi Parasit Malaria. JIndones Med Assoc. 2011;61(4):161–7.