daftar isi i - who

18
Daftar Isi i

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Daftar Isi i - WHO

Daftar Isi i

Page 2: Daftar Isi i - WHO

ii Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan

Page 3: Daftar Isi i - WHO

Daftar Isi iii

PENTING DIKETAHUI

Penerbit adalah rekanan pengarang untuk menerbitkan sebuah buku. Bersamapengarang, penerbit menciptakan buku untuk diterbitkan. Penerbit mempunyaihak atas penerbitan buku tersebut serta distribusinya, sedangkan pengarang me-megang hak penuh atas karangannya dan berhak mendapatkan royalti atas pen-jualan bukunya dari penerbit.

Percetakan adalah perusahaan yang memiliki mesin cetak dan menjual jasa pen-cetakan. Percetakan tidak memiliki hak apa pun dari buku yang dicetaknyakecuali upah. Percetakan tidak bertanggung jawab atas isi buku yang dicetaknya.

Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk diterbitkandi sebuah penerbit. Pengarang memiliki hak penuh atas karangannya, namunmenyerahkan hak penerbitan dan distribusi bukunya kepada penerbit yangditunjuknya sesuai batas-batas yang ditentukan dalam perjanjian. Pengarangberhak mendapatkan royalti atas karyanya dari penerbit, sesuai dengan ke-tentuan di dalam perjanjian Pengarang-Penerbit.

Pembajak adalah pihak yang mengambil keuntungan dari kepakaran pengarangdan kebutuhan belajar masyarakat. Pembajak tidak mempunyai hak mencetak,tidak memiliki hak menggandakan, mendistribusikan, dan menjual buku yangdigandakannya karena tidak dilindungi copyright ataupun perjanjian pengarang-penerbit. Pembajak tidak peduli atas jerih payah pengarang. Buku pembajakdapat lebih murah karena mereka tidak perlu mempersiapkan naskah mulai daripemilihan judul, editing sampai persiapan pracetak, tidak membayar royalti, dantidak terikat perjanjian dengan pihak mana pun.

PEMBAJAKAN BUKU ADALAH KRIMINAL!

Anda jangan menggunakan buku bajakan, demi menghargai jerih payah parapengarang yang notabene adalah para guru.

Kutipan Pasal 72:Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidanapenjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda palingsedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara palinglama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00(lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, ataumenjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran HakCipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: Daftar Isi i - WHO

iv Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan

Page 5: Daftar Isi i - WHO

Daftar Isi v

Isi di luar tanggung jawab percetakan

EGC 1452

Published by the World Health Organization in 2000under the title Foodborne disease: a focus for health education© World Health Organization 2000

The Director-General of the World Health Organization has grantedtranslation rights for an edition in Indonesian to EGC Medical Publisher,which is solely responsible for the Indonesian edition.

PENYAKIT BAWAAN MAKANAN: FOKUS PENDIDIKAN KESEHATANAlih bahasa: dr. Andry Hartono, Sp.GKEditor edisi bahasa Indonesia: Palupi Widyastuti, SKM

Hak cipta terjemahan Indonesia© 2002 Penerbit Buku Kedokteran EGCP.O. Box 4276/Jakarta 10042Telepon: 6530 6283

Anggota IKAPI

Desain kulit muka: Samson P. Barus

Hak cipta dilindungi Undang-UndangDilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atauseluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Cetakan I: 2005

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Penyakit bawaan makanan : fokus untuk pendidikan kesehatan / WorldHealth Organization ; alih bahasa, Andry Hartono ; editor edisi bahasaIndonesia, Palupi Widyastuti. — Jakarta : EGC, 2005.

xvii, 225 hlm. ; 15,5 x 24 cm.

Judul asli: Foodborne disease: a focus for health educationISBN 979-448-707-4

1. Makanan — Aspek kesehatan. I. World Health Organization II. Hartono, Andry. III. Widyastuti, Palupi.

613.2

Page 6: Daftar Isi i - WHO

vi Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan

Daftar Isi

vi

Prakata vii

Ucapan terima kasih xi

Pendahuluan xiii

1. Penyakit bawaan makanan: suatu permasalahan kesehatan danekonomi global 1Besaran dan sifat penyakit bawaan makanan 2Tren penyakit bawaan makanan dan pelaporan yang kurang memadai 13Kemunculan jenis baru penyakit bawaan makanan atau jenis

yang baru dikenali 17Dampak kesehatan penyakit bawaan makanan 20Biaya yang dikeluarkan akibat penyakit bawaan makanan 23Faktor-faktor penyebab prevalensi penyakit bawaan makanan 25Pencegahan penyakit bawaan makanan 58

2. Mengapa pendidikan kesehatan diperlukan dalam keamananmakanan? 54Penyiapan makanan: suatu tahap kritis dalam rantai makanan 54Pengolahan makanan yang rutin 56Pengalaman di negara industri dan negara berkembang 62Tanggung jawab bersama 64Kelompok berisiko tinggi 66Teknologi pangan baru 67Kesadaran dan persepsi risiko 69Keefektifan pendidikan 73Kondisi di negara berkembang 75Penyakit bawaan makanan: penyakit yang dapat dicegah 75

3. Pendekatan untuk memilih perilaku kunci 80Pemilihan perilaku 83Faktor-faktor yang mendasari perilaku yang berkaitan

dengan makanan 92

Page 7: Daftar Isi i - WHO

Daftar Isi vii

4. Strategi dan mitra kerja 103Sektor kesehatan 104Sektor pendidikan 114Sektor pariwisata 117Penilik makanan dan kesehatan 123Media massa 124Industri makanan 128Masyarakat 132

5. Implementasi pendidikan kesehatan pada keamanan makanan 143Pengakuan, komitmen, dan sumber daya 143Koordinasi 146Pengkajian situasi 147Analisis masalah 150Perencanaan dan implementasi 150Pemantauan dan evaluasi 152Hikmah yang didapat dari pendidikan kesehatan 154

6. Kesimpulan 159

Lampiran 1Penyakit bawaan makanan: beberapa fakta dan angka 161

Bibliografi 217

Lampiran 2Komunikasi risiko 218

Page 8: Daftar Isi i - WHO

viii Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan

Sejak beberapa tahun yang lalu,WHO telah mengakui pentingnya pendidikanbagi penjamah dan konsumen makanan. Pada tahun 1983, the Joint FAO/WHOExpert Committee on Food Safety (keamanan makanan) yang membahas peranankeamanan makanan bagi kesehatan dan pembangunan (Jenewa, 1983)menyadari bahwa pendidikan publik dan partisipasi masyarakat merupakanpilar yang sangat penting di dalam strategi untuk memperbaiki keamananmakanan dan melakukan intervensi pencegahan penyakit bawaan makanan.Sebagai tindak lanjut dari komite tersebut, sebuah pertemuan konsultasitentang pendidikan kesehatan di bidang keamanan makanan yangdiselenggarakan pada tahun 1987 telah menghasilkan panduan lebih lanjutmengenai masalah ini. Sejak itu berbagai upaya sudah dilakukan untukmempromosikan pendidikan kesehatan di bidang keamanan makanan, danbeberapa publikasi serta materi pendidikan telah disusun untuk memenuhitujuan ini.

Buku ini ditujukan untuk menyoroti aspek-aspek kesehatan masyarakatdalam keamanan makanan. Semua orang yang terkait dengan keamananmakanan dan pendidikan kesehatan masyarakat diajak untuk melakukansegala upaya guna memperdalam pelatihan penjamah makanan danpendidikan konsumen makanan. Buku ini mencoba menangkap konsep yangdisusun pada saat diselenggarakannya pertemuan konsultasi WHO tentangpendidikan kesehatan di bidang keamanan makanan, sementara pada saatyang sama mencerminkan pengalaman yang cukup banyak dari pelaksanaanprogram WHO tentang keamanan makanan dalam hal kesalahan pandanganyang ada dan kebutuhan akan panduan.

Pada saat rencana penyusunan buku ini dibuat untuk pertama kalinyabeberapa tahun yang lalu, pihak berwenang di bidang kesehatan masyarakattidak banyak memberikan perhatian kepada keamanan makanan dan bahkankurang mempedulikan pentingnya pendidikan kesehatan di bidangkeamanan makanan. Saat ini di beberapa negara semakin muncul kesadarandan pengakuan tentang pentingnya keamanan makanan bagi kesehatan sertapembangunan masyarakat. Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh saran-

Prakata

viii

Page 9: Daftar Isi i - WHO

Prakata ix

saran WHO, kendati masalah tersebut juga semakin menyebarluas ke masya-rakat luas akibat beberapa peristiwa penting.

Kejadian luar biasa (KLB) kolera berskala besar yang berkecamuk di Perudan negara Amerika Latin lainnya pada awal tahun 1990-an merupakan titikbalik yang telah menarik fokus perhatian pihak berwenang kesehatan kepadakaitan antara makanan dan penyakit kolera—suatu kaitan yang sebelumnyaselalu diabaikan. Epidemi tersebut membawa akibat yang sangat merugikanbidang kesehatan dan ekonomi di beberapa negara.

Dalam konteks General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), PutaranUruguay tentang Negosiasi Perdagangan Multilateral telah berakhir dengansukses dalam bulan April 1994 dan menghasilkan liberalisasi perdaganganmakanan. Menurut Kesepakatan dalam the Application of Sanitary andPhytosanitary Measures (penerapan upaya saniter dan fitosaniter), hasil karyaKomisi Codex Alimentarius (melalui penyusunan standar, pedoman dan reko-mendasi) telah diakui sebagai rujukan untuk memenuhi persyaratan keaman-an makanan di tingkat nasional. Pengakuan tersebut menyiratkan bahwanegara yang terlibat dalam perdagangan internasional dan menjadi anggotaOrganisasi Perdagangan Sedunia (WTO) tidak lagi dapat menolak bahanpangan yang memenuhi standar, rekomendasi atau pedoman dari Codex tanpamengemukakan alasan yang membenarkan tindakan mereka. Meskipunperkembangan tersebut pada hakikatnya berkaitan dengan cara pendekatanmelalui peraturan di bidang keamanan makanan dan keharusan negara untukmemperbarui sistem pengendalian makanannya, hal tersebut telah memicusuatu debat tentang tanggung jawab konsumen serta penjamah makanandalam hal keamanan makanan dan perlunya ketetapan tentang derajatkeamanan yang diharapkan dari pihak produsen dan pengolah makanan.

Isu kontroversial lainnya seperti permasalahan penyakit bovine spongiformencephalopathy (BSE) dan penggunaan hormon dalam produksi pangan jugamenimbulkan pertanyaan terhadap metode produksi pangan yang moderndan tindakan yang diambil untuk menjamin keamanan makanan. Di sampingitu, permasalahan dioksin pada pakan ternak semakin memperbesarkeprihatinan konsumen.

Barangkali, faktor paling penting yang memperbesar perhatian pihakberwenang kesehatan masyarakat di beberapa negara (terutama negaraindustri) adalah peningkatan insidensi penyakit bawaan makanan danserangkaian KLB yang menimbulkan akibat yang fatal atau berat bagikesehatan. Beberapa KLB merupakan kejadian parah yang menyerang ratusanribu orang; beberapa lainnya menyebabkan ketakutan dan kekhawatirankarena besarnya jumlah korban yang diakibatkannya selain karena ciriepidemiologinya yang baru. Lemahnya sistem investigasi dan surveilans dinegara berkembang untuk penyakit bawaan makanan menyebabkan angkakasus yang tinggi atau berita mengenai KLB tersebut jarang ditemui; akantetapi, hal ini menggugah kewaspadaan negara di seluruh dunia tentangpotensi masalah yang membayangi di bidang keamanan makanan dan potensipeningkatan serta penyebaran penyakit bawaan makanan.

Page 10: Daftar Isi i - WHO

x Penyakit bawaan makanan: fokus untuk pendidikan kesehatan

Suasana kekhawatiran yang terdapat di antara pihak berwenangpengontrol makanan dan kesehatan masyarakat, juga pihak industri dankonsumen menjadi sebuah pemicu bagi banyak pemerintahan untuk memper-barui pandangan mereka terhadap program keamanan makanan dan mem-berikan perhatian yang lebih besar kepada penyampaian informasi, pendi-dikan serta pelatihan bagi penjamah makanan. Kendati demikian, masalah inimasih belum mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya dan di banyaknegara, keamanan makanan—khususnya pendidikan kesehatan di bidangkeamanan makanan—acapkali diabaikan serta hanya mendapatkan prioritasyang rendah di dalam program kesehatan masyarakat.

Bahkan di negara-negara yang pihak berwenangnya sudah menyadari-nyapun, hanya sedikit negara yang melakukan upaya mulai dari pengenalansampai tindakan dengan menyusun program pendidikan kesehatan yangkomprehensif, sistematis, dan berkelanjutan berdasarkan metode modern dibidang keamanan makanan. Beberapa penelaah yang meninjau ulang buku inimeminta contoh-contoh keberhasilan pendidikan kesehatan di bidangkeamanan makanan. Kegagalan dalam memenuhi permintaan mereka meru-pakan petunjuk betapa sedikitnya pekerjaan yang sudah dilakukan di bidangini. Sayangnya, sekalipun sudah dilaksanakan, aktivitas pendidikan di bidangkeamanan makanan acapkali belum dapat dikoordinasikan secara benardengan mereka yang terlibat, atau, program tersebut tidak memiliki peren-canaan dan pengevaluasian yang baik sehingga perbaikan dan penyesuaiantidak dapat dilakukan. Selain itu, banyak upaya yang didasarkan pada pen-dekatan tradisional atau pendekatan yang sudah usang di bidang pendidikanhigiene sehingga hasil sebagian aktivitas yang telah dilakukan bukan mem-bawa kebaikan melainkan kerugian.

Harus diakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini sudah terjadiperubahan yang sangat besar, dan saat ini telah muncul kesadaran yang lebihbesar di kalangan konsumen di beberapa negara. Walaupun demikian,perubahan tersebut dalam banyak hal terjadi akibat pemberitaan negatif me-dia massa yang menyebabkan munculnya perasaan tidak aman dalam dirikonsumen dan bukan akibat penyampaian informasi yang berkelanjutan sertapenyuluhan tentang peranan konsumen dan tanggung jawabnya. Ketika bukuini tengah disusun, tersedia data-data baru yang tidak dapat diikutsertakantetapi jelas mendukung pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, kebutuhanuntuk menerbitkan buku ini tetap ada dan buku ini diharapkan dapatmemenuhi tujuan untuk menggugah kesadaran akan perlunya pendidikankesehatan di bidang keamanan makanan serta tindakan yang cepat. Bahkanjika keberhasilannya hanya berupa stimulasi untuk menciptakan debat ilmiah,hal tersebut sudah memberikan makna yang besar untuk meningkatkanpengetahuan kaum cendekia dan membentuk pandangannya di bidang yangpenting ini.

Akhirnya perhatian pembaca perlu diarahkan kepada kisah sedih Dr IgnazSemmelweiss (1818—1865) dan hikmah yang harus kita ambil dari kisah itu.Selama bertahun-tahun, ribuan perempuan meninggal hanya karena

Page 11: Daftar Isi i - WHO

Prakata xi

keengganan rekan Dr. Semmelweis untuk mengakui makna penting temuan-nya dan keengganan mereka untuk mengikuti anjurannya untuk mencucitangan guna mencegah infeksi perinatal. Buku ini diharapkan dapatmembawa perubahan dalam pendidikan kesehatan di bidang keamananmakanan dan bahwa rekomendasi yang dimuat di dalamnya akandipertimbangkan secara bijaksana oleh pihak berwenang terkait.

Page 12: Daftar Isi i - WHO

xii Penyakit bawaan makanan: fokus untuk pendidikan kesehatan

Ucapan terima kasih

Buku ini disusun oleh Dr Yasmine Motarjemi, Ilmuwan pada Food SafetyProgramme WHO dengan kontribusi dari Dr Akbar Moarefi, Mantan Kepalaprogram Health Education WHO dan Mr Mike Jacob, konsultan di bidanghukum pangan dan keamanan makanan, Inggris. Buku ini merupakan hasilkolaborasi antara program Food Safety dan Health Education serta programHealth Promotion WHO.

Berikut daftar pakar yang ikut menelaah buku ini dan memberikankomentar serta saran-saran yang sangat berharga:

Profesor M. Abdussalam, Pakistan dan JermanMs Akosua Asante, Food Safety, WHO, Jenewa, SwissDr Michele Beaudry, UNICEF, New York, ASDr John S. Crowther, UNILEVER Research, Bedford, Inggris (mewakili the

Industry Council for Development)Profesor Michael P. Doyle, University of Georgia, AS (mewakili the Interna-

tional Life Science Institute, Washington DC, USA)Profesor Layi Erinosho, Ogun State University, NigeriaDr Jack Theodore Jones, Division of Health Promotion, Education and Commu-

nication, WHO, Jenewa, SwissMrs Joanna Koch, Peserta dari Kelompok Kerja LSM bidang Gizi,

Kilchberg, SwissProfesor Rolf Korte, Deutsche Gesellschaft für Technische, Zusammenarbeit

(GTZ), Eschborn, JermanDr Raj K. Malik, New Delhi, IndiaProfesor Silvia C. Michanie, Buenos Aires, Argentina

xii

Page 13: Daftar Isi i - WHO

Ucapan Terima Kasih xiii

Dr Serve Notermans, WHO Collaborating Centre for Microbiological Aspects ofFood Safety, Bilthoven, Belanda

Dr Fernando Quevedo, Lima, PeruDr Jocelyne Rocourt, Pasteur Institute, Paris, PrancisGroup Captain Roger A. Smith, Sekretaris, Royal Institute of Public Health

and Hygiene, London, InggrisDr Eghbal Taheri, Ministry of Health and Medical Education, Teheran,

Republik Islam IranMr Robert Tanner, National Sanitation Foundation International, Brussels,

BelgiaMrs Susan Van der Vynckt, UNESCO, Paris, Prancis

Program WHO berikut membantu revisi teks: Nutrition, Rural Environmen-tal Health, Child Health and Development.

WHO juga ingin menyampaikan penghargaannya kepada International LifeSciences Institute (ILSI) untuk dukungan finansialnya bagi penerbitan buku ini.

Page 14: Daftar Isi i - WHO

xiv Penyakit bawaan makanan: fokus untuk pendidikan kesehatan

Pendahuluan

Penyakit bawaan makanan (foodborne diseases) merupakan permasalahankesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan penyebab signifikanmenurunnya produktivitas ekonomi. Di seluruh dunia terdapat jutaan or-ang, khususnya bayi dan anak-anak, yang menderita dan meninggal duniasetiap tahunnya akibat penyakit bawaan makanan tersebut (1). Meskipunperanan produsen dan pengolah makanan dalam menjamin keamananmakanan tidak boleh diremehkan, ada banyak kasus penyakit bawaanmakanan yang dapat dicegah—dan banyak orang yang akan bisadiselamatkan jiwanya—jika penjamah makanan mendapatkan pendidikanserta pelatihan yang lebih baik di bidang pengelolaan makanan sementarakonsumen juga mendapatkan saran yang baik mengenai cara-cara memilihmakanan mereka.1

Pentingnya keamanan makanan, dan khususnya kebutuhan akanpendidikan mengenai keamanan makanan tersebut, telah menjadi fokuspembicaraan pada banyak pertemuan internasional. Konferensi InternasionalWHO/UNICEF tentang Primary Health Care (Alma-Ata, 1978) menyatakan bahwa“pendidikan yang berkaitan dengan permasalahan kesehatan yang ada danmetode pencegahan serta pengendaliannya” merupakan unsur esensial didalam pelayanan kesehatan primer. Promosi tentang makanan dan gizi yangbenar dianggap sebagai komponen esensial lainnya (2). Pentingnyapermasalahan tersebut dikemukakan kembali pada the World Summit for Children(New York, 1990), Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Envi-ronment and Health (Rio de Janeiro, 1992) dan Konferensi Internasional tentangNutrition (Roma, 1992). Dalam Plan of Action-nya, konferensi Roma menyusunrekomendasi untuk “mendukung pendidikan konsumen bagi masyarakat yangberpendidikan dan berpengetahuan guna memberikan kontribusi mengenaiberbagai praktik yang aman di rumah, partisipasi masyarakat serta asosiasikonsumen yang aktif” (1).

1Istilah “makanan” yang digunakan di sini juga mencakup air minum dan air yang dipakai untukmemasak makanan. Pada keadaan tertentu, istilah air digunakan sebagai kesatuan tersendiri.

Page 15: Daftar Isi i - WHO

Pendahuluan xv

Dalam menanggapi seruan untuk melakukan promosi pendidikankesehatan, termasuk pendidikan tentang keamanan makanan, pertemuanDewan Kesehatan Dunia yang ke-42 (the Forty-second World Health Assembly)mengeluarkan sebuah resolusi (WHA42.44) di tahun 1989 yang memintaWHO mendukung negara-negara anggota untuk memperkuat kemampuannasional mereka dalam segala aspek promosi kesehatan, informasi publikdan pendidikan kesehatan. Selain itu, perhatian khusus juga harus diberikanpada perkembangan metodologi dan strategi yang baru dan efektif.Belakangan, pertemuan Dewan Kesehatan Dunia yang ke-46 (the Forty-sixthWorld Health Assembly) mengeluarkan resolusi (WHA46.7) yang mendesaknegara-negara anggota untuk menurunkan insidensi penyakit bawaanmakanan pada tahun 2000 dan untuk memperbaiki higiene masyarakat yangburuk.

Tanpa dipengaruhi semua perkembangan di atas, Majelis UmumPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 9 April 1985 mengadopsipanduan untuk perlindungan konsumen di mana setiap negara, khususnyanegara berkembang, didorong untuk mengembangkan program pendidikankonsumen. Perlindungan konsumen terhadap bahaya yang mengancamkesehatan serta keselamatannya, kemudahan bagi konsumen untuk meng-akses informasi yang memadai sehingga mereka dapat memilih menurutkehendak serta kebutuhannya berdasarkan informasi yang mereka peroleh(informed choice) dan pendidikan konsumen, semuanya merupakan prinsip-prinsip yang terdapat dalam panduan ini (3).

Meskipun sudah ada pengakuan ini, keamanan makanan—khususnyakebutuhan akan pendidikan keamanan makanan bagi konsumen dan pen-jamah makanan—kerapkali mendapatkan prioritas yang sangat rendahdalam program kesehatan nasional. Lebih lanjut, pentingnya keamananmakanan acapkali belum diakui dalam program pencegahan diare. Dalampenelaahan terhadap 67 artikel yang menguraikan dan mengevaluasi pro-gram pendidikan kesehatan di negara berkembang, tidak ada satu laporanpenelitian pun yang dirancang untuk memberikan pendidikan kepadakonsumen/penjamah makanan dalam hal keamanan makanan (4). Meskipunpentingnya keamanan makanan semakin disadari, ketidakpedulianterhadap permasalahan ini di masa lalu menyebabkan angka prevalensipenyakit diare tetap tinggi. Ada banyak program pendidikan kesehatanperorangan (higiene) untuk mencegah penyakit diare yang masih belumefektif karena keamanan makanan belum diperhitungkan.

Salah satu faktor yang turut menyebabkan kecilnya perhatian terhadappermasalahan ini mungkin kurangnya kesadaran di pihak pembuatkebijakan kesehatan dan petugas medis serta kesehatan mengenaikonsekuensi kontaminasi makanan dan keterkaitan antara banyak penyakitdan makanan. Dengan demikian, penyusunan buku ini bertujuan untuk:

– meningkatkan kesadaran pembuat kebijakan kesehatan tentangpentingnya penyakit bawaan makanan bagi kesehatan masyarakat danmenyampaikan garis besar lingkup permasalahan keamanan makanan;

Page 16: Daftar Isi i - WHO

xvi Penyakit bawaan makanan: fokus untuk pendidikan kesehatan

– menekankan pentingnya pendidikan bagi penjamah makanan dankonsumen untuk pencegahan penyakit bawaan makanan;

– menguraikan pendekatan yang digunakan dalam pemilihan pesan-pesan untuk pendidikan kesehatan dan perilaku penting yang harusdiubah atau dikuatkan kembali;

– menunjukkan mitra atau saluran yang dapat dimanfaatkan untukimplementasi dan komunikasi dengan menggambarkan pengalamandan inisiatif di masa lalu atau pemakaian bahan-bahan yang sudahada sebagai contoh bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai.

Istilah “pendidikan” (dalam konteks ungkapan pendidikan kesehatan tentangkeamanan makanan) digunakan di dalam buku ini dengan pengertian yangpaling luas. Pendidikan tersebut mencakup semua tipe kegiatan mulai darikomunikasi dan informasi sampai pelatihan yang memungkinkan audienssasaran mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukanuntuk memahami dan menangani ancaman bahaya terhadap keamananmakanan. Secara tegas terdapat perbedaan antara pelatihan dan pendidikan.Pelatihan merupakan proses yang memudahkan seseorang untukmendapatkan keterampilan, sedangkan pendidikan—khususnyapendidikan kesehatan—bertujuan untuk memengaruhi cara hidupseseorang dan memberdayakan seseorang untuk mengambil keputusanyang masuk di akal serta berdasarkan informasi yang didapatnya daripendidikan tersebut tanpa merusak nilai-nilai yang sudah tertanam didalam dirinya. Pandangan yang dinyatakan dalam intervensi pendidikantidak harus mewakili pandangan WHO. Inisiatif dan materi pendidikanyang disampaikan dalam buku ini hanya diberikan sebagai contoh untukmelukiskan berbagai upaya yang sudah dikerjakan.

Buku ini menitikberatkan masalah penyakit bawaan makanan yang dise-babkan oleh mikroba dan parasit mengingat organisme tersebut merupakanpenyebab sebagian besar serangan akut penyakit bawaan makanan dan jugakarena pendidikan dapat membantu konsumen serta penjamah makananuntuk memainkan peranan yang lebih besar dalam pencegahan penyakitbawaan makanan. Istilah “penjamah makanan” (food handler) dipakai untukmewakili semua orang yang menangani, menyiapkan, atau menghidangkanmakanan tanpa peduli apakah orang tersebut merupakan ibu rumah tanggaatau pembantu di rumah (yang menyiapkan makanan bagi keluarga) ataupenjamah makanan profesional seperti mereka yang bekerja pada usaha jasaboga atau katering makanan (koki, pelayan), toko-toko pengecer makanan,pasar swalayan, industri makanan atau usaha rumah tangga (mis., toko roti)atau penjaja makanan kakilima. Bergantung pada tugasnya, profesionallainnya seperti perawat dan pramugari juga dapat disebut sebagai penjamahmakanan. Penjamah makanan yang bekerja dalam industri makanan kelasmenengah dan besar memerlukan pendidikan dan pelatihan di bidangkeamanan makanan. Walaupun demikian, buku ini lebih menyorotipelaksanaan pekerjaan di tempat lembaga pengawas tidak atau hanya sedikit

Page 17: Daftar Isi i - WHO

Pendahuluan xvii

memiliki wewenang untuk mengontrol keamanan makanan yang dibuat dandi tempat yang jenis makanan yang dibuat kerapkali berubah.

• Bab 1 menguraikan luasnya permasalahan penyakit bawaan makanan.Bab ini melukiskan secara garis besar sifat penyakit bawaan makanan,tren kejadiannya, implikasi ekonomi, kuman patogen yang ada danfaktor-faktor yang mempengaruhi prevalensinya. Dengan mengutipsejumlah contoh, bab ini memperlihatkan betapa beratnya tugas yangharus dihadapi oleh sektor kesehatan.

• Bab 2 memberikan 10 alasan mengapa pendidikan kesehatan tentangkeamanan makanan sangat diperlukan dan merupakan upaya yangefektif. Upaya ini memerlukan pendidikan yang sistematis sertapelatihan bagi penjamah makanan yang profesional dan memerlukanpeningkatan penyampaian informasi kepada konsumen.

• Bab 3 menjelaskan kompleksitas perilaku yang mempengaruhikeamanan makanan dan menjelaskan pendekatan yang telah digunakandalam memilih perilaku sebagai fokus yang menjadi sasaran perubahan.Penekanan khusus diberikan kepada sistem HACCP (Hazard AnalysisCritical Control Point) yang merupakan metode modern untuk jaminankeamanan makanan dan juga dapat diaplikasikan dalam pendidikankesehatan tentang keamanan makanan.

• Bab 4 mengemukakan strategi serta mitra untuk program pendidikandan menggambarkan upaya dari berbagai negara sebagai contoh.

• Bab 5 memberikan panduan dalam mengimplementasi program pendi-dikan dan infrastruktur yang diperlukan untuk mendesain danmerancang program tersebut tanpa mengusik metode yang ada padailmu perilaku dan pendidikan. Untuk kedua hal yang disebut terakhirini sudah tersedia buku acuan yang tepat (5—8).

• Sesudah kesimpulan, Lampiran 1 berisi rangkaian tabel tentang karak-teristik, penularan dan pencegahan penyakit bawaan makanansementara Lampiran 2 menguraikan persoalan komunikasi risikosebagai suatu unsur dalam pendidikan kesehatan.

Informasi dan contoh dalam buku ini diambil dari berbagai sumber diseluruh dunia. Namun, sebagian besar implementasi di bidang pendidikankesehatan tentang keamanan makanan berlangsung di negara maju. Contohkasus dari negara maju tersebut mungkin mendominasi beberapa bagian dalambuku ini mengingat terbatasnya jumlah kegiatan semacam itu di tempat lain.

Sejumlah buku WHO lainnya juga membahas topik-topik yang ada kaitan-nya. Buku Education for health (9) menjelaskan berbagai metode pendidikan.Buku Safe food-handling (10) berisi penerapan pengetahuan tentang keamananmakanan dalam pelaksanaan jasa boga dan katering, sementara buku Basic

Page 18: Daftar Isi i - WHO

xviii Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan

food safety for health workers (Dasar-Dasar Keamanan Makanan untuk PetugasKesehatan) merupakan acuan yang menjadi sumber pengetahuan bagipetugas kesehatan (11).

Pembaca yang menjadi sasaran utama buku ini adalah pembuatkebijakan, manajer program keamanan makanan dan pendidikan kesehatanpada sektor pemerintah maupun swasta, dan lembaga konsumen. Buku inijuga ditujukan kepada mereka yang bekerja dalam lembaga kerjasama danpengembangan, organisasi nasional dan internasional, institusi akademik,lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan siapa saja yang bertanggungjawab atas perlindungan dan promosi kesehatan masyarakat.

Referensi

1. FAO/WHO. International Conference on Nutrition. World Declaration and Planof Action for Nutrition, Rome, December 1992. Geneva, World Health Organi-zation, 1992 (unpublished document ICN/92/2; dapat diperoleh dariNutrition, World Health Organization, 1211 Geneva 27, Switzerland).

2. Primary health care. Report of the International Conference on Primary HealthCare, Alma-Ata, USSR, 6—12 September 1978. Geneva, World Health Orga-nization, 1978.

3. Guidelines for consumer protection. New York, United Nations, 1986.4. Loevinsohn BP. Health education interventions in developing coun-

tries: a methodological review of published articles. International journalof epidemiology, 1990, 19(4):788—794.

5. Green LW, Kreuter M. Health promotion planning: an educational and environ-mental approach. Mountain View, CA, Mayfield Publishing Company,1991.

6. Arnhold W et al. Healthy eating for young people in Europe: nutrition educationin health promoting schools (draf). Kiel, Ministry of education of Schleswig-Holstein, 1995.

7. Facts for life. Lessons from experience. New York, United Nations Children’sFund, 1996.

8. Srinivasan L. Tools for community participation: a manual for training trainers inparticipatory technique. New York, United Nations DevelopmentProgramme, 1990.

9. Education for health: a manual on health education in primary health care.Geneva, World Health Organization, 1988.

10. Safe food handling. A training guide for managers of food service establishments.Geneva, World Health Organization, 1989.

11. Basic food safety for health workers. Geneva, World Health Organization,1999 (unpublished document WHO/SDE/PHE/99.1; dapat diperolehdari Food Safety, World Health Organization, 1211 Geneva 27, Switzer-land).