daftar isi halaman sampul depan halaman sampul … · 1.2 rumusan masalah ... berdasarkan pancasila...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN................................................................ i
HALAMAN SAMPUL DALAM .............................................................. ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM..................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iv
HALAMAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI. ........................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
ABSTRAK ................................................................................................ xiii
ABSTRACT................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Ruang Lingkup Masalah .......................................................... 6
1.4 Tujuan penelitian ..................................................................... 7
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................. 7
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Teoritis .............................................................. 8
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................... 8
1.6 Landasan Teoritis ................................................................... 8
1.7 Metode Penelitian .................................................................... 13
1.7.1 Jenis Penelitian ............................................................... 13
1.7.2 Jenis Pendekatan ............................................................. 14
1.7.3 Sifat Penelitian ................................................................. 15
1.7.4 Sumber Data Hukum ....................................................... 15
1.7.5 Teknik Pengumpulan Data Hukum .................................. 16
1.7.6 Teknik Analisis Data Hukum .......................................... 17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG VIKTIMOLOGI,
PERLINDUNGAN HUKUM, DAN MAIN HAKIM SENDIRI
2.1 Tinjauan Umum Viktimologi ................................................... 19
2.1.1 Pengertian Viktimologi .................................................... 19
2.1.2 Hak dan Kewajiban Korban ............................................. 22
2.1.3 Tipologi Korban ............................................................... 25
2.1.4 Ruang Lingkup Viktimologi ............................................. 26
2.1.5 Manfaat Viktimologi ........................................................ 27
2.2 Tinjauan Umum Perlindungan Hukum ...................................... 30
2.3 Tinjauan Umum Main Hakim Sendiri ....................................... 34
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN
MAIN HAKIM SENDIRI
3.1 Peranan Korban dalam Terjadinya Main Hakim Sendiri ........... 38
3.2 Perlindungan Hukum yang Diberikan Polres Bangli Terhadap
Korban Main Hakim Sendiri ..................................................... 39
BAB IV UPAYA POLRES BANGLI DALAM PENANGANAN
MAIN HAKIM SENDIRI
4.1 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Main Hakim Sendiri di
Wilayah Bangli ........................................................................ 46
4.2 Upaya Polres Bangli dalam Menangani Main Hakim Sendiri .... 47
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 52
5.2 Saran ....................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
ABSTRAK
Fenomena main hakim sendiri yang hampir terjadi di seluruh wilayah
indonesia memberikan pandangan mengerikan bagi yang melihatnya. Dewasa ini
main hakim sendiri secara kualitatif meningkat tajam dan muncul permasalahan
yang berakhir dengan kekerasan yang menimbulkan kerugian bahkan korban jiwa
yang banyak. Tulisan ini menggambarkan mengenai bentuk perlindungan hukum
terhadap korban main hakim sendiri di wilayah Polres Bangli. Tulisan ini
merupakan penelitian hukum empiris dengan menggunakan dan sumber data.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bentuk perlindungan hukum yang
diberikan oleh Polres Bangli yakni: menerima laporan atau pengaduan dari
keluarga korban yang tujuanya adalah mengumpulkan barang bukti, memberikan
konseling terhadap korban, Pemberian informasi berkaitan dengan pemeriksaan
atau perkembangan kasus dan melakukan penangkapan terhadap pelaku tindak
kekerasan. Serta melakukan upaya preventif dan upaya represif dalam menangani
main hakim sendiri di wilayah Polres Bangli.
Kata Kunci : Viktimologi, Perlindungan Hukum, Korban, Main Hakim
Sendiri
ABSTRACT
Vigilantism that almost occurred in all regions of Indonesia provides a
horrible sight to the viewer. Today vigilante is qualitatively increased sharply and
emerges issues that lead to violence that cause harm and even fatalities. This
paper draws on forms of legal protection for victims of vigilante in the region of
Bangli Police. This paper is an empirical legal research using case studies and
data sources. Conclusion of this research is the form of the legal protection
provided by BangliPolice namely: to receive reports or complaints from the
victim's family that aim is to collect evidence, provide counseling for victims,
information provision related to the examination or the development of the case
and arrestthe perpetrators of violence. And by conducting preventive and
repressive efforts in addressing vigilantism in the region of Bangli Police.
Keywords: Victimology, Legal Protection, Victim, Vigilantism
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum yang demokratis
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga
Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Sementara itu,
Philipus M. Hadjon menyatakan bahwa adanya pengakuan terhadap harkat dan
martabat manusia dalam Negara hukum Indonesia, secara intrinsik melekat pada
pancasila dan bersumber pada pancasila.1
Pada dasarnya kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari hukum.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, peran sentral hukum dalam upaya
menciptakan suasana yang memungkinkan manusia merasa terlindungi, hidup
berdampingan secara damai, dan menjaga eksistensinya di dunia telah diakui.2
Pengertian tersebut didasarkan pada penglihatan hukum dalam arti kata materiil,
sedangkan dalam arti kata formil, hukum adalah kehendak manusia ciptaan
manusia berupa normanorma yang berisikan petunjuk tingkah laku tentang apa
yang boleh dilakukan dan tentang apa yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang
1 Sirajuddin dan Zulkarnain, 2006, Komisi Yudisial dan Eksaminasi Publik Menuju
Peradilan yang Bersih dan Berwibawa, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 16 2 Jhonny Ibrahim, 2005, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, h. 1
dan dianjurkan untuk dilakukan.3 Unsur utama yang dibutuhkan manusia dari
hukum adalah ketertiban, dengan terwujudnya ketertiban, maka berbagai
keperluan sosial manusia dalam bermasyarakat akan terpenuhi. Untuk
mewujudkan ketertiban itu manusia memunculkan keharusan-keharusan
berperilaku dengan cara tertentu yang dirumuskan dalam bentuk kaidah.
Ketertiban dan kaidah yang diperlukan manusia adalah ketertiban dan kaidah yang
secara otentik menciptakan kondisi yang memungkinkan manusia secara wajar
mewujudkan kepribadiannya secara utuh yang dengan itu ia dapat
mengembangkan semua potensi kemanusiaan seperti apa yang secara bebas
dikehendakinya.4 Fungsi hukum untuk memberikan perlindungan yaitu terhadap
kepentingan manusia. Oleh karena itu maka hukum harus dilaksanakan agar
kepentingan manusia tersebut dapat terlindungi. Hukum dapat berlangsung secara
normal dan damai, akan tetapi dapat juga terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum
dalam prakteknya. Hukum yang dilanggar itu harus ditegakkan, melalui
penegakan hukum inilah hukum ini menjadi kenyataan. Setiap orang
mengharapkan dapat ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa konkrit.
Bagaimana hukumnya itulah yang harus yang harus berlaku. Masyarakat
mengharapkan adanya kepastian hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum
masyarakat akan lebih tertib. Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat
dalam pelaksanaan atau penegakan hukum. Masyarakat sangat berkepentingan
bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum, keadilan diperhatikan. Dalam
kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu sistem hukum untuk menciptakan
3 12 Chainur Arrasjid, 2000, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, h.
21 4 Jhonny Ibrahim, op.cit, h. 2
kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur. Kenyataannya hukum atau
peraturan perundangundangan yang dibuat tidak mencakup seluruh perkara yang
timbul dalam masyarakat sehingga menyulitkan penegak hukum untuk
menyelesaikan perkara tersebut.
Hukum sebagai produk budaya yang timbul dan berkembang bukan
sekedar memenuhi aspek fisik, melainkan juga untuk memenuhi aspek eksitensial
manusia dalam hidup bermasyarakat.5 Hukum harus selalu ditegakan guna
mencapai cita-cita dan tujuan Negara Indonesia dimana tertuang dalam
pembukaan alinea ke-empat yaitu membentuk suatu pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Demokrasi merupakan suatu hal yang bersifat sakral pada mulanya, tetapi
dampak yang di timbulkan mengkaburkan tujuan sakral tersebut. Main hakim
sendiri adalah akibat dari proses sakral itu, seperti yang terjadi dari rangkaian
peristiwa di Bangli. Main hakim sendiri di Bangli hingga kini masih sering kali
muncul ke permukaan, bahkan sampai merenggut korban jiwa, meskipun awalnya
hanya dipicu masalah sepele. Akibatnya, main hakim sendiri tidak bisa
dihindarkan hingga mengakibatkan jatuhnya korban.
5 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, h. 60
Kehidupan masyarakat sekarang ini sering terjadi perilaku yang
menyimpang disebabkan sudah melonggarnya ikatan norma-norma sosial yang
sering kali disalah gunakan dan norma hukum tidak dijadikan sebagai pedoman
berperilaku dan berinteraksi sosial. Proses penegakan hukum yang bertumpu pada
hukum pidana, negara melalui organ-organya mempunyai hak atau kewenangan
untuk menjatuhkan pidana (ius puniendi). Disini jika terjadi tindak pidana, maka
terhadap pelakunya akan ditindak melalui proses peradilan dengan memberi
sanksi pidana. Korban, tindak pidana dan masyarakat secara otomatis diwakili
oleh Negara dengan cara mengadili dan menjatuhkan pidana yang setimpal
dengan perbuatan terdakwa.
Ketika melihat permasalahan yang terjadi seperti tindakan main hakim
sendiri yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia memberikan pandangan
mengerikan bagi yang melihatnya. Dewasa ini main hakim sendiri secara
kualitatif meningkat tajam dan muncul permasalahan yang berakhir dengan
kekerasan yang menimbulkan kerugian bahkan korban jiwa.
Sebagian besar kasus yang terjadi berawal dari kesenjangan-kesenjangan
dalam masyarakat yang telah lama tidak tertangani. Melihat dan mendengar
komentar para pemerhati dan tokoh-tokoh masyarakat yang hangat membicarakan
masalah ini tergambar bahwa hal tersebut yang terjadi disebabkan karena
berkembangnya ketidakpastian-ketidakpastian dalam masyarakat. Tetapi disini
yang paling mencolok adalah adanya ketidakpastian hukum yang sekarang ini.6
6 Adhi Wibowo, 2013, Perlindungan Hukum Korban Amuk Massa, Thafa Media, Jakarta,
h. 4
Perkembangan teknologi yang pesat telah memacu proses globalisasi di
berbagai segi kehidupan seperti ekonomi, komunikasi, budaya, politik dengan
semakin meningkatnya tuntutan-tuntutan terhadap keterbukaan, demokratisasi,
penghormatan dan perlindungan.7 Hal ini lebih diarahkan pada sisi penindakan
berupa pemulihan keadaan, khususnya sisi keamanan dan kestabilan, karena main
hakim sendiri itu telah menimbulkan ketidaktentraman dan ketertiban dalam
masyarakat.
Kepastian hukum merupakan perlindungan hukum terhadap setiap
tindakan sewenang-wenang, artinya tiap-tiap orang berhak memperoleh
perlindungan hukum, dan disisi lain tiap-tiap orang juga harus patuh pada hukum
yang berlaku. Hukum harus memberikan keadilan, kerena hukum adalah aturan
hukum umum sehingga hukum harus memberikan keadilan dan perlindungan
hukum bagi pelaku maupun korban kejahatan tanpa membeda-bedakan. Dalam
rangka memberikan pelayanan terhadap korban perlu diperhatikan dan
dimanfaatkan pandangan-pandangan viktimologi sebagai dasar orang bersikap dan
bertindak melakukan pelayanan tersebut.
Peraturan perundang-undangan pidana mengakibatkan kurangnya
pembahasan-pembahasan mengenai korban di dalam proses pidana. Peran dan
posisi korban di dalam proses pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan pidana di Indonesia lebih banyak diposisikan dalam kualitas saksi.
Sehingga proses persidangan lebih mengarah kepada kepentingan penjatuhan
7 Ibid, h. 6
sanksi pidana dari pada kepentingan korban secara luas, dan apa yang menjadi
kepentingan korban sering terabaikan.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian
dengan mengangkat hal tersebut sebagai bahan skripsi yang akan diberi judul
tentang: Tinjauan Viktimologi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap
Korban Main Hakim Sendiri (Di Wilayah Polres Bangli).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Polres Bangli
terhadap korban main hakim sendiri di Bangli?
2. Bagaimana upaya Polres Bangli dalam penanganan main hakim sendiri
sebagai upaya untuk melindungi korban di wilayah Polres Bangli?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Agar suatu masalah tidak keluar dari pokok permasalahan, maka dalam
penulisan skripsi ini ruang lingkup masalahnya hanya dibatasi pada : bentuk
perlindungan hukum yang diberikan Polres Bangli terhadap korban main hakim
sendiri di Bangli dan upaya Polres Bangli dalam penanganan main hakim sendiri
sebagai upaya untuk melindungi korban.
1.4. Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini memiliki suatu maksud yang jelas, maka harus
memiliki tujuan sehingga dapat memenuhi target yang dikehendaki. Adapun
tujuannya digolongkan menjadi dua bagian, yaitu ;
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memperoleh pemahaman
sejauh mana perlindungan hukum terhadap korban main hakim sendiri di wilayah
Polres Bangli.
1.4.2. Tujuan Khusus
Disamping tujuan umum tersebut, penelitian ini secara spesifik diharapkan
mampu :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk perlindungan hukum yang
diberikan oleh Polres Bangli terhadap korban main hakim sendiri di
Bangli.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya Polres Bangli dalam
penanganan main hakim sendiri sebagai upaya untuk melindungi korban di
wilayah Polres Bangli.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembangan substansi disiplin bidang ilmu hukum, terutama menegenai
upaya aparat penegak hukum dalam penanganan main hakim sendiri.
1.5.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui secara luas tentang apa
saja perlindungan hukum terhadap korban main hakim sendiri dan memberikan
sumbangan bagi hukum positif dan memberikan pemikiran untuk dijadikan bahan
pertimbangan bagi seluruh aparat penegak hukum yang terkait permasalahan ini.
1.6. Landasan Teoritis
Landasan teori merupakan upaya untuk mengidentifikasi teori hukum
umum atau teori khusus, aturan hukum, norma-norma, asas-asas hukum, konsep-
konsep hukum dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk membahas
permasalahan penelitian. Hal tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan kebenaran
ilmu hukum yang diperoleh dari rangkaian upaya penelusuran. Teori adalah
seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal
untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan
kontribusi parsial bagi teori yang lebih umum.8
8 Otje Salman dan Anton F. Susanto, 2007, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, h.
29
Penulisan skripsi ini menggunakan landasan teori yang terdiri dari teori
dan konsep sebagai berikut :
1. Teori Perlindungan Hukum
Pada saat yang sama hukum itu merupakan pencerminan dan sekaligus
juga indeks dari solidaritas sosial. Bersama-sama dengan moralitas, hukum
merupakan perwujudan dan sekaligus sarana untuk mencapai harmoni sosial.9
Dengan demikian hukum harus diberdayakan agar masyarakat percaya dan
mengakui kekuatan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul di
masyarakat, sehingga kehidupan berjalan dengan aman dan tertib.
Secara etimologis, perlindungan diartikan sebagai tempat berlindung,
perbuatan melindungi. Unsur-unsur terhadap makna perlindungan yaitu adanya
jaminan terhadap pelaksanaan serangkaian hak dan terhindar dari diskriminasi dan
ada jaminan akan rasa aman dari gangguan pihak lain.10
Menurut Satijipto
Raharjo, Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi
manusia yang dirugikan oleh orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.11
Teori perlindungan hukum bertujuan untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu
9 Satjipto Raharjo, 1986, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 260 10 I Made Suwitra, 2010, Eksistensi Hak Penguasaan dan Pemilikan Atas Tanah Adat di
Bali Dalam Perspektif Hukum Agraria Nasional, Logoz Publishig, Bandung, h. 61 11Satijipto Raharjo, op. cit, h. 54.
tertentu dapat dilakukan dengan cara membatai berbagai kepentingan di lain
pihak.12
Pengkajian terhadap perlunya perlindungan terhadap korban kejahatan
dikemukakan oleh Muladi dengan alasan-alasan sebagai berikut:
- Proses pemidanaan dalam hal ini mengandung pengertian umum dan
konkret. Dalam arti umum, proses pemidanaan sebagai wewenang sesuai
asas legalitas, yaitu poena dan crimen harus ditetapkan lebih dahulu
apabila hendak menjatuhkan pidana atas diri pelaku pidana. Dalam arti
konkret, proses pemidanaan berkaitan dengan penetapan pidana melalui
infrastruktur penitensier yaitu hakim, petugas lembaga pemasyarakatan,
dan sebagainya. Disini terkandung tuntutan moral, dalam wujud
keterkaitan filosofis pada satu pihak, dan keterkaitan sosiologis dalam
kerangka hubungan antar manusia dan masyarakat.
- Adanya argumen kontrak sosial, tarhadap kejahatan dan melarang tindakan
yang bersifat pribadi, dan argument solidaritas sosial bahwa negara harus
menjaga warga negaranya dalam memenuhi kebutuhan/apabila warga
negara mengalami kesulitan, melalui kerjasama dalam masyarakat
berdasarkan atau menggunakan sarana yang disediakan oleh negara. Hal
ini bisa dilakukan baik melalui peningkatan pelayanan maupun melaului
pengaturan hak.
- Perlindungan korban dikaitkan dengan salah satu tujuan pemidanaan, yaitu
penyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya tindak pidana,
12 Satijipto Raharjo, op.cit, h. 53
memulihkan keseimbangan dan mendapatkan rasa damai dalam
masyarakat. 13
Pengkajian korban diarahkan untuk melengkapi data statistik kriminal
resmi. Hal ini dimaksudkan sebagai sumbangan informasi bagi pihak yang
berwenang dalam rangka menetapkan kebijakan penanggulangan kejahatan
dengan perpijak dari perspektif korban.
Barda Nawawi Arief menegaskan bahwa perhatian terhadap korban harus
dilihat sebagai bagian integral dari keseluruhan kebijakan kriminal, dalam hal ini
jelaslah dan perlu di garisbawahi bahwa dalam rangka perlindungan hukum
terhadap korban, maka perlindungan korban harus dijadikan sebagai bagian dalam
upaya penegakan hukum pidana sebagai bagian dari kebijakan sosial yang
merupakan usaha bersama untuk meningkatkan kesejahteraan dalam
masyarakat.14
Mencermati berbagai masalah dan sebab-sebab yang melatarbelakangi
meletusnya main hakim sendiri dapat diketahui bahwa faktor penyebabnya sangat
kompleks, karena tidak hanya menyangkut persoalan yuridis, tetapi juga
menyangkut persoalan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Oleh karena itu
dalam menyikapi hal tersebut diperlukan berbagai perspektif yang integral untuk
menganlisanya. Penyelesaian konflik dengan menggunakan kekerasan,
penganiayaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh massa merupakan
13C. Maya Indah, 2014, Perlindungan Korban Suatu Pespektif Viktimologi dan
Kriminologi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, h. 112 14 Barda Nawawi Arief, 2010, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan
dengan Pidana Penjara, CV. Ananta, Semarang, h. 91
penyelesaian yang sepihak, ironisnya justru penyelesaian konflik ini oleh
masyarakat modern.
Berbagai macam perselisihan besar maupun kecil diselesaikan menurut
cara-cara mereka sendiri baik oleh pihak-pihak berselisih maupun lingkungan
dimana mereka berada.
2. Teori Penegakan Hukum
Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep dan dengan
demikian boleh digolongkan kepada sesuatu yang abstrak. Kedalam kelompok
yang abstrak ini termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan
sosial. Dirumuskan secara lain, maka penegakan hukum merupakan suatu usaha
untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyatan. Proses ide-ide inilah yang
pada hemat saya merupakan merupakan hakekat dari penegakan hukum. 15
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-
keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan
hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang
yang di rumuskan dalam peraturan-peraturan itu.16
Penegakan hukum dilakukan
dengan menata dan menyempurnakan kembali fungsi dan peranan organisasi
lembaga hukum, profesi serta badan peradilan, membina sikap perilaku
kemampuan dan keterampilan aparatur negara terutama para penegak hukum dan
pelaksana hukum, maka penegakan hukum merupakan kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan-
15 Satjipto Rahardjo, op.cit, h. 15 16 Satjipto Rahardjo, op.cit, h. 24
pandangan menilai yang mantap dan sikap tindak untuk menciptakan dan
mempertahankan kedamaian.17
Teori ini harus bertujuan menegakkan keadilan,
bantuan, dan ganti rugi pada korban, serta menciptakan strategi pencegahan yang
lebih efektif dalam mengurangi penderitaan dan banyaknya terjadi korban. Sistem
peradilan pidana yang sekarang berlaku terlalu dipokuskan pada pelaku dan
kurang sekali memperhatikan korban, yang sering terjadi adalah bahwa terlibatnya
korban dalam sistem peradilan pidana hanya meningkatkan rasa ketidak-
berdayaannya serta prustasinya karena tidak diberikan perlindungan dan upaya
hukum yang cukup.
1.7. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.7.1. Jenis Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses menemukan aturan hukum, prinsip-
prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang
dihadapi.18
Penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah
penelitian hukum empiris yang menggunakan studi kasus empiris berupa perilaku
masyarakat, namun ditunjang dengan penelitian hukum normatif. Penelitian
hukum empiris merupakan penelitian yang beranjak dari adannya kesenjangan
17 Yusrizal, 2012, Kapita Selekta, Hukum Pidana dan Kriminologi, PT. Sofmedia,
Jakarta, h.62 18 Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, h.
35
antara das solen dengan das sein atau antara teori dan dunia realita.19
Penelitian
empiris diperlukan untuk mendapatkan data tentang perlindungan hukum terhadap
korban main hakim sendiri.
1.7.2. Jenis Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan fakta,
pendekatan kasus dan pendekatan kualitatif. Pendekatan fakta dilakukan dengan
melihat keadaan nyata di wilayah penelitian, yang dalam hal ini adalah di wilayah
Bangli terkait dengan main hakim sendiri. Pendekatan fakta ini, merupakan data
primer yang diperoleh dalam penelitian di lapangan, sedangkan data penelitian
sekunder diperoleh melalui pendekatan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan hukum terhadap korban.
Pendekatan kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif
dan mendetail, dalam hal ini pendekatan kasus dilakukan dengan melihat kasus-
kasus main hakim sendiridi wilayah Polres Bangli.
Pendekatan kualitatif, adalah suatu cara analisis hasil penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analitis. Deskriptif analitis yaitu data yang diberikan
oleh responden secara tertulis maupun lisan serta juga tingkah laku yang nyata,
yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.20
19 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Denpasar Bali, h. 67 20 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum
Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 192
1.7.3. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam skripsi yang saya angkat ini adalah sifat penelitan
deskriptif, karena termasuk berisi penelitian hukum, untuk menggambarkan secara
tepat sifat-sifat suatu individu keadaan, kelompok tertentu, untuk menentukan ada
atau tidaknya suatu hubungan dari teori-teori maupun asas-asas yang terdapat
dalam perlindungan hukum terhadap korban main hakim sendiri.
1.7.4. Sumber Data Hukum
Sumber data hukum yang digunakan dalam dalam penulisan skripsi ini di
dapatkan dengan penelitian lapangan yang menghasilkan data primer dan
penelitian kepustakaan yang menghasilkan data sekunder.
1. Data hukum primer
Data primer adalah suatu data yang bersumber dari penelitian lapangan
yaitu, penelitian yang dilakukan secara langsung pada obyek yang akan diteliti
untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari
Polres Bangli.
2. Data hukum sekunder
Data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari penelitian
kepustakaan yaitu, penelitian yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen resmi,
buku-buku, literatur dan hasil-hasil karya yang ada kaitanya dengan materi dalam
penelitian ini serta untuk menyempurnakan data lapangan. Bahan hukum ini
terdiri dari :
- Bahan Hukum Primer yaitu bahan yang diperoleh dengan cara
mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang mempunyai
kekuatan hukum mengikat secara umum berlaku dan disesuaikan
dengan pokok permasalahan yang dikaji.
- Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti dari buku buku atau literatur-
literatur, rancangan undang-undang, hasil penelitian, atau pendapat
para ahli hukum.
- Bahan hukum tersier yaitu, bahan hukum yang memberi penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan sekunder.
1.7.5. Teknik Pengumpulan Data Hukum
Teknik pengumpulan data hukum yang dipergunakan dalam skripsi ini
adalah:
a. Teknik studi kepustakan
Data kepustakaan yaitu mendapatkan bahan hukum yang bersumber dari
buku-buku, peraturan perundang-undangan, karya tulis hukum atau
pandangan ahli hukum terkait dengan permasalahan yang akan dibahas
dalam skripsi ini.
b. Teknik wawancara
Teknik wawancara adalah merupakan proses interaksi dan komunikasi
serta cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada
yang diwawancarai. Dalam hal ini akan diterapkan teknik wawancara yaitu
usaha mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
informan maupun responden. Wawancara ini dilakukan dengan cara
terarah, guna mencapai data yang jelas sehingga lebih mudah untuk
menganalisis dengan mengembangkan data yang dihasilkan wawancara
tersebut. Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu, ini merupakan tanya jawab lisan dimana dua orang atau
lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dapat dipandang sebagai
metode pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan tujuan penyelidikan.21
1.7.6. Teknik Analisis Data Hukum
Adapun teknik pengolahan data hukum yaitu setelah bahan hukum
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan beberapa teknik analisis yaitu:
1. Teknik deskripsi, dengan menggunakan teknik ini peneliti menguraikan
secara apa adanya terhadap suatu kondisi berdasarkan pada alasan-alasan
yang bersifat penalaran hukum, yakni dengan mengemukakan doktrin
yang terkait dengan permasalahan.
2. Teknik argumentasi berupa pernyataan-pernyataan yang berasal dari
pemikiran atau analisis penulis yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
21 Sutrisno Hadi, 1979, Metodelogi Research, Gajah mada University Press, Yogyakarta,
h. 193
Berdasarkan hal tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan secara
sistematis agar tidak menimbulkan kontradiksi antara bahan hukum yang satu
dengan bahan hukum yang lain.